Anda di halaman 1dari 33

Konsep Dasar PNF

Oleh
Sudaryanto, S.ST.Ft, M.Fis
Definisi PNF
• PNF adalah singkatan dari Proprioceptive
Neuromuscular Facilitation
• Proprioceptive = receptor yang memberikan informasi
tentang posisi dan gerakan
• Neuromuscular = otot dan saraf
• Facilitation = membuat menjadi lebih mudah
• Proprioceptive :
– Adalah receptor sensorik untuk deep sensasi
– Memberikan feedback terhadap cerebellum dan cortex
tentang tension otot, panjang otot dan posisi tubuh
– Informasi proprioceptive dapat diperoleh/dicapai melalui
kondisi-kondisi gravitasi dan informasi tactile, dimana dapat
diaplikasikan untuk memfasilitasi aktivitas neuromuscular
yang diperlukan
• Neuromuscular :
– Aktivitas neuromuscular yang diperlukan ditentukan oleh
situasi biomekanik dari setiap tugas, yaitu tugas spesifik dan
bergantung pada kondisi-kondisi lingkungan.
– Efisiensi sinaptik merupakan prasyarat untuk koordinasi
neuromuscular
• Facilitation
– Fasilitasi aktivitas sehari-hari merupakan tujuan akhir utama
dari terapi.
– Beberapa informasi yang diperlukan dapat diaplikasikan
untuk mencapai tujuan tersebut.
– Terapis harus menganalisis aktivitas yang perlu dipelajari
dan membentuk terapi yang sedekat mungkin dengan
aktivitas tersebut.
– Terapis perlu membantu pasien didalam mengembangkan
strategi gerakan yang paling efisien untuk menyempurnakan
tugas-tugas motorik
Riwayat PNF

• PNF pertama kali dikembangkan oleh Dr. Herman


Kabat pada tahun 1940.
• Dua tahun kemudian disebarkan oleh Margaret
(Maggie) Knot.
• Pada tahun 1946, Herman Kabat dan Maggie Knot
mengembangkan suatu Institute Washington.
• Pada tahun 1951, pertama kali diadakan PNF course di
Vallejo.
• Pada tahun 1952, mereka bekerja sama dengan
Dorothy Voss untuk memulai tour PNF course.
• Pada tahun 1956, pertama kali Maggie Knott dan
Voss mempublikasikan buku PNF.
• Kemudian, pada tahun 1985 dibentuk group
International PNF Instructor dan tahun 1990 terbentuk
IPNFA
Philosophy PNF

• Philosophy PNF terdiri atas :


– Positive approach
– Functional approach
– Mobilize reserve
– Whole person
– Motor control and learning
• Positive approach :
– Positive assessment dan pengobatan
– Memulai dengan suatu aktivitas yang pasien dapat lakukan
– Direct dan Indirect pengobatan
– No pain
• Functional approach :
– Pengobatan pada level struktural dan aktivitas 
berhubungan dengan penggunaan klasifikasi ICF
– Assessment dan Dx berorientasi pada fungsional
– Mengoptimalkan level fungsional pasien
• Mobilize reserves
– Meningkatkan kesadaran pasien akan potensial yang
dimiliki dan sumber yang ada.
– Intensif training – repetition dan variasi (perubahan posisi,
aktivitas dan lingkungan) serta partisipasi aktif pasien
sangat ditekankan dalam pengobatan (terapi).
– Supportive training-program (seperti home program,
keterlibatan keluarga)
• Whole person
– Whole person harus dipertimbangkan dalam assessment dan
treatment (direct and indirect)
– Faktor lingkungan dan personal (fisik, intelektual dan
emosional)
• Penggunaan motor learning dan prinsip motor control
– Belajar kembali aktivitas fungsional  ada 3 fase motor
learning :
• Tahap kognitif
• Tahap associative
• Tahap automatic
– Ada 4 tahap motor control :
• Mobilitas, adalah kemampuan untuk mengawali suatu gerakan atau
mencapai suatu posisi tubuh tertentu sampai dapat menyelesaikan
spesific goal.
• Mobilitas dapat terbatas ketika jaringannya menjadi kaku (stiff),
kelemahan otot, hilangnya koordinasi, hilangnya deep sensasi,
hilangnya kemampuan untuk merencanakan dan/atau
mengorganisir strategi gerakan, hilangnya kemampuan kognitif,
seperti agnosia dan apraxia atau jika nyeri muncul.
• Stabilitas, adalah kemampuan mengorganisir sesuai dengan
tuntutan dari tugas-tugasnya. Diperlukan aktivitas agonist dan
antagonist. Kontrol postural diorganisir secara sadar dan
dibutuhkan ketika bagian distal tubuh harus juga stabil dalam
gerakannya sehingga seringkali memerlukan kontrol eksentrik. Hal
ini juga diorganisir secara involunter.
• Kontrol mobilitas (mobilitas diatas stabilitas), adalah kemampuan
untuk menstabilisasi suatu bagian tubuh sementara bagian tubuh
lainnya bergerak. Sebagai contoh, lower trunk harus stabil ketika
bagian tubuh lainnya bergerak seperti upper trunk. Contoh lain,
ketika knee harus stabil selama midstance dengan mobilitas kaki
dan hip.
• Skill didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan tugas-
tugas manipulatif kearah distal dengan kondisi stabil pada bagian
tubuh proksimal. Otot-otot distal dikontrol secara kortikal pada
SSP dan otot-otot proksimal secara sub-kortikal pada SSP. Hal ini
yang mendasari istilah penggunaan refleks-refleks postural,
dimana kontrol postural ini diorganisir dalam pola feed-forward.
• PNF merupakan konsep pengobatan, dimana untuk
mempertahankan filosofi PNF maka prinsip2 tertentu
dibawah ini menjadi basic PNF, yaitu :
– PNF merupakan suatu pendekatan yang terintegrasi; setiap
pengobatan diarahkan pada total human, bukan hanya pada
problem spesifik atau segmen tubuh.
– Berdasarkan pada potensial yang ada dari seluruh
kemampuan pasien, terapis akan selalu fokus pada
memobilisasi cadangan yang dimiliki pasien
– Pendekatan terapi selalu positive; memperkuat dan
menggunakan sesuatu yang dapat dilakukan oleh pasien,
berdasarkan pada level fisik dan psikologis.
– Tujuan utama dari seluruh terapi adalah untuk membantu
pasien mencapai level fungsi yang tertinggi.
– Untuk mencapai level fungsi yang tertinggi, terapis harus
mengintegrasikan prinsip2 motor control dan motor
learning. Hal ini mencakup pengobatan/terapi pada level
body structures, level activity serta level participation
(ICF – WHO).
Prinsip dasar dan Prosedur
• Exteroceptor stimuli
– Tactile stimulation
– Visual stimulation
– Auditory stimulation
• Proprioceptor stimuli
– Resistance
– Traksi dan Aproksimasi
– Stretch
• Prosedure
– Body position dan mechanics
– Timing
– Pattern
– Irradiation dan Reinforcement
• Tactile stimulation :
– Berasal dari manual contact (lumbrical contact)
– Merangsang reseptor kulit dan reseptor tekanan lainnya
– Memberikan informasi ke pasien tentang arah gerakan
yang tepat
– Letakkan tekanan tangan pada arah berlawanan dengan
gerakan pada titik dari extremitas yang bergerak, sehingga
akan merangsang otot-otot synergis untuk memperkuat
gerakan
– Letakkan tekanan tangan pada suatu otot yang dapat
membantu kemampuan kontraksi otot.
– Manual contact pada trunk pasien dapat membantu
gerakan extremitas secara tidak langsung melalui fasilitasi
stabilisasi trunk
– Jika memungkinkan manual contact pada otot yang
bekerja.
– Maual contact dengan lumbrical grip :
• Tahanan 3 dimensi
• Traksi, tanpa nyeri tambahan
• Rotasi
• No stress, stimulation
• Auditory stimulation
– Berbentuk verbal command :
• Informasi yang jelas tentang apa yang dilakukan dan kapan
dilakukan
• Timing yang tepat antara perintah dan gerakan
• Volume control : memberikan pengaruh terhadap kontraksi otot
dan performa
– Suara keras : untuk kontraksi otot yang kuat
– Suara medium : beberapa usaha/kontraksi
– Suara halus/lembut : untuk relaksasi, penurunan nyeri
• Ada 3 tahap verbal command (perintah verbal)
– Preparasi (persiapan)
– Aksi
– Koreksi
• Perintah verbal harus sederhana dan pendek, jelas, dan detail
• Orientasi pada aktivitas atau tujuan akhir
• Berirama
• Visual stimulation
– Penglihatan
– Yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari :
• Effective visual process
• Visio-motor performance
– Prasyarat
• Persepsi, kognisi
• Motor planning, postural control
– Antara terapis dan pasien
– Antara pasien dan bagian extremitas yang diterapi
– Feedback dari sistem sensorik visual
– Kontak mata dapat membantu memastikan interaksi
kooperatif
– Kontrol postural yang terkontrol
– Menuntun gerakan tubuh
– Ambient vision vs Focal vision
• Resistance
– Fasilitasi kemampuan otot untuk berkontraksi
– Meningkatkan motor control
– Membantu pasien memperoleh kesadaran gerak dan arah
gerak
– Meningkatkan kekuatan otot
– Tipe kontraksi otot :
• Isotonik (dinamik) : konsentrik, eksentrik
• Isometrik (statik)
• Stabilizing isotonik : istilah PNF oleh beberapa instruktur
– Optimal resistance :
• Besarnya resistance yang diberikan selama aktivitas harus tepat
untuk kondisi pasien dan tujuan akhir yang berorientasi aktivitas
• Resistance PNF adalah manual resistance, harus diaplikasikan
untuk membuat aktivitas.
– Optimal resistance :
• Tension otot aktif yang dihasilkan oleh tahanan merupakan
fasilitasi proprioseptif yang paling efektif.
• Fasilitasi ini dapat menyebar dari proksimal ke distal dan dari
distal ke proksimal.
• Irradiasi dan Reinforcement
– Tahanan yang diaplikasikan dengan tepat dapat
menghasilkan irradiasi dan reinforcement.
– Irradiasi didefinisikan sebagai penyebaran respon
terhadap stimulasi.
– Respon ini dapat dilihat sebagai peningkatan fasilitasi
(kontraksi) atau inhibisi (relaksasi) pada otot-otot sinergis
dan pola gerakan.
– Reinforcement didefinisikan sebagai penguatan oleh
tambahan yang jelas/nyata dapat menjadi lebih kuat.
– Terapis dapat mengarahkan reinforcement pada otot-otot
lemah melalui besarnya tahanan yang diberikan pada otot-
otot yang kuat.
• Body Position dan Body Mechanic
– Johnson dan Saliba pertama kali mengembangkan body
position dan body mechanic dalam PNF.
– Kedua ahli tersebut telah mengobservasi bahwa kontrol
yang lebih efektif pada gerak pasien terjadi ketika terapis
berada segaris dengan gerakan yang diinginkan.
– Kedua ahli tersebut mengembangkan pedoman untuk body
position terapis sebagai berikut :
• Tubuh terapis harus segaris dengan gerakan atau gaya yang
diinginkan.
• Tahanan berasal dari tubuh terapis sementara kedua tangan dan
lengan tetap relatif relaks.
• Traksi dan Aproksimasi
– Traksi merupakan elongasi trunk atau extremitas.
• Traksi dan Aproksimasi
– Traksi merupakan elongasi trunk atau extremitas.
– Knott, Voss, dan ahli lainnya menjelaskan bahwa efek
terapeutik dari traksi dihasilkan oleh stimulasi pada
receptor-receptor sendi.
– Traksi juga berperan sebagai stretch sitmulus melalui
pemanjangan/elongasi otot.
– Aproksimasi merupakan kompresi pada trunk atau
extremitas.
– Menurut Knott dan Voss, kontraksi otot yang muncul
setelah aproksimasi diduga akibat stimulasi pada receptor
sendi.
– Pemberian aproksimasi yang bertahap dan lembut, dapat
membantu pengobatan pada nyeri hebat sendi dan sendi
unstabil.
• Stretch
– Respon terhadap stretch dari rantai otot yang diberikan
oleh terapis dapat menyebabkan stretch refleks atau hanya
stimulasi pada otot.
– Pemberian stretch pada otot hanya dilakukan ketika
terapis menginginkan fasilitasi aktivitas otot dinamik.
– Stretch stimulus terjadi ketika otot dipanjangkan.
– Stimulus tersebut dapat memfasilitasi pemanjangan otot,
otot-otot sinergis pada sendi yang sama, dan otot-otot
sinergis yang berhubungan.
– Refleks memiliki 2 bagian yaitu : 1) refleks spinal, dan 2)
respon stretch fungsional.
• Timing
– Timing merupakan serangkaian gerakan.
– Gerakan normal memerlukan serangkaian aktivitas yang
halus, dan gerakan yang terkoordinasi memerlukan timing
yang tepat dalam rangkaian gerakan.
– Gerakan fungsional memerlukan gerakan yang kontinyu
dan terkoordinasi sampai aktivitas atau tugas diselesaikan.
– Normal timing dari gerakan yang paling terkoordinasi dan
efisien adalah dari distal ke proksimal.
– Secara normal, timing dari aktivitas mulai dari distal ke
proksimal.
– Menggerakkan suatu ekstremitas/anggota gerak sangat
memerlukan stabilisasi pada bagian sentral tubuh.
– Stabilitas sentral dibutuhkan untuk menggerakkan
ekstremitas/anggota gerak.
• Timing
– Timing for emphasis melibatkan perubahan rangkaian
gerakan normal yang menekankan pada otot tertentu atau
aktivitas yang diiinginkan.
– Kabat menulis bahwa pencegahan gerakan dalam pola
sinergis yang kuat akan mengalihkan energi dari otot yang
berkontraksi kearah otot yang lemah.
– Perubahan timing ini dapat merangsang refleks
proprioceptive didalam otot melalui tahanan dan stretch.
– Terdapat 2 cara terapis mengubah normal timing untuk
tujuan terapeutik yaitu :
• Dengan cara mencegah seluruh pola gerakan kecuali satu segmen
yang dititikberatkan.
• Dengan cara kontraksi isometrik atau kontraksi yang
dipertahankan pada segmen yang kuat dalam suatu pola sementara
melatih otot yang lemah.
• Pola (Pattern)
– Pola fasilitasi dianggap sebagai salah satu prosedur dasar
PNF.
– Gerakan fungsional normal terdiri dari pola gerakan
massa pada anggota gerak dan otot-otot sinergis pada
trunk.
– Korteks motorik membangkitkan dan mengorganisasikan
pola gerakan ini.
– Teori Beevor’s menjelaskan bahwa otak tidak mengenal
otot tetapi gerakan  hal ini yang mendasari ide dari
kerja PNF yang menekankan pada fungsional atau massa
pola gerakan daripada aktivasi individual otot.
• Pola (Pattern)
– Pola PNF mengombinasikan gerakan dalam 3 bidang
yaitu :
• Bidang sagital : fleksi dan ekstensi
• Bidang coronal atau frontal : abduksi dan adduksi anggota gerak
atau lateral fleksi trunk.
• Bidang transversal : rotasi.
– Dalam konsep PNF dikenal dengan gerak “spiral dan
diagonal”.
– Stretch dan tahanan akan memperkuat efektifitas pola,
sebagaimana ditunjukkan dengan adanya peningkatan
aktivitas otot  menyebar kearah distal dan proksimal
dalam suatu pola dan dari satu pola ke pola gerak yang
berhubungan (irradiasi).
• Pola (Pattern)
– Komponen rotasi dari pola merupakan kunci terhadap
tahanan yang efektif  harus tahanan yang benar.
– Gerakan yang terjadi pada sendi proksimal dijadikan
nama dalam pola, seperti fleksi-adduksi-external rotasi
shoulder.
– Sendi-sendi proksimal dan distal saling berhubungan
dalam satu pola.
– Trunk dan anggota gerak dapat bekerja bersama-sama
membentuk sinergis yang sempurna.
