Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN


TUGAS INDIVIDU KE V

Nama : AUSTIN NATAMA


NIM : 23011004
Dosen : Prof Bomer Pasaribu

UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA
2023
TUGAS
Mata Kuliah: Entrepreneurship & Ekonomi Kreaktif
Dosen: Prof. Dr. Bomer Pasaribu, SH. SE. MS
Hari/Tanggal: Sabtu / 30 Desember 2023

Nama : Austin Natama


NIM : 23011004
Ringkasan Buku III b
“INDUSTRI KREATIF” OLEH WIKO SAPUTRA Tahun 2010.

BAB IV
INDUSTRIAWAN KREATIF (SUCCESS STORY)
PENDAHULUAN
Walaupun secara makro, Indonesia belum merupakan negara industri maju didunia, tapi masih
banyak pengusaha-pengusaha yang bergerak di sektor industri yang berkiprah dalam perekonomian
Indonesia. lndustriawan ini muncul sebagai jawaban dari kebijakan industri nasional yang mendorong
tumbuh dan berkembangnya industriawan-industriawan lokal, yang eksis meningkatkan perkembangan
industri di Indonesia. Mereka muncul dari kerja keras yang mereka lakukan dan kebanyakan bukan dekat
dengan kekuasaan atau warisan usaha orang tua. Tapi mereka muncul dari kerja keras dan keyakinan bahwa
Indonesia butuh sosok industriawan yang tangguh yang mampu memberikan kontribusi terhadap
pembangunan di Indonesia.
Banyak sosok industriawan Indonesia yang sukses menjadi pengusaha baik yang berskala nasional
maupun internasional. Dan banyak juga industriawan yang bergerak pada industri kreatif dan mereka sukses
rnenjadi pengusaha sukses. Pada bab ini, kita akan banyak berciri dari pengalaman industriawan kreatif
Indonesia yang sukses membangun kerajaan industri di Indonesia. Sosok yang dibahas dalam bab ini adalah
industriawan yang memulai usaha mereka dari bawah dengan berbagai macam tantangan usaha yang
dihadapi dan berbagai kegagalan yang dilalui tapi rnereka tetap bertahan dan mengapai sukses dalam usaha
mereka. Kita patut belajar banyak dari pengalaman mereka dan jadikan pengalaman ini menjadi inspirasi
untuk meniru dan mengaplikasikan pengalarnan dan ilmu mereka dalarn usaha kita masing-masing.
PROFIL INDUSTRIAWAN KREATIF INDONESIA
Kenneth Tjahjady Sudarto (1942-2005): Pendiri Matari Advertising
Dia tokoh periklanan Indonesia. Bahkan pantas digelari legcnda hidup pcriklannn Indonesia. Ken,
panggilan akrab Kenneth Tjahjady Sudnrto, salah seorang perintis periklanan Indonesia. Pendiri Matari
Advertising, ini memulai usahanya dari garasi di kawasan Cideng sampai memiliki gedung megah Puri
Matari di segitiga emas Kuningan.
Pria kelahiran Kebumen, Jawa Tengah, 16 Maret 1942, ini meninggal dunia di Rumah Sakit Mount
Elizabeth, Singapura, 5 November 2005. Ken meninggal setelah setahun lebih berjuang melawan penyakit
lymphoma (kanker kelenjar getah bening). Dia meninggalkan seorang isteri, Sylvie Febryanti Sudarto, dan
tiga anak Michael Dirgo Sudarto, Glenn Ario Sudarto dan Cynthia Anggraini Sudarto, serta tiga orang cucu
Allegra Divya, Alexa Kirana, dan Tristan Ario.
Tampaknya, sampai ajal rnenjemputnya dia terus berjuang. Sebelurn meninggal, dari CCU Rurnah
Sakit Mount Elizabeth, Singapura, Ken rnengirirn SMS kepada stafnya berbunyi: "Hidup adalah bagaikan
bendera perarig. Kadang-kadang berkibar megah, menantang. Kadang-kadang kotor, robek-robek, dan
hampir jatuh ke tangan musuh. Tapi harus tetap dipertahankan dengan gagah berani, sampai ke tangan
Tuhan".
Perjuangannya dalam dunia periklanan dimulai dari garasi di kawasan Cideng dengan dua orang
pegawai. Sebelurn mendirikan Matari (Agency Representative Matari Advertising, 1970-1971), Ken meniti
karir sebagai Manager US Summit Corporation (1964-1968), Wiraswasta (1968-1969) dan Staf Lokal
Ubersee Handcl AG (1969-1970), Kemudion sejak 1971 dia menjabat Presiden Direktur Matari Inc,
perusahaan periklanan yang semula bekerja sama dengan Mark Lean Advertising. Setelah dua tahun
kemudian memisahkan diri.
Kemudian Matari sepenuhnya menggunakan tenaga ahli lndonesia, karena menganggap merekalah
yang lebih mengenal negeri ini. Modalnya juga domestik. Sempat mengalami masa sulit tahun 1975-1976,
lantaran dia mencoba berspekulasi di luar bidang periklanan. Lalu mendapat bantuan dari klien lama. PT
Astra dan Konimex dengan membayar di muka, serta harian Sinar Harapan dan Surabaya Post bersedia
menunda penagihan. Ditambah lagi suntikan modal dari Paul Karmadi, temannya sejak kecil, dengan
membeli 30% dari seluruh saham.
Perusahaan ini kemudian berkembang pesat, menjadi biro iklan, paling lengkap di Indonesia. Matari
Inc. ini memiliki studio foto, amphi-theater, studio rekarnan modem, perpustakaan, dan fasilitas komputer.
Juga memiliki kantor di gedung sendiri, Puri Matahari berlantai ernpat, di Jalan Rasuna Said, Jakarta. Serta
mempekerjakan sekitar 200 karyawan.
Biro iklan ini setidaknya melayani sekitar 30-an klien setiap tahun. Di antaranya Toyota, Mitsubishi,
Honda, Daihatsu, SIA, Cathay, Garuda, Fuji, Kodak, National, Sony, ITT, Unilever, BCA, dan lain-lain.
Dari setiap klien, Matari menarik agency fee 15% sarnpai 20%.
Sulung dari lima bersaudara (Ken, Imelda, Berty, Liza dan Barnbang), putera dari So Ping Hian
(ayah) dan Setiawati K Sudarto (lo Bie Lan, lbu) pedagang kelontong, ini lahir di Keburnen, Jawa Tengah,
16 Maret 1942. Mengecap pendidikan SR, Jalan Sabang, Jakarta (1954), SMP Kanisius, Jakarta (1957) dan
SMAK I, Jakarta, (1960).
Sempat kuliah di FE UI, Jakarta, sampai tingkat IV, 1965. Kemudian belajar manajemen (Smaller
Company Management Program) di Harvard Business School, AS (1982), Indonesian Senior Executive
Program VI di Insead-Fountain- Bleau, Prancis (1981) dan Managing Strategic Changes di Imede-LPPM,
Jakarta (1981).
PANCA CITA
Ketika banyak perusahaan belum mcnyadari arti penting dari suatu visi dan misi perusahaan, ia telah
menciptakan Panca Cita Matari yang akan menjadi suluh penerang bagi perjalanan bisnisnya. Panca Cita ini
diberlakukan pada saat Matari berusia sembilan tahun dan Ken Sudarto berusia 38 tahun. Kelima cita yang
menjadi pematok langkah Matari sarat dengan idealisme, profesionalisme, dan semangat kekeluargaan.
Cita pertamanya: Berpartisipasi dalam pembangunan nasional dengan penuh rasa tanggung jawab.
Pendiri Matari sangat menyadari sebagai perµsahaan yang beroperasi di negara berkembang, perusahaan ikut
bertanggung jawab dalam upaya perwujudan suatu rnasyarakat Indonesia yang sejahtera, kami akan secara
aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan nasional, terutama dalam bidang periklanan.
Cita kedua: Mengabdi kepentingan rnasyarakat. Kegiatan Matari dalam bidang periklanan akan
dilakukan secara kreatif, rnenciptakan karya yang bermutu, jujur, serasi dengan lingkungan, sehingga
sungguh-sungguh mencerminkan pengabdian kepada kepentingan masyarakat.
Cita ketiga: Menciptakan suasana kerja yang dilandasi rasa kekeluargaan. Dari awal Matari
dirancang sebagai suatu keluarga besar yang dipadukan dalam satu organisasi bisnis. Di mana perusahaan
akan senantiasa memperjuangkan terciptanya suasana kerja yang sesuai dan menyenangkan menuju
peningkatan taraf ketrampilan dan kehidupan.
Cita keempat: Mcnghasilkan pendapatan yang dapat membiayai pengembangan dan kelangsungan
hidup perusahaan. Berikutnya demi kelangsungnn hidupnyn perusahaan, menjadi penting untuk terus
menerus mcngusahnkan tercapainya pendapatan yang mampu memenuhi pembiayaan kegiatan bisnis,
menyediakan tercapainya pendapatan yang mampu memenuhi pembiayaan kegiatan bisnis, menyediakan
laba untuk para pemegang saham, serta melakukan investasi untuk perluasan usaha.
Cita kelima: Memberikan kesempatan kepada setiap warganya untuk maju dan berkembang. Untuk
menjamin adanya kegairahan dan ketentraman kerja, perusahaan akan memberikan imbalan yang wajar serta
kesempatan yang sama untuk maju dan berkembang sesuai dengan kemampuan kami masing-masing.
Kelima cita ini telah menjadi pembimbing tindak dari Matari Advertising dalam setiap langkahnya.
"Panduan semacam ini rnemungkinkan Matari memiliki nilai-nilai ideologis yang akan terus
membimbingnya ke masa depan," tutur Aswan Soendojo, yang menerima tongkat estafet untuk
melanjutkan kepemimpinan di Matari.
Perjalanan Matari Advertising sesungguhnya mencerminkan perjalanan industri periklanan
Indonesia. Banyak terobosan penting di industri periklanan muncul dari kiprah Matari, khusus lagi dari
tangan Ken Sudarto. Ketika ia rnemutuskan untuk lengser dari Matari, bulan Maret lalu, maka rnenjadi
penting bagi karni untuk menuliskan suatu commemorative report mengenai kiprahnya di industri periklanan.
Tanpa sentuhan tangannya, majalah yang kini Anda pegang rnungkin tak akan pemah lahir ke dunia.

