Anda di halaman 1dari 20

RESUME TEORI PORTOFOLIO DAN ANALISIS INVESTASI

“Saham dan Penilaian Saham”

OLEH :
KELOMPOK 1
NAMA KELOMPOK :

1. NI PUTU LION BUDANTI (01) (1902622010423)


2. WAHYUNI ATTUL BADRIYAH (09) (1902622010431)
3. NI PUTU PUTRI CAHYANI (16) (1902622010438)
4. MARIA VIRGINIA EVA (34) (1902622010456)

KELAS I
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
TAHUN 2021
1. Saham
a. Pengertian Saham
Saham adalah satuan nilai atau pembukuan dalam berbagai instrumen finansial
yang mengacu pada bagian kepemilikan sebuah perusahaan. Dengan menerbitkan
saham, memungkinkan perusahaan-perusahaan yang membutuhkan pendanaan
jangka panjang untuk “menjual” kepentingan dalam bisnis - saham (efek ekuitas) -
dengan imbalan uang tunai. Ini adalah metode utama untuk meningkatkan modal
bisnis selain menerbitkan obligasi. Saham dijual melalui pasar primer (primary
market) atau pasar sekunder (secondary market)
Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk
saham (stock). Jika perusahaan perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham
saja, saham ini disebut dengan saham biasa (common stock). Untuk menarik
investor potensial lainnya, suatu perusahaan mungkin saja mengeluarkan kelas lain
dari saham, yaitu yang disebut dengan saham preferent (preferred stock).
Saham preferen mempunyai hak-hak prioritas lebih dari saham biasa. Hak-hak
prioritas dari saham preferen yaitu hak atas deviden yang tetap dan hak terhadap
aktiva jika terjadi lukuidasi. Akan tetapi, saham preferen umumnya tidak
mempunyai hak veto seperti yang dimiliki oleh saham biasa.
Definisi saham menurut para ahli:
• Sapto Rahardjo, 2006. Saham adalah surat berharga yang merupakan
instrumen bukti kepemilikan atau penyertaan dari individu atau instansi dalam
suatu perusahaan.
• Swadidji Widoatmodjo. Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh
sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan terbatas atau yang disebut emiten.
• Fatwa DSN – MUI. Saham adalah bukti kepemilikan atas suatu perusahaan dan
tidak termasuk saham yangmemiliki hak - hak istimewa.
• Nofie Iman. Saham merupakan surat berharga yang memberikan
peluang keuntungan yang tinggi namun juga berpotensi resiko tinggi.

Pada suatu saham terdapat 3 (tiga) macam nilai :


