Anda di halaman 1dari 4

BAB III

KESIMPULAN

Tuli mendadak (Sudden deafness) merupakan hilangnya pendengaran yang terjadi


secara cepat dan tiba-tiba dalam waktu tiga hari. Jenis ketulian yang paling sering adalah tuli
sensorineural. Hal ini disebabkan terutama oleh iskemia koklea dan infeksi virus. Iskemia
koklea merupakan penyebab utama tuli mendadak. Keadaan ini dapat disebabkan karena
spasme, trombosis atau perdarahan arteri auditiva interna. Pembuluh darah ini merupakan
arteri ujung (end artery), sehingga bila terjadi gangguan pada pembuluh darah ini koklea
sangat mudah mengalami kerusakan Iskemia mengakibatkan degenerasi luas pada sel-sel
ganglion stria vaskularis dan ligamen spiralis. Kemudian diikuti oleh pembentukan jaringan
ikat dan penulangan. Penyebab lain yaitu infeksi virus, seperti virus parotis, campak, virus
influenza B, dan mononukleosis menyebabkan kerusakan pada organ corti, membran
tektoria, dan selubung mielin saraf akustik.

Diagnosis tuli mendadak dapat ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan pendengaran


(audiologi), dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis ditemukan gejala penurunan
pendengaran secara mendadak , kadang bersifat sementara atau berulang dalam serangan,
tetapi biasanya menetap. Tuli dapat unilateral atau bilateral, dapat disertai dengan tinitus atau
vertigo. Kemungkinan ada gejala dan tanda penyakit virus seperti parotitis, varisela, variola,
atau pada anamnesis baru sembuh dari penyakit virus tersebut. Pada pemeriksaan klinis tidak
terdapat kelainan telinga. Pemeriksaan pendengaran (audiologi), ditemukan Rinne (+), Weber
lateralisasi ke telinga yang sehat, Schwabach memendek, sesuai kesan tuli sensorineural.
Pemeriksaan PTA (Pure Tone Audiometri) didapatkan tuli sensorineural ringan sampai berat.
Pemeriksaan lain yang dapat menunjang diagnosis yaitu pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan radiologis.

Penanganan utama pasien tuli mendadak yaitu tirah baring selama 14 hari, pemberian
vasodilatansia kuat, kortikosteroid, menggunakan antiviral apabila disebabkan oleh infeksi
virus. Terapi hiperbarik oksigen memberikan hasil terbaik bila dimulai dalam 2 minggu sejak
ketulian, dan dikombinasikan dengan steroid. Kombinasi ini direkomendasikan paling lambat
30 hari sejak ketulian. HBOT dan intratympanik steroid memberikan hasil paling baik pada
frekuensi rendah. HBOT 2,5 ATA, 2 x 30 menit per sesi akan meningkatkan tekanan parsial

25
O2 10-20 kali di skala timpani, melindungi sel-sel neurosensoris, dan memulihkan
metabolisme oksidatif di vascular strip. HBOT memperbaiki reologi dan mikrosirkulasi,
mengurangi viskositas darah, dan memperbaiki elastisitas eritrosit. Menurut Guideline of
American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery, HBOT memiliki potensi
manfaat sebagai terapi adjuvan tuli mendadak sensorineural bila diberikan dalam waktu 3
bulan sejak onset ketulian. Dosis yang di gunakan untuk perawatan tidak boleh lebih dari 3
ATA karena tidak aman untuk pasien selain berkaitan dengan lamanya perawatan yang
dibutuhkan,juga dikatakan bahwa tekanan di atas 2,5 ATA mempunyai efek imunosupresif.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Ali S, Maryam K, Matineh H. (2014). Diseases treated with hyperbarik oxygen therapy.
Med Hyp Discov Innov Interdisciplinary.
2. Alimoglu, Y., Inci, E., Edizer, D.T., Ozdilek, A., & Aslan, M. (2011). Efficacy
comparison of oral steroid, intratympanic steroid, hyperbaric oxygen and oral steroid
+ hyperbaric oxygen treatments in idiopathic sudden sensorineural hearing loss cases.
European Archives of Otorhinolaryngology, 268:1735- 1741.
3. Chin-Saeng, Cho, Young-Jin Choi. (2013). Prognostic factor in sudden
sensorineural hearing loss; a retrospective study using interaction effects. Braz J
Otorhinolaryngol.;79(4):466-70.
4. Imsuwansri, Thanarath. Pipat Poonsap. Kornkiat Snidvongs. 2012. Hyperbaric oxygen
therapy for sudden sensorineural hearing loss after failure from oral and intratumpaic
corticosteroid. Thailand: Department of otolaryngology.
5. Lin, Frank L., Roland Thorpe, Sandra Gordon-Salan, Luigi Ferrucci. (2011).
Hearing loss prevalence and risk factos among older adults in the United States. J
Gerontol A Biol Sci Med Sci; 66A(5):582–590.