Trihatma Kusuma Haliman, Pemilik Grup Agung Podomoro


Trihatma Kusuma Haliman, Pemilik Grup Agung Podomoro yang mengelola 27 proyek
properti berskala besar di Jakarta dan sekitarnya dengan total kapitalisasi Rp. l5 triliun. Pengusaha
yang sudah berbisnis perumahan dan konstruksi sejak 1970, ini dulu sering disebut sebagai raja
apartemen, tetapi kinl dia telah masuk pula ke bisnis pusat perbelanjaan.
Dia pun dinobatkan sebagai salah seorang Tokoh Bisnis Paling Berpengaruh 2005 versi
Warta Ekonomi. Dia disebut Raja Apartemen yang Melirik Pusat Perbelanjaan. Warta Ekonomi 28
Desember 2005: Trihatma percaya orang Jakarta doyan belanja. Alhasil ia bermain di
pembangunan pusat perbelanjaan.
Ketika krisis moneter mendera bangsa ini, jumlah kredit macet meningkat secara signifikan.
Sumbangan terbesar kredit macet datang dari bisnis properti. Kala itu, hanya sedikit pengembang
yang mampu bertahan. Salah satunya adalah Grup Agung Podomoro (Podomoro). Adalah Trihatma
Kusuma Haliman, pemilik Podomoro yang sudah berbisnis perumahan dan konstruksi sejak 1970,
yang dengan tangan dingin justru membuat Podomoro sangat agresif di masa sulit.
Banyak hal menarik jika menyimak kinerja Trihatma. Dia mengelola 27 proyek properti
berskala besar di Jakarta dan sekitarnya dengan total kapitalisasi Rp. 15 triliun. Dahulu ia sering
disebut sebagai raja apartemen, tetapi kini Trihatma masuk pula ke bisnis pusat perbelanjaan.
Sejauh ini, ia telah menuntaskan, proyek di Mangga Dua Square dan Plaza Semanggi.
Trihatma juga tengah menyelesaikan proyek Forum di seberang Plaza Senayan dan STC
Senayan. Jika Forum selesai, proyek itu akan meramaikan persaingan antar-pusat perbelanjaan di
Jakarta. Forum mengemban misi menjadi salah satu ikon baru pusat perbelanjaan Indonesia.
Desainnya, kabarnya, merupakan yang terdepan saat ini di Indonesia.
Juli 2005 Trihatma tampak berbinar ketika topping off Senayan City. Proyek ini akan
memberi wama lain bagi perkembangan bisnis properti di Indonesia karena merupakan "buah
perkawinan" dari pusat perbelanjaan modem berlantai delapan, pusat perkantoran, hotel, butik, dan
apartemen mewah di kawasan Senayan.
Trihatma menyadari persaingan antar-pusat perbelanjaan makin keras. Namun, menurut dia,
justru di situlah daya tariknya. Kata Trihatma, para pebisnis akan makin kreatif menghasilkan
inovasi tatkala kompetisi makin ketat. Ia pun menyebut sejumlah tenant besar termasuk dari
beberapa Asean, yang sudah memboking tempat. Masuknya mereka ke Indonesia akan memberi
warna tersendiri pada iklim bisnis pusat perbelanjaan modern. Menurut Trihatma, Jakarta - kota
dengan pcnduduk 12 juta jiwa - masih membutuhkan banyak pusat perbelanjaan.
Sukses Podomoro tak terlepas dari strategi pemasaran yang baik. Strategi pertama adalah
dari segmentasi pasar yang membidik konsumen menengah ke atas. Strategi kedua adalah brand
image. Di sini ada dua brand image. Pertama sebagai umbrella image, adalah trademark
Mediterania. Kemudian, yang kedua, sebagai value brand, adalah perusahaan Grup Agung
Podomoro, yang track record-nya sangat baik. Strategi yang ketiga adalah penjualan. Podomoro
menggunakan jasa agen-agen penjualan yang profesional.

Raam Jethmal Punjabi: Raja Penjual Mimpi Bertangan Dingin


Perjuangannya dimulai dari titik nol. Dia raja sinetron penjual mimpi bertangan dingin. Dia dipuji
sebagai penyelamat industri film Indonesia, di sisi lain ia dianggap menjual mimpi. Tapi ia konsisten dengan
apa yang dikerjakannya. Kota Pahlawan memberinya banyak kenangan dan inspirasi untuk meraih sukses.
Kota Surabaya di pertengahan tahun 1950-an, akan terus terpatri dalam ingatan seorang laki-laki
keturunan India. Tentang seorang bocah kecil belasan tahun bemama Raam yang menyelinap ke dalam
sebuah bioskop untuk memuaskan kegandrungannya menonton film. Sang·penjaga bioskop yang baik
membantu rnenyelundupkannya masuk ketika lampu-lampu sudah dipadamkan dan membantunya keluar
sebelum lampu-lampu menyala kala film usai.
Laki-laki itu, Raam Punjabi, adalah si bocah yang gandrung film. Kini, ia tak lagi harus menyelundup
diam-diam hanya untuk menonton film-film yang disukainya. Dialah yang kini disebut-sebut merajai dunia
sinetron di telivisi. Berbagai film dan sinetron yang sukses lahir dari tangan dinginnya.
Diakuinya, ketertarikan anak ketiga dari tujuh putra-putri pasangan Jethmal Tolaram Punjabi dan
Dhanibhai Jethmal Punjabi ini pada dunia perfilman sudnh dirasakannya sejak ia masih kecil. Hobinya yang
paling menonjol tentu saja menonton film dan in punya kebiasaannya keluar masuk bioskop.
Dalam beberapa hal, persahabatan itu seperti cerita film ''Cinema Paradiso" karya Tornatore, sebuah
film indah tentang kenangan. Bedanya, di dalam "Cinema Paradiso", persahabatan terjalin antara si bocah
dan proyeksionis, sedangkan pada Raam kecil dengan penjaga pintu.
Raam pun berkisah, "Pernah imbalannya saya boleh menonton, tetapi si penjaga pintu pinjam sepeda
saya. Eh, sampai film selesai pukul dua belas malam, dia tidak kembali. Saya pulang ke rumah dimarahi
Ayah." Tentu saja hal itu tidak membuatnya kapok. Ia kembali pergi ke bioskop, menemui sahabatnya si
penjaga pintu dan menyelundup ke dalam bioskop setelah lampu padam.
Raam mengenang masa kecilnya di Surabaya sebagai masa yang indah dan penuh romantisme.
Rumah orangtuanya terletak di kawasan Pasar Besar. Rumah itu merangkap toko ayahnya. Di Iantai bawah,
sang ayah berjualan karpet. Raam juga masih ingat, di masa itu masih ada trem atau kereta listrik sebagai
alat transportasi yang digemari masyarakat di kotanya.
Pengalaman yang selalu membuatnya geli selain menonton bioskop diam-diam adalah mencuri
mangga yang pohonnya berada di halaman sebuah rumah sakit. Kesukaannya pada film juga disalurkannya
dengan ikut serta menonton film gratis yang diputar khusus untuk tentara.
PENCIPTA TREND
Raam Jethmal Punjabi lahir di Surabaya, 6 Oktober 1943. Awalnya tidak serta merta berkecimpung
di dunia perfilman. Dari tahun 1962-1963, ia bekerja di sebuah perusahaan tekstil. Pada tahun 1964 ia
merintis sebuah usaha irnpor tekstil sampai pada akhirnya pada tahun 1969 ditinggalkannya.
Pada tahun 1967, Raam bersama dua kakaknya Dhammoo Punjabi dnn Gobind Punjabi mendirikan
perusahaan importit film, PT. Indako Film dengan modal Rp 30 juta. Tiga tahun kemudian, ia mendirikan
PT. Panorama Film (1971-1976) yang bersama PT. Aries Intcrnasional Film memproduksi film "Mama”
karya sutradara Wim Umboh. Film yang dibuat tahun 1972 itu merupakan film Indonesia pertnma yang
menggunakan seluloid 70 milimeter, tapi kurang laku ketika dilempar ke pasar. Tak putus asa, Raam kembali
memproduksi film "Demi Cinta" yang dibintangi Sophan Sophian dan Widyawati. Lagi-lagi film produksi
keduanya ini termasuk biasa-biasa saja dalam peredarannya. Namun bintang terang menyinarinya saat
memproduksi film ketiga berjudul "Pengalaman Pertama." Film ini dibintangi Roy Marten, Yatie Octavia,
dan Robby Sugara.
