Anda di halaman 1dari 126

PETUNJUK TEKNIS

PELAYANAN KESEHATAN
GIGI DAN MULUT
DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU

DIREKTORAT PELAYANAN KESEHATAN PRIMER


KEMENTERIAN KESEHATAN RI
TAHUN 2021
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru i
Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI
Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI
362.11
Ind Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal
000.00 p Pelayanan Kesehatan
Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal
Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas Pada Masa
Ind Pelayanan Kesehatan
Pandemi COVID-19.— Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
p Petunjuk
2020 Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi
ISBN 978-602-416-929-9
Kebiasaan Baru.— Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
2021 1. Judul I. COMMUNITY HEALTH SERVICES
II. PANDEMICS III. CORONAVIRUS
ISBN 000-000-000-000-0

1. Judul I. HEALTH SERVICES
II. PREVENTIVE MEDICINE III. PREVENTIVEHEALTH SERVICES

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


ii di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
PETUNJUK TEKNIS
PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU

Diterbitkan oleh
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI
Pengarah
Prof. dr. Abdul Kadir, Ph.D, Sp.THT-KL (K), MARS (Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan)
Pembina
drg. Saraswati, MPH (Direktur Pelayanan Kesehatan Primer)
Koordinator
dr. Upik Rukmini, MKM (Koordinator Praktik Perorangan)
Penyusun
drg. Iwan Dewanto, MMR., Ph.D; drg. Kartika Andari Wulan, Sp.Pros; drg. Melissa Adiatman,
Ph.D; drg. Grace Monica, MKM; dr. Upik Rukmini, MKM; drg. Indra Rachmad Dharmawan, MKM;
drg Renta Yulfa Zaini.
Kontributor
Dr. drg. R. M. Sri Hananto Seno, Sp.BM (K)., MM. (Ketua PB PDGI); Prof. Dr. dr. Hindra Irawan
Satari, Sp.A(K), M.TropPaed (Ketua Tim Pokja Nasional PPI); drg. Tritarayati, SH., MH.Kes (Ketua
Komite Kesehatan Gigi dan Mulut); drg. Farichah Hanum, M.Kes (Direktur Mutu dan Akreditasi);
Prof. Dr. Drg Tri Erri Astoeti, M.Kes, Prof. Dr. Drg. Anton Rahardjo, MKM, Dr. drg. Laksmi Dwiati,
MM., MHA., FICD., drg. Naniek Isnaini, M.Kes., drg. Nuzulisa Zulkifli, Dr. Drg. Sri Susilawati, M.Kes.,
Epi Nopiah, S.Pd., M.AP., drg. Harry Agung Tjahyadi, M.Kes, drg. Rudi Kurniawan, M.Kes. (Komite
Kesehatan Gigi dan Mulut); drg. Erry Indriana, MM; drg. Sinta Prabawati; drg. Faizal Prabowo
Kaliman (drg. Puskesmas….); drg. Budi Rukhiyat (Dinas Kesehatan Tanah Laut); drg. Fachmi
Muzaqi (Puskesmas Tomiya, Wakatobi); drg. Asteria Illa (Puskesmas Rowosari, Kota Semarang);
drg. Dewa Pandega Putra (Puskesmas Ponjong 2, Gunung Kidul); drg. Deni Andriani (Puskesmas
Depok II, Kabupaten Sleman); drg. Fatimah R. Gita, MKM (Puskesmas Kec. Cempaka Putih, DKI
Jakarta); drg Gustian Pamungkas (Puskesmas Singosari, Kabupaten Malang); drg. Dimaz Aryo
Nugroho Bandriananto, drg. Fadhil Rahman, drg. Ardisa Primananda Nugraha, drg. Deddy Dwi
Septian, drg Amanda Andika Sari, drg. Rio Suryantoro, Sp.KG., drg. M.Furqon, Sp.KG (Praktik
Mandiri Dokter Gigi); drg. Ratih Susila, MPH (PDGI Cabang Kabupaten Sleman); drg. Rahma
Defi, MKM (Kabid Yankes Kota Semarang); drg. Iwany Amalliah, M. Epid, drg. Gita Sjarkawi, M.
Kes, drg. Atik Ramadhani , PhD (Universitas Indonesia); drg. Tania Saskianti, Sp.KGA (K), Ph.D

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru iii
(Universitas Airlangga); drg. Rochman Mujayanto, Sp.PM; (Universitas Islam Sultan Agung);
drg. Rudanton Sidharta, Sp.Perio (Universitas Brawijaya); drg. Zefry Zainal Abidin, M.Ked.
Klin, Sp.BM (Universitas Brawijaya/RSUD Kab. Kediri); drg. Ananda Dhea Soraya (Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta); Anindyta Apkako Cahya Indrasetia, SKG (Universitas Brawijaya);
Fasely Mranani, Zakiah Dianah (Direktorat Kesehatan Keluarga); (Anthoneta Paliama, SKp, dr.
Titi Sundari (Pokja PPI); dr. Nani H. Widodo, Sp. M. (Kasubdit Pelayanan Medik dan Keperawatan,
Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan); dr. Ferdinandus Ferry Kandou (Direktorat Fasilitas
Pelayanan Kesehatan); dr. Ida Bagus Anom (Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan); Meily
Arrovi Qulsum, MKM (Direktorat Mutu dan Akreditasi); drg. Rina Harini, drg. Enita Pardede, drg.
Naneu Retna Arfani dr. Rizky Rahayuningsih, dr. Adi Pamungkas, drg. Idawati Lina, M.Kes., drg.
Diah Handaryati, Saudatina Arum M, MKM (Dit. Pelayanan Kesehatan Primer)
Editor dan Layout Buku
drg. Grace Monica, MKM; drg. Kartika Andari Wulan, Sp.Pros;
drg. Indra Rachmad Dharmawan , MKM; drg Renta Yulfa Zaini
Sekretariat
Yuanita Rizky Inggarputri, SKM; Mediansyah Saleh, ST
Email
praktikperorangan@gmail.com

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


iv di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
KATA SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya penyusunan buku
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Adaptasi
Kebiasaan Baru akhirnya dapat diselesaikan.

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut sangat berdekatan dengan sumber
droplets yang merupakan high risk transmission. Beberapa tindakan
medis juga dapat memicu terjadinya aerosol, dan menimbulkan risiko
penularan COVID-19 melalui airborne. Masa pandemi COVID-19
pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP) tetap menjadi kebutuhan masyarakat dalam upaya menurunkan angka kesakitan
gigi dan mulut.

Kita ketahui bahwa Dokter Gigi dan Terapis Gigi dan Mulut sebagai tenaga kesehatan sangat
rentan tertular Covid-19 pada saat melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Untuk
mencegah penularan dan melindungi petugas dan masyarakat, diperlukan penyesuaian tata
laksana pelayanan kesehatan gigi dan mulut baik di Puskesmas, Klinik Pratama maupun Praktik
Mandiri Dokter Gigi.

Untuk itu dibutuhkan Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada masa pandemi
dan masa adaptasi kebiasaan baru, sebagai pedoman bagi semua pihak yang terkait dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di FKTP. Juknis ini diharapkan menjadi
acuan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di FKTP dalam masa pandemi COVID-19 dan pada
masa adaptasi kebiasaan baru serta sebagai acuan bagi Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/
Kota dalam memberikan pembinaan dan pendampingan supaya pelayanan kesehatan gigi dan
mulut dapat terselenggara dengan baik dan bermutu.

Saya sampaikan terima kasih pada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan
Petunjuk Teknis ini dan semoga Allah SWT senantiasa menuntun langkah kita untuk dapat
bersama sama berkontribusi menuju tatanan normal baru, masyarakat sehat, aman dan produktif.

Jakarta, April 2021


Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan

Prof. dr. Abdul Kadir, Ph.D, Sp. THT-KL(K ), MARS

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru v
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
vi di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
KATA SAMBUTAN
KETUA KOMITE KESEHATAN GIGI DAN MULUT

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas karunia-Nya, Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan
Mulut Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru dapat ditetapkan.
Sebagaimana diketahui bahwa COVID-19 telah menjadi masalah
kesehatan global setelah ditetapkan sebagai pandemi oleh
Badan Kesehatan Dunia/ World Health Organization (WHO)
pada tanggal 11 Maret 2020. COVID-19 sudah menyebar di
hampir seluruh negara, termasuk Indonesia. Selama 10 bulan
terakhir sejak pandemi ditetapkan, kita dihadapkan pada
keseharian untuk berdampingan dengan COVID-19 dan kondisi
ini masih terus berlanjut hingga beberapa waktu yang belum
dapat ditentukan kapan akan berakhir.

Menyikapi kondisi tersebut, maka perlu disusun suatu pedoman tatalaksana pelayanan
kesehatan gigi dan mulut dengan mengutamakan protokol kesehatan sebagai acuan bagi
tenaga kesehatan gigi dan mulut dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Sehingga diharapkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada masa pandemi dan adaptasi
kebiasaan baru tetap dapat terlaksana dengan menjaga mutu/kualitas pelayanan dan patient
safety. Dengan demikian diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan gigi dan mulut di
masyarakat.

Akhir kata, saya ucapkan apresiasi dan terima kasih kepada Tim Penyusun dan teman sejawat
yang telah bahu membahu menyusunnya, semoga buku Petunjuk Teknis ini dapat memberikan
manfaat bagi Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota, Puskesmas, Klinik Pratama, Praktik
Mandiri Dokter Gigi dan pihak-pihak lain yang terkait pelayanan kesehatan gigi dan mulut
di FKTP. Semoga Allah SWT selalu memberikan kita kekuatan dalam menghadapi Pandemi
COVID-19 dan untuk bersama – sama berkontribusi mewujudkan masyarakat yang sehat.

Jakarta, April 2021


Ketua Komite Kesehatan Gigi dan Mulut

drg. Tritarayati, SH, MH.Kes.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru vii
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
viii di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
KATA PENGANTAR
DIREKTUR PELAYANAN KESEHATAN PRIMER

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmatNya penyusunan buku Petunjuk Teknis Pelayanan
Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
pada Adaptasi Kebiasaan Baru, akhirnya dapat diselesaikan.
Pedoman ini dibuat untuk memberikan panduan bagi dokter
gigi dan terapis gigi dan mulut dalam memberikan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut dalam masa pandemi dan adapatasi
kebiasaan baru pasca pandemi COVID-19.

Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) telah merubah


tatanan kehidupan masyarakat, karena ancaman virus
COVID-19 harus diwaspadai untuk mencegah meningkatnya
kembali jumlah kasus, sehingga kebiasaan baru perlu diimplementasikan. Adaptasi kebiasaan
baru adalah perubahan perilaku untuk menjalankan aktivitas normal namun dengan tetap
menerapkan protokol kesehatan guna mencegah penularan COVID-19, menyesuaikan dengan
pola hidup normal namun mengurangi kontak fisik dengan orang lain, tetap menerapkan
protokol kesehatan.

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (Puskesmas, Klinik
Pratama, Dokter Gigi Praktik Mandiri) merupakan pelayanan terdepan dalam penanganan
kesehatan gigi dan mulut pada masa pandemi COVID-19 dan Adaptasi Kebiasaan Baru. Dalam
menghadapi masa pandemi dan adaptasi kebiasaan baru pelayanan kesehatan gigi di FKTP perlu
mempersiapkan protokol pelayanan dalam rangka melayani masyarakat tanpa mengabaikan
keselamatan dan kesehatan pasien dan tenaga kesehatan dari resiko penularan COVID-19.

Dengan adanya buku Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di FKTP pada Masa
Adaptasi Kebiasaan Baru, diharapkan dapat memberikan panduan bagi tenaga kesehatan di
FKTP dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Saya menyampaikan terima
kasih kepada tim penyusun buku ini, semoga hasil kerja kita bersama dapat bermanfaat bagi
bangsa dan negara dalam upaya menurunkan angka kesakitan gigi dan mulut.

Salam Sehat ...... Sehat Indonesia

Jakarta, April 2021


Direktur Pelayanan Kesehatan Primer

drg. Saraswati, MPH

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru ix
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
x di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
DAFTAR ISI

Sambutan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan ................................................................... v


Sambutan Ketua Komite Kesehatan Gigi dan Mulut .................................................................. vii
Kata Pengantar ......................................................................................................................................... ix
Daftar Isi ...................................................................................................................................................... xi
Daftar Singkatan ...................................................................................................................................... xiii
Daftar Tabel ................................................................................................................................................ xiv
Daftar Gambar .......................................................................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 01


A. Latar Belakang .............................................................................................................. 01
B. Tujuan .............................................................................................................................. 02
C. Ruang Lingkup .............................................................................................................. 02
D. Sasaran ............................................................................................................................ 03
BAB II KONSEP TRANSMISI SARS-CoV-2 DAN DAMPAK INFEKSI COVID-19
PADA PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT ............................................ 04
A. Rantai Penularan SARS-CoV-2 ............................................................................... 04
B. Potensi Penularan/Transmisi SARS-CoV-2 dalam Pelayanan Kesehatan
Gigi dan Mulut .............................................................................................................. 05
C. Gejala Klinis Infeksi COVID-19 .............................................................................. 06
D. Dampak Infeksi COVID-19 pada Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut . 08
E. Upaya Mitigasi Infeksi COVID-19 .......................................................................... 08
BAB III PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI PADA PELAYANAN
KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT
PERTAMA ................................................................................................................................. 11
3.1. TAHAP PERSIAPAN .................................................................................................... 13
A. Pengaturan Aliran Udara dan Ventilasi ..................................................... 13
B. Pengelolaan Air Bersih ..................................................................................... 20
C. Pengaturan dan Pengelolaan Ruangan ..................................................... 20
3.2. TAHAP SEBELUM KUNJUNGAN PASIEN ............................................................. 23
A. Deteksi dan Penapisan (Skrining) Pasien Pra-Kunjungan .................. 23
B. Pengelolaan Penjadwalan Perawatan Pasien ........................................ 27
3.3. TAHAP SAAT KUNJUNGAN PASIEN ..................................................................... 30
A. Deteksi dan Penapisan (Skrining) Pasien Saat Kunjungan ................ 30
B. Penerapan Kewaspadaan Isolasi ................................................................. 31
1. Kewaspadaan Standar ............................................................................. 32
2. Kewaspadaan Transmisi ......................................................................... 50

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru xi
3.4. TAHAP SETELAH KUNJUNGAN PASIEN ............................................................. 56
A. Pembersihan Lingkungan Kerja ................................................................... 56
B. Pengelolaan Peralatan Medis ........................................................................ 59
C. Pengelolaan Limbah Medis ............................................................................ 65
BAB IV MANAJEMEN PEMBIAYAAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
DI FKTP .................................................................................................................................... 69
BAB V PENYELENGGARAAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT (UKM) PADA
MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU .......................................................................... 72
A. USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH (UKGS) ........................................................ 73
B. USAHA KESEHATAN GIGI MASYARAKAT (UKGM) ............................................ 81
BAB VI PEMBINAAN, PEMANTAUAN DAN EVALUASI PELAYANAN KESEHATAN
GIGI DAN MULUT DI FKTP PADA MASA ADAPATASI KEBIASAAN BARU .. 85
A. Pembinaan ..................................................................................................................... 85
B. Pemantauan dan Evaluasi ....................................................................................... 85
BAB VII PENUTUP ................................................................................................................................. 86
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................. 87
LAMPIRAN ................................................................................................................................................ 97

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


xii di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
DAFTAR SINGKATAN

WHO World Health Organization


CDC Center for Disease Control
COVID-19 Corona Virus Disease 2019
KKMMD Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia
PHEIC Public Health Emergency of International Concern
FKTP Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
FKRTL Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut
PPI Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
APD Alat Pelindung Diri
HVE High Volume Evacuator
BMHP Bahan Medis Habis Pakai
ROP Re-Order Point
PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
SARS-CoV-2 Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2
ASPAK Aplikasi Sarana Prasarana Alat Kesehatan
SIRANAP Sistem Rawat Inap
SIRAJAL Sistem Rawat Jalan
SIRS Sistem Informasi Rumah Sakit
NCC National Command Center
ITPH Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan
ABHR Alcohol-Based Hand Rubs
TGM Terapis Gigi dan Mulut
ASTM Americans Standard Testing and Materials
CTPS Cuci Tangan Pakai Sabun
NIOSH The National Institute for Occupational Safety and Health
EPA Environmental Protection Agency
HEPA High Efficiency Particulate Air
CDRA Clean Air Delivery Rate
CFM Cubic Feet per Minute

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Karakteristik Bioaerosol ............................................................................................ 06


Tabel 2.2 Formulir Pendataan Penulusuran Kontak Pasien COVID-19 ........................ 09
Tabel 3.1 Kerangka Kerja PPI Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut di Masa
Adaptasi Kebiasaan Baru ........................................................................................... 11
Tabel 3.2 Kategori Tingkat Risiko Pekerjaan dan Tindakan Dalam Pelayanan
Kesehatan gigi dan mulut .......................................................................................... 12
Tabel 3.3 Rekomendasi ACH untuk Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut .................. 16
Tabel 3.4 Durasi Waktu Kerja HEPA Filter berdasarkan ACH .......................................... 18
Tabel 3.5 Ruang Lingkup Teledentistry .................................................................................... 24
Tabel 3.6 Kategori Kebersihan Tangan (hand hygiene) ...................................................... 32
Tabel 3.7 Macam dan Indikasi Penggunaan Penutup Kepala (Head Cap) .................... 36
Tabel 3.8 Ketentuan dan Indikasi Penggunaan Goggles dan Face Shield ...................... 37
Tabel 3.9 Kategori Sarung Tangan Medis (Medical Gloves) .............................................. 39
Tabel 3.10 Kategori Masker dan Perbedaannya ...................................................................... 39
Tabel 3.11 Kategori Masker Respirator Tipe Particulate .................................................... 40
Tabel 3.12 Metode Dekontaminasi Masker N95 ..................................................................... 45
Tabel 3.13 Klasifikasi Pakaian Kerja menurut AAMI & FDA .............................................. 47
Tabel 3.14 Klasifikasi Sepatu Pelindung .................................................................................... 49
Tabel 3.15 Strategi Mengurangi Paparan Droplet di Kedokteran Gigi .............................. 51
Tabel 3.16 Spesifikasi High Vacuum Evacuator ....................................................................... 55
Tabel 3.17 Tahapan Dekontaminasi Peralatan Medis .......................................................... 60
Tabel 3.18 Klasifikasi Dekontaminasi berdasarkan macam barang yang
terkontaminasi ............................................................................................................... 61
Tabel 3.19 Daftar Disinfektan yang efektif untuk menginaktivasi virus SARS-CoV-2 62
Tabel 4.1 Contoh Pengelolaan BMHP ........................................................................................ 70
Tabel 5.1 Penyesuaian dan Penundaan Kegiatan UKGS ..................................................... 73
Tabel 5.2 Daftar Program Promosi Kesehatan Berbasis Web ......................................... 84

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


xiv di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rantai Transmisi Infeksi Sars-CoV-2 ............................................................... 05


Gambar 2.2 Ilustrasi Rute Transmisi Bioaerosol di Ruang Pelayanan Kesehatan
gigi dan mulut ........................................................................................................... 06
Gambar 2.3 Ilustrasi Gejala Klinis Infeksi COVID-19 ......................................................... 07
Gambar 2.4 Contoh Manifestasi Oral Infeksi COVID-19 ................................................... 07
Gambar 3.1 Skema Perencanaan dan Aksi Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut
di Masa Adaptasi Baru .......................................................................................... 12
Gambar 3.2 Elemen Utama dari Prinsip Ventilasi yang mempengaruhi Transmisi
Airborne ...................................................................................................................... 13
Gambar 3.3 Ilustrasi Sistem Ventilasi Bangunan ................................................................ 14
Gambar 3.4 Rumus Perhitungan Ventilation Rate Minimal ............................................ 15
Gambar 3.5 Simulasi Perhitungan Pertukaran Udara per jam (ACH) ........................ 15
Gambar 3.6 Contoh Air Extractor atau Exhaust Fan ........................................................... 16
Gambar 3.7 Ilustrasi Penempatan Ventilasi Mekanik di Ruang Pelayanan
Kesehatan gigi dan mulut .................................................................................... 17
Gambar 3.8 Instalasi HEPA Filter .............................................................................................. 19
Gambar 3.9 Contoh Pemasangan Pembatas Meja Konsultasi Dokter Gigi-Pasien .... 21
Gambar 3.10 Pengaturan Zona dalam Ruang Pelepasan (Doffing) APD ....................... 23
Gambar 3.11 Zona pelepasan APD dalam Ruang Pelepasan (Doffing) APD .............. 23
Gambar 3.12 Contoh Media Teledentistry (sehatpedia, Kemenkes) .............................. 25
Gambar 3.13 Skema Alur Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut di Masa Adaptasi
Baru ............................................................................................................................... 25
Gambar 3.14 Skema Alur Seleksi Prioritas Kebutuhan Perawatan Pasien ................. 27
Gambar 3.15 Contoh Skema Alur Seleksi Prioritas Kebutuhan Perawatan Pasien ..... 28
Gambar 3.16 Kategori Tindakan Perawatan Kedokteran Gigi Berdasarkan
Kegawatdaruratan .................................................................................................. 29
Gambar 3.17 Skema Alur Penentuan Jeda Waktu Antarpasien - Tindakan Aerosol
Risiko Tinggi .............................................................................................................. 29
Gambar 3.18 Skema Alur Penapisan (Skrining Kedua) Kunjungan Pasien di FKTP ... 30
Gambar 3.19 Penerapan Kewaspadaan Isolasi ...................................................................... 31
Gambar 3.20 Lima Momen Kebersihan Tangan ..................................................................... 33
Gambar 3.21 Akses Sarana Kebersihan Tangan ..................................................................... 34
Gambar 3.22 Rekomendasi APD untuk Tenaga Kesehatan Gigi dan Mulut ................ 35
Gambar 3.23 Tata Cara Memakai (donning) dan melepas (doffing) goggles dan
face shields .................................................................................................................. 38
Gambar 3.24 Cara Identifikasi Keaslian Masker N95 ........................................................... 40

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru xv
Gambar 3.25 Tahapan Pemakaian Masker N95 ..................................................................... 41
Gambar 3.26 Tahapan Pelepasan Masker N95 ....................................................................... 41
Gambar 3.27 Ilustrasi Tahapan Penyimpanan Masker N9 ................................................. 43
Gambar 3.28 Simulasi Rotasi Masker N95 ............................................................................... 43
Gambar 3.29 Evaluasi Kondisi Masker N95 ............................................................................. 44
Gambar 3.30 Dekontaminasi Masker N95 dengan Metode Dry Heat .............................. 46
Gambar 3.31 Dekontaminasi Masker N95 menggunakan Mesin Penghangat
Selimut Rumah Sakit .............................................................................................. 46
Gambar 3.32 Cara Meletakkan Masker N95 Untuk Persiapan Dekontaminasi
dengan UVGI .............................................................................................................. 47
Gambar 3.33 Rekomendasi Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) ............................... 50
Gambar 3.34 Rubber Dam Kit ......................................................................................................... 52
Gambar 3.35 Contoh Manajemen Aerosol dan Air Menggunakan Teknologi HVE
Mirror System ........................................................................................................... 54
Gambar 3.36 Contoh Manajemen Aerosol Menggunakan Intra Oral HVE .................... 54
Gambar 3.37 Contoh Manajemen Aerosol Menggunakan Extra Oral HVE ..................... 55
Gambar 3.38 Tempat Sampah di Ruang Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut ........ 58
Gambar 3.39 Contoh Spill Kit ......................................................................................................... 59
Gambar 3.40 Skema Alur Dekontaminasi Peralatan Medis di FKTP ............................... 60
Gambar 3.41 Contoh Peralatan Desinfeksi Tingkat Tinggi ................................................ 62
Gambar 3.42 Contoh Pengemasan Peralatan Medis ............................................................. 63
Gambar 3.43 Contoh Alat Sterilisator Uap ............................................................................... 64
Gambar 3.44 Contoh Alat Sterilisator Panas Kering ............................................................ 64
Gambar 3.45 Desain Fasilitas/Unit Dekontaminasi Satu Kamar ................................... 65
Gambar 3.46 Ember bertutup Sebagai Tempat Merendam Linen atau APD Bekas
Pakai ............................................................................................................................. 68
Gambar 3.47 Kotak Tempat Pembuangan Limbah Tajam .................................................. 68
Gambar 4.1 Reorder Point Curve ................................................................................................ 71
Gambar 5.1 Implementasi Penyuluhan menggunakan metode Pesan Berseri ...... 74
Gambar 5.2 Lima Posisi Foto Intra Oral yang Diperlukan Utk Telediagnosis/
Telesurvey ................................................................................................................... 76
Gambar 5.3 Kuesioner Kesehatan gigi dan Mulut Anak yang Telah Diunggah
dalam Bentuk Formulir Daring .......................................................................... 78
Gambar 5.4 Cara Mengeluarkan Pasta Gigi ........................................................................... 79
Gambar 5.5 Setiap peserta perlu menjaga jarak selama kegiatan UKGS .................... 80

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


xvi di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
DISCLAIMER
Buku Petunjuk Teknis ini disusun mengacu pada
beragam informasi terkini yang didapatkan saat
buku ini ditulis dan diterbitkan. Namun mengingat
perkembangan informasi terkait COVID-19 di dunia
setiap saat senantiasa diperbaharui maka informasi
yang tercantum dalam buku ini dapat berbeda untuk
menyesuaikan dengan informasi yang terkini.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru xvii
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
xviii di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Coronavirus Disease 2019 atau COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh Severe
Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 atau (SARS-CoV-2), yang diidentifikasi pertama
kali di kota Wuhan, Cina pada akhir bulan Desember 2019. Penyakit ini menular dari
orang ke orang dan berkembang menjadi wabah di seluruh dunia sehingga pada tanggal
30 Januari 2020, World Health Organization (WHO) menetapkan Corona Virus Disease
2019 (COVID-19) sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia
(KKMMD) atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) lalu pada
tanggal 11 Maret 2020 ditetapkan sebagai pandemi dunia. Pemerintah telah menetapkan
COVID-19 sebagai penyakit yang menimbulkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
di Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat COVID-19, yang kemudian diperbaharui dengan
Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non-Alam
Penyebaran COVID-19 Sebagai Bencana Nasional. Berdasarkan Keputusan Kepala Badan
Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 9A Tahun 2020, yang diperbaharui dengan
Keputusan nomor 13A Tahun 2020, mengenai ketetapan Status Keadaan Tertentu Darurat
Bencana Wabah Penyakit Akibat Virus Corona di Indonesia, maka wajib dilakukan langkah
tanggap darurat COVID-19 serta upaya pencegahan dan pengendalian penyebaran
COVID-19.

Tingginya penambahan dan penyebaran kasus COVID-19 di Indonesia berdampak pada


semua aspek kehidupan masyarakat. Tidak hanya di bidang kesehatan, pandemi COVID-19
juga mempengaruhi aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan
serta kesejahteraan masyarakat Indonesia. Beberapa langkah strategis penanggulangan
COVID-19 dilakukan untuk memutus rantai penularan melalui penetapan berbagai
kebijakan pemerintah, salah satunya adalah adaptasi kebiasaan baru. Masa adaptasi
kebiasaan baru diartikan sebagai tatanan perilaku yang memungkinkan masyarakat
untuk tetap menjalankan aktivitas sehari-harinya berdampingan dengan COVID-19.

Pelayanan kesehatan adalah bidang yang paling terdampak pandemi COVID-19. Tingginya
tingkat penularan dan jumlah kasus COVID-19 tidak sebanding dengan tingkat kesiapan
fasilitas pelayanan kesehatan dalam merespon gelombang pandemi secara cepat dan
tepat. Survey WHO menyebutkan bahwa pandemi COVID-19 berimbas pada terganggunya
akses pelayanan masyarakat yang membutuhkan pemeriksaan dan pengobatan selain
kasus COVID-19 di fasilitas pelayanan kesehatan, terutama pelayanan kesehatan gigi
dan mulut. Tindakan medis dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut dapat memicu
terjadinya droplets dan aerosol, contohnya penggunaan ultrasonic scaling dan high speed

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 01
air driven handpiece, yang berpotensi meningkatkan risiko penularan COVID-19 melalui
udara. Oleh karena itu, diperlukan penyesuian penyelenggaraan pelayanan kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan, khususnya pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP).

Mengingat akhir pandemi COVID-19 tidak dapat dipastikan, Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP) harus mampu beradaptasi memenuhi kebutuhan masyarakat di tengah
pandemi COVID-19, baik dalam bentuk pemenuhan sumber daya dan pengaturan
sistem/alur pelayanan. Setiap penanggung jawab FKTP harus memastikan bahwa semua
pelayanan, termasuk pelayanan kesehatan gigi dan mulut, tersedia untuk masyarakat
secara optimal tanpa mengabaikan keselamatan petugas kesehatan dan masyarakat yang
dilayani.

Dalam upaya mencegah penularan dan melindungi petugas dan masyarakat, diperlukan
penyesuaian tata laksana pelayanan kesehatan gigi dan mulut di FKTP (Puskesmas, Klinik
Pratama, Praktik Mandiri Dokter Gigi). Saat ini terdapat 10.166 Puskesmas (berdasarkan
Kepmenkes 9853 tahun 2020 tentang Data Puskesmas Terregistrasi Semester 1 Tahun
2020), 7920 Klinik Pratama serta 7504 Praktik Mandiri Dokter Gigi (berdasarkan
Risfaskes 2019) yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Oleh karena itu, perlu
disusun Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di FKTP pada masa pandemi
dan adaptasi kebiasaan baru, sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan kesehatan
gigi dan mulut. Petunjuk Teknis ini diharapkan juga menjadi acuan bagi Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota dalam rangka pembinaan dan pengawasan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut di FKTP.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tersedianya petunjuk teknis sebagai acuan FKTP dalam menyelenggarakan
pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada masa adaptasi kebiasaan baru.
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan acuan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di
FKTP pada masa adaptasi kebiasaan baru sebagai upaya perlindungan kepada
tenaga kesehatan gigi dan mulut serta masyarakat.
b. Memberikan acuan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) pada pelayanan
kesehatan gigi dan mulut di FKTP
c. Memberikan acuan bagi Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam
melakukan pembinaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di FKTP.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di FKTP pada masa
pandemi COVID-19 dan adaptasi kebiasaan baru ini meliputi:
1. Konsep Transmisi SARS-CoV-2 dan Dampak Infeksi COVID-19 pada Pelayanan
Kesehatan Gigi dan Mulut

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


02 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
2. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di
FKTP.
3. Manajemen Logistik Bahan Kedokteran gigi.
4. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) pada masa adaptasi kebiasaan
baru di FKTP.
5. 5.Pembinaan, Pemantauan dan Evaluasi Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di
FKTP pada masa Adapatasi Kebiasaan Baru

D. Sasaran
1. FKTP yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
2. Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota
3. Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota
4. Lintas Kementerian/Lembaga
5. Lintas Program di Kementerian Kesehatan

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 03
BAB II
KONSEP TRANSMISI SARS-CoV-2 DAN DAMPAK
INFEKSI COVID-19 PADA PELAYANAN
KESEHATAN GIGI DAN MULUT

Sejak World Health Organization (WHO) mendeklarasikan pandemik global penyakit COVID-19
di bulan Maret 2020, FKTP yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah
salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang memerlukan beberapa perubahan signifikan
dalam pelaksanaan pelayanannya untuk mencegah dan memutus mata rantai penularan virus
SARS-CoV-2. Studi menunjukkan reseptor Angiotensin-Converting Enzyme 2 (ACE2) terdeteksi di
kelenjar saliva dan mukosa lidah, artinya virus SARS-CoV-2 masuk melalui saluran pernafasan
menuju rongga mulut dan dapat terdistribusi melalui paparan droplets dan aerosol pada tubuh
atau wajah tenaga kesehatan gigi dan mulut serta pasien.1 Selain batuk, bersin atau bernafas
cepat, aktivitas berbicara saat konsultasi tatap muka dokter dengan pasien dan tindakan
perawatan gigi dinyatakan sebagai salah satu cara transmisi infeksi.2 Oleh karena itu, dokter gigi
merupakan salah satu profesi yang berisiko tinggi untuk tertular dan menyebarkan virus SARS-
CoV-2 karena berkontak erat (jarak intim radius 0-45 cm) dengan pasien dan terpapar droplets
atau aerosol dari tindakan yang dilakukan.3

A. Rantai Penularan SARS-CoV-2


Untuk memutus mata rantai penularan virus penyebab COVID-19, perlu dipahami 6
(enam) komponen rantai penularan atau rantai infeksi (chain of infection) COVID-19 agar
upaya pencegahan dan pengendalian infeksi COVID-19 dapat dilaksanakan dengan baik,
yaitu :
1. Agen infeksi (infectious agent) COVID-19 adalah severe acute respiratory syndrome
coronavirus 2 (SARS-CoV-2).2
2. Wadah/sumber agen infeksi (reservoir) adalah habitat dimana agen infeksi (SARS-
CoV-2) dapat hidup, tumbuh dan berkembang biak. Berdasarkan studi, reservoir
SARS-CoV-2 adalah manusia (saluran pernapasan atas dan bawah, kelenjar saliva,
saluran pencernaan), binatang dan lingkungan (permukaan benda yang terpapar
bioaerosol, air limbah).1, 2, 4
3. Pintu keluar (portal of exit) adalah lokasi agen infeksi (SARS-CoV-2) meninggalkan
reservoir, yaitu melalui saluran pernafasan (droplets yang keluar dari hidung dan
mulut saat berbicara/bersin/batuk, atau tindakan yang menghasilkan aerosol),
saluran pencernaan dan diduga transplasenta.5, 6
4. Cara penularan (mode of transmission) adalah cara agen infeksi (SARS-CoV-2)
berpindah dari sumber agen infeksi (reservoir) ke pejamu rentan (susceptible host),
yaitu kontak langsung, kontak tidak langsung (melalui tangan/peralatan medis/
permukaan benda yang terkontaminasi bioaerosol), vehikulum, vektor dan diduga
melalui fecal-oral (bila kondisi sanitasi dan lingkungan kurang baik).7-10

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


04 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
terkontaminasi bioaerosol), vehikulum, vektor dan diduga melalui fecal-oral (bila kondisi

Pintu sanitasi dan lingkungan kurang baik).


7-10
5. masuk (portal of entry) adalah lokasi agen infeksi memasuki pejamu yang
5. Pintu masuk (portal of entry) adalah lokasi agen infeksi memasuki pejamu yang rentan,
rentan, dalam hal ini melalui mata (konjungtiva), mukosa hidung dan mulut.
dalam hal ini melalui mata (konjungtiva), mukosa hidung dan mulut.
6. Pejamu rentan (susceptible host) adalah seseorang dengan kekebalan tubuh
6. Pejamu rentan (susceptible host) adalah seseorang dengan kekebalan tubuh menurun
menurun sehingga tidak mampu melawan agen infeksi (SARS-CoV-2). Pejamu rentan
sehingga tidak mampu melawan agen infeksi (SARS-CoV-2). Pejamu rentan infeksi COVID-19
infeksi COVID-19 adalah laki-laki dan perempuan segala usia yang memiliki riwayat
adalah laki-laki dan perempuan segala usia yang memiliki riwayat penyakit kronis (diabetes
penyakit kronis (diabetes mellitus, penyakit kardiovaskular, hipertensi, kelainan
mellitus, penyakit kardiovaskular, hipertensi, kelainan pada hati dan ginjal), status gizi buruk,
pada hati dan ginjal), status gizi buruk, riwayat pengobatan dengan imunosupresan
riwayat pengobatan dengan imunosupresan dan kondisi lainnya yang mengakibatkan
dan kondisi lainnya yang mengakibatkan kekebalan tubuh menurun.
kekebalan tubuh menurun.


Gambar 2.1. Rantai Transmisi Infeksi SARS-CoV-2
Gambar 2.1. Rantai Transmisi Infeksi SARS-CoV-22, 9, 11 2, 9, 11

B. Potensi Penularan/Transmisi SARS-CoV-2 dalam Pelayanan Kesehatan Gigi
B. Potensi Penularan/Transmisi SARS-CoV-2 dalam Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
dan Mulut
WHO-CDC (2020) menyatakan bahwa transmisi virus SARS-CoV-2 terjadi bila seseorang
WHO-CDC (2020) menyatakan bahwa transmisi virus SARS-CoV-2 terjadi bila seseorang
sehat menghirup droplets atau aerosol secara langsung dalam jarak dekat (berkontak
sehat menghirup droplets atau aerosol secara langsung dalam jarak dekat (berkontak erat) dari
erat) dari seseorang yang terkonfirmasi positif baik bergejala maupun tidak, ataupun
seseorang yang terkonfirmasi positif baik bergejala maupun tidak, ataupun berkontak tidak
berkontak tidak langsung dengan permukaan yang terkontaminasi virus.16, 17
langsung dengan permukaan yang terkontaminasi virus.16 17
Tindakan kedokteran gigi yang dilaksanakan dalam pelayanan kesgilut berpotensi
Tindakanmenularkan
kedokteran gigi yang dilaksanakan dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut
virus SARS-CoV-2 kepada dokter gigi, tenaga pelaksana lainnya, pasien atau
berpotensi menularkan virus SARS-CoV-2 kepada dokter gigi, tenaga pelaksana lainnya,
pengunjung. Tingkat resiko tertular virus SARS-CoV-2 pada dokter gigi termasuk dalam kategori
pasien atau
resiko pengunjung. Tingkat
sangat tinggi, karena resiko
pekerjaan tertular
dokter gigi virus
berkontak SARS-CoV-2
erat dengan pasien dan pada
banyak dokter gigi
termasukmenggunakan peralatan yang berpotensi menimbulkan aerosol dalam beberapa tindakan seperti
dalam kategori resiko sangat tinggi, karena pekerjaan dokter gigi berkontak
erat dengan pasien
preparasi dan banyak
gigi, pembersihan menggunakan
kalkulus (scaling) dan peralatan yang
tindakan bedah berpotensi
mulut. menimbulkan
2 Ketika aerosol

aerosol dalam
menyatu dengan cairan darah dan saliva dalam rongga mulut maka akan menghasilkan (scaling)
beberapa tindakan seperti preparasi gigi, pembersihan kalkulus
dan tindakan bedah mulut.2 Ketika aerosol menyatu dengan cairan darah dan saliva
17
dalam rongga mulut maka akan menghasilkan bioaerosol, yaitu aerosol infeksius yang
mengandung bakteri, jamur dan virus dan mampu melayang di udara dalam kurun waktu
tertentu. Bioaerosol yang dihasilkan dari pasien yang terinfeksi COVID-19 dapat menjadi
sumber penularan infeksi jika terhirup oleh tenaga kesehatan gigi dan mulut dan atau
pasien lain (Tabel 2.1).12, 13 Tindakan lain yang juga menghasilkan bioaerosol adalah
penggunaan air-water/three way syringe, prophylaxis cups, proses grinding model gipsum
menggunakan mesin trimmer, dan pemolesan gigi tiruan menggunakan mesin poles.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 05
dan atau pasien lain (Tabel 2.1).12, 13 Tindakan lain yang juga menghasilkan bioaerosol adalah
penggunaan air-water/three way syringe, prophylaxis cups, proses grinding model gipsum
penggunaan air-water/three way syringe, prophylaxis cups, proses grinding model gipsum
menggunakan mesin trimmer, dan pemolesan gigi tiruan menggunakan mesin poles.
menggunakan mesin trimmer, dan pemolesan gigi tiruan menggunakan mesin poles.
14, 15
Tabel 2.1 Karakteristik Bioaerosol
Tabel 2.1 Karakteristik Bioaerosol
Tabel 2.1 Karakteristik Bioaerosol
14, 15
14, 15


gigi dan mulut7, 18, 19
Gambar 2.2 Ilustrasi Rute Transmisi Bioaerosol di Ruang Pelayanan Kesehatan 7, 18, 19
Gambar 2.2 Ilustrasi Rute Transmisi Bioaerosol di Ruang Pelayanan Kesgilut

C. Gejala Klinis Infeksi COVID-19
Gambar 2.2 Ilustrasi Rute Transmisi Bioaerosol di Ruang Pelayanan Kesgilut7, 18, 19
C. Gejala Klinis Infeksi
Gejala COVID-19
klinis COVID-19
dapat terjadi dari ringan, sedang, sampai berat, dan tidak sedikit
C. Gejala Klinis Infeksi COVID-19
Gejala klinis COVID-19 dapat terjadi dari ringan, sedang, sampai berat,Setiap
dan orang
tidak sedikit
orang yang terkonfirmasi positif COVID-19 tidak mengalami gejala apapun.
orang memiliki
yang terkonfirmasi
Gejala klinis tubuh
respon
positif
COVID-19 COVID-19
dapat
yang berbedaterjadi dari
terhadap
tidak mengalami
ringan, sedang,
COVID-19.
gejala
sampai
Penting
apapun.
bagi berat, dan
dokter
Setiap
gigi tidak
orang
sedikit
untuk
memiliki
orang respon tubuh yangpositif
yang terkonfirmasi berbeda terhadap
COVID-19 tidak COVID-19.
mengalami Penting bagi dokter
gejala apapun.
memahami periode inkubasi virus SARS-CoV-2 dan gejala klinis infeksi COVID-19 agar mampu Setiapgigi untuk
orang
memahami
memiliki
periode inkubasi virus SARS-CoV-2 dan gejala klinis infeksi COVID-19 agar
respon tubuh yang berbeda terhadap COVID-19. Penting bagi dokter gigi untuk
mendeteksi kondisi kesehatan pasien sedini mungkin. CDC (2020) menyatakan bahwa periode
mampu mendeteksi kondisi kesehatan pasien sedini mungkin. CDC (2020) menyatakan
inkubasi virus SARS-CoV-2 adalah rerata 5-6 hari dalam kurun waktu 1-14 hari, terhitung mulai
memahami periode inkubasi virus SARS-CoV-2 dan gejala klinis infeksi COVID-19 agar mampu
bahwa periode inkubasi virus SARS-CoV-2 adalah rerata 5-6 hari dalam kurun waktu 1-14
mendeteksi kondisi kesehatan pasien sedini mungkin. CDC (2020) menyatakan bahwa periode
hari, terhitung mulai terpapar virus hingga timbul gejala klinis infeksi COVID-19. 18 Pada
inkubasi virus SARS-CoV-2 adalah rerata 5-6 hari dalam kurun waktu 1-14 hari, terhitung mulai
beberapa kasus, dilaporkan adanya penularan virus SARS-CoV-2 dari seseorang yang
terinfeksi namun belum menunjukkan gejala (presimtomatik) kepada orang lain 18 yang
sehat dikarenakan tingginya konsentrasi virus pada sekret saluran pernafasan. Selain itu
dilaporkan juga bahwa seseorang asimtomatik dan simtomatik COVID-19, memiliki viral
load yang serupa sehingga keduanya sangat berpotensi untuk menularkan virus SARS-
CoV-2.

