Anda di halaman 1dari 134

614.

58
Ind
p

Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer


Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan

DIREKTORAT PELAYANAN KESEHATAN PRIMER


KEMENTERIAN KESEHATAN RI
TAHUN 2021
PETUNJUK TEKNIS

PELAYANAN KESEHATAN
GIGI DAN MULUT
DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU

DIREKTORAT PELAYANAN KESEHATAN PRIMER


KEMENTERIAN KESEHATAN RI
TAHUN 2021
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru i
Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI

614.58 Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal
Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI
Ind Pelayanan Kesehatan
614.58
p Ind
p
Petunjuk
Indonesia. KementerianTeknis Pelayanan
Kesehatan RI.
Pelayanan Kesehatan
Direktorat JenderalKesehatan Gigi dan Mulut

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas
di Fasilitas Kesehatan
Kesehatan Tingkat Tingkat
Pertama pada Masa Adaptasi Pertama pada Masa Adaptasi
Kebiasaan Baru.— Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.2021
Kebiasaan Baru.— Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2021
ISBN 978-623-301-166-2

1. Judul I. DENTAL HEALTH SERVICES


ISBN 978-623-301-166-2 II. MOUTH
III. COMMUNITY HEALTH CENTERS
IV. CORONAVIRUS
V. VIRUS DISEASES VI. CORONAVIRUS INFECTIONS

1. Judul I. DENTAL HEALTH SERVICES


II. MOUTH 614.58 III. COMMUNITY HEALTH CENTERS
Ind
IV. CORONAVIRUS
p V. VIRUS DISEASES
VI. CORONAVIRUS INFECTIONS

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


ii di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
PETUNJUK TEKNIS
PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU

Diterbitkan oleh
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI
Pengarah
Prof. dr. Abdul Kadir, Ph.D, Sp.THT-KL (K), MARS (Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan)
Pembina
drg. Saraswati, MPH (Direktur Pelayanan Kesehatan Primer)
Koordinator
dr. Upik Rukmini, MKM (Koordinator Praktik Perorangan)
Penyusun
drg. Iwan Dewanto, MMR., Ph.D; drg. Kartika Andari Wulan, Sp.Pros; drg. Melissa Adiatman,
Ph.D; drg. Grace Monica, MKM; dr. Upik Rukmini, MKM; drg. Indra Rachmad Dharmawan,
MKM; drg Renta Yulfa Zaini.
Kontributor
Kontributor
Dr. drg. R. M. Sri Hananto Seno, Sp.BM (K)., MM. (Ketua PB PDGI); Prof. Dr. dr. Hindra Irawan
Satari, Sp.A(K), M.TropPaed (Ketua Tim Pokja Nasional PPI); drg. Tritarayati, SH., MH.Kes
(Ketua Komite Kesehatan Gigi dan Mulut); drg. Farichah Hanum, M.Kes (Direktur Mutu dan
Akreditasi); Prof. Dr. Drg Tri Erri Astoeti, M.Kes, Prof. Dr. Drg. Anton Rahardjo, MKM, Dr. drg.
Laksmi Dwiati, MM., MHA., FICD., drg. Naniek Isnaini, M.Kes., drg. Nuzulisa Zulkifli, Dr. Drg.
Sri Susilawati, M.Kes., Epi Nopiah, S.Pd., M.AP., drg. Harry Agung Tjahyadi, M.Kes, drg. Rudi
Kurniawan, M.Kes. Dr. drg. Masagus Zainuri, M.BioMed, drg. Tince Jovina, M.Epid (Komite
Kesehatan Gigi Dan Mulut); drg. Erry Indriana, MM; drg. Sinta Prabawati; drg. Faizal Prabowo
Kaliman (Puskesmas); drg. Budi Rukhiyat (Dinas Kesehatan Tanah Laut); drg. Fachmi Muzaqi
(Puskesmas Tomiya, Wakatobi); drg. Asteria Illa (Puskesmas Rowosari, Kota Semarang); drg.
Dewa Pandega Putra (Puskesmas Ponjong 2, Gunung Kidul); drg. Deni Andriani (Puskesmas
Depok II, Kabupaten Sleman); drg. Fatimah R. Gita, MKM (Puskesmas Kec. Cempaka Putih,
DKI Jakarta); drg Gustian Pamungkas (Puskesmas Singosari, Kabupaten Malang); drg. Dimaz
Aryo Nugroho Bandriananto, drg. Fadhil Rahman, drg. Deddy Dwi Septian, drg Amanda
Andika Sari, drg. Rio Suryantoro, Sp.KG., drg. M.Furqon, Sp.KG (Praktik Mandiri Dokter
Gigi); drg. Ratih Susila, MPH (PDGI Cabang Kabupaten Sleman); drg. Rahma Defi, MKM

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru iii
(Kabid Yankes Kota Semarang); drg. Iwany Amalliah, M. Epid, drg. Gita Sjarkawi, M. Kes,
drg. Atik Ramadhani , PhD (Universitas Indonesia); drg. Tania Saskianti, Sp.KGA (K), Ph.D
(Universitas Airlangga); drg. Rochman Mujayanto, Sp.PM; (Universitas Islam Sultan Agung);
drg. Rudanton Sidharta, Sp.Perio (Universitas Brawijaya); drg. Zefry Zainal Abidin, M.Ked.
Klin, Sp.BM (Universitas Brawijaya/RSUD Kab. Kediri); drg. Ananda Dhea Soraya (Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta); Fasely Mranani, Zakiah Dianah (Direktorat Kesehatan
Keluarga); (Anthoneta Paliama, SKp, dr. Titi Sundari (Pokja PPI); dr. Nani H. Widodo, Sp.
M. (Kasubdit Pelayanan Medik dan Keperawatan, Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan);
dr. Ferdinandus Ferry Kandou (Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan); dr. Ida Bagus
Anom (Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan); Meily Arrovi Qulsum, MKM (Direktorat
Mutu dan Akreditasi); drg. Rina Harini, drg. Enita Pardede, drg. Naneu Retna Arfani, dr. Rizky
Rahayuningsih, dr. Adi Pamungkas, drg. Idawati Lina, M.Kes., drg. Diah Handaryati, Saudatina
Arum M, MKM (Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer)
Editor, Ilustrator dan Layout Buku
drg. Kartika Andari Wulan, Sp.Pros; drg. Grace Monica, MKM; drg. Indra Rachmad Dharmawan,
MKM; drg Renta Yulfa Zaini; drg. Ardisa Primananda Nugraha; Anindyta Apkako Cahya
Indrasetia, SKG.
Sekretariat
Yuanita Rizky Inggarputri, SKM; Mediansyah Saleh, ST
Email
praktikperorangan@gmail.com

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


iv di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
KATA SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya penyusunan buku
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Adaptasi
Kebiasaan Baru akhirnya dapat diselesaikan.

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut sangat berdekatan dengan sumber
droplets yang merupakan high risk transmission. Beberapa tindakan
medis juga dapat memicu terjadinya aerosol, dan menimbulkan risiko
penularan COVID-19 melalui airborne. Masa pandemi COVID-19
pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP) tetap menjadi kebutuhan masyarakat dalam upaya menurunkan angka kesakitan
gigi dan mulut.

Kita ketahui bahwa Dokter Gigi dan Terapis Gigi dan Mulut sebagai tenaga kesehatan sangat
rentan tertular COVID-19 pada saat melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Untuk
mencegah penularan dan melindungi petugas dan masyarakat, diperlukan penyesuaian tata
laksana pelayanan kesehatan gigi dan mulut baik di Puskesmas, Klinik Pratama maupun Praktik
Mandiri Dokter Gigi.

Untuk itu dibutuhkan Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada masa pandemi
dan masa adaptasi kebiasaan baru, sebagai pedoman bagi semua pihak yang terkait dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di FKTP. Juknis ini diharapkan menjadi
acuan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di FKTP dalam masa pandemi COVID-19 dan pada
masa adaptasi kebiasaan baru serta sebagai acuan bagi Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/
Kota dalam memberikan pembinaan dan pendampingan supaya pelayanan kesehatan gigi dan
mulut dapat terselenggara dengan baik dan bermutu.

Saya sampaikan terima kasih pada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan
Petunjuk Teknis ini dan semoga Allah SWT senantiasa menuntun langkah kita untuk dapat
bersama sama berkontribusi menuju tatanan normal baru, masyarakat sehat, aman dan produktif.

Jakarta, April 2021


Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan

Prof. dr. Abdul Kadir, Ph.D, Sp. THT-KL(K ), MARS

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru v
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
vi di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
KATA SAMBUTAN
KETUA KOMITE KESEHATAN GIGI DAN MULUT

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas karunia-Nya, Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan
Mulut Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru dapat ditetapkan.
Sebagaimana diketahui bahwa COVID-19 telah menjadi masalah
kesehatan global setelah ditetapkan sebagai pandemi oleh
Badan Kesehatan Dunia/ World Health Organization (WHO)
pada tanggal 11 Maret 2020. COVID-19 sudah menyebar di
hampir seluruh negara, termasuk Indonesia. Selama 10 bulan
terakhir sejak pandemi ditetapkan, kita dihadapkan pada
keseharian untuk berdampingan dengan COVID-19 dan kondisi
ini masih terus berlanjut hingga beberapa waktu yang belum
dapat ditentukan kapan akan berakhir.

Menyikapi kondisi tersebut, maka perlu disusun suatu pedoman tatalaksana pelayanan
kesehatan gigi dan mulut dengan mengutamakan protokol kesehatan sebagai acuan bagi
tenaga kesehatan gigi dan mulut dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Sehingga diharapkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada masa pandemi dan adaptasi
kebiasaan baru tetap dapat terlaksana dengan menjaga mutu/kualitas pelayanan dan patient
safety. Dengan demikian diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan gigi dan mulut di
masyarakat.

Akhir kata, saya ucapkan apresiasi dan terima kasih kepada Tim Penyusun dan teman sejawat
yang telah bahu membahu menyusunnya, semoga buku Petunjuk Teknis ini dapat memberikan
manfaat bagi Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota, Puskesmas, Klinik Pratama, Praktik
Mandiri Dokter Gigi dan pihak-pihak lain yang terkait pelayanan kesehatan gigi dan mulut
di FKTP. Semoga Allah SWT selalu memberikan kita kekuatan dalam menghadapi Pandemi
COVID-19 dan untuk bersama – sama berkontribusi mewujudkan masyarakat yang sehat.

Jakarta, April 2021


Ketua Komite Kesehatan Gigi dan Mulut

drg. Tritarayati, SH, MH.Kes.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru vii
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
viii di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
KATA PENGANTAR
DIREKTUR PELAYANAN KESEHATAN PRIMER

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,


karena berkat rahmatNya penyusunan buku Petunjuk Teknis
Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama pada Adaptasi Kebiasaan Baru, akhirnya dapat
diselesaikan. Pedoman ini dibuat untuk memberikan panduan
bagi dokter gigi dan terapis gigi dan mulut dalam memberikan
pelayanan kesehatan gigi dan mulut dalam masa pandemi dan
adapatasi kebiasaan baru pasca pandemi COVID-19.

Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) telah merubah


tatanan kehidupan masyarakat, karena ancaman virus
COVID-19 harus diwaspadai untuk mencegah meningkatnya
kembali jumlah kasus, sehingga kebiasaan baru perlu diimplementasikan. Adaptasi kebiasaan
baru adalah perubahan perilaku untuk menjalankan aktivitas normal namun dengan tetap
menerapkan protokol kesehatan guna mencegah penularan COVID-19, menyesuaikan dengan
pola hidup normal namun mengurangi kontak fisik dengan orang lain, tetap menerapkan
protokol kesehatan.

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (Puskesmas, Klinik
Pratama, Dokter Gigi Praktik Mandiri) merupakan pelayanan terdepan dalam penanganan
kesehatan gigi dan mulut pada masa pandemi COVID-19 dan Adaptasi Kebiasaan Baru.
Dalam menghadapi masa pandemi dan adaptasi kebiasaan baru pelayanan kesehatan gigi di
FKTP perlu mempersiapkan protokol pelayanan dalam rangka melayani masyarakat tanpa
mengabaikan keselamatan dan kesehatan pasien dan tenaga kesehatan dari risiko penularan
COVID-19.

Dengan adanya buku Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di FKTP pada Masa
Adaptasi Kebiasaan Baru, diharapkan dapat memberikan panduan bagi tenaga kesehatan di
FKTP dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Saya menyampaikan terima
kasih kepada tim penyusun buku ini, semoga hasil kerja kita bersama dapat bermanfaat bagi
bangsa dan negara dalam upaya menurunkan angka kesakitan gigi dan mulut.

Salam Sehat ...... Sehat Indonesia

Jakarta, April 2021


Direktur Pelayanan Kesehatan Primer

drg. Saraswati, MPH

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru ix
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
x di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
DAFTAR ISI

Sambutan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan .................................................................... v


Sambutan Ketua Komite Kesehatan Gigi dan Mulut ................................................................... vii
Kata Pengantar ........................................................................................................................................... ix
Daftar Isi ........................................................................................................................................................ xi
Daftar Singkatan ........................................................................................................................................ xiii
Daftar Tabel ................................................................................................................................................. xiv
Daftar Gambar ............................................................................................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 01


A. Latar Belakang ............................................................................................................... 01
B. Tujuan ............................................................................................................................... 02
C. Ruang Lingkup ............................................................................................................... 02
D. Sasaran ............................................................................................................................ 03
BAB II KONSEP TRANSMISI SARS-CoV-2 DAN DAMPAK INFEKSI COVID-19
PADA PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT .............................................. 04
A. Rantai Penularan SARS-CoV-2 ................................................................................. 04
B. Potensi Penularan/Transmisi SARS-CoV-2 dalam Pelayanan Kesehatan
Gigi dan Mulut ................................................................................................................ 05
C. Gejala Klinis Infeksi COVID-19 ................................................................................ 06
D. Dampak Infeksi COVID-19 pada Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut . 08
E. Upaya Mitigasi Infeksi COVID-19 ........................................................................... 08
BAB III PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI PADA PELAYANAN
KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT
PERTAMA .................................................................................................................................. 11
3.1. TAHAP PERSIAPAN ...................................................................................................... 13
A. Pengaturan Aliran Udara dan Ventilasi ...................................................... 13
B. Pengelolaan Air Bersih ..................................................................................... 21
C. Pengaturan dan Pengelolaan Ruangan ....................................................... 21
3.2. TAHAP SEBELUM KUNJUNGAN PASIEN ............................................................. 25
A. Deteksi dan Penapisan (Skrining) Pasien Pra-Kunjungan .................. 25
B. Pengelolaan Penjadwalan Perawatan Pasien .......................................... 29
3.3. TAHAP SAAT KUNJUNGAN PASIEN ....................................................................... 33
A. Deteksi dan Penapisan (Skrining) Pasien Saat Kunjungan ................. 33
B. Penerapan Konsep Four Handed Dentistry ............................................... 34
C. Penerapan Kewaspadaan Isolasi ................................................................. 35

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru xi
1. Kewaspadaan Standar .............................................................................. 35
2. Kewaspadaan Transmisi .......................................................................... 54
3.4. TAHAP SETELAH KUNJUNGAN PASIEN .............................................................. 60
A. Pembersihan Lingkungan Kerja .................................................................... 60
B. Pengelolaan Peralatan Medis ......................................................................... 63
C. Pengelolaan Limbah Medis ............................................................................. 69
BAB IV MANAJEMEN PEMBIAYAAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA ................................................... 73
BAB V PENYELENGGARAAN UPAYA KESEHATAN GIGI DAN MULUT
MASYARAKAT PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU ............................. 76
A. USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH (UKGS) ......................................................... 76
B. USAHA KESEHATAN GIGI MASYARAKAT (UKGM) ............................................... 85
BAB VI PEMBINAAN, PEMANTAUAN DAN EVALUASI PELAYANAN KESEHATAN
GIGI DAN MULUT DI FKTP PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU .. 89
A. Pembinaan ...................................................................................................................... 89
B. Pemantauan dan Evaluasi ......................................................................................... 89
BAB VII PENUTUP ................................................................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................... 91
LAMPIRAN .................................................................................................................................................. 99

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


xii di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
DAFTAR SINGKATAN

WHO World Health Organization


CDC Center for Disease Control
COVID-19 Corona Virus Disease 2019
KKMMD Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia
PHEIC Public Health Emergency of International Concern
FKTP Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
FKRTL Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut
PPI Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
APD Alat Pelindung Diri
HVE High Volume Evacuator
BMHP Bahan Medis Habis Pakai
ROP Re-Order Point
PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
SARS-CoV-2 Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2
ASPAK Aplikasi Sarana Prasarana Alat Kesehatan
SIRANAP Sistem Rawat Inap
SIRAJAL Sistem Rawat Jalan
SIRS Sistem Informasi Rumah Sakit
NCC National Command Center
ITPH Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan
ABHR Alcohol-Based Hand Rubs
TGM Terapis Gigi dan Mulut
ASTM Americans Standard Testing and Materials
CTPS Cuci Tangan Pakai Sabun
NIOSH The National Institute for Occupational Safety and Health
EPA Environmental Protection Agency
HEPA High Efficiency Particulate Air
CDRA Clean Air Delivery Rate
CFM Cubic Feet per Minute

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Karakteristik Bioaerosol .............................................................................................. 06


Tabel 2.2 Formulir Pendataan Penulusuran Kontak Pasien COVID-19 ........................ 09
Tabel 3.1 Kerangka Kerja PPI Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Masa
Adaptasi Kebiasaan Baru ............................................................................................. 11
Tabel 3.2 Kategori Tingkat Risiko Pekerjaan dan Tindakan dalam Pelayanan
Kesehatan Gigi dan Mulut ............................................................................................ 12
Tabel 3.3 Rekomendasi ACH untuk Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut ................ 16
Tabel 3.4 Durasi Waktu Kerja HEPA Filter berdasarkan ACH .......................................... 19
Tabel 3.5 Ruang Lingkup Teledentistry ...................................................................................... 25
Tabel 3.6 Kategori Kebersihan Tangan (hand hygiene) ....................................................... 35
Tabel 3.7 Macam dan Indikasi Penggunaan Penutup Kepala (Head Cap) .................... 38
Tabel 3.8 Ketentuan dan Indikasi Penggunaan Goggles dan Face Shield ....................... 39
Tabel 3.9 Kategori Sarung Tangan Medis (Medical Gloves) ............................................... 41
Tabel 3.10 Kategori Masker dan Perbedaannya ....................................................................... 42
Tabel 3.11 Kategori Masker Respirator Tipe Particulate ...................................................... 42
Tabel 3.12 Metode Dekontaminasi Masker N95 ....................................................................... 48
Tabel 3.13 Klasifikasi Pakaian Kerja menurut AAMI & FDA ................................................ 50
Tabel 3.14 Klasifikasi Sepatu Pelindung ...................................................................................... 52
Tabel 3.15 Strategi Mengurangi Paparan Droplet di Kedokteran Gigi ............................ 53
Tabel 3.16 Spesifikasi High Vacuum Evacuator ........................................................................ 58
Tabel 3.17 Tahapan Dekontaminasi Peralatan Medis ............................................................ 63
Tabel 3.18 Klasifikasi Dekontaminasi berdasarkan macam barang yang
terkontaminasi ............................................................................................................... 64
Tabel 3.19 Daftar Disinfektan yang efektif untuk menginaktivasi virus SARS-CoV-2 65
Tabel 4.1 Contoh Pengelolaan BMHP ......................................................................................... 73
Tabel 5.1 Penyesuaian dan Penundaan Kegiatan UKGS ...................................................... 76
Tabel 5.2 Daftar Program Promosi Kesehatan Berbasis Web ........................................... 87

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


xiv di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rantai Transmisi Infeksi Sars-CoV-2 ................................................................ 05


Gambar 2.2 Ilustrasi Rute Transmisi Bioaerosol di Ruang Pelayanan Kesehatan
Gigi dan Mulut ............................................................................................................ 06
Gambar 2.3 Ilustrasi Gejala Klinis Infeksi COVID-19 ......................................................... 07
Gambar 2.4 Contoh Manifestasi Oral Infeksi COVID-19 .................................................... 07
Gambar 3.1 Skema Perencanaan dan Aksi Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
di Masa Adaptasi Baru ........................................................................................... 12
Gambar 3.2 Elemen Utama dari Prinsip Ventilasi yang mempengaruhi Transmisi
Airborne ........................................................................................................................ 13
Gambar 3.3 Ilustrasi Sistem Ventilasi Bangunan ................................................................. 14
Gambar 3.4 Rumus Perhitungan Ventilation Rate Minimal ............................................. 15
Gambar 3.5 Simulasi Perhitungan Pertukaran Udara per jam (ACH) ......................... 15
Gambar 3.6 Contoh Air Extractor atau Exhaust Fan ........................................................... 16
Gambar 3.7 Ilustrasi Penempatan Ventilasi Mekanik di Ruang Pelayanan
Kesehatan Gigi dan Mulut ..................................................................................... 17
Gambar 3.8 Instalasi HEPA Filter ................................................................................................ 20
Gambar 3.9 Contoh Pemasangan Pembatas Meja Konsultasi Dokter Gigi-Pasien .... 23
Gambar 3.10 Pengaturan Zona dalam Ruang Pelepasan (Doffing) APD ....................... 24
Gambar 3.11 Zona pelepasan APD dalam Ruang Pelepasan (Doffing) APD ................ 25
Gambar 3.12 Contoh Media Teledentistry (sehatpedia, Kemenkes) ............................... 26
Gambar 3.13 Skema Alur Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Masa Adaptasi
Baru ............................................................................................................................... 27
Gambar 3.14 Skema Alur Seleksi Prioritas Kebutuhan Perawatan Pasien .................. 29
Gambar 3.15 Contoh Skema Alur Seleksi Prioritas Kebutuhan Perawatan Pasien ..... 30
Gambar 3.16 Kategori Tindakan Perawatan Kedokteran Gigi Berdasarkan
Kegawatdaruratan ................................................................................................... 31
Gambar 3.17 Skema Alur Penentuan Jeda Waktu Antarpasien - Tindakan Aerosol
Risiko Tinggi ............................................................................................................... 31
Gambar 3.18 Skema Alur Penapisan (Skrining Kedua) Kunjungan Pasien di FKTP ... 32
Gambar 3.19 Pengaturan Zona pada Four-Handed Dentistry ........................................... 33
Gambar 3.20 Penerapan Kewaspadaan Isolasi ....................................................................... 34
Gambar 3.21 Lima Momen Kebersihan Tangan ...................................................................... 36
Gambar 3.22 Akses Sarana Kebersihan Tangan ...................................................................... 36
Gambar 3.23 Rekomendasi APD untuk Tenaga Kesehatan Gigi dan Mulut ................. 37
Gambar 3.24 Tata Cara Memakai (donning) dan melepas (doffing) goggles dan
face shields ................................................................................................................... 40

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru xv
Gambar 3.25 Cara Identifikasi Keaslian Masker N95 ........................................................... 43
Gambar 3.26 Tahapan Pemakaian Masker N95 .................................................................... 44
Gambar 3.27 Tahapan Pelepasan Masker N95 ....................................................................... 44
Gambar 3.28 Ilustrasi Tahapan Penyimpanan Masker N9 ................................................. 45
Gambar 3.29 Simulasi Rotasi Masker N95 ................................................................................ 46
Gambar 3.30 Evaluasi Kondisi Masker N95 .............................................................................. 47
Gambar 3.31 Dekontaminasi Masker N95 dengan Metode Dry Heat ........................... 49
Gambar 3.32 Dekontaminasi Masker N95 menggunakan Mesin Penghangat
Selimut Rumah Sakit ............................................................................................... 49
Gambar 3.33 Cara Meletakkan Masker N95 Untuk Persiapan Dekontaminasi
dengan UVGI ............................................................................................................... 49
Gambar 3.34 Rekomendasi Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) ............................... 52
Gambar 3.35 Rubber Dam Kit .......................................................................................................... 55
Gambar 3.36 Contoh Manajemen Aerosol dan Air Menggunakan Teknologi HVE
Mirror System ............................................................................................................. 57
Gambar 3.37 Contoh Manajemen Aerosol Menggunakan Intra Oral HVE .................... 57
Gambar 3.38 Contoh Manajemen Aerosol Menggunakan Extra Oral HVE ..................... 58
Gambar 3.39 Tempat Sampah di Ruang Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut ........ 61
Gambar 3.40 Contoh Spill Kit ......................................................................................................... 62
Gambar 3.41 Skema Alur Dekontaminasi Peralatan Medis di FKTP ............................... 63
Gambar 3.42 Contoh Peralatan Desinfeksi Tingkat Tinggi ................................................ 65
Gambar 3.43 Contoh Pengemasan Peralatan Medis ............................................................. 66
Gambar 3.44 Contoh Alat Sterilisator Uap ............................................................................... 67
Gambar 3.45 Contoh Alat Sterilisator Panas Kering ............................................................ 67
Gambar 3.46 Desain Fasilitas/Unit Dekontaminasi Satu Kamar .................................... 68
Gambar 3.47 Ember bertutup Sebagai Tempat Merendam Linen atau APD Bekas
Pakai ............................................................................................................................. 71
Gambar 3.48 Kotak Tempat Pembuangan Limbah Tajam .................................................. 71
Gambar 4.1 Reorder Point Curve ................................................................................................. 74
Gambar 5.1 Implementasi Penyuluhan menggunakan metode Pesan Berseri ....... 77
Gambar 5.2 Lima Posisi Foto Intra Oral yang Diperlukan Utk Telediagnosis/
Telesurvey .................................................................................................................... 79
Gambar 5.3 Kuesioner Kesehatan Gigi dan Mulut Anak yang Telah Diunggah
dalam Bentuk Formulir Daring .......................................................................... 80
Gambar 5.4 Cara Mengeluarkan Pasta Gigi ........................................................................... 82
Gambar 5.5 Setiap peserta perlu menjaga jarak selama kegiatan UKGS .................... 82

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


xvi di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
DISCLAIMER
Buku Petunjuk Teknis ini disusun mengacu pada
beragam informasi terkini yang didapatkan saat
buku ini ditulis dan diterbitkan. Namun mengingat
perkembangan informasi terkait COVID-19 di dunia
setiap saat senantiasa diperbaharui maka informasi
yang tercantum dalam buku ini dapat berbeda untuk
menyesuaikan dengan informasi yang terkini.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru xvii
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
xviii di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Coronavirus Disease 2019 atau COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh Severe
Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 atau (SARS-CoV-2), yang diidentifikasi
pertama kali di kota Wuhan, Cina pada akhir bulan Desember 2019. Penyakit ini menular
dari orang ke orang dan berkembang menjadi wabah di seluruh dunia sehingga pada
tanggal 30 Januari 2020, World Health Organization (WHO) menetapkan Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan
Dunia (KKMMD) atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) lalu
pada tanggal 11 Maret 2020 ditetapkan sebagai pandemi dunia. Pemerintah telah
menetapkan COVID-19 sebagai penyakit yang menimbulkan Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat di Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang
Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat COVID-19, yang kemudian diperbaharui
dengan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non-
Alam Penyebaran COVID-19 Sebagai Bencana Nasional. Berdasarkan Keputusan Kepala
Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 9A Tahun 2020, yang diperbaharui
dengan Keputusan nomor 13A Tahun 2020, mengenai ketetapan Status Keadaan
Tertentu Darurat Bencana Wabah Penyakit Akibat Virus Corona di Indonesia, maka
wajib dilakukan langkah tanggap darurat COVID-19 serta upaya pencegahan dan
pengendalian penyebaran COVID-19.

Tingginya penambahan dan penyebaran kasus COVID-19 di Indonesia berdampak pada


semua aspek kehidupan masyarakat. Tidak hanya di bidang kesehatan, pandemi COVID-19
juga mempengaruhi aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan
serta kesejahteraan masyarakat Indonesia. Beberapa langkah strategis penanggulangan
COVID-19 dilakukan untuk memutus rantai penularan melalui penetapan berbagai
kebijakan pemerintah, salah satunya adalah adaptasi kebiasaan baru. Masa adaptasi
kebiasaan baru diartikan sebagai tatanan perilaku yang memungkinkan masyarakat
untuk tetap menjalankan aktivitas sehari-harinya berdampingan dengan COVID-19.

Pelayanan kesehatan merupakan bidang yang paling terdampak pandemi COVID-19.


Tingginya tingkat penularan dan jumlah kasus COVID-19 tidak sebanding dengan
tingkat kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan dalam merespon gelombang pandemi
secara cepat dan tepat. Survey WHO menyebutkan bahwa pandemi COVID-19 berimbas
pada terganggunya akses pelayanan masyarakat yang membutuhkan pemeriksaan dan
pengobatan selain kasus COVID-19 di fasilitas pelayanan kesehatan, terutama pelayanan
kesehatan gigi dan mulut. Tindakan medis dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut
dapat memicu terjadinya droplets dan aerosol, contohnya penggunaan ultrasonic scaler

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 01
dan high speed air driven handpiece, yang berpotensi meningkatkan risiko penularan
COVID-19 melalui udara. Oleh karena itu, diperlukan penyesuian penyelenggaraan
pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan, khususnya pada Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP).

Mengingat akhir pandemi COVID-19 tidak dapat dipastikan, Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP) harus mampu beradaptasi memenuhi kebutuhan masyarakat di tengah
pandemi COVID-19, baik dalam bentuk pemenuhan sumber daya dan pengaturan
sistem/alur pelayanan. Setiap penanggung jawab FKTP harus memastikan bahwa semua
pelayanan, termasuk pelayanan kesehatan gigi dan mulut, tersedia untuk masyarakat
secara optimal tanpa mengabaikan keselamatan petugas kesehatan dan masyarakat yang
dilayani.

Dalam upaya mencegah penularan dan melindungi petugas dan masyarakat, diperlukan
penyesuaian tata laksana pelayanan kesehatan gigi dan mulut di FKTP (Puskesmas, Klinik
Pratama, Praktik Mandiri Dokter Gigi). Saat ini terdapat 10.166 Puskesmas (berdasarkan
Kepmenkes 9853 tahun 2020 tentang Data Puskesmas Terregistrasi Semester 1 Tahun
2020), 7920 Klinik Pratama serta 7504 Praktik Mandiri Dokter Gigi (berdasarkan
Risfaskes 2019) yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Oleh karena itu, perlu
disusun Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di FKTP pada masa pandemi
dan adaptasi kebiasaan baru, sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan kesehatan
gigi dan mulut. Petunjuk Teknis ini diharapkan juga menjadi acuan bagi Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota dalam rangka pembinaan dan pengawasan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut di FKTP.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tersedianya petunjuk teknis sebagai acuan FKTP dalam menyelenggarakan
pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada masa adaptasi kebiasaan baru.
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan acuan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di
FKTP pada masa adaptasi kebiasaan baru sebagai upaya perlindungan kepada
tenaga kesehatan gigi dan mulut serta masyarakat.
b. Memberikan acuan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) pada pelayanan
kesehatan gigi dan mulut di FKTP.
c. Memberikan acuan bagi Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam
melakukan pembinaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di FKTP.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di FKTP pada masa
pandemi COVID-19 dan adaptasi kebiasaan baru ini meliputi:
1. Konsep Transmisi SARS-CoV-2 dan Dampak Infeksi COVID-19 pada Pelayanan
Kesehatan Gigi dan Mulut .

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


02 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
2. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di
FKTP.
3. Manajemen Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di FKTP.
4. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut Masyarakat pada Masa Adaptasi
Kebiasaan Baru.
5. Pembinaan, Pemantauan dan Evaluasi Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di FKTP
pada masa Adaptasi Kebiasaan Baru.

D. Sasaran
1. FKTP yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
2. Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota.
3. Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota.
4. Lintas Kementerian/Lembaga.
5. Lintas Program di Kementerian Kesehatan.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 03
BAB II
KONSEP TRANSMISI SARS-CoV-2 DAN DAMPAK
INFEKSI COVID-19 PADA PELAYANAN
KESEHATAN GIGI DAN MULUT

Sejak World Health Organization (WHO) mendeklarasikan pandemik global penyakit


COVID-19 di bulan Maret 2020, FKTP yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi dan
mulut adalah salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang memerlukan beberapa perubahan
signifikan dalam pelaksanaan pelayanannya untuk mencegah dan memutus mata rantai
penularan virus SARS-CoV-2. Studi menunjukkan reseptor Angiotensin-Converting Enzyme
2 (ACE2) terdeteksi di kelenjar saliva dan mukosa lidah, artinya virus SARS-CoV-2 masuk
melalui saluran pernafasan menuju rongga mulut dan dapat terdistribusi melalui paparan
droplets dan aerosol pada tubuh atau wajah tenaga kesehatan gigi dan mulut serta pasien.1
Selain batuk, bersin atau bernafas cepat, aktivitas berbicara saat konsultasi tatap muka dokter
dengan pasien dan tindakan perawatan gigi dinyatakan sebagai salah satu cara transmisi
infeksi.2 Oleh karena itu, dokter gigi merupakan salah satu profesi yang berisiko tinggi untuk
tertular dan menyebarkan virus SARS-CoV-2 karena berkontak erat (jarak intim radius 0-45
cm) dengan pasien dan terpapar droplets atau aerosol dari tindakan yang dilakukan.3

A. Rantai Penularan SARS-CoV-2


Untuk memutus mata rantai penularan virus penyebab COVID-19, perlu dipahami 6
(enam) komponen rantai penularan atau rantai infeksi (chain of infection) COVID-19 agar
upaya pencegahan dan pengendalian infeksi COVID-19 dapat dilaksanakan dengan baik,
yaitu :
1. Agen infeksi (infectious agent) COVID-19 adalah severe acute respiratory syndrome
coronavirus 2 (SARS-CoV-2).2
2. Wadah/sumber agen infeksi (reservoir) adalah habitat dimana agen infeksi (SARS-
CoV-2) dapat hidup, tumbuh dan berkembang biak. Berdasarkan studi, reservoir
SARS-CoV-2 adalah manusia (saluran pernapasan atas dan bawah, kelenjar saliva,
saluran pencernaan), binatang dan lingkungan (permukaan benda yang terpapar
bioaerosol, air limbah).1, 2, 4
3. Pintu keluar (portal of exit) adalah lokasi agen infeksi (SARS-CoV-2) meninggalkan
reservoir, yaitu melalui saluran pernafasan (droplets yang keluar dari hidung dan
mulut saat berbicara/bersin/batuk, atau tindakan yang menghasilkan aerosol),
saluran pencernaan dan diduga transplasenta.5, 6
4. Cara penularan (mode of transmission) adalah cara agen infeksi (SARS-CoV-2)
berpindah dari sumber agen infeksi (reservoir) ke pejamu rentan (susceptible host),
yaitu kontak langsung, kontak tidak langsung (melalui tangan/peralatan medis/
permukaan benda yang terkontaminasi bioaerosol), vehikulum, vektor dan diduga
melalui fecal-oral (bila kondisi sanitasi dan lingkungan kurang baik).7-10

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


04 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
terkontaminasi bioaerosol), vehikulum, vektor dan diduga melalui fecal-oral (bila kondisi

Pintu sanitasi dan lingkungan kurang baik).


7-10
5. masuk (portal of entry) adalah lokasi agen infeksi memasuki pejamu yang
5. Pintu masuk (portal of entry) adalah lokasi agen infeksi memasuki pejamu yang rentan,
rentan, dalam hal ini melalui mata (konjungtiva), mukosa hidung dan mulut.
dalam hal ini melalui mata (konjungtiva), mukosa hidung dan mulut.
6. Pejamu rentan (susceptible host) adalah seseorang dengan kekebalan tubuh
6. Pejamu rentan (susceptible host) adalah seseorang dengan kekebalan tubuh menurun
menurun sehingga tidak mampu melawan agen infeksi (SARS-CoV-2). Pejamu rentan
sehingga tidak mampu melawan agen infeksi (SARS-CoV-2). Pejamu rentan infeksi COVID-19
infeksi COVID-19 adalah laki-laki dan perempuan segala usia yang memiliki riwayat
adalah laki-laki dan perempuan segala usia yang memiliki riwayat penyakit kronis (diabetes
penyakit kronis (diabetes mellitus, penyakit kardiovaskular, hipertensi, kelainan
mellitus, penyakit kardiovaskular, hipertensi, kelainan pada hati dan ginjal), status gizi buruk,
pada hati dan ginjal), status gizi buruk, riwayat pengobatan dengan imunosupresan
riwayat pengobatan dengan imunosupresan dan kondisi lainnya yang mengakibatkan
dan kondisi lainnya yang mengakibatkan kekebalan tubuh menurun.
kekebalan tubuh menurun.


Gambar 2.1. Rantai Transmisi Infeksi SARS-CoV-2
Gambar 2.1. Rantai Transmisi Infeksi SARS-CoV-22, 9, 11 2, 9, 11

B. Potensi Penularan/Transmisi SARS-CoV-2 dalam Pelayanan Kesehatan Gigi
B. Potensi Penularan/Transmisi SARS-CoV-2 dalam Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
dan Mulut
WHO-CDC (2020) menyatakan bahwa transmisi virus SARS-CoV-2 terjadi bila seseorang
WHO-CDC (2020) menyatakan bahwa transmisi virus SARS-CoV-2 terjadi bila seseorang
sehat menghirup droplets atau aerosol secara langsung dalam jarak dekat (berkontak
sehat menghirup droplets atau aerosol secara langsung dalam jarak dekat (berkontak erat) dari
erat) dari seseorang yang terkonfirmasi positif baik bergejala maupun tidak, ataupun
seseorang yang terkonfirmasi positif baik bergejala maupun tidak, ataupun berkontak tidak
berkontak tidak langsung dengan permukaan yang terkontaminasi virus16,17
langsung dengan permukaan yang terkontaminasi virus.16 17
Tindakan kedokteran gigi yang dilaksanakan dalam pelayanan kesgilut berpotensi
Tindakanmenularkan
kedokteran gigi yang dilaksanakan dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut
virus SARS-CoV-2 kepada dokter gigi, tenaga pelaksana lainnya, pasien atau
berpotensi menularkan virus SARS-CoV-2 kepada dokter gigi, tenaga pelaksana lainnya,
pengunjung. Tingkat resiko tertular virus SARS-CoV-2 pada dokter gigi termasuk dalam kategori
pasien atau
resiko pengunjung. Tingkat
sangat tinggi, karena risiko
pekerjaan dokter tertular virus
gigi berkontak SARS-CoV-2
erat dengan pasien dan pada
banyak dokter gigi
termasukmenggunakan peralatan yang berpotensi menimbulkan aerosol dalam beberapa tindakan seperti
dalam kategori risiko sangat tinggi, karena pekerjaan dokter gigi berkontak
erat dengan pasien
preparasi dan banyak
gigi, pembersihan menggunakan
kalkulus (scaling) dan peralatan yang
tindakan bedah berpotensi
mulut. menimbulkan
2 Ketika aerosol

aerosol dalam
menyatu dengan cairan darah dan saliva dalam rongga mulut maka akan menghasilkan (scaling)
beberapa tindakan seperti preparasi gigi, pembersihan kalkulus
dan tindakan bedah mulut.2 Ketika aerosol menyatu dengan cairan darah dan saliva
17
dalam rongga mulut maka akan menghasilkan bioaerosol, yaitu aerosol infeksius yang
mengandung bakteri, jamur dan virus dan mampu melayang di udara dalam kurun waktu
tertentu. Bioaerosol yang dihasilkan dari pasien yang terinfeksi COVID-19 dapat menjadi
sumber penularan infeksi jika terhirup oleh tenaga kesehatan gigi dan mulut dan atau
pasien lain (Tabel 2.1).12,13 Tindakan lain yang juga menghasilkan bioaerosol adalah
penggunaan air-water/three way syringe, prophylaxis cups, proses grinding model gipsum
menggunakan mesin trimmer, dan pemolesan gigi tiruan menggunakan mesin poles.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 05
dan atau pasien
penggunaan lain (Tabel 2.1).
air-water/three
12, 13 Tindakan lain yang juga menghasilkan bioaerosol adalah
way syringe, prophylaxis cups, proses grinding model gipsum
penggunaan air-water/three way syringe, prophylaxis cups, proses grinding model gipsum
menggunakan mesin trimmer, dan pemolesan gigi tiruan menggunakan mesin poles.
menggunakan mesin trimmer, dan pemolesan gigi tiruan menggunakan mesin poles.