• Nilai nominal adalah nilai yang tercantum pada saham tersebut.
• Nilai efektif adalah nilai yang tercantum pada kurs resmi kalau saham tersebut
diperdagangkan di bursa,
• Nilai instrinsik adalah nilai saham pada saat diperdagangkan.
b. Jenis – Jenis Saham
Pembagian jenis saham yaitu :
1) Berdasarkan hak tagih atau klaim
a. Saham biasa (common stock)
Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini
biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock). Pemegang saham
adalah pemilik dari perusahaan yang mewakilkan kepada manajemen
untuk menjalankan operasi perusahaan. Sebagai pemilik perusahaan,
pemegang saham biasa mempunyai beberapa hak.
Beberapa hak dimiliki oleh pemegang saham biasa adalah hak kontrol,
hak menerima pembagian keuntungan, hak preemptif dan hak klaim sita:
• Hak Kontrol
Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memilih dewan
direksi. Ini berarti bahwa pemegang saham mempunyai hak untuk
mengontrol siapa yang akan memimpin perusahaannya.
Pemegang saham dapat melakukan hak kontrolnya dalam bentuk
memveto dalam pemilihan direksi di rapat tahunan pemegang saham atau
memveto pada tindakan-tindakan yang membutuhkan persetujuan
pemegang saham.
• Hak Menerima Pembagian Keuntungan
Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa berhak
untuk mendapat bagian dari keuntungan perusahaan. Tidak semua lba
dibagikan, sebagian laba akan ditanamkan kembali ke dalam perusahaan.
Laba yang ditahan ini (retained earning) merupakan sumber dana
intern perusahaan. Laba yang tidak ditahan dibagikan dalam bentuk
deviden.
Tidak semua perusahaan membayar deviden. Keputusan
perusahaan membayar deviden atau tidak dicerminkan dalam
kebijaksanaan devidennya (devidend policy). Jika perusahaan
memutuskan untuk membagi keuntungan dalam bentuk deviden, semua
pemegang saham biasa mendapatkan haknya yang sama. Pembagian
deviden untuk saham preferen.
• Hak Preemptif
Hak preemptif (preemptive right) merupaakan hak untuk
mendapatkan presentasi pemilikan yang sama jika perusahaan
mengeluarkan tambahan lembar saham. Jika perusahaan mengeluarkan
tambahan lembar saham, maka jumlah saham yang beredar akan lebih
banyak dan akibatnya presentase kepemilikan pemegang saham yang
lama akan turun.
Hak preemptif memberi prioritas kepada pemegang saham lama
untuk membeli tambahan saham yang baru, sehingga presentase
pemiliknya tidak berubah.Hak ini mempunyai dua tujuan, tujuan pertama
adalah untuk melindungi hak kontrol dari pemegang saham lama. Tujuan
yang kedua adalah untuk melindungi pemegang saham lama dari nilai
yang merosot
b. Saham preferen (preferred stock)
Saham preferen mempunyai sifat gabungan (hybrid) antara obligasi
(bond) dan saham biasa. Seperti bond yang membayarkan bunga atas
pinjaman, saham preferen juga memberikan hasil yang tepat berupa
deviden preferen. Seperti saham biasa, dalam hal likuidasi, klaim
pemegang saham preferen di bawah klaim pemegang obligasi (bond).
Dibanding dengan saham biasa, saham preferen mempunyai beberapa
hak, yaitu hak atas deviden tetap dan hak pembayaran terlebih dahulu jika
terjadi likuidasi. Oleh karena itu, saham preferen dianggap mempunyai
karakteristik ditengah-tengah antara bond dan saham biasa.
- Karakteristik Saham Preferen
• Preferen terhadap Deviden
1. Pemegang saham preferen mempunyai hak untuk menerima
deviden terlebih dahulu dibanding dengan pemegang saham
biasa.
2. Saham preferen juga umumnya memberikan hak kepada
deviden komulatif, yaitu memberikan hak kepada
pemegangnya untuk menerima deviden tahun-tahun
sebelumnya yang belum dibayarkan sebelum pemegang
saham biasa menerima devidennya. Jika saham preferen
disebutkan memberikan hak deviden kumulatif, maka
deviden-deviden yang belum dibayarkan disebut
dengan devidends in arrears
• Preferen terhadap Waktu Likuidasi
1. Saham preferen mempunyai hak terlebih dahulu atas aktiva
perusahaan dibandingkan dengan hak yang dimiliki oleh
saham biasa pada saat terjadi likuidasi. Besarnya hak atas
aktiva pada saat likuidasi adalah sebesar nilai nominal saham
preferennya termasuk semua deviden yang belum dibayar jika
bersifat komulatif.
2. Karena karakteristik ini, investor pada umumnya
menganggap saham preferen lebih kecil resikonya