Saat ini Raam Punjabi menjabat sebagai Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri & Festival di Persatuan
Perusahaan Film Indonesia (PPFI). Ia dikenal bisa membaca selera pasar dan menjadi trend setter perfilman.
Pada tahun 1980-an ketika kondisi perfilman Indonesia sedang terpuruk, Raam malah sukses menelurkan
film komedi di jagat perfilman Indonesia dengan menampilkan bintang komedi pada saat itu trio Warkop
(Warung Kopi) yaitu Dono, Kasino dan Indro. Malah sejak itu film komedi menjadi trend dan banyak
produser mengekor membuat film-film komedi.
Tahun 1981, Raam mendirikan PT Parkit Film. Dan dalam jangka waktu 17 tahun karirnya sebagai
produser, ia sudah memproduksi lebih dari 100 film. Bahkan, sekitar tahun 1989 kala kondisi perfilman
Indonesia benar-benar hancur, Raam tidak kchilangan akal. Dengan segala daya kreatifnya, ia segera beralih
ke dunia sinetron yang padn saat itu baru dikenal sebagai jenis tontonan baru. Kebetulan, di saat hampir
bersamaan muncul stasiun televisi swasta pertama yaitu RCTI.
Bagi Raam yang jeli, hal itu merupakan pcluang yang baik bagi terobosannya. Terbukti kemudian,
serial sinetron komedi "Gara-Gara”, yang dibintangi Lydia Kandou dan Jimmy Gideon yang diproduksinya
sukses. Melambungkan kembali nama Lydia Kandou dan menambah ketenaran Jimmy Gideon tidak hanya
sebagai pelawak, tetapi juga pemain sinetron komedi. Kesuksesan demi kesuksesan mendorongnya
mcndirikan rumah produksi PT. Tripar Multivision Plus dengan modal Rp. 250 juta pada tahun 1990. Rumah
produksi ini juga memproduksi sinetron-sinetron yang sukses digemari masyarakat. Hingga tahun 2000-an
tidak ada yang bisa menyaingi kebesaran Raam Punjabi dalam industri hiburan televisi, terutama film dan
sinetron. "Film dan sinetron di Indonesia di bawah bayang-bayang keluarga Punjabi, dengan Raam yang
berada di singgasana", kata S. Sinansari Ecip dalam resonansinya di harian Republika, 28 Maret 2000.
Pada tahun 2004, Raam Punjabi menerbitkan biografinya yang betjudul "Panggung Hidup Raam
Punjabi." Buku itu memuat begitu banyak pengalamannya sampai menjadi sukses sebagai raja sinetron
seperti sekarang. Di satu sisi ia dipuji sebagai, penyelamat industri film Indonesia, di sisi lain ia dianggap
menjual mimpi. Tapi ia konsisten dengan apa yang dikerjakannya. Berkunjung ke kantor Multivision Plus,
rumah produksi Raam Punjabi, maka kita akan menemukan beberapa wajah jelita dan ganteng para artis
sinetron yang tengah diproduksinya tengah mengurus masalah kontrak atau hal-hal lain di kantor itu. Paras
yang rupawan memang ciri khas yang begitu menonjol dan tak dapat ditanggalkan dari sinetron-sinetron
yang diproduksi Raam Punjabi. Semua artis pemainnya memiliki paras yang cantik dan ganteng. Cerita-
cerita sinetronnya kebanyakan tentang tokoh-tokoh berwajah rupawan dari kelas menengah ke atas dan
jalinan kisahnya sendiri terkadang terlalu dibuat-buat dan jauh dari realita. Hal iktu menyebabkan berbagai
kritik di lontarkan pada sinetron hasil rumah produksinya. Namun, Raam tidak bergeming. Bukan sekali
Raam dituduh sebagai penjual mimpi, Diakuinya sendiri, artis yang main di sinetronnya, apa pun perannya,
harus cantik. ''Jangankan artis, di kantor saya semua cantic-cantik,'' katanya sambil tertawa,
Namun bukan bcrarti ia mau menerima tuduhan menjual mimpi. "Kalau saya gagal dalam usaha, bisa
nggak saya pasang tulisan di sini: Toko Pcnjual Mimpi. Tidak mungkin, kan? Adakah orang yang membeli
mimpi? Tetapi, kalau saya taruh di situ Raam Punjabi Penjual Harapan, saya jamin banyak yang datang.
Persentase mimpi menjadi kenyataan itu nol koma sekian persen, tetapi kalau harapan jadi kenyataan itu
banyak," katanya panjang lebar.
Menurutnya, istilah 'menjual mimpi' itu salah. Namun meski ia ingin sekali menjelaskan perbedaan
antara mimpi dan harapan yang dimaksudnya, Raam mengaku tidak punya cara dan waktu untuk
menyosialisasikan pikirannya dalam bentuk tulisan. Ia hanya percaya pada karya dan perbuatan. Apapun
tuduhan orang, tidak bisa dipungkiri bahwa Raam amat konsisten dengan apa yang diketjakannya. ltulah
kunci kesuksesannya sebagai raja sinetron saat ini.
Bukan berarti apa yang dijalaninya terasa mudah. Raam pemah merasakan pahit getir dan susahnya
kehidupan ketika usianya masih relatif muda. Di usia belasan, ayahnya meninggal dunia. Dengan restu
ibunya, Raam muda nekat pindah ke Jakarta untuk mengadu nasib. Awal kehidupan di Jakarta dia lalui
dengan menjadi pegawai toko kain di kawasan Pasar Baru. Setelah itu, Raam mencoba berjualan sendiri
dengan cara door to door. Barang yang dijualnya antara lain kemeja merek Arrow, juga lingerie alias pakaian
dalam wanita. Soal pengalamannya menjual lingerie inilah maka Raam sambil tertawa berkata, "Dengan
hanya melihat luarnya, saya bisa tahu ukuran seorang wanita."
Di dunia hiburan, kalau mau bikin komedi Anda harus ciptakan salah pengertian. Kalau mau bikin
drama percintaan, Anda harus ciptakan saling pengertian," kata Raam. Saat ini, dunia hiburan yang paling
banyak menyedot perhatian masyarakat adalah sinetron. Kegandrungan masyarakat di kota dan desa terhadap
sinetron digerakkan oleh cita rasa yang sama. Baik film maupun sinetron, telah menjadi magnet yang
menyedot kesadaran penontonnya. Ini budaya massa yang didalamnya terkandung ikon-ikon yang
pengaruhnya menghujam kesadaran pemirsa. Tanpa disadari apa yang disuguhkan sinetron kerap ditiru oleh
penontonnya. Dari hal-hal yang ringan seperti mode pakaian, rambut, sepatu dan aksesoris sampai hal-hal
yang patut dipertimbangkan seperti etika, moral dan tingkah laku. Di tengah-tengah gempuran aneka judul
sinetron yang diputar setiap hari, menjadi sulit menyaring mana sinetron yang berdarnpak baik maupun buruk
bagi penontonnya. Raam Punjabi, sang raja sinetron yang sinetronnya paling banyak bertaburan di televisi
kemudian ikut dituding sebagai salah satu pihak yang ikut menyebabkan degradasi moral.
Menurut dia, wajar saja bila ada masyarakat yang menolak sinetron dan filmnya karena tidak sesuai
dengan moral dan nilai-nilai ketimuran. Beda pendapat sah-sah saja dan selera berbeda itu tidak apa-apa.
Kalau ada yang merasa produk itu tidak cocok dengan seleranya dan tidak mau menonton itu hak masing-
masing. Multivision Plus sesungguhnya tidak selalu memproduksi kisah- kisah bertabur kemewahan. Tahun
2001, mereka memproduksi sinetron serius yang diberi judul "Tiga Perempuan". Pemeran utamanya
dipercayakan kepada Cristine Hakim dengan sutradara Maruli Ara. Mereka juga pernah memproduksi
sinteron yang berjudul "Bukan Perempuan Biasa", sebuah sinetron yang juga menampilan Christine Hakim
sebagai pemeran utama di bawah arahan sutradara kondang Jajang Pamuntjak.
Raam hanya mencoba untuk membuat sinetron atau film yang disukai, diiginkan dan menjadi tren
masyarakat sesuai dengan komitmennya memajukan industri sinetron dan film Indonesia. Komitmen,
semangat dan kegigihan dari seorang Raam Punjabi patut diteladani. Dari seorang penjual lingerie menjadi
raja sinetron, bukankah itu sesua hal yang luar biasa?