Tabel 2.1 Karakteristik
14,15
Bioaerosol14, 15
Tabel 2.1 Karakteristik Bioaerosol
Tabel 2.1 Karakteristik Bioaerosol14, 15





jarak > 1m - 2m transmisi aerosol

Aerosol
(<5 μm)

jarak < 1m transmisi


droplets

Droplets
pejamu rentan
(>5 μm) pejamu rentan
Pasien positif COVID-19
dilakukan tindakan
perawatan berpotensi
menghasilkan droplets
transmisi tidak
dan aerosol
langsung

permukaan area dental


unit dll

Gambar 2.2 Ilustrasi Rute Transmisi Bioaerosol di Ruang Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut7,18,19
Gambar 2.2 Ilustrasi Rute Transmisi Bioaerosol di Ruang Pelayanan Kesgilut7, 18, 19

C. Gejala Klinis Infeksi COVID-19
Gambar 2.2 Ilustrasi Rute Transmisi Bioaerosol di Ruang Pelayanan Kesgilut7, 18, 19
C. Gejala Klinis Infeksi COVID-19
Gejala klinis COVID-19 dapat terjadi dari ringan, sedang, sampai berat, dan tidak sedikit
C. Gejala Klinis Infeksi COVID-19
Gejala klinis COVID-19 dapat terjadi dari ringan, sedang, sampai berat, dan tidak sedikit
orang yang terkonfirmasi positif COVID-19 tidak mengalami gejala apapun. Setiap orang
orang yang terkonfirmasi
Gejala positif
klinis COVID-19 COVID-19
dapat terjadi tanpasedang,
dari ringan, mengalami gejala
sampai berat, danapapun. Setiap
tidak sedikit
memiliki respon tubuh yang berbeda terhadap COVID-19. Penting bagi dokter gigi untuk
orang memiliki
orang respon tubuh
yang terkonfirmasi yang
positif berbedatidak
COVID-19 terhadap
mengalamiinfeksi COVID-19.
gejala Penting
apapun. Setiap orangbagi
memahami periode inkubasi virus SARS-CoV-2 dan gejala klinis infeksi COVID-19 agar mampu
dokter gigi untuk
memiliki
memahami periode inkubasi virus SARS-CoV-2 dan gejala klinis infeksi
respon tubuh yang berbeda terhadap COVID-19. Penting bagi dokter gigi untuk
mendeteksi kondisi kesehatan pasien sedini mungkin. CDC (2020) menyatakan bahwa periode
COVID-19 agar mampu mendeteksi kondisi kesehatan pasien sedini mungkin. CDC (2020)
memahami periode inkubasi virus SARS-CoV-2 dan gejala klinis infeksi COVID-19 agar mampu
inkubasi virus SARS-CoV-2 adalah rerata 5-6 hari dalam kurun waktu 1-14 hari, terhitung mulai
menyatakan bahwa periode inkubasi virus SARS-CoV-2 adalah rerata 5-6 hari dalam
mendeteksi kondisi kesehatan pasien sedini mungkin. CDC (2020) menyatakan bahwa periode
kurun waktu 1-14 hari, terhitung mulai terpapar virus hingga timbul gejala klinis 18 infeksi
inkubasi virus SARS-CoV-2 adalah rerata 5-6 hari dalam kurun waktu 1-14 hari, terhitung mulai
COVID-19. Pada beberapa kasus, dilaporkan adanya penularan virus SARS-CoV-2 dari
seseorang yang terinfeksi namun belum memperlihatkan gejala (presimtomatik) kepada 18
orang lain yang sehat dikarenakan tingginya konsentrasi virus pada sekret saluran
pernafasan. Selain itu dilaporkan juga bahwa seseorang asimtomatik dan simtomatik
COVID-19, memiliki viral load yang serupa sehingga keduanya sangat berpotensi untuk
menularkan virus SARS-CoV-2.20

Demam, batuk dan fatigue/kelelahan merupakan gejala yang paling umum terjadi pada
orang yang terinfeksi COVID-19. Gejala penyerta lainnya adalah nyeri kepala, diare, hidung
tersumbat, hilang penciuman dan pembauan, nyeri abdominal, mual muntah, nyeri dada,
pilek (rhinorrhoea) nyeri tenggorakan (pharyngalgia) atau ruam kulit. Kurang lebih 90%
pasien COVID-19, menunjukkan lebih dari satu gejala klinis utama dan penyerta (merujuk
pada KMK No. HK.01.07/MENKES/413/20).

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


06 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
COVID-19, menunjukkan lebih dari satu gejala klinis utama dan penyerta (merujuk pada KMK No.
HK.01.07/MENKES/413/20).


Gambar 2.3. Ilustrasi Gejala Klinis Infeksi COVID-1919
Gambar 2.3. Ilustrasi Gejala Klinis Infeksi COVID-1919
Rongga mulut merupakan salah satu reservoir berbagai mikroorganisme patogen dan dapat
Rongga mulut merupakan salah satu reservoir berbagai mikroorganisme patogen dan
memperlihatkan manifestasi oral berbagai penyakit.20 Reseptor ACE2 yang terdapat di sel epitel
dapat memperlihatkan manifestasi oral berbagai penyakit.20 Reseptor ACE2 yang
kelenjar saliva dan lidah merupakan reseptor utama virus SARS-CoV-2, dimana ekspresi ACE2
terdapat di sel epitel kelenjar saliva dan lidah merupakan reseptor utama virus SARS-
CoV-2, dimana ekspresi ACE2 pada kelenjar saliva minor lebih tinggi21,
pada kelenjar saliva minor lebih tinggi dibandingkan pada organ paru. dibandingkan pada
22 Akan tetapi hingga

organ paru. 21,22,25 Akan tetapi hingga saat ini, keberadaan lesi di rongga mulut belum
saat ini, keberadaan lesi di rongga mulut belum dapat dipastikan sebagai indikator awal gejala
dapat dipastikan sebagai indikator awal gejala klinis infeksi COVID-19.23,30 Kajian lebih
klinis infeksi COVID-19.23 Kajian lebih lanjut masih sangat diperlukan untuk memastikan apakah
lanjut masih sangat diperlukan untuk memastikan apakah lesi pada rongga mulut
lesi pada rongga mulut pasien diakibatkan oleh infeksi virus SARS-CoV-2 (direct viral infection)
pasien diakibatkan oleh infeksi virus SARS-CoV-2 (direct viral infection) atau akibat
atau akibat dari memburuknya kondisi sistemik pasien (infeksi oportunistik), ataukah sebagai
dari memburuknya kondisi sistemik pasien (infeksi oportunistik), ataukah sebagai efek
samping pengobatan infeksi COVID-19.24,26,27,28
efek samping pengobatan infeksi COVID-19. Dokter gigi tetap harus mewaspadai
24 Dokter gigi tetap harus mewaspadai keberadaan

keberadaan lesi di rongga mulut dan disarankan untuk berkonsultasi kepada Spesialis
Penyakit Mulut, apabila menemukan kondisi mukosa mulut yang meragukan.
19

Gambaran lesi enanthem pada mukosa labial dan palatal yang disertai
deskuamasi gingiva pada pasien terkonfirmasi positif COVID-19

Gambar 2.4. Contoh Manifestasi Oral Infeksi COVID-1929

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 07
D. Dampak Infeksi COVID-19 pada Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
Infeksi yang didapat di fasilitas pelayanan kesehatan dapat berkembang dan menciptakan
serangkaian masalah baru bagi pasien dan tenaga kesehatan sehingga menjadi risiko
dan ancaman bagi kelangsungan hidup mereka. Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan/
ITPH (Healthcare Associated Infections) adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama
perawatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, dimana saat pasien
datang tidak terdapat infeksi dan tidak sedang dalam periode inkubasi (termasuk infeksi
dalam rumah sakit), namun infeksi timbul setelah pasien pulang. Menurut CDC sekitar
satu dari 25 pasien memiliki infeksi yang didapatkan di pelayanan kesehatan.

ITPH juga terjadi karena risiko pekerjaan, khususnya pada tenaga kesehatan gigi dan
mulut yang melaksanakan proses pelayanan kesehatan di FKTP. Tindakan medis/invasif
sederhana yang dilakukan kepada pasien, berisiko menimbulkan infeksi apabila standar
prosedur pelayanan kesehatan diabaikan. Berbagai permasalahan yang timbul selama
masa pandemi COVID-19, antara lain:31,32
1. Meningkatnya jumlah dokter gigi yang terpapar virus SARS-CoV-2, akibat penggunaan
alat pelindung diri (APD) tidak sesuai standar dan ketersediaan infrastruktur yang
kurang memadai.
2. Meningkatnya potensi transmisi nosokomial virus SARS-CoV-2 terhadap dokter gigi,
pasien dan petugas lainnya saat pelayanan berlangsung
3. Menurunnya status kesehatan gigi dan mulut masyarakat karena meningkatnya
insidens penyakit/kelainan gigi dan mulut yang tidak dirawat
4. FKTP hanya memberikan pelayanan untuk kasus emergensi sehingga permasalahan
kesehatan gigi dan mulut pasien tidak tertangani, menyebabkan produktifitas pasien
menurun dan pasien tidak mampu bekerja secara optimal.
5. Menurunnya produktifitas sumber daya dan kemampuan pembiayaan fasilitas
kesehatan karena membatasi pelayanan yang diberikan.
6. Memicu timbulnya permasalahan finansial akibat penurunan produktifitas kerja
tenaga kesehatan gigi dan mulut.
7. Memicu timbulnya masalah kesehatan mental tenaga kesehaan gigi dan mulut
seperti ansietas atau cemas berlebih dll.
8. Memberikan citra buruk bagi fasilitas pelayanan kesehatan bahkan kerugian materiil
akibat ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan yang tidak optimal yang disertai
penuntutan ke ranah hukum.

E. Upaya Mitigasi Infeksi COVID-19


Upaya mitigasi untuk memutus mata rantai infeksi dan mengurangi dampak penyebaran
infeksi COVID-19 dilakukan melalui beberapa strategi yaitu:33,34
1. Mitigasi Klinis (Clinical Mitigation)
Merupakan strategi mitigasi yang memastikan adanya penanganan adekuat
pada pasien yang terinfeksi COVID-19 dan membutuhkan perawatan (baik kasus
ringan hingga parah), serta memastikan keberlangsungan pelayanan kesehatan
non-COVID-19 tetap berjalan dengan optimal di masa adaptasi kebiasaan baru.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


08 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
Dalam hal ini perlu memperhatikan penerapan kewaspadaan isolasi yang meliputi
kewaspadaan standar dan transmisi.
2. Mitigasi Komunitas (Community Mitigation)
Merupakan aksi untuk memutus mata rantai penyebaran infeksi COVID-19 melalui
berbagai program dan kegiatan yang dilakukan oleh individu perorangan, komunitas
masyarakat, petugas kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan secara bersama-sama
dengan dukungan dari Kementerian Kesehatan.
3. Pencatatan dan Pelaporan (Contact Tracing)
Merupakan upaya mitigasi untuk memperlambat dan memutus mata rantai
penyebaran infeksi COVID-19 melalui penelusuran kontak erat, melalui langkah-
langkah berikut:
a. Melakukan pelaporan hasil pemeriksaan pasien yang telah terkonfirmasi positif
COVID-19 (berdasar hasil RT-Antigen atau RT-PCR positif) maksimal dalam kurun
waktu 1x24 jam ke Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten agar dapat ditindaklanjuti
oleh pemerintah.

Tabel 2.2. Formulir Pendataan Penelusuran Kontak Pasien COVID-1935


FORMULIR PENDATAAN KONTAK (CONTACT LISTING)
Nomer Alamat Lengkap
Nomer Jenis Tanggal Hubungan APD
Indek Kasus Nama No. Kategori
Identifikasi Kelamin Usia Kontak/ dengan yang Durasi5
Konfirmasi/ Lengkap HP Kontak3
Kontak2 (L/P) Jalan Desa Kecamatan Kabupaten Paparan kasus dipakai4
primer1

INOCOVID
K1
#1

K2

Keterangan:
1 Nomer Indeks kasus konfirmasi misal INOCOVID#1
2 Nomer Identifikasi kontak misalnya K1 merujuk pada kontak nomor 1
3 Kategori kontak: kontak rumah tangga, rumah sakit, puskesmas, klinik, rekan kerja, sosial (di restoran misalnya),
sekolah, satu kendaraan
4 Jika menggunakan APD terutama kategori kontak fasilitas layanan kesehatan (rumah sakit, IGD, puskesmas, klinik):
masker, bedah, sarung tangan, masker N95, dll
5 Perkiraan lama kontak misalnya 5 menit, 1 jam dsb

** Tambahan informasi: Nomor indeks kasus konfirmasi adalah nomor pasien terkonfirmasi positif COVID-19 melalui RT-
Antigen atau RT-PCR (INOCOVID); K1 atau K2 dan seterusnya adalah kode orang dengan riwayat berkontak dengan
pasien positif COVID-19 (INOCOVID); APD yang dipakai adalah yang digunakaan oleh K1 atau K2 dan seterusnya saat
berkontak dengan INOCOVID.

b. Melakukan monitoring pada pasien suspek/probabel COVID-19 melalui aplikasi


teknologi komunikasi digital, hingga pasien dinyatakan negatif/positif infeksi
COVID-19. Jika pasien dinyatakan negatif, maka formulir yang telah diisi dapat
diabaikan. Jika pasien dinyatakan positif, maka laporkan isian formulir ke Dinas
Kesehatan Kota/Kabupaten dalam waktu 1x24 jam agar dapat ditindaklanjuti
oleh pemerintah. Mohon agar para Dokter Gigi yang melakukan praktik
untuk menyimpan nomor Call Centre Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten
setempat.
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 09
c. Melakukan monitoring kondisi kesehatan petugas dan menerapkan kebijakan
kembali bekerja pada tenaga kesehatan pasca terkonfirmasi positif infeksi
COVID-19 yang mengacu pada KEPMENKES No. HK.01.07-MENKES-413-2020
tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian COVID-19.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


10 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
BAB III
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI PADA
PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) terutama pada masa adaptasi kebiasaan baru
merupakan salah satu upaya mitigasi klinis untuk memutus mata rantai penularan virus
SARS-CoV-2, melindungi dan meminimalkan terjadinya infeksi COVID-19 ataupun ITPH pada
tenaga kesehatan, pasien/pengunjung yang menerima pelayanan kesehatan, serta masyarakat
di sekitarnya. Profesi dokter gigi dinilai berisiko tinggi untuk terinfeksi dan dapat menjadi
agen transmisi silang (cross infection) mikroorganisme patogen kepada pasien, terapis gigi
dan mulut (TGM), teknisi laboratorium teknik kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya,
terutama saat melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Oleh karena itu, PPI wajib
dilaksanakan secara rutin dan berkesinambungan di setiap FKTP yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

Selama masa adaptasi kebiasaan baru, pelayanan kesehatan gigi dan mulut dapat dilakukan
setelah mempertimbangkan secara seksama kondisi pasien dan risiko yang dihadapi baik
oleh pasien maupun tenaga kesehatan gigi dan mulut, menyesuaikan dengan ketersediaan
alat pelindung diri (APD) dan sarana penunjang PPI lainnya serta tingkat penyebaran infeksi
COVID-19 di komunitas setempat.29 Apabila terdapat keterbatasan pemenuhan APD dan
sarana prasarana di FKTP, maka pelayanan kesehatan gigi dan mulut diprioritaskan hanya
untuk pasien kasus emergensi dan urgen (khusus tindakan non-aerosol/invasif minimal).16

Tabel 3.1.
Kerangka Kerja PPI Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Masa Adaptasi Kebiasaan Baru16,33,35

KERANGKA KERJA PPI KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI FKTP -


MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Seleksi Kasus dan
1 Status Kesehatan Pasien

2 Implementasi Skrining dan Triage saat Kunjungan Pasien

3 Administrasi Tata Kelola Pasien dan Lingkungan Kerja

4 Implementasi Kewaspadaan Isolasi (Standar dan Transmisi)

5 Pengendalian Infeksi di Lingkungan Kerja (Desinfeksi dan Sterilisasi)

6 Pendidikan dan Pelatihan PPI untuk Tenaga Kesehatan Gigi dan Mulut

7 Manajemen dan Monitoring Kesehatan Tenaga Kesehatan Gigi dan Mulut

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 11
Untuk menilai tingkatan risiko pekerjaan dan tindakan pada pelayanan kesehatan gigi dan
mulut, mengacu pada potensi kontak erat dan paparan virus SARS-CoV-2 dari tindakan yang
dilakukan di pelayanan kesehatan gigi dan mulut, sebagai berikut:

Tabel 3.2. Kategori Tingkat Risiko Pekerjaan dan Tindakan


dalam Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut33,34,36

Tidak berkontak langsung/erat dengan pasien,


RENDAH Tidak terpapar droplets dan aerosol,
Tidak berkontak langsung/erat dengan staf FKTP lainnya (physical
distancing) terutama saat menyelesaikan tugas administrasi.

Berkontak erat dengan pasien sehat/non COVID-19 saat melakukan


pelayanan kasus emergensi dan urgen,
SEDANG Tidak terpapar aerosol, Berkontak erat dengan staf FKTP lainnya
terutama saat menyelesaikan tugas administrasi,
Pelaksanaan kegiatan kesehatan gigi dan mulut masyarakat dengan
penerapan protokol kesehatan.

Berkontak erat dan melakukan tindakan non-aerosol, pada pasien


TINGGI suspek/probabel/terkonfirmasi COVID-19,
Berkontak erat dan melakukan tindakan aerosol pada pasien sehat/
non COVID-19

Berkontak erat dan melakukantindakan aerosol, Berkontak erat pada


SANGAT pasien suspek/probabel/terkonfirmasi COVID-19,
TINGGI Menangani spesimen darah/cairan tubuh dari pasien
suspek/probabel/terkonfirmasi COVID-19,
Pelaksanaan kegiatan kesehatan gigi dan mulut masyarakat tanpa
penerapan protokol kesehatan.

FKTP harus membuat tahapan perencanaan dan aksi dalam penyelenggaraan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut selama masa pandemi dan adaptasi kebiasaan baru, mengingat
tindakan yang dilakukan berpotensi menghasilkan bioaerosol dan kemungkinan terjadi kontak
erat dengan pasien.

Tahap Sebelum Tahap Saat Tahap Setelah


Tahap Persiapan Kunjungan Pasien Kunjungan Pasien Kunjungan Pasien

TATA
KELOLA
PASIEN DAN RUANGAN, PENAPISAN/SKRINING
PEMBERSIHAN LINGKUNGAN
PENYEDIAAN SARANA KEDUA PASIEN, PROSEDUR
TELEDENTISTRY, PENAPISAN/ KERJA, DESINFEKSI,
PRASARANA PPI, MANAJEMEN DAN PERSIAPAN PASIEN SEBELUM
SKRINING PERTAMA PASIEN, STERILISASI, TELEDENTISTRY
PELATIHAN PPI UNTUK TENAGA DILAKUKAN TINDAKAN, FOUR-
PENGELOLAAN PENJADWALAN UNTUK FOLLOW UP KONDISI
KESEHATAN, SISTEMATIKA ALUR HANDED DENTISTRY, PENERAPAN
KUNJUNGAN PASIEN KE FKTP PASIEN, MONITORING KESEHATAN
KERJA DI FKTP, MONITORING KEWASPADAAN ISOLASI
TENAGA KESEHATAN
KESEHATAN TENAGA (STANDAR DAN TRANSMISI)
KESEHATAN

Gambar 3.1. Skema Perencanaan dan Aksi Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
di Masa Adaptasi Baru

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


12 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
3.1. TAHAP PERSIAPAN
Beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum FKTP menyelenggarakan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut di masa adaptasi baru, antara lain:
A. Pengaturan Aliran Udara dan Ventilasi
sistem ventilasi yang adekuat di lingkungan kerja FKTP. Sirkulasi udara mulai dari ruang tunggu
Upaya yang dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi bioaerosol atau
kontaminan yang dihembuskan dari saluran pernafasan pasien terinfeksi COVID-19
pasien hingga ruang pelayanan kesgilut harus diperhatikan dengan mengatur pergerakan aliran
dengan menyediakan sistem ventilasi yang adekuat di lingkungan kerja FKTP.
udara, memperhatikan koneksi
Sirkulasi udara mulai dariantar
ruang ruangan dan hingga
tunggu pasien mengidentifikasi tingkat
ruang pelayanan risiko/potens
kesehatan
gigi dan
paparan infeksi mulut harus
COVID-19. diperhatikan
Sistem ventilasi dengan mengatur
yang buruk akan pergerakan aliranrisiko
meningkatkan udara,penularan
memperhatikan koneksi antar ruangan dan mengidentifikasi tingkat risiko/potensi
infeksi COVID-19 secara airborne, khususnya pada ruang tindakan yang menimbulkan aerosol
paparan infeksi COVID-19. Sistem ventilasi yang buruk akan meningkatkan risiko
Untuk mendapatkan aliran udara yang terbebas dari mikroorganisme patogen, bangunan FKTP
penularan infeksi COVID-19 secara airborne, khususnya pada ruang tindakan
yang menimbulkan aerosol. Untuk mendapatkan aliran udara yang terbebas dari
harus memperhatikan konsep pengaturan aliran udara/ventilasi sebagai berikut:
mikroorganisme patogen, bangunan FKTP harus memperhatikan konsep pengaturan
1. Tingkat ventilasi (ventilation rate), merupakan jumlah/volume dan kualitas udara luar
aliran udara/ventilasi sebagai berikut:37,38,39
yang 1.
masuk ke dalam
Tingkat ruangan.
ventilasi Ventilasi
(ventilation rate),harus mampu
merupakan mengatur agar
jumlah/volume sirkulasi udara
dan kualitas
udara ruangan,
menyejukkan luar yang tidak
masukmenimbulkan
ke dalam ruangan. Ventilasiuap
kondensasi harus
air mampu mengatur
atau lemak pada lantai
agar sirkulasi udara menyejukkan ruangan, tidak menimbulkan kondensasi uap
dinding maupun langit-langit dalam waktu-waktu tertentu.
air atau lemak pada lantai, dinding maupun langit-langit dalam waktu-waktu
2. Arah aliran udara (airflow direction), merupakan arah pergerakan aliran udara secara
tertentu.
2. Arahdalam
keseluruhan aliransuatu
udara (airflow direction),
bangunan, merupakan
dimana perlu arah pergerakan
dikondisikan aliran dari area
untuk mengalir
udara secara keseluruhan dalam suatu bangunan, dimana perlu dikondisikan
udara bersih
untukmenuju
mengalirarea
dariudara kotor.
area udara Untuk
bersih menguji
menuju arah aliran
area udara udara menguji
kotor. Untuk dalam ruangan
arah aliran udara dalam ruangan, dapat dilakukan dengan menyalakan lilin atau
dapat dilakukan dengan menyalakan lilin atau korek api (smoke test).
korek api (smoke test).
3. Distribusi udara atau pola aliran udara (airflow pattern), merupakan pendistribusian
3. Distribusi udara atau pola aliran udara (airflow pattern), merupakan
aliran udara luar (bersih)
pendistribusian masuk
aliran udarake setiap
luar bagian
(bersih) ruangan
masuk secara
ke setiap efisien
bagian agar mampu
ruangan
secara efisien agar mampu menghilangkan polutan udara yang terdapat dalam
menghilangkan polutan udara yang terdapat dalam ruangan.
ruangan.


Gambar 3.2. Elemen Utama dari Prinsip Ventilasi yang mempengaruhi
Gambar 3.2. Elemen Utama dari Prinsip Ventilasi yang mempengaruhi Transmisi Airborne 7
Transmisi Airborne37
Untuk memenuhi konsep pengaturan aliran udara tersebut maka terdapat 3 (tiga) model sistem
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
ventilasi yang dapat digunakan yaitu:
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 13
Untuk memenuhi konsep pengaturan aliran udara tersebut maka terdapat 3 (tiga)
model sistem ventilasi yang dapat digunakan yaitu:37
1. Ventilasi alami (natural ventilation)
Pengaliran udara bergantung pada kekuatan tekanan angin, kemampuan udara
untuk terapung (buoyancy) dan desain ventilasi bangunan (posisi bukaan
jendela, pintu, kisi-kisi).
2. Ventilasi mekanik (mechanical ventilation)
Pengaliran udara bergantung pada penggunaan alat mekanik (misalnya kipas
angin, exhaust fan) yang diletakkan pada dinding ruangan atau di dekat jendela
atau pada instalasi saluran udara dalam ruangan (ducting supply), sangat tidak
disarankan untuk menggunakan kipas angin yang dipasang pada langit-langit
(ceiling fan).
3. Ventilasi campuran (mixed-mode/hybrid ventilation)
Untuk meningkatkan kuantitas ventilasi khususnya pada ruangan yang
berpotensi terjadi transmisi infeksi secara airborne. pengaliran udara
bergantung pada ventilasi alami yang dikombinasikan dengan ventilasi
mekanik (misalnya, kipas angin/exhaust fan).

Gambar 3.3. Ilustrasi Sistem Ventilasi Bangunan; (1) Alami Satu sisi, (2) Alami Silang,
(3) Mekanik Silang (4) Campuran (Hybrid atau Mixed-mode)

WHO dan CDC (2020) merekomendasikan FKTP yang menyelenggarakan pelayanan


kesehatan gigi dan mulut agar menata ulang dan memperbaiki sistem ventilasi
ruangan praktik untuk mengurangi risiko penularan infeksi COVID-19 melalui udara
(airborne), dengan mengikuti panduan berikut:37, 39
1. Bangunan harus mempunyai desain ventilasi meliputi ventilasi alami dan/atau
ventilasi mekanik, dengan memperhitungkan perputaran aliran udara yang
optimal.
2. Bila menggunakan ventilasi alami maka harus memiliki pintu bukaan permanen,
kisi-kisi pada pintu dan jendela dan/atau bukaan permanen yang minimal 15%
dari luas total lantai.
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
14 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
3. Desain ventilasi alami harus mampu mengalirkan udara yang berasal dari
sumber udara bersih masuk ke dalam ruangan dan mengalirkan udara yang
berasal dari sumber infeksi ke luar ruangan atau area yang membantu terjadinya
proses dilusi (pengenceran) udara.
4. Penerapan aliran udara dan desain ventilasi alami sangat bergantung pada kondisi
iklim di masing-masing daerah, sehingga memungkinkan adanya fluktuasi pada
ventilation rate, suhu ruangan serta tidak konsistennya arah aliran udara.
5. FKTP yang menggunakan sistem ventilasi alami (terutama pada bangunan baru
dan yang melakukan renovasi bangunan) harus mengatur ventilation rate sesuai
ketentuan berikut:
a. ruang praktik tindakan aerosol, rata-rata 160 L/dt per pasien per jam.
b. ruang praktik tindakan non-aerosol, min. 80 L/dt per pasien per jam.
c. ruang konsultasi pasien atau bangsal pasien, min. 60 L/dt per pasien per jam
d. ruang tunggu pasien atau koridor, min. per jamnya 2,5 L/dt/m3 per pasien
e. poin 1 dan 2 untuk ruangan berukuran 4x2x3 m3
6. WHO menggunakan istilah liter/detik/pasien (L/dtk/pasien) dibandingkan
istilah air changes per hour (ACH) karena dianggap lebih mampu mengidentifikasi
secara langsung hubungan antara tingkat paparan dan kebutuhan ventilation rate
untuk membantu perhitungan kapasitas jumlah pasien dalam ruangan (dapat
dihitung dengan Rumus Perhitungan ACH atau menggunakan alat anemometer).
CDC (2020) merekomendasikan sirkulasi udara minimal 6-12x ACH per jam dan
khusus untuk kamar mandi/toilet 10xACH per jam.

Rumus Perhitungan Ventilation Rate (VR) Minimal :

VR (L/dtk) = k x kecepatan angin (m/dtk) x luas area bukaan terkecil (m²) x 1000 (L/m³)

nilai k = 0,05 untuk ventilasi alami satu sisi (single-sided)


nilai k = 0,65 untuk ventilasi alami silang (cross-sided)
apabila bukaan jendela menggunakan jaring penghalang nyamuk maka nilai VR (L/dtk) x 0,5

Gambar 3.4. Rumus Perhitungan Ventilation Rate Minimal110

Rumus Perhitungan ACH (Air Changes per Hours) :

ACH = luas jendela x kecepatan udara x 3600 detik/jam


volume ruangan

Contoh :
Luas jendela terbuka : tinggi 1 m x Lebar 1 m = 1 m²
Kecepatan udara melalui jendela : 1 m/detik
Volume ruangan : panjang x lebar x tinggi = 5 x 4 x 3 m = 60m³
Maka nilai ACH-nya adalah 1 m² x 1 m/detik x 3600 detik/jam = 60 ACH
60 m³

Gambar 3.5. Simulasi Rumus Perhitungan Pertukaran Udara per jam (ACH);
(kiri) menggunakan rumus; (kanan) alat digital anemometer

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 15
Tabel 3.3. Rekomendasi ACH untuk Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut 40

ACH Untuk Ruangan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

Area ACH
ruang tindakan yang tertutup (aerosol) 12
ruang tindakan bedah mulut 15
ruang tindakan non aerosol 8-12
ruang konsultasi 6
ruang untuk dekontaminasi peralatan
10
(desinfeksi dan sterilisasi)
ruang dental lab 6

7. Sistem ventilasi alami satu sisi (single-sided) tidak direkomendasikan untuk


mengatur sirkulasi udara terutama pada ruang tindakan aerosol. Ventilation rate
minimal pada ventilasi alami yang digunakan di ruang tindakan aerosol harus
lebih tinggi dari ventilasi mekanik, untuk mengkompensasi fluktuasi ventilation
rate, suhu ruangan serta arah aliran udara yang tidak konsisten. Apabila sistem
ventilasi alami kurang memenuhi persyaratan, harus digunakan sistem ventilasi
mekanik yaitu kipas angin atau exhaust fan.

Gambar 3.6. Contoh Air Extractor atau Exhaust Fan37

8. Sistem ventilasi campuran (hybrid/mixed method) yang mengkombinasikan


bukaan jendela dan penggunaan penghisap udara kotor dengan tekanan khusus
(exhaust fan), lebih disarankan untuk digunakan pada ruang tindakan aerosol.
Exhaust fan berkekuatan 167 cfm (sebaiknya bagian hulu dilengkapi oleh HEPA
filter), diletakkan ± 20 cm dari permukaan lantai agar mampu mengalirkan
udara kotor ke luar ruangan (dapat dilihat pada gambar 3.8). Disarankan untuk
menyediakan suplai listrik darurat (emergency power generator) untuk tetap
menggerakkan kipas exhaust fan bilamana terjadi pemadaman listrik.
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
16 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
9. Sistem ventilasi alami dan atau mekanik yang menempatkan bukaan jendela
dan atau exhaust fan pada posisi dinding ruangan yang saling berhadapan atau
silang (cross-sided), lebih disarankan karena mampu menciptakan aliran udara
silang.37
10. Hindari penggunaan kipas angin yang dipasang pada langit-langit (ceiling
fan) atau meletakkan kipas angin (pedestal fan atau desk fan) di area yang
menghadap pasien karena berisiko selama dilakukan perawatan udara dari
pasien (udara kotor) mengalir menuju dokter gigi dan asisten.39

Gambar 3.7. Ilustrasi Penempatan Ventilasi Mekanik


di Ruang Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

Penggunaan Alat Penyaring Udara


1. Air Purifier atau Air Cleaners Portable
Menurut CDC, partikel virus SARS-CoV-2 akan lebih mudah menyebar dari orang
yang terinfeksi ke orang yang sehat saat berada di dalam ruangan tertutup (indoors)
dibandingkan pada ruang terbuka (outdoors). Strategi mitigasi ventilasi pada
ruangan tertutup harus diperhatikan untuk mengurangi konsentrasi partikel virus
SARS-CoV-2 dalam udara, oleh karena semakin rendah konsentrasinya maka semakin
menurun risiko terhirupnya partikel virus tersebut hingga masuk ke dalam paru-
paru, berkontak dengan mata hidung dan mulut atau menempel pada permukaan
benda mati di dalam ruangan. Salah satu cara yang direkomendasikan oleh CDC
adalah menggunakan alat penjernih udara atau air purifier.39

Air purifier atau air cleansers adalah alat yang digunakan untuk memfiltrasi udara
dari bioaerosol yang kontaminan. EPA-US menyatakan bahwa penggunaan air
purifier portabel berpotensi membantu menjernihkan udara apabila ruangan tidak
memungkinkan untuk dibuatkan ventilasi alami atau mekanik tambahan yang dapat
mengalirkan udara bersih dari luar (outdoors) dan pada kondisi dimana udara luar
terindikasi tingkat polusinya tinggi. Akan tetapi, penggunaan air purifier portabel

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 17
saja tidak menjamin kualitas udara dalam ruangan ketika sumber polusi dan
sistem ventilasi tidak mencukupi. Pemilihan air purifier portabel yang efektif untuk
memfiltrasi udara dari bioaerosol, hendaknya memilih unit air purifier portabel
yang ukurannya sesuai dengan ukuran ruangan, memiliki performa CADR/ Clean Air
Delivery Rate yang tinggi (perhatikan tingkat CADR (satuan cfm) di setiap produk air
purifier portabel) dan mampu memfiltrasi partikel berukuran 0,1 – 1 μm. Apabila
ukuran ruangan praktik lebih besar dibandingkan ukuran unit air purifier portabel
yang tersedia maka disarankan untuk menggunakan lebih dari satu unit. 41

EPA-US dan CDC tidak merekomendasikan penggunaan air purifier yang


dilengkapi dengan teknologi bipolar ionization karena berpotensi menghasilkan
ozone dan produk lainnya yang akan berdampak negatif bila digunakan dalam
ruangan tertutup yang huniannya padat karena akan berpotensi mengiritasi
saluran pernafasan. Sebagai catatan, beberapa produk air purifier portabel
yang mengandung electrostatic precipitators, ionozers, lampu UV tanpa disertai
pelindung yang adekuat dan plasma air cleaners berpotensi menghasilkan ozone.
Oleh karena hampir seluruh tindakan perawatan yang dilakukan pada pelayanan
kesehatan gigi dan mulut menghasilkan bioaerosol maka CDC merekomendasikan
penggunaan air purifier portabel (tingkat CADR tinggi, berlabel untuk smoke/asap)
yang dilengkapi dengan HEPA filter dengan meletakkannya pada lantai ruangan
atau di atas meja, menjauh dari tirai jendela atau benda-benda yang kemungkinan
akan menghalangi aliran udaranya.39,41

2. HEPA Filter
HEPA (High Efficiency Particulate Air) filter mampu menyaring udara dengan
efisiensi penyaringan 99,5% (standar Eropa) atau 99,97% (standar US) dan
dapat digunakan sebagai alat tambahan untuk menghilangkan partikel virus
SARS-CoV-2 yang airborne. Prinsip kerja HEPA filter adalah menangkap partikel
kontaminan/bioaerosol dalam udara melalui sebuah jaring serabut kompleks
dengan kemampuan penyaringannya bergantung pada ukuran partikel yaitu:
1. Diffusion – untuk partikel berukuran kecil (< 0,3 microns)
2. Interception – untuk partikel berukuran medium (antara
0,3 – 1 microns)
3. Inertial Impactian – untuk partikel berukuran besar
(>1 micron)
4. Sieving – untuk partikel berukuran besar (> 1 micron)

Pada saat memilih HEPA filter disarankan untuk memperhatikan hal-hal berikut:
1. Grade of HEPA berdasarkan efisiensi
HEPA – grade H10-H12 filter hanya mampu menangkap 85 – 99,5% partikel
berdiameter 0,1 micron, sedangkan HEPA – grade H13-H14 (medical grade)
mempunyai kemampuan menangkap partikel berdiameter 0,1 micron antara
99,95% - 99,995%.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


18 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
2. ACH (Air Change per Hours)
Untuk ruang tindakan aerosol, dibutuhkan air purifier dengan HEPA filter yang
mampu membersihkan udara sebesar 12 ACH.
3. CADR (Clean Air Delivery Rate)
CADR adalah kemampuan air purifier berHEPA filter dalam menampung
sejumlah volume udara untuk difiltrasi pada periode waktu tertentu. CADR
diukur dalam satuan cubic meter per hours atau cubic feet per minute (cfm).
Penghitungan CADR dapat menggunakan rumus :

(ACH x panjang x lebar x tinggi ruangan)/60) cfm.

Untuk mengurangi jumlah bioaerosol secara efisien, maka HEPA filter harus selalu
digunakan selama tindakan perawatan dan saat jeda waktu antar pasien. HEPA filter
diletakkan pada area yang dekat dengan pasien tetapi tidak dibawah alat pendingin
ruangan (AC) dan tidak berada di antara operator dan pasien. Berikut merupakan
durasi waktu kerja HEPA filter yang dibutuhkan untuk menghilangkan kontaminan
bioaerosol dalam ruangan dengan tingkat ACH tertentu :

Tabel. 3.4. Durasi Waktu Kerja HEPA Filter berdasarkan ACH Ruangan40

(CDC, 2020) Durasi Waktu (Menit) Filtrasi Udara

ACH Efisiensi Filtrasi 99% Efisiensi Filtrasi 99,95%


2 138 207
4 69 104
6 46 69
8 35 52
10 28 41
12 23 35
15 18 28
20 14 21
50 6 8

HEPA filter secara rutin harus diganti dengan yang baru karena proses
pembersihannya berpotensi menyebarkan kontaminan airborne dan menciptakan
celah pada jaring serabut yang berukuran lebih besar dari partikel kontaminan.
Proses pembersihan jaring serabut HEPA filter harus mengikuti anjuran pabrik dan
sebaiknya dilakukan penggantian tiap 12-18 bulan; carbon filter diganti tiap 3-6
bulan dan pre-filter-nya dibersihkan tiap 30 hari dan diganti bila terlihat aus.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 19
Penggunaan air purifier dengan HEPA filter direkomendasikan terutama
untuk ruangan yang berisiko tinggi terjadi transmisi virus SARS-CoV-2
antara lain ruang tindakan non-aerosol, ruang tindakan aerosol dan ruang
tunggu pasien. Untuk penggunaan di ruangan lainnya adalah opsional
yang memperhitungkan hasil asesmen parameter risiko yaitu angka
kejadian infeksi COVID-19 di komunitas area FKTP, kepatuhan pengunjung
dalam penggunaan masker dan tingkat hunian ruangan di FKTP.39,41

Pembuangan udara kotor sebaiknya langsung terhubung dengan area luar gedung
/ruang praktik dokter gigi, tidak diarahkan ke ruang tunggu pasien atau area lalu
lalang orang. Apabila tidak memungkinkan maka udara kotor dapat dihisap dengan
exhaust fan yang bagian hulunya dilengkapi oleh HEPA filter, kemudian dialirkan
melalui saluran udara (ducting supply) atau cerobong udara (ducting exhaust) ke
area luar (ilustrasi gambar 3.8).

