Anda di halaman 1dari 3

7/11/2021 Bung Karno dan Tambang Rakyat Bagi Marhaen Milenial Indonesia

Globalization Partners
DOWNLOAD
Global Business War Stories

HOME MARKET INVESTMENT NEWS ENTREPRENEUR SYARIAH TECH LIFESTYLE INSIGHT  LAINNYA  CNBC TV LOGIN 

CNBC Indonesia  Opini  Berita Opini


OPINI TERPOPULER

Harta Terpendam dalam Perut Bumi NKRI:


Kuntjoro Pinardi Pembangkit Geothermal
Ahli Managerial dan Tata Kelola Pengembangan Sistem Kebijakan.
Berpengalaman di sejumlah multinational company sebagai senior sales dan Kuntjoro Pinardi
executive. Selalu memikirkan tata kelola yang efesien dan efektif untuk Ahli Managerial dan Tata Kelola
kemajuan usaha. Bekerja untuk memastikan good corporate governance Pengembangan Sistem Kebijakan.
(GCC) dan manajemen risiko di sektor jaminan sosial dapat terjaga. Saat ini Berpengalaman di sejumlah multinational
menjabat sebagai Sekretarias Jenderal Ikatan Alumni Program Habibie dan company sebagai senior sales dan exec...
juga mengemban amanah sebagai Anggota Dewan Pakar Gerakan Relawan
Untuk Demokrasi (GARUDA).
Profil Selengkapnya  Tantangan Offset Rencana Akuisisi Jet
Tempur Rafale & F-15

Alman Helvas Ali

Bung Karno dan Tambang Rakyat Bagi Alman Helvas Ali adalah konsultan defense
industry and market pada PT Semar

Marhaen Milenial Indonesia Sentinel, Jakarta sejak 2019 – sekarang


dengan tanggungjawab m...

OPINI - Kuntjoro Pinardi, CNBC Indonesia


09 June 2021 10:54
Menanti Dampak Ekonomi Kontrak Belanja
SHARE


Alutsista Indonesia

Alman Helvas Ali


Alman Helvas Ali adalah konsultan defense
industry and market pada PT Semar
Sentinel, Jakarta sejak 2019 – sekarang
dengan tanggungjawab m...

Proklamator kemerdekaan yang juga Presiden pertama Republik Indonesia, Ir Sukarno (Bung
Karno), sering memaknai Marhaen dengan lugas. Contohnya sebagai berikut ini:

"Ada sekelompok pemuda dan pemudi yang punya penghasilan karena keringatnya sendiri,
dengan alat kerjanya sendiri, tapi tidak bisa menghidupi dirinya sendiri. Rakyat muda ini
berjuang untuk kehidupannya tetapi tidak bisa membebaskan dirinya dari kemiskinan."

Kisah sedih masyarakat Indonesia di sekitar tambang sering terdengar. Rakyat tidak berdaulat
dan kalah dengan kaum kapitalis pemilik modal. Entah itu pemodal dari bangsa Indonesia
sendiri atau pemodal dari negara lain. Banyak orang, termasuk mereka yang berasal dari
kalangan milenial di desa tambang tetap miskin tanpa modal kerja.

Padahal, UUD 1945 telah mengamanahkan dengan tegas dalam Pasal 33 ayat (3) yang
berbunyi "Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara

https://www.cnbcindonesia.com/opini/20210609103928-14-251668/bung-karno-dan-tambang-rakyat-bagi-marhaen-milenial-indonesia 1/4
7/11/2021 Bung Karno dan Tambang Rakyat Bagi Marhaen Milenial Indonesia

dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat."

Apakah masyarakat kampung tambang tidak bisa menikmati hasil tambang di bumi dia
berpijak, di tempat dia tumbuh, atau milenial muda ini hanya bisa menonton dan berpangku
tangan?

Dalam masa pemerintahan sekarang, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah


menyempurnakan UU tentang mineral dan batu bara (minerba) dengan menerbitkan UU
Nomor 3 Tahun 2020. Salah satu pasal dalam beleid itu menyatakan tambang rakyat adalah
bagian dari ekosistem pertambangan nasional.

Dengan UU tersebut, masyarakat kampung tambang bisa mendapatkan manfaat atas semua
minerba yang ada di bawah pijakan kaki mereka. Masyarakat kampung tambang dapat
mengelola wilayah tambang seluas 100 hektare dengan kedalaman tambang sampai dengan
100 meter, baik secara perorangan dengan luas maksimal 5 hektare atau seluas 10 hektare
untuk koperasi desa.

Dengan kewenangan untuk bisa mengelola tambang rakyat, sudah saatnya generasi marhaen
kampung tambang harus bisa lepas dari kemiskinan dengan cara menjadi penambang ulung.