MARTHA TILAAR: SARIAYU BERMULA DARI GARASI


Dia menjalani hidup dengnn penuh keajaiban kuasa Tuhan. Pernah divonis mandul, namun
melahirkan anak pertama di usia 42 tahun setelah 16 tahun menikah. Dia pun membangun imperium industri
jamu dan kosmetika berkelas dunia, bermula dari grasi rumah ayahnya. Dari sebuah salon kecantikan
sederhana, berkembang menjadi Martha Tilaar Group (MTG), sebuah grup usaha industri jarnu dan
kosmetika dengan produk merek dagang Sariayu Martha Tilaar. Grup usaha ini memayungi 11 anak
perusahaan dan mempekerjakan sekitar 6.000 karyawan.
Istri pendidik Prof. Dr. H.A.R Tilaar, ibu dari empat orang anak Bryan Emil Tilaar, Pinkan Tilaar,
Wulan Tilaar, Kilala Tilaar dan nenek dari beberapa orang cucu, ini menyempatkan diri mengambil kuliah
kecantikan dan lulus dari Academy of Beauty Culture, Bloomington, Indiana, AS, saat mengikuti suami tugas
belajar. Dia telah membuat kecantikan dan keayuan wanita Indonesia selalu terpelihara. Lulusan Jurusan
Sejarah Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Jakarta tahun 1963, ini resmi mendirikan badan usaha
pada tahun 1971. Peraih gelar Doktor Kehormatan (Honoris Causa) dalam bidang "Fashion and Artistry"
dari World University Tuscon, Arizona, AS tahun 1984, ini memulai operasi bisnisnya dari titik nol.
Bermula di garasi rurnah ayahnya Yakob Handana, terletak di Jalan Kusuma Atmaja No. 45 Menteng,
Jakarta Pusat. Martha, yang semasa kecilnya dikenal sebagai gadis tomboy dan 'elek' mendirikan sebuah
salon kecantikan sederhana "Martha Salon" persis pada 3 Januari 1970, di sebuah ruangan berukuran 6 x 4
meter. Di sini ia sekaligus membuat pula produk-produk kecantikan dari bahan alam.
Titik-picu 1987
Cerita lebih lanjut mengenai keberhasilan Martha Tilaar menjadi pengusaha papan atas, yang tetap
komit mencintai produk dalam negeri demi membangun kemandirian bangsa khususnya di bidang jamu dan
kosmetika, memulai titik-picu yang sesungguhnya pada tahun 1987. Ketika itu secara cerdik dan unik ia
mempopulerkan "Senja di Sriwedari" sebagai tren tata rias baru, sebuah ide yang diilhami oelh kekayaan
alam dan budaya Indonesia.
Sejak itulah Martha Tilaar selalu mempersuntuingkan nama tempat dan unsur budaya suatu daerah
yang lalu di padukan dengan tren busana daerah, ke setiap produk Sariayu Martha Tilaar, Sariayu berhasil
tampil sebagai trendsetter tata rias wajah wanita lndonesia, Martha Tilaar memang sangat menghargai produk
dalnm negeri, seperli busana misnlnya. Buktinya, saban hari in selalu lekat dengan busana buatan dalam
negeri. Ia kerap menggunakan kebaya, batik, atau berbagai busana daerah Indonesia.
Pemerhati tata rias sangatlah paham benar akan apa yang disebut dengan konsep Gaya Warna
Disainer (1998) sebuah tata rias yang mengambil unsur budaya Jawa Barat dan Kalimantan, Sumatera
Bergaya (1989) dari Sumatera, Puri Prameswari (1990) mengambil dari etnik Cirebon dan Bali, Senandung
Nyiur (1991) dari Pantai Indonesia, Riwayat Asmat (1992) dari Irian Jaya/Papua, Rama-Rama Toraja (1993),
serta konsep-konsep dari berbagai daerah lain seperti Banda/Ambon, Jakarta, Aceh. Dan, puncaknya adalah
trend wama Pusako Minang dari Minangkabu.
Berdasarkan strategi pendekatan etnik Martha Tilaar berhasil menjalin hubungan emosional dengan
konsumen, bahkan berhasil menyelamatkan biduk bisnisnya dari hantaman krisis ekonomi. Sebab dengan
konsep baru itu Martha Tilaar berhasil meraih penjualan besarbahkan bisnisnya pernah bertumbuh hingga
400 persen.
Perjalanan bisnis Martha Tilaar tidak selamanya mulus. Ia pemah mengalami jatuh-bangun atau
pasang-surut usaha. Pemah, suatu ketika, bendera usaha Martha Tilaar sudah sedang berkibar orang masih
saja memandangnya sebelah mata. Maklum, produk jamu kosmetika Sariayu Martha Tilaar sangat identik
sekali sebagai produk lokal. Orang tahunya demikian saja tanpa mau mengenal bahwa produk Martha Tilaar
sesungguhnya sudah mendunia, berkualitas, dan bergengsi. Bahkan, Sariayu Martha Tilaar sudah menjadi
sebuah ikon produk lokal yang mendunia. Sebagai misal, Sariayu Martha Tilaar memiliki produk kosmetika
berkelas Biokos, Bella, Caring Colours, Profesional Artist Cosmetics (PAC) Aromatic, Jamu Garden dan
lain-lain yang sudah terkenal sampai ke mancanegara
Produk-produk itu dipasarkan di kantor-kantor pemasaran Martha Tilaar di luar negeri scperti
Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina, bahkan ke Los Angeles, AS. Ditambah di Paris, Pcrancis ia memiliki
sebuah laboratorium pcnelitian parfum, Martha Tilaar juga memiliki puluhan spa di luar negcri yang tetap
menempelkan merek dagang Martha Tilaar. Seperti di Malaysia, bertempat di Crown Princess Kuala Lumpur
pembukaan spa Martha Tilaar dihadiri oleh Permaisuri Agung Siti Aishah. Spa ini didirikan khusus untuk
memenuhi banyaknya permintaan terutama pelanggan dari salon di City Square, Kuala Lumpur.
Kembali ke kisah bagaimana dahulu orang memandang Sari Ayu Martha Tilaar masih sebelah mata.
Walau bergemilang sukses dan bersohor nama di negeri asing, Martha Tilaar justru pemah merasakan sebuah
kepahitan di tanah air. Itu, terjadi tatkala ia hendak menyewa dan membuka gerai jamu dan kosmetika di
beberapa mall dan plaza terkemuka di Jakarta, persis di pusat perkantoran dan rumah tinggal kalangan
berduit. Ia ditolak menyewa tempat. "Dulu kalau saya mau sewa tempat diusir. Mereka hanya mau menjual
produk branded. Dibilang standar plazanya akan turun karena dianggap tidak ada image," kata Martha Tilaar,
yang dalam hidup tak pernah mau menyerah apalagi berputus asa. Respon atas penolakan itu Martha Tilaar
menyegerakan mendirikan Puri Ayu Martha Tilaar, sejak Mei 1995, sebagai gerai jamu dan kosmetika Sari
Ayu sekaligus berfungsi sebagai pusat pelayanan konsumen. Gerai dan pusat pelayanan konsumen ini berada
dalam bendera usaha PT Martha Beauty Galery. Gerai Puri Ayu Martha Tilaar pertama kali berdiri di Graha
Irama, di kawasan elit Kuningan, Jakarta Selatan, lalu berkembang pesat memasuki kota-kota besar lain di
Indonesia.
Investasi Riset
Martha Tilaar mempunyai komitmen tinggi membangun industri kosmetika. Ia investasi besar di
bidang riset dan pengembangan (R&D). Ia mau mengirim staf ahli farmasinyn belajar ke luar negeri, atau
mengikuti berbagai pameran di luar negeri. la memiliki dua orang staf ahli farmasi bergelar doktor, sejumlah
magister dan sarjana strata satu lainnya. Berdasar komitmen kunt itu Martha ingin menunjukkan kepada
bangsa-bangsa di dunia bahwa Indonesia bisa unjuk diri dan tidaklah ketinggalan di bidang kosmetika dan
tata rias. R&D memberi hasil lain. Martha Tilaar perlahan-lahan berhasil mengurangi ketergantungan
kandungan bahan baku impor, berganti dengan bahan baku lokal di setiap produknya. Hasil lain lagi, ini yang
lebih mencengangkan, pada bulan Juli 2002 Sekjen PBB Kofi Annan mengundang Martha Tilaar hadir dalam
forum Global Compact, di New York, AS.
Di forum itu para pengusaha yang diundang diminta mempromosikan praktik berbisnis yang baik
dalam bidang hak asasi manusia, tenaga ketja, dan lingkungan, yang telah dipraktekkan. Tujuannya agar
setiap pengusaha menempatkan masalah sumberdaya manusia, sumberdaya alam, lingkungan, dan hak-hak
asasi manusia sebagai prioritas penanganan dunia usaha. Ketika berbicara pada pertemuan Komite Pengarah
Nasional Global Environment Facility (GEF)/Small Grant Program, di Jakarta, 5 Oktober 2004, Martha
Tilaar kembali mengangkat ulang komitmennya yang tinggi terhadap produk lokal dalam nada berbeda.
Martha sangat menyayangkan betapa produk-produk lokal yang selama ini diklaim sebagai warisan budaya,
seperti rendang masakan Padang, atau songket kain dari Palembang, itu temyata sudah didaftar-patenkan
oleh tetangga negeri serum pun Malaysia. Ia pun khawatir akan jamu, yang dari zaman kapan pun kita merasa
itu milik kita, keburu dipatenkan pihak asing.
Keajaiban Tuhan
Martha agaknya menjadi salah seorang wanita Indonesia yang di urapi Tuhan, Perjalanan bisnis
Martha Tilaar agaknya tak juga lepas dari keajaiban pekerjaan tangan Tuhan. Walau pernah mengalami
nyaris bangkrut, atau pecah kongsi, biduk usahanya tetap terpelihara baik. Tahun 1970 ia mendirikan salon
kecil Martha Salon, di garasi rumah ayahnya sekaligus mencoba membuat produk-produk kecantikan dari
bahan alam. Tak lama, dua tahun kemudian 1972 ia mernbuka salon kedua di Jalan Anggur No. 3 Cipete,
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, sambil memulai penggunaan merek dagang baru Sari Ayu Martha Tilaar,
merek yang jika diartikan "Sarinya Wong Ayu".
Menginjak tahun 1977 Martha Tilaar menjajaki kerjasama dengan Theresia Harsini Setiady, dari PT.
Kalbe Farma sekaligus pemiliknya. Mereka sepakat rnembuat perusahaan kosmetika dan jamu, namanya PT.
Martina Berto, dan meluncurkan Sari Ayu Martha Tilaar sebagai produk pertama. Pada 22 Desember 1981
PT. Martina Berto membuka pabrik kosmetika pertama di Jalan Pulo Ayang, Kawasan Industri Pulo Gadung,
Jakarta Timur di rcsmikan oleh Ny. Nelly Adam Malik saat·itu istri Wakil Presiden Adam Malik. Tahun
1983 Martha Tilaar mendirikan PT. Sari Ayu Indonesia, khusus sebagai distributor produk kosmetika Sari
Ayu Martha Tilaar. Tahun 1986 Martha Tilaar kembali membuka pabrik ke dua, kali ini di Jalan
Pulokambing Il/1, masih di areal sama Kawasan Industri Pulogadung yang kali ini diresmikan oleh Ny.
Karlinah Umar Wirahadikusumah, istri Wakil Presiden Umar Wirahadikusumah.
Martha Tilaar remaja adalah gadis yang tomboy. Tidak pemah bisa tinggal diam. Tingkah laku dan
cara berpakaiannya seperti anak lelaki kebanyakan. Meski rumah eyangnya berpagar tinggi ia retap saja bisa
menyelinap keluar untuk pergi bermain layang-layang, menikmati pemandangan desa, atau menikmati
sawah-sawah yang menghampar hijau. Ia bahkan tak ragu mencebur ke dalam sungai yang mengalir untuk
berenang. Kenakalannya sebagai anak-anak salah satunya adalah suka mencuri uang ibunya. Biasanya, uang
itu digunakannya untuk jajan membeli makanan yang enak. Ketika aksinya ketahuan ibunya menasehati, jika
ingin punya uang banyak untuk jajan Martha harus bekerja keras. Nasehati itu dituruti benar. Bermodalkan
uang jajan pemberian orang tua Martha kecil membeli jajanan di toko, seperti kacang, lalu dibungkusnya
kecil-kecil untuk kemudian dijual kembali kepada teman-teman sekolah. Ia memperoleh uang jajan lebih
jadinya. Demikian pula terhadap tanaman Sogok Telik dan Jali-jali Putih, yang tumbuh subur di tanah milik
eyangnya, ia rangkai menjadi satu paduan yang bagus. Perhiasan berupa kalung dan gelang yang ia rangkai
sendiri dari kedua jenis tanaman tadi, Martha jual kepada teman-temannya di sekolah. Kedua tanaman
tersebut sangat bemilai dalam kehidupan masa kecil Martha. Martha adalah anak yang paling 'elek' (bahasa
Jawa = 'jelek'), paling bandel, dan sangat tidak suka merawat diri jika dibandingkan saudara lainnya. Hobi
berenang membuat kulit Martha tidak sehat, rambut yang panjang memerah.
Martha Tilaar sesuai kodratnya sebagai perempuan dan istri dari Prof Dr. H.A.R. Tilaar mau berdiam
di negeri Paman Sam mengikuti sang suami yang sedang menjalani tugas belajar. Kesempatan itu
digunakannya untuk belajar kecantikan di Academy of Beauty Culture, Bloomington, Indiana, AS. Begitu
lulus dari akademi kecantikan Martha segera mernbuka praktek salon kecantikan di negeri Paman Sam itu.
Ia mernbuat selebaran semacam brosur sederhana, mempromosikan jasa layanan salonnya. Berbagai usaha
promosi dilakukan seperti masuk ke kampus-kampus, mendatangi rumah-rumah rnantan dosen untuk
mendandani para istrinya. Begitu pula kepada mahasiswa-mahasiswa Indonesia, atau ibu-ibu yang mengikuti
suaminya tugas di luar negeri. Martha juga menyempatkan diri melamar beketja sebagai salesgirl produk
kosmetika Avon. Setiap sore ia keluar masuk asrama mahasiswa dan mengetuk pintu untuk lalu berteriak
Iantang, "Avon Calling!"
Ketika kembali ke Indonesia Martha segera ingin mernbuka salon. Karena belum mempunyai rumah
sendiri "Martha Salon" miliknya yang pertama menumpang di garasi rumah orangtuanya, di Jalan Kusuma
Atmaja No. 47, Menteng, Jakarta Pusat di sebuah ruangan berukuran 6x4 meter. Martha Salon ia dirikan
persis tanggal 3 Januari 1970. Martha Tilaar di tahun 1970-an itu masih bukan apa-apa dan bukan siapa-
siapa, sangat berbeda jauh dengan kondisi kekinian.
Martha melahirkan konsep community trade bersama rekannya Emmy Pratiwi, karena itu namanya
disebut Prama Pratiwi Martha Gallery yang mcnyediakan segala fasilitas produksi industri kerajinan.
Hasilnya sangat memuaskan. Ketekunan para perajin dan tekad mau berkembang membuat mereka cepat
berhasil. Produk dari para perajin sebagian besar ditujukan untuk pasar ekspor ke Perancis, Australia, dan
Amerika.
Martha juga mendirikan Yayasan Martha Tilaar. Ia mendidik banyak wanita dan ibu-ibu tentang
kecantikan. Tujuannya agar mereka mengerti kecantikan sehingga bisa merawat diri. Namun yang terutama
agar mereka mempunyai keterampilan tentang kecantikan, sesuatu yang pernah banyak menolong wanita di
saat krisis multidimensi melanda bangsa termasuk pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawan
wanita maupun laki-laki di banyak perusahan lain. Bagi Martha Tilaar perempuan adalah pemersatu yang
sangat besar perannya bagi keutuhan bangsa. Karena itu ia tak ingin perempuan terbelakang dalam soal
pendidikan.
Bagi Martha di era modern seperti sekarang makna emansipasi bukan semata dimaknai untuk
memperoleh persamaan hak dengan kaum pria. Melainkan jauh lebih besar dari itu berjuang demi
memperoleh hak memilih dan rnenentukan nasib sendiri. " Sebenarnya yang perlu di tuntut kaum perempuan,
bukan hanya persamaan hak, tapi juga hak memilih dan menentukan nasib sendiri," kata Martha Tilaar.

