Anda di halaman 1dari 113

PEMBINAAN KEAGAMAAN SANTRI LANSIA DI PONDOK

PESANTREN RAUDLATUL ULUM KENCONG

SKRIPSI

OLEH
FATKUR ROHMAN
NPM.17.010.8975
NIRM. 2017.4.008.0101.1.006193

INSTITUT AGAMA ISLAM TRIBAKTI (IAIT) KEDIRI


FAKULTAS TARBIYAH
PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN 2021

i
PEMBINAAN KEAGAMAAN SANTRI LANSIA DI PONDOK
PESANTREN RAUDLATUL ULUM KENCONG

SKRIPSI
Diajukan Kepada
Institut Agama Islam Tribakti (IAIT) Kediri
Untuk memenuhi salah satu persyaratan
Dalam menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Islam

OLEH
FATKUR ROHMAN
NPM.17.010.8975
NIRM. 2017.4.008.0101.1.006193

INSTITUT AGAMA ISLAM TRIBAKTI (IAIT) KEDIRI


FAKULTAS TARBIYAH
PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN 2021

i
LEMBAR PERSETUJUAN

PEMBINAAN KEAGAMAAN SANTRI LANSIA DI PONDOK


PESANTREN RAUDLATUL ULUM KENCONG

FATKUR ROHMAN
NPM.17.010.8975
NIRM. 2017.4.008.0101.1.006193

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji

Kediri, 26 Juli 2021


Pembimbing

(MAKHROMI, M.Pd.I)

ii
LEMBAR PENGESAHAN

PEMBINAAN KEAGAMAAN SANTRI LANSIA DI PONDOK


PESANTREN RAUDLATUL ULUM KENCONG

FATKUR ROHMAN
NPM.17.010.8975
NIRM. 2017.4.008.0101.1.006193
Telah dimunaqasahkandi depan Sidang Munaqasah
Institut Agama Islam Tribakti (IAIT) Kediri
Pada tanggal, 08 Agustus 2021

Ketua Sekretaris

Makhromi, M.Pd.I. Amalia Nurul Maghfiroh, S.Pd.


NIDN. 2120066201

Tim Penguji,

1. Penguji Utama
Drs. Miftahuddin, M.Pd. (………………………)
NIDN. 2115106801
2. Penguji I
Makhromi, M.Pd.I. (………………………)
NIDN. 2120066201
3. Penguji II
Amalia Nurul Maghfiroh, S.Pd. (………………………)

Kediri, 08 Agustus 2021


Dekan Fakultas Tarbiyah,

Arif Khoirudin,S.Sos.I.,M.Pd.I
NIDN. 2125058501

iii
MOTTO

‫ فِ ْي ال ِّد ْي ِن‬7ُ‫َمنْ يُ ِر ِد هللاُ بِ ِه َخ ْي ًرايُفَقِّ ْهه‬

Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan padanya, Allah akan


faqihkan ia dalam masalah agama.
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)

iv
HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan setulus hati karya tulis sederhana ini, penulis persembahkan kepada:

1. Kedua orang tua tercinta yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik,

memotivasi, dan mendo’akan di setiap gerak langgkahku.

2. Para guru dan Dosen yang telah menuntun penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

3. Teman–teman dan para sahabatku yang selalu membantu, menghibur dan

memberi semangat kami dalam menyelesaikan tugas yang sederhana ini.

v
ABSTRAK

ROHMAN, FATKUR. 2021: Pembinaan keagamaan santri lansia di pondok


pesantren Raudlatul Ulum Kencong, Pendidikan Agama Islam,
Tarbiyah, IAIT Kediri, Dosen Pembimbing MAKHROMI, M.pd.I.
Kata Kunci: Pembinaan keagamaan, Santri Lansia
Melihat kondisi yang dihadapi oleh santri lansia maka sangat perlu
diperhatikan dan bimbingan mental secara intensif. Pembinaan itu sangat penting
untuk memenuhi kebutuhan rohaninya. Hal tersebut dilakukan guna
meningkatkan spiritualitasnya yakni agar seseorang tersebut dapat memberikan
makna pada hidupnya yang dilandasi dengan nilai-nilai agama. Di Pondok
Pesantren Lansia Raudlatul Ulum Kencong telah memberikan pembinaan dan
wawasan mengenai pemahaman ilmu agama kepada santri lansia dengan tujuan
agar santri dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Dengan pernyataan tersebut, peneliti ingin mengetahui tenang pembinaan yang
diberikan kepada santri lansia di Pondok Pesantren Roudlatul Ulum Kencong
Kepung Kediri.
Penelitian ini merupakan penilitian deskriptif kualitatif. Setting penelitian
dilakukan di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Kencong Kepung Kediri yang
penelitiannya dimulai dari bulan Juni 2021 sampai bulan Juli 2021. Adapun
subjek penelitiannya adalah Ustadz/Ustadzah dan santri lansia di pondok
pesantren Raudlatul Ulum. Sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan
ialah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Pengecekan keabsaan data
digunakan dengan triangulasi data yakni triangulasi sumber dan triangulasi
metode. Untuk analisis menggunakan teori analisis interaktif yang meliputi
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitan menunjukkan bahwa pembinaan keagamaan santri lansia di
pondok pesantren Raudlatul Ulum Kediri dilakukan melalui kegiatan-kegiatan
keagamaan, selain itu juga dengan pemberian bimbingan, arahan, keteladanan
maupun nasehat oleh Ustadz/Ustadzah. Diantara kegiatan yang mengarah pada
upaya peningkatan spiritual santri lansia meliputi: a) sholat-sholat sunnah
berjama’ah, b) belajar membaca al-qur’an, c) santapan rohani (kajian rutin), d)
dzikiran (dzikir bida’), e) tahlilan dan yasinan, f) manaqiban, g) istighosah, dan
lain-lain. Kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatan kecerdasan santri lansia,
meningkatkan intensitas beribadah, senantiasa mempertebal keimanan dan
menjadi hamba Allah yang bertakwa. Selain itu juga bisa membuat diri santri
mempunyai visi hidup ke depan yang jelas untuk mempersiapkan bekal
kehidupan di akhirat kelak.

vi
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan


karunia yang dilimpahkan-Nya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik. Skripsi ini mengungkapkan Pembinaan keagamaan santri lansia di pondok
pesantren Raudlatul Ulum Kencong.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah memberi bantuan berupa
arahan dan dorongan selama menulis studi. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada yang terhormat:
1. Bapak KH. Abdulloh Kafabihi Mahrus selaku Rektor Institut Agama Islam
Tribakti.
2. Bapak Arif Khoirudin,S.Sos.I.,M.Pd.I. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIT Kediri beserta stafnya, atas segala kebijaksanaan, perhatian dan
dorongan yang membantu penulis dapat menyelesaikan studi ini.
3. Bapak Drs. Makhromi, M.pd.I selaku pembimbing skripsi.
4. Kedua orang tua penulis Bapak Mu’id dan Ibu Djamilah yang tak pernah
henti mendo’akan dan memberi kasih sayangnya kepada penulis.
5. Guru yang telah mengajar di almamater Tribakti khususnya Bu Lilik Nur
Lathifah, M.Pd.I.
6. Semua teman – teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang

berlipat ganda dari Allah SWT. Dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi

siapa saja yang membacanya, Amin.

Kediri, 10 Juli 2021

Fatkur Rohman

vii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iii
MOTTO..................................................................................................................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN..............................................................................v
ABSTRAK..............................................................................................................vi
KATA PENGANTAR...........................................................................................vii
DAFTAR ISI........................................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Konteks Penelitian.......................................................................................1
B. Fokus Penelitian...........................................................................................5
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................5
D. Kegunaan Penelitian.....................................................................................6
E. Definisi Operasional.....................................................................................7
F. Penelitian Terdahulu....................................................................................9
G. Sistematika Penulisan.................................................................................13
BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................16
A. Landasan Teori Pembinaan Keagamaan Lansia........................................16
1. Pengertian Pembinaan dan Keagamaan 16
2. Tujuan Pembinaan Keagamaan 17
3. Metode Pembinaan Keagamaan 21
4. Materi Pembinaan Keagamaan 22
B. Lanjut Usia.................................................................................................24
1. Pengertian lanjut usia 24
2. Kondisi psikologi lanjut usia 25
3. Pendidikan Bagi Lanjut Usia (Andragogi) 27
C. Pondok Sepuh.............................................................................................30
D. Faktor Yang Mempengaruhi Pembinaan Keagamaan Lanjut Usia............30

viii
1. Faktor Internal31
2. Faktor Eksternal 33
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................36
A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian................................................................36
B. Kehadiran Peneliti......................................................................................37
C. Lokasi Penelitian........................................................................................38
D. Sumber Data...............................................................................................38
E. Prosedur Pengumpulan Data......................................................................39
F. Teknik Analisis Data..................................................................................42
G. Pengecekan keabsahan data.......................................................................43
H. Tahap-tahap Penelitian...............................................................................44
BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................46
A. Setting Penelitian.......................................................................................46
1. Gambaran Umum Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Kencong
Kepung Kediri 46
2. Keadaan Pengajar dan Santri Lansia 55
B. Paparan Data dan Temuan penelitian.........................................................56
1. Pembinaan keagamaan pada santri lansia di pondok Pesantren
Raudlatul Ulum Kencong Kepung Kediri 56
2. Faktor pendukung dan penghambat pembinaan keagamaan lansia
61
C. Pembahasan Hasil Penelitian.....................................................................66
1. Pembinaan keagamaan pada santri lansia di Pondok Pesantren
Raudlatul Ulum Kencong Kepung Kediri 66
2. Faktor pendukung dan penghambat pembinaan keagamaan lansia
71
BAB V PENUTUP.................................................................................................75
A. Kesimpulan................................................................................................75
B. Saran...........................................................................................................77
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................79
LAMPIRAN...........................................................Error! Bookmark not defined.

ix
x
DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Permohonan Izin Penelitian Skripsi.

2. Surat Permohonan Bimbingan Skripsi.

3. Surat Pernyataan Peneliti.

4. Daftar Riwayat Hidup.

5. Saran-saran pembimbing.

6. Dokumentasi

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Pembinaan santri merupakan bimbingan yang diberikan kepada santri

dalam upaya meningkatkan kedisiplinan dan keterampilan bakat santri. Oleh

sebab itu pelaksanaan dalam manajemen pembinaan santri perlu dirumuskan

secara tepat dan benar. Baik dari segi perencanaan pembinaan santri,

pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan pembinaan santri yang telah

dilaksanakan melalui kegiatan organisasi pelajar serta dapat membantu

Pondok Pesantren dalam mencapai visi dan misi Pesantren.1  

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan fungsi pembinaan

santri terkait pembinaan, hasil pembinaan, pelaksanaan. Data yang

dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Menurut

Masdar Helmy Pembinaan mencakup segala ikhtiar (usaha-usaha), tindakan

dan kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas beragama baik

dalam bidang tauhid, bidang peribadatan, bidang akhlak dan bidang

kemasyarakatan.2

Di era yang semakin modern seperti sekarang ini, kebutuhan akan

pembinaan dirasakan semakin sangat penting. Perkembangan ilmu

1
Ita Herlitasari, ̒ ̒ Manajemen Pembinaan Santri Melalui Kegiatan Organisasi Pelajar Pondok
Pesantren Modern Al-Umm Aswaja Ciawi Bogor ̓ ̓ ,
Jurnal Tadbir Muwahhid, Vol.IV, 2 (2020), h. 161-182.
2
Masdar Helmi, Peranan Dakwah dalam pembinaan umat, (Semarang:Dies Natalies, IAIN
Walisongo Semarang), 1971. h 31.

1
2

pengetahuan dan teknologi menuntut manusia untuk senantiasa belajar, oleh

karenanya muncul konsep pendidikan sepanjang hayat (Long Life Education)

yang menjamin setiap manusia untuk belajar sepanjang hidupnya. Muncul

dan berkembangnya konsep pendidikan sepanjang hayat (Long Life

Education) tersebut menunjukkan bahwa pengalaman belajar tidak pernah

berhenti selama manusia itu sadar dan berinteraksi dengan lingkungannya.3

Pembinaan ataupun Pendidikan sepanjang hayat (Long Life

Education) sebagai asas baru, kesadaran baru, harapan baru, membawa

implikasi kepada pentingnya aktivitas individual mandiri guna memburu

pengetahuan, pengalaman-pengalaman baru kapanpun dan di manapun.4

Belajar sepanjang hayat (Long Life Education) merupakan suatu konsep

tentang belajar terus-menerus dan berkesinambungan (continuining-lerning)

dari buaian sampai akhir hayat, sejalan dengan fase-fase perkembangan

manusia. Belajar sepanjang hayat (Long Life Education) dimaksudkan untuk

mencapai tujuan pendidikan khususnya tujuan pendidikan Islam yaitu

membentuk kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi “Insan

Kamil” dengan pola takwa, agar memperoleh kebahagiaan di dunia maupun

di akhirat.5

Selain itu pemberian layanan kebutuhan rohani khususnya dalam

pembinaan kecerdasan spiritual juga sangat penting karena dapat membuat

lansia untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, mempertebal

3
Lengrand, An Introduction to Life Long Education, (Paris: Unesco, 1970), h. 26.
4
Lengrand, h. 26.
5
Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 29.
3

keimanan, menjaga ketakwaan dan keistiqomahan dalam hidupnya serta

mengharapkan kematian yang khusnul khotimah.

Maka perlu ditanamkan semangat untuk memperdalam iman dan

taqwa sebelum kematian itu datang. Santri lansia juga menjadi lebih sadar

diri, lebih jujur, dan lain-lain. Hal tersebut tak lepas dari peran dari pengasuh,

pengurus maupun para ustadz/ ustadzah yang turut memberikan pembinaan

spiritual dengan baik serta setia mendampingi mereka dalam mengisi sisa

hidupnya dengan kegiatan yang bermanfaat.

Belum banyak pesantren – pesantren maupun lembaga pendidikan

yang memberikan pelayanan bagi kelompok usia lanjut karena cenderung

menganggap bahwa merawat maupun melayani orang usia lanjut itu lebih

susah. Apalagi dilihat dari fisik maupun psikis para lanjut usia yang semakin

menurun serta kemunduran-kemunduran mental yang dialami. Pastinya

memerlukan kecermatan, ketelatenan dan kesabarang yang tinggi.

Dengan adanya salah satu pondok pesantren yang memberikan

pelayanan, baik itu pelayanan psikis maupun pelayanan terkait pembinaan

keagamaan pada santri lanjut usia di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum

Kencong Kepung Kediri. Diharapkan dengan adanya layanan tersebut,upaya

dalam meningkatkan kebutuhan jasmani dan rohani bagi santri lanjut usia

khususnya yaitu berupa pembinaan keagamaan dapat terlaksana dengan baik.

Awal mula adanya pondok pesantren lansia ini sejak tahun 1970 M, yang

dilatarbelakangi dengan adanya kalangan orang tua (lanjut usia) yang ingin

mencari ilmu keagamaan serta pemenuhan kebutuhan rohaninya atau bahkan


4

meraka ingin menghindari kejenuhan, kesepian dan lainnya. Hingga saat ini

keberadaannya masih eksis, terbukti dengan banyak santri khususnya santri

lansia yang mondok di sana. Pondok pesantren ini merupakan menampung

orang yang berusia lanjut yakni lansia yang berusia 50 tahun ke atas untuk

mengisi sisa hidup mereka menjadi penuh makna.

Visi dari Pondok Pesantren ini adalah “Mencari berkah kehidupan di

dunia dan menjunjung tinggi ajaran agama Islam yang berlandaskan aliran

ahlus sunnah wal jama’ah’’. Agar visi dari pondok pesantren ini tercapai

maka dibentuklah misi, antara lain; “beribadah sesuai dengan tuntunan

Rasulullah, amar ma’ruf nahi ‘anil mungkar, mempererat tali silaturahim,

hidup rukun dikalangan masyarakat”. Melihat dari segi visi, misi dan

berbagia kegiatan keagamaan yang dilaksanan di pondok pesantren ini

mengarahkan pada upaya untuk meningkatkan kecerdasan spiritual.

Rangkaian kegiatan dipondok pesantren ini mengarahkan lansia untuk lebih

menguatkan keyakinan meraka terhadap Allah SWT, memperbaiki dan

memperbanyak ibadah mereka, serta mempersiapkan lansia untuk

menghadapi akhir hidup yang bahagia dan penuh makna dan mengalami

kematian yang khusnul khotimah.

