UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA
2023
TUGAS
Mata Kuliah: Entrepreneurship & Ekonomi Kreaktif
Dosen: Prof. Dr. Bomer Pasaribu, SH. SE. MS
Hari/Tanggal: Sabtu / 30 Desember 2023
BAB IV
INDUSTRIAWAN KREATIF (SUCCESS STORY)
PENDAHULUAN
Walaupun secara makro, Indonesia belum merupakan negara industri maju didunia, tapi masih
banyak pengusaha-pengusaha yang bergerak di sektor industri yang berkiprah dalam perekonomian
Indonesia. lndustriawan ini muncul sebagai jawaban dari kebijakan industri nasional yang mendorong
tumbuh dan berkembangnya industriawan-industriawan lokal, yang eksis meningkatkan perkembangan
industri di Indonesia. Mereka muncul dari kerja keras yang mereka lakukan dan kebanyakan bukan dekat
dengan kekuasaan atau warisan usaha orang tua. Tapi mereka muncul dari kerja keras dan keyakinan bahwa
Indonesia butuh sosok industriawan yang tangguh yang mampu memberikan kontribusi terhadap
pembangunan di Indonesia.
Banyak sosok industriawan Indonesia yang sukses menjadi pengusaha baik yang berskala nasional
maupun internasional. Dan banyak juga industriawan yang bergerak pada industri kreatif dan mereka sukses
rnenjadi pengusaha sukses. Pada bab ini, kita akan banyak berciri dari pengalaman industriawan kreatif
Indonesia yang sukses membangun kerajaan industri di Indonesia. Sosok yang dibahas dalam bab ini adalah
industriawan yang memulai usaha mereka dari bawah dengan berbagai macam tantangan usaha yang
dihadapi dan berbagai kegagalan yang dilalui tapi rnereka tetap bertahan dan mengapai sukses dalam usaha
mereka. Kita patut belajar banyak dari pengalaman mereka dan jadikan pengalaman ini menjadi inspirasi
untuk meniru dan mengaplikasikan pengalarnan dan ilmu mereka dalarn usaha kita masing-masing.
PROFIL INDUSTRIAWAN KREATIF INDONESIA
Kenneth Tjahjady Sudarto (1942-2005): Pendiri Matari Advertising
Dia tokoh periklanan Indonesia. Bahkan pantas digelari legcnda hidup pcriklannn Indonesia. Ken,
panggilan akrab Kenneth Tjahjady Sudnrto, salah seorang perintis periklanan Indonesia. Pendiri Matari
Advertising, ini memulai usahanya dari garasi di kawasan Cideng sampai memiliki gedung megah Puri
Matari di segitiga emas Kuningan.
Pria kelahiran Kebumen, Jawa Tengah, 16 Maret 1942, ini meninggal dunia di Rumah Sakit Mount
Elizabeth, Singapura, 5 November 2005. Ken meninggal setelah setahun lebih berjuang melawan penyakit
lymphoma (kanker kelenjar getah bening). Dia meninggalkan seorang isteri, Sylvie Febryanti Sudarto, dan
tiga anak Michael Dirgo Sudarto, Glenn Ario Sudarto dan Cynthia Anggraini Sudarto, serta tiga orang cucu
Allegra Divya, Alexa Kirana, dan Tristan Ario.
Tampaknya, sampai ajal rnenjemputnya dia terus berjuang. Sebelurn meninggal, dari CCU Rurnah
Sakit Mount Elizabeth, Singapura, Ken rnengirirn SMS kepada stafnya berbunyi: "Hidup adalah bagaikan
bendera perarig. Kadang-kadang berkibar megah, menantang. Kadang-kadang kotor, robek-robek, dan
hampir jatuh ke tangan musuh. Tapi harus tetap dipertahankan dengan gagah berani, sampai ke tangan
Tuhan".
Perjuangannya dalam dunia periklanan dimulai dari garasi di kawasan Cideng dengan dua orang
pegawai. Sebelurn mendirikan Matari (Agency Representative Matari Advertising, 1970-1971), Ken meniti
karir sebagai Manager US Summit Corporation (1964-1968), Wiraswasta (1968-1969) dan Staf Lokal
Ubersee Handcl AG (1969-1970), Kemudion sejak 1971 dia menjabat Presiden Direktur Matari Inc,
perusahaan periklanan yang semula bekerja sama dengan Mark Lean Advertising. Setelah dua tahun
kemudian memisahkan diri.
Kemudian Matari sepenuhnya menggunakan tenaga ahli lndonesia, karena menganggap merekalah
yang lebih mengenal negeri ini. Modalnya juga domestik. Sempat mengalami masa sulit tahun 1975-1976,
lantaran dia mencoba berspekulasi di luar bidang periklanan. Lalu mendapat bantuan dari klien lama. PT
Astra dan Konimex dengan membayar di muka, serta harian Sinar Harapan dan Surabaya Post bersedia
menunda penagihan. Ditambah lagi suntikan modal dari Paul Karmadi, temannya sejak kecil, dengan
membeli 30% dari seluruh saham.
Perusahaan ini kemudian berkembang pesat, menjadi biro iklan, paling lengkap di Indonesia. Matari
Inc. ini memiliki studio foto, amphi-theater, studio rekarnan modem, perpustakaan, dan fasilitas komputer.
Juga memiliki kantor di gedung sendiri, Puri Matahari berlantai ernpat, di Jalan Rasuna Said, Jakarta. Serta
mempekerjakan sekitar 200 karyawan.
Biro iklan ini setidaknya melayani sekitar 30-an klien setiap tahun. Di antaranya Toyota, Mitsubishi,
Honda, Daihatsu, SIA, Cathay, Garuda, Fuji, Kodak, National, Sony, ITT, Unilever, BCA, dan lain-lain.
Dari setiap klien, Matari menarik agency fee 15% sarnpai 20%.
Sulung dari lima bersaudara (Ken, Imelda, Berty, Liza dan Barnbang), putera dari So Ping Hian
(ayah) dan Setiawati K Sudarto (lo Bie Lan, lbu) pedagang kelontong, ini lahir di Keburnen, Jawa Tengah,
16 Maret 1942. Mengecap pendidikan SR, Jalan Sabang, Jakarta (1954), SMP Kanisius, Jakarta (1957) dan
SMAK I, Jakarta, (1960).
Sempat kuliah di FE UI, Jakarta, sampai tingkat IV, 1965. Kemudian belajar manajemen (Smaller
Company Management Program) di Harvard Business School, AS (1982), Indonesian Senior Executive
Program VI di Insead-Fountain- Bleau, Prancis (1981) dan Managing Strategic Changes di Imede-LPPM,
Jakarta (1981).
PANCA CITA
Ketika banyak perusahaan belum mcnyadari arti penting dari suatu visi dan misi perusahaan, ia telah
menciptakan Panca Cita Matari yang akan menjadi suluh penerang bagi perjalanan bisnisnya. Panca Cita ini
diberlakukan pada saat Matari berusia sembilan tahun dan Ken Sudarto berusia 38 tahun. Kelima cita yang
menjadi pematok langkah Matari sarat dengan idealisme, profesionalisme, dan semangat kekeluargaan.
Cita pertamanya: Berpartisipasi dalam pembangunan nasional dengan penuh rasa tanggung jawab.
Pendiri Matari sangat menyadari sebagai perµsahaan yang beroperasi di negara berkembang, perusahaan ikut
bertanggung jawab dalam upaya perwujudan suatu rnasyarakat Indonesia yang sejahtera, kami akan secara
aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan nasional, terutama dalam bidang periklanan.
Cita kedua: Mengabdi kepentingan rnasyarakat. Kegiatan Matari dalam bidang periklanan akan
dilakukan secara kreatif, rnenciptakan karya yang bermutu, jujur, serasi dengan lingkungan, sehingga
sungguh-sungguh mencerminkan pengabdian kepada kepentingan masyarakat.
Cita ketiga: Menciptakan suasana kerja yang dilandasi rasa kekeluargaan. Dari awal Matari
dirancang sebagai suatu keluarga besar yang dipadukan dalam satu organisasi bisnis. Di mana perusahaan
akan senantiasa memperjuangkan terciptanya suasana kerja yang sesuai dan menyenangkan menuju
peningkatan taraf ketrampilan dan kehidupan.
Cita keempat: Mcnghasilkan pendapatan yang dapat membiayai pengembangan dan kelangsungan
hidup perusahaan. Berikutnya demi kelangsungnn hidupnyn perusahaan, menjadi penting untuk terus
menerus mcngusahnkan tercapainya pendapatan yang mampu memenuhi pembiayaan kegiatan bisnis,
menyediakan tercapainya pendapatan yang mampu memenuhi pembiayaan kegiatan bisnis, menyediakan
laba untuk para pemegang saham, serta melakukan investasi untuk perluasan usaha.