Gambar 3.8. Instalasi HEPA Filter37

Apabila bangunan FKTP dan ruang pelayanan kurang memenuhi standar desain
ventilasi dan kualitas udara yang dihasilkan buruk, maka dapat diterapkan beberapa
hal berikut:
1. Mengatur pergantian udara yang masuk ke dalam ruangan minimal 6x ACH
dengan menjaga suhu ruangan 24-26⁰C dan kelembaban relatif 40-60%, untuk
mengoptimalkan proses dilusi/pengenceran udara dari kontaminan.
2. Mengelola pergerakan aliran udara antar ruangan dengan cara memasang
tirai pembatas atau dinding pemisah portabel agar aliran udara kotor dapat
diarahkan menuju exhaust fan atau bukaan jendela (mengacu pada prinsip
vertical laminar). Proses disinfeksi tirai pembatas berbahan kain/linen
mengikuti petunjuk teknis PPI.
3. Melakukan penyaringan atau filtrasi udara yang masuk menggunakan air purifier
dengan HEPA filter berkemampuan filtrasi partikel berukuran 0,3 μm hingga
99%.
4. Menjaga suhu dan kelembaban ruangan untuk mempengaruhi atau menghambat
pertumbuhan bakteri dan inaktivasi virus.
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
20 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
5. Menggunakan UVGI (Ultraviolet Germicidal Irradiation) untuk membantu
menginaktivasi virus SARS-CoV-2 dengan cara menempatkan lampu UV-C di area
atas ruang praktik pada ketinggian + 2 m. Studi menunjukkan bahwa inaktivasi
virus SARS-CoV-2 dapat menggunakan lampu UV-C dengan panjang gelombang
254nm (dosis 40 mJ/cm²) selama 15 menit pada jarak paparan 3 cm pada
permukaan datar. Namun perlu diperhatikan bahwa saat menggunakan lampu
UV-C dan atau ozone generator untuk disinfeksi ruangan, harus memastikan
bahwa ruangan dalam kondisi kosong/tidak berpenghuni dan tertutup rapat
untuk mencegah kebocoran radiasi UV-C, memberi label peringatan di pintu
ruangan ketika lampu UV-C digunakan, serta selalu menggunakan masker saat
disinfeksi ruangan dengan ozone generator agar terhindar dari sesak nafas dan
asma. Keterbatasan dalam penggunaan lampu UV-C antara lain:
a. semakin jauh jarak lampu UV-C dari permukaan benda maka efektivitas
desinfeksinya semakin menurun sehingga saat pemakaian disarankan
penempatannya mendekati dental unit
b. radiasi UV-C tidak mampu mencapai seluruh area ruangan
c. durasi pemakaian lampu UV-C yang panjang akan mengurangi ketahanan
komponen plastik dan diskolorisasi benda
d. adanya bau menyengat yang tercium dalam ruangan pasca penggunaan
lampu UV-C.

B. Pengelolaan Air Bersih


Salah satu upaya untuk mengendalikan lingkungan dilaksanakan melalui perbaikan
kualitas air, udara dan permukaan lingkungan kerja di FKTP, yang bertujuan untuk
mencegah transmisi mikroorganisme dari pasien/pengguna pelayanan ke petugas
atau sebaliknya akibat pengelolaan dan pengendalian lingkungan yang tidak sesuai
standar PPI. Oleh karena itu sistem air bersih harus direncanakan dan dipasang
dengan mempertimbangkan sumber air bersih dan sistem pengalirannya.

C. Pengaturan dan Pengelolaan Ruangan


Pada masa adaptasi kebiasaan baru, FKTP yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut perlu memperhatikan tata kelola dan zonasi ruangan
serta mengatur alur pergerakan pasien dan petugas kesehatan. Hal-hal yang harus
dipersiapkan oleh penanggung jawab FKTP sebelum kedatangan pasien, yaitu:
1. Memberi penanda khusus untuk mengatur jalur pergerakan pasien/pengunjung/
petugas kesehatan yang dimulai dari pintu masuk hingga masuk ke ruang
pelayanan.
2. Mengidentifikasi ruangan berdasarkan risiko paparan infeksi yaitu35:
a. zona kuning untuk ruang resepsionis/loket penerimaan pasien, ruang
tunggu pasien dan ruang staf
b. zona merah untuk ruang tindakan yang menimbulkan aerosol dan ruang
dekontaminasi APD dan peralatan medis

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 21
c. zona oranye digunakan sebagai ruangan khusus konsultasi pasien dengan
dokter gigi atau tindakan non-aerosol yang terpisah dari ruang tindakan
yang menimbulkan aerosol (bila ketersediaan ruangan memungkinkan).
3. Menghilangkan keberadaan benda-benda yang berpotensi transmisi virus
SARS-CoV-2 (misalnya koran/majalah, brosur, model gigi, alat bantu peraga,
remote TV/AC, penggunaan karpet di ruang praktik dokter gigi, bunga hidup/
bunga plastik, akuarium dll). Bila memungkinkan, metode pembayaran
dilakukan menggunakan fasilitas non tunai (cashless/contactless).
4. Memberikan jarak antara kursi tunggu pasien 1-2 m agar pasien yang datang
dalam waktu bersamaan tidak berkontak antara satu dengan lainnya.
5. Ruangan yang memiliki dental unit lebih dari satu harus disekat hingga
menjadi ruangan tertutup bagi masing-masing dental unit, atau dapat juga
memberikan jarak 2 (dua) meter antara dental unit yang satu ke dental
unit yang lain, dengan tetap memperhatikan ventilasi udara di masing-
masing dental unit. Jika keadaan tersebut tidak memungkinkan, maka dalam
satu waktu hanya 1 (satu) dental unit yang dapat digunakan untuk merawat
pasien.
6. Menyediakan ruangan khusus berganti baju kerja (donning APD) yang terpisah
dari ruang tindakan, agar risiko kontaminasi dan transmisi infeksi minimal.59
Apabila ketersediaan ruangan tidak memungkinkan, dapat menggunakan ruang
tindakan yang telah didesinfeksi terlebih dahulu sebelum memulai pelayanan
pasien.
7. Menyediakan termometer suhu infrared, masker dan hand sanitizer yang dapat
digunakan oleh pasien dan pendampingnya.
8. Menyediakan sarana cuci tangan (seperti wastafel dengan air mengalir dan
sabun cair, kertas tisu atau handuk sekali pakai) agar setiap pasien/pengunjung
melakukan CTPS saat datang dan pulang, saat berkontak langsung dengan
sekresi saluran pernafasan dan benda-benda yang diduga terkontaminasi.
9. Menempatkan poster edukasi atau gambar petunjuk langkah cuci tangan yang
benar dan 5 (lima) momen harus dilakukan cuci tangan, di area sekitar fasilitas
cuci tangan dan/atau area yang memudahkan pasien/pengunjung untuk
membaca informasi yang akurat.
10. Menyediakan tempat sampah dengan penutup di ruang tunggu pasien yang
diberi label “sampah organik” dan “sampah non-organik”.
11. Melakukan pemasangan kaca/plastik/fiber glass sebagai pembatas pada meja
penerima pasien (resepsionis) dan meja konsultasi dokter gigi-pasien. Pastikan
tersedia masker, ABHR 70%, kertas tisu dan tempat sampah di area tersebut.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


22 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
Gambar 3.9. Contoh Pemasangan Pembatas Meja Konsultasi Dokter Gigi-Pasien42

Pengelolaan ruang pemakaian (donning) APD mengikuti panduan sebagai


berikut:
1. Berikan penanda khusus/label stiker bertuliskan ruang donning APD yang
dilekatkan pada pintu/area ruangan.
2. Memasang petunjuk gambar tahapan donning APD, menyediakan ABHR 70%
dan APD lengkap (sarung tangan disposable, masker N95, masker bedah,
pelindung wajah/face shields, kacamata/goggles, baju kerja/scrubs, isolation
gown/skort, head cap, cover shoes/sepatu boots karet) di dalam ruangan.
3. Menyediakan kursi dan cermin untuk membantu petugas kesehatan saat
memakai APD serta lemari atau loker tertutup untuk menyimpan baju dan
barang milik pribadi petugas kesehatan yang terbungkus dalam wadah plastik
atau digantung dengan hanger.
4. Menyediakan rak untuk penyimpanan sepatu boot yang telah diberi label
penanda bertuliskan nama pengguna, tanggal desinfeksi dan paraf petugas yang
melakukan disinfeksi.
5. Menyediakan wadah (kantong kertas atau kontainer plastik) untuk tempat APD
yang digunakan berulang (mis. goggles, face shields, masker N95) dengan diberi
label bertuliskan nama pengguna, area kerja, tanggal pemakaian awal, jumlah
siklus dekontaminasi, tanggal desinfeksi dan paraf petugas yang melakukan
disinfeksi/sterilisasi.

Pengelolaan ruang pelepasan (doffing) APD mengikuti panduan sebagai berikut:


1. Berikan penanda khusus bertuliskan ruang doffing APD yang dilekatkan pada
pintu/area ruangan.
2. Menyediakan fasilitas cuci tangan, tisu pengering tangan, ABHR 70%, cermin
dan petunjuk gambar tahapan doffing APD di dalam ruangan yang terpasang di
dinding ruangan.
3. Menempatkan kontainer penampungan limbah APD dengan cermat agar
meminimalkan kontak dengan peralatan dan memudahkan alur yang benar

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 23
saat proses doffing APD. Perhatikan ukuran kontainer limbah APD, disarankan
untuk menggunakan kontainer yang berukuran besar pada zona merah, agar
limbah APD tidak meluap melebihi kapasitas kontainer.
4. Khusus baju APD yang digunakan kembali, sediakan kontainer berisi
larutan sabun deterjen dan cairan pembersih yang mengandung bahan
aktif hidrogen peroksida 5% untuk direndam selama 10-60 menit. Untuk
meminimalkan risiko kontaminasi dari petugas cleaning, maka perlu dibuat
penjadwalan rutin pengambilan limbah APD (mis. 1-2 kali per hari tergantung
kebutuhan) agar tidak dilakukan berulang kali.
5. Mengurangi penempatan perabot di dalam ruang doffing APD untuk
memudahkan dilakukan disinfeksi ruangan secara rutin dan cermat.
6. Bila memungkinkan maka pada dinding ruangan dapat ditempatkan pegangan
tangan logam (disarankan material tembaga), yang mudah dibersihkan dan
disinfeksi, bertujuan untuk meminimalkan penempatan perabot dan membantu
petugas kesehatan menjaga keseimbangan saat melepas penutup kaki/sepatu
boots.
7. Membatasi pergerakan petugas kesehatan selama proses doffing APD dengan
cara memberi penanda (berupa stiker berbeda warna) yang membedakan zona
infeksius dengan non-infeksius untuk meningkatkan kewaspadaan petugas
dalam mencegah kontaminasi di luar zona.
8. Apabila tidak tersedia ruangan khusus untuk doffing APD, maka dapat
dilakukan di ruang tindakan, namun khusus pelepasan masker N95/masker
bedah, pelindung wajah/face shields, kacamata/goggles harus dilakukan ketika
berada di luar ruang tindakan.


Gambar 3.10.Pengaturan Zona dalam Ruang Pelepasan (doffing) APD
Gambar 3.10. Pengaturan Zona dalam Ruang Pelepasan (doffing) APD
(warna: merah=infeksius; kuning=kehati-hatian; hijau=bersih) 42,43,44
31, 80, 81
(warna: merah=infeksius; kuning=kehati-hatian; hijau=bersih)

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


24 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
Gambar 3.10.Pengaturan Zona dalam Ruang Pelepasan (doffing) APD
(warna: merah=infeksius; kuning=kehati-hatian; hijau=bersih)31, 80, 81


Gambar 3.11. Zona pelepasan APD dalam Ruang Pelepasan (doffing) APD
Gambar 3.11. Zona pelepasan APD dalam Ruang Pelepasan (doffing) APD42,44 31, 80



3.2. TAHAP SEBELUM KUNJUNGAN PASIEN
3.2. TAHAP SEBELUM KUNJUNGAN PASIEN
A. Deteksi dan Penapisan (Skrining) Pasien Pra-Kunjungan
A. Deteksi dan Penapisan (Skrining) Pasien Pra-Kunjungan
Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam bidang ilmu kedokteran
gigi (teledentistry) merupakan alternatif solusi inovatif di saat masa adaptasi
Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam bidang ilmu kedokteran
kebiasaan baru untuk kelangsungan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di
(teledentistry) merupakan alternatif solusi inovatif di saat masa adaptasi kebiasaan baru
FKTP. Teledentistry mampu meminimalkan risiko penularan infeksi COVID-19
dan membantu pasien/masyarakat untuk tetap mendapatkan akses pelayanan
kelangsungan pelayanan kesgilut di FKTP. Teledentistry mampu meminimalkan risiko penu
kesehatan gigi dan mulut secara jarak jauh.16,36,45
infeksi COVID-19 dan membantu pasien/masyarakat untuk tetap mendapatkan akses pelay
Tabel 3.5.
kesgilut secara jarak jauh.30, 36, 37 Ruang Lingkup Teledentistry46,48,49
Tabel 3.5. Ruang Lingkup Teledentistry
RUANG LINGKUP TELEDENTISTRY
30, 36

kegiatan konsultasi antara pasien dengan dokter


Telekonsultasi gigi atau konsultasi antar petugas kesehatan yang
memanfaatkan media telekomunikasi

pengumpulan informasi tambahan (gambaran


Telediagnosis lesi oral atau radiografik) melalui media teknologi
informasi untuk membantu menegakkan diagnosis

penentuan prioritas kebutuhan penanganan keluhan


Teletriage atau seleksi kasus pasien untuk mendapatkan
rujukan atau resep obat

Telemonitoring monitoring kondisi dan derajat keparahan keluhan


atau penyakit yang diderita pasien


Deteksi dan penapisan/skrining pasien pelayanan kesehatan gigi dan mulut
dilakukan secara bertahap, diawali dengan skrining dan triage pra-kunjungan,
kemudian kembali dilakukan skrining kedua saat pasien berkunjung ke FKTP.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi kesehatan
pasien sebelum kunjungan ke FKTP dan sebelum pasien menerima pelayanan,
menyeleksi keluhan/kasus pasien sesuai skala prioritas kebutuhan penanganannya

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 25
dvis/rujukan dan resep obat (bila perlu).30, 38 Jika ditemukan pasien yang be
uspek/probable/terkonfirmasi positif COVID-19, sebaiknya dokter gigi melakukan ti
dan tingkat risiko paparan infeksi COVID-19
mitigasi untuk mencegah penularan lebih lanjut. 16 terhadap petugas kesehatan, serta
memberikan advis/rujukan dan resep obat (bila perlu).47,48 Jika ditemukan pasien
Prosedur penapisan/skrining
yang pra-kunjungan
berstatus suspek/probable/terkonfirmasi positif(teledentistry)
COVID-19, sebaiknya dilakukan
dokter
gigi melakukan tindakan mitigasi untuk mencegah penularan lebih lanjut. 16
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi yang disediakan oleh FKTP (misalnya
elepon melalui nomor hotline/call center FKTP, live video conference/call, aplikasi pesan
Prosedur penapisan/skrining pra-kunjungan dilakukan dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi yang disediakan oleh FKTP (misalnya media
eknologi informasi
teleponberbasis web
melalui nomor (website
hotline/call FKTP)),
center dengan
FKTP, live tetap memperhatikan
video conference/call, aplikasi
pesandan
omunikasi efektif instan, teknologi kerahasiaan
menjaga informasi berbasis web (website
pasien FKTP)),
(merujuk dengan
pada tetapEdaran
Surat
memperhatikan prinsip komunikasi efektif dan menjaga kerahasiaan pasien
K.02.01/MENKES/303/2020
(merujuk pada Surattentang
Edaran Penyelenggaraan Pelayanan tentang
nomor HK.02.01/MENKES/303/2020 Kesehatan
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Melalui Pemanfaatan Teknologi Informasi
emanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi Dalam Rangka Pencegahan Peny
dan Komunikasi Dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Covid-19, dan Peraturan
Konsil Kedokteran
ovid-19, dan Peraturan Indonesia
Konsil Nomor 74 Tahun
Kedokteran 2020 tentang
Indonesia Nomor Kewenangan
74 Tahun 2020
Klinis
dan Praktik Kedokteran melalui Telemedicine pada masa Pandemi COVID-19 di
ewenangan Klinis dan Praktik Kedokteran melalui Telemedicine pada masa Pandemi CO
Indonesia).
i Indonesia).


Gambar 3.12. Contoh Media Teledentistry (sehatpedia, Kemenkes)
Gambar 3.12. Contoh Media Teledentistry (sehatpedia, Kemenkes)

Berikut ini merupakan skema alur pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang dapat
diimplementasikan pada FKTP (gambar 3.13):

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


26 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
Berikut ini merupakan skema alur pelayanan kesgilut yang dapat diimplementasikan pada FKTP
(gambar 3.13):

Pasien
Pasien
membutuhkan
membutuhkan
Pelayanan Kesehatan
Pelayanan
Gigi danKesgilut
Mulut


Gambar 3.13. Skema Alur Pelayanan Kesgilut di Masa Adaptasi Baru
Gambar 3.13.
34, 35
Skema Alur Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Masa Adaptasi Baru

Tata Laksana Deteksi dan Penapisan (Skrining) Pasien melalui Teledentistry:


Tata Laksana Deteksi dan Penapisan (Skrining) Pasien melalui Teledentistry:
1. Sebelum memulai proses skrining pra-kunjungan (teledentistry), pastikan isi pembicaraan
1. Sebelum memulai proses skrining pra-kunjungan, pastikan isi pembicaraan
(chat atau video conference call) dengan pasien terjaga kerahasiaannya.
(chat atau video conference call) dengan pasien terjaga kerahasiaannya.
2. Perkenalkan
2. Perkenalkan diri diri
dengan menyebutkan
dengan nama dan
menyebutkan asal dan
nama fasilitas
asalpelayanan
fasilitaskesehatan,
pelayanan lalu
menanyakan
kesehatan, identitas pasien, menjelaskan
lalu menanyakan tujuan menjelaskan
identitas pasien, dilakukan skrining
tujuanpra-kunjungan
dilakukan
skrining pra-kunjungan
(teledentistry) serta adanya serta adanya kemungkinan
kemungkinan risikoinformasi
risiko kebocoran kebocoran informasi
sebagai akibat
sebagai akibat penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
3. Skrining pra-kunjungan dilakukan setelah mendapatkan persetujuan atau
kesediaan pasien secara verbal. Khusus pasien anak-anak atau lansia yang
berkebutuhan khusus, dapat dibantu oleh orang tua atau walinya.
4. Ajukan berbagai pertanyaan yang tercantum pada formulir skrining pasien37
COVID-19 (merujuk pada Kepmenkes Nomor HK.01.07/Menkes/328/2020)
dan formulir skrining prioritas kebutuhan perawatan kesehatan gigi dan mulut
pasien (dilihat pada gambar skema alur 3.14).

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 27
5. Anjurkan pasien melakukan uji deteksi virus SARS-CoV-2 (RT-Antigen dan atau
Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction (RT-PCR)) apabila pasien
menjawab “YA di sebagian besar pertanyaan skrining” , ataupun bila pasien
terindikasi paparan virus SARS-COV-2 risiko moderat/tinggi. Hasil tes harus
diinformasikan pada dokter gigi/FKTP sebelum jadwal kunjungan pasien ke
FKTP. Untuk sementara waktu, kondisi pasien ditangani dengan pemberian
resep obat sesuai dengan keluhannya.
6. Lanjutkan proses skrining pra-kunjungan bila di sebagian besar pertanyaan
skrining pasien menjawab “TIDAK”. Lakukan anamnesis (keluhan utama,
riwayat kesehatan umum dan kesehatan gigi/mulutnya), pemeriksaan fisik
(melalui foto atau video/audiovisual) dan riwayat penggunaan obat-obatan
untuk penanganan keluhannya.
7. Berikan anjuran sesuai hasil pemeriksaan penunjang (bila perlu) atau hasil
pemeriksaan klinis, lalu lakukan penegakan diagnosis sementara/interim
pasien. Bila perlu, berikan resep obat/e-resep (terbatas hanya analgetik,
antibiotik, topical agents) dan atau surat rujukan untuk pemeriksaan lebih
lanjut ke laboratorium atau penanganan lebih lanjut di FKTP.
8. Tuliskan hasil skrining pra-kunjungan pada rekam medik (tertulis atau
e-rekam medik) yang disediakan FKTP, dengan mencantumkan tanggal dan
tanda tangan petugas yang melakukan skrining. Perlu digaris bawahi bahwa
rekam medik pasien harus selalu terjaga kerahasiaannya.
9. Jelaskan kepada pasien bahwa proses skrining dan penapisan kembali akan
dilakukan saat pasien berkunjung ke FKTP, berikut pemberlakukan protokol
kesehatan lainnya (mis. penggunaan masker, pemeriksaan suhu badan, CTPS
dll).
10. Informasikan pada pasien tentang batasan jumlah pengantar (maksimal 1
orang) yang diperbolehkan menemani saat berkunjung ke FKTP. Pengantar
hanya diperbolehkan untuk menemani pasien anak-anak dan pasien lansia
yang membutuhkan pendampingan khusus.
11. Edukasi pasien bahwa protokol kesehatan yang diterapkan bertujuan untuk
kesehatan dan keselamatan pasien, keluarga pasien, petugas kesehatan dan
masyarakat yang berkontak atau berada di sekitar lingkungan FKTP.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


28 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru

Gambar 3.14. Skema Alur Seleksi Prioritas Kebutuhan Perawatan Pasien
Gambar 3.14. Skema Alur Seleksi Prioritas Kebutuhan Perawatan Pasien51
42


B. Pengelolaan Penjadwalan Perawatan Pasien
B. Pengelolaan Penjadwalan Perawatan Pasien
1. Berdasarkan hasil skrining pra-kunjungan (teledentistry), prioritas kebutuhan pasien ata
1. Berdasarkan hasil skrining pra-kunjungan, prioritas kebutuhan pasien atas
pelayanan kesgilut
pelayananditentukan dengan
kesehatan gigi mengacu
dan mulut pada kondisi
ditentukan kegawatdaruratan
dengan mengacu pada kondisidan risik
kegawatdaruratan dan risiko paparan infeksi COVID-19 (dapat dilihat pada
paparan infeksi COVID-19 (dapat dilihat pada gambar 3.15. dan 3.16). 39, 40
gambar 3.15. dan 3.16).
39, 40

2. Tunda perawatan urgen dan elektif selama kurun waktu 2-3 minggu terutama untu
2. Tunda perawatan urgen dan elektif selama kurun waktu 2-3 minggu
terutama
pasien berstatus untuk pasien
probabel berstatus probabel
dan terkonfirmasi positif dan terkonfirmasi
COVID-19, positif
apabila ketersediaa
COVID-19, apabila ketersediaan sarana prasarana kurang mendukung
sarana prasarana kurang mendukung pelayanan. Untuk memastikan kembali kondi
pelayanan.53 Untuk memastikan kembali kondisi kesehatan pasien tersebut,
kesehatan pasien tersebut,
maka pasien dimintamaka pasien
melakukan diminta melakukan
RT-antigen/RT-PCR sebelumRT-antigen/RT-PCR
dilakukan tindakan sebelum
(terutama bila tindakan berpotensi menghasilkan aerosol).
dilakukan tindakan (terutama bila tindakan berpotensi menghasilkan aerosol).
3. Lakukan pemeriksaan kadar gula darah puasa atau acak pada pasien yang terindika
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
29
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
memiliki riwayat diabetes mellitus. Tunda perawatan pasien bila terindikasi riwaya
3. Lakukan pemeriksaan kadar gula darah puasa atau sewaktu pada pasien
yang terindikasi memiliki riwayat diabetes mellitus. Tunda perawatan
pasien bila terindikasi riwayat diabetes mellitus tidak terkontrol, hasil tes
kadar gula darah puasa ≥ 240 mg/dl (13.3 mmol/l) atau kadar gula darah
sewaktu ≥234 mg/dl (13 mmol/l). Oleh karena peningkatan kadar gula darah
memiliki efek negatif terhadap sistem imunitas (imunosupresif), memperlambat
proses penyembuhan luka dan berisiko tinggi terinfeksi virus SARS-CoV-2.4
4. Jika pasien berstatus probabel atau positif COVID-19 sangat membutuhkan
perawatan (termasuk kategori tindakan emergensi atau urgen), upaya alternatif
yang dilakukan untuk mengurangi risiko transmisi virus SARS-CoV-2:
a. dijadwalkan pada hari ke-14 atau lebih (terutama untuk kasus urgen
tindakan aerosol).
b. diberikan jadwal (hari dan jam) khusus untuk penanganan pasien tersebut
yang tidak berdekatan dengan jadwal pasien lainnya.
c. ditempatkan pada nomor antrian paling terakhir di hari penjadwalannya.
d. mengurangi durasi perawatan dan memberikan interval waktu yang lebih
panjang untuk pertemuan berikutnya.
e. wajib menerapkan PPI melalui kewaspadaan isolasi (kewaspadaan standar
dan transmisi).
5. Penjadwalan pasien dengan kondisi kesehatan yang rentan (misalnya.
pasien geriatri usia di atas 60 tahun atau memiliki riwayat penyakit kronis/
imunokompromais), adalah:55,56
a. dijadwalkan sebagai pasien pertama yang dirawat pada minggu/hari
penjadwalannya.
b. dijadwalkan sebagai pasien pertama yang dirawat setelah jam ishoma.
c. diberikan jadwal (hari dan jam) khusus yang terpisah dengan pasien lainnya.
6. Penjadwalan pasien yang direncanakan akan dilakukan perawatan dengan durasi
waktu panjang dan berpotensi menghasilkan aerosol, adalah:
a. memberikan jadwal (hari dan jam) khusus untuk penanganan pasien
tersebut yang tidak berdekatan atau terpisah dengan jadwal pasien lainnya.
b. dijadwalkan sebagai pasien terakhir yang dirawat pada hari penjadwalannya.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


30 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
berdekatan atau terpisah dengan jadwal pasien lainnya.
b. dijadwalkan sebagai pasien terakhir yang dirawat pada hari penjadwalannya.


Gambar 3.17. Contoh Skema Alur Seleksi Prioritas Kebutuhan Perawatan Pasien40
Gambar 3.15.
Contoh Skema Alur Seleksi Prioritas Kebutuhan Perawatan Pasien52
40

KATEGORI TINDAKAN KEDOKTERAN GIGI DI MASA ADAPTASI BARU

EMERGENSI URGEN ELEKTIF


Tindakan/perawatan rutin
Kondisi pasien berpotensi
Manajemen kondisi pasien yang membutuhkan perhatian segera maupun non rutin yang
mengancam jiwanya dan
untuk menghilangkan nyeri dan atau resiko infeksi melalui dilakukan pada pasien tetapi
membutuhkan perawatan
prosedur perawatan minimal invasif tidak bersifat emergensi/
segera/imidiat (max. 24 jam)
urgen

Nyeri parah/severe akibat inflamasi Sementasi mahkota tiruan/gigi tiruan


pulpa jembatan jika provisoris hilang/rusak/ Pemeriksaan awal atau periodik
mengakibatkan iritasi gingiva
Tindakan yang dilakukan untuk Perikoronitis atau nyeri yang timbul atau kontrol rutin, termasuk
menghentikan: akibat erupsi gigi M3 Karies gigi yang meluas atau restorasi pemeriksaan radiografik.
yang mengalami kerusakan hingga
Pendarahan yang berlebihan/ Surgical post-operative osteitis, menimbulkan nyeri Prosedur scaling dan perawatan
penggantian dry socket dressing preventif rutin
tidak terkontrol Pengambilan benang jahit
Abses atau infeksi lokal bakteri yang
Cellulitis atau infeksi bakteri Denture adjustment pada pasien yang Perawatan ortodontik tanpa
mengakibatkan nyeri dan bengkak
pada jaringan lunak disertai menjalani perawatan radiasi/onkologi adanya keluhan nyeri/iritasi/
bengkak intraoral atau Fraktur gigi yang menimbulkan nyeri Denture adjustment atau reparasi trauma
atau trauma di jaringan lunak
ekstraoral yang berpotensi ketika mengganggu fungsi kunyah/
bicara Ekstrasi gigi pada kondisi gigi
mengganggu jalan pernafasan Dental trauma dengan avulsi/luksasi
tanpa keluhan/asimtomatik
Penggantian restorasi sementara
Trauma yang melibatkan tulang Perawatan yang sifatnya dibutuhkan
pada kondisi PSA (telah dilakukan Perawatan restoratif termasuk
bagian wajah dan berpotensi sebelum penanganan tindakan medis
pembukaan akses/orifice) dimana untuk lesi karies asimtomatik
mengganggu jalan pernafasan Biopsi jaringan yang abnormal pasien mengalami nyeri
pasien Kontrol peranti ortodontik jika Perawatan estetik kedokteran
menimbulkan nyeri/iritasi/trauma pada gigi
mukosa rongga mulut

Gambar 3.16. Kategori Tindakan Perawatan Kedokteran Gigi


Berdasarkan Kegawatdaruratan53

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 31
7. Penjadwalan dan pengelolaan pasien anak-anak mengikuti ketentuan dan
alur skrining sesuai prioritas kebutuhan perawatannya (mengacu pada
gambar 3.15.dan 3.16).57,58 Lakukan KIE kepada orang tua/wali pasien
anak-anak mengenai upaya preventif kebersihan rongga mulut yang dapat
dilakukan di rumah.
8. Lakukan konfirmasi penjadwalan pasien terlebih dahulu dengan
memperhitungkan waktu jeda antarpasien, sesuai tindakan yang akan
dilakukan untuk memberi kesempatan terjadi pertukaran udara dalam
ruangan.

Tindakan aerosol risiko tinggi

Jika tidak terdapat


ventilasi alami ataupun 0 ACH
mekanik, jangan Apakah terdapat ventilasi?
melakukak tindakan
aerosol risiko tinggi

1-5 ACH atau


tidak diketahui 6-9 ACH > 10 ACH
Apakah digunakan Apakah digunakan Apakah digunakan
HVE? HVE? HVE?

Ya Ya Ya

Tidak Apakah digunakan Tidak Apakah digunakan Tidak Apakah digunakan


rubber dam? rubber dam? rubber dam?

Lama Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya


Perawatan
Jeda 30 Jeda 25 Jeda 20 Jeda 20 Jeda 15 Jeda 10 Jeda 15 Jeda 10 Jeda 10
> 5 menit menit* menit menit menit menit menit menit menit menit

Jeda 25 Jeda 20 Jeda 15 Jeda 15 Jeda 10 Jeda 10 Jeda 10 Jeda 10 Jeda 10


< 5 menit menit* menit menit menit menit menit menit menit menit

* Jika ventilasi tidak baik (1-2 ACH) maka harus menggunakan HVE. Jika tidak memungkinkan,
berikan jeda 60 menit ke pasien berikutnya atau lakukan prosedur alternatif dengan
menggunakan low speed handpiece atau skeling manual.

Gambar 3.17. Skema Alur Penentuan Jeda Waktu


Antarpasien- Tindakan Aerosol Risiko Tinggi59

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


32 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
3.3. TAHAP SAAT KUNJUNGAN PASIEN
A. Deteksi dan Penapisan (Skrining) Pasien Saat Kunjungan
1. Deteksi dan penapisan (skrining) pasien kembali dilakukan saat pasien
berkunjung di FKTP berupa pengukuran suhu tubuh (< 37,3⁰C) dan pengisian
formulir potensi risiko COVID-19 untuk menentukan pasien yang diperbolehkan
masuk dan mendapatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
2. Deteksi dan penapisan (skrining) pasien juga dilakukan selama pasien berada
di ruang pelayanan kesehatan gigi dan mulut menggunakan termometer
suhu badan. Bila pasien menunjukkan gejala peningkatan suhu tubuh selama
perawatan berlangsung maka:
a. Hentikan perawatan pada pasien suspek/probabel COVID-19 untuk kasus
non-emergensi (urgen dan elektif).
b. Untuk kasus emergensi, lakukan penatalaksanaan terapi kedokteran gigi
sesuai dengan ketentuan.

Gambar 3.18 Skema Alur Penapisan (Skrining Kedua) Kunjungan Pasien di FKTP2

3. Skrining pasien dengan pengukuran kadar saturasi oksigen dalam darah


(SpO2%) menggunakan fingertip pulse oximeter, dengan memperhatikan
rekomendasi berikut:60,61
a. Wajib menggunakan fingertip pulse oximeter yang terstandar internasional
(ISO 80601-2-61 dan Food and Drug Administration (FDA-US).60,61 dan dapat
menunjukkan data kekuatan sinyal denyut (pulse signal strength). Nilai kadar
saturasi oksigen yang diakui adalah nilai yang menunjukkan sinyal denyut
yang kuat dan stabil.
b. Saat melakukan pengukuran, pasien harus berada dalam ruangan, posisi
relaks dan nafas normal. Pengukuran menggunakan jari telunjuk atau jari
tengah tangan yang bersih dari pewarna kuku.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 33
c. Amati pembacaan data selama 30-60 detik untuk mengidentifikasi nilai
kadar yang paling sering muncul. Bila hasil meragukan, lakukan pengukuran
berulang hingga 2-3 kali.
4. Disarankan untuk menyediakan APD yang dapat digunakan oleh pasien selama perawatan
d. Nilai
dilakukan normal
yaitu kadarpelindung
kacamata saturasi (goggles),
oksigen (SpO2) adalah
pelindung 95-100%.
kepala (head Kadar saturasi
cap) dan isolation
penderita COVID-19 beragam, namun kebanyakan pasien penderita
gown.
COVID-19 memiliki kadar saturasi oksigen rendah <90%.
4. Disarankan untuk menyediakan APD yang dapat digunakan oleh pasien selama
B. Penerapan konsep four-handed dentistry

perawatan dilakukan yaitu kacamata pelindung (goggles), pelindung kepala
Four-handed dentistry merupakan konsep kerja tim dimana beberapa individu
(head cap) dan isolation gown.
dengan keterampilan yang baik bekerja bersama dalam lingkungan kerja yang didesain
B. ergonomis
Penerapan untuk memperbaiki
konsep four-handedproduktivitas
dentistry tim yang memberikan pelayanan
Four-handed dentistry merupakan konsep kerja tim dimana beberapa individu dengan
kesehatan gigi dan mulut dan memperbaiki kualitas pelayanan pada pasien. CDC telah
keterampilan yang baik bekerja bersama dalam lingkungan kerja yang didesain
merekomendasikan agar FKTP yang memberikan pelayanan kesehatan gigi dan
ergonomis untuk memperbaiki produktivitas tim yang memberikan pelayanan
mulut pada masa adaptasi kebiasaan baru untuk menerapkan konsep four-handed
kesehatan gigi dan mulut dan memperbaiki kualitas pelayanan pada pasien. CDC
dentistry terutama pada tindakan yang berpotensi untuk menghasilkan bioaerosol
telah merekomendasikan agar FKTP yang memberikan pelayanan kesehatan gigi
agar dan mulutmeminimalkan
dapat pada masa adaptasi kebiasaan
produksi barusplatter
droplets, untuk menerapkan
dan aerosol. konsep
Konsep four-
four-
handed dentistry terutama pada tindakan yang berpotensi untuk menghasilkan
handed dentistry memungkinkan aktivitas perawatan pasien dilakukan oleh seorang
bioaerosol agar dapat meminimalkan produksi droplets, splatter dan aerosol. Konsep
dokter gigi yang
four-handed dibantu
dentistry seorang asisten
memungkinkan atau perawatan
aktivitas terapis gigi
pasiendan mulut dengan
dilakukan oleh
seorang dokter gigi yang dibantu seorang asisten atau terapis gigi dan mulut dengan
memperhatikan pengaturan zona area kerja di sekitar pasien. Pembagian zona kerja
memperhatikan pengaturan zona area kerja di sekitar pasien. Pembagian
tersebut yaitu zona operator, zona asisten, zona transfer dan zona statik. zona kerja
16,62,63
tersebut yaitu zona operator, zona asisten, zona transfer dan zona statik. 16,62,63

Gambar 3.19 Pengaturan Zona pada Four-handed Dentistry62


Gambar 3.19. Pengaturan Zona pada Four-Handed Dentistry62

C. Penerapan Kewaspadaan Isolasi


Upaya pencegahan dan pemutusan rantai penularan penyakit infeksi, baik untuk pelayanan yang
diberikan di dalam fasilitas pelayanan kesehatan maupun di luar fasilitas pelayanan kesehatan
harus dilakukan secara paralel. Adapun penyesuaian-penyesuaian dilakukan bila terdapat
keterbatasan sarana prasarana, alat kesehatan, SDM, obat dan sumber daya lainnya namun

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


34 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 45
C. Penerapan Kewaspadaan Isolasi
Upaya pencegahan dan pemutusan rantai penularan penyakit infeksi, baik untuk
pelayanan yang diberikan di dalam fasilitas pelayanan kesehatan maupun di luar
fasilitas pelayanan kesehatan harus dilakukan secara paralel. Adapun penyesuaian-
penyesuaian dilakukan bila terdapat keterbatasan sarana prasarana, alat kesehatan,
SDM, obat dan sumber daya lainnya namun pelaksanaannya wajib memenuhi
kewaspadaan isolasi dalam ruang lingkup pencegahan dan pengendalian infeksi
(PPI).

Kewaspadaan isolasi adalah tindakan pencegahan atau pengendalian infeksi


yang harus diterapkan di fasilitas pelayanan kesehatan, dimaksudkan untuk
menurunkan risiko transmisi penyakit dari pasien kepada petugas kesehatan,
pengunjung, masyarakat sekitarnya atau sebaliknya.

Penerapan Kewaspadaan Isolasi


Kewaspadaan Standar Kewaspadaan Transmisi
(Standard Precautions) (Transmission-based Precautions)

1 Kebersihan Tangan (Hand Hygiene)

3
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Pengendalian Lingkungan
2
1 Kewaspadaan Transmisi Kontak

Pengelolaan Perlatan Medis 4

5 Keamanan Prosedur Penyuntikan

Pengelolaan Limbah Medis 6 2 Kewaspadaan Transmisi Droplets

7 Pengelolaan Linen

Pengelolaan & Penempatan Pasien 8

9 Etika Batuk & Bersin 3 Kewaspadaan Transmisi Udara


(Airborne)

Perlindungan Kesehatan Petugas Kesehatan 10

Gambar 3.20. Penerapan Kewaspadaan Isolasi64,65

1. Kewaspadaan Standar (Standard Precautions)64


Kewaspadaan Standar merupakan upaya minimal PPI yang harus dilaksanakan
di semua fasilitas pelayanan kesehatan secara rutin, berkelanjutan dan
diberlakukan untuk semua prosedur perawatan pasien tanpa membedakan
tingkatan status infeksi pasien (suspek/probabel/konfirmasi positif). Peran
kewaspadaan standar sebagai dasar upaya PPI sangatlah penting dalam
memutus rantai penularan infeksi COVID-19 kepada pasien, petugas kesehatan,
atau pengguna pelayanan. Bila dilakukan dengan benar, akan mencegah risiko
kontaminasi melalui cairan tubuh, darah, kulit atau mukosa yang terbuka.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 35
Kewaspadaan standar yang harus diterapkan di FKTP meliputi:
a. Kebersihan Tangan (Hand Hygiene)
Tangan yang terkontaminasi mikroorganisme patogen merupakan salah satu
media penularan infeksi di FKTP. Upaya menjaga kebersihan tangan (hand
hygiene) merupakan salah satu elemen terpenting dari PPI yaitu dengan
cuci tangan pakai sabun (CTPS) dan air mengalir, terutama bila tangan telah
berkontak dengan cairan tubuh, darah, kulit atau mukosa yang terbuka,
maupun permukaan benda di lingkungan kerja yang terkontaminasi.

