Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN


HARGA DIRI RENDAH

Disusun Oleh :
Kelompok 6

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2021
LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH

MASALAH UTAMA

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

PROSES TERJADINYA MASALAH

A. Pengertian

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan

rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri

sendiri dan kemampuan diri. Adanya perasaan hilang percaya diri, merasa

gagal karena tidak mampu mencapai keinginan ideal diri (Keliat, 2009).

Gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap

diri dan kemampuan, yang berlangsung lama (Nanda, 2015 ).

Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang

diri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak

langsung diekspresikan (Towsend, 2010).

Rentang respon
Respon perilaku klien harga diri rendah dapat diidentifikasikan
sepanjang rentang respon adaptif dan rentang inaladaptif yang dapat
dijelaskan sebagai berikut: (rentang respon neurobiologik Stuart, 1998 )

Respon adaptif Respon maladapfif


A.
1. Pikiran logis 1. Distorsi pikiran 1. Gangguan Pikir
2. Persepsi akurat 2. Ilusi (waham / halusinasi)
3. Emosi konsisten 3. Reaksi emosi 2. Sulit berespon
dengan pengalaman berlebihan atau kurang 3. Perilakdisorganisasi
B.4. Pathway
Perilaku sesuai 4. Perilaku aneh 4. Isolasi sosial
5. Berhubungan sosial 5. Menarik diri
B. Etiologi
1. Faktor Presdiposisi menurut Stuart & Sundeen (2007) sebagai berikut :

a. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi :

a) Penolakan orang tua,

b) Harapan orang tua yang tidak realistis,

c) Kegagalan yang berulang,

d) Kurang mempunyai tanggung jawab yg personal,

e) Ketergantungan pada orang lain,

f) Ideal diri yang tidak realistis.

b. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran

Meliputi sreotif peran gender, terutama peran kerja dan harapan

peran budaya.

c. Faktor yang mempengaruhi identitas diri meliputi :

a) Ketidakpercayaan orang tua,

b) Tekanan dari kelompok sebaya,

c) Perubahan struktur sosial.

2. Faktor presipitasi menurut Stuart & Sundeen (2007) dapat berasal dari

sumber internal dan eksternal yaitu :

a. Trauma

Seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan

peristiwa yang mengancam kehidupan.

b. Ketegangan peran

Berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan

individu mengalaminya sebagai frustasi.

Ada tiga jenis transisi peran, yaitu :


a) Transisi peran perkembangan

Adalah perubahan normative yang berkaitan dengan

pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan

dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma

budaya, nilai-nilai serta tekanan untuk menyesuaikan diri.

b) Transisi peran situasi

Terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga

melalui kelahiran atau kematian.

c) Transisi peran sehat-sakit

Terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat kekeadaan sakit,

transisi ini dicetuskan oleh :

1. Kehilangan anggota tubuh

2. Perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh

3. Perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh

kembang

4. Prosedur medis dan keperawatan.

C. Manifestasi Klinik

1. Gambaran diri ( Body Image )

Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara

sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang

ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa

lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman

baru setiap individu (Stuart and Sundeen , 2007).


Beberapa gangguan pada gambaran diri tersebut dapat menunjukan

tanda dan gejala, seperti :

a. Syok Psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak

perubahan dan dapat terjadi pada saat pertama tindakan. Syok

psikologis digunakan sebagai reaksi terhadap ansietas.

b. Menarik diri

Klien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan ,

tetapi karena tidak mungkin maka klien lari atau menghindar secara

emosional. Klien menjadi pasif, tergantung , tidak ada motivasi dan

keinginan untuk berperan dalam perawatannya.

c. Penerimaan atau pengakuan secara bertahap

Setelah klien sadar akan kenyataan maka respon kehilangan atau

berduka muncul. Setelah fase ini klien mulai melakukan reintegrasi

dengan gambaran diri yang baru. Tanda dan gejala dari gangguan

gambaran diri di atas adalah proses yang adaptif, jika tampak gejala

dan tanda-tanda berikut secara menetap maka respon klien dianggap

maladaptif sehingga terjadi gangguan gambaran diri yaitu :

a) Menolak untuk melihat dan menyentuh bagian yang berubah

b) Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh.

c) Mengurangi kontak sosial sehingga terjadi menarik diri.

d) Perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuh.

e) Preokupasi dengan bagian tubuh atau fungsi tubuh yang hilang.

f) Mengungkapkan keputusasaan.

g) Mengungkapkan ketakutan ditolak.

h) Depersonalisasi.
i) Menolak penjelasan tentang perubahan tubuh.