6. Liu, S.C., Kang, B.H., Lee, J.C., Lin, Y.S., Huang, K.L., Liu, D.W., Su, W.F & Wang
C.H. (2011). Comparison of therapeutic results in sudden sensorineural hearing loss
with/without additional hyperbaric oxygen therapy: A Retrospective review of 465
audiologically controlled cases. Clinical Otolaryngology, 36:121-128

7. Wulandari, Ayu. (2002). Terapi oksigen hiperbarik terhadap penderita dengan


diagnosis tuli mendadak senter hiperbarik RSAL Dr. Mintohardjo periode 2002.
Bandung: Universitas Padjajaran.
8. Yan, Ling. Ting Liang. Oumei Cheng. (2015). Hyperbaric oxygen therapy in China.
Medical Gas Research: China. DOI 10.1186/s13618-015-0024-4.
9. Stachler R. J., Chandrasekhar S. S., Archer S. M., Rosenfeld R. M., Schwartz S.
R., Barrs DM. (2012). Clinical practice guideline sudden hearing loss. American
Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery. Otolaryngol Head Neck
Surg. 146:S1.

27
10. Insuwansri T, Poonsap P, Snidvongs K. Hyperbaric Oxygen Therapy for Sudden
Sensorineural Hearing Loss after Failure from Oral and Intrattympanic Corticosteroid.
Clinical and Experimental Otorhinolaryngology 2012 Vol. 5 supll. 1: S99-S102
11. Lamm H, Kortkamp C M, Warnecke A, et al. Concurrent Hyperbaric Oxygen Therapy
and Intratympanic Steroid Application as Salvage Therapy after Severe Sudden
Sensorineural Hearing Loss. Clinical Case Report 2016 4(3): 287-293.
12. Enache R, Sarafoleanu C Prognostic Factors in Sudden Hearing Loss, Journal of
Medicine and Life 2008 Vol. 1 No. 3: 343-347.
13. Novita Stevani, Yuwono Natalia. Diagnosis dan Tata Laksana Tuli Mendadak. RSUD
Landak, Ngabang, Kalimantan Barat, Indonesia. 2013. [ Cited 21 December 2013]
Available from URL : http://www.kalbemed.com/Portals/6/07_210Diagnosis%20dan
%20Tata%20Laksana%20Tuli%20Mendadak.pdf

14. Munilson Jacky, Yurni. Diagnosis Dan Penatalaksanaan Tuli Mendadak. Departemen
Telinga Hidung Tenggorok – Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Unand/ RS. Dr.
M. Djamil Padang.2010. [cited 21 December 2013]. Available from URL :
http://repository.unand.ac.id/18123/1/Tuli%20Mendadak%20perbaikan-%20Yurni.pdf .
15. Soetirto I, Bashiruddin J. Tuli Mendadak. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga-Hidung-
Tenggorok Kepala Leher.Ed:5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.2000. Hal.39-41
16. Hashisaki George. Sudden sensory hearing Loss. In: Bailey Byron, Johnson Jonas,
editors. Head and Neck Surgery – Otolaryngology. 4 th edition. USA: Lippincott
Williams & Wilkins; 2006 p. 2232-5.

28

Anda mungkin juga menyukai