Anda di halaman 1dari 26

Referat

LINGUAL SQUAMOUS CELL CARCINOMA

Oleh:
Istiqomah Maximiliani, S.Ked.
NIM 71 2017 011

Pembimbing:
Drg. Nursiah Nasution, M. Kes.

SMF ILMU KESEHATAN GIGI DAN MULUT


RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Referat

Judul:

Lingual Squamous Cell Carcinoma

Oleh:
Istiqomah Maximiliani, S.Ked.

Telah dilaksanakan pada bulan maret 2018 sebagai salah satu syarat
dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di SMF Kesehatan Gigi
dan Mulut Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.

Palembang, 5 April 2018


Pembimbing

Drg. Nursiah Nasution, M.Kes.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan kasih sayang-Nya,
Alhamdulillah berkat kekuatan dan pertolongan-Nya, penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Lingual Squamous Cell
Carcinoma” sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior di SMF Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta
para keluarga, sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada:
1. Drg. Nursiah Nasution, M.Kes selaku pembimbing yang telah memberikan
masukan, arahan, serta bimbingan dalam penyelesaian laporan kasus ini.
2. Rekan-rekan co-assistensi dan perawat atas bantuan dan kerjasamanya.
Peneliti menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna,
karena kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan demi
perbaikan di masa mendatang.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
diberikan dan semoga referat ini dapat bermanfaat bagi semua dan perkembangan
ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.

Palembang, 5 April 2018

Istiqomah Maximiliani

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................ii
KATA PENGANTAR.....................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
1.1. Latar Belakang..................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................2


2.1 Anatomi Lidah..................................................................................2
2.2 Pengertian Karsinoma Lidah............................................................5
2.3 Epidemiologi....................................................................................6
2.4 Etiologi.............................................................................................6
2.5 Patofisiologi......................................................................................7
2.6 Manifestasi Klinis.............................................................................9
2.7 Diagnosis..........................................................................................10
2.8 Stadium.............................................................................................14
2.9 Diagnosis Banding...........................................................................15
2.10Tatalaksana.......................................................................................16
2.11Komplikasi.......................................................................................17
2.12Prognosis..........................................................................................18

BAB III KESIMPULAN............................................................................19


DAFTAR PUSTAKA.................................................................................20

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumor merupakan suatu benjolan atau pembengkakan. Berdasarkan sifatnya,


tumor dapat dibedakan menjadi tumor jinak (benigna) dan tumor ganas (maligna).
Kanker adalah istilah umum untuk menunjukkan suatu tumor ganas, yang terjadi
akibat rusaknya mekanisme pengaturan dasar perilaku sel, khususnya mekanisme
pertumbuhan dan diferensiasi sel.1,2 Kanker rongga mulut adalah bagian dari
kanker-kanker di kepala dan leher dan dapat terjadi di setiap tempat di dalam
rongga mulut yang dibatasi oleh vermilion bibir di bagian depan dan arkus
faringeus anterior di bagian belakang.1
Kanker rongga mulut meliputi kanker lidah, bibir, gingiva, bukal, dasar
mulut, palatum dan arkus faringeus anterior.3 Tumor ganas rongga mulut secara
histologis dibagi dua, yaitu tumor ganas yang berasal dari jaringan epitel disebut
karsinoma, sedangkan yang berasal dari jaringan pendukung atau mesenkim
disebut sarkoma.1
Karsinoma lidah merupakan salah satu Kanker rongga mulut yang sering
terjadi di banyak Negara. Insidensi karsinoma lidah di dunia diperkirakan sekitar
1.6/100.000 orang. Insidensi karsinoma lidah ber-variasi di tiap negara, dengan
insidensi tertinggi ditemukan di India, di mana karsinoma lidah terjadi sekitar
9.4/100.000 orang per tahun, sedangkan di Inggris sekitar 1.1/100.000 orang. Di
Amerika Serikat, pada tahun 2009 tercatat sekitar 10.530 kasus baru karsinoma
lidah, dengan 1.900 kematian.2
Insiden karsinoma lidah di Indonesia masih belum diketahui dengan pasti
tetapi bila dibandingkan dengan hasil penelitian di luar negeri dapat dikatakan
bahwa insidennya masih jarang.4
Karsinoma sel skuamosa lidah merupakan salah satu bentuk karsinoma
rongga mulut yang mempunyai presentase paling banyak dari seluruh keganasan
rongga mulut (90-97%).4Up to 30% of patients with one primary head and neck
tumour will have a second primary malignancy.The oral cavity or mouth consists
of two parts: the vestibule- which is the space between the lips and cheeks and the
teeth and gums; and the mouth proper- which is internal to the teeth.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Lidah