JAYA SUPRARA: SI MULTITALENT PENCETUS KELIRUMOLOGI


Jaya Suprana, orang Tionghoa yang besar dalam budaya Jawa. Pria bertubuh tambun dan
berkacamata tebal yang lahir di Bali, Denpasar, 27 Januari 1949 ini akrab di hadapan. publik lewat acara
televisi Jaya Suprana Show di TPI. Pendiri Museum Rekor MURI dan pencetus kelirumologi ini mempunyai
beragam: predikat - mulai dari pengusaha, pembicara, presenter, penulis, kartunis, pemain piano hingga
pencipta lagu - yang diakui oleh lembaga tingkat dunia seperti Die Welt, Los Angeles Times, The Guardian,
Wall Street Journal, dan Straits Time.
Semasa muda, Jaya pernah menjadi pedagang buku bekas di Semarang pada tahun 65-an. Bahkan
ketika sekolah di Jerman ia tak sungkan menjadi tukang bubut, tukang pasang ubin, atau menjadi pegawai
kafetaria mahasiswa. Sepulang belajar di Jerman ia sempat menjadi Manajer Pemasaran Jamu Jago, sebelum
naik jabatan sebagai presiden direktur. Setelah sekitar delapan tahun menjadi direktur di perusahaan jamu
yang diwarisinya dari keluarga - yang berdiri sejak tahun 1918 - Jaya beralih ke posisi presiden komisaris.
Kini, tugasnya hanya mengarahkan GBHP (Garis Besar Haluan Perusahaan) dan mengawasi kinerja
perusahaannya.
Dalarn berbagai kesempatan Jaya selalu muncul bersama tokoh- tokoh politik kelas wahid di negeri
ini. Meskipun begitu, Jaya tidak tertarik pada urusan politik. Di samping itu, ayahnya juga pernah berpesan
agar Jaya tidak terjun ke dunia politik karena politik pada prakteknya justru sering menjadi berhala dan
menguasai rnakhluk tertinggi ciptaan Tuhan itu.
Pada 27 Januari 1990, ia mendirikan Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai bagian dari visi ke
depann ya untuk menghimpun semua prestasi, perilaku, dan kegiatan yang unik, langka, dan kreatif. Museum
yang selokasi dengan Museum Jamu Jago ini sudah menjadi objek wisata resmi Kota Semarang, Jawa
Tengah.
Sebagai seorang pemikir dan penulis, Jaya mengobok-obok berbagai literatur dan media untuk
mempelajari kekeliruan dan kesalahkaprahan yang telah dilakukan orang dalam kehidupan sehari-hari.
Hingga akhimya, ia rnemelopori istilah kelirumologi dan melahirkan buku berjudul Kaleidoskopi
Kelirumologi, yang menajak pembaca untuk lebih peka terhadap hal-hal yang dianggap benar padahal salah
di tengah-tengah masyarakat. Misalkan saja, semboyan yang dipercaya masyarakat mens sana in corpore
sano (di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat). Jaya mengatakan bahwa di dalam tubuh yang
sehat, belum tentu hadir jiwa yang sehat. Jaya memberi contoh Mike Tyson atau penghuni Rumah Sakit Jiwa,
bertubuh sehat tapi jiwanya sakit.
Berkat ketja keras dan ketekunannya, ia memperoleh puluhan penghargaan nasional maupun
intemasional dalam bidang seni musik (dari Freundeskreis des Konservatoriums Muenster, Jerman, dan dari
Pangeran Bernhard, Belanda), kebudayaan (Budaya Bhakti Upapradana), komputer (Best in Personal
Computing Award 1995 dari Apple Macintosh Inc.), industri-bisnis (The Best Executive Award 1998),
prestasi perusahaan (Trade Leader's Club, Madrid, dan Institut pour Selection de la Qualite, Belgia),
lingkungan hidup (Sahwali Award 1997), kemanusiaan (Duta Kemanusiaan 1991 - 1992 Palang Merah
Indonesia), dan lain-lain.
Sebagai kartunis, lulusan Musikhochschule Muenster dan Folkwanghochschule Essen, Jerman ini
telah menggelarkan karyanya di Jerman, Norwegia, dan Indonesia sendiri. Sedangkan untuk urusan musik,
selama ini Jaya dikenal sebagai komponis dan pianis andal yang sudah tampil di berbagai negara di Eropa,
Amerika, Aljazair, Selandia Baru, dan lain-lain.
Pendidikan musik yang ditekuninya selama lima tahun membuat Jaya mampu melahirkan karya-
karyanya sendiri. Ia tampil pertama kali dalam resital piano tunggal tahun 1981 di Taman Ismail Marzuki.
Penampilan keduanya digelar di Erasmus Huis untuk merayakan 50 tahun usia Yayasan Pendidikan Musik
(YPM). Di bidang kemanusiaan, ia ikut mempelopori program donor ginjal jenazah di Indonesia. Pada
pertengahan 2003 lalu, Jaya mempelopori iklan layanan masyarakat 'Indonesia Pusaka' dan membuat
program berdurasi 60 menit 'Di Balik Adegan Indonesia Pusaka ' yang ditayangkan di TPI di rumah produksi
Jatayu Cakrawala Film.
Iklan layanan masynrakat 'lndonesia Pusaka' yang dibuat dalam tangka menyambut Satu Abad Bung
Hatta ini merekam lebih dari 20 figur, sebagian tokoh ternama, menyanyikan lagu kesayangan Bung Hatta,
yakni Indonesia Pusaka ciptaan Ismail Manuki. Tokoh-tokoh ternama yang berhasil 'dikurnpulkan' oleh Jaya
antara lain Presiden Megawati Soekarnoputri, mantan Presiden Abdurrahman Wahid, Ketua MPR Amien
Rais, dan sejumlah menteri dan mantan menteri. Sementara dari non pejabat ada artis Nurul Arifin, Marisa
Haque, peharpa Maya Hasan, violis Idris Sardi, Ketua Persatuan Tukang Becak Jakarta, dan seorang wanita
pemulung. Terrnasuk juga putri Bung Hatta, yakni Halida dan Gemala. Waktu itu, pada setiap sesi rekaman
masing-masing tokoh, Jaya sibuk pula berfungsi sebagai pelatih menyanyi kilat, konduktor, penata musik,
sekaligus editor.
Kini, di usianya yang semakin senja, tanpa seorang anak, Jaya tetap berkarya, berbuat kebaikan dan
suka memberi. la rnengangkat anak asuh dan mendirikan Panti Asuhan Rotary-Suprana. Di atas tanah
warisan almarhurnah ibunya, Lily Suprana, seluas 900 m2 di kawasan Candi Baru, Semarang, kini tinggal
sekitar 10 orang anak. Semuanya lelaki. Perkembangan panti yang biaya operasionalnya didukung bersama
dengan Yayasan Rotary ini memang bagus karena kebanyakan anak asuhnya rnemperoleh ranking di
kelasnya masing-rnasing. Bahkan bagi anak yang mendapat rangking 1 diberikan hadiah atas prestasinya itu.
Sifat suka rnernberi tidak lepas dari didikan keras sang ayah, Lambang Suprana, yang mengajamya
untuk tidak memberhalakan kekayaan dan sadar bahwa harkat dan rnartabat manusia bukan diukur dari
kekayaan harta bendanya, namun dari kekayaan akhlak dan imannya. Itulah rnengapa, Jaya tidak ambil
pusing tentang masa tuanya, karena ia tinggal rnenunggu mati saja dan siap pergi ke surga. Mengenai
kesuksesan yang diperolehnya, Jaya mempunyai pandangan sendiri. Menurutnya, kesuksesan baginya belum
tentu kesuksesan bagi orang lain. Ia menganalogikannya dengan olahraga lari. Baginya, ia sudah termasuk
sukses mampu berlari 100 m dalam waktu 10 menit, namun bagi Carl Lewis itu merupakan prestasi
memalukan. Oleh karena itu, Jaya mengatakan bahwa yang penting bukan merasa sukses, melainkan
mensyukuri hasil karya yang telah ia perjuangkan.

BOB SADINO: PENGUSAHA BERDINAS CELANA PENDEK


Pria berpakaian "dinas" celana pendek jin dan kemeja lengan pendek yang ujung lengannya tidak
dijahit, ini adalah salah satu sosok entrepreneur sukses yang memulai usahanya benar-benar dari bawah dan
bukan berasal dari keluarga wirausaha. Pendiri dan pemilik tunggal Kem Chicks (supermarket), ini mantan
sopir taksi dan karyawan Unilever yang kemudian menjadi pengusaha sukses.
Titik balik yang getir menimpa keluarga Bob Sadino. Bob rindu pulang kampung setelah merantau
Sembilan tahun di Amsterdam, Belanda dan Hamburg, Jerman, sejak tahun 1958. Ia membawa pulang
istrinya, mengajaknya hidup serba kekurangan. Padahal rnereka tadinya hidup mapan dengan gaji yang
cukup besar. Sekembalinya di tanah air, Bob bertekad tidak ingin lagi jadi karyawan yang diperintah atasan.
Karena itu ia harus kerja apa saja untuk menghidupi diri sendiri dan istrinya. Ia pernah jam sopir taksi.
Mobilnya tabrakan dan hancur. Lantas beralih jadi kuli bangunan dengan upah harian Rp 100.
Suatu hari, temannya menyarankan Bob memelihara ayam untuk melawan depresi yang dialaminya.
Bob tertarik. Ketika betemak ayam itulah muncul inspirasi berwirausaha. Bob memperhatikan kehidupan
ayam-ayam ternaknya. Ia mendapat ilham, ayam saja bisa berjuang untuk hidup, tentu manusia pun juga bisa.
Sebagai peternak ayam, Bob dan istrinya, setiap hari menjual beberapa kilogram telur. Dalam tempo satu
setengah tahun, ia dan istrinya memiliki banyak langganan, terutama orang asing, karena mereka fasih
berbahasa Inggris. Bob dan istrinya tinggal di kawasan Kemang, Jakarta, di mana terdapat banyak menetap
orang asing. Tidak jarang pasangan tersebut dimaki pelanggan, babu orang asing sekalipun. Namun mereka
mengaca pada diri sendiri, memperbaiki pelayanan. Perubahan drastis pun terjadi pada diri Bob, dari pribadi
feodal menjadi pelayan. Setelah itu, lama kelamaan Bob yang berambut perak, menjadi pemilik tunggal super
market (pasar swalayan) Kem Chicks. ia selalu tampil sederhana dengan kemeja lengan pcndek dan celana
pendek.
Bisnis pasar swalayan Bob berkembang pesat, merambah ke agribisnis, khususnya holtikutura,
mengelola kebun-kebun sayur mayur untuk konsumsi orang asing di Indonesia. Karena itu ia juga menjalin
kerjasama dengan para petani di beberapa daerah. Bob percaya bahwa setiap langkah sukses selalu diawali
kegagalan demi kegagalan. Perjalanan wirausaha tidak semulus yang dikira. Ia dan istrinya sering jungkir
balik. Baginya uang bukan yang nomor satu. Yang penting kemauan, komihnen, berani mencari dan
menangkap peluang. Di saat melakukan sesuatu pikiran seseorang berkembang, rencana tidak harus selalu
baku dan kaku, yang ada pada diri seseorang adalah pengembangan dari apa yang telah ia lakukan.
Kelemahan banyak orang, terlalu banyak mikir untuk membuat rencana sehingga ia tidak segera melangkah.
"Yang paling penting tindakan," kata Bob. Keberhasilan Bob tidak terlepas dari ketidaktahuannya sehingga
ia langsung terjun ke lapangan. Setelah jatuh bangun, Bob terampil dan menguasai bidangnya. Proses
keberhasilan Bob berbeda dengan kelaziman, mestinya dimulai dari ilmu, kemudian praktek, lalu menjadi
terampil dan profesional.
Menurut Bob, banyak orang yang memulai dari ilmu, berpikir dan bertindak serba canggih, arogan,
karena merasa memiliki ilmu yang melebihi orang lain. Sedangkan Bob selalu luwes terhadap pelanggan,
mau mendengarkan saran dan keluhan pelanggan. Dengan sikap seperti itu Bob meraih simpati pelanggan
dan mampu menciptakan pasar. Menurut Bob, kepuasan pelanggan akan menciptakan kepuasaan diri sendiri.
Karena itu ia selalu berusaha melayani pelanggan sebaik-baiknya.
Bob menempatkan perusahaannya seperti sebuah keluarga. Semua anggota keluarga Kem Chicks
harus saling menghargai, tidak ada yang utama, semuanya punya fungsi dan kekuatan.
Anak Guru
Kembali ke tanah air tahun 1967, setelah bertahun tahun di Eropa dengan pekerjaan terakhir sebagai
karyawan Djakarta Lloyd di Amsterdam dan Hamburg, Bob, anak bungsu dari lima bersaudara, hanya punya
satu tekad, bekerja mandiri. Ayahnya, Sadino, pria Solo yang jadi guru kepala di SMP dan SMA
Tanjungkarang, meninggal dunia ketika Bob berusia 19.
Modal yang ia bawa dari Eropa, dua sedan Mercedes buatan tahun 1960-an. Satu ia jual untuk
membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan. Ketika itu, kawasan Kemang sepi, masih terhampar
sawah dan kebun. Sedangkan mobil satunya lagi ditaksikan, Bob sendiri sopimya. Suatu kali, mobil itu
disewakan. Ternyata, bukan uang yang kembali, tetapi berita kecelakaan yang menghancurkan mobilnya.
"Hati saya ikut hancur," kata Bob. Kehilangan sumber penghasilan, Bob lantas bekerja jadi kuli bangunan.
Padahal, kalau ia mau, istrinya, Soelami Soejoed, yang berpengalaman sebagai sekretaris di luar negeri, bisa
menyelamatkan keadaan. Tetapi, Bob bersikeras, "Sayalah kepala keluarga. Saya yang harus mencari
nafkah." Untuk menenangkan pikiran, Bob menerima pemberian 50 ekor ayam ras dari kenalannya, Sri
Mulyono Herlambang. Dari sini Bob menanjak: Ia berhasil menjadi pemilik tunggal Kem Chicks dan
pengusaha perladangan sayur sistem hidroponik. Lalu ada Kem Food, pabrik pengolahan daging di
Pulogadung dan sebuah "warung" shaslik di Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta. Catatan awal 1985
menunjukkan, rata-rata per bulan perusahaan Bob menjual 40 sampai 50 ton dnging segar, 60 sampai 70 ton
daging olahan, dan 100 ton sayuran segar.
"Saya hidup dari fantasi,"kata Bob menggambarkan keberhasilan usahanya. Ayah dua anak lni lalu
membari contoh satu hasil fantasinya, bisa menjual kangkung Rp 1.000 per kilogram. ''Di mana pun tidak
ada orang jual knngkung dengan hnrga segitu,'' kata Bob.
Om Bob, panggilan akrab bagi anak buahnya, tidak mau bergerak di luar bisnis makanan. Baginya,
bidang yang ditekuninya sekarang tidak ada habis-habisnya. Karena itu ia tak ingin berkhayal yang macam-
macam. Haji yang berpenampilan nyentrik ini, penggemar berat music klasik dan jazz. Saat-saat yang paling
indah baginya, ketika shalat bersama istri dan dua anaknya