Demam, batuk dan fatigue/kelelahan merupakan gejala yang paling umum terjadi pada
orang yang terinfeksi COVID-19. Gejala penyerta lainnya adalah nyeri kepala, diare, hidung
tersumbat, hilang penciuman dan pembauan, nyeri abdominal, mual muntah, nyeri dada,
pilek (rhinorrhoea) nyeri tenggorakan (pharyngalgia) atau ruam kulit. Kurang lebih 90%
pasien COVID-19, menunjukkan lebih dari satu gejala klinis utama dan penyerta (merujuk
pada KMK No. HK.01.07/MENKES/413/20).

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


06 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
COVID-19, menunjukkan lebih dari satu gejala klinis utama dan penyerta (merujuk pada KMK No.
HK.01.07/MENKES/413/20).


Gambar 2.3. Ilustrasi Gejala Klinis Infeksi COVID-1919
Gambar 2.3. Ilustrasi Gejala Klinis Infeksi COVID-1919
Rongga mulut merupakan salah satu reservoir berbagai mikroorganisme patogen dan dapat
Rongga mulut merupakan salah satu reservoir berbagai mikroorganisme patogen dan
memperlihatkan manifestasi oral berbagai penyakit.20 Reseptor ACE2 yang terdapat di sel epitel
dapat memperlihatkan manifestasi oral berbagai penyakit.20 Reseptor ACE2 yang terdapat
kelenjar saliva dan lidah merupakan reseptor utama virus SARS-CoV-2, dimana ekspresi ACE2
di sel epitel kelenjar saliva dan lidah merupakan reseptor utama virus SARS-CoV-2, dimana
ekspresi ACE2 pada kelenjar saliva minor lebih tinggi dibandingkan pada
pada kelenjar saliva minor lebih tinggi dibandingkan pada organ paru. organ paru.21,22
21, 22 Akan tetapi hingga

Akan tetapi hingga saat ini, keberadaan lesi di rongga mulut belum dapat dipastikan
saat ini, keberadaan lesi di rongga mulut belum dapat dipastikan sebagai indikator awal gejala
sebagai indikator awal gejala klinis infeksi COVID-19.23 Kajian lebih lanjut masih sangat
klinis infeksi COVID-19.23 Kajian lebih lanjut masih sangat diperlukan untuk memastikan apakah
diperlukan untuk memastikan apakah lesi pada rongga mulut pasien diakibatkan oleh
lesi pada rongga mulut pasien diakibatkan oleh infeksi virus SARS-CoV-2 (direct viral infection)
infeksi virus SARS-CoV-2 (direct viral infection) atau akibat dari memburuknya kondisi
atau akibat dari memburuknya kondisi sistemik pasien (infeksi oportunistik), ataukah sebagai
sistemik pasien (infeksi oportunistik), ataukah sebagai efek samping pengobatan infeksi
COVID-19.24 Dokter gigi tetap harus mewaspadai
efek samping pengobatan infeksi COVID-19. keberadaan lesi di rongga mulut dan
24 Dokter gigi tetap harus mewaspadai keberadaan

disarankan untuk berkonsultasi kepada Spesialis Penyakit Mulut, apabila menemukan


kondisi mukosa mulut yang meragukan.
19

Gambaran lesi enanthem pada mukosa labial dan palatal yang disertai
deskuamasi gingiva pada pasien terkonfirmasi positif COVID-19

Gambar 2.4. Contoh Manifestasi Oral Infeksi COVID-1925

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 07
D. Dampak Infeksi COVID-19 pada Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
Infeksi yang didapat di fasilitas pelayanan kesehatan dapat berkembang dan menciptakan
serangkaian masalah baru bagi pasien dan tenaga kesehatan sehingga menjadi risiko
dan ancaman bagi kelangsungan hidup mereka. Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan/
ITPH (Healthcare Associated Infections) adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama
perawatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, dimana saat pasien
datang tidak terdapat infeksi dan tidak sedang dalam periode inkubasi (termasuk infeksi
dalam rumah sakit), namun infeksi timbul setelah pasien pulang. Menurut CDC sekitar
satu dari 25 pasien memiliki infeksi yang didapatkan di pelayanan kesehatan.

ITPH juga terjadi karena risiko pekerjaan, khususnya pada tenaga kesehatan gigi dan
mulut yang melaksanakan proses pelayanan kesehatan di FKTP. Tindakan medis/invasif
sederhana yang dilakukan kepada pasien, berisiko menimbulkan infeksi apabila standar
prosedur pelayanan kesehatan diabaikan. Berbagai permasalahan yang timbul selama
masa pandemi COVID-19, antara lain:27, 28
1. Meningkatnya jumlah dokter gigi yang terpapar virus SARS-CoV-2, akibat penggunaan
alat pelindung diri (APD) tidak sesuai standar dan ketersediaan infrastruktur yang
kurang memadai.
2. Meningkatnya potensi transmisi nosokomial virus SARS-CoV-2 terhadap dokter gigi,
pasien dan petugas lainnya saat pelayanan berlangsung.
3. Menurunnya status kesehatan gigi dan mulut masyarakat karena meningkatnya
insidens penyakit/kelainan gigi dan mulut yang tidak dirawat.
4. FKTP hanya memberikan pelayanan untuk kasus emergensi sehingga permasalahan
kesehatan gigi dan mulut pasien tidak tertangani, menyebabkan produktifitas pasien
menurun dan pasien tidak mampu bekerja secara optimal.
5. Menurunnya produktifitas sumber daya dan kemampuan pembiayaan fasilitas
kesehatan karena membatasi pelayanan yang diberikan.
6. Memicu timbulnya permasalahan finansial akibat penurunan produktifitas kerja
tenaga kesehatan gigi dan mulut.
7. Memicu timbulnya masalah kesehatan mental tenaga kesehatan gigi dan mulut
seperti ansietas atau cemas berlebih dll.
8. Memberikan citra buruk bagi fasilitas pelayanan kesehatan bahkan kerugian materiil
akibat ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan yang tidak optimal yang disertai
penuntutan ke ranah hukum .

E. Upaya Mitigasi Infeksi COVID-19


Upaya mitigasi untuk memutus mata rantai infeksi dan mengurangi dampak penyebaran
infeksi COVID-19 dilakukan melalui beberapa strategi yaitu:52
1. Mitigasi Klinis (Clinical Mitigation)
Merupakan strategi mitigasi yang memastikan adanya penanganan adekuat
pada pasien yang terinfeksi COVID-19 dan membutuhkan perawatan (baik kasus
ringan hingga parah), serta memastikan keberlangsungan pelayanan kesehatan
non-COVID-19 tetap berjalan dengan optimal di masa adaptasi kebiasaan baru.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


08 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
Dalam hal ini perlu memperhatikan penerapan kewaspadaan isolasi yang meliputi
kewaspadaan standar dan transmisi.
2. Mitigasi Komunitas (Community Mitigation)
Merupakan aksi untuk memutus mata rantai penyebaran infeksi COVID-19 melalui
berbagai program dan kegiatan yang dilakukan oleh individu perorangan, komunitas
masyarakat, petugas kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan secara bersama-sama
dengan dukungan dari Kementerian Kesehatan.
3. Pencatatan dan Pelaporan (Contact Tracing)
Merupakan upaya mitigasi untuk memperlambat dan memutus mata rantai
penyebaran infeksi COVID-19 melalui penelusuran kontak erat, melalui langkah-
langkah berikut:
a. Melakukan pelaporan hasil pemeriksaan pasien yang telah terkonfirmasi positif
COVID-19 (berdasar hasil RT-Antigen atau RT-PCR positif) maksimal dalam kurun
waktu 1x24 jam ke Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten agar dapat ditindaklanjuti
oleh pemerintah.

Tabel 2.2. Formulir Pendataan Penelusuran Kontak Pasien COVID-1953


Nomer Alamat Lengkap
Nomer Jenis Tanggal Hubungan APD
Indek Kasus Nama No. Kategori
Identifikasi Kelamin Usia Kontak/ dengan yang Durasi5
Konfirmasi/ Lengkap HP Kontak3
Kontak2 (L/P) Jalan Desa Kecamatan Kabupaten Paparan kasus dipakai4
primer1

INOCOVID
K1
#1

K2

Keterangan:
1 Nomer Indeks kasus konfirmasi misal INOCOVID#1
2 Nomer Identifikasi kontakmisalnya K1 merujuk pada kontak nomer 1
3 Kategori kontak: kontak rumah tangga, rumah sakit, puskesmas, klinik, rekan kerja, sosial (di restoran misalnya),
sekolah, satu kendaraan
4 Jika menggunakan APD terutama kategori kontak fasilitas layanan kesehatan (rumah sakit, IGD, puskesmas, klinik):
masker, bedah, sarung tangan, masker N95, dll
5 Perkiraan lama kontak misalnya 5 menit, 1 jam dsb

** Tambahan informasi: Nomor indeks kasus konfirmasi adalah nomor pasien terkonfirmasi positif COVID-19 melalui RT-
Antigen atau RT-PCR (INOCOVID); K1 atau K2 dan seterusnya adalah kode orang dengan riwayat berkontak dengan
pasien positif COVID-19 (INOCOVID); APD yang dipakai adalah yang digunakaan oleh K1 atau K2 dan seterusnya saat
berkontak dengan INOCOVID.

b. Melakukan monitoring pada pasien suspek/probabel COVID-19 melalui aplikasi


teknologi komunikasi digital, hingga pasien dinyatakan negatif/positif infeksi
COVID-19. Jika pasien dinyatakan negatif, maka formulir yang telah diisi dapat
diabaikan. Jika pasien dinyatakan positif, maka laporkan isian formulir ke Dinas
Kesehatan Kota/Kabupaten dalam waktu 1x24 jam agar dapat ditindaklanjuti
oleh pemerintah. Mohon agar para Dokter Gigi yang melakukan praktik
untuk menyimpan nomor Call Centre Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten
setempat.
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 09
c. Melakukan monitoring kondisi kesehatan petugas dan menerapkan kebijakan
kembali bekerja pada tenaga kesehatan pasca terkonfirmasi positif infeksi
COVID-19 yang mengacu pada KEPMENKES No. HK.01.07-MENKES-413-2020
tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian COVID-19.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


10 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
BAB III
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI PADA
PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) terutama pada masa adaptasi kebiasaan baru
merupakan salah satu upaya mitigasi klinis untuk memutus mata rantai penularan virus SARS-
CoV-2, melindungi dan meminimalkan terjadinya infeksi COVID-19 ataupun ITPH pada tenaga
kesehatan, pasien/pengunjung yang menerima pelayanan kesehatan, serta masyarakat di
sekitarnya. Profesi dokter gigi dinilai berisiko tinggi untuk terinfeksi dan dapat menjadi agen
transmisi silang (cross infection) mikroorganisme patogen kepada pasien, terapis gigi dan mulut
(TGM), teknisi laboratorium teknik kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya, terutama saat
melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Oleh karena itu, PPI wajib dilaksanakan
secara rutin dan berkesinambungan di setiap FKTP yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
gigi dan mulut.

Selama masa adaptasi kebiasaan baru, pelayanan kesehatan gigi dan mulut dapat dilakukan
setelah mempertimbangkan secara seksama kondisi pasien dan risiko yang dihadapi baik
oleh pasien maupun tenaga kesehatan gigi dan mulut, menyesuaikan dengan ketersediaan
alat pelindung diri (APD) dan sarana penunjang PPI lainnya serta tingkat penyebaran infeksi
COVID-19 di komunitas setempat.29 Apabila terdapat keterbatasan pemenuhan APD dan
sarana prasarana di FKTP, maka pelayanan kesehatan gigi dan mulut diprioritaskan hanya
untuk pasien kasus emergensi dan urgen (khusus tindakan non-aerosol/invasif minimal).16

Tabel 3.1. Kerangka Kerja PPI Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut di Masa Adaptasi Kebiasaan Baru16, 29, 30

KERANGKA KERJA PPI KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI FKTP -


MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Seleksi Kasus dan
1 Status Kesehatan Pasien

2 Implementasi Skrining dan Triage saat Kunjungan Pasien

3 Administrasi Tata Kelola Pasien dan Lingkungan Kerja

4 Implementasi Kewaspadaan Isolasi (Standar dan Transmisi)

5 Pengendalian Infeksi di Lingkungan Kerja (Desinfeksi dan Sterilisasi)

6 Pendidikan dan Pelatihan PPI untuk Tenaga Kesehatan Gigi dan Mulut

7 Manajemen dan Monitoring Kesehatan Tenaga Kesehatan Gigi dan Mulut

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 11
Untuk menilai tingkatan risiko pekerjaan dan tindakan pada pelayanan kesehatan gigi dan
mulut, mengacu pada potensi kontak erat dan paparan virus SARS-CoV-2 dari tindakan yang
dilakukan di pelayanan kesehatan gigi dan mulut, sebagai berikut:

Tabel 3.2. Kategori Tingkat Risiko Pekerjaan dan Tindakan


dalam Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut29, 31-33

Tidak berkontak langsung/erat dengan pasien,


RENDAH Tidak terpapar droplets dan aerosol,
Tidak berkontak langsung/erat dengan staf FKTP lainnya (physical
distancing) terutama saat menyelesaikan tugas administrasi.

Berkontak erat dengan pasien sehat/non COVID-19 saat melakukan


pelayanan kasus emergensi dan urgen,
SEDANG Tidak terpapar aerosol, Berkontak erat dengan staf FKTP lainnya
terutama saat menyelesaikan tugas administrasi,
Pelaksanaan kegiatan kesehatan gigi dan mulut masyarakat dengan
penerapan protokol kesehatan.

Berkontak erat dan melakukan tindakan non-aerosol, pada pasien


TINGGI suspek/probabel/terkonfirmasi COVID-19,
Berkontak erat dan melakukan tindakan aerosol pada pasien sehat/
non COVID-19

Berkontak erat dan melakukantindakan aerosol, Berkontak erat pada


SANGAT pasien suspek/probabel/terkonfirmasi COVID-19,
TINGGI Menangani spesimen darah/cairan tubuh dari pasien
suspek/probabel/terkonfirmasi COVID-19,
Pelaksanaan kegiatan kesehatan gigi dan mulut masyarakat tanpa
penerapan protokol kesehatan.

FKTP harus membuat tahapan perencanaan dan aksi dalam penyelenggaraan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut selama masa pandemi dan adaptasi kebiasaan baru, mengingat
tindakan yang dilakukan berpotensi menghasilkan bioaerosol dan kemungkinan terjadi kontak
erat dengan pasien.

Tahap Sebelum Tahap Saat Tahap Setelah


Tahap Persiapan Kunjungan Pasien Kunjungan Pasien Kunjungan Pasien

TATA
KELOLA
PASIEN DAN RUANGAN, PENAPISAN/SKRINING
PEMBERSIHAN LINGKUNGAN
PENYEDIAAN SARANA KEDUA PASIEN, PROSEDUR
TELEDENTISTRY, PENAPISAN/ KERJA, DESINFEKSI,
PRASARANA PPI, MANAJEMEN DAN PERSIAPAN PASIEN SEBELUM
SKRINING PERTAMA PASIEN, STERILISASI, TELEDENTISTRY
PELATIHAN PPI UNTUK TENAGA DILAKUKAN TINDAKAN, FOUR-
PENGELOLAAN PENJADWALAN UNTUK FOLLOW UP KONDISI
KESEHATAN, SISTEMATIKA ALUR HANDED DENTISTRY, PENERAPAN
KUNJUNGAN PASIEN KE FKTP PASIEN, MONITORING KESEHATAN
KERJA DI FKTP, MONITORING KEWASPADAAN ISOLASI
TENAGA KESEHATAN
KESEHATAN TENAGA (STANDAR DAN TRANSMISI)
KESEHATAN

Gambar 3.1. Skema Perencanaan dan Aksi Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
di Masa Adaptasi Baru

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


12 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
3.1. TAHAP PERSIAPAN
Beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum FKTP menyelenggarakan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut di masa adaptasi baru, antara lain:
A. Pengaturan Aliran Udara dan Ventilasi
sistem ventilasi yang adekuat di lingkungan kerja FKTP. Sirkulasi udara mulai dari ruang tunggu
Upaya yang dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi bioaerosol atau
kontaminan yang dihembuskan dari saluran pernafasan pasien terinfeksi COVID-19
pasien hingga ruang pelayanan kesgilut harus diperhatikan dengan mengatur pergerakan aliran
dengan menyediakan sistem ventilasi yang adekuat di lingkungan kerja FKTP.
udara, memperhatikan koneksi
Sirkulasi udara mulai dariantar
ruang ruangan dan hingga
tunggu pasien mengidentifikasi tingkat
ruang pelayanan risiko/potens
kesehatan
gigi dan
paparan infeksi mulut harus
COVID-19. diperhatikan
Sistem ventilasi dengan mengatur
yang buruk akan pergerakan aliranrisiko
meningkatkan udara,penularan
memperhatikan koneksi antar ruangan dan mengidentifikasi tingkat risiko/potensi
infeksi COVID-19 secara airborne, khususnya pada ruang tindakan yang menimbulkan aerosol
paparan infeksi COVID-19. Sistem ventilasi yang buruk akan meningkatkan risiko
Untuk mendapatkan aliran udara yang terbebas dari mikroorganisme patogen, bangunan FKTP
penularan infeksi COVID-19 secara airborne, khususnya pada ruang tindakan
yang menimbulkan aerosol. Untuk mendapatkan aliran udara yang terbebas dari
harus memperhatikan konsep pengaturan aliran udara/ventilasi sebagai berikut:
mikroorganisme patogen, bangunan FKTP harus memperhatikan konsep pengaturan
1. Tingkat ventilasi (ventilation rate), merupakan jumlah/volume dan kualitas udara luar
aliran udara/ventilasi sebagai berikut:
yang 1.
masuk ke dalam
Tingkat ruangan.
ventilasi Ventilasi
(ventilation rate),harus mampu
merupakan mengatur agar
jumlah/volume sirkulasi udara
dan kualitas
udara ruangan,
menyejukkan luar yang tidak
masukmenimbulkan
ke dalam ruangan. Ventilasiuap
kondensasi harus
air mampu mengatur
atau lemak pada lantai
agar sirkulasi udara menyejukkan ruangan, tidak menimbulkan kondensasi uap
dinding maupun langit-langit dalam waktu-waktu tertentu.
air atau lemak pada lantai, dinding maupun langit-langit dalam waktu-waktu
2. Arah aliran udara (airflow direction), merupakan arah pergerakan aliran udara secara
tertentu.
2. Arahdalam
keseluruhan aliransuatu
udara (airflow direction),
bangunan, merupakan
dimana perlu arah pergerakan
dikondisikan aliran dari area
untuk mengalir
udara secara keseluruhan dalam suatu bangunan, dimana perlu dikondisikan
udara bersih
untukmenuju
mengalirarea
dariudara kotor.
area udara Untuk
bersih menguji
menuju arah aliran
area udara udara menguji
kotor. Untuk dalam ruangan
arah aliran udara dalam ruangan, dapat dilakukan dengan menyalakan lilin atau
dapat dilakukan dengan menyalakan lilin atau korek api (smoke test).
korek api (smoke test).
3. Distribusi udara atau pola aliran udara (airflow pattern), merupakan pendistribusian
3. Distribusi udara atau pola aliran udara (airflow pattern), merupakan
aliran udara luar (bersih)
pendistribusian masuk
aliran udarake setiap
luar bagian
(bersih) ruangan
masuk secara
ke setiap efisien
bagian agar mampu
ruangan
secara efisien agar mampu menghilangkan polutan udara yang terdapat dalam
menghilangkan polutan udara yang terdapat dalam ruangan.
ruangan.


Gambar 3.2. Elemen Utama dari Prinsip Ventilasi yang mempengaruhi
Gambar 3.2. Elemen Utama dari Prinsip Ventilasi yang mempengaruhi Transmisi Airborne 7
Transmisi Airborne79
Untuk memenuhi konsep pengaturan aliran udara tersebut maka terdapat 3 (tiga) model sistem
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
ventilasi yang dapat digunakan yaitu:
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 13
Untuk memenuhi konsep pengaturan aliran udara tersebut maka terdapat 3 (tiga)
model sistem ventilasi yang dapat digunakan yaitu:
1. Ventilasi alami (natural ventilation)
Pengaliran udara bergantung pada kekuatan tekanan angin, kemampuan udara
untuk terapung (buoyancy) dan desain ventilasi bangunan (posisi bukaan
jendela, pintu, kisi-kisi).
2. Ventilasi mekanik (mechanical ventilation)
Pengaliran udara bergantung pada penggunaan alat mekanik (misalnya kipas
angin, exhaust fan) yang diletakkan pada dinding ruangan atau di dekat jendela
atau pada instalasi saluran udara dalam ruangan (ducting supply), sangat tidak
disarankan untuk menggunakan kipas angin yang dipasang pada langit-langit
(ceiling fan).
3. Ventilasi campuran (mixed-mode/hybrid ventilation)
Untuk meningkatkan kuantitas ventilasi khususnya pada ruangan yang berpotensi
terjadi transmisi infeksi secara airborne, pengaliran udara bergantung pada
ventilasi alami yang dikombinasikan dengan ventilasi mekanik (misalnya, kipas
angin/exhaust fan).

Gambar 3.3. Ilustrasi Sistem Ventilasi Bangunan; (1) Alami Satu sisi, (2) Alami Silang,
(3) Mekanik Silang (4) Campuran (Hybrid atau Mixed-mode)

WHO dan CDC (2020) merekomendasikan FKTP yang menyelenggarakan pelayanan


kesehatan gigi dan mulut agar menata ulang dan memperbaiki sistem ventilasi
ruangan praktik untuk mengurangi risiko penularan infeksi COVID-19 melalui udara
(airborne), dengan mengikuti panduan sebagai berikut:
1. Bangunan harus mempunyai desain ventilasi yang memperhitungkan perputaran
aliran udara meliputi ventilasi alami dan/atau ventilasi mekanik yang optimal.
2. Memiliki pintu bukaan permanen, kisi-kisi pada pintu dan jendela dan/atau
bukaan permanen (minimal 15% dari luas total lantai) untuk ventilasi alami.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


14 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
3. Desain ventilasi alami harus mampu mengalirkan udara yang berasal dari
sumber udara bersih masuk ke dalam ruangan dan mengalirkan udara yang
berasal dari sumber infeksi ke luar ruangan atau area yang membantu terjadinya
proses dilusi (pengenceran) udara.
4. Penerapan aliran udara dan desain ventilasi alami sangat tergantung pada kondisi
iklim di masing-masing daerah, sehingga memungkinkan adanya fluktuasi pada
ventilation rate, suhu ruangan serta tidak konsistennya arah aliran udara.
5. FKTP yang menggunakan sistem ventilasi alami (terutama pada bangunan baru
dan FKTP yang melakukan renovasi bangunan) harus mengatur ventilation rate
sesuai ketentuan berikut:
a. ruang praktik tindakan aerosol, rata-rata 160 L/dt per pasien per jam.
b. ruang praktik tindakan non-aerosol, min. 80 L/dt per pasien per jam.
c. ruang konsultasi pasien atau bangsal pasien, min. 60 L/dt per pasien per jam
d. ruang tunggu pasien atau koridor, min. per jamnya 2,5 L/dt/m3 per pasien
e. poin 1 dan 2 untuk ruangan berukuran 4x2x3 m3
6. WHO menggunakan istilah liter/detik/pasien (L/dtk/pasien) dibandingkan
istilah air changes per hour (ACH) karena dianggap lebih mampu mengidentifikasi
secara langsung hubungan antara tingkat paparan dan kebutuhan ventilation rate
untuk membantu perhitungan kapasitas jumlah pasien dalam ruangan (dapat
dihitung dengan Rumus Perhitungan ACH atau menggunakan alat anemometer).
CDC (2020) merekomendasikan sirkulasi udara minimal 6 -12x ACH per jam dan
khusus untuk kamar mandi/toilet 10xACH per jam.

Rumus Perhitungan Ventilation Rate (VR) Minimal :

VR (L/dtk) = k x kecepatan angin (m/dtk) x luas area bukaan terkecil (m²) x 1000 (L/m³)

nilai k = 0,05 untuk ventilasi alami satu sisi (single-sided)


nilai k = 0,65 untuk ventilasi alami silang (cross-sided)
apabila bukaan jendela menggunakan jaring penghalang nyamuk maka nilai VR (L/dtk) x 0,5

Gambar 3.4. Rumus Perhitungan Ventilation Rate Minimal110

Rumus Perhitungan ACH (Air Changes per Hours) :

ACH = luas jendela x kecepatan udara x 3600 detik/jam


volume ruangan

Contoh :
Luas jendela terbuka : tinggi 1 m x Lebar 1 m = 1 m²
Kecepatan udara melalui jendela : 1 m/detik
Volume ruangan : panjang x lebar x tinggi = 5 x 4 x 3 m = 60m³
Maka nilai ACH-nya adalah 1 m² x 1 m/detik x 3600 detik/jam = 60 ACH
60 m³

Gambar 3.5. Simulasi Rumus Perhitungan Pertukaran Udara per jam (ACH);
(kiri) menggunakan rumus; (kanan) alat digital anemometer

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 15
Tabel 3.3. Rekomendasi ACH untuk Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut

ACH Untuk Ruangan Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut

Area ACH
ruang tindakan yang tertutup (aerosol) 12
ruang tindakan bedah mulut 15
ruang tindakan non aerosol 8-12
ruang konsultasi 6
ruang untuk dekontaminasi peralatan
10
(desinfeksi dan sterilisasi)
ruang dental lab 6
(CDC, 2020)

7. Sistem ventilasi alami satu sisi (single-sided) tidak direkomendasikan untuk


mengatur sirkulasi udara terutama pada ruang tindakan aerosol. Ventilation rate
minimal pada ventilasi alami yang digunakan di ruang tindakan aerosol harus
lebih tinggi dari ventilasi mekanik, untuk mengkompensasi fluktuasi ventilation
rate, suhu ruangan serta arah aliran udara yang tidak konsisten. Apabila sistem
ventilasi alami kurang memenuhi persyaratan, harus digunakan sistem ventilasi
mekanik yaitu kipas angin atau exhaust fan.

Gambar 3.6. Contoh Air Extractor atau Exhaust Fan109

8. Sistem ventilasi campuran (hybrid/mixed method) yang mengkombinasikan


bukaan jendela dan penggunaan penghisap udara kotor dengan tekanan khusus
(exhaust fan), lebih disarankan untuk digunakan pada ruang tindakan aerosol.
Exhaust fan berkekuatan 167 cfm (sebaiknya bagian hulu dilengkapi oleh HEPA
filter), diletakkan ± 20 cm dari permukaan lantai agar mampu mengalirkan
udara kotor ke luar ruangan (dapat dilihat pada gambar 3.8). Disarankan untuk

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


16 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
menyediakan suplai listrik darurat (emergency power generator) untuk tetap
menggerakkan kipas exhaust fan bilamana terjadi pemadaman listrik.
9. Sistem ventilasi alami dan atau mekanik yang menempatkan bukaan jendela dan
atau exhaust fan pada sisi dinding ruangan yang saling berhadapan atau silang
(cross-sided), lebih disarankan untuk digunakan karena mampu menciptakan
aliran udara silang.
10. Hindari penggunaan kipas angin yang dipasang pada langit-langit (ceiling fan)
atau meletakkan kipas angin (pedestal fan atau desk fan) di area depan yang
menghadap pasien karena selama perawatan dilakukan akan mengalirkan udara
dari pasien menuju dokter gigi.

Gambar 3.7. Ilustrasi Penempatan Ventilasi Mekanik di Ruang Pelayanan


Kesehatan gigi dan mulut

Penggunaan HEPA filter


HEPA (High Efficiency Particulate Air) filter mampu menyaring udara dengan efisiensi
penyaringan 99,5% (standar Eropa) atau 99,97% (standar US) dan dapat digunakan
sebagai alat tambahan untuk menghilangkan partikel virus SARS-CoV-2 yang
airborne. Prinsip kerja HEPA filter adalah menangkap partikel kontaminan dalam
udara dalam sebuah jaring serabut kompleks, yang kemampuan penyaringannya
bergantung pada ukuran partikel yaitu:
1. Diffusion – untuk partikel berukuran kecil (< 0,3 microns)
2. Interception – untuk partikel berukuran medium (antara
0,3 – 1 microns)
3. Inertial Impactian – untuk partikel berukuran besar
(>1 micron)
4. Sieving – untuk partikel berukuran besar (> 1 micron)

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 17
Oleh karena hampir seluruh tindakan perawatan yang dilakukan pada pelayanan
kesehatan gigi dan mulut menghasilkan bioaerosol maka penggunaan alat penyaring
udara (air purifier) HEPA filter sangat direkomendasikan. Pada saat memilih alat
penyaring udara (air purifier) HEPA filter disarankan untuk memperhatikan hal
berikut:
1. Grade of HEPA berdasarkan efisiensi
HEPA – grade H10-H12 filter hanya mampu menangkap 85 – 99,5% partikel
berdiameter 0,1 micron, sedangkan HEPA – grade H13-H14 (medical grade)
mempunyai kemampuan menangkap partikel berdiameter 0,1 micron antara
99,95% - 99,995%.
2. ACH (Air Change per Hours)
Untuk ruang tindakan aerosol, dibutuhkan alat penyaring udara (air purifier)
HEPA filter yang mampu membersihkan udara sebesar 12 ACH.
3. CADR (Clean Air Delivery Rate)
CADR adalah kemampuan alat penyaring udara (air purifier) HEPA filter untuk
menampung sejumlah volume udara untuk difiltrasi dalam periode waktu
tertentu, diukur dalam satuan cubic meter per hours atau cubic feet per minute
(cfm). Penghitungannya dapat menggunakan rumus : (ACH x panjang x lebar x
tinggi ruangan)/60) cfm.

Untuk mengurangi jumlah bioaerosol secara efisien, maka HEPA filter harus selalu
digunakan selama tindakan perawatan dan saat jeda waktu antar pasien. HEPA filter
diletakkan pada area yang dekat dengan pasien tetapi tidak dibawah alat pendingin
ruangan (AC) dan tidak berada di antara operator dan pasien. Berikut merupakan
durasi waktu kerja HEPA filter yang dibutuhkan untuk menghilangkan kontaminan
bioaerosol dalam ruangan dengan tingkat ACH tertentu :

Tabel. 3.4. Durasi Waktu Kerja HEPA Filter berdasarkan ACH

(CDC, 2020) Durasi Waktu (Menit) Filtrasi Udara

ACH Efisiensi Filtrasi 99% Efisiensi Filtrasi 99,95%


2 138 207
4 69 104
6 46 69
8 35 52
10 28 41
12 23 35
15 18 28
20 14 21
50 6 8

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


18 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
HEPA filter secara rutin harus diganti dengan yang baru karena proses
pembersihannya berpotensi menyebarkan kontaminan airborne dan menciptakan
celah pada jaring serabut yang berukuran lebih besar dari partikel kontaminan.
Proses pembersihan jaring serabut HEPA filter harus mengikuti anjuran pabrik dan
sebaiknya dilakukan penggantian tiap 12-18 bulan; carbon filter diganti tiap 3-6
bulan dan pre-filter-nya dibersihkan tiap 30 hari dan diganti bila terlihat aus.

Pembuangan udara kotor sebaiknya langsung terhubung dengan area luar gedung
/ruang praktik dokter gigi, tidak diarahkan ke ruang tunggu pasien atau area lalu
lalang orang. Apabila tidak memungkinkan maka udara kotor dapat dihisap dengan
exhaust fan yang bagian hulunya dilengkapi oleh HEPA filter kemudian dialirkan
melalui saluran udara (ducting supply) atau cerobong udara (ducting exhaust) ke
area luar.

Gambar 3.8. Instalasi HEPA Filter109

Apabila bangunan FKTP dan ruang pelayanan kurang memenuhi standar desain
ventilasi dan kualitas udara yang dihasilkan buruk, maka dapat diterapkan beberapa
hal berikut:
1. Mengatur pergantian udara yang masuk ke dalam ruangan minimal 6x ACH dengan
suhu ruangan 24-26⁰C dan kelembaban relatif 40-60%, untuk mengoptimalkan
proses dilusi/pengenceran udara dari kontaminan.
2. Mengelola pergerakan aliran udara antar ruangan dengan cara memasang
tirai pembatas atau dinding pemisah portabel agar aliran udara kotor dapat
diarahkan menuju exhaust fan atau bukaan jendela (mengacu pada prinsip
vertical laminar).
3. Melakukan penyaringan atau filtrasi udara yang masuk menggunakan HEPA
filter yang mampu memfiltrasi hingga 99% partikel berukuran 0,3 μm.
4. Menjaga suhu dan kelembaban ruangan untuk mempengaruhi atau menghambat
pertumbuhan bakteri dan inaktivasi virus.
5. Menggunakan lampu UV-C dan atau alat ozone generator untuk membantu
menginaktivasi virus SARS-CoV-2 dengan cara menempatkan lampu UV-C di area
atas ruang praktik pada ketinggian + 2 m. Studi menunjukkan bahwa inaktivasi
virus SARS-CoV-2 dapat menggunakan lampu UV-C dengan panjang gelombang
254nm (dosis 40 mJ/cm² ) selama 15 menit pada jarak paparan 3 cm pada

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 19
permukaan datar. Pada saat menggunakan lampu UV-C dan ozone generator
harus memperhatikan upaya keselamatan dengan memastikan ruangan tertutup
rapat untuk mencegah kebocoran radiasi UV-C, memberi label peringatan di pintu
ruangan ketika lampu UV-C digunakan, menggunakan masker saat disinfeksi
ruangan dengan ozone generator agar terhindar dari sesak nafas dan asma.

Keterbatasan dalam penggunaan lampu UV-C antara lain:


a. Semakin jauh jarak lampu UV-C dari permukaan benda maka efektivitas
desinfeksinya semakin menurun sehingga saat pemakaian disarankan
penempatannya mendekati dental unit
b. Radiasi UV-C tidak mampu mencapai seluruh area ruangan
c. Durasi pemakaian lampu UV-C yang panjang akan mengurangi ketahanan
komponen plastik dan diskolorisasi benda
d. Adanya bau menyengat yang tercium dalam ruangan pasca penggunaan lampu
UV-C.

B. Pengelolaan Air Bersih


Salah satu upaya untuk mengendalikan lingkungan dilaksanakan melalui perbaikan
kualitas air, udara dan permukaan lingkungan kerja di FKTP, yang bertujuan untuk
mencegah transmisi mikroorganisme dari pasien/pengguna pelayanan ke petugas
atau sebaliknya akibat pengelolaan dan pengendalian lingkungan yang tidak sesuai
standar PPI. Oleh karena itu sistem air bersih harus direncanakan dan dipasang
dengan mempertimbangkan sumber air bersih dan sistem pengalirannya.

C. Pengaturan dan Pengelolaan Ruangan


Pada masa adaptasi kebiasaan baru, FKTP yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut perlu memperhatikan tata kelola dan zonasi ruangan
serta mengatur alur pergerakan pasien dan petugas kesehatan. Hal-hal yang harus
dipersiapkan oleh penanggung jawab FKTP sebelum kedatangan pasien, yaitu:
1. Memberi penanda khusus untuk mengatur jalur pergerakan pasien/pengunjung/
petugas kesehatan yang dimulai dari pintu masuk hingga masuk ke ruang
pelayanan.
2. Mengidentifikasi ruangan berdasarkan risiko paparan infeksi yaitu35:
a. zona kuning untuk ruang resepsionis/loket penerimaan pasien, ruang
tunggu pasien dan ruang staf
b. zona merah untuk ruang tindakan yang menimbulkan aerosol dan ruang
dekontaminasi APD dan peralatan medis
c. zona oranye digunakan sebagai ruangan khusus konsultasi pasien dengan
dokter gigi atau tindakan non-aerosol yang terpisah dari ruang tindakan
yang menimbulkan aerosol (bila ketersediaan ruangan memungkinkan).
3. Menghilangkan keberadaan benda-benda yang berpotensi transmisi virus SARS-
CoV-2 (mis. koran/majalah, brosur, model gigi, alat bantu peraga, remote TV/
AC, penggunaan karpet di ruang praktik dokter gigi, bunga hidup/bunga plastik,

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


20 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
akuarium dll). Bila memungkinkan, metode pembayaran dilakukan menggunakan
fasilitas non tunai (cashless/contactless).
4. Memberikan jarak antara kursi tunggu pasien 1-2 m agar pasien yang datang
dalam waktu bersamaan tidak berkontak antara satu dengan lainnya.
5. Ruangan yang memiliki dental unit lebih dari satu harus disekat hingga
menjadi ruangan tertutup bagi masing-masing dental unit, atau dapat juga
memberikan jarak 2 (dua) meter antara dental unit yang satu ke dental unit
yang lain, dengan tetap memperhatikan ventilasi udara di masing-masing
dental unit. Jika keadaan tersebut tidak memungkinkan, maka dalam satu waktu
hanya 1 (satu) dental unit yang dapat digunakan untuk merawat pasien.
6. Menyediakan ruangan khusus berganti baju kerja (donning APD) yang terpisah
dari ruang tindakan, agar risiko kontaminasi dan transmisi infeksi minimal.59
Apabila ketersediaan ruangan tidak memungkinkan, dapat menggunakan ruang
tindakan yang telah didesinfeksi terlebih dahulu sebelum memulai pelayanan
pasien.
7. Menyediakan termometer suhu infrared, masker dan hand sanitizer yang dapat
digunakan oleh pasien dan pendampingnya.
8. Menyediakan sarana cuci tangan (seperti wastafel dengan air mengalir dan
sabun cair, kertas tisu atau handuk sekali pakai) agar setiap pasien/pengunjung
melakukan CTPS saat datang dan pulang, saat berkontak langsung dengan
sekresi saluran pernafasan dan benda-benda yang diduga terkontaminasi.
9. Menempatkan poster edukasi atau gambar petunjuk langkah cuci tangan
yang benar dan 5 (lima) momen harus dilakukan cuci tangan, di area sekitar
fasilitas cuci tangan dan/atau area yang memudahkan pasien/pengunjung untuk
membaca informasi yang akurat.
10. Menyediakan tempat sampah dengan penutup di ruang tunggu pasien yang
diberi label “sampah organik” dan “sampah non-organik”.
11. Melakukan pemasangan kaca/plastik/fiber glass sebagai pembatas pada meja
penerima pasien (resepsionis) dan meja konsultasi dokter gigi-pasien. Pastikan
tersedia masker, ABHR 70%, kertas tisu dan tempat sampah di area tersebut.

Gambar 3.9. Contoh Pemasangan Pembatas Meja Konsultasi Dokter Gigi-Pasien31

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 21
Pengelolaan ruang pemakaian (donning) APD mengikuti panduan sebagai
berikut:
1. Berikan penanda khusus/label stiker bertuliskan ruang donning APD yang
dilekatkan pada pintu/area ruangan.
2. Memasang petunjuk gambar tahapan pemakaian (donning) APD, menyediakan
ABHR 70% dan APD lengkap (sarung tangan disposable, masker N95, masker
bedah, pelindung wajah/face shields, kacamata/goggles, baju kerja/scrubs,
isolation gown/skort, head cap, cover shoes/sepatu boots karet) di dalam ruangan.
3. Menyediakan kursi dan cermin untuk membantu petugas kesehatan saat
memakai APD serta lemari atau loker tertutup untuk menyimpan baju dan
barang milik pribadi petugas kesehatan yang terbungkus dalam wadah plastik
atau digantung dengan hanger.
4. Menyediakan rak untuk penyimpanan sepatu boot yang telah diberi label
penanda bertuliskan nama pengguna, tanggal desinfeksi dan paraf petugas yang
melakukan disinfeksi.
5. Menyediakan wadah (kantong kertas atau kontainer plastik) untuk tempat APD
yang digunakan berulang (mis. goggles, face shields, masker N95) dengan diberi
label bertuliskan nama pengguna, area kerja, tanggal pemakaian awal, jumlah
siklus dekontaminasi, tanggal desinfeksi dan paraf petugas yang melakukan
disinfeksi/sterilisasi.

Pengelolaan ruang pelepasan (doffing) APD mengikuti panduan sebagai berikut:


1. Berikan penanda khusus bertuliskan ruang doffing APD yang dilekatkan pada
pintu/area ruangan.
2. Menyediakan fasilitas cuci tangan, tisu pengering tangan, ABHR 70%, cermin
dan petunjuk gambar tahapan pelepasan (doffing) APD di dalam ruangan yang
terpasang di dinding ruangan.
3. Menempatkan kontainer penampungan limbah APD dengan cermat agar
meminimalkan kontak dengan peralatan dan memudahkan alur yang benar
saat proses pelepasan (doffing) APD. Perhatikan ukuran kontainer limbah APD,
disarankan untuk menggunakan kontainer yang berukuran besar pada zona
merah, agar limbah APD tidak meluap melebihi kapasitas kontainer.
4. Khusus baju APD yang digunakan kembali, sediakan kontainer berisi
larutan sabun deterjen dan cairan pembersih yang mengandung bahan
aktif hidrogen peroksida 5% untuk direndam selama 10-60 menit. Untuk
meminimalkan resiko kontaminasi dari petugas cleaning, maka perlu dibuat
penjadwalan rutin pengambilan limbah APD (mis. 1-2 kali per hari tergantung
kebutuhan) agar tidak dilakukan berulang kali.
5. Mengurangi penempatan perabot di dalam ruang pelepasan (doffing) APD untuk
memudahkan dilakukan disinfeksi ruangan secara rutin dan cermat.
6. Bila memungkinkan maka pada dinding ruangan dapat ditempatkan pegangan
tangan logam (disarankan material tembaga), yang mudah dibersihkan dan
disinfeksi, bertujuan untuk meminimalkan penempatan perabot dan membantu

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


22 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
petugas kesehatan menjaga keseimbangan saat melepas penutup kaki/sepatu
boots.
7. Membatasi pergerakan petugas kesehatan selama proses pelepasan (doffing) APD
dengan cara memberi penanda (berupa stiker berbeda warna) yang membedakan
zona infeksius dengan non-infeksius untuk meningkatkan kewaspadaan petugas
dalam mencegah kontaminasi di luar zona.
8. Apabila tidak tersedia ruangan khusus untuk melepas (doffing) APD, maka dapat
dilakukan di ruang tindakan, namun khusus pelepasan masker N95/masker
bedah, pelindung wajah/face shields, kacamata/goggles harus dilakukan ketika
berada di luar ruang tindakan.