Lidah secara anatomi terbagi atas 3 bagian, yaitu :
1. Apeks lingual (ujung lidah)
2.
Korpus
lingual
(badan lidah)
3.
Radiks
lingual (akar
lidah)
Gambar 2.1. Anatomi lidah.5

a) Struktur - struktur superfisial dari lidah


Membran mukosa yang melapisi lidah dijumpai pada bagian dorsal lidah,
di pinggir kanan dan kiri; dan disebelah muka terdapat tonjolan yang kecil
disebut dengan papila.
Pada bagian dasar papila ini terdapat kuncup - kuncup pengecap sehingga
kita dapat menerima sensasi atau merasa cita rasa. Ada empat macam papila,
yaitu: papila filiformis, papila fungiformis, papila sirkumvalata dan papila
foliata.
Area dibawah lidah disebut dasar mulut. Membran mukosa disini bersifat
licin, elastis dan terdapat banyak pembuluh darah yang menyebabkan lidah
ini mudah bergerak. Mukosa dasar mulut tidak mengandung papila. Dasar
mulut dibatasi oleh otot- otot lidah dan otot - otot dasar mulut yang
berinsertio di sebelah dalam mandibula. Di sebelah dalam mandibula ini
terdapat kelenjar - kelenjar ludah sublingualis dan submandibularis.5,6,7

b) Otot - otot pada lidah


Lidah adalah organ otot
dengan kekenyalan yang baik
sekali sewaktu bergerak, hal ini
dapat dilihat pada waktu
mengunyah. Lidah sebagian
besar terdiri dari dua kelompok
otot. Otot intrinsik lidah
melakukan semua gerakan halus, sementara otot ekstrinsik melekatkan lidah
pada bagian sekitarnya serta melaksanakan gerakan - gerakan kasar yang
sangat penting pada saat mengunyah dan menelan.5,6
Gambar 2.3. Otot Lidah
c) Persarafan pada lidah
Lidah memiliki persarafan yang majemuk. Otot - otot lidah mendapat
suplai dari nervus hipoglosus (nervus XII). “Taste bud” pada lidah dibagi
menjadi dua bagian, yaitu perasaan umum, menyangkut taktil perasa seperti
membedakan ukuran, bentuk, susunan, kepadatan suhu, dan sebagainya, serta
rasa pengecap khusus. Implus perasaan umum berada pada bagian anterior
lidah pada serabut saraf lingual yang merupakan sebuah cabang nervus
kranial V, sementara implus indera pengecap berada pada korda timpani
bersama saraf lingual, kemudian bersatu dengan nervus kranial VII, yaitu
nervus fasialis.5,6,7

Gambar 2.4 Persarafan Lidah

d) Kelenjar limfe pada lidah


Kelenjar limfe penting untuk diketahui oleh karena berhubungan dengan
proses penyebaran karsinoma lidah.
Penyaluran limfe melalui lidah terjadi melalui 4 jalur yaitu:
1) Limfe dari bagian 1/3 posterior lidah disalurkan ke bagian servikalis
profunda superior di kedua sisi.
2) Limfe dari bagian medial 2/3 anterior lidah disalurkan langsung ke bagian
servikalis profunda inferior.
3) Limfe dari bagian lateral 2/3 anterior lidah disalurkan ke submandibularis
4) Limfe dari ujung lidah disalurkan ke submentalis.

Gambar 2.4. Anatomi kelenjar limfe lidah.8

2.2 Pengertian Karsinoma Lidah

Tumor merupakan suatu benjolan atau pembengkakan. Berdasarkan sifatnya,


tumor dapat dibedakan menjadi tumor jinak (benigna) dan tumor ganas (maligna).
Tumor rongga mulut ialah tumor yang terdapat di daerah rongga mulut yang
terletak mulai dari perbatasan kulit selaput lendir bibir atas dan bawah sampai ke
perbatasan palatum durum - palatum mole di bagian atas.9 Tumor ganas rongga
mulut dapat berasal dari jaringan epitel atau jaringan ikat. Tumor ganas yang
berasal dari jaringan epitel antara lain karsinoma sel skuamosa dan karsinoma sel
basal, sedangkan contoh yang berasal dari jaringan ikat adalah fibrosarkoma.9
Karsinoma lidah atau Tumor ganas pada lidah adalah suatu neoplasma
maligna yang berasal dari jaringan epitel mukosa lidah dengan sel berbentuk
squamous cell carcinoma (sel epitel gepeng berlapis). Tumor ini dapat
menginfiltrasi ke daerah sekitarnya, di samping itu dapat melakukan metastase
secara limfogen dan hematogen.9,10
Karsinoma sel skuamosa adalah jenis keganasan yang paling sering terjadi
dalam rongga mulut, meliputi 95% dari seluruh kasus keganasan pada rongga
mulut. Pada stadium dini tidak terasa sakit dan tampak sebagai lesi ulserasi, fisur,
atau keratosis yang dapat diketahui dengan palpasi. Daerah pada lidah yang
mempunyai frekuensi tinggi terhadap kelainan ini adalah lateral dan ventral lidah.
Jika bagian 2/3 posterior lidah dan dasar lidah sudah terkena, maka prognosis
menjadi buruk karena sulit mencapai daerah lesi dan lokasinya dekat dengan
organ vital. Tindakan yang tepat sangat diperlukan karena menurut data statistik
2/3 dari seluruh pasien.10

2.3 Epidemiologi
Kanker Lidah lebih umum dari semua jenis kanker rongga mulut. Hal ini
jarang terjadi sebelum usia 40 dan insiden tertinggi penyakit ini dalam dekade-
dekade 6 dan 7 dengan perbandingan pria dan wanita 3 : 1. Secara geografis,
tumor ditemukan di seluruh dunia, tetapi ada variasi yang signifikan dalam
insiden. Penyakit ini terjadi dengan kejadian tertinggi pada populasi India. 3
Hampir semua kanker di rongga mulut dimulai dari sel yang menutupi
permukaan bibir, lidah dan rongga mulut yang dikenal sebagai karsinoma sel
skuamosa dan mencapai 90%11. Menurut distribusi lokasi di rongga mulut, lidah
merupakan lokasi karsinoma sel skuamosa yang paling banyak terjadi, sekitar
35%, diikuti dasar rongga mulut 30%, gingiva mandibula 15%, mukosa bukal
10%, gingiva maksila 5%, palatum durum 3%, dan retromolar 2%.12
Dari literatur yang berbeda dikatakan lidah dan dasar rongga mulut
merupakan lokasi tersering terjadinya karsinoma sel skuamosa di negara barat.
Namun, di negara yang masyarakatnya banyak mengunyah tembakau dan buah
pinang, trigonum retromolar pad dan mukosa bukal merupakan lokasi tersering
terjadinya karsinoma ini. Karsinoma sel skuamosa lidah banyak dijumpai pada
laki-laki dan mencapai puncaknya pada dekade keenam dan ketujuh.12

2.4 Etiologi
Meskipun etiologi pasti dari karsinoma lidah masih belum diketahui, namun
beberapa faktor risiko telah diidentifikasi. Etiologi karsinoma lidah berbeda di
berbagai wilayah di dunia menurut geografis, tingkat sosial ekonomi, dan
kebiasaan tertentu.13
Faktor penyebab utama adalah iritasi yang terus-menerus, baik gigi palsu yang

tidak tepat posisi atau kebiasaan mengunyah sirih dan tembakau. Agen lain seperti

rokok dan alkohol merupakan penyebab utama karsinoma lidah di Negara-negara

barat.14 Gorsky dkk, menyatakan sebagian besar pasien KSSL yang ikut ke dalam

15
penelitian memiliki riwayat merokok dan pengguna alkohol. Di Asia, terutama
di India dan Pakistan, kebiasaan mengunyah paan (sirih) diidentifikasi sebagai
penyebab utama.
Karsinoma lidah sangat berhubungan erat dengan penggunaan tembakau

(merokok). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa 90% pasien karsinoma lidah

menggunakan produk tembakau, di mana risiko karsinoma lidah meningkat

dengan jumlah dan lamanya merokok. Risiko karsinoma lidah meningkat 6 kali

pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok.16

Rokok mengandung bahan karsinogen berupa nitrosamin dan hidrokarbon

polisiklik yang memiliki efek gen


otoksik, sehingga dapat meningkatkan risiko
penyakit.23 Paparan tembakau menyebabkan perubahan histologi sel epitel yang
progresif. Paparan dalam jangka panjang tersebut menyebabkan perubahan ke
arah keganasan, khususnya perubahan ekspresi dan mutasi p53. Perubahan ini
dapat bersifat menetap bila paparan tembakau terjadi secara terus menerus16,17
Beberapa penelitian didapat bahwa penyakit syphilis, baik pada kasus aktif
atau sekurang-kurangnya telah ada riwayat penyakit syphilis sebelumnya,sering
dijumpai bersama-sama dengan kanker ganas lidah. Sejumlah kasus telah
diobservasi dimana kanker ganas lidah timbul pada tempat yang sesuai dengan
sumber iritasi kronik seperti caries gigi atau gigi busuk dengan calculus yang
banyak.4
2.5 Patofisiologi
Patogenesis tumor ganas merupakan proses biasanya memakan waktu yang
cukup lama. Pada tahap awal terjadi inisiasi karena ada inisiator yang memulai
pertumbuhan sel yang abnormal. Inisiator ini dibawa oleh zat karsinogenik.
Bersamaan dengan atau setelah inisiasi, terjadi promosi yang dipicu oleh promoter
sehingga terbentuk sel yang polimorfis dan anaplastik. Selanjutnya terjadi
progresi yang ditandai dengan invasi sel-sel ganas ke membrane basalis. Semua
proses ini terjadi pada tahap induksi tumor dan dapat digambarkan sebagai
berikut:18

Gambar2.5 : Inisiasi, promosi dan progresi sel kanker19

Squamous sel carcinoma pada lidah sering timbul pada daerah epithelium
yang tidak normal, tetapi selain keadaan tersebut dan mudahnya dilakukan
pemeriksaan mulut, lesi sering tumbuh menjadi lesi yang besar sebelum pasien
akhirnya datang ke dokter gigi. Secara histologis tumor terdiri dari lapisan atau
kelompok sel-sel eosinopilik yang sering disertai dengan kumparan keratinasi.
Menurut tanda histology, tumor termasuk dalam derajat I – IV (Broder). Lesi yang
agak jinak adalah kelompok pertama yang disebut carcinoma verukcus oleh
Ackerman. Pada kelompok ini, sel tumor masuk sedikit kelamina propria,
membentuk massa papileferus pada permukaan. Tumor bersifat pasif pada daerah
permukaannya, tetapi jarang meluas ke tulang dan tidak mempunyai anak sebar.
Lidah mempunyai susunan pembuluh lymphe yang kaya, hal ini akan
mempercepat metastase kelenjar getah benig regioner dan ini juga dimungkinkan
oleh susunan pembuluh lymphe yang saling berhubungan kanan dan kiri.20
Tumor yang agak jinak cenderung membentuk massa papiliferus dengan
penyebaran ringan kejaringan didekatnya. Tumor paling ganas menyebar cukup
dalam serta cepat ke jaringan didekatnya dengan penyebaran permukaan yang
kecil, terlihat sebagai ulser nekrotik yang dalam. Sebagian besar lesi yang terlihat
terletak diantara kedua batas tersebut dengan daerah nekrose yang dangkal pada
bagian tengah lesi tepi yang terlipat serta sedikit menonjol dan infiltrate yang
dalam. Walaupun terdapat penyebaran lokal yang besar, tetapi anak sebar biasnya
berjalan melalui lymph node sertikal. Metastase haematogenus terjadi pada tahap
selanjutnya.20
Faktor utama yang menyebabkan inisiasi keganasan adalah akibat
ketidakmampuan DNA untuk memperbaiki sistem yang mendeteksi adanya
transformasi sel akibat paparan onkogen. Kerusakan pada DNA meliputi
hilangnya atau bertambahnya kromosom, penyusunan ulang kromosom, dan
penghapusan kode kromosom. Penghapusan atau penggandaan bagian- bagian
kromosom memungkinkan untuk ditempati oleh onkogen atau gen supresor
tumor. Sedangkan penyusunan ulang kromosom dapat berubah menjadi aktivasi
karsinogenik.20
Perubahan genetik pada karsinoma sel skuamosa kepala dan leher belum
diketahui secara pasti. Califano dkk mengemukakan hilangnya kromosom 9p21
atau 3p menyebabkan perubahan dini pada mukosa kepala dan leher sehingga
mengakibatkan munculnya karsinoma sel skuamosa. Namun, teori lain
menyatakan bahwa hilangnya kromosom 17p pada gen supresor tumor juga turut
berperan tethadap keganasan kepala dan leher. Selain itu, hilangnya kromosom
3p21 men yebabkan perubahan hyperplasia dan displasia, sedangkan hilangnya
kromosom 6p, 8p, 11q, 14q, dan 4q26-28 menyebabkan terjadinya invasi ke
jaringan sekitar.20

2.6 Manifestasi Klinis


1. Tanda awal umumnya berupa ulkus tanpa nyeri yang tidak sembuh-sembuh.
Kemudian membesar dan menekan atau menginfiltrsi jaringan sekitar yang
megakibatkan nyeri lokal, otalgia ipsilateral dan nyeri mandibula.21
Gambar 2.5. Karsinoma Lidah
2. Infiltrasi ke otot-otot ini mengakibatkan gerakan lidah terbatas sehingga
proses menelan bolus makanan dan bicara terganggu. Kanker ini dapat
menginfiltrasi jaringan sekitarnya seperti dasar mulut (floor of mouth, FOM),
dasar lidah dan tonsil.21
3. Sejalan dengan kemajuan kanker pasien dapat mengeluhkan nyeri tekan,
kesulitan mengunyah, menelan, dan berbicara, batuk dengan sputum bersemu
darah atau terjadi pembesaran nodus limfe servikal..22

2.7 Diagnosis
Untuk diagnosa pasti diperlukan gambaran klinik yang jelas dan perlu
dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang. Sebagai penunjang diagnosa pada
kanker ganas lidah adalah: biopsy berupa kultur lesi dan pemeriksaan foto
rontgent pada mandibula dan thorax. Diagnosis karsinoma lidah berdasarkan
anamnesis yang terarah, pemeriksaan fisik yang cermat dan pemeriksaan
histopatologi sebagai diagnosis pasti.23

Anamnesis
Kanker lidah predileksi timbul di1/3 tengah margo lateral lidah, disusul
venter lidah dan dorsum lidah, paling jarang ke apeks lidah. Derajat keganasan
kanker lidah lebih tinggi dari kanker rongga mulut umumnya, riwayat penyakit
pendek, progresi cepat. Manifestasi tipikalnya adalah :16
1. Benjolan di lidah. kemudian timbul lesi ulseratif
2. Nyeri. disebabkan oleh invasi tumor atau infeksi nekrosis, dapat disertai
otalgia radiatif
3. gerakan lidah terbatas : manifestasinya berupa bicara tak jelas, gangguan
menelan, liur meleleh, karena tumor menginvasi dasar mulut (otot
ekstralingual), frenulum linguae. Lesi stadium lanjut, tumor
menginfiltrasi luas sehingga lidah terfiksasi, tumor nekrosis, ulserasi,
berdarah. Lebih lanjut lesi dapat mengenai m. pterigoideus medialis,
kelenjar mandibula, timbul kesulitan membuka mulut
4. Gangguan nutrisi fisik : berat badan menurun
5. Limfadenopati leher : sekitar 30-40% pasien kanker lidah ketika datng
berobat sudah menderita metastasis kelenjar limfe regional, umumnya
adalah limfadenopati leher ipsilateral. Kanker lidah yang primernya di
dorsum lidah, apeks lidah atau menginvasi garis tengah dapat mengalami
metastasis kelenjar limfe bilateral.

Pemeriksaan Fisik
Pada stadium awal, kelainan di lidah bermanifestasi dalam berbagai bentuk
dapat berupa leukoplakia, eritroplakia, penebalan atau bentuk ulkus yang
merupakan kelainan yang paling sering ditemukan (Gambar 8).24

Gambar 2.6. Bentuk ulkus pada karsinoma lidah.

Pemeriksaan palpasi bimanual pada tumor primer sangat penting dilakukan


karena ukuran tumor yang teraba biasanya lebih besar dibandingkan yang
terlihat. Berdasarkan kondisi yang ditemukan pada palpasi ditentukan lokasi,
ukuran, jarak dari ujung lidah, garis tengah dan sulkus terminalis, ada
tidaknya invasi ke dasar mulut dan frenulum lidah serta mobilitas tumor.25,26
Karsinoma lidah mudah metastasis ke kelenjar getah bening regional.
Kelenjar getah bening leher yang sering terkena menurut urutannya adalah
kelenjar getah bening pada level II, I, III dan IV berdasarkan area kelenjar
getah bening leher menurut Sloan Kattering Memorial Cancer Center
Classifiaction (gambar 2.5)

Gambar 2.7. Level kelenjar getah bening leher bening menurut Sloan22
Kattering Memorial Cancer Center Classifiaction

Palpasi daerah leher penting dilakukan untuk menentukan lokasi, ukuran,


permukaan, konsistensi dan mobilitas pembesaran kelenjar getah bening
leher. Karsinoma lidah dapat bermetastasis jauh ke paru dan hati.26

Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis pasti kanker lidah pada akhirnya bergantung kepada diagnosis
patologi, metode tersering adalah dengan biopsi. Biopsi ini praktis, dan
mudah dikerjakan. Kanker lidah tipe infiltratif dengan mukosa intak dapat
memakai cara aspirasi jarum halus untuk pemeriksaan sitologi atau operasi
insisi untuk biopsi tumor.Pemeriksaan radiologi CT Scan atau MRI dapat
digunakan untuk menentukan batas dan ukuran tumor serta keterlibatan
kelenjar getah bening leher. Pembesaran kelenjar getah bening lebih dari satu
sentimeter dapat dideteksi pada pemeriksaan CT scan. Pemeriksaan CT scan
juga dapat mendeteksi penjalaran karsinoma lidah ke tulang berupa nekrosis
tulang, sedangkan MRI dapat mendeteksi luasnya suatu massa pada jaringan
lunak. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya
metastasis jauh adalah foto toraks dan pemeriksaan fungsi hati.25,26

Gambar 10. CT-scan Karsinoma lidah pada bagian dorsum dextra.

Biopsi langsung
a. Gambaran makroskopis : Tumor-tumor terdapat papiler, noduler, difus
bersifat fisura atau berulserasi dengan daerah leukoplakia yang sering
kali terlihat diperifer.
b. Gambaran Mikroskopis : Biasanya dapat terjadi suatu karsinoma sel
skuammosa keratinisasi tetapi dengan tipe yang berdiferensiasi buruk,
termasuk limfoepitelioma, khususnya pada sepertiga lidah posterior.26
Biru toluidine
Sebuah zat pewarna yang dibubuhkan in situ ́ sebagai salah satu
cara diagnostik tambahan dalam mendeteksi karsinoma sel skuamosa yang
akan memberi warna biru pada sel kanker. Jaringan normal tidak mengisap
warna, sedang lesi pra-ganas atau non neoplasma tidak konstan mengisap
warna.26

PET (Positron Emission Tomography)


Pemeriksan imaging dengan PET Pemeriksaan Positron Emission
Tomography menggunakan tirosin sebagai tracer memiliki sensitivitas dan
spesifisitas cukup tinggi untuk karsinoma.Pemeriksaan ini dapat mendeteksi
tumor <4mm. Untuk staging memiliki sensitivitas 71% dan spesifisitas 99%,
sedangkan untuk dteksi kekambuhan memiliki sensitivias 92% dan
spesifisitas 81%.26
2.8 Stadium

Penentuan stadium karsinoma lidah menggunakan metode klasifikasi


stadium yang disepakati oleh Amerika Serikat (AJCC) dan Perancis (UICC) edisi
7 tahun 2002.
Tabel 1. Klasifikasi stadium TNM karsinoma lidah berdasarkan kesepakatan
Amerika Serikat (AJCC) dan Perancis (UICC) tahun 2002
Kelenjar getah bening Metastasis Jauh
Tumor primer
regional

metastasis kel limfe


Tx Tumor primer tidak dapat dinilai Nx regional tidak dapat Metastasis jauh
dinilai Mx tidak dapat dinilai

tidak teraba MO tidak ada


T0 Tidak tampak tumor NO metastasis jauh
pembesaran kelenjar

diameter < 3 cm, M1 terdapat


Tis tumor in situ N1 metastasis jauh
tunggal, ipsilateral

diameter 3-6 cm,


T1 diameter < 2 cm N2a
tunggal, ipsilateral

diameter < 6 cm,


T2 diameter antara 2-4 cm N2b
multipel, ipsilateral

diameter < 6 cm,


T3 diameter > 4 cm N2c bilateral atau
kontralateral

tumor invasi ke korteks tulang,


T4a otot lidah profunda atau otot luar N3 diameter > 6 cm
lidah, sinus maksila, kulit wajah

tumor invasi ke celah posterior


T4b gigi molar, plat pterigoid, basis
kranii, A. karotis int
Tabel 2. Penggolongan stadium klinis karsinoma lidah berdasarkan kesepakatan
Amerika Serikat (AJCC) dan Perancis (UICC) tahun 2002.

Penggolongan stadium klinis

Stadium 0 Tis N0 M0

Stadium I T1 N0 M0

Stadium II T2 N0 M0

Stadium III T3 N0 M0 ; T1/T2/T3 N1 M0

Stadium IVA T4A N0/N1 M0 ; T1/T2/T3/T4A N2


M0

Stadium IVB Semua T N3 M0 ; T4B semua N M0

Stadium IVC Semua T semua N M1

2.9 Diagnosis Banding26

Berikut ini adalah diferensial diagnosis dari karsinoma lidah.


1. Ulserasi Traumatik. Umumnya pada lansia, pasien sering karena
penyangga gigi, gigi palsu kurang pas atau tepi gigi yang tajam., melukai
tepi lidah, lokasi luka sesuai lokasi iritasi. Kedalaman ulkus bervariasi,
tapi tanpa indurasi. Bila iritasi disingkirkan akan sembuh dalam waktu
singkat.
2. Ulserasi Inflamatorik. umumnya terdapat riwayat tuberculosis, sifilis,.
Lesi umumnya di dorsum lidah, kadang ditepi dan ujung lidah. Sering
berupa ulkus bulat nyeri tanpa indurasi, tepi dapat meninggi.
3. Leukoplakia dan eritroplakia, merupakan hiperplasia atipik dan
hyperkeratosis dari epitel skuamosa mukosa lidah. Leukoplakia berbentuk
awan kapas berwarna putih dangkal atau biru kelabu konsistensi lunak.
Eritroplakia berbentuk plak berwarna merah, dapat dibagi menjadi tipe
granular dan tipe licin, di bawah mikroskop sering ditemukan karsinoma
infiltratif dini.
2.10Tatalaksana28

Tujuan Terapi:
1. Pemberantasan/menghilangkan penyakit kanker dari tubuh penderita.
2. mengembalikan fungsi fisiologis sedapat mungkin.
3. Mempertahankan/mengusahakan pengembalian fungsi kosmetik seoptimal
mungkin.
Penatalaksanaan tumor
Lidah dan dasar mulut:
a. Lesi yang sangat kecil (<1 cm): eksisi, radiasi interstisial, atau radiasi
eksternal.
b. Lesi T1 atau T2: pembedahan, jika lokasi memungkinkan eksisi luas tanpa
mengganggu fungsi; atau kombinasi radiasi eksterna dan interstisial.
Pilihan tergantung keadaan umum dan kondisi pasien.
c. Lesi ekstensif: Radioterapi saja atau kombinasi dengan bedah.
Pembedahan disarankan pada kasus yang sudah menginvasi mandibula
atau jenis karsinoma verukosa.
Eksisi tumor umumnya dilakukan dengan tepi sayatan 1-2 cm di luar
indurasi tumor, namun perlu dilakukan pemeriksaan “potong beku” tepi
sayatan terutama pada daerah yang dicurigai karena lapangan yang sempit.
Yang infiltratif dan ulseratif harus lebih hati-hati untuk melakukan sayatan
karena untuk free margin memerlukan eksisi yang lebih luas. Daerah yang
belum bebas tumor dire-eksisi atau diradiasi; penggunaan radioterapi
adjuvant sesudah pembedahan dapat diberikan dengan radiasi eksterna dan
dosis 65 Gy.

Penatalaksanaan Nodul
KGB leher negatif
Lesi T1 primer: observasi bila pasien dapat dipercaya
Lesi T2 – T4 primer:
a. Jika lesi primer di bedah, lakukan diseksi leher elektif
b. Jika lesi primer di radiasi, lakukan radiasi nodul
c. Jika lesi primer dilakukan keduanya, lakukan diseksi leher atau radiasi
nodul

KGB leher positif


a. Jika lesi primer di bedah, lakukan diseksi leher
b. Jika lesi primer di radiasi, lakukan iradiasi leher dan lakukan diseksi
untuk residu nodul yang membesar atau yang berukuran > 3cm
c. Jika limfadenopati servikal terfiksir, terapi awal yaitu dengan radiasi.
Jika nodul semakin mobile dengan radiasi, lakukan diseksi leher setelah
dosis 5000 cGy. Jika tetap immobile, selesaikan radiasi sampai dosis
maksimal.
Indikasi iradiasi leher setelah diseksi leher
a. Nodul yang positif mengandung tumor berjumlah multipel
b. Nodul > 3cm atau tumor meluas keluar dari kapsul
c. Keganasan

Terapi utama
1. Tanpa metastase jauh: radioterapi dengan dosis 5000-7000 rads. Kalau
perlu kombinasi dengan operasi.
2. Ada metastase jauh: kemoterapi, yang dipakai antara lain: Karsinoma
epidermoid: Cisplatin, methotrexate, bleomycin, cyclophosphamide,
adryamycin, dengan angka remisi 20-40%, misalnya:
a. Tunggal: methotrexate 30 mg /m2 2x seminggu
b. Kombinasi: Vincristin: 1,5 mg/m2; Bleomycin: 12 mg/m2 diulang
tiap 2-3 minggu; Methotrexate: 20 mg/m2 h3

2.11 Komplikasi

Tumor ganas pada lidah yang tidak ditangani segera akan melakukan
penyebaran ke jaringan di dalam rongga mulut dan leher yang lebih dalam.
Akhirnya, menyebar ke kelenjar getah bening di sekitarnya. Pada tingkat lanjutan
ini, penderita akan mengalami komplikasi akibat dari penyebaran itu.
Komplikasi-komplikasi yang bisa timbul termasuk :
1. Sulit menelan
2. Nyeri tenggorok
3. Perdarahan
4. Sumbatan jalan nafas
5. Gangguan fonasi suara
6. Glossitis
7. Mulut kering
8. Penurunan berat badan akibat kurangnya nafsu makan
9. Kekambuhan29

2.12 Prognosis

Prognosis karsinoma lidah terutama tergantung stadium penyakit, dimana


pada stadium lanjut memiliki prognosis yang buruk dibandingkan stadium dini.
Secara patologis, semakin buruk derajat diferensiasinya maka semakin buruk
prognosisnya. Karsinoma lidah dengan metastasis kelenjar getah bening leher
memiliki five year’s survival dibandingkan karsinoma lidah tanpa metastasis ke
kelenjar getah bening.26
BAB III
KESIMPULAN

Tumor ganas lidah adalah keganasan yang terdapat pada lidah. Bentuk yang
paling banyak ditemukan adalah karsinoma sel skuamosa lidah. Karsinoma sel
skuamosa lidah merupakan salah satu bentuk karsinoma rongga mulut yang
mempunyai presentase paling banyak dari seluruh keganasan rongga mulut.
Hal ini jarang terjadi sebelum usia 40 dan insiden tertinggi penyakit ini dalam
dekade-dekade 6 dan 7 dengan perbandingan pria dan wanita 3 : 1. Faktor risiko
untuk pengembangan dasar karsinoma lidah termasuk alkohol kronis dan
penggunaan tembakau, usia lebih tua dan lokasi geografis,
Gejala-gejala kanker lidah antara lain adalah Tanda awal umumnya berupa
ulkus tanpa nyeri yang tidak sembuh-sembuh. Kemudian membesar dan menekan
atau menginfiltrasi jaringan sekitar yang megakibatkan nyeri lokal, otalgia
ipsilateral dan nyeri mandibula. Perdarahan terjadi ketika tekanan diberikan pada
tempat kanker, saat mengunyah, minum atau menelan.
Diagnosis pasti ditegakkan berdasarkan hasil biopsi histopatologi jaringan
lidah. Penanganan kanker lidah ini sebaiknya dilakukan secara multidisipliner.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penanganan kanker lidah ini ialah
eradikasi dari tumor, pengembalian fungsi dari rongga mulut, serta aspek
kosmetik /penampilan penderita.
Tumor ganas pada lidah yang tidak ditangani segera akan melakukan
penyebaran ke jaringan di dalam rongga mulut dan leher yang lebih
dalam.Akhirnya, menyebar ke kelenjar getah bening di sekitarnya. Pada tingkat
anjutan ini, penderita akan mengalami komplikasi akibat dari penyebaran itu.
Seperti pada kasus-kasus tumor lainnya, deteksi dini dan pengobatan yang tepat
serta adekuat menunjukkan prognosis yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Manullang K. Deteksi dini keganasan dalam rongga mulut. Jakarta: PABMI,


2001; 69-81.
2. Yanagawa T, Funasaka T, Tsutsumi S, Watanabe H, Raz A. Novel roles of
the autucrine motility. http://erc.endocrinology-
journals.org/content/11/4/749.full. 2004
3. Reksoprawiro S. Kanker rongga mulut; deteksi dini dan pencegahan. J
Indonesian Assoc Oral Maxillofac Surg. Kongres PABMI VIII-2000. h.10
4. ADAM, George L. . Boies : buku ajar penyakit THT. Jakarta : EGC , 2013.
5. Sicher H. Oral anatomy. 3th ed. St.Louis: The CV Mosby Company,
1980:126
6. Johnston TB, davies DV, Davies F. Gray’s anatomy descriptive and applied.
32nd ed.London: Longmas com. 1985.207-9.
7. Balaram P. Immunology of oral cancer a review. Singapore Dental Journal,
1996: 21(1): 6.
8. Birnbaum W, Dunne SM. Diagnosis kelainan dalam mulut petunjuk dalam
klinis. 1st ed. Jakarta: EGC, 2009: 242-245.
9. Lawler W, Ahmed A, Hume WJ. Buku pintar patologi untuk kedokteran gigi.1st ed.
Jakarta: EGC, 1996: 51-56.

10. Syafriadi M. Patologi mulut tumor neoplastik dan non neoplastik rongga
mulut.1st ed. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta, 2008: 73-89.
11. Sapp JP, Eversole LR, Wysocki GP. Contemporary oral and maxillofacial
pathology. Edisi ke-2. St. Louis: Mosby Inc; 2004.h.134-43, 184-96.
12. Reksoprawiro S. Kanker rongga mulut; deteksi dini dan pencegahan. J
Indonesian Assoc Oral Maxillofac Surg. Kongres PABMI VIII-2000. h.102-
7.
13. Sultana J, Bashar A, Molla MR. New Management Strategies of Oral Tongue
Cancer in Bangladesh. J Maxillofac Oral Surg. 2013;10:1-7.
14. Fadoo Z, Naz F, Husen Y, Pervez S, Hasan N. Squamous Cell Carcinoma of
Tongue in an 11-Year-old Girl. J Pediatr Hematol Oncol. 2010;32:e199–
e201.
15. Gorsky M, Epstein J.B, Oakley C, Le ND, Hay J, Moore PS et al. Carcinoma
of the tongue: A case series analysis of clinical presentation, risk factors,
staging, and outcome. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod.
2004;98: 546-52.
16. Gosselin BJ. Malignant Tumors of Mobile Tongue. Available at
www.emedicine.medscape.com
17. Tafiqurahman, Camelia H. Metastasis Leher Tersembunyi pada Karsinoma
Lidah T1-T2. Jurnal Kesehatan andalas; 2014.
18. Agur AMR, Dalley AF. Grant’s atlas of anatomy.12th edition. Philadelphia:
Lippincott William & Wilkins; 2009.p.677-783
19. Kelley DJ. Malignant tumors of the base tongue. Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/847955-overview#a0101. 2010.
20. Nguyen T. C hau, Padh ya A. Tapan. Cell Biology of Head and Neck
Squamous Cell Carcinoma. Available from: www.emedicine.com 2008
21. Suyatno. Bedah Onkologi Diagnostik dan Terapi. Jakarta: Sagung Seto. 2010.
22. Baughman, C. Diane & Hackley JoAnn. Keperawatan Medikal bedah Buku
Saku untuk Brunner dan Suddarth, Edisi 1, Alih bahasa : Yasmin Asih, Editor
Monica Ester, Jakarta : EGC, 2000.
23. Davies L, Welch HG. Epidemiology of head and neck cancer in the United
States. Otolaryngol Head Neck Surg 2012 Sep;135(3):451-7.
24. Munir M. Tumor ganas rongga mulut. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N,
Bashiruddin J, Restuti RD, ed. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung
tenggorok kepala leher. Edisi 6. Jakarta: Balai penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2007.hal.156-8
25. American Cancer Oral. Tounge Cancer. Medscape.com. 2010.
26. Yohannes, S. Tongue Carcinoma. Available from: www.emedicine.com
27. Zhuming G, Quan Z. Karsinoma lidah. Dalam: Desen W, ed. Alih bahasa:
Japaries W. Onkologi klinis. Edisi 2. Beijing: Science Publication;
2008.hal.297-304
28. Verawaty M, Andri H, Kiki AR. Squamous cell carcinoma of the tongue.
Jurnal Universitas Padjajaran;2012.
29. Sjamsuhidajat, R.. Neoplasma dalam Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta:
EGC. 2004; pp 131-2.

Anda mungkin juga menyukai