Tabel 3.6. Kategori Kebersihan Tangan (hand hygiene)67


hand washing desinfeksi tangan surgical scrub
HAND HYGIENE (social hand hygiene) / CTPS (hand desinfection) (surgical hand hygiene)

PRODUK YANG aqueous antimicrobial desinfektan;


DIGUNAKAN sabun dan air alcohol-based hand rub (ABHR)
alcohol-based hand rub

DURASI 40 - 60 detik 20 - 30 detik 2 menit

menghilangkan kotoran, cairan mematikan dan menghilangkan mematikan dan menghilangkan


TUJUAN mikroorganisme transien dan mikroorganisme transien; mengurangi
tubuh dan mikroorganisme transien mengurangi flora normal sejumlah besar flora normal

Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam upaya menjaga kebersihan


tangan yaitu:66,67
1) Pastikan sebelum melakukan prosedur kebersihan tangan, untuk
menjaga kuku jari tetap pendek, bersih dan bebas dari pewarna kimia
atau kuku artifisial, melepas seluruh asesoris yang melekat di tangan
(misalkan jam tangan, cincin, gelang) serta menutup luka terbuka atau
lecet dengan menggunakan pembalut luka tahan air.
2) Tersedianya sarana mencuci tangan yang bersih dan dapat diakses
dengan sensor/siku tangan/kaki untuk mengurangi risiko kontaminasi
tidak langsung melalui kran air.
3) Tersedia sabun cair dan ABHR 70% dalam wadah disposable pump
applicator yang terpasang di dinding atau diletakkan pada area wastafel
yang mudah diakses dengan siku tangan. ABHR dapat menggunakan
kemasan pabrik siap pakai atau memproduksi sendiri dengan cara
mencampurkan cairan alkohol 70% sebanyak 97 ml ke dalam 3 ml
gliserin untuk mendapatkan total 100 ml ABHR.
4) Bila menggunakan baju kerja berlengan panjang maka sebelum mencuci
tangan, gulung dan naikkan lengan baju kerja hingga 2/3 panjang tangan
atau mencapai bagian siku tangan.
5) Lakukan prosedur cuci tangan dengan benar terutama saat tangan
terlihat kotor dan di 5 (lima) momen (waktu) yang dianjurkan WHO68,
dengan menggunakan sabun cuci tangan cair atau sabun batangan yang
dipotong kecil-kecil untuk memudahkan pemakaian sekali pakai.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


36 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru

Gambar 3.20. Lima Momen Kebersihan Tangan
Gambar 3.21. Lima Momen Kebersihan Tangan68 56

Gambar 3.20. Lima Momen Kebersihan Tangan
6) Gunakan kertas tisu atau handuk kecil sekali pakai untuk pengering tangan. Penggunaa
56

6) Gunakan kertas tisu atau handuk kecil sekali pakai untuk pengering
pengering tangan (jet/warm air dryer) tidak disarankan karena berpotensi menyebar
6) Gunakan kertas tisu atau handuk kecil sekali pakai untuk pengering tangan. Penggunaan mesi
tangan. Penggunaan mesin pengering tangan (jet/warm air dryer) tidak
meningkatkan jumlah mikroorganisme patogen. Sediakan tempat sampah tertutu
pengering tangan (jet/warm air dryer) tidak disarankan karena berpotensi menyebarkan da
disarankan karena berpotensi menyebarkan dan meningkatkan jumlah
pembukaan tutupnya
meningkatkan dioperasikan
mikroorganisme
jumlah patogen. dengan
mikroorganisme Sediakankaki,
patogen. sebagai
tempat wadah
sampah
Sediakan tempat handuk
tertutup
sampah yang bekas yan
tertutup pak
pembukaan tutupnya dioperasikan dengan kaki, sebagai wadah handuk
tempat sampah non-infeksius untuk menampung tisu bekas pakai.
pembukaan tutupnya dioperasikan dengan kaki, sebagai wadah handuk bekas pakai ata
bekas pakai atau
7) ABHR 70% digunakan bila tempat
tangan sampah non-infeksius
tidak terlihat untuk
kotor, menampung
tidak tisu
terkontaminasi dan
tempat sampah non-infeksius untuk menampung tisu bekas pakai.
bekas pakai.
pasokan air mengalir sulit untuk dijangkau (misalkan sedang berada di dalam
7) ABHR 7) ABHR
70% digunakan
70% bila tangan tidak
digunakan bila terlihat
tangan kotor,
tidak tidak terkontaminasi
terlihat kotor, tidak dan ketika
ambulans, melakukan kegiatan imunisasi dan skrining kesehatan di luar gedung
terkontaminasi
pasokan air danuntuk
mengalir sulit ketikadijangkau
pasokan air mengalirsedang
(misalkan sulit untuk dijangkau
berada di dalam mobil
kondisi pasokan air terputus).
(misalkan sedang berada di dalam mobil ambulans, melakukan kegiatan
ambulans, melakukan kegiatan imunisasi dan skrining kesehatan di luar gedung FKTP,
imunisasi dan skrining kesehatan di luar gedung FKTP, kondisi pasokan
kondisi pasokan air terputus).
air terputus).


Gambar 3.21. Akses Sarana Kebersihan Tangan11, 16


Gambar 3.21. Akses Sarana Kebersihan Tangan
Gambar 3.22. Akses Sarana Kebersihan Tangan11,16 11, 16
b. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

b. Penggunaan
Saat melakukan Alat
prosedur Pelindungkesgilut
pelayanan Diri (APD)
pada pasien, bagian tubuh (kulit, hidung
b. Saat melakukan prosedur pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada pasien,
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
wajah) dan baju kerja yang digunakan oleh tenaga kesehatan serta pasien akan rentan te
bagian tubuh (kulit, hidung, mata, wajah) dan baju kerja yang digunakan
percikan dan olehterkontaminasi
tenaga oleh
kesehatan patogen
serta nosokomial
pasien pada
akanpasien, yang
rentan bagian dapat
terpapar menjadi sumber
percikan
Saat melakukan prosedur pelayanan kesgilut tubuh (kulit, dan
hidung, mata
transmisi silang. APD berperan
terkontaminasi sebagai
oleh patogen penghalang
nosokomial yang paparan bahan
dapat menjadi infeksius
sumber infeksidan kont
wajah) dan baju kerja yang digunakan oleh tenaga kesehatan serta pasien akan rentan terpapa
transmisi
dari darah, cairan silang.atau
tubuh, APD berperan sebagai penghalang
sekresi saluran pernapasan paparan bahan
pasien infeksius
kepada petugas kes
percikan dan
dan kontaminan
terkontaminasi oleh patogen nosokomial yang dapat menjadi sumber infeks
dari darah, cairan tubuh, atau sekresi saluran pernapasan
transmisi pasien
silang. kepada
APD berperan
petugas sebagai penghalang paparan bahan infeksius dan kontaminan
kesehatan.
dari darah, cairan tubuh, atau sekresi saluran pernapasan pasien kepada petugas kesehatan
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 37
Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam manajemen penggunaan
APD :69
1) Tenaga kesehatan memahami tata cara pemakaian (donning) dan
pelepasan (doffing) APD, karena kesalahan saat melakukan prosedur
tersebut akan meningkatkan risiko kontaminasi.
2) Pemilihan APD harus sesuai dengan asesmen tingkat risiko paparan
terhadap darah, cairan tubuh, ekskresi atau sekresi atau kontaminan
lainnya.
3) APD yang digunakan tidak berpotensi menimbulkan bahaya tambahan,
tidak membatasi gerak penggunanya, tidak mudah rusak dan memenuhi
ketentuan standar yang ditetapkan.
4) Hindari kontak langsung antara APD yang terkontaminasi (bekas pakai)
dengan permukaan benda-benda atau baju ganti petugas di lingkungan
fasilitas pelayanan kesehatan.
5) Tidak dibenarkan untuk berbagi APD yang sama antar petugas kesehatan.
6) APD yang berlabel “reusable” (dipakai ulang) harus segera dibersihkan
dan didesinfeksi setelah pemakaian, kemudian pemakaian ulangnya
harus mengikuti aturan pabrik.
7) APD yang digunakan sekali pakai (disposable), harus segera dibuang di
tempat penampungan limbah infeksius.
8) Tenaga kesehatan harus menggunakan APD (minimal kacamata
pelindung mata dan atau pelindung wajah, masker bedah atau masker/
respirator N95) ketika menangani pasien
9) Selalu lakukan langkah-langkah cuci tangan di ke-5 (lima) momen yang
dianjurkan WHO.

Penutup kepala (Head Cap)

Pelindung mata atau pelindung wajah

Surgical scrub
Gown all-cover dan apron

Masker N95 atau ekuivalen

Sarung Tangan (Gloves)


Sepatu boot atau sepatu tertutup
dengan penutup sekali pakai

Gambar 3.23. Rekomendasi APD untuk Tenaga Kesehatan Gigi dan Mulut16, 69

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


38 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru

Penggunaan APD pada pelayanan kesehatan gigi dan
PENUTUP KEPALA/HEAD CAP
PENUTUP KEPALA/HEAD CAP
mulut mengikuti perkembangan rekomendasi dari WHO
dan CDC.16,69
1)1)Gunakan
Gunakan penutup
penutup kepala
kepala
yang
yang
terbuat
terbuat
dari
dari
bahan
bahan
sekali
sekali
pakai
pakai
maupun
maupun
bahan
bah
dapat digunakan berulang, tahan terhadap cairan dan tidak mudah robek, untuk
dapat digunakan berulang, tahan terhadap cairan dan tidak mudah robek, untu
PENUTUP KEPALA/HEAD CAP
area
area
kepala
kepala
dan
dan
rambut
rambut
petugas
petugas
kesehatan
kesehatan
dari
dari
paparan
paparan
kontaminan
kontaminan
infeks
infe
1) Gunakan penutup kepala yang terbuat dari bahan sekali pakai maupun
melakukan tindakan perawatan.
melakukan tindakan perawatan.
bahan kain yang dapat digunakan berulang, tahan terhadap cairan dan
tidak mudah robek, untuk melindungi area kepala dan rambut petugas
2)2) Apabila petugas kesehatan menggunakan hijab maka:
Apabila petugas kesehatan menggunakan hijab maka:
kesehatan dari paparan kontaminan infeksius selama melakukan
a)a)Ujung hijab yang terjulur panjang dimasukkan ke dalam baju kerja atau diika
Ujung hijab yang terjulur panjang dimasukkan ke dalam baju kerja atau dii
tindakan perawatan.
2) Apabila petugas kesehatan menggunakan hijab maka:
belakang leher.
belakang leher.
a) Ujung hijab yang terjulur panjang dimasukkan ke dalam baju kerja
b)b)Disarankan
Disarankan menggunakan
menggunakan coverall
coverall
atau diikat ke bagian belakangagar
agar area
leher. area kepala
kepala (hijab)
(hijab) dapat
dapat
b) Disarankan menggunakan coverall agar area kepala (hijab) dapat
sepenuhnya.
sepenuhnya. Apabila
Apabila tidak
terlindungi tidak
sepenuhnya. Apabila tidakcoverall
menggunakan
menggunakan coverall maka
menggunakan maka gunakan
gunakan
coverall maka penupen
(disposable gunakan
(disposable atau
atau penutupuntuk
reusable)
reusable) kepala
untuk (disposable
menutupi
menutupi atauhijab
reusable) untuk
hijab dan
dan menutupi
harus
harus selalu
selalu dig
d
hijab dan harus selalu diganti setiap pergantian pasien.
pergantian pasien.
pergantian pasien.
c) Hijab yang digunakan harus diganti pada saat selesai pelayanan
pasien.
c)c)Hijab yang digunakan harus diganti pada saat selesai pelayanan pasien.
Hijab yang digunakan harus diganti pada saat selesai pelayanan pasien.
Tabel. 3.8. Macam dan Indikasi Penggunaan Penutup Kepala (Head Ca
Tabel. 3.8. Macam dan Indikasi Penggunaan Penutup Kepala (Head C
Tabel. 3.7. Macam dan Indikasi Penggunaan Penutup Kepala (Head Cap)

PENUTUP KEPALA (HEAD CAP)

Macam

tindakan yang berpotensi menghasilkan droplets dan


Indikasi aerosol; pembersihan dan desinfeksi area kerja; proses
Penggunaan dekontaminasi peralatan medis yang digunakan pasien;
pengelolaan limbah medis

KACAMATA PELINDUNG MATA (GOGGLES)


KACAMATA PELINDUNG MATA (GOGGLES)
PELINDUNG WAJAH (VISOR/FACE SHIELD)
PELINDUNG WAJAH (VISOR/FACE SHIELD)
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
1)1)Gunakan
Gunakan kacamata
kacamata pelindung
pelindung
di Fasilitasmata
mata
Kesehatan (goggles)
(goggles)
Tingkat Pertama Pada dan
dan
Masa pelindung
pelindung
Adaptasi 39
Kebiasaan Baru wajah
wajah (visor/fa
(visor/
KACAMATA PELINDUNG MATA (GOGGLES)
PELINDUNG WAJAH (VISOR/FACE SHIELD)

1) Gunakan kacamata pelindung mata (goggles) dan pelindung wajah


(visor/face shield) terutama saat:
a) melakukan tindakan berpotensi droplets dan aerosol;
b) melakukan konsultasi tatap muka atau berkontak erat >15 menit-2
jam di dalam ruangan tertutup dengan pasien yang terduga/
probabel/terkonfirmasi COVID-19.
Perlu diperhatikan:
• fungsi face shield tidak dapat menggantikan fungsi masker;
• penggunaan kacamata resep dokter tidak memberikan perlindungan
§ penggunaan kacamata resep dokter tidak memberikan perlindungan maksimal terha
§ penggunaan kacamata resep dokter tidak memberikan perlindungan maksimal terhadap
maksimal terhadap percikan, droplets dan aerosol karena memiliki
sisi yang bercelah.
percikan, droplets dan aerosol karena memiliki sisi yang bercelah.
percikan, droplets dan aerosol karena memiliki sisi yang bercelah.
2) Selalu lakukan prosedur kebersihan tangan (CTPS, AHBR) sebelum
2) 2) Selalu lakukan prosedur kebersihan tangan (CTPS, AHBR) sebelum menggunakan kacam
Selalu lakukan prosedur kebersihan tangan (CTPS, AHBR) sebelum menggunakan kacamata
menggunakan kacamata pelindung mata (goggles) dan pelindung wajah
pelindung mata (goggles) dan pelindung wajah (visor/face shield).
(visor/face shield).
pelindung mata (goggles) dan pelindung wajah (visor/face shield).
3) posisi
Pastikan posisi kacamata pelindung mata (goggles) dan masker yang
3) 3) Pastikan
Pastikan posisi kacamata
kacamata
digunakan
pelindung
pelindung
sudah
mata (goggles)
sesuai dimata
saat (goggles) dan dan masker
masker
sebelum melakukan
yang
yang
tindakan.
digunakan
digunakan
Namun sudah
su
sesuai di saat sebelum melakukan tindakan. Namun bila kondisi terpaksa, maka penyesua
sesuai di saat sebelum melakukan tindakan. Namun bila kondisi terpaksa, maka penyesuaian
bila kondisi terpaksa, maka penyesuaian saat proses perawatan dapat
dilakukan
saat proses setelah
perawatan operator
dapat melepassetelah
dilakukan sarung tangan dan melepas
operator melakukan CTPS. tangan
sarung
saat proses perawatan dapat dilakukan setelah operator melepas sarung tangan dan
melakukan CTPS.
melakukan CTPS. Tabel. 3.8. Ketentuan dan Indikasi Penggunaan Goggles dan Face Shield
Tabel. 3.9. Ketentuan dan Indikasi Penggunaan Goggles dan Face Shield
Tabel. 3.9. Ketentuan dan Indikasi Penggunaan Goggles dan Face Shield
Kacamata Pelindung Mata Pelindung Wajah
(Goggles) (Visor/Face Shields)
Sisi sampingnya tertutup rapat/tidak
nyaman digunakan; lapang pandang
bercelah; nyaman digunakan; lapang
area kerja jelas; mudah dibersihkan;
Ketentuan pandang area kerja jelas; mudah
tidak berubah dimensi saat proses
dibersihkan; tidak berubah dimensi saat
dekontaminasi
proses dekontaminasi
tindakan yang berpotensi
Indikasi tindakan yang berpotensi menghasilkan
menghasilkan droplets dan aerosol;
Penggunaan droplets dan aerosol
penggunaan loupes

Contoh


4) 4) Lakukan prosedur dekontaminasi secara rutin pada kacamata pelindung mata (goggles)
Lakukan prosedur dekontaminasi secara rutin pada kacamata pelindung mata (goggles) dan
pelindung wajah (visor/face shield) khususnya untuk yang reusable sebagai berikut:
pelindung wajah (visor/face shield) khususnya untuk yang reusable sebagai berikut:
(1) (1) Bersihkan seluruh permukaan kacamata pelindung dan pelindung wajah (dimulai d
Bersihkan seluruh permukaan kacamata pelindung dan pelindung wajah (dimulai dari
permukaan
permukaan dalam
dalam terlebih
terlebih dahulu
dahulu berlanjut
berlanjut ke ke permukaan
permukaan terluar,
terluar, termasuk
termasuk ka
karet
pengikat elastisnya) dengan menggunakan alcohol-based surface disinfectant wipes a
pengikat elastisnya) dengan menggunakan alcohol-based surface disinfectant wipes atau
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
40 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
kertas tisu yang dibasahi oleh alkohol 70%.
kertas tisu yang dibasahi oleh alkohol 70%.
4) Lakukan prosedur dekontaminasi secara rutin pada kacamata pelindung
mata (goggles) dan pelindung wajah (visor/face shield) khususnya untuk
yang reusable sebagai berikut:
(a) Bersihkan seluruh permukaan kacamata pelindung dan pelindung
wajah (dimulai dari permukaan dalam terlebih dahulu berlanjut
ke permukaan terluar, termasuk karet pengikat elastisnya) dengan
menggunakan alcohol-based surface disinfectant wipes atau kertas
tisu yang dibasahi oleh alkohol 70%.
(b) Bilas seluruh permukaan (dalam dan terluar) menggunakan air
mengalir untuk menghilangkan residu dan kotoran.
(c) Keringkan kacamata pelindung dan pelindung wajah dengan cara
diangin-anginkan (letakkan pada meja yang telah didisinfeksi atau
wadah terbuka dengan posisi diberdirikan) ataupun langsung dilap
dengan kain bersih.
(d) Simpan kacamata pelindung dan pelindung wajah di wadah tertutup
untuk melindungi dari kontaminasi.
5) Lakukan pemeriksaan permukaan lensa kacamata dan pelindung wajah
serta elastisitas tali pengikat di kepala secara rutin. Ganti dengan
yang baru, bila pada permukaannya terdapat guratan/retakan atau
memburam akibat pemakaian berulang; elastisitas tali pengikat di
kepala berkurang.

MEMAKAI (DONNING) MELEPAS (DOFFING)


Gambar 3.24. Tata cara memakai (donning)
Gambar 3.23. Tata cara memakai (donning) dan melepas (doffing) goggles dan face
dan melepas (doffing) goggles dan face shields16,69

SARUNG TANGAN MEDIS (MEDICAL GLOVES)



1) Selalu melakukan prosedur kebersihan tangan (CTPS, ABHR) sebelum d
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 41
SARUNG TANGAN MEDIS
(MEDICAL GLOVES)

1) Selalu melakukan prosedur kebersihan tangan (CTPS, ABHR)


sebelum dan sesudah pemakaian sarung tangan, karena
penggunaan sarung tangan bukanlah alternatif untuk menjaga
kebersihan tangan.
2) Gunakan sarung tangan (steril atau non-steril powder-free) dengan
teknik single gloving (1 lapis sarung tangan)57, kecuali pada tindakan
bedah digunakan teknik double gloving (2 lapis sarung tangan) untuk
melindungi tangan pengguna bila terjadi kerusakan di sarung tangan
terluar.58,59 Untuk teknik double gloving, pastikan sarung tangan pertama
tertutup oleh bagian pergelangan tangan isolation gown, sedangkan
sarung tangan terluar memiliki panjang yang mencapai bagian tengah
lengan bawah isolation gown.
3) Batasi durasi penggunaan sarung tangan dengan menggunakannya
sesaat sebelum melakukan perawatan, dan setelah aktivitas selesai
harus segera dilepas lalu dibuang di tempat limbah infeksius.
4) Lakukan penggantian sarung tangan apabila terdapat perforasi/lubang,
robekan atau saat melakukan prosedur perawatan dalam durasi yang
panjang untuk mencegah kontaminasi.

Tabel 3.9. Kategori Sarung Tangan Medis (Medical Gloves)16, 69


Examination Gloves Surgical Gloves
Macam &
Batasan steril dan non-steril; sekali pakai steril; sekali pakai
Pemakaian

nitril, lateks, polychloropene,


Bahan nitril, lateks, polychloropene
polyvinylchloride (PVC)

panjang min. 230 mm, tebal min. 0,05 mm


Ukuran variasi ukuran 5.0 - 9.0
(variasi ukuran XS s/d XL)

pemeriksaan klinis dan prosedur non bedah yang berkontak


dengan darah dan cairan tubuh; pemeriksaan vital sign
Indikasi (tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh); pembersihan prosedur bedah;
Penggunaan dan desinfeksi permukaan benda yang terkontaminasi; prosedur radiologi yang invasif
dekontaminasi peralatan medis yang digunakan pasien;
penanganan limbah non-infeksius/infeksius

Rekomendasi Non-Steril : Tipe EN 455, EN 374 ataupun yang memenuhi tandar ASTM D6319, D3578, D5250, D6977
WHO Steril : EN 455, ASTM D3577, EN ISO 11607

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


42 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
MASKER/RESPIRATORY PROTECTIVE
EQUIPMENT

Masker (respiratory protective equipment) berperan penting untuk


melindungi saluran pernafasan dari mikroorganisme patogen yang
bertransmisi via droplets ataupun airborne, terutama saat melalukan
tindakan yang menghasilkan aerosol.

Tabel 3.10. Kategori Masker dan Perbedaannya70, 71


Masker Bedah (Surgical Mask) Masker Respirator ( Particulate Respirator Mask)

1. penahan cairan (fluid-repellent) atau penghalang


terlontarnya percikan/droplets dari pengguna ke orang melindungi saluran nafas pengguna dari paparan
Manfaat lain atau lingkungannya kontaminan (droplets, airborne) karena mampu menyaring
penghalang
2. fisik dari partikel droplets darah atau min. 95% partikel airborne berukuran 300 nm (0,3 mikron)
cairan tubuh untuk melindungi pengguna
MASKER/RESPIRATORY
MASKER/RESPIRATORY
MASKER/RESPIRATORY
PROTECTIVE
PROTECTIVE
PROTECTIVE
EQUIPMENT
EQUIPMENT
EQUIPMENT
tindakan yang berpotensi menghasilkan splatter dan aerosol
Indikasi tindakan yang berpotensi menghasilkan droplets dan
(mis. nasopharyngeal swab, preparasi gigi, ekstraksi gigi,
Masker (respiratory
Penggunaan Masker
Masker protective
(respiratory protective
equipment)
(respiratory
aerosol protective
equipment)
equipment)
berperan berperan
penting
berperan
untuk
penting
penting
melindungi
untuk untuk
melindungi
saluran
melindungi
pemolesan gigi tiruan)
saluran
saluran
pernafasan
pernafasan
dari
pernafasan
mikroorganisme
dari mikroorganisme
dari mikroorganisme
patogen yang
patogen
bertransmisi
patogen
yang yang droplets
bertransmisi
via
bertransmisi droplets
via droplets
via ataupun airborne,
ataupun
ataupun
airborne,
airborne,
Bentuk &
Fitting moulded atau non-moulded; fitting; longgar cup-shaped; duck bill; cone-shaped; flat-fold fitting; ketat
terutama saat melalukan tindakan yang menghasilkan aerosol.
terutama saat melalukan tindakan yang menghasilkan aerosol.
terutama saat melalukan tindakan yang menghasilkan aerosol.

Performa mampu menyaring >95% bakteri tapi tidak mampu mampu menyaring min. >95% partikel airborne berukuran
Filter Tabel.3.11. Kategori Masker dan Perbedaannya
menyaring partikelTabel.3.11. Kategori Masker dan Perbedaannya
Tabel.3.11. Kategori Masker dan Perbedaannya
berukuran kecil 30060, 61 mikron),
nm (0,3 60, 61 khususnya
60, 61 tipe FFP3

sekali pakai (disposable); pemakaian berulang (reuseable)


Batasan sekali pakai (disposable); tidak dibenarkan melakukan
Pemakaian terbatas hanya bila ketersediaan masker kurang dan
dekontaminasi)
prosesnya harus menmenuhi ketentuan pabrik

tipe FFP2 (Europe EN 149-2001), N95 (US NIOSH), FFP3 (UK),


Rekomendasi EN 14683 tipe IIR performance; KN 95 (China GB262-2006), P2 (Australia/New Zealand), DS2
WHO ASTM F2100 level 2 atau level 3 atau yang setara (Japan JMHLW-Notification 214-2018), Korea 1st Class (Korea
KMOEL-2017-64), PFF2 (Brazil)

Masker respirator tipe particulate dapat memberikan perlindungan lebih


ekstra karena disain filternya mampu menahan partikel airborne berukuran
<5μm, yang bila terhirup akan masuk ke bagian terdalam paru-paru, alveoli
dan menyebabkan infeksi saluran pernafasan.

Masker respirator tipe particulate dapat memberikan perlindungan lebih ekstra karena disain
Masker respirator tipe particulate dapat memberikan perlindungan lebih ekstra karena disain
Masker respirator tipe particulate dapat memberikan perlindungan lebih ekstra karena disain
Tabel 3.11. Kategori Masker Respirator Tipe Particulate 70
filternya mampu menahan partikel airborne berukuran <5μm, yang bila terhirup akan masuk ke
filternya mampu menahan partikel airborne berukuran <5μm, yang bila terhirup akan masuk ke
filternya mampu menahan partikel airborne berukuran <5μm, yang bila terhirup akan masuk ke
bagian terdalam paru-paru, alveoli dan menyebabkan infeksi saluran pernafasan.
bagian terdalam paru-paru, alveoli dan menyebabkan infeksi saluran pernafasan.
bagian terdalam paru-paru, alveoli dan menyebabkan infeksi saluran pernafasan.
Disposable particulate Reusable Powered Air Purifying Respirators
(filtering faceplace respirator) (elastometric respirator)
Tabel.3.12. Kategori Masker Respirator Tipe Particulate
Tabel.3.12. Kategori Masker Respirator Tipe Particulate (PAPRs)
Tabel.3.12. Kategori Masker Respirator Tipe Particulate
bagian facepiece dapat dibersihkan
seluruh bagian masker respirator harus aliran udaranya dapat digerakkan
untuk digunakan kembali dan hanya
Karakteristik dibuang ketika terjadi kerusakan akibat
perlu mengganti filter cartridges dengan
melewati filter dengan menggunakan
pemakaian tenaga baterai
yang baru

Fit Test Pengguna harus selalu melakukan positive fit test dan memeriksa seal masker di wajah saat inhalasi ekshalasi

sekali pakai; kondisi darurat dapat


Dekontaminasi didekontaminasi untuk pemakaian berulang
prosedur pembersihan, desinfeksi dan penyimpanan mengacu pada petunjuk pabrik

Seri N (Not Resisten to Oil, N95/N99/N100), Seri R (Resisten to Oil, R95/R99/R100),


Tipe Filter Seri P (Oil Proof, P95/P99/P100) P1 (low efficiency filters); P2 (medium efficiency filters);
P3 (high efficiency filters) biasanya pada reusable respirator

Gambar

51 51 51
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 43
Saat ini di pasaran banyak beredar tiruan dari masker respirator (N95) yang
dijual seolah-olah telah mendapat persetujuan NIOSH, namun tidak efisien
dalam memberikan perlindungan (https://www.cdc.gov/niosh/npptl/
usernotices/counterfeitResp.html). Oleh karena itu, penting memahami
cara identifikasi keaslian masker dengan memperhatikan petunjuk yang
tertera pada permukaan eksterior/terluar masker sebagai berikut:

Gambar 3.25. Cara Identifikasi Keaslian Masker N9572

Penggunaan masker respirator tipe


particulate dengan katup ekshalasi
(exhalation valves) tidak disarankan
karena didisain dengan katup
yang akan terbuka saat pengguna
berekshalasi sehingga mampu
melindungi penggunanya dari partikel
virus yang airborne tetapi tidak
mampu mencegah transmisi virus dari
pengguna ke lingkungan sekitarnya.
Oleh karena itu bila menggunakan
masker jenis ini, katup ekshalasi harus
ditutup lebih dulu dengan masker
bedah dengan tetap mengupayakan
agar tidak mengganggu fit dan seal
maskernya.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


44 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
Gambar Langkah-Langkah
Lakukan CTPS dan atau AHBR sebelum pemakaian

Letakkan masker tertangkup pada telapak tangan dengan


ujung jari berada di area nosepiece dan biarkan karet
pengikat masker tergantung bebas.

Posisikan masker dibawah dagu dengan area nosepiece


berada di atas.

Tahan posisi masker N95, lalu tarik karet pengikat bagian


atas hingga melewati area kepala dan diletakkan pada
bagian belakang kepala yang tertinggi.
Sembari tetap menahan posisi masker N95, tarik karet
pengikat bagian bawah hingga melewati area kepala untuk
diposisikan pada area leher dibawah telinga.
Kemudian posisikan nosepiece masker N95 pada hidung
Gunakan jari-jaripada kedua tangan untuk menekan area
di kedua sisi nosepiece mengikuti bentuk hidung dengan
gerakan ke atas - ke bawah.

Tidak dibenarkan menjepit area nosepiece menggunakan


hanya satu tangan karena mempengaruhi fitting masker
dan menurunkan efektivitasnya.
Selalu lakukan fit check sebelum merawat pasien, dengan
cara menangkupkan kedua telapak tangan hingga menutupi
seluruh permukaan masker, hati-hati agar tidak terlampau
menekan dan mengubah bentuk dan posisi masker.
Lalu lakukan ekshalasi (menghembuskan nafas) secara
perlahan dan keras (Positive Pressure Fit Check) dan inhalasi
(menarik nafas) (Negative Pressure Fit Check)

Positive Pressure Fit Check Negative Pressure Fit Check


Perbaiki posisi nosepiece, bila terasa kebocoran udara di
area nosepiece posisinya. Perbaiki posisi karet pengikat
di bagian kepala, bila terasa ada kebocoran udara di tepi
masker.
Tidak dibenarkan untuk melanjutkan tindakan perawatan
dengan masker yang tidak lolos fit check.

Gambar 3.26. Tahapan Pemakaian Masker N9573

Gambar Langkah-Langkah
Saat melepas masker, dilarang menyentuh permukaan luar
masker karena berpotensi terpapar kontaminan (droplets
dan aerosol yang mengandung mikroorganisme)

Pastikan tangan hanya memegang bagian karet pengikat


di kepala
Tanpa memegang masker, perlahan angkat dan lepaskan
karet pengikat bagian bawah dari area leher hingga
melewati kepala.

Kemudian masih dengan tanpa memegang masker,


perlahan angkat dan lepaskan karet pengikat bagian atas
di atas kepala.

Buang masker pada wadah penampungan limbah


infeksius

Kemudian lakukan prosedur CTPS dan atau ABHR 70%

Gambar 3.27. Tahapan Pelepasan Masker N9573

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 45
Masker respirator tipe particulate disposable (P2/N95) merupakan
komponen penting APD dalam melindungi petugas kesehatan dan idealnya
1) Memperpanjang durasi pemakaian masker (extended use).
tidak disarankan untuk digunakan berulang kali. Namun bila terjadi
Lama pemakaian masker
kelangkaan diperpanjang
produk hingga
di pasaran, maka maksimal
dapat 6-8
dilakukan jam per
strategi hari (tanpa doffi
manajemen
penyediaan masker sebagai berikut :69,74,75
dengan tetap memperhatikan rekomendasi dari pabrik dan tergantung kondisi masker.
1) Memperpanjang durasi pemakaian masker (extended use).
2) Menggunakan berulang kali (reuse).
Lama pemakaian masker diperpanjang hingga maksimal 6-8 jam per
hari (tanpa doffing)
CDC merekomendasikan dengan tetap memperhatikan
untuk menggantung lalu menjemur rekomendasi dari menyim
masker atau
pabrik dan tergantung kondisi masker.
masker dalam wadah tertutup berlubang ventilasi, di setiap jeda waktu pemakaian den
2) Menggunakan berulang kali (reuse).
syarat: masker CDC
dalam kondisi baik (tidak
merekomendasikan untukbasah, tidak berbau,
menggantung tidak robek,
lalu menjemur maskertidak beru
bentuk, tidak atau menyimpan masker dalam wadah tertutup berlubang ventilasi,
terkontaminasi oleh darah/saliva/cairan tubuh) dan permukaan terl
di setiap jeda waktu pemakaian dengan syarat: masker dalam kondisi
masker tidak baik
berkontak/kontak minimal
(tidak basah, tidak berbau,dengan kontaminan/mikroorganisme
tidak robek, tidak berubah bentuk, pato
tidak terkontaminasi oleh darah/saliva/cairan tubuh) dan permukaan
(dapat dilihat pada gambar 3.27). Viabilitas virus SARS-CoV-2 akan hilang secara signifi
terluar masker tidak berkontak/kontak minimal dengan kontaminan/
setelah 72 jam, namun tetap tidak dibenarkan masker reuse ini digunakan oleh pengg
mikroorganisme patogen (dapat dilihat pada gambar 3.30). Viabilitas
yang berbeda. virus
Perlu diperhatikan,
SARS-CoV-2 pengguna
akan hilang secaraharus berhati-hati
signifikan setelah 72 saat melepas (doffi
jam, namun
tetap tidak dibenarkan masker reuse ini digunakan oleh pengguna yang
masker agar bagian dalamnya tidak tersentuh/terkontaminasi, begitu juga saat memas
berbeda. Perlu diperhatikan, pengguna harus berhati-hati saat melepas
(donning) kembali. Reuse masker hanya direkomendasikan maksimal untuk 3-5 k
(doffing) masker agar bagian dalamnya tidak tersentuh/terkontaminasi,
pemakaian atau dapat berkurang bila masker tidak lolos positive fit check.
begitu juga saat memasang (donning) kembali. Reuse masker hanya
direkomendasikan maksimal untuk 3-5 kali pemakaian atau dapat
3) Melakukan rotasi masker (mask rotation), dengan cara:
berkurang bila masker tidak lolos positive fit check.
a) Menyediakan 4-7 set
3) Melakukan masker
rotasi masker N95 dan rotation),
(mask merotasi penggunaannya
dengan cara: untuk memb
a) Menyediakan 4-7 set masker N95 dan merotasi penggunaannya
kesempatan virus SARS-CoV-2 inaktif. Tiap masker digunakan bergantian dengan j
untuk memberi kesempatan virus SARS-CoV-2 inaktif. Tiap masker
penggunaan minimal 3-4 hari per masker.
digunakan bergantian dengan jeda penggunaan minimal 3-4 hari
per masker.
b) Masker N95 disimpan dalam wadah tertutup (dapat berupa kantong kertas yang dib
b) Masker N95 disimpan dalam wadah tertutup (dapat berupa kantong
lubang-lubang ventilasi udara), diberi identitas nama dan lingkup kerja penggu
kertas yang diberi lubang-lubang ventilasi udara), diberi identitas
tanggal pertama
namapemakaian,
dan lingkuptanda turus (tally
kerja pengguna, marks)
tanggal untuk pemakaian,
pertama penghitungan sik
dekontaminasitanda
. turus (tally marks) untuk penghitungan siklus dekontaminasi.