Gambar 3.10.Pengaturan Zona dalam Ruang Pelepasan (doffing) APD
Gambar 3.10. Pengaturan Zona dalam Ruang Pelepasan (doffing) APD
Gambar 3.10.Pengaturan Zona dalam Ruang Pelepasan (doffing) APD
(warna: merah=infeksius; kuning=kehati-hatian; hijau=bersih) 31, 80, 81
(warna: merah=infeksius; kuning=kehati-hatian; hijau=bersih)
(warna: merah=infeksius; kuning=kehati-hatian; hijau=bersih) 31, 80, 81
31, 80, 81


Gambar 3.11. Zona pelepasan APD dalam Ruang Pelepasan (doffing) APD
Gambar 3.11. Zona pelepasan APD dalam Ruang Pelepasan (doffing) APD 31, 80
Gambar 3.11. Zona pelepasan APD dalam Ruang Pelepasan (doffing) APD31, 80 31, 80



3.2. TAHAP SEBELUM KUNJUNGAN PASIEN
3.2. TAHAP SEBELUM KUNJUNGAN
.2. TAHAP SEBELUM KUNJUNGAN PASIEN PASIEN
A. Deteksi dan Penapisan (Skrining) Pasien Pra-Kunjungan
A. Deteksi dan Penapisan (Skrining) Pasien Pra-Kunjungan
. Deteksi dan Penapisan (Skrining) Pasien Pra-Kunjungan
Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam bidang ilmu kedokteran
gigi (teledentistry)
Pemanfaatan merupakan alternatif solusi inovatifdalam
di saatbidang
masa adaptasi
Pemanfaatan teknologi teknologi
informasi informasi dan komunikasi
dan komunikasi dalam bidang ilmu ilmu kedokteran
kedokteran gigi
kebiasaan baru untuk kelangsungan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di
(teledentistry) merupakan alternatif solusi inovatif di saat masa adaptasi kebiasaan baru
eledentistry) merupakan alternatif solusi inovatif di saat masa adaptasi kebiasaan baru untuk
FKTP. Teledentistry mampu meminimalkan risiko penularan infeksi COVID-19
kelangsungan pelayanan kesgilut di FKTP. Teledentistry mampu meminimalkan risiko penu
dan membantu pasien/masyarakat untuk tetap mendapatkan akses pelayanan
elangsungan pelayanan kesgilut di FKTP. Teledentistry mampu meminimalkan risiko penularan
kesehatan gigi dan mulut secara jarak jauh.30, 36, 37
infeksi COVID-19 dan membantu pasien/masyarakat untuk tetap mendapatkan akses pelay
nfeksi COVID-19 dan membantu pasien/masyarakat untuk tetap mendapatkan akses pelayanan
kesgilut secara jarak jauh.30, 36, 37 Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
23
esgilut secara jarak jauh.30, 36, 37 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru

Tabel 3.5. Ruang Lingkup Teledentistry30, 36


Tabel 3.5. Ruang Lingkup Teledentistry30, 36

RUANG LINGKUP TELEDENTISTRY


kegiatan konsultasi antara pasien dengan dokter
Telekonsultasi gigi atau konsultasi antar petugas kesehatan yang
memanfaatkan media telekomunikasi

pengumpulan informasi tambahan (gambaran


Telediagnosis lesi oral atau radiografik) melalui media teknologi
informasi untuk membantu menegakkan diagnosis

penentuan prioritas kebutuhan penanganan keluhan


Teletriage atau seleksi kasus pasien untuk mendapatkan
rujukan atau resep obat

Telemonitoring monitoring kondisi dan derajat keparahan keluhan


atau penyakit yang diderita pasien

Deteksi dan penapisan/skrining pasien pelayanan kesehatan gigi dan mulut


dilakukan secara bertahap, diawali dengan skrining dan triage pra-kunjungan
(teledentistry), kemudian kembali dilakukan skrining kedua saat pasien berkunjung
ke FKTP. Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi
kesehatan pasien sebelum kunjungan ke FKTP dan sebelum pasien menerima
pelayanan, menyeleksi keluhan/kasus pasien sesuai skala prioritas kebutuhan
penanganannya dan tingkat risiko paparan infeksi COVID-19 terhadap petugas
kesehatan, serta memberikan advis/rujukan dan resep obat (bila perlu).30,38 Jika
ditemukan pasien yang berstatus suspek/probable/terkonfirmasi positif COVID-19,
sebaiknya dokter gigi melakukan tindakan mitigasi untuk mencegah penularan
lebih lanjut.16

Prosedur penapisan/skrining pra-kunjungan (teledentistry) dilakukan dengan


memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi yang disediakan oleh FKTP
(misalnya media telepon melalui nomor hotline/call center FKTP, live video conference/
call, aplikasi pesan instan, teknologi informasi berbasis web (website FKTP)),
dengan tetap memperhatikan prinsip komunikasi efektif dan menjaga kerahasiaan
pasien (merujuk pada Surat Edaran nomor HK.02.01/MENKES/303/2020 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Melalui Pemanfaatan Teknologi Informasi
dan Komunikasi Dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Covid-19, dan Peraturan
Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 74 Tahun 2020 tentang Kewenangan Klinis
dan Praktik Kedokteran melalui Telemedicine pada masa Pandemi COVID-19 di
Indonesia).

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


24 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
ewenangan Klinis dan Praktik Kedokteran melalui Telemedicine pada masa Pandemi CO
i Indonesia).


Gambar 3.12. Contoh Media Teledentistry (sehatpedia, Kemenkes)
Gambar 3.12. Contoh Media Teledentistry (sehatpedia, Kemenkes)

Berikut ini merupakan skema alur pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang dapat
Berikut ini merupakan skema alur pelayanan kesgilut yang dapat diimplementasikan pada FKTP
diimplementasikan pada FKTP (gambar 3.13):
(gambar 3.13):

Pasien
membutuhkan
Pelayanan Kesgilut


Gambar 3.13. Skema Alur Pelayanan Kesgilut di Masa Adaptasi Baru34, 35
Gambar 3.13. Skema Alur Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Masa Adaptasi Baru34, 35

Tata Laksana Deteksi dan Penapisan (Skrining) Pasien melalui Teledentistry:


Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 25
1. Sebelum memulai proses skrining pra-kunjungan (teledentistry), pastikan isi pembicaraan
Tata Laksana Deteksi dan Penapisan (Skrining) Pasien melalui Teledentistry:
1. Sebelum memulai proses skrining pra-kunjungan (teledentistry), pastikan
isi pembicaraan (chat atau video conference call) dengan pasien terjaga
kerahasiaannya.
2. Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama dan asal fasilitas pelayanan
kesehatan, lalu menanyakan identitas pasien, menjelaskan tujuan dilakukan
skrining pra-kunjungan (teledentistry) serta adanya kemungkinan risiko
kebocoran informasi sebagai akibat penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi.
3. Skrining pra-kunjungan (teledentistry) dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan atau kesediaan pasien secara verbal. Khusus pasien anak-anak atau
lansia yang berkebutuhan khusus, dapat dibantu oleh orang tua atau walinya.
4. Ajukan berbagai pertanyaan yang tercantum pada formulir skrining pasien
COVID-19 (merujuk pada KMK 328) dan formulir skrining prioritas kebutuhan
perawatan kesehatan gigi dan mulut pasien (dilihat pada gambar skema alur 3.14).
5. Anjurkan pasien melakukan uji deteksi virus SARS-CoV-2 (RT-Antigen dan atau
Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction (RT-PCR)) apabila pasien
menjawab “YA di sebagian besar pertanyaan skrining”, ataupun bila pasien
terindikasi paparan virus SARS-COV-2 risiko moderat/tinggi. Hasil tes harus
diinformasikan pada dokter gigi/FKTP sebelum jadwal kunjungan pasien ke
FKTP. Untuk sementara waktu, kondisi pasien ditangani dengan pemberian
resep obat sesuai dengan keluhannya.
6. Lanjutkan proses skrining pra-kunjungan (teledentistry), bila di sebagian besar
pertanyaan skrining pasien menjawab “TIDAK”. Lakukan anamnesis (keluhan
utama, riwayat kesehatan umum dan kesehatan gigi/mulutnya), pemeriksaan
fisik (melalui foto atau video/audiovisual) dan riwayat penggunaan obat-obatan
untuk penanganan keluhannya.
7. Berikan anjuran sesuai hasil pemeriksaan penunjang (bila perlu) atau hasil
pemeriksaan klinis, lalu lakukan penegakan diagnosis sementara/interim
pasien. Bila perlu, berikan resep obat/e-resep (terbatas hanya analgetik,
antibiotik, topical agents) dan atau surat rujukan untuk pemeriksaan lebih lanjut
ke laboratorium atau penanganan lebih lanjut di FKTP.
8. Tuliskan hasil skrining pra-kunjungan (teledentistry) pada rekam medik (tertulis
atau e-rekam medik) yang disediakan FKTP, dengan mencantumkan tanggal dan
tanda tangan petugas yang melakukan skrining. Perlu digaris bawahi bahwa
rekam medik pasien harus selalu terjaga kerahasiaannya.
9. Jelaskan kepada pasien bahwa proses skrining dan penapisan kembali akan
dilakukan saat pasien berkunjung ke FKTP, berikut pemberlakukan protokol
kesehatan lainnya (mis. penggunaan masker, pemeriksaan suhu badan, CTPS dll).
10. Informasikan pada pasien tentang batasan jumlah pengantar (maksimal 1
orang) yang diperbolehkan menemani saat berkunjung ke FKTP. Pengantar
hanya diperbolehkan untuk menemani pasien anak-anak dan pasien lansia yang
membutuhkan pendampingan khusus.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


26 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
11. Edukasi pasien bahwa protokol kesehatan yang diterapkan bertujuan untuk
kesehatan dan keselamatan pasien, keluarga pasien, petugas kesehatan dan
masyarakat yang berkontak atau berada di sekitar lingkungan FKTP.


Gambar 3.14. Skema Alur Seleksi Prioritas Kebutuhan Perawatan Pasien42 42
Gambar 3.14. Skema Alur Seleksi Prioritas
Kebutuhan Perawatan Pasien
B. Pengelolaan Penjadwalan Perawatan Pasien
1. Berdasarkan hasil skrining pra-kunjungan (teledentistry), prioritas kebutuhan pasien atas
B. Pengelolaan Penjadwalan Perawatan Pasien
pelayanan kesgilut
1. Berdasarkan hasil ditentukan
skriningdengan mengacu pada
pra-kunjungan kondisi kegawatdaruratan
(teledentistry), dan risiko
prioritas kebutuhan
pasien atas pelayanan kesehatan gigi dan mulut ditentukan dengan mengacu
paparan infeksi COVID-19 (dapat dilihat pada gambar 3.15. dan 3.16). 39, 40

2. Tunda perawatan urgen dan elektif selama kurun waktu 2-3 minggu terutama untuk
pada kondisi kegawatdaruratan dan risiko paparan infeksi COVID-19 (dapat
pasien
dilihatberstatus probabel
pada gambar 3.15.dan
danterkonfirmasi
3.16).39,40 positif COVID-19, apabila ketersediaan
2. sarana
Tundaprasarana
perawatan urgen
kurang dan elektif
mendukung selama
pelayanan. kurun
Untuk waktukembali
memastikan 2-3 minggu
kondisi
terutamapasien
kesehatan untuk pasien
tersebut, maka berstatus probabel
pasien diminta dan
melakukan terkonfirmasisebelum
RT-antigen/RT-PCR positif
COVID-19, apabila ketersediaan sarana prasarana kurang mendukung
dilakukan tindakan (terutama bila tindakan berpotensi menghasilkan aerosol).
pelayanan. Untuk memastikan kembali kondisi kesehatan pasien tersebut,
3. Lakukan pemeriksaan kadar gula darah puasa atau acak pada pasien yang terindikasi
maka pasien diminta melakukan RT-antigen/RT-PCR sebelum dilakukan tindakan
memiliki riwayat diabetes mellitus. Tunda perawatan pasien bila terindikasi riwayat
(terutama bila tindakan berpotensi menghasilkan aerosol).
diabetes mellitus tidak terkontrol, hasil tes kadar gula darah puasa ≥ 240 mg/dl (13.3
3. mmol/l) atau kadar gula darah acak ≥234 mg/dl (13 mmol/l). Oleh karena peningkatan
Lakukan pemeriksaan kadar gula darah puasa atau acak pada pasien yang
terindikasi memiliki riwayat diabetes mellitus. Tunda perawatan pasien
bila terindikasi riwayat diabetes mellitus tidak terkontrol, hasil tes kadar 39

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 27
gula darah puasa ≥ 240 mg/dl (13.3 mmol/l) atau kadar gula darah acak
≥234 mg/dl (13 mmol/l). Oleh karena peningkatan kadar gula darah memiliki
efek negatif terhadap sistem imunitas (imunosupresif), memperlambat proses
penyembuhan luka dan berisiko tinggi terinfeksi virus SARS-CoV-2.41
4. Jika pasien berstatus probabel atau positif COVID-19 sangat membutuhkan
perawatan (termasuk kategori tindakan emergensi atau urgen), upaya alternatif
yang dilakukan untuk mengurangi risiko transmisi virus SARS-CoV-2:
a. dijadwalkan pada memiliki
kadar gula darah hari ke-14 atau lebih
efek negatif (terutama
terhadap untuk (imunosupresif),
sistem imunitas kasus urgen
tindakan aerosol).
memperlambat proses penyembuhan luka dan berisiko tinggi terinfeksi virus SARS-CoV-2. 41

b. 4.
diberikan jadwal (hari dan jam) khusus untuk penanganan pasien tersebut
Jika pasien berstatus probabel atau positif COVID-19 sangat membutuhkan perawatan
yang tidak berdekatan dengan jadwal pasien lainnya.
(termasuk kategori tindakan emergensi atau urgen), upaya alternatif yang dilakukan
c. ditempatkan pada nomor antrian paling terakhir di hari penjadwalannya.
untuk mengurangi risiko transmisi virus SARS-CoV-2:
d. mengurangi durasi perawatan dan memberikan interval waktu yang lebih
a. dijadwalkan pada hari ke-14 atau lebih (terutama untuk kasus urgen tindakan aerosol).
panjang untuk
b. diberikan pertemuan
jadwal (hari dan berikutnya.
jam) khusus untuk penanganan pasien tersebut yang tidak
e. wajib menerapkan PPI melalui kewaspadaan isolasi (kewaspadaan standar
berdekatan dengan jadwal pasien lainnya.

danc. transmisi).
ditempatkan pada nomor antrian paling terakhir di hari penjadwalannya.
d. mengurangi durasi perawatan dan memberikan interval waktu yang lebih panjang untuk
5. Penjadwalan pasien dengan kondisi kesehatan yang rentan (misalnya.
pertemuan berikutnya.
pasien geriatri usia di atas 60 tahun atau memiliki riwayat penyakit kronis/
e. wajib menerapkan PPI melalui kewaspadaan isolasi (kewaspadaan standar dan transmisi).
imunokompromais), adalah:43, 44
5. Penjadwalan pasien dengan kondisi kesehatan yang rentan (misalnya. pasien geriatri usia di
a. dijadwalkan sebagai pasien pertama yang dirawat pada minggu/hari
atas 60 tahun atau memiliki riwayat penyakit kronis/imunokompromais), adalah:43, 44
penjadwalannya.
a. dijadwalkan sebagai pasien pertama yang dirawat pada minggu/hari penjadwalannya.
b. dijadwalkan sebagai pasien pertama yang dirawat setelah jam ishoma.
b. dijadwalkan sebagai pasien pertama yang dirawat setelah jam ishoma.
c. diberikan jadwal (hari dan jam) khusus yang terpisah dengan pasien lainnya.
c. diberikan jadwal (hari dan jam) khusus yang terpisah dengan pasien lainnya.
6. Penjadwalan pasien yang direncanakan akan dilakukan perawatan dengan durasi
6. Penjadwalan pasien yang direncanakan akan dilakukan perawatan dengan durasi waktu
waktu panjang dan berpotensi menghasilkan aerosol, adalah:
panjang dan berpotensi menghasilkan aerosol, adalah:
a. memberikan jadwal (hari dan jam) khusus untuk penanganan pasien
a. memberikan jadwal (hari dan jam) khusus untuk penanganan pasien tersebut yang tidak
tersebut yang tidak berdekatan atau terpisah dengan jadwal pasien lainnya.
berdekatan atau terpisah dengan jadwal pasien lainnya.
b. dijadwalkan sebagai pasien terakhir yang dirawat pada hari penjadwalannya.
b. dijadwalkan sebagai pasien terakhir yang dirawat pada hari penjadwalannya.


Gambar 3.17. Contoh Skema Alur Seleksi Prioritas Kebutuhan Perawatan Pasien40
Gambar 3.15. Contoh Skema Alur Seleksi Prioritas Kebutuhan Perawatan Pasien40
40

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


28 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru


Gambar 3.16. Kategori Tindakan Perawatan Kedokteran Gigi
Gambar 3.16. Kategori Tindakan Perawatan Kedokteran Gigi Berdasarkan Kegawatdaruratan42


Berdasarkan Kegawatdaruratan42
7. Penjadwalan dan pengelolaan pasien anak-anak mengikuti ketentuan dan alur skrining sesuai
prioritas kebutuhan perawatannya (mengacu pada gambar 3.15.dan 3.16).45, 46 Lakukan KIE
kepada orang tua/wali pasien anak-anak mengenai upaya preventif kebersihan rongga mulut
7. Penjadwalan dan pengelolaan pasien anak-anak mengikuti ketentuan dan
yang dapat dilakukan di rumah.
alur skrining sesuai prioritas kebutuhan perawatannya (mengacu pada
8. Lakukan konfirmasi penjadwalan pasien terlebih dahulu dengan memperhitungkan waktu
gambar 3.15.dan 3.16).45,46 Lakukan KIE kepada orang tua/wali pasien
jeda antarpasien, sesuai tindakan yang akan dilakukan untuk memberi kesempatan terjadi
anak-anak mengenai upaya preventif kebersihan rongga mulut yang dapat
pertukaran udara dalam ruangan.
dilakukan di rumah.
8. Lakukan konfirmasi penjadwalan pasien terlebih dahulu dengan
memperhitungkan waktu jeda antarpasien, sesuai tindakan yang akan
dilakukan untuk memberi kesempatan terjadi pertukaran udara dalam
ruangan.

41


*Jika ventilasi tidak baik (1-2 ACH) maka harus menggunakan HVE. Jika tidak memungkinkan, berikan jeda
* Jika60 menit ke pasien berikutnya atau lakukan prosedur alternatif dengan menggunakan low speed handpiece
ventilasi tidak baik (1-2 ACH) maka harus menggunakan HVE. Jika tidak memungkinkan,
atau skeling manual.
berikan jeda 60 menit ke pasien berikutnya atau lakukan prosedur alternatif dengan
Gambar 3.17. Skema Alur Penentuan Jeda Waktu Antarpasien- Tindakan Aerosol Risiko Tinggi47
menggunakan
low speed handpiece atau skeling manual.
3.3. TAHAP SAAT KUNJUNGAN PASIEN
Gambar 3.17. Skema Alur Penentuan Jeda Waktu Antarpasien-
A. Deteksi dan Penapisan (Skrining) Pasien Saat Kunjungan
1.
Tindakan Aerosol Risiko Tinggi47
Deteksi dan penapisan (skrining) pasien kembali dilakukan saat pasien berkunjung di FKTP
berupa pengukuran suhu tubuh (< 37,3°C) dan pengisian formulir potensi risiko COVID-19
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pelayanan
untuk menentukan pasien yang diperbolehkan masuk dan mendapatkan
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 29
kesehatan gigi dan mulut.
2. Deteksi dan penapisan (skrining) pasien juga dilakukan selama pasien berada di ruang
3.3. TAHAP SAAT KUNJUNGAN PASIEN
A. Deteksi dan Penapisan (Skrining) Pasien Saat Kunjungan
1. Deteksi dan penapisan (skrining) pasien kembali dilakukan saat pasien
berkunjung di FKTP berupa pengukuran suhu tubuh (< 37,3⁰C) dan pengisian
formulir potensi risiko COVID-19 untuk menentukan pasien yang diperbolehkan
masuk dan mendapatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
2. Deteksi dan penapisan (skrining) pasien juga dilakukan selama pasien berada
di ruang pelayanan kesehatan gigi dan mulut menggunakan termometer
suhu badan. Bila pasien menunjukkan gejala peningkatan suhu tubuh selama
perawatan berlangsung maka:
a. Hentikan perawatan pada pasien suspek/probabel COVID-19 untuk kasus
non-emergensi (urgen dan elektif).
b. Untuk kasus emergensi, lakukan penatalaksanaan terapi kedokteran gigi
sesuai dengan ketentuan.

Gambar 3.18 Skema Alur Penapisan (Skrining Kedua) Kunjungan Pasien di FKTP2

3. Skrining pasien dengan pengukuran kadar saturasi oksigen dalam darah


(SpO2%) menggunakan fingertip pulse oximeter, dengan memperhatikan
rekomendasi berikut:50, 51
a. Wajib menggunakan fingertip pulse oximeter yang terstandar internasional
(ISO 80601-2-61 dan Food and Drug Administration (FDA-US).48,49 dan dapat
menunjukkan data kekuatan sinyal denyut (pulse signal strength). Nilai kadar
saturasi oksigen yang diakui adalah nilai yang menunjukkan sinyal denyut
yang kuat dan stabil.
b. Saat melakukan pengukuran, pasien harus berada dalam ruangan, posisi
relaks dan nafas normal. Pengukuran menggunakan jari telunjuk atau jari
tengah tangan yang bersih dari pewarna kuku.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


30 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
c. Amati pembacaan data selama 30-60 detik untuk mengidentifikasi nilai
kadar yang paling sering muncul. Bila hasil meragukan, lakukan pengukuran
berulang hingga 2-3 kali.
d. Nilai normal kadar saturasi oksigen (SpO2) adalah 95-100%. Kadar saturasi
penderita COVID-19 beragam, namun kebanyakan pasien penderita
COVID-19 memiliki kadar saturasi oksigen rendah <90%.
4. Disarankan untuk menyediakan APD yang dapat digunakan oleh pasien selama
perawatan dilakukan yaitu kacamata pelindung (goggles), pelindung kepala
(head cap) dan isolation gown.

B. Penerapan Kewaspadaan Isolasi


Upaya pencegahan dan pemutusan rantai penularan penyakit infeksi, baik untuk
pelayanan yang diberikan di dalam fasilitas pelayanan kesehatan maupun di luar
fasilitas pelayanan kesehatan harus dilakukan secara paralel. Adapun penyesuaian-
penyesuaian dilakukan bila terdapat keterbatasan sarana prasarana, alat kesehatan,
SDM, obat dan sumber daya lainnya namun pelaksanaannya wajib memenuhi
kewaspadaan isolasi dalam ruang lingkup pencegahan dan pengendalian infeksi
(PPI).

Kewaspadaan isolasi adalah tindakan pencegahan atau pengendalian infeksi


yang harus diterapkan di fasilitas pelayanan kesehatan, dimaksudkan untuk
menurunkan risiko transmisi penyakit dari pasien kepada petugas kesehatan,
pengunjung, masyarakat sekitarnya atau sebaliknya.

Kewaspadaan Isolasi terbagi menjadi 2 (dua) lapis yaitu (1) Kewaspadaan Standar
(standard precautions) dan (2) Kewaspadaan Transmisi (transmission based-
precautions)

Penerapan Kewaspadaan Isolasi


Kewaspadaan Standar Kewaspadaan Transmisi
(Standard Precautions) (Transmission-based Precautions)

1 Kebersihan Tangan (Hand Hygiene)

3
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Pengendalian Lingkungan
2
1 Kewaspadaan Transmisi Kontak

Pengelolaan Perlatan Medis 4

5 Keamanan Prosedur Penyuntikan

Pengelolaan Limbah Medis 6 2 Kewaspadaan Transmisi Droplets

7 Pengelolaan Linen

Pengelolaan & Penempatan Pasien 8

9 Etika Batuk & Bersin 3 Kewaspadaan Transmisi Udara


(Airborne)

Perlindungan Kesehatan Petugas Kesehatan 10

Gambar 3.19. Penerapan Kewaspadaan Isolasi54

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 31
1. Kewaspadaan Standar (Standard Precautions)54
Kewaspadaan Standar merupakan upaya minimal PPI yang harus dilaksanakan
di semua fasilitas pelayanan kesehatan secara rutin, berkelanjutan dan
diberlakukan untuk semua prosedur perawatan pasien tanpa membedakan
tingkatan status infeksi pasien (suspek/probabel/konfirmasi positif). Peran
kewaspadaan standar sebagai dasar upaya PPI sangatlah penting dalam
memutus rantai penularan infeksi COVID-19 kepada pasien, petugas kesehatan,
atau pengguna pelayanan. Bila dilakukan dengan benar, akan mencegah risiko
kontaminasi melalui cairan tubuh, darah, kulit atau mukosa yang terbuka.

Kewaspadaan standar yang harus diterapkan di FKTP meliputi:


a. Kebersihan Tangan (Hand Hygiene)
Tangan yang terkontaminasi mikroorganisme patogen merupakan salah satu
media penularan infeksi di FKTP. Upaya menjaga kebersihan tangan (hand
hygiene) merupakan salah satu elemen terpenting dari PPI yaitu dengan
cuci tangan pakai sabun (CTPS) dan air mengalir, terutama bila tangan telah
berkontak dengan cairan tubuh, darah, kulit atau mukosa yang terbuka,
maupun permukaan benda di lingkungan kerja yang terkontaminasi.

Tabel 3.6. Kategori Kebersihan Tangan (hand hygiene)11


hand washing desinfeksi tangan surgical scrub
HAND HYGIENE (social hand hygiene) / CTPS (hand desinfection) (surgical hand hygiene)

PRODUK YANG aqueous antimicrobial desinfektan;


DIGUNAKAN sabun dan air alcohol-based hand rub (ABHR)
alcohol-based hand rub

DURASI 40 - 60 detik 20 - 30 detik 2 menit

menghilangkan kotoran, cairan mematikan dan menghilangkan mematikan dan menghilangkan


TUJUAN mikroorganisme transien dan mikroorganisme transien; mengurangi
tubuh dan mikroorganisme transien mengurangi flora normal sejumlah besar flora normal

Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam upaya menjaga kebersihan


tangan yaitu:11, 55
1) Pastikan sebelum melakukan prosedur kebersihan tangan, untuk
menjaga kuku jari tetap pendek, bersih dan bebas dari pewarna kimia
atau kuku artifisial, melepas seluruh asesoris yang melekat di tangan
(misalkan jam tangan, cincin, gelang) serta menutup luka terbuka atau
lecet dengan menggunakan pembalut luka tahan air.
2) Tersedianya sarana mencuci tangan yang bersih dan dapat diakses
dengan sensor/siku tangan/kaki untuk mengurangi risiko kontaminasi
tidak langsung melalui kran air.
3) Tersedia sabun cair dan ABHR 70% dalam wadah disposable pump
applicator yang terpasang di dinding atau diletakkan pada area wastafel
yang mudah diakses dengan siku tangan. ABHR dapat menggunakan

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


32 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
kemasan pabrik siap pakai atau memproduksi sendiri dengan cara
mencampurkan cairan alkohol 70% sebanyak 97 ml ke dalam 3 ml
gliserin untuk mendapatkan total 100 ml ABHR.
4) Bila menggunakan baju kerja berlengan panjang maka sebelum mencuci
tangan, gulung dan naikkan lengan baju kerja hingga 2/3 panjang tangan
atau mencapai bagian siku tangan.
5) Lakukan prosedur cuci tangan dengan benar (dapat dilihat pada
lampiran) terutama saat tangan terlihat kotor dan di 5 (lima) momen
(waktu) yang dianjurkan WHO, dengan menggunakan sabun cuci tangan
cair yang tersimpan dalam dispenser disposabel atau sabun batangan
yang dipotong kecil-kecil untuk memudahkan pemakaian sekali pakai.


Gambar 3.20. Lima Momen Kebersihan Tangan
56
56
Gambar 3.20. Lima Momen Kebersihan Tangan
6) Gunakan kertas tisu atau handuk kecil sekali pakai untuk pengering tangan. Penggunaa
6) Gunakan kertas tisu atau handuk kecil sekali pakai untuk pengering
pengering tangan (jet/warm air dryer) tidak disarankan karena berpotensi menyebar
tangan. Penggunaan mesin pengering tangan (jet/warm air dryer) tidak
meningkatkan jumlah mikroorganisme patogen. Sediakan tempat sampah tertutu
disarankan karena berpotensi menyebarkan dan meningkatkan jumlah
pembukaan tutupnya dioperasikan
mikroorganisme patogen. dengan
Sediakankaki, sebagai
tempat wadah
sampah handuk
tertutup yangbekas pak
pembukaan tutupnya dioperasikan dengan kaki, sebagai wadah handuk
tempat sampah non-infeksius untuk menampung tisu bekas pakai.
bekas pakai atau tempat sampah non-infeksius untuk menampung tisu
7) ABHR 70% digunakan bila tangan tidak terlihat kotor, tidak terkontaminasi dan
bekas pakai.
pasokan 7) ABHR
air mengalir
70%sulit untuk dijangkau
digunakan bila tangan(misalkan sedang
tidak terlihat berada
kotor, di dalam
tidak
ambulans, melakukan kegiatan
terkontaminasi imunisasi
dan ketika pasokandan
air skrining kesehatan
mengalir sulit di luar gedung
untuk dijangkau
(misalkan sedang berada di dalam mobil ambulans, melakukan kegiatan
kondisi pasokan air terputus).
imunisasi dan skrining kesehatan di luar gedung FKTP, kondisi pasokan
air terputus).


Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 33
Gambar 3.21. Akses Sarana Kebersihan Tangan11, 16
kondisi pasokan air terputus).


Gambar 3.21. Akses Sarana Kebersihan Tangan
Gambar 3.21. Akses Sarana Kebersihan Tangan11, 16 11, 16


b. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
b. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Saat melakukan prosedur pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada pasien,
bagian tubuh (kulit, hidung, mata, wajah) dan baju kerja yang digunakan
Saat melakukan prosedur pelayanan kesgilut pada pasien, bagian tubuh (kulit, hidung, mata
oleh tenaga kesehatan serta pasien akan rentan terpapar percikan dan
wajah) dan baju kerja yang digunakan oleh tenaga kesehatan serta pasien akan rentan terpapa
terkontaminasi oleh patogen nosokomial yang dapat menjadi sumber
percikan infeksi transmisi silang.
dan terkontaminasi APD
oleh berperan
patogen sebagai penghalang
nosokomial yang dapat paparan
menjadi bahan
sumber infeks
infeksius dan kontaminan dari darah, cairan tubuh, atau sekresi saluran
transmisi silang. APD berperan sebagai penghalang paparan bahan infeksius dan kontaminan
pernapasan pasien kepada petugas kesehatan. Prinsip-prinsip yang perlu
dari darah, cairan tubuh, atau sekresi saluran pernapasan pasien kepada petugas kesehatan
diperhatikan dalam tata laksana manajemen penggunaan APD : 57
1) Tenaga kesehatan memahami tata cara pemakaian (donning) dan
pelepasan (doffing) APD, karena kesalahan saat melakukan prosedur
tersebut akan meningkatkan risiko kontaminasi. 4
2) Pemilihan APD harus sesuai dengan asesmen tingkat risiko paparan
terhadap darah, cairan tubuh, ekskresi atau sekresi atau kontaminan
lainnya.
3) APD yang digunakan tidak berpotensi menimbulkan bahaya tambahan,
tidak membatasi gerak penggunanya, tidak mudah rusak dan memenuhi
ketentuan standar yang ditetapkan.
4) Hindari kontak langsung antara APD yang terkontaminasi (bekas pakai)
dengan permukaan benda-benda atau baju ganti petugas di lingkungan
fasilitas pelayanan kesehatan.
5) Tidak dibenarkan untuk berbagi APD yang sama antar petugas kesehatan.
6) APD yang berlabel “reusable” (dipakai ulang) harus segera dibersihkan
dan didesinfeksi setelah pemakaian, kemudian pemakaian ulangnya
harus mengikuti aturan pabrik.
7) APD yang digunakan sekali pakai (disposable), harus segera dibuang di
tempat penampungan limbah infeksius.
8) Tenaga kesehatan harus menggunakan APD (minimal kacamata
pelindung mata dan atau pelindung wajah, masker bedah atau masker/
respirator N95) ketika menangani pasien
9) Selalu lakukan langkah-langkah cuci tangan WHO di ke-5 (lima) momen
yang dianjurkan.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


34 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
Penutup kepala (Head Cap)

Pelindung mata atau pelindung wajah

Surgical scrub
Gown all-cover dan apron

Masker N95 atau ekuivalen

Sarung Tangan (Gloves)


Sepatu boot atau sepatu tertutup
dengan penutup sekali pakai

Gambar 3.22. Rekomendasi APD untuk Tenaga Kesehatan Gigi dan Mulut16, 57

Penggunaan APD pada pelayanan kesehatan gigi dan


mulut mengikuti perkembangan rekomendasi dari WHO
dan CDC.17

PENUTUP KEPALA/HEAD CAP


PENUTUP KEPALA/HEAD CAP

1) Gunakan
1) Gunakan penutup
penutup kepala
kepala yang
yang terbuat
terbuat dari
dari bahan
bahan sekali
sekali pakai
pakai maupun
maupun bahan k
bahan kain yang dapat digunakan berulang, tahan terhadap cairan dan
dapat digunakan berulang, tahan terhadap cairan dan tidak mudah robek, untuk me
tidak mudah robek,
area kepala dan untukpetugas
rambut melindungi area kepala
kesehatan dan rambut
dari paparan petugas infeksius
kontaminan
kesehatan dari paparan kontaminan infeksius selama melakukan
melakukan tindakan perawatan.
tindakan perawatan.
2) Apabila petugas kesehatan menggunakan hijab maka:
2) Apabila petugas kesehatan menggunakan hijab maka:
a) Ujung hijab yang terjulur panjang dimasukkan ke dalam baju kerja
a) Ujung hijab yang terjulur panjang dimasukkan ke dalam baju kerja atau diikat k
atau diikat ke bagian belakang leher.
belakang leher.
b) Disarankan menggunakan coverall agar area kepala (hijab) dapat
b) Disarankan menggunakan coverall agar area kepala (hijab) dapat ter
terlindungi sepenuhnya. Apabila tidak menggunakan coverall maka
sepenuhnya.
gunakan penutupApabila tidak
kepala menggunakan
(disposable coverall untuk
atau reusable) maka gunakan penutup
menutupi
hijab dan harus
(disposable reusable)
atau selalu diganti setiapmenutupi
untuk pergantianhijab
pasien.
dan harus selalu digan
c) pergantian pasien.
Hijab yang digunakan harus diganti pada saat selesai pelayanan
pasien.
c) Hijab yang digunakan harus diganti pada saat selesai pelayanan pasien.
Tabel. 3.8. Macam dan Indikasi Penggunaan Penutup Kepala (Head Cap)

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 35
c) Hijab yang digunakan harus diganti pada saat selesai pelayanan p
c)c)Hijab yang digunakan harus diganti pada saat selesai pelayanan pasien.
Hijab yang digunakan harus diganti pada saat selesai pelayanan pasien.
Tabel. 3.8. Macam dan Indikasi Penggunaan Penutup Kepal
Tabel. 3.8. Macam dan Indikasi Penggunaan Penutup Kepala (Head Ca
Tabel. 3.8. Macam dan Indikasi Penggunaan Penutup Kepala (Head C
Tabel. 3.7. Macam dan Indikasi Penggunaan Penutup Kepala (Head Cap)

PENUTUP KEPALA (HEAD CAP)

Macam

tindakan yang berpotensi menghasilkan droplets dan


Indikasi aerosol; pembersihan dan desinfeksi area kerja; proses
Penggunaan dekontaminasi peralatan medis yang digunakan pasien;
pengelolaan limbah medis

KACAMATA PELINDUNG MATA (GOGGLES)


KACAMATA PELINDUNG MATA (GOGGLES)
KACAMATA PELINDUNG MATA (GOGGLES)
KACAMATA PELINDUNG MATA (GOGGLES)
PELINDUNG WAJAH (VISOR/FACE SHIELD)
PELINDUNG WAJAH (VISOR/FACE SHIELD)
PELINDUNG WAJAH (VISOR/FACE SHIELD)
PELINDUNG WAJAH (VISOR/FACE SHIELD)
1) Gunakan kacamata pelindung mata (goggles) dan pelindung wajah
1)1)Gunakan
Gunakan kacamata
kacamata pelindung
1) Gunakan pelindung
(visor/face kacamata mata
mata
(goggles)
(goggles)
pelindung
shield) terutama saat: dan
mata dan
pelindung
pelindung
(goggles) dan wajah
wajah (visor/fa
(visor/
pelindung waja
terutama saat: a) melakukan tindakan berpotensi droplets dan aerosol;
terutama saat: terutama saat:
b) melakukan konsultasi tatap muka atau berkontak erat >15 menit-2
a)a)melakukan tindakan berpotensi droplets dan aerosol;
melakukan tindakan berpotensi droplets dan aerosol;
a) melakukan tindakan berpotensi droplets dan aerosol;
jam di dalam ruangan tertutup dengan pasien yang terduga/
probabel/terkonfirmasi COVID-19.
b)b)melakukan
melakukan konsultasi
konsultasi
b) tatap
melakukan tatap
muka
muka atau
konsultasi atau
berkontak
tatap berkontak
muka atau erat
erat
>15
>15
berkontak menit-2
menit-2
erat jam
>15 jam
m
ruangan tertutup dengan pasien yang terduga/probabel/terkonfirmasi COVID
ruangan tertutup dengan pasien yang terduga/probabel/terkonfirmasi COV
Perlu diperhatikan:
ruangan tertutup dengan pasien yang terduga/probabel/terkonfir
• fungsi face shield tidak dapat menggantikan fungsi masker;
• penggunaan kacamata resep dokter tidak memberikan perlindungan
Perlu diperhatikan:
Perlu diperhatikan:
Perlu diperhatikan:
maksimal terhadap percikan, droplets dan aerosol karena memiliki
§ § fungsi face shield tidak dapat menggantikan fungsi masker;
fungsi face shield tidak dapat menggantikan fungsi masker;
§ fungsi face shield tidak dapat menggantikan fungsi masker;
sisi yang bercelah.