dibandingkan dengan saham biasa. Akan tetapi jika
dibandingkan dengan bond, saham preferen dianggap lebih
beresiko, karena klaim dari pemegang saham preferen di
bawah klaim dari pemegang bond
- Jenis saham Preferen
Untuk menarik minat investor terhadap saham preferen dan untuk
memberikan beberapa alternatif yang menguntungkan baik bagi
investor atau bagi perusahaan yang mengeluarkan saham preferen,
beberapa macam saham preferen telah dibentuk. Jenis dari saham
preferen diantaranya adalah saham preferen yang dapat
dikonversikan kedalam saham biasa (convertible preferred stock),
saham preferen yang dapat ditebus (callable preferred stock), saham
preferen dengan tingkat deviden yang mengambang (floating atau
adjustable-rate preferred stock.
1. Convertible Preferred Stock
Untuk menarik investor yang menyukai saham biasa, beberapa
saham preferen menambah bentuk di dalamnya yang
memungkinkan pemegangnya untuk menukar saham ini dengan
saham biasa dengan rasio penukaran yang sudah ditentukan.
Saham preferen semacam ini disebut dengan convertible
preferred stock. Penukaran dari saham preferen ke saham biasa
tidak menimbulkan keuntungan (gain) atau kerugian (loss)
diperusahaan emiten. Diperusahaan emiten, nilai yang dicatat
untuk saham-saham ini adalah sebesar nilai nominalnya dan
selisih yang diterima yang berbeda dengan nilai nominalnya
dicatat sebagai rekening agio saham (paid-in capital in excess of
par value). Juga di dalam catatan perusahaan emiten, nilai pasar
saat penukaran tidak diperhitungkan karena alasannya adalah
pertukaran saham tersebut dilakukan langsung dengan
perusahaan
2. Callable Preferred Stock
Bentuk lain dari saham preferen adalah memberikan hak kepada
perusahaan yang mengeluarkan untuk membeli kembali saham
ini dari pemegang saham pada tanggal tertentu dimasa mendatang
dengan nilai yang tertentu. Harga tebusan ini biasanya lebih
tinggi dari nilai nominal sahamnya
3. Floating / Adjustable Rate Preferred Stock (ARP)
Saham preferen ini merupakan saham inovasi baru di Amerika
Serikat yang dikenalkan pada tahun 1982. Saham preferen ini
tidak membayar deviden secara tetap, tetapi tingkat deviden yang
dibayar tergantung dari tingkat return dari sekuritas t-bill
(treasury bill). Saham preferen tipe baru ini cukup populer
sebagai investasi jangka pendek untuk investor yang mempunyai
kelebihan kas
2) Berdasarkan cara peralihannya
a. Saham atas unjuk (bearer stock)
Saham atas unjuk (bearer stock) adalah saham yang nama pemiliknya gak
dituliskan supaya gampang dipindahtangankan dari satu investor ke
investor lainnya. Dari segi hukum, siapa aja yang memegang saham ini
diakui sebagai pemilik dan punya hak hadir dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS).
b. Saham atas nama (registered stock)
Saham atas nama (registered stock) adalah jenis saham yang nama
pemiliknya tertulis secara jelas dan peralihannya harus lewat prosedur
tertentu.
3) Berdasarkan kinerja perdagangan
a. Blue chip stock
Saham blue chip (blue chip stock) adalah jenis saham biasa dengan
kapitalisasi pasar ≥ Rp 10 triliun. Umumnya saham blue chip menjadi
penggerak dalam indeks industri sejenis, bahkan indeks keseluruhan.
Emiten yang sahamnya tergolong sebagai blue chip biasanya punya
pendapatan yang stabil dan selalu dalam membagi-bagikan dividen.
b. Income stock
Income stock adalah jenis saham dengan pembayaran dividen lebih tinggi
dibandingkan rata-rata dividen yang dibayarkan tahun sebelumnya. Nilai
dividen yang diberikan bisa tinggi karena kemampuan perusahaan atau
emiten dalam menghasilkan laba lebih tinggi dibandingkan periode
sebelumnya secara teratur.
c. Growth stock
Growth stock adalah jenis saham dengan pertumbuhan pendapatan yang
tinggi dalam lingkup sektor atau industri sejenis
d. Speculative stock
Speculative stock adalah jenis saham yang mana perusahaan atau emiten
meraih penghasilan yang tidak stabil dari tahun ke tahun, tetapi
berpeluang memperoleh lebih tinggi di masa mendatang walaupun gak
pasti.
e. Counter Cyclical stock
Counter cyclical stock adalah jenis saham yang gak terlalu terdampak
keadaan ekonomi makro ataupun bisnis secara umum. Ketika kondisi
ekonomi makro sedang gak baik, harga saham ini masih tetap tinggi,