Gambar 3.27. Ilustrasi Tahapan Penyimpanan Masker N95
Gambar 3.28. Ilustrasi Tahapan Penyimpanan Masker N95

c) Kantong kertas berisi masker N95 diletakkan dalam suhu ruangan (21-23°C) den
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
46 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
kelembaban 40% agar viabilitas virus SARS-CoV-2 berkurang setelah 3-4 hari m
c) Kantong kertas berisi masker N95 diletakkan dalam suhu ruangan
(21-23⁰C) dengan kelembaban 40% agar viabilitas virus SARS-
CoV-2 berkurang setelah 3-4 hari masa penyimpanan.75


Gambar 3.28. Simulasi Rotasi Masker N95
Gambar 3.29. Simulasi
Rotasi Masker N95
4) Melakukan dekontaminasi masker (reprocessing/decontamination)
4) Melakukan dekontaminasi masker (reprocessing/decontamination)
Upaya dekontaminasi masker N95 harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut:64
Upaya dekontaminasi masker N95 harus memperhatikan prinsip-
a) Prosedur dekontaminasi dan reuse masker N95 hanya dilakukan pada kondisi krisis
prinsip berikut:74,75,76
kelangkaan masker dengan mempertimbangkan rekomendasi pabrik dan tidak
a) Prosedur dekontaminasi dan reuse masker N95 hanya dilakukan
berdampak negatif pada performa efektifitas filtrasi masker.
pada kondisi krisis kelangkaan masker dengan mempertimbangkan
b) Metode rekomendasi
dekontaminasi pabrikyang dipilih harus berdampak
dan tidak mampu menginaktivasi atau performa
negatif pada menurunkan
viral load SARS-CoV-2 dan mikrorganisme patogen lain yang melekat pada permukaan
efektifitas filtrasi masker.
b) Metode
masker, dekontaminasi
tetapi tetap yang dipilih
dapat mempertahankan harus
fungsi dan mampu menginaktivasi
kemampuan filtrasi masker,
atau menurunkan
tidak mengakibatkan deformasi viral loaddan SARS-CoV-2
masker, dan mikrorganisme
tidak meninggalkan residu bahan kimia
patogen
toksik berbahaya. lain yang melekat pada permukaan masker, tetapi tetap
dapat mempertahankan fungsi dan kemampuan filtrasi masker,
c) Masker N95 yang akan didekontaminasi dan dipakai berulang harus sesuai standar
tidak mengakibatkan deformasi masker, dan tidak meninggalkan
(NIOSH), tanpa katup terbuka, dalam kondisi baik dan tidak mengalami deformasi atau
residu bahan kimia toksik berbahaya.
degradasi.
c) Masker N95 yang akan didekontaminasi dan dipakai berulang harus
d) Proses dekontaminasi dan pemakaian berulang masker N95 akan menurunkan
sesuai standar (NIOSH), tanpa katup terbuka, dalam kondisi baik
performa danfitting
tidakdan filtrasinya, deformasi
mengalami seiring dengan
atau meningkatnya
degradasi. durasi pemakaian dan
jumlah pemakaian berulang. Level dari performa fitting berpotensi menurun terutama
d) Proses dekontaminasi dan pemakaian berulang masker N95 akan
menurunkan performa fitting dan filtrasinya, seiring dengan
pada area headstraps dan adjustable nocepiece setelah pemakaian berulang >5 kali. 67

meningkatnya durasi pemakaian dan jumlah pemakaian berulang.


e) Lakukan inspeksi kondisi masker N95 secara rutin (merujuk gambar 3.27). Bila terlihat
adanya Level dari performa
kerusakan pada area fitting berpotensi
headstraps menurunnocepiece,
dan adjustable terutamaatau
padaterdeteksi
area
headstraps dan adjustable nocepiece setelah pemakaian berulang >5
potensi kontaminasi tinggi, maka masker harus segera dibuang.
kali.77
f) Pastikan masker N95 hasil dekontaminasi dalam kondisi baik, serta lakukan positive dan
e) Lakukan inspeksi kondisi masker N95 secara rutin (merujuk
negative pressure user seal check sebelum merawat pasien.
gambar 3.27). Bila terlihat adanya kerusakan pada area headstraps
g) Prosedur disinfeksi dan sterilisasi masker N95 yang kurang efektif, akan meningkatkan
dan adjustable nocepiece, atau terdeteksi potensi kontaminasi tinggi,
risiko kontaminasi,
maka masker transmisi
harus dan inokulasi
segera membran mukosa virus SARS-CoV-2 yang
dibuang.
berakibat timbulnya infeksi COVID-19 pada pengguna (re-user).
f) Pastikan masker N95 hasil dekontaminasi dalam kondisi baik, serta
lakukan positive dan negative pressure user seal check sebelum
merawat pasien.
g) Prosedur disinfeksi dan sterilisasi masker N95 yang kurang efektif,
akan meningkatkan risiko kontaminasi, transmisi dan inokulasi
membran mukosa virus SARS-CoV-2 yang berakibat timbulnya
infeksi COVID-19 pada pengguna (re-user).
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut 55
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 47

Gambar 3.29. Evaluasi Kondisi Masker N95
Gambar 3.30. Evaluasi Kondisi Masker N95

5) Menggunakan masker tipe particulate reusable (elastomeric
5) Menggunakan masker tipe particulate reusable (elastomeric respirator, PAP
respirator, PAPR)
Masker tipe ini biasanya digunakan di lingkungan industri dan pertambangan. Penggu
Masker tipe ini biasanya digunakan di lingkungan industri dan
masker pertambangan. Penggunaan
ini dapat menjadi alternatif masker
solusi ini
di dapat menjadi
saat terjadi alternatif masker
kelangkaan solusi N95, de
di saat terjadi kelangkaan masker N95, dengan mempertimbangkan hal-
mempertimbangkan hal-hal berikut:68, 69
hal berikut:78,79
a) Terbuat dari bahan
a) Terbuat artifisial
dari bahan (silicone,
artifisial neoprene,
(silicone, ethylene
neoprene, propylene
ethylene propylenediene mon
rubber diene
atau monomer
proprietary elastomer)
rubber yang mudah
atau proprietary dibersihkan,
elastomer) yangdidisinfeksi
mudah dan
dibersihkan, didisinfeksi dan tidak menimbulkan reaksi alergi
menimbulkan reaksi alergi lateks.
lateks.
b) Memiliki efektifitas seal yang baik karena bahan masker fleksibel dan ma
b) Memiliki efektifitas seal yang baik karena bahan masker fleksibel
menyesuaikan dengan wajah pengguna. Disarankan untuk tidak menggunakan ma
dan mampu menyesuaikan dengan wajah pengguna. Disarankan
untuk tidak menggunakan make up wajah, membersihkan kumis/
wajah, membersihkan kumis/jenggot wajah dan melepas asesoris (anting hidung/tel
jenggot wajah dan melepas asesoris (anting hidung/telinga) saat
saat menggunakan masker untuk menjaga efektifitas sealnya.
menggunakan masker untuk menjaga efektifitas sealnya.
c) Penyaringan (filtrasi) udara menggunakan cartridges lepasan yang terdiri dari se
c) Penyaringan (filtrasi) udara menggunakan cartridges lepasan yang
filter dan atau dari
terdiri medium
sebuahadsorbent. atau mediumcartridges
filter danKemampuan adsorbent.menyaring
Kemampuan minyak (oil
cartridges menyaring minyak (oil) dan partikel lainnya diidentifikasi
partikel lainnya diidentifikasi oleh kode N, P atau R yang diikuti oleh angka 95/99/
Semakin oleh kode angkanya
besar N, P atau Rmaka
yang diikuti
semakin olehtinggi
angka kemampuan
95/99/100. Semakin
filter masker d
besar angkanya maka semakin tinggi kemampuan filter masker
penyaringan partikel udara.
dalam penyaringan partikel udara.
d) Masker elastomeric
d) Masker respirator
elastomeric memiliki memiliki
respirator katup ekshalasi
katup yang terpisah
ekshalasi yangsehingga u
terpisah sehingga udara yang diekshalasi oleh pengguna tidak akan
yang diekshalasi oleh pengguna tidak akan melewati filter dan membuat partikel ae
melewati
infeksius filter dan sehingga
terperangkap membuat partikel aerosol infeksius
risiko transmisi infeksi terperangkap
minimal saat digun
sehingga risiko transmisi infeksi minimal saat digunakan berulang.
berulang. Hal ini yang membedakan dengan masker N95, dimana partikel ae
Hal ini yang membedakan dengan masker N95, dimana partikel
infeksius akan terperangkap pada filter, sehingga bila proses dekontaminasi kurang
aerosol infeksius akan terperangkap pada filter, sehingga bila proses

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


48 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
dekontaminasi kurang baik dan masker digunakan berulang maka
risiko transmisi infeksi antara pasien yang satu dengan pasien
lainnya akan meningkat.
e) Keunggulan: masker tipe ini dapat didisinfeksi dan digunakan
berulang kali, selama pemakaian cukup hanya mengganti cartridges
filter lepasan (per bulan atau per tahun sesuai anjuran pabrik)
dengan biaya yang ekonomis, masker dapat digunakan hingga
maksimal 8 jam (untuk tipe elastomeric respirator).
f) Kekurangan: ada kemungkinan pengguna merasa kurang nyaman saat
menggunakan facepiece (terasa pengap, iritasi pada kulit); kesulitan
berkomunikasi verbal karena seal yang ketat mengakibatkan suara
pengguna kurang terdengar jelas; biaya pembelian 1 set masker
cukup mahal; masker ini tidak dapat digunakan oleh seseorang yang
terinfeksi COVID-19 karena partikel aerosol infeksius akan keluar
melalui exhale vent (kecuali bila ditutup dengan masker bedah).

Metode dekontaminasi yang direkomendasikan:

Tabel 3.12. Metode Dekontaminasi Masker N9580,81,83,84

Dekontaminasi Cara Keunggulan Kekurangan


pemanasan dilakukan mampu belum jelas perlu tidak
pada suhu 70°C selama mempertahankan adanya pengaturan
30-60 menit dengan integritas filter masker kelembaban untuk
menggantung masker (98,5%) bila pemanasan menginaktivasi
Heat di dalam oven atau menggunakan mesin virus SARS-CoV-2;
(Pemanasan) mesin penghangat penghangat selimut penggunaan oven/
selimut RS (pengaturan rumah sakit microwave oven
jarak masker >15cm berpotensi merubah
terhadap dinding bentuk masker
logam)
pemanasan kering metode sederhana, tidak disebutkan namun
selama 50 menit mampu menginaktivasi perlu studi lebih lanjut
pada suhu 100°C virus SARS-CoV-2 tanpa
Dry heat menggunakan mengurangi performa
(pemanasan alat penanak nasi efisiensi filter, tidak
kering) elektronik/oven meninggalkan residu
elektrik kimiawi dari bahan
toksik.
masker di steam pada mampu tidak disebutkan namun
suhu 125°C selama 5 mempertahankan perlu studi lebih lanjut
Steam Cleaned/ menit efektifitas filter masker
Steam (91,7 – 98%) pasca
Sterilization penguapan; mampu
menginaktivasi virus
SARS-CoV-2
menggunakan lampu mampu menginaktivasi gelombang UV-C dapat
Ultraviolet UV-C dengan kisaran virus SARS-CoV-2 mengiritasi mukosa
Germicidal panjang gelombang dengan minimal kulit, mata sehingga
Irradiation 202-280 nm selama degradasi pada masker penggunaannya harus
(UVGI) 10-15 menit memenuhi dosis khusus.
penguapan mampu menginaktivasi fragmentasi material
Hydrogen menggunakan cairan virus SARS-CoV-2 elastik pada karet
Peroxide hidrogen peroksida dengan minimal pengikat masker,
Vaporization degradasi pada masker; perubahan warna pada
(HPV) dapat dilakukan berkali- logam bagian nosepiece
kali (multiple cycles) masker

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 49
Gambar 3.30. Dekontaminasi Masker N95 deng

A-A section
Inside

A A
Outside
Gambar 3.30. Dekontaminasi Masker N95 dengan Metode Dry Heat70
Dry Heat Filtration Fit-test
(100 ⁰C for 50 min) Decontamination performance
Gambar 3.30. Dekontaminasi Masker N95 dengan Metode Dry Heat
Gambar 3.31. Dekontaminasi Masker N95 dengan Metode Dry Heat80 70



Gambar 3.30. Dekontaminasi Masker N95 dengan Metode Dry Heat
Gambar 3.30. Dekontaminasi Masker N95 dengan Metode Dry Heat
70 70


Gambar 3.31. Dekontaminasi Masker N95 dengan Mesin Penghangat Selimut Rumah Sakit
Gambar 3.31. Dekontaminasi Masker N95 dengan Mesin P



Gambar 3.31. Dekontaminasi Masker N95 dengan Mesin Penghangat Selimut Rum

Gambar 3.32. Dekontaminasi Masker
N95
Gambar 3.31. Dekontaminasi Masker N95 dengan Mesin Penghangat Selimut Rumah Sakit
Gambar 3.31. Dekontaminasi Masker N95 dengan Mesin Penghangat Selimut Rumah Sakit
66 66

dengan Mesin Penghangat Selimut Rumah Sakit81


Gambar 3.32. Cara Meletakkan Masker N95 Untuk Persiapan Dekontaminasi dengan UVG

(Atas) Taut Strap Approach; (Bawah) Side Mounting Approach73, 74

PAKAIAN PELINDUNG/ISOLATION GOWN




Setelah bekerja melakukan tindakan perawatan pasien di ruang pelayanan, seluruh permuk

Gambar 3.32. Cara Meletakkan Masker N95 Untuk Persiapan Dekontaminasi dengan UVGI;
Gambar 3.32. Cara Meletakkan Masker N95 Untuk Persiapan Dekontaminasi dengan UVGI;
(Atas) Taut Strap Approach; (Bawah) Side Mounting Approach 73, 74 73, 74
(Atas) Taut Strap Approach; (Bawah) Side Mounting Approach
pakaian kerja yang digunakan oleh tenaga kesehatan gigi dan mulut akan terkontaminasi

mikroorganisme patogen yang berasal dari pasien, lingkungan kerja ataupun dari pet

Gambar 3.32. Cara Meletakkan Masker N95 Untuk Persiapan Dekontaminasi den
PAKAIAN
PAKAIAN PELINDUNG/ISOLATION
PELINDUNG/ISOLATION
kesehatan itu sendiri. 75 GOWN
Gambar 3.33. Cara GOWN
Meletakkan Masker N95
Gambar 3.32. Cara Meletakkan Masker N95 Untuk Persia
(Atas) Taut Strap Approach; (Bawah) Side Mounting Approach
Untuk Persiapan Dekontaminasi dengan UVGI; 73, 74

(Atas) Taut Strap Approach; (Bawah) Side Mo


(Atas) Taut Strap Approach; (Bawah) Side Mounting Approach76
Setelah bekerja melakukan tindakan perawatan pasien di ruang pelayanan, seluruh permukaan
Setelah bekerja melakukan tindakan perawatan pasien di ruang pelayanan, seluruh permukaan
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
50 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
pakaian kerja yang digunakan oleh tenaga kesehatan gigi dan mulut akan terkontaminasi oleh
pakaian kerja yang digunakan oleh tenaga kesehatan gigi dan mulut akan terkontaminasi oleh
PAKAIAN PELINDUNG/ISOLATION GOWN
PAKAIAN PELINDUNG/
ISOLATION GOWN

Setelah bekerja melakukan tindakan perawatan pasien di ruang pelayanan,


seluruh permukaan pakaian kerja yang digunakan oleh tenaga kesehatan gigi
dan mulut akan terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen yang berasal
dari pasien, lingkungan kerja ataupun dari petugas kesehatan itu sendiri.75

Tabel 3.13. Klasifikasi Pakaian Kerja


Tabel 3.14. Klasifikasi Pakaian Kerja menurut Association for the Advancement of Medical
menurut Association for the Advancement
Instrumentation (AAMI) & FDA (2020)76 85,86
Kriteria Isolation Gown of Medical Instrumentation
Surgical gown (AAMI) & FDA (2020)Coverall
prosedur perawatan tindakan bedah atau prosedur
Tabel 3.14. Klasifikasi Pakaian Kerja menurut Association for the Advancement of Medical perawatan yang
Kriteria
yang berpotensi Isolation
terjadi Gown
tindakan Surgical
lain gown berpotensi
yang Coverall
terjadi kontak
Instrumentation (AAMI) & FDA (2020) 76
kontak langsung dengan
Kriteria membutuhkan
prosedur perawatan
Isolation Gown tindakan asepsis
bedah atau langsung
Surgical gown prosedurdengan
perawatan darah
yang dan
Coverall
Indikasi darah dan cairan tubuh.
prosedur dan berpotensi
yang berpotensi
perawatan tindakan
tindakan terjadi
lain yang
bedah cairan tubuh
berpotensi
atau atau kontak
terjadi
prosedur kontaminan
perawatan yan
terjadi kontak
yang berpotensi terjadi membutuhkan
tindakan asepsis
kontak langsung dengan langsung
lain lainnya,
yang dengan darah
tindakan
berpotensi dan terjadi
bedah atau konta
Indikasi langsung dengan
kontak langsung dengan dan berpotensi terjadi
membutuhkan
darah dan cairan tubuh. cairan tubuh
asepsis
tindakan atau
langsung kontaminan
lain dengan yang darah da
Indikasi darah dan cairan
darah dan cairan tubuh. kontak langsung
dan berpotensi lainnya, tindakan
terjadi cairan bedah
tubuh atau kontamina
tubuh. dengan darah dan membutuhkan asepsis.
atau tindakan lain yang
material kain material kain kontak langsung dengan lainnya, tindakan bedah ata
material disposable
cairan tubuh. membutuhkan asepsis.
darah dan cairan tubuh. tindakan lain yan
Bahan disposable/reusable disposable/reusable (polyethrine, polypreprine),
membutuhkan asepsis.
material kain material kain material disposable (polyethrine,
Bahanmaterial kain steril
disposable/reusable disposable/reusable
material kain kain reusable
polypreprine), kain reusable
material disposable
perlindungan
Bahan minimal perlindungan
disposable/reusable steril minimal perlindungan
disposable/reusable optimal pada
(polyethrine, polypreprine),
pada area tubuh bagian pada area tubuh steril bagian seluruh tubuh penggunanya,
kain reusable
perlindungan minimal perlindungan minimal perlindungan optimal pada optimal pad
Kelebihan depan. depan.
perlindungan minimal
pada area tubuh
perlindungan minimal
pada area tubuh mulai dari kepala, tangan serta
perlindungan
seluruh tubuh penggunanya,
pada area
Kelebihan tubuh
bagian depan.bagian bagian
pada depan.
area tubuh bagian
mulai dariseluruh
punggung dan tubuh
kaki
kepala, tangan penggunany
bagian
serta
Kelebihan depan. depan. punggungmulai
bawah. dan kaki dari kepala, tangan sert
bagian
punggung dan kaki bagia
hanya melindungi tubuh hanya bagian lengan bila bawah.
desain coverall dibuat
bawah.
bagian depan hingga hanya tangan dan
melindungi dada
hanya bagiansaja
lengan dengan
bila zipper
desain coverall di depan,
dibuat
hanya melindungi tubuh hanya bagian lengan bila desain coverall dibua
lutut kaki bagian
saja karena
tubuh
depan yang terbuat dari bahan
bagian depan
hingga tangan
tangan dandan
dada sajaberpotensi
dada dengan
saja zipper terjadi
di depan,
dengan kebocoran
zipper di depa
area hingga
punggungnya lutut kaki
dengan
lutut kaki saja karena yang
proteksi terbuat dari
tinggi berpotensi
terutama
yang terbuat dari bahan terjadi
bila bahan coverall
kebocoran
berpotensi terjadi kebocora
terbuka; kurang mampu
area saja karena area bahan
sehingga kurang mampu
punggungnya dengan
dengan proteksi proteksi terutama
terbuat
tinggi dari bila bahan coverall
kain dan
terutama bila zipper
bahan covera
Kekurangan menahan kontaminasi punggungnya terbuka; tinggi
untuk
terbuka; kurang mampu
sehingga
menahan
sehingga kurang mampu
terbuatdari
terbuat dari kain dandari
plastik
terbuat
zipper
sehingga
kain dan zippe
kurang mampu kurang mampu untuk terbuat dari plastik sehingga
Kekurangan
Kekurangan menahan
cairan atau bahan toksik kontaminasi
kontaminasi untuk atau menahan
cairan kontaminasi perlu dibuat terbuat dari yang
pelapis/flap plastik
yang sehingg
menahan kontaminasi menahan perlu dibuat pelapis/flap
cairan atau bahan toksik
dari berbagai arah atau bahan
cairan bahan kontaminasi
toksik
cairan ataudari
bahancairan atau
dapat
dapat perlu pada
dilekatkan
dilekatkan dibuat
pada
bahanpelapis/flap
bahan yan
karena tidak dari terbuat
berbagai
toksik arah
dari berbagai
berbagai arah. bahan
toksik toksik coverall
dari berbagai dari dapat
coverall untuk
untuk dilekatkan
mencegah mencegah pada baha
karena arah
dari bahan dengan
tidak
karena terbuat
tidak berbagai arah.
arah. kebocorancoverall
tersebut.
kebocoran tersebut.
untuk mencega
dari terbuat
bahan dari dengan
bahan kebocoran tersebut.
proteksi tinggi. dengan proteksi tinggi.
proteksi tinggi.

Ilustrasi Ilustrasi Ilustrasi



EN 13795 performance level
high atau AAMI level 3 ISO 16603 class 3 exposur
EN 13795 high performance level atau AAMI ISO 16603 class 3 exposure
EN 13795 high performance level agar
atau AAMI terhadap
level 3 ISO pressure
performance agar resisten terhadap penetrasi cairan;
level 3 performance resisten 16603 class
pressure
atau minimal 3 yang
exposure
atau minimal yan
performance agar resisten terhadap penetrasi cairan;
penetrasi cairan; pressure atau
setara
setara agar resistenminimal
agar
terhadap yang terhada
resisten

Standar
AAMI PB70 level 4 performance atau minimal penetrasi
yang
setara agar cairan;
penetrasi cairan;
resisten terhadap
AAMI PB70 setara
level AAMI
4 PB70
agar level 4 performance
resisten
performance terhadap
atau atau mikroorganisme
minimal yang ISO 16604 class 2 exposure ata
penetrasi cairan;
Standar WHO Standar WHO minimal yang setara agar
patogen yang masuk melalui darah. resisten terhadap ISO 16604 class
minimal 2 exposure
yang setara aga
setara agar resisten terhadap mikroorganisme ISO 16604 class 2 exposure atau
WHO mikroorganisme patogen yang masuk melalui atau minimal yang setara
resisten terhada
patogen yang masuk melalui darah.
darah. minimal yang
agar resisten terhadapsetara agar
mikroorganisme patogen yan
resisten
mikroorganisme patogen terhadap
masuk melalui darah yang
masuk melalui darah
mikroorganisme patogen yang

masuk melalui darah
Dalam upaya mencegah transmisi silang selama penggunaan pakaian kerja harus diperhatik
beberapa hal antara lain:
Dalam upaya mencegah transmisi silang selama penggunaan pakaian kerja harus diperhatikan
1) Mengganti pakaian dengan pakaian kerja (scrubs berupa setelan baju dan celana panjan
beberapa hal antara lain:
sebelum melakukan tindakan dan kembali mengganti pakaian saat akan pulang.
1) Mengganti pakaian dengan pakaian kerja (scrubs
Petunjukberupa setelan
Teknis Pelayanan baju
Kesehatan Gigi dan celana
dan Mulut
51panjang)
2) Gunakan pakaian kerja yang
di Fasilitas efektif
Kesehatan melindungi
Tingkat dari
Pertama Pada Masa cairan
Adaptasi dan Baru
Kebiasaan penetrasi mikroorganism
sebelum melakukan tindakan dan kembali mengganti pakaian saat akan pulang.
nyaman digunakan, tidak menghalangi gerakan operator, biokompatibel, durasi waktu unt
Dalam upaya mencegah transmisi silang selama penggunaan pakaian kerja
harus diperhatikan beberapa hal antara lain:
1) Mengganti pakaian dengan pakaian kerja (scrubs berupa setelan baju dan
celana panjang) sebelum melakukan tindakan dan kembali mengganti
pakaian saat akan pulang.
2) Gunakan pakaian kerja yang efektif melindungi dari cairan dan penetrasi
mikroorganisme, nyaman digunakan, tidak menghalangi gerakan
operator, biokompatibel, durasi waktu untuk proses penggunaan dan
pelepasannya singkat, tidak mudah terbakar, tidak berbau dan terbuat
dari material dengan ukuran serabut mikro/microfibers.
3) Bila sistem ventilasi ruangan dan peralatan pendukung di FKTP kurang
tersedia, disarankan untuk menggunakan coverall dan melapisinya
dengan isolation gown atau apron, untuk perlindungan yang optimal
terhadap bioaerosol.
4) Gunakan isolation gown yang berkerah leher tinggi, menutupi seluruh
bagian dada operator dan berlengan panjang agar terlindung dari
percikan dan aerosol selama tindakan. Disarankan untuk menggunakan
warna terang dan hindari warna gelap atau motif yang ramai, untuk
memudahkan mendeteksi adanya kebocoran dan kontaminasi.
5) Isolation gown dan atau apron yang digunakan operator, harus diganti
di setiap pergantian pasien terutama untuk apron terluar. Apron terbuat
dari bahan polyester dengan dilapisi PVC atau bahan pelapis anti-air
lainnya agar resisten terhadap cairan untuk dapat digunakan sekali
pakai atau berulang setelah disinfeksi. Rekomendasi dimensi apron:
minimal berat 250-300 gr/m2; panjang 120-150 cm; lebar 70-90 cm,
dengan kancing perekat mulai dari sisi leher hingga dibawah isolation
gown atau lutut.

SEPATU PELINDUNG (SEPATU


BOOTS ATAU COVER SHOES)

Kegunaan sepatu pelindung adalah memberikan perlindungan pada kaki


petugas kesehatan dari tumpahan atau percikan darah, cairan tubuh lain dan
bahan toksik, mencegah kemungkinan tertusuk benda tajam atau tertimpa
alat medis yang berisiko mencederai.
1) Gunakan sepatu pelindung (sepatu boots atau covershoes) yang
tingginya mencapai lutut pengguna atau lebih tinggi daripada bagian
bawah isolation gown atau apron, terutama saat prosedur perawatan
pasien, penanganan limbah medis, tindakan operasi, penanganan linen,
dan penanganan peralatan medis dokter gigi di ruang sterilisasi.
2) Segera lepaskan sepatu jika terkena percikan darah atau cairan tubuh
untuk dilakukan pembersihan dan proses dekontaminasi.
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
52 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
Tabel 3.14. Klasifikasi Sepatu Pelindung

SEPATU BOOTS COVER SHOES


nyaman digunakan; warna cerah untuk
bahan karet, warna cerah untuk memudahkan
memudahkan deteksi kontaminan; terbuat dari
Ketentuan deteksi kontaminasi, sol sepatu memenuhi
bahan yang tidak mudah robek; resisten terhadap
standar EN13287 SRA/SATRA TM144 (anti selip)
cairan

Batasan Pemakaian Pemakaian berulang/reusable sekali pakai/disposable

tertutup, resisten terhadap cairan kimiawi,


Keunggulan benda tajam dan panas; tidak licin; tertutup; ringan dan mudah pemakaiannya
mudah desinfeksinya

1. direndam dalam larutan hypochlorite 0,5% dibuang sebagai


selama 30 menit lalu bilas dengan air dan limbah medis infeksius
dikeringkan di bawah sinar matahari;
Alternatif Cara 2. permukaan sol sepatu boots dicelupkan dalam
Dekontaminasi wadah berisi larutan hypochlorite 0,5% dan
disikat bila terdapat kotoran yang menempel
3. seluruh permukaan sepatu disemprot dan
dibasuh dengan alkohol 70% lalu diangin
anginkan.

PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)


PASIEN TIDAK TERINDIKASI/ PASIEN SUSPEK/PROBABEL/ PASIEN NEGATIF/SUSPEK/
NEGATIF COVID-19 POSITIF COVID-19 PROBABEL/ POSITIF COVID-19

TINDAKAN NON AEROSOL TINDAKAN NON AEROSOL TINDAKAN AEROSOL

KAPAN ? KAPAN ? KAPAN ?


• Pasien sehat, tidak terindikasi • Pasien memiliki gejala COVID-19 atau • Operator melakukan tindakan
COVID-19 menunggu hasil tes atau hasil tes perawatan berpotensi menghasilkan
• Operator berada di jarak < 2m dengan terkonfirmasi positif aerosol
pasien selama> 1 menit • Pasien positif COVID-19: kasus • Pasien positif COVID-19: kasus
Emergensi Emergensi
DIMANA ?
• Loket Penerimaan Pasien DIMANA ? DIMANA ?
• Ruang Praktik Dokter Gigi • Loket Penerimaan Pasien • Ruang Praktik Dokter Gigi
• Ruang Praktik Dokter Gigi
APD ? APD ?
• Masker Bedah APD ? • Masker N95
• Kacamata Pelindung/Goggles atau • Masker N95 • Kacamata Pelindung/Goggles
Pelindung Wajah/Face Shields • Kacamata Pelindung/Goggles • Pelindung Wajah/Face Shields
• Pelindung Wajah/Face Shields • Pelindung Kepala/Head Cap
• Pelindung Kepala/Head Cap • Coverall atau Isolation Gown
• Isolation Gown • Apron
• Apron • Sarung Tangan (Double Gloving)
• Sarung Tangan (Double Gloving) • Sepatu Boots/Covershoes
• Sepatu Boots/Covershoes

SELALU LAKUKAN KEWASPADAAN STANDAR DENGAN CTPS

Gambar 3.34. Rekomendasi Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Penggunaan APD pada pelayanan kesehatan gigi dan mulut


mengikuti perkembangan rekomendasi dari WHO dan
CDC.16,69

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 53
2. Kewaspadaan Transmisi (transmission based precautions)
Kewaspadaan transmisi (transmission based precautions) merupakan lapis
kedua dari kewaspadaan isolasi, yaitu tindakan pencegahan atau pengendalian
infeksi yang dilakukan pada saat memberikan pelayanan baik pada kasus yang
belum maupun yang sudah terdiagnosis penyakit infeksinya. Kewaspadaan ini
diterapkan untuk mencegah dan memutus rantai penularan penyakit melalui
kontak (langsung dan tidak langsung), droplets, udara (airborne), vehikulum dan
vektor (serangga dan binatang pengerat).

a) Kewaspadaan Transmisi Kontak


Tindakan kewaspadaan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi
yang ditularkan melalui kontak baik secara langsung (menyentuh kulit, lesi,
sekresi atau cairan tubuh yang terinfeksi) ataupun tidak langsung (melalui
tangan petugas atau orang lain saat menyentuh peralatan, air, makanan
atau sarana lain). Bertujuan untuk memutus mata rantai penularan
mikroorganisme penyebab infeksi, yang terjadi melalui transmisi kontak.
Pembatasan jumlah orang yang berada di dalam ruang praktik dokter gigi
saat dilakukan perawatan dengan menerapkan prinsip four-handed dentistry
serta penatalaksanaan desinfeksi permukaan lingkungan kerja merupakan
salah satu upaya kewaspadaan transmisi kontak.

b. Kewaspadaan Transmisi Droplet


Tindakan kewaspadaan yang dilakukan untuk menghindari penularan
penyakit infeksi melalui paparan droplet saat batuk, bersin atau berbicara.
Kewaspadaan ini bertujuan untuk memutus mata rantai penularan
mikroorganisme penyebab infeksi, yang mungkin terjadi melalui transmisi
droplet. Penerapan CTPS/ABHR, memberi jarak (physical distancing),
penggunaan masker dan etika batuk-bersin merupakan salah satu upaya
kewaspadaan transmisi droplet.

Tabel 3.15. Strategi Mengurangi Paparan Droplet di Kedokteran Gigi18


Disiplin Ilmu Kewaspadaan Khusus
Rubber dam harus digunakan selama perawatan endodontik. Perawatan
saluran akar biasanya memerlukan banyak alat dan bahan, perlu
Endodontik dilakukan minimalisasi kontak dengan permukaan benda dan alat-alat
pada ruangan perawatan untuk menghindari kemungkinan terjadinya
transmisi penyakit.
Hindari penggunaan rotary instruments selama preparasi kavitas.
Konservasi Gigi Pada kasus-kasus khusus dapat dipertimbangkan untuk menggunakan
dan Kedokteran preparasi kimiawi atau teknik ART (atraumatic restoration). Jika
Gigi Anak diperlukan menggunakan rotary instrument, maka harus digunakan
rubber dam
Instrumen manual maupun ultrasonik sama-sama efektif untuk
Periodontik mengangkat plak dan kalkulus. Jika diperlukan, direkomendasikan
untuk melakukan scaling dan polishing manual

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


54 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
Disiplin Ilmu Kewaspadaan Khusus
Penyedot saliva harus digunakan dengan hati-hati untuk mencegah
terjadinya muntah.
Pilih dan sesuaikan ukuran sendok cetak saat melakukan pencetakan
untuk mencegah refleks batuk. Untuk pasien yang sangat sensitif,
dapat digunakan anestesi mukosa oral hingga ke tenggorokan sebelum
dilakukan pencetakan. Saat preparasi mahkota maupun fixed partial
Prostodontik denture, pertimbangkan alternatif rencana perawatan lain jika terdapat
kesulitan memasang rubber dam (misal. membuat disain supra-gingival
margin untuk GTJ posterior atau gunakan split-dam technique. Saat uji
coba gigi tiruan lepasan, hindari menyentuh benda lain setelah berkontak
dengan saliva pasien. Setelah mengeluarkan benda dari mulut pasien
(misal. gigi tiruan, hasil cetakan, bite record/tanggul gigitan) harus
didisinfeksi, minimal dengan disinfektan tingkat sedang (intermediate).
Saat melakukan tindakan pencabutan sederhana, tempatkan pasien
Bedah Mulut
pada posisi supine untuk menghindari bekerja pada jalur napas pasien

c. Kewaspadaan Transmisi Udara (Airborne)


Tindakan pencegahan yang dilakukan untuk mencegah penyebaran infeksi
melalui udara dengan menghirup atau mengeluarkan mikroorganisme dari
saluran napas. Partikel bioaerosol yang berukuran < 5 µm dikeluarkan
dari saluran pernapasan dan dihasilkan dari tindakan yang menghasilkan
aerosol, kemudian dapat melayang di udara untuk beberapa waktu.
Tujuan kewaspadaan ini adalah untuk mencegah penularan infeksi akibat
mikroorganisme patogen yang beredar di udara dan dapat bertahan lebih
lama serta kemungkinan melayang keluar ruang tindakan aerosol dengan
jarak lebih jauh.

Penggunaan APD, pengaturan ventilasi dengan tekanan negatif,


dekontaminasi permukaan lingkungan kerja merupakan salah satu upaya
kewaspadaan transmisi udara. Pada masa adaptasi baru, untuk mencegah
transmisi infeksi virus SARS-CoV-2 melalui udara, direkomendasikan
beberapa upaya tambahan sebagai berikut:
1) Penggunaan Peralatan Tambahan untuk Isolasi Daerah Kerja
Saat ini banyak dikenal beberapa alat isolasi daerah kerja antara lain
high volume evacuator (HVE), saliva ejector, absorbent (cotton roll),
pelindung kerongkongan (throat shield), rubber dam (isolasi karet),
benang retraksi gingiva dan mouth prop/bite block yang digunakan
untuk mengganjal rongga mulut.
Tujuan dari prosedur isolasi daerah kerja antara lain:
a) Mencegah masuknya cairan sulkus gingiva, saliva dan darah.
b) Membantu retraksi jaringan lunak untuk memberikan lapang
pandang yang jelas.
c) Mencegah terjadinya trauma mekanik selama prosedur perawatan.
d) Melindungi operator dari percikan droplet dan aerosol.
e) Membantu efisiensi kerja operator.
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 55
Peralatan tambahan yang digunakan untuk isolasi daerah kerja :
a) Penggunaan Rubber Dam (Isolasi Karet)
Untuk mencegah transmisi partikel virus SARS-CoV-2 yang
terkandung dalam aerosol saat dilakukan tindakan preparasi
menggunakan high speed handpiece, sangat disarankan untuk
menggunakan rubber dam (isolator karet) karena terbukti efektif
mencegah penularan mikroorganisme sebanyak 95-99%. Namun
penggunaan alat tersebut merupakan kontra indikasi pada kondisi:
(1) gigi yang telah direstorasi dengan mahkota porselen/ceramik
(2) gigi yang belum erupsi sempurna
(3) pasien menderita penyakit asma dan parkinson
(4) pasien alergi pada bahan karet (rubber)


Gambar 3.35. Rubber dam kit99
Gambar 3.34. Rubber dam kit (Sumber: koleksi pribadi drg. Rio Suryantoro, Sp.KG)

b) Penggunaan High Volume Evacuator (HVE)
b) Penggunaan High Volume Evacuator (HVE)
High-Volume Evacuator (HVE) adalah suatu alat yang berkemampuan
menghisap
High-Volume (suction) (HVE)
Evacuator sejumlah besar volume
adalah udara
suatu alat dalam
yang beberapa
berkemampuan me
saat kemudian dialirkan ke sistem evakuasi yang mampu
(suction) sejumlah besar volume udara dalam beberapa saat kemudian diali
mengeliminasi volume udara hingga 100 kubik per minute (cfm).87
sistem evakuasi yang mampu mengeliminasi volume udara hingga 100 kubik per
Terdapat referensi lain yang menyebutkan bahwa 100 kubik per
(cfm).87menit (cfm) merupakan kekuatan yang terlampau besar, diibaratkan
. Terdapat referensi lain yang menyebutkan bahwa 100 kubik per men
seperti menarik lebih dari 100 kantong kertas belanjaan (kira-
merupakan kekuatan yang terlampau besar, diibaratkan seperti menarik lebih d
kira 3/4 cuft) udara per menit melalui ujung kecil/tip alat HVE.
kantong kertas belanjaan (kira-kira 3/4 cuft) udara per menit melalui ujung kecil
Dicontohkan bahwa bila dibutuhkan 10 detik untuk mengeluarkan
1 kaki kubik udara, maka nilai cfm yang dibutuhkan adalah 10 x 6 =
HVE. Dicontohkan bahwa bila dibutuhkan 10 detik untuk mengeluarkan 1 ka
60 detik = 1 menit = 6 cfm. Rata-rata kemampuan HVE pada dental
udara, maka nilai cfm yang dibutuhkan adalah 10 x 6 = 60 detik = 1 menit = 6 cf
unit berkisar 9-10 kaki kubik per menit (cfm) dengan pembacaan
rata kemampuan HVE pada dental unit berkisar 9-10 kaki kubik per menit (cfm)
statis 12 InHg di akhir pembukaan katup.
pembacaan statis 12 InHg di akhir pembukaan katup.
Perlu diketahui bahwa 100 kubik per menit (cfm) yang dimaksud merupakan k
56 motor evakuasi saat keluar dari kompresor utama. Kapasitas motor evakuasi in
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru

dipengaruhi ketika aliran udara dari kompresor tersebut mengalir melalui ja


Perlu diketahui bahwa 100 kubik per menit (cfm) yang dimaksud
merupakan kapasitas motor evakuasi saat keluar dari kompresor
utama. Kapasitas motor evakuasi ini sangat dipengaruhi ketika
aliran udara dari kompresor tersebut mengalir melalui jalur pipa
yang panjang dan mencapai ujung terminal perangkat di dental unit.
Daya hisap akan menjadi sangat berbeda dan sangat tergantung
kondisi keadaan setempat terutama bila jalur saluran yang ada
tersumbat oleh kotoran-kotoran.88 Saat menggunakan HVE, dokter
gigi perlu memeriksa kekuatan dan volume aliran udara HVE
secara berkala. Oleh karena kemungkinan dapat dijumpai adanya
sistem yang memiliki jalur bersih dan menunjukkan aliran udara
yang cukup tetapi memiliki pengukuran statis tekanan vakum yang
sangat rendah (mmHg). Pada kondisi pemasangan dental unit yang
banyak jumlahnya dengan hanya menggunakan 1 buah kompresor,
maka perlu diperhatikan bahwa pada saat operator melakukan
tindakan dengan menggunakan sistem hisap HVE, akan terjadi
penurunan volume dan tekanan.89 HVE mampu mengurangi volume
partikel aerosol tetapi spesifikasi teknis dari pabrik tetap harus
dipertimbangkan dalam penggunaan HVE.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan HVE :


a) Lakukan pemeriksaan sumber daya (power) dan volume aliran
udara HVE secara berkala untuk memastikan sistem terbebas
dari sumbatan pada saluran yang akan mengakibatkan
performa penghisapan menurun sehingga volume udara di
sistem evakuasi rendah, terutama pada ruang praktik yang
memiliki lebih dari satu dental unit dimana sejumlah operator
bekerja secara berkesinambungan (suction system loop).
b) Perhatikan jarak antara HVE dengan peralatan lainnya saat
digunakan pada pasien. Operator harus memegang alat HVE
+6-15 mm menjauhi ujung alat ultrasonik atau alat preparasi/
pemoles.
c) Pastikan bahwa saat menggunakan HVE, operator mudah
mengakses rongga mulut pasien dan lapang pandang area kerja
yang cukup.
d) Sudut angulasi peralatan HVE yang diletakkan dalam mulut
pasien harus diatur sedemikian rupa agar tidak berkontak
dengan mukosa pipi dan lidah pasien. Namun ada kemungkinan
keterbatasan ergonomik yang terjadi saat penggunaan HVE
yaitu kesulitan memegang HVE karena alat terasa berat dan
lapang pandang terbatas.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 57
Gambar 3.36. Contoh Manajemen Aerosol dan Air Menggunakan
Teknologi HVE Mirror System100

Gambar 3.37. Contoh Manajemen Aerosol dengan menggunakan:


(A) Intra Oral HVE; (B) low volume evacuator103

e) Alat suction pada dental unit mempunyai saluran pembuangan


yang menyatu dengan pembuangan dental unit. Suction dental
unit sebagai HVE intra oral menjadi syarat wajib yang harus
dipenuhi dan harus selalu digunakan saat praktik pada tindakan
yang menghasilkan aerosol. Bilamana HVE intra oral memiliki
kekuatan vakum yang melebihi dari 100 cfm, sudah mencukupi
untuk mengurangi partikel aerosol selama tindakan, namun
perlu diingat untuk melakukan tera ukur ulang secara rutin 1
kali sebulan.
f) Penggunaan HVE ekstra oral/portabel harus memastikan
terdapat HEPA filter pada HVE tersebut serta merancang
proses pembuangan air keluar produk HVE langsung ke saluran
pembuangan limbah cair/lingkungan luar yang membantu
proses dilusi (pengenceran). Pastikan juga bahwa udara yang
keluar sudah melalui tahap pemusnahan virus SARS-CoV-2.
g) Penggunaan unit HVE ekstra oral/portabel terbukti mampu
membantu mengurangi jumlah partikel bioaerosol di dalam
ruangan dan akan mengurangi jumlah waktu pertukaran
udara, dibandingkan bila hanya mengandalkan kapasitas
pengaturan aliran udara di dalam gedung (sistem HVAC).
Namun penggunaan unit HVE ekstra oral/portabel memerlukan
pembiayaan yang cukup tinggi sehingga pengadaannya adalah
opsional.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


58 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
h) Apabila menggunakan unit HVE ekstra oral/portabel,
tempatkan unit tersebut di sekitar kursi pasien dan tidak
berada di belakang dokter gigi. Pastikan dokter gigi dan asisten
tidak berada di antara unit HVE dan mulut pasien. Posisikan
unit HVE tidak menarik udara ke dalam atau melewati zona
pernafasan tenaga kesehatan gigi dan mulut.