2) Selalu lakukan prosedur kebersihan tangan (CTPS, AHBR) sebelum


menggunakan kacamata pelindung mata (goggles) dan pelindung wajah
(visor/face shield).
3) Pastikan posisi kacamata pelindung mata (goggles) dan masker yang
digunakan sudah sesuai di saat sebelum melakukan tindakan. Namun
bila kondisi terpaksa, maka penyesuaian saat proses perawatan dapat
dilakukan setelah operator melepas sarung tangan dan melakukan CTPS.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


36 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
sesuai di saat sebelum melakukan tindakan. Namun bila kondisi terpaksa, maka penyesua
sesuai di saat sebelum melakukan tindakan. Namun bila kondisi terpaksa, maka penyesuaian
saat saat proses
proses perawatan
perawatan dapat
dapat dilakukan
dilakukan setelah
setelah operator
operator melepas
melepas sarung
sarung tangan
tangan dan
melakukan CTPS.
melakukan CTPS.
Tabel. 3.8. Ketentuan dan Indikasi Penggunaan Goggles dan Face Shield
Tabel. 3.9. Ketentuan dan Indikasi Penggunaan Goggles dan Face Shield
Tabel. 3.9. Ketentuan dan Indikasi Penggunaan Goggles dan Face Shield
Kacamata Pelindung Mata Pelindung Wajah
(Goggles) (Visor/Face Shields)
Sisi sampingnya tertutup rapat/tidak
nyaman digunakan; lapang pandang
bercelah; nyaman digunakan; lapang
area kerja jelas; mudah dibersihkan;
Ketentuan pandang area kerja jelas; mudah
tidak berubah dimensi saat proses
dibersihkan; tidak berubah dimensi saat
dekontaminasi
proses dekontaminasi
tindakan yang berpotensi
Indikasi tindakan yang berpotensi menghasilkan
menghasilkan droplets dan aerosol;
Penggunaan droplets dan aerosol
penggunaan loupes

Contoh


4) 4) Lakukan prosedur dekontaminasi secara rutin pada kacamata pelindung mata (goggles)
Lakukan prosedur dekontaminasi secara rutin pada kacamata pelindung mata (goggles) dan
4) Lakukan prosedur dekontaminasi secara rutin pada kacamata pelindung
pelindung wajah (visor/face shield) khususnya untuk yang reusable sebagai berikut:
pelindung wajah (visor/face shield) khususnya untuk yang reusable sebagai berikut:
mata (goggles) dan pelindung wajah (visor/face shield) khususnya untuk
(1) (1) Bersihkan seluruh permukaan kacamata pelindung dan pelindung wajah (dimulai d
Bersihkan seluruh permukaan kacamata pelindung dan pelindung wajah (dimulai dari
yang reusable sebagai berikut:
(1) Bersihkan
permukaan dalam seluruh permukaan
terlebih dahulu kacamata
berlanjut pelindung danterluar,
pelindung
permukaan dalam terlebih dahulu berlanjut ke ke permukaan
permukaan terluar, termasuk
termasuk ka
karet
wajah (dimulai dari permukaan dalam terlebih dahulu berlanjut
pengikat elastisnya) dengan menggunakan alcohol-based surface disinfectant wipes a
pengikat elastisnya) dengan menggunakan alcohol-based surface disinfectant wipes atau
ke permukaan terluar, termasuk karet pengikat elastisnya) dengan
kertas tisu yang dibasahi oleh alkohol 70%.
menggunakan alcohol-based surface disinfectant wipes atau kertas
kertas tisu yang dibasahi oleh alkohol 70%.
tisu yang dibasahi oleh alkohol 70%.
(2) (2) Bilas
Bilas seluruh
seluruh permukaan
permukaan
(2) Bilas
(dalam
(dalam
seluruh permukaan dan dan terluar)
terluar)
(dalam
menggunakan
dan menggunakan air air
terluar) menggunakan
mengalir
mengalir
air
un
untuk
menghilangkan residu dan kotoran.
mengalir untuk menghilangkan residu dan kotoran.
menghilangkan residu dan kotoran.
(3) Keringkan kacamata pelindung dan pelindung wajah dengan cara
(3) (3) Keringkan
Keringkan kacamata
kacamata pelindung
pelindung dan dan pelindung
pelindung wajah
wajah dengan
dengan cara
cara diangin-angin
diangin-anginkan
diangin-anginkan (letakkan pada meja yang telah didisinfeksi atau
(letakkan
(letakkan pada
pada meja
wadah
meja yang
yang
terbuka
telah
telah
dengan
didisinfeksi
didisinfeksi
posisi
atau
atau
diberdirikan)
wadah
wadah terbuka
ataupun terbuka
dengan
langsung dengan
dilap
po
posisi
diberdirikan) ataupun langsung dilap dengan kain bersih.
dengan kain bersih.
diberdirikan) ataupun langsung dilap dengan kain bersih.
(4) Simpan kacamata pelindung dan pelindung wajah di wadah tertutup
(4) (4) Simpan kacamata pelindung dan pelindung wajah di wadah tertutup untuk melindu
Simpan kacamata pelindung dan pelindung wajah di wadah tertutup untuk melindungi
untuk melindungi dari kontaminasi.
dari kontaminasi.
5) Lakukan pemeriksaan permukaan lensa kacamata dan pelindung
dari kontaminasi.
wajah serta elastisitas tali pengikat di kepala secara rutin. Ganti
5) 5) Lakukan pemeriksaan permukaan lensa kacamata dan pelindung wajah serta elastisitas
Lakukan pemeriksaan permukaan lensa kacamata dan pelindung wajah serta elastisitas tali
dengan yang baru, bila pada permukaannya terdapat guratan/
pengikat di kepala secara rutin. Ganti dengan yang baru, bila pada permukaannya terda
pengikat di kepala secara rutin. Ganti dengan yang baru, bila pada permukaannya terdapat
retakan atau memburam akibat pemakaian berulang; elastisitas tali
pengikat
guratan/retakan atau di kepala berkurang.
memburam akibat pemakaian berulang; elastisitas
guratan/retakan atau memburam akibat pemakaian berulang; elastisitas tali tali pengika
pengikat di
kepala berkurang.
kepala berkurang.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 37
MEMAKAI (DONNING) MELEPAS (DOFFING)


Gambar 3.23. Tata cara memakai (donning) dan melepas (doffing)
Gambar 3.23. Tata cara memakai (donning) dan melepas (doffing) goggles dan face
Gambar 3.23. Tata cara memakai (donning) dan melepas (doffing) go
goggles dan face shields16, 57

SARUNG SARUNG TANGAN MEDIS


TANGAN MEDIS (MEDICAL GLOVES)
SARUNG TANGAN MEDIS
(MEDICAL GLOVES)(MEDICAL GLOVES)


1) Selalu melakukan prosedur kebersihan tangan (CTPS, ABHR
1) Selalu melakukan prosedur kebersihan tangan (CTPS, ABHR)
1) Selalu melakukan prosedur kebersihan tangan (CTPS, ABHR) sebelum d
sebelum dan sesudah pemakaian sarung tangan, karena
pemakaian sarung tangan, karena penggunaan sarung tang
penggunaan sarung tangan bukanlah alternatif untuk menjaga
pemakaian sarung tangan, karena penggunaan sarung tangan bukanlah
untuk menjaga kebersihan tangan.
kebersihan tangan.
untuk menjaga kebersihan tangan.
2) Gunakan sarung tangan (steril atau non-steril powder-free) dengan
2) teknik
Gunakan sarung tangan (steril atau non-steril powder-free) dengan
single gloving (1 lapis sarung tangan)57, kecuali pada tindakan
2) bedah digunakan teknik double gloving (2 lapis sarung tangan) untuk
Gunakan sarung tangan (steril atau non-steril powder-free) dengan teknik singl
lapis sarung tangan)57, kecuali pada tindakan bedah digunakan tek
melindungi tangan pengguna bila terjadi kerusakan di sarung tangan
lapis sarung tangan) 57, kecuali pada tindakan bedah digunakan teknik double glo
terluar. 58,59 Untuk teknik double gloving, pastikan sarung tangan pertama
sarung tangan) untuk melindungi tangan pengguna bila terjadi ke
tertutup oleh bagian pergelangan tangan isolation gown, sedangkan
terluar. 58, 59 terluar
Untuk memiliki double yang
teknik panjang gloving,
sarung tangan) untuk melindungi tangan pengguna bila terjadi kerusakan di sa
sarung tangan pastikan
mencapai sarung tanga
bagian tengah
lengan bawah isolation gown.
terluar. 58, 59 bagian
Untuk teknik
3) Batasi pergelangan
durasi double
penggunaan tangan
gloving, isolation
pastikan
sarung gown,
sarung
tangan dengan sedangkan
tangan sarung
pertama
menggunakannya te
sesaat sebelum melakukan perawatan, dan setelah aktivitas selesai
panjang yang mencapai bagian tengah lengan bawah isolation gow
bagian pergelangan harus tangan
segera dilepasisolation gown,
lalu dibuang sedangkan
di tempat sarung tangan terlu
limbah infeksius.
3) Batasi penggantian
4) Lakukan durasi penggunaan sarung terdapat
sarung tangan apabila tangan dengan mengguna
perforasi/lubang,
panjang yang mencapai bagian tengah lengan bawah isolation gown.
robekan atau saat melakukan prosedur perawatan dalam durasi yang
melakukan
panjang perawatan,
untuk mencegah dan setelah aktivitas selesai harus seger
kontaminasi.
3) Batasi durasi penggunaan sarung tangan dengan menggunakannya sesa
tempat limbah infeksius.
melakukan perawatan, dan setelah aktivitas selesai harus segera dilepas lalu
4) Lakukan penggantian sarung tangan apabila terdapat perforasi/l
tempat limbah infeksius.
melakukan prosedur perawatan dalam durasi yang panjang untuk
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
38 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
4) Lakukan penggantian sarung tangan apabila terdapat perforasi/lubang, robek

Tabel 3.9. Kategori Sarung Tangan Medis (Medical Gloves)16, 57
Examination Gloves Surgical Gloves
Macam &
Batasan steril dan non-steril; sekali pakai steril; sekali pakai
Pemakaian

nitril, lateks, polychloropene,


Bahan nitril, lateks, polychloropene
polyvinylchloride (PVC)

panjang min. 230 mm, tebal min. 0,05 mm


Ukuran variasi ukuran 5.0 - 9.0
(variasi ukuran XS s/d XL)

pemeriksaan klinis dan prosedur non bedah yang berkontak


dengan darah dan cairan tubuh; pemeriksaan vital sign
Indikasi (tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh); pembersihan prosedur bedah;
Penggunaan dan desinfeksi permukaan benda yang terkontaminasi; prosedur radiologi yang invasif
dekontaminasi peralatan medis yang digunakan pasien;
penanganan limbah non-infeksius/infeksius

Rekomendasi Non-Steril : Tipe EN 455, EN 374 ataupun yang memenuhi tandar ASTM D6319, D3578, D5250, D6977
WHO Steril : EN 455, ASTM D3577, EN ISO 11607


MASKER/RESPIRATORY
MASKER/RESPIRATORY
PROTECTIVE EQUIPMENT PROTECTIVE E

Masker (respiratory protective equipment) berperan penting untuk
Masker (respiratory protective equipment) berperan pe
melindungi saluran pernafasan dari mikroorganisme patogen yang
bertransmisi via droplets ataupun airborne, terutama saat melalukan
pernafasan dari mikroorganisme patogen yang bertransm
tindakan yang menghasilkan aerosol.
terutama saat melalukan tindakan yang menghasilkan aeroso
Tabel 3.10. Kategori Masker dan Perbedaannya60, 61
Masker Bedah (Surgical Mask) Masker Respirator ( Particulate Respirator Mask)

1. penahan cairan (fluid-repellent) atau penghalang

Tabel.3.11. Kategori Masker dan Per


terlontarnya percikan/droplets dari pengguna ke orang melindungi saluran nafas pengguna dari paparan
Manfaat lain atau lingkungannya kontaminan (droplets, airborne) karena mampu menyaring
2. penghalang fisik dari partikel droplets darah ataumin. 95% partikel airborne berukuran 300 nm (0,3 mikron)
cairan tubuh untuk melindungi pengguna

tindakan yang berpotensi menghasilkan splatter dan aerosol


Indikasi tindakan yang berpotensi menghasilkan droplets dan
Penggunaan (mis. nasopharyngeal swab, preparasi gigi, ekstraksi gigi,
aerosol
pemolesan gigi tiruan)

Bentuk &
Fitting moulded atau non-moulded; fitting; longgar cup-shaped; duck bill; cone-shaped; flat-fold fitting; ketat

Performa mampu menyaring >95% bakteri tapi tidak mampu mampu menyaring min. >95% partikel airborne berukuran
Filter menyaring partikel berukuran kecil 300 nm (0,3 mikron), khususnya tipe FFP3

sekali pakai (disposable); pemakaian berulang (reuseable)


Batasan sekali pakai (disposable); tidak dibenarkan melakukan
Pemakaian terbatas hanya bila ketersediaan masker kurang dan
dekontaminasi)
prosesnya harus menmenuhi ketentuan pabrik

tipe FFP2 (Europe EN 149-2001), N95 (US NIOSH), FFP3 (UK),


Rekomendasi EN 14683 tipe IIR performance; KN 95 (China GB262-2006), P2 (Australia/New Zealand), DS2
WHO ASTM F2100 level 2 atau level 3 atau yang setara (Japan JMHLW-Notification 214-2018), Korea 1st Class (Korea
KMOEL-2017-64), PFF2 (Brazil)

Masker respirator tipe particulate dapat memberikan perlindungan lebih


ekstra karena disain filternya mampu menahan partikel airborne berukuran
<5μm, yang bila terhirup akan masuk ke bagian terdalam paru-paru, alveoli
dan menyebabkan infeksi saluran pernafasan.
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 39


Masker respirator tipe particulate dapat memberikan perlindungan lebih ekstra karena disain
Masker respirator tipe particulate dapat memberikan perlindungan lebih ekstra karena disain
Masker respirator tipe particulate dapat memberikan perlindungan lebih ekstra karena disain
Tabel 3.11. Kategori Masker Respirator Tipe Particulate
filternya mampu menahan partikel airborne berukuran <5μm, yang bila terhirup akan masuk ke
filternya mampu menahan partikel airborne berukuran <5μm, yang bila terhirup akan masuk ke
filternya mampu menahan partikel airborne berukuran <5μm, yang bila terhirup akan masuk ke
bagian terdalam paru-paru, alveoli dan menyebabkan infeksi saluran pernafasan.
bagian terdalam paru-paru, alveoli dan menyebabkan infeksi saluran pernafasan.
bagian terdalam paru-paru, alveoli dan menyebabkan infeksi saluran pernafasan.
Disposable particulate Reusable Powered Air Purifying Respirators
(filtering faceplace respirator) (elastometric respirator)
Tabel.3.12. Kategori Masker Respirator Tipe Particulate
Tabel.3.12. Kategori Masker Respirator Tipe Particulate (PAPRs)
Tabel.3.12. Kategori Masker Respirator Tipe Particulate
bagian facepiece dapat dibersihkan
seluruh bagian masker respirator harus aliran udaranya dapat digerakkan
untuk digunakan kembali dan hanya
Karakteristik dibuang ketika terjadi kerusakan akibat
perlu mengganti filter cartridges dengan
melewati filter dengan menggunakan
pemakaian tenaga baterai
yang baru

Fit Test Pengguna harus selalu melakukan positive fit test dan memeriksa seal masker di wajah saat inhalasi ekshalasi

sekali pakai; kondisi darurat dapat


Dekontaminasi didekontaminasi untuk pemakaian berulang
prosedur pembersihan, desinfeksi dan penyimpanan mengacu pada petunjuk pabrik

Seri N (Not Resisten to Oil, N95/N99/N100), Seri R (Resisten to Oil, R95/R99/R100),


Tipe Filter Seri P (Oil Proof, P95/P99/P100) P1 (low efficiency filters); P2 (medium efficiency filters);
P3 (high efficiency filters) biasanya pada reusable respirator

Gambar

Saat ini di pasaran banyak beredar tiruan dari masker respirator51(N95)51yang


51

dijual seolah-olah telah mendapat persetujuan NIOSH, namun tidak efisien


dalam memberikan perlindungan (https://www.cdc.gov/niosh/npptl/
usernotices/counterfeitResp.html). Oleh karena itu, penting memahami
cara identifikasi keaslian masker dengan memperhatikan petunjuk yang
tertera pada permukaan eksterior/terluar masker sebagai berikut:

Gambar 3.24. Cara Identifikasi Keaslian Masker N9562

Penggunaan masker respirator tipe particulate


dengan katup ekshalasi (exhalation valves) tidak
disarankan karena didisain dengan katup yang
akan terbuka saat pengguna berekshalasi sehingga
mampu melindungi penggunanya dari partikel
virus yang airborne tetapi tidak mampu mencegah

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


40 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
Gambar 3.24. Cara Identifikasi Keaslian Masker N9562
Gambar 3.24. Cara Identifikasi Keaslian Masker N95
Gambar 3.24. Cara Identifikasi Keaslian Masker N95
62 62


Penggunaan masker respirator tipe 62
Gambar 3.24. Cara Identifikasi Keaslian Masker N95
Gambar 3.24. Cara Identifikasi Keaslian Masker N95 particulate
dengan
62

Penggunaan
katup masker
ekshalasi respirator tipe
(exhalation valves)particulate
tidak dengandengan
disarankan
Penggunaan
Penggunaan
katup
Penggunaan
Penggunaan masker
ekshalasimasker respirator
respirator
(exhalation
masker
masker respirator
respirator tipe
valves) tipe particulate
particulate
tidak
tipeyang
tipe disarankan
particulate
particulate dengan
dengan dengan
karena
katup didisain
katupekshalasi
ekshalasi dengan
(exhalation
(exhalation katup
valves)
valves) tidak
tidak akan
disarankan terbuka
disarankan saat
karena
katup
katup didisain
ekshalasi
ekshalasi dengan
(exhalation katup
(exhalation yang
valves)
valves) akan
tidak terbuka
disarankan
tidak saat
disarankan
pengguna
karena
karena berekshalasi
didisain
didisaindengan
dengan katupsehingga
katup yang
yang mampu
akan
akan terbuka
terbukamelindungi
saat
saat
transmisi viruskarena pengguna
dari
karena berekshalasi
pengguna
didisain
didisain ke
dengan
dengan sehingga
lingkungan
katup
katup yangmampu
sekitarnya.
yangakan melindungi
terbuka
akan Oleh karena
saat
terbuka itu bila
saattidak
penggunanya
pengguna
pengguna dari
berekshalasi
berekshalasi partikel
sehingga
sehinggavirus
mampu yang
mampu airborne
melindungi
melindungi tetapi
penggunanya
pengguna
pengguna dari partikel
berekshalasi
berekshalasi virus yang
sehingga
sehingga mampu airborne
mampu melindungitetapi tidak
melindungi
menggunakan masker mampu
penggunanya mencegah
jenisdari
penggunanya dari
dari transmisi
ini,partikel
katup
partikel
partikel virus
virus virus
ekshalasi
yang
yang dari
harus
airborne
airborne pengguna
ditutup
tetapi
tetapitidak ke
lebih
tidak dulu
mampu
penggunanya
penggunanya mencegah
dari transmisi
partikel virus
virus
virus dari
yang yang pengguna
airborne
airborne ke tetapi
tetapi tidak tidak
lingkungan
mampu
mampumencegah
lingkungan sekitarnya.
mencegah transmisi
sekitarnya. transmisi
Oleh Oleh
virus karena
virus
karena dari
dari itumenggunakan
pengguna
pengguna
itudari
bila bila kemenggunakan
ke ke
dengan masker mampu
mampu
bedah mencegah
mencegah
dengan transmisi
tetap transmisi virus
mengupayakan dari
virus pengguna
agarpengguna ke
tidak mengganggu
masker
maskerjenis
jenisini,
ini,katup
katup ekshalasi
lingkungan
lingkungan
ekshalasi
lingkungan
lingkungan
harus
sekitarnya.
sekitarnya.
harus
sekitarnya.
sekitarnya.
ditutup
Oleh
Oleh
ditutup
Oleh karena
Oleh karena
lebih
karena
lebih
karena itu
dulu
itu
dulu
itubila
bila
dengan
bila
itu
dengan
menggunakan
menggunakan
masker
menggunakan
bila
masker
menggunakan
bedah dengan
masker
masker jenis
jenis tetap
ini,
ini,
fit dan seal maskernya.
bedah
masker
masker dengan
jenis
jenis ini,
ini, katup
tetap
katup
katup mengupayakan
katup ekshalasi
ekshalasi
mengupayakan
ekshalasi
ekshalasi harus
harus
harus agar
agar
harus tidak
ditutup
ditutup
tidak
ditutup lebihmengganggu
lebih
mengganggu
ditutup lebih dulu
dulu
dulu
lebih dengan
dengan
fit
dengan
dulu dan fit dan
masker
masker
seal
masker
dengan seal
masker
bedah
bedah
maskernya. dengan
dengan
maskernya.
bedah
bedah dengan
dengan tetap
tetap
tetap
tetap mengupayakan
mengupayakanagar
mengupayakan
mengupayakan agar
agar
agartidak
tidak
tidak mengganggu
tidak mengganggu
mengganggu
mengganggu fit
fitfitdan
danfitseal
dan seal seal
seal
dan
maskernya.
maskernya.
maskernya.
maskernya.
Gambar Langkah-Langkah
Gambar
Gambar Langkah-Langkah
Langkah-Langkah
Gambar
Gambar Lakukan CTPSLangkah-Langkah
Langkah-Langkah
dan atau AHBR sebelum pemakaian
Lakukan CTPS dan atau AHBR sebelum pemakaian.
Lakukan CTPS dan atau AHBR sebelum pemakaian.
Gambar
Gambar Langkah-Langkah
Langkah-Langkah
Lakukan CTPS dan atau AHBR sebelum pemakaian.
Lakukan CTPS dan atau AHBR sebelum pemakaian.

Lakukan CTPS dan atau AHBR sebelum pemakaian.
Lakukan CTPS dan atau AHBR sebelum pemakaian.
Letakkan masker tertangkup pada telapak tangan
tangan dengan
Letakkan
Letakkan masker
masker tertangkup
tertangkup pada
pada telapak telapak
tangan dengan dengan
ujung ujung
Letakkan
Letakkan
ujung
Letakkan
Letakkan jari
jari berada
jari masker
masker
masker berada
berada
masker di didi
tertangkup area
tertangkup
area
tertangkup nosepiece
pada
pada
area
tertangkup
pada
telapak
dan
telapak
pada dan
telapak
nosepiece
nosepiece tangan biarkan
tangan
dan
biarkan
telapak
tangan
dengan karet
dengan
biarkan
karet
dengan
tangan karet
dengan
pengikat masker nosepiece
nosepiece
di tergantung bebas.
ujung
ujung jari
jari
berada
berada di di
area
pengikat masker tergantung bebas. area
pengikat masker tergantung bebas. dan
dan biarkan
biarkan karet
karet
ujung
ujung jari
jari
berada
berada area nosepiece
di area nosepiece
dan biarkan
dan biarkan
karet karet
pengikat masker tergantung bebas.
pengikat masker tergantung bebas.
pengikat masker tergantung bebas.
pengikat masker tergantung bebas.
Posisikan Posisikan
Posisikan masker dibawah
masker dagu dengan
dibawah area nosepiece
dagu dengan area nosepiece
Posisikan
Posisikan
berada di atas. masker
masker
masker
berada di atas.
dibawah
dibawah
dibawah dagu dagu
dagu dengan dengan
dengan area
area area nosepiece
nosepiece
nosepiece
Posisikan
Posisikan masker dibawah
masker dagu dagu
dibawah dengan area nosepiece
dengan area nosepiece
berada
berada di atas. di
berada di atas.
berada di atas.

atas.
berada di atas.
Tahan posisi masker N95, lalu tarik karet pengikat bagian

Tahan posisi masker N95, lalu tarik karet pengikat bagian
Tahan
Tahan
posisi masker
melewati
posisi masker
N95,
area laludan
kepala
N95, lalu
tarik
Tahan posisi masker N95, lalu tarik karet pengikat bagian
tarik
karet pengikat
Tahan posisi masker N95, lalu tarik karet pengikat bagian
atas hingga pengikat
diletakkan
Tahan posisi masker N95, lalu tarik karet pengikat bagian karet
bagian
pada bagian
atas hingga melewati area kepala dan diletakkan pada

atas atas
atas hingga
hingga
hingga melewati
melewati
melewati area
bagian belakang kepala yang tertinggi.
atas
atas hingga
hingga melewati
melewati
area
area
kepala
area area
kepala
kepala
kepala
dan dan
dan diletakkan
diletakkan
diletakkan
dan diletakkan
kepala
pada
pada
pada
dan diletakkan
padapada
bagian belakang kepala yang tertinggi.
bagian belakang kepala
bagian belakang kepala yang tertinggi.
bagian belakang kepala yang tertinggi. yang tertinggi.
Sembari tetap menahan posisi
bagian belakang kepala yang tertinggi.
bagian belakang kepala yang tertinggi.
Sembari tetap menahan
masker
posisi
N95,
masker
tarik karet
N95, tarik karet
Sembari
Sembari tetap
tetap menahan
menahan posisi
posisi masker
masker
pengikat bagian bawah hingga melewati area kepala untuk N95,
N95, tarik
tarik
karet
karet
Sembari
Sembari
Sembari tetap menahan
tetap
tetap menahan
menahan posisi masker
posisi
posisi N95, N95,
masker
masker
pengikat bagian bawah hingga melewati area kepala untuk tarik
N95, karet
tarik
tarik karet
karet
pengikat bagian bawah hingga melewati area kepala untuk
pengikat bagian bawah hingga melewati area kepala untuk
diposisikan pada area leher dibawah telinga.
pengikat bagian bawah hingga melewati area kepala untuk
pengikat bagian bawah hingga melewati area kepala untuk
pengikat bagian bawah hingga melewati area kepala untuk
diposisikan pada area leher dibawah telinga.
diposisikan pada area leher dibawah telinga.
diposisikan pada area leher dibawah telinga.
diposisikan pada area leher dibawah telinga.
diposisikan pada area leher dibawah telinga.
diposisikan pada area leher dibawah telinga.
Kemudian posisikan nosepiece masker N95 pada hidung
Kemudian posisikan nosepiece masker N95 pada hidung
Kemudian posisikan nosepiece masker N95 pada hidung
Kemudian posisikan nosepiece masker N95 pada hidung
Kemudian posisikan nosepiece masker N95 pada hidung
Kemudian posisikan nosepiece masker N95 pada hidung
Gunakan jari-jari pada kedua tangan untuk menekan area di
Kemudian posisikan nosepiece masker N95 pada hidung

sisi nosepiece mengikuti bentuk hidung dengan
kedua Gunakan jari-jari pada kedua tangan untuk menekan area di
Gunakan jari-jari pada kedua tangan untuk menekan area di
Gunakan jari-jaripada kedua tangan untuk menekan area
Gunakan jari-jari pada kedua tangan untuk menekan area di
Gunakan jari-jari pada kedua tangan untuk menekan area di
Gunakan jari-jari pada kedua tangan untuk menekan area di
kedua
kedua
gerakan ke atas - ke bawah.
di kedua
kedua
kedua sisinosepiece
sisi
sisi
sisi
sisi
nosepiece mengikuti
nosepiece mengikuti
mengikuti
Gunakan jari-jari pada kedua tangan untuk menekan area di
nosepiece
nosepiece mengikuti
mengikuti
bentuk
bentuk
bentuk hidung
hidung
hidung
bentuk
bentuk
dengan
dengan
dengan
kedua sisi nosepiece
gerakan ke atas - ke bawah.
gerakan ke atas - ke bawah.
gerakan ke atas - mengikuti
ke bawah. bentuk hidung hidung
dengan dengan
kedua sisi nosepiece mengikuti bentuk hidung
gerakan ke atas - ke bawah.
gerakan ke atas - ke bawah.
gerakan ke atas - ke bawah.
dibenarkan 52 dengan
Tidak menjepit area nosepiece menggunakan 5252
gerakan ke atas - ke bawah.
Tidak Tidak
Tidak dibenarkan
dibenarkan
dibenarkan menjepit
menjepit
menjepit area
area
area nosepiece
nosepiece
nosepiece 52
menggunakan
menggunakan
menggunakan 52
52
hanya satu tangan karena mempengaruhi fitting masker dan
Gunakan jari-jari pada kedua tangan untuk menekan area di
Tidak
Tidak Tidak dibenarkan
dibenarkan
dibenarkan menjepit menjepit
menjepit
area nosepiece
area nosepiece
nosepiece
area menggunakan
menggunakan
hanya satu tangan karena mempengaruhi
hanya satu tangan karena mempengaruhi fitting masker dan
hanya satu tangan karena mempengaruhi fitting masker dan
Gunakan jari-jari pada kedua tangan untuk menekan area di
nosepiece fitting masker
kedua
Tidak sisi
menurunkan efektivitasnya. dibenarkan mengikuti
menjepit area bentuk
hanya satu tangan karena mempengaruhi fitting masker dan
kedua dan menurunkan
sisi nosepiece
menurunkan efektivitasnya. efektivitasnya.
hanya satu tangan karena mempengaruhi fitting masker dan
menurunkan efektivitasnya. mengikuti bentuk
hidung
nosepiece
hanya satu tangan karena mempengaruhi fitting masker dan
hidung
dengan
menggunakan
dengan
Selalu gerakan ke atas - ke bawah.
menurunkan efektivitasnya.
lakukan fit check
hanya satu tangan karena mempengaruhi fitting masker dan
menurunkan efektivitasnya. sebelum merawat pasien, dengan
menurunkan efektivitasnya.
gerakan ke atas - ke bawah.
Selalu
Selalu lakukan
lakukan fit
fit
check
check sebelum
sebelum merawat
merawat pasien,
pasien, dengan
dengan
menurunkan efektivitasnya.
Selalu lakukan fit check
fit check sebelum
check sebelum merawat pasien, dengan
Selalu
Selalu
Tidak
Selalu
lakukan lakukan
cara menangkupkan kedua telapak tangan hingga menutupi
fit check
lakukan fit sebelum sebelum
merawat
cara menangkupkan kedua telapak tangan hingga menutupi
dibenarkan menjepit telapak
area
merawat
pasien,
merawat
cara menangkupkan kedua telapak tangan hingga menutupi
cara menangkupkan kedua nosepiece
tangan
pasien,
pasien,
hingga
menggunakan
dengan
dengan dengan
menutupi
Selalu
Tidak lakukan fit menjepit
dibenarkan check sebelum
cara menangkupkan kedua telapak tangan hingga menutupi
seluruh permukaan masker, hati-hati agar tidak terlampau merawat menggunakan
cara menangkupkan kedua telapak tangan hingga menutupi
area nosepiece
cara menangkupkan kedua telapak tangan hingga menutupi
seluruh permukaan masker, hati-hati agar tidak terlampau
seluruh permukaan masker, hati-hati agar tidak terlampau pasien, dengan
seluruh permukaan masker, hati-hati
hanya satu tangan karena mempengaruhi fitting masker dan
cara menangkupkan kedua telapak tangan hingga menutupi agar tidak terlampau
seluruh permukaan masker, hati-hati agar tidak terlampau
hanya satu tangan karena mempengaruhi fitting masker dan
menekan dan mengubah bentuk dan posisi masker.
seluruh permukaan masker, hati-hati agar tidak terlampau
seluruh permukaan masker, hati-hati agar tidak terlampau
menekan dan mengubah bentuk dan posisi masker.
menekan dan mengubah bentuk dan posisi masker.
menekan dan mengubah bentuk dan posisi masker.
menurunkan efektivitasnya.
seluruh permukaan masker, hati-hati agar tidak terlampau
Selalu menekan dan mengubah bentuk dan posisi masker.
menurunkan efektivitasnya.
menekan dan mengubah bentuk dan posisi masker.
menekan dan mengubah bentuk dan posisi masker.
lakukan fit check sebelum merawat pasien, dengan
menekan dan mengubah bentuk dan posisi masker.
Selalu Lalu
Lalu
Lalu lakukan
lakukan
lakukan
lakukan fit check
ekshalasi
ekshalasi
ekshalasi sebelum merawat pasien,
(menghembuskan
(menghembuskan
(menghembuskan nafas) dengan
secara
nafas)
nafas) secara
secara
Lalu lakukan
Lalu ekshalasi
lakukan (menghembuskan
cara menangkupkan kedua telapak tangan hingga menutupi
ekshalasi (menghembuskan
cara menangkupkan kedua telapak tangan hingga menutupi nafas)
nafas) secara
secara
Lalu
perlahan
lakukan
perlahan
Lalu perlahan dan
lakukan dan
dan keras
ekshalasi keras (Positive
keras
ekshalasi Pressure
(menghembuskan
(Positive
(Positive Fitnafas)
Pressure
(menghembuskan Check)
Pressure Fit dan inhalasi
secara
Fit nafas)
Check)
Check) dan
dan
secara
perlahan Lalu dan
lakukan
perlahan
(menarik keras
dan
nafas) (Positive
ekshalasi
keras
(Negative Pressure
seluruh permukaan masker, hati-hati agar tidak terlampau
(menghembuskan
(Positive
Pressure
seluruh permukaan masker, hati-hati agar tidak terlampau
perlahan dan keras (Positive Pressure Fit Fit
Pressure
Check) Check)
nafas)
Fit
Fit Check) dan dan
secara
Check) dan

menekan dan mengubah bentuk dan posisi masker.
inhalasi (menarik nafas) (Negative Pressure Fit Check)
perlahan dan keras (Positive
Pressure
inhalasi (menarik nafas) (Negative Pressure Fit Check)
inhalasi (menarik nafas) (Negative Pressure Fit Check)
perlahan dan keras (Positive
Pressure Fit
Fit Check)
Check)
dan
dan
menekan dan mengubah bentuk dan posisi masker.
inhalasi (menarik nafas) (Negative Pressure Fit Check)
inhalasi (menarik nafas) (Negative Pressure Fit Check)
inhalasi (menarik nafas) (Negative Pressure Fit Check)
inhalasi (menarik nafas) (Negative Pressure Fit Check)

Lalu
Lalu lakukan
lakukan ekshalasi
ekshalasi (menghembuskan
(menghembuskan nafas) nafas) secara
secara

perlahan
perlahan dan dan keras (Positive Pressure
keras (Positive Pressure Fit Fit Check)
Check) dan dan
inhalasi (menarik nafas) (Negative Pressure Fit Check)
inhalasi (menarik nafas) (Negative Pressure Fit Check)

Positive Pressure Fit Check

Positive Pressure Fit Check

Negative Pressure Fit Check
Negative Pressure Fit Check

Positive Positive Pressure Fit Check
Positive Pressure Fit Check
Pressure Fit Check Negative Pressure Fit Check
Negative Pressure Fit Check
Negative Pressure Fitkebocoran
Check
Positive Pressure Fit Check
Positive Pressure Fit Check
Positive Pressure Fit Check Perbaiki
Perbaiki posisi Negative Pressure Fit Check
Negative Pressure Fit Check
posisi nosepiece,
nosepiece, bila
bila terasa
terasa kebocoran udara udara di di
Perbaiki posisi Negative Pressure Fit Check
nosepiece, bila terasa kebocoran udara di
Perbaiki area posisi
area
Perbaiki nosepiece,
nosepiece
nosepiece
posisi bila
posisinya.
posisinya.
nosepiece, terasa
Perbaiki
Perbaiki
bila kebocoran
terasa posisi
posisi udara
karet
karet
kebocoran di di
pengikat
pengikat
udara di
di
Perbaiki
Perbaiki
area posisi
Perbaiki
area
nosepiece
bagian
bagian
nosepiece,
posisi
posisi
nosepiece nosepiece,
nosepiece,
posisinya.
kepala,
kepala,
bila
posisinya. bila
bila
bila Perbaiki
bila terasa
terasa
terasa
terasakebocoran
terasa
Perbaiki
posisi
ada
ada
kebocoran
kebocoran
posisi
karet
kebocoran
kebocoran karet
pengikat
udara
udara
udara
udara
pengikat
udara di
di
didi di
di
di tepi
tepi
area
area nosepiece
nosepiece posisinya.
posisinya. Perbaiki
Perbaiki posisi
posisi

karet pengikat
karetpengikat
pengikat di
Positive Pressure Fit Check area
Positive Pressure Fit Check bagian nosepiece
area nosepiece
bagian
kepala,
masker.
masker. posisinya.
posisinya.
kepala,
bila bila
terasa Perbaiki
Perbaiki
terasa
ada ada posisi
posisi
Negative Pressure Fit Check
kebocoran
Negative Pressure Fit Check karet
karet
kebocoran
udara pengikat
udara
di tepi di di
di
tepi
di
bagian bagian
bagian kepala,
kepala,
kepala, bila
bila
bila terasa
terasa
terasa ada ada
ada kebocoran
kebocoran
kebocoran udara
udara
udara di tepi
di di tepi
tepi
bagian
masker. kepala,
masker.
Perbaiki
masker. bila
posisi terasa bila
nosepiece, ada terasa
kebocoran kebocoran udara udara di di
tepi
masker.
masker.

masker.
area
Tidak
Tidak dibenarkan
dibenarkan
nosepiece untuk
posisinya. untuk melakukan
melakukan
Perbaiki posisi tindakan
tindakan
karet perawatan
pengikat perawatan
di
dengan masker yang tidak lolos fit check.
Tidak dibenarkan untuk melakukan tindakan perawatan
Tidak bagian dibenarkan
Tidak kepala, untuk
bila
dibenarkan
melakukan
dengan masker yang tidak lolos fit check.
Tidak dibenarkan untuk
terasa
untuk melanjutkan
ada tindakan
kebocoran
melakukan
perawatan
tindakan
udara
tindakan perawatan
di tepi
perawatan
Tidak
Gambar 3.25. Tahapan Pemakaian Masker N95
Gambar 3.25. Tahapan Pemakaian Masker N95 dibenarkan
masker untuk
yang tidakmelakukan
dengan masker yang tidak lolos fit check.
dengan masker yang tidak lolos fit check.
dengan lolos6363 fit
tindakan
check. perawatan
Tidak dibenarkan
masker. untuk melakukan
dengan masker yang tidak lolos fit check.
dengan masker yang tidak lolos fit check. tindakan perawatan
Gambar 3.25. Tahapan Pemakaian Masker N95
Gambar 3.25. Tahapan Pemakaian Masker N95 63 63
dengan masker yang tidak lolos fit check.

Gambar 3.25. Tahapan Pemakaian Masker N95
Gambar 3.25. Tahapan Pemakaian Masker N95 63 63
Gambar
Gambar Gambar 3.25. Tahapan
Tidak dibenarkan Pemakaian untuk Masker 63 N95
melakukan
Langkah-Langkah
Langkah-Langkah
63
tindakan perawatan
Gambar 3.25. Tahapan Pemakaian Masker N95

Gambar Gambar Langkah-Langkah
Langkah-Langkah
dengan masker yang tidak lolos fit check.
Saat melepas masker, dilarang menyentuh permukaan luar
Saat melepas masker, dilarang menyentuh permukaan luar
Gambar
Gambar Gambar 3.25. Tahapan Pemakaian Masker N95 Langkah-Langkah
Langkah-Langkah
Saat melepas masker, dilarang menyentuh permukaan luar
63
Saat melepas masker, dilarang menyentuh permukaan luar
masker karena berpotensi terpapar kontaminan (droplets
masker karena berpotensi terpapar kontaminan (droplets
Gambar Langkah-Langkah
Saat melepas masker, dilarang menyentuh permukaan luar
Saat melepas masker, dilarang menyentuh permukaan luar
masker karena berpotensi terpapar kontaminan (droplets
masker karena berpotensi terpapar kontaminan (droplets
dan aerosol yang mengandun mikroorganisme).
dan aerosol yang mengandun mikroorganisme).
Gambar Langkah-Langkah
masker karena berpotensi terpapar kontaminan (droplets
masker karena berpotensi terpapar kontaminan (droplets
Gambar dan aerosol yang mengandun mikroorganisme).
Saat melepas masker, dilarang menyentuh permukaan luar
dan aerosol yang mengandun mikroorganisme).
Langkah-Langkah
Saat dan aerosol yang mengandun mikroorganisme).
dan aerosol yang mengandun mikroorganisme).
melepas
Pastikan
Pastikan masker,
tangan
tangan dilarang
masker karena berpotensi terpapar kontaminan (droplets
hanya
hanya memegang menyentuh
Saat melepas masker, dilarang menyentuh permukaan luar
memegang bagian
bagian permukaan
tkaret luar
tkaret pengikat
pengikat
di kepala.
Pastikan tangan hanya memegang bagian
masker
Pastikan karena
tangan berpotensi
hanya memegang terpaparbagian
masker karena berpotensi terpapar kontaminan (droplets
dan aerosol yang mengandun mikroorganisme).
di kepala. tkaret tkaret
kontaminan pengikat pengikat
(droplets
Pastikan
Pastikan
danTanpa aerosoltangan
di kepala. tangan hanya
hanya
yang mengandung memegang
memegang bagian tkaret
bagian
mikroorganisme) tkaret pengikat
pengikat
di kepala.
dan aerosol yang mengandun mikroorganisme).
Tanpa memegang
memegang masker,
masker, perlahan
perlahan angkat
angkat dan dan lepaskan
lepaskan
Tanpa di kepala.
di kepala.
Tanpa
memegang
karet
karet memegang
pengikat masker,
pengikat masker,
bagian perlahan
bagian perlahan
bawah
bawah dari angkat
angkat
dari dan
area
area dan
lepaskan
leher
leher lepaskan
hingga
hingga
Pastikan Pastikan
Tanpa
Tanpa tangan
karet tangan hanya
memegang
memegang hanya
pengikat
memegang
memegang
masker,
masker,
bagian perlahan
perlahan
bawah
bagian
bagian
angkat tkaret
karet
angkat
dari area dan pengikat
pengikat
lepaskan
dan
leher lepaskan
hingga
karet Pastikan
Pastikan tangan
pengikat
tangan
melewati kepala.
melewati kepala. hanya
bagian
hanya memegang
bawah
memegang dari bagian
area
bagian tkaret
leher
tkaret pengikat
hingga
pengikat
di kepala.
di kepala
karet
karet pengikat
pengikat
melewati kepala.
di kepala.
melewati kepala. bagian
bagian bawah
bawah dari area
dari area leher
leher hingga
hingga
di kepala.
Tanpa Tanpa
Tanpa memegang
melewati kepala.
melewati kepala.
Tanpa memegang
memegang
memegang masker,
masker,perlahan
masker,
masker, perlahan
perlahan angkat
perlahan angkat dan
angkat
angkat dandan
dan lepaskan
lepaskan
lepaskan
lepaskan
karet Kemudian
Kemudian
pengikat masih
masih dengan
dengan tanpa
tanpa memegang
memegang masker,
masker,
karet
karet
karet pengikat bagian
pengikat
pengikat
Kemudian
bagian
bagian bawah
bagian bawah
masih
bawah
bawah daridari
dari
dari area
areaarea
leher
area leher
leher
hingga
leher hingga
hingga
hingga
Kemudian
melewati
melewati kepala. masih
kepala.
melewati kepala. dengan dengan tanpa tanpa memegang
perlahan angkat dan lepaskan karet pengikat bagian atas di memegang
perlahan angkat dan lepaskan karet pengikat bagian atas di masker, masker,
melewati kepala.
Kemudian masih dengan tanpa memegang
perlahan angkat dan lepaskan karet pengikat bagian atas di masker,
Kemudian
area kepala. masih dengan tanpa memegang masker,
perlahan angkat dan lepaskan karet pengikat bagian atas di
area kepala.
perlahan angkat dan lepaskan karet pengikat bagian atas di
area kepala.
perlahan angkat dan lepaskan karet pengikat bagian atas di
area kepala.
area kepala.
Kemudian masih dengan tanpa
Kemudian area kepala.
Kemudian masih dengan
masih dengan tanpa tanpa memegang
memegang
memegang masker,
masker,
masker,
perlahan angkat dan lepaskan karet pengikat bagian atas di
Buang masker pada wadah penampungan limbah infeksius.
Buang masker pada wadah penampungan limbah infeksius.
perlahan angkat dan lepaskan karet pengikat bagian atas di
perlahan angkat dan lepaskan karet pengikat bagian atas di
Petunjuk Buang masker pada wadah penampungan limbah infeksius.
Buang masker pada wadah penampungan limbah infeksius.
area kepala.
Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
area kepala.
Buang masker pada wadah penampungan limbah infeksius. 41
di Fasilitas Kesehatan area kepala.
Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
Buang masker pada wadah penampungan limbah infeksius.
Kemudian lalukan prosedur CTPS dan atau ABHR 70%
Kemudian lalukan prosedur CTPS dan atau ABHR 70%
Kemudian lalukan prosedur CTPS dan atau ABHR 70%
Kemudian lalukan prosedur CTPS dan atau ABHR 70%
Buang masker pada wadah penampungan limbah infeksius.
Gambar 3.26. Tahapan Pelepasan Masker N95
Gambar 3.26. Tahapan Pelepasan Masker N95
Kemudian lalukan prosedur CTPS dan atau ABHR 70%
6363
Buang masker pada wadah penampungan limbah infeksius.
Tanpa
Pastikan
Pastikan memegang
tangan
tangan hanya masker,
hanya memegang
memegang perlahan
bagian
bagian tkaret angkat
pengikat dan le
tkaret pengikat
di kepala.
di kepala.
karet pengikat bagian bawah dari area leher
Tanpa
Tanpa memegang
memegang masker,
masker, perlahan
perlahan angkat
angkat dan
dan lepaskan
lepaskan
melewati kepala.
karet
karet pengikat
pengikat bagian
bagian bawah
bawah dari
dari area
area leher
leher hingga
hingga
melewati kepala.
melewati kepala.