apalagi kalau emiten masih mampu membagi-bagikan dividen yang
besar.
c. Nilai Saham
Ada beberapa nilai yang berhubungan dengan saham, yaitu nilai buku (book
value), nilai pasar (market value) dan nilai intrinsic (intrinsic value)
a) Nilai buku
Nilai buku ialah nilai asset yang tersisa setelah dikurangi kewajiban
perusahaan jika dibagikan. Nilai buku hanya mencerminkan berapa
besar jaminan atau seberapa besar aktiva bersih untuk sham yang
dimiliki investor. Ada beberapa nilai-nilai yang berkaitan dengan
nilai buku, yaitu:
- Nilai Nominal
Nilai nominal yaitu nilai yang ditetapkan oleh emiten. Nilai nomilnal
(par value) dari suatu sham merupakan nilai kewajiban yang
ditetapkan untuk tiap-tiap lembar saham. Kpentingan dari nilai
nominal adalah untuk kaitannya dengan hukum.
Nilai nominal ini merupakan modal per lembar yang yang secara
hokum harus ditahan di perusahaan untuk proteksi. Kadangkala suatu
saham tidak mempunyai nominal (no-par value stock). Untuk sham
yang tidak mempunyai nilai nominal, dewan direksi umumnya
menetapkan nilai sendiri (statted value) per lembarnya. Jika tidak ada
nilai yang ditetapkan, maka yang dianggap sebagai modal secara
hokum adalah semua penerimaan bersih (proceed) yang diterima oleh
emiten pada waktu mengeluarkan saham bersangkutan.
- Agio Saham
Agio saham ialah selisih harga yang diperoleh yang dibayarkan
investor kepada emiten dikurangi harga nominalnya atau selisih yang
dibayar oleh pemegang saham kepada perushaan dengan nominal
sahamnya. Misalnya nilai nominal saham biasa per lembar adalah
Rp5.000,- dan saham ini dijual sebesar Rp8.000,- per lembar, maka
agio saham per lembar adalah sebesar Rp.3.000,-, agio per lembar
dikalikan dengan jumlah lembar yang dijualnya
- Nilai Modal Disetor
Nilai modal disetor ialah total yang dibayar oleh pemegang saham
kepada perusahaan emiten, yaitu jumlah nilai nominal ditambah agio
saham. Misalnya nilai nominal saham biasa per lembar adalah
Rp5.000,- dan saham ini dijual sebesar Rp8.000,- per lembar, maka
agio saham per lembar adalah sebesar Rp.3.000,-, agio per lembar
dikalikan dengan jumlah lembar yang dijualnya
- Laba ditahan
Laba ditahan merupakan laba yang tidak dibagikan kepada pemegang
saham. Laba yang tidak dibagi ini diinvestasikan kembali ke
perusahaan sebagai sumber dana internal
- Nilai Buku
Nilai buku (book value) adalah dimana per lembar saham
menunjukkan nilai aktiva bersih (net assets) yang dimiliki pemegang
saham dengan memiliki per lembar saham. Karena aktiva bersih
adalah sama dengan total ekuitas pemegang saham, maka nilai buku
per lembar saham adalah ekuitas dibagi dengan jumlah saham yang
beredar.
Jika perusahaan mempunyai dua macam kelas saham, yaitu saham preferen dan
saham biasa, maka perhitungan nilai buku per lembar untuk masing-masing kelas saham
ini lebih rumit dibandingkan jika hanya mempunyai saham biasa saja.
Perhitungan nilai buku per lembar saham untuk dua macam kelas aham adalah
sebagai berikut:
a. Hitung nilai ekuitas saham preferen
Nilai ekuitas dihitung dengan mengalihkan nilai tebus (call price) ditambah
dengan dividen yang arreans dengan lembar saham preferen yang beredar. Jika
nilai tebus tidak digunakan, maka nilai nominal yang digunakan. Di dalam
perhitungn ini, agio saham untuk saham preferen tidak di masukkan, karena
pemegang sham preferen tidak mempunyai hak untuk agio ini walaupun berasal
dari saham preferen, sehingga nilai agio ini dimasukkan sebgai tambahan nilai
ekuitas saham biasa
b. Hitung nilai ekuitas saham biasa
Nilai ekuitas saham biasa dihitung dengan mengurangi nilai total ekuitas saham
preferen
c. Nilai buku saham biasa dihitung dengan membagi nilai ekuitas saham biasa
dengan jumlah saham lembar biasa yang beredar
Contoh:
Suatu perusahaan mengotorisasi untuk menerbitkan saham biasa sebanyak
1.000.000 lembar dengan nilai nominal Rp5.000.-. Pada tanggal 18 Februari tahun
ini, perusahaan mengeluarkan sebanyak 800.000 lembar saham biasa dengan
harga Rp8.000,-per lembar. Dari penjualan saham biasa ini perusahaan
mendapatkan kas sebesar Rp6.400.000.000,-(800.000 x Rp8.000,-) yang terdiri
dari:
Modal Saham Biasa 800.000 x Rp5.000,- = Rp4.000.000.000,-
Agio Saham Biasa 800.000 x Rp3.000,- = Rp2.400.000.000,-
Total Kas Diterima = Rp6.400.000.000,-