NAOMI SUSILOWATI SETIONO: PENGUSAHA BATIK, MANTAN KERNET BUS


Kegetiran hidup tak menyurutkan perjuangan Naomi Susilowati Setiono (46) dalam menjalani
kesehariannya. Dengan berapi-api, wanita sederhana ini menuturkan kisah hidupnya yang diawali sebagai
tukang cuci baju, pemotong batang rokok, kernet bus antar kota, dan akhirnya menjadi pengusaha serta
perajin batik lasem. Sernua ini karena kebaikan Tuhan, ujarnya mensyukuri perbaikan hidup yang
dialaminya. Meski bukan pengusaha batik nomor wahid di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, perempuan
peranakan Tionghoa ini sangat terkenal di dunia perbatikan, khususnya batik lasem. Hingga tak heran,"rekan-
rekannya memintanya untuk menjadi ketua cluster batik lasem, yang hingga kini belum diberi nama. Dalam
waktu dekat, cluster ini akan dinamai rnenjadi semacam asosiasi perajin/pengusaha batik lasem.
Jenis batik lasem (atau laseman) yang perkernbangannya jauh tertinggal dibanding batik solo dan
yogya ini terus digeluti, meski masih menggunakan peralatan tradisional. Naomi yang Kegetiran hidup tak
menyurutkan perjuangan Naomi Susilowati Setiono (46) dalam menjalani kesehariannya. Dengan berapi-
api, wanita sederhana ini menuturkan kisah hidupnya yang diawali sebagai tukang cuci baju, pernotong
batang rokok, kemet bus antar kota, dan akhirnya menjadi pengusaha serta perajin batik lasern.
Semua ini karena kebaikan Tuhan, ujarnya mensyukuri perbaikan hidup yang dialaminya. Meski
bukan pengusaha batik nomor wahid di Kabupaten Rernbang, Jawa Tengah, perempuan peranakan Tionghoa
ini sangat terkenal di dunia perbatikan, khususnya batik lasem. Hingga tak heran,"rekan-rekannya
memintanya untuk menjadi ketua cluster batik lasern, yang hingga kini belum diberi nama. Dalam waktu
dekat, cluster ini akan dinarnai rnenjadi sernacam asosiasi perajin/pengusaha batik lasem. Jenis batik lasem
(atau laseman) yang perkernbangannya jauh tertinggal dibanding batik solo dan yogya ini terns digeluti,
meski masih menggunakan peralatan tradisional. Naomi yang memimpin Balik Tulis Tradisional Laseman
Marantha di Jalan Karangturi I/I Lascm, Rembang, ini mengerahknn 30 perajin guna mcndukung usahanya.
Selain mcngemban status single parent, Naomi terkenal aktif sebagai pendeta di gereja setempat. Bahkan,
akhir-akhir ini ia disibukkan dengan mengisi seminar maupun pemaparan kc berbagai instansi mengenai
seluk-beluk batik lasem. Ia juga tengah merintis pengkaderan perajin batik ke sekolah-sekolah secara gratis.
Kalau tidak kami sendiri yang mengkader, siapa lagi? Tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah, ujamya.
Naomi mengaku pernah melontarkan gagasannya kepada Bupati Rembang Hendarsono (saat itu) untuk
menyisipkan cara membatik ke dalam pelajaran muatan lokal. Sayangnya, ide ini tak ditanggapi dan dianggap
tidak bisa berhasil. Akhirnya, ia langsung turun ke sekolah-sekolah untuk menyampaikan gagasannya itu.
Kini, ia masih menunggu tanggapan dari sekolah-sekolah. Jika masalah tempat, saya bisa meminjam balai
desa, tak perlu keluar uang, ujarnya.
Meski sangat sibuk, produktifitasnya tak berubah. Setiap bulan Naomi dan rekan-rekan pekerja di
tempatnya menghasilkan rata-rata 150 potong batik tulis. Batik-batik bermotif akulturasi budaya Cina dan
Jawa ini dikirim ke berbagai daerah, seperti Serang (Banten), Medan (Sumut), dan Surabaya (Jatim). Naomi
menjelaskan, usaha batik yang digeluti sejak tahun 1990 ini merupakan limpahan dari orang tua. Namun, ia
tidak semata-mata rnenerirna begitu saja. Pada tahun1980, lulusan Sekolah Menengah Apoteker Theresiana
Semarang ini rnendapatkan masalah sehingga dikucilkan dari keluarga yang saat itu terpandang di
wilayahnya. Ditolak dari keluarga yang telah mengasuhnya 21 tahun itu mau tak mau harus diterimanya. Ia
pun pindah ke Kabupaten Kudus. Di tempat ini ia menyingsingkan lengan baju dan bekerja sebagai pencuci
pakaian. Tergiur penghasilan yang lebih tinggi, ia pindah sebagai buruh pernotong batang rokok di Pabrik
Djarum Kudus.
Karena kurang cekatan, in hanya mendapatkan penghasilan yang sedikit, Rp 375 per hari. Padahal
teman-teman dapat memotong rokok berkarung-karung, bisa mendapat uang Rp 2.000-an, ujar Iulusan
Sekolah Tinggi Theologia Lawang, Jatim, ini. Ia hengkang dan berpindah sebagai kernet bus
Semarang-Lasem. Singkat cerita, orangtuanya memintanya kembali ke Lasem. Itu pun dengan berbagai
cemooh. Saya ditempatkan di bawah pembantu. Mau minta air dan makan ke pembantu. Saya juga tidak
boleh memasuki rumah besar, ujarnya. Perlakuan ini ia terima dengan lapang dada. Sedikit demi sedikit ia
mempelajari cara pembuatan batik lasem. Mulai dari desain, memegang canting, melapisi kain dengan
malam, hingga memberi pewarnaan diperhatikannya dengan saksama.
Hingga suatu hari, tahun 1990, orangtuanya memutuskan tinggal dengan adik-adiknya di Jakarta.
Usaha batik tidak ada yang meneruskan. Dari titik inilah Naomi dipercaya untuk melanjutkan usaha batik
warisan turun-temurun ini. Kesempatan ini digunakan Naomi untuk mengubah sistem dan aturan main bagi
pekerjanya. Ia memberi kesempatan kepada perajin untuk menunaikan ibadah shalat. Sesuai kewajiban yang
ingin mereka jalankan, saya memberikannya. Ini salah satu sistem baru yang saya terapkan, ujamya yang
pemah bercita-cita sebagai arkeolog.
Suasana kerja juga bukan lagi atasan dan bawahan. Ia menganggap perajin adalah rekan usaha yang
sama-sama membutuhkan dan menguntungkan. Jika siang hari turun tangan dalam memproses batik, malam
hari digunakannya untuk membuat desain. Hingga kini, ibu dari Priskila Renny (23) dan Gabriel Alvin
Prianto (17) ini masih tetap eksis di dunia perbatikan. Perlahan namun pasti, batik lasem mulai menggeliat
dan dilirik kembali oleh para pencinta batik, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

RAHMAT GOBEL: GENERASI KEDUA NATIONAL GOBEL


Sebagai pemegang kendali perusahaan eletronik nasional terbesar namanya tak asing lagi di telinga.
Ia sebagai generasi kedua, penerus National Gobel. Kepiawaiannya mengembangkan industri elektronik,
didukung tenaga-tenaga ahli pilihannya dari dalam maupun luar negeri mampu menghasilkan produk-produk
elektronik kebanggaan Indonesia.
Pria kelahiranJakarta, 3 September 1962 ini terkenal aktif menjaga kepercayaan investor agar mereka
bertahan di Indonesia, sekalipun beberapa perusahaan elektronik asing akhimya hengkang. Maka ia terus
berupaya mengajak pemerintah untuk menyelami apa yang dibutuhkan pengusaha demi kebangkitan industri
elektronik di tanah air. Anak ke lima dari tujuh bersaudara dan anak lelaki tertua mendiang H. Thayeb
Mohammad Gobel ini terus berupaya 'mempertahankan' perusahaan warisan ayahnya ini. la bukan saja
mengelola bisnisnya agar tetap bertahan di tengah rnasa krisis, namun juga berusaha rnernbangun perusahaan
sekaligus membangun ternpat kerja bagi banyak orang. "Karena perusahaan ini tempat banyak orang
bergantung," katanya.
Untuk itu, ia terus berupaya agar produknya diterima masyarakat. Jika saat ini produknya lebih
banyak dikenal dengan merek Panasonic, karena mernang rnenyesuaikan dengan nama perusahaan yang
terus berubah. PT. National Gobel bergandengan dengan Panasonic sudah 36 tahun lebih. Komposisi
kepemilikan saham yang senantiasa berubah menyebabkan namanya juga terus mengalarni penyesuaian.
Panasonic rnerupakan brand yang dimiliki Matsushita Electric di Jepang. Sedangkan National adalah merek
yang dimiliki oleh perusahaan rniliki keluarga Gobel.
Tahun 1970, Panasonic bekerjasarna dengan National Gobel dalam penjualan produk-produk
perusahaan Jepang tersebut di lndonesia. Sedangkan tahun 1980 nama National Gobel berubah menjadi
Gobel Dharma Nusantara dan di tahun 1991 berubah menjadi National Panasonic Gobel. Dan akhirnya mulai
1 April 2004 berganti nama rnenjadi PT. Panasonic Gobel Indonesia.
Sebagai Presiden Komisaris PT. Panasonic Gobel Indonesia (PGI), Rahmat mengaku memulainya
dari bawah. "Tidak serta merta begitu saja saya mendapatkan tempat di jajaran Direksi National Panasonic
Gobel, tetapi melalui proses yang panjang," katanya. Rahmat mengaku mengenal pabrik ayahnya sejak
Sekolah Dasar. Bahkan setiap hari minggu, ketika teman-teman sebayanya asyik bermain, ia malah diajak
'ngantor' sang ayah, Almarhum H. Thayeb Mohammad Gobel. Sang ayah berusaha memperkenalkan dunia
usahanya itu sejak Rahmat kecil. Rahmat sering diajak diskusi, "Pokoknya diajak ngobrol apa saja walaupun
saya tidak tahu," ujarnya mengenang. Masa SMP bahkan SMA lebih intens lagi. Ia sudah terbiasa memahami
pabrik. Belakangan Rahmat tahu jika ayahnya itu ingin dirinya bisa mewarisi nilai-nilai bisnisnya. Untuk itu,
selepas SMA Rahmat dikirim ke Jepang. Selama enam tahun ia belajar di sana. Bahkan ia belajar tentang
kultur perusahaan selama setahun di Negara Sakura itu.
Kembali ke Indonesia, tahun 1988 ia ditempatkan sebagai tenaga pelatih di pabrik baterai. "Saya tidak
langsung jadi bos. Saya memulai sebagai karyawan baru," katanya. Satu tahun kemudian, ia baru masuk
jajaran manajemen menengah yang terlibat membuat perencanaan manajemen. Beruntung ia sudah belajar
globalisasi, pergerakan bisnis dan perkembangan pabrik ke depan. Sejak saat itulah ia merasa bisa berkiprah.
Lalu diundangnya investasi langsung Matshushita. Hasilnya, sekarang perusahaannya berorientasi ekspor.
Falsafah Pohon Pisang dan Air Mengalir
Dalam berkarya, Rahmat Gobel selalu memadukan dua filosofi sebagai dasar orientasi. Filosofi
'pohon pisang' diperoleh dari Bapak Gobel, ayahanda Rahmat Gobel. Sedangkan filosofi 'air mengalir' dari
Bapak Matsushita rekan bisnis group gobel. Pohon pisang mudah tumbuh di mana saja dan setiap bagiannya
dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia. Air pun demikian, tersedia dalam jumlah yang relatif banyak dan
dapat digunakan untuk berbagai keperluan, sesuai kebutuhan. Realisasi dari keduanya adalah penciptaan
produk berkualitas tinggi yang selalu disesuaikan dengan kebutuhan masyarakatKedua filosofi itulah yang
selalu dipakai Rahmat sebagai pijakan kiprahnya di dunia usaha. Sehingga, akhirnya ia mampu 'menelorkan'
berbagai produk yang berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Ambil saja contoh, industri baterai
yang dimiliki PT. Panasonic Gobel Battery Indonesia (PGBI). Sebagai produsen baterai mangan, baterai
lithium dan senter dengan brand Panasonic, Rahmat Gobel membawa PGBI mengukir prestasi menjadi salah
satu yang terbesar di antara keluarga Panasonic Baterray Group yang tersebar di 14 negara.
Hasil produksinya masuk dalam pasar lokal maupun global pada lebih dari 60 negara. Bukan itu saja
sejak tahun 2002 (dari tahun berdiri 1972-red) PGBI telah mencapai kebebasan finansial dan menjadi
perusahaan dengan pinjaman nol. Suatu prestasi yang patut dibanggakan dan disyukuri tentunya.
Bisnis Berwawasan Lingkungan
Rahmat percaya, bahwa berkarya di industri elektronik sambil tetap menjaga kelestarian alam,
bukanlah sesuatu yang sulit untuk diwujudkan. Sebab menurutnya, kualitas lingkungan sama pentingnya
dengan kualitas produksi. Karena itu usahanya selalu didukung dengan teknologi pengolahan limbah yang
efektif. Selain terus berupaya menjaga kelestarian lingkungan, juga menerapkan standar global sebagai
orientasi kepedulian lingkungan. “Menciptakan produk yang berwawasan lingkungan bukan saja upaya kami
dalam menjaga kelestarian alam. Namun ini juga menjadi salah satu tiket untuk bisa masuk ke pasar Eropa
dan Amerika. Jadi menjaga lingkungan adalah mutlak diperlukan di setiap dunia industri," katanya.
Karena prinsip kelestarian lingkungan terus dipegangnya, tak heran jika perusahaan yang dibawah
kendalinya itu beberapa kali telah mengantongi penghargaan. Seperti sertifikat untuk manajemen mutu ISO
9002 tahun 1994, sertifikat untuk sistem manajemen lingkungan ISO 14001 tahun 1997, dan
berbagaisertifikat lain sebagai bukti keunggulan produksinya. Bahkan Pemerintah Daerah Bekasi pernah
memberikan penghargaan sebagai industri yang memenuhi kebutuhan dan pengembangan karir pekerja
wanita. Terakhir ini salah satu factorynya meraih Peringkat Hijau dari kantor Kementrian Lingkungan Hidup
(KLH) dalam evaluasi PROPER (Program for Pollution Control Evaluatio and Rating) 2004/2005. "Ini
semua adalah hasil komitmen kami sebagai perusahaan yang peduli pada lingkungan," ujar Rahmat.
Lepas dari itu semua, di setiap langkah menjalankan usahanya, Rahmat selalu menekankan pada
setiap karyawan dengan lima budaya kerja, yang ia sebut sebagai 5S budaya dasar kerja. Yaitu, Seiri
(Pemilahan), Seiton (Penataan), Seiso (Pembersihan), Seiketsu (Pemantapan) dan Shitsuke (Pembiasaan).
Kelima dasar inilah yang hingga kini menjadi kebudayaan bahkan kebiasaan para karyawannya. “Dengan
memilah mana yang masih dipakai dan mana yang sudah tidak dipakai, menata rapi pada tempatnya, menjaga
kebersihan, membiasakan efisiensi, akan menjadi budaya yang akhirnya menjadi perilaku yang baik. Itulah
dasar kerja kami," lanjutnya