2. Ideal diri

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus

berperilaku berdasarkan standart, aspirasi, tujuan atau penilaian personal

tertentu (Stuart and Sundeen, 2007). Tanda dan gejala :

a. Merasa diri tak berharga

b. Perasaan tidak mampu

c. Rasa bersalah

d. Ketegangan peran yang dirasakan

e. Pandangan hidup yang pesimis

f. Penolakan terhadap kemampuan personal atau ketidakmampuan untuk

mendapatkan penghargaan yang positif

3. Harga diri

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai

dengan menganalisa seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri (Stuart

and Sundeen, 2007). Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai

perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri

dan harga diri. Harga diri rendah dapat terjadi secara situasional (trauma)

atau kronis (negatif self evaluasi yang telah berlangsung lama). Tanda

dan gejala harga diri rendah:

a. Perasaan malu

b. Perasaan bersalah pada diri sendiri

c. Merendahkan martabat

d. Menarik diri

e. Percaya diri kurang


f. Mencederai diri

4. Peran

Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan

dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat (Keliat, 2009).

Tanda dan gejala gangguan peran:

a. Mengingkari ketidakmampuan menjalankan peran

b. Mengungkapkan ketidakpuasan peran

c. Kegagalan menjalankan peran

d. Ketegangan menjalankan peran

e. Apatis/bosan/jenuh/putus

f. Ganti-ganti peran

5. Identitas

Identitas adalah kesadarn akan diri sendiri yang bersumber dari

observasidan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep

diri sendiri sebagai satu kesatuan yang utuh (Stuart and Sudeen, 2007).

Tanda dan gejala identitas yang kurang:

a. Memandang dirinya secara unik

b. Merasakan dirinya berbeda dengan orang lain

c. Merasakan otonomi : menghargai diri, percaya diri, mampu diri,

menerima diri dan dapat mengontrol diri.

d. Mempunyai persepsi tentang gambaran diri, peran dan konsep diri.

Akibat Harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi sosial :

menarik diri, isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian

yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu

fungsi seseorang dalam hubungan sosial.


Tanda dan gejala dari isolasi sosial

1. Gejala positif

a. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul

b. Menghindar dari orang lain (menyendiri)

c. Komunikasi kurang atau tidak ada. Klien tidak tampak

bercakap-cakap dengan klien lain atau perawat

d. Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk

e. Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas

f. Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan

percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap.

g. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.

2. Gejala negative

a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan

terhadap penyakit (rambut botak karena terapi).

b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan

diri sendiri)

c. Gangguan hubungan sosial (menarik diri)

d. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)

e. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai

harapan yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya

3. Menurut Carpenito, L.J (2004 : 352); Keliat, B.A (2007 : 20)

a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat

tindakan terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena

rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker


b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan

terjadi jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek

dan mengkritik diri sendiri.

c. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak

mampu, saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa

d. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak

ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.

e. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan,

misalnya tentang memilih alternatif tindakan.

f. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan

yang suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.