Pada tanggal 17 November tahun ini, perusahaan membeli balik saham biasa yang
beredar sebagai saham treasuri sebanyak 100.000 lembar dengan harga pasar
sebesar Rp15.000,-. Nilai total saham treasuri adalah:

Saham Treasuri = 100.000 x Rp15.000,-


= Rp1.500.000.000,-

Selanjutnya pada tanggal 5 Desember tahun ini, sebanyak 20.000 lembar saham
treasuri dijual kembali dengan harga Rp17.500, per lembarnya. Dari penjualan
saham treasuri ini perusahaan mendapatkan kas sebesar Rp350.000.000,(20.000
x Rp17.500,-) yang terdiri dari:

Modal Saham Treasuri 20.000 x Rp15.000,- = Rp300.000.000,-


Agio Saham Treasuri 20.000 x Rp2.500,- = Rp50.000.000
Total Kas Diterima = Rp350.000.000

Pada tanggal neraca, yaitu 31 Desember tahun ini, posisi saham treasuri
perusahaan adalah sebanyak 80.000 lembar (100.000 lembar pada tanggal 17
November dan dijual 20.000 lembar pada tanggal 5 Desember). Nilai dari saham
treasuri ini adalah sebesar Rp1.200.000.000, (Rp1.500.000.000 -
Rp300.000.000,-). Saham treasuri ini adalah milik perusahaan, bukan milik
pemegang saham biasa, sehingga akan mengurangi total nilai ekuitas. Misalnya
laba ditahan untuk akhir tahun ini adalah sebesar Rp550.000.000,- maka
penyajian ekuitas yang nampak di neraca adalah sebagai berikut ini:

EKUITAS PEMEGANG SAHAM


Modal Disetor
Modal Saham Biasa, nominal Rp5.000,- diotorisasi
Sebanyak 1.000.000 lembar, 800.000
Dikeluarkan dengan harga Rp8.000,- dan Rp4.000.000.000,-
720.000 beredar
Total Modal Saham Rp4.000.000.000,-
Tambahan Modal Disetor
Agio Saham Biasa
Agio Saham Treasuri Rp2.400.000.000
Total Tambahan Modal Disetor Rp50.000.000 Rp2.450.000.000,-
Total Modal Disetor Rp6.450.000.000,-
Laba Ditahan Rp550.000.000,-
Total Modal Disetor dan Laba Ditahan Rp7.000.000.000,-
Dikurangi: Saham Treasuri (80.000 lb) (Rp1.200.000.000,-)
TOTAL EKUITAS Rp5.800.000.000,-

b) Nilai Pasar (market value)


