PENDAHULAN
Pulau Sulawesi dan sekitarnya termasuk dalam daerah yang kompleks akibat
dari interaksi tiga lempeng, yaitu Lempeng Australia, Lempeng Pasifik, dan
Lempeng Eurasia. Bentuk pulau yang seperti huruf K dapat menunjukkan adanya
kompleksitas geologi di Pulau Sulawesi (Martosuwito, 2012).
1
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tekait dengan
faktor -faktor penyebab terjadinya loosing pada proses pengolahan Emas dalam
system penambangan hydraulic pada perusahaan PT. Panca Logam Makmur.
2
1.5 Manfaat Penelitiaan
3
BAB II
TINJAUAN UMUM
4
Daerah penyelidikan ditempuh dengan menggunakan kendaraan beroda
dua atau beroda empat dengan jarak ± 20 km dari Kota Bombana dan waktu
tempuh ± 1 jam. (Gambar2.1).
Keterangan
nnn :
PT.Panca Logam
Makmur
5
2.3 Keadaan Iklim
Lokasi IUP bahan galian emas PT. Panca Logam Makmur Desa
Wumbubangka, Kecamatan Rarowatu Utara, secara klimatologi masukke dalam
Stasiun Hukaea.Perubahan yang mungkin terjadi akibat kegiatan pertambangan
ini hanya pada iklim mikro. Kondisi iklim mikro ini meliputi temperatur,
kelembaban dan evapotranspirasi yang kesemuanya dipengaruhi oleh curah hujan,
hari hujan dan kecepatan angin. Berdasarkan hasil perhitungan data CH pada
Stasiun Hukaea didapatkan curah hujan tahunan di Kecamatan Rarowatu Utara
sebesar 743.1 mm/tahun, dan jumlah hari hujan sebesar 78.4 hari. Berdasarkan
data curah hujan pada Satsiun Hukaea maka diperoleh curah hujan yang paling
tertinggi terdapat pada bulan juni dengan rata-rata curah hujan 111.6 mm/bulan
dan curah hujan yang terendah terdapat pada bulan oktober dengan rata- rata
curah hujan sebesar 15.4mm/bulan. Kondisi temperatur udara di Kecamatan
Rarowatu Utara Kabupaten Bombana berkisar antara 23 - 27.3o C dengan
kelembaban relatif bulanan selama 10 tahun terakhir berkisar 71,5-86,5%.
Evapotranspirasi Berkisar 2,5- 4,9 mm/hari.
Lokasi PT. Panca Logam Makmur dapat dijangkau dengan jalur darat dengan
menggunakan motor sekitar 3-4 jam dari Desa popalia Kecamatan Tanggetada
Kabupaten Kolaka.
6
(Sumber Google Earth) Gambar 2.2 Lokasi kesampaian daerah
2.5 GeologiUmum
2.5.1 Morfologi
7
fisik tertentu. Pengelompokkan bentang alam menjadi satuan-satuan geomorfologi
berdasarkan beberapa faktor melalui tiga pendekatan yaitu : pendekatan genetik,
bentuk dan parametris.
Tabel 2.2 Klasifikasi satuan bentang alam berdasarkan genetik pada sistem
ITC (Van Zuidam, 1985)
1. Struktural Ungu
2. Vulkanik Merah
3. Denudasional Coklat
4. Marine Hijau
7. Karst Orange
8. Eolian Kuning
8
parameter dari setiap topografi seperti bentuk puncak, bentuk lereng, bentuk
lembah.
Tabel 2.3 Klasifikasi satuan bentang alam berdasarkan sudut lereng dan beda
tinggi (Van Zuidam ,1985)
Bergelombang/ miring 8 – 13 51 – 75
9
Dasar penamaan satuan bentang alam daerah penelitian didasarkan atas dua
aspek pendekatan yaitu pendekatan bentuk dan pendekatan parametris. Maka
pembagian satuan bentang alam daerah peneltitian terdiri atas :
Satuan ini menempari bagian timur laut daerah penelitian melampar sekitar
80% dengan ketinggian antara 60 sampai 80 meter di atas permukaan laut,
memiliki kemiringan rata-rata sekitar 5-10o. Satuan ini tersusun oleh
batuan-batuan yang kurang resisten dari endapanKuarter.
2.5.2 Stratigrafi
Satuan EndapanKuarter
10
kasar berupa fragmen kuarsit, batuan terkersikan, mineral kuarsa, mineral mika,
mineral hematit, ilmenit, titanit dan mineral logam berat lainnya yang
mengambang di dalam matriks berukuran pasir sedang – lempung berwarna coklat
kehijauan. Beberapa singkapan memperlihatkan ketebalan yang bervariasi antara
20cm – 8 meter. Endapan ini diperkirakan merupakan hasil dari proses
pengendapan aluvial purba berarus kuat dengan arah relatif barat-timur. Endapan
semacam ini sering disebut paleoaluvial yang terbentuk pada Zaman Kuarter dan
endapan aluvial resen yang berada di sekitar sungai. Endapan paleoaluvial
terbentuk karena adanya arus transportasi yang kuat melewati penghalang berupa
barisan gelombang di perbukitan bagian barat dan selatan daerah penyelidikan
telah mengakibatkan fragmen-fragmen kerikil-berangkal pada bagian muka (front)
dan didominasi oleh endapan-endapan pasir- kerikil pada bagian belakang (back)
lensa pengendapan. Arus kuat yang berakibat gaya turbulensi serta putaran
memusat menyebabkan mineral-mineral logam berat banyak terendapkan. Satuan
ini melampar kurang lebih 60 % dari daerah penyelidikan.
11
2. Satuan Batuan Metamorf
Hal ini dapat dibuktikan di lapangan melalui perlapisan endapan Kuarter yang
membentuk arah perlapisan relatif utara-selatan. Pada bagian barat daerah
penyelidikan terlihat beberapa perlapisan dengan kemiringan lapisan yang landai
atau sekitar10º.
Daerah aliran sungai yang ada di sekitar wilayah Izin Usaha Pertambangan
PT. Panca Logam Makmur terdiri atas sungai Watu-watu dengan sejumlah anak
sungainya dan Sungai Langkowala. Kedua sungai ini melintasi wilayah IUP PT.
Panca Logam Makmur, sungai-sungai ini ditemukan dalam kondisi sudah tidak
mengalir karena adanya sedimen dan endapan lumpur dari hasil pendulangan
12
emas oleh pertambangan rakyat. Dalam musim kemarau kondisi debit air di
sungai Lasangi dan Watu-watu mengalami penurunan secara drastic dengan laju
aliran relative kecil dan hanya terjadi genangan-genangan pada daerah cekung dan
bahkan sebagai besar anak sungai disekitarnya mengalami kekeringan.
Jenis flora yang ada di kawasan Izin Usaha Pertambangan PT. Panca Logam
Makmur pada umumnya padang rumput yang didominasi oleh spesies alang-alang
yang menempati di bagian tengah kawasan. Sedangkan sebagian lainnya yaitu
merupakan hutan campuran yang tumbuh pada sekitar sungai. Jenis tumbuhan
yang ada antara lain terdiri dari spesies Akasia, Jambu mete, Longkida, Kalaube,
Bambu, Rumbia dan asam pada berbagai ukuran dan beberapa spesies tumbuhan
bawah antara lain Dodai. Jumlah individu setiap jenis juga relatif sedikit, kecuali
alang-alang. Komposisi vegetasi seperti ini menunjukkan bahwa kondisi habitat
kurang mendukung bagi pertumbuhan beragam spesies tumbuhan karena tingkat
kesuburan yang rendah.
Fauna yang ada dilokasi adalah babi hutan, rusa, pipit, katak, ular, biawak dan
monyet. Daya dukung habitat terutama sebagai sumber makanan untuk berbagai
spesies fauna sangat kurang, sehingga spesies-spesies yang hidup sebagian besar
adalah pemakan rumput (alang-alang).
13
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1 Emas
Emas ialah unsur kimia dalam sistem periodik unsur yang mempunyai
simbol Au (aurum) dan nomor atom 79. Emas merupakan logam lembut, berkilat,
berwarna kuning, padat, mudah ditempa, mudah ditarik, logam peralihan (trivalen
dan univalen), dan stabil, emas tidak bertindak bereaksi dengan kebanyakan bahan
kimia. Walau bagaimanapun emas dapat bereaksi dengan klorin, fluorin dan akua
regia. Logam ini selalunya hadir dalam bentuk bongkahan dan butiran batuan dan
pendaman aluvial.
14
emas dalam mempercepat partikel. Namun emas yang murah tetaplah emas
alamiah yang harus ditambang.
Emas ialah unsur logam yang berwarna kuning berkilauan tetapi boleh
juga berwarna seperti delima atau hitam apabila dibahagi dengan halus. Larukan
koloidemaspula mempunyaiwarna berkeamatan tinggi yangbiasanya warnaungu.
15
Warna yang terdapat pada emas adalah disebabkan oleh frekuensi plasmon emas
yang terletak pada julat penglihatan, mengakibatkan warna merah dan kuning
dipantulkan sementara warna biru diserap. Hanya koloid perak mempunyai
interaksi yang sama terhadap cahaya, tetapi dalam frekuensi yang lebih pendek,
Emas juga merupakan logam yang paling mudah ditempa dan ditarik. Satu gram
emas boleh ditempa menjadi satu keranjang berukuran panjang satu meter dan
lebar satu meter. Emas biasanya dialoikan dengan logam yang lain untuk
menjadikannya lebih keras.Emas merupakan penghantar panas dan listrik yang
baik, dan tidak dipengaruhi oleh udara dan kebanyakan reagen. Secara kimianya,
logam emas tidak boleh diubah oleh panas, kelembapan.
Emas asli mengandungi antara 8% dan 10% perak, tetapi biasanya kandungan
tersebut lebih tinggi. Aloi semula jadi dengan kandungan perak yang tinggi
dipanggil elektrum. Apabila jumlah perak bertambah, warnanya menjadi lebih
putih. Aloi dengan kuprum menghasilkan logam kemerahan, aloi besi berwarna
hijau, dan aloi aluminum berwarna ungu. Keadaan pengoksidaan emas yang biasa
yang termasuk +1 dan +3.
a. Kristalisasi
b. Gravitasi
c. Pemisahan cairan
d. Assimilasi
16
Melalui differensiasi unsur-unsur magma mengalami perubahan dan
membentuk endapan mineral sulfida dan oksida magmatik yang biasanya tersebar.
Sebelum kristalisasi berakhir seluruh cairan sisa akan ditekan keluar membentuk
pegmatit, dan kemudian apabila pemadatan telah atau hampir sempurna, akan
terbentuk larutan sisa magma yang mudah bergerak (larutan hidrothermal).
Larutan ini akan membentuk endapan logam/mineral epigenetik (Suganda).
17
vertikal berupa sumuran (shaft) sebagai akses masuk ke dalam tambang.
Penambangan dilakukan dengan menggunakan peralatan sederhana ( seperti pahat,
palu, cangkul, linggis, belincong ) dan dilakukan secara selektif untuk memilih
bijih yang mengandung emas baik yang berkadar rendah maupun yang berkadar
tinggi.
Beberapa karakteristik dari bijih tipe vein ( urat ) yang mempengaruhi teknik
penambangan antara lain :
1. Komponen mineral atau logam tidak tersebar merata pada badan urat.
2. Mineral bijih dapat berupa kristal-kristal yang kasar.
3. Kebanyakan urat mempunyai lebar yang sempit sehingga rentan dengan
pengotoran ( dilution ).
4. Kebanyakan urat berasosiasi dengan sesar, pengisi rekahan, dan zona
geser (regangan), sehingga pada kondisi ini memungkinkan terjadinya
efek dilution pada batuan samping.
5. Perbedaan assay ( kadar ) antara urat dan batuan samping pada umumnya
tajam, berhubungan dengan kontak dengan batuan samping, impregnasi
pada batuan samping, serta pola urat yang menjari ( bercabang ).
6. Fluktuasi ketebalan urat sulit diprediksi, dan mempunyai rentang yang
terbatas, serta mempunyai kadar yang sangat erratic ( acak / tidak
beraturan ) dan sulit diprediksi.
7. Kebanyakan urat relatif keras dan bersifat brittle.
Emas juga ditemukan dalam bentuk emas aluvial yang terbentuk karena
proses pelapukan terhadap batuan-batuan yang mengandung emas (gold-bearing
18
rocks, Lucas, 1985). Proses oksidasi dan pengaruh sirkulasi air yang terjadi pada
cebakan emas primer pada atau dekat permukaan menyebabkan terurainya
penyusun bijih emas primer.
Cebakan emas sekunder atau yang lebih dikenal sebagai endapan emas
aluvial merupakan emas yang diendapkan bersama dengan material sedimen yang
terbawa oleh sungai atau gelombang laut adalah karakteristik yang umum mudah
ditemukan dan ditambang oleh rakyat, karena kemudahan penambangannya.
Cebakan emas aluvial dicirikan oleh kondisi endapan sedimen bersifat lepas
dengan kandungan logam emas berupa butiran, dapat ditambang dan diolah
dengan cara pemisahan emas secara fisik, menggunakan peralatan sederhana.
Cebakan emas aluvial dengan sebaran berada pada permukaan atau dekat
permukaan mudah dikenali, dengan karakteristik bersifat lepas, dan emas sudah
dalam bentuk logam (native), cukup diolah dengan cara pemisahan secara fisik.
19
Secara umum penambangan emas aluvial dilakukan berdasarkan atas prinsip :
Butir emas sudah terlepas sehingga bijih hasil galian langsung mengalami proses
pengolahan.
Berdasarkan lokasi keterdapatan, pada umumnya kegiatan penambangan
dilakukan pada lingkungan kerja berair seperti sungai-sungai dan rawa-rawa,
sehingga dengan sendirinya akan memanfaatkan air yang ada di tempat
sekitarnya.
20
Persediaan air cukup - Karena apabila persediaan air tidak cukup akan
menggangu waktu proses penyemprotan dan alangkah baiknya lokasi
penampungan air di usahakan sedekat mungkin dengan lokasi penambangan.
Pompa adalah alat untuk memindahkan air dari tempat yang rendah ketempat
yang lebih tinggi. Menurut prinsipnya pompa digolongkan :
Pipa atau Selang, digunakan untuk menghubungkan air dari bak penampung
ke pompa isap, pompa tekan, monitor atau giant. Selain juga digunakan untuk
menghubungkan lumpur endapan dari bak penampung ke pompa isap, sluice box,
21
washing plan, yang selanjutnya ke bak tailing dan bak konsentrat atau bijih yang
dikehendaki.
Sluice Box, yaitu alat mirip seperti talang yang di buat miring dan pada
dasarnya terdapat Riffle yang digunakan untuk menghanyutkan lumpur endapan
placer. Prinsip kerja sluice box yaitu dengan prinsip berat jenis, sehingga apabila
mineral – mineral yang terdapat dalam lumpur yang masuk ke sluice box berat
jenisnya lebih besar dari berat jenis air maka akan tertahan pada riffle tersebut
sedangkan yang lebih ringan atau sama dengan air akan terbawa aliran air yang
selanjutnya dibuang sebagai tailing.
Washing Plant ( Mud box ), Yaitu alat yang digunakan untuk mencuci atau
menghilangkan material – material pengotor yang masih menempel pada mineral
yang dikehendaki.
Awalnya air yang berada pada bak penampung air disedot dengan pompa isap
yang ditempatkan pada rumah jig yang kemudian ditekan dengan pompa tekan ke
monitor atau giant yang selanjutnya diarahkan kelapangan tempat endapan placer
atau alluvial berada.
22
monitor kembali diarahkan ke atas guna membongkar lagi lapisan penutup, begitu
seterusnya.
Sisa – sisa dari lumpur pengotor yang tidak tertampung oleh riffle pada
sluice box kemudian dikeluarkan melalui pipa ke bak penampung tailing dan
pengotor hasil pencucian dari washingplan juga demikian sedangkan mineral yang
dikehendaki disalurkan melalui pipa ke bak penampung konsentrat demikian
berulang – ulang.
Pada tambang semprot digunakan alat semprot ( monitor ) dan pompa untuk
memberaikan batuan dan selanjutnya lumpur hasil semprotan dialirkan atau
dipompa ke instalasi konsentrasi ( sluicebox / kasbok ). Cara ini banyak dilakukan
23
pada pertambangan skala kecil termasuk tambang rakyat dimana tersedia sumber
air yang cukup, umumnya berlokasi di atau dekat sungai.
3.7.2 Dredging
24
atau lembah yang tersedia banyak air. Pada tambang ini banyak dilakukan pada
pertambangan skala kecil termasuk tambang rakyat dengan menggunakan kapal
keruk (dredge) atau dengan dragline yang dikombinasi dengan pengolahan di atas
pontoon (floating washing plants).
a. Tambang Terbuka
25
BAB IV
METODOLOGI DAN HASIL KERJA PRAKTEK
1. Studi Literatur
Studi literatur dijadikan sebagai pedoman dasar pada kegiatan kerja praktek
dan penentuan langkah – langkah yang bersumber pada referensi – referensi dan
juga sejumlah informasi yang terdapat dilokasi kerja praktek yang sesuai dengan
pokok permasalahan.
2. Observasi Lapangan
3. Pengumpulan Data
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data primer, data primer berupa data
jumlah emas yang diperoleh setiap harinya, data instrumen yang digunakan dan
data kecepatan aliran air.
26
4. Pengolahan Data
V=
s = Jarak (m)
t = Waktu (s)
5. Analisis Data
6. Penyusunan Laporan
27
4.1.3 Bagan Alir Kerja Praktek
Mulai
Studi Literatur
Observasi Lapangan
Pengambilan Data
⌑ Data kecepatan
aliran air
Pengolahan Data
Analisis Data
Kesimpulan
28
4.2 Hasil Kerja Praktek
4.2.1 Instrumen Yang Digunakan
pada pengolahan emas di PT. Panca Logam Makmur ada beberapa
instrumen yang di gunakan di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Mesin
Mesin yang digunakan pada proses pengolahan emas di PT. Panca Logam
Makmur ada dua jenis, yaitu: mesin pemutar pompa penyedot bahan galian dan
mesin pemutar pompa air penyemprotan ke dua mesin tersebut bermerek Dong
Feng 26 PK. Berikut adalah gambar mesin yang digunakan.
29
b. Pompa Air
Pompa air yang digunakan pada pengolahan emas di PT. Panca Logam
Makmur ini ada dua yaitu: Pompa Penyedot bahan galian dan pompa penyedot air
penyemprotan. Berikut adalah gambar pompa air yang digunakan
30
c. Selang
Selang yang digunakan pada proses pengolahan emas di PT. Panca Logam
Makmur ada tiga, yaitu: Selang air penyemprotan berupa selang terpal yang 4
inch dan panjangnya ± 100 meter, selang monitor yang berupa selang benang
dengan ukuran 3 inch dengan panjang 20 meter dan selang penyedot air
penyemprotan berupa selang spiral yang 4 inch dengan panjang 7 meter. Berikut
adalah gambar selang yang digunakan.
31
d. Pipa Paralon
Pipa yang digunakan pada proses pengolahan emas di PT. Panca Logam
Makmur ada dua yaitu: Pipa penyedor bahan galian panjang pipa ini ±3 mete dan
pipa penyalur bahan galian panjangnya sekitar 12 meter masing-masing pipa
tersebut berdiameter 36 cm. Berikut adalah gambar pipa yang digunakan
32
e. sluice box
Berikur adalah gamabr Sluice Box yang digunakan pada Proses Pengolahan
emas pada PT. Panca Logam Makmur.
f. Wajan Pendulangan
33
4.2.2 Hasil Pengolahan Data Lapangan
Tabel 4.1 Hasil Pengolahan Data Lapangan di PT. Panca Logam Makmur.
34
BAB V
PEMBAHASAN
5.2 Tahapan Pengolahan Emas
Adapaun tahapan pengolahan emas pada PT. Panca Logam Makmur adalah
sebagai berikut.
2. Air yang mengalir dengan tekanan tinggi melalui selang monitor kemudian
digunakan untuk proses penyemprotan bahan galian untuk memisahkan bahan
galian tertentu dengan bahan galian lainnya sebelum melewati proses
penyaringan.
35
3. Bahan galian yang telah melewati proses penyemprotan kemudian disedot
dengan menggunakan pompa air penyedotan bahan galian melalui pipa
pengisapan.
4. Bahan galian yang telah disedot dengan menggunakan pompa air penyedotan
kemudian dialirkan melalui pipa paralon menuju proses penyaringan pada
sluice box
36
5. Setelah bahan galian teralirkan melalui sluice box, maka bahan galian tertentu
akan tersaring oleh karpet sluice box.
6. Karpet sluice box yang digunkan untuk menyaring bahan galian tersebut
kemudian dicuci pada bak penampungan.
37
8. Kemudian hasil bahan galian yang telah didulang akan dibakar sebagai
sebagai tahap akhir pada proses pengolahan ini sehingga untuk mendapatkan
emas yang diinginkan.
Kecepatan aliran air merupakan hal yang paling penting dalam proses
pengolahan emas pada PT. Panca Logam Makmur karena dikarenakan sistem
penambangan yang digunakan adalah sistem hydraulic sehingga harus
membutuhkan perhatian khusus tidak boleh terlau cepat dan tidak boleh juga
terlalu lambat.
38
5.2.2 Dimensi Sluice Box
Pada lokasi penelitian ini sluice box yang digunakan memiliki kemiringan 15
derajat dan ukuran bagian-bagiannya dijelaskan sebagai berikut :
1) Papan Luncur
Papan luncur berfungsi sebagai wadah pengaliran bahan galian yang padanya
berlangsung pula proses penyaringan melalui bagian sluice box lainnya. Pada
lokasi penelitian ini papan luncur yang digunakan berukuran panjang 4 meter,
lebar 40 cm dan tinggi 25 cm . Dari hasil perkalian panjang, lebar dan tinggi
tersebut ditemukan volume papan luncur 0,4 M3.
Kotak sluice box berfungsi sebagai wadah penampungan bahan galian yang
dilepaskan pipa paralonn untuk kemudian dialirkan ke arah riffles. Pada lokasi
penelitian ini kotak sluice box yang digunakan berukuran panjang ialah 33 cm,
lebar 30 cm serta tinggi 37 cm. Dari hasil tersebut maka ditemukan volume 0,03
m3.
39
3) Riffles
Proses kerja karpet sluice box merupakan tahapan final dari proses
penyaringan sluice box. Karpet sluice box berfungsi sebagai penyaring bahan
galian. Karpet yang digunakan berukuran panjang 104 cm, lebar 63 cm yang
berjumlah 7 lembar dalam satu sluice box.
5) Dredging Riffles
Berfungsi sebagai penghalang bahan galian yang dialirkan pada sluice box
yang letaknya tepat berada diatas karpet dengan tujuan agar terjadi turbulensi pada
aliran bahan galian tersebut sehingga mampu meningkatkan daya tangkap dari
karpet sluice box. Pada lokasi penelitian ini dredging riffles yang digunakan
berbentuk balok dengan ukuran panjang 40 cm, lebar 2 cm, dan tinggi 2,5 cm.
dredging riffles yang digunakan pada sluice box berjumlah 6 buah dengan jarak
antara 66,6 cm.
40
Gambar 5.10 Grafik pengaruh kecepatan air terhadap penyebab terjadi loosing
Pada gambar grafik 5.10 menunjukkan bahwa kecepatan aliran air sangat
mempengaruhi terjadinya loosing dalam proses pengolahan emas di PT. Panca
Logam Makmur, karena jika kecepatan aliran air tinggi akan terjadi loncatan
material pada sehingga proses penyaringan pada karpet akan tidak maksimal hal
ini dapat dilihat pada percobaan 8, percobaan 9 dan 10 yang mana kecepatan
aliran airnya adalah 3.02 m/s, 3.03 m/s dan 3.14 m/s untuk emas yang didapatkan
hanya 39.5 gram, 32.17 gram dan 28.19 gram. Dan ketika kecepatan aliran air
juga terlalu rendah maka material tanah akan lebih banyak tertumpuk pada karpet
sluice box sehingga emas yang didapatkan juga berkurang, hal ini bisa dilihat
pada percobaan pertama yang mana kecepatan aliran airnya 2,06 m/s sehingga
emas yang diperoleh hanya 32,49 gram.
Pada grafik 5.10 tersebut untuk kecepatan Aliran air yang cocok digunakan
adalah sekitar 2.42 ms/s, 2.46 dan 2.45 m/s hal ini dapat dilihat pada percoaban ke
tiga, ke empat, ke lima dan ke enam yang mana jumlah emas yang dihasilkan
adalah 50.14 gram, 50.32 gram, 50.56 gram, 50.14 gram dan 50.13 gram.
41
5.3 Cara Mengurangi Terjadinya Loosing
Sluice box merupakan salah satu alat pengolahan yang masuk kedalam bagian
pemisah (separation). Alat ini biasa digunakan pada tambang semprot untuk
lapisan alluvial. Dimana lapisan alluvial ini disemprot dengan air bertekanan
tinggi menggunakan pompa sederhana untuk melepaskan butiran material
berharga dengan fragmen alluvial. Selanjutnya aliran lumpur alluvial ini
disemprotkan ke dalam sluice box tersebut untuk dilakuan proses pemisahan awal.
Sluice box juga dapat ditempatkan secara langsung dilapangan, seperti di sungai
yang memiliki aliran yang telah terindikasi mengandung mineral berat yang
bernilai ekonomis. Sistem pengolahan sluice box ini didasarkan atas perbedaan
berat jenis dengan umpan berupa slurry. Sedangkan sluicing adalah proses
konsentrasi berdasarkan flowing fill concentration (proses pemisahan butiran atau
partikel dengan menggunakan media air, dimana proses pemisahan partikel
berdasarkan perbedaan berat jenisnya), banyak dipakai untuk konsentrasi kasar
(preconcentration) terhadap endapan bijih yang kadarnya rendah, dimana
butiran-butiran mineral berharga sudah bebas sempurna. Sluice box yang umum
digunakan memiliki dimensi panjang ± 8 meter dan lebar ± 1 meter. (Sriyanti,
2018)
42
5.3.1 Parameter Penunjang Alat Sluice box
Dibuatnya suatu alat pemisahan atau concentrating tidak terlepas dari adanya
parameter penunjang dari masing-masing alat pengolahan, karena setiap alat
pengolahan memiliki ciri khas dan karakteristiknya masing-masing. Terdapat
beberapa parameter yang menjadi ciri dan karakter dari alat sluice box untuk
mencapai recovery yang diinginkan. Parameter dari alat sluice box adalah sebagai
berikut :
1. Dimensi. Pada dasarnya dimensi dari sluice box merupakan parameter dari
alat tersebut karena dimensi menentukan berapa kuat alat untuk menampung
bahan galian yang akan dilakukan pengujian. Semakin besar dimensi dari alat
semakin besar pula kekuatan alat untuk menampung bahan galian.
2. Riffles. Parameter penunjang lainnya yaitu riffles, yang berperan untuk
menahan bahan galian dan tempat terjadinya proses pemisahan pada alat
sluice box.
3. Kemiringan. Parameter lain dari alat ini adalah kemiringan yang mana
kemiringan merupakan prinsip dasar dari lajunya air dan material sehingga,
semakin miring alat maka laju air akan semakin cepat dan apabila tidak
diimbangi dengan jenis, tinggi, dan bentuk riffles maka bahan galian tidak
akan tertahan dan akan terbawa arus. Sebaliknya apabila tidak miring maka
air akan menggenang dan material akan mengendap semua.
4. Debit Air. Debit air berperan penting dalam alat ini bersamaan dengan
kemiringan. Debit air yang besar akan mengakibatkan bahan galian mudah
terbawa melewati riffles, sedangkan debit yang terlalu kecil akan
mengakibatkan bahan galian bersama tailing ikut terendapkan.
5. Jenis Karpet. Parameter terakhir dari alat sluice box adalah karpet, yang mana
karpet ini yang nantinya akan menangkap bahan galian yang kasar sampai
halus. Ada beberapa jenis dan ukuran saringan atau karpet seperti, Rubber
Mat atau karpet kasar yang berfungsi untuk menangkap emas dengan ukuran
butir besar dan miner moss atau karpet halus yang berfungsi untuk
menangkap emas atau bahan galian dengan ukuran halus. ( Suriyanti, 2018 )
43
Pada lokasi penelitian yaitu di PT. Panca Logam Makmur juga menggunakan
Sluice box untuk mengolah bahan galian emas, akan tetapi untuk ukuran
dimensinya masih kurang maksimal. Dalam pengolahan emas pada PT. Panca
Logam Makmur menggunakan Sluice box dengan ukuran panjang 4 meter, lebar
40 cm dan tinggi 25 cm sehingga masih berpotensi terjadi loosing, Hal ini
dibuktikan dengan adanya pengolahan berulang-ulang kali.
44
Posisi Riffles
45
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasi penelitan yang dilakukan dilapangan maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai adalah sebagai berikut:
2. Proses pengolahan emas pada PT. Panca Logam Makmur dapat terjadi
loosing karena beberapa sebab di antaranya :
b) Papan Luncur
46
mempengaruhi ketebalan aliran air, karena ketika kecepatan aliran air
melebihi kapasitas penampungan yang dimiliki papan luncur, maka akan
mengakibatkan tingginya ketebalan aliran air yang juga mempengaruhi daya
tangkap karpet.
c) Dredging Riffles
3. Bentuk dan ukuran ideal dari sluicebox sangat berpengaruh terhadap hasil
recorvery. Maka untuk meminimalisir terjadinya loosing adalah 8 meter
untuk panjang papan luncur sluice box, lebar 60 cm, tinggi 30 cm, hal ini
bertujuan untuk mencegah loncatan material ketika ketebalan air meningkat
karena pengaruh kecepatan aliran air.
5.2 Saran
47
DAFTAR PUSTAKA
Astuti W, Dkk. 2019. Pelarutan Emas penelitian konsentrat emas hasil roasting
menggunakan reagen tiosianat. Program Studi Teknik Metalurgi,
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa: Banten
Astuti W, 2018. Benefisiasi Bijih emas dan Perak Kadar Rendah Menggunakan
Palong dan Metode Flotasi: Lampung Selatan
Fadlin, dkk. 2012. Karakteristik Endapan Emas Orogenik Sebagai Sumber Emas
Placer di Daerah Wumbubangka, Bombana,Sulawesi Tenggara. Sekolah
Tinggi Teknologi Nasional: Yogyakarta.
Heruroso S, Dkk. 2019. Endapan emas Placer di daerah wumbubangka
keccamatan rarowatu utara Kabupaten Bombana Sukawesi Tenggara.
Jurusan Teknik Geologi, Institut Teknologi Adh Tama Surabaya:
Surabaya indonesia.
Hidayanti R, Dkk. 2017. Analisis pengaruh penambangan emas terhadap kondisi
tanah pada pertambangan rakyat Poboya Palu, Provinsi Sulawesi Tengah.
Jurusan teeknik pertambangan universitas muslim Indonesia: makasar
Idrus Arifudin, Dkk.2020. Perubahan komposisi batuan metamorf akibat proses
alterasi hidrotermal pada endapan emas di pegunungan rumbia, pada
lengan tenggara pulau sulawesi. universitas gadja mada: Jogja
idrus Arifudi, Dkk. 2019. Krakteristik fluida hidrotermal endapan emas orogenik
do pegunungan rumbia, Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi
Tenggara. Universitas Gadja Mada: jogja.
Suriyanti, Dkk. 2018. Rancangan Alat Sluice Box Berdasarkan Kemiringan dan
Ukuran Butir Guna Memperoleh Nilai Recovery Optimal pada Hematit
(Fe2) di Pesisir Pantai Cibobos Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak
Provinsi Banten. Prodi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik,
Universitas Islam Bandung: bandung
48
LAMPIRAN
49
Lampiran 1 : Design Sluice Box
50
Lampiran 2 : Dokumentasi Kerja Praktek
51
Gambar : Proses Penyemprotan Material Gambar :Pencucian Karpet Sluice Box
52
53