ELANG GUMILANG: MAHASISWA BEROMZET MILYARAN


Profil Elang muncul di majalah Pengusaha yang berjudul "Kepak Elang Memburu Intan". Statusnya
yang masih mahasiswa berusia 22 tahun, dan sudah memiliki perusahaan beromzet milyaran rupiah. "Elang
Gumilang, Mahasiswa Bangun Perumahan untuk Orang Miskin Demi Keseimbangan Hidup". Selama ini
banyak developer yang membangun perumahan namun hanya bisa dijangkau oleh kalangan menengah ke
atas saja. Jarang sekali developer yang membangun perumahan yang memang dikhususkan bagi orang-orang
kecil. Elang Gumilang (22), seorang mahasiswa yang memiliki jiwa wirausaha tinggi ternyata memiliki
kepedulian tinggi terhadap kaum kecil yang tidak memiliki rumah. Meski bermodal pas-pasan, ia berani
membangun perumahan khusus untuk orang miskin. Apa yang mendasarinya?
Jumat sore (28/12), suasana Institut Pertanian bogor (IPB), terlihat lengang. Tidak ada geliat aktivitas
proses belajar mengajar. Maklum hari itu, hari tenang mahasiswa untuk ujian akhir semester (UAS). Saat
Realita melangkahkah kaki ke gedung Rektorat, terlihàt sosok pemuda berperawakan kecil dari kejauhan
langsung menyambutkedatangan Realita. Dialah Elang Gumilang (22), seorang wirausaha muda yang peduli
dengan kaum miskin. Sambil duduk di samping gedung Rektorat, pemuda yang kerap disapa Elang ini,
langsung mengajak Realita ke perumahannya yang tak jauh dari kampus IPB. Untuk sampai ke perumahan
tersebut hanya membutuhkan waktu 15 menit dengan menggunakan kendaraan roda empat. Kami berhenti
saat melewati deretan rumah bercat kuning tipe 22/60. Rupanya bangunan yang berdiri di atas lahan 60 m
persegi itu adalah perumahan yang didirikannya yang diperuntukan khusus bagi orang-orang miskin. Setelah
puas mengitari perumahan, Elang mengajak Realita untuk melanjutkan obrolan di kantornya.
Elang sendiri merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan H. Enceh (55) dan Hj. Prianti
(45). Elang terlahir dari keluarga yang lumayan berada, yaitu ayahnya berprofesi sebagai kontraktor,
sedangkan ibunya hanya ibu rumah tangga biasa. Sejak kecil orang tuanya sudah mengajarkan bahwa segala
sesuatu diperoleh tidak dengan gratis. Orang tuanya juga meyakinkan bahwa rezeki itu bukan berasal dari
mereka tapi dari Allah SWT. Ketika duduk di bangku Sekolah Dasar Pengadilan 4, Bogor, Elang sudah
mengikuti berbagai perlombaan dan bahkan ia pernah mengalahkan anak SMP saat lomba cerdas cermat.
Karena kepintarannya itu, Elang pun menjadi anak kesayangan guru-gurunya. Begitu pula ketika masuk SMP
I Bogor, SMP terfavorit di kabupaten Bogor, Elang selalu mendapatkan rangking. Pria kelahiran Bogor, 6
April 1985 ini mengaku kesuksesan yang ia raih saat ini bukanlah sesuatu yang instan. "Butuh proses dan
kesabaran untuk mendapatkan semua ini, tidak ada sesuatu yang bisa dicapai secara instan," tegasnya. Jiwa
wirausaha Elang sendiri mulai terasah saat ia duduk di bangku kelas 3 SMA I Bogor, Jawa Barat. Dalam
hati, Elang bertekad setelah lulus SMA nanti ia harus bisa membiayai kuliahnya sendiri tanpa
menggantungkan biaya kuliah dari orang tuanya.
Ia pun mempunyai target setelah lulus SMA harus mendapatkan uang Rp 10 juta untuk modal
kuliahnya kelak. Berjualan Donat. Akhirnya, tanpa sepengetahuan orang tuanya, Elang mulai berbisnis kecil-
kecilan dengan cara berjualan donat keliling. Setiap hari ia mengambil 10 boks donat masing-masing berisi
12 buah dari pabrik donat untuk kemudian dijajakan ke Sekolah Dasar di Bogor. Ternyata lumayan juga.
Dari hasil jualannya ini, setiap hari Elang bisa meraup keuntungan Rp 50 ribu. Setelah berjalan beberapa
bulan, rupanya kegiatan sembunyi-sembunyinya ini tercium juga oleh orang tuanya."Karena sudah dekat
UAN (Ujian Akhir Nasional), orang tua menyuruh saya untuk berhenti berjualan donat. Mereka khawatir
kalau kegiatan saya ini mengganggu ujian akhir," jelas pria pemenang lomba bahasa sunda tahun 2000 se-
kabupaten Bogor ini.
Dilarang berjualan donat, Elang justru tertantang untuk mencari uang dengan cara lain yang tidak
mengganggu sekolahnya. Pada tahun 2003 ketika Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB mengadakan lomba
Java Economic Competition se-Jawa, Elang mengikutinya dan berhasil menjuarainya. Begitu pula saat
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) menyelenggarakan kompetisi Ekonomi, Elang juga berhasil
menjadi juara ke-tiga. Hadiah uang yang diperoleh dari setiap perlombaan, ia kumpulkan untuk kemudian
digunakan sebagai modal kuliah.
Setelah lulus SMU, Elang melanjutkan kuliah di Fakultas Ekonomi IPB (Institut Pertanian Bogor).
Elang sendiri masuk IPB tanpa melalui tes SPMB (Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru, red) sebagaimana
calon mahasiswa yang akan masuk ke Perguruan Tinggi Negeri. Ini dikarenakan Elang pernah menjuarai
kompetisi ekonomi yang diadakan oleh IPB sehingga bisa masuk tanpa tes. Saa awal-awal masuk kuliah,
Elang mendapat musibah yang menyebabkan uang Rp 10 jutanya tinggal Rp 1 juta. Namun Elang enggan
memberitahu apa musibah yang dialaminya tersebut.
DIDDI AGEPE : MUSIK QAWALI UNTUK MEREKA YANG BIJAK DAN DEWASA
Di Era 1980-an Musisi ini telah muncul dengan karya-karya music film. Diddi dikenal sebagai ikon
Ethno Techno, ia terkabung dalam kelompok avan garde Indonesia bersama Frankie Raden, Suka Harjana
dan beberapa Musisi lainnya. Mereka adalah kelompok Asosasi Komposer Indonesia yang sangat kritis dan
peduli dengan perkembangan music diluar music pop komersial.
Diddi adalah Musisi dan composer senior. Karya musiknya telah menghiasi lebih dari 900 episode
sinetron yang diputar di beberapa stasiun tv serta film layar lebar. Music di sinetron Jini Oh Jini,sinetron
Pernikahan Dini, Suster Ngepot, Samson dan Lika-Liku Laki-Laki semua adalah karyanya.
Meski belum sukses secara komersial, Diddi adalah sosok yang popular. Dan, ini terus
memotivasinya untuk terus berkarya. Pada 1990, ia mulai menciptakan music religious Islami.

Mada Azhari : Passion Saya di Online


Kegagalan dalam mengelola beberapa bisnis menjadi Pelajaran berharga bagi Mada Azhari. Walau
tidak memiliki latar belakang Pendidikan media, namun ia punya ketertarikan yang besar terhadap bisnis
media. Dalam banyak hal, para Entrepreneur muda selalu berpinsip cepat ambil Keputusan, resiko
belakangan, karakteristik semacam ini sangat lazim dijumpai dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Mereka bahkan memandang dunia bisnis tidak lagi sebagai momok yang mesti ditakuti.
Ia mendirikan Perusahaan Media Citra, sesuai Namanya, perusahaannya memberikan kontirbusi bagi
sejumlah korporasi agar citrahnya kian positif. Konsep media internal yang ditawarkan rupanya menarik
minat korporasi besar seperti Bakrie yang merupakan klien pertama yang menggunakan jasa Media Citra dan
berlanjut hingga sekarang. Ibarat kembang, Media Citra dikerubuti banyak kumbang, dengan masuknya
beberapa investor maka saham kami menjadi minoritas.
Ia kemudian merancang usaha lian maka lahirlah Inventco Netmedia. Sebuah internet marketing
company yang membantu mengarahkan sebuah web agar bisa dikunjungi ribbuan traffic setiap harinya.
Tawang Titan Abe : Memanfaatkkan Kain Limbah
Belajar berbisnis sejak dibangku sekolah dasar , membuat naluri bisnis Tawan Titan Abe langsung
bekerja Ketika melihat sisa-sisa kain dari usaha konveksi bapaknya. Ketika itu teman-temannya
membutuhkan kaos seragam untuk kelompok mereka, dengan memanfaatkan sisa-sisa kain konveksi dari
milik bapak, tawarannya diterima dan ia membuat 50 kaus untuk temannya, dari bisnis tanpa modal ini ia
meraup pemasukan Rp 200 ribu.
Sejak itu ia ingin membangun sebuah distro, yang mana menurutnya melihat bapaknya banyak
menerima orderan dari distro. Melihat biaya produksinnya lumayan, setelah di jual didistro harganya bisa
melambung dua hingga tiga kali lipat, tetapi untuk distro miliknya harga produknya tidak terlalu mahal dari
harga produksinya.
Bisnisnya dimulai dari remaja, mereka yang memulai bisnis dari remaja nantinya lebih kaya
pengalaman dan lebih siap mental, disisi lain anak muda selalu ingin tampil terkini mengikuti trend
perkembangan zaman dan hal ini akan terus berlanjut meski usia bertambah, sehingga bisnis yang diraih pun
semakin banyak dan beragam. Sebaliknya mereka yang bisnis di usia dewasa cenderung statis.