Nilai pasar merupakan harga yang dibentuk oleh permintaan dan
penawaran saham di pasar modal atau disebut juga dengan harga
pasar sekunder. Nilai pasar berbeda dengan nilai buku. Jika nilai buku
merupakan nilai yang dicatat pada saat saham dijual oleh perusahaan,
maka nilai pasar dimana harga saham yang terjadi di pasar bursa pada
saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar.
c) Nilai Intrinsic
Nilai intrinsic menentukan harga wajar suatu saham agar saham
tersebut mencerminkan nilai saham yang sebenarnya sehingga tidak
terlalu mahal.
Dua macam analisis yang banyak digunakan untuk menentukan
nilai yang sebenarnya dari saham, yaitu analisis sekuritas
fundamental (fundamental security analysis) atau analisis perusahaan
(company analysis) dan analisis teknis (technical analysis).
Analisis fundamental menggunakan data fundamental, yaitu data
yang berasal dari data keuangan perusahaan (misalnya laba, dividen
yang dibayar, penjualan dan sebagainya), sedangkan analisis teknis
menggunakan nalisis data pasar dari saham (misalnya harga dan
volume transaksi saham) untuk menetukan nilai dari saham.
Analisis teknis banyak digunakan oleh praktisi dalam menentukan
harga saham. Sedangkan analisis fundamental banyak digunakan
oleh akademisi.
2. Penilaian Saham
Investor berkepentingan untuk mengetahui ketiga nilai tersebut sebagai informasi
penting dalam pengambilan keputusan investasi yang tepat. Dalam membeli atau
menjual saham, investor akan membandingkan nilai intrinsik dengan nilai pasar saham
bersangkutan (overvalued atau undervalued).
• Jika nilai pasar > nilai intrinsik, berati saham tersebut overvalued, dan investor
sebaiknya menjual saham tersebut.
• Jika nilai pasar < nilai intrinsik, berarti saham tersebut undervalued, dan investor
sebaiknya membeli saham tersebut.
• Jika nilai pasar = nilai intrinsik, berarti saham tersebut fair-priced, dan investor
bisa menahan saham tersebut.
1. Nilai Intrinsik dan Nilai Pasar
Ada dua pendekatan dalam penentuan nilai intrinsik berdasarkan analisis
fundamental :
a. Pendekatan nilai sekarang (present value approach)
Permendiskontokan semua aliran kas yang diharapkan di masa datang
dengan tingkat diskonto sebesar tingkat return yang disyaratkan investor. Nilai
intrinsik atau disebut juga nilai teoritis suatu saham nantinya hitungan nilai
saham dilakukan dengan akan sama dengan nilai diskonto semua aliran kas
yang akan diterima investor di masa datang. Tingkat return yang disyaratkan
merupakan tingkat return minimum yang diharapkan atas pembelian suatu
saham.
Proses penilaian saham meliputi:
• Estimasi aliran kas saham di masa depan.
• Estimasi tingkat return yang disyaratkan.
• Mendiskontokan setiap aliran kas dengan tingkat diskonto sebesar
tingkat return yang disyaratkan.
• Nilai sekarang setiap aliran kas tersebut dijumlahkan, sehingga
diperoleh nilai intrinsik saham bersangkutan.
1. Proses penentuan nilai sekarang :
Rumus :
Dimana :
Vo = Nilai sekarang dari suatu saham
CFt = Aliran kas yang diharapkan pada periode t
kt = return yang disyaratkan pada periode t
n = jumlah periode aliran kas

2. Model Diskonto dividen


Model ini untuk menentukan estimasi harga saham dengan
mendiskontokan semua aliran dividen yang akan diterima di masa
datang.
Perumusan model secara matematis:

Dimana :
= Nilai intrinsik saham dengan model diskonto dividen
D1, D2, … D∞ = Dividen yang akan diterima di masa datang
K = tingkat return yang disyaratkan
3. Model pertumbuhan Nol
Model ini berasumsi bahwa dividen yang dibayarkan perusahaan
tidak akan mengalami pertumbuhan. Rumus untuk menilai saham
dengan model ini adalah:

Contoh :
Misalkan saham A menawarkan dividen tetap sebesar Rp. 800. Tingkat
return yang disyaratkan investor adalah 20%.
Nilai saham A sebesar Rp. 4000
4. Model Pertumbuhan Konstan
Model ini dipakai untuk menentukan nilai saham, jika dividen yang
akan dibayarkan mengalami pertumbuhan secara konstan selama
waktu tak terbatas, dimana gt+1= gt untuk semua waktu t

Persamaan model pertumbuhan konstan ini bisa dituliskan sebagai


berikut:

Contoh :
Misalkan PT Omega membayarkan dividen Rp. 1.000, per tahun.
Pertumbuhan dividen direncanakan sebesar 5% per tahun. Tingkat
return yang disyaratkan investor sebesar 15%. dan harga pasar saham
PT Omega saat ini adalah Rp. 10.000

Adakalanya, perusahaan mengalami pertumbuhan yang sangat baik


jauh di atas pertumbuhan normal dan sangat menjanjikan selama
beberapa tahun, tetapi lambat laun menurun terus.
Misalnya, suatu perusahaan yang mengalami pertumbuhan fantastis
selama 5 tahun mungkin bisa membayarkan tingkat dividen dengan
pertumbuhan 20% per tahun (selama lima tahun), dan setelah itu hanya
akan membayarkan dividen dengan tingkat pertumbuhan hanya 10% per
tahun (sampai tahun- tahun berikutnya).
Proses untuk menghitung nilai saham dengan menggunakan model
pertumbuhan dividen tidak konstan dapat dilakukan dengan rumus
berikut:
Dimana :
Po = nilai intrinsik saham dengan model pertumbuhan tidak konstan
n = jumlah tahun selama periode pembayaran dividen supernorma
D0 = dividen saat ini (tahun pertama)
g1 = pertumbuhan dividen supernormal
Dn = dividen pada akhir tahun pertumbuhan dividen supernormal
gc = pertumbuhan dividen yang konstan
k= tingkat return yang disyaratkan investor
Contoh :
Misalkan data saham PT SGPC adalah sebagai berikut:

n = 3 tahun D0 = Rp. 1000


gc = 10% k = 15%
g1 = 20% per tahun selama 3 tahun pertama
Carilah nilai intrinsik saham.

b. Pendekatan rasio harga terhadap earning (price earning ratio/PER)


Dalam pendekatan PER atau disebut juga pendekatan multiplier, investor
menghitung berapa kali (multiplier) nilai earning yang tercermin dalam harga
suatu saham.
Rumus untuk menghitung PER:
Rumus lainnya untuk menghitung PER suatu saham bisa diturunkan dari rumus yang
dipakai dalam model diskonto dividen:

Contoh 1 :
Misalnya harga saham DX saat ini adalah Rp10.000 per lembar, dan tahun ini
perusahaan memperoleh earning sebesar 900 juta rupiah. Jumlah saham beredar saat
ini adalah 900 ribu lembar saham.
Dari data tersebut kita bisa menghitung PER dengan cara sebagai berikut:
1. Menghitung earning per lembar saham DX

= Rp1.000 per lembar saham


2. Menghitung PER dengan menggunakan rumus:

Jadi PER saham DX adalah 10 kali. Artinya, untuk memperoleh Rp1 dari earning
perusahaan DX, investor harus membayar Rp10.

Faktor-faktor yang menentukan besarnya PER, yaitu:


• PER berhubungan positif dengan rasio pembayaran dividen terhadap earnings
• PER berhubungan negatif dengan tingkat pcngembalian yang diinginkan (k)
• PER berhubungan positif dengan tingkat pertumbuhan dividen (g)

2. Menentukan Return Yang Disyaratkan


Tingkat return yang disyaratkan, k, digunakan sebagai tingkat diskonto dalam model
diskonto dividen. Tingkat return yang disyaratkan merupakan tingkat return minimal
yang diharapkan investor sebagai kompensasi atas risiko untuk bersedia berinvestasi
Untuk berinvestasi pada aset yang berisiko, investor akan mensyaratkan adanya
tambahan return sebagai premi risiko. Tingkat return yang disyaratkan (k) merupakan
tingkat return minimal yang diharapkan investor sebagai kompensasi atas risiko untuk
bersedia berinvestasi.
k = tingkat return bebas risiko + premi risiko
Contoh :
Sebagai contoh pada tahun 2003, tingkat bunga tiga bulanan SBI adalah sekitar 8,15
persen, sedangkan tingkat bunga per tahun untuk deposito di bank BUMN sekitar 10
persen. Anggap tingkat return bebas risiko yang dipilih adalah 10 persen. Selanjutnya
anggap investor menentukan 3 persen sebagai premi risiko
untuk berinvestasi pada saham Telekomunikasi Indonesia. Dengan demikian, tingkat
return yang disyaratkan investor untuk saham Telekomunikasi Indonesia adalah:
k (Telekomunikasi Indonesia) = 10% + 3% = 13 persen