Santri lansia juga menjadi lebih sadar diri, lebih jujur, dan

mempunyai konsep diri akan melakukan semua kegiatan pesantren dengan

niat yang ikhlas. Hal tersebut tak lepas dari peran dari pengasuh, pengurus

maupun ustadz/ustadzah yang turut memberikan pembinaan dengan baik serta


5

setia mendampingi mereka dalam mengisi sisa hidupnya dengan kegiatan

yang bermanfaat.6

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul ʻʻPembinaan Keagamaan Santri

Lansia Di Pondok Pesantren Roudlatul Ulum Kencongʼʼ.

B. Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada penanaman nilai-

nilai religius melalui kegiatan keagamaan pada pondok lansia di pesantren

raudlatul ulum kencong kepung kediri. Oleh sebab itu, masalah tersebut dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan pembinaan Lansia di Pesantren Raudlatul Ulum

Kencong Kepung Kediri?

2. Apa faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam pembinaan

santri lansia di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Kencong Kepung

Kediri.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan

pembahasan dalam peneliatian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan pembinaan keagamaan pada

santri Lansia di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Kencong Kepung

Kediri.

6
Kepala Pondok Lansia, Wawancara, Kantor Pondok Pesantren Lansia Raudlatul Ulum Kencong
Kepung Kediri, 24 Juni 2021.
6

2. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat pembinaan

keagamaan bagi santri Lansia di pesantren raudlatul ulum Kediri.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat khususnya bagi

penulis maupun pembaca pada umumnya. Secara rinci manfaat penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah khasanah keilmuan tentang kecerdasan spiritual santri

lansia di pondok pesantren.

b. Memberikan sumbangan pengetahuan dalam bidang kecerdasan

spiritual.

c. Memberikan gambaran secara umum mengenai pembinaan

keagamaan bagi santri lansia di pondok pesantren.

d. Dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pengasuh/ pengurus

Dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk mengembangkan

pelayanan yang telah ada maupun pembinaan spiritual bagi santri

lansia di pondok pesantren Raudlatul Ulum Kencong Kepung Kediri.

b. Bagi ustadz/ ustadzah

Dapat dijadikan referensi untuk mengembangkan metode

dalam penyampaian materi serta memberikan pembinaan keagamaan


7

pada santri lansia sehingga dapat melatih mereka menjadi pribadi

yang lebik baik khususnya tingkat spiritualitasnya.

c. Bagi santri lansia

Dapat dijadikan sebagai acuan untuk melatih diri menjadi

pribadi yang kuat serta mengisi hidupnya dengan ketakwaan sebagai

bekal kehidupan di akhirat kelak.

d. Bagi masyarakat

Dapat dijadikan sebagai pertimbangan bagi masyarakat yang

ada di Kediri dan sekitarnya mengenai tempat pembinaan yang sesuai

khususnya bagi lansia yang ingin mencari bekal kehidupan di akhirat.

E. Definisi Operasional

Batasan istilah adalah penjelasan yang ada pada judul tentang apa

yang dimaksud oleh beberapa istilah dalam pelaksanaan penelitian, hal

tersebut dibutuhkan untuk menghindari kesalah pahaman makna atau salah

persepsi. Memudahkan agar pembaca mengerti maksud yang terkandung di

dalam proposal skripsi ini, maka penulis akan memberikan penjelasan tentang

batasan istilah beberapa bagian kata atau kalimat yang ada didalamnya,

adapun uraiannya yang disebutkan diatas adalah sebagai berikut:

1. Pembinaan

Pembinaan berasal dari kata bina, yang mendapat imbuhan pe-an,

sehingga menjadi kata pembinaan.Pembinaan adalah usaha, tindakan,

dan kegiatan yang dilakukan secara efesien dan efektif untuk


memperoleh hasil yang lebih baik.7 Pembinaan merupakan proses, cara

membina dan penyempurnaan atau usaha tindakan dan kegiatan yang

dilakukan untuk memeperoleh hasil yang lebih baik.

2. Kecerdasan

Kecerdasan berasal dari kata cerdas yang berarti pintar dan cerdik,

cepat tanggap dalam menghadapi masalah dan cepat mengerti jika

mendengar keterangan. Kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk

memecahkan masalah yang dihadapi, dalam hal ini adalah masalah yang

menuntut kemampuan fikiran.8

Macam-macam kecerdasan menurut para ahli psikologi di dunia

menyimpulkan terkait dengan pemetaan kecerdasan (quotient mapping)

seseorang, dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu kecerdasan intelektual,

kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual. Ketiga kecerdasan ini

merupakan kecerdasan personal yang melekat pada pribadi seseorang.9

3. Santri

Santri adalah panggilan yang ditujukan kepada orang yang sedang

menuntut pengetahuan agama di pondok pesantren. sebutan santri

senantiasa berkonotasi mempunyai kiai.10

7
Tim Penyusun Kamus Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Jakarta: Departeman Pendidikan dan Kebudayaan),1998. h. 117
8
Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, (Surabaya : Apollo, 2006), h. 141.
9
Rustam Hanafi, Kecerdasan Spiritual, Kecerdasan Emosional Dan Performa Auditor, (Semarang
: Universitas Islam Sultan Agung Semarang), h. 22.
10
Sukamto, Kepemimpinan Kiai dalam Pesantren, (Jakarta: Pustaka LP3ES, 1999), h. 97.

8
4. Lansia (Lanjut Usia)

Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lansia

apabila usianya 60 tahun ke atas, baik pria maupun wanita. Proses menua

atau aging adalah suatu proses alami pada semua makhluk hidup. Laslett

menyatakan bahwa menjadi tua (aging) merupakan proses perubahan

biologis seara terus-menerus yang dialami manusia pada semua tingkatan

umur dan waktu,sedangkan usia lanjut (old age) adalah istilah untuk

tahap akhir dari proses penuaan tersebut.11

F. Penelitian Terdahulu

Setiap penelitian dalam bidang sejenis akan selalu terkait atau

berhubungan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Keterkaitan itu akan

menempatkan penelitian tersebut pada posisi tertentu dari penelitian

sebelumnya. Uraian ini akan menjelaskan tentang kedudukan atau posisi

penelitian Pembinaan keagamaan Santri Lansia (Lanjut Usia) di Pondok

Pesantren Raudlatul Ulum Kencong Kepung Kediri.

Kajian penelitian terdahulu yang relevan dengan topik penelitian ini,

antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Katman (2012) mahasiswa Jurusan PAI

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Surakarta, dalam skripsinya

yang berjudul “Pelaksanaan Pembinaan Agama Islam pada Lansia di

Posyandu Lansia Desa Paranggupito Kecamatan Paranggupito

Kabupaten Wonogiri”.
11
Siti Partini Suardiman, Psikologi Usia Lanjut (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2011), h. 1.

9
Hasil dan analisis data dari penelitian tersebut dapat disimpulkan

bahwa Posyandu Lansia Desa Paranggupito telah mengadakan

Pembinaan Agama Islam di dalam organisasi dengan tujuan secara

khusus untuk menghambat laju upaya kristenisasi yang dilakukan oleh

missionaris gereja dan meminimalkan angka kemurtadan kaum muslim,

dengan melibatkan tokoh agama Islam lokal sebagai pembina. Materi

pembinaan yang digunakan berupa pendidikan tauhid, akhlak, dan

mu’amalah. Serta cara yang digunakan adalah dengan cara langsung dan

tidak langsung dengan menerapkan metode ceramah dan tanya jawab.

Relevensi hasil penelitian saudara Katman dengan penelitian yang

akan dikaji adalah terkait pembinaan bagi para lansia. Sedangkan letak

perbedaannya, dari hasil penelitian saudara Katman mengenai materi

pembinaan meliputi materi tentang tauhid, akhlak, dan mu’amalah.

Sedangkan materi pembinaan keagamaan pada penelitian yang akan

dikaji meliputi materi ibadah, akhlak, fiqh, cara berdzikir, doa-doa, dan

lain-lain. Selain itu pembinaan yang dilakukan pada penelitian Katman

yakni di Posyandu Lansia, sedangkan penelitian yang akan dilakukan

peneliti yakni di yayasan pondok pesantren Roudlatul Ulum kencong .

2. Penelitian yang disusun oleh Indah Komalasari (2018) Jurusan Sosiologi

Agama Fakultas Ushuludin dan Studi Agama UIN Raden Intan Lampung,

“Pembinaan Sosial Keagamaan Terhadap Lansia (Studi Kasus di UPTD

Tresna Werdha Natar Kabupaten Lampung Selatan)”. Dalam skripsi ini

membahas tentang bagaimana bentuk pembinaan sosial keagamaan lansia

10
dan hubungan pembinaan sosial keagaaman dan kesadaran beragama

lansia.

Relevensi hasil penelitian dalam skripsi Indah Komalasari dengan

penelitian yang akan dikaji adalah terkait pembinaan bagi para lansia.

Sedangkan letak perbedaannya, dari hasil penelitian saudara terfokus

pada pembinaan sosial keagamaan sedangkan dalam skripsi penulis

terfokus pada metode, materi, motivasi dan hasil yang didapat dalam

pembinaan keagamaan. Sedangkan materi pembinaan keagamaan pada

penelitian yang akan dikaji meliputi materi ibadah, akhlak, fiqh, cara

berdzikir, doa-doa, dan lain-lain. Selain itu pembinaan yang dilakukan

pada penelitian Indah Komalasari yakni di UPTD Tresna Werdha Natar

Kabupaten Lampung Selatan, sedangkan penelitian yang akan dilakukan

peneliti yakni di Yayasan pondok pesantren Roudlatul Ulum Kencong.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Misbahul Anwari (2020) pasca sarjana

Jurusan PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Salatiga, dalam

Tesis yang berjudul “program pembinaan keagamaan untuk kecerdasan

spiritual pada santri lanjut usia di PP .Raden Rahmat Banyu Biru

Kabupaten Semarang”.

Dari hasil penelitian yang diperoleh, bahwa pelaksanaan

pembelajaran agama Islam bagi lansia di Pondok Pesantren Raden

Rahmat banyubiru Surakarta meliputi; belajar baca al-Qur’an, bacaan

sholat, praktek sholat, tafsir al-Qur’an, belajar do’a sehari-hari.

Pembelajaran tersebut dimaksudkan agar lansia bisa memaksimalkan

11
pengaplikasian ibadah yang mereka lakukan serta ber-akhlakul karimah

dan husnul khotimah.

Relevansi hasil penelitian saudara Misbahul Anwari dengan

penelitian yang akan dikaji adalah pembinaan agama bagi para santri

lansia. Letak perbedaannya adalah materi pembelajaran yang diberikan

pada lansia dalam penelitian yang dilakukan Misbahul Anwari yakni

mengenai materi ibadah, baca al-Qur’an, do’a sehari-hari. Sedangkan

materi pembelajaran yang diberikan pada lansia dalam penelitian yang

akan dilakukan peneliti yakni meliputi materi ibadah, fiqh, hukum fiqh,

akhlak, doa-doa, cara berdzikir, dan lain-lain. Selain itu pembinaan yang

dilakukan pada penelitian misbahul anwari PP.Raden Rahmat banyu biru

kabupaten semarang, sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti

yakni di Yayasan pondok pesantren Roudlatul Ulum Kencong.

4. Penelitian di lakukan oleh Imam muchali UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta dan Nur Sufi Hidayah STIQ An Nur Bantul Yogyakarta,

Jurnal An Nur, Vol. VI No. 1 Juni 2014 membahas tentang ʻʻPendidikan

Agama Islam pada Santri Lanjut  Usia di Pondok Pesantren Sepuh

Masjid Agung Magelangʼʼ.

Dari hasil penelitian yang diperoleh, bahwa pelaksanaan

pembelajaran agama Islam bagi lansia di Pondok Pesantren Sepuh

Masjid Agung Magelang, oleh Imam muchali UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta dan Nur Sufi Hidayah STIQ An Nur Bantul Yogyakarta,

Pembinaan Pendidikan Agama Islam meliputi; pembinaan al-Qur’an,

12
tafsir al-ibriz, pengajian, al-berzanji, dan shalat. Pembelajaran tersebut

dimaksudkan agar lansia bisa memaksimalkan pengaplikasian ibadah

yang mereka lakukan serta ber-akhlakul karimah dan husnul khotimah.

Relevansi hasil penelitian Imam muchali UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta dan Nur Sufi Hidayah STIQ An Nur Bantul Yogyakarta

dengan penelitian yang akan dikaji adalah pembinaan agama bagi para

santri lansia. Letak perbedaannya adalah materi pembelajaran yang

diberikan pada lansia dalam penelitian yang dilakukan Imam muchali

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Nur Sufi Hidayah STIQ An Nur

Bantul Yogyakarta yakni mengenai pembinaan al-Qur’an, tafsir al-ibriz,

pengajian, al-berzanji, dan shalat. Sedangkan materi pembelajaran yang

diberikan pada lansia dalam penelitian yang akan dilakukan peneliti

yakni meliputi materi ibadah, fiqh, hukum fiqh, akhlak, doa-doa, cara

berdzikir, dan lain-lain. Selain itu pembinaan yang dilakukan pada

penelitian Pondok Pesantren Sepuh Masjid Agung Magelang, sedangkan

penelitian yang akan dilakukan peneliti yakni di Yayasan Pondok

Pesantren Roudlatul Ulum Kencong.

G. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan yang peneliti gunakan dalam skripsi ini

sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN.

13
Dalam pendahuluan ini meliputi: a) konteks penelitian, b) fokus

penelitian, c) tujuan penelitian, d) kegunaan penelitian, e) definisi

operasional, f) sistematika penulisan.

BAB II: KAJIAN PUSTAKA

Yang membahas tentang: a) landasan teori pembinaan keagamaan

lansia, (pengertian pembinaan dan keagamaan, tujuan pembinaan keagamaan,

metode pembinaan keagamaan, materi pembinaan), b) pengertian santri

lansia, c) pondok sepuh, d) faktor yang mempengaruhi pembinaan

keagamaan lanjut usia.

BAB III: METODE PENELITIAN

Yang membahas tentang: a) jenis dan pendekatan penelitian, b)

kehadiran peneliti, c) lokasi penelitian, d) sumber data, e) prosedur

pengumpulan data, f) teknik analisis data, g) pengecekan keabsahan data, dan

h) Tahapan-tahapan penelitian.

BAB IV: PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bagian ini membahas tentang paparan data/temuan penelitian dan

pembahasan yang meliputi: setting penelitian, paparan data dan temuan

penelitian, dan pembahasan.

BAB V: PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dan saran. Uraian yang di jelaskan dalam

model penelitian kualitatif adalah temuan pokok. Sedangkan saran dibuat

berdasarkan hasil temuan dan pertimbangan penulis yang ditujukan kepada

para pengelola subjek penelitian atau kepada peneliti dalam bidang sejenis

14
yang ingin melanjutkan atau mengembangkan penelitian yang sudah di

selesaikan.

15
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori Pembinaan Keagamaan Lansia

1. Pengertian Pembinaan dan Keagamaan

Pembinaan berasal dari kata “bina” yang mendapatkan awalan “pe”

dan akhiran “an” yang bisa diartikan membangun, mengusahakan supaya

lebih baik. Secara luasnya yaitu proses pembuatan, cara membina,

pembaharuan, penyempurnaan, usaha dan kegiatan yang dilakukan secara

efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik.12

Pembinaan adalah proses perbuatan, pembaharuan,

penyempurnaan, usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara terus

menerus untuk memperoleh hasil yang lebih baik. 13

Pembinaan berasal dari kata dasar “bina”, yang berasal dari bahasa

Arab, yaitu bangun. Pembinaan berarti pembaharuan atau usaha, atau

tindakan atau kegiatan yang dilaksanakan secara berdaya guna dan

berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik .14

Sedangkan pengertian dari keagamaan adalah itu sendiri ialah,

bahwa keagamaan berasal dari kata agama yang kemudian mendapat

awalan “ke” dan akhiran “an”. Sehingga membentuk kata baru yaitu

“keagamaan”. Jadi keagamaan di sini mempunyai arti “segenap

12
Muhammad Azmi, Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra Sekolah (Yogyakarta: Belukar), 2006. h.
54
13
Tim Penyusun Kamus Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Jakarta : Departeman Pendidikan dan Kebudayaan), 1998. h. 117.
14
Sidi Gazalba,dkk. Masjid Pusat Pembinaan Umat ( Pustaka : Jakarta), 1971. h. 87.

16
17

kepercayaan (kepada Tuhan) serta dengan ajaran kebaikan dan kewajiban-

kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu”.15

Menurut Ahmad tanzeh pembinaan juga dapat diartikan sebagai:

Bantuan dari seseorang atau sekelompok orang yang ditujukan kepada

orang lain melalui materi pembinaan dengan dapat mengembangkan

kemampuan, sehingga tercapai apa yang diharapkan.16

Jadi, dari berbagai pengertian diatas dapat ditarik disimpulkan

bahwa pembinaan keagamaan adalah usaha sadar melakukan kegiatan

pembinaan, pengajaran maupun latihan yang berhubungan dengan agama,

sehingga mendorong santri menghayati kebenaran Tuhan dan menjalankan

agamanya (agama Islam) secara baik dan benar dalam kehidupan sehari-

hari.

2. Tujuan Pembinaan Keagamaan

Dalam suatu usaha itu pasti ada tujuan, begitu halnya dalam

pembinaan keagamaan juga ada sebuah tujuan yang hendahk dicapai.

Tujuan adalah sasaran yang hendak dicapai dari suatu aktivitas, karena

setiap aktivitas pasti mempunyai tujuan tertentu yang berfungsi untuk

mengarahkan, mengontrol, memudahkan evaluasi suatu aktivitas.

Tujuan pembinaan ialah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah

sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Tujuan pembinaan bukanlah suatu

benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu

15
Masdar Helmi, Peranan Dakwah Dalam Pembinaan Umat (Semarang: Dies Natalies, IAIN
Walisongo Semarang, 1971), h. 31.
16
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian (Yogyakarta: Teras, 2009), h. 144.
keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek

kehidupannya.17

Oleh karena itu, pembinaan keagamaan bertujuan untuk

menumbuhkan pola kepribadian manusia yang bulat melalui latihan

kejiwaan, kecerdasan otak, penalaran, perasaan,dan indera. Pembinaan

harus melayani pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya, baik aspek

spiritual, intelektual, imajinasi, jasmani, ilmiah, maupun bahasanya

( secara perorangan maupun berkelompok ).18

Agar pelaksanaan pembinaan keagamaan tersebut terlaksana dengan

baik, maka akan dijelaskan tujuan secara umum dan tujuan secara khusus

sebagai berikut:

a. Tujuan umum pembinaan keagamaan

Pusat Kurikulum Depdiknas yang dikutip dari Ahmad Manjin

Nasih dan Lilik Nur Kholidah mengemukakan bahwa Tujuan

pendidikan atau pembinaan agama Islam di Indonesia adalah :

Menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta melalui

pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan,pengamalan

serta pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi

manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan,

ketakwaan kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam

kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.19


17
Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014), h. 86.
18
H.M Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner, cet ke-5 (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011), h.28.
19
Nasih dan Kholidah, metode dan teknik pembelajaran pendidikan agama islam (Bandung:
Refika aditama, 2009), 186.

18
Maka untuk mewujudkan tujuan tersebut diperlukan adanya

pembinaan dalam hal keagamaam karena manusia sejak lahir

membawa fitrahnya untuk beragama, tinggal bagaimana cara

mengarahkan untuk menjadi seorang muslim sejati. Tujuan tersebut

adalah tujuan yang ingin dicapai dalam setiap pendidikan agama

Islam.

b. Tujuan khusus pembianaan keagamaan

Tujuan khusus pembinaan keagamaan adalah tujuan pembinaan

dalam setiap tahap yang dilalui.20 Tujuan khusus tersebut dibagi

menjadi dua tahap, yaitu tahap dewasa dan tahap orang tua ( usia

lanjut ),sebagimana dijelaskan dibawah ini:

1) Tahap Dewasa

Pada tahap ini, orang dewasa percaya pada suatu agama dan

mampu melaksanakannya dengan penuh kesadaran. Orang yang

telah melewati usia remaja mempunyai ketentraman jiwa,

ketetapan hati dan kepercayaan yang tegas, baik dalam bentuk

positif maupun negatif.21 Pada usia ini, pembinaan agama islam

dimaksudkan untuk mempertebal keimanan, menambah

ketakwaan kepada Allah SWT, karena keyakinan seseorang

belum tentu dibawa sampai akhir hayatnya.

2) Tujuan Orang Tua ( Lanjut Usia )

20
Zakiyah Daradjat, Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental (Jakarta, 1982), h. 72.
21
Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), 159.

19
Masa lansia merupakan masa yang di mulai dari umur 60

sampai mati yang ditandai dengan menurunnya kondisi fisik dan

psikologi. Dalam kondisi mental yang jauh berbeda dengan masa-

masa sebelumnya, lanjut usia perlu diberikan sebuah pembinaan

keagamaan agar selalu ingat terus dengan Allah dan menambah

amalan ibadah, mendekatkan diri pada Allah, pasrah jiwa raga

kepada Allah, sehingga mencapai derajat khusnul khotimah.

Masa tua merupakan masa yang harus disadari bahwa

seseorang sudah tidak muda lagi, dalam artian harus melakukan

perbaikan diri atau muhasabah ( koreksi ) dan senantiasa

mendekatkan diri kepada Allah SWT.22

Setelah semua tujuan pembinaan itu tercapai, maka akan

tercipta empat hubungan yang baik yaitu, hubungan dengan

Allah, hubungan dengan orang lain, hubungan dengan dirinya

sendiri dan hubungan dengan makhluk lain.

Karena klienya adalah lanjut usia maka tujuan dilaksanakan

pembinaan keagamaan di pondok lansia adalah untuk

membimbing para lanjut usia yang kondisinya jauh berbeda dari

sebelumnya untuk lebih mendekatkan diri dengan Allah, agar hati

dan jiwanya tentram serta merasa berguna dalam mengisi sisa

usianya.

22
Baharuddin, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009),
h. 100.

20
3. Metode Pembinaan Keagamaan

Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani

“metodos” kata ini terdiri dari dua suku kata yakni “metha” yang berarti

melalui atau melewati dam “hodos” yang berarti jalan atau cara.23 Dalam

bahasa Arab metode dikenal dengan istilah “thariqah” yang berarti

langkah-langkah strategi yang di persiapkan untuk melakukan suatu

pekerjaan.

Metode merupakan jalan atau cara yang ditempuh seseorang untuk

mencapai tujuan yang diharapkan. Metode yang digunakan dalam

pembinaan keagamaan sama halnya dengan pendidikan agama Islam.

Meskipun demikian tidak semua metode mengajar di dalam kelas

(pendidikan formal) dapat digunakan diluar kelas (pendidikan non formal).

Sebuah metode yang akan digunakan dalam hal ini hendaklah jelas artinya

yaitu menuju ke jalan Tuhan.

Metode yang digunakan bagi anak-anak berbeda dengan metode

pembelajaran yang disampaikan kepada orang dewasa. Oleh karena itu,

harus sesuai dengan tingkat kemampuannya.

Metode-metode yang digunakan dalam pembinaan keagamaan antara

lain :

a. Metode ceramah

23
Husaini usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi penelitian sosial, (Jakarta: Bumi
aksara 1996), h. 42.

21
Metode ini paling sering digunakan dalam pembinaan agama

karena metode ceramah paling efektif dan efisien. Dalam melakukan

metode ini pembina menyampaikan materi dengan berbicara secara

langsung dihadapan para santri lansia dan santri lansia mendengarkan.

b. Metode tanya jawab

Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran bentuk

pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada santri, tetapi

dapat pula dari santri kepada guru. Penggunaan metode ini baik dan

tepat.

c. Metode sorogan

Dalam jurnal ilmiah Handayani Kata “sorogan” berasal dari bahasa

Jawa yang berarti “sodoran atau yang disodorkan”. Maksudnya suatu

sistem belajar secara individual di mana seorang santri berhadapan

dengan seorang guru, terjadi interaksi saling mengenal di antara

keduanya. Seorang kyai atau guru menghadapi santri satu persatu,

secara bergantian.24

4. Materi Pembinaan Keagamaan

Materi pembinaan keagamaan adalah semua bahan atau sumber yang

dipergunakan dalam pelaksanaan pembinaan untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Materi pembinaan keagamaan diambil dari inti ajaran

pokok agam Islam yang meliputi:

24
Iys Nur Handayani, ʻʻMetode Sorogan dalam Meningkatkan Kemampuan
Membaca Alquran pada Anak ʼʼ, GOLDEN AGE Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia
Dini,Vol. III, N. 2.(2018), h. 106.

22
a. Materi Aqidah

Aqidah merupakan materi terpenting yang harus disampaikan

dalam pembinaan pembinaan agama Islam karena menyangkut

kepercayaan terhadap Allah SWT. Yang diberikan dalam pembinaan

aqidah adalah masalah yang menyangkut taqwa kepada Allah SWT,

sifat-sifat Allah dan segala materi tentang keimanan terhadap Allah

SWT beserta hal-hal yang perlu diimani seperti terhadap malaikat,

kitab, rasul, hari akhir, qadha dan qadhar.

Dengan materi rukun iman diharapkan para lanjut usia akan

merubah segala tingkah laku atau perbuatannya agar lebih diperbaiki

dan dengan sadar menjalankan ajaran agama Islam. Dengan ketaqwaan,

para lanjut usia akan membuat hidup mereka diliputi aman tentram lahir

dan batin dalam mengisi sisa usianya, sehingga tidak merasa takut

dalam menghadapi kematian.

b. Materi Ibadah

Materi ibadah ini diberikan karena ibadah merupakan suatu hal

yang dapat menjadikan jembatan yang menghubungkan makhluk

dengan Tuhannya agar selalu dekat.

Sesuai dengan hadist Nabi bahwa Islam dibina atas lima sendi,

maka materi yang diberikan dalam pembinaan ibadah adalah tentang

rukun Islam. Materi utama yang sering dan selalu dianjurkan untuk

dilaksanakan adalah tentang shalat dan berpuasa agar para lanjut usia

23
mengerjakan shalat dan berdzikir secara rutin. Wujud nyata dari materi

ini adalah shalat berjamaah

c. Materi Akhlak

Materi akhlak diberikan untuk membimbing para lanjut usia agar

berakhlak mulia, berperilaku baik dalam sendi apapun. Dengan akhlak

yang mulia para lanjut usia dapat hidup rukun, saling menyayangi dan

mengasihi sesama.

B. Lanjut Usia

1. Pengertian lanjut usia

Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lansia

apabila usianya 60 tahun ke atas, proses menua atau aging adalah suatu

proses alami pada semua makhluk hidup. Menurut Laslett (Caselli dan

Lopez) dalam buku berjudul Psikologi Usia Lanjut yang dikutip oleh Siti

Partini Suardiman, menyatakan bahwa menjadi tua (aging) merupakan

proses perubahan biologis secara terus-menerus yang dialami manusia

pada semua tingkatan umur dan waktu, sedangkan usia lanjut (old age)

adalah istilah untuk tahap akhir dari proses penuaan tersebut.25

Ketika seseorang memasuki usia lanjut maka akan mengalami

penurunan daya tahan dan kemampuan tubuh baik secara fisik, fungsi

biologis, serta aspek psiko sosialnya yang berdampak pada aktivitas

25
Suardiman, Psikologi Usia Lanjut, h. 1.

24
sehari-harinya.26 Pada usia ini mereka cenderung menyukai kegiatan

keagamaan sebagai bentuk pemanfatan masa akhir yang dimilikinya.27

Semua makhluk hidup memiliki siklus menuju tua yang di awali

dengan proses kelahiran, kemudian tubuh menjadi dewasa dan

berkembang biak, semakin tua dan akhirnya meninggal. Masa usia lanjut

merupakan masa yang tidak bisa dielakkan oleh siapapun khususnya bagi

yang dikaruniai umur panjang. Yang bisa dilakukan oleh manusia

hanyalah menghambat proses menua agar tidak terlalu cepat, karena pada

hakikatnya dalam proses menua terjadi suatu kemunduran atau

penurunan.28

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa lanjut usia

adalah manusia yang berusia 60 tahun ke atas, yang berada pada tahap

akhir penuaan dan meraka cenderung mengalami kemunduran atau

penurunan baik penurunan fisik, psikis, maupun sosial.

2. Kondisi psikologi lanjut usia

a. Segi kognisi

Lansia yang mengalami gangguan kognitif tidak

memperlihatkan gejala yang menonjol pada tahap awal, mereka

sebagaimana lansia pada umumnya mengalami proses penuaan dan

degeneratif. Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri,

mereka sulit untuk mengingat, disorientasi, perubahan kepribadian

26
Suardiman, h. 132.
27
Harlock Elizabeth B, Psikologi Perkembangan , Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan (Jakarta: Erlangga, 1996), h. 155.
28
Suardiman, Psikologi Usia Lanjut, h. 1.

25
dan perilaku, kehilangan kemampuan praktis, kesulitan

berkomunikasi. Mereka sering kali menutupnutupi hal tersebut dan

meyakinkan diri sendiri bahwa itu adalah hal yang biasa pada usia

mereka. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa mereka tidak termotivasi

untuk mengingat-ingat sesuatu, kurangnya perhatian, pendengaran

yang kurang jelas serta apa yang didengarnya berbeda dengan yang

diucapkan orang.29

b. Segi afeksi

Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak akan bisa jauh

dari kehidupan sosial antara manusia dengan manusia yang lain saling

membutuhkan. Manusia tidak akan bisa hidup tanpa bantuan orang

lain, dikarenakan sudah menjadi kodrat bahwa manusia adalah

makhluk sosial. Sama halnya dengan lansia, mereka membutuhkan

lebih banyak perhatian dari orang-orang di sekelilingnya.

Seseorang mampu menghadapi masa tua dengan baik,

tergantung dari kemampuan seseorang tersebut menyesuaikan diri

dengan masa-masa sebelumnya. Seseorang yang mempunyai

kecerdasan emosi yang kurang baik dia akan mengalami kesulitan

dalam menghadapi masa tua, dikarenakan adanya kebutuhan dalam

penyesuaian diri yang lebih untuk menghadapi masa tersebut. Selain

hal tersebut, reaksi emosional yang berlebihan untuk memperburuk

fisik lansia.

29
Elizabeth B, Psikologi Perkembangan , Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan,
Terjemahan oleh Istiwidayanti & Soedjarwo, h. 379.

26
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa usia lanjut

merupakan kelompok penduduk yang rentan terhadap masalah, baik

masalah ekonomi, sosial, kesehatan, maupun psikologis, oleh

karenanya, agar usia lanjut tetap sehat serta mandiri, sejahtera dan

berguna, perlu didukung oleh lingkungan yang kondusif, baik pada

tingkat keluarga maupun lingkungan masyarakat.

3. Pendidikan Bagi Lanjut Usia (Andragogi)

a. Pengertian Andragogi

Andragogi adalah suatu teori mengenai cara mengajar orang

dewasa. Istilah tersebut berasal dari bahasa Yunani yaitu andr yang

berarti orang dewasa dan agogos berarti membimbing atau

mengamong.Maka dengan demikian andragogi dirumuskan sebagai

suatu ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa belajar.30

Pembelajaran orang dewasa adalah pembelajaran untuk

memahami orang dewasa dalam belajar dengan kondisi optimum bagi

orang dewasa tersebut.Proses belajar bagi orang dewasa memerlukan

kehadiran orang lain yang mampu berperan sebagai pembimbing

belajar bukan cenderung digurui, orang dewasacenderung ingin

belajar bukan berguru. Orang dewasa tumbuh sebagai pribadi dan

memiliki kematangan konsep diri, mengalami perubahan psikologis

dan ketergantungan yang terjadi pada masa kanak-kanak menjadi

kemandirian untuk mengarahkan diri sendiri, sehingga proses

30
Sudjana Djadja,Ilmu dan Aplikasi Pendidikan,(Bandung: PT. Imperial Bakti Utama, 2007), h. 1.

27
pembelajaran orang dewasa harus memperhatikan karakteristik orang

dewasa.31

b. Tujuan Pendidikan Andragogi

Menurut Houle dalam menggambarkan enam orientasi yang

dipegang oleh pendidik orang dewasa (andragogi), yaitu:

1) Memusatkan pada tujuan.

2) Memenuhi kebutuhan dan minat.

3) Menyerupai sekolahan.

4) Menguatkan kepemimpinan.

5) Mengembangkan lembaga pendidikan orang dewasa.

6) Meningkatkan informalisasi.

c. Jenis Pendidikan Andragogi

1) Pendidikan berkelanjutan (continuing education)

Yakni mempelajari pengetahuan dan keterampilan lanjutan

sesuai dengan perkembangan kebutuhan belajar pada diri orang

dewasa.Pendidikan berkelanjutan ini ditujukan pada kegiatan

untuk meperbaiki dan meningkatkan kemampuan pengetahuan,

dan keterampilan serta profesi, sehingga dapat dijadikan fasilitas

dalam peningkatan diri dan produktivitas kerja. Misalnya:

pelatihan-pelatihan, penataran, dan lokakarya.

31
Suprijanto,Pendidikan Orang Dewasa; dari Teori Hingga Aplikasi,(Jakarta:Bumi Aksara, 2007),
h. 5.

28
2) Pendidikan perbaikan (corrective education)

Adalah kesempatan belajar yang disajikan bagi orang

dewasa yang mulai memasuki usia tua dengan tujuan agar mereka

dapat mengisi kekurangan pendidikannya yang tidak sempat

diperoleh pada usia muda. Misalnya: kursus-kursus pengetahuan

dasar termasuk pemberantasan tuna aksara, latihanberorganisasi,

dan keterampilan yang berhubungan dengan pekerjaan dan usaha.

3) Pendidikan populer (popular education)

Adalah kesempatan belajar yang disediakan bagi orang

dewasa dan orang tua dengan tujan agar mereka dapat mengenal

perubahan dan variasi dalam kehhidupan sehari-hari. Misalnya

pergaulan dengan orang lain, rekreasi, dan pendidikan yang

berkaitan dengan kepuasan hidup.

4) Pendidikan kader

Adalah kegiatan pendidikan yang diselenggarakan pada

umumnya oleh lembaga, organisasi atau perkumpulan yang giat

dibidang politik, ekonomi, kepemudaan, kesehatan, dll.Tujuannya

untuk membina dan meningkatkan kemampuan kelompok tertentu

yaitu kader, demi kepentingan, misi lembaga yang bersangkutan

di masyarakat.

5) Pendidikan kehidupan keluarga (family life education)

Suatu cabang pendidikan orang dewasa yang kegiatannya

berkaitan secara khusus dengan nilai-nilai, prinsip-prinsip, dan

29
kegiatan kehidupan keluarga.Tujuannya ialah memperluas dan

memperkaya pengalaman anggota keluarga untuk berpartisipasi

dengan terampil dalam kehidupan keluarga sebagai satu kesatuan

kelompok. Misalnya: hubungan dalamkeluarga, pemeliharaan

anak, kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat, dan

pendidikan seks.32

C. Pondok Sepuh

Pondok secara bahasa artinya madrasah dan asrama tempat mengaji,

belajar agama islam.33 Sedangkan sepuh berasal dari bahasa jawa yang

artinya orang yang sudah lanjut usia. Pondok sepuh yang dimaksud dalam

skripsi ini adalah pondok sepuh yang berada di desa Kencong RT 15 RW 03

Kencong barat Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri. Dipondok sepuh

tersebut mempunyai santri atau jamaah lanjut usia sebanyak 35 orang yang

berasal dari desa desa sekitar kecamatan Kepung. Para santri lansia di

pondok sepuh tersebut rata-rata tidak diurus oleh pihak keluarga karena pihak

keluarga keluarga mempunyai kesibukan tersendiri.

D. Faktor Yang Mempengaruhi Pembinaan Keagamaan Lanjut Usia

Faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan

lansia oleh pembina keagamaan, baik pengaruhnya positif dan dapat

menunjang kegiatan yang dilakukan ataupun negatif yang tentunya akan

32
Yusnadi,Andragogi,Pendidikan Orang Dewasa,(Medan:ProgramPascasarjana Universitas
Sumatera Negeri Medan, 2002), h. 56.
33
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1998). h. 695.

30
menghambat pelaksanaan pembinaan keagamaan tersebut. Faktor-faktor yang

mempengaruhi pembinaan keagamaan bagi lansia adalah:

1. Faktor Internal

Faktor internal ialah faktor yang timbul dari dalam diri lansia dan

dapat mempengaruhi kegiatan pembinaan, faktor-faktor tersebut

meliputi:

a. Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan

kondisi fisik individu, yaitu :

1) Kondisi tonus jasmani pada umumnya, kondisi ini menandai

tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat

mempengaruhi semangat dan identitas siswa dalam mengikuti

pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah dapat menurunkan

aspek kognitif sehingga materi yang dipelajarinya akan kurang

berbekas.34

2) Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu, faktor ini terdiri dari

kondisi kesehatan dan kebugaran fisik serta kondisi panca

inderanya terutama penglihatan dan pendengaran. Apabila kondisi

tersebut menurun akan berpengaruh dalam penyerapan informasi

yang disampaikan.35

34
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rajawali press, 2013), h. 145.
35
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), h. 60.

31
b. Faktor Psikologis

Faktor psikologis adalah keadaan psikologis yang dapat

mempengaruhi proses belajar. faktor psikologis Sikap adalah gejala

internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk

mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap

objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun

negatif dalam proses belajar. Sikap individu dapat mempengaruhi

keberhasilan proses belajarnya. Adapun yang tergolong faktor

psikologis adalah sebagai berikut:

1) Kecerdasan (intelegensi), merupakan kemampuan psiko-fisik

untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan

lingkungan dengan cara yang tepat. Semakin tinggi kemampuan

intelegensi seorang siswa, maka semakin besar peluangnya untuk

meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat

intelegensinya, maka semakin kecil peluangnya untuk mencapai

kesuksesan belajar. Jadi kecerdasan (intelegensi) merupakan

faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar,

karena itu menentukan kualitas belajar.36

2) Sikap, adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa

kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang

relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya,

36
Syah, Psikologi Belajar, h. 147.

32
baik secara positif maupun negatif dalam proses belajar. Sikap

individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajarnya.37

3) Bakat, adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang

untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.

4) Minat, adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau

keinginan yang besar terhadap sesuatu.

5) Motivasi, adakah keadaan internal organisme yang

mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian,

motivasi berarti pemasok daya untuk bertingkah laku secara

terarah. Motivasi merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar. Motivasilah yang

mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar.38

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal ialah faktor yang datang dari luar diri lansia.

Contoh ustadz, teman, masyarakat dan lingkungan. Adapun faktor

eksternal ini terdiri dari faktor sosial dan non sosial, dimana akan

dijelaskan sebagai berikut:

a. Faktor sosial

Faktor sosial ialah faktor manusia (sesama manusia, baik

manusia itu ada), maupun kehadirannya tidak dapat disimpulkan,

jadi tidak langsung hadir dalam kegiatan pembelajaran, faktor

tersebut meliputi:

37
Syah, h. 149.
38
Syah, h. 151.

33
1) Guru, faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor yang

penting. Bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi

rendahnya pengetahuan yang dimiliki, dan bagaimana cara guru

itu mengajarkan pengetahuan itu kepada peserta didik, turut

menentukan hasil belajar yang dapat dicapai oleh peserta didik

2) Teman, teman bergaul pengaruhnya sangat besar dan lebih cepat

masuk dalam diri seseorang.

3) Masyarakat, keadaan masyarakat juga sangat berpengaruh dalam

kegiatan pembelajaran. Bila disekitar tempat tinggal individu

tersebut keadaan masyaraktnya religius maka otomatis akan

mendorong individu untuk lebih rajin lagi dalam mendalami

agama.

b. Faktor Non-Sosial

Faktor non-sosial merupakan faktor yang bukan manusia yang

dapat mempengaruhi kegaiatn pembelajaran, faktor-faktor tersebut

meliputi:

1) Lingkungan, keadaan lingkungan tempat tinggal, bangunan,

suasana sekitar, keadaan lalu lintas, iklim dan sebagainya juga

sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran.

2) Tempat belajar, tempat belajar harus memenuhi syarat kesehatan

seperti: ruangan harus berjendela,ventilasi cukup, udara segar

dan dapat masuk ruangan, sinar dapat menerangi ruangan,

dinding harus bersih, lantai tidak licin. 39


39
M Dalyono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rieneka Cipta, 2010), h. 60.

34
3) Fasilitas belajar, fasilitas belajar adalah semua yang diperlukan

dalam proses belajar mengajar baik bergerak maupun tidak

bergerak agar tercapainya tujuan belajar.

Faktor-faktor internal maupun eksternal tersebut bisa memberikan

dukungan maupun hambatan terhadap pelaksaan kegiatan pembinaan

keagamaan.

35
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi

kasus. Studi kasus merupakan “Pengujian secara rinci satu latar atau satu

orang subyek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau suatu peristiwa

tertentu” maka peneliti studi kasus meneliti secara keseluruhan dari subjek

atau daerah yang dijadikan objek peneliti. Sedangkan dalam penelitian ini,

peneliti akan mendeskripsikan Pembinaan Keagamaan Santri Lansia di

Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Kencong Kepung Kediri.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

penelitian kualitatif, penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan

penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur

statistik atau dengan cara-cara kuantifikasi. Penelitian kualitatif dapat

menunjukan kehidupan bermasyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi

organisasi, pergerakan sosial, dan hubungan kekerabatan.

Sedangkan Lexy J. Meloeng dalam bukunya “Metodologi Penelitian

Kualitatif”, mengemukakan bahwa karakteristik penelitian kualitatif adalah:

1. Latar penelitian bersifat alami

2. Manusia sebagai alat penelitian

3. Metode kualitatif

4. Analisis data secara induktif

5. Teori dari dasar (Grounded Theory)

36
37

6. Deskriptif

7. Lebih mementingkan proses dari pada hasil

8. Adanya batas yang ditentukan oleh focus

9. Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data

10. Desain yang bersifat sementara.

11. Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama.40

B. Kehadiran Peneliti

Sesuai dengan penelitian ini, yaitu pendekatan kualitatif maka

kehadiran peneliti dilapangan sangat penting dan diperlukan secara optimal.

Peneliti merupakan instrumen kunci dalam menangkap makna dan sekaligus

alat pengumpul data. “kehadiran peneliti ini harus dilukiskan secara eksplisit

dalam laporan penelitian. Artinya, perlu dijelaskan apakah peran peneliti

sabagai partisipan penuh, pengamat partisipan, atau pengamatan penuh.

Disamping itu, perlu disebutkan pula apakah kehadiran peneliti diketahui

statusnya sebagai peneliti oleh informan atau tersembunyi”.41

Kehadiran peneliti dilatar penelitian adalah untuk menemukan dan

mengeksplorasi segala sesuatu yang terkait dengan fokus penelitian yang

didekati dengan observasi, peran peneliti adalah sebagai pengamat partisipan

yakni peneliti hadir untuk mengetahui ” Pembinaan Keagamaan Santri Lansia

di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Kencong Kepung Kediri”.

40
Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), h.
61.
41
Tim Penyusun, Buku Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah IAIT press (Kediri: Institut Agama
Islam Tribakti (IAIT), 2020), h. 35.
38

Adapun beberapa hal-hal yang dilakukan peneliti selama proses

penelitian berlangsung:

1. Melakukan wawancara dengan pengasuh, pengurus-pengurus, dansantri

lansia (lanjut usia) di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Kencong Kepung

Kediri.

2. Melakukan kegiatan observasi langsung pada santri lansia (lanjut usia) di

Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Kencong Kepung Kediri.

Mencari dokumentasi-dokumentasi pada santri lansia (lanjut usia) di

Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Kencong Kepung Kediri.

C. Lokasi Penelitian

Tempat penelitian ini akan dilaksanakan di Pondok Pesantren Raudlatul

Ulum Kencong Kepung Kediri. Alasan memilih lokasi penelitian di Pondok

Pesantren Raudlatul Ulum Kencong Kepung Kediri karena merupakan salah

satu pondok pesantren yang di dalamnya terdapat aktivitas para lansia guna

memperoleh bekal rohani dan meningkatkan ibadahnya.

D. Sumber Data

Data dapat didefinisikan sebagai “Hasil pencatatan penulis, baik berupa

fakta maupun angka”, data kualitatif dinyatakan dalam bentuk kalimat atau

tulisan, adapun mengenai jenis data dalam penelitian ini meliputi :

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama, baik

individu atau kelompok.Dalam penulisan ini berbentuk hasil interview,


39

observasi, dan dokumentasi. Dan yang menjadi sumbernya adalah para

pengasuh, pengurus, dan santri lansia (lanjut usia) di Pondok Pesantren

Raudlatul Ulum Kencong Kepung Kediri.

2. Data sekunder

Data sekunder berasal dari sumber tertulis, dapat dibagi atas sumber

buku majalah ilmiah, arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi.Data

sekunder juga disebut sebagai data tersedia.

E. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data peneliti ini dilakukan dengan menggunakan teknik-

teknik sebagai berikut:

1. Observasi

Sugiyono menyatakan bahwa metode observasi adalah cara

pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan

gejala-gejala yang nampak pada obyek penelitian. Pelaksanaan observasi

bisa dilakukan secara langsung maupun tidak lansung mengenai peristiwa

yang ada. Observasi juga bisa diartikan sebagai pengamatan dan

pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek

penelitian.42

Observasi dilakukan dengan mengamati secara langsung di lapangan

dan mencatat apa yang ditemukan di lapangan untuk memperoleh data

yang berkaitan dengan penelitian. Observasi ini dilakukan dengan

mengamati proses kegiatan keagamaan para lansia baik dalam kegiatan

42
Hadari Nabawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press), 1990.h. 100.
40

pengajian, berdzikir, tasawuf maupun lainnya. Observasi ini berlangsung

dari awal pelaksanaan kegiatan sampai selesainya kegiatan yang

digunakan dalam pembinaan kecerdasan spiritual santri lansia (lanjut usia)

di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Kencong Kepung Kediri. Selain itu

untuk memperoleh data mengenai kondisi kepribadian para santri lansia

dan kondisi Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Kencong Kepung Kediri.

2. Wawancara

Metode wawancara adalah bentuk komunikasi verbal.43 wawancara

adalah sebuah proses interaksi komunikasi yang dilakukan setidaknya dua

orang, atas dasar ketersediaan dan dalam setting ilmiah, di mana arah

pembicaraan mengacu kepada tujuan yang telah ditetapkan dengan

mengedepankan trust sebagai landasan utama dalam proses memahami.

Atau dengan kata lain, pengertian wawancara adalah suatu metode

pengumpulan data yang berupa pertemuan dua orang atau lebih secara

langsung untuk bertukar informasi dan ide dengan tanya jawab secara lisan

sehingga dapat dibangun makna dalam suatu topik tertentu.44

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode

interview atau wawancara.Teknik wawancara dilakukan karena merupakan

salah satu bagian terpenting dalam setiap survei. Tanpa adanya

wawancara, penelitian akan kehilangan infomasi yang hanya dapat

diperoleh dengan bertanya langsung kepada responden. Dalam penelitian

ini, pihak yang diwawancarai adalah pembina keagamaan (ustadz), para

43
Nabawi.h. 113
44
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R & D. (Bandung: CV Alfabeta), 2017.h. 2
41

santri lansia, pengasuh dan staf pengurus di Pondok Pesantren Raudlatul

Ulum Kencong Kepung Kediri. Wawancara digunakan untuk memperoleh

data tentang pembinaan kecerdasan spiritual santri lansia (lanjut usia) di

Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Kencong Kepung Kediri.

3. Dokumentasi

Sebagian besar data yang terjadi adalah berbentuk surat-surat,

catatan harian, cendera mata, laporan, dan sebagainya. 45Sifat utama dari

data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang

kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu

silam. Kumpulan data bentuk tulisan ini disebut dokumen dalam arti luas

termasuk monument, artefak, foto, tape, mikrofon, disc, harddisk,flashdisk,

dan sebagainya.46

Metode dokumentasi digunakan untuk mendukung hasil observasi

dan wawancara. Metode dokumentasi ini penulis kumpulkan berdasarkan

sumber-sumber dokumen yang ada, sesuai dengan data-data yang

diperlukan dalam data penelitian. Metode ini digunakan untuk

memperoleh data-data, antara lain mengenai identitas para santri lansia,

profil maupun struktur organisasi dan foto-foto saat berlangsungnya

kegiatan pembinaan kecerdasan spiritual di Pondok Pesantren Raudlatul

Ulum Kencong Kepung Kediri.

45
Sartono Kartoditdjo, Metode Penggunaan Bahan Dokumenter,dikutip dari koentjaraningrat,
Metode Penelitian Masyarakat. h .62.
46
Bungin, Analisa Data Penelitian Kualitatif (Jakarta: Prenada Media Group), 2008.h. 122.
42

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah suatu rangkaian kegiatan menelaah,

mengelompokkan, mensistemalisasi, menafsirkan, dan verifikasi data agar

sebuah fenomena dapat memiliki nilai sosial, akademis, dan ilmiah. 47 Analisis

data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasi data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang

penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan

kepada orang lain.48

Miles dan Huberman dalam Imam Gunawan menyebutkan ada tiga

tahapan yang harus dikerjakan dalam menganalisis data penelitian antara lain:

1. Reduksi data (data reduction)

Mereduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan mencari tema dalam

polanya. data yang direduksi akan memberikan gambaran lebih jelas dan

memudahkan untuk melakukan pengumpulan data.

2. Paparan data (data display)

Pemaparan data sebagai kumpulan informasi tersusun, dan memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

penyajian data digunakan untuk lebih meningkatkan pemahaman kasus

47
Etta mamang, Metodologi Penelitian–Pendekatan Praktis dalam Penelitian (Yogyakarta:
ANDI), 2010.h. 305
48
Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset),
2008.h. 248.
43

dan sebagai acuan mengambil tindakan berdasarkan pemahaman dan

analisis sajian data.

3. Penarikan kesimpulan/ verifikasi (conclusion drawing/ verifying).49

G. Pengecekan Keabsahan Data

Penarikan kesimpulan merupakan hasil penelitian yangmenjawab fokus

penelitian berdasarkan hasil analisis data.Simpulan disajikan dalam bentuk

deskriptif objek penelitian dengan berpedoman pada kajian penelitian.

Berdasarkan analisis Interactive Model, kegiatan pengumpulan data, reduksi

data, penyajian data, dan kesimpulan/verifikasi merupakan proses siklus dan

interaktif. Pengujian keabsahan data dilakukan agar memperoleh hasil yang

valid dan dipertanggung jawabkan dan dipercayai oleh semua pihak. Dalam

pengecekan keabsahan data peneliti menggunakan beberapa cara yaitu:

1. Perpanjangan pengamatan, peneliti melakukan perpanjangan pengamatan,

wawancara lagi dengan sumber data yang pernah di temui maupun yang

baru.

2. Kehadiran peneliti dilapangan, peneliti berperan aktif dalam memperoleh

data-data yang diperlukan, dengan melakukan observasi, wawancara, dan

dokumentasi.

3. Observasi yang di perdalam peneliti bukan hanya sebagai pengamat dan

pencari sumber data, tetapi ikut terjun langsung ke lokasi dan ikut

mengamati kegiatan.

49
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif : Teori & Praktik (Jakarta: PT. Bumi aksara),
2016.h. 210-211.
4. Triangulasi, diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber, cara

dan waktu. Dalam hal ini peneliti menggunakan dua jenis pendekatan

yaitu triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

a. Triangulasi sumber, menguji kreadibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber (sumber

Satu dengan yang lain).

b. Triangulasi teknik, menguji kreadibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data dengan sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

H. Tahap-tahap Penelitian

Penelitian ini melalui empat tahapan yaitu:

1. Tahap sebelum kelapangan, yang meliputi kegiatan:

a. Menentukan fokus penelitian

b. Menentukan lapangan penelitian

c. Mengurus perizinan

d. Menjajaki dan menilai keadaan lapangan

e. Menyiapkan perlengkapan penelitian

2. Tahap kegiatan lapangan, meliputi kegiatan:

a. Memahami latar belakang penelitian

b. Memasuki lapangan

c. Mengumpulkan data atau informasi yang terkait dengan fokus

penelitian

d. Memecahkan data yang terkumpul

44
3. Tahap analisan data, terdiri dari analisis selama pengumpulan data dan

sesudahnya.

a. Analisis selama pengumpulan data meliputi kegiatan:

1) Membuat ringkasan atau rangkuman serta mengedit setiap hasil

wawancara

2) Mengembangkan pertanyaan dan analitik selama wawancara

3) Mempertegas fokus penelitian

b. Sedangkan analisis setelah pengumpulan data meliputi kegiatan:

1) Pengorganisasian data

2) Pemilihan data menjadi satu-satuan tertentu

3) Pengkategorian data

4) Penemuan hal-hal yang terpenting dari data penelitian

5) Penemuan apa yang dilaporkan kepada orang lain

6) Pengecekan keabsahan data

4. Tahap penulisan laporan, meliputi kegiatan:

a. Penyusunan hasil penelitian

b. Konsultasi hasil penelitian kepada pembimbing

c. Perbaikan hasil konsultasi.

45
BAB IV

PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Setting Penelitian

1. Gambaran Umum Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Kencong

Kepung Kediri

Gambaran lokasi penelitian yang diuraikan dalam bab ini

merupakan fakta yang ditemukan dalam penelitian tentang pembinaan

keagamaan santri lansia di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Kencong

Kepung Kediri. Secara rinci, uraian fakta temuan penelitian ini dapat

dikemukakan sebagai berikut:

a. Letak Geografis Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Kencong

Kepung Kediri

Yayasan Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Kencong

“YAPPRUK” terletak di Jl. Pare-Kandangan No. 20 km, Desa

Kencong, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri Provinsi Jawa

Timur. Tepatnya di Dusun Kencong Barat RT. 15 RW. 03, Kelurahan

Kencong Kecamatan Kepung, Pare, Kediri, Kode pos 64201. Status

bangunan merupakan milik Yayasan Pondok Pesantren Raudlatul

Ulum Kencong dengan luas tanah 2 Ha (hektar) pekarangan dan 7 Ha

(hektar) persawahan. Pondok Pesantren tersebut berada di tengah-

tengah masyarakat Dusun Kencong Barat. Adapun batasan-batasannya

46
47

dari Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Kencong Kepung Kediri

sebagai berikut:

1) Sebelah timur berbatasan dengan Pondok Pesantren Gontor Putri

5 Kediri.

2) Sebelah selatan berbatasan dengan rumah penduduk Dusun

Kencong Barat RT. 14 RW. 03, Kelurahan Kencong, Kecamatan

Kepung, Pare, Kediri.

3) Sebelah barat berbatasan dengan MTs Negeri Jombang Kauman

Kediri.

4) Sebelah utara berbatasan dengan rumah sakit umum Brigjen H.

Hasan Basri Kandangan Kediri.

Dilihat dari letaknya, Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Kencong

Kepung Kediri lumayan strategis karena tidak jauh dari daerah

perkotaan dan tidak terletak dari di area pedalaman. Akan tetapi

keberadaan pesantren tersebut terbebas dari keramaian atau kebisingan

kendaraan dan terlihat nyaman. Yayasan Pondok Pesantren Raudlatul

Ulum Kencong Kepung Kediri dibangun diatas tanah 100mx150m dan

masjid sirojuddin dengan luas tanah 30mx50m. Semua lahan milik

yayasan sebagai sarana ibadah, menimba ilmu agama dan memperkuat

iman.50

50
Wawancara dan Observasi di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Kencong, Pada tanggal 12
Juli2021.
48

b. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Raudlatul Ulum kencong

Kepung Kediri

Yayasan Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Kencong

“YAPPRUK” didirikan pada tanggal 2 Januari 1980 M, bertepatan

dengan tanggal 14 Shofarul Khoir 1400 H. Yayasan Pondok Pesantren

Raudlatul Ulum ini didirikan oleh K. Sholhah, KH. Abdul Hadi, KH.

Ahmadi dan KH. Zamrodji, yang mana empat perintis tersebut dan

pendiri tersebut adalah putra dari KH. Syairozi.

Awal mula berdirinya Pondok Pesantren ini bermula dari KH.

Syairozi yang berkeinginan untuk membangun masjid, selain itu

beliau juga berkeinginan untuk membangun Ponndok Pesantren,

kemudian semua keluarganya sepakat terkait pendirian pondok

tersebut. Setelah itu rumah beliau dipindah dari Dsn. Jombangan Ds.

Tertek ke Ds. Kencong untuk dijadikan pondok yang dinamai

“Pondok Pesantren Raudlatul Ulum”.

Rumah beliau tersebut didirikan di timurnya jalan Ds. Kencong,

setelah sekian lama kemudian dipindah lagi kedekatnya masjid

sirojuddin sebelah selatan, kemudian pada tahun 1411 H, bulan

Robi’ul Awwal dipindah di selatan mushollanya Agus Mahfudz. Jadi,

Pondok Pesantren Raudlatul Ulum itu sudah pindah tiga kali.

Setelah KH. Syairozi membangun Pondok Pesantren, beliau

berkeinginan meneruskan cita-citanya untuk membangun masjid.

Akan tetapi pada saat itu tidak mempunyai apa-apa, kemudian


49

datanglah seseorang yang menyumbang untuk rencana pembangunan

masjid tersebut. Kemudian KH. Syairozi bingung, bagaimana bisa

cepat-cepat membangun massjid. Kemudian beliau bercocok tanam

(menanam tembakau), lalu uang hasil panennya itu digunakan untuk

pembangunan masjid dan diteruskan membeli rumah.

Setelah selesai membangun masjid, kemudian dihitung-hitung

bahwa biaya pembangunan menghabiskan 700 pas. Kemudian Bu

Nyai Syairozi diberi rumah oleh pak Kyai Jombangan yang sekarang

rumahnya bertempat di sebelah utaranya masjid. Pada waktu itu beliau

masih diberi ujian oleh Allah SWT, karena untuk memenuhi

kebutuhan hidup belum cukup,ketika musim hujan beliau menjual

hasil kebun yang berupa daun pisang, dengan kerja keras seperti itu

juga belum bisa mencukupi kebutuhan hidup beliau, jadi setiap sore

beliau tidak makan karena kurangnya pemasukan.

Wiridannya beliau adalah membaca al-Qur’an da membaca

kitab-kitab kuning. Setiap waktu pagi, dhuhur, maghrib, anak-anak

mengaji beliau, jadi setiap jam 05.00 beliau bangun lalu

membangukan anak-anak santri terus kemudian jama’ah Shubuh. Dan

beliau juga sudah siap untuk mengajikan anak-anak tersebut. Setelah

itu,putra-putranya yang meneruskan perjuangan ayahanda yaitu, K.

Sholhah, KH. Abdul hadi, KH. Ahmadi dan KH. Zamrodji. Sampai

sekarang dilanjutkan putra-putranya (turun-temutun) demi

menegakkan ajaran agama Islam.


50

Yayasan Pondok Pesantren Raudlatul Ulum merupakan salah

satu pondok pesatren tua yang ada di daerah Kecamatan Kepung

Kabupaten Kediri dan sekitarnya, dan merupakan lembaga mandiri

yang banyak peran aktif dalam usaha pemberdayaan masyarakat, baik

dibidang keagamaan, pendidikan anak-anak, generasi muda dan para

orang tua, bahkan ikut berpartisipasi pula dalam usaha

penyembuhan/terapi bagi penderita sakit kejiwaan dan yang

berpotensi ketergantungandengan narkoba, juga bidang sosial maupun

di bidang perekonomian. Hal ini bisa dilihat dari peran aktif Yayasan

Pondok Pesantren Raudlatul Ulum dalam bidang-bidang tersebut,

yang banyak memberikan kontribusi positif secara internal kepada

masyarakat pesantren (keluarga pengasuh, santri maupun alumni) dan

secara eksternal (masyarakat sekitar pada khususnya dan bangsa

Indonesia pada umumnya).

Selanjutnya oleh yayasan tersebut telah dikeluarkan Surat

Keputusan yakni KEMENKUM dan HAM. RI. NO: AHU-6089.

AHO.04. Tahun 2011 dengan Akte Notaris Fatma Karunia,

SH.,M.KN. No.01 Tanggal 09 Juli 2011 tentang pendirian Yayasan

Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Kencong. Selanjutnya pondok

pesantren ini mulai dirintis dengan mempersiapkan lokasi, sarana

prasarana, tenaga pendidik, kurikulum, dan lain sebagainya.

Pengelolaan pondok saat ini ditangani oleh yayasan pondok

pesantren sendiri. Yayasan Pondok Pesantren Raudlatul Ulum


51

Kencong terdiri dari 16 unit pendidikan, diantaranya: Pondok

Pesantren Putra Putri Raudlatul Ulum, Pondok Pesantren al-Qurany,

PAUD, RA Kusama Mulya IV, MI Nidhomiyah, Madin Pesantren

Nidhomiyah, Pondok Pesantren Rehabilitasi (Sapu Jagad), Pondok

Pesantren Lanjut Usia, Majlis Ta’lim Raudlatul Qur’an, Jamiyyah

Thoriqoh, Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Al-Jazuli, dan lain-lain.

Pengajaran kitab-kitab salaf/kuning masih eksis sampai sekarang,

sehingga keberadaannya sudah sangat dikenal di berbagai daerah,

serta sudah meluluskan alumni-alumni yang handal dan mendapatkan

hati di tengah-tengah masyarakat.

c. Visi, Misi dan Tujuan Pondok Pesantren Lansia Raudlatul Ulun

Kencong Kepung Kediri

Visi

Mencari berkah kehidupan di dunia sampai akhirat dan menjunjung

tinggi ajaran ajaran agama Islam yang berlandaskan aliran

ahlussunnah wal jama’ah.

Misi

1) Mempererat tali silaturahim

2) Hidup rukun di kalangan masyarakat

3) Beribadah sesuai tuntunan Rasulullah

4) Amar makruf nahi ‘anil mungkar


52

Tujuan

1) Mengambangkan ajaran agama Islam yang berhaluan

ahlussunah wal jama’ah.

2) Mendidik para santri untuk selalu hidup dalam dekapan sang

Illahi.

3) Memberi pencerahan jiwa dan raga para santri.

4) Menampung para santri yang jenuh dengan kehidupan

duniawi.

5) Menuntun para santri mengisi kehidupan di hari tua.

6) Mendapatkan ilmu yang berkah untuk menuju alam yang

kekal.51

d. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Lansia Raudlatul Ulum

Kencong Kepung Kediri

Setiap lembaga pendidikan formal dan non formal memerlukan

adanya struktur organisasi yang mengatur lembaga dalam melakukan

tugas dan fungsi dari unsur yang ada di dalam lembaga tersebut.

Dengan adanya struktur organisasi yang baik akan mempermudah

kinerja dan tepat mencapai tujuan yang direncanakan.

Adapun struktur organisasi kepengurusan di Pondok Pesantren

Lansia Raudlatul Ulum Kencong Kepung Kediri adalah sebagai

berikut:

51
Dokumentasi Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Kencong Kepung Kediri, pada tanggal 12 Juli
2021.
53

PENGASUH : 1. KH. Jauhar Nehru

: 2. KH. Muhammad Nuril Anwar

: 3. Ny. Hj. Nurul Hilmi

KETUA : Ibu Mujiati

SEKRETARIS : Syafa’at Mubari

BENDAHARA : Ibu Khofsoh

SEKSI PERIBADAHAN : 1. K. Ahmad Djayadi

: 2. Ibu Maskunah Shofwan

: 3. Ibu. Hj. Maysaroh

SEKSI HUMAS : 1. Ust. Makinun Amin

: 2. Ibu Mujati Djamali

SEKSI KEBERSIHAN : 1. Muhammad Ulil Albab

: 2. Muhammad Agus Fiki

SEKSI PERLENGKAPAN : 1. Muhammad Jamaluddin

: 2. Noval Fawaid

USTADZ : 1. K. Ahmad Djayadi

: 2. K. Abdul Mu’in Said

: 3. Ust. Muhammad Jamaluddin

: 4. Ust. Syafa’at Mubari

: 5. Ust. Miftahur Rohman

: 6. Ust. Makinun Amin

USTADZAH : 1. Hj. Fatimah

: 2. Ibu Maskunah Shofwan


54

: 3. Ibu Khofsoh

: 4. Ibu Mujiati

e. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Lansia Raudlatul Ulum

Kencong Kepung Kediri

1) Asrama, terdapat 2 asrama lansia, asrama 1 santri lansia terdapat

11 kamar sedangkan asram 2 terdapat 4 kamar. Sementara yang

lainnya menempati kos-kosan (rumah yang disewakan) sebanyak

6 unit dan juga rumah petak kecil yang dibangun santri dengan

memanfaatkan lahan kosong atas izin pengasuh pondok

pesantren.

2) Masjid, sebagai tempat ibadah dan kegiatan pondok pesantren di

masjid Sirojuddin yang bertempat berdekatan dengan asrama 1

santri lansia.

3) Dapur, terdapat dapur masak pada masing-masing asrama dan

juga rumah yang mereka tempati.

4) Kamar mandi, di asrama 1 santri lansia terdapat 1 bak mandi

besar, 2 bak mandi kecil dan 2 WC. Di asarama 2 terdapat 2

kamar mandi dan WC, sedangakan rumah yang mereka tempati

juga terdapat kamar mandinya masing-masing.

5) Ruang tamu, terdapat 1 ruang tamu di depan asrama santri

lansia.52

52
Observasi, di Pondok Pesantren Raudlatu Ulum Kencong Kepung Kediri, 12 Juli 2021.
55

2. Keadaan Pengajar dan Santri Lansia

a. Jumlah ustadz/ ustadzah

Ustadz : 6 orang

1) K. Ahmad Djayadi

2) K. Abdul Mu’in Said

3) Ust. Muhammad Jamaluddin

4) Ust. Syafa’at Mubari

5) Ust. Miftahur Rohman

6) Ust. Makinun Amin

Ustadzah : 4 orang

1) Hj. Fatimah

2) Ibu Maskunah Shofwan

3) Ibu Khofsoh

4) Ibu Mujiati

b. Jumlah santri lansia

Jumlah lansia yang mukim di pondok pesantren sebanyak 60

santri lansi

1) Kategori Santri Lansia Pondok Pesanten Raudlatul Ulum

Kencong Kepung Kediri ada 2 kategori, yaitu:

a) Santri Mukim/ Mondok, yaitu:

Santri yang mengikuti seluruh kegiatan dan tidur di

pesantren. Santri yang mukim di pesantren sebanyak 73

santri.
56

b) Santri Ghoiru mukim

Santri yang mengikuti kegitan pada jam tertentu saja dan

tidak tidur di pesantren.

2) Syarat dan ketentuan santri lansia

Ada beberapa syarat dan ketentuan sebagai berikut:

a) Mengisi formulir

b) Membawa surat keterangan dari desa / instansi terkait

c) Membawa identitas yang masih berlaku

d) Keadaan fisik sehat jasmani dan rohani

e) Harus ada penanggung jawab dari keluarga

f) Membayar administrasi

g) Dan lain-lain.

B. Paparan Data dan Temuan penelitian

1. Pembinaan keagamaan pada santri lansia di pondok Pesantren

Raudlatul Ulum Kencong Kepung Kediri

Di pondok pesantren lansia ini terdapat pembinaan- pembinaan

yang diberikan kepada santri lansia melalui kegiatan-kegiatan keagamaan.

Yang berperan dalam bidang membimbing serta mengarahkan adalah

Ustadz/ Ustadzah, mereka harus bisa memberikan contoh yang baik dan

menjadi teladan bagi para santrinya. Selama peneliti melakukan penelitian

mengenai Pembinaan keagamaan pada santri lansia, peneliti melekukan

beberapa wawancara.
57

Dari hasil wawancara tersebut, peneliti memperoleh banyak

informasi mengenai Pembinaan keagamaan pada santri lansia di pondok

Pesantren Raudlatul Ulum Kencong Kepung Kediri. Dari hasil wawancara

dengan Ustadz Makinun Amin, beliau mengatakan bahwa kegiatan

Pembinaan keagamaan untuk meningkatkan ibadah santri lansia,

diantaranya: sholat-sholat sunnah berjama’ah, belajar membaca al-Qur’an,

santapan rohani (kajian rutin), dzikiran, tahlilan, dll. Dalam pelaksanaan

kegiatan tersebut antara Ustadz/Ustadzah dan santri lansia hurus saling

bekerjasama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Pembinaan keagamaan merupakan usaha untuk memberikan

pengarahan maupun bimbingan yang dimaksudkan untuk mencapai suatu

tujuan tertentu dengan tindakan yang dilakukan terhadap sesuatu agar

menjadi lebih baik. Yang diharapkan santri dari kegiatan-kegiatan

pembinaan keagamaan adalah ingin mendapatkan ilmu yang berkah untuk

menuju alam yang kekal (akhirat).53

Pernyataan diatas diperkuat oleh salah satu santri lansia yakni

mbah Daiyah yang mengatakan bahwa selama di pondok pesantren lansia

tersebut, beliau bisa mengisi hari tuanya dengan memperbanyak belajar

ilmu agama, memperbanyak ibadah, mempertebal iman, menjaga

ketakwaan dan keistiqomahan dalam hidupnya serta mengharapkan

kematian yang khusnul khotimah.54

53
Wawancara dengan Ibu Masri'in di Pondok Pesantren Raudlatu Ulum Kencong Kepung Kediri,
pada tanggal 12 Juli 2021.
54
. Wawancara dengan Ibu Umi Daiyah di Pondok Pesantren Raudlatu Ulum Kencong Kepung
Kediri, pada tanggal 12 Juli 2021.
58

Jadi upaya yang dilakukan Pondok Pesantren Lansia Raudlatul

Ulum dalam memberikan pembinaan pada santri lansia yakni dengan cara

memeberikan arahan, bimbingan serta materi-materi terkait keagamaan

(ubudiyah). Adapaun proses pembinaan tersebut dilaksanakan setiap hari

dari pagi sampai malam hari. Kegiatan tersebut dilaksanakan di masdjid

Sirojuddin (masjid pondok pesantren) dengan dihadiri oleh

Ustadz/Ustadzah maupun santri lansia.55

Adapun upaya yang dilakukan agar kegiatan pembinaan tersebut

bisa berjalan sesuai dengan tujuan yang di harapkan yaitu dengan bantuan

bimbingan dan arahan dari Ustadz/Ustadzah berupa nasehat atau tindakan-

tindakan yang nyata agar bisa menjadi panutan bagi santri lansia dan

meraka bisa mudah untuk mengikuti.56

Hal tersebut diatas, juga diperkuat dengan pernyataan dari salah

satu santri lansia yakni Ibu Istijannah bahwa sebagai santri lansia di

pondok pesantren harus mempunyai mengikuti kegiatan-kegiatan yang

ada, menerapkan ilmu-ilmu yang diberikan oleh Ustadz maupun

Ustadzahnya.57

Berdasarkan observasi kegiatan pembinaan santri lansia yang

peneliti lakukan, maka terkait pembinaan santri lansia terbagi ke dalam

beberapa jenis yaitu:


55
Wawancara dengan Ustadzah Khofsoh di Pondok Pesantren Raudlatu Ulum Kencong Kepung
Kediri pada tanggal 12 Juli 2021.
56
Wawaranca dengan Ustadz Jayadi di Pondok Pesantren Raudlatu Ulum Kencong Kepung Kediri
pada tanggal 12 Juli 2021.
57
Wawancara dengan Ibu Istijannah di Pondok Pesantren Raudlatu Ulum Kencong Kepung Kediri
pada tanggal 14 Juli 2021.
59

a. Sholat sunnah berjama’ah

Sholat sunnah berjama’ah di pondok lansia pesantren raudlatul

ulum kencong kepung kediri dilaksanakan setiap hari yaitu pada waktu

pagi hari sekitar pukul 07.00 WIB berupa sholat dluha yang di pimpin

oleh Ustadz yang sekaligus mengisi pengajian santapan rohani pada

hari itu dan pada malam hari yakni setelah jama’ah sholat maghrib,

santri lansia melaksanakan sholat sunnah rowatib dilanjut sholat

sunnah lainnya yang dipimpin oleh ustadzah ibu khofsoh. Sholat

sunnah tersebut antara lain adalah sholat subutul iman, sholat lita’nisil

qobri dan sholat liqodil fawaid. Kemudian setelah sholat isya’

berjama’ah, santri lansia melaksanakan sholat tasbih, sholat witir, lalu

dilanjut pada sekitar pukul 24.00 WIB santri lansia melaksanakan

sholat sunnah tahajut, hajat, dan taubat.

b. Santapan rohani (pengajian rutin)

Santapan rohani (pengajian rutin) di pondok lansia Pesantren

Raudlatul Ulum Kencong dilaksanakan setiap hari yang dimulai pukul

07.30-08.30 WIB. Pelaksanaan sendiri berlangsung di masjid

Sirojuddin (masjid pondok pesantren). Materi yang disampaikan dalam

kegiatan santapan rohani (pengajian rutin) tersabut adalah tentang

aqidah, akhlak, ibadah, tariqat, dzikir pida’, dan lain-lain. Materi

tersebut disampaikan oleh ustadz sesuai pemateri.

c. Membaca al-Qur’an
60

Setiap hari santri lansia selalu menyempatkan waktu untuk belajar

al-Qur’an serta tadarrus al-Qur’an. Biasanya para santri lansia mengaji

dengan ustadzah setelah selesai jama’ah sholat subuh sampai

menjelang dluha. Selain itu, kegiatan belajar al-Qur’an dan tadarrus al-

Qur’an juga dilaksanakan menjelang sholat dzuhur.

d. Dzikiran (dzikir pida’)

Dzikir pida’ ini termasuk salah satu kegiatan yang rutin dilakukan

di pondok pesantren lansia ini, yang di pimpin oleh ustadz jamaluddin

di masjid sirojuddin.

e. Tahlilan dan Yasinan

Tahlilan dan yasinan di pondok lansia dilaksanakan hari kamis

menjelang malam jum’at yakni setelah jama’ah sholat ashar. Kegiatan

tersebut berlangsung dengan dipimpin oleh seorang ustadzah yakni ibu

maskunah shofwan. Kegiatan diawali dengan menghadiahi surat al-

fatihah untuk para leluhur kemudian membaca surat yasin dan

dilanjutkan tahlil, serta diakhiri dengan do’a.

f. Manaqiban

Manaqiban dilaksanan pada hari senin, kegiatan tersebut dimulai

pada pukul 08.00-10.00 WIB yang bertempat di masjid Sirojuddin.

Setelah santri lansia dan ustadzah telah berkumpul selanjutnya

ustadzah yang memimpin manaqiban yakni Ibu. Hj. Fatimah menunjuk

6 santri lansia untuk maju di depan santri-santri yang lain. Pembacaan

manaqib tersebut dibaca oleh masing-masing yang bertugas,


61

sedangkan santri lansia yang lain mengikuti sambil menyimak bacaan

manaqib tersebut. Setelah kegiatan manaqib itu selesai, ustadzah

memimpin do’a sekaligus do’a penutup majlis lalu salam.

2. Faktor pendukung dan penghambat pembinaan keagamaan lansia

Setiap proses apapun yang berjalan pasti memiliki faktor

pendukung dan penghambat, tak terkecuali pembinaan keagamaan pada

santri lansia. Merupakan suatu proses penanaman nilai-nilai keagamaan

pada diri lansia agar mereka mendapat pengetahuan agama dan juga

mengamalkan apa yang mereka peroleh dengan sadar tanpa paksaan.

Ketika perosesnya berlangsung tentu tidaklah mudah, ada saja

faktor-faktor penghambat yang muncul serta harus diminimalisir agar

dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar dan sesuai harapan.

terlepas dari faktor penghambat tadi, juga ada faktor pendukung yang

dapat menunjang pelaksanaan pembinaan yang dilaksanakan. Faktor

pendukung dan penghambat pembinaan pendidikan agama islam pada

santri lansia tersebut akan di jelaskan sebagai mana di bawah ini:

a. Faktor Pendukung Pembinaan Pendidikan Agama Islam pada Santri

Lansia di Pondok Pesantren Roudlatul Ulum Kencong.

Faktor pendukung elemen-elemen baik dari dalam diri lansia

maupun dari luar lansia yang mendukung terlaksanaannya pendukung

tersebut:

1) Pembina Keagamaan (Ustadz dan Ustadzah) yang mumpuni


62

Pembina Keagamaan merupakan bagian yang penting dari

pembinaan pendidikan agama islam pada santri lansia, karena

sosok pembina yang cakap dan memilik kemampuan dalam hal

agama islam juga ketekunan dan kesabaran mereka dalam

membimbing lansia akan sangat menunjang dalam perosesnya.

Ketua pondok lansia, Ustadzah Khofsoh mengungkapkan

mengenai faktor dari pembina keagamaan (Ustadz/Ustadzah)

sebagai faktor pendukung beliau menjelaskan bahwa:

“Pendukungnya itu merupakan satu yayasan yang bisa


mendirikan pondok lansia untuk para lansia belajar agama.
karena pondok lansia itulah kami memiliki dorongan untuk
terus membina para lansia agar memperoleh bekal untuk hari
tua mereka. Selain itu para pembina di sini memiliki
keikhlasan untuk mengabdi membina keagamaan bahkan
tanpa dibayar sekalipun. Meskipun tidak dibayar tapi para
pembina ini memiliki pengetahuan agama yang baik dan
bagus. Jadi disini itu sebagai lahan pengabdian untuk para
pembina.”58

Hal senada juga diungkapkan oleh Ustadz Jayadi selaku

pembina rohani sebagai berikut:

“pendukung yang utama adalah panggilan hati dan juga


keikhlasan para pembina untuk meningkatkan keagamaan
lansia, agar para lansia ini bisa menjalani hari tua yang
berkualitas tanpa adanya keikhlasan dari para pembina, ya
prosesnya tidak akan pernah ada, karena ikhlas itulah kami
menjalankan ini semua.”59

2) Lingkungan yang kondusif

58
Wawaranca dengan Ustadz Jayadi di Pondok Pesantren Raudlatu Ulum Kencong Kepung Kediri
pada tanggal 12 Juli 2021.
59
Wawaranca dengan Ustadz Jayadi di Pondok Pesantren Raudlatu Ulum Kencong Kepung Kediri
pada tanggal 12 Juli 2021.
63

Lingkungan juga sangat berpengaruh dalam pelaksanaan

pembinaan keagamaan pada santri lansia, karena jika lingkungan

berlangsungnya pembinaan tersebut nyaman akan membawa

dampak positif juga terhadap proses yang berjalan.

Ustadz jamaludin selaku pembina rohani mengungkapkan

faktor lingkungan sebagai faktor pendukung pembinaan keagamaan

pada santri lansia, beliau mengatakan bahwa:

“untuk tempat-tempat di pondok lansia ini sudah memenuhi


syarat semua, gedungnya baru, kamarnya juga bersih, kamar
mandinya juga ada, lingkungannya terutama yang
menyenangkan. Lingkungan pondok lansia ini akan nyaman,
kalo pagi udara masih segar, tidak begitu ramai walaupun ada
jalan aspal di depan pondok lansia ini.”60

Hasil wawancara diatas diperkuat lagi dengan observasi yang

dilakukan oleh peneliti, bahwa lingkungan pondok lansia di

pesantren raudlatul ulum merupakan lingkungan yang nyaman dan

jauh dari kebisingan. Meskipun lokasinya di dekat jalan raya,

namun letaknya agak jauh dari keramain, jadi dengan lingkungan

yang seperti diharapkan para lansia bisa mengikuti pembinaan

dengan baik tanpa terganggu suara bising kendaraan.

3) Minat dan motivasi lansia yang tinggi

Minat dan motivasi lansia merupakan salah satu faktor

pendukung, karena tanpa adanya minat dan motivasi, lansia tentu

tidak akan hadir dalam kegiatan pembinaan yang akan berlangsung.


60
Wawaranca dengan Ustadz Jamaludin di Pondok Pesantren Raudlatu Ulum Kencong Kepung
Kediri pada tanggal 12 Juli 2021.
64

Ustadz Jayadi selaku pembina rohani mengungkapkan minat

dan motivasi lansia yang tinggi sebagai faktor pendukung

pembinaan, beliau menjelaskan bahwa:

“ada juga minat lansia yang tinggi dalam mengikuti


kegiatan keagamaan meski kadang-kadang ngantuk, tapi
meraka tetap mengikuti. Selanjutnya ada beberapa lansia
yang memiliki pengetahuan agama yang lebih dari pada
yang lain, sehingga di luar kegiatan pembinaan tersebut
lansia yang bisa itu menularkan ilmunya kepada lansia yang
lain.”61

Hal senada diungkapkan oleh Hj. Fatimah selaku pembinaan

hafalan surat pendek sebagai berikut:

“motivasi dan dorongan dari diri lansia yang besar juga


menjadi salah satu faktor yang mendukung. Meskipun
banyak dari mereka yang belum bisa membaca al-Qur’an,
meraka tetap mau belajar dan semangat dalam mengikuti
kegiatan.”62

Hasil wawancara diatas diperkuat lagi dengan observasi

yang dilakukan oleh peneliti, bahwa lansia yang bermukim di

pondok lansia Raudlatul Ulum Kencong memiliki motivasi yang

tinggi dalam mengikuti pembinaan keagamaan, karena mereka

beranggapan bahwa pengetahuan agama mereka masih minim.

Begitu juga semangat meraka yang juga tinggi, karena dalam sholat

berjama’ah mereka juga selalu hadir di masjid tepat waktu, bahkan

sebelum adzan berkumandang.

b. Faktor penghambat pembinaan keagamaan pada santri lansia


61
Wawaranca dengan Ustadz Jayadi di Pondok Pesantren Raudlatu Ulum Kencong Kepung Kediri
pada tanggal 12 Juli 2021.
62
Wawaranca dengan Hj. Fatimah di Pondok Pesantren Raudlatu Ulum Kencong Kepung Kediri
pada tanggal 14 Juli 2021.
65

Selain faktor-faktor pendukung, dalam proses pembinaan santri

lansia juga terdapat faktor-faktor penghambat.

Faktor-faktor penghambat tersebut antara lain adalah senagai

berikut:

1) Menurunnya kondisi lansia

Pada lanjut usia memang terjadi banyak penurunan fisik,

misalnya dari indera penglihatan, indera pendengaran, juga

biasanya mudah lupa. Hal tersebut diungkapkan oleh Hj. Fatimah

selaku pembina hafalan surat pendek, beliau menuturkan bahwa :

“kalau untuk hafalan surat pendek itu hambatannya adalah


pengucapan makharijul huruf, untuk makharijul huruf kalau
tidak dilatih dari awal atau tidak dilatih setiap hari itu akan
berat. Selain itu kalau sudah usia senja biasanya ada
pengurangan fungsi indera, misalnya lidahnya kurang fasih,
dan pendengarannya sudah menurun. Kemudian daya serap
pada lansia untuk mengingatnya juga sudah menurun untuk
hafalan.”63

2) Latar belakang lansia yang beragam

Para lanjut usia yang masuk ke pondok lansia Raudlatul

Ulum memiliki latar belakang yang berbeda-beda, ada yang

berlatar belakang agama kuat, ada juga yang sama sekali belum

pernah belajar agama, jadi dalam mengikuti pembinaan kadang

jomplang, ada yang sudah faham karena sebelumnya sudah pernah

belajar mengenai hal tersebut, ada yangkurang faham karena belum

pernah sama sekali belajar agama.

63
Wawaranca dengan Hj. Fatimah di Pondok Pesantren Raudlatu Ulum Kencong Kepung Kediri
pada tanggal 14 Juli 2021.
66

Berdasarkan wawancara dengan Ustadz Jamaludin selaku

pembina rohani, beliau menjelaskan bahwa:

“latar belakang lansia yang berbeda membuat meraka kadang


ada yang cepat menangkap kadang ada yang sulit
menangkap, sehingga kendala itu ada lansia yang kurang
menangkap tapi malu bertanya pada pembina dan lebih
memilih bertanya pada lansia yang lain.”64

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Setelah data yang diketahui sebagaimana peneliti sajikan di atas, maka

peneliti menindak lanjuti dengan menganalisi data-data yang terkumpul

dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif secara terperinci. Adapun

pembahasannya juga berdasarkan fakta penelitian yang sudah penulis

paparkan.

1. Pembinaan Keagamaan Pada Santri Lansia di Pondok Pesantren

Raudlatul Ulum Kencong Kepung Kediri

Dalam memberikan pembinaan keagamaan pada santri lanjut usia

di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Kencong Kepung Kediri ini

menjadi tanggung jawab dari beberapa pihak diantanya Ustadz/

Ustadzah, pengurus maupun pengasuh pondok pesantren. Meraka

senantiasa memantau serta mendampingi santri lansia dalam menimba

ilmu agama serta dalam mengisi hari-hari tuanya. Karena yang di

harapkan dari para lansia itu sendiri adalah mencari bekal untuk di

akhirat kelak dan mempersiapkan diri ketika dipanggil untuk menghadap

Allah SWT dengan mengharapkan kematian yang khusnul khotimah.

64
Wawaranca dengan Ustadz Jamaludin di Pondok Pesantren Raudlatu Ulum Kencong Kepung
Kediri pada tanggal 12 Juli 2021.
67

Peran ustad/ustadzah sangatlah penting, karena meraka harus

menjadi tauladan dan memberikan contoh yang baik dari segala prilaku

maupun yang lain. Segala hal contoh yang baik akan mudah diikuti dan

ditiru oleh para santri lansia tersebut, seperti contoh dalam kegiatan

keagamaan yang dilakukan oleh ustadz/ustadzah maka menjadikan santri

lansia bersemangat untuk menjalankan nya juga.

Selain itu, hal lain yang perlu diperhatikan dalam suatu pembinaan

adalah terkait materi pembelajaran yang diberikan. Materi yang diberikan

dalam kegiatan pembiaan keagamaan pada santri lansia ini khususnya

kegiatan santapan rohani (pengajian rutin) melitputi materi terkait akhlak,

tasawuf, fiqh, ibadah, dll. Materi yang disampaikan oleh ustadz biasanya

berdasarkan apa yang dihadapi santri lansia atau masyarakat pada

umumnya dan tidak terlalu panjang lebar dengan maksud agar mudah

tersampaikan dengan baik.

Sedangkan melalui pelaksanaan ibadah maupun baca al-Qur’an

diharapkan dapat menumbuhkan semangat santri lansia dalam

peningkatan ibadah, baik ibadah wajib/sunnah maupun ibadah

mahdhoh/ghoiru mahdhoh. Di pondok pesantren lansia ini dibiasakan

melaksanakan ibadah wajib (sholat lima waktu) secara berjama’ah

begitupun dengan sholat-sholat sunnah seperti sholat dluha, sholat tasbih,

sholat tahajut, sholat hajat, sholat taubat, sholat witir, sholat subutul

iman, sholat litanisil qobri, sholat liqada’il fawaid, berdzikir (dzikir


68

pida’), dll. Para santri lansia selalu melaksanakannya walaupun di

pondok pesantren tersebut tidak ada ta’zir nya.

Berdasarkan temuan penelitian pada bab sebelumnya, pembinaan

keagamaan pada santri lanjut usia di pondok pesantren Raudlatul Ulum

Kencong Kepung Kediri terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

a. Sholat sunnah berjama’ah

Sholat sunnah berjama’ah di pondok lansia pesantren raudlatul

ulum kencong kepung kediri dilaksanakan setiap hari yaitu pada

waktu pagi hari sekitar pukul 07.00 WIB berupa sholat dluha yang di

pimpin oleh Ustadz yang sekaligus mengisi pengajian santapan

rohani pada hari itu dan pada malam hari yakni setelah jama’ah

sholat maghrib, santri lansia melaksanakan sholat sunnah rowatib

dilanjut sholat sunnah lainnya yang dipimpin oleh ustadzah ibu

khofsoh. Sholat sunnah tersebut antara lain adalah sholat subutul

iman, sholat lita’nisil qobri dan sholat liqodil fawaid. Kemudian

setelah sholat isya’ berjama’ah, santri lansia melaksanakan sholat

tasbih, sholat witir, lalu dilanjut pada sekitar pukul 24.00 WIB santri

lansia melaksanakan sholat sunnah tahajut, hajat, dan taubat.

Tujuannya dari pembiasaan sholat jama’ah tersebut akan

memunculkan kesadaran spiritualnya, dan mengingatkan mereka

akan datangnya kematian.

b. Santapan rohani (pengajian rutin)


69

Santapan rohani (pengajian rutin) di pondok lansia Pesantren

Raudlatul Ulum Kencong dilaksanakan setiap hari yang dimulai

pukul 07.30-08.30 WIB. Pelaksanaan sendiri berlangsung di masjid

Sirojuddin (masjid pondok pesantren). Materi yang disampaikan

dalam kegiatan santapan rohani (pengajian rutin) tersabut adalah

tentang aqidah, akhlak, ibadah, tariqat, dzikir pida’, dan lain-lain.

Materi tersebut disampaikan oleh ustadz sesuai pemateri.

Tujuan santapan rohani (kajian rutin) lebih menekankan pada

pentingnya/ berbahagia menghadapi usia tua walaupun anak-

anaknya sibuk, akan tetapi mereka masih bisa merasakan

kebahagiaan, penyadaran mengenai dirinya mengalami usia tua serta

mempersiapkan diri menghadapi kematian yang khusnul khotimah.

c. Membaca al-Qur’an

Setiap hari santri lansia selalu menyempatkan waktu untuk

belajar al-Qur’an serta tadarrus al-Qur’an. Biasanya para santri

lansia mengaji dengan ustadzah setelah selesai jama’ah sholat subuh

sampai menjelang dluha. Selain itu, kegiatan belajar al-Qur’an dan

tadarrus al-Qur’an juga dilaksanakan menjelang sholat dzuhur.

Ustadzah yang bertugas untuk membimbing santri membaca al-

Qur’an adalah Hj. Fatimah, beliau menuntun santri lansia dalam

membaca serta membenarkan bacaan yang kurang tepat.

Dari kegiatan belajar atau membaca al-Qur’an yang dibimbing

oleh ustadzah Hj. Fatimah ini dapat memberikan pemahaman terkait


70

prinsip dan pegangan hidup yang benar. Selain itu bisa

mengakibatkan ketenangan hati, ketentraman jiwa bagi para santri

lansia yang membacanya sekaligus meresapi maknanya.

d. Dzikiran (dzikir pida’)

Dzikir pida’ ini termasuk salah satu kegiatan yang rutin

dilakukan di pondok pesantren lansia ini, yang di pimpin oleh ustadz

jamaluddin di masjid sirojuddin.

Dari kegiatan dzikir tersebut, dengan menyebut nama Allah

secara berulang-ulang memalui ucapan, pikiran dan hati, sehingga

mereka bisa sampai menemukan getarannya pada lubuk hati. Dengan

berdzikir, bisa membuat para lansia menghilangkan pikiran yang

negatif, kotoran hati, serta segala maksiat batin.

e. Tahlilan dan Yasinan

Tahlilan dan yasinan di pondok lansia dilaksanakan hari kamis

menjelang malam jum’at yakni setelah jama’ah sholat ashar.

Kegiatan tersebut berlangsung dengan dipimpin oleh seorang

ustadzah yakni ibu maskunah shofwan. Kegiatan diawali dengan

menghadiahi surat al-fatihah untuk para leluhur kemudian membaca

surat yasin dan dilanjutkan tahlil, serta diakhiri dengan do’a.

Dalam membaca tahlil maupun yasinan itu seperti halnya

berdzikir, yang bertujuan mendo’akan orang-orang yang telah

meninggal (wafat) baik itu keluarga, para guru, para masyaikh, para

leluhur, dll.
71

f. Manaqiban

Manaqiban dilaksanan pada hari senin, kegiatan tersebut

dimulai pada pukul 08.00-10.00 WIB yang bertempat di masjid

Sirojuddin. Setelah santri lansia dan ustadzah telah berkumpul

selanjutnya ustadzah yang memimpin manaqiban yakni Ibu. Hj.

Fatimah menunjuk 6 santri lansia untuk maju di depan santri-santri

yang lain. Pembacaan manaqib tersebut dibaca oleh masing-masing

yang bertugas, sedangkan santri lansia yang lain mengikuti sambil

menyimak bacaan manaqib tersebut. Setelah kegiatan manaqib itu

selesai, ustadzah memimpin do’a sekaligus do’a penutup majlis lalu

salam.

Dari kegiatan manaqib tersebut bertujuan agar orang yang

hadir di majelis bisa mendapatkan limpahan rahmat, karunia dan

kebaikan dari Allah SWT.

2. Faktor Pendukung Dan Penghambat Pembinaan Keagamaan Lansia

a. Faktot Pendukung

Faktor pendukung elemen-elemen baik dari dalam diri lansia

maupun dari luar lansia yang mendukung terlaksanaannya

pendukung tersebut:

1) Pembina Keagamaan (Ustadz dan Ustadzah) yang mumpuni

Pembina Keagamaan merupakan bagian yang penting dari

pembinaan pendidikan agama islam pada santri lansia, karena

sosok pembina yang cakap dan memilik kemampuan dalam hal


72

agama islam juga ketekunan dan kesabaran mereka dalam

membimbing lansia akan sangat menunjang dalam perosesnya.

Pembinaan keagamaan merupakan faktor penting karena

akan menjadikan berkaulitas para lansia akan lebih semangat

dalam mengikuti kegiatan dengan adanya pembina

(uatadz/ustadzah) yang mumpuni di bidangnya.

2) Lingkungan yang kondusif

Lingkungan juga sangat berpengaruh dalam pelaksanaan

pembinaan keagamaan pada santri lansia, karena jika

lingkungan berlangsungnya pembinaan tersebut nyaman akan

membawa dampak positif juga terhadap proses yang berjalan.

Hal ini juga sangat penting dalam mempengaruhi kegiatan

pembinaan, karena lingkungan sangat mendukung yang tenang,

jauh dari keramaian, uadaranya sejuk membuat suasana lebih

kondusif.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh M. Dalyono dalam

bukunya yang berjudul “Psikologi Pendidikan” ditulis bahwa

keadaan lingkungan tempat tinggal, bangunan, suasana sekitar,

keadaan lalu lintas, iklim dan sebagainya juga sangat

berpengaruh dalam proses pembalajaran , tempat yang sepi

dengan iklim yang sejuk, ini akan menunjang proses belajar.65

3) Minat dan motivasi lansia yang tinggi

65
M Dalyono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT. Renika Cipta, 2010). h. 60.
73

Minat dan motivasi lansia merupakan salah satu faktor

pendukung, karena tanpa adanya minat dan motivasi, lansia

tentu tidak akan hadir dalam kegiatan pembinaan yang akan

berlangsung. Meskipun para lansia kadang mengantuk, mereka

tetap hadir untuk mengikuti kegiatan pembinaan. Apabila

adanya minat dan motivasi lansia yang tinggi maka akan

memicu pembina untuk memberikan materi pembinaan yang

berkualitas.

b. Faktor penghambat pembinaan keagamaan pada santri lansia

Selain faktor-faktor pendukung, dalam proses pembinaan

santri lansia juga terdapat faktor-faktor penghambat.

Faktor-faktor penghambat tersebut antara lain adalah senagai

berikut:

1) Menurunnya kondisi lansia

Pada lanjut usia memang terjadi banyak penurunan fisik,

misalnya dari indera penglihatan, indera pendengaran, juga

biasanya mudah lupa. Kondisi fisik sanagat berpengaruh dalam

pelaksanaan kegiatan pembinaan santri lansia yang diikutinya.

Faktor ini merupakan faktor alamiah yang baiasanya

dialami oleh lansia. Namun faktor ini bisa diminimalisir dengan

ketekunan dan kesabaran para pembina yang senantiasa

mendampingi para santri lansia dalam kegiatan sehari-hari.


74

Hal tersebut sesuai dengan pendapat M. Alisuf Sabri

dalam bukunya yang berjudul “Psikologi Pendidikan

Berdasarkan Kurikulum Nasional” yang menyatakan bahwa

keadaan fungsi-funsi fisiologis tertentu merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi belajar, faktor ini terdiri dari kondisi

kesehatan dan kebugaran fisik serta kondisi panca inderanya

terutama penglihatan dan pendengaran. Apabila kondisi tersebut

menurun akan berpengaruh dalam penyerapan informasi yang

disampaikan.66

2) Latar belakang lansia yang beragam

Para lanjut usia yang masuk ke pondok lansia Raudlatul

Ulum memiliki latar belakang yang berbeda-beda, ada yang

berlatar belakang agama kuat, ada juga yang sama sekali belum

pernah belajar agama, jadi dalam mengikuti pembinaan kadang

jomplang, ada yang sudah faham karena sebelumnya sudah

pernah belajar mengenai hal tersebut, ada yang kurang faham

karena belum pernah sama sekali belajar agama.

Faktor inilah yang harus disiasati oleh ustadz dan ustadzah

agar dalam kegiatan pembinaan keagamaan semua lansia dapat

memperoleh pengetahuan yang disampaikan merata.

66
M.Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional (Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya, 2007). h. 60.
75
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian mengenai “Pembinaan Keagamaan

pada Santri Lansia di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Kencong Kepung

Kediri” maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pembinaan keagamaan pada santri lansia di Pondok Pesantren Raudlatul

Ulum Kencong, yaitu dengan pemberian bimbingan, arahan, pemahaman

terkait pengetahuan agama, kegiatan keagamaan yang dilakukan

diantaranya seperti:

a. Sholat wajib maupun sholat sunnah secara berjama’ah

Dengan pemberian pembinaan yang dilakukan kepada para

santri lansia diharapkan bisa meningkatkan kedisiplinan meraka

dalam melaksanakan ibadah sholat lima waktu maupun sholat-sholat

sunnah sehingga mudah bagi mereka untuk mengerjakannya. Selain

itu dapat meningkatkan aqidah (keimanan) santri lansia sehingga

mereka memiliki visi serta tujuan hidup ke depan yang jelas dang

berusaha menjadikan hidupnya lebih bermakna dalam rangka

mendekatkan diri dengan Allah SWT.

b. Santapan rohani (kajian rutin)

Dengan adanya kegiatan kajian rutin yang diberikan oleh ustadz

dimaksudkan agar para santri lansia memperoleh pemahaman terkait

ilmu agama. Materi yang diberikan oleh ustadz seperti akhlak, fiqh,

75
76

ibadah, tasawuf, dan lain-lain. Dari meteri-materi tersebut dapat

menambahkan wawasan keilmuan bagi santri lansia, sehingga meraka

tau mana yang baik dan mana yang tidak baik, apa yang harus

dilakukan dan apa yang perlu ditinggalkan.

c. Dzikiran

Dzikiran yang dilakukan bertujuan untuk senantiasa mengingat

Allah SWT, salah satu dzikir dilakukan setelah sholat fardhu yakni

dzikir pida’. Dzikir pida’ bertujuan untuk mengingat segala kebesaran

dan kekuasaan Allah SWT, selain itu untuk menyerahkan seluruh

jiwa dan raga hanya kepada sang kholiq. Apalagi dilihat dari umur

para lansia yang semakin tua yang diharapkan mereka salah satunya

adalah bisa menghadap Allah dengan khusnul khotimah

d. Membaca al-Qur’an

Para santri lansia di pondok pesantren selalu membiasakan

untuk membaca al-Qur’an, mereka membaca al-Qur’an saat mengisi

waktu luangnya. Dengan membaca al-Qur’an, mereka bisa merasakan

ketentraman serta ketenangan jiwa. Selain itu salah satu santri lansia

juga menuturkan bahwa dengan membaca al-Qur’an bisa mengurangi

kepikunan di umurnya yang semakin tua, mungkin sering melafalkan

ayat-ayat Allah SWT.


77

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembinaan keagamaan pada santri

lansia di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Kencong Kepung Kediri itu

ada 2, yaitu:

a. Faktor pendukung yang berupa: pembina keagamaan (ustadz dan

ustadzah) yang mumpuni, lingkungan kondusif, dan minat serta

motivasi lansia yang tinggi.

b. Faktor penghambat yang berupa: menurunnya kondisi fisik lansia dan

latar belakang lansia yang beragam.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan, peneliti memiliki beberapa

saran yang diajukan ke beberapa pihak untuk mendapatkan hasil penelitian

yang bermanfaat. Di sisi lain, saran ini berguna untuk menindak lanjuti dari

hasil penelitian dalam rangka menambah hasanah keilmuan islam. Adapun

saran tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bagi Ustadz dan Ustadzah

Dalam pelaksanaan pembinaan keagamaan diharapkan untuk bisa

lebih dalam mendampingi serta memberikan arahan kepada santri lansia.

Selain itu memberikan program terkait kegiatab sosial agar dapat

membentuk jiwa sosial santri lansia serta kepedulian yang tinggi terhadap

sesama.

2. Bagi Santri Lansia

Para santri lansia diharapkan berfikir positif, melalui menyibukkan

diri dengan hal-hal yang positif sesuai dengan kemampuannya, dan


78

mengolah spiritualitas dengan mengikuti kegiatan-kegiatan serta

menambah ilmu tentang agama.

3. Bagi Peneliti

a. Diharapkan mampu lebih dalam menggali data mengenai gambaran

pembinaan keagamaan pada lansia.

b. Kesiapan dalam penelitian pada lansia harus diperhatikan, kesiapan

ini berupa penguasaan bahasa maupun tindakan yang sopan dan

santun terhadap orang yang lebih tua termasuk lansia.


DAFTAR PUSTAKA

Andragogi. Yusnadi, 2002. Pendidikan Orang Dewasa. Medan: Program


Pascasarjana Universitas Sumatera Negeri Medan.

Azmi, Muhammad. 2006. Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra Sekolah.


Yogyakarta: Belukar.

Baharuddin, 2009. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Ar-


Ruzz Media.

Bungin, 2008. Analisa Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group.

Dalyono. M Dalyono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rieneka Cipta, 2010), h. 60.

Daradjat, Zakiyah, 2014. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Daradjat, Zakiyah. 1982. Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental. Jakarta.

Daradjat, Zakiyah. 2003. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.

Daryanto, 2006. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Surabaya : Apollo

Djadja,Sudjana. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan,(Bandung: PT. Imperial


Bakti Utama.

Elizabeth Harlock B, 1996. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan


Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Gazalba Sidi,dkk. 1971. Masjid Pusat Pembinaan Umat. Pustaka : Jakarta

Gunawan, Imam. 2016. Metode Penelitian Kualitatif : Teori & Praktik. Jakarta:
PT. Bumi aksara.

H.M Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner, cet ke-5 (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011),
h.28.

Hanafi, Rustam. Kecerdasan Spiritual, Kecerdasan Emosional Dan Performa


Auditor. Semarang : Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Helmi Masdar, 1971. Peranan Dakwah Dalam Pembinaan Umat. Semarang:


Dies Natalies, IAIN Walisongo Semarang

Helmi, Masdar, 1971. Peranan Dakwah dalam pembinaan umat. Semarang:Dies


Natalies, IAIN Walisongo Semarang.

79
80

Ita Herlitasari, ̒ ̒ Manajemen Pembinaan Santri Melalui Kegiatan Organisasi


Pelajar Pondok Pesantren Modern Al-Umm Aswaja Ciawi Bogor ̓ ̓ ,

J. Maleong, Lexy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya Offset.

Jurnal Tadbir Muwahhid, Vol.IV, 2 (2020),

Kartoditdjo, Sartono. Metode Penggunaan Bahan Dokumenter,dikutip dari


koentjaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat.

Kepala Pondok Lansia, 2021.Wawancara, Kantor Pondok Pesantren Lansia


Raudlatul Ulum Kencong Kepung Kediri.

Lengrand, 1970. An Introduction to Life Long Education,Paris: Unesco.

Mamang, Etta. 2010. Metodologi Penelitian–Pendekatan Praktis dalam


Penelitian. Yogyakarta: ANDI.

Meleong,Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosda


Karya.

Nabawi, Hadari. 1990. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.

Nasih dan Kholidah, metode dan teknik pembelajaran pendidikan agama islam
(Bandung: Refika aditama, 2009), 186.

Nur Handayani Iys, ʻʻMetode Sorogan dalam Meningkatkan Kemampuan


Membaca Alquran pada Anak, 2018.GOLDEN AGE Jurnal Ilmiah
Tumbuh Kembang Anak Usia Dini,Vol. III, N. 2.

Sabri, Alisuf. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.

Sabri,M.Alisuf. 2007. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional.


Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.

Suardiman,Siti Partini, 2011. Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R & D. Bandung: CV


Alfabeta.

Sukamto, 1999. Kepemimpinan Kiai dalam Pesantren. Jakarta: Pustaka LP3ES.

Suprijanto, 2007. Pendidikan Orang Dewasa; dari Teori Hingga Aplikasi. Jakarta
: Bumi Aksara.
81

Syah, Muhibbin. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali press.

Tanzeh Ahmad, 2009. Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta: Teras.

Tim Penyusun Kamus Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1998. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Departeman Pendidikan dan
Kebudayaan.

Tim Penyusun Kamus Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1998. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departeman Pendidikan dan
Kebudayaan.

Tim Penyusun Kamus Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1998. Kamus
Besar Bahasa Indonesia Jakarta : Departeman Pendidikan dan
Kebudayaan

Tim Penyusun, 2020. Buku Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah IAIT press
(Kediri: Institut Agama Islam Tribakti (IAIT).

Usman Husaini dan Setiady Akbar Purnomo, 1996. Metodologi penelitian sosial,
(Jakarta: Bumi aksara.

Zakiah, 2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara


82

PONDOK PESANTREN LANJUT USIA


“RAUDLATUL ULUM”
KENCONG KEPUNG KEDIRI JAWA TIMUR

Alamat Sekretariat: Desa Kencong Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri, Telp 0354-395600

SURAT KETERANGAN PEMBERIAN IZIN


Nomor: 072/SK/PPLU-RU-K/2021

Yang bertanda tangan di bawah ini kami:


Nama : KHOFSOH
Jabatan : Ketua Pengurus Pondok Pesantren Lansia
Raudlatul Ulum Kencong Kepung Kediri
Menyatakan tidak keberatan dan memberikan izin kepada:
Nama : FATKUR ROHMAN
NPM : 17.01.0.8975
Prodi/Fak : PAI/Tarbiyah

Untuk mengambil data penelitian Skripsi di lembaga kami,


Judul Skripsi : PEMBINAAN KEAGAMAAN SANTRI
LANSIA DI PONDOK PESANTREN
RAUDLATUL ULUM KENCONG
Demikian surat keterangan perizinan ini kami buat, agar menjadi
periksa, maklum adanya.

Kediri, 08 Juli 2021


Ketua Pengurus Pondok Lansia

KHOFSOH
83

DATA PENGAJAR DI PONDOK PESANTREN LANSIA


RAUDLATUL ULUM KENCONG KEPUNG KEDIRI

Tenaga pengajar di Pondok Pesantren Lansia Raudlatul Ulum Kencong


Kepung Kediri adalah sebagai berikut:
Daftar Ustadz/ Ustadzah

No. Ustadz/Ustadzah Alamat

1. K. Ahmad Djayadi Kencong, Kepung, Kediri

2. K. Abdul Mu’in Sa’id Sumbersoko, Pare

3. Ustadz Jamaludin Kencong, Kepung, Kediri

4. Ustadz Makinun Amin Jombang

5. Ustadz Miftahur Rohman Jombangan, Pare

6. Ustadz Syafa’at Mubari Ngronggot, Prambon, Nganjuk

7. Hj. Fatimah Ngronggo, Kediri

8. Ibu Khofsoh Tirtoyoso, Ngasem, Kediri

9. Ibu Maskunah Shofwan Kencong, Kepung, Kediri

10. Ibu Mujiati Kencong, Kepung, Kediri


84

DATA SANTRI LANSIA PONDOK PESANTREN


RAUDLATUL ULUM
KENCONG KEPUNG KEDIRI

No. NAMA UMUR ALAMAT

1. Astuti 69 Tahun Nglamong, Kandangan

2. Khofsoh 61 Tahun Tirtoyoso, Ngasem

3. Hariyanto 59 Tahun Pare, Kediri

4. Hj. Aminah 76 Tahun Sumber Pancur, Kepung, Pare

5. Hj. Badriyah 64 Tahun Gurah, Kediri

6. Hj. Fatimah 76 Tahun Ngronggo, Kediri

7. Hj. Jannah 76 Tahun Puncu, Pare

8. Hj. Masri’ah 61 Tahun Pacet, Mojokerto

9. Hj. Mudrikah 76 Tahun Karangrejo, Kediri

10. Hj. Ponari 76 Tahun Malang

11. Hj. Ruqiyyah 74 Tahun Kwagean, Pare

12. Hj. Saripatun 77 Tahun Sampang, Sumatra

13. Hj. Sholikhah 76 Tahun Bogo, Kediri

14. Hj. Sumarmi 71 Tahun Sumatra

15. Hj. Sutik 71 Tahun Surabaya

16. Hj. Syamsonah 66 Tahun Prambatan, Pare

17. Hj. Umi Sejati 66 Tahun Kepung, Kediri

18. Hj. Wati 76 Tahun Pagu, Kediri

19. Istijanah 63 Tahun Surabaya

20. Jariyah 74 Tahun Prambatan, Pare


85

21. Jumiroh 66 Tahun Kepung, Kediri

22. Juwainatun 71 Tahun Kwagean, Pare

23. Kasmini 69 Tahun Ngadiluwih, Kediri

24. Kartini 54 Tahun Sulawesi

25. Kasmini 66 Tahun Tawangrejo, Kediri

26. Khasanah 71 Tahun Pare, Kediri

27. Khayatun 91 Tahun Bulurejo, Kepung, Pare

28. Kuntarwiyah 66 Tahun Bulurejo, Kepung, Pare

29. Linda 43 Tahun Jakarta

30. Markamah 86 Tahun Gedangsewu, Pare

31. Marsiyam 86 Tahun Puncu, Kediri

32. Maryam 63 Tahun Ngablek, Kediri

33. Maskonah 88 Tahun Kencong, Kepung, Kediri

34. Masri’ah 75 Tahun Mojo, Kediri

35. Masri’in 66 Tahun Plosoklaten, Kediri

36. Mufatin 66 Tahun Semanding, Pare

37. Mulyati 71 Tahun Bogo, Kediri

38. Munawaroh 58 Tahun Ngadiluwih, Kediri

39. Mursiyam 61 Tahun Mbero, Puncu, Pare

40. Nuryati 54 Tahun Kencong, Kepung, Kediri

41. Robi’ah 76 Tahun Semanding, Pare

42. Rodhiyah 71 Tahun Tawangrejo, Kediri


86

43. Rumanah 66 Tahun Puncu, Pare

44. Rusmini 76 Tahun Pogar Bringin, Pare

45. Sini 76 Tahun Madiun

46. Siti Aisyah 71 Tahun Gresik

47. Siti Halimah 73 Tahun Mojoagung, Jombang

48. Sofiatun 54 Tahun Tawangrejo, Kediri

49. Sofiyah 56 Tahun Tawang, Kediri

50. Solikhah 83 Tahun Semanding, Pare

51. Sri’in 84 Tahun Ngadiluwih, Kediri

52. Srikanah 69 Tahun Pandan, Pare

53. Sukarsi 71 Tahun Nglamong, Kandangan

54. Sukaswati 56 Tahun Kwagean, Pare

55. Sulastri 66 Tahun Badas, Kediri

56. Sumarmi 76 Tahun Watugeneng, Pare

57. Suminatun 81 Tahun Kwagean, P are

58. Sumiatun 74 Tahun Kwagean, Pare

59. Sunarsih 66 Tahun Kencong, Kepung, Kediri

60. Suparni 59 Tahun Pogar Bringin, Pare

61. Supiyah 68 Tahun Sumatra

62. Supriyati 76 Tahun Keling,Knadanagn

63. Sutikah 64 Tahun Nglamong, Kandangan

64. Umi Daiyah 76 Tahun Mojo, Kediri


87

65. Umi Hasanah 61 Tahun Pogar Bringin, Pare

66. Umi Masyarofah 56 Tahun Purwoasri

67. Umi Syaroh 71 Tahun Kencong, Kepung, Kediri

68. Ummi Naskah 66 Tahun Keling, Kandangan

69. Ummi Sejati 56 Tahun Kediri

70. Umu Syaroh 65Tahun Puncu, Pare

71. Wahyuni 76 Tahun Pandan, Pare

72. Wakinem 81 Tahun Nganjuk

73. Winarti 71 Tahun Surabaya


88

PEDOMAN PENGUMPULAN DATA

A. Pedoman Dokumentasi

1. Sejarah berdirinya Pondok Pesantren

2. Visi, misi dan tujuan pondok lansia

3. Struktur organisasi pondok pesantren lansia

4. Sarana dan prasarana pondok pesantren lansia

5. Data Pengajar (Ustazd/ Ustadzah)

6. Data-data santri lansia

7. Foto-foto Pembinaan kegiatan keagmaan bagi santri lansia

B. Pedoman Observasi

1. Gambaran umum tentang lokasi penelitian di pondok pesantren Raudlatul

Ulum Kencong Kepung Kediri

2. Menyaksikan langsung pelaksanaan pembinaan keagamaan santri lansia

3. Metode yang digunakan ustadz/ustadzah dalam pelaksanaan pembinaan

santri lansia

4. Keaktifan para santri lansia dalam mengikuti kegiatan keagamaan di

pondok

5. Kemampuan ustadz/ustadzah dalam menciptakan kondisi kegiatan

keagamaan di pondok pesantren

C. Pedoman Wawancara

1. Wawancara dengan ustadz/ustadzah

a. Apa saja kegiatan pondok pesantren yang dapat meningkatkan

spiritualitas santri lansia?


89

b. Kapan dan dimana kegiatan keagamaan santri lansia ini

berlangsung?

c. Siapa saja ustadz/ustadzah dalam kegiatan pembinaan keagamaan?

d. Materi apa saja yang diajarkan dalam kegiatan pembinaan

keagamaan pada santri lansia?

e. Metode dan pendekatan apa saja yang digunakan dalam pembinaan

kegiatan pesantren bagi santri lansia?

f. Apa hasil ataupun perubahan setelah mengikuti kegiatan

keagamaan di pondok pesantren lansia Raudlatul Ulum dalam

membina santri lansia?

g. Apa faktor pendukung dan penghambat pada saat proses kegiatan

keagamaan santri lansia di pondok pesantren ini?

2. Wawancara dengan santri lansia

a. Dalam kegiatan di pondok pesantren, apa saja yang diikuti dan

dilakukan?

b. Apakah dalam proses pembinaan terutama dalam kegiatan

pengajian mudah difahami?

c. Apa saja kesulitan yang dialami pada saat kegiatan pembinaan?

d. Bagaimana cara untuk memahami materi yang telah disampaikan

ustadz?

e. Apa yang dilakukan jika belum faham terkait materi yang

disampaikan ustadz?
90

f. Apa saja yang didapat dari mengikuti kegiatan keagamaan di

pondok pesantren ini?

g. Bagaimana perasaannya dalam mengikuti kegiatan keagamaan di

pondok pesantren ini?

3. Wawancara dengan pengurus

a. Apa peran ibu dalam kegiatan di pondok pesantren lansia ini?

b. Kapan pembinaan memulai kegiatan keagamaan di pondok

pesantren dilakukan?

c. Berapa jumlah santri lansia di pondok pesantren lansia?

d. Berapa jumlah ustadