PENDAHULUAN
2.1 Geografis
Secara astronomis, Kecamatan Towea terletak di bagian Utara pulau Muna.
Secara geografis, Towea terletak di bagian Utara garis khatulistiwa, memanjang dari
utara ke selatan di antara 4.500 – 4.360 Lintang Selatan dan membentang dari Barat
ke Timur diantara 122.410 - 121.450 Bujur Timur.
Batas wilayah administrasi Kecamatan Towea sebagai berikut:
Sebelah utara berbatasan dengan Selat Tampo.
Sebelah Timur berbatasan dengan selat Buton.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Napabalano.
Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Tiworo.
Kecamatan Towea terdiri dari desa yaitu :
1. Renda
2. Langkarama
3. Moasi
4. Bontu-bontu
2.2 Iklim
Kecamatan Towea pada umumnya beriklim tropis dengan suhu rata-rata antara
25 °C – 27 °C. Seperti halnya daerah lain di Kabupaten Muna, pada bulan November
sampai Juni angin bertiup dari benua Asia dan samudera pasifik mengandung banyak
uap air yang menyebabkan terjadinya hujan di sebagian besar wilayah Indonesia,
termasuk Kecamatan Towea. Sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan juli dan
oktober, dimana pada bulan ini angin bertiup dari benua Australia yang sifatnya
kering dan sedikit mengandung uap air. Seperti halnya daerah Sulawesi Tenggara
pada umumnya, di Kecamatan Towea angin bertiup dengan arah yang tidak
menentu,yang mengakibatkan curah hujan yang tidak menentu pula, dan keadaan ini
dikenal sebagai musim pancaroba.
Musim hujan terjadi pada bulan November sampai dengan Juni, dimana angin
yang mengandung banyak uap air bertiup dari benua Asia dan samudra pasifik
sehingga menyebabkan hujan. Sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan Juli
dan bulan Oktober. Pada bulan ini angin bertiup dari benua Australia yang sifatnya
kering dan mengandung uap air yang relatif sedikit.
Secara astronomis, Kecamatan Towea terletak di bagian Utara pulau Muna . Luas
daratan Kecamatan Towea yaitu sekitar 29,02 km2 yang terletak di bagian utara Pulau
Muna. Kecamatan Towea terdiri atas 8 desa yaitu Renda, Bontu- Bontu, Moasi,
Lakarama, Wangkolabu, Tanjung Harapan, Bontu-bontu Barat dan Tangkalalo.
Kecamatan Towea pada umumnya beriklim tropis dengan suhu rata-rata antara
25 °C – 27 °C . Pada umumnya musim hujan terjadi pada bulan Desember sampai
dengan Juni dimana angin yang mengandung banyak uap air bertiup dari Benua Asia
dan Samudra Pasifik sehingga menyebabkan hujan. Sedangkan musim kemarau
terjadi antara Juli sampai November, pada bulan ini angin bertiup dari Benua
Australia yang sifatnya kering dan sedikit mengandung uap air.
Secara rata-rata, banyaknya hari hujan tiap bulan pada tahun 2016 adalah 16 hari
dengan rata-rata curah hujan 172,00 mm. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan
Februari sebesar 432,50 mm dengan jumlah hari hujan sebesar 21 hari hujan.
2.3 Pemerintahan
Untuk menjalanakan fungsi Pemerintahan, Administrasi Pemerintahan di
Kecamatan Towea di bagi menjadi beberapa wilayah administrasi desa dan
Kelurahan. Dimana Tiap desa dan kelurahan ini masing-masing dipimpin oleh kepala
desa dan kepala kelurahan. Selain itu pula, di level bawah, administrasi di tiap
desa/kelurahan dibagi menjadi Rukun Tetangga dan juga Dusun Lingkungan/dusun.
Tahun 2016 terdapat 16 Dusun/Lingkungan dan 22 Rukun Tentangga.
Untuk mendukung pelaksanaan pemerintahan, di tiap desa/kelurahan dibangun
kantor desa/kelurahan dan balai desa. Pada tahun 2017 terdapat 6 kantor
desa/kelurahan, 6 balai desa dan 2 sanggar PKK.
Dalam hal menjaga keamanan di lingkungan tempat tinggal, dibentuk Pertahanan
Sipil (Hansip) yang beranggotakan masyarakat sipil di masing-masing
desa/kelurahan. Terdapat 8 orang hansip di Wilayah Kecamatan Towea pada tahun
2016.