Cara lain untuk menentukan tingkat return yang disyaratkan adalah menggunakan
CAPM:
k = kRF + β(kM – kRF)
Contoh :
Tingkat return yang disyaratkan untuk saham Ekadharma Tape Industry ditentukan
dengan menggunakan CAPM. Anggap pada tahun 2003, investor menetapkan premi
risiko pasar saham di BEJ adalah (kM – kRF) = 6 persen. Diketahui beta saham
Ekadharma Tape Industry (EKAD) untuk periode 1998 s.d. 2002 telah diestimasi
sebesar 0,756. Dengan tingkat return bebas risiko 10 persen, maka tingkat
return yang disyaratkan untuk saham Ekadharma Tape Industry dihitung berikut:
k (Ekadharma Tape Industry) = 10% + 0,756 x 6% = 15,292 %

3. Menentukan Tingkat Pertumbuhan


Tingkat pertumbuhan di masa mendatang tidaklah selalu mudah diprediksi.
Analis sekuritas dan investor memang tidak dapat dengan mudahnya menggunakan
tingkat pertumbuhan saat ini atau masa lalu untuk memprediksi tingkat pertumbuhan
masa mendatang.
Namun dengan mengetahui tingkat pertumbuhan masa lalu dan saat ini baik
tingkat pertumbuhan perusahaan, industri, atau perekonomian, analis sekuritas dan
investor akan mempunyai kemudahan dalam memprediksi tingkat pertumbuhan masa
mendatang.
Salah satu cara untuk mengestimasi tingkat pertumbuhan dividen adalah menggunakan
laba perusahaan. Tingkat pertumbuhan dividen ini dikenal sebagai tingkat
pertumbuhan berkelanjutan (sustainable growth rate).
Tingkat pertumbuhan berkelanjutan = ROE x retention ratio
atau
Tingkat pertumbuhan berkelanjutan = ROE x (1 – payout ratio)
dimana ROE = Laba bersih / Ekuitas
Contoh :
Sebagai contoh anggap sebuah perusahaan mempunyai ROE = 10 persen. Proyeksi
menunjukkan bahwa laba per lembar saham (earning per share), EPS = Rp500 dan
dividen per lembar saham (dividend per share), DPS = Rp200. Berapakah rasio tingkat
laba ditahan dan tingkat pertumbuhan berkelanjutan?
Jawab :
Dividend payout perusahaan adalah Rp200/ Rp500 = 0,4 atau 40 persen. Maka rasio
tingkat laba ditahan adalah 1 – 0,40 = 0,60 atau 60 persen. Dengan demikian tingkat
pertumbuhan berkelanjutan adalah 10 persen x 60 persen = 0,40 x 60 persen = 24
persen.
KESIMPULAN
Saham merupakan salah satu jenis surat berharga yang diperdagangkan di bursa efek.
Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham (stock). Jika
perusahaan perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini disebut
dengan saham biasa (common stock). Untuk menarik investor potensial lainnya, suatu
perusahaan mungkin saja mengeluarkan kelas lain dari saham, yaitu yang disebut
dengan saham preferent (preferred stock) atau saham treasuri (treasure stock).
DAFTAR PUSTAKA
https://deden08m.files.wordpress.com/2011/03/materi-8-penilaian-saham.pdf
https://www.academia.edu/35442745/PAPPER_BAB_III_PENILAIAN_SAHAM
http://www.dtx.yolasite.com/resources/PENILAIAN%20SAHAM.pdf
https://pdfcoffee.com/qdownload/makalah-penilaian-saham-pdf-free.html
http://docplayer.info/69769979-Modul-penilaian-saham-dan-obligasi.html
https://lifepal.co.id/media/jenis-saham-di-pasaran-untuk-investor-pemula/

Anda mungkin juga menyukai