Anda di halaman 1dari 12

PERATURAN TENTANG

SURVEI DAN
PEMETAAN
KADASTRAL
SURVEI DAN MANAJEMEN INFORMASI PERTANAHAN

L. RINALDI RIZKY MULIA


18/425042/TK/46737
PERATURAN TERKAIT
SURVEI DAN PEMETAAN
KADASTRAL
(PENGUMPULAN DATA FISIK PERTANAHAN)

PP NO. 24/1997 TENTANG


PENDAFTARAN TANAH

BAB IV
PENDAFTARAN TANAH UNTUK
PERTAMA KALI
Bagian Kedua
Pengumpulan dan Pengolahan Data Fisik

2
PP NO. 24/1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH
PASAL (Ayat) ISI

Tentang pengukuran dan pemetaan, dimana kegiatan pengukuran dan pemetaan meliputi :
a. pembuatan peta dasar pendaftaran;
Pasal 14 b. penetapan batas bidang-bidang tanah;
Ayat (1) dan (2) c. pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah dan pembuatan peta pendaftaran;
d. pembuatan daftar tanah;
e. pembuatan surat ukur.
Tentang pembuatan peta dasar pertanahan. Isinya :
❖ Pasal 15 berisikan tentang pembuatan peta dasar pertanahan untuk keperluan pendaftaran
tanah secara sporadik (diusahakan pada wilayah-wilayah yang belum ditunjuk BPN).
Pasal 15
❖ Pasal 16 berisikan tentang diperlukannya peta dasar pendaftaran tanah agar setiap bidang tanah
Ayat (1) dan (2)
yang didaftar dijamin letaknya secara pasti, karena dapat direkonstruksi di lapangan setiap saat.
&
Untuk maksud tersebut diperlukan titiktitik dasar teknik nasional yang mempunyai koordinat
Pasal 16
tetap yang diperoleh dari suatu pengukuran yang berfungsi sebagai titik ikat dan titik kontrol.
Ayat (1) – (5)
Apabila suatu daerah belum memiliki titik dasar teknik nasional maka pengukuran dapat
dilaksanakan dengan menggunakan titik dasar teknik lokal yang bersifat sementara yang
kemudian diikatkan menjadi titik dasar teknik nasional.
3
PP NO. 24/1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH
PASAL (Ayat) ISI
Tentang penetapan batas-batas bidang tanah. Isinya :
❖ Pasal 17 berisikan tentang akuisisi data fisik yang diperlukan untuk menentukan batas bidang
tanah pada saat melakukan pendaftaran tanah secara sistematik dan sporadik yang wajib
dilakukan berkaitan dengan bentuk, ukuran, dan teknis penempatan tanda batas ditetapkan oleh
Pasal 17 Menteri.
Ayat (1) - (4) ❖ Pasal 18 berisikan tentang penetapan batas bidang tanah dilakukan oleh Panitia Ajudikasi
Pasal 18 (pendaftaran tanag sistematik) atau oleh Kepala Kantor Pertanahan (pendaftaran tanah sporadic)
Ayat (1) – (5) dengan memperhatikan batas-batas bidang atau bidang-bidang tanah yang telah terdaftar dan
Pasal 19 surat ukur atau gambar situasi yang bersangkutan sesuai ketentuan dan dituangkan dalam berita
Ayat (1) – (5) acara yang ditetapkan oleh Menteri.
❖ Pasal 19 berisikan tentang tidak tercapainya kesepakatan dan kehadiran pemegang hak atas tanah
yang bersangkutan pada saat dilakukannya pengukuran batas bidang tanah yang selanjutnya
tertuang dalam gambar ukur sementara yang kepastiannya penetapan batasnya dilakukan
berdasarkan putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Tentang Pengukuran dan Pemetaan Bidang-bidang Tanah dan Pembuatan Peta Pendaftaran. Isinya :
Pasal 20 berisikan tentang bidang-bidang tanah yang telah ditetapkan batasnya harus dibuat peta
Pasal 20
dasar pendaftaran tanahnya melalui peta yang telah ada atau dibuat baru berdasarkan ketentuan
Ayat (1) - (4)
lebih lanjut mengenai pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah dan pembuatan
peta pendaftaran ditetapkan oleh Menteri. 4
PERATURAN TERKAIT
SURVEI DAN PEMETAAN
KADASTRAL
(TEKNIS PENGUMPULAN DATA FISIK PERTANAHAN)

PMNA/KA.BPN NO. 3/1997


TENTANG KETENTUAN
PELAKSANAAN PP NO. 24/1997
TENTANG PENDAFTARAN TANAH
BAB II
PENGUKURAN DAN PEMETAAN
Bagian Kedua
Pembuatan Peta Dasar Pendaftaran

5
PMNA/KA.BPN NO. 3/1997
PASAL (Ayat) ISI

Tentang Pengukuran dan Pemetaan untuk Pembuatan Peta Dasar Pendaftaran. Isinya :
❖ Pasal 12 berisikan tentang pengukuran dan pemetaan untuk pembuatan peta dasar pendaftaran
diselenggarakan dengan cara terrestrial, fotogrametrik atau metode lain.
❖ Pasal 13 berisikan tentang ketentuan skala pembuatan peta dasar pendaftaran dengan skala
Pasal 12
1:1.000 atau lebih besar untuk daerah pemukiman, 1:2.500 atau lebih besar untuk daerah
Ayat (1) - (4)
pertanian dan 1:10.000 untuk daerah perkebunan besar yang tertuang dalam bentuk peta garis
Pasal 13
atau peta foto yang diikatkan pada titik dasar teknik nasional.
Ayat (1) – (4)
❖ Pasal 14 berisikan tentang detail yang diukur dalam pembuatan peta dasar pendaftaran meliputi
Pasal 14
semua atau sebagian unsur geografi seperti sungai, jalan, bangunan, batas fisik bidang tanah
Pasal 15
dan ketinggian.
Ayat (1) – (8)
❖ Pasal 15 berisikan tentang ketentuan layouting peta dasar pendaftaran, baik itu peta garis
Pasal 16
maupun peta foto. Ketentuan yang diatur antara lain adalah muka peta berdasarkan ketentuan
Ayat (1) – (10)
skala yang berlaku, informasi tepi peta, dan simbol-simbol kartografi yang digunakan.
❖ Pasal 16 berisikan tentang ketentuan penomoran lembar-lembar peta dasar yang terdiri terdiri
dari nomor zone dan nomor lembar peta untuk ketentuan skala 1:10.000 , skala 1:2.500, skala
1:1.000 , skala 1:500 dan skala 1:250.

6
PMNA/KA.BPN NO. 3/1997
PASAL (Ayat) ISI
Tentang Pengukuran Bidang Tanah. Isinya :
❖ Pasal 24 berisikan tentang pengukuran bidang tanah dilaksanakan dengan cara terrestrial,
Pasal 24
fotogrametrik, atau metoda lainnya yang harus memenuhi prinsip dan kaidah-kaidah teknis pengukuran.
Ayat (1) dan (2)
❖ Pasal 25 berisikan tentang pengukuran bidang tanah dilaksanakan dalam sistem koordinat nasional atau
Pasal 25
lokal.
Ayat (1) dan (2)
❖ Pasal 26 berisikan tentang identifikasi batas bidang tanah berdasarkan peta dasar pendaftaran yang
Pasal 26
berupa peta foto yang selanjutnya dijadikan dasar pengukuran langsung di lapangan.
Ayat (1) – (4)
❖ Pasal 27 berisikan tentang pengukuran bidang tanah diikatkan pada titik dasar teknik nasional dan/atau
Pasal 27
detail-detail lainnya untuk peta pendaftaran berupa peta garis.
Pasal 28
❖ Pasal 28 berisikan tentang pengukuran dalam pendaftaran tanah secara sistematik yang dilaksanakan
Pasal 29
bersamaan dengan pembuatan peta dasar pendaftaran.
Ayat (1) – (3)
❖ Pasal 29 berisikan tentang pengukuran bidang tanah secara sporadic yang diikatkan pada titik dasar
Pasal 30
Teknik.
Ayat (1) – (7)
❖ Pasal 30 berisikan tentang hasil pengukuran bidang tanah yang dituangkan dalam gambar ukur yang
memuat informasi-informasi bidang tanah.
Tentang Pengumpulan Data Fisik. Pasal 57 berisikan tentang pemasangan tanda dan penetapan batas-batas
Pasal 57 bidang tanah yang dilakukan oleh Satgas pengukuran dan pemetaan atas nama Ketua Panitia Ajudikasi
Ayat (1) - (4) (pengukuran oleh pegawai BPN) atau Satgas Pengumpul Data Yuridis atas nama Panitia Ajudikasi
(pengukuran oleh pihak ketiga) berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan.
7
PERATURAN TERKAIT
SURVEI DAN PEMETAAN
KADASTRAL
(PETUNJUK TEKNIS PENGUMPULAN DATA FISIK PERTANAHAN)