Ciri khas seorang marhaen adalah selalu mau berkeringat dan bekerja keras. Tentunya
keringat dan kerja keras Marhaen harus disertai dengan alat dan modal kerja yang mumpuni
agar proses pencarian minerba bisa berjalan.

Modal dan alat kerja tentu harus menjadi perhatian pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah setempat. Program-program kerja pemerintah pusat dan pemerintah daerah melalui
APBN dan APBD harus bisa menggerakkan ekonomi kampung tambang. Pemerintah harus
hadir untuk marhaen tambang.

Model kemitraan penambang rakyat sudah dirintis Jokowi sejak 2015 dengan model
masyarakat bisa menjadi penambang di wilayah kerja korporasi dan semua hasil tambangnya
harus dibeli perusahaan pemilik izin.

Baca:Terkuak! Ini Fakta yang Bikin Harga Batu Bara Susah Dibanting

Konsep kemitraan terbatas ini tidak bisa berkembang dengan cepat di banyak wilayah
tambang Indonesia, karena sesungguhnya penambang rakyat memerlukan alat dan modal
kerja. Dengan model ini, alat dan modal kerja selalu menjadi tanggung jawab penambang
rakyat.

UU Minerba yang baru memang memfasilitasi kepemilikan izin pertambangan rakyat (IPR)
untuk koperasi atau untuk perorangan. Kemudahan akan kepemilikan IPR tentunya harus
diikuti dengan mencari solusi bagaimana marhaen tambang ini bisa tercipta dengan harapan
para pemilik IPR ini akan meningkatkan ekonomi kampungnya.

Tidak semua pemuda ini akan menjadi penambang. Sebagian akan menjadi tenaga
pendukung dalam lingkaran ekonomi di kampung tambang itu. Ekonomi kampung akan
bergerak dalam lingkaran yang saling membutuhkan. Ekosistem sirkular ekonomi akan tercipta
secara alami.

Salah satu cara agar marhaen tambang bisa terbentuk adalah dengan menghadirkan negara
untuk mereka. Pemerintah bisa menggerakkan korporasi tambang menengah dan besar untuk
menjadi bapak asuh dari marhaen milenial ini.

Kisah seorang haji di wilayah tambang emas di Timur Indonesia bisa menjadi contoh.

https://www.cnbcindonesia.com/opini/20210609103928-14-251668/bung-karno-dan-tambang-rakyat-bagi-marhaen-milenial-indonesia 2/4
7/11/2021 Bung Karno dan Tambang Rakyat Bagi Marhaen Milenial Indonesia

Masyarakat diajarkan untuk mendapatkan konsesi atau IPR. Alat-alat dan modal kerja untuk
para penambang marhaen ini didukung oleh bapak asuhnya dengan sistem plasma atau kerja
sama produksi.

Alat dan modal kerja dipinjamkan selama marhaen tambang itu belum bisa menghasilkan
dana cukup untuk mengoperasikan tambang-tambang rakyat ini.

Keringat dan kerja keras marhaen mampu meningkatkan pola hidup masyarakat. Tidak ada
rasa perbedaan ekonomi dan latar belakang kesukuan ataupun perbedaan keyakinan di desa
ini.

Indonesia yang berbhineka mudah tercipta dan terbentuk dengan kemitraan korporasi dengan
marhaen tambang. Sistem gotong royong dan nilai humanisme ini menjadi satu kesatuan yang
utuh disertai dengan rasa nasionalisme yang tinggi.

Pemerintah akan terasa hadir untuk marhaen tambang ini. Mereka yang tadinya mempunyai
kesulitan dalam menggerakkan roda ekonomi tambang sekarang dapat berubah menjadi
penggerak kemakmuran rakyat.

Untuk menjadikan pemerintah bisa terbebas dari birokrasi pengelolaan dan pendataan
tambang rakyat ini, sistem tata kelola tambang rakyat bisa menjadi bagian dari Indonesia 4.0.
Harapannya, sistem yang memadukan teknologi berbasis aplikasi pertambangan rakyat dalam
jaringan telepon seluler yang tersedia di seluruh wilayah negeri kita tercinta ini dapat menjadi
solusi atas permasalahan terkait tambang rakyat.

(miq/miq)

TAG: tambang
jokowi
bung karno
minerba

SHARE

KOMENTAR

Berikan Komentar Anda

1000 Karakter tersisa KIRIM

Belum ada komentar.

Jadilah yang pertama berkomentar di sini

ARTIKEL TERKAIT

https://www.cnbcindonesia.com/opini/20210609103928-14-251668/bung-karno-dan-tambang-rakyat-bagi-marhaen-milenial-indonesia 3/4

Anda mungkin juga menyukai