D. Psikopatologi

Menurut Stuart (2009), berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan


dalam konsep diri seseorang yaitu Faktor predisposisi yang merupakan faktor
pendukung harga diri rendah meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua
yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai
tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang
tidak realistis. Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah peran
gender, tuuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya.Faktor yang
mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidakpercayaan orang tua,
tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur sosial.Sedangkan
faktor presipitasi munculnya harga diri rendah meliputi trauma seperti
penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksika kejadian yang
megancam kehidupan dan ketegangan peran beruhubungan dengan peran
atau posisi yang diharapkan dimana individu mengalami frustrasi.
Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa
tidak aman dalam berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal
dari lingkungan yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana
tidak mungkin mengembangkan kehangatan emosional dalam hubungan yang
positif dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman. Klien semakin tidak
dapat melibatkan diri dalam situasi yang baru.Ia berusaha mendapatkan rasa
aman tetapi hidup itu sendiri begitu menyakitkan dan menyulitkan sehingga
rasa aman itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia mengembangkan
rasionalisasi dan mengaburkan realitas daripada mencari penyebab kesulitan
serta menyesuaikan diri dengan kenyataan. Semakin klien menjauhi
kenyataan semakin kesulitan yang timbul dalam mengembangkan hubungan
dengan orang lain.
Tanda dan gejala yang muncul pada gangguan konsep diri harga diri
rendah yaitu mengkritik diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan
harga diri, merasa gagal mencapai keinginan,gangguan dalam berhubungan,
penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain, rasa
bersalah, ketegangan peran yang dirasakan, pandangan hidup yang pesimis,
adanya keluhan fisik, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung, menarik
diri secara realitas,penyalahgunaan zat dan menarik diri secara sosial.(Stuart
& Sundeen, 2007 b, hal. 230).melihat tanda dan gejala diatas apabila tidak
ditanggulangi secara intensif akan menimbulkan distress spiritual, perubahan
proses pikir (curiga), perubahan interaksi sosial (menarik diri) dan resiko
terjadi amuk.
E. Pathway

Fx predisposisi : Fx presipitasi :
- ketegangan
- Faktor biologis meliputi fx yg - konflik peran
mempengaruhi harga diri : - peran tidak jelas
penolakan ortu, kegagalan - transisi peran situasi
berulang kali, harapan ortu tdk - transisi peran sehat-sakit
realistis
- Sosial budaya meliputi :fx yg
mempengaruhi performa peran :
tuntutan peran kerja
- Psikologis meliputi : fx yg
mempengaruhi identitas
pribadi : ketidakpercayaan ortu,
tekanan kelompok sebaya

Harga diri rendah

Pesimis Mengkritik Rasa Merasa


Mudah marah Perilaku
diri sendiri besalah tdk
destruktif
& orang lain mampu

Koping individu
Perilaku kekerasan
tdk efektif

G3 hub. sosial

Menarik diri

G3 komunikasi verbal Defisit perawatan Produktivitas


diri menurun
F. Penatalaksanaan

1. Psikofarmakologi

a. Medikasi psikotropik (psikoaktif) mengeluarkan efeknya di dalam

otak, mengubah emosi dan mempengaruhi perilaku

b. Neurotransmitter adalah pembawa pesan kimiawi yang membawa

penghambat atau penstimulasi dari satu neuron ke neuron lain

melintasi ruang (sinaps) diantara mereka.

c. Terapi elektrokonvulsif (ECT)

2. Penatalaksanaan Medis :

a. Chlorpromazine (CPZ)

Indikasi : Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam

kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai

norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam

fungsi-fungsi mental: waham, halusinasi, gangguan perasaan,

dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat

dalam kehidupan sehari-hari, tidak mampu kerja, hubungan

sosial, dan melakukan kegiatan rutin.

Kontra indikasi : Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan

jantung, dan ketergantungan obat.

Mekanisme kerja : Memblokade dopamine pada reseptor pasca

sinaps di otak khususnya system ekstra pyramidal.

Efek samping : Sedasi, gangguan otonomik (hipotensi,

antikolinergik/ parasimpatik, mulut kering, mata kabur, kesulitan

dalam buang air kecil, hidung tersumbat, gangguan irama

jantung), metabolic (jaundice).


b. Haloperidol (HR/ Resperidone)

Indikasi : Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam

fungsi kehidupan sehari-hari.

Kontra indikasi : Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan

jantung, febris, dan ketergantungan obat.

Mekanisme kerja : Obat anti psikosis dalam memblokade

dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak khususnya

system ekstra pyramidal.

Efek samping : Sedasi dan inhibisi psikomotor, gangguan

otonomik (hipotensi, anti kolinergik, mulut kering, kesulitan

buang air kecil dan buang air besar, hidung tersumbat, mata

kabur).

c. Trihexyphenidyl (THP)

Indikasi : Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca

ansefalitis dan idiopatik, sindrom Parkinson akibat obat,

misalnya reserpina dan fenotiazine.

Kontra indikasi : Hipersensitifitas terhadap trihexyphenidyl,

psikosis berat, hipertropi prostate, dan obstruksi saluran cerna.

Mekanisme kerja : Sinergis dengan kinidine, obat anti depresan

trisiklik dan anti kolinergik lainnya.

Efek samping : Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual,

muntah, bingung, agitasi, konstipasi, takikardi, retensi urine.


3. Psikoterapi

Psikoterapi yang dapat membantu penderita adalah psikoterapi suportif

dan individual atau kelompok serta bimbingan yang praktis dengan

maksud untuk mengembalikan penderita ke masyarakat (Seraquel,

2004).

G. Masalah Keperawatan Yang Perlu Dikaji

1. Isolasi sosial : menarik diri

Data yang perlu dikaji :

Data Subyektif

Pasien mengatakan malas berinteraksi, oran lain tidak mau

menerima dirinya, merasa orang lain tidak selevel dengan dirinya.

Data Obyektif

Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri

dikamar, banyak diam, ekspresi wajah kosong, tidak ada kontak mata,

suara pelan dan tidak jelas.

2. Gangguan konsep dri : harga diri rendah

Data yang perlu dikaji :

Data Subyektif

Pasien mengatakan saya tidak mampu, tidak tahu apa-apa, bodoh,

mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhada diri

sendiri.

Data Obyektif

Pasien terlihat lebih suka sendri, bingung bila disuruh memilih

alternatif tindakan, ingin menciderai diri/mengakhiri hidup.

3. Gangguan citra tubuh


Data yang perlu dikaji :

Data Subyektif

Mengungkapkan tidak ingin hidup lagi, mengungkapkan sedih

karena keadaan tubuhnya, malu bertemu dan berhadapan dengan orang

lain karena keadaan tubuhnya cacat.

Data Obyektif

Ekpresi waja sedih, tidak ada kontak mata ketika diajak bicara, suara

pelan dan tidak jelas, tampak menangis.

H. Diagnosa Keperawatan

1. Isolasi sosial : menarik diri

2. Harga diri rendah

3. Gangguan citra tubuh

I. Intervensi Keperawatan

Diagnosa 1 : Isolasi sosial - menarik diri

Tujuan Umum :

Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi

halusinasi

Tujuan Khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan :

 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip

komunikasi terapeutik dengan cara :

a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal

b. Perkenalkan diri dengan sopan


c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang

disukai

d. Jelaskan tujuan pertemuan

e. Jujur dan menepati janji

f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya

g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan

dasar klien

2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri

Tindakan:

a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan

tanda-tandanya

b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan

perasaan penyebab menarik diri atau mau bergaul

c. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri,

tanda-tanda serta penyebab yang muncul

d. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan

perasaannya

3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang

lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

Tindakan :

a. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika

terjadi halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll)

b. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan

berhubungan dengan orang lain


c. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan

tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain

d. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan

orang lain

e. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan

perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain

f. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan

dengan orang lain

g. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan

dengan orang lain

h. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan

dengan orang lain

i. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan

perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial

Tindakan:

a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan oranglain

b. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang

lain melalui tahap :

1. Klien – Perawat

2. Klien – Perawat – Perawat lain

3. Klien – Perawat – Perawat lain – Klien lain

4. Klien – Keluarga atau kelompok masyarakat

c. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah

dicapai.
d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan

e. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien

dalam mengisi waktu

f. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan

g. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan

ruangan

5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan

dengan orang lain

Tindakan:

a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila

berhubungan dengan orang lain

b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan

dengan orang lain.

c. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien

mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan

oranglain

6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga

Tindakan:

a. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :

1. Salam, perkenalan diri

2. Jelaskan tujuan

3. Buat kontrak

4. Eksplorasi perasaan klien

b. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :

1. Perilaku menarik diri


2. Penyebab perilaku menarik diri

3. Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak

ditanggapi

4. Cara keluarga menghadapi klien menarik diri

5. Dorong anggota keluarga untukmemberikan

dukungan kepada klien untuk berkomunikasi

dengan orang lain.

6. Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan

bergantian menjenguk klien minimal satu kali

seminggu

7. Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang

telah dicapai oleh keluarga

Diagnosa 2 : Harga diri rendah.

Tujuan umum: Kien dapat berhubungan dengan orang lain secara

optimal

Tujuan khusus:

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

a. Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip

komunikasi terapeutik:

a) Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal

b) Perkenalkan diri dengan sopan

c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang

disukai klien

d) Jelaskan tujuan pertemuan

e) Jujur dan menepati janji


f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya

g) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar

klien

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang

dimiliki.

a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.

b. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.

c. Utamakan memberi pujian yang realistik.

3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.

a. Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan.

b. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.

4. Klien dapat merencanakn kegiatan sesuai dengan kemampuan yang

dimiliki.

a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap

hari.

b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.

c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien

lakukan.

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya.

a. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah

direncanakan.

b. Diskusikan pelaksanaan kegiatan dirumah

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.

a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara mearwat

klien dengan harag diri rendah.


b. Bantu keluarga memberiakn dukungan selama klien dirawat.

c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.

Diagnosa 3 : Gangguan Citra Tubuh

Tujuan umum: klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri

rendah/klien akan meningkat harga dirinya

Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan :

a. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, perkenalan

diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang,

buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)

b. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya

c. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien

d. Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang

berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya

sendiri

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang

dimiliki

Tindakan:

a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

b. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien,

utamakan memberi pujian yang realistis

c. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan

Tindakan:
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimilik

b. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah

pulang ke rumah

4. Klien dapat menetapkan/merencanakan kegiatan sesuai dengan

kemampuan yang dimiliki

Tindakan:

a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap

hari sesuai kemampuan

b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien

c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan

Tindakan:

a. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan

b. Beri pujian atas keberhasilan klien

c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

Tindakan:

a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat

klien

b. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat

c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

d. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga


STRATEGI PELAKSANAAN

GANGGUAN KONSEP DIRI HARGA DIRI RENDAH

1. Kondisi Pasien

a. Mengkritik diri sendiri

b. Perasaan tidak mampu

c. Pandangan hidup yang pesemis

d. Penurunan produktifitas

e. Penolakan terhadap kemampuan diri

f. Terlihat kurang memperhatikan perawatan diri

g. Berpakaian tidak rapi

h. Selera makan kurang

i. Tidak berani menatap lawan bicara

j. Lebih banyak menunduk

2. Diagnosa Keperawatan

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

3. Tujuan

Tujuan Umum : Kien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal

Tujuan Khusus :

1. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih

dimiliki

2. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan

3. Klien dapat menetapkan kegiatan yang sesuai kemampuan

4. Klien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih sesuai kemampuan

5. Klien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih
4. Intervensi Keperawatan

a. Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien, membantu


klien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu klien
memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan
yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah
dilatih dalam rencana harian.
b. Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan
pasien (HDR).
5. Strategi Tindakan Pelaksanaan

SP 1 Klien : Mendiskusikan Kemampuan Dan Aspek Positif Yang Dimiliki

Klien, Membantu Klien Menilai Kemampuan Yang Masih Dapat

Digunakan, Membantu Klien Memilih/Menetapkan Kemampuan Yang

Akan Dilatih, Melatih Kemampuan Yang Sudah Dipilih Dan Menyusun

Jadwal Pelaksanaan Kemampuan Yang Telah Dilatih Dalam Rencana

Harian.

ORIENTASI :

“Selamat pagi, Perkenalkan nama saya yulvia diah bekti senang dipanggil

Yulvia, saya mahasiswa profesi Ners Universitas Ngudi Waluyo yang sedang

praktik diruangan ini. Bagaimana keadaannya hari ini? Nama T siapa ? Senang

dipanggil apa”.

”Baiklah bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan

kegiatan yang pernah T lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang

masih dapat T dilakukan dirumah sakit. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu

kegiatan untuk kita latih”

”Dimana kita duduk? Bagaimana kalau di ruang tamu? Berapa lama?

Bagaimana kalau 20 menit?

KERJA :
” T, apa saja kemampuan yang T miliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya

ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa T lakukan? Bagaimana dengan

merapihkan kamar? Menyapu? “Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan

”Sekarang, coba T pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit

ini”. ”O yang nomor satu, merapihkan tempat tidur? Kalau begitu, bagaimana

kalau sekarang kita latihan merapikan tempat tidur T”. Mari kita lihat tempat

tidur T. Coba lihat, sudah rapikah tempat tidurnya?”

“Nah kalau kita mau merapikan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal

dan selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik.

”Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus!

Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan.

Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita

lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus !”

”T sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan

bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus ” “Coba T lakukan dan jangan lupa

memberi tanda M (mandiri) kalau T lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan)

jika diingatkan bisa melakukan, dan T (tidak) melakukan.

TERMINASI :

“Bagaimana perasaan T setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapikan


tempat tidur ? Yah, ternyata T banyak memiliki kemampuan yang dapat
dilakukan di rumah sakit ini. Salah satunya, merapikan tempat tidur, yang sudah
T praktekkan dengan baik sekali. Nah kemampuan ini dapat dilakukan juga di
rumah setelah pulang.” Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. T
mau berapa kali sehari merapikan tempat tidur? Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi
jam berapa ? Lalu sehabis istirahat, jam 16.00”
”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. T masih ingat kegiatan
apa
lagi yang mampu dilakukan di rumah selain merapihkan tempat tidur? Ya bagus,
cuci piring kalau begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di

dapur ruangan ini sehabis makan pagi. Sampai jumpa ya”

SP 3 Klien : Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan

kemampuan pasien (HDR)

ORIENTASI :

“Assalammualaikum, bagaimana perasaan T pagi ini? Wah, tampak

cerah”.“Bagimana sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin atau tadi

pagi? Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita akan

latihan kemampuan kedua. Masih ingat apa kegiatan itu T?”

“Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur ruangan ini”

“Waktunya sekitar 15 menit, mari kitak edapur”

KERJA :

“T, sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya, yaitu

sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring, dan

air untuk membilas. T bisa menggunakan air yang mengalir dari kran ini. Oh ya

jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang sisa makanan”

“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”

“Setelah semuanya perlengkapan tersedia. T ambil satu piring kotor, lalu buang

dulu sisa kotoran yang ada di piring tersebut ketempat sampah. Kemudian T

bersihkan piring tersebut dengan menggunakan sabut/tapes yang sudah

diberikan sabun pencuci piring. Setelah itu T bisa menggeringkan piring yang

sudah bersih tadi di rak yang sudah tersedia di dapur. Nah, selesai..

“Sekarang coba T yang melakukan”

“Bagus sekali. T dapat mempraktekkan cuci piring dengan baik. Sekarang dilap
tangannya”

TERMINASI :

“Bagaimana perasaan T setelah latihan cuci piring?” “Bagimana jika kegiatan

cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-hari”

“T mau berapa kali mencuci piring? Bagus sekali T mencuci piring tiga kali

setelah makan”. “Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah

merapikan tempat tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu : ya

benar kita akan latihan mengepel “

“Mau jam berapa ? Sama dengansekarang ? Sampai jumpa “


DAFTAR PUSTAKA

Capernito, LJ. 2008. Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktik Klinis. Jakarta:

EGC.

Keliat, Budi A. 2009. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta: EGC.

Nanda. 2015. Diagnosis Keperawatan 2015-2017. Jakarta : EGC

Purwaningsih, Wahyu. Karlina, Ina. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta:

Nuha Medika Press.

Stuart and Sundeen. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Stuart, Gail W. 2009

Towsend, Mary C. 2008. Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri.

Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai