Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pulau Sulawesi dan sekitarnya termasuk dalam daerah yang kompleks
akibat dari interaksi tiga lempeng, yaitu Lempeng Australia, Lempeng Pasifik,
dan Lempeng Eurasia. Bentuk pulau yang seperti huruf K dapat menunjukkan
adanya kompleksitas geologi di Pulau Sulawesi (Hall, 2002; Martosuwito, 2012).
Kabupaten Bombana merupakan salah satu kabupaten yang berada di
Sulawesi Tenggara yang memiliki salah satu kekayaan alam berupa endapan
emas. PT. Panca Logam Nusantara merupakan salah satu perusahaan yang
bergerak pada bidang Penambangan emas dan pengolahan emas.
Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa,
kekerasannya berkisar antara 2,5 – 3 (skala Mohs), Emas melebur dalam bentuk
cair pada suhu sekitar 1000 derajat celcius. serta berat jenisnya tergantung pada
jenis dan kandungan logam lain yang berpadu dengannya.
Emas terbentuk dari proses magmatisme atau
pengkonsentrasian di permukaan. beberapa endapan terbentuk karena proses
metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian
secara mekanis menghasilkan endapan alluvial (placer). Genesa emas
dikategorikan menjadi dua yaitu endapan primer dan endapan placer.
Di dalam pertambangan emas ada beberapa cara yang dilakukan oleh
penambang untuk mengolah emas, seperti menggunakan Sluice Box dan
gelondung (Tromol). Pemilihan cara pengolahan bijih emas yang tepat sangatlah
penting karena berhubungan dengan pemasukan dan pengeluaran cost
perusahaan, pemelihan pengolahan yang tepat bukan hanya melihat cost, tetapi
limbah dari bekas pengolahan harus diperhatikan sesuai dengan baku mutu yang
ada. Metode tambang semprot (Hydraulicking) merupakan metode yang sering
digunakan dalam serangkaian proses kegiatan penambangan bijih emas.
Metode tambang semprot ini sangat umum digunakan karena mengingat
biaya yang relatif murah setara dengan tingkat ekonomi masyarakat setempat

1
dan operasinya pun tidak terlalu rumit bersifat semi mekanik yaitu adanya
produktivitas mesin yang di bantu dengan tenaga manusia. Pada tambang
semprot digunakan alat semprot (monitor) dan pompa untuk memberaikan
batuan dan selanjutnya lumpur hasil semprotan dialirkan atau dipompa ke
instalasi konsentrasi (sluiccbok/kasbok). Cara ini banyak dilakukan pada
pertambangan skala kecil termasuk tambang rakyat dimana tersedia sumber air
yang cukup, umumnya berlokasi di dekat sungai atau di tengah sungai.

PT. Panca Logam Nusantara adalah salah satu perusahaan yang bergerak
dibidang pertambangan bijih emas di Sulawesi Tenggara. Sistem
penambangannya dilakukan secara tambang semprot (Hydraulicking), dengan
urutan kegiatan meliputi : kegiatan pengupasan tanah penutup (OB),
pembongkaran, pemisahan dan pemurnian antara konsentrat (mineral yang
dikehendaki) dengan tailing (pengotor yang menyertai).
Pada tambang semprot digunakan alat semprot (monitor) dan pompa
untuk memberaikan batuan dan selanjutnya lumpur hasil semprotan dialirkan
atau dipompa ke instalasi konsentrasi (sluiccbok/kasbok). Cara ini banyak
dilakukan pada pertambangan skala kecil termasuk tambang rakyat dimana
tersedia sumber air yang cukup, umumnya berlokasi di dekat sungai atau di
tengah sungai.

1.2 Rumusuan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana proses kegiatan penambangan bijih emas dengan metode tambang
semprot (Hydrolicking) ?
2. Apa saja alat yang digunakan beserta fungsi dari alat tersebut ?t

1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini yaitu mengkaji proses


kegiatan penambangan bijih emas dengan peralatan yang digunakan berdasarkan
metode tambang semprot (hydrolicking), pada Pt. Panca Logam Nusantara.

2
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui proses kegiatan penambangan bijih emas dengan metode
tambang semprot.
2. Untuk mengetahui alat apa yang digunakan beserta fungsi dari alat tersebut

1.5 Manfaat Penelitiaan


Adapun setelah dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat
diperoleh beberapa manfaat baik terhadap penulis maupun terhadap
perusahaan yaitu :
1. Sebagai perbandingan antara teori dan praktek.
2. Sebagai bahan studi perbandingan bagi penelitian yang ada kaitannya
dengan dengan penambangan bijih emas dengan metode tambang
semprot (Hydrolicking).

1.6 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan pada laporan kerja praktek (KP) ini
antara lain :
BAB I Pendahuluan, berisi latar belakang yang melandasi penelitian
sehingga dilakukan yaitu berupa rumusan masalah, batasan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. 
BAB II  Tinjauan Umum, menjelaskan tentang profil perusahaan tempat
penelitian di lakukan.
BAB III Landasan Teori, menjelaskan tentang materi - materi atau
pengertian dari  judul yang dipilih. Yaitu materi  teoritis tentang pengolahan
emas dan kualitas air.
BAB IV Metodologi dan Hasil kerja Praktek, menjelaskan langkah-langkah
dalam proses pengerjaan penelitian, alat dan bahan penunjang penelitian
serta hasil yang didapatkan melalui proses penelitian.

3
BAB V Pembahasan, menggambarkan hasil data – data yang diproses dalam
penelitian melalui diagram. Serta menjelaskan tentang faktor – faktor yang
mempengaruhi dalam proses penelitian
BAB VI Penutup, berisi kesimpulan dan saran untuk keperluan penerapan
maupun  pengembangan selanjutnya.

1.6 Rencana Kegiatan Penelitian

Pelaksanaan kegiatan penelitian dipada PT. JAGAD RAYATAMA, pada


bulan Oktober dengan jadwal rencana penelitian sebagai berikut :

Tabel 1.1. Jadwal Rencana Penelitian

Minggu
No Rencana Kegiatan
I II III IV V
1 Studi Literatur        
2 Observasi Lapangan          
3 Pengumpulan Data          
4 Pengolahan Data          
5 Penyusunan Laporan          

4
BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1. Lokasi Penelitian Kerja Praktek dan Kesampaian


daerah
Kegiatan pertambangan bahan galian emas dilaksanakan
oleh PT. Panca Logam Nusantara yang secara geografis daerah
penyelidikan terletak pada koordinat 04° 38’ 18.70”– 04° 38’
55.10” Lintang Selatan dan 121° 53’ 7.30”–121° 54’ 59.6” Bujur
Timur. Secara administratif daerah penyelidikan terletak di bagian
Selatan Propinsi Sulawesi Tenggara, tepatnya berada pada Desa
Wumbubangka Kecamatan Rarowatu Utara, Kabupaten Bombana,
Propinsi Sulawesi Tenggara.

Tabel 2.1. Batas-batas koordinat lokasi penyelidikan

No. Bujur Timur Lintang Selatan

1. 121o 51’ 42.0” 04o 36’ 32.0”


2.
121o 55’ 04.9” 04o 36’ 32.0”
3.
121o 55’ 04.9” 04o 38’ 53.9”
4.
5. 121o 54’ 40.6” 04o 38’ 53.9”
6. 121o 54’ 40.6” 04o 38’ 17.3”
7.
121o 53’ 06.3” 04o 38’ 17.3”
8.
121o 53’ 06.3” 04o 38’ 03.2”
9.
121o 51’ 42.0” 04o 38’ 03.2”
Pt. Panca Logam Nusantara

5
Daerah penyelidikan ditempuh dengan menggunakan
kendaraan beroda dua atau beroda empat dengan jarak ± 20 km
dari Kota Bombana dan waktu tempuh ± 1 jam. (Gambar 2.1).

6
Keteragan :

PT.Panca Logam Nusantara

6
2.2. Luas Wilayah PT. Panca Logam Nusantara

Luas wilayah keseluruhan mencapai 2000 Ha dengan


jenis pembagian lahan yang terdiri atas HPT (Hutan Produksi
Terbatas), HP (Hutan Produksi) dan APL (Areal Penggunaan
Lain).

2.3. Keadaan Iklim

Lokasi IUP bahan galian emas PT. Panca Logam


Nusantara Desa Wumbubangka, Kecamatan Rarowatu Utara,
secara klimatologi masuk kedalam Stasiun Hukaea. Perubahan
yang mungkin terjadi akibat kegiatan pertambangan ini hanya
pada iklim mikro. Kondisi iklim mikro ini meliputi temperatur,
kelembaban dan evapotranspirasi yang kesemuanya
dipengaruhi oleh curah hujan, hari hujan dan kecepatan angin.
Berdasarkan hasil perhitungan data CH pada Stasiun Hukaea
didapatkan curah hujan tahunan di Kecamatan Rarowatu Utara
sebesar 743.1 mm/tahun, dan jumlah hari hujan sebesar 78.4
hari. Berdasarkan data curah hujan pada Satsiun Hukaea maka
diperoleh curah hujan yang paling tertinggi terdapat pada bulan
juni dengan rata-rata curah hujan 111.6 mm/bulan dan curah
hujan yang terendah terdapat pada bulan oktober dengan rata-
rata curah hujan sebesar 15.4 mm/bulan. Kondisi temperatur
udara di Kecamatan Rarowatu Utara Kabupaten Bombana

berkisar antara 23 - 27.3o C dengan kelembaban relatif bulanan


selama 10 tahun terakhir berkisar 71.5-86.5 %.
Evapotranspirasi berkisar 2.5 - 4.9 mm/hari.

6
2.4. Keadaan Lingkungan

Topografi daerah penyelidikan merupakan perbukitan


bergelombang dengan ketinggian sekitar 60 sampai 228 mdpl.
Daerah ini dialiri oleh sungai-sungai utama berupa Aaala
Ewbululu sehingga sangat membutuhkan penampungan air.

2.5. Geologi Umum

a. Morfologi

Uraian geomorfologi bertujuan untuk memahami keadaan bentang


alam yang ada sekarang serta perkembangannya, faktor-faktor yang
mempengaruhinya seperti litologi, struktur geologi, atau proses geologi
muda. Dari semua data tersebut selanjutnya digunakan untuk membantu
memahami keadaan geologi secara interpretatif.

Pembahasan mengenai geomorfologi daerah penyelidikan meliputi


penjelasan pembagian satuan geomorfologi; uraian tentang sungai pada
daerah penyelidikan termasuk jenis pola aliran sungai, klasifikasi sungai,
tipe genetik dan stadia sungai. Pembentukan bentang alam dari suatu daerah
merupakan hasil akhir proses-proses geomorfologi yang bekerja. Proses
tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan, baik secara fisik maupun
secara kimia pada permukaan bumi. Bentuk bentang alam yang dihasilkan
akan bervariasi, yang kemudian dapat diklasifikasikan berdasarkan
karakteristik hasil bentukan dari proses (Thornburry, 1969). Klasifikasi
satuan bentang alam berdasarkan genetik dikemukakan dalam Van Zuidam,
1985 dalam sistem klasifikasi ITC (International Terrain Classification).
Adapun klasifikasi dari berdasarkan genetik tersebut adalah :

Tabel 2.2. Klasifikasi satuan bentang alam berdasarkan genetik pada sistem
ITC (Van Zuidam, 1985)

7
No. Bentuk Warna
1. Struktural Ungu
2. Vulkanik Merah
3. Denudasional Coklat
4. Marine Hijau
5. Fluvial Biru Tua
6. Glasial Biru Muda
7. Karst Orange
8. Eolian Kuning
Sumber: Van Zuidam, 1985

Pendekatan bentuk yaitu didasarkan pada bentuk permukaan bumi


yang dijumpai di lapangan yakni berupa topograpi pedataran,
bergelombang, perbukitan dan pegunungan. Adapun aspek bentuk ini perlu
memperhatikan parameter dari setiap topografi seperti bentuk puncak,
bentuk lereng, bentuk lembah.
Pendekatan parametris yaitu didasarkan pada beberapa parameter
geomorfologi yang bisa diukur. Unsur tersebut terdiri atas ketinggian, luas,
relief, sudut lereng, kerapatan sungai, tingkat erosi dan sebagainya.

Pendekatan parametris yang digunakan untuk penentuan satuan


bentang alam yaitu persentase kemiringan lereng dan beda tinggi.
Klasifikasi kemiringan lereng yang digunakan yaitu menurut Van Zuidam,
1985. Adapun klasifikasi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.3. Klasifikasi satuan bentang alam berdasarkan sudut lereng dan
beda tinggi (Van Zuidam ,1985)

Sudut Lereng Beda Tinggi


Satuan
(%) (meter)
Relief
Datar atau hampir datar 0–2 <5

Bergelombang/ miring landai 3–7 5 – 50

Bergelombang/ miring 8 – 13 51 – 75
Berbukit bergelombang/ miring 14 – 20 76 – 200

8
Berbukit tersayat tajam/ terjal 21 – 55 200 – 500

Pegunungan tersayat tajam/ sangat tajam 55 – 140 500– 1000

Pegunungan/ sangat curam > 140 > 1000

Sumber: Van Zuidam, 1985

dasar penamaan satuan bentang alam daerah penelitian didasarkan atas dua
aspek pendekatan yaitu pendekatan bentuk dan pendekatan parametris.
Maka pembagian satuan bentang alam daerah peneltitian terdiri atas :

1. Satuan bentang alam perbukitan curam

Satuan ini menempati bagian selatan dari daerah penyelidikan


memiliki pelamparan sekitar 20% dengan ketinggian antara 100 sampai
300 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan rata-rata 35-55 o.
Batuan penyusun batuan ini berupa batuan resisten dari batuan
metamorfik.

2. Satuan perbukitan landai

Satuan ini menempari bagian timur laut daerah penelitian


melampar sekitar 80% dengan ketinggian antara 60 sampai 80 meter di
atas permukaan laut, memiliki kemiringan rata-rata sekitar 5-10 o.
Satuan ini tersusun oleh batuan-batuan yang kurang resisten dari
endapan Kuarter.

b. Stratigrafi
Pengelompokkan dan penamaan dari satuan batuan didasarkan atas
litostratigrafi tidak resmi dengan mengacu pada ciri fisik yang dapat
diamati di lapangan yang meliputi jenis batuan, dominasi batuan,
keseragaman ciri litolog, posisi stratigrafi dan hubungan antara satu
batuan dengan satu batuan yang lain serta dapat dipetakan pada skala 1
:25.000 (Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996).

9
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka daerah penyelidikan dapat
dibagi menjadi 3 (tiga) satuan batuan dari yang termuda hingga yang tertua
yaitu Satuan lempung-pasir kerikilan, Satuan batu lempung pasiran dan
Satuan batuan metamorf.

1. Satuan Endapan Kuarter


Endapan ini terdiri dari endapan-endapan lepas lempung
berpasir sampai pasir berkerikil yang membentuk struktur berlapis dan
bergradasi normal. Fragmen-fragmen lepas berukuran kerakal-
berangkal dan dominan kerikil-pasir kasar berupa fragmen kuarsit,
batuan terkersikan, mineral kuarsa, mineral mika, mineral hematit,
ilmenit, titanit dan mineral logam berat lainnya yang mengambang di
dalam matriks berukuran pasir sedang – lempung berwarna coklat
kehijauan. Beberapa singkapan memperlihatkan ketebalan yang
bervariasi antara 20cm – 8 meter. Endapan ini diperkirakan merupakan
hasil dari proses pengendapan aluvial purba berarus kuat dengan arah
relatif barat-timur. Endapan semacam ini sering disebut paleoaluvial
yang terbentuk pada Zaman Kuarter dan endapan aluvial resen yang
berada di sekitar sungai. Endapan paleoaluvial terbentuk karena adanya
arus transportasi yang kuat melewati penghalang berupa barisan
gelombang di perbukitan bagian barat dan selatan daerah penyelidikan
telah mengakibatkan fragmen-fragmen kerikil-berangkal pada bagian
muka (front) dan didominasi oleh endapan-endapan pasir- kerikil pada
bagian belakang (back) lensa pengendapan. Arus kuat yang berakibat
gaya turbulensi serta putaran memusat menyebabkan mineral-mineral
logam berat banyak terendapkan. Satuan ini melampar kurang lebih 60
% dari daerah penyelidikan.

2. Satuan batu lempung pasiran

Satuan ini dicirikan oleh sifat fisik berwarna abu-abu cerah sampai
abu-abu gelap, bersifat lempungan, tekstur klastik, mud supported,

10
sortasi baik, kemas terbuka, berstruktur gradasi normal. Anggota
satuan batuan ini merupakan batu lempung dengan susunan fragmen
batu pasir, kuarsa konglomeratan, dan batu lempung pasiran yang
berukuran pasir sedang sampai kerikilan, bentuk butir membundar
tanggung sampai membundar, tersusun sehingga membentuk
struktur gradasi normal yang mengambang di dalam matriks
lempung berwarna abu-abu sampai abu-abu gelap. Satuan ini
melampar ±20 % dari daerah penyelidikan.

3. Satuan Batuan Metamorf

Satuan ini dicirikan oleh sifat fisik berwarna abu-abu cerah


sampai abu-abu kehitaman, bersifat brittle dan dengan tekstur foliasi,
berstruktur genesan sampai sekisan, berukuran butir lempung sampai
dengan pasir, tekstur foliasi, secara dominan tersusun oleh mineral mika
yang kadang memperlihatkan pola struktur augen kuarsa berukuran
kerikilan. Sebagian anggota pada satuan ini mengalami proses
pengersikan pada batuan induk. Pada bagian paling atas dari satuan ini
terdapat hornfels berwarna merah dengan urat-urat kuarsa warna putih
susu yang tidak termineralisasi. Satuan ini merupakan satuan batuan
tertua pada daerah penyelidikan yang berumur PraTersier. Satuan ini
melampar ±20 % dari daerah penyelidikan.

c. Struktur dan Tektonik

Daerah penyelidikan termasuk bagian dari sistem pola Struktur


Patahan Bungku yang memanjang arah relatif barat-barat laut – timur-
tenggara. Struktur patahan ini membentuk Pola Antiklinorium Lemah
Langkowala dengan orientasi Sumbu antiklin-sinklin berarah relatif utara-
selatan. Struktur geologi tersebut diketahui berdasarkan pengamatan data
lapangan. Hal ini dapat dibuktikan di lapangan melalui perlapisan endapan
Kuarter yang membentuk arah perlapisan relatif utara-selatan. Pada bagian

11
barat daerah penyelidikan terlihat beberapa perlapisan dengan kemiringan
lapisan yang landai atau sekitar 10º.
2.6. Hidrologi (Debit Air)
Daerah aliran sungai yang ada di sekitar wilayah Izin Usaha
Pertambangan PT. Panca Logam Nusantara terdiri atas sungai Watu-watu
dengan sejumlah anak sungainya dan Sungai Langkowala. Kedua sungai ini
melintasi wilayah IUP PT. Panca Logam Nusantara, sungai-sungai ini
ditemukan dalam kondisi sudah tidak mengalir karena adanya sedimen dan
endapan lumpur dari hasil pendulangan emas oleh pertambangan rakyat.
Dalam musim kemarau kondisi debit air di sungai Lasangi dan Watu-watu
mengalami penurunan secara drastic dengan laju aliran relative kecil dan
hanya terjadi genangan-genangan pada daerah cekung dan bahkan sebagai
besar anak sungai disekitarnya mengalami kekeringan.

2.7. Keadaan Biofisik

Jenis flora yang ada di kawasan Izin Usaha Pertambangan PT. Panca
Logam Nusantara pada umumnya padang rumput yang didominasi oleh
spesies alang-alang yang menempati di bagian tengah kawasan. Sedangkan
sebagian lainnya yaitu merupakan hutan campuran yang tumbuh pada
sekitar sungai. Jenis tumbuhan yang ada antara lain terdiri dari spesies
Akasia, Jambu mete, Longkida, Kalaube, Bambu, Rumbia dan asam pada
berbagai ukuran dan beberapa spesies tumbuhan bawah antara lain Dodai.
Jumlah individu setiap jenis juga relatif sedikit, kecuali alang-alang.
Komposisi vegetasi seperti ini menunjukkan bahwa kondisi habitat kurang
mendukung bagi pertumbuhan beragam spesies tumbuhan karena tingkat
kesuburan yang rendah.

Fauna yang ada dilokasi adalah babi hutan, rusa, pipit, katak, ular,
biawak dan monyet. Daya dukung habitat terutama sebagai sumber
makanan untuk berbagai spesies fauna sangat kurang, sehingga spesies-
spesies yang hidup sebagian besar adalah pemakan rumput (alang-alang).

12
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1. Emas
Emas ialah unsur kimia dalam sistem periodik unsur yang mempunyai
simbol Au (aurum) dan nomor atom 79. Emas merupakan logam lembut,
berkilat, berwarna kuning, padat, mudah ditempa, mudah ditarik, logam
peralihan (trivalen dan univalen), dan stabil, emas tidak bertindak bereaksi
dengan kebanyakan bahan kimia. Walau bagaimanapun emas dapat bereaksi
dengan klorin, fluorin dan akua regia. Logam ini selalunya hadir dalam
bentuk bongkahan dan butiran batuan dan pendaman aluvial.

Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa,


kekerasannya berkisar antara 2,5 – 3 (skala Mohs), Emas melebur dalam

13
bentuk cair pada suhu sekitar 1000 derajat celcius. serta berat jenisnya
tergantung pada jenis dan kandungan logam lain yang berpadu dengannya.
Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue
minerals). Mineral ikutan tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin,
flourpar, dan sejumlah kecil mineral non logam. Mineral pembawa emas juga
berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah teroksidasi. Mineral pembawa
emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas telurida, sejumlah paduan dan
senyawa emas dengan unsur-unsur belerang, antimon, dan selenium.
Elektrum sebenarnya jenis lain dari emas nativ, hanya kandungan perak di
dalamnya >20%.

3.2. Sejarah Emas


Emas telah diketahui sangat berharga sejak zaman prasejarah, emas
dikenal antara lain di Mesopotamia dan Mesir. Pada abad pertengahan, begitu
kuat orang mendambakan emas, sehingga lahir ilmu alkimia, dengan tujuan
membuat emas. Manusia modern berhasil mencapai cita-cita itu dengan
mengekstrak emas dari air laut dan mengubah timbel atau merkurium
menjadi emas dalam mempercepat partikel. Namun emas yang murah
tetaplah emas alamiah yang harus ditambang.
Emas telah lama dianggap sebagai logam yang paling  berharga, dan
nilainya telah digunakan  sebagai  standart  untuk  banyak mata uang  dalam
sejarah. Emas telah digunakan  sebagai  symbol kemurnian,  nilai tinggi,
kerajaan, dan  lebih-lebih lagi peranan yang mengaitkan sifat-sifat tersebut.
Tujuan utama ahli alkimia adalah untuk menghasilkan emas dari bahan yang
lain, seperti karbon kemungkinan melalui interaksi dengan sejenis bahan
dongeng yang disebut batu bertuah. Meskipun usaha mereka tidak pernah
mendapat hasil, namun ahli alkimia telah menaikkan keminatan terhadap
bidang melibatkan unsur, yang menjadi asas kepada bidang kimia masa kini.

Simbol mereka untuk emas ialah bulatan dengan titik di tengah-


tengah, yang merupakan simbol dalam bidang astrologi. Simbol dalam
karakter Cina kuno adalah matahari. Pada sekitar abad ke-19, pencarian emas

14
muncul kapanpun ketika terdapat pendaman emas dijumpai, termasuklah di
California, Colorado, Otago, Australia, Black Hills, dan Klondike.

3.3. Sifat Emas


Emas merupakan logam yang sangat berharga karena keberadaannya
yang sangat langka di alam, tidak mudah berkarat atau memudar, tahan lama,
memiliki warna yang menarik. Emas murni itu halus. Emas biasa dikeraskan
dengan mencampurkannya dengan kuningan atau perak. Bagian emas yang
terdapat dalam campuran diukur dalam karat. Emas murni memiliki kadar 24
karat. Campuran seimbang bagian emas dan perak adalah 12 karat, emas 18
karat  →  18/24 berarti emas 75 %. Emas dapat dibentuk jadi lembaran
demikian tipis sehingga tembus pandang.
Emas ialah unsur logam yang berwarna kuning berkilauan tetapi
boleh juga berwarna seperti delima atau hitam apabila dibahagi dengan halus.
Larukan koloid emas pula mempunyai warna berkeamatan tinggi  yang
biasanya warna ungu. Warna yang terdapat pada emas adalah disebabkan
oleh frekuensi plasmon emas yang terletak pada julat penglihatan,
mengakibatkan warna merah dan kuning dipantulkan sementara warna biru
diserap. Hanya koloid perak mempunyai interaksi yang sama terhadap
cahaya, tetapi dalam frekuensi yang lebih pendek, Emas juga merupakan
logam yang paling mudah ditempa dan ditarik. Satu gram emas boleh
ditempa menjadi satu keranjang berukuran panjang satu meter dan lebar satu
meter. Emas biasanya dialoikan dengan logam yang lain untuk
menjadikannya lebih keras. Emas merupakan penghantar panas dan listrik
yang baik, dan tidak dipengaruhi oleh udara dan kebanyakan reagen. Secara
kimianya, logam emas tidak boleh diubah oleh panas, kelembapan.
Emas asli mengandungi antara 8% dan 10% perak, tetapi biasanya kandungan
tersebut lebih tinggi. Aloi semula jadi dengan kandungan perak yang tinggi
dipanggil elektrum. Apabila jumlah perak bertambah, warnanya menjadi
lebih putih. Aloi dengan kuprum menghasilkan logam kemerahan, aloi besi
berwarna hijau, dan aloi aluminum berwarna ungu. Keadaan pengoksidaan
emas yang biasa yang termasuk +1 dan +3.

15
3.4. Ganesa Bijih Emas
Emas pembentukannya berhubungan dengan naiknya larutan sisa
magma ke atas permukaan yang dikenal dengan istilah larutan hidrothermal.
Suatu cebakan bijih hasil proses hidrothermal dalam pembentukkannya
harus melalui tiga proses yang meliputi proses differensiasi, migrasi dan
akumulasi (pengendapan).
Proses differensiasi berlangsung pada magma sehingga dari suatu
sumber magma akan terbentuk berbagai macam mineral-mineral baru. Proses
differensiasi ini dapat diakibatkan oleh :
a. Kristalisasi
b. Gravitasi
c. Pemisahan cairan
d. Assimilasi
Melalui differensiasi unsur-unsur magma mengalami perubahan dan
membentuk endapan mineral sulfida dan oksida magmatik yang biasanya
tersebar. Sebelum kristalisasi berakhir seluruh cairan sisa akan ditekan keluar
membentuk pegmatit, dan kemudian apabila pemadatan telah atau hampir
sempurna, akan terbentuk larutan sisa magma yang mudah bergerak (larutan
hidrothermal). Larutan ini akan membentuk endapan logam/mineral
epigenetik (Suganda).
Larutan hidrothermal tersebut naik ke atas permukaan melalui zona
struktur seperti patahan, sesar, rekahan maupun kontak litologi, yang
kemudian bercampur dengan air meteorik sehingga mengalami proses
pendinginan yang akan membentuk urat-urat (vein) yang bentuknya
tergantung dari rongga yang dihasilkan oleh struktur. Selama terjadi proses
ini batuan yang diterobos akan mengalami ubahan (alterasi) yang diikuti oleh
perubahan sifat fisik dan komposisi kimia. Perubahan meliputi: perubahan
warna, porositas dan tekstur.

3.5. Endapan primer/Cebakan Primer


Pada umumnya emas ditemukan dalam bentuk logam (native) yang
terdapat di dalam retakan-retakan batuan kwarsa dan dalam bentuk mineral

16
yang terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di
permukaan. Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme
kontak dan aktifitas hidrotermal, yang membentuk tubuh bijih dengan
kandungan utama silika. Cebakan emas primer mempunyai bentuk sebaran
berupa urat/vein dalam batuan beku, kaya besi dan berasosiasi dengan urat
kuarsa.

3.6. Endapan plaser/Cebakan Sekunder


Emas juga ditemukan dalam bentuk emas aluvial yang terbentuk
karena proses pelapukan terhadap batuan-batuan yang mengandung emas
(gold-bearing rocks, Lucas, 1985). Proses oksidasi dan pengaruh sirkulasi air
yang terjadi pada cebakan emas primer pada atau dekat permukaan
menyebabkan terurainya penyusun bijih emas primer.
Proses tersebut menyebabkan juga terlepas dan terdispersinya emas.
Terlepas dan tersebarnya emas dari ikatan bijih primer dapat terendapkan
kembali pada rongga-rongga atau pori batuan, rekahan pada tubuh bijih dan
sekitarnya, membentuk kumpulan butiran emas dengan tekstur permukaan
kasar. Akibat proses tersebut, butiran-butiran emas pada cebakan emas
sekunder cenderung lebih besar dibandingkan dengan butiran pada cebakan
primernya (Boyle, 1979).

Dimana pengkonsentrasian secara mekanis melalui proses erosi,


transportasi dan sedimentasi yang terjadi terhadap hasil disintegrasi cebakan
emas pimer menghasilkan endapan emas letakan/aluvial (placer deposit).
Cebakan emas primer dapat ditambang secara tambang terbuka ( open pit )
maupun tambang bawah tanah ( underground minning ). Sementara cebakan
emas sekunder umumnya ditambang secara tambang terbuka.

3.7. Cebakan Primer


Cebakan primer merupakan cebakan yang terbentuk bersamaan
dengan proses pembentukan batuan. Salah satu tipe cebakan primer yang
biasa dilakukan pada penambangan skala kecil adalah bijih tipe vein ( urat ),

17
yang umumnya dilakukan dengan teknik penambangan bawah tanah terutama
metode gophering / coyoting ( di Indonesia disebut lubang tikus ).

Penambangan dengan sistem tambang bawah tanah (underground),


dengan membuat lubang bukaan mendatar berupa terowongan (tunnel) dan
bukaan vertikal berupa sumuran (shaft) sebagai akses masuk ke dalam
tambang. Penambangan dilakukan dengan menggunakan peralatan sederhana
( seperti pahat, palu, cangkul, linggis, belincong ) dan dilakukan secara
selektif untuk memilih bijih yang mengandung emas baik yang berkadar
rendah maupun yang berkadar tinggi.

Terhadap batuan yang ditemukan, dilakukan proses peremukan


batuan atau penggerusan, selanjutnya dilakukan sianidasi atau amalgamasi,
sedangkan untuk tipe penambangan sekunder umumnya dapat langsung
dilakukan sianidasi atau amalgamasi karena sudah dalam bentuk butiran
halus.

Beberapa karakteristik dari bijih tipe vein ( urat ) yang mempengaruhi teknik
penambangan antara lain :

1. Komponen mineral atau logam tidak tersebar merata pada badan urat.
2. Mineral bijih dapat berupa kristal-kristal yang kasar.
3. Kebanyakan urat mempunyai lebar yang sempit sehingga rentan dengan
pengotoran ( dilution ).
4. Kebanyakan urat berasosiasi dengan sesar, pengisi rekahan, dan zona geser
(regangan), sehingga pada kondisi ini memungkinkan terjadinya efek
dilution pada batuan samping.
5. Perbedaan assay ( kadar ) antara urat dan batuan samping pada umumnya
tajam, berhubungan dengan kontak dengan batuan samping, impregnasi pada
batuan samping, serta pola urat yang menjari ( bercabang ).
6. Fluktuasi ketebalan urat sulit diprediksi, dan mempunyai rentang yang
terbatas, serta mempunyai kadar yang sangat erratic ( acak / tidak beraturan )
dan sulit diprediksi.
7. Kebanyakan urat relatif keras dan bersifat brittle.

18
3.8. Cebakan Sekunder
Cebakan emas sekunder atau yang lebih dikenal sebagai endapan emas
aluvial merupakan emas yang diendapkan bersama dengan material sedimen yang
terbawa oleh sungai atau gelombang laut adalah karakteristik yang umum mudah
ditemukan dan ditambang oleh rakyat, karena kemudahan penambangannya.
Cebakan emas aluvial dicirikan oleh kondisi endapan sedimen bersifat lepas
dengan kandungan logam emas berupa butiran, dapat ditambang dan diolah
dengan cara pemisahan emas secara fisik, menggunakan peralatan sederhana.

Cebakan emas aluvial dengan sebaran berada pada permukaan atau dekat
permukaan mudah dikenali, dengan karakteristik bersifat lepas, dan emas sudah
dalam bentuk logam (native), cukup diolah dengan cara pemisahan secara fisik.

Secara umum penambangan emas aluvial dilakukan berdasarkan atas prinsip :


Butir emas sudah terlepas sehingga bijih hasil galian langsung mengalami proses
pengolahan.
Berdasarkan lokasi keterdapatan, pada umumnya kegiatan penambangan
dilakukan pada lingkungan kerja berair seperti sungai-sungai dan rawa-rawa,
sehingga dengan sendirinya akan memanfaatkan air yang ada di tempat
sekitarnya.

3.9. Penjelasan Tambang Semprot (Hydrolicking)


Metode tambang semprot (Hydraulicking) merupakan metode yang sering
digunakan dalam serangkaian proses kegiatan penambangan bijih emas.
Metode tambang semprot ini sangat umum digunakan karena mengingat
biaya yang relatif murah setara dengan tingkat ekonomi masyarakat setempat dan
operasinya pun tidak terlalu rumit bersifat semi mekanik yaitu adanya
produktivitas mesin yang di bantu dengan tenaga manusia.
Metode tambang semprot pada penambangan bijih emas merupakan serangkaian
kegiatan yang meliputi :
1. Pengupasan lapisan penutup atau Over Burden.
2. Pembongkaran endapan bijih tersebut.

19
3. Pemisahan dan pemurnian antara Konsentrat ( mineral yang dikehendaki )
dan Tailing ( kotoran yang menyertai )

3.9.1 Metode ini dapat diterapkan dengan syarat-syarat tertentu yaitu:


 Tebal overburden kurang dari 10 meter - Apabila ketebalan lapisan
penutup atau Over burden lebih dari 10 meter metode ini sulit diterapkan
mengingat media yang digunakan adalah media air dan tentunya lumpur
pengotornya semakin banyak sehingga bila ketebalan lebih dari 20 meter
lebih baik dengan tambang dalam bila setelah dihitung BESR ( bench
striping ratio ) nya menguntungkan.
 Persediaan air cukup - Karena apabila persediaan air tidak cukup akan
menggangu waktu proses penyemprotan dan alangkah baiknya lokasi
penampungan air di usahakan sedekat mungkin dengan lokasi
penambangan.
 Kemiringan bed rock yang baik antara 1º - 3º - Dengan kemiringan bed
rock antara 1º - 3º diharapkan Lumpur hasil penyemprotan langsung
menuju ke kolam penampung sementara dan waktu membongkar bagian
bawah tidak kesulitan.

3.9.2. Adapun alat – alat yang digunakan yaitu :


 Monitor / Giant - Bentuknya menyerupai meriam atau canon, monitor ini
dihubungkan dengan pipa tekanan tinggi dengan penjepit, letak badan dari
monitor disangga oleh kayu atau penghalang agar kedudukan monitor
tidak goyah oleh getaran air yang bertekanan tinggi. Tekanan air dapat
diatur kecepatannya dengan melonggarkan kran penutup dan dibantu pula
oleh pengaturan besar kecilnya mulut pipa atau Nozle. Air yang
menyemprot dari mulut pipa atau Nozle dapat ditujukan pada arah tertentu
dengan menggunakan kemudi yang diberi pemberat pada arah kasar, dan
apabila lebih mau teliti dapat dibantu dengan penyipat arah yang namanya
Diflector. Monitor dapat melakukan gerakan mendatar karena adanya
sendi putar dan gerakan tegak lurus karena adanya sendi peluru.

20
 Pompa - Disini pompa adalah alat untuk memindahkan air dari tempat
yang rendah ketempat yang lebih tinggi. Menurut prinsipnya pompa
digolongkan :
1. Pompa Tekan - Ialah pompa yang kerjanya memindahkan air dengan
jalan ditekan.
2. Pompa Isap - Ialah pompa yang kerjanya memindahkan air dengan
menghisap air.
 Pipa atau Selang - Untuk menghubungkan air dari bak penampung ke
pompa isap, pompa tekan, monitor atau giant. Selain juga digunakan untuk
menhubungkan lumpur endapan dari bak penampung ke pompa isap,
sluice box, washing plan,yang selanjutnya ke bak tailing dan bak
konsentrat atau bijih yang dikehendaki.
 Sluice Box - Yaitu alat mirip seperti talang yang di buat miring dan pada
dasarnya terdapat Riffle yang digunakan untuk menghanyutkan lumpur
endapan placer. Prinsip kerja sluice box yaitu dengan prinsip berat jenis,
sehingga apabila mineral – mineral yang terdapat dalam lumpur yang
masuk ke sluice box berat jenisnya lebih besar dari berat jenis air maka
akan tertahan pada riffle tersebut sedangkan yang lebih ringan atau sama
dengan air akan terbawa aliran air yang selanjutnya dibuang sebagai
tailing.
 Washing Plant ( Mud box ) - Yaitu alat yang digunakan untuk mencuci
atau menghilangkan material – material pengotor yang masih menempel
pada mineral yang dikehendaki.

3.10. Cara kerja penambangan dengan metode hydraulicking atau semprot


dan petunjuk pelaksanaannya
Awalnya air yang berada pada bak penampung air disedot dengan pompa
isap yang ditempatkan pada rumah jig yang kemudian ditekan dengan pompa
tekan ke monitor atau giant yang selanjutnya diarahkan kelapangan tempat
endapan placer atau alluvial berada.
Tahap pertama yaitu pengupasan over burden atau lapisan tanah penutup,
yang paling penting letak mulut pipa isap lumpur harus pada tempat paling

21
terendah pada kolam penampung lumpur sehingga lumpur tersebut secara alamiah
akan mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Sebaiknya
penyemprotan dimulai dari hilir ke arah hulu dari bekas – bekas lembah dimana
placer terdapat hal ini dimaksudkan agar posisi lumpur hasil semprotan lebih
tinggi dari posisi bak penampung lumpur.

Penyemprotan dimulai dari atas atau bagian permukaan dahulu hingga


membentang mendatar kemudian berangsur – angsur monitor agak ditundukkan
ke bawah sedikit demi sedikit lalu disemprotkan mendatar lagi, begitu seterusnya
sampai mencapai bedrock. Setelah endapan placer yang telah dibersihkan habis,
monitor kembali diarahkan ke atas guna membongkar lagi lapisan penutup, begitu
seterusnya. Hendaknya penambangan dilakukan kearah depan terus sehingga tidak
usah memindah – mindah posisi monitor kesamping.

Lumpur dapat terkumpul di kolam penampung lumpur lewat parit – parit


yang telah dibuat yang kemudian diisap oleh pipa isap dengan bantuan pompa
isap, kemudian lumpur endapan placer tadi masuk ke bagian sluice box untuk
dipisahkan antara pengotor dengan mineral konsentrat yang dikehendaki,
selanjutnya mineral tadi masuk ke bagian washing plan untuk dicuci dan di
murnikan dari mineral – mineral pengotor yang masih menempel pada mineral
yang di kehendaki.
Sisa – sisa dari lumpur pengotor yang tidak tertampung oleh riffle pada
sluice box kemudian dikeluarkan melalui pipa ke bak penampung tailing dan
pengotor hasil pencucian dari washingplan juga demikian sedangkan mineral yang
dikehendaki disalurkan melalui pipa ke bak penampung konsentrat demikian
berulang – ulang.

3.10.1 Tambang Semprot ( hydraulicking )

22
Sumber : Elias. M 2012

Gambar 3.1 Semprot (hydraulicking)

Pada tambang semprot digunakan alat semprot ( monitor ) dan pompa


untuk memberaikan batuan dan selanjutnya lumpur hasil semprotan dialirkan atau
dipompa ke instalasi konsentrasi ( sluicebox / kasbok ). Cara ini banyak dilakukan
pada pertambangan skala kecil termasuk tambang rakyat dimana tersedia sumber
air yang cukup, umumnya berlokasi di atau dekat sungai.

Beberapa syarat yang menjadikan endapan emas aluvial dapat ditambang


menggunakan metode tambang semprot antara lain :

 Kondisi/jenis material memungkinkan terberaikan oleh semprotan air

 Ketersediaan air yang cukup

 Ketersediaan ruang untuk penempatan hasil cucian atau pemisahan bijih

Metode penambangan ini umum diterapkan diberbagai daerah operasi


pertambangan rakyat di Indonesia, seperti di Sungai Kahayan, Bukitrawi,
Palangkaraya-Kalimantan Tengah; Tanoyan, Bolaang Mongondow-Sulawesi
Utara; Bombana-Sulawesi Tenggara; Tobohon,Kotabunan-Sulawesi Utara, Way
Kanan-Lampung, dll.

3.10.2 Dredging

23
Sumber : Elias. M 2012

Gambar 3.2. Dredging

Dredging adalah teknik penambangan yang dilakukakan bila endapan


placer terletak di bawah permukaan air, misalnya di lepas pantai, sungai, danau
atau lembah yang tersedia banyak air. Pada tambang ini banyak dilakukan pada
pertambangan skala kecil termasuk tambang rakyat dengan menggunakan kapal
keruk (dredge) atau dengan dragline yang dikombinasi dengan pengolahan di atas
pontoon (floating washing plants).

2.11.Sistem Penambangan
a. Tambang Terbuka
adalah kegiatan penambangan yang dilakukan diatas permukaan dan para
pekerjanya berhubungan langsung dengan udara luar. Kegiatan penambangan
biasanya dimulai setelah penggalian tanah dan batu-batuan yang menutupi
kandungan mineral.
b. Tambang Bawah Tanahadalah metode penambangan yang segala aktivitas
penambangannya dilakukan dibawah permukaan bumi dan tempat kerjannya tidak
langsung berhubungan dengan udara terbuka.
c. Tambang Bawah Air

24
adalah proses pengambilan mineral yang relative baru yang dilakukan
dilantai samudera. Situs penambangan samudera biasanya berada disekitar
kawasan nodul polimetalic atau cela hirotermal aktif dan punah pada kedalaman
1400 – 3700 meter dibawah permukaan laut

BAB IV

25
METODE KERJA PRAKTEK

4.1. Tahapan Kerja Praktek


di dalam melaksanakan kerja praktek, ada beberapa tahap yang perlu
dilakukan, diantaranya dapat dilihat di bawah ini :
a) Studi Pustaka
Dilakukan dengan cara mencari literature mengenai studi teknik
penambangan, baik berupa data yang diberikan dari pihak perusahaan
maupun hasil kerja praktek lapangan yang terdahulu. Berdasar literature
yang akan disetarakan dengan judul kerja praktek yaitu berasal dari
perusahaan dan literature dari laporan hasil penelitian yang bertemakan
tentang nikel, studi teknik penambangan, perencanaan tambang dsb.
b) Observasi (pengamatan)
Metode ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara
langsung dilapangan baik dari segi proses penambangan dan sekitar
didaerah lokasi proses penambangan. Kegiatan ini dapat dilakukan
dengan wawancara dan terjun lansung ke lapangan.
c) Pengumpulan Data
Adapun data-data yang dikumpulkan berupa :
 Data Primer
Data yang langsung diperoleh dari pengamatan dilapangan yaitu
turun langsung kelapangan untuk pengambilan data dengan cara
mengamati tahap-tahap persiapan penambangan dan tahap-tahap
penamangan,dan data yang diperoleh data metode penamangan
yang dunakan, data teknis penambangan bijih nikel dan data alat
mekanis yang digunakan dalam proses penambangan.
 Data Sekunder
Data yang diperoleh dari arsip, meliputi genesa pembentukan nikel,
peta lokasi, keadaan geologi regional, geomorfologi, statigrafi.
Kemudian untuk mengetahui tahapan teknik penambangan data
yang dibutuhkan dari perusahaan yaitu data produksi alat (data alat
gali, angkut, dan muat).

26
d) Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh dikelompokan, kemudian dioalah
menggunakan software excel, dan juga menggunakan rumus matematis,
kemudian di sajikan dalam bentuk tabel dan gambar.
e) Analisis Data
Data-data yang telah diperoleh kemudian di analisis berdasarkan
literature-literatur yang berhubungan dengan masalah studi teknik
penambangan. Setelah itu dilakukan pengelompokkan data hasil kerja
praktek sehingga lebih mudah untuk dipahami dan ditarik kesimpulan,
adapun data yang di analisis yaitu tentang perubahan topografi
berdasarkan sistem penambangan yang digunakan, alat mekanis yang
digunakan dan metode penambangan yang digunakan, berdasarkan hasil
data yang telah di dapatkan di lapangan.
f) Pembuatan Laporan
Pembuatan laporan dilakukan setelah kegiatan kerja praktek dan
rumusan masalah telah ditemukan, penyusunan laporan di buat sesuai
dengan alur kegiatan yang dilakukan selama di lapangan.

4.2. Prosedur Kerja Praktek


Secara umum, agar lebih memudahkan prosedur kerja praktek di
gambarkan dalam bentuk diagram alir sehingga memudahkan dalam
prosesnya seperti pada gambar 4.1 berikut ini :

BAB V
PENUTUP

27
Demikian Proposal Permohonan Kerja Praktek (KP) penulis ajukan
sebagai salah satu pertimbangan Bapak/Ibu Pada PT. Panca Logam
Nusantara yang berpusat di Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi
Tenggara. Besar harapan penulis agar kiranya proposal ini disambut dengan
senang hati dan dapat menjadi bahan pertimbangan oleh pihak perusahaan
sehingga kesempatan yang diberikan akan penulis manfaatkan semaksimal
mungkin dengan harapan proses Kerja Praktek ini dapat terealisasikan sesuai
rencana.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan bimbingan,
rahmat, serta karunia-Nya kepada kita semua, Amin.

Tanggetada, Oktober 2020


PEMOHON

WALDI MAHMUDDIN

DAFTAR PUSTAKA

28
Adjat Sudrajat, Prof. Dr. Ir. M.sc. “ Teknologi dan manajemen sumberdaya
mineral, 1946.
Karkoon. 2017. ‘Cara Pengolahan Emas Sistem Gelendung (Tromel)’, 11 Oktober
2019.
Kumagi, W.A, “Laporan Survei Dalam Rangka Pendataan dan Bimbingan Usaha
Tambang Rakyat Emas,” 1989.
Maslina, L. 2018. ‘Faktor Yang Mempengaruhi pH Air’, https://materiipa.com.
17 Desember 2019.
Republik Indonesia. Keputusan Menteri No 202 Tahun 2004. ‘Baku Mutu Air
Limbah Bagi Usaha dan atau Kegiatan Pertambangan Bijih Emas dan atau
Tembaga’. 01 Oktober 2019.
Riski, L.M.A. 2017. ‘Tinjauan Umum’, PT. Panca Logam Nusantara,
https://id.scribd.com. 01 Oktober 2019.
Sukarsa Sapirih, Ir, “Teknik Penambangan,” Departemen Pertambangan dan
Energi Direktorat Jendral Pertambangan Umum PPTM, Bandung 1991.

29
30

Anda mungkin juga menyukai