Cita kelima: Memberikan kesempatan kepada setiap warganya untuk maju dan berkembang. Untuk
menjamin adanya kegairahan dan ketentraman kerja, perusahaan akan memberikan imbalan yang wajar serta
kesempatan yang sama untuk maju dan berkembang sesuai dengan kemampuan kami masing-masing.
Kelima cita ini telah menjadi pembimbing tindak dari Matari Advertising dalam setiap langkahnya.
"Panduan semacam ini rnemungkinkan Matari memiliki nilai-nilai ideologis yang akan terus
membimbingnya ke masa depan," tutur Aswan Soendojo, yang menerima tongkat estafet untuk
melanjutkan kepemimpinan di Matari.
Perjalanan Matari Advertising sesungguhnya mencerminkan perjalanan industri periklanan
Indonesia. Banyak terobosan penting di industri periklanan muncul dari kiprah Matari, khusus lagi dari
tangan Ken Sudarto. Ketika ia rnemutuskan untuk lengser dari Matari, bulan Maret lalu, maka rnenjadi
penting bagi karni untuk menuliskan suatu commemorative report mengenai kiprahnya di industri periklanan.
Tanpa sentuhan tangannya, majalah yang kini Anda pegang rnungkin tak akan pemah lahir ke dunia.
BAB V
TANTANGAN DAN PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF DI INDONESIA
Pendahuluan
Bahwa Amerika Serita memiliki 20 % jumlah pengusaha dari total penduduknya. Beberapa negara
maju lainnya seperti Jepang 18%, Inggris 18 % , Singapura 10%, pada Negara Berkembang seperti China
5%, India 5% dan Malaysia 2,5 %. Sedangkan Indonesia baru memiliki 0,2 % jumlah pengusaha dari total
penduduk Indonesia yang mencapai kurang lebih 220 juta jiwa.
Keberadaan suatu pengusaha dalam suatu negara akan menciptakan produktititas tinggi. Tingkat
produktifitas yang tinggi akan mendorong menciptakan Tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi pula,
yang pada ujungnya pula mendorong Tingkat kesehjateraan Masyarakat dan menciptakan kemajuan
negaranya. Bila 0,2 % total penduduk Indonesia atau sebesar 440 ribu orang yang merupakan pengusaha
maka jumlah ini sangatlah kecil dalam skala ekonomi.
Karekteristik Entrepreneruship Kreatif
Seorang pengusaha melihat uang sebagai uang, karakter yang kuat dalam melihat peluang, sehingga
dari peluang yang ada terakumulasi beberapa nilai tambah yang bila dianggap bagi orang biasa tidak ada
artinya. Contoh Bill Gates, Ketika menempuh Pendidikan di Perguruan Tinggi melihat ada peluang yang
belum dimanfaatkan oleh Masyarakat yaitu teknologi computer. Coba bayangkan bila orang-orang seperti
Bill Gates tidak ada, agregat ekonomi tidak akan sebesar dan cepat seperti saat ini.
Prinsip pekerja keras, dunia hanya akan berubah di tangan orang-orang yang bekerja keras, akan
sangat berbeda apa yang dihasilkan antara orang pekerja keras dan orang pemalas. Dunia bisnis bukan
diciptakan untuk seorang pemalas. Sebagai contoh Kolonel Standfield, sungguh luar biasa usaha yang
dilakukannnya untuk meramu makanan jenis ayam dan memasarkannya. Beberapa kali usahanya ditolak,
hingga bahkan 1000 kali, tapi karena kolonel pekerja keras, akhirnya bayangkan besarnya usaha KFC yang
ada saat ini.
Prinsip Cerdas dan kreatif. Cerdas merupakan pembawaan sejak lahir, ada juga yang mengatakan
bagian dari proses Pendidikan, atau didapat dari tempaan kehidupan yang dapat dilalaluinya dengan baik.
Dalam konteks ini yang ditekankan dalam kecerdasan adalah bahwa orang seorang pengusaha harus cerdas
menyikap kondisi bisnis saat ini, pandai melihat peluang dan memanfaatkan peluang tersebut.
Prinsip Keikhlasan, seorang entrepreneur harus memiliki sifat keikhlasan. Sifat ini sangat berguna
Ketika, semua usaha telah dilakukan dengan baik dan menurut etika usaha maka hasilnya harus sepenuhnya
diserahkan kepada Tuhan dalam bentuk keikhlasan, Ikhlas menerima keuntungan ataupun menerima
kegagalan. Ketika prinsip ini ada dalam seorang wirausaha maka apapun yang terjadi pada usaha mereka,
mereka akan siap menghadapi dengan Ikhlas.
Tantangan Pengembangan Industri Kreatif di Indonesia
Dalam menciptakan entrepreneur-entrepreneur pada sektor industry tidaklah mudah karena banyak
aspek yang mempengaruhinya. Beberapa ini persoalan penting yang terjadi sehingga mangakibatkan tidak
berkembagnnya jiwa kewirausahaan dalam Masyarakat Indonesia.
Factor Budaya
Factor budaya merupakan factor utama yang sulit, tidak berkembangnya jiwa kewirausahaan dalam
Masyarakat Indonesia secara tidak langsung dipengaruhi oleh budaya Sejarah bahwa Indonesia secara tidak
langsung dipengaruhui oleh Sejarah bahwa Masyarakat Indonesia cukup lama mengalami penjajahan. Dan
ini masih membekas dalam karakteristik Masyarakat Indonesia yang berjiwa pekerja bukan berjiwa
pengusaha. Ini merupakan problem nasional yang rumit karena menyangkut karakteristik Masyarakat secara
umum.
Lemahnya system Pendidikan kewirausahaan
Karakteristik Masyarakat dapat diubah dengan system Pendidikan , tetapi yang terjadi justru sebaliknya
bahwa system Pendidikan yang ada saat ini sangat minim mengajarkan tentang karakter kewirausahaan.
System Pendidikan hanya memberikan pemahaman bagaimana menciptakan output, Pendidikan menjadi
pekerja-pekerja yang nanti diserap oleh pasar kerja, ini sangat menyedihkan sekali, Dimana lulusan-lulusan
perguruan tinggi dan sekolah menengah tidak dipersiapkan menjadi entrepreneur-entrepreneur yang nanti
akan menggerakan Pembangunan nasional.
Kebijakan Pemerintah
Kebijakan industry nasional belum mengadopsi karakteristik industry kreatif. Arah kebijakan masih
mengutamakan kepentingan industry-industri berskala besar. Selain itu kebijakan makro ekonomi Indonesia
pun masih belum masih memberikan kesempatan berkembangnya industriawan kreatif seperti kebijakan
impor, kebijakan suku bunga, penciptaan iklim usaha kondusif dan beberapa kebijakan lainnya yang
menimbulkan kontradiksi terhadap penciptaan industriawan kreatif.
Prospek Pengembangan Industri Kreatif di Indonesia
Peluang untuk munculnya industriawan-industriawan kreatif sebenarnya cukup besar di Indonesia,
karena dalam beberapa aspek Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan industry kreatif berikut
aspek-aspeknya.
Aspek Demografi
Dengan jumlah penduduk Indonesia yang kurang lebih 220 juta penduduk merupakan pangsa yang
sangat besar bagi produk industry kreatif. Selain itu dengan jumlah penduduk yang besar merupakan peluang
bagi sumber daya manusia (SDM) untuk menggerakkan industry kreatif di Indonesia
Potensi Sumber Daya Alam (SDA)
Indonesia memiliki potensi SDA yang amat besar terutama komponen SDA sebagai komponen
industry, seperti hasil hutan yang dapat dimanfaatkan menjadi kerajinan, kekayaan budaya yang bisa
dimanfaatkan untuk industry music dan seni, kekayaan mineral yang masih sangat besar dan kekayaan local
lainnnya yang belum digarap sebagai potensi industry.
Industrialisasi Ekonomi
Indonesia berada dalam tahap pengembangan ekonomi yang menuju pada negara industry maju di
Kawasan Asia, bila kebijakan pemerintah berada pada koridor yang baik dan stabilitas makro ekonomi dapat
dijaga maka Indonesia berpotensi sebagai penggerak utama ekonomi regional. Ini merupakan peluang bagi
berkembagnnya industry kreatif di Indonesia.
Perkembangan Ilmu Pengatahuan, Teknologi dan Informasi (IPTEK)
Perkembangan IPTEK di Indonesia semakin membaik, walaupun terhadap aspek pemanfaatannya
masih belum besar bagi sektor industry tetapi ini merupakan peluang utama untuk memanfaatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi dan informasi sebagai factor input dalam industry. Bila hal ini dapat berjalan baik
maka akan terjadi inovasi-inovasi baru dalam industry, inovasi ini bentuk dari kreatifitas sehingga
mendorong bergeraknya industry kreatif di Indonesia.