WIDA SEPTARINA : NIAT BUKA USAHA INGIN BERBAGI DENGAN SESAMA


Dalam bisnis modal bukanlah yang utama. Bisnis jasa konsultan yang didirikan oleh Wida Septarina,
misalnya lebih mengandalkan investasi otak. Lewat sinergi dengan suami usahanya terus berkembang
bahkan merambah ke bisnis laundry.
Wida Septarina Wijayanti, pemilik usaha jasa konsultan serta bisnis laundry malah berpendapat,
dengan membuka usaha sendiri, ibu Rumah Tangga Justru lebih dapat membagi waktu dengan keluarga
ketimbang jika tetap sebagai karyawan. Menurutnya bisnsi yang dijalankan itu hendaknya sesuai dengan kata
hati agar tidak malah menjadikan stress. Dan yang paling penting adalah Ketika sudah siap memulai bisnis
harus siap dengan konsekuensinya. Saya dulu juga sebenernya berbisnis dari rumah, kemudian terus
berkembang hingga punya kantor, “ujar direktur Lotus Marketing & Public Relations ini.

FAHD DJIBRAN : SANG LOKOMOTIF INDUSTRI KREATIF BERBISNIS PENERBITAN


Fahd Djibran, pemimpin redaksi di Juxtapose Korporaside, sebuah perurahaan penerbitan terkemuka
di Yogyakarta. Saat ditanya apakah ada kiat-kiat dalam mentradisikan menulis, “Bagi saya, tak perlu kiat
dalam menulis. Menulislah dengan cara apa saja yang paling menyenangkan.” Tegas mantan Executive
Director Prophetic Feedom Project. Ia menulis lebih dari 15 buku antara lain : Kucing (Magnum Opus
Project,2004); Being Superstar (DAR!Mizan,2005); Revolusi Sekolah (DAR!Mizan,2006); Insomnia
Amnesia : Catatan Mahasiswa Insomnia Bagi Bangsa Amnesia (UMY Press,2007);Writing is Amazing!
(Juxtapose,2008) ; A Cat in My Eyes; Karena Bertanya tak Membuatmu Berdosa (GagasMedia,2008) ; Qum!
(Penerbit MMP,2009) ; Curhat Setan : Karena Berdosa Membuatmu selalu Bertanaya (GagasMedia,2009).
Kini ia bersama temannya mendirikan Juxtapose Korporasida adalah Perusahaan yang dibangun dengan cita
cita mensejajarkan (juxtaposing) prinsip-prinsip bisnis konvensional (corporation) dengan kemewahan
gagasan dan ilmu pengatahuan.
Pada awalnnya Juxtapose Korporasida hanya memiliki satu imprint yakni Juxtapose, namun dalam
perkembangannya, Juxtapose Korporasida membentuk kelompok penerbit Juxtapose Korporasida sebagai
Perusahaan induk (holding company) dan meluncurkan tiga imprint pada akhir tahun 2008, yaitu Penerbit
Juxtapose, Penerbit Eduka, dan Penerbit MMP.
TUGAS
Mata Kuliah: Entrepreneurship & Ekonomi Kreaktif
Dosen: Prof. Dr. Bomer Pasaribu, SH. SE. MS
Hari/Tanggal: Sabtu / 30 Desember 2023

Nama : Austin Natama


NIM : 23011004
Ringkasan Buku III b
“INDUSTRI KREATIF” OLEH WIKO SAPUTRA Tahun 2010.

BAB V
TANTANGAN DAN PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF DI INDONESIA
Pendahuluan
Bahwa Amerika Serita memiliki 20 % jumlah pengusaha dari total penduduknya. Beberapa negara
maju lainnya seperti Jepang 18%, Inggris 18 % , Singapura 10%, pada Negara Berkembang seperti China
5%, India 5% dan Malaysia 2,5 %. Sedangkan Indonesia baru memiliki 0,2 % jumlah pengusaha dari total
penduduk Indonesia yang mencapai kurang lebih 220 juta jiwa.
Keberadaan suatu pengusaha dalam suatu negara akan menciptakan produktititas tinggi. Tingkat
produktifitas yang tinggi akan mendorong menciptakan Tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi pula,
yang pada ujungnya pula mendorong Tingkat kesehjateraan Masyarakat dan menciptakan kemajuan
negaranya. Bila 0,2 % total penduduk Indonesia atau sebesar 440 ribu orang yang merupakan pengusaha
maka jumlah ini sangatlah kecil dalam skala ekonomi.
Karekteristik Entrepreneruship Kreatif
Seorang pengusaha melihat uang sebagai uang, karakter yang kuat dalam melihat peluang, sehingga
dari peluang yang ada terakumulasi beberapa nilai tambah yang bila dianggap bagi orang biasa tidak ada
artinya. Contoh Bill Gates, Ketika menempuh Pendidikan di Perguruan Tinggi melihat ada peluang yang
belum dimanfaatkan oleh Masyarakat yaitu teknologi computer. Coba bayangkan bila orang-orang seperti
Bill Gates tidak ada, agregat ekonomi tidak akan sebesar dan cepat seperti saat ini.
Prinsip pekerja keras, dunia hanya akan berubah di tangan orang-orang yang bekerja keras, akan
sangat berbeda apa yang dihasilkan antara orang pekerja keras dan orang pemalas. Dunia bisnis bukan
diciptakan untuk seorang pemalas. Sebagai contoh Kolonel Standfield, sungguh luar biasa usaha yang
dilakukannnya untuk meramu makanan jenis ayam dan memasarkannya. Beberapa kali usahanya ditolak,
hingga bahkan 1000 kali, tapi karena kolonel pekerja keras, akhirnya bayangkan besarnya usaha KFC yang
ada saat ini.
Prinsip Cerdas dan kreatif. Cerdas merupakan pembawaan sejak lahir, ada juga yang mengatakan
bagian dari proses Pendidikan, atau didapat dari tempaan kehidupan yang dapat dilalaluinya dengan baik.
Dalam konteks ini yang ditekankan dalam kecerdasan adalah bahwa orang seorang pengusaha harus cerdas
menyikap kondisi bisnis saat ini, pandai melihat peluang dan memanfaatkan peluang tersebut.
Prinsip Keikhlasan, seorang entrepreneur harus memiliki sifat keikhlasan. Sifat ini sangat berguna
Ketika, semua usaha telah dilakukan dengan baik dan menurut etika usaha maka hasilnya harus sepenuhnya
diserahkan kepada Tuhan dalam bentuk keikhlasan, Ikhlas menerima keuntungan ataupun menerima
kegagalan. Ketika prinsip ini ada dalam seorang wirausaha maka apapun yang terjadi pada usaha mereka,
mereka akan siap menghadapi dengan Ikhlas.
Tantangan Pengembangan Industri Kreatif di Indonesia
Dalam menciptakan entrepreneur-entrepreneur pada sektor industry tidaklah mudah karena banyak
aspek yang mempengaruhinya. Beberapa ini persoalan penting yang terjadi sehingga mangakibatkan tidak
berkembagnnya jiwa kewirausahaan dalam Masyarakat Indonesia.
Factor Budaya
Factor budaya merupakan factor utama yang sulit, tidak berkembangnya jiwa kewirausahaan dalam
Masyarakat Indonesia secara tidak langsung dipengaruhi oleh budaya Sejarah bahwa Indonesia secara tidak
langsung dipengaruhui oleh Sejarah bahwa Masyarakat Indonesia cukup lama mengalami penjajahan. Dan
ini masih membekas dalam karakteristik Masyarakat Indonesia yang berjiwa pekerja bukan berjiwa
pengusaha. Ini merupakan problem nasional yang rumit karena menyangkut karakteristik Masyarakat secara
umum.
Lemahnya system Pendidikan kewirausahaan
Karakteristik Masyarakat dapat diubah dengan system Pendidikan , tetapi yang terjadi justru sebaliknya
bahwa system Pendidikan yang ada saat ini sangat minim mengajarkan tentang karakter kewirausahaan.
System Pendidikan hanya memberikan pemahaman bagaimana menciptakan output, Pendidikan menjadi
pekerja-pekerja yang nanti diserap oleh pasar kerja, ini sangat menyedihkan sekali, Dimana lulusan-lulusan
perguruan tinggi dan sekolah menengah tidak dipersiapkan menjadi entrepreneur-entrepreneur yang nanti
akan menggerakan Pembangunan nasional.
Kebijakan Pemerintah
Kebijakan industry nasional belum mengadopsi karakteristik industry kreatif. Arah kebijakan masih
mengutamakan kepentingan industry-industri berskala besar. Selain itu kebijakan makro ekonomi Indonesia
pun masih belum masih memberikan kesempatan berkembangnya industriawan kreatif seperti kebijakan
impor, kebijakan suku bunga, penciptaan iklim usaha kondusif dan beberapa kebijakan lainnya yang
menimbulkan kontradiksi terhadap penciptaan industriawan kreatif.
Prospek Pengembangan Industri Kreatif di Indonesia
Peluang untuk munculnya industriawan-industriawan kreatif sebenarnya cukup besar di Indonesia,
karena dalam beberapa aspek Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan industry kreatif berikut
aspek-aspeknya.
Aspek Demografi
Dengan jumlah penduduk Indonesia yang kurang lebih 220 juta penduduk merupakan pangsa yang
sangat besar bagi produk industry kreatif. Selain itu dengan jumlah penduduk yang besar merupakan peluang
bagi sumber daya manusia (SDM) untuk menggerakkan industry kreatif di Indonesia
Potensi Sumber Daya Alam (SDA)
Indonesia memiliki potensi SDA yang amat besar terutama komponen SDA sebagai komponen
industry, seperti hasil hutan yang dapat dimanfaatkan menjadi kerajinan, kekayaan budaya yang bisa
dimanfaatkan untuk industry music dan seni, kekayaan mineral yang masih sangat besar dan kekayaan local
lainnnya yang belum digarap sebagai potensi industry.
Industrialisasi Ekonomi
Indonesia berada dalam tahap pengembangan ekonomi yang menuju pada negara industry maju di
Kawasan Asia, bila kebijakan pemerintah berada pada koridor yang baik dan stabilitas makro ekonomi dapat
dijaga maka Indonesia berpotensi sebagai penggerak utama ekonomi regional. Ini merupakan peluang bagi
berkembagnnya industry kreatif di Indonesia.
Perkembangan Ilmu Pengatahuan, Teknologi dan Informasi (IPTEK)
Perkembangan IPTEK di Indonesia semakin membaik, walaupun terhadap aspek pemanfaatannya
masih belum besar bagi sektor industry tetapi ini merupakan peluang utama untuk memanfaatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi dan informasi sebagai factor input dalam industry. Bila hal ini dapat berjalan baik
maka akan terjadi inovasi-inovasi baru dalam industry, inovasi ini bentuk dari kreatifitas sehingga
mendorong bergeraknya industry kreatif di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai