Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULAN

1.1 Latar belakang

Pulau Sulawesi dan sekitarnya termasuk dalam daerah yang kompleks akibat
dari interaksi tiga lempeng, yaitu Lempeng Australia, Lempeng Pasifik, dan
Lempeng Eurasia. Bentuk pulau yang seperti huruf K dapat menunjukkan adanya
kompleksitas geologi di Pulau Sulawesi (Martosuwito, 2012).

Kabupaten Bombana merupakan salah satu kabupaten yang berada di


Sulawesi Tenggara yang memiliki salah satu kekayaan alam berupa endapan emas.
PT. Panca Logam Makmur merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
pada bidangPenambangan emas dan pengolahan emas.

Dalam proses penambangan emas metode yang digunakan dalam pengolahan


tergantung dari jenis endapannya, untuk endapan primer ada beberapa metode
seperti gophering dan lainnya, sedangkan untuk endapan sekunder juga ada
beberapa metode antara lain system pendulangan, system hydraulic, system
dredging dan lainnya. Namun untuk pengolahan endapan sekunder yang ada pada
wilayah IUP PT. Panca Logam Makmur dikelola dengan menggunakan system
hydraulic. Namun untuk tahapan peoses pengolahan pada lokasi ini dilakukan
beberapa kali karena masih banyak sisa material inti yang terikut dengan tailing
atau yang biasa dikatakan matrial loosing. Pada tahap pertama proses pengolahan
emas, hasil peroduksi yang didapatkan mencapai ± 100 - 215 gram. Dan pada
tahap kedua hasil produksinya masih mencapai 3,5 - 9 gram. Maka dari hasil
produksi proses pengolahan tersebut dapat di asumsikan bahwa pada pengolahan
tersebut masih terdapat kejanggalan yang kemudian perlu untuk di analisis lebih
lanjut.

1
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tekait dengan
faktor -faktor penyebab terjadinya loosing pada proses pengolahan Emas dalam
system penambangan hydraulic pada perusahaan PT. Panca Logam Makmur.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini yaitu sebagaiberikut

1. Bagaimana tahapan proses pengolahan emas di PT. Panca Logam


Makmur?

2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya loosing pada


pengolahan emas di PT. Panca Logam Makmur?

3. Bagaimana cara mengurangi loosing pada pengolahan emas di PT. Panca


Logam Makmur?

3.1 Batasan Masalah

Dalam proses penelitian yang di lakukan, yang menjadi fokus pembahasan


dalam penelitian ini adalah proses pengolahan emas dalam system penambangan
hydraulic di PT. Panca Logam Makmur.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui tahapan proses pengolahan emas di PT. Panca Logam


Makmu.

2. Dapat mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya loosing


pada pengolahan logam di PT. Panca Logam Makmur.

3. Dapat mengetahui cara untuk mengurangi loosing pada pengolahan


logam pada PT. Panca logam Makmur.

2
1.5 Manfaat Penelitiaan

Adapun setelah dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat diperoleh


beberapa manfaat baik terhadap penulis maupun terhadap perusahaan yaitu :

1. Dapat menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya loosing


pada pengolahan emas pada PT. Panca Logam Makmur.

2. Sebagai referensi untuk para pembaca untuk menambah referensi tentang


faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya loosing pada pengolahan
emas

3
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Lokasi Penelitian Kerja Praktek

Kegiatan pertambangan bahan galian emas dilaksanakan oleh PT. Panca


Logam Makmur yang secara geografis daerah penyelidikan terletak pada
koordinat 04° 38’ 18.70”– 04°38’ 55.10” Lintang Selatan dan 121° 53’
7.30”–121° 54’ 59.6” Bujur Timur. Secara administratif daerah penyelidikan
terletak di bagian Selatan Propinsi Sulawesi Tenggara, tepatnya berada pada Desa
Wumbubangka Kecamatan Rarowatu Utara, Kabupaten Bombana, Propinsi
SulawesiTenggara

Tabel 2.1. Batas-batas koordinat lokasi penyelidikan

4
Daerah penyelidikan ditempuh dengan menggunakan kendaraan beroda
dua atau beroda empat dengan jarak ± 20 km dari Kota Bombana dan waktu
tempuh ± 1 jam. (Gambar2.1).

Keterangan
nnn :
PT.Panca Logam
Makmur

Gambar 2.1. Peta lokasi penyelidikan

2.2 Luas Wilayah Penyelidikan Emas

Luas wilayah keseluruhan mencapai 2000 Ha dengan jenis pembagian lahan


yang terdiri atas HPT (Hutan Produksi Terbatas), HP (Hutan Produksi) dan APL
(Areal Penggunaan Lain).

5
2.3 Keadaan Iklim

Lokasi IUP bahan galian emas PT. Panca Logam Makmur Desa
Wumbubangka, Kecamatan Rarowatu Utara, secara klimatologi masukke dalam
Stasiun Hukaea.Perubahan yang mungkin terjadi akibat kegiatan pertambangan
ini hanya pada iklim mikro. Kondisi iklim mikro ini meliputi temperatur,
kelembaban dan evapotranspirasi yang kesemuanya dipengaruhi oleh curah hujan,
hari hujan dan kecepatan angin. Berdasarkan hasil perhitungan data CH pada
Stasiun Hukaea didapatkan curah hujan tahunan di Kecamatan Rarowatu Utara
sebesar 743.1 mm/tahun, dan jumlah hari hujan sebesar 78.4 hari. Berdasarkan
data curah hujan pada Satsiun Hukaea maka diperoleh curah hujan yang paling
tertinggi terdapat pada bulan juni dengan rata-rata curah hujan 111.6 mm/bulan
dan curah hujan yang terendah terdapat pada bulan oktober dengan rata- rata
curah hujan sebesar 15.4mm/bulan. Kondisi temperatur udara di Kecamatan
Rarowatu Utara Kabupaten Bombana berkisar antara 23 - 27.3o C dengan
kelembaban relatif bulanan selama 10 tahun terakhir berkisar 71,5-86,5%.
Evapotranspirasi Berkisar 2,5- 4,9 mm/hari.

2.4 Lokasi dan Kesampaian Daerah

Kabupaten Bombana memiliki luas daerah daratan seluas kurang lebih


3.326,16 km2 atau 331.616 ha. Wilayah kabupaten bombana di sebelah utara
berbatasan dengan kabupaten kolaka dan konawe selatan, di sebelah selatan
berbatasan dengan laut flores, di sebelah timur berbatasan dengan kabupaten
muna dan kabupatn buton, serta sebelah barat berbatasan dengan teluk bone.

Lokasi PT. Panca Logam Makmur dapat dijangkau dengan jalur darat dengan
menggunakan motor sekitar 3-4 jam dari Desa popalia Kecamatan Tanggetada
Kabupaten Kolaka.

6
(Sumber Google Earth) Gambar 2.2 Lokasi kesampaian daerah

2.5 GeologiUmum

2.5.1 Morfologi

Uraian geomorfologi bertujuan untuk memahami keadaan bentang alam yang


ada sekarang serta perkembangannya, faktor-faktor yang mempengaruhinya
seperti litologi, struktur geologi, atau proses geologi muda. Dari semua data
tersebut selanjutnya digunakan untuk membantu memahami keadaan geologi
secara interpretatif.

Pembentukan bentang alam dari suatu daerah merupakan hasil akhir


proses-proses geomorfologi yang bekerja. Proses tersebut mengakibatkan
terjadinya perubahan, baik secara fisik maupun secara kimia pada permukaan
bumi. Bentuk bentang alam yang dihasilkan akan bervariasi, yang kemudian dapat
diklasifikasikan berdasarkan karakteristik hasil bentukan dari proses
geomorfologinya .

Pada dasarnya pembagian satuan geomorfologi digunakan untuk


mengelompokkan kesamaan aspek pada suatu lahan yang memiliki kesamaan cirri

7
fisik tertentu. Pengelompokkan bentang alam menjadi satuan-satuan geomorfologi
berdasarkan beberapa faktor melalui tiga pendekatan yaitu : pendekatan genetik,
bentuk dan parametris.