2.4 Penduduk
Penduduk Kecamatan Towea berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2016
sebanyak 5.169 jiwa yang terdiri atas 2.549 jiwa penduduk laki-laki dan 2.620 jiwa
penduduk perempuan dengan jumlah rumah tangga sebanyak 1.140 rumah tangga.
Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2016 penduduk laki-laki
terhadap penduduk perempuan sebesar 97.
Kepadatan penduduk di Kecamatan Towea tahun 2016 mencapai 178
jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga adalah 5 orang.
Kepadatan Penduduk di masingmasing Desa/kelurahan cukup beragam dengan
kepadatan penduduk tertinggi terletak di Desa Bhontu- Bhontu dengan kepadatan
sebesar 891 jiwa/km2 dan terendah di Desa Lakarama sebesar 81 jiwa/km2.
BAB III
LANDASAN TEORI
b. Sesuai dosisnya
Contoh penggunaan dosis yang tepat sudah saya paparkan di atas. Bagi pasien
dengan gangguan fungsi ginjal dan gangguan fungsi hati, biasanya juga memerlukan
penyesuaian dosis.
3. Si= Simpan
Simpan obat sesuai yang tertulis di kemasan, kecuali bila harus disimpan secara
khusus. Umumnya obat disimpan di tempat yang sejuk (15-25° C), tidak terkena sinar
matahari langsung, tidak di tempat yang lembab, dan jauhkan dari jangkauan anak-
anak. Fungsi hal di atas, jelas agar obat tidak mudah rusak, karena obat umumnya ada
yang teroksidasi oleh sinar matahari, dan dapat mengakibatkan obat berkurang
stabilitasnya sehingga jadi lengket-lengket dan rusak. Kelembaban juga akan
membuat obat terurai. Anak-anak harus dijauhkan dari obat, agar tidak sembarangan
memasukkannya ke mulut/dibuat mainan. Bila ada kotak obat, masukkan obat dalam
kotak/lemari tersebut. Penyimpanan khusus seperti di dalam kulkas, biasanya
diperuntukkan untuk sediaan suppositoria (dimasukkan lewat anus), karena pada suhu
ruang, sediaan suppositoria ini akan meleleh/mencair. Insulin dan vaksin yang belum
dibuka, juga disimpan di kulkas dengan suhu tertentu. Antibiotik yang dilarutkan air,
juga disimpan dikulkas setelah dibuka, dan hanya bertahan maksimal 7 hari masa
kadaluwarsanya. Masih banyak jenis obat-obat lain yang penyimpanannya di kulkas,
baik di bagian bawah (suhu yang lebih rendah), maupun di freezernya. Penyimpanan
harus benar karena terkait stabilitas obat. Bahkan ada obat yang bila disimpan di suhu
ruang maka proses terurainya akan meningkat sekian puluh persen, lalu menjadi cepat
rusak. Sebaliknya, obat yang seharusnya disimpan di suhu sejuk, bila dimasukkan
kulkas menjadi tidak berfungsi.
4. Bu= Buang
Membuang obat juga ada tata caranya. Obat dibuang, dikarenakan sudah rusak
atau kadaluwarsa, sehingga tidak dapat lagi digunakan. Bagi apoteker yang bekerja di
apotek/rumah sakit, pembuangan atau pemusnahan obat tertentu seperti narkotik dan
psikotropik, harus ada saksi dan dibuatkan berita acaranya.
Pembuangan obat bebas (logo bulatan hijau), obat bebas terbatas (logo bulatan
biru), dan obat keras (logo huruf K dengan bulatan merah) dapat dilakukan sendiri
oleh masyarakat. Agar tidak disalahgunakan oleh pihak lain, obat sebaiknya dibuang
dengan cara tertentu sehingga benar-benar tidak berbentuk lagi. Prinsip pertama,
gunakan masker dan sarung tangan, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,
seperti menghirup bau menyengat obat yang sudah kadaluwarsa. Prinsip kedua, semua
bentuk sediaan harus hancur terlebih dahulu sebelum dibuang.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
KOLAKA, …. JUNI ….
PEMOHON
NINING ASTRIANI
DAFTAR ISI