Anda di halaman 1dari 17

BAB I

LAPORAN KASUS

1.1. Identitas Pasien


A. Identifikasi Pasien
Nama : Ny. M
TTL : 20 Juli 2001
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Embacang RT 000 RW 00 Keban/ Ngulak/ Ulak Embacang
Sanga Desa Sumatera Selatan
MRS : Senin, 27 Mei 2019
Pukul : 23.09 WIB
No. RM : 60-34-89
B. Identifikasi Suami Pasien
Nama : Tn.R
Umur : 25 Februari 1998
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Alamat : Embacang RT 000 RW 00 Keban/ Ngulak/ Ulak Embacang
Sanga Desa Sumatera Selatan

1.2. Anamnesa
Aloanamnesis tanggal 29 Mei 2019 (10.00 WIB)
A. Keluhan utama :
Hamil aterm dengan kejang-kejang.

1
2

B. Riwayat penyakit sekarang :


Os datang ke ponek RSMP diantar keluarga dengan kejang-kejang
sejak 10 jam yang lalu. Sebelum mengalami kejang, os merasakan
penglihatan gelap di sertai muntah-muntah sejak 6 jam yang lalu. Kemudian
2 jam setelah kejang os di larikan ke Rumah Bersalin tanpa diberikan
tatalaksana dan dirujuk ke Rumah Sakit terdekat dan mendapatkan
tatalaksana berupa IFVD RL dan injeksi di paha kanan dan paha kiri, serta
antibiotik. Selama 3 jam di perjalanan os merasa gelisah, meracau,
mengamuk dan kejang kembali sebanyak 20 kali yang disertai demam, dan
keluar air-air dari jalan lahir selama diperjalanan. Air-air yang keluar
dirasakan cukup banyak dan merembes. Air-air yang keluar berwarna putih
bening dan tidak berbau. Keluar lendir darah dari jalan lahir (+), demam (+)
dan keputihan (-). Keluarga os mengaku hamil cukup bulan.

C. Riwayat Menstruasi
Usia Menarche : 11 tahun
Sikluas Haid : 28 Hari
Lama Haid : 7 hari dan 2 kali ganti pembalut per hari
Keluhan Saat Haid :-
HPHT : 23 Agustus 2018
TP : 30 Mei 2019

D. Riwayat Perkawinan
Status Pernikahan : 1x
Lama Menikah : ≤ 1 tahun
Usia Menikah : 17 tahun

E. Riwayat Kontrasepsi
Pasien tidak menggunakan kontrasepsi
3

F. Riwayat Ante Natal Care (ANC)


Pasien melakukan ANC sebanyak 1 kali di bidan.

G. Riwayat Kehamilan dan Persalinan


Hamil Umur Berat Sex Cara Penolong Tempat Abortus Komplikasi/
ke Kehamilan Badan L P Persalinan Persalinan Persalinan Ya Tidak Keterangan
Lahir
- - - - - - - - - - -

H. Riwayat Penyakit Terdahulu


Asma (-)
Alergi obat dan makanan (-)
Kejang-kejang saat hamil (-)
Penyakit Hipertensi kehamilan (-)
Penyakit Diabetes Melitus (-)
Penyakit Jantung (-)
Penyakit Ginjal (-)
Penyakit TBC (-)
Penyakit Hepar (-)

I. Riwayat Penyakit Keluarga


Asma (-)
Alergi obat dan makanan (-)
Kejang-kejang saat hamil (-)
Penyakit Hipertensi (+)
Penyakit Diabetes Melitus (-)
Penyakit Jantung (-)
Penyakit Ginjal (-)
4

Penyakit TBC (-)


Penyakit Hepar (-)

1.3. Pemeriksaan Fisik


Dilakukan pada tanggal 27 Mei 2019 (23.30.00 WIB)
A. Status Generalisata
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Apatis
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Nadi : 115x/menit
Suhu : 39,6°C
Pernafasan : 24x/menit

Pemeriksaan Fisik
Kepala : Normocephali
Mata : Conjungtiva anemi (-/-), sklera ikterik (-/-) edema
periorbital (-/-)
Telinga : Sekret (-), massa (-)
Hidung : Septum lurus ditengah, tidak ada secret.
Mulut : Lidah bersih, uvula ditengah, faring tenang, tonsil T1-
T1 tenang
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar thyroid (-)
Thorax :
Pulmo : Inspeksi : simetris, retraksi sela iga (-)
Palpasi : stem fremitus (+/+) sama kanan dan kiri
Perkusi: sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+/+) ronki (-/-) wheezing (-/-)
Cor : Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
5

Auskultasi : bunyi jantung I/II (+/+) normal, regular.


Murmur (-) gallop (-)
Abdomen : Inspeksi: Striae gravidarum (+), tampak lingkaran
retraksi patologis Bandl (+)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi : hepar dan lien tidak teraba, perut terasa
kencang
Genitalia : Darah (+)
Ekstremitas : akral hangat (+/+), tidak sianosis, oedem tungkai (-).

B. Status Obstetrik
Pemeriksaan Luar Sebelum Operasi
Leopold 1 : Bokong, TFU 2 jari dibawah prosesus xyphoideus
Leopold 2 : Ekstremitas kanan
Leopold 3 : Kepala
Leopold 4 : Divergen
DJJ : 170x/menit
TBJ : 2635 gr

Pemeriksaan Dalam
- Vaginal Toucher :
 Konsistensi portio : Lunak
 Posisi portio : Medial
 Pembukaan : 10 cm
 Pendataran : 0%
 Selaput ketuban : (+)
 Presentasi : Kepala
 Penunjuk : Sutura
 Penurunan : Hodghe 4
6

1.4 Pemeriksaan Penunjang


A. Laboratorium
Tabel 3.1 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Darah Rutin dan Kimia darah (
Selasa, 29 Mei 2019 Pukul 01:08 WIB)
NILAI
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN
RUJUKAN

HEMATOLOGI
Hemoglobin L 11.3 g/dL 12.0 – 16.0
Jumlah Leukosit H 19.7 10^3/ul 4.2 – 11.0
Jumlah Trombosit 184 10^3/ul 154 - 386
KIMIA KLINIK
SGOT H 71 U/L 0 – 35
SGPT H 40 U/L 0 – 35
Ureum 29 Mg/dL 10 - 50

Kreatinin 1.5 Mg/dL 0.60 - 1.50

Natrium 140 mEq/L 135.0 – 148.0


Kalium 3.5 mEq/L 3.5 – 5.5

URIN

Urin rutin
Makroskopis
Warna Kuning Tua Kuning
Kejernihan Agak keruh Jernih
Berat Jenis 1.015 1.005 – 1.030
pH 5.5 4.5 – 7.5
Protein Urin Pos(+) Negatif
Glukosa Urin Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
7

Keton Pos(++) Negatif


Bilirubin Negatif Negatif
Urobilinogen Negatif Negatif
Sedimen
Epitel 6 /1pk 1 - 15

Leukosit 3–5 /1pb <5

Eritrosit Penuh /1pb <3

Silinder Negatif

1.5 Diagnosis Kerja


Diagnosis Pre Partus : G1P0A0 hamil aterm dengan Preeklampsia intrapartu
kala II janin tunggal hidup persentasi kepala dengan
gawat janin
Diagnosis Post Partus : P1A0 post ekstraksi vakum dengan eclampsia dan
suspect sindrom HELLP.

1.6 Penatalaksanaan
Tanggal 27 Mei 2019 ( di Ponek)
-Observasi KU, TVI, DJJ
-Cek laboraturium darah rutin dan urine rutin
- Ekstraksi vacum oleh SPOG
1.7 Prognosis
- Ibu
o Ad Vitam : dubia ad bonam
o Ad Functionam : dubia ad bonam
o Ad Sanationam : dubia ad bonam
8

- Anak
o Ad Vitam : dubia ad bonam
o Ad Functionam : dubia ad bonam
o Ad Sanationam : dubia ad bonam

1.8 Laporan Persalinan


Tanggal Persalinan : 20 April 2019
Pukul : 23.30
 Persalinan dimulai pukul 23:30 WIB
 Dilakukan ekstraksi vakum
 Bayi lahir laki-laki, berat badan 2890 gram dan panjang badan 50 cm.
Apgar skor 3/5 (pukul 23.45)
 Dilakukan jahit pada vulva
 Persalinan selesai pukul 01.30 WIB
Diagnosis post partus : P1A0 post ekstraksi vacum atas indikasi
eklampsia + susp. Sindrom HELLP
Tindakan : Ekstraksi vacum

1.9 Keadaan ibu postpartum


Keadaan umum : Pasien gelisah
Tekanan darah : 160/120 mmHg
Nadi : 87 x/menit
Pernapasan : 24 x/menit
Temperature : 39˚C
Kontraksi uterus : Baik
TFU : Sepusat

1.10. Terapi post partus


1. Observasi keadaan umum, tanda vital ibu, perdarahan, dan urine
2. IVFD RL gtt XX kali/menit selama 24 jam
9

3. Kateter menetap
4. Cek Laboratorium darah dan urin rutin
5. Medikamentosa:
 IVFD RL 500 cc drip 2 amp oksitoksingtt 20x/menit s/d 24 jam
 Inj. Ceftriaxone 2x1 gr/IV.
 Inj. Metronidazole 3x500 mg/ IV
 Paracetamol Infus 3 x 1
 Dexamethasone 2 x 2 amp

1.11. Laporan Follow Up

Tanggal Follow Up Planning


27 Mei 2019 S/ Pasien datang diantar keluarga dalam P/
keadaan gelisah, pasien tidak bisa diajak -Observasi KU, TTV,
komunikasi DJJ, HIS
O/
-Cek laboratorium
KU = Sedang
(darah dan urine)
Kesadaran = Apatis
- Kolab dengan dr.
TD ; 130/90
Sp.OG
N: 115 x/menit
T:39,6 ºC
- Rencana vacum

RR: 25x/menit
Pembukaan : lengkap 10 cm, ketuban (-),
kepala
His : 5x 10’x 45”
DJJ: 170x/menit
A/ G1P0A0 hamil aterm dengan eclampsia
+ susp. Sindrom HELLP
28 Mei 2019 S/ Keluarga mengatakan os tidak sadar dan P/
gelisah -Intervensi dilanjutkan
O/ -Beri oksigen 3 liter
10

KU = Lemah -Observasi KU, TTV,


Kesadaran = Apatis -Cek laboratorium
TD ; 130/90 (darah dan urine)
N: 102 x/menit
T:37,3 ºC
Th/
RR: 25x/menit
-IVFD RL drip 2 a,p
A/ P1A0 post ekstravacum dengan
pitogin gtt 20x/menit
eclampsia + susp. Sindrom HELLP
s/d 24 jam
-Metronidazole 3x1
-Ceftriaxone 2x1gr
-Dexamethasone 2x2
amp
-Pct 3x1 fls
-Kateter menetap
29 Mei 2019 S/ Keluarga mengatakan os belum sadar P/
O/ -Observasi KU, TTV
KU = Lemah Th/
Kesadaran = Apatis
- IVFD RL gtt 20
TD ; 120/90
x/menit
N: 72 x/menit
-Cefixime 3 x 100
T:36 ºC
-As.mefenamat 3x500
RR: 15x/menit
-Kateter menetap
A/ P1A0 post ekstravacum dengan
eclampsia + susp. Sindrom HELLP
30 Mei 2019 S/ Keluarga mengatakan os belum sadar P/
O/ -Observasi KU, TTV
KU = Lemah Th/
Kesadaran = CM
-IVFD RL gtt 20
TD ; 110/70
x/menit
N: 82 x/menit
-Cefixime 3 x 100
T:36 ºC
11

RR: 20x/menit -As.mefenamat 3x500


A/ P1A0 post ekstravacum dengan -Aff kateter
eclampsia + susp. Sindrom HELLP -Aff infus
-Pindah ruangan
BAB II
PEMBAHASAN

1. Bagaimana penegakan diagnosis pada kasus ini?


Pada kasus ini membahas seorang pasien wanita usia 17 tahun datang
ke Ponek RSMP pada tanggal 27 Mei 2019 pukul 23:09 WIB dengan
diagnose G1P0A0 hamil aterm dengan Preeklampsia intrapartu kala II janin
tunggal hidup persentasi kepala dengan gawat janin.
Pada anamnesis didapatkan os datang ke ponek RSMP diantar
keluarga dengan kejang-kejang sejak 10 jam yang lalu. Sebelum mengalami
kejang, os merasakan penglihatan gelap di sertai muntah-muntah sejak 6 jam
yang lalu. Kemudian 2 jam setelah kejang os di larikan ke Rumah Bersalin
tanpa diberikan tatalaksana dan dirujuk ke Rumah Sakit terdekat dan
mendapatkan tatalaksana berupa IFVD RL dan injeksi di paha kanan dan
paha kiri, serta antibiotik. Selama 3 jam di perjalanan os merasa gelisah,
meracau, mengamuk dan kejang kembali sebanyak 20 kali yang disertai
demam, dan keluar air-air dari jalan lahir selama diperjalanan. Air-air yang
keluar dirasakan cukup banyak dan merembes. Air-air yang keluar berwarna
putih bening dan tidak berbau. Keluar lendir darah dari jalan lahir (+),dan
keputihan (-). Keluarga os mengaku hamil cukup bulan.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan hasil dalam batas normal.
pemeriksaan penunjang laboratorium darah dan urin yang menunjang
penegakkan diagnosis pada kasus ini selain dari anamnesis dan pemeriksaan
fisik di dapatkan proteinuria +1, peningkatan SGOT dan SGPT.
Berdasarkan teori preeklampsia dan eklampsia. Preeklampsia
Preeklampsia adalah gangguan multisistemik yang ditandai oleh hipertensi
dan proteinuria yang berkembang pada usia kehamilan 20 minggu.
Preeklampsia terjadi pada kondisi tekanan darah sistolik minimal 160 mmHg,
atau tekanan darah diastolik minimal 110 mmHg bila setidaknya 4 jam sekali
dalam posisi berbaring. Kondisi lain terdiri dari trombositopenia (jumlah

12
13

trombosit < 100.000/microliter), gangguan fungsi hepar ditandai dengan


peningkatan konsentrasi enzim hepar dalam darah, nyeri epigastrik pada
kuadran kanan atas yang tidak responsif terhadap pengobatan, insufisiensi
ginjal progresif (konsentrasi kreatinin serum > 1,1 mg/dL atau dua kali lipat
konsentrasi kreatinin serum tanpa disertai penyakit ginjal), edema paru dan
gangguan otak atau gangguan visual secara tiba-tiba3. Eklampsia adalah salah
satu keadaan darurat obstetric yang awali aktivitas kejang/ atau koma yang
timbul selama kehamilan atau postpartum pada wanita dengan tanda gejala
preeklampsia3. Komplikasi preeklampsia dapat meliputi solusio plasenta,
pertumbuhan janin terhambat, persalinan prematur, dan kematian janin
intrauterine. Komplikasi maternal preeklampsia berat dan eklampsia terdiri
dari Haemolisis, Peningkatan enzim hati, Trombositopenia (HELLP),
Disageminasi Koagulasi Intravaskular (DIC), gagal ginjal akut, perdarahan
serebrovaskular, perdarahan kortikal dan defisit motorik3.

2. Apa etiologi dan faktor resiko pada kasus ini?


Pada anamnesis keluarga pasien mengaku pasien tidak memiliki riwayat
hipertensi sebelumnya dan pada saat hamil pasien mengalami penurunan
nafsu makan. Pasien menikah pada usia 17 tahun dan pada saat ini adalah
kehamilan anak pertama dan pasien tinggal di lingkungan dengan sosio-
ekonomi yang rendah. Menurut teori, preeklampsia-eklampsia dapat timbul
akibat adanya faktor risiko seperti predisposisi genetik, nutrisi (kekurangan
dan kelebihan gizi makanan), invasi trofoblastik abnormal, kelainan
koagulasi, kerusakan endotel vaskular dan infeksi. Preeklampsia-eklampsia
dapat terjadi juga karena riwayat keluarga preeklampsia-eklampsia
sebelumnya, nulliparitas, riwayat kehamilan sebelumnya yang tidak baik,
kehamilan multifetal, kehamilan remaja, usia pasien lebih dari 35 tahun, dan
status sosio-ekonomi yang rendah4.
14

3. Apa dampak keadaan ibu terhadap kehamilannya?


Eklampsia memberikan pengaruh buruk pada kesetan janin yang
disebabkan oleh menurunnya perfusi uteroplacenta, hipovolemia, vasospasme,
dan kerusakan sel endotel pembuluh darah plasenta2.
Pada ibu dengan hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel
trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matrik sekitarnya.
Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dank eras sehingga lumen arteri
spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya,
arteri spiralis relatif mengalami vasokonstriksi, dan terjadi kegagalan
“remodeling arteri plasenta”, sehingga aliran darah uteroplasenta menurun dan
akan menyebabkan Intrauterine growth restriction (IUGR), oligohidramnion,
prematuritas, dan solusio placenta yang dapat meningkatkan mobiditas dan
mortalitas janin2.

4. Apakah tindakan persalinan pada kasus ini sudah benar?


Terminasi kehamilan merupakan salah satu tatalaksana preeklampsia-
eklampsia untuk pencegahan kejang. Apabila janin masih kurang bulan
tindakan terminasi ditunda dengan harapan untuk mengurangi risiko kematian
janin, tetapi dilakukan untuk preeklampsia ringan. Pada preeklampsia berat-
eklampsia sebaiknya dilakukan terminasi yang bertujuan untuk keselamatan
ibu bahkan janin. Persalinan dapat dilakukan dengan induksi untuk
pematangan servik, ekstraksi vakum, ekstraksi cunam dan seksio ceaser. Ada
beberapa perempuan proses persalinan dapat dilakukan dengan persalinan
pervaginam dan persalinan Caesar untuk mengurangi kekhawatiran servik
belum matang1.
Induksi persalinan ialah suatu tindakan terhadap ibu hamil yang belum
inpartu. Induksi persalinan berbeda dengan akselerasi persalinan, dimana pada
akselerasi persalinan tidakan tersebut dikerjakan pada wanita hamil yang
belum inpartu. Indikasi dilakukan induksi terdapat indikasi ibu dan indikasi
janin. Indikasi janin dapat berupa kehamilan lewat bulan, ketuban pecah dini,
15

janin mati. Sedangkan indikasi ibu kehamilan dengan hipertensi dan


kehamilan dengan diabetes mellitus4.
Ekstaksi vacum adalah persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan
ekstraksi tenaga negatif pada kepala. Indikasi dilakukan ekstraksi vakum,
terdapat indikasi ibu dan indikasi janin. Indikasi ibu dengan penyakit jantung
kompensata, penyakit paru-paru fibrotic dan kala II memanjang. Sedangkan
indikasi janin yaitu jika terjadi gawat janin. Syarat dilakukkannya ekstraksi
vakum jika pembukaan lebih dari 7 cm dan penurunan kepala janin pada
Hodge II4.
Ekstraksi Cunam adalah persalinan buatan di mana janin dilahirkan
dengan suatu tarikan cunam yang dipasang pada kepalanya. Indikasi dari
ekstraksi cunam ini terbagi menjadi 2, yaitu indikasi relative dan indikasi
absolut. Indikasi relatif terbagi menjadi : Indikasi de Lee dengan syarat kepala
suda di dasar panggul; putaran paksi dalam sudah sempurna; m. levator ani
sudah teregang; dan syarat-syarat ekstraksi cunam lainnya sudah dipenuhi.
Kemudian indikasi Pinard, ekstraksi cunam yang mempuntai syarat sama
dengan indikasi de Lee, hanya di sini penderita harus sudah mengejan selama
2 jam. Sedangkan, indikasi absolut meliputi indikasi ibu jika mengalami
eklampsia, preeklampsia, rupture uteri, ibu dengan penyakit jantung, paru-
paru dan lain-lain. Sedangkan, indikasi janin jika mengalami gawat janin dan
indikasi waktu jika kala II memanjang4.
Seksio sesarea merupakan persalinan buatan, dimana janin yang
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan
syarat Rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram. Seksio
sesarea di indikasikan pada ibu dengan panggul sempit absolut, tumor-tumor
jalan lahir yang menimbulkan obstruksi, stenosis serviks/vagina, placenta
previa, rupture uteri serta kelainan letak janin dan gawat janin4.
16

BAB III
KESIMPULAN & SARAN

3.1 Kesimpulan
1. Eklampsia adalah salah satu keadaan darurat obstetric yang awali aktivitas
kejang/ atau koma yang timbul selama kehamilan atau postpartum pada
wanita dengan tanda gejala preeklampsia yang dapat disertai dengan
komplikasi sindrom HELLP.
2. Eklampsia dapat timbul akibat adanya faktor risiko seperti predisposisi
genetik, nutrisi (kekurangan dan kelebihan gizi makanan), invasi trofoblastik
abnormal.
3. Penegakan diagnosis kasus ini sudah tepat yaitu dengan cara anamnesis,
pemeriksaan fisik dan melakukan pemeriksaan penunjang dengan
pemeriksaan laboratorium.
4. Tindakan pada kasus ini belum tepat dengan melakukan tindakan ekstraksi
vakum, karena ekstraksi vakum tidak diindikasikan untuk ibu dengan
eklampsia.
17

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunnungham, F. G. (2012). Obstetri Williams Volume 2. In EGC (p. 802).


https://doi.org/10.1097/00001888-193609000-00027
2. Prawirohardjo, S. (2016). Ilmu Kebidanan. (B. A. Saifuddin, Ed.), Medical
Book . PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
3. Prawirohardjo, S. (2010). Ilmu Kebidanan. (B. A. Saifuddin, Ed.), Medical Book.
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
4. Ajah, L. O., Ozonu, N. C., Ezeonu, P. O., Lawani, L. O., Obuna, J. A., & Onwe,
E. O. (2016). The feto-maternal outcome of preeclampsia with severe
features and eclampsia in Abakaliki, South-East Nigeria. Journal of Clinical
and Diagnostic Research, 10(9), QC18–QC21.
https://doi.org/10.7860/JCDR/2016/21078.8499

Anda mungkin juga menyukai