Gambar Langkah-Langkah
Kemudian masih dengan tanpa memegang m

Kemudian
Kemudian
Kemudian masihmasih
masih
dengandengan
dengan tanpa
tanpa memegang
tanpa memegang memegang
masker, masker,
masker,
perlahan angkat dan lepaskan karet pengikat bagian
perlahan angkat dan lepaskan karet pengikat bagian atas di
perlahan angkat dan lepaskan karet pengikat bagian atas di
perlahan angkat dan lepaskan karet pengikat bagian atas
area kepala.
diarea kepala.
area kepala.
atas kepala.


Buang Buang masker pada wadah penampungan limbah in
Buang masker pada wadah penampungan limbah infeksius.
Buang masker pada wadah penampungan limbah infeksius.
masker pada wadah penampungan limbah

infeksius
Kemudian lalukan prosedur CTPS dan atau ABHR 70%
Kemudian lalukan prosedur CTPS dan atau ABHR 70%
Kemudian lalukan prosedur CTPS dan atau ABHR 7
Kemudian lakukan prosedur CTPS dan atau ABHR 70%
Gambar 3.26. Tahapan Pelepasan Masker N95
Gambar 3.26. Tahapan Pelepasan Masker N95 6363
Gambar 3.26. Tahapan Pelepasan Masker N95 63
Gambar 3.26. Tahapan Pelepasan Masker N9563

Masker respirator tipe particulate disposable (P2/N95) merupakan komponen penting APD dalam
Masker respirator tipe particulate disposable (P2/N95) merupakan komponen penting APD dalam
Masker respirator tipe particulate disposable (P2/N95) merupakan komponen penting APD d
melindungi
melindungi petugas
petugas kesehatan
kesehatan dan
dan idealnya
idealnya tidak
tidak disarankan
disarankan untuk
untuk digunakan
digunakan berulang
berulang kali.
kali.
Masker respirator tipe particulate disposable (P2/N95) merupakan
melindungi petugas kesehatan dan idealnya tidak disarankan untuk digunakan
Namun karena kelangkaan di pasaran, diperlukan suatu strategi manajemen penyediaan masker
Namun karena kelangkaan di pasaran, diperlukan suatu strategi manajemen penyediaan masker berulang
komponen penting APD dalam melindungi petugas kesehatan dan idealnya
Namun karena kelangkaan di pasaran, diperlukan suatu strategi manajemen penyediaan m
selama masa adaptasi kebiasaan baru yaitu :
selama masa adaptasi kebiasaan baru yaitu :
tidak disarankan untuk digunakan 61, 64, 65
berulang kali. Namun karena kelangkaan
61, 64, 65

selama masa adaptasi kebiasaan baru yaitu :manajemen


di pasaran, diperlukan suatu strategi 61, 64, 65 penyediaan masker selama 53 53
masa adaptasi kebiasaan baru yaitu : 61, 64, 65

1) Memperpanjang durasi pemakaian masker (extended use).


Lama pemakaian masker diperpanjang hingga maksimal 6-8 jam per
hari (tanpa doffing) dengan tetap memperhatikan rekomendasi dari
pabrik dan tergantung kondisi masker.
2) Menggunakan berulang kali (reuse).
CDC merekomendasikan untuk menggantung lalu menjemur masker
atau menyimpan masker dalam wadah tertutup berlubang ventilasi,
di setiap jeda waktu pemakaian dengan syarat: masker dalam kondisi
baik (tidak basah, tidak berbau, tidak robek, tidak berubah bentuk,
tidak terkontaminasi oleh darah/saliva/cairan tubuh) dan permukaan
terluar masker tidak berkontak/kontak minimal dengan kontaminan/
mikroorganisme patogen (dapat dilihat pada gambar 3.27). Viabilitas
virus SARS-CoV-2 akan hilang secara signifikan setelah 72 jam, namun
tetap tidak dibenarkan masker reuse ini digunakan oleh pengguna yang
berbeda. Perlu diperhatikan, pengguna harus berhati-hati saat melepas
(doffing) masker agar bagian dalamnya tidak tersentuh/terkontaminasi,
begitu juga saat memasang (donning) kembali. Reuse masker hanya
direkomendasikan maksimal untuk 3-5 kali pemakaian atau dapat
berkurang bila masker tidak lolos positive fit check.
3) Melakukan rotasi masker (mask rotation), dengan cara:
a) Menyediakan 4-7 set masker N95 dan merotasi penggunaannya
untuk memberi kesempatan virus SARS-CoV-2 inaktif. Tiap masker
digunakan bergantian dengan jeda penggunaan minimal 3-4 hari
per masker.
b) Masker N95 disimpan dalam wadah tertutup (dapat berupa kantong
kertas yang diberi lubang-lubang ventilasi udara), diberi identitas
nama dan lingkup kerja pengguna, tanggal pertama pemakaian,
tanda turus (tally marks) untuk penghitungan siklus dekontaminasi.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


42 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
tanggal pertama pemakaian, tanda turus (tally marks) untuk penghitungan siklus
dekontaminasi.


Gambar 3.27. Ilustrasi Tahapan Penyimpanan Masker N95
Gambar 3.27. Ilustrasi Tahapan Penyimpanan Masker N95

c) Kantong kertas berisi masker N95 diletakkan dalam suhu ruangan (21-23°C) dengan
c) Kantong kertas berisi masker N95 diletakkan dalam suhu ruangan
kelembaban 40% agar viabilitas
(21-23⁰C) dengan virus SARS-CoV-2
kelembaban berkurang
40% agar viabilitassetelah 3-4 hari masa
virus SARS-
penyimpanan.66 CoV-2 berkurang setelah 3-4 hari masa penyimpanan.
66

5
Gambar 3.28. Simulasi Rotasi Masker N95
Gambar 3.28. Simulasi
Rotasi Masker N95
4) Melakukan dekontaminasi masker (reprocessing/decontamination)
4) Melakukan dekontaminasi masker (reprocessing/decontamination)
Upaya dekontaminasi masker N95 harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut:64

Upayadekontaminasi
a) Prosedur dekontaminasidan masker N95N95
reuse masker harus memperhatikan
hanya prinsip-
dilakukan pada kondisi krisis
prinsip berikut:
kelangkaan
64
masker dengan mempertimbangkan rekomendasi pabrik dan tidak
a) Prosedur dekontaminasi dan reuse masker N95 hanya dilakukan
berdampak negatif pada performa efektifitas filtrasi masker.
pada kondisi krisis kelangkaan masker dengan mempertimbangkan
b) Metode dekontaminasi yang dipilih harus mampu menginaktivasi atau menurunkan
rekomendasi pabrik dan tidak berdampak negatif pada performa
viral load SARS-CoV-2 dan mikrorganisme patogen lain yang melekat pada permukaan
efektifitas filtrasi masker.
masker, tetapi tetap dapat mempertahankan fungsi dan kemampuan filtrasi masker,
b) Metode dekontaminasi yang dipilih harus mampu menginaktivasi
tidak mengakibatkan deformasi masker, dan tidak meninggalkan residu bahan kimia
atau menurunkan viral load SARS-CoV-2 dan mikrorganisme
toksik berbahaya.
patogen lain yang melekat pada permukaan masker, tetapi tetap
c) Masker dapat
N95 yang akan didekontaminasi
mempertahankan fungsidan dipakai
dan berulang harus
kemampuan sesuai
filtrasi standar
masker,
tidak mengakibatkan deformasi masker, dan tidak meninggalkan
(NIOSH), tanpa katup terbuka, dalam kondisi baik dan tidak mengalami deformasi atau
residu bahan kimia toksik berbahaya.
degradasi.
d) Proses Masker
c) N95 yang
dekontaminasi akan
dan didekontaminasi
pemakaian dan dipakai
berulang masker N95 berulang harus
akan menurunkan
performa sesuai
fitting standar (NIOSH),
dan filtrasinya, tanpa
seiring katupmeningkatnya
dengan terbuka, dalam
durasi kondisi baikdan
pemakaian
dan tidak mengalami deformasi atau degradasi.
jumlah pemakaian berulang. Level dari performa fitting berpotensi menurun terutama
d) Proses dekontaminasi dan pemakaian berulang masker N95 akan
pada area headstraps dan adjustable nocepiece setelah pemakaian berulang >5 kali.67
menurunkan performa fitting dan filtrasinya, seiring dengan
e) Lakukan inspeksi kondisi masker N95 secara rutin (merujuk gambar 3.27). Bila terlihat
meningkatnya durasi pemakaian dan jumlah pemakaian berulang.
adanya kerusakan pada area headstraps dan adjustable nocepiece, atau terdeteksi
Level dari performa fitting berpotensi menurun terutama pada area
potensi kontaminasi tinggi, maka masker harus segera dibuang.
headstraps dan adjustable nocepiece setelah pemakaian berulang >5
f) Pastikan masker N95 hasil dekontaminasi dalam kondisi baik, serta lakukan positive dan
kali.67
negative pressure user seal check sebelum merawat pasien.
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
g) Prosedur disinfeksi dan sterilisasi masker N95 yang kurang efektif, akan meningkatkan
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 43
risiko kontaminasi, transmisi dan inokulasi membran mukosa virus SARS-CoV-2 yang
e) Lakukan inspeksi kondisi masker N95 secara rutin (merujuk
gambar 3.27). Bila terlihat adanya kerusakan pada area headstraps
dan adjustable nocepiece, atau terdeteksi potensi kontaminasi tinggi,
maka masker harus segera dibuang.
f) Pastikan masker N95 hasil dekontaminasi dalam kondisi baik, serta
lakukan positive dan negative pressure user seal check sebelum
merawat pasien.
g) Prosedur disinfeksi dan sterilisasi masker N95 yang kurang efektif,
akan meningkatkan risiko kontaminasi, transmisi dan inokulasi
membran mukosa virus SARS-CoV-2 yang berakibat timbulnya
infeksi COVID-19 pada pengguna (re-user).


Gambar 3.29. Evaluasi Kondisi Masker N95
Gambar 3.29. Evaluasi Kondisi Masker N95

5) Menggunakan masker tipe particulate reusable (elastomeric
5) Menggunakan masker tipe particulate reusable (elastomeric respirator, PAP
respirator, PAPR)
Masker tipe ini biasanya digunakan di lingkungan industri dan pertambangan. Penggu
Masker tipe ini biasanya digunakan di lingkungan industri dan
masker pertambangan.
ini dapat menjadi alternatif masker
Penggunaan solusi ini
di dapat
saat terjadi
menjadikelangkaan
alternatif masker
solusi N95, de
mempertimbangkan hal-hal berikut:
di saat terjadi kelangkaan masker 68, 69 N95, dengan mempertimbangkan hal-

hal berikut:
a) Terbuat
68, 69
dari bahan artifisial (silicone, neoprene, ethylene propylene diene mon
a) Terbuat dari bahan artifisial (silicone, neoprene, ethylene propylene
rubber atau proprietary elastomer) yang mudah dibersihkan, didisinfeksi dan
diene monomer rubber atau proprietary elastomer) yang mudah
menimbulkan reaksi alergi lateks.
dibersihkan, didisinfeksi dan tidak menimbulkan reaksi alergi
lateks.
b) Memiliki efektifitas seal yang baik karena bahan masker fleksibel dan ma
b) Memiliki efektifitas seal yang baik karena bahan masker fleksibel
menyesuaikan dengan wajah pengguna. Disarankan untuk tidak menggunakan ma
dan mampu menyesuaikan dengan wajah pengguna. Disarankan
wajah, membersihkan kumis/jenggot wajah dan melepas asesoris (anting hidung/tel
untuk tidak menggunakan make up wajah, membersihkan kumis/
saat menggunakan masker untuk menjaga efektifitas sealnya.
jenggot wajah dan melepas asesoris (anting hidung/telinga) saat
menggunakan
c) Penyaringan (filtrasi) masker untuk menjaga cartridges
udara menggunakan efektifitas lepasan
sealnya. yang terdiri dari se
filter dan atau medium adsorbent. Kemampuan cartridges menyaring minyak (oil
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
44 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
partikel lainnya diidentifikasi oleh kode N, P atau R yang diikuti oleh angka 95/99/
c) Penyaringan (filtrasi) udara menggunakan cartridges lepasan yang
terdiri dari sebuah filter dan atau medium adsorbent. Kemampuan
cartridges menyaring minyak (oil) dan partikel lainnya diidentifikasi
oleh kode N, P atau R yang diikuti oleh angka 95/99/100. Semakin
besar angkanya maka semakin tinggi kemampuan filter masker
dalam penyaringan partikel udara.
d) Masker elastomeric respirator memiliki katup ekshalasi yang
terpisah sehingga udara yang diekshalasi oleh pengguna tidak akan
melewati filter dan membuat partikel aerosol infeksius terperangkap
sehingga risiko transmisi infeksi minimal saat digunakan berulang.
Hal ini yang membedakan dengan masker N95, dimana partikel
aerosol infeksius akan terperangkap pada filter, sehingga bila proses
dekontaminasi kurang baik dan masker digunakan berulang maka
risiko transmisi infeksi antara pasien yang satu dengan pasien
lainnya akan meningkat.
e) Keunggulan: masker tipe ini dapat didisinfeksi dan digunakan
berulang kali, selama pemakaian cukup hanya mengganti cartridges
filter lepasan (per bulan atau per tahun sesuai anjuran pabrik)
dengan biaya yang ekonomis, masker dapat digunakan hingga
maksimal 8 jam (untuk tipe elastomeric respirator).
f) Kekurangan: ada kemungkinan pengguna merasa kurang nyaman saat
menggunakan facepiece (terasa pengap, iritasi pada kulit); kesulitan
berkomunikasi verbal karena seal yang ketat mengakibatkan suara
pengguna kurang terdengar jelas; biaya pembelian 1 set masker
cukup mahal; masker ini tidak dapat digunakan oleh seseorang yang
terinfeksi COVID-19 karena partikel aerosol infeksius akan keluar
melalui exhale vent (kecuali bila ditutup dengan masker bedah).

Metode dekontaminasi yang direkomendasikan:

Tabel 3.12. Metode Dekontaminasi Masker N9566, 70, 71 72

Dekontaminasi Cara Keunggulan Kekurangan


pemanasan dilakukan mampu mempertahankan belum jelas perlu tidak
pada suhu 70°C selama integritas filter masker adanya pengaturan
30-60 menit dengan (98,5%) bila pemanasan kelembaban untuk
menggantung masker di menggunakan mesin menginaktivasi virus
Heat
dalam oven atau mesin penghangat selimut SARS-CoV-2; penggunaan
(Pemanasan)
penghangat selimut rumah sakit oven/microwave oven
RS (pengaturan jarak berpotensi merubah
masker >15cm terhadap bentuk masker
dinding logam)
pemanasan kering metode sederhana, tidak disebutkan namun
selama 50 menit mampu menginaktivasi perlu studi lebih lanjut
pada suhu 100°C virus SARS-CoV-2 tanpa
Dry heat
menggunakan alat mengurangi performa
(pemanasan
penanak nasi elektronik/ efisiensi filter, tidak
kering)
oven elektrik meninggalkan residu
kimiawi dari bahan
toksik.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 45
Dekontaminasi Cara Keunggulan Kekurangan
masker di steam pada mampu mempertahankan tidak disebutkan namun
suhu 125°C selama 5 efektifitas filter masker perlu studi lebih lanjut
Steam Cleaned/ menit (91,7 – 98%) pasca
Steam Sterilization penguapan; mampu
menginaktivasi virus
SARS-CoV-2
menggunakan lampu mampu menginaktivasi gelombang UV-C dapat
Ultraviolet UV-C dengan kisaran virus SARS-CoV-2 dengan mengiritasi mukosa
Germicidal panjang gelombang 202- minimal degradasi pada kulit, mata sehingga
Irradiation (UVGI) 280 nm selama 10-15 masker penggunaannya harus
menit memenuhi dosis khusus.
penguapan mampu menginaktivasi fragmentasi material
menggunakan cairan virus SARS-CoV-2 dengan elastik pada karet
Hydrogen Peroxide
hidrogen peroksida minimal degradasi pada pengikat masker,
Vaporization
masker; dapat dilakukan perubahan warna pada
(HPV)
berkali-kali (multiple logam bagian nosepiece

cycles) masker

Gambar 3.30. Dekontaminasi Masker N95 dengan Metode Dry Heat70



Gambar 3.30. Dekontaminasi Masker N95 dengan Metode Dry Heat70


Gambar 3.31. Dekontaminasi Masker N95 dengan Mesin Penghangat Selimut Rum
Gambar 3.31. Dekontaminasi Masker N95
dengan Mesin Penghangat Selimut Rumah Sakit66

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


46 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru

Gambar 3.31. Dekontaminasi Masker N95 dengan Mesin Penghangat Selimut Rumah Sakit
Gambar 3.31. Dekontaminasi Masker N95 dengan Mesin Penghangat Selimut Rumah Sakit
66 66


Gambar 3.31. Dekontaminasi Masker N95 dengan Mesin Penghanga


Gambar 3.32. Cara Meletakkan Masker N95 Untuk Persiapan Dekontaminasi dengan UVG
(Atas) Taut Strap Approach; (Bawah) Side Mounting Approach73, 74

PAKAIAN PELINDUNG/ISOLATION GOWN



Setelah bekerja melakukan tindakan perawatan pasien di ruang pelayanan, seluruh permuk

Gambar 3.32. Cara Meletakkan Masker N95 Untuk Persiapan Dekontaminasi dengan UVGI;
Gambar 3.32. Cara Meletakkan Masker N95 Untuk Persiapan Dekontaminasi dengan UVGI;
(Atas) Taut Strap Approach; (Bawah) Side Mounting Approach 73, 74 73, 74
(Atas) Taut Strap Approach; (Bawah) Side Mounting Approach
pakaian kerja yang digunakan oleh tenaga kesehatan gigi dan mulut akan terkontaminasi

mikroorganisme patogen yang berasal dari pasien, lingkungan kerja ataupun dari pet
PAKAIAN
PAKAIAN PELINDUNG/ISOLATION
PELINDUNG/ISOLATION
kesehatan itu sendiri. 75 GOWNGOWN
Gambar 3.32. Cara Meletakkan Masker N95 Untuk Persia

Gambar 3.32. Cara Meletakkan Masker N95
Untuk Persiapan Dekontaminasi dengan UVGI;
Gambar 3.32. Cara Meletakkan Masker N95 Untuk Persiapan Dekon
(Atas) Taut Strap Approach; (Bawah) Side Mo
(Atas) Taut Strap Approach; (Bawah) Side Mounting Approach73, 74
Setelah bekerja melakukan tindakan perawatan pasien di ruang pelayanan, seluruh permukaan
Setelah bekerja melakukan tindakan perawatan pasien di ruang pelayanan, seluruh permukaan
(Atas) Taut Strap Approach; (Bawah) Side Mounting Ap

pakaian kerja yang digunakan oleh tenaga kesehatan gigi dan mulut akan terkontaminasi oleh
pakaian kerja yang digunakan oleh tenaga kesehatan gigi dan mulut akan terkontaminasi oleh
mikroorganisme
mikroorganisme
patogen
patogen
yang yang
berasal
berasal
dari pasien,
dari pasien,
lingkungan
lingkungan
kerja kerja
ataupun
ataupun
dari petugas
dari petugas
PAKAIAN PELINDUNG/
kesehatan itu sendiri. 75
kesehatan itu sendiri. 75
PAKAIAN PELINDUNG/ISOLATION GOWN

PAKAIAN
PELINDUNG/ISOLATION GO
ISOLATION GOWN

Setelah bekerja melakukan tindakan perawatan pasien di ruang pelay


Setelah bekerja melakukan tindakan perawatan pasien di ruang pelayanan, 58 58
seluruh permukaan pakaian kerja yang digunakan oleh tenaga kesehatan gigi
Setelah bekerja melakukan tindakan perawatan pasien di ru
pakaian kerja yang digunakan oleh tenaga kesehatan gigi dan mulut
dan mulut akan terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen yang berasal
mikroorganisme patogen
dari pasien, lingkungan yang dari
kerja ataupun berasal
petugasdari pasien,
kesehatan lingkungan
itu sendiri. 75 ke
pakaian kerja yang digunakan oleh tenaga kesehatan gigi d
kesehatan itu sendiri.
75
Tabel 3.13. Klasifikasi Pakaian Kerja menurut
mikroorganisme
patogen
Association for yang berasal
the Advancement dari pasien, lingku
of Medical Instrumentation
(AAMI) & FDA (2020) 76

kesehatan itu sendiri.


Kriteria Gown
75Isolation Surgical gown Coverall
prosedur perawatan tindakan bedah atau prosedur perawatan yang
yang berpotensi terjadi tindakan lain yang berpotensi terjadi kontak

Indikasi
kontak langsung dengan
darah dan cairan tubuh.
membutuhkan asepsis
dan berpotensi terjadi
kontak langsung dengan
langsung dengan darah dan cairan
tubuh atau kontaminan lainnya,
tindakan bedah atau tindakan lain
darah dan cairan tubuh. yang membutuhkan asepsis.
material kain material kain material disposable (polyethrine,
Bahan disposable/reusable disposable/reusable polypreprine), kain reusable
steril
perlindungan minimal perlindungan minimal perlindungan optimal pada
pada area tubuh bagian pada area tubuh bagian seluruh tubuh penggunanya,
Kelebihan depan. depan. mulai dari kepala, tangan serta
punggung dan kaki bagian bawah.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 47
pada area tubuh bagian pada area tubuh
steril bagian seluruh tubuh penggunanya,
kain reusable
Kelebihan depan. perlindungan minimal
depan. perlindungan minimal
mulai dari perlindungan
kepala, tangan serta optimal pad
pada area tubuh bagian pada area tubuh bagian
punggung seluruh
dan kaki tubuh penggunany
bagian
Kelebihan depan. depan. bawah. mulai dari kepala, tangan sert
punggung dan kaki bagia
hanya melindungi tubuh hanya bagian lengan bila desain coverall dibuat
bawah.
Kriteria Isolation Gown Surgical gown Coverall
bagian depan hingga tangan dan
hanya melindungi tubuh dada bagian
hanya lengan zipper
saja dengan bila desain di depan,
coverall dibua
lutut kaki bagian
saja karena
hanya
depan yang terbuat dari bahan
melindungi tubuh hanya
hingga bagian
tangan lengan
dan berpotensi
dada bila
saja terjadi
desaindengan
coverall kebocoran
dibuat dengan di
zipper depa
area bagiansaja
punggungnya
lutut kaki depan hingga proteksi
dengan
karena tangan
yang dan dada saja
tinggi
terbuat zipper di depan,
terutama
dari bahan bila berpotensi coverall kebocora
bahan terjadi
berpotensi
lutut kaki saja karena yang terbuat dari terjadi kebocoran terutama bila
terbuka; kurang mampu
area sehingga kurang mampu
punggungnya dengan proteksi terbuat
tinggi dari kain dan
terutama bila zipper
bahan covera
area punggungnya bahan dengan proteksi bahan coverall terbuat dari kain
Kekurangan menahan kontaminasi
terbuka; kurang mampu
untuk
terbuka; kurang sehingga kurang mampu
mampu tinggi menahan
sehingga kurangterbuat terbuat
dari
dan zipper daridari
plastik
terbuat kain dan zippe
sehingga
plastik
Kekurangan menahan
cairan atau bahan toksik
Kekurangan menahankontaminasi
kontaminasi
kontaminasi untuk
cairan
mampu atau
untuk menahan
menahanperlu dibuat
sehingga terbuat
perlu dibuat dari
pelapis/plastik
pelapis/flap yang sehingg
cairan atau bahan toksik
dari berbagai cairan
arah atau bahan
bahan kontaminasi
toksik toksik
kontaminasidari cairan
cairan atau
dapat perlu
dilekatkan
flap yang dapat dibuat
pada pada
dilekatkan pelapis/flap
bahan yan
dari dari
berbagai
berbagai arah
arah bahan
atau bahan toksik
toksik dari dari
bahan dapat
coverall untuk dilekatkan
mencegah pada baha
karena tidak terbuat berbagai arah. coverall untuk mencegah
karena karena
tidak
tidak terbuat
terbuat berbagai arah.
berbagai arah. kebocorancoverall
tersebut. untuk mencega
dari bahan dari dengan
bahan
dari dengan
bahan dengan kebocoran tersebut.
kebocoran tersebut.
proteksi tinggi. proteksi tinggi.
proteksi tinggi.

Ilustrasi Ilustrasi Ilustrasi



EN 13795
EN 13795 high
high performance
performance level atauatau
level AAMIAAMI
level level 3 ISO
ISO 16603 class 316603
exposure class 3 exposur
EN 13795 high performance
3 performancelevel atau terhadap
AAMI level
performance agar resisten terhadap penetrasi cairan;
agar resisten 3 ISO pressure
penetrasi 16603 class
minimal3 yang
pressure
atau exposure
atau
setaraminimal yan
cairan;
performance agar resisten terhadap penetrasi cairan; agar resisten
pressure atau terhadap
setara penetrasi
agar
minimal resisten
yang terhada
AAMI PB70 level 4 performance atau minimal cairan;
yang
setara agar penetrasi cairan;
resisten terhadap
Standar
Standar WHO AAMI PB70resisten
level 4 performance atau minimal yang
AAMI PB70 setara
WHO level 4 agar
performance atau terhadap
minimal mikroorganisme
yang ISO 16604 class 2 exposure ata
penetrasi cairan;
Standar setara agar resisten terhadap mikroorganisme
patogen yang masuk melalui darah. ISO 16604minimal
class 2 exposure atau setara aga
yang
setara agar resisten terhadap
patogen yang mikroorganisme
masuk melalui ISO 16604 class 2 exposure atau
WHO darah. minimal yang setara agar resisten
resisten terhada
patogen yang masuk melalui darah. minimal yang
terhadap mikroorganismesetara
mikroorganisme agar
patogenpatogen yan
yang masuk melalui darahterhadap
resisten masuk melalui darah
mikroorganisme patogen yang
masuk melalui darah
Dalam upaya mencegah transmisi silang selama penggunaan pakaian kerja harus diperhatik
Dalam upaya mencegah transmisi silang selama penggunaan pakaian kerja
beberapa hal antara lain:
Dalam upaya mencegah transmisi silang
harus diperhatikan selama
beberapa halpenggunaan
antara lain:pakaian kerja harus diperhatikan
1) Mengganti pakaian dengan pakaian kerja (scrubs berupa setelan baju dan celana panjan
beberapa hal antara lain:
1) Mengganti pakaian dengan pakaian kerja (scrubs berupa setelan baju dan
sebelum melakukan tindakan dan kembali mengganti pakaian saat akan pulang.
1) Mengganti pakaian
2) Gunakan
dengan
celana
pakaian
pakaian
panjang) kerja
sebelum
kerja yang
(scrubs berupa
melakukan
efektif
setelan
tindakan
melindungi
baju kembali
dan
dari cairan
dan celana panjang)
mengganti
dan penetrasi mikroorganism
nyaman pakaian saattidak
digunakan, akanmenghalangi
pulang.
sebelum melakukan tindakan dan kembali mengganti pakaian saat akan pulang.
gerakan operator, biokompatibel, durasi waktu unt
2) kerja
2) Gunakan pakaian Gunakan pakaian
yang efektif kerja yang efektif
melindungi dari melindungi
cairan dan dari cairanmikroorganisme,
penetrasi dan penetrasi
mikroorganisme,
nyaman digunakan, nyaman
tidak menghalangi gerakan digunakan, tidak menghalangi
operator, biokompatibel, gerakan
durasi waktu untuk 59

operator, biokompatibel, durasi waktu untuk proses penggunaan dan


pelepasannya singkat, tidak mudah terbakar, tidak berbau dan terbuat 59
dari material dengan ukuran serabut mikro/microfibers.
3) Bila sistem ventilasi ruangan dan peralatan pendukung di FKTP kurang
tersedia, disarankan untuk menggunakan coverall dan melapisinya
dengan isolation gown atau apron, untuk perlindungan yang optimal
terhadap bioaerosol.
4) Gunakan isolation gown yang berkerah leher tinggi, menutupi seluruh
bagian dada operator dan berlengan panjang agar terlindung dari
percikan dan aerosol selama tindakan. Disarankan untuk menggunakan
warna terang dan hindari warna gelap atau motif yang ramai, untuk
memudahkan mendeteksi adanya kebocoran dan kontaminasi.
5) Isolation gown dan atau apron yang digunakan operator, harus diganti
di setiap pergantian pasien terutama untuk apron terluar. Apron terbuat
dari bahan polyester dengan dilapisi PVC atau bahan pelapis anti-air
lainnya agar resisten terhadap cairan untuk dapat digunakan sekali

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


48 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
pasien terutama untuk apron terluar. Apron terbuat dari bahan polyest
atau bahan pelapis anti-air lainnya agar resisten terhadap cairan untuk d
pakai atau berulang setelah disinfeksi. Rekomendasi dimensi apron:
pakai atau berulang setelah disinfeksi. Rekomendasi dimensi apron: m
minimal berat 250-300 gr/m²; panjang 120-150 cm; lebar 70-90 cm,
gr/m2; panjang 120-150 cm; lebar 70-90 cm, dengan kancing pereka
dengan kancing perekat mulai dari sisi leher hingga dibawah isolation
gown atau lutut.
hingga dibawah isolation gown atau lutut.

SEPATU PELINDUNG (SEPATU


SEPATU
BOOTS ATAUPELINDUNG
COVER SHOES)(SEPATU BOOTS ATAU COV

Kegunaan sepatu pelindung adalah memberikan perlindungan pada kaki
Kegunaan sepatu pelindung adalah memberikan perlindungan pada kaki p
petugas kesehatan dari tumpahan atau percikan darah, cairan tubuh lain dan
tumpahan atau
bahan toksik, percikan
mencegah darah, cairan
kemungkinan tubuh
tertusuk bendalain
tajamdan
ataubahan toksik, me
tertimpa
alat medis yang berisiko mencederai.
tertusuk benda tajam atau tertimpa alat medis yang berisiko mencederai.
1) Gunakan sepatu pelindung (sepatu boots atau covershoes) yang tingginya
1) mencapai
Gunakan lutut
sepatu pelindung
pengguna atau (sepatu boots
lebih tinggi atau covershoes)
daripada bagian bawahyang ting
isolation gown atau apron, terutama saat prosedur perawatan pasien,
pengguna atau lebih tinggi daripada bagian bawah isolation gown atau
penanganan limbah medis, tindakan operasi, penanganan linen, dan
penanganan peralatan medis dokter gigi di ruang sterilisasi.
prosedur perawatan pasien, penanganan limbah medis, tindakan oper
2) Segera lepaskan sepatu jika terkena percikan darah atau cairan tubuh
dan penanganan peralatan medis dokter gigi di ruang sterilisasi.
untuk dilakukan pembersihan dan proses dekontaminasi.
2) Segera lepaskan sepatu jika terkena percikan darah atau cairan tu
Tabel 3.14. Klasifikasi Sepatu Pelindung
pembersihan dan proses dekontaminasi.
SEPATU BOOTS COVER SHOES
nyaman digunakan; warna cerah untuk
bahan karet, warna cerah untuk memudahkan
Ketentuan deteksi kontaminasi, sol sepatu memenuhi
standar EN13287 SRA/SATRA TM144 (anti selip)
memudahkan deteksi kontaminan; terbuat dari
bahan yang tidak mudah robek; resisten terhadap

cairan

Batasan Pemakaian Pemakaian berulang/reusable sekali pakai/disposable


tertutup, resisten terhadap cairan kimiawi,
Keunggulan benda tajam dan panas; tidak licin;
mudah desinfeksinya
tertutup; ringan dan mudah pemakaiannya

1. direndam dalam larutan hypochlorite 0,5% dibuang sebagai

selama 30 menit lalu bilas dengan air dan


dikeringkan di bawah sinar matahari;
limbah medis infeksius

Alternatif Cara
Dekontaminasi
2. permukaan sol sepatu boots dicelupkan dalam
wadah berisi larutan hypochlorite 0,5% dan
disikat bila terdapat kotoran yang menempel
3. seluruh permukaan sepatu disemprot dan
dibasuh dengan alkohol 70% lalu diangin
anginkan.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 49
PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
PASIEN TIDAK TERINDIKASI/ PASIEN SUSPEK/PROBABEL/ PASIEN NEGATIF/SUSPEK/
NEGATIF COVID-19 POSITIF COVID-19 PROBABEL/ POSITIF COVID-19

TINDAKAN NON AEROSOL TINDAKAN NON AEROSOL TINDAKAN AEROSOL

KAPAN ? KAPAN ? KAPAN ?


• Pasien sehat, tidak terindikasi • Pasien memiliki gejala COVID-19 atau • Operator melakukan tindakan
COVID-19 menunggu hasil tes atau hasil tes perawatan berpotensi menghasilkan
• Operator berada di jarak < 2m dengan terkonfirmasi positif aerosol
pasien selama> 1 menit • Pasien positif COVID-19: kasus • Pasien positif COVID-19: kasus
Emergensi Emergensi
DIMANA ?
• Loket Penerimaan Pasien DIMANA ? DIMANA ?
• Ruang Praktik Dokter Gigi • Loket Penerimaan Pasien • Ruang Praktik Dokter Gigi
• Ruang Praktik Dokter Gigi
APD ? APD ?
• Masker Bedah APD ? • Masker N95
• Kacamata Pelindung/Goggles atau • Masker N95 • Kacamata Pelindung/Goggles
Pelindung Wajah/Face Shields • Kacamata Pelindung/Goggles • Pelindung Wajah/Face Shields
• Pelindung Wajah/Face Shields • Pelindung Kepala/Head Cap
• Pelindung Kepala/Head Cap • Coverall atau Isolation Gown
• Isolation Gown • Apron
• Apron • Sarung Tangan (Double Gloving)
• Sarung Tangan (Double Gloving) • Sepatu Boots/Covershoes
• Sepatu Boots/Covershoes

SELALU LAKUKAN KEWASPADAAN STANDAR DENGAN CTPS

Gambar 3.33. Rekomendasi Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Penggunaan APD pada pelayanan kesehatan gigi dan mulut


mengikuti perkembangan rekomendasi dari WHO dan CDC.17

2. Kewaspadaan Transmisi (transmission based precautions)


Kewaspadaan transmisi (transmission based precautions) merupakan lapis
kedua dari kewaspadaan isolasi, yaitu tindakan pencegahan atau pengendalian
infeksi yang dilakukan pada saat memberikan pelayanan baik pada kasus yang
belum maupun yang sudah terdiagnosis penyakit infeksinya. Kewaspadaan ini
diterapkan untuk mencegah dan memutus rantai penularan penyakit melalui
kontak (langsung dan tidak langsung), droplets, udara (airborne), vehikulum dan
vektor (serangga dan binatang pengerat).

a) Kewaspadaan Transmisi Kontak


Tindakan kewaspadaan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi
yang ditularkan melalui kontak baik secara langsung (menyentuh kulit, lesi,
sekresi atau cairan tubuh yang terinfeksi) ataupun tidak langsung (melalui
tangan petugas atau orang lain saat menyentuh peralatan, air, makanan
atau sarana lain). Bertujuan untuk memutus mata rantai penularan
mikroorganisme penyebab infeksi, yang terjadi melalui transmisi kontak.
Pembatasan jumlah orang yang berada di dalam ruang praktik dokter gigi
saat dilakukan perawatan dengan menerapkan prinsip four-handed dentistry
serta penatalaksanaan desinfeksi permukaan lingkungan kerja merupakan
salah satu upaya kewaspadaan transmisi kontak.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


50 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
b. Kewaspadaan Transmisi Droplet
Tindakan kewaspadaan yang dilakukan untuk menghindari penularan
penyakit infeksi melalui paparan droplet saat batuk, bersin atau berbicara.
Kewaspadaan ini bertujuan untuk memutus mata rantai penularan
mikroorganisme penyebab infeksi, yang mungkin terjadi melalui transmisi
droplet. Penerapan CTPS/ABHR, memberi jarak (physical distancing),
penggunaan masker dan etika batuk-bersin merupakan salah satu upaya
kewaspadaan transmisi droplet.

Tabel 3.15. Strategi Mengurangi Paparan Droplet di Kedokteran Gigi18


Disiplin Ilmu Kewaspadaan Khusus
Rubber dam harus digunakan selama perawatan endodontik. Perawatan saluran akar
biasanya memerlukan banyak alat dan bahan, perlu dilakukan minimalisasi kontak
Endodontik dengan permukaan benda dan alat-alat pada ruangan perawatan untuk menghindari
kemungkinan terjadinya transmisi penyakit.
Konservasi Hindari penggunaan rotary instruments selama preparasi kavitas. Pada kasus-kasus
Gigi dan khusus dapat dipertimbangkan untuk menggunakan preparasi kimiawi atau teknik
Kedokteran ART (atraumatic restoration). Jika diperlukan menggunakan rotary instrument, maka
Gigi Anak harus digunakan rubber dam
Instrumen manual maupun ultrasonik sama-sama efektif untuk mengangkat plak dan
Periodontik kalkulus. Jika diperlukan, direkomendasikan untuk melakukan scaling dan polishing
manual
Penyedot saliva harus digunakan dengan hati-hati untuk mencegah terjadinya muntah.
Pilih dan sesuaikan ukuran sendok cetak saat melakukan pencetakan untuk mencegah
refleks batuk. Untuk pasien yang sangat sensitif, dapat digunakan anestesi mukosa
oral hingga ke tenggorokan sebelum dilakukan pencetakan. Saat preparasi mahkota
maupun fixed partial denture, pertimbangkan alternatif rencana perawatan lain jika
Prostodontik terdapat kesulitan memasang rubber dam (misal. membuat disain supra-gingival
margin untuk GTJ posterior atau gunakan split-dam technique. Saat uji coba gigi
tiruan lepasan, hindari menyentuh benda lain setelah berkontak dengan saliva pasien.
Setelah mengeluarkan benda dari mulut pasien (misal. gigi tiruan, hasil cetakan, bite
record/tanggul gigitan) harus didisinfeksi, minimal dengan disinfektan tingkat sedang
(intermediate).
Saat melakukan tindakan pencabutan sederhana, tempatkan pasien pada posisi supine
Bedah Mulut untuk menghindari bekerja pada jalur napas pasien

c. Kewaspadaan Transmisi Udara (Airborne)


Tindakan pencegahan yang dilakukan untuk mencegah penyebaran infeksi
melalui udara dengan menghirup atau mengeluarkan mikroorganisme dari
saluran napas. Partikel bioaerosol yang berukuran < 5 µm dikeluarkan
dari saluran pernapasan dan dihasilkan dari tindakan yang menghasilkan
aerosol, kemudian dapat melayang di udara untuk beberapa waktu.
Tujuan kewaspadaan ini adalah untuk mencegah penularan infeksi akibat
mikroorganisme patogen yang beredar di udara dan dapat bertahan lebih
lama serta kemungkinan melayang keluar ruang tindakan aerosol dengan
jarak lebih jauh.

Penggunaan APD, pengaturan ventilasi dengan tekanan negatif,


dekontaminasi permukaan lingkungan kerja merupakan salah satu upaya
kewaspadaan transmisi udara. Pada masa adaptasi baru, untuk mencegah
transmisi infeksi virus SARS-CoV-2 melalui udara, direkomendasikan
beberapa upaya tambahan sebagai berikut:

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 51
1) Penggunaan Peralatan Tambahan untuk Isolasi Daerah Kerja
Saat ini banyak dikenal beberapa alat isolasi daerah kerja antara lain
high volume evacuator (HVE), saliva ejector, absorbent (cotton roll),
pelindung kerongkongan (throat shield), rubber dam (isolasi karet),
benang retraksi gingiva dan mouth prop/bite block yang digunakan
untuk mengganjal rongga mulut.

Tujuan dari prosedur isolasi daerah kerja antara lain:


a) Mencegah masuknya cairan sulkus gingiva, saliva dan darah.
b) Membantu retraksi jaringan lunak untuk memberikan lapang
pandang yang jelas.
c) Mencegah terjadinya trauma mekanik selama prosedur perawatan.
d) Melindungi operator dari percikan droplet dan aerosol.
e) Membantu efisiensi kerja operator.

Peralatan tambahan yang digunakan untuk isolasi daerah kerja :


a) Penggunaan Rubber Dam (Isolasi Karet)
Untuk mencegah transmisi partikel virus SARS-CoV-2 yang
terkandung dalam aerosol saat dilakukan tindakan preparasi
menggunakan high speed handpiece, sangat disarankan untuk
menggunakan rubber dam (isolator karet) karena terbukti efektif
mencegah penularan mikroorganisme sebanyak 95-99%. Namun
penggunaan alat tersebut merupakan kontra indikasi pada kondisi:
(1) gigi yang telah direstorasi dengan mahkota porselen/ceramik
(2) gigi yang belum erupsi sempurna
(3) pasien menderita penyakit asma dan parkinson
(4) pasien alergi pada bahan karet (rubber)


Gambar 3.34. Rubber dam kit
Gambar 3.34. Rubber dam kit (Sumber: koleksi pribadi drg. Rio Suryantoro, Sp.KG)
(Sumber: koleksi pribadi drg. Rio Suryantoro, Sp.KG)

b) Penggunaan High Volume Evacuator (HVE)


Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
52
High-Volume Evacuator (HVE) adalah suatu alat yang berkemampuan me
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
b) Penggunaan High Volume Evacuator (HVE)
High-Volume Evacuator (HVE) adalah suatu alat yang berkemampuan
menghisap (suction) sejumlah besar volume udara dalam beberapa
saat kemudian dialirkan ke sistem evakuasi yang mampu
mengeliminasi volume udara hingga 100 kubik per minute (cfm).87
Terdapat referensi lain yang menyebutkan bahwa 100 kubik per
menit (cfm) merupakan kekuatan yang terlampau besar, diibaratkan
seperti menarik lebih dari 100 kantong kertas belanjaan (kira-kira
3/4 cuft) udara per menit melalui alat HVE. Dicontohkan bahwa bila
dibutuhkan 10 detik untuk mengeluarkan 1 kaki kubik udara, maka
nilai cfm yang dibutuhkan adalah 10 x 6 = 60 detik = 1 menit = 6
cfm. Rata-rata kemampuan HVE pada dental unit berkisar 9-10 kaki
kubik per menit (cfm) dengan pembacaan statis 12 InHg di akhir
pembukaan katup.

Perlu diketahui bahwa 100 kubik per menit (cfm) yang dimaksud
merupakan kapasitas motor evakuasi saat keluar dari kompresor
utama. Kapasitas motor evakuasi ini sangat dipengaruhi ketika
aliran udara dari kompresor tersebut mengalir melalui jalur pipa
yang panjang dan mencapai ujung terminal perangkat di dental unit.
Daya hisap akan menjadi sangat berbeda dan sangat tergantung
kondisi keadaan setempat terutama bila jalur saluran yang ada
tersumbat oleh kotoran-kotoran.88 Saat menggunakan HVE, dokter
gigi perlu memeriksa kekuatan dan volume aliran udara HVE
secara berkala. Oleh karena kemungkinan dapat dijumpai adanya
sistem yang memiliki jalur bersih dan menunjukkan aliran udara
yang cukup tetapi memiliki pengukuran statis tekanan vakum yang
sangat rendah (mmHg). Pada kondisi pemasangan dental unit yang
banyak jumlahnya dengan hanya menggunakan 1 buah kompresor,
maka perlu diperhatikan bahwa pada saat operator melakukan
tindakan dengan menggunakan sistem hisap HVE, akan terjadi
penurunan volume dan tekanan.89 HVE mampu mengurangi volume
partikel aerosol tetapi spesifikasi teknis dari pabrik tetap harus
dipertimbangkan dalam penggunaan HVE.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan HVE :


(1) Lakukan pemeriksaan sumber daya (power) dan volume aliran
udara HVE secara berkala untuk memastikan sistem terbebas
dari sumbatan pada saluran yang akan mengakibatkan
performa penghisapan menurun sehingga volume udara di
sistem evakuasi rendah, terutama pada ruang praktik yang
memiliki lebih dari satu dental unit dimana sejumlah operator
bekerja secara berkesinambungan (suction system loop).

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 53
partikel aerosol tetapi spesifikasi teknis dari pabrik tetap harus dipertimbangkan dalam
penggunaan HVE.
berkala untuk memastikan sistem terbebas dari sumbatan pada saluran yang akan
penggunaan HVE.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan HVE :
mengakibatkan performa penghisapan menurun sehingga volume udara di sistem
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan HVE :
(1) evakuasi rendah, terutama pada ruang praktik yang memiliki lebih dari satu dental
Lakukan pemeriksaan sumber daya (power) dan volume aliran udara HVE secara
(1)
(2) Lakukan pemeriksaan sumber daya (power) dan volume aliran udara HVE secara
Perhatikan jarak antara HVE dengan peralatan lainnya saat
berkala untuk memastikan sistem terbebas dari sumbatan pada saluran yang akan
unit dimana sejumlah operator bekerja secara berkesinambungan (suction system
berkala untuk memastikan sistem terbebas dari sumbatan pada saluran yang akan
digunakan pada pasien. Operator harus memegang alat HVE
mengakibatkan performa penghisapan menurun sehingga volume udara di sistem
loop).
mengakibatkan performa penghisapan menurun sehingga volume udara di sistem
+6-15 mm menjauhi ujung alat ultrasonik atau alat preparasi/
evakuasi rendah, terutama pada ruang praktik yang memiliki lebih dari satu dental
(2) Perhatikan jarak antara HVE dengan peralatan lainnya saat digunakan pada pasien.
evakuasi rendah, terutama pada ruang praktik yang memiliki lebih dari satu dental
pemoles.
unit dimana sejumlah operator bekerja secara berkesinambungan (suction system
Operator harus memegang alat HVE ± 6-15 mm menjauhi ujung alat ultrasonik atau
(3) Pastikan bahwa saat menggunakan HVE, operator mudah
unit dimana sejumlah operator bekerja secara berkesinambungan (suction system
loop).
alat preparasi/pemoles.
loop).
mengakses rongga mulut pasien dan lapang pandang area kerja
(2) Perhatikan jarak antara HVE dengan peralatan lainnya saat digunakan pada pasien.
(3)(2)Pastikan bahwa saat menggunakan HVE, operator mudah mengakses rongga mulut
yang cukup.
Perhatikan jarak antara HVE dengan peralatan lainnya saat digunakan pada pasien.
Operator harus memegang alat HVE ± 6-15 mm menjauhi ujung alat ultrasonik atau
(4) Sudut angulasi peralatan HVE yang diletakkan dalam mulut
pasien dan lapang pandang area kerja yang cukup.
Operator harus memegang alat HVE ± 6-15 mm menjauhi ujung alat ultrasonik atau
alat preparasi/pemoles.
(4) Sudut pasien harus
angulasi diaturHVE
peralatan
alat preparasi/pemoles. sedemikian rupa dalam
yang diletakkan agar mulut
tidak pasien
berkontak
harus diatur
(3) Pastikan bahwa saat menggunakan HVE, operator mudah mengakses rongga mulut
dengan mukosa
(3)sedemikian pipi danberkontak
lidah pasien. Namun ada pipi
kemungkinan
Pastikan bahwa saat menggunakan HVE, operator mudah mengakses rongga mulut
rupa agar tidak dengan mukosa dan lidah pasien.
pasien dan lapang pandang area kerja yang cukup.
keterbatasan ergonomik yang terjadi
pasien dan lapang pandang area kerja yang cukup.
Namun ada kemungkinan keterbatasan saatyang
ergonomik penggunaan
terjadi saat HVE
penggunaan
(4) Sudut angulasi peralatan HVE yang diletakkan dalam mulut pasien harus diatur
yaituangulasi
kesulitan memegang
HVE yang HVE karena alatmulut
terasa berat
(4)HVE yaitu kesulitan memegang HVE karena alat terasa berat dan lapang pandang
Sudut peralatan diletakkan dalam pasien dan
harus diatur
sedemikian rupa agar tidak berkontak dengan mukosa pipi dan lidah pasien.
lapang pandang terbatas.
sedemikian rupa agar tidak berkontak dengan mukosa pipi dan lidah pasien.
terbatas
Namun ada . kemungkinan keterbatasan ergonomik yang terjadi saat penggunaan
Namun ada kemungkinan keterbatasan ergonomik yang terjadi saat penggunaan
HVE yaitu kesulitan memegang HVE karena alat terasa berat dan lapang pandang
HVE yaitu kesulitan memegang HVE karena alat terasa berat dan lapang pandang
terbatas.
terbatas.


Gambar 3.35. Contoh Manajemen Aerosol dan Air Menggunakan Teknologi
Gambar 3.35. Contoh Manajemen Aerosol dan Air Menggunakan Teknologi HVE Mirror System90

HVE Mirror System90


A
Gambar 3.35. Contoh Manajemen Aerosol dan Air Menggunakan Teknologi HVE Mirror System
Gambar 3.35. Contoh Manajemen Aerosol dan Air Menggunakan Teknologi HVE Mirror System90
90

AA

B

BB
Gambar 3.36. Contoh Manajemen Aerosol dengan menggunakan (A) Intra Oral HVE; (B) low
volume evacuator (Sumber: koleksi pribadi drg. Rio Suryantoro, Sp.KG)


Gambar 3.36. Contoh Manajemen Aerosol dengan menggunakan (A) Intra Oral HVE; (B) low
Gambar 3.36. Contoh Manajemen Aerosol dengan menggunakan (A) Intra Oral HVE; (B) low
(5) Gambar
Alat 3.36. pada
suction Contoh Manajemen
dental Aerosol dengan
unit mempunyai menggunakan
saluran pembuangan
volume evacuator (Sumber: koleksi pribadi drg. Rio Suryantoro, Sp.KG)
volume evacuator (Sumber: koleksi pribadi drg. Rio Suryantoro, Sp.KG)
(A)yang
Intramenyatu
Oral HVE; (B) low volume evacuator (Sumber: koleksi pribadi drg. Rio
dengan pembuangan dental unit. Suction dental unit sebagai HVE intra oral
(5)Alat
(5) suction pada
Alat suction pada dental Suryantoro,
dental unit
unit mempunyai
mempunyai Sp.KG)
saluran pembuangan
saluran pembuangan yang menyatu
menyatu
dengan pembuangan dental unit. Suction dental unit
dengan pembuangan dental unit. Suction dental unit sebagai sebagai HVE intra oral 65
oral

(5) Alat suction pada dental unit mempunyai saluran pembuangan 65


65
yang menyatu dengan pembuangan dental unit. Suction dental
unit sebagai HVE intra oral menjadi syarat wajib yang
harus dipenuhi dan harus selalu digunakan saat praktik
pada tindakan yang menghasilkan aerosol. Bilamana HVE
intra oral memiliki kekuatan vakum yang melebihi dari 100
cfm, sudah mencukupi untuk mengurangi partikel aerosol
selama tindakan, namun perlu diingat untuk melakukan tera
ukur ulang secara rutin 1 kali sebulan.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


54 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
(6) Penggunaan HVE ekstra oral/portabel harus memastikan
terdapat HEPA filter pada HVE tersebut serta merancang
proses pembuangan air keluar produk HVE langsung ke saluran
pembuangan limbah cair/lingkungan luar yang membantu
proses dilusi (pengenceran). Pastikan juga bahwa udara yang
keluar sudah melalui tahap pemusnahan virus SARS-CoV-2.
(7) Penggunaan unit HVE ekstra oral/portabel terbukti mampu
membantu mengurangi jumlah partikel bioaerosol di dalam
ruangan dan akan mengurangi jumlah waktu pertukaran udara,
dibandingkan bila hanya mengandalkan kapasitas pengaturan
aliran udara di dalam gedung (sistem HVAC). Namun penggunaan
unit HVE ekstra oral/portabel memerlukan pembiayaan yang
cukup tinggi sehingga pengadaannya adalah opsional.
(8) Apabila menggunakan unit HVE ekstra oral/portabel,
tempatkan unit tersebut di sekitar kursi pasien dan tidak
berada di belakang dokter gigi. Pastikan dokter gigi dan asisten
tidak berada di antara unit HVE dan mulut pasien. Posisikan
unit HVE tidak menarik udara ke dalam atau melewati zona
pernafasan tenaga kesehatan gigi dan mulut.

Tabel 3.16. Spesifikasi High Vacuum Evacuator31


Keterangan Diluar dental unit Menyatu dental unit
Voltage 220/50Hz 220/50Hz
Power 500-1000 KW 250-500 KW
Kekuatan vakum 10-35 Kpa 10-35 Kpa
Kekuatan aliran udara minimal 3000 ltr/menit lebih besar dari 100 cfm
HEPA Grade 13 NA
HEPA Filter Efisiensi 99.9% NA
HEPA Filter element's use life 6-12 bulan NA
Kebisingan kurang dari 65 kurang dari 65
Diameter pipa suction (mm) 40-60 25-50
Panjang pipa suction/arm length (cm) 150-200 150-200


Gambar 3.37. Contoh Manajemen Bioaerosol Menggunakan HVE Ekstra Oral Portabel
Gambar 3.37. Contoh Manajemen Bioaerosol 91

Menggunakan HVE Ekstra Oral Portabel 91



2) Berkumur dengan Obat Kumur Antiseptik Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
55
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
Berkumur dengan menggunakan antiseptik atau obat kumur merupakan salah satu upaya
2) Berkumur dengan Obat Kumur Antiseptik
Berkumur dengan menggunakan antiseptik atau obat kumur merupakan
salah satu upaya untuk pencegahan penyebaran virus COVID-19, karena
saliva mengandung konsentrasi tinggi virus SARS-CoV-2. Beberapa obat
kumur atau mouthwash yang disarankan untuk digunakan:
a) Hydrogen peroxide (H2O2)
Virus SARS-CoV-2 rentan terhadap oksidasi, maka dianjurkan
agar pasien berkumur sebelum perawatan dengan agen oksidatif
semacam H2O2 1% untuk mengurangi viral load dalam saliva.
b) Cetylpyridinium chloride (CPC)
Ada dugaan bahwa CPC mampu menginaktifkan virus SARS-
CoV-2 karena memiliki mekanisme lisosomotropic dan mampu
menghancurkan kapsul virus. Temuan ini mengindikasikan bahwa
CPC dapat efektif melawan enveloped viruses seperti SARS-CoV-2.
c) Iodopovidone Povidone-iodine (PVP-I)92
Studi yang terbaru menunjukkan bahwa penggunaan obat kumur
0.23% PVP-I selama 30 detik sebelum perawatan mampu mengurangi
viral load virus SARS-CoV-2 pada pasien yang terkonfirmasi positif
COVID-19.
Cara pemakaian antiseptik sebelum tindakan kedokteran gigi.
a) Larutan antiseptik dikumurkan di area depan (rongga mulut) selama
30 detik
b) Selanjutnya memiringkan kepala ke arah belakang sekitar 45
derajat lalu berkumur selama 30 detik hingga mengeluarkan suara
(“RRRRR”) kemudian dibuang.
c) Untuk pasien terkonfirmasi COVID-19, disarankan penggunaan
sebanyak 5-6 kali per hari. Untuk tenaga kesehatan yang memiliki
riwayat berkontak dengan pasien yang dicurigai COVID-19,
disarankan berkumur 3-4 kali per hari.

3.4. TAHAP SETELAH KUNJUNGAN PASIEN


A. Pembersihan Lingkungan Kerja
Virus SARS-CoV-2 mampu bertahan hidup dalam aerosol pada suhu ruangan (22⁰C)
dan kelembaban relatif 65% selama 3 jam, dan juga pada permukaan benda yaitu
aluminium (2-8 jam), stainless steel (48 jam), plastik (5 hari), gelas kaca (4 hari),
kertas (4-5 hari), baju (2 hari) dan kayu (4 hari).82 Oleh karena itu selama masa
adaptasi baru, protokol disinfeksi dan sterilisasi ruang praktik dokter gigi harus
dilakukan secara rutin dan seksama, terutama setelah pasien keluar dari ruangan
dengan memanfaatkan waktu jeda antar pasien, untuk memastikan bahwa seluruh
permukaan benda di lingkungan kerja terbebas dari kontaminasi. Beberapa hal-hal
yang dapat dijadikan pertimbangan antara lain:

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


56 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
1. Metode disinfeksi berbasis teknologi terbaru seperti iradiasi UV-C (ultra
violet-C), kabut ozon (stabilized ozon mist), hidrogen peroksida yang diuapkan,
dapat menjadi salah satu solusi disinfeksi ruangan untuk inaktivasi virus SARS-
CoV-2.
2. Tidak disarankan untuk eradikasi bakteri, dengan melakukan disinfeksi ruang
kerja dokter gigi menggunakan fogging dengan bahan kimia seperti formaldehida,
agen berbasis fenol, atau senyawa ammonium quartineri.
3. Ozon nanobubble water dapat menjadi salah satu pilihan untuk proses disinfeksi
ruangan dengan keamanan yang tinggi.
4. Paparan UV-C dapat menyebabkan inaktivasi parsial virus SARS-CoV-2 dalam
waktu 1 menit paparan, dan semakin meningkat efektivitasnya dalam kurun
waktu 6 menit paparan, sehingga jumlah virus (viral load) akan berkurang hingga
400 kali lipat dan virus menjadi mati seluruhnya setelah 15 menit paparan.
Namun sinar UV-C juga sangat berbahaya jika terpapar ke sel tubuh manusia,
sehingga operator wajib keluar dari ruangan selama paparan sinar dijalankan.
5. Penggunaan simulasi sinar matahari secara in vitro juga efektif dalam membunuh
virus SARS-CoV-2 dalam waktu 6,8-14,3 menit dengan panjang gelombang UV-B
sebesar 0,3-1,6 W/m2.86

Dalam hal penanganan rekam medis pasien, maka perlu diperhatikan bahwa rekam
medis manual yang dibawa masuk ruang praktik dokter gigi (zona merah dan oranye)
harus diperlakukan sama dengan APD bekas pakai yang terkontaminasi. Oleh karena
virus SARS-CoV-2 mampu bertahan hidup pada permukaan kertas selama 4-5 hari,
maka dekontaminasi dengan merotasi rekam medik merupakan alternatif cara untuk
menginaktivasi virus SARS-CoV-2 dan meminimalkan transmisi infeksi COVID-19.
Berikut merupakan contoh tahapan dekontaminasi rekam medik manual:
1. Ketika melakukan prosedur pelepasan (doffing) APD, rekam medik yang
terkontaminasi dimasukkan ke dalam kantung penyimpanan (misalnya kantung
plastik yang bersegel (zip lock) atau kantung kertas).
2. Menuliskan tanggal penggunaan rekam medik dan nomor rekam medik manual
pada label atau permukaan luar kantung penyimpanan.
3. Kantung penyimpanan berisikan rekam medik yang terkontaminasi, disimpan
dalam lemari atau ruangan khusus selama minimal 5 hari.
4. Petugas rekam medik yang melakukan penyimpanan dan pengarsipan rekam
medik, harus menggunakan APD (masker N95, goggles, face shield, sarung
tangan, isolation gown) dan melakukan CTPS.
5. Setelah penyimpanan minimal 5 hari, rekam medik manual dapat digunakan
kembali atau dilakukan pengarsipan.

FKTP harus melakukan prosedur rutin pembersihan dan desinfeksi permukaan


lingkungan kerja termasuk dental unit dan permukaan yang sering tersentuh. Selain
itu juga melakukan upaya-upaya sebagai berikut:

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 57
upaya-upaya sebagai berikut:
1. Menyediakan tempat sampah dengan penutup yang diberi label “sampah infeksius”
bagian 1. Menyediakan tempat sampah dengan penutup yang diberi label “sampah
dalam tempat sampah dilapisi oleh kantong plastik berwarna kuning; sed
infeksius” dengan bagian dalam tempat sampah dilapisi oleh kantong plastik
untuk label “sampah non-infeksius” dilapisi oleh kantong plastik berwarna hitam ata
berwarna kuning; sedangkan untuk label “sampah non-infeksius” dilapisi oleh
kantong plastik berwarna hitam atau warna lainnya.
lainnya.


Gambar 3.38. Tempat Sampah di Ruang Pelayanan Kesehatan gigi dan
Gambar 3.38. Tempat Sampah di Ruang Pelayanan Kesgilut mulut31
31

2. Wadah infeksius digunakan untuk pembuangan masker sekali pakai, sarung tangan
2. Wadah infeksius digunakan untuk pembuangan masker sekali pakai, sarung
tisu/kain yang mengandung cairan tubuh. Sedangkan wadah non infeksius digunaka
tangan bekas, tisu/kain yang mengandung cairan tubuh. Sedangkan wadah non
infeksius digunakan untuk pembuangan barang yang tidak berkontak dengan
pembuangan barang yang tidak berkontak dengan pasien atau cairan tubuh lainnya.
pasien atau cairan tubuh lainnya.
3. Mengatur pergerakan kontainer limbah APD menuju ke tempat pembuangan atau r
3. Mengatur pergerakan kontainer limbah APD menuju ke tempat pembuangan atau
ruangan disinfeksi/sterilisasi dengan memberi penanda khusus alur pergerakan
disinfeksi/sterilisasi dengan memberi penanda khusus alur pergerakan dan label ko
dan label kontainer yang membedakan limbah APD disposable dengan limbah
yang membedakan limbah APD disposable dengan limbah APD pemakaian ulang.
APD pemakaian ulang.
4. Di dalam ruang pelayanan kesehatan gigi dan mulut, semua peralatan dan
4. Di dalam ruang pelayanan kesgilut, semua peralatan dan bahan medis ter
bahan medis termasuk model gigi alat bantu peraga, harus disimpan di
model gigi alat bantu peraga, harus disimpan di dalam laci atau lemari tertut
dalam laci atau lemari tertutup dan tidak dibiarkan terbuka. Instrumen
kedokteran gigi (termasuk cotton roll, cotton pellet, tampon) harus berada
tidak dibiarkan terbuka. Instrumen kedokteran gigi (termasuk cotton roll,
dalam wadah penyimpanan steril yang disimpan di dalam lemari atau
lemari sterilisasi dan hanya dikeluarkan sesuai kebutuhan.
5. Peralatan atau bahan medis yang tidak dipergunakan, namun diduga atau
terkonfirmasi terpapar oleh aerosol saat prosedur perawatan pasien, maka
dianggap terkontaminasi dan harus dilakukan proses disinfeksi/sterilisasi atau
bahkan pembuangan.
6. Melakukan prosedur pembersihan, desinfeksi dan sterilisasi di area resepsionis/
loket penerimaan pasien dan ruang tunggu pasien secara rutin di setiap
pergantian pasien dan shift jaga karyawan.
7. Pembersihan lingkungan pelayanan kesehatan dapat dilakukan dengan cara:
a. menggunakan troli kebersihan khusus, minimal menggunakan 2 (dua) buah
ember yang memiliki alat pemerasan kain lap pel secara otomatis tanpa
bersentuhan langsung dengan tangan. Kain lap pel dan ember selalu dicuci
agar tetap dalam kondisi bersih, begitu juga dengan cairan pembersih yang
digunakan harus selalu diganti dengan yang baru.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


58 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
b. menggunakan vacuum cleaner (bila memungkinkan) yang dilengkapi dengan
high-efficiency particulate air (HEPA) filter
8. Melakukan edukasi dan perlindungan kepada petugas kesehatan yang melakukan
pembersihan lingkungan yaitu harus mengenakan APD untuk melindungi
risiko terpajan benda-benda infeksius, benda tajam, cairan infeksius. APD
yang digunakan yaitu: sarung tangan karet (rumah tangga); gaun pelindung
dan celemek karet; dan sepatu yang rapat dan kuat (mis. sepatu boot/sepatu
tertutup).

Jika ada cairan tubuh, darah, muntahan, percikan ludah, darah atau eksudat Iuka
pada permukaan lantai, dinding atau tirai pembatas maka dibersihkan dengan
menggunakan spill kit infeksius.

Cara pembersihan tumpahan cairan infeksius, yaitu:


1. Petugas menggunakan APD.
2. Serap cairan yang tumpah dengan tisu/koran bekas penyerap bersih yang dapat
menyerap sampai bersih kemudian buang ke kantong warna kuning/tempat
sampah infeksius.
3. Tuangkan cairan detergen kemudian serap dengan tisu/koran bekas lalu
dimasukkan ke kantong warna kuning.
4. Semprot dengan cairan klorin 0.5 % kemudian serap dengan tisu/koran bekas
dan buang ke kantong warna kuning/tempat sampah infeksius.


Gambar 3.39. Contoh Spill Kit
Gambar 3.39. Contoh Spill Kit

B. Pengelolaan Peralatan Medis
B. Pengelolaan Peralatan Medis
Pengelolaan peralatan yang digunakan untuk merawat pasien dan alat medis
lainnya terdiri atas proses pengelolaan, dekontaminasi dan pengemasan yang
dibagi berdasarkan kategori kritikal, semi kritikal dan non kritikal. Bertujuan untuk
Pengelolaan peralatan yang digunakan untuk merawat pasien
mencegah terjadi kerusakan peralatan, menjaga peralatan tetap dalam keadaan
terdekontaminasi sesuai kategorinya, menetapkan produk akhir reusable yang sudah
atas proses pengelolaan, dekontaminasi dan pengemasan yang
kritikal, semi kritikal dan non kritikal. Bertujuan untuk mencega
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 59
steril dan aman, menjaga ketersediaan peralatan medis dalam kondisi bersih dan
steril serta meminimalkan risiko transmisi silang atau infeksi dari pasien-dokter gigi
atau petugas kesehatan lainnya.

Protokol pembersihan, desinfeksi dan sterilisasi pada ruang pelayanan kesehatan


gigi dan mulut selama masa adaptasi baru harus dilakukan secara rutin, serta
selalu memastikan bahwa seluruh permukaan area lingkungan kerja terbebas dari
kontaminasi melalui tahapan seperti pada tabel 3.18.

Tabel 3.17. Tahapan Dekontaminasi Peralatan Medis

TAHAPAN DEFINISI CARA DAN BAHAN


merendam peralatan ke dalam cairan enzymatik
pembersihan awal pada seluruh peralatan medis yang
Pra telah digunakan, untuk menghilangkan noda darah, saliva 0,8% atau detergen atau glutaraldehyde 2%
Pembersihan dan cairan tubuh lainnya atau sesuai anjuran pabrik, dalam kurun waktu
10-15 menit

proses untuk menghilangkan debris/darah/cairan tubuh Pembersihan secara Manual


Pembersihan yang melekat pada permukaan alat, namun tidak mampu Pembersihan secara mekanik
untuk mengeliminasi mikroorganisme patogen

proses untuk mengurangi jumlah mikroorganisme perendaman peralatan menggunakan


menggunakan bahan kimiawi hingga mencapai tingkatan desinfektan, swab atau spray (semprot)
Desinfeksi dimana peralatan aman digunakan, namun kurang mampu menggunakan desinfektan, fogging (drymist/
menghilangkan spora bakteri kabut)

proses untuk membunuh dan menghilangkan menggunakan cairan kimiawi, dry heat, Ethylene
Oxide gas, steam sterilization (autoclave),
Sterilisasi mikroorganisme (non-patogen & patogen) termasuk spora hydrogen peroxide gas plasma, microwave, ozone,
bakteri filtrasi dan iradiasi


Gambar 3.42. Skema Alur Dekontaminasi Peralatan Medis di FKTP
Gambar 3.40. Skema Alur Dekontaminasi Peralatan Medis di FKTP

Tabel. 3.19. Klasifikasi Dekontaminasi berdasarkan macam barang yang terkontaminasi16, 83
Kritikal Semi Kritikal Non Kritikal
benda yang memberikan benda yang telah berkontak benda yang telah
risiko tinggi terjadinya dengan mukosa atau kulit bersentuhan dengan kulit
Pengertian
Petunjuk infeksi
Teknis Pelayanan jika yang tidak utuh (terjadi
Kesehatan Gigi dan Mulut utuh tetapi bukan
60 terkontaminasi
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasiperlukaan atau kontak pada
Kebiasaan Baru mukosa.
mikroorganisme mukosa)
Tabel. 3.18. Klasifikasi Dekontaminasi berdasarkan macam barang
yang terkontaminasi16, 83
Kritikal Semi Kritikal Non Kritikal

benda yang benda yang telah benda yang telah


memberikan risiko berkontak dengan mukosa bersentuhan dengan kulit
Pengertian tinggi terjadinya infeksi atau kulit yang tidak utuh utuh tetapi bukan mukosa.
jika terkontaminasi (terjadi perlukaan atau
mikroorganisme kontak pada mukosa)
instrumen bedah, sendok cetak, handpiece barang perawatan
implan, dan probe bur, alat diagnostik dental, untuk pasien non-kritis;
ultrasonik (scaler, mata bur, dll. barang yang terdapat di
Macam handpiece, bur tulang, permukaan lingkungan
probe dll) non-kritis (mis. manset
pengukur tekanan darah,
stetoskop dan komputer).
sterilisasi desinfeksi menggunakan desinfeksi menggunakan
disinfektan tingkat tinggi. disinfektan yang
Dekontaminasi
mengandung bahan
detergen atau alkohol.

Pada proses desinfeksi, bahan kimia yang digunakan untuk membunuh


mikroorganisme pada permukaan benda mati disebut disinfektan. Sedangkan bahan
kimia yang digunakan pada permukaan kulit atau jaringan hidup disebut Antiseptik.
Klasifikasi tingkatan disinfektan:16
1. Disinfektan tingkat rendah, dapat membunuh sebagian besar bakteri vegetatif,
beberapa jamur, dan beberapa virus dalam periode waktu yang singkat (kurang
dari 10 menit).
2. Disinfektan tingkat menengah, dapat membunuh mikroorganisme, bakteri
vegetatif, sebagian besar virus, dan sebagian besar jamur, tetapi tidak membunuh
spora bakteri.
3. Disinfektan tingkat tinggi, merupakan disinfektan yang pada konsentrasi yang
sama tetapi dengan periode paparan yang lebih pendek mampu membunuh
semua mikroorganisme kecuali sejumlah besar spora bakteri. Jika ingin
membunuh spora, maka diperlukan paparan waktu yang lebih lama 3-12 jam.

Saat ini banyak produk disinfektan di pasaran yang mengandung bahan dengan
kemampuan untuk mengatasi penyebaran virus SARS-CoV-2. Sodium hipoklorit dan
etanol adalah bahan yang paling mudah ditemukan di pasaran, untuk pilihan bahan
aktif lainnya dapat dilihat pada laman situs Environmental Protection Agency (EPA)
(https://www.epa.gov/pesticide-registration/list-n-disinfectants-use-against-
SARS-CoV-2-COVID-19)

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 61
Tabel. 3.19. Daftar Disinfektan yang efektif untuk menginaktivasi virus SARS-CoV-284
No Bahan Aktif Desinfektan Kemasan Lama Kontak
1 Ethanol (Ethyl alcohol); Phenolic Semprotan 10 menit
2 Ethanol (Ethyl alcohol); Quaternary ammonium Wipes 1 menit
3 Hydrogen peroxide Larutan 5 - 10 menit
4 Sodium hypochlorite Larutan 5 - 10 menit
5 Iodine Larutan 10 menit
6 Hypochlorus Acid Semprotan 10 menit
7 Thymol Larutan 5 menit
8 Peroxyacetic Acid Larutan 1 menit

Metode Dekontaminasi :
1. Desinfeksi Peralatan Non Kritikal
a. Cuci peralatan non kritikal dengan sabun detergen dan air mengalir kemudian
dikeringkan dengan cara ditiriskan atau dilap menggunakan handuk bersih
sekali pakai.
b. Lakukan desinfeksi peralatan dengan menggunakan alcohol wipes 70%.
c. Bersihkan permukaan benda atau area kerja dengan menggunakan
kain bersih yang sudah disemprot dengan cairan chlorine 0,05% atau
menggunakan alcohol wipes 70% kemudian digosokkan pada seluruh
permukaan yang terpapar kontaminan.
2. Desinfeksi Peralatan Semi Kritikal
a. Rendam peralatan dalam wadah yang berisi campuran air dan detergen,
atau sodium hipoklorit 5% dengan perbandingan 1:100 (konsentrasi final
sebesar 0,05%) selama 1 menit, atau menggunakan glutaraldehyde 2% ,
atau hidrogen peroksida 6% selama 15-20 menit. Untuk peralatan dengan
permukaan yang kecil, dibersihkan menggunakan etanol 70% atau detergen
dan air selama 10 menit.
b. Apabila proses desinfeksi menggunakan cara perebusan dan pengukusan
maka harus dilakukan dalam kurun waktu 20 menit yang dihitung setelah
air mendidih (100⁰C), atau hingga terbentuknya uap yang diakibatkan oleh
air mendidih. Saat proses berlangsung, tidak dibenarkan untuk menambah
volume air atau cairan apapun ke dalam wadah perebusan atau pengukusan
bila proses belum selesai.

Gambar 3.41. Contoh Peralatan Desinfeksi Tingkat Tinggi85

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


62 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
3. Sterilisasi Peralatan Kritikal
Sterilisasi peralatan kritikal merupakan proses menghilangkan semua
mikroorganisme (bakteri, virus, fungi dan parasit) termasuk endospora dengan
menggunakan uap tekanan tinggi atau panas kering (oven). Proses sterilisasi
dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Proses Pengemasan
Peralatan medis yang akan disterilisasi harus dikemas terlebih dahulu
dengan cara membungkus semua alat-alat menggunakan pembungkus
kertas khusus atau kain (linen) atau plastik kemasan khusus, bertujuan
untuk menjaga keamanan dan efektivitas sterilisasi dengan mengacu prinsip
sebagai berikut:
1) Kemasan diberi label nama alat, tanggal pengemasan, metode sterilisasi,
menyesuaikan tipe dan ukuran alat yang dikemas, memperhatikan
penempatan alat dalam kemasan, dan penempatan indikator kimia
eksternal dan internal (untuk memastikan bahwa alat tersebut sudah
dilakukan sterilisasi).
2) Kemasan harus mudah dibuka dan isinya mudah diambil saat akan
digunakan tanpa menyebabkan kontaminasi mikroorganisme, bahan
yang digunakan untuk mengemas kuat, tahan lama, mudah digunakan,
tidak mengandung bahan toksik dan mempunyai segel yang baik.
3) Kemasan mampu menjaga isinya tetap steril hingga kemasan dibuka dan
dilengkapi masa kadaluwarsa.

Gambar 3.42. Contoh Pengemasan Peralatan Medis85

b. Jika menggunakan sterilisasi dengan pemanasan uap (steam sterilization


atau autoklaf), maka:
1) Pastikan temperatur uap maksimal, yaitu sekitar 250 ⁰F (121 ⁰C) dengan
tekanan 15 Psi (Pounds per Square Inch) dalam waktu 15-20 menit atau
dalam suhu 273 ⁰F (134 ⁰C) dengan tekanan 30 Psi dalam waktu 3-5
menit.
2) Proses sterilisasi dengan autoklaf membutuhkan waktu 30 menit yang
dihitung mulai suhu mencapai 121⁰C.
3) Semua instrumen dengan engsel dan kunci harus tetap terbuka dan
tidak terkunci selama proses sterilisasi dengan autoklaf
4) Menuliskan tanggal sterilisasi dan kadaluwarsa pada kemasan pasca
proses sterilisasi.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 63
Gambar 3.43. Contoh Alat Sterilisator Uap (Kiri); Uap bertekanan tinggi (Kanan)85

c. Jika menggunakan proses sterilisasi panas kering (dry heat sterilization),


maka:
1) Pastikan semua instrumen kritikal sudah dibersihkan awal (pre-
cleaning) sebelum dilakukan proses sterilisasi.
2) Penggunaan sterilisasi pemanasan kering pada temperatur 340 ⁰F (170
⁰C) dalam waktu 1 jam atau temperatur 320 ⁰F (160 ⁰C) dalam waktu 2
jam.

Gambar. 3.44. Contoh Alat Sterilisator Panas Kering85

Sebagai upaya untuk melaksanakan siklus dekontaminasi yang efektif, maka


perlu memperhatikan tata kelola pemisahan proses dekontaminasi - desinfeksi -
sterilisasi instrumen melalui:
1. Tersedia fasilitas/ruangan dekontaminasi satu kamar dengan alur instrumen
satu arah dan pengaturan pola kerja pencucian instrumen kotor ke yang
bersih.
2. Untuk mencegah kontaminasi silang aerosol, maka ventilasi ruangan
diatur dengan mengalirkan udara ke arah yang berlawanan dari alur kerja
dekontaminasi instrumen yaitu dari bersih ke kotor.
3. Sangat direkomendasikan untuk menggunakan ventilasi berupa exhaust fan
untuk membantu aliran udara agar tidak terganggu oleh pembukaan pintu
atau jendela atau pergerakan petugas kesehatan di dalam ruangan.
4. Dilarang menggunakan kipas angin pada area dekontaminasi karena akan
membuat kontaminan tersirkulasi ke sekeliling ruangan dan mengganggu
aliran udara bersih ke kotor.
5. Penempatan wastafel dalam ruangan merupakan opsional.
6. Mengatur alur pergerakan petugas kesehatan di dalam ruangan
dekontaminasi dengan tetap mempertahankan zoning.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


64 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
5. Penempatan wastafel dalam ruangan merupakan opsional.
6. Mengatur alur pergerakan petugas kesehatan di dalam ruangan dekontaminasi dengan teta
mempertahankan zoning.
7. Perlu dilakukan pelatihan dan kedisiplinan petugas yang melakukan proses
7. Perlu dilakukan pelatihan dan kedisiplinan petugas yang melakukan proses dekontamina
dekontaminasi untuk mempertahankan alur kerja dalam unit dekontaminasi
satu kamar.
untuk mempertahankan alur kerja dalam unit dekontaminasi satu kamar.


Gambar 3.45. Desain Fasilitas/Unit Dekontaminasi Satu
Gambar 3.45. Desain Fasilitas/Unit Dekontaminasi Satu Kamar11 Kamar11

C. C. Pengelolaan Limbah Medis
Pengelolaan Limbah Medis
Limbah yang dihasilkan oleh fasilitas pelayanan kesehatan berpotensi menimbulkan
Limbah yang dihasilkan oleh fasilitas pelayanan kesehatan berpotensi menimbulkan risik
risiko bagi pasien, tenaga kesehatan, masyarakat umum, dan lingkungan. Setiap
limbah yang dihasilkan selama diagnosis, pengobatan atau imunisasi manusia
bagi pasien, tenaga kesehatan, masyarakat umum, dan lingkungan. Setiap limbah yang dihasilka
atau hewan atau dalam kegiatan penelitian yang berkaitan dengannya atau dalam
selama diagnosis, pengobatan atau imunisasi manusia atau hewan atau dalam kegiatan penelitia
produksi atau pengujian biologis diartikan sebagai Limbah Biomedis, termasuk
limbah pelayanan kesehatan yang berbahaya dan dapat menyebabkan penyakit atau
yang berkaitan dengannya atau dalam produksi atau pengujian biologis diartikan sebagai Limba
cedera.
Biomedis, termasuk limbah pelayanan kesehatan yang berbahaya dan dapat menyebabka
penyakit atau cedera.
Tenaga kesehatan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa limbah biomedis
ditangani dan dibuang dengan cara yang aman melalui tahapan penyortiran,
pemisahan, penggunaan kode warna kantong pembuangan limbah, pengumpulan,
penyimpanan, pengemasan, memuat, transportasi, bongkar, pemrosesan, perawatan,
penghancuran, konversi, atau penawaran untuk dijual, transfer, pembuangan limbah
tersebut. Limbah biomedis yang dihasilkan di tempat pelayanan kesehatan gigi dan
mulut termasuk plastik, lateks, kapas, gelas, Xray larutan pemrosesan, foil timbal,
desinfektan, bahan kimia, cetakan gigi, limbah benda tajam seperti jarum bedah,
pisau, gigi yang dicabut, tisu, obat kadaluarsa dan semua bahan gigi yang dibuang
yang berisiko tinggi terkontaminasi mikroorganisme patogen.77

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 65
1. Limbah Cair
Air limbah yang harus diolah adalah semua air buangan yang berasal dari
kegiatan penanganan pasien yang kemungkinan mengandung mikroorganisme
khususnya virus SARS-CoV-2, bahan kimia beracun, darah dan cairan tubuh lain,
serta cairan yang digunakan dalam perawatan pasien meliputi cairan dari mulut
dan/atau hidung atau air kumur pasien. Pengelolaan limbah cair dalam praktik
dokter gigi, harus dipastikan mengikuti proses instalasi pengelolaan air limbah
(IPAL) yang sesuai. Unit proses IPAL sekurang-kurangnya terdiri atas proses
sedimentasi awal, proses biologis (aerob dan/atau anaerob), sedimentasi
akhir, penanganan lumpur, dan disinfeksi dengan klorinasi (dosis disesuaikan
agar mencapai sisa klor 0,1-0,2 mg/I). Setelah proses klorinasi, pastikan air
berkontak dengan udara untuk menghilangkan kandungan klor di dalam air
sebelum dibuang ke badan air penerima

2. Limbah Padat Domestik


Limbah padat domestik adalah limbah yang berasal dari kegiatan
kerumahtanggaan atau sampah sejenis, seperti sisa makanan, kardus, kertas,
dan sebagainya baik organik maupun anorganik. Pengelolaan limbah padat
khusus (meliputi masker sekali pakai, sarung tangan bekas, tisu/kain yang
mengandung cairan/droplet hidung dan mulut), harus diperlakukan seperti
limbah B3 infeksius dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Sediakan tiga wadah limbah padat domestik di lokasi yang mudah dijangkau
orang, yaitu wadah untuk limbah padat organik, non organik, dan limbah
padat khusus.
b. Wadah tersebut dilapisi dengan kantong plastik berbeda warna sehingga
mudah untuk pengangkutan limbah dan pembersihan wadah
c. Pengumpulan limbah dari wadah dilakukan bila sudah ¾ penuh atau
sekurang-kurangnya sekali dalam 24 jam atau sekurang-kurangnya dalam 6
jam (khusus untuk limbah padat dalam wadah khusus)
d. Petugas pengumpulan limbah harus dilengkapi dengan masker, sarung
tangan, sepatu boot, apron, kacamata pelindung (goggle), dan penutup
kepala.

Langkah-langkah pengumpulan limbah padat domestik sebagai berikut:


a. Buka tutup tempat sampah, ikat kantong pelapis dengan membuat satu
simpul dan masukkan kantong tersebut ke wadah lain untuk diangkut
b. Setelah melakukan pengumpulan, petugas wajib membersihkan seluruh
badan atau sekurang-kurangnya mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir.
c. APD yang digunakan (goggle, sepatu boots, apron) agar didisinfeksi sesegera
mungkin pada larutan disinfektan, sedangkan masker, sarung tangan dan
penutup kepala sekali pakai dibuang ke wadah limbah padat khusus.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


66 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
d. Limbah padat organik dan anorganik disimpan di tempat penyimpanan
sementara untuk limbah padat domestik (maksimal 1 x 24 jam), sedangkan
limbah padat khusus/ infeksius disimpan di tempat penyimpanan sementara
sampah/limbah B3.

3. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Medis Padat


Limbah B3 medis padat adalah bahan sisa hasil kegiatan yang tidak digunakan
kembali dan berpotensi terkontaminasi oleh zat bersifat infeksius atau
kontaminan dari pasien dan/atau petugas, meliputi: masker bekas, sarung
tangan bekas, perban bekas, tisu bekas, plastik bekas minuman dan makanan,
alat suntik bekas, alat pelindung diri bekas, dan lain-lain, yang berasal dari
kegiatan di ruang pelayanan. Hal-hal yang perlu diperhatikan:78
a. Limbah B3 medis berbentuk padat dimasukkan ke dalam wadah bersimbol
“biohazard”, yang dilapisi kantong plastik warna kuning atau berikan simbol
infeksius dan label, serta keterangan “Limbah Sangat Infeksius - Infeksius
Khusus”
b. Bila di dalamnya terdapat cairan, maka cairan harus dibuang ke tempat
penampungan air limbah yang disediakan atau lubang di wastafel atau WC
yang mengalirkan ke dalam IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)
c. Setelah wadah ¾ penuh atau maksimal waktu penyimpanan 12 jam,
maka sampah/limbah B3 dikemas dan diikat rapat. Lakukan disinfeksi
menggunakan disinfektan berbasis klorin konsentrasi 0,5% bila akan
diangkut pengolah.
d. Limbah Padat B3 Medis yang telah diikat, setiap 12-24 jam harus diangkut,
dicatat dan disimpan pada TPS Limbah B3 atau tempat yang khusus
menggunakan alat transportasi khusus limbah infeksius dan petugas harus
menggunakan APD.
e. Pada TPS Limbah B3, kemasan sampah/limbah B3 Covid-19 dilakukan
disinfeksi dengan menyemprotkan disinfektan klorin 0,5% pada plastik
sampah yang telah terikat serta pada TPS Limbah B3 secara menyeluruh,
minimal sekali sehari.
f. Setelah selesai digunakan, wadah/bin didisinfeksi dengan disinfektan
seperti klorin 0,5%, lysol, karbol, dan lain-lain
g. Petugas pengangkut yang telah selesai bekerja melepas APD dan segera
mandi dengan menggunakan sabun antiseptik dan air mengalir
h. Bila tidak dapat langsung dilakukan pengolahan, maka limbah disimpan
dengan menggunakan freezer/cold-storage yang diatur suhunya di bawah
0⁰C di dalam TPS

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 67
menggunakan freezer/cold-storage yang diatu
Bila tidak dapat langsung dilakukan pengolahan, maka limbah disim
menggunakan freezer/cold-storage yang diatur suhunya di bawah 0O C di d

Gambar 3.46.
Gambar 3.46. Ember Bertut
atau APD Bek
Ember Bertutup Sebagai Tempat Merendam
atau APD Bekas Pakai31

Gambar 3.46.
i. Bertutup
Ember Pengolahan limbah
Sebagai Tempat B3 atau
Merendam Linen medis dapat
APD Bekas Pakai31 menggu
Pengolahan limbah B3 medis dapat menggunakan autoklaf/gelombang m
kondisi darurat, penggunaan peralatan terseb
kondisi darurat, penggunaan peralatan tersebut dikecualikan untuk memil
i. Pengolahan limbah B3 medis dapat menggunakan autoklaf/gelombang
j. DalamPengolahan Limbah B3 dapat menggunakan
Pengolahan Limbah B3 dapat menggunakan jasa perusahaan pengolahan
mikro. kondisi darurat, penggunaan peralatan tersebut dikecualikan
untuk memiliki izin
j. Pengolahan dengan melakukan perjanjian kerjasama peng
dengan melakukan perjanjian kerjasama pengolahan dan pemusnahan yan
Limbah B3 dapat menggunakan jasa perusahaan pengolahan
yang berizin dengan melakukan perjanjian kerjasama pengolahan dan
legalitas pemusnahanlegalitas
yang mempunyai legalitas

Gambar 3.47. Kotak Tempat Pembuangan Limbah Tajam


Gambar 3.47. Kotak Tempat Pembuangan Limbah Tajam31 31

Gambar 3.47. Kotak Tempat Pem





68
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
BAB IV
MANAJEMEN PEMBIAYAAN PELAYANAN KESEHATAN
GIGI DAN MULUT DI FASILITAS KESEHATAN
TINGKAT PERTAMA

Untuk menghindari terpaparnya bahan-bahan dan alat-alat kedokteran gigi dari droplets dan
aerosol, sebaiknya bahan dan alat yang tidak diperlukan disimpan dalam tempat penyimpanan
yang tertutup atau disimpan di area yang berjarak aman dari cipratan droplets atau aerosol.
Bahan dan alat yang akan dipergunakan pada saat bekerja dapat dipersiapkan pada meja
tindakan dan dapat ditutup agar tetap terjaga kebersihannya. Konsep pelayanan kesehatan
gigi dan mulut diwajibkan menggunakan pola four handed dentistry sehingga partikel aerosol
dapat dihisap oleh intra/ekstra oral High Volume Evacuator (HVE) yang terpasang di dental
unit atau vacuum aerosol. Asisten dokter gigi berada di posisi static zone, pastikan lemari
penyimpanan ada di belakang posisi asisten dokter gigi sehingga alat dan bahan lain yang
diperlukan dapat diraih dengan mudah.

Pengelolaan alat dan bahan perlu dilakukan dengan manajemen yang baik. Sistem stok
barang dan inventarisasi dengan perhitungan yang matang menjadi kunci dalam pengelolaan
manajemen alat dan bahan yang dipergunakan. Perlu menjadi perhatian bahwa alat pelindung
diri (APD) merupakan bahan yang perlu dilakukan pengelolaan dalam pelayanan kesehatan
gigi dan mulut. Hal ini diperlukan agar bahan-bahan kebutuhan yang diperlukan bisa
dipastikan tidak sampai kehabisan stok dan atau memerlukan waktu untuk pembelian. Harus
ada pencatatan laporan permintaan dan laporan penggunaan barang, yang berisi tentang:
a. Tanggal pembelian, jumlah pembelian
b. Tanggal pemakaian, jumlah pemakaian
c. Sisa stok, pemakaian rata-rata penggunaan per-bulan
d. Usulan kebutuhan
e. Harga satuan

Pengelolaan bahan-bahan medis habis pakai (BMHP) dianjurkan menggunakan pengelolaan


terstandar baik. Salah satu yang dapat dipergunakan adalah menggunakan pola pengelolaan
metode ABC. Metode ini membagi persediaan ke dalam tiga kelompok berdasarkan penggunaan
bulanan/tahunan pada tiap volume bahan. Metode ini digunakan agar dapat memfokuskan
sumber daya (uang dan tenaga) pada bagian persediaan penting yang sedikit dan bukan
pada bagian persediaan yang banyak namun tidak dianggap penting. BMHP dilakukan
pengkategorian berdasarkan:
• Kelas A – merupakan bahan yang mempunyai harga pembelian yang menghabiskan
anggaran belanja besar/tinggi (menghabiskan anggaran 50% - 70% dari total belanja
perbulan/tahun) dan sedangkan volume jumlah persediaan bahan sebenarnya sedikit
(kecil) sekitar 15% dari persediaan total persediaan. Contoh bahan yang bisa dimasukkan
dalam kelompok ini adalah bahan bonding, masker N95 dan sebagainya.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 69
sekitar 15% dari persediaan total persediaan. Contoh bahan yang bisa dimasukkan dalam
kelompok ini adalah bahan bonding, masker N95 dan sebagainya.
🗹🗹 Kelas
• Kelas B
B – – mewakili
mewakili pengelompokkan
pengelompokkan bahan
bahanyang
yangmempunyai
mempunyaiharga
hargapembelian
pembelianyang
yang
menghabiskan anggaran belanja medium/sedang (menghabiskan anggaran 25% - 40%
menghabiskan anggaran belanja medium/sedang (menghabiskan anggaran 25% - 40% dari
dari total belanja perbulan/tahun) dan sedangkan volume jumlah persediaan bahan juga
total belanja perbulan/tahun) dan sedangkan volume jumlah persediaan bahan juga sedang
sedang sekitar 30% - 45% dari total persediaan. Contoh bahan yang bisa dimasukkan dalam
sekitar 30% - 45% dari total persediaan. Contoh bahan yang bisa dimasukkan dalam
kelompok ini adalah baju hazmat, lidocaine dan sebagainya.
kelompok ini adalah baju hazmat, lidocaine dan sebagainya.
• Kelas C – mewakili pengelompokkan bahan yang mempunyai harga pembelian yang
🗹🗹 Kelas
menghabiskan anggaran
C – mewakili belanja sedikit/kecil
pengelompokkan (menghabiskan
bahan yang mempunyai anggaran 5% - 10%
harga pembelian dari
yang
total belanja perbulan/tahun) dan sedangkan volume jumlah persediaan bahan juga besar/
menghabiskan anggaran belanja sedikit/kecil (menghabiskan anggaran 5% - 10% dari total
banyak sekitar 45% - 55% dari total persediaan. Contoh bahan yang bisa dimasukkan dalam
belanja perbulan/tahun) dan sedangkan volume jumlah persediaan bahan juga
kelompok ini adalah kapas, cotton roll, dan sebagainya.
besar/banyak sekitar 45% - 55% dari total persediaan. Contoh bahan yang bisa dimasukkan
Tabeldalam kelompok ini adalah kapas, cotton roll, dan sebagainya.
4.1 merupakan contoh pengelolaan BMHP dengan asumsi belanja perbulan adalah Rp.
10.000.000,-
Tabel 4.1 merupakan contoh pengelolaan BMHP dengan asumsi belanja perbulan adalah Rp.
10.000.000,-
Tabel 4.1. Contoh Pengelolaan BMHP
Tabel 4.1. Contoh Pengelolaan BMHP
Item nomor Volume Total Harga satuan Kebutuhan per Prosentase Total Katego
Kategori
per % bulan dalam dari % dr ri kelas
klas
bulan stok rupiah anggaran angga bahan
bahan
bahan belanja ran
# bonding 2 botol 10% Rp. 1,500,000 Rp. 3,000,000 30% 52% A
# N95 2 box Rp. 1,200,000 Rp. 2,400,000 22% A
#lidocaine 40 35% Rp. 850,000/box Rp. 1,700,000 15% 45% B
ampul
#disposible 30 set Rp. 100,000/set Rp. 3,000,000 30% B
surgical
gown
#kapas ¼ kg 50% Rp. 25,000 Rp. 25,000 0,25% 3% C
#cotton roll 300 Rp. 150,000/set Rp. 450,000 3% C
buah

Kebijakan yang menjadi dasar penggunaan metode dan analisis ABC adalah:
Kebijakan yang menjadi dasar penggunaan metode dan analisis ABC adalah:
🗹🗹 Perkembangan sumber daya pembelian yang dibayarkan kepada pemasok harus lebih tinggi
• Perkembangan sumber daya pembelian yang dibayarkan kepada pemasok harus lebih
tinggi untuk butir persediaan A dibanding C
untuk butir persediaan A dibanding C
• Keakuratan catatan persediaan harus lebih sering diverifikasi untuk persediaan A
🗹🗹 Keakuratan catatan persediaan harus lebih sering diverifikasi untuk persediaan A
• Meramalkan butir persediaan A kemungkinan harus lebih berhati-hati daripada meramalkan
🗹🗹 Meramalkan butir persediaan A kemungkinan harus lebih berhati-hati daripada meramalkan
butir (kelas) persediaan yang lain
butir (kelas) persediaan yang lain
KategoriKategori pengelolaan logistik menggunakan pola ABC tidak akan lengkap apabila tidak
pengelolaan logistik menggunakan pola ABC tidak akan lengkap apabila tidak
menggunakan pola re-order point (ROP), yaitu metode mengidentifikasi bahan atau barang
menggunakan pola re-order point (ROP), yaitu metode mengidentifikasi bahan atau barang yang
yang perlu dilakukan order pembelian pada titik stok tertentu. Metode ini sangat berguna
perlu dilakukan order pembelian pada titik stok tertentu. Metode ini sangat berguna bagi praktik
bagi praktik dokter gigi yang berada jauh dari pusat penjualan distributor BMHP. Pengiriman
dokter gigi yang berada jauh dari pusat penjualan distributor BMHP. Pengiriman barang menjadi
barang menjadi titik fokus dalam metode ini. Cara perhitungan re-order poin adalah sebagai
titik fokus dalam metode ini. Cara perhitungan re-order poin adalah sebagai berikut:
berikut: 97 97

81

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


70 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru

r Point Curve. Penggunaan suatu bahan dalam suatu jumlah kuantitas(Q) yang dapat
jumlah kebutuhan bahan(D), setelah digunakan akan mengalami penurunan jumlah
Gambar 4.1. Reorder Point Curve. Penggunaan suatu bahan dalam suatu jumlah kuantitas(Q) yang dapa
Gambar 4.1. Reorder Point Curve. Penggunaan suatu bahan dalam suatu jumlah kuantitas(Q)
inamakan slope (units/day=d). Pembelian akan bahan ini dapat dihitung pada titik
di asumsikan sebagai jumlah kebutuhan bahan(D), setelah digunakan akan mengalami penurunan jumlah
yang dapat di asumsikan sebagai jumlah kebutuhan bahan(D), setelah digunakan akan
an perhitungan penentuan titik ini dipengaruhi oleh waktu pengiriman barang dari
(garis ungu) yang dinamakan slope (units/day=d). Pembelian akan bahan ini dapat dihitung pada titik
mengalami penurunan jumlah (garis ungu) yang dinamakan
distributor sampai ke tempat kita(lead time=L). 97 slope (units/day=d). Pembelian akan bahan
tertentu (ROP) dengan perhitungan penentuan titik ini dipengaruhi oleh waktu pengiriman barang dari
tertentu (ROP) dengan perhitungan penentuan titik ini dipengaruhi
ini dapat dihitung pada titik oleh
waktu pengiriman 97 time=L).97
barang dari distributor sampai ke tempat kita(lead
distributor sampai ke tempat kita(lead time=L).
an saat kita harus melakukan order pembelian
ah waktu yang diperlukan untuk pengiriman barang dari tempat pembelian
d = Jumlah stok bahan saat kita harus melakukan order pembelian
pat kita d = Jumlah stok bahan saat kita harus melakukan order pembelian
L = lead time, adalah waktu yang diperlukan untuk pengiriman barang dari tempat pembelian
L = lead time, adalah waktu yang diperlukan untuk pengiriman barang dari tempat pembelian
butuhan bahan selama pertahun/bulan
sampai ke tempat kita
selama pertahun/bulan
sampai ke tempat kita
D = jumlah total kebutuhan bahan selama pertahun/bulan
D = jumlah total kebutuhan bahan selama pertahun/bulan
T = total hari kerja selama pertahun/bulan
T = total hari kerja selama pertahun/bulan
Sebagai contoh:
hitung, misalkan kebutuhan bahan baju disposible surgical gown dalam waktu
APD dapat kita hitung, misalkan kebutuhan bahan baju disposable surgical gown dalam waktu
Sebagai contoh:
1000 pcs.
1 tahun adalah 1000 pcs.
APD dapat kita hitung, misalkan kebutuhan bahan baju disposible surgical gown dalam waktu
Hari kerja selama 1 tahun adalah 250 hari kerja
ma 1 tahun adalah 250 hari kerja
1 tahun adalah 1000 pcs.
L = lead time yang dibutuhkan adalah 3 hari waktu pengiriman
ang dibutuhkan adalah 3 hari waktu pengiriman
Maka,
Hari kerja selama 1 tahun adalah 250 hari kerja
#
𝑑𝑑 = $
L = lead time yang dibutuhkan adalah 3 hari waktu pengiriman
#
Maka, 1000 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝
𝑑𝑑 = $
= 4
250 ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
Re-Order Point = 4 x 3 hari (lead time) = 12
1000 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝
= 4 x 3 hari (lead time) = 12 = 4
250 ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
Jadi apabila jumlah stok APD baju disposable surgical gown tinggal 12 buah maka wajib
h stok APD baju disposable surgical gown tinggal 12 buah maka wajib
melakukan order pembelian untuk item bahan ini.
Re-Order Point = 4 x 3 hari (lead time) = 12
embelian untuk item bahan ini.
adi apabila jumlah stok APD baju disposable surgical gown tinggal 12 buah maka wajib
melakukan order pembelian untuk item bahan ini. Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 71
BAB V
PENYELENGGARAAN
UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT (UKM)
PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut masyarakat adalah setiap kegiatan untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan gigi dan mulut serta mencegah dan menanggulangi timbulnya
masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyelenggaraan UKM pada pelayanan kesehatan gigi dan
mulut di FKTP terbagi dalam 2 (dua) kegiatan yaitu : Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)
dan Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM).

Dampak pandemi COVID-19 terhadap pelayanan kesehatan adalah terganggunya akses


pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan kesehatan dalam upaya kesehatan masyarakat
(UKM) di FKTP. Tingginya resiko penularan COVID-19 mengharuskan FKTP meninjau ulang
kegiatan-kegiatan yang sudah direncanakan dan sudah terjadwal, apakah tetap dilaksanakan
seperti biasa, dilakukan penyesuaian atau modifikasi pelayanan dengan merubah metoda,
atau ditunda pelaksanaannya. Jika pelayanan dapat dilaksanakan dengan menjalankan
protokol kesehatan, tetap harus mempertimbangkan skala prioritas.

Karakteristik pelayanan UKM pada umumnya, termasuk UKGS dan UKGM yang dilaksanakan
di luar gedung dengan sasaran yang cenderung berkelompok atau membentuk kerumunan,
dinilai memiliki resiko tinggi terjadinya penularan COVID-19. Kebijakan physical distancing
dan penerapan kebijakan pembelajaran dari rumah secara daring bagi semua peserta didik,
cukup mempengaruhi optimalisasi kegiatan UKGS dan UKGM pada masa pandemi.

Kebijakan pelaksanaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut masyarakat pada masa pandemi
dan adaptasi kebiasaan baru, memberi peluang bagi UKGS dan UKGM untuk melaksanakan
kegiatan secara optimal dengan melakukan penyesuaian atau modifikasi dalam tata kelola
dan tata laksana pelayanan. Berbagai penyesuaian atau modifikasi pelayanan UKGS dan
UKGM yang dilakukan tetap mempertimbangkan kebutuhan masyarakat, ketersediaan dan
kemampuan sumber daya pelayanan, karakteristik sasaran, perkembangan kasus COVID-19
dalam wilayah kerja Puskesmas dan perkembangan teknologi informasi.

Tujuan penyesuaian atau modifikasi dalam pelaksanaan kegiatan UKGS dan UKGM pada
masa adapatasi kebiasaan baru dimaksudkan untuk membangun pola pelayanan kesehatan
gigi dan mulut masyarakat yang aman bagi masyarakat, petugas dan lingkungan sekitar dari
resiko penularan COVID-19, tanpa mengabaikan hak masyarakat mendapatkan pelayanan
yang berkualitas.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


72 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
Dalam situasi dimana penyelenggaraan UKM pada pelayanan kesehatan gigi dan mulut
dilakukan secara tatap muka dengan mengikuti protokol kesehatan, petugas kesehatan yang
memberikan pelayanan sebaiknya menggunakan masker medis. Jika jumlah masker medis
terbatas, dapat digunakan face shield bersama masker non-medis. Peserta kegiatan UKGS dan
UKGM diminta untuk mencuci tangan dengan menggunakan sabun atau hand sanitizer.99, 100

A. Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)


Usaha kesehatan gigi sekolah (UKGS) merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
pada anak usia sekolah di Puskesmas, dilaksanakan di lingkup SD/MI hingga SMA/
sederajat melalui kegiatan yang terencana, dalam waktu tertentu dan berkesinambungan.
Kegiatan – kegiatan UKGS yang dilaksanakan dalam bentuk :
1. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut;
2. Pencegahan penyakit gigi dan mulut;
3. Pemeriksaan dan penjaringan kesehatan gigi dan mulut;
4. Perawatan kesehatan gigi dan mulut;
5. Rujukan kesehatan gigi dan mulut

Dalam rangka mencapai Indonesia bebas karies tahun 2030, kegiatan Usaha Kesehatan
Gigi Sekolah perlu terus diupayakan untuk terselenggara walaupun dalam masa pandemi
COVID-19. Namun, perlu beberapa penyesuaian untuk memutus rantai penularan
COVID-19, tanpa mengubah tujuan, sasaran, dan kegiatan UKGS yang telah ditetapkan.
Petunjuk Teknis yang lebih rinci dan spesifik untuk pelaksanaan UKGS di masa adaptasi
kebiasaan baru akan tersedia dalam pedoman dan juknis tersendiri.

Tabel 5.1. Penyesuaian dan Penundaan Kegiatan UKGS

Kegiatan yang menyesuaikan Kegiatan yang ditunda


• Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut • Perawatan kesehatan gigi dan
• Pemeriksaan dan penjaringan kesehatan mulut
gigi dan mulut
• Pencegahan penyakit gigi dan mulut
• Rujukan kesehatan gigi dan mulut

Penyesuaian Kegiatan UKGS :


1. Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut
Kegiatan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dapat dilakukan secara tatap muka
(luring) atau online (daring). Materi penyuluhan dapat menambahkan informasi
tentang COVID-19 selain materi tentang kebiasaan menyikat gigi, diet yang baik
untuk kesehatan gigi, serta pentingnya menjaga kebersihan gigi dan mulut pada
masa pandemi COVID-19.
a. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan secara tatap muka (luring)
dilakukan pada daerah yang tidak memungkinkan melakukan UKGS secara
daring. Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat penyuluhan secara tatap
muka :

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 73
1) Petugas, sasaran peserta didik dan guru dan semua yang terlibat dalam
kondisi sehat
2) Ruangan dengan luas yang mencukupi untuk menerapkan physical distancing
dan memiliki ventilasi yang baik
3) Sekolah memiliki sarana cuci tangan yang memadai
4) Sekolah menerapkan protokol kesehatan dan menyediakan sarana
pendukung seperti thermo gun dan hand sanitizer
5) Mengatur jadwal kegiatan yang tidak mengganggu proses belajar dan tidak
mengundang kerumunan
6) Media edukasi dapat disampaikan menggunakan media cetak berupa buku
informasi kesehatan atau Buku Rapor Kesehatanku

b. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan secara online (daring)
Penyuluhan dengan metode ini dapat memanfaatkan teknologi informasi, melalui
pengiriman pesan video, dll.101
Beberapa media yang dapat digunakan :
1) Web-based
Website juga dapat dijadikan wadah dalam melakukan penyuluhan melalui
daring.
2) Pesan singkat berseri (dilengkapi dengan anjuran)
Salah satu cara yang efektif untuk melakukan edukasi adalah menggunakan
pesan singkat berseri sesuai dengan kelompok umur sasaran dan
menggunakan topik tertentu. Pesan dapat dibagi dalam beberapa sesi, lalu
disertai informasi berupa video atau infografis.
Contoh pelaksanaan penyuluhan menggunakan metode pesan berseri
menggunakan aplikasi Whatsapp tampak pada gambar 5.1

Implementasi Program WA Binaan

Gambar 5.1. Implementasi penyuluhan menggunakan metode pesan berseri


(Gambar tutorial kontribusi kelompok mahasiswa Puskesmas Makasar Putaran 2,
Tim Profesi IKGMP FKGUI)

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


74 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
3) Social Media
Penggunaan social media seperti Facebook, Instagram, Twitter dan Youtube
adalah contoh media yang dapat digunakan untuk membangun komunikasi
dua arah
4) Gaming /Aplikasi
Untuk meningkatkan daya tarik pesan kesehatan gigi dan mulut bagi anak
usia sekolah, petugas maupun guru sekolah dapat mengunduh beberapa
permainan yang terkait topik kesehatan gigi dan mulut, lalu di akhir sesi
ditekankan pesan yang harus mereka pahami dengan baik.

2. Pemeriksaan dan Penjaringan Kesehatan gigi dan mulut


Pemeriksaan dan penjaringan kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu
kegiatan promotif UKGS yang rutin dilaksanakan di awal tahun ajaran baru, sebagai
langkah deteksi dini penyakit gigi dan mulut serta menilai status kesehatan gigi dan
mulut peserta didik. Pelaksanaannya tidak berdiri sendiri, tapi menjadi bagian dari
team work penjaringan kesehatan yang dilaksanakan UKS di Puskesmas.

Kegiatan pemeriksaan dan penjaringan dapat dilakukan secara langsung atau dengan
pemanfaatan tekonologi informasi.
a. Pemeriksaan dan Penjaringan yang dilakukan secara langsung disekolah
Pelaksanaan penjaringan harus memperhatikan protokol kesehatan dan
memperhatikan kewaspadaan standar pencegahan pengendalian infeksi, antara
lain:
1) Petugas menggunakan APD sesuai standar, minimal menggunakan masker,
face shield dan sarung tangan.
2) Pelaksanaan dengan mengatur jadwal dan pengaturan jumlah peserta didik
dalam satu kali pemeriksaan
3) Waktu pemeriksaan diupayakan sesingkat mungkin, dengan cara peserta
didik atau orang tua melakukan pengisian status kesehatan anak pada
formular cetak secara mandiri sebelum dilakukan pemeriksaan secara
langsung oleh petugas.
b. Pemeriksaaan dan Penjaringan dilakukan dengan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi
Pelaksanaan penjaringan dengan memanfaatkan teknologi informasi dapat
menggunakan telediagnosis/telesurvey dengan melibatkan orang tua murid, guru
sekolah dan tenaga kesehatan gigi dan mulut.

Tahapan pelaksanaan penjaringan dengan sistem telediagnosis/telesurvey:


1) Teknis Pelaksanaan
a) Guru sekolah mengirimkan informasi dan meminta persetujuan digital
untuk menggunakan data foto gigi anak dan membagikan tautan
kuesioner daring kesehatan gigi anak ke orang tua anak.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 75
atau aplikasi pintar lain dan membagikan link album kepada te
b) Guru sekolah dibekali dengan materi video dan tutorial bagaimana melakukan fo
atau aplikasi pintar lain dan membagikan link album kepada te
penanggung jawab UKGS (penjaringan).
intra oral yang tepat dalam lima posisi berbeda. Guru juga diberikan tutorial untu
penanggung jawab UKGS (penjaringan).
b) Guru sekolah dibekali dengan materi video dan tutorial bagaimana
menggunakan aplikasi google photos.
e) Tenaga kesehatan melakukanpenanggung
foto intra oral yangjawab UKGS
tepat dalam lima (penjaringan)
posisi berbeda. Guru mela
c) Orang tua murid mengirimkan foto pada guru dengan 5 posisi yang berbeda seper
e) Tenaga kesehatan penanggung
juga diberikan tutorial untukjawab UKGS
menggunakan (penjaringan)
aplikasi google photos. mela
dari foto yang dikumpulkan dan menginput data klinis melalui
c) Orang tua murid mengirimkan foto pada guru dengan 5 posisi yang
pada gambar 5.1 (dapat dikirimkan via Whatapp atau channel lain).
dari foto yang dikumpulkan
berbeda seperti pada gambardan 5.1menginput
(dapat dikirimkandata klinis atau
via Whatsapp
d) Guru mengunggah foto dari orang tua murid menggunakan aplikasi google photo melalui
channel lain).
(contoh terlampir) dan merekapitulasi data kuesioner dari go
atau
(contoh terlampir)
d) Guruaplikasi
dan pintar
mengunggah lain
foto dan
dari membagikan
merekapitulasi link menggunakan
data
orang tua murid album kepada aplikasi
kuesioner tenaga
go
kesehata
dari
google photos atau aplikasi pintar lain dan membagikan link album
gambar 5.2) kepada tenaga kesehatan penanggung jawab UKGS (penjaringan).
penanggung jawab UKGS (penjaringan).
gambar 5.2) e) Tenaga kesehatan penanggung jawab UKGS (penjaringan) melakukan diagnos
e) Tenaga kesehatan penanggung jawab UKGS (penjaringan) melakukan
dari foto yang
diagnosis daridikumpulkan dan menginput
foto yang dikumpulkan data klinis
dan menginput datamelalui Microsoft Acce
klinis melalui
(contoh terlampir)
Microsoft dan merekapitulasi
Access (contoh data kuesioner data
terlampir) dan merekapitulasi dari google form (lih
kuesioner
dari google form (lihat gambar 5.2)
gambar 5.2)

Gambar 5.2. Lima Posisi Foto Intra Oral yang Diperlukan untuk Telediagnosis/
Gambar 5.2. Lima Posisi
Telesurvey. Foto Intra
Diadaptasi Oral
dari Estai et yang
al102 Diperlukan untuk
102
Telediagnosis/Telesurvey. Diadaptasi dari Estai et al

2) 2) Tatalaksana Pengambilan Gambar Intraoral


Tatalaksana Pengambilan Gambar Intraoral
Pengambilan foto atau pemotretan intraoral peserta didik dilaksanakan oleh
Gambar
Gambarorang tua5.2.
5.2.
pesertaLima
didik Posisi
Lima di rumah Foto
Posisi Foto Intra
Intra Orang
masing-masing. Oral
Oraltuayang
yang Diperlukan
Diperlukan
Pengambilan foto atau pemotretan intraoral peserta didik dilaksanakan oleh orang tu
menggunakan
102
Telediagnosis/Telesurvey.
Telediagnosis/Telesurvey.
peserta didik di rumah Diadaptasi
Diadaptasi
masing-masing.
masker dan sebelum memulai pemotretan, Tabel 5.2. dari Estai
daridengan
menunjukkan
cuci tangan et
et al
Estaisabun al
posisi
dan 102 dan ja
anak
air mengalir, lalu keringkan dan gunakan sarung tangan sekali pakai bila
operator ketika mengambil gambar untuk telediagnosis/telesurvey.
perlu. Teknis pengambilan foto dapat dilihat pada lampiran.

Tatalaksana Pengambilan Gambar Intraoral
Tatalaksana Pengambilan Gambar Intraoral


Pengambilan foto atau pemotretan intraoral peserta didik dilaksanaka
Pengambilan foto atau pemotretan intraoral peserta didik dilaksanaka

peserta didik di rumah masing-masing. Tabel 5.2. menunjukkan pos
peserta didik di rumah masing-masing. Tabel 5.2. menunjukkan pos
operator ketika mengambil gambar untuk telediagnosis/telesurvey.
operator ketika mengambil gambar untuk telediagnosis/telesurvey.
76 Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
8
Kriteria hasil foto yang baik:
a) Kualitas foto baik, gambar tidak buram, pencahayaan bagus dan fokus
b) Gambaran gigi depan dan kondisi gusi nampak jelas terlihat, tidak
tertutup bibir dan pipi,
c) Gambaran semua permukaan palatal/lingual gigi depan atas/bawah dan
permukaan kunyah seluruh gigi posterior atas dan bawah pada posisi
oklusal atas dan bawah jelas terlihat
d) Gambaran semua permukaan gigi depan sampai gigi posterior paling
belakang atas dan bawa pada posisi lateral kiri dan lateral kanan jelas
terlihat

3) Modifikasi data klinis pemeriksaan:


a) Status gigi geligi berdasarkan pemeriksaan tidak langsung melalui foto.
Ditulis menggunakan kriteria panduan WHO Oral Health Survey 2013,
pada semua gigi yang tampak (gambar 5.2). Nilai DMFT Individual
merupakan penjumlahan dari jumlah komponen D (Decayed), M
(Missing) akibat karies, dan F (Filled) pada gigi permanen. Komponen
D mencakup semua gigi dengan kode 1, 2, B, dan C. Komponen M terdiri
dari gigi dengan kode 4 atau E. Komponen F hanya mencakup gigi dengan
kode 3 atau D. Gigi dengan kode 6 (fissure sealant) atau 7 atau H (protesa
gigi cekat/penyangga jembatan, mahkota atau veneer/implan khusus)
tidak termasuk dalam perhitungan DMFT.103, 104
b) Status kebersihan mulut
Dievaluasi berdasarkan visual foto, dievaluasi dengan skor Debris Index
Simplified (DI-S), pada 6 gigi perwakilan yang tampak
c) Rangkuman status kesehatan gigi dan mulut anak untuk orang tua
(narasi singkat).
d) Rekomendasi (narasi singkat).

4) Asesmen
Untuk melengkapi data skrining kesehatan gigi dan mulut anak, dilakukan
asesmen dengan cara mengisi kuesioner tentang kesehatan gigi dan mulut
secara daring menggunakan kuesioner standar Oral Health Survey 2013 dari
WHO yang telah dikonversi ke dalam Bahasa Indonesia sehingga anak dapat
mengisi sendiri dengan pendampingan orang tua. Asesmen ini dilengkapi
dengan lembar persetujuan digital dalam bentuk google forms, yang mudah
diisi secara daring oleh orang tua siswa.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 77
Gambar 5.3. Kuesioner Kesehatan gigi dan mulut Anak yang Telah Diunggah
dalam Bentuk Formulir Daring

3. Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut


Selain deteksi dini penyakit gigi dan mulut melalui skrining, juga dilakukan sikat gigi
bersama di sekolah minimal 1 kali sebulan sebelum proses belajar mengajar, kumur-
kumur dengan larutan fluor dan aplikasi topikal fluor sebagai upaya pencegahan
penyakit gigi dan mulut. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah sikat gigi bersama
dan kumur-kumur fluor. Untuk kegiatan pencegahan lain seperti Aplikasi topikal
fluor, pit dan fissure sealant ditunda pelaksanaannya.
a. Penyesuaian kegiatan sikat gigi bersama di sekolah107
Beberapa ketentuan penyesuaian yang harus menjadi perhatian :
1) Memastikan peserta didik dalam keadaan sehat saat mengikuti kegiatan
sikat gigi Bersama
2) Peserta didik diwajibkan membawa peralatan sendiri, sikat gigi, pasta gigi,
gelas kumur dan kertas tissu dari rumah.
3) Lakukan prosedur protokol kesehatan pada anak sebelum kegiatan dimulai
meliputi pengecekan suhu tubuh dan mencuci tangan dengan sabun
4) Guru dan pendamping UKGS menggunakan masker, face shield dan sarung
tangan

Terdapat dua model utama yang telah digunakan untuk menyikat gigi dengan
pengawasan:
1) Cara kering di mana anak-anak menyikat gigi tanpa menggunakan air atau
bak cuci. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan anak-anak duduk atau berdiri.
2) Cara basah dimana anak menggosok gigi menggunakan air, biasanya berdiri
di wastafel.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


78 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
Catatan: Cara basah tidak lagi direkomendasikan selama fase pemulihan
COVID-19 karena dianggap lebih berisiko terhadap tetesan dan penularan kontak
serta tidak memberikan manfaat tambahan dibandingkan cara kering.

Tahap melakukan sikat gigi dengan cara kering:107


1) Guru atau penanggung jawab UKGS dan anak-anak (dibawah supervisi) harus
mencuci tangan atau menggunakan hand sanitizer sebelum dan sesudah sesi
sikat gigi.
2) Jika terdapat luka, pengawas harus menutupi luka, lecet atau kerusakan
pada kulit dengan balutan tahan air sebelum memulai.
3) Guru atau penanggung jawab UKGS mengeluarkan pasta gigi ke permukaan
yang bersih (jika tidak terdapat pasta gigi individu) seperti tisu persegi
yang memungkinkan masing-masing anak mengoleskan pasta gigi ke sikat
mereka.

(a) (b)

Gambar 5.4. Cara Mengeluarkan Pasta Gigi (a) Pengawas atau guru mengeluarkan
pasta gigi pada permukaan yang bersih (contoh: tisu) dengan tetap menjaga jarak
dengan anak, (b) Anak mengambil pasta gigi yang sudah dikeluarkan

4) Setiap sikat gigi harus dapat diidentifikasi secara individual sehingga


memungkinkan setiap anak mengenali sikat mereka sendiri.
5) Anak-anak boleh berdiri atau duduk sambil menyikat gigi, namun area di
sekitarnya harus mudah dibersihkan.
6) Setelah menyikat, anak-anak dapat mengeluarkan/membuang sisa pasta gigi
ke dalam tisu (instruksikan anak untuk mengangkat tisu ke mulut mereka
untuk melakukannya) dan menyeka mulut mereka.
7) Tisu bekas pasta gigi dibuang di kantong sampah.
8) Setelah menyikat gigi, guru membersihkan area tempat menyikat gigi
dengan deterjen.
9) Setiap anak yang secara bergantian membilas sikat gigi dan pegangannya di
wastafel di bawah air yang mengalir dibawah pengawasan guru. Air harus
dibiarkan mengalir untuk menghindari setiap anak menyentuh keran.
10) Sikat gigi tidak boleh bersentuhan dengan wastafel atau keran.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 79
mengalir untuk menghindari setiap anak menyentuh keran.
11) Sikat gigi tidak boleh bersentuhan dengan wastafel atau keran.
12) 11) Di
Di bawah pengawasan, setiap anak kemudian mengembalikan sikat giginya sendiri ke
bawah pengawasan, setiap anak kemudian mengembalikan sikat giginya
tempat penyimpanan.
sendiri ke tempat penyimpanan.

Gambar 5.5. Setiap peserta perlu menjaga jarak selama kegiatan UKGS
Gambar 5.7. Setiap peserta perlu menjaga jarak selama kegiatan UKGS

12) Setelah kegiatan sikat gigi, guru bertanggung jawab untuk membersihkan
13) Sikat gigi tidak boleh dicuci sekaligus atau bersama-sama di wastafel.
bak cuci dan permukaan mengikuti pedoman nasional dan menggunakan
14) Setelah kegiatan sikat gigi, guru bertanggung jawab untuk membersihkan bak cuci dan
produk pembersih standar seperti deterjen.
13) Setelah kegiatan menyikat gigi selesai, anak-anak dan guru harus mencuci
permukaan mengikuti pedoman nasional dan menggunakan produk pembersih standar
tangan.
seperti deterjen.
15) Setelah kegiatan menyikat gigi selesai, anak-anak dan guru harus mencuci tangan.
b. Kumur – kumur Fluor

Pelaksanaan kumur-kumur fluor dapat dilakukan di sekolah ataupun di rumah
dengan pengawasan dari penanggung jawab UKGS.
b. Kumur – kumur Fluor
Hal yang perlu diperhatikan jika kumur-kumur fluor dilaksanakan di sekolah:
Pelaksanaan kumur-kumur fluor dapat dilakukan di sekolah ataupun di rumah dengan
1) Pastikan sekolah mempunyai fasilitas yang menunjang untuk pelaksanaan
pengawasan dari penanggung jawab UKGS.
kegiatan tersebut diantaranya tersedia wastafel dan pembuangan limbah
tidak terbuka.
Hal yang perlu diperhatikan jika kumur-kumur fluor dilaksanakan di sekolah:
2) Pelaksanaan kegiatan ini tidak dilakukan secara berkelompok tapi
1) Pastikan sekolah mempunyai fasilitas yang menunjang untuk pelaksanaan kegiatan
perorangan dengan tetap memperhatikan jarak.
tersebut diantaranya tersedia wastafel dan pembuangan limbah tidak terbuka.
3) Setiap siswa menggunakan gelas kumur yang sekali buang, dan gelas kumur
2) Pelaksanaan kegiatan ini tidak dilakukan secara berkelompok tapi perorangan dengan
tersebut dibuang pada tempat sampah medis yang telah disiapkan.
4) Sebelum dan sesudah kumur-kumur fluor siswa menjaga kebersihan tangan
tetap memperhatikan jarak.
yaitu mencuci tangan dengan 6 langkah cuci tangan.
3) Setiap siswa menggunakan gelas kumur yang sekali buang, dan gelas kumur tersebut
5) Pada saat pelaksanaan kumur-kumur fluor guru atau penanggung jawab
dibuang pada tempat sampah medis yang telah disiapkan.
UKGS menggunakan APD : masker, pelindung wajah, gown, sarung tangan
4) dan sepatu.
Sebelum dan sesudah kumur-kumur fluor siswa menjaga kebersihan tangan yaitu
6) Setelah selesai kegiatan guru atau penanggung jawab UKGS melakukan
mencuci tangan dengan 6 langkah cuci tangan.
desinfeksi area kumur-kumur.
Pelaksanaan kumur-kumur fluor di rumah dapat dipantau dengan memanfaatkan 93
teknologi yaitu dengan video call yang dilakukan oleh guru atau penanggung
jawab UKGS berdasarkan permintaan orang tua siswa.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


80 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
c. Topikal Aplikasi Fluor
Topikal aplikasi fluor merupakan bagian dari upaya pencegahan primer karies
gigi melalui pemberian suplemen fluor secara topikal pada anak usia di atas 6
tahun dengan resiko karies tinggi dan tidak efektif dengan metoda lain. Larutan
fluor yang sering digunakan adalah NaF, dengan konsentrasi 2% (0,2 gram bubuk
fluor dilarutkan dalam 10 ml air minum)

Pemberian cukup satu kali setiap enam bulan dengan cara mengoleskan
langsung larutan fluor pada email gigi yang sudah dibersihkan, dan dibiarkan
kering selama 5 menit, dan hindari makan, minum atau berkumur selama 1 jam.
Topikal aplikasi fluor hanya diberikan sesuai indikasi, yaitu pada anak dengan
resiko karies tinggi, yang disaring dari hasil skrining kesehatan gigi dan mulut.

Pelaksanaan topikal aplikasi fluor dalam masa adaptasi kebiasaan baru dapat
ditunda, atau jika dilaksanakan dengan menggunakan mekanisme janji temu
orang tua anak dengan petugas kesehatan. Pemberian fluor dilakukan di fasilitas
kesehatan dengan penerapan kewaspadaan standar PPI dan protokol kesehatan
yang ketat.

4. Rujukan Kesehatan Gigi dan Mulut


Rujukan kesehatan gigi dan mulut dilakukan jika siswa membutuhkan perawatan
lebih lanjut di fasilitas kesehatan.

B. Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM)


Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM) adalah kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan
mulut di Puskesmas yang dilaksanakan dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat
dengan tujuan meningkatkan kesadaran, kemampuan dan peran serta masyarakat/
keluarga dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut (self care). UKGM dilaksanakan
oleh masyarakat dengan bimbingan Puskesmas melalui UKBM yang ada yaitu Posyandu
Balita, Posyandu Lansia, PAUD atau kelompok masyarakat lainnya di wilayah kerja
Puskesmas kepada kelompok masyarakat yang rawan terhadap penyakit gigi dan mulut
(ibu hamil, balita, anak pra sekolah, sekolah dasar dan lansia).108

Kegiatan UKGM meliputi kegiatan promotif, preventif dan rujukan yang dilaksanakan
dalam bentuk :
1. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut
2. Pelatihan kesehatan gigi dan mulut untuk kader
3. Pencegahan penyakit gigi dan mulut
4. Rujukan Kesehatan gigi dan mulut

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 81
Penyesuaian /Modifikasi Kegiatan UKGM
Kondisi pandemi COVID-19 mengharuskan banyak Puskesmas menunda kegiatan-
kegiatan yang berpotensi meningkatkan resiko penyebaran COVID-19, seperti kegiatan
posyandu balita, posyandu lansia, termasuk UKGM yang pada aktifitas normal menjadikan
posyandu sebagai salah satu tempat kegiatan promosi kesehatan gigi dan mulut. Data dari
kajian cepat peran Puskesmas dalam penanganan COVID-19 menyebutkan hanya 19,2%
Puskesmas yang tetap menjalankan Posyandu.

Sesuai dengan aturan dalam Surat Edaran Kemendagri tentang Operasional Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu) dalam Pencegahan Penyebaran COVID-19, bahwa buka
atau tidaknya Posyandu sepenuhnya diserahkan kepada kebijakan daerah masing-masing
dengan memperhatikan situasi dan kondisi setempat. Sejalan dengan ketentuan tersebut
kegiatan UKGM di Posyandu pun harus menyesuaikan.

Beberapa bentuk penyesuaian/modifikasi dalam pelaksanaan kegiatan UKGM antara lain:


1. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut
Penyesuaian pelaksanaan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dapat berupa:
a. Memindahkan tempat kegiatan penyuluhan ke dalam gedung Puskesmas.
Penyuluhan dilaksanakan oleh petugas Puskesmas secara tatap muka langsung
atau secara luring dengan memanfaatkan teknologi informasi dan media televisi
yang tersedia di Puskesmas. Sasaran kegiatan adalah pengunjung Puskesmas
sesuai karakterisik sasaran UKGM, yaitu ibu hamil, ibu dan balita, lansia atau
masyarakat lainnya. Sebelum pelaksanaan, beberapa hal yang perlu diperhatikan
antara lain :
1) melakukan koordinasi dengan lintas program, menyusun rencana kegiatan
penjadwalan dan pengorganisasian
2) memastikan sarana prasarana di Puskesmas mendukung kegiatan, antara
lain tersedia komputer/laptop, media televisi atau proyektor dan layar,
ruangan penyuluhan yang cukup luas dan memiliki ventilasi yang baik

3) menentukan cara/metoda penyampaian materi sesuai karakteristik sasaran


4) menentukan jumlah maksimal sasaran penyuluhan dalam satu kali kegiatan
untuk penerapan physical distancing
5) memastikan penerapan kewaspadaan standar PPI dan protokol kesehatan
dari awal hingga akhir kegiatan
b. Memberdayakan kader posyandu yang terlatih untuk melakukan penyuluhan
kesehatan gigi dan mulut secara individu sesuai kelompok sasaran/group (ibu
hamil, ibu dan balita/apras dan lansia) melalui aplikasi komunikasi Whatsapp
dan media sosial lainnya
c. Memfasilitasi sasaran UKGM/masyarakat lainnya konsultasi kesehatan gigi dan
mulut melalui telekonseling dengan aplikasi komunikasi/media sosial atau
platform lainnya yang tersedia dan dapat membuat janji temu bila kasus sasaran
memerlukan tindak lanjut.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


82 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
2. Pelatihan kesehatan gigi dan mulut untuk kader
Jika bukan merupakan kegiatan prioritas, pelatihan kader secara umum atau
khusus kader UKGM di Puskesmas, perlu dipertimbangkan untuk ditunda, karena
pelaksanaannya membentuk kumpulan orang yang meningkatkan resiko penyebaran
COVID-19. Bila tetap dilaksanakan, pilihan metoda pembelajaran yang aman adalah
dengan metoda secara online/daring.

Untuk itu perlu dipastikan beberapa hal berikut:


a. ketersediaan dan kemudahan akses internet di wilayah kerja Puskesmas
b. ketersediaan sarana belajar/perangkat komputer pada setiap kader peserta latih
c. tingkat kemampuan kader dalam menguasai teknik/metoda belajar daring

3. Kegiatan pencegahan penyakit gigi dan mulut


a. Sikat gigi bersama
Kegiatan sikat gigi bersama dilaksanakan oleh kader di Taman Kanak-Kanak,
Pendidikan Anak Usia Dini atau taman bermain anak yang ada di wilayah kerja
Puskesmas. Dengan penerapan kebijakan anak belajar di rumah, maka kegiatan
dapat dialihkan ke rumah dengan pengawasan orang tua dan bimbingan kader.
Kader memfasilitasi orang tua yang memiliki anak balita atau anak prasekolah
dengan pengetahuan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan cara menyikat
gigi, yang dapat dibagi lewat komunikasi melalui pesan singkat atau whatsapp,
berupa artikel, gambar atau video. Untuk memantau kegiatan anak menyikat gigi
kader bisa mengetahuinya lewat komunikasi dengan orang tua anak atau melalui
buku bantu.
b. Kampanye Sikat Gigi
Kampanye sikat gigi adalah bagian dari pemberdayaan masyarakat dalam UKGM
melalui pendekatan kemitraan, dengan organisasi profesi dan institusi pendidikan
terkait, perusahaan atau organisasi masyarakat yang memiliki concern pada
kesehatan gigi dan mulut. Kampanye sikat gigi umumya dilaksanakan pada
momen tertentu dalam bentuk kegiatan luar ruang dan melibatkan banyak orang.
Dengan kondisi pandemi saat ini, penyesuaian kegiatan kampanye sikat gigi
dilakukan untuk menghindari kumpulan orang, dengan mengalihkan kegiatan
kampanye melalui media elekronik, media online, media sosial, atau platform
lainnya yang tersedia.

4. Rujukan Kesehatan gigi dan mulut


Rujukan UKGM adalah langkah tindak lanjut dari kasus-kasus kesehatan gigi dan
mulut yang ditemukan kader dan memerlukan penanganan tenaga kesehatan gigi
dan mulut. Rujukan oleh kader perlu disesuaikan dengan kondisi saat ini, antara
lain:
a. kader merujuk sasaran kepada tenaga kesehatan melalui aplikasi komunikasi,
agar sasaran dapat berkonsultasi langsung dengan petugas kesehatan melalui
telekonseling atau menggunakan aplikasi komunikasi yang ada

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 83
b. kader merujuk sasaran ke Puskesmas bila kasus memerlukan penanganan medis,
menggunakan mekanisme janji temu dengan petugas kesehatan

Beberapa materi promosi kesehatan gigi dan mulut yang dapat digunakan dalam
penyuluhan pada UKGS dan UKGM terlampir pada tabel 5.3

Tabel 5.2. Daftar Program Promosi Kesehatan Berbasis Web

NO URL TARGET USIA


1 http://www.e-dentalez.com/sitio/oral-health- Lansia (>55 tahun)
promotion/
2 https://cavityfreekids.org/ Anak sejak lahir hingga usia 5 tahun
serta keluarganya
3 https://www.cdc.gov/oralhealth/basics/adult- Dewasa
oral-health/tips.html
4 https://www.simplestepsdental.com/ Seluruh kelompok umur
5 https://www.mouthhealthy.org/en Seluruh kelompok umur
6 http://media.dent.umich.edu/teachoralhealth/ Materi pelatihan untuk guru sekolah/
index.html. kader mengajarkan topik kesehatan
gigi pada anak TK dan SD
7 https://www.e-bug.eu/ Materi untuk guru sekolah
mengajarkan pada siswa tentang
topik PHBS
8 https://www.dentalhealth.org/how-to-clean- Seluruh kelompok umur
your-teeth
9 https://www.dental.wa.gov.au/ Seluruh kelompok umur
10 https://www.mchoralhealth.org/index.php Ibu dan anak

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


84 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
BAB VI
PEMBINAAN, PEMANTAUAN DAN EVALUASI
PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
DI FKTP PADA MASA PANDEMI DAN ADAPTASI
KEBIASAAN BARU

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di FKTP perlu dilakukan pembinaan,
pemantauan dan evaluasi, hal ini bertujuan agar pelayanan yang diberikan sudah sesuai
dengan protokol-protokol kesehatan yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut.

Kegiatan pembinaan, pemantauan dan pengawasan ini melibatkan Dinas Kesehatan Daerah
Kabupaten/Kota dan Provinsi, Kementerian Kesehatan dan stake holder terkait yaitu
organisaasi profesi.

A. Pembinaan
Pembinaan penyelenggaraan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di FKTP pada masa
pandemi dan adaptasi kebiasaan baru dilakukan secara periodik. Pembinaan dilakukan
secara berjenjang oleh Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota dan Provinsi serta
berkolaborasi dengan stakeholder terkait yaitu organisasi profesi salah satunya dalam
melakukan pembinaan di FKTP klinik pratama dan tempat praktik mandiri dokter gigi.

B. Pemantauan dan Evaluasi


Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan pelayanan kesehatan gigi dan
mulut di FKTP pada masa pandemi dan adaptasi kebiasaan baru dilakukan secara periodik
dengan menggunakan instrument yang telah ditetapkan.

Pemantauan dan evaluasi ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
Provinsi serta Kementerian Kesehatan.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 85
BAB VII
PENUTUP

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama pada masa Adaptasi Kebiasaan Baru disusun untuk membantu Puskesmas,
Klinik Pratama serta Praktik Mandiri dalam rangka menyelenggarakan pelayanan kesehatan
gigi dan mulut yang bermutu dan berkualitas bagi masyarakat dengan tetap mengutamakan
penerapan kewaspadaan standar dan transmisi sebagai upaya perlindungan kepada tenaga
kesehatan dan masyarakat dari risiko penularan infeksi COVID-19.

Penerapan PPI yang sesuai standar harus dilaksanakan agar pelaksanaan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut dapat berjalan dengan baik dan bermutu. Mengingat perkembangan
ilmu pengetahuan terkait COVID-19 yang sangat cepat dan berlangsung setiap saat, maka
seluruh komponen FKTP dan Dinas Kesehatan wajib mengikuti perkembangan perubahan
dari sumber-sumber yang resmi dan terpercaya agar dapat disesuaikan dengan protokol
pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang akan diberikan.

Harapannya dengan keterlibatan semua pihak maka rantai penularan dan penyebaran
COVID-19 dapat dikendalikan dengan baik. Semoga perjuangan kita bersama ini dapat
membawa negara Indonesia kembali kepada tatanan kehidupan yang normal dengan
sesungguhnya.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


86 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
DAFTAR PUSTAKA

1. Wiersinga WJ, Rhodes A, Cheng AC, Peacock SJ, Prescott HC. Pathophysiology, Transmission,
Diagnosis, and Treatment of Coronavirus Disease 2019 (COVID-19): A Review. JAMA
Intern Med. Aug 2020;324(8):782-793.
2. Peng X, Xu X, Li Y, Cheng L, Zhou X, Ren B. Transmission routes of 2019-nCoV and controls
in dental practice. Int J Oral Sci. 2020 3 Mar 2020;12(1).
3. Khanagar SB, Al-Ehaideb A, Vishwanathaiah S, Maganur PC, Naik S, Salman Siddeeqh.
Exposure Risks and Preventive Strategies Considered in Dental Care Settings to Combat
Coronavirus Disease (COVID-19). HERD. 2020.
4. Bhowmick GD, Dhar D, Nath D, Ghangrekar MM, Banerjee R, Das S, et al. Coronavirus
disease 2019 (COVID-19) outbreak: some serious consequences with urban and rural
water cycle. npj Clean Water. July 2020;3(32).
5. Kotlyar AM, Grechukhina O, Chen A, Popkhadze S, Grimshaw A, Tal O, et al. Vertical
transmission of coronavirus disease 2019: a systematic review and meta-analysis. Am J
Obstet Gynecol. 2021;224(1):35-53.
6. Definition and categorization of the timing of mother-to-child transmission of SARS-CoV-2
[database on the Internet]2021. Available from: https://www.who.int/publications/i/
item/WHO-2019-nCoV-mother-to-child-transmission-2021.1.
7. Karia R, Gupta I, Khandait H, Yadav A, Yadav A. COVID-19 and its Modes of Transmission.
SN Compr Clin Med. 2020:1798-1801.
8. Food and Coronavirus Disease 2019 [database on the Internet]2019. Available from:
https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/daily-life-coping/food-and-COVID-19.
html.
9. Transmission of SARS-CoV-2: implications for infection prevention precautions: scientific
brief [database on the Internet]July 2020. Available from: https://apps.who.int/iris/
handle/10665/333114. .
10. Dehghani R, Kassiri H. A brief review on the possible role of houseflies and cockroaches
in the mechanical transmission of Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Arch Clin Infect
Dis. 2020.
11. Pankhurst C, Coulter W. Basic Guide to Infection Prevention and Control in Dentistry. 2 ed:
Wiley Blackwell; 2017.
12. Harrel SK, Molinari J. Aerosols and splatter in dentistry: a brief review of the literature
and infection control implications. J Am Dent Assoc. 2004 April 2004;135(4):429-437.
13. Leung NHL, Chu DKW, Shiu EYC, Chan K-H, McDevitt JJ, Hau BJP, et al. Respiratory virus
shedding in exhaled breath and efficacy of face masks. Nature Medicine. 2020;26:676–
680.
14. Doremalen N, TrentonBushmaker, H.Morris D, G.Holbrook M, AmandineGamble,
N.Williamson B, et al. Aerosol and Surface Stability of SARS-CoV-2 as Compared with
SARS-CoV-1. The new england journal of medicine. 2020;382(16):1564-1567.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 87
15. Gallagher JE, C SK, Johnson IG, Al-Yaseen W, Jones R, McGregor S, et al. A systematic review
of contamination (aerosol, splatter and droplet generation) associated with oral surgery
and its relevance to COVID-19. BDJ Open. 2020;25(6).
16. Guidance for Dental Settings: Centres for Disease Control and Prevention [database on
the Internet]2020. Available from: https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/hcp/
dental-settings.html
17. Modes of Transmission of Virus Causing COVID-19: Implications for IPC Precaution
Recommendations [database on the Internet]2019. Available from: https://www.who.
int/news-room/commentaries/detail/modes-of-transmission-of-virus-causing-covid-
19-implications-for-ipc-precaution-recommendations.
18. Ge Z-y, Yang L-m, Xia J-j, Fu X-h, Zhang Y-z. Possible aerosol transmission of COVID-19 and
special precautions in dentistry. J Zhejiang Univ Sci B. 2020;21(5):361-368.
19. Harrison AG, Lin T, Wang P. Mechanisms of SARS-CoV-2 Transmission and Pathogenesis.
[December]. 2020;41(12):1100-1115.
20. WHO. Clinical Management of severe acute respiratory infection when novel coronavirus
(2019-nCoV) infection is suspected. 2020; Available from: https://www.who.int/
publications/i/item/clinical-management-of-covid-19.
21. Spinato G, Fabbris C, Jerry Polesel. Alterations in Smell or Taste in Mildly Symptomatic
Outpatients With SARS-CoV-2 Infection. JAMA Intern Med. 2020;323(20):2089-2090.
22. Giacomelli A, Pezzati L, Conti F, Bernacchia D, Siano M, Oreni L. Self-reported olfactory and
taste disorders in SARS-CoV-2 patients: a cross- sectional study. Clin Infect Dis 2020.
23. Tong JY, Wong A, Zhu D, Fastenberg JH, Tham T. The Prevalence of Olfactory and Gustatory
Dysfunction in COVID-19 Patients: A Systematic Review and Meta-analysis. Otolaryngol
Head Neck Surg. 2020.
24. Mortazavi H, Rezaeifar K, Nasrabadi N. Oral Manifestations of Coronavirus Disease-19: A
Mini-review. Open Access Maced J Med Sci. 2020;8(T1):286-289.
25. Sabino-Silva R, Jardim ACG, Siqueira WL. Coronavirus COVID-19 impacts to dentistry and
potential salivary diagnosis. Clin Oral Investig. 2020.
26. Xu H, Zhong L, Deng J, Peng J, H HD, Zeng X. High expression of ACE2 receptor of 2019-
nCoV on the epithelial cells of oral mucosa. Int J Oral Sci. 2020;12(1):8.
27. Riad A, Klugar M, Krsek M. Related Oral Manifestations: Early Disease Features? . Oral Dis.
2020.
28. Brandão TB, Gueiros LA, Melo TS, Prado-Ribeiro AC, Nesrallah ACFA, Prado GVB, et al. Oral
lesions in patients with SARS-CoV-2 infection: could the oral cavity be a target organ? Oral
Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol. 2020;131(2):45-51.
29. Mujayanto R, Indraswary R. Differential Diagnosis of COVID-19 Enanthema. Eur J Dent.
2020;14(S 01):S179-S181.
30. Vieira AR. Oral manifestations in coronavirus disease 2019 (COVID-19). Oral Dis. 2020.
31. Coulthard P, Thomson P, Dave M, Coulthard FP, Seoudi N, Hill M. The COVID-19 pandemic
and dentistry: the clinical, legal and economic consequences - part 1: clinical. Br Dent J.
2020.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


88 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
32. Coulthard P, Thomson P, Dave M, Coulthard FP, Seoudi N, Hill M. The COVID-19 pandemic
and dentistry: the clinical, legal and economic consequences - part 2: consequences of
withholding dental care. Br Dent J. 2020.
33. COVID-19 Control and Prevention: Dentistry Workers and Employer [database on the
Internet]2020. Available from: https://www.osha.gov/coronavirus/control-prevention/
dentistry.
34. Astoeti TE, Widyarman AS. Teledentistry. 1 ed: FKG Universitas Trisakti; 2020.
35. Amtha R, Gunardi I, Dewanto I, Widyarman AS, Theodorea CF. Panduan Dokter Gigi dalam
Era New Normal: PB PDGI; 2020.
36. OSAP, DQP. Best Practices for Infection Control in Dental Clinics During The COVID-19
Pandemic. 2020. 2020.
37. COVID-19: Occupational health and safety for health workers: interim guidance [database
on the Internet]2021. Available from: https://apps.who.int/iris/handle/10665/339151.
38. Bhanushali P, Katge F, Deshpande S, Chimata VK, Shetty S, Pradhan D. COVID-19: Changing
Trends and Its Impact on Future of Dentistry. Int J Dent. 2020.
39. Lee YL, Chu D, Chou SY, Hu HY, Huang SJ, Yen YF. Dental Care and Infection-Control
Procedures During The COVID-19 Pandemic: The Experience in Taipei City Hospital,
Taiwan. Journal of Dental Sciences. 2020;15(3):369-372.
40. Ghai S. Teledentistry during COVID-19 pandemic. Diabetes Metab Syndr. 2020 Sept-Oct
2020;14(5):933-935.
41. Jampani ND, Nutalapati R, Dontula BS, Boyapati R. Applications of teledentistry: A
literature review and update. J Int Soc Prev Community Dent. 2011;1(2):37-44.
42. Lurie N, Carr BG. The Role of Telehealth in the Medical Response to Disasters. JAMA Intern
Med. 2018 June 1;178(6):745-746.
43. Guo H, Zhou Y, Liu X, Tan J. The impact of the COVID-19 epidemic on the utilization of
emergency dental services. J Dent Sci. 2020;15(4):564-567. .
44. Lucaciu O, Tarczali D, Petrescu N. Oral Healthcare During the COVID-19 Pandemic. Journal
of Dental Sciences. 2020 December 2020;15(4):399-402.
45. Gazal G. Management of an emergency tooth extraction in diabetic patients on the dental
chair. Saudi Dental Journal. 2019.
46. ADA. What Constitutes a Dental Emergency? 2020 [updated 19 March 2020].
47. Mattoo KA, Jain S. Managing Prosthodontic (Geriatric) Patients During the SARS-CoV-2
Pandemic. J Int Oral Health. 2020;12(Suppl S2):69-75.
48. Sivaraman K, Chopra A, Narayana A, Radhakrishnan RA. A five-step risk management
process for geriatric dental practice during SARS-CoV-2 pandemic. Gerodontology. 2020.
49. Luzzi V, Ierardo G, Bossù M, Polimeni A. Paediatric Oral Health during and after the
COVID-19 Pandemic. Int J Paediatr Dent. 2021;31(1):20-26.
50. Wang Y, Zhou CC, Shu R, Zou J. Oral Health Management of Children during the Epidemic
Period of Coronavirus Disease 2019. Sichuan Da Xue Xue Bao Yi Xue Ban. 2020 Mar
2020;51(2):151-154.
51. Implications of COVID-19 for the safe management of general dental practice: A practical
guide [database on the Internet]2020.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 89
52. Luks AM, Swenson ER. Pulse oximetry for monitoring patients with COVID19 at home:
potential pitfalls and practical guidance. Ann Am Thorac Soc. 2020.
53. Quaresima V, Ferrari M. COVID-19: efficacy of prehospital pulse oximetry for early
detection of silent hypoxemia. Crit Care. 2020;24(501).
54. CDC In Action: Global COVID-19 [database on the Internet]2020. Available from: https://
www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/global-covid-19/index.html.
55. Djalante R, Lassa J, Setiamarga D, Sudjatma A, Indrawan M, Haryanto B, et al. Review and
analysis of current responses to COVID-19 in Indonesia: Period of January to March 2020.
Progress in Disaster Science. 2020 6 Apr 2020.
56. Infection Control Basics [database on the Internet]2016. Available from: https://www.
cdc.gov/infectioncontrol/basics/index.html.
57. Guidelines on Hand Hygiene in Healthcare [database on the Internet]2009. Available
from: https://www.who.int/publications/i/item/9789241597906.
58. Your 5 Moments for Hand Hygiene: Dental Care [database on the Internet]2012. Available
from: https://www.who.int/gpsc/5may/dental-care.pdf.
59. Rational Use Of Personal Protective Equipment For Coronavirus Disease (COVID-19)
and Considerations During Severe Shortages: Interim Guidance, [database on the
Internet]2020. Available from: https://apps.who.int/iris/handle/10665/331695.
60. 2014. NIOSH Guide to the Selection and Use of Particulate Respirators.
61. Ippolito M, Vitale F, Accurso G, Iozzo P, Gregoretti C, Giarratano A, et al. Medical masks and
Respirators for the Protection of Healthcare Workers from SARS-CoV-2 and other viruses.
Pulmonology. 2020;26(4):204-212.
62. Counterfeit Respirators/Misrepresentation of NIOSH-Approval [database on the
Internet]2021. Available from: https://www.cdc.gov/niosh/npptl/usernotices/
counterfeitResp.html.
63. How to Properly Put on and Take off a Disposable Respirator [database on the
Internet]2010. Available from: https://www.cdc.gov/niosh/docs/2010-133/pdfs/2010-
133.pdf.
64. Decontamination and Reuse of Filtering Facepiece Respirators [database on the
Internet]2020. Available from: https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/hcp/ ppe-
strategy/decontamination-reuse-respirators.html.
65. Fisher EM, Shaffer RE. Considerations for Recommending Extended Use and Limited
Reuse of Filtering Facepiece Respirators in Health Care Settings. J Occup Environ Hyg.
2014;11(8):37-41.
66. Pascal SC, Juang MD, Tsai P. N95 Respirator Cleaning and Reuse Methods Proposed By The
Inventor of The N95 Mask Material. The Journal of Emergency Medicine. 2020;58(5):817-
820.
67. Bergman MS, Viscusi DJ, Zhuang Z, Palmiero AJ, Powell JB, Shaffer RE. Impact of
multiple consecutive donnings on filtering facepiece respirator fit. Am J Infect Control.
2012;40(4):375-380.
68. Reusable Elastomeric Respirators in Health Care: Considerations for Routine and Surge
Use. 2019. 2019.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


90 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
69. Chiang J, Hanna A, Lebowitz D. Elastomeric respirators are safer and more sustainable
alternatives to disposable N95 masks during the coronavirus outbreak. Int J Emerg Med.
2020;13(39).
70. Oh C, Araud E, Puthussery JV, Bai H, Verma V, Nguyen TH. Dry Heat as a Decontamination
Method for N95 Face Respirator Reuse. ChemRxiv. 2020.
71. Rodriguez-Martinez CE, Sossa-Briceno MP, Cortes JA. Decontamination and reuse of N95
filtering facemask respirators: A systematic review of the literature. American Journal of
Infection Control. 2020;48:1520-1532.
72. Critical shortage or lack of personal protective equipment in the context of COVID-19 :
considerations for health-care settings. [database on the Internet]2020. Available from:
https://apps.who.int/iris/handle/10665/333631.
73. Optimization, Validation, and Implementation of a UV Disinfection Method for N95 Face
Masks [database on the Internet]. University of Chicago Medical Center. 2020. Available
from: https://www.n95decon.org/s/UCMC-Surfacide-Mask-UVGI-ProcessValidation-
and-Process-v6.pdf.
74. Smullin SJ, Tarlow BD, Consortium ND. Applied Biosafety.2020. 2020.
75. Nejatidanesh F, Khosravi Z, Goroohi H, Badrian H, Savabi O. Risk of Contamination of
Different Areas of Dentist's Face During Dental Practices. Int J Prev Med. 2013;4(5):611-
615.
76. Medical Gowns [database on the Internet]2021. Available from: https://www.fda.gov/
medical-devices/personal-protective-equipment-infection-control/medical-gowns.
77. Qian H, Zheng X. Ventilation control for airborne transmission of human exhaled bio-
aerosols in buildings. J Thorac Dis. 2018;10 (Suppl 19):S2295-S2304.
78. Osei-Bonsu K, Masroor N, Cooper K, Doern C, Je.erson KK, Major Y. Alternative doffing
strategies of personal protective equipment to prevent self-contamination in the health
care setting. American Journal of Infection Control. 2019;47(5):534-539.
79. Tang JW, Y YL, I IE, Chan PK, Ridgway GL. Factors involved in the aerosol transmission of
infection and control of ventilation in healthcare premises. J Hosp Infect. 2006;64(2):100-
114.
80. Wundavalli L, Singh S, Singh AR, S SS. How to rapidly design and operationalise PPE
donning and doffing areas for a COVID-19 care facility: quality improvement initiative.
BMJ Open Qual. 2020;9(3).
81. Bordea IR, Xhajanka E, Candrea S, Bran S, Onișor F, Inchingolo AD, et al. Coronavirus
(SARS-CoV-2) Pandemic: Future Challenges for Dental Practitioners Microorganisms.
2020;8(11):1704.
82. Cleaning, Disinfecting and Ventilation [database on the Internet]2020. Available from:
https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/community/clean-disinfect/index.html.
83. List N: Disinfectants for Coronavirus (COVID-19) [database on the Internet]2020.
Available from: https://www.epa.gov/pesticide-registration/list-n-disinfectants-use-
against-SARS-CoV-2-COVID-19.
84. Kemenkes. PEDOMAN TEKNIS PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI FASILITAS
PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA. In: KESEHATAN DMDAP, editor. Jakarta
2020.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 91
85. Ratnesar-Shumate S, Williams G, Green B, Krause M, Holland B, Wood S, et al. Simulated
Sunlight Rapidly Inactivates SARS-CoV-2 on Surfaces. The Journal of Infectious Diseases.
July 2020;222(2):214-222.
86. Benakatti VB, Kanathila H. BIOMEDICAL WASTE MANAGEMENT IN DENTAL OFFICE-A
REVIEW. WORLD JOURNAL OF ADVANCEHEALTHCARE RESEARCH. 2018;2(4):177-181.
87. Tajrin A, Jusily M, Indratoto MP, editors. Pedoman Tatalaksana Praktik Rumah Sakit Gigi
dan Mulut di Masa dan Pasca Pandemi COVID-19: Asosiasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Pendidikan Indonesia; 2020.
88. Suryantoro R. Rubber Dam Kit. 2020.
89. Avasth A. High Volume Evacuator (HVE) in reducing aerosol- an exploration worth by
clinicians. Journal of Dental Health Oral Disorders & Therapy. 2018;9(3):165-166.
90. High volume, high port velocity and wide air pathway in dental evacuation is needed
for proper management of water and aerosol [database on the Internet]2019 [cited 9th
February 2021]. Available from: https://www.nu-bird.com/dentistry-technology-and-
hv-evolution.
91. Rajeev K, Kuthiala P, Ahmad FN, Tafadar MN, Ganorkar OK, Voulligonda D, et al. Aerosol
Suction Device: Mandatory Armamentarium in Dentistry Post Lock Down. Journal of
Advanced Medical and Dental Sciences Research. 2020;8(4):81-83.
92. Avasth A. High Volume Evacuator (HVE) in reducing aerosol- an exploration worth by
clinicians Journal of Dental Health, Oral Disorders & Therapy.9(3).
93. Suryantoro R. Contoh Manajemen Aerosol 2020.
94. Shahdad S, Patel T, Hindocha A, Cagney N, Mueller J-D, Seoudi N, et al. The efficacy of an
extraoral scavenging device on reduction of splatter contamination during dental aerosol
generating procedures: an exploratory study. British Dental Journal. 2020.
95. Seneviratne CJ, Balan P, Ko KKK, Udawatte NS, Lai D, Ng DHL, et al. Efficacy of commercial
mouth-rinses on SARS-CoV-2 viral load in saliva: randomized control trial in Singapore.
Infection 2020.
96. Bidra AS, Pelletier JS, Westover JB, Frank S, Brown SM, Tessema B. Rapid In-Vitro
Inactivation of Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-Cov-2) Using
Povidone Iodine Oral Antiseptic Rinse. Journal of Prosthodontics. 2020;29:529-533.
97. Kirk-Bayley J, Sunkaraneni S, Challacombe S. The Use of Povidone Iodine Nasal Spray
and Mouthwash During the Current COVID-19 Pandemic May Reduce Cross Infection and
Protect Healthcare Workers. 2020.
98. Operations Management: Sustainability and Supply Chain Management [database
on the Internet]. Pearson Education. Pearson Education. 2017 [cited 7 Feb 2021].
Available from: https://www.pearson.com/us/higher-education/product/Heizer-
Operations-Management-Sustainability-and-Supply-Chain-Management-12th-
Edition/9780134130422.html.
99. Penggunaan Masker dan Penyediaan Sarana Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) untuk
Mencegah Penularan Corona Virus Disease 19 (COVID 19), Surat Edaran No. HK.
02.02/I/385/2020 (2020).

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


92 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
100. Considerations for the provision of essential oral health services in the context
of COVID-19: interim guidance [database on the Internet]. IRIS (Institutional
Repository for Information Sharing). 2020. Available from: https://apps.who.int/
iris/bitstream/handle/10665/333625/WHO-2019-nCoV-Oral_health-2020.1-eng.
pdf?sequence=1&isAllowed=y.
101. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Pusat Kesehatan Masyarakat, PMK
No 67 Tahun 2015 (2015).
102. Estai M, Kanagasingam Y, Huang B, Checker H, Steele L, Kruger E, et al. The efficacy
of remote screening for dental caries by mid‐level dental providers using a mobile
teledentistry model. Community Dentistry and Oral Epidemiology. 2016;44(5):435-441.
103. Varenne B. Mean number of Decayed, Missing, and Filled Permanent Teeth (mean DMFT)
among the 12-year-old age group. WHO; [cited 2021 9 Feb 2021]; Available from: https://
www.who.int/data/gho/indicator-metadata-registry/imr-details/3812.
104. Cavalcante NV, Oliveira AH, Sá BVCd, Botelho G, Moreira TR, Costa GDd, et al. Computing
and Oral Health: Mobile Solution for Collecting, Data Analysis, Managing and Reproducing
Epidemiological Research in Population Groups. International Journal of Environmental
Research and Public Health. 2020;17(1076):1-21.
105. Kemenkes. Petunjuk Teknis Penjaringan Kesehatan dan Pemeriksaan Berkala Anak Usia
Sekolah dan Remaja. In: Keluarga DK, editor. Jakarta2019.
106. Estai M, Kanagasingam Y, Huang B, Shiikha J, Kruger E, Bunt S, et al. Comparison of a
Smartphone-Based Photographic Method with Face-to-Face Caries Assessment: A Mobile
Teledentistry Model. TELEMEDICINE and e-HEALTH. 2016;23(5):1-6.
107. Public Health England. COVID-19: guidance for supervised toothbrushing programmes in
early years and school settings. 2020.
108. Kemenkes. Pedoman Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM). Direktorat Jenderal
Pelayanan Medik; 2004.
109. World Health Organization (2021). Severe Acute Respiratory Infections Treatment Centre.
Maret 2021. Available from: https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/331603/
WHO-2019-nCoV-SARI_treatment_center-2020.1-eng.pdf?sequence=1&isAllowed=y
110. World Health Organization. (2021). Roadmap to improve and ensure good indoor
ventilation in the context of COVID-19. Available from https://apps.who.int/iris/
handle/10665/339857.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 93
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
94 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
LAMPIRAN


Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
95
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
96 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
LAMPIRAN
LAMPIRAN

Road Map Strategi Perbaikan Sistem Ventilasi Alami 110

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 97 108



Road Map Strategi Perbaikan Sistem Ventilasi Mekanik 110

98 Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut 109


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 99 110


100 Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 101

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


102 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 103 114
TATALAKSANA PENGAMBILAN GAMBAR INTRAORAL
Posisi Anak dan Jari Operator Ketika Mengambil Gambar
untuk Telediagnosis/Telesurvey
Tabel
Tabel 5.2.
5.2. Posisi
Posisi Anak
Anak dan
dan Jari
Jari Operator
Operator Ketika
Ketika Mengambil
Mengambil Gambar
Gambar untuk
untuk
Tabel 5.2. PosisiPOSISI
AnakFOTO Teledignosis/Telesurvey
danTeledignosis/Telesurvey
Jari Operator Ketika Mengambil Gambar untuk
KETERANGAN GAMBAR
POSISI FOTO
POSISI FOTO KETERANGAN
Teledignosis/Telesurvey
KETERANGAN GAMBAR
GAMBAR
GIGI DEPAN
POSISI
GIGI FOTO Posisi
DEPAN Posisi pasien
pasien duduk tegak
KETERANGAN
duduk dengan
dengan gigi
tegak Ketika gigi sejajar
sejajar GambarGAMBAR
Tabel 5.2. Posisi Anak dan
kamera Jari Operator
operator. Jari operator Mengambil
membantu untuk
GIGI DEPAN Posisi pasien
kamera duduk
operator.
PosisiJari tegak dengan
operator
pasien duduk
Teledignosis/Telesurvey gigi
membantu
tegak sejajar
dengan
membuka
membuka bibir
kamera operator.
bibir
gigiatas
atas dan
Jari
dan
sejajar bawah
operator pasien
bawahmembantu
kamera pasien Jari
operator.
POSISI
Tabel 5.2. FOTO
Posisi Anak KETERANGAN
dan Jari Operator
GIGI DEPAN Ketika Mengambil Gambar GAMBAR
untuk
GIGI DEPAN membuka
Posisi bibir
pasien dudukatas
operator dan
tegakbawah
membantu
dengan
Teledignosis/Telesurvey
pasien
membuka
gigi bibir
sejajar
POSISI FOTO atas
kamera operator. dan operator
Jari bawah pasien
KETERANGAN membantu GAMBAR
GIGI DEPAN membuka bibir atas dan bawah
Posisi pasien duduk tegak dengan pasien
gigi sejajar
GIGI
GIGI ATAS
ATAS Posisi
Posisi pasien duduk tegak dengan kepala
kamera pasien
operator.duduk
Jari tegak
operator dengan
membantu kepala
GIGI ATAS menengadah
membuka
Posisi pasien
menengadah sekitar
bibir atas
duduk
sekitar 45'
dan dari
dari posisi
45' bawah
tegak pasien
dengan
posisi awal. Jari
kepala
awal. Jari
telunjuk
menengadah
telunjuk dan ibu
dan Posisi
ibu jari
sekitar
jari operator
45' dari
operator
pasien duduk membebaskan
posisi awal.
membebaskan
tegak denganJari
GIGI ATAS Posisi
bibir pasien
atas Pasien duduk tegak dengan kepala
telunjuk
menengadah
dan
bibir atas Pasienibu
kepala jari operator
menengadah membebaskan
sekitar 45'
sekitar 45' dari posisi awal. Jari
dari
GIGI ATAS bibir
GIGI
Posisi atas
ATAS
telunjuk Pasien
dan
pasienposisi
ibu awal.
jari
duduk Jari telunjuk
operator
tegak dankepala
membebaskan
dengan ibu
menengadah jari operator
sekitar
bibir atas Pasien membebaskan
45' dari posisi awal.bibir
Jari
telunjuk dan atas
ibu Pasien
jari operator membebaskan
bibir atas Pasien

GIGI
GIGI BAWAH
BAWAH Posisi
Posisi pasien
pasien duduk
duduk tegak
tegak dengan
dengan kepala
kepala
GIGI BAWAH menunduk
Posisi
menunduk ke
pasien bawah.
duduk
kePosisi
bawah. Jari
tegak telunjuk
dengan
Jari duduk
pasien telunjuk dan ibu
ibu jari
kepala
dandengan jari
GIGI BAWAH Posisi pasien duduk tegak dengantegak
kepala
operator
menundukmembantu
ke bawah.
operator membantu
menunduk kekepala
membebaskan
Jari telunjuk
membebaskan
bawah.menunduk
Jari telunjuk
bibir
dan bawah
ibu
bibiribu
dan
ke bawah. jari
bawah
jari
Jari
GIGI BAWAH pasien
operator
Posisi
pasien
operator
GIGI
membantu
pasien duduk
BAWAHmembantu
membebaskan
tegak dengan
membebaskan
telunjuk
bibir
kepala bawah
bibir bawah
dan ibu jari operator
menunduk
pasien
pasien ke bawah. Jari telunjuk dan ibu jari
membantu membebaskan bibir
operator membantu membebaskan bibir bawah
pasien bawah pasien

GIGI
GIGI SISI
SISI KIRI
KIRI Posisi pasien duduk tegak dengan
Posisi pasien
pasien duduk tegak
tegak dengan
dengan
GIGI
GIGISISI
SISIKIRI
KIRI Posisi
Posisi pasienduduk
duduk tegakawal
dengan
mempertahankan
mempertahankan gigitan
gigitan awal dan
dan sedikit
sedikit
GIGI SISI KIRI mempertahankan
Posisi pasien dudukgigitan
Posisi pasien
tegak awal
dudukdan
dengan sedikit
tegak dengan
mempertahankan
menoleh
menoleh
menoleh ke
ke
ke kanan.
kanan.
kanan.
gigitan
Jari
Jari
Jari
awal
telunjuk
telunjuk
telunjuk
dan
dan
dan
dan
sedikit
ibu
ibu
ibu jari dari
jari dari
jari dari
mempertahankan mempertahankan
gigitan awal gigitan
dan awal
sedikit
menoleh
operator
operator ke kanan.
membantu
membantu Jari telunjuk
membebaskan
membebaskan
membebaskan dan ibu
bibir
bibir
bibir jari
atas
atas
atas dari
dan
dan
dan
menoleh ke kanan. Jari telunjuk
dan sedikit menolehdan ibu jari
ke bibir
kanan. dari
Jari
operator
bawah
bawah
bawah
GIGIoperator membantu
pasien
pasien
pasien
SISI KIRImembantu
membebaskan
membebaskan bibir
atas
atas
dan
dan
bawah pasientelunjuk dan ibu jari dari operator
bawah pasien
membantu membebaskan bibir atas
dan bawah pasien

GI SISI KANAN Posisi pasien duduk tegak dengan


GI
GI SISI KANAN Posisi pasien duduk tegak dengan
GI SISI KANAN Posisi pasien
pasien duduk
mempertahankan duduk tegakawal
gigitan dengan
dan sedikit
IGISISI
SISIKANAN
KANAN Posisi
Posisi pasien
mempertahankan
mempertahankan
menoleh ke kiri.
duduk tegak
tegak
gigitan
gigitan
Jari
dengan
dengan
awal
awal
telunjuk dan
dan
dan sedikit
sedikit
ibu jari dari
mempertahankan Posisigigitan
pasien awal
dudukdan sedikit
tegak dengan
mempertahankan
menoleh
operator
menoleh ke kiri.
kiri.
membantu
ke gigitan
Jari
Jari awal
telunjuk
membebaskan
telunjuk dan
dan
telunjuk dan
dan sedikit
ibu
ibu
bibir
ibu jari
jari
jari dari
dari
atas
daridan
mempertahankan gigitan awal
menoleh
bawah
operator ke
pasienkiri.
membantu
operator membantu Jari telunjuk
membebaskan
membebaskan
membebaskan dan ibu
bibir
bibir jari dari
atas
atas dan
atas dan
dan sedikit menoleh kebibir
kiri. Jari dan
operator
bawah
bawah
GIGI SISI membantu
pasien
pasien
KANAN membebaskan bibir
bawah pasientelunjuk dan ibu jari dari operator atas dan
bawah pasien
membantu membebaskan bibir atas
dan bawah pasien
(Gambar tutorial kontribusi kelompok mahasiswa Puskesmas
(Gambar tutorial kontribusi kelompok mahasiswa Puskesmas
Makasar Putaran 1, Tim Profesi IKGMP FKGUI)
(Gambar tutorial kontribusi kelompok mahasiswa Puskesmas
Makasar Putaran 1, Tim Profesi IKGMP FKGUI)
(Gambar tutorial kontribusi kelompok mahasiswa Puskesmas
(Gambar tutorial kontribusi kelompok mahasiswa Puskesmas
Makasar Putaran 1, Tim Profesi IKGMP FKGUI)
Makasar Putaran 1, Tim Profesi IKGMP FKGUI)
ria hasil foto yang baik:
Makasar Putaran 1, Tim Profesi IKGMP FKGUI)
ria hasil foto yang baik:
ualitas foto baik, gambar tidak buram, pencahayaan bagus dan fokus
ia hasil foto yang baik:
ualitas foto baik, gambar tidak buram, pencahayaan bagus dan fokus
ia hasil foto yang baik:
104 Petunjuk
ria hasil foto yang baik: Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
ambaran gigi depan dan kondisi gusi nampak jelas terlihat, tidak tertutup bibir
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
ambaran gigi depan dan kondisi gusi nampak jelas terlihat, tidak tertutup bibir
ualitas foto baik, gambar tidak buram, pencahayaan bagus dan fokus
ualitas foto baik, gambar tidak buram, pencahayaan bagus dan fokus
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 105

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
106 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
116

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 107
117

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


108 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru

118

Anda mungkin juga menyukai