Tabel 3.16. Spesifikasi High Vacuum Evacuator42


Keterangan Diluar dental unit Menyatu dental unit
Voltage 220/50Hz 220/50Hz
Power 500-1000 KW 250-500 KW
Kekuatan vakum 10-35 Kpa 10-35 Kpa
Kekuatan aliran udara minimal 3000 ltr/menit lebih besar dari 100 cfm
HEPA Grade 13 NA
HEPA Filter Efisiensi 99.9% NA
HEPA Filter element's use life 6-12 bulan NA
Kebisingan kurang dari 65 kurang dari 65
Diameter pipa suction (mm) 40-60 25-50
Panjang pipa suction/arm length (cm) 150-200 150-200


Gambar 3.37. Contoh Manajemen Bioaerosol Menggunakan HVE Ekstra Oral Portabel
Gambar 3.38. Contoh Manajemen Bioaerosol 91

Menggunakan HVE Ekstra Oral Portabel 101,102



2) Berkumur dengan Obat Kumur Antiseptik
2) Berkumur dengan Obat Kumur Antiseptik
Berkumur dengan menggunakan antiseptik atau obat kumur merupakan salah satu upaya
Berkumur dengan menggunakan antiseptik atau obat kumur merupakan
untuk pencegahan penyebaran virus COVID-19, karena saliva mengandung konsentrasi
salah satu upaya untuk pencegahan penyebaran virus COVID-19, karena
tinggi virus SARS-CoV-2. saliva
Beberapa obat kumur
mengandung atau mouthwash
konsentrasi yang disarankan
tinggi virus SARS-CoV-2. Beberapa untuk
obat
digunakan: kumur atau mouthwash yang disarankan untuk digunakan: 42,105

a) Hydrogen peroxide (H2O2)


a) Hydrogen peroxide (H2O2)
Virus SARS-CoV-2 rentan terhadap oksidasi, maka dianjurkan
Virus SARS-CoV-2 rentan terhadap
agar oksidasi, maka
pasien berkumur sebelumdianjurkan
perawatan agar pasien
dengan berkumur
agen oksidatif
sebelum perawatan dengan agen oksidatif semacam H2O2 1% untuk mengurangi viral
semacam H2O2 1-1,5 % untuk mengurangi viral load dalam saliva.
load dalam saliva.
b) Cetylpyridinium chloride (CPC)
Ada dugaan bahwa CPC mampu menginaktifkan Petunjukvirus SARS-CoV-2
Teknis Pelayanan karena
Kesehatan Gigi dan Mulut memiliki
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 59
mekanisme lisosomotropic dan mampu menghancurkan kapsul virus. Temuan ini
b) Cetylpyridinium chloride (CPC)
Ada dugaan bahwa CPC mampu menginaktifkan virus SARS-
CoV-2 karena memiliki mekanisme lisosomotropic dan mampu
menghancurkan kapsul virus. Temuan ini mengindikasikan bahwa
CPC efektif melawan enveloped viruses seperti SARS-CoV-2.
c) Iodopovidone/Povidone-Iodine (PVP-I)106,107
Studi yang terbaru menunjukkan bahwa penggunaan obat kumur
0.23% PVP-I selama 30 detik sebelum perawatan mampu mengurangi
viral load virus SARS-CoV-2 pada pasien yang terkonfirmasi positif
COVID-19.

Cara pemakaian antiseptik sebelum tindakan kedokteran gigi.42


a) Larutan antiseptik dikumurkan di area depan (rongga mulut) selama
30 detik
b) Selanjutnya memiringkan kepala ke arah belakang sekitar 45
derajat lalu berkumur selama 30 detik hingga mengeluarkan suara
(“RRRRR”) kemudian dibuang.
c) Untuk pasien terkonfirmasi COVID-19, disarankan penggunaan
sebanyak 5-6 kali per hari. Untuk tenaga kesehatan yang memiliki
riwayat berkontak dengan pasien yang dicurigai COVID-19,
disarankan berkumur 3-4 kali per hari.

3.4. TAHAP SETELAH KUNJUNGAN PASIEN


A. Pembersihan Lingkungan Kerja
Virus SARS-CoV-2 mampu bertahan hidup dalam aerosol pada suhu ruangan (22⁰C)
dan kelembaban relatif 65% selama 3 jam, dan juga pada permukaan benda yaitu
aluminium (2-8 jam), stainless steel (48 jam), plastik (5 hari), gelas kaca (4 hari),
kertas (4-5 hari), baju (2 hari) dan kayu (4 hari).89 Oleh karena itu selama masa
adaptasi baru, protokol disinfeksi dan sterilisasi ruang praktik dokter gigi harus
dilakukan secara rutin dan seksama, terutama setelah pasien keluar dari ruangan
dengan memanfaatkan waktu jeda antar pasien, untuk memastikan bahwa seluruh
permukaan benda di lingkungan kerja terbebas dari kontaminasi. Beberapa hal-hal
yang dapat dijadikan pertimbangan antara lain:
1. Metode disinfeksi berbasis teknologi terbaru seperti iradiasi UV-C (ultra
violet-C), kabut ozon (stabilized ozon mist), hidrogen peroksida yang diuapkan,
dapat menjadi salah satu solusi disinfeksi ruangan untuk inaktivasi virus SARS-
CoV-2.
2. Tidak disarankan untuk eradikasi bakteri, dengan melakukan disinfeksi ruang
kerja dokter gigi menggunakan fogging dengan bahan kimia seperti formaldehida,
agen berbasis fenol, atau senyawa ammonium quartineri.
3. Ozone nanobubble water dapat menjadi salah satu pilihan untuk proses disinfeksi
ruangan namun penggunaannya dengan memperhatikan keamanan yang tinggi.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


60 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
4. Paparan UV-C dapat menyebabkan inaktivasi parsial virus SARS-CoV-2 dalam
waktu 1 menit paparan, dan semakin meningkat efektivitasnya dalam kurun
waktu 6 menit paparan, sehingga jumlah virus (viral load) akan berkurang hingga
400 kali lipat dan virus menjadi mati seluruhnya setelah 15 menit paparan.
Namun sinar UV-C juga sangat berbahaya jika terpapar ke sel tubuh manusia,
sehingga operator wajib keluar dari ruangan selama paparan sinar dijalankan.
5. Penggunaan simulasi sinar matahari secara in vitro juga efektif dalam membunuh
virus SARS-CoV-2 dalam waktu 6,8-14,3 menit dengan panjang gelombang UV-B
sebesar 0,3-1,6 W/m2.86

Dalam hal penanganan rekam medis pasien, maka perlu diperhatikan bahwa rekam
medis manual yang dibawa masuk ruang praktik dokter gigi (zona merah dan oranye)
harus diperlakukan sama dengan APD bekas pakai yang terkontaminasi. Oleh karena
virus SARS-CoV-2 mampu bertahan hidup pada permukaan kertas selama 4-5 hari,
maka dekontaminasi dengan merotasi rekam medik merupakan alternatif cara untuk
menginaktivasi virus SARS-CoV-2 dan meminimalkan transmisi infeksi COVID-19.
Berikut merupakan contoh tahapan dekontaminasi rekam medik manual:
1. Ketika melakukan prosedur pelepasan (doffing) APD, rekam medik yang
terkontaminasi dimasukkan ke dalam kantung penyimpanan (misalnya. kantung
plastik yang bersegel (zip lock) atau kantung kertas).
2. Menuliskan tanggal penggunaan rekam medik dan nomor rekam medik manual
pada label atau permukaan luar kantung penyimpanan.
3. Kantung penyimpanan berisikan rekam medik yang terkontaminasi, disimpan
dalam lemari atau ruangan khusus selama minimal 5 hari.
4. Petugas rekam medik yang melakukan penyimpanan dan pengarsipan rekam
medik, harus menggunakan APD (masker N95, goggles, face shield, sarung
tangan, isolation gown) dan melakukan CTPS.
5. Setelah penyimpanan minimal 5 hari, rekam medik manual dapat digunakan
kembali atau dilakukan pengarsipan.

FKTP harus melakukan prosedur rutin pembersihan dan desinfeksi permukaan


lingkungan kerja termasuk dental unit dan permukaan yang sering tersentuh. Selain
itu juga melakukan upaya-upaya sebagai berikut:

1. Menyediakan tempat sampah dengan penutup yang diberi label “sampah


infeksius” dengan bagian dalam tempat sampah dilapisi oleh kantong plastik
berwarna kuning; sedangkan untuk label “sampah non-infeksius” dilapisi oleh
kantong plastik berwarna hitam atau warna lainnya.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 61
untuk label “sampah non-infeksius” dilapisi oleh kantong plastik berwarna hitam ata
lainnya.


Gambar 3.39. Tempat Sampah di Ruang Pelayanan Kesehatan Gigi dan
Gambar 3.38. Tempat Sampah di Ruang Pelayanan Kesgilut Mulut31
31

2. Wadah infeksius digunakan untuk pembuangan masker sekali pakai, sarung tangan
2. Wadah infeksius digunakan untuk pembuangan masker sekali pakai, sarung
tisu/kain yang mengandung cairan tubuh. Sedangkan wadah non infeksius digunaka
tangan bekas, tisu/kain yang mengandung cairan tubuh. Sedangkan wadah non
infeksius digunakan untuk pembuangan barang yang tidak berkontak dengan
pembuangan barang yang tidak berkontak dengan pasien atau cairan tubuh lainnya.
pasien atau cairan tubuh lainnya.
3. Mengatur pergerakan kontainer limbah APD menuju ke tempat pembuangan atau r
3. Mengatur pergerakan kontainer limbah APD menuju ke tempat pembuangan atau
ruangan disinfeksi/sterilisasi dengan memberi penanda khusus alur pergerakan
disinfeksi/sterilisasi dengan memberi penanda khusus alur pergerakan dan label ko
dan label kontainer yang membedakan limbah APD disposable dengan limbah
yang membedakan limbah APD disposable dengan limbah APD pemakaian ulang.
APD pemakaian ulang.
4. Di dalam ruang pelayanan kesehatan gigi dan mulut, semua peralatan dan
4. Di dalam ruang pelayanan kesgilut, semua peralatan dan bahan medis ter
bahan medis termasuk model gigi alat bantu peraga, harus disimpan di
model gigi alat bantu peraga, harus disimpan di dalam laci atau lemari tertut
dalam laci atau lemari tertutup dan tidak dibiarkan terbuka. Instrumen
kedokteran gigi (termasuk cotton roll, cotton pellet, tampon) harus berada
tidak dibiarkan terbuka. Instrumen kedokteran gigi (termasuk cotton roll,
dalam wadah penyimpanan steril yang disimpan di dalam lemari atau
lemari sterilisasi dan hanya dikeluarkan sesuai kebutuhan.
5. Peralatan atau bahan medis yang tidak dipergunakan, namun diduga atau
terkonfirmasi terpapar oleh aerosol saat prosedur perawatan pasien, maka
dianggap terkontaminasi dan harus dilakukan proses disinfeksi/sterilisasi atau
bahkan pembuangan.
6. Melakukan prosedur pembersihan, desinfeksi dan sterilisasi di area resepsionis/
loket penerimaan pasien dan ruang tunggu pasien secara rutin di setiap
pergantian pasien dan shift jaga karyawan.
7. Pembersihan lingkungan pelayanan kesehatan dapat dilakukan dengan cara:
a. menggunakan troli kebersihan khusus, minimal menggunakan 2 (dua) buah
ember yang memiliki alat pemerasan kain lap pel secara otomatis tanpa
bersentuhan langsung dengan tangan. Kain lap pel dan ember selalu dicuci
agar tetap dalam kondisi bersih, begitu juga dengan cairan pembersih yang
digunakan harus selalu diganti dengan yang baru.
b. menggunakan vacuum cleaner (bila memungkinkan) yang dilengkapi dengan
high-efficiency particulate air (HEPA) filter

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


62 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
8. Melakukan edukasi dan perlindungan kepada petugas kesehatan yang melakukan
pembersihan lingkungan yaitu harus mengenakan APD untuk melindungi
risiko terpajan benda-benda infeksius, benda tajam, cairan infeksius. APD
yang digunakan yaitu: sarung tangan karet (rumah tangga); gaun pelindung
dan celemek karet; dan sepatu yang rapat dan kuat (mis. sepatu boot/sepatu
tertutup).

Jika ada cairan tubuh, darah, muntahan, percikan ludah, darah atau eksudat Iuka
pada permukaan lantai, dinding atau tirai pembatas maka dibersihkan dengan
menggunakan spill kit infeksius.

Cara pembersihan tumpahan cairan infeksius, yaitu:


1. Petugas menggunakan APD.
2. Serap cairan yang tumpah dengan tisu/koran bekas penyerap bersih yang dapat
menyerap sampai bersih kemudian buang ke kantong warna kuning/ tempat
sampah infeksius.
3. Tuangkan cairan detergen kemudian serap dengan tisu/koran bekas lalu
dimasukkan ke kantong warna kuning.
4. Semprot dengan cairan klorin 0.5 % kemudian serap dengan tisu/koran bekas
dan buang ke kantong warna kuning/tempat sampah infeksius.


Gambar 3.40. Contoh Spill Kit
Gambar 3.39. Contoh Spill Kit

B. Pengelolaan Peralatan Medis
Pengelolaan peralatan yang digunakan untuk merawat pasien dan alat medis
B. Pengelolaan Peralatan Medis
lainnya terdiri atas proses pengelolaan, dekontaminasi dan pengemasan yang
dibagi berdasarkan kategori kritikal, semi kritikal dan non kritikal. Bertujuan untuk
mencegah terjadi kerusakan peralatan, menjaga peralatan tetap dalam keadaan
Pengelolaan peralatan yang digunakan untuk merawat pasien
terdekontaminasi sesuai kategorinya, menetapkan produk akhir reusable yang sudah
steril dan aman, menjaga ketersediaan peralatan medis dalam kondisi bersih dan
atas proses pengelolaan,
steril serta meminimalkan risikodekontaminasi dan
transmisi silang atau infeksi daripengemasan
pasien-dokter gigi yang
atau petugas kesehatan lainnya.
kritikal, semi kritikal dan non kritikal. Bertujuan untuk mencega
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
menjaga peralatan tetap
di Fasilitas dalam
Kesehatan Tingkat keadaan terdekontaminasi
Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 63
ses
Protokol pembersihan, desinfeksi dan sterilisasi pada ruang pelayanan kesehatan
gigi dan mulut selama masa adaptasi baru harus dilakukan secara rutin, serta
selalu memastikan bahwa seluruh permukaan area lingkungan kerja terbebas dari
kontaminasi melalui tahapan seperti pada tabel 3.18.

Tabel 3.17. Tahapan Dekontaminasi Peralatan Medis

TAHAPAN DEFINISI CARA DAN BAHAN


merendam peralatan ke dalam cairan enzymatik
pembersihan awal pada seluruh peralatan medis yang
Pra telah digunakan, untuk menghilangkan noda darah, saliva 0,8% atau detergen atau glutaraldehyde 2%
Pembersihan dan cairan tubuh lainnya atau sesuai anjuran pabrik, dalam kurun waktu
10-15 menit

proses untuk menghilangkan debris/darah/cairan tubuh Pembersihan secara Manual


Pembersihan yang melekat pada permukaan alat, namun tidak mampu Pembersihan secara mekanik
untuk mengeliminasi mikroorganisme patogen

proses untuk mengurangi jumlah mikroorganisme perendaman peralatan menggunakan


menggunakan bahan kimiawi hingga mencapai tingkatan desinfektan, swab atau spray (semprot)
Desinfeksi dimana peralatan aman digunakan, namun kurang mampu menggunakan desinfektan, fogging (drymist/
menghilangkan spora bakteri kabut)

proses untuk membunuh dan menghilangkan menggunakan cairan kimiawi, dry heat, Ethylene
Oxide gas, steam sterilization (autoclave),
Sterilisasi mikroorganisme (non-patogen & patogen) termasuk spora hydrogen peroxide gas plasma, microwave, ozone,
bakteri filtrasi dan iradiasi

Pembersihan Awal (Pre Cleaning)

Pembersihan (Cleaning) Pengemasan

Desinfeksi Sterilisasi

Desinfeksi Tk. Rendah Desinfeksi Tk. Tinggi Steam Sterilization Dry Heat

Perebusan Kimiawi (Desinfektan)


Simpan dalam kemasannya
Tiriskan Bilas dan Tiriskan

Simpan dalam wadah tertutup

Gambar 3.41. Skema Alur Dekontaminasi Peralatan Medis di FKTP11,35

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


64 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
Tabel. 3.18. Klasifikasi Dekontaminasi berdasarkan macam barang yang
terkontaminasi16,35,92
Kritikal Semi Kritikal Non Kritikal

benda yang benda yang telah benda yang telah


memberikan risiko berkontak dengan mukosa bersentuhan dengan kulit
Pengertian tinggi terjadinya infeksi atau kulit yang tidak utuh utuh tetapi bukan mukosa.
jika terkontaminasi (terjadi perlukaan atau
mikroorganisme kontak pada mukosa)
instrumen bedah, sendok cetak, handpiece barang perawatan
implan, dan probe bur, alat diagnostik dental, untuk pasien non-kritis;
ultrasonik (scaler, mata bur, dll. barang yang terdapat di
Macam handpiece, bur tulang, permukaan lingkungan
probe dll) non-kritis (mis. manset
pengukur tekanan darah,
stetoskop dan komputer).
sterilisasi desinfeksi menggunakan desinfeksi menggunakan
disinfektan tingkat tinggi. disinfektan yang
Dekontaminasi
mengandung bahan
detergen atau alkohol.

Pada proses desinfeksi, bahan kimia yang digunakan untuk membunuh


mikroorganisme pada permukaan benda mati disebut disinfektan. Sedangkan bahan
kimia yang digunakan pada permukaan kulit atau jaringan hidup disebut Antiseptik.

Klasifikasi tingkatan disinfektan:93


1. Disinfektan tingkat rendah, dapat membunuh sebagian besar bakteri vegetatif,
beberapa jamur, dan beberapa virus dalam periode waktu yang singkat (kurang
dari 10 menit).
2. Disinfektan tingkat menengah, dapat membunuh mikroorganisme, bakteri
vegetatif, sebagian besar virus, dan sebagian besar jamur, tetapi tidak membunuh
spora bakteri.
3. Disinfektan tingkat tinggi, merupakan disinfektan yang pada konsentrasi yang
sama tetapi dengan periode paparan yang lebih pendek mampu membunuh
semua mikroorganisme kecuali sejumlah besar spora bakteri. Jika ingin
membunuh spora, maka diperlukan paparan waktu yang lebih lama 3-12 jam.

Saat ini banyak produk disinfektan di pasaran yang mengandung bahan dengan
kemampuan untuk mengatasi penyebaran virus SARS-CoV-2. Sodium hipoklorit dan
etanol adalah bahan yang paling mudah ditemukan di pasaran, untuk pilihan bahan
aktif lainnya dapat dilihat pada laman situs Environmental Protection Agency (EPA)
(https://www.epa.gov/pesticide-registration/list-n-disinfectants-use-against-
SARS-CoV-2-COVID-19)

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 65
Tabel. 3.19. Daftar Disinfektan yang efektif untuk menginaktivasi virus SARS-CoV-293
No Bahan Aktif Desinfektan Kemasan Lama Kontak
1 Ethanol (Ethyl alcohol); Phenolic Semprotan 10 menit
2 Ethanol (Ethyl alcohol); Quaternary ammonium Wipes 1 menit
3 Hydrogen peroxide Larutan 5 - 10 menit
4 Sodium hypochlorite Larutan 5 - 10 menit
5 Iodine Larutan 10 menit
6 Hypochlorus Acid Semprotan 10 menit
7 Thymol Larutan 5 menit
8 Peroxyacetic Acid Larutan 1 menit

Metode Dekontaminasi :
1. Desinfeksi Peralatan Non Kritikal
a. Cuci peralatan non kritikal dengan sabun detergen dan air mengalir kemudian
dikeringkan dengan cara ditiriskan atau dilap menggunakan handuk bersih
sekali pakai.
b. Lakukan desinfeksi peralatan dengan menggunakan alcohol wipes 70%.
c. Bersihkan permukaan benda atau area kerja dengan menggunakan
kain bersih yang sudah disemprot dengan cairan chlorine 0,05% atau
menggunakan alcohol wipes 70% kemudian digosokkan pada seluruh
permukaan yang terpapar kontaminan.
2. Desinfeksi Peralatan Semi Kritikal
a. Rendam peralatan dalam wadah yang berisi campuran air dan detergen,
atau sodium hipoklorit 5% dengan perbandingan 1:100 (konsentrasi final
sebesar 0,05%) selama 1 menit, atau menggunakan glutaraldehyde 2%,
atau hidrogen peroksida 6% selama 15-20 menit. Untuk peralatan dengan
permukaan yang kecil, dibersihkan menggunakan etanol 70% atau detergen
dan air selama 10 menit.
b. Apabila proses desinfeksi menggunakan cara perebusan dan pengukusan
maka harus dilakukan dalam kurun waktu 20 menit yang dihitung setelah
air mendidih (100⁰C), atau hingga terbentuknya uap yang diakibatkan oleh
air mendidih. Saat proses berlangsung, tidak dibenarkan untuk menambah
volume air atau cairan apapun ke dalam wadah perebusan atau pengukusan
bila proses belum selesai.

Gambar 3.42. Contoh Peralatan Desinfeksi Tingkat Tinggi35

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


66 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
3. Sterilisasi Peralatan Kritikal
Sterilisasi peralatan kritikal merupakan proses menghilangkan semua
mikroorganisme (bakteri, virus, fungi dan parasit) termasuk endospora dengan
menggunakan uap tekanan tinggi atau panas kering (oven). Proses sterilisasi
dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Proses Pengemasan
Peralatan medis yang akan disterilisasi harus dikemas terlebih dahulu
dengan cara membungkus semua alat-alat menggunakan pembungkus
kertas khusus atau kain (linen) atau plastik kemasan khusus, bertujuan
untuk menjaga keamanan dan efektivitas sterilisasi dengan mengacu prinsip
sebagai berikut:
1) Kemasan diberi label nama alat, tanggal pengemasan, metode sterilisasi,
menyesuaikan tipe dan ukuran alat yang dikemas, memperhatikan
penempatan alat dalam kemasan, dan penempatan indikator kimia
eksternal dan internal (untuk memastikan bahwa alat tersebut sudah
dilakukan sterilisasi).
2) Kemasan harus mudah dibuka dan isinya mudah diambil saat akan
digunakan tanpa menyebabkan kontaminasi mikroorganisme, bahan
yang digunakan untuk mengemas kuat, tahan lama, mudah digunakan,
tidak mengandung bahan toksik dan mempunyai segel yang baik.
3) Kemasan mampu menjaga isinya tetap steril hingga kemasan dibuka dan
dilengkapi masa kadaluwarsa.

Gambar 3.43. Contoh Pengemasan Peralatan Medis35

b. Jika menggunakan sterilisasi dengan pemanasan uap (steam sterilization


atau autoklaf), maka:
1) Pastikan temperatur uap maksimal, yaitu sekitar 250 ⁰F (121 ⁰C) dengan
tekanan 15 Psi (Pounds per Square Inch) dalam waktu 15-20 menit atau
dalam suhu 273 ⁰F (134 ⁰C) dengan tekanan 30 Psi dalam waktu 3-5
menit.
2) Proses sterilisasi dengan autoklaf membutuhkan waktu 30 menit yang
dihitung mulai suhu mencapai 121⁰C.
3) Semua instrumen dengan engsel dan kunci harus tetap terbuka dan
tidak terkunci selama proses sterilisasi dengan autoklaf
4) Menuliskan tanggal sterilisasi dan kadaluwarsa pada kemasan pasca
proses sterilisasi.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 67
Gambar 3.44. Contoh Alat Sterilisator Uap (Kiri); Uap bertekanan tinggi (Kanan)35

c. Jika menggunakan proses sterilisasi panas kering (dry heat sterilization),


maka:
1) Pastikan semua instrumen kritikal sudah dibersihkan awal (pre-
cleaning) sebelum dilakukan proses sterilisasi.
2) Penggunaan sterilisasi pemanasan kering pada temperatur 340 ⁰F
(170⁰C) dalam waktu 1 jam atau temperatur 320 ⁰F (160⁰C) dalam
waktu 2 jam.

Gambar. 3.45. Contoh Alat Sterilisator Panas Kering35

Sebagai upaya untuk melaksanakan siklus dekontaminasi yang efektif, maka


perlu memperhatikan tata kelola pemisahan proses dekontaminasi - desinfeksi -
sterilisasi instrumen melalui:
1. Tersedia fasilitas/ruangan dekontaminasi satu kamar dengan alur instrumen
satu arah dan pengaturan pola kerja pencucian instrumen kotor ke yang
bersih.
2. Untuk mencegah kontaminasi silang aerosol, maka ventilasi ruangan
diatur dengan mengalirkan udara ke arah yang berlawanan dari alur kerja
dekontaminasi instrumen yaitu dari bersih ke kotor.
3. Sangat direkomendasikan untuk menggunakan ventilasi berupa exhaust fan
untuk membantu aliran udara agar tidak terganggu oleh pembukaan pintu
atau jendela atau pergerakan petugas kesehatan di dalam ruangan.
4. Dilarang menggunakan kipas angin pada area dekontaminasi karena akan
membuat kontaminan tersirkulasi ke sekeliling ruangan dan mengganggu
aliran udara bersih ke kotor.
5. Penempatan wastafel dalam ruangan merupakan opsional.
6. Mengatur alur pergerakan petugas kesehatan di dalam ruangan
dekontaminasi dengan tetap mempertahankan zoning.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


68 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
angan merupakan opsional
5.5.
5. Penempatan wastafel dalam ruangan merupakan opsional.
6. Penempatan wastafel dalam ruangan merupakan opsional.
Penempatan wastafel dalam ruangan merupakan opsional.
Mengatur alur pergerakan petugas kesehatan di dalam ruangan dekontaminasi dengan teta
ugas kesehatan di dalam rua
6.6.
6. Mengatur alur pergerakan petugas kesehatan di dalam ruangan dekontaminasi dengan tetap
Mengatur alur pergerakan petugas kesehatan di dalam ruangan dekontaminasi dengan teta
Mengatur alur pergerakan petugas kesehatan di dalam ruangan dekontaminasi dengan teta
mempertahankan zoning.
7. mempertahankan zoning.
mempertahankan zoning.
mempertahankan zoning.
7. Perlu dilakukan pelatihan dan kedisiplinan petugas yang melakukan proses
Perlu dilakukan pelatihan dan kedisiplinan petugas yang melakukan proses dekontamina
kedisiplinan
7.7. dekontaminasi untuk mempertahankan alur kerja dalam unit dekontaminasi
7. Perlu dilakukan pelatihan dan kedisiplinan petugas yang melakukan proses dekontaminas
Perlu dilakukan pelatihan dan kedisiplinan petugas yang melakukan proses dekontamina
petugas yang m
Perlu dilakukan pelatihan dan kedisiplinan petugas yang melakukan proses dekontamina
untuk mempertahankan alur kerja dalam unit dekontaminasi satu kamar.
satu kamar.
erja dalam unit dekontamin
untuk mempertahankan alur kerja dalam unit dekontaminasi satu kamar.
untuk mempertahankan alur kerja dalam unit dekontaminasi satu kamar.
untuk mempertahankan alur kerja dalam unit dekontaminasi satu kamar.
ZONA KOTOR ZONA BERSIH

Alur Peralatan
V
Aliran Udara

A. Wadah Perendaman Alat ( Pre-Cleaning) D. Pengeringan & Inspeksi Kondisi Alat


B. Wadah Pembersihan Alat (Cleaning)/ E. Pengemasan Alat
Ultrasonic Bath
F. Sterilisasi Alat
C. Wastafel untuk Pembilasan Alat

G. Lemari Penyimpanan Alat
1. Wadah APD 2. Wastafel V. Ventilasi
Gambar 3.45. Desain Fasilitas/Unit Dekontaminasi Satu Kamar11
Gambar 3.46. Desain Fasilitas/Unit Dekontaminasi Satu Kamar11 1111
Gambar 3.45. Desain Fasilitas/Unit Dekontaminasi Satu Kamar
Gambar 3.45. Desain Fasilitas/Unit Dekontaminasi Satu Kamar
ain Fasilitas/Unit Dekontam
Gambar 3.45. Desain Fasilitas/Unit Dekontaminasi Satu Kamar 11


C. Pengelolaan Limbah Medis
C. C.
C.C. Pengelolaan Limbah Medis
Pengelolaan Limbah Medis
Pengelolaan Limbah Medis
Pengelolaan Limbah Medis
Limbah yang dihasilkan oleh fasilitas pelayanan kesehatan berpotensi menimbulkan
Limbah yang dihasilkan oleh fasilitas pelayanan kesehatan berpotensi menimbulkan risik
asilitas risiko bagipelayanan
pasien, tenaga kesehatan, masyarakat umum, dan lingkungan. Setiap
Limbah yang dihasilkan oleh fasilitas pelayanan kesehatan berpotensi menimbulkan risiko
Limbah yang dihasilkan oleh fasilitas pelayanan kesehatan berpotensi menimbulkan risik
kesehata
Limbah yang dihasilkan oleh fasilitas pelayanan kesehatan berpotensi menimbulkan risik
bagi pasien, tenaga kesehatan, masyarakat umum, dan lingkungan. Setiap limbah yang dihasilka
limbah yang dihasilkan selama diagnosis, pengobatan atau imunisasi manusia
yarakat umum, dan lingkung
bagi pasien, tenaga kesehatan, masyarakat umum, dan lingkungan. Setiap limbah yang dihasilkan
bagi pasien, tenaga kesehatan, masyarakat umum, dan lingkungan. Setiap limbah yang dihasilka
bagi pasien, tenaga kesehatan, masyarakat umum, dan lingkungan. Setiap limbah yang dihasilka
selama diagnosis, pengobatan atau imunisasi manusia atau hewan atau dalam kegiatan penelitia
atau hewan atau dalam kegiatan penelitian yang berkaitan dengannya atau dalam
munisasi manusia atau hew
selama diagnosis, pengobatan atau imunisasi manusia atau hewan atau dalam kegiatan penelitian
selama diagnosis, pengobatan atau imunisasi manusia atau hewan atau dalam kegiatan penelitia
selama diagnosis, pengobatan atau imunisasi manusia atau hewan atau dalam kegiatan penelitia
produksi atau pengujian biologis diartikan sebagai Limbah Biomedis, termasuk
yang berkaitan dengannya atau dalam produksi atau pengujian biologis diartikan sebagai Limba
limbah pelayanan kesehatan yang berbahaya dan dapat menyebabkan penyakit atau
am produksi atau pengujian
yang berkaitan dengannya atau dalam produksi atau pengujian biologis diartikan sebagai Limbah
yang berkaitan dengannya atau dalam produksi atau pengujian biologis diartikan sebagai Limba
yang berkaitan dengannya atau dalam produksi atau pengujian biologis diartikan sebagai Limba
Biomedis, termasuk limbah pelayanan kesehatan yang berbahaya dan dapat menyebabka
cedera.
anan
Biomedis,
Biomedis,
Biomedis, termasuk
termasuk
kesehatan
termasuk limbah
penyakit atau cedera. limbah pelayanan
limbah pelayanan kesehatan
pelayanan kesehatan yang
kesehatan yang
yang
yang berbahaya
berbahaya dan
berbahaya dan dapat
dan dapat
berb
dapat menyebabkan
menyebabka
menyebabka
penyakit atau cedera.
penyakit atau cedera.
penyakit atau cedera.
Tenaga kesehatan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa limbah biomedis
ditangani dan dibuang dengan cara yang aman melalui tahapan penyortiran,
pemisahan, penggunaan kode warna kantong pembuangan limbah, pengumpulan,
penyimpanan, pengemasan, memuat, transportasi, bongkar, pemrosesan, perawatan, 76
7
penghancuran, konversi, atau penawaran untuk dijual, transfer, pembuangan limbah
tersebut. Limbah biomedis yang dihasilkan di tempat pelayanan kesehatan gigi dan
mulut termasuk plastik, lateks, kapas, gelas, Xray larutan pemrosesan, foil timbal,
desinfektan, bahan kimia, cetakan gigi, limbah benda tajam seperti jarum bedah,
pisau, gigi yang dicabut, tisu, obat kadaluarsa dan semua bahan gigi yang dibuang
yang berisiko tinggi terkontaminasi mikroorganisme patogen.35,97

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 69
1. Limbah Cair
Air limbah yang harus diolah adalah semua air buangan yang berasal dari kegiatan
penanganan pasien yang kemungkinan mengandung mikroorganisme khususnya
virus SARS-CoV-2, bahan kimia beracun, darah dan cairan tubuh lain, serta cairan
yang digunakan dalam perawatan pasien meliputi cairan dari mulut dan/atau
hidung atau air kumur pasien. Pengelolaan limbah cair dalam praktik dokter gigi,
harus dipastikan mengikuti proses instalasi pengelolaan air limbah (IPAL) yang
sesuai. Unit proses IPAL sekurang-kurangnya terdiri atas proses sedimentasi
awal, proses biologis (aerob dan/atau anaerob), sedimentasi akhir, penanganan
lumpur, dan disinfeksi dengan klorinasi (dosis disesuaikan agar mencapai sisa
klor 0,1-0,2 mg/I). Setelah proses klorinasi, pastikan air berkontak dengan udara
untuk menghilangkan kandungan klor di dalam air sebelum dibuang ke badan
air penerima

2. Limbah Padat Domestik


Limbah padat domestik adalah limbah yang berasal dari kegiatan
kerumahtanggaan atau sampah sejenis, seperti sisa makanan, kardus, kertas,
dan sebagainya baik organik maupun anorganik. Pengelolaan limbah padat
khusus (meliputi masker sekali pakai, sarung tangan bekas, tisu/kain yang
mengandung cairan/droplet hidung dan mulut), harus diperlakukan seperti
limbah B3 infeksius dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Sediakan tiga wadah limbah padat domestik di lokasi yang mudah dijangkau
orang, yaitu wadah untuk limbah padat organik, non organik, dan limbah
padat khusus.
b. Wadah tersebut dilapisi dengan kantong plastik berbeda warna sehingga
mudah untuk pengangkutan limbah dan pembersihan wadah
c. Pengumpulan limbah dari wadah dilakukan bila sudah ¾ penuh atau
sekurang-kurangnya sekali dalam 24 jam atau sekurang-kurangnya dalam 6
jam (khusus untuk limbah padat dalam wadah khusus)
d. Petugas pengumpulan limbah harus dilengkapi dengan masker, sarung
tangan, sepatu boot, apron, kacamata pelindung (goggle), dan penutup
kepala.

Langkah-langkah pengumpulan limbah padat domestik sebagai berikut:


a. Buka tutup tempat sampah, ikat kantong pelapis dengan membuat satu
simpul dan masukkan kantong tersebut ke wadah lain untuk diangkut
b. Setelah melakukan pengumpulan, petugas wajib membersihkan seluruh
badan atau sekurang-kurangnya mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir.
c. APD yang digunakan (goggle, sepatu boots, apron) agar didisinfeksi sesegera
mungkin pada larutan disinfektan, sedangkan masker, sarung tangan dan
penutup kepala sekali pakai dibuang ke wadah limbah padat khusus.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


70 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
d. Limbah padat organik dan anorganik disimpan di tempat penyimpanan
sementara untuk limbah padat domestik (maksimal 1 x 24 jam), sedangkan
limbah padat khusus/ infeksius disimpan di tempat penyimpanan sementara
sampah/limbah B3.

3. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Medis Padat


Limbah B3 medis padat adalah bahan sisa hasil kegiatan yang tidak digunakan
kembali dan berpotensi terkontaminasi oleh zat bersifat infeksius atau
kontaminan dari pasien dan/atau petugas, meliputi: masker bekas, sarung
tangan bekas, perban bekas, tisu bekas, plastik bekas minuman dan makanan,
alat suntik bekas, alat pelindung diri bekas, dan lain-lain, yang berasal dari
kegiatan di ruang pelayanan. Hal-hal yang perlu diperhatikan:78
a. Limbah B3 medis berbentuk padat dimasukkan ke dalam wadah bersimbol
“biohazard”, yang dilapisi kantong plastik warna kuning atau berikan simbol
infeksius dan label, serta keterangan “Limbah Sangat Infeksius - Infeksius
Khusus”
b. Bila di dalamnya terdapat cairan, maka cairan harus dibuang ke tempat
penampungan air limbah yang disediakan atau lubang di wastafel atau WC
yang mengalirkan ke dalam IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)
c. Setelah wadah ¾ penuh atau maksimal waktu penyimpanan 12 jam,
maka sampah/limbah B3 dikemas dan diikat rapat. Lakukan disinfeksi
menggunakan disinfektan berbasis klorin konsentrasi 0,5% bila akan
diangkut pengolah.
d. Limbah Padat B3 Medis yang telah diikat, setiap 12-24 jam harus diangkut,
dicatat dan disimpan pada TPS Limbah B3 atau tempat yang khusus
menggunakan alat transportasi khusus limbah infeksius dan petugas harus
menggunakan APD.
e. Pada TPS Limbah B3, kemasan sampah/limbah B3 Covid-19 dilakukan
disinfeksi dengan menyemprotkan disinfektan klorin 0,5% pada plastik
sampah yang telah terikat serta pada TPS Limbah B3 secara menyeluruh,
minimal sekali sehari.
f. Setelah selesai digunakan, wadah/bin didisinfeksi dengan disinfektan
seperti klorin 0,5%, lysol, karbol, dan lain-lain
g. Petugas pengangkut yang telah selesai bekerja melepas APD dan segera
mandi dengan menggunakan sabun antiseptik dan air mengalir
h. Bila tidak dapat langsung dilakukan pengolahan, maka limbah disimpan
dengan menggunakan freezer/cold-storage yang diatur suhunya di bawah
0⁰C di dalam TPS.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 71
menggunakan freezer/cold-storage yang diatu
Bila tidak dapat langsung dilakukan pengolahan, maka limbah disim
menggunakan freezer/cold-storage yang diatur suhunya di bawah 0O C di d

Gambar 3.46.
Gambar 3.46. Ember Bertut
atau APD Bek
Ember Bertutup Sebagai Tempat Merendam
atau APD Bekas Pakai31

Gambar 3.47.
i. Bertutup
Ember Pengolahan limbah
Sebagai Tempat B3 atau
Merendam Linen medis dapat
APD Bekas Pakai42 menggu
Pengolahan limbah B3 medis dapat menggunakan autoklaf/gelombang m
kondisi darurat, penggunaan peralatan terseb
kondisi darurat, penggunaan peralatan tersebut dikecualikan untuk memil
i. Pengolahan limbah B3 medis dapat menggunakan autoklaf/gelombang
j. DalamPengolahan Limbah B3 dapat menggunakan
Pengolahan Limbah B3 dapat menggunakan jasa perusahaan pengolahan
mikro. kondisi darurat, penggunaan peralatan tersebut dikecualikan
untuk memiliki izin
j. Pengolahan dengan melakukan perjanjian kerjasama peng
dengan melakukan perjanjian kerjasama pengolahan dan pemusnahan yan
Limbah B3 dapat menggunakan jasa perusahaan pengolahan
yang berizin dengan melakukan perjanjian kerjasama pengolahan dan
legalitas pemusnahanlegalitas
yang mempunyai legalitas

Gambar 3.47. Kotak Tempat Pembuangan Limbah Tajam


Gambar 3.48. Kotak Tempat Pembuangan Limbah Tajam42 31

Gambar 3.47. Kotak Tempat Pem





72
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
BAB IV
MANAJEMEN PEMBIAYAAN
PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

Untuk menghindari terpaparnya bahan-bahan dan alat-alat yang digunakan dalam pelayanan
kesehatan gigi dan mulut dari droplets dan aerosol, sebaiknya alat dan bahan yang tidak
diperlukan disimpan dalam tempat penyimpanan yang tertutup atau disimpan di area yang
berjarak aman dari cipratan droplets atau aerosol. Alat dan bahan yang akan dipergunakan
pada saat bekerja dapat dipersiapkan pada meja tindakan dan dapat ditutup agar tetap terjaga
kebersihannya. Konsep pelayanan kesehatan gigi dan mulut diwajibkan menggunakan pola four
handed dentistry sehingga partikel aerosol dapat dihisap oleh intra/ekstra oral High Volume
Evacuator (HVE) yang terpasang di dental unit atau vacuum aerosol. Asisten dokter gigi berada
di posisi static zone, pastikan lemari penyimpanan ada di belakang posisi asisten dokter gigi
sehingga alat dan bahan lain yang diperlukan dapat diraih dengan mudah.

Pengelolaan alat dan bahan dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut perlu dilakukan
dengan manajemen yang baik. Sistem stok barang dan inventarisasi dengan perhitungan yang
matang menjadi kunci dalam pengelolaan manajemen alat dan bahan yang dipergunakan. Hal
ini diperlukan agar bahan-bahan kebutuhan yang diperlukan bisa dipastikan tidak sampai
kehabisan stok dan atau memerlukan waktu untuk pembelian. Pada manajemen pembiayaan ini
hal yang harus diperhatikan adalah pencatatan, pelaporan dan perhitungan kebutuhan alat dan
bahan dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut dengan memperhatikan hal-hal dibawah ini :
a. Tanggal pembelian, jumlah pembelian
b. Tanggal pemakaian, jumlah pemakaian
c. Sisa stok, pemakaian rata-rata penggunaan per-bulan
d. Usulan kebutuhan
e. Harga satuan

Pengelolaan bahan-bahan medis habis pakai (BMHP) dianjurkan menggunakan pengelolaan


yang terstandar baik. Salah satu metode yang dapat dipergunakan adalah menggunakan
pola pengelolaan metode ABC. Metode ini membagi persediaan ke dalam tiga kelompok
berdasarkan penggunaan bulanan/tahunan pada tiap volume bahan. Metode ini digunakan
agar dapat memfokuskan sumber daya (uang dan tenaga) pada bagian persediaan penting
yang sedikit dan bukan pada bagian persediaan yang banyak namun tidak dianggap penting.
BMHP dilakukan pengkategorian berdasarkan:
• Kelas A – merupakan bahan yang mempunyai harga pembelian yang menghabiskan
anggaran belanja besar/tinggi (menghabiskan anggaran 50% - 70% dari total belanja
perbulan/tahun) dan sedangkan volume jumlah persediaan bahan sebenarnya sedikit
(kecil) sekitar 15% dari persediaan total persediaan. Contoh bahan yang bisa dimasukkan
dalam kelompok ini adalah bahan bonding, masker N95 dan sebagainya.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 73
sekitar 15% dari persediaan total persediaan. Contoh bahan yang bisa dimasukkan dalam
kelompok ini adalah bahan bonding, masker N95 dan sebagainya.
🗹🗹 Kelas
• Kelas B
B – – mewakili
mewakili pengelompokkan
pengelompokkan bahan
bahanyang
yangmempunyai
mempunyaiharga
hargapembelian
pembelianyang
yang
menghabiskan anggaran belanja medium/sedang (menghabiskan anggaran 25% - 40%
menghabiskan anggaran belanja medium/sedang (menghabiskan anggaran 25% - 40% dari
dari total belanja perbulan/tahun) dan sedangkan volume jumlah persediaan bahan juga
total belanja perbulan/tahun) dan sedangkan volume jumlah persediaan bahan juga sedang
sedang sekitar 30% - 45% dari total persediaan. Contoh bahan yang bisa dimasukkan dalam
sekitar 30% - 45% dari total persediaan. Contoh bahan yang bisa dimasukkan dalam
kelompok ini adalah baju hazmat, lidocaine dan sebagainya.
kelompok ini adalah baju hazmat, lidocaine dan sebagainya.
• Kelas C – mewakili pengelompokkan bahan yang mempunyai harga pembelian yang
🗹🗹 Kelas
menghabiskan anggaran
C – mewakili belanja sedikit/kecil
pengelompokkan (menghabiskan
bahan yang mempunyai anggaran 5% - 10%
harga pembelian dari
yang
total belanja perbulan/tahun) dan sedangkan volume jumlah persediaan bahan juga besar/
menghabiskan anggaran belanja sedikit/kecil (menghabiskan anggaran 5% - 10% dari total
banyak sekitar 45% - 55% dari total persediaan. Contoh bahan yang bisa dimasukkan dalam
belanja perbulan/tahun) dan sedangkan volume jumlah persediaan bahan juga
kelompok ini adalah kapas, cotton roll, dan sebagainya.
besar/banyak sekitar 45% - 55% dari total persediaan. Contoh bahan yang bisa dimasukkan
Tabeldalam kelompok ini adalah kapas, cotton roll, dan sebagainya.
4.1 merupakan contoh pengelolaan BMHP dengan asumsi belanja perbulan adalah Rp.
10.000.000,-
Tabel 4.1 merupakan contoh pengelolaan BMHP dengan asumsi belanja perbulan adalah Rp.
10.000.000,-
Tabel 4.1. Contoh Pengelolaan BMHP
Tabel 4.1. Contoh Pengelolaan BMHP
Item nomor Volume Total Harga satuan Kebutuhan per Prosentase Total Katego
Kategori
per % bulan dalam dari % dr ri kelas
klas
bulan stok rupiah anggaran angga bahan
bahan
bahan belanja ran
# bonding 2 botol 10% Rp. 1,500,000 Rp. 3,000,000 30% 52% A
# N95 2 box Rp. 1,200,000 Rp. 2,400,000 22% A
#lidocaine 40 35% Rp. 850,000/box Rp. 1,700,000 15% 45% B
ampul
#disposible 30 set Rp. 100,000/set Rp. 3,000,000 30% B
surgical
gown
#kapas ¼ kg 50% Rp. 25,000 Rp. 25,000 0,25% 3% C
#cotton roll 300 Rp. 150,000/set Rp. 450,000 3% C
buah

Kebijakan yang menjadi dasar penggunaan metode dan analisis ABC adalah:
Kebijakan yang menjadi dasar penggunaan metode dan analisis ABC adalah:
🗹🗹 Perkembangan sumber daya pembelian yang dibayarkan kepada pemasok harus lebih tinggi
• Perkembangan sumber daya pembelian yang dibayarkan kepada pemasok harus lebih
tinggi untuk butir persediaan A dibanding C
untuk butir persediaan A dibanding C
• Keakuratan catatan persediaan harus lebih sering diverifikasi untuk persediaan A
🗹🗹 Keakuratan catatan persediaan harus lebih sering diverifikasi untuk persediaan A
• Meramalkan butir persediaan A kemungkinan harus lebih berhati-hati daripada meramalkan
🗹🗹 Meramalkan butir persediaan A kemungkinan harus lebih berhati-hati daripada meramalkan
butir (kelas) persediaan yang lain
butir (kelas) persediaan yang lain
KategoriKategori pengelolaan logistik menggunakan pola ABC tidak akan lengkap apabila tidak
pengelolaan logistik menggunakan pola ABC tidak akan lengkap apabila tidak
menggunakan pola re-order point (ROP), yaitu metode mengidentifikasi bahan atau barang
menggunakan pola re-order point (ROP), yaitu metode mengidentifikasi bahan atau barang yang
yang perlu dilakukan order pembelian pada titik stok tertentu. Metode ini sangat berguna
perlu dilakukan order pembelian pada titik stok tertentu. Metode ini sangat berguna bagi praktik
bagi praktik dokter gigi yang berada jauh dari pusat penjualan distributor BMHP. Pengiriman
dokter gigi yang berada jauh dari pusat penjualan distributor BMHP. Pengiriman barang menjadi
barang menjadi titik fokus dalam metode ini. Cara perhitungan re-order poin adalah sebagai
titik fokus dalam metode ini. Cara perhitungan re-order poin adalah sebagai berikut:
berikut: 97 97

81

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


74 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru

r Point Curve. Penggunaan suatu bahan dalam suatu jumlah kuantitas(Q) yang dapat
jumlah kebutuhan bahan(D), setelah digunakan akan mengalami penurunan jumlah
Gambar 4.1. Reorder Point Curve. Penggunaan suatu bahan dalam suatu jumlah kuantitas(Q) yang dapa
Gambar 4.1. Reorder Point Curve. Penggunaan suatu bahan dalam suatu jumlah kuantitas(Q)
inamakan slope (units/day=d). Pembelian akan bahan ini dapat dihitung pada titik
di asumsikan sebagai jumlah kebutuhan bahan(D), setelah digunakan akan mengalami penurunan jumlah
yang dapat di asumsikan sebagai jumlah kebutuhan bahan(D), setelah digunakan akan
an perhitungan penentuan titik ini dipengaruhi oleh waktu pengiriman barang dari
(garis ungu) yang dinamakan slope (units/day=d). Pembelian akan bahan ini dapat dihitung pada titik
mengalami penurunan jumlah (garis ungu) yang dinamakan
distributor sampai ke tempat kita(lead time=L). 97 slope (units/day=d). Pembelian akan bahan
tertentu (ROP) dengan perhitungan penentuan titik ini dipengaruhi oleh waktu pengiriman barang dari
tertentu (ROP) dengan perhitungan penentuan titik ini dipengaruhi
ini dapat dihitung pada titik oleh
waktu pengiriman barang dari distributor sampai ke tempat kita(lead
distributor sampai ke tempat kita(lead time=L).
97time=L). 108

an saat kita harus melakukan order pembelian


ah waktu yang diperlukan untuk pengiriman barang dari tempat pembelian
d = Jumlah stok bahan saat kita harus melakukan order pembelian
pat kita d = Jumlah stok bahan saat kita harus melakukan order pembelian
L = lead time, adalah waktu yang diperlukan untuk pengiriman barang dari tempat pembelian
L = lead time, adalah waktu yang diperlukan untuk pengiriman barang dari tempat pembelian
butuhan bahan selama pertahun/bulan
sampai ke tempat kita
selama pertahun/bulan
sampai ke tempat kita
D = jumlah total kebutuhan bahan selama pertahun/bulan
D = jumlah total kebutuhan bahan selama pertahun/bulan
T = total hari kerja selama pertahun/bulan
T = total hari kerja selama pertahun/bulan
Sebagai contoh:
hitung, misalkan kebutuhan bahan baju disposible surgical gown dalam waktu
APD dapat kita hitung, misalkan kebutuhan bahan baju disposable surgical gown dalam waktu
Sebagai contoh:
1000 pcs.
1 tahun adalah 1000 pcs.
APD dapat kita hitung, misalkan kebutuhan bahan baju disposible surgical gown dalam waktu
Hari kerja selama 1 tahun adalah 250 hari kerja
ma 1 tahun adalah 250 hari kerja
1 tahun adalah 1000 pcs.
L = lead time yang dibutuhkan adalah 3 hari waktu pengiriman
ang dibutuhkan adalah 3 hari waktu pengiriman
Maka,
Hari kerja selama 1 tahun adalah 250 hari kerja
#
𝑑𝑑 = $
L = lead time yang dibutuhkan adalah 3 hari waktu pengiriman
#
Maka, 1000 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝
𝑑𝑑 = $
= 4
250 ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
Re-Order Point = 4 x 3 hari (lead time) = 12
1000 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝
= 4 x 3 hari (lead time) = 12 = 4
250 ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
Jadi apabila jumlah stok APD baju disposable surgical gown tinggal 12 buah maka wajib
h stok APD baju disposable surgical gown tinggal 12 buah maka wajib
melakukan order pembelian untuk item bahan ini.
Re-Order Point = 4 x 3 hari (lead time) = 12
embelian untuk item bahan ini.
adi apabila jumlah stok APD baju disposable surgical gown tinggal 12 buah maka wajib
melakukan order pembelian untuk item bahan ini. Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 75
BAB V
PENYELENGGARAAN UPAYA KESEHATAN
GIGI DAN MULUT MASYARAKAT
PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut masyarakat adalah bagian dari kegiatan Upaya Kesehatan
Masyarakat di FKTP, meliputi setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
gigi dan mulut serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan gigi dan
mulut dengan sasaran masyarakat atau kelompok masyarakat seperti anak usia sekolah
dan remaja, kelompok ibu dan balita dan kelompok lanjut usia. Penyelenggaraan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut masyarakat di FKTP dilaksanakan melalui kegiatan Usaha Kesehatan
Gigi Sekolah (UKGS) dan Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM).

Kegiatan UKGS dan UKGM pada masa pandemi COVID-19 umumnya tidak berjalan optimal
sebagaimana kegiatan UKM lainnya, banyak kegiatan ditunda pelaksanaannya. Namun
memasuki adaptasi kebiasaan baru, kegiatan UKM dapat dilaksanakan dengan berbagai
penyesuaian dalam bentuk penerapan protokol kesehatan secara ketat atau dilaksanakan
dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Penyesuaian kegiatan UKGS dan UKGM pada masa adaptasi kebiasaan dilakukan bertujuan
untuk membangun pola pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang aman bagi masyarakat,
petugas dan lingkungan sekitar dari resiko penularan COVID-19, tanpa mengabaikan hak
masyarakat mendapatkan akses pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang berkualitas. Agar
kegiatan berjalan optimal diperlukan persiapan untuk memastikan ketersediaan sumber
daya kegiatan dalam rangka penerapan kewaspadaan standar PPI dan penerapan protokol
kesehatan selama kegiatan berlangsung termasuk upaya koordinasi lintas program dan lintas
sektor terkait.

Dalam situasi dimana penyelenggaraan UKM pada pelayanan kesehatan gigi dan mulut
dilakukan secara tatap muka dengan mengikuti protokol kesehatan, petugas kesehatan yang
memberikan pelayanan sebaiknya menggunakan masker medis. Jika jumlah masker medis
terbatas, dapat digunakan face shield bersama masker non-medis. Peserta kegiatan UKGS dan
UKGM diminta untuk mencuci tangan dengan menggunakan sabun atau hand sanitizer.109,110

A. Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)


Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
pada anak usia sekolah di Puskesmas, dilaksanakan di lingkup SD/MI hingga SMA/
sederajat melalui kegiatan yang terencana, dalam waktu tertentu dan berkesinambungan.
Strategi pelayanan UKGS menekankan pada upaya promotif dan preventif kesehatan gigi
dan mulut.
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
76 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
Kegiatan – kegiatan UKGS dilaksanakan dalam bentuk :
1. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut;
2. Pencegahan penyakit gigi dan mulut;
3. Pemeriksaan dan penjaringan kesehatan gigi dan mulut;
4. Perawatan kesehatan gigi dan mulut;
5. Rujukan kesehatan gigi dan mulut

Dalam rangka mencapai Indonesia bebas karies tahun 2030, kegiatan UKGS perlu terus
diupayakan untuk terselenggara walaupun dalam masa pandemi COVID-19. Namun, perlu
beberapa penyesuaian untuk memutus rantai penularan COVID-19, tanpa mengubah
tujuan, sasaran, dan kegiatan UKGS yang telah ditetapkan. Pilihan untuk menunda atau
melaksanakan kegiatan UKGS dengan penyesuaian dilakukan dengan pertimbangan skala
prioritas kegiatan, kebutuhan masyarakat, perkembangan kasus dan resiko penularan
COVID-19 serta ketersediaan sarana prasarana yang dibutuhkan. Petunjuk Teknis yang
lebih rinci dan spesifik untuk pelaksanaan UKGS di masa adaptasi kebiasaan baru akan
tersedia dalam pedoman dan juknis tersendiri.

Tabel 5.1. Penyesuaian dan Penundaan Kegiatan UKGS

Kegiatan yang menyesuaikan Kegiatan yang ditunda


• Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut • Perawatan kesehatan gigi dan
• Pemeriksaan dan penjaringan kesehatan mulut
gigi dan mulut
• Pencegahan penyakit gigi dan mulut
• Rujukan kesehatan gigi dan mulut

Penyesuaian Kegiatan UKGS :


1. Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut
Kegiatan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dapat dilakukan secara tatap muka
(luring) atau online (daring). Materi penyuluhan dapat menambahkan informasi
tentang COVID-19 selain materi tentang kebiasaan menyikat gigi, diet yang baik
untuk kesehatan gigi, serta pentingnya menjaga kebersihan gigi dan mulut pada
masa pandemi COVID-19.
a. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan secara tatap muka (luring)
dilakukan pada daerah yang tidak memungkinkan melakukan UKGS secara
daring. Agar protokol kesehatan selama kegiatan terlaksana dengan baik, perlu
dipastikan beberapa hal antara lain:
1) Petugas, sasaran peserta didik dan guru dan semua yang terlibat dalam
kondisi sehat
2) Tersedia ruang penyuluhan dengan ventilasi yang baik dan memiliki luas
yang memungkinkan penerapan physical distancing
3) Komitmen sekolah melaksanakan protokol kesehatan dan menyediakan
saran pendukung seperti thermo gun, tempat cuci tangan dan/atau hand
sanitizer
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 77
4) Mengatur jadwal kegiatan yang tidak mengganggu proses belajar dan tidak
mengundang kerumunan
5) Petugas kesehatan menggunakan APD sesuai standard dan melaksanakan
kewaspadaan standar PPI.

b. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan secara online (daring)
Penyuluhan dengan metode ini dilaksanakan di wilayah yang menerapkan
pembelajaran dari rumah dan didukung kemudahan akses internet dengan
memanfaatkan teknologi informasi, melalui pengiriman pesan video, dll.111
Beberapa media yang dapat digunakan :
1) Web-based
Website juga dapat dijadikan wadah dalam melakukan penyuluhan melalui
daring.
2) Pesan singkat berseri (dilengkapi dengan anjuran)
Salah satu cara yang efektif untuk melakukan edukasi adalah menggunakan
pesan singkat berseri sesuai dengan kelompok umur sasaran dan
menggunakan topik tertentu. Pesan dapat dibagi dalam beberapa sesi, lalu
disertai informasi berupa video atau infografis.
Contoh pelaksanaan penyuluhan menggunakan metode pesan berseri
menggunakan aplikasi Whatsapp tampak pada gambar 5.1

Implementasi Program WA Binaan

Gambar 5.1. Implementasi penyuluhan menggunakan metode pesan berseri


(Gambar tutorial kontribusi kelompok mahasiswa Puskesmas Makasar Putaran 2,
Tim Profesi IKGMP FKGUI)

3) Social Media
Penggunaan social media seperti Facebook, Instagram, Twitter dan Youtube
adalah contoh media yang dapat digunakan untuk membangun komunikasi
dua arah

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


78 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
4) Gaming /Aplikasi
Untuk meningkatkan daya tarik pesan kesehatan gigi dan mulut bagi anak
usia sekolah, petugas maupun guru sekolah dapat mengunduh beberapa
permainan yang terkait topik kesehatan gigi dan mulut, lalu di akhir sesi
ditekankan pesan yang harus mereka pahami dengan baik.

2. Pemeriksaan dan Penjaringan Kesehatan Gigi dan Mulut


Pemeriksaan dan penjaringan kesehatan gigi dan mulut dilaksanakan secara
terintegrasi dengan penjaringan kesehatan dari UKS setiap tahun ajaran baru.
Mengacu pada Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak Usia Sekolah pada masa Pandemi
COVID-19, skrining kesehatan anak sekolah memerlukan beberapa penyesuaian
dalam pelaksanaannya, antara lain :
a. Pemeriksaan dan Penjaringan yang dilakukan secara langsung disekolah
Pelaksanaan penjaringan harus memperhatikan protokol kesehatan dan
memperhatikan kewaspadaan standar pencegahan pengendalian infeksi, antara
lain :
1) Petugas menggunakan APD sesuai standar, minimal menggunakan masker,
face shield dan sarung tangan.
2) Melakukan koordinasi dengan pihak sekolah untuk pengaturan jadwal dan
teknis pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan protokol kesehatan.
3) Memastikan sekolah dapat menyediakan ruang periksa yang terbuka dan
berventilasi baik
4) Waktu pemeriksaan diupayakan sesingkat mungkin, dengan cara peserta
didik atau orang tua melakukan pengisian status kesehatan anak pada
formular cetak secara mandiri sebelum dilakukan pemeriksaan secara
langsung oleh petugas.

b. Pemeriksaaan dan Penjaringan dilakukan dengan memanfaatkan teknologi


informasi dan komunikasi
Pelaksanaan penjaringan dengan memanfaatkan teknologi informasi dapat
menggunakan telediagnosis/telesurvey dengan melibatkan orang tua murid, guru
sekolah dan tenaga kesehatan gigi dan mulut.
Tahapan pelaksanaan penjaringan dengan sistem telediagnosis/telesurvey :
1) Teknis Pelaksanaan
a) Guru sekolah mengirimkan informasi dan meminta persetujuan digital
untuk menggunakan data foto gigi anak dan membagikan tautan
kuesioner daring kesehatan gigi anak ke orang tua anak.
b) Guru sekolah dibekali dengan materi video dan tutorial bagaimana
melakukan foto intra oral yang tepat dalam lima posisi berbeda. Guru
juga diberikan tutorial untuk menggunakan aplikasi google photos.
c) Orang tua murid mengirimkan foto pada guru dengan 5 posisi yang
berbeda seperti pada gambar 5.1 (dapat dikirimkan via Whatsapp atau
channel lain).

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 79
dari foto yang dikumpulkan dan menginput data klinis melalui
pada gambar 5.1 (dapat dikirimkan via Whatapp atau channel lain).
dari foto yang dikumpulkan dan menginput data klinis melalui
d) Guru mengunggah foto dari orang tua murid menggunakan aplikasi google photo
(contoh terlampir) dan merekapitulasi
lain dan membagikan data kuesioner dari go
atau aplikasi
(contoh terlampir) pintar
dan
d) Guru mengunggah merekapitulasi link album
data
foto dari orang tua murid
kepada tenaga
kuesioner
menggunakan dari
aplikasi go
kesehata

gambar 5.2) google photos atau aplikasi pintar lain dan membagikan link album
penanggung jawab UKGS (penjaringan).
gambar 5.2) kepadakesehatan
e) Tenaga tenaga kesehatan penanggung
penanggung jawab jawab
UKGS UKGS (penjaringan).
(penjaringan) melakukan diagnos
e) Tenaga
dari kesehatan
foto yang penanggung
dikumpulkan dan jawab UKGS melakukan
menginput data klinis diagnosis dari
melalui Microsoft Acce
foto yang dikumpulkan dan menginput data klinis melalui Microsoft
(contoh terlampir)
Access (contoh dan merekapitulasi
terlampir) data data
dan merekapitulasi kuesioner
kuesioner darigoogle
dari googleform (lih
gambar 5.2)
form (lihat gambar 5.2)

Gambar 5.2. Lima Posisi Foto Intra Oral yang Diperlukan untuk Telediagnosis/
Gambar 5.2. Lima Posisi
Telesurvey. Foto Intra
Diadaptasi Oral
dari Estai et yang
al112 Diperlukan untuk
102
Telediagnosis/Telesurvey. Diadaptasi dari Estai et al
2) Tatalaksana Pengambilan Gambar Intraoral
2) Tatalaksana Pengambilan Gambar Intraoral
Pengambilan foto atau pemotretan intraoral peserta didik dilaksanakan oleh
Gambar 5.2. Lima Posisi Foto
Foto Intra Oral yang
orang tua peserta didik di rumah masing-masing. Orang tua menggunakan
Gambar 5.2. Lima Posisi Intra Oral yang Diperlukan
sabunDiperlukan
Pengambilan foto atau pemotretan intraoral peserta didik dilaksanakan oleh orang tu
masker dan sebelum memulai pemotretan, cuci tangan dengan dan air
102
Telediagnosis/Telesurvey.
Telediagnosis/Telesurvey. Diadaptasi
Diadaptasi dari
sarung tangandari
peserta didik di rumah masing-masing.
mengalir, lalu keringkan dan gunakan Estai
sekaliEstai
Tabel 5.2. menunjukkan et al 102 dan ja
etperlu.
alanak
posisi
pakai bila
operator ketika mengambil gambar untuk telediagnosis/telesurvey.
Teknis pengambilan foto dapat dilihat pada lampiran. Tutorial pengambilan
foto dapat diakses pada link youtube di bawah ini:
Tatalaksana Pengambilan Gambar Intraoral
Tatalaksana Pengambilan Gambar Intraoral

https://youtu.be/XBElcu8_4uQ (4-6 tahun)
https://youtu.be/2RdscabmXL8 (7-9 tahun)
Pengambilan foto atau pemotretan intraoral peserta didik dilaksanaka
Pengambilan foto atau pemotretan intraoral peserta didik dilaksanaka
https://youtu.be/zb9vgedVVQc (7-9 tahun)
peserta didik di https://youtu.be/3Asm09CYB-0
rumah masing-masing. (10-12Tabel
tahun) 5.2. menunjukkan pos
peserta didik di https://youtu.be/N-PGaIGW2y4
rumah masing-masing. Tabel
(13 tahun) 5.2. menunjukkan pos
operator ketika mengambil gambar untuk telediagnosis/telesurvey.
https://youtu.be/LbOXX_gLpXQ (16-18 tahun)
operator ketika mengambil gambar untuk telediagnosis/telesurvey.
8
Kriteria hasil foto yang baik:
a) Kualitas foto baik, gambar tidak buram, pencahayaan bagus dan fokus
b) Gambaran gigi depan dan kondisi gusi nampak jelas terlihat, tidak
tertutup bibir dan pipi,

80 Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru

c) Gambaran semua permukaan palatal/lingual gigi depan atas/bawah dan
permukaan kunyah seluruh gigi posterior atas dan bawah pada posisi
oklusal atas dan bawah jelas terlihat
d) Gambaran semua permukaan gigi depan sampai gigi posterior paling
belakang atas dan bawa pada posisi lateral kiri dan lateral kanan jelas
terlihat

3) Modifikasi data klinis pemeriksaan:


a) Status gigi geligi berdasarkan pemeriksaan tidak langsung melalui foto.
Ditulis menggunakan kriteria panduan WHO Oral Health Survey 2013,
pada semua gigi yang tampak (gambar 5.2). Nilai DMFT Individual
merupakan penjumlahan dari jumlah komponen D (Decayed), M
(Missing) akibat karies, dan F (Filled) pada gigi permanen.
b) Status kebersihan mulut
Dievaluasi berdasarkan visual foto, dievaluasi dengan skor Debris Index
Simplified (DI-S), pada 6 gigi perwakilan yang tampak
c) Rangkuman status kesehatan gigi dan mulut anak untuk orang tua
(narasi singkat).
d) Rekomendasi (narasi singkat).

4) Asesmen
Anak didampingi orang tua mengisi mengisi kuesioner tentang kesehatan
gigi dan mulut secara daring menggunakan kuesioner standar Oral
Health Survey 2013 dari WHO. Kuesioner ini sudah dikonversi ke dalam
Bahasa Indonesia sehingga memudahkan sasaran untuk mengisinya (lihat
lampiran). Asesmen ini dilengkapi dengan lembar persetujuan digital dalam
bentuk google forms.

Gambar 5.3. Kuesioner Kesehatan gigi dan mulut Anak yang Telah Diunggah
dalam Bentuk Formulir Daring

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 81
3. Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut
Selain deteksi dini penyakit gigi dan mulut melalui skrining, juga dilakukan sikat gigi
bersama di sekolah minimal 1 kali sebulan sebelum proses belajar mengajar, kumur-
kumur dengan larutan fluor dan aplikasi topikal fluor sebagai upaya pencegahan
penyakit gigi dan mulut.

Memasuki adaptasi kebiasaan baru, pada sekolah-sekolah yang sudah menerapkan


pembelajaran dengan tatap muka, dapat melakukan penyesuaian dan tetap
mengutamakan kesehatan dan keselamatan peserta didik dan petugas. Kegiatan
yang dapat dilakukan adalah sikat gigi bersama dan kumur-kumur fluor. Untuk
kegiatan pencegahan lain seperti Aplikasi topikal fluor, pit dan fissure sealant ditunda
pelaksanaannya.
a. Penyesuaian kegiatan sikat gigi bersama di sekolah115
Beberapa ketentuan penyesuaian yang harus menjadi perhatian :
1) Memastikan peserta didik dalam keadaan sehat saat mengikuti kegiatan
sikat gigi Bersama
2) Peserta didik diwajibkan membawa peralatan sendiri, sikat gigi, pasta gigi,
gelas kumur dan kertas tissu dari rumah.
3) Lakukan prosedur protokol kesehatan pada anak sebelum kegiatan dimulai
meliputi pengecekan suhu tubuh dan mencuci tangan dengan sabun
4) Guru dan pendamping UKGS menggunakan masker, face shield dan sarung
tangan

Terdapat dua model utama yang telah digunakan untuk menyikat gigi dengan
pengawasan:
1) Cara kering di mana anak-anak menyikat gigi tanpa menggunakan air atau
bak cuci. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan anak-anak duduk atau berdiri.
2) Cara basah dimana anak menggosok gigi menggunakan air, biasanya berdiri
di wastafel.

Catatan: Cara basah tidak lagi direkomendasikan selama fase pemulihan


COVID-19 karena dianggap lebih berisiko terhadap tetesan dan penularan kontak
serta tidak memberikan manfaat tambahan dibandingkan cara kering.

Tahap melakukan sikat gigi dengan cara kering:107


1) Guru atau penanggung jawab UKGS dan anak-anak (dibawah supervisi) harus
mencuci tangan atau menggunakan hand sanitizer sebelum dan sesudah sesi
sikat gigi.
2) Jika terdapat luka, pengawas harus menutupi luka, lecet atau kerusakan
pada kulit dengan balutan tahan air sebelum memulai.
3) Guru atau penanggung jawab UKGS mengeluarkan pasta gigi ke permukaan
yang bersih (jika tidak terdapat pasta gigi individu) seperti tisu persegi
yang memungkinkan masing-masing anak mengoleskan pasta gigi ke sikat
mereka.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


82 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
(a) (b)

Gambar 5.4. Cara Mengeluarkan Pasta Gigi (a) Pengawas atau guru mengeluarkan
pasta gigi pada permukaan yang bersih (contoh: tisu) dengan tetap menjaga jarak
dengan anak, (b) Anak mengambil pasta gigi yang sudah dikeluarkan

4) Setiap sikat gigi harus dapat diidentifikasi secara individual sehingga


memungkinkan setiap anak mengenali sikat mereka sendiri.
5) Anak-anak boleh berdiri atau duduk sambil menyikat gigi, namun area di
sekitarnya harus mudah dibersihkan.
6) Setelah menyikat, anak-anak dapat mengeluarkan/membuang sisa pasta gigi
ke dalam tisu (instruksikan anak untuk mengangkat tisu ke mulut mereka
untuk melakukannya) dan menyeka mulut mereka.
7) Tisu bekas pasta gigi dibuang di kantong sampah.
10) 8) Setelah
Guru menyikatsetiap
mengawasi gigi, guru membersihkan
anak yang secara area tempatharus
bergiliran menyikat gigi dengan
membilas sikat gigi dan
deterjen.
pegangannya sendiri di wastafel di bawah air yang mengalir. Sikat gigi harus segera
9) Setiap anak yang secara bergantian membilas sikat gigi dan pegangannya di
dibilas. Pasta
wastafel gigi tidak
di bawah boleh
air yang dibiarkan
mengalir mengering
dibawah di sikat.
pengawasan guru.Air
Airharus
harus dibiarkan
dibiarkan mengalir untuk menghindari setiap anak menyentuh keran.
mengalir untuk menghindari setiap anak menyentuh keran.
10) Sikat gigi tidak boleh bersentuhan dengan wastafel atau keran.
11) Sikat gigi tidak boleh bersentuhan dengan wastafel atau keran.
11) Di bawah pengawasan, setiap anak kemudian mengembalikan sikat giginya
12) Di bawah pengawasan, setiap anak kemudian mengembalikan sikat giginya sendiri ke
sendiri ke tempat penyimpanan.
tempat penyimpanan.

2 meter

Gambar 5.5. Setiap peserta perlu menjaga jarak selama kegiatan UKGS
Gambar 5.7. Setiap peserta perlu menjaga jarak selama kegiatan UKGS

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


13) Sikat gigi tidak boleh dicuci sekaligus atau bersama-sama di wastafel.
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 83
14) Setelah kegiatan sikat gigi, guru bertanggung jawab untuk membersihkan bak cuci dan
12) Setelah kegiatan sikat gigi, guru bertanggung jawab untuk membersihkan
bak cuci dan permukaan mengikuti pedoman nasional dan menggunakan
produk pembersih standar seperti deterjen.
13) Setelah kegiatan menyikat gigi selesai, anak-anak dan guru harus mencuci
tangan.

b. Kumur – kumur Fluor


Pelaksanaan kumur-kumur fluor dapat dilakukan di sekolah ataupun di rumah
dengan pengawasan dari penanggung jawab UKGS.
Hal yang perlu diperhatikan jika kumur-kumur fluor dilaksanakan di sekolah:
1) Pastikan sekolah mempunyai fasilitas yang menunjang untuk pelaksanaan
kegiatan tersebut diantaranya tersedia wastafel dan pembuangan limbah
tidak terbuka.
2) Pelaksanaan kegiatan ini tidak dilakukan secara berkelompok tapi
perorangan dengan tetap memperhatikan jarak.
3) Setiap siswa menggunakan gelas kumur yang sekali buang, dan gelas kumur
tersebut dibuang pada tempat sampah medis yang telah disiapkan.
4) Sebelum dan sesudah kumur-kumur fluor siswa menjaga kebersihan tangan
yaitu mencuci tangan dengan 6 langkah cuci tangan.
5) Pada saat pelaksanaan kumur-kumur fluor guru atau penanggung jawab
UKGS menggunakan APD : masker, pelindung wajah, gown, sarung tangan
dan sepatu.
6) Setelah selesai kegiatan guru atau penanggung jawab UKGS melakukan
desinfeksi area kumur-kumur.
Pelaksanaan kumur-kumur fluor di rumah dapat dipantau dengan memanfaatkan
teknologi yaitu dengan video call yang dilakukan oleh guru atau penanggung
jawab UKGS berdasarkan permintaan orang tua siswa.

c. Topikal Aplikasi Fluor


Topikal aplikasi fluor merupakan bagian dari upaya pencegahan primer karies
gigi melalui pemberian suplemen fluor secara topikal pada anak usia di atas 6
tahun dengan risiko karies tinggi dan tidak efektif dengan metoda lain. Larutan
fluor yang sering digunakan adalah NaF, dengan konsentrasi 2% (0,2 gram bubuk
fluor dilarutkan dalam 10 ml air minum).

Pemberian cukup satu kali setiap enam bulan dengan cara mengoleskan
langsung larutan fluor pada email gigi yang sudah dibersihkan, dan dibiarkan
kering selama 5 menit, dan hindari makan, minum atau berkumur selama 1 jam.
Topikal aplikasi fluor hanya diberikan sesuai indikasi, yaitu pada anak dengan
risiko karies tinggi, yang disaring dari hasil skrining kesehatan gigi dan mulut.

Pelaksanaan topikal aplikasi fluor dalam masa adaptasi kebiasaan baru dapat
ditunda, atau jika dilaksanakan dengan menggunakan mekanisme janji temu
orang tua anak dengan petugas kesehatan. Pemberian fluor dilakukan di fasilitas

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


84 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
kesehatan dengan penerapan kewaspadaan standar PPI dan protokol kesehatan
yang ketat.

4. Rujukan Kesehatan Gigi dan Mulut


Rujukan kesehatan gigi dan mulut dilakukan jika siswa membutuhkan perawatan
lebih lanjut di fasilitas kesehatan.

B. Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM)


Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM) adalah kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan
mulut di Puskesmas yang dilaksanakan dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat
dengan tujuan meningkatkan kesadaran, kemampuan dan peran serta masyarakat/
keluarga dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut (self care). UKGM dilaksanakan
oleh masyarakat dengan bimbingan Puskesmas melalui UKBM yang ada yaitu Posyandu
Balita, Posyandu Lansia, PAUD atau kelompok masyarakat lainnya di wilayah kerja
Puskesmas kepada kelompok masyarakat yang rawan terhadap penyakit gigi dan mulut
(ibu hamil, balita, anak pra sekolah, sekolah dasar dan lansia).108

Kegiatan UKGM meliputi kegiatan promotif, preventif dan rujukan yang dilaksanakan
dalam bentuk :
1. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut
2. Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut
3. Pencegahan penyakit gigi dan mulut
4. Rujukan kesehatan gigi dan mulut

Penyesuaian /Modifikasi Kegiatan UKGM


Kondisi pandemi COVID-19 mengharuskan banyak Puskesmas menunda kegiatan-
kegiatan yang berpotensi meningkatkan risiko penyebaran COVID-19 termasuk
kegiatan posyandu. Kondisi ini turut berdampak pada pelaksanaan kegiatan UKGM yang
memanfaatkan posyandu sebagai salah satu tempat kegiatan.

Sesuai dengan aturan dalam Surat Edaran Kemendagri tentang Operasional Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu) dalam Pencegahan Penyebaran COVID-19, bahwa buka
atau tidaknya Posyandu sepenuhnya diserahkan kepada kebijakan daerah masing-masing
dengan memperhatikan situasi dan kondisi setempat. Sejalan dengan ketentuan tersebut
kegiatan UKGM di Posyandu perlu dilakukan penyesuaian berdasarkan skala prioritas
kegiatan, kemampuan logistik puskesmas dalam pelaksanaan kewaspadaan standar PPI
dan penerapan protokol kesehatan.

Beberapa bentuk penyesuaian/modifikasi dalam pelaksanaan kegiatan UKGM antara lain:


1. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut
Penyesuaian pelaksanaan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dapat berupa:
a. Melaksanakan kegiatan di Posyandu Balita atau Posyandu Lansia, namun
menyesuaikan dengan ketentuan pembatasan operasional yang berlaku, antara
lain :

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 85
1) Jumlah petugas UKGM dibatasi sehingga tidak melanggar ketentuan
maksimal yang ditentukan
2) Petugas UKGM menggunakan APD standar dan menerapkan protokol
kesehatan
3) Materi penyuluhan sesuai karakteristik sasaran, jika memungkinkan materi
disiapkan dalam bentuk leaflet yagn dibagikan kepada sasaran.
b. Memindahkan tempat kegiatan penyuluhan ke dalam gedung Puskesmas.
Penyuluhan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
1) Tatap muka langsung, jika tersedia ruang penyuluhan yang cukup luas dan
berventilasi baik dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Waktu
pelaksanaan, materi dan durasi kegiatan disesuaikan dengan karakteristik
sasaran.
2) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi menggunakan sarana
yang tersedia seperti televisi, komputer, proyektor dan layar. Metode ini
tidak membatasi sasaran dan dapat diberikan di ruang tunggu Puskesmas
pada saat jam pelayanan.
c. Memberdayakan kader posyandu yang terlatih untuk melakukan penyuluhan
kesehatan gigi dan mulut secara individu sesuai kelompok sasaran/group (ibu
hamil, ibu dan balita/apras dan lansia) melalui aplikasi komunikasi Whatsapp
dan media sosial lainnya
d. Memfasilitasi masyarakat atau kelompok sasaran untuk konsultasi kesehatan
gigi dan mulut melalui telekonseling dengan aplikasi komunikasi/media sosial
yang tersedia dan dapat membuat janji temu bila kasus sasaran memerlukan
tindak lanjut.

2. Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan Mulut


Bila terdapat ketentuan pembatasan kegiatan Posyandu dan anak pra sekolah,
kegiatan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut dapat ditunda. Bila memungkinkan
untuk dilaksanakan, pemeriksaan gigi dilaksanakan sesingkat mungkin dengan
protokol kesehatan yang ketat. Pilihan metode lainnya dengan pengisian kuesioner
melalui formulir google (google form) yang disiapkan petugas dan diisi secara
mandiri. Sasaran yang memerlukan tindak lanjut, dapat membuat janji temu dengan
petugas untuk pemeriksaan langsung di fasilitas kesehatan.

3. Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut


a. Sikat gigi bersama
Kegiatan sikat gigi bersama dilaksanakan oleh kader di Taman Kanak-Kanak,
Pendidikan Anak Usia Dini atau taman bermain anak yang ada di wilayah kerja
Puskesmas. Dengan penerapan kebijakan anak belajar di rumah, maka kegiatan
dapat dialihkan ke rumah dengan pengawasan orang tua dan bimbingan kader.
Kader memfasilitasi orang tua yang memiliki anak balita atau anak prasekolah
dengan pengetahuan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan cara menyikat
gigi, yang dapat dibagi lewat komunikasi melalui pesan singkat atau Whatsapp,

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


86 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
berupa artikel, gambar atau video. Untuk memantau kegiatan anak menyikat gigi
kader bisa mengetahuinya lewat komunikasi dengan orang tua anak atau melalui
buku bantu.
Jika kegiatan di tatap muka sudah dimulai kembali, pelaksanaan sikat gigi
bersama mengikuti tahapan sikat gigi bersama pada UKGS

b. Kampanye Sikat Gigi


Kampanye sikat gigi adalah bagian dari pemberdayaan masyarakat dalam UKGM
melalui pendekatan kemitraan, dengan organisasi profesi dan institusi pendidikan
terkait, perusahaan atau organisasi masyarakat yang memiliki concern pada
kesehatan gigi dan mulut. Kampanye sikat gigi umumnya dilaksanakan pada
momen tertentu dalam bentuk kegiatan luar ruang dan melibatkan banyak orang.
Dengan kondisi pandemi saat ini, penyesuaian kegiatan kampanye sikat gigi
dilakukan untuk menghindari kumpulan orang, dengan mengalihkan kegiatan
kampanye melalui media elekronik, media online, media sosial, atau platform
lainnya yang tersedia.

4. Rujukan Kesehatan Gigi dan Mulut


Rujukan UKGM adalah langkah tindak lanjut dari kasus-kasus kesehatan gigi dan
mulut yang ditemukan kader dan memerlukan penanganan tenaga kesehatan gigi
dan mulut. Rujukan oleh kader perlu disesuaikan dengan kondisi saat ini, antara
lain:
a. kader merujuk sasaran kepada tenaga kesehatan melalui aplikasi komunikasi,
agar sasaran dapat berkonsultasi langsung dengan petugas kesehatan melalui
telekonseling atau menggunakan aplikasi komunikasi yang ada.
b. kader merujuk sasaran ke Puskesmas bila kasus memerlukan penanganan medis,
menggunakan mekanisme janji temu dengan petugas kesehatan.

Beberapa materi promosi kesehatan gigi dan mulut yang dapat digunakan dalam
penyuluhan pada UKGS dan UKGM terlampir pada tabel 5.2

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 87
Tabel 5.2. Daftar Program Promosi Kesehatan Berbasis Web

NO URL TARGET USIA


1 http://www.e-dentalez.com/sitio/oral-health- Lansia (>55 tahun)
promotion/
2 https://cavityfreekids.org/ Anak sejak lahir hingga usia 5 tahun
serta keluarganya
3 https://www.cdc.gov/oralhealth/basics/adult- Dewasa
oral-health/tips.html
4 https://www.simplestepsdental.com/ Seluruh kelompok umur
5 https://www.mouthhealthy.org/en Seluruh kelompok umur
6 http://media.dent.umich.edu/teachoralhealth/ Materi pelatihan untuk guru sekolah/
index.html. kader mengajarkan topik kesehatan
gigi pada anak TK dan SD
7 https://www.e-bug.eu/ Materi untuk guru sekolah
mengajarkan pada siswa tentang
topik PHBS
8 https://www.dentalhealth.org/how-to-clean- Seluruh kelompok umur
your-teeth
9 https://www.dental.wa.gov.au/ Seluruh kelompok umur
10 https://www.mchoralhealth.org/index.php Ibu dan anak

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


88 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
BAB VI
PEMBINAAN, PEMANTAUAN DAN EVALUASI
PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
DI FKTP PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di FKTP perlu dilakukan pembinaan,
pemantauan dan evaluasi, hal ini bertujuan agar pelayanan yang diberikan sudah sesuai dengan
protokol-protokol kesehatan yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan
gigi dan mulut.

Kegiatan pembinaan, pemantauan dan pengawasan ini melibatkan Dinas Kesehatan Daerah
Kabupaten/Kota dan Provinsi, Kementerian Kesehatan dan stakeholder terkait yaitu
organisaasi profesi.

A. Pembinaan
Pembinaan penyelenggaraan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di FKTP pada masa
adaptasi kebiasaan baru dilakukan secara periodik. Pembinaan dilakukan secara berjenjang
oleh Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota dan Provinsi serta berkolaborasi dengan
stakeholder terkait yaitu organisasi profesi salah satunya dalam melakukan pembinaan di
FKTP klinik pratama dan tempat praktik mandiri dokter gigi.

B. Pemantauan dan Evaluasi


Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan pelayanan kesehatan gigi dan
mulut di FKTP pada masa adaptasi kebiasaan baru dilakukan secara periodik dengan
menggunakan instrumen yang telah ditetapkan.
Pemantauan dan evaluasi ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Provinsi
serta Kementerian Kesehatan.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 89
BAB VII
PENUTUP

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama pada masa Adaptasi Kebiasaan Baru disusun untuk membantu Puskesmas,
Klinik Pratama serta Praktik Mandiri dalam rangka menyelenggarakan pelayanan kesehatan
gigi dan mulut yang bermutu dan berkualitas bagi masyarakat dengan tetap mengutamakan
penerapan kewaspadaan standar dan transmisi sebagai upaya perlindungan kepada tenaga
kesehatan dan masyarakat dari risiko penularan infeksi COVID-19.

Penerapan PPI yang sesuai standar harus dilaksanakan agar pelaksanaan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut dapat berjalan dengan baik dan bermutu. Mengingat perkembangan
ilmu pengetahuan terkait COVID-19 yang sangat cepat dan berlangsung setiap saat, maka
seluruh komponen FKTP dan Dinas Kesehatan wajib mengikuti perkembangan perubahan
dari sumber-sumber yang resmi dan terpercaya agar dapat disesuaikan dengan protokol
pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang akan diberikan.

Harapannya dengan keterlibatan semua pihak maka rantai penularan dan penyebaran
COVID-19 dapat dikendalikan dengan baik. Semoga perjuangan kita bersama ini dapat
membawa negara Indonesia kembali kepada tatanan kehidupan yang normal dengan
sesungguhnya.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


90 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
DAFTAR PUSTAKA

1. Wiersinga WJ, Rhodes A, Cheng AC, Peacock SJ, Prescott HC. Pathophysiology, Transmission,
Diagnosis, and Treatment of Coronavirus Disease 2019 (COVID-19): A Review. JAMA
Intern Med. Aug 2020;324(8):782-793.
2. Peng X, Xu X, Li Y, Cheng L, Zhou X, Ren B. Transmission routes of 2019-nCoV and controls
in dental practice. Int J Oral Sci. 2020 3 Mar 2020;12(1).
3. Khanagar SB, Al-Ehaideb A, Vishwanathaiah S, Maganur PC, Naik S, Salman Siddeeqh.
Exposure Risks and Preventive Strategies Considered in Dental Care Settings to Combat
Coronavirus Disease (COVID-19). HERD. 2020.
4. Bhowmick GD, Dhar D, Nath D, Ghangrekar MM, Banerjee R, Das S, et al. Coronavirus
disease 2019 (COVID-19) outbreak: some serious consequences with urban and rural
water cycle. npj Clean Water. July 2020;3(32).
5. Kotlyar AM, Grechukhina O, Chen A, Popkhadze S, Grimshaw A, Tal O, et al. Vertical
transmission of coronavirus disease 2019: a systematic review and meta-analysis. Am J
Obstet Gynecol. 2021;224(1):35-53.
6. Definition and categorization of the timing of mother-to-child transmission of SARS-CoV-2
[database on the Internet]2021. Available from: https://www.who.int/publications/i/
item/WHO-2019-nCoV-mother-to-child-transmission-2021.1.
7. Karia R, Gupta I, Khandait H, Yadav A, Yadav A. COVID-19 and its Modes of Transmission.
SN Compr Clin Med. 2020:1798-1801.
8. Food and Coronavirus Disease 2019 [database on the Internet]2019. Available from:
https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/daily-life-coping/food-and-COVID-19.
html.
9. Transmission of SARS-CoV-2: implications for infection prevention precautions: scientific
brief [database on the Internet]July 2020. Available from: https://apps.who.int/iris/
handle/10665/333114. .
10. Dehghani R, Kassiri H. A brief review on the possible role of houseflies and cockroaches
in the mechanical transmission of Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Arch Clin Infect
Dis. 2020.
11. Pankhurst C, Coulter W. Basic Guide to Infection Prevention and Control in Dentistry. 2 ed:
Wiley Blackwell; 2017.
12. Harrel SK, Molinari J. Aerosols and splatter in dentistry: a brief review of the literature
and infection control implications. J Am Dent Assoc. 2004 April 2004;135(4):429-437.
13. Leung NHL, Chu DKW, Shiu EYC, Chan K-H, McDevitt JJ, Hau BJP, et al. Respiratory virus
shedding in exhaled breath and efficacy of face masks. Nature Medicine. 2020;26:676–
680.
14. Doremalen N, TrentonBushmaker, H.Morris D, G.Holbrook M, AmandineGamble,
N.Williamson B, et al. Aerosol and Surface Stability of SARS-CoV-2 as Compared with
SARS-CoV-1. The new england journal of medicine. 2020;382(16):1564-1567.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 91
15. Gallagher JE, C SK, Johnson IG, Al-Yaseen W, Jones R, McGregor S, et al. A systematic review
of contamination (aerosol, splatter and droplet generation) associated with oral surgery
and its relevance to COVID-19. BDJ Open. 2020;25(6).
16. Guidance for Dental Settings: Centres for Disease Control and Prevention [database on
the Internet]2020. Available from: https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/hcp/
dental-settings.html
17. Modes of Transmission of Virus Causing COVID-19: Implications for IPC Precaution
Recommendations [database on the Internet]2019. Available from: https://www.who.
int/news-room/commentaries/detail/modes-of-transmission-of-virus-causing-covid-
19-implications-for-ipc-precaution-recommendations.
18. Ge Z-y, Yang L-m, Xia J-j, Fu X-h, Zhang Y-z. Possible aerosol transmission of COVID-19 and
special precautions in dentistry. J Zhejiang Univ Sci B. 2020;21(5):361-368.
19. Harrison AG, Lin T, Wang P. Mechanisms of SARS-CoV-2 Transmission and Pathogenesis.
[December]. 2020;41(12):1100-1115.
20. WHO. Clinical Management of severe acute respiratory infection when novel coronavirus
(2019-nCoV) infection is suspected. 2020; Available from: https://www.who.int/
publications/i/item/clinical-management-of-covid-19.
21. Spinato G, Fabbris C, Jerry Polesel. Alterations in Smell or Taste in Mildly Symptomatic
Outpatients With SARS-CoV-2 Infection. JAMA Intern Med. 2020;323(20):2089-2090.
22. Giacomelli A, Pezzati L, Conti F, Bernacchia D, Siano M, Oreni L. Self-reported olfactory and
taste disorders in SARS-CoV-2 patients: a cross- sectional study. Clin Infect Dis 2020.
23. Tong JY, Wong A, Zhu D, Fastenberg JH, Tham T. The Prevalence of Olfactory and Gustatory
Dysfunction in COVID-19 Patients: A Systematic Review and Meta-analysis. Otolaryngol
Head Neck Surg. 2020.
24. Mortazavi H, Rezaeifar K, Nasrabadi N. Oral Manifestations of Coronavirus Disease-19: A
Mini-review. Open Access Maced J Med Sci. 2020;8(T1):286-289.
25. Sabino-Silva R, Jardim ACG, Siqueira WL. Coronavirus COVID-19 impacts to dentistry and
potential salivary diagnosis. Clin Oral Investig. 2020.
26. Xu H, Zhong L, Deng J, Peng J, H HD, Zeng X. High expression of ACE2 receptor of 2019-
nCoV on the epithelial cells of oral mucosa. Int J Oral Sci. 2020;12(1):8.
27. Riad A, Klugar M, Krsek M. Related Oral Manifestations: Early Disease Features? . Oral Dis.
2020.
28. Brandão TB, Gueiros LA, Melo TS, Prado-Ribeiro AC, Nesrallah ACFA, Prado GVB, et al. Oral
lesions in patients with SARS-CoV-2 infection: could the oral cavity be a target organ? Oral
Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol. 2020;131(2):45-51.
29. Mujayanto R, Indraswary R. Differential Diagnosis of COVID-19 Enanthema. Eur J Dent.
2020;14(S 01):S179-S181.
30. Vieira AR. Oral manifestations in coronavirus disease 2019 (COVID-19). Oral Dis. 2020.
31. Coulthard P, Thomson P, Dave M, Coulthard FP, Seoudi N, Hill M. The COVID-19 pandemic
and dentistry: the clinical, legal and economic consequences - part 1: clinical. Br Dent J.
2020.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


92 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
32. Coulthard P, Thomson P, Dave M, Coulthard FP, Seoudi N, Hill M. The COVID-19 pandemic
and dentistry: the clinical, legal and economic consequences - part 2: consequences of
withholding dental care. Br Dent J. 2020.
33. COVID-19 Control and Prevention: Dentistry Workers and Employer [database on the
Internet]2020. Available from: https://www.osha.gov/coronavirus/control-prevention/
dentistry.
34. Astoeti TE, Widyarman AS. Teledentistry. 1 ed: FKG Universitas Trisakti; 2020.
35. Amtha R, Gunardi I, Dewanto I, Widyarman AS, Theodorea CF. Panduan Dokter Gigi dalam
Era New Normal: PB PDGI; 2020.
36. OSAP, DQP. Best Practices for Infection Control in Dental Clinics During The COVID-19
Pandemic. 2020. 2020.
37. COVID-19: Occupational health and safety for health workers: interim guidance [database
on the Internet]2021. Available from: https://apps.who.int/iris/handle/10665/339151.
38. Bhanushali P, Katge F, Deshpande S, Chimata VK, Shetty S, Pradhan D. COVID-19: Changing
Trends and Its Impact on Future of Dentistry. Int J Dent. 2020.
39. Lee YL, Chu D, Chou SY, Hu HY, Huang SJ, Yen YF. Dental Care and Infection-Control
Procedures During The COVID-19 Pandemic: The Experience in Taipei City Hospital,
Taiwan. Journal of Dental Sciences. 2020;15(3):369-372.
40. Ghai S. Teledentistry during COVID-19 pandemic. Diabetes Metab Syndr. 2020 Sept-Oct
2020;14(5):933-935.
41. Jampani ND, Nutalapati R, Dontula BS, Boyapati R. Applications of teledentistry: A
literature review and update. J Int Soc Prev Community Dent. 2011;1(2):37-44.
42. Lurie N, Carr BG. The Role of Telehealth in the Medical Response to Disasters. JAMA Intern
Med. 2018 June 1;178(6):745-746.
43. Guo H, Zhou Y, Liu X, Tan J. The impact of the COVID-19 epidemic on the utilization of
emergency dental services. J Dent Sci. 2020;15(4):564-567. .
44. Lucaciu O, Tarczali D, Petrescu N. Oral Healthcare During the COVID-19 Pandemic. Journal
of Dental Sciences. 2020 December 2020;15(4):399-402.
45. Gazal G. Management of an emergency tooth extraction in diabetic patients on the dental
chair. Saudi Dental Journal. 2019.
46. ADA. What Constitutes a Dental Emergency? 2020 [updated 19 March 2020].
47. Mattoo KA, Jain S. Managing Prosthodontic (Geriatric) Patients During the SARS-CoV-2
Pandemic. J Int Oral Health. 2020;12(Suppl S2):69-75.
48. Sivaraman K, Chopra A, Narayana A, Radhakrishnan RA. A five-step risk management
process for geriatric dental practice during SARS-CoV-2 pandemic. Gerodontology. 2020.
49. Luzzi V, Ierardo G, Bossù M, Polimeni A. Paediatric Oral Health during and after the
COVID-19 Pandemic. Int J Paediatr Dent. 2021;31(1):20-26.
50. Wang Y, Zhou CC, Shu R, Zou J. Oral Health Management of Children during the Epidemic
Period of Coronavirus Disease 2019. Sichuan Da Xue Xue Bao Yi Xue Ban. 2020 Mar
2020;51(2):151-154.
51. Implications of COVID-19 for the safe management of general dental practice: A practical
guide [database on the Internet]2020.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 93
52. Luks AM, Swenson ER. Pulse oximetry for monitoring patients with COVID19 at home:
potential pitfalls and practical guidance. Ann Am Thorac Soc. 2020.
53. Quaresima V, Ferrari M. COVID-19: efficacy of prehospital pulse oximetry for early
detection of silent hypoxemia. Crit Care. 2020;24(501).
54. CDC In Action: Global COVID-19 [database on the Internet]2020. Available from: https://
www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/global-covid-19/index.html.
55. Djalante R, Lassa J, Setiamarga D, Sudjatma A, Indrawan M, Haryanto B, et al. Review and
analysis of current responses to COVID-19 in Indonesia: Period of January to March 2020.
Progress in Disaster Science. 2020 6 Apr 2020.
56. Infection Control Basics [database on the Internet]2016. Available from: https://www.
cdc.gov/infectioncontrol/basics/index.html.
57. Guidelines on Hand Hygiene in Healthcare [database on the Internet]2009. Available
from: https://www.who.int/publications/i/item/9789241597906.
58. Your 5 Moments for Hand Hygiene: Dental Care [database on the Internet]2012. Available
from: https://www.who.int/gpsc/5may/dental-care.pdf.
59. Rational Use Of Personal Protective Equipment For Coronavirus Disease (COVID-19)
and Considerations During Severe Shortages: Interim Guidance, [database on the
Internet]2020. Available from: https://apps.who.int/iris/handle/10665/331695.
60. 2014. NIOSH Guide to the Selection and Use of Particulate Respirators.
61. Ippolito M, Vitale F, Accurso G, Iozzo P, Gregoretti C, Giarratano A, et al. Medical masks and
Respirators for the Protection of Healthcare Workers from SARS-CoV-2 and other viruses.
Pulmonology. 2020;26(4):204-212.
62. Counterfeit Respirators/Misrepresentation of NIOSH-Approval [database on the Internet]
2021. Available from: https://www.cdc.gov/niosh/npptl/usernotices/counterfeitResp.
html.
63. How to Properly Put on and Take off a Disposable Respirator [database on the
Internet]2010. Available from: https://www.cdc.gov/niosh/docs/2010-133/pdfs/2010-
133.pdf.
64. Decontamination and Reuse of Filtering Facepiece Respirators [database on the
Internet]2020. Available from: https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/hcp/ ppe-
strategy/decontamination-reuse-respirators.html.
65. Fisher EM, Shaffer RE. Considerations for Recommending Extended Use and Limited
Reuse of Filtering Facepiece Respirators in Health Care Settings. J Occup Environ Hyg.
2014;11(8):37-41.
66. Pascal SC, Juang MD, Tsai P. N95 Respirator Cleaning and Reuse Methods Proposed By The
Inventor of The N95 Mask Material. The Journal of Emergency Medicine. 2020;58(5):817-
820.
67. Bergman MS, Viscusi DJ, Zhuang Z, Palmiero AJ, Powell JB, Shaffer RE. Impact of
multiple consecutive donnings on filtering facepiece respirator fit. Am J Infect Control.
2012;40(4):375-380.
68. Reusable Elastomeric Respirators in Health Care: Considerations for Routine and Surge
Use. 2019. 2019.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


94 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
69. Chiang J, Hanna A, Lebowitz D. Elastomeric respirators are safer and more sustainable
alternatives to disposable N95 masks during the coronavirus outbreak. Int J Emerg Med.
2020;13(39).
70. Oh C, Araud E, Puthussery JV, Bai H, Verma V, Nguyen TH. Dry Heat as a Decontamination
Method for N95 Face Respirator Reuse. ChemRxiv. 2020.
71. Rodriguez-Martinez CE, Sossa-Briceno MP, Cortes JA. Decontamination and reuse of N95
filtering facemask respirators: A systematic review of the literature. American Journal of
Infection Control. 2020;48:1520-1532.
72. Critical shortage or lack of personal protective equipment in the context of COVID-19 :
considerations for health-care settings. [database on the Internet]2020. Available from:
https://apps.who.int/iris/handle/10665/333631.
73. Optimization, Validation, and Implementation of a UV Disinfection Method for N95 Face
Masks [database on the Internet]. University of Chicago Medical Center. 2020. Available
from: https://www.n95decon.org/s/UCMC-Surfacide-Mask-UVGI-ProcessValidation-
and-Process-v6.pdf.
74. Smullin SJ, Tarlow BD, Consortium ND. Applied Biosafety.2020. 2020.
75. Nejatidanesh F, Khosravi Z, Goroohi H, Badrian H, Savabi O. Risk of Contamination of
Different Areas of Dentist's Face During Dental Practices. Int J Prev Med. 2013;4(5):611-
615.
76. Medical Gowns [database on the Internet]2021. Available from: https://www.fda.gov/
medical-devices/personal-protective-equipment-infection-control/medical-gowns.
77. Qian H, Zheng X. Ventilation control for airborne transmission of human exhaled bio-
aerosols in buildings. J Thorac Dis. 2018;10 (Suppl 19):S2295-S2304.
78. Osei-Bonsu K, Masroor N, Cooper K, Doern C, Je.erson KK, Major Y. Alternative doffing
strategies of personal protective equipment to prevent self-contamination in the health
care setting. American Journal of Infection Control. 2019;47(5):534-539.
79. Tang JW, Y YL, I IE, Chan PK, Ridgway GL. Factors involved in the aerosol transmission of
infection and control of ventilation in healthcare premises. J Hosp Infect. 2006;64(2):100-
114.
80. Wundavalli L, Singh S, Singh AR, S SS. How to rapidly design and operationalise PPE
donning and doffing areas for a COVID-19 care facility: quality improvement initiative.
BMJ Open Qual. 2020;9(3).
81. Bordea IR, Xhajanka E, Candrea S, Bran S, Onișor F, Inchingolo AD, et al. Coronavirus
(SARS-CoV-2) Pandemic: Future Challenges for Dental Practitioners Microorganisms.
2020;8(11):1704.
82. Cleaning, Disinfecting and Ventilation [database on the Internet]2020. Available from:
https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/community/clean-disinfect/index.html.
83. List N: Disinfectants for Coronavirus (COVID-19) [database on the Internet]2020. Available
from: https://www.epa.gov/pesticide-registration/list-n-disinfectants-use-against-SARS-
CoV-2-COVID-19.
84. Kemenkes. PEDOMAN TEKNIS PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI FASILITAS
PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA. In: KESEHATAN DMDAP, editor. Jakarta
2020.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 95
85. Ratnesar-Shumate S, Williams G, Green B, Krause M, Holland B, Wood S, et al. Simulated
Sunlight Rapidly Inactivates SARS-CoV-2 on Surfaces. The Journal of Infectious Diseases.
July 2020;222(2):214-222.
86. Benakatti VB, Kanathila H. BIOMEDICAL WASTE MANAGEMENT IN DENTAL OFFICE-A
REVIEW. WORLD JOURNAL OF ADVANCEHEALTHCARE RESEARCH. 2018;2(4):177-181.
87. Tajrin A, Jusily M, Indratoto MP, editors. Pedoman Tatalaksana Praktik Rumah Sakit Gigi
dan Mulut di Masa dan Pasca Pandemi COVID-19: Asosiasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Pendidikan Indonesia; 2020.
88. Suryantoro R. Rubber Dam Kit. 2020.
89. Avasth A. High Volume Evacuator (HVE) in reducing aerosol- an exploration worth by
clinicians. Journal of Dental Health Oral Disorders & Therapy. 2018;9(3):165-166.
90. High volume, high port velocity and wide air pathway in dental evacuation is needed
for proper management of water and aerosol [database on the Internet]2019 [cited 9th
February 2021]. Available from: https://www.nu-bird.com/dentistry-technology-and-
hv-evolution.
91. Rajeev K, Kuthiala P, Ahmad FN, Tafadar MN, Ganorkar OK, Voulligonda D, et al. Aerosol
Suction Device: Mandatory Armamentarium in Dentistry Post Lock Down. Journal of
Advanced Medical and Dental Sciences Research. 2020;8(4):81-83.
92. Avasth A. High Volume Evacuator (HVE) in reducing aerosol- an exploration worth by
clinicians Journal of Dental Health, Oral Disorders & Therapy.9(3).
93. Suryantoro R. Contoh Manajemen Aerosol 2020.
94. Shahdad S, Patel T, Hindocha A, Cagney N, Mueller J-D, Seoudi N, et al. The efficacy of an
extraoral scavenging device on reduction of splatter contamination during dental aerosol
generating procedures: an exploratory study. British Dental Journal. 2020.
95. Seneviratne CJ, Balan P, Ko KKK, Udawatte NS, Lai D, Ng DHL, et al. Efficacy of commercial
mouth-rinses on SARS-CoV-2 viral load in saliva: randomized control trial in Singapore.
Infection 2020.
96. Bidra AS, Pelletier JS, Westover JB, Frank S, Brown SM, Tessema B. Rapid In-Vitro
Inactivation of Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-Cov-2) Using
Povidone Iodine Oral Antiseptic Rinse. Journal of Prosthodontics. 2020;29:529-533.
97. Kirk-Bayley J, Sunkaraneni S, Challacombe S. The Use of Povidone Iodine Nasal Spray
and Mouthwash During the Current COVID-19 Pandemic May Reduce Cross Infection and
Protect Healthcare Workers. 2020.
98. Operations Management: Sustainability and Supply Chain Management [database on the
Internet]. Pearson Education. Pearson Education. 2017 [cited 7 Feb 2021]. Available from:
https://www.pearson.com/us/higher-education/product/Heizer-Operations-Management-
Sustainability-and-Supply-Chain-Management-12th-Edition/9780134130422.html.
99. Penggunaan Masker dan Penyediaan Sarana Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) untuk
Mencegah Penularan Corona Virus Disease 19 (COVID 19), Surat Edaran No. HK.
02.02/I/385/2020 (2020).

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


96 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
100. Considerations for the provision of essential oral health services in the context
of COVID-19: interim guidance [database on the Internet]. IRIS (Institutional
Repository for Information Sharing). 2020. Available from: https://apps.who.int/
iris/bitstream/handle/10665/333625/WHO-2019-nCoV-Oral_health-2020.1-eng.
pdf?sequence=1&isAllowed=y.
101. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Pusat Kesehatan Masyarakat, PMK
No 67 Tahun 2015 (2015).
102. Estai M, Kanagasingam Y, Huang B, Checker H, Steele L, Kruger E, et al. The efficacy
of remote screening for dental caries by mid‐level dental providers using a mobile
teledentistry model. Community Dentistry and Oral Epidemiology. 2016;44(5):435-441.
103. Varenne B. Mean number of Decayed, Missing, and Filled Permanent Teeth (mean DMFT)
among the 12-year-old age group. WHO; [cited 2021 9 Feb 2021]; Available from: https://
www.who.int/data/gho/indicator-metadata-registry/imr-details/3812.
104. Cavalcante NV, Oliveira AH, Sá BVCd, Botelho G, Moreira TR, Costa GDd, et al. Computing
and Oral Health: Mobile Solution for Collecting, Data Analysis, Managing and Reproducing
Epidemiological Research in Population Groups. International Journal of Environmental
Research and Public Health. 2020;17(1076):1-21.
105. Kemenkes. Petunjuk Teknis Penjaringan Kesehatan dan Pemeriksaan Berkala Anak Usia
Sekolah dan Remaja. In: Keluarga DK, editor. Jakarta2019.
106. Estai M, Kanagasingam Y, Huang B, Shiikha J, Kruger E, Bunt S, et al. Comparison of a
Smartphone-Based Photographic Method with Face-to-Face Caries Assessment: A Mobile
Teledentistry Model. TELEMEDICINE and e-HEALTH. 2016;23(5):1-6.
107. Public Health England. COVID-19: guidance for supervised toothbrushing programmes in
early years and school settings. 2020.
108. Kemenkes. Pedoman Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM). Direktorat Jenderal
Pelayanan Medik; 2004.
109. World Health Organization (2021). Severe Acute Respiratory Infections Treatment Centre.
Maret 2021. Available from: https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/331603/
WHO-2019-nCoV-SARI_treatment_center-2020.1-eng.pdf?sequence=1&isAllowed=y
110. World Health Organization. (2021). Roadmap to improve and ensure good indoor
ventilation in the context of COVID-19. Available from https://apps.who.int/iris/
handle/10665/339857.

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 97
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
98 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
LAMPIRAN


Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 99
i
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
100 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
LAMPIRAN
LAMPIRAN

Road Map Strategi Perbaikan Sistem Ventilasi Alami
Road Map Strategi Perbaikan Sistem Ventilasi Alami37
110

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 101 108



Road Map Strategi Perbaikan Sistem Ventilasi Mekanik37
Road Map Strategi Perbaikan Sistem Ventilasi Mekanik 110

102 Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut 109


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 103 110
ILUSTRASI SIMULASI DESAIN VENTILASI RUANG PRAKTIK

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


104 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
110


Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
105
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


106 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 107

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


108 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 114
TATALAKSANA PENGAMBILAN GAMBAR INTRAORAL
Posisi Anak dan Jari Operator Ketika Mengambil Gambar
untuk Telediagnosis/Telesurvey

POSISI FOTO KETERANGAN GAMBAR

Posisi pasien duduk tegak dengan


gigi sejajar kamera operator. Jari
GIGI DEPAN
operator membantu membuka bibir
atas dan bawah pasien

Posisi pasien duduk tegak dengan


kepala menengadah sekitar 45' dari
GIGI ATAS posisi awal. Jari telunjuk dan ibu
jari operator membebaskan bibir
atas Pasien

Posisi pasien duduk tegak dengan


kepala menunduk ke bawah. Jari
GIGI BAWAH telunjuk dan ibu jari operator
membantu membebaskan bibir
bawah pasien

Posisi pasien duduk tegak dengan


mempertahankan gigitan awal
dan sedikit menoleh ke kanan. Jari
GIGI SISI KIRI
telunjuk dan ibu jari dari operator
membantu membebaskan bibir atas
dan bawah pasien

Posisi pasien duduk tegak dengan


mempertahankan gigitan awal
dan sedikit menoleh ke kiri. Jari
GIGI SISI KANAN
telunjuk dan ibu jari dari operator
membantu membebaskan bibir atas
dan bawah pasien

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 109
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
110 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
World Health Organization
Kuesioner Kesehatan Gigi dan Mulut
Untuk Anak, 2015

Jawablah beberapa pertanyaan tentang diri kalian dan kondisi gigi kalian
1. Nomor Responden Jenis Kelamin Lokasi
L P Kota Desa

1 4 1 2 1 2

2. Berapa usiamu saat ini ? (tahun)

3. Bagaimana kondisi gigi dan gusi kalian ?


Gigi Gusi
Baik 1 1
Buruk 2 2
Tidak Tahu 9 9

4. Seberapa sering kalian merasakan sakit gigi atau merasa tidak nyaman pada gigi kalian selama 12
bulan terakhir ini?
Sering 1
Kadang-kadang 2
Jarang 3
Tidak pernah 4
Tidak tahu 9

Silakan menjawab pertanyaan mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut kalian
5. Seberapa sering kalian pergi ke dokter gigi dalam 12 bulan terakhir ?
(berikan tanda silang (X) pada salah satu jawaban saja)
Sekali 1
Dua kali 2
Tiga kali 3
Empat kali 4
Lebih dari empat kali 5
Saya tidak pernah berkunjung ke dokter gigi selama 12 bulan terakhir ini 6
Saya tidak pernah menerima perawatan gigi dari dokter gigi 7
Saya tidak tahu / tidak ingat 9

Jika kalian tidak pernah ke dokter gigi dalam waktu 1 tahun terakhir ini, lanjutkan ke pertanyaan No. 7
6. Apa alasan kalian datang ke dokter gigi pada kunjungan terakhir kalian?
Sakit atau terdapat masalah pada gigi, gusi atau mulut 1
Perawatan atau perawatan lanjutan 2
Kontrol rutin gigi 3
Saya tidak tahu / tidak ingat 9



Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 111
117
7. Seberapa sering kalian menyikat gigi ? (beri tanda silang (X) pada salah satu jawaban saja
Tidak pernah 1
Beberapa kali dalam sebulan (2-3 kali) 2
Seminggu sekali 3
Beberapa kali dalam seminggu (2-6 kali) 4
Sekali dalam sehari 5
Dua atau lebih dalam sehari 6

8. Apakah kalian menggunakan salah satu alat bantu dibawah ini untuk mebersihkan gigi atau gusi kalian ?
(baca setiap pilihan jawaban)
Ya Tidak
1 2
Sikat Gigi
Tusuk gigi kayu
Benang gigi
Arang
Siwak
Lain-lain, sebutkan ......................................................................................
9.
Ya Tidak
a) Apakah kalian menggunakan pasta gigi pada saat menyikat gigi ? 1 2
Ya Tidak Tidak tahu
b) Apakah pasta gigi yang kalian gunakan mengandung fluor? 1 2 9

10. Akibat kondisi gigi dan mulut kalian, apakah kalian sering mengalami masalah di bawah ini selama satu
tahun ini ?
Ya Tidak Tidak tahu
(a) Saya tidak menyukai penampilan gigi saya 1 2 0
(b) Saya kadang menghindari tersenyum dan tertawa karena kondisi gigi saya 1 2 0
(c) Anak-anak lain mengejek gigi saya 1 2 0
(d) Sakit gigi dan tidak nyaman pada gigi membuat saya tidak masuk sekolah 1 2 0
(e) Saya kesulitan menggigit makanan yang keras 1 2 0
(f) Saya kesulitan mengunyah 1 2 0

11. Seberapa sering kalian makan atau minum jenis makanan/minuman dibawah ini, meskipun dalam
jumlah yang kecil ? (Baca setiap pilihan jawaban)
(6) Beberapa kali dalam sehari (5) Setiap hari
(4) Beberapa kali dalam seminggu (3) Sekali dalam seminggu
(2) Beberapa kali dalam sebulan (1) Tidak pernah

6 5 4 3 2 1
Buah segar
Biskuit, kue, kue manis, roti, dll
Minuman soda
Selai/madu
Permen karet yang mengandung gula
Permen/Gula-gula

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


112 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
6 5 4 3 2 1
Susu Manis
Teh Manis
Kopi Manis
Lain-lain (makanan kariogenik)

12. Seberapa sering kalian menggunakan produk tembakau dibawah ini ? (Baca setiap pilihan jawaban)
(6) Setiap hari (5) Beberapa kali dalam seminggu
(4) Sekali dalam seminggu (3) Beberapa kali dalam sebulan
(2) Jarang-jarang (1) Tidak pernah

6 5 4 3 2 1
Rokok, pipa, atau cerutu
Mengunyah atau menghirup tembakau

13. Apa pendidikan terakhir Ayah kalian ? (atau ayah tiri, wali/laki-laki dewasa yang tinggal bersama kalian)

Tidak sekolah 1
Tidak lulus SD 2
Lulus SD/sederajat 3
Lulus SMP/sederajat 4
Lulus SMA/sederajat 5
Lulus Perguruan Tinggi (Diploma, S1, S2, S3) 6
Tidak ada laki-laki dewasa di rumah 7
Tidak tahu 9

13. Apa pendidikan terakhir Ibu kalian ?

Tidak sekolah 1
Tidak lulus SD 2
Lulus SD/sederajat 3
Lulus SMP/sederajat 4
Lulus SMA/sederajat 5
Lulus Perguruan Tinggi (Diploma, S1, S2, S3) 6
Tidak ada perempuan dewasa di rumah 7
Tidak tahu 9

Terima kasih atas kerjasamanya

Tahun Bulan Tanggal Pewawancara Wilayah Negara

Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 113
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
614.58
Ind
p

Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI

614.58
Ind Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal
p Pelayanan Kesehatan
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama pada Masa Adaptasi
Kebiasaan Baru.— Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.2021

ISBN 978-623-301-166-2

1. Judul I. DENTAL HEALTH SERVICES

Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer


II. MOUTH
III. COMMUNITY HEALTH CENTERS
IV. CORONAVIRUS
V. VIRUS DISEASES VI. CORONAVIRUS INFECTIONS

Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
614.58
Ind
p
Jl. H.R Rasuna Said Blok X5 Kav. No.4-9, Jakarta Selatan
ISBN 978-623-301-166-2 DIREKTORAT PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
TAHUN 2021

Anda mungkin juga menyukai