– Groove dari pola adalah garis yang ditarik dari tangan
atau kaki (komponen distal) kearah proksimal (shoulder
atau hip) dimana anggota gerak akan bergerak melalui
ROMnya.
• Pola (Pattern)
– Untuk kepala dan leher, groove-nya ditarik dari sebuah
bidang yang melewati hidung, dagu, dan puncak kepala.
– Groove untuk upper trunk ditarik melalui ujung shoulder
dan untuk lower trunk ditarik melalui os hip.
– Karena trunk dan anggota gerak bekerja bersama-sama
maka groove-nya bisa saling menghubungkan atau
paralel.
– Tubuh terapis harus segaris dengan groove yang relevan
atau paralel dengan groove yang relevan.
– Normal timing untuk pola extremitas adalah :
• Bagian distal (tangan dan wrist atau kaki dan ankle) pertama kali
bergerak melalu ROM-nya dan dipertahankan posisi tersebut.
• Komponen lainnya bergerak secara halus dan bersamaan sehingga
hampir seluruh gerakan disempurnakan secara bersamaan.
• Pola (Pattern)
• Rotasi merupakan bagian integral dari gerakan dan ditahan dari
awal sampai akhir gerakan.
– Terapis dapat melakukan variasi pola dengan berbagai
cara, yaitu :
• Dengan mengubah aktivitas middle joint pola extremitas untuk
fungsi  Sebagai contoh, pola fleksi-abduksi-external rotasi
shoulder pertama kali dilakukan dengan elbow bergerak dari
ekstensi ke fleksi untuk aktivitas fungsional menyentuh kepala.
• Dengan mengubah aktivitas middle joint dalam pola extremitas
untuk efek otot-otot two-joint  Sebagai contoh, pola fleksi-
adduksi-external rotasi hip pertama kali dilakukan dengan knee
bergerak dari ekstensi ke fleksi.
• Dengan mengubah posisi pasien untuk mengubah efek gravitasi
 Sebagai contoh, pola ekstensi-abduksi-internal rotasi hip
dilakukan dalam posisi tidur miring sehingga otot abduktor dapat
bekerja melawan gravitasi.
• Pola (Pattern)
• Dengan mengubah posisi pasien untuk menghasilkan satu gerakan
fungsional yang besar  Sebagai contoh, beberapa pola upper
extremitas dilatih dalam posisi duduk dan dikombinasikan dengan
aktivitas fungsional seperti makan atau menyisir rambut.
• Dengan mengubah posisi pasien untuk penggunaan isyarat/sinyal
visual  Sebagai contoh, posisikan pasien dengan half-sitting
sehingga pasien dapat melihat kaki dan ankle ketika melakukan
latihan.
– Terapis dapat mengombinasikan beberapa pola dengan
berbagai cara.
– Para ahli menamakan kombinasi pola sesuai dengan
bagaimana gerakan dari anggota gerak (kedua lengan,
kedua tungkai, atau kedua-duanya) hubungannya dengan
setiap segmen lainnya :
• Unilateral : Satu lengan atau satu tungkai
• Pola (Pattern)
• Bilateral : Kedua lengan, kedua tungkai, atau kombinasi kedua
lengan atau tungkai :
– Symmetrical : Kedua anggota gerak bergerak dalam pola yang sama
(contoh, kedua anggota gerak bergerak dalam pola fleksi-abduksi).
– Asymmetrical : Kedua anggota gerak bergerak dalam pola yang
berlawanan (contoh, anggota gerak kanan bergerak dalam pola
fleksi-abduksi, sedangkan anggota gerak kiri bergerak dalam pola
fleksi-adduksi).
– Symmetrical reciprocal : kedua anggota gerak bergerak dalam
diagonal yang sama tetapi berlawanan arah (contoh, anggota gerak
kanan bergerak dalam pola fleksi-abduksi sedangkan anggota gerak
kiri dalam pola ekstensi-adduksi).
– Asymmetrical reciprocal : kedua anggota gerak bergerak dalam pola
yang berlawanan dan arah yang berlawanan (contoh, anggota gerak
kanan bergerak dalam pola fleksi-abduksi, sedangkan anggota gerak
kiri dalam pola ekstensi-abduksi).

Anda mungkin juga menyukai