Pendekatan genetik yaitu berdasarkan asal usul pembentukan atau proses


yang membentuk bentangalam di permukaan bumi, dengan proses pembentukan
yang dikontrol oleh proses eksogen, proses endogen serta proses ekstra terrestrial
(Thornburry, 1969).

Klasifikasi satuan bentang alam berdasarkan genetik dikemukakan dalam Van


Zuidam, 1985dalam sistem klasifikasi ITC (International Terrain
Classification).Adapun klasifikasi dari berdasarkan genetik tersebut adalah :

Tabel 2.2 Klasifikasi satuan bentang alam berdasarkan genetik pada sistem
ITC (Van Zuidam, 1985)

No. Bentuk Warna

1. Struktural Ungu

2. Vulkanik Merah

3. Denudasional Coklat

4. Marine Hijau

5. Fluvial Biru Tua

6. Glasial Biru Muda

7. Karst Orange

8. Eolian Kuning

Pendekatan bentuk yaitu didasarkan pada bentuk permukaan bumi yang


dijumpai di lapangan yakni berupa topograpi pedataran, bergelombang,
perbukitan dan pegunungan. Adapun aspek bentuk ini perlu memperhatikan

8
parameter dari setiap topografi seperti bentuk puncak, bentuk lereng, bentuk
lembah.

Pendekatan parametris yaitu didasarkan pada beberapa parameter


geomorfologi yang bisa diukur. Unsur tersebut terdiri atas ketinggian, luas, relief,
sudut lereng, kerapatan sungai, tingkat erosi dan sebagainya.

Pendekatan parametris yang digunakan untuk penentuan satuan bentang alam


yaitu persentase kemiringan lereng dan beda tinggi.

Klasifikasi kemiringan lereng yang digunakan yaitu menurut Van Zuidam,


1985. Adapun klasifikasi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.3 Klasifikasi satuan bentang alam berdasarkan sudut lereng dan beda
tinggi (Van Zuidam ,1985)

Sudut Lereng Beda Tinggi


Satuan Relief
(%) (meter)

Datar atau hampir datar 0–2 <5

Bergelombang/ miring landau 3–7 5 – 50

Bergelombang/ miring 8 – 13 51 – 75

Berbukit bergelombang/ miring 14 – 20 76 – 200

Berbukit tersayat tajam/ terjal 21 – 55 200 – 500

Pegunungan tersayat tajam/ sangat 55 – 140 500 – 1000


tajam

Pegunungan/ sangat curam > 140 > 1000

9
Dasar penamaan satuan bentang alam daerah penelitian didasarkan atas dua
aspek pendekatan yaitu pendekatan bentuk dan pendekatan parametris. Maka
pembagian satuan bentang alam daerah peneltitian terdiri atas :

1. Satuan bentang alam perbukitan curam

Satuan ini menempati bagianselatan dari daerah penyelidikan memiliki


pelamparan sekitar 20% dengan ketinggian antara 100 sampai 300 meter di atas
permukaan laut dengan kemiringan rata-rata 35-55o. Batuan penyusun batuan ini
berupbatuan resisten dari batuan metamorfik.

2. Satuan perbukitan landai

Satuan ini menempari bagian timur laut daerah penelitian melampar sekitar
80% dengan ketinggian antara 60 sampai 80 meter di atas permukaan laut,
memiliki kemiringan rata-rata sekitar 5-10o. Satuan ini tersusun oleh
batuan-batuan yang kurang resisten dari endapanKuarter.

2.5.2 Stratigrafi

Pengelompokkan dan penamaan dari satuan batuan didasarkan atas


litostratigrafi tidak resmi dengan mengacu pada ciri fisik yang dapat diamati di
lapangan yang meliputi jenis batuan, dominasi batuan, keseragaman ciri litolog,
posisi stratigrafi dan hubungan antara satu batuan dengan satu batuan yang lain
serta dapat dipetakan pada skala 1 : 25.000 (Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996).

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka daerah penyelidikan dapat dibagi


menjadi 3 (tiga) satuan batuan dari yang termuda hingga yang tertua yaitu Satuan
lempung-pasir kerikilan, Satuan batu lempung pasiran dan Satuan
batuanmetamorf.

Satuan EndapanKuarter

Endapan ini terdiri dari endapan-endapan lepas lempung berpasir sampai


pasir berkerikil yang membentuk struktur berlapisdan bergradasi normal.
Fragmen-fragmen lepas berukuran kerakal- berangkal dan dominan kerikil-pasir

10
kasar berupa fragmen kuarsit, batuan terkersikan, mineral kuarsa, mineral mika,
mineral hematit, ilmenit, titanit dan mineral logam berat lainnya yang
mengambang di dalam matriks berukuran pasir sedang – lempung berwarna coklat
kehijauan. Beberapa singkapan memperlihatkan ketebalan yang bervariasi antara
20cm – 8 meter. Endapan ini diperkirakan merupakan hasil dari proses
pengendapan aluvial purba berarus kuat dengan arah relatif barat-timur. Endapan
semacam ini sering disebut paleoaluvial yang terbentuk pada Zaman Kuarter dan
endapan aluvial resen yang berada di sekitar sungai. Endapan paleoaluvial
terbentuk karena adanya arus transportasi yang kuat melewati penghalang berupa
barisan gelombang di perbukitan bagian barat dan selatan daerah penyelidikan
telah mengakibatkan fragmen-fragmen kerikil-berangkal pada bagian muka (front)
dan didominasi oleh endapan-endapan pasir- kerikil pada bagian belakang (back)
lensa pengendapan. Arus kuat yang berakibat gaya turbulensi serta putaran
memusat menyebabkan mineral-mineral logam berat banyak terendapkan. Satuan
ini melampar kurang lebih 60 % dari daerah penyelidikan.

1. Satuan batu lempung pasiran

Satuan ini dicirikan oleh sifat fisik berwarna abu-abu cerah


sampai abu-abu gelap, bersifat lempungan, tekstur klastik, mud
supported, sortasi baik, kemas terbuka, berstruktur gradasi normal.
Anggota satuan batuan ini merupakan batu lempung dengan susunan
fragmen batu pasir, kuarsa konglomeratan, dan batu lempung pasiran
yang berukuran pasir sedang sampai kerikilan, bentuk butir membundar
tanggung sampai membundar, tersusun sehingga membentuk struktur
gradasi normal yang mengambang di dalam matriks lempung berwarna
abu-abu sampai abu-abu gelap. Satuan ini melampar ± 20 % dari
daerahpenyelidikan.

11
2. Satuan Batuan Metamorf

Satuan ini dicirikan oleh sifat fisik berwarna abu-abu cerah


sampai abu-abu kehitaman, bersifat brittle dan dengan tekstur foliasi,
berstruktur genesan sampai sekisan, berukuran butir lempung sampai
dengan pasir, tekstur foliasi, secara dominan tersusun oleh mineral mika
yang kadang memperlihatkan pola struktur augen kuarsa berukuran
kerikilan. Sebagian anggota pada satuan ini mengalami proses
pengersikan pada batuan induk. Pada bagian paling atas dari satuan ini
terdapat hornfels berwarna merah dengan urat-urat kuarsa warna putih
susu yang tidak termineralisasi. Satuan ini merupakan satuan batuan
tertua pada daerah penyelidikan yang berumur PraTersier. Satuan ini
melampar ±20 % dari daerahpenyelidikan.

2.5.3 Struktur danTektonik

Daerah penyelidikan termasuk bagian dari sistem pola Struktur Patahan


Bungku yang memanjang arah relatif barat-barat laut – timur- tenggara. Struktur
patahan ini membentuk Pola Antiklinorium Lemah Langkowala dengan orientasi
Sumbu antiklin-sinklin berarah relatif utara-selatan. Struktur geologi tersebut
diketahui berdasarkan pengamatan datalapangan.

Hal ini dapat dibuktikan di lapangan melalui perlapisan endapan Kuarter yang
membentuk arah perlapisan relatif utara-selatan. Pada bagian barat daerah
penyelidikan terlihat beberapa perlapisan dengan kemiringan lapisan yang landai
atau sekitar10º.

2.6 Hidrologi (Debit Air)

Daerah aliran sungai yang ada di sekitar wilayah Izin Usaha Pertambangan
PT. Panca Logam Makmur terdiri atas sungai Watu-watu dengan sejumlah anak
sungainya dan Sungai Langkowala. Kedua sungai ini melintasi wilayah IUP PT.
Panca Logam Makmur, sungai-sungai ini ditemukan dalam kondisi sudah tidak
mengalir karena adanya sedimen dan endapan lumpur dari hasil pendulangan

12
emas oleh pertambangan rakyat. Dalam musim kemarau kondisi debit air di
sungai Lasangi dan Watu-watu mengalami penurunan secara drastic dengan laju
aliran relative kecil dan hanya terjadi genangan-genangan pada daerah cekung dan
bahkan sebagai besar anak sungai disekitarnya mengalami kekeringan.

2.7 Keadaan Biofisik

Jenis flora yang ada di kawasan Izin Usaha Pertambangan PT. Panca Logam
Makmur pada umumnya padang rumput yang didominasi oleh spesies alang-alang
yang menempati di bagian tengah kawasan. Sedangkan sebagian lainnya yaitu
merupakan hutan campuran yang tumbuh pada sekitar sungai. Jenis tumbuhan
yang ada antara lain terdiri dari spesies Akasia, Jambu mete, Longkida, Kalaube,
Bambu, Rumbia dan asam pada berbagai ukuran dan beberapa spesies tumbuhan
bawah antara lain Dodai. Jumlah individu setiap jenis juga relatif sedikit, kecuali
alang-alang. Komposisi vegetasi seperti ini menunjukkan bahwa kondisi habitat
kurang mendukung bagi pertumbuhan beragam spesies tumbuhan karena tingkat
kesuburan yang rendah.

Fauna yang ada dilokasi adalah babi hutan, rusa, pipit, katak, ular, biawak dan
monyet. Daya dukung habitat terutama sebagai sumber makanan untuk berbagai
spesies fauna sangat kurang, sehingga spesies-spesies yang hidup sebagian besar
adalah pemakan rumput (alang-alang).

13
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 Emas

Emas ialah unsur kimia dalam sistem periodik unsur yang mempunyai
simbol Au (aurum) dan nomor atom 79. Emas merupakan logam lembut, berkilat,
berwarna kuning, padat, mudah ditempa, mudah ditarik, logam peralihan (trivalen
dan univalen), dan stabil, emas tidak bertindak bereaksi dengan kebanyakan bahan
kimia. Walau bagaimanapun emas dapat bereaksi dengan klorin, fluorin dan akua
regia. Logam ini selalunya hadir dalam bentuk bongkahan dan butiran batuan dan
pendaman aluvial.

Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa,


kekerasannya berkisar antara 2,5 – 3 (skala Mohs), Emas melebur dalam bentuk
cair pada suhu sekitar 1000 oC. serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan
kandungan logam lain yang berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya
berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral ikutan tersebut
umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral non
logam. Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang
telah teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas
telurida, sejumlah paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur belerang,
antimon, dan selenium. Elektrum sebenarnya jenis lain dari emas nativ, hanya
kandungan perak di dalamnya >20%.

3.2 Sejarah Emas

Emas telah diketahui sangat berharga sejak zaman prasejarah, emas


dikenal antara lain di Mesopotamia dan Mesir. Pada abad pertengahan, begitu
kuat orang mendambakan emas, sehingga lahir ilmu alkimia, dengan tujuan
membuat emas. Manusia modern berhasil mencapai cita-cita itu dengan
mengekstrak emas dari air laut dan mengubah timbel atau merkurium menjadi

14
emas dalam mempercepat partikel. Namun emas yang murah tetaplah emas
alamiah yang harus ditambang.

Emas telah lama dianggap sebagai logam yang paling berharga,


dan nilainya telah digunakan sebagai standart untuk banyak mata uang dalam
sejarah. Emas telah digunakan sebagai symbol kemurnian, nilai tinggi,
kerajaan,dan lebih-lebih lagi peranan yang mengaitkan sifat-sifat tersebut.Tujuan
utama ahli alkimia adalah untuk menghasilkan emas dari bahan yang lain, seperti
karbon kemungkinan melalui interaksi dengan sejenis bahan dongeng yang
disebut batu bertuah. Meskipun usaha mereka tidak pernah mendapat hasil, namun
ahli kimia telah menaikkan keminatan terhadap bidang melibatkan unsur, yang
menjadi asas kepada bidang kimia masa kini.

Simbol mereka untuk emas ialah bulatan dengan titik di tengah-tengah,


yang merupakan simbol dalam bidang astrologi. Simbol dalam karakter Cina kuno
adalah matahari.Pada sekitar abad ke-19, pencarian emas muncul kapanpun ketika
terdapat pendaman emas dijumpai, termasuklah di California, Colorado, Otago,
Australia, Black Hills, dan Klondike.

3.3 Sifat Emas

Emas merupakan logam yang sangat berharga karena keberadaannya yang


sangat langka di alam, tidak mudah berkarat atau memudar, tahan lama, memiliki
warna yang menarik. Emas murni itu halus. Emas biasa dikeraskan dengan
mencampurkannya dengan kuningan atau perak. Bagian emas yang terdapat
dalam campuran diukur dalam karat. Emas murni memiliki kadar 24 karat.
Campuran seimbang bagian emas dan perak adalah 12 karat, emas 18
karat → 18/24 berarti emas 75 %. Emas dapat dibentuk jadi lembaran demikian
tipis sehingga tembus pandang.

Emas ialah unsur logam yang berwarna kuning berkilauan tetapi boleh
juga berwarna seperti delima atau hitam apabila dibahagi dengan halus. Larukan
koloidemaspula mempunyaiwarna berkeamatan tinggi yangbiasanya warnaungu.

15
Warna yang terdapat pada emas adalah disebabkan oleh frekuensi plasmon emas
yang terletak pada julat penglihatan, mengakibatkan warna merah dan kuning
dipantulkan sementara warna biru diserap. Hanya koloid perak mempunyai
interaksi yang sama terhadap cahaya, tetapi dalam frekuensi yang lebih pendek,
Emas juga merupakan logam yang paling mudah ditempa dan ditarik. Satu gram
emas boleh ditempa menjadi satu keranjang berukuran panjang satu meter dan
lebar satu meter. Emas biasanya dialoikan dengan logam yang lain untuk
menjadikannya lebih keras.Emas merupakan penghantar panas dan listrik yang
baik, dan tidak dipengaruhi oleh udara dan kebanyakan reagen. Secara kimianya,
logam emas tidak boleh diubah oleh panas, kelembapan.

Emas asli mengandungi antara 8% dan 10% perak, tetapi biasanya kandungan
tersebut lebih tinggi. Aloi semula jadi dengan kandungan perak yang tinggi
dipanggil elektrum. Apabila jumlah perak bertambah, warnanya menjadi lebih
putih. Aloi dengan kuprum menghasilkan logam kemerahan, aloi besi berwarna
hijau, dan aloi aluminum berwarna ungu. Keadaan pengoksidaan emas yang biasa
yang termasuk +1 dan +3.

3.4 Ganesa Bijih Emas

Emas pembentukannya berhubungan dengan naiknya larutan sisa magma ke


atas permukaan yang dikenal dengan istilah larutan hidrothermal. Suatu cebakan
bijih hasil proses hidrothermal dalam pembentukkannya harus melalui tiga
proses yang meliputi proses differensiasi, migrasi dan akumulasi (pengendapan).

Proses differensiasi berlangsung pada magma sehingga dari suatu sumber


magma akan terbentuk berbagai macam mineral-mineral baru. Proses differensiasi
ini dapat di akibatkan oleh :

a. Kristalisasi
b. Gravitasi
c. Pemisahan cairan
d. Assimilasi

16
Melalui differensiasi unsur-unsur magma mengalami perubahan dan
membentuk endapan mineral sulfida dan oksida magmatik yang biasanya tersebar.
Sebelum kristalisasi berakhir seluruh cairan sisa akan ditekan keluar membentuk
pegmatit, dan kemudian apabila pemadatan telah atau hampir sempurna, akan
terbentuk larutan sisa magma yang mudah bergerak (larutan hidrothermal).
Larutan ini akan membentuk endapan logam/mineral epigenetik (Suganda).

Larutan hidrothermal tersebut naik ke atas permukaan melalui zona struktur


seperti patahan, sesar, rekahan maupun kontak litologi, yang kemudian
bercampur dengan air meteorik sehingga mengalami proses pendinginan yang
akan membentuk urat-urat (vein) yang bentuknya tergantung dari rongga yang
dihasilkan oleh struktur. Selama terjadi proses ini batuan yang diterobos akan
mengalami ubahan (alterasi) yang diikuti oleh perubahan sifat fisik dan komposisi
kimia. Perubahan meliputi: perubahan warna, porositas dan tekstur.

3.5 Endapan primer/Cebakan Primer

Pada umumnya emas ditemukan dalam bentuk logam (native) yang


terdapat di dalam retakan-retakan batuan kwarsa dan dalam bentuk mineral yang
terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan.
Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan aktifitas
hidrotermal, yang membentuk tubuh bijih dengan kandungan utama silika.
Cebakan emas primer mempunyai bentuk sebaran berupa urat/vein dalam batuan
beku, kaya besi dan berasosiasi dengan urat kuarsa.

Cebakan primer merupakan cebakan yang terbentuk bersamaan dengan proses


pembentukan batuan. Salah satu tipe cebakan primer yang biasa dilakukan pada
penambangan skala kecil adalah bijih tipe vein ( urat ), yang umumnya dilakukan
dengan teknik penambangan bawah tanah terutama metode gophering / coyoting
( di Indonesia disebut lubang tikus ).

Penambangan dengan sistem tambang bawah tanah (underground), dengan


membuat lubang bukaan mendatar berupa terowongan (tunnel) dan bukaan

17
vertikal berupa sumuran (shaft) sebagai akses masuk ke dalam tambang.
Penambangan dilakukan dengan menggunakan peralatan sederhana ( seperti pahat,
palu, cangkul, linggis, belincong ) dan dilakukan secara selektif untuk memilih
bijih yang mengandung emas baik yang berkadar rendah maupun yang berkadar
tinggi.

Terhadap batuan yang ditemukan, dilakukan proses peremukan batuan atau


penggerusan, selanjutnya dilakukan sianidasi atau amalgamasi, sedangkan untuk
tipe penambangan sekunder umumnya dapat langsung dilakukan sianidasi atau
amalgamasi karena sudah dalam bentuk butiran halus.

Beberapa karakteristik dari bijih tipe vein ( urat ) yang mempengaruhi teknik
penambangan antara lain :

1. Komponen mineral atau logam tidak tersebar merata pada badan urat.
2. Mineral bijih dapat berupa kristal-kristal yang kasar.
3. Kebanyakan urat mempunyai lebar yang sempit sehingga rentan dengan
pengotoran ( dilution ).
4. Kebanyakan urat berasosiasi dengan sesar, pengisi rekahan, dan zona
geser (regangan), sehingga pada kondisi ini memungkinkan terjadinya
efek dilution pada batuan samping.
5. Perbedaan assay ( kadar ) antara urat dan batuan samping pada umumnya
tajam, berhubungan dengan kontak dengan batuan samping, impregnasi
pada batuan samping, serta pola urat yang menjari ( bercabang ).
6. Fluktuasi ketebalan urat sulit diprediksi, dan mempunyai rentang yang
terbatas, serta mempunyai kadar yang sangat erratic ( acak / tidak
beraturan ) dan sulit diprediksi.
7. Kebanyakan urat relatif keras dan bersifat brittle.

3.6 Endapan placer/Cebakan Sekunder

Emas juga ditemukan dalam bentuk emas aluvial yang terbentuk karena
proses pelapukan terhadap batuan-batuan yang mengandung emas (gold-bearing

18
rocks, Lucas, 1985). Proses oksidasi dan pengaruh sirkulasi air yang terjadi pada
cebakan emas primer pada atau dekat permukaan menyebabkan terurainya
penyusun bijih emas primer.

Proses tersebut menyebabkan juga terlepas dan terdispersinya emas.


Terlepas dan tersebarnya emas dari ikatan bijih primer dapat terendapkan kembali
pada rongga-rongga atau pori batuan, rekahan pada tubuh bijih dan sekitarnya,
membentuk kumpulan butiran emas dengan tekstur permukaan kasar. Akibat
proses tersebut, butiran-butiran emas pada cebakan emas sekunder cenderung
lebih besar dibandingkan dengan butiran pada cebakan primernya (Boyle, 1979).

Dimana pengkonsentrasian secara mekanis melalui proses erosi, transportasi


dan sedimentasi yang terjadi terhadap hasil disintegrasi cebakan emas pimer
menghasilkan endapan emas letakan/aluvial (placer deposit). Cebakan emas
primer dapat ditambang secara tambang terbuka ( open pit ) maupun tambang
bawah tanah (Underground Mining). Sementara cebakan emas sekunder
umumnya ditambang secara tambang terbuka.

Cebakan emas sekunder atau yang lebih dikenal sebagai endapan emas
aluvial merupakan emas yang diendapkan bersama dengan material sedimen yang
terbawa oleh sungai atau gelombang laut adalah karakteristik yang umum mudah
ditemukan dan ditambang oleh rakyat, karena kemudahan penambangannya.

Cebakan emas aluvial dicirikan oleh kondisi endapan sedimen bersifat lepas
dengan kandungan logam emas berupa butiran, dapat ditambang dan diolah
dengan cara pemisahan emas secara fisik, menggunakan peralatan sederhana.

Cebakan emas aluvial dengan sebaran berada pada permukaan atau dekat
permukaan mudah dikenali, dengan karakteristik bersifat lepas, dan emas sudah
dalam bentuk logam (native), cukup diolah dengan cara pemisahan secara fisik.

19
Secara umum penambangan emas aluvial dilakukan berdasarkan atas prinsip :
Butir emas sudah terlepas sehingga bijih hasil galian langsung mengalami proses
pengolahan.
Berdasarkan lokasi keterdapatan, pada umumnya kegiatan penambangan
dilakukan pada lingkungan kerja berair seperti sungai-sungai dan rawa-rawa,
sehingga dengan sendirinya akan memanfaatkan air yang ada di tempat
sekitarnya.

3.7 Tambang Semprot (Hydrolicking)

Metode tambang semprot (Hydraulicking) merupakan metode yang sering


digunakan dalam serangkaian proses kegiatan penambangan bijih emas.

Metode tambang semprot ini sangat umum digunakan karena mengingat


biaya yang relatif murah setara dengan tingkat ekonomi masyarakat setempat dan
operasinya pun tidak terlalu rumit bersifat semi mekanik yaitu adanya
produktivitas mesin yang di bantu dengan tenaga manusia.

Metode tambang semprot pada penambangan bijih emas merupakan serangkaian


kegiatan yang meliputi :

1. Pengupasan lapisan penutup atau Overburden.


2. Pembongkaran endapan bijih tersebut.
3. Pemisahan dan pemurnian antara Konsentrat (mineral yang dikehendaki)
dan Tailing (kotoran yang menyertai)

Metode ini dapat diterapkan dengan syarat-syarat tertentu yaitu:

Tebal Overburden kurang dari 10 meter - Apabila ketebalan lapisan


penutup atau Overburden lebih dari 10 meter metode ini sulit diterapkan
mengingat media yang digunakan adalah media air dan tentunya lumpur
pengotornya semakin banyak sehingga bila ketebalan lebih dari 20 meter
lebih baik dengan tambang dalam bila setelah dihitung BESR ( bench striping
ratio ) nya menguntungkan.

20
Persediaan air cukup - Karena apabila persediaan air tidak cukup akan
menggangu waktu proses penyemprotan dan alangkah baiknya lokasi
penampungan air di usahakan sedekat mungkin dengan lokasi penambangan.

Kemiringan bed rock yang baik antara 1º - 3º - Dengan kemiringan bed


rock antara 1º - 3º diharapkan Lumpur hasil penyemprotan langsung menuju ke
kolam penampung sementara dan waktu membongkar bagian bawah tidak
kesulitan. Adapun alat–alat yang digunakan yaitu:

Monitor / Giant, Bentuknya menyerupai meriam atau canon, monitor ini


dihubungkan dengan pipa tekanan tinggi dengan penjepit, letak badan dari
monitor disangga oleh kayu atau penghalang agar kedudukan monitor tidak
goyah oleh getaran air yang bertekanan tinggi. Tekanan air dapat diatur
kecepatannya dengan melonggarkan kran penutup dan dibantu pula oleh
pengaturan besar kecilnya mulut pipa atau Nozle. Air yang menyemprot dari
mulut pipa atau Nozle dapat ditujukan pada arah tertentu dengan menggunakan
kemudi yang diberi pemberat pada arah kasar, dan apabila lebih mau teliti dapat
dibantu dengan penyipat arah yang namanya Diflector. Monitor dapat
melakukan gerakan mendatar karena adanya sendi putar dan gerakan tegak lurus
karena adanya sendi peluru.

Pompa adalah alat untuk memindahkan air dari tempat yang rendah ketempat
yang lebih tinggi. Menurut prinsipnya pompa digolongkan :

1. Pompa Tekan - Ialah pompa yang kerjanya memindahkan air dengan


jalan ditekan.

2. Pompa Isap - Ialah pompa yang kerjanya memindahkan air dengan


menghisap air.

Pipa atau Selang, digunakan untuk menghubungkan air dari bak penampung
ke pompa isap, pompa tekan, monitor atau giant. Selain juga digunakan untuk
menghubungkan lumpur endapan dari bak penampung ke pompa isap, sluice box,

21
washing plan, yang selanjutnya ke bak tailing dan bak konsentrat atau bijih yang
dikehendaki.

Sluice Box, yaitu alat mirip seperti talang yang di buat miring dan pada
dasarnya terdapat Riffle yang digunakan untuk menghanyutkan lumpur endapan
placer. Prinsip kerja sluice box yaitu dengan prinsip berat jenis, sehingga apabila
mineral – mineral yang terdapat dalam lumpur yang masuk ke sluice box berat
jenisnya lebih besar dari berat jenis air maka akan tertahan pada riffle tersebut
sedangkan yang lebih ringan atau sama dengan air akan terbawa aliran air yang
selanjutnya dibuang sebagai tailing.

Washing Plant ( Mud box ), Yaitu alat yang digunakan untuk mencuci atau
menghilangkan material – material pengotor yang masih menempel pada mineral
yang dikehendaki.

Cara kerja penambangan dengan metode hydraulicking atau semprot dan


petunjuk pelaksanaannya yaitu:

Awalnya air yang berada pada bak penampung air disedot dengan pompa isap
yang ditempatkan pada rumah jig yang kemudian ditekan dengan pompa tekan ke
monitor atau giant yang selanjutnya diarahkan kelapangan tempat endapan placer
atau alluvial berada.

Tahap pertama yaitu pengupasan overburden atau lapisan tanah penutup,


yang paling penting letak mulut pipa isap lumpur harus pada tempat paling
terendah pada kolam penampung lumpur sehingga lumpur tersebut secara alamiah
akan mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Sebaiknya
penyemprotan dimulai dari hilir ke arah hulu dari bekas – bekas lembah dimana
placer terdapat hal ini dimaksudkan agar posisi lumpur hasil semprotan lebih
tinggi dari posisi bak penampung lumpur.

Penyemprotan dimulai dari atas atau bagian permukaan dahulu hingga


membentang mendatar kemudian berangsur – angsur monitor agak ditundukkan
ke bawah sedikit demi sedikit lalu disemprotkan mendatar lagi, begitu seterusnya
sampai mencapai bedrock. Setelah endapan placer yang telah dibersihkan habis,

22
monitor kembali diarahkan ke atas guna membongkar lagi lapisan penutup, begitu
seterusnya.

Lumpur dapat terkumpul di kolam penampung lumpur lewat parit – parit


yang telah dibuat yang kemudian diisap oleh pipa isap dengan bantuan pompa
isap, kemudian lumpur endapan placer tadi masuk ke bagian sluice box untuk
dipisahkan antara pengotor dengan mineral konsentrat yang dikehendaki,
selanjutnya mineral tadi masuk ke bagian washing plan untuk dicuci dan di
murnikan dari mineral – mineral pengotor yang masih menempel pada mineral
yang di kehendaki.

Sisa – sisa dari lumpur pengotor yang tidak tertampung oleh riffle pada
sluice box kemudian dikeluarkan melalui pipa ke bak penampung tailing dan
pengotor hasil pencucian dari washingplan juga demikian sedangkan mineral yang
dikehendaki disalurkan melalui pipa ke bak penampung konsentrat demikian
berulang – ulang.

3.7.1 Tambang Semprot ( hydraulicking )

Gambar 3.1 Tambang Semprot (hydraulicking)

Pada tambang semprot digunakan alat semprot ( monitor ) dan pompa untuk
memberaikan batuan dan selanjutnya lumpur hasil semprotan dialirkan atau
dipompa ke instalasi konsentrasi ( sluicebox / kasbok ). Cara ini banyak dilakukan

23
pada pertambangan skala kecil termasuk tambang rakyat dimana tersedia sumber
air yang cukup, umumnya berlokasi di atau dekat sungai.

Beberapa syarat yang menjadikan endapan emas aluvial dapat ditambang


menggunakan metode tambang semprot antara lain :

1. Kondisi/jenis material memungkinkan terberaikan oleh semprotan air


2. Ketersediaan air yang cukup
3. Ketersediaan ruang untuk penempatan hasil cucian atau pemisahan bijih
Metode penambangan ini umum diterapkan diberbagai daerah operasi
pertambangan rakyat di Indonesia, seperti di Sungai Kahayan, Bukitrawi,
Palangkaraya-Kalimantan Tengah; Tanoyan, Bolaang Mongondow-Sulawesi
Utara; Bombana-Sulawesi Tenggara; Tobohon, Kotabunan-Sulawesi Utara, Way
Kanan-Lampung, dll.

3.7.2 Dredging

Gambar 3.2. Dredging

Dredging adalah teknik penambangan yang dilakukakan bila endapan


placer terletak di bawah permukaan air, misalnya di lepas pantai, sungai, danau

24
atau lembah yang tersedia banyak air. Pada tambang ini banyak dilakukan pada
pertambangan skala kecil termasuk tambang rakyat dengan menggunakan kapal
keruk (dredge) atau dengan dragline yang dikombinasi dengan pengolahan di atas
pontoon (floating washing plants).

2.8 Sistem Penambangan

a. Tambang Terbuka

Tambang terbuka adalah kegiatan penambangan yang dilakukan diatas


permukaan dan para pekerjanya berhubungan langsung dengan udara luar.
Kegiatan penambangan biasanya dimulai setelah penggalian tanah dan
batu-batuan yang menutupi kandungan mineral.

b. Tambang Bawah Tanah

Tambang bawah tanah adalah metode penambangan yang segala aktivitas


penambangannya dilakukan dibawah permukaan bumi dan tempat kerjannya tidak
langsung berhubungan dengan udara terbuka.

c Tambang Bawah Air

Adalah proses pengambilan mineral yang relative baru yang dilakukan


dilantai samudera.

25
BAB IV
METODOLOGI DAN HASIL KERJA PRAKTEK

4.1 Metodologi Kerja Praktek

4.1.1 Waktu dan Tempat Kerja Praktek


Penelitian ini dilakukan pada bulan fubruari - maret 2021. Tempat
dilaksanakannya penelitian ini bertempat di Desa Wumbubangka Kecamatan
Rarowatu Utara, Kabupaten Bombana, Propinsi SulawesiTenggara. Secara
geografis PT. Panca Logam Makmur terletak padapada koordinat 04° 38’ 18.70”–
04°38’ 55.10” Lintang Selatan dan 121° 53’ 7.30”–121° 54’ 59.6” Bujur Timur.

4.1.2 Prosedur Kerja Praktek

Prosedur kerja praktek dibagi menjadi beberapa tahapan kagiatan, yaitu:

1. Studi Literatur

Studi literatur dijadikan sebagai pedoman dasar pada kegiatan kerja praktek
dan penentuan langkah – langkah yang bersumber pada referensi – referensi dan
juga sejumlah informasi yang terdapat dilokasi kerja praktek yang sesuai dengan
pokok permasalahan.

2. Observasi Lapangan

Metode ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara langsung di


lapangan untuk mengetahui secara nyata mengenai data-data yang nantinya
diperlukan dalam sinkronisasi tahapan pengolahan yang dilakukan oleh perusahan
dengan literatur yang tersedia agar kegiatan ini dapat dilakukan secara langsung di
lapangan.

3. Pengumpulan Data

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data primer, data primer berupa data
jumlah emas yang diperoleh setiap harinya, data instrumen yang digunakan dan
data kecepatan aliran air.

26
4. Pengolahan Data

Data primer yang telah diperoleh di tabulasikkan dengan menggunakan


software microsoft excel dan dilakukan perhitungan dengan menggunakan
persamaan yang mengacu pada SNI 2015 tentang “ Tata cara Pengukuran
kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik (UMH-Fisik). Adapun persamaan
yang digunakan yaitu:

V=

Keterangan: v = Kecepatan (m/s)

s = Jarak (m)

t = Waktu (s)

5. Analisis Data

Data-data yang telah diperoleh kemudian di analisis berdasarkan


literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah tersebut. Dalam hal ini
dilakukan pengelompokkan hasil kerja praktek agar mempermudah dalam
penarikan kesimpulan serta memberikan saran dan perbaikan pada perusahaan.

6. Penyusunan Laporan

Laporan disusun Sesuai dengan alur kegiatan kerja praktek.

27
4.1.3 Bagan Alir Kerja Praktek

Mulai

Studi Literatur

Observasi Lapangan

Pengambilan Data

Data Primer : Data Sekunder :


⌑ jumlah emas yang ⌑ Data Peta Daerah
diperoleh setiap Penelitian
harinya
⌑ Data Jenis Material
⌑ Data Instrumen ⌑ Data IUP Perusahaan
yang digunakan

⌑ Data kecepatan
aliran air

Pengolahan Data

Analisis Data

Kesimpulan

Gambar 4.1 Bagan Alir Kerja Praktek

28
4.2 Hasil Kerja Praktek
4.2.1 Instrumen Yang Digunakan
pada pengolahan emas di PT. Panca Logam Makmur ada beberapa
instrumen yang di gunakan di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Mesin

Mesin yang digunakan pada proses pengolahan emas di PT. Panca Logam
Makmur ada dua jenis, yaitu: mesin pemutar pompa penyedot bahan galian dan
mesin pemutar pompa air penyemprotan ke dua mesin tersebut bermerek Dong
Feng 26 PK. Berikut adalah gambar mesin yang digunakan.

Gambar 4.2 Mesin pemutar Pompa Penyedot bahan galian

Gambar 4.3 Mesin pemutar pompa air penyemprotan

29
b. Pompa Air
Pompa air yang digunakan pada pengolahan emas di PT. Panca Logam
Makmur ini ada dua yaitu: Pompa Penyedot bahan galian dan pompa penyedot air
penyemprotan. Berikut adalah gambar pompa air yang digunakan

Gambar 4.4 Pompa penyedot bahan galian

Gambar 4.5 Pompa Penyedot air penyemprotan

30
c. Selang

Selang yang digunakan pada proses pengolahan emas di PT. Panca Logam
Makmur ada tiga, yaitu: Selang air penyemprotan berupa selang terpal yang 4
inch dan panjangnya ± 100 meter, selang monitor yang berupa selang benang
dengan ukuran 3 inch dengan panjang 20 meter dan selang penyedot air
penyemprotan berupa selang spiral yang 4 inch dengan panjang 7 meter. Berikut
adalah gambar selang yang digunakan.

Gambar 4.6 Selang air Penyemprotan

Gambar 4.7 Selang Monitor

Gambar 4.8 Selang Penyedot air Penyemprotan

31
d. Pipa Paralon

Pipa yang digunakan pada proses pengolahan emas di PT. Panca Logam
Makmur ada dua yaitu: Pipa penyedor bahan galian panjang pipa ini ±3 mete dan
pipa penyalur bahan galian panjangnya sekitar 12 meter masing-masing pipa
tersebut berdiameter 36 cm. Berikut adalah gambar pipa yang digunakan

Gambar 4.9 Pipa penyedot bahan galian

Gambar 4.10 pipa penyalur bahan galian

32
e. sluice box

Berikur adalah gamabr Sluice Box yang digunakan pada Proses Pengolahan
emas pada PT. Panca Logam Makmur.

Gambar 4.11 Sluice Box

f. Wajan Pendulangan

Berikut adalah gambar wajan pendulangan yang digunakan pada proses


Pengolahan emas di PT. Panca Logam Makmur.

Gambar 4.13 Wajan Pendulangn

33
4.2.2 Hasil Pengolahan Data Lapangan

Tabel 4.1 Hasil Pengolahan Data Lapangan di PT. Panca Logam Makmur.

percobaan Kecepatan Aliran Air Emas Hasil Olahan Tailing

pertama 2,06 32,49 37,64

Ke dua 2,42 50,14 17,3

Ke tiga 2,46 50,32 17,13

Ke empat 2,46 50,56 15,64

Ke lima 2,45 50,14 13,44

Ke enam 2,45 50,13 13,25

Ke tujuh 2,5 42,19 20,12

Ke delapan 3,02 39,5 22,3

Ke sembilan 3,03 32,16 24,32

Ke sepuluh 3,14 28,19 22,44

34
BAB V
PEMBAHASAN
5.2 Tahapan Pengolahan Emas

Adapaun tahapan pengolahan emas pada PT. Panca Logam Makmur adalah
sebagai berikut.

1. Air yang dihisap menggunakan pompa air penyemprotan kemudian dialirkan


melalui selang air penyemprotan menuju selang monitor.

Gambar 5.1 Penyedotan air air penyemprotan

2. Air yang mengalir dengan tekanan tinggi melalui selang monitor kemudian
digunakan untuk proses penyemprotan bahan galian untuk memisahkan bahan
galian tertentu dengan bahan galian lainnya sebelum melewati proses
penyaringan.

Gambar 5.2 Pemisahan bahan galian

35
3. Bahan galian yang telah melewati proses penyemprotan kemudian disedot
dengan menggunakan pompa air penyedotan bahan galian melalui pipa
pengisapan.

Gambar 5.3 Penyedotan bahan galian

4. Bahan galian yang telah disedot dengan menggunakan pompa air penyedotan
kemudian dialirkan melalui pipa paralon menuju proses penyaringan pada
sluice box

Gambar 5.4 Proses Penyaluran Pada sluice box

36
5. Setelah bahan galian teralirkan melalui sluice box, maka bahan galian tertentu
akan tersaring oleh karpet sluice box.

Gambar 5.5 Penyaringan pada sluice box

6. Karpet sluice box yang digunkan untuk menyaring bahan galian tersebut
kemudian dicuci pada bak penampungan.

Gambar 5.6 Pencucian Karpet

7. Setelah bahan galian tertampung pada bak penampungan kemudian dilakukan


proses pendulangan untuk memisahkan emas dengan tanah.

Gambar 5.7 Prose pendulangan

37
8. Kemudian hasil bahan galian yang telah didulang akan dibakar sebagai
sebagai tahap akhir pada proses pengolahan ini sehingga untuk mendapatkan
emas yang diinginkan.

Gambar 5.8 Proses Pembakaran Emas

5.2 Faktor Penyebab Terjadinya Loosing

Selama melakukan penelitian dilapangan, penelititi menemukan penyebab


terjadinya loosing pada proses pengolahan emas pada PT. Panca Logam Makmur
melalui kinerja instrumen-instrumen yang ada adalah Kecepatan aliran air dan
sluice box.

5.2.1 Kecepatan Aliran Air

Kecepatan aliran air merupakan hal yang paling penting dalam proses
pengolahan emas pada PT. Panca Logam Makmur karena dikarenakan sistem
penambangan yang digunakan adalah sistem hydraulic sehingga harus
membutuhkan perhatian khusus tidak boleh terlau cepat dan tidak boleh juga
terlalu lambat.

38
5.2.2 Dimensi Sluice Box

Gambar 5.9 Sluice box

Pada lokasi penelitian ini sluice box yang digunakan memiliki kemiringan 15
derajat dan ukuran bagian-bagiannya dijelaskan sebagai berikut :

1) Papan Luncur

Papan luncur berfungsi sebagai wadah pengaliran bahan galian yang padanya
berlangsung pula proses penyaringan melalui bagian sluice box lainnya. Pada
lokasi penelitian ini papan luncur yang digunakan berukuran panjang 4 meter,
lebar 40 cm dan tinggi 25 cm . Dari hasil perkalian panjang, lebar dan tinggi
tersebut ditemukan volume papan luncur 0,4 M3.

2) Kotak Sluice Box

Kotak sluice box berfungsi sebagai wadah penampungan bahan galian yang
dilepaskan pipa paralonn untuk kemudian dialirkan ke arah riffles. Pada lokasi
penelitian ini kotak sluice box yang digunakan berukuran panjang ialah 33 cm,
lebar 30 cm serta tinggi 37 cm. Dari hasil tersebut maka ditemukan volume 0,03
m3.

39
3) Riffles

Berfungsi sebagai penyaring material yang berukuran besar agar material


besar tidak mengganggu proses penyaringan yang berlangsung selanjutnya. Dan
juga agar material besar yang jatuh di karpet sluice box tidak dengan kecepatan
tinggi sehingga karpet yang digunakan terhindar dari kerusakan yang lebih cepat.
Pada lokasi penelitian ini riffles digunakan berukuran panjang 60 cm, lebar 56 cm
dan besaran filter 4 cm.

4) Karpet Sluice Box

Proses kerja karpet sluice box merupakan tahapan final dari proses
penyaringan sluice box. Karpet sluice box berfungsi sebagai penyaring bahan
galian. Karpet yang digunakan berukuran panjang 104 cm, lebar 63 cm yang
berjumlah 7 lembar dalam satu sluice box.

5) Dredging Riffles

Berfungsi sebagai penghalang bahan galian yang dialirkan pada sluice box
yang letaknya tepat berada diatas karpet dengan tujuan agar terjadi turbulensi pada
aliran bahan galian tersebut sehingga mampu meningkatkan daya tangkap dari
karpet sluice box. Pada lokasi penelitian ini dredging riffles yang digunakan
berbentuk balok dengan ukuran panjang 40 cm, lebar 2 cm, dan tinggi 2,5 cm.
dredging riffles yang digunakan pada sluice box berjumlah 6 buah dengan jarak
antara 66,6 cm.

5.2.3 Pengaruh Kecepatan Aliran Air Terhadap Penyebab Terjadi Loosing

Analisa pengaruh kecepatan aliran air terhadap terjadinya loosing dalam


proses pengolahan emas di PT. Panca Logam Makmur pada tabel 4.1 akan
diuraikan lebih lanjut berdasarkan grafik berikut.

40
Gambar 5.10 Grafik pengaruh kecepatan air terhadap penyebab terjadi loosing

Pada gambar grafik 5.10 menunjukkan bahwa kecepatan aliran air sangat
mempengaruhi terjadinya loosing dalam proses pengolahan emas di PT. Panca
Logam Makmur, karena jika kecepatan aliran air tinggi akan terjadi loncatan
material pada sehingga proses penyaringan pada karpet akan tidak maksimal hal
ini dapat dilihat pada percobaan 8, percobaan 9 dan 10 yang mana kecepatan
aliran airnya adalah 3.02 m/s, 3.03 m/s dan 3.14 m/s untuk emas yang didapatkan
hanya 39.5 gram, 32.17 gram dan 28.19 gram. Dan ketika kecepatan aliran air
juga terlalu rendah maka material tanah akan lebih banyak tertumpuk pada karpet
sluice box sehingga emas yang didapatkan juga berkurang, hal ini bisa dilihat
pada percobaan pertama yang mana kecepatan aliran airnya 2,06 m/s sehingga
emas yang diperoleh hanya 32,49 gram.

Pada grafik 5.10 tersebut untuk kecepatan Aliran air yang cocok digunakan
adalah sekitar 2.42 ms/s, 2.46 dan 2.45 m/s hal ini dapat dilihat pada percoaban ke
tiga, ke empat, ke lima dan ke enam yang mana jumlah emas yang dihasilkan
adalah 50.14 gram, 50.32 gram, 50.56 gram, 50.14 gram dan 50.13 gram.

41
5.3 Cara Mengurangi Terjadinya Loosing

Dalam kegiatan pengolahan endapan placer memiliki ragam jenis pengolahan,


tapi umumnya memanfaatkan sifat fisik dari bahan galian tersebut dengan metode
gravitasi yang merupakan salah satu metode pemisahan mineral yang didasarkan
pada perbedaan massa jenis antara meterial kosentrat dan material pengotor.

Sluice box merupakan salah satu alat pengolahan yang masuk kedalam bagian
pemisah (separation). Alat ini biasa digunakan pada tambang semprot untuk
lapisan alluvial. Dimana lapisan alluvial ini disemprot dengan air bertekanan
tinggi menggunakan pompa sederhana untuk melepaskan butiran material
berharga dengan fragmen alluvial. Selanjutnya aliran lumpur alluvial ini
disemprotkan ke dalam sluice box tersebut untuk dilakuan proses pemisahan awal.
Sluice box juga dapat ditempatkan secara langsung dilapangan, seperti di sungai
yang memiliki aliran yang telah terindikasi mengandung mineral berat yang
bernilai ekonomis. Sistem pengolahan sluice box ini didasarkan atas perbedaan
berat jenis dengan umpan berupa slurry. Sedangkan sluicing adalah proses
konsentrasi berdasarkan flowing fill concentration (proses pemisahan butiran atau
partikel dengan menggunakan media air, dimana proses pemisahan partikel
berdasarkan perbedaan berat jenisnya), banyak dipakai untuk konsentrasi kasar
(preconcentration) terhadap endapan bijih yang kadarnya rendah, dimana
butiran-butiran mineral berharga sudah bebas sempurna. Sluice box yang umum
digunakan memiliki dimensi panjang ± 8 meter dan lebar ± 1 meter. (Sriyanti,
2018)

42
5.3.1 Parameter Penunjang Alat Sluice box

Dibuatnya suatu alat pemisahan atau concentrating tidak terlepas dari adanya
parameter penunjang dari masing-masing alat pengolahan, karena setiap alat
pengolahan memiliki ciri khas dan karakteristiknya masing-masing. Terdapat
beberapa parameter yang menjadi ciri dan karakter dari alat sluice box untuk
mencapai recovery yang diinginkan. Parameter dari alat sluice box adalah sebagai
berikut :
1. Dimensi. Pada dasarnya dimensi dari sluice box merupakan parameter dari
alat tersebut karena dimensi menentukan berapa kuat alat untuk menampung
bahan galian yang akan dilakukan pengujian. Semakin besar dimensi dari alat
semakin besar pula kekuatan alat untuk menampung bahan galian.
2. Riffles. Parameter penunjang lainnya yaitu riffles, yang berperan untuk
menahan bahan galian dan tempat terjadinya proses pemisahan pada alat
sluice box.
3. Kemiringan. Parameter lain dari alat ini adalah kemiringan yang mana
kemiringan merupakan prinsip dasar dari lajunya air dan material sehingga,
semakin miring alat maka laju air akan semakin cepat dan apabila tidak
diimbangi dengan jenis, tinggi, dan bentuk riffles maka bahan galian tidak
akan tertahan dan akan terbawa arus. Sebaliknya apabila tidak miring maka
air akan menggenang dan material akan mengendap semua.
4. Debit Air. Debit air berperan penting dalam alat ini bersamaan dengan
kemiringan. Debit air yang besar akan mengakibatkan bahan galian mudah
terbawa melewati riffles, sedangkan debit yang terlalu kecil akan
mengakibatkan bahan galian bersama tailing ikut terendapkan.
5. Jenis Karpet. Parameter terakhir dari alat sluice box adalah karpet, yang mana
karpet ini yang nantinya akan menangkap bahan galian yang kasar sampai
halus. Ada beberapa jenis dan ukuran saringan atau karpet seperti, Rubber
Mat atau karpet kasar yang berfungsi untuk menangkap emas dengan ukuran
butir besar dan miner moss atau karpet halus yang berfungsi untuk
menangkap emas atau bahan galian dengan ukuran halus. ( Suriyanti, 2018 )

43
Pada lokasi penelitian yaitu di PT. Panca Logam Makmur juga menggunakan
Sluice box untuk mengolah bahan galian emas, akan tetapi untuk ukuran
dimensinya masih kurang maksimal. Dalam pengolahan emas pada PT. Panca
Logam Makmur menggunakan Sluice box dengan ukuran panjang 4 meter, lebar
40 cm dan tinggi 25 cm sehingga masih berpotensi terjadi loosing, Hal ini
dibuktikan dengan adanya pengolahan berulang-ulang kali.

Olehnya itu untuk meminimalisir terjadinya loosing dalam proses pengolahan


emas pada PT. Panca Logam Makmur maka Penulis menyarankan design Sluice
box untuk pengolahan emas yang bisa menjadi pertimbangan kedepannya

44
Posisi Riffles

Gambar 5.22 Design Sluice box

45
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasi penelitan yang dilakukan dilapangan maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai adalah sebagai berikut:

1. Proses pengolahan emas pada PT. Panca Logam Makmur masih


menggunakan alat-alat manual. Adapun proses pengolahannya dimulai dari
penyemprotan material dengan tekanan yang sangat tinggi untuk memisahkan
antara material yang satu dengan materlial lainnya. kemuadian material
tersebut di sedot menggunakan pipa degan bantuan mesin penyedot lalu di
alirkan menuju sluice box. Setelah itu karpet yang ada Pada sluice box dicuci
di bak penampungan untuk mengeluarkan material yang tertahan pada karpet
tersebut. Selanjutnya hasil cucian karpet yang di bak penampungan di dulang,
lalu emas hasil dulangan tersebut di bakar sebagai tahap akhir.

2. Proses pengolahan emas pada PT. Panca Logam Makmur dapat terjadi
loosing karena beberapa sebab di antaranya :

a) Kecepatan Aliran Air

Kecepatan aliran air sangat mempengaruhi terjadinya loosing, karena


dengan kondisi material yang demikian maka jika kecepatan aliran air tinggi
akan terjadi loncatan material sehingga proses penyaringan pada karpet akan
tidak maksimal dan ketika kecepatan aliran air juga terlalu rendah maka hanya
akan membuat material terendapkan dalam pipa paralon dan tidak mampu
mengantarkan material menuju Sluice Box.

b) Papan Luncur

Papan luncur yang digunakan pada lokasi penelitian ini berukuran


panjang 4 meter, lebar 40 cm, dan tinggi 25 cm. Maka dengan kondisi
demikian kemampuan proses penyaringan yang dimiliki papan luncur sangat
terbatas yaitu hanya dengan jarak 4 meter dan lebar 40 cm yang jelas

46
mempengaruhi ketebalan aliran air, karena ketika kecepatan aliran air
melebihi kapasitas penampungan yang dimiliki papan luncur, maka akan
mengakibatkan tingginya ketebalan aliran air yang juga mempengaruhi daya
tangkap karpet.

c) Dredging Riffles

Dredging riffles yang digunakan pada lokasi penelitian ini berbentuk


balok dengann ukuran panjang 40 cm, lebar 2 cm, dan tinggi 2,5 cm. dengan
kondisi demikian kinerja dredging riffles tidak akan maksimal dalam
menghalangi aliran air dan juga tidak akan mampu membuat turbulensi
dengan baik sehingga mempengaruhi daya tangkap dari sluice box.

d) Kemiringan Sluice Box

Kemiringan Sluice Box harus dilihat dari penyesuaian antara kecepatan


aliran air dengan volume papan luncur, jika tidak maka akan mempengaruhi
ketebalan aliran air. Ketika aliran air memiliki ketebalan yang tinggi maka
akan membuat material tidak mampu dijangkau oleh karpet sluice box yang
ahirnya akan mengakibatkan terjadinya loosing.

3. Bentuk dan ukuran ideal dari sluicebox sangat berpengaruh terhadap hasil
recorvery. Maka untuk meminimalisir terjadinya loosing adalah 8 meter
untuk panjang papan luncur sluice box, lebar 60 cm, tinggi 30 cm, hal ini
bertujuan untuk mencegah loncatan material ketika ketebalan air meningkat
karena pengaruh kecepatan aliran air.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian yang dilakukan, penulis memberikan saran sebagai


berikut:

1) Saran model Design sluice box. (Terlampir)


2) Berharap agar pihak perusahaan mempertimbangkan hasil penelitian kerja
praktek penulis untuk ditindak lanjuti.

47
DAFTAR PUSTAKA

Astuti W, Dkk. 2019. Pelarutan Emas penelitian konsentrat emas hasil roasting
menggunakan reagen tiosianat. Program Studi Teknik Metalurgi,
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa: Banten
Astuti W, 2018. Benefisiasi Bijih emas dan Perak Kadar Rendah Menggunakan
Palong dan Metode Flotasi: Lampung Selatan
Fadlin, dkk. 2012. Karakteristik Endapan Emas Orogenik Sebagai Sumber Emas
Placer di Daerah Wumbubangka, Bombana,Sulawesi Tenggara. Sekolah
Tinggi Teknologi Nasional: Yogyakarta.
Heruroso S, Dkk. 2019. Endapan emas Placer di daerah wumbubangka
keccamatan rarowatu utara Kabupaten Bombana Sukawesi Tenggara.
Jurusan Teknik Geologi, Institut Teknologi Adh Tama Surabaya:
Surabaya indonesia.
Hidayanti R, Dkk. 2017. Analisis pengaruh penambangan emas terhadap kondisi
tanah pada pertambangan rakyat Poboya Palu, Provinsi Sulawesi Tengah.
Jurusan teeknik pertambangan universitas muslim Indonesia: makasar
Idrus Arifudin, Dkk.2020. Perubahan komposisi batuan metamorf akibat proses
alterasi hidrotermal pada endapan emas di pegunungan rumbia, pada
lengan tenggara pulau sulawesi. universitas gadja mada: Jogja
idrus Arifudi, Dkk. 2019. Krakteristik fluida hidrotermal endapan emas orogenik
do pegunungan rumbia, Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi
Tenggara. Universitas Gadja Mada: jogja.
Suriyanti, Dkk. 2018. Rancangan Alat Sluice Box Berdasarkan Kemiringan dan
Ukuran Butir Guna Memperoleh Nilai Recovery Optimal pada Hematit
(Fe2) di Pesisir Pantai Cibobos Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak
Provinsi Banten. Prodi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik,
Universitas Islam Bandung: bandung

Sulistyana. 2011 Eksplorasi bijih emas plaesr didaerah kabupaten Bombana


Provensi Sulawesi Tengggara. Prosiding TPT XX Perhapi 2011.
Setiawan I, Dkk. 2014. Batuan Pembawa emas pada mineralisasi sulfida
berdasarkan data Petrografi Kimia Daerah Cihonje gumelar banyumas.
Jawah tengah.
Usman. 2011. Hubungan Penyebaran sedimen dengan kandungan emas dan perak
letakan di lepas pantai muara sungai sambas besar, kabupaten sambas
Kalimantas Barat. Pusat Penelitian Dan pengembangan geologi Kelautan:
Bandung.

48
LAMPIRAN

49
Lampiran 1 : Design Sluice Box

50
Lampiran 2 : Dokumentasi Kerja Praktek

Gambar : Sluice Box Gambar : Gambar Karpet Sluice Box

Gambar : Mesin Pompa Air Gambar : Mesin Penyedot Bahan Galian

Gambar : Selang Penyemprotan Gambar : Jenis Material

51
Gambar : Proses Penyemprotan Material Gambar :Pencucian Karpet Sluice Box

Gambar : Proses Pendulangan Gambar : Proses Pembakaran Emas


Hasil Dulangan

Gambar : Emas Bombana

52
53

Anda mungkin juga menyukai