PETUNJUK TEKNIS NOMOR:


01/JUKNLS-300/2006 TENTANG
PENGUKURAN DAN PEMETAAN
BIDANG TANAH SISTEMIK
LENGKAP

8
PMNA/KA.BPN NO. 3/1997
No. Judul ISI

Pengukuran dan pemetaan bidang tanah sistematis lengkap dalam rangka pendaftaran
tanah menggunakan peta dasar sesuai dengan standar yang berlaku (sesuai Peraturan
Pemerintah No.24 tahun 1997 dan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan
Ketersediaan Peta
Pertanahan Nasional No.3 tahun 1997). Peta dasar dapat berupa :
1. Dasar
a. Peta foto udara (baik dari wahana pesawat udara atau Unmanned Aerial Vehicle
Pendaftaran
(UAV)/drone),
b.Peta Citra satelit resolusi tinggi (CSRT) atau
c. Peta garis.
Metode Pelaksanaan Kegiatan Pengukuran dan Pemetaan bidang tanah sistematis
Metode Pelaksanaan lengkap yaitu:
Pengukuran dan a. Metode Terestrial;
2.
Pemetaan b. Metode Fotogrametris;
Bidang Tanah c. Metode Pengamatan Satelit;
d. Metode Kombinasi terestrial, fotogrametris, dan/atau pengamatan satelit.

9
PMNA/KA.BPN NO. 3/1997
No. Judul ISI

Petugas pelaksana kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah sistematis lengkap
dilaksanakan oleh panitia ajudikasi percepatan dan satuan tugas (satgas) fisik. Satgas
Petugas Pelaksana fisik dapat dilakukan oleh:
Pengukuran dan a. Petugas Ukur Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional;
3.
Pemetaan Bidang b. Kantor Jasa Surveyor Kadaster Berlisensi (KJSKB);
Tanah c. Surveyor Kadaster Berlisensi (SKB)
Petugas pelaksana dalam melaksanakan tugas pengukuran dan pemetaan bidang wajib
memperhatikan beberapa hal untuk keselamatan dan kenyamanan bekerja
Proses pengukuran bidang tanah dan pengumpulan informasi bidang tanah meliputi;
Proses Pengukuran a. Persiapan pengukuran dan pemetaan bidang tanah
Bidang Tanah dan b. Pemasangan tanda batas bidang tanah
4. Pengumpulan c. Penunjukan tanda batas bidang tanah
Informasi Bidang d. Penetapan batas bidang tanah
Tanah e. Pelaksanaan pengukuran bidang tanah
f. Pengumpulan Informasi Bidang Tanah

10
CONTOH FISIK TDT

11
THANK YOU!
rinaldirizky99@mail.ugm.ac.id

Anda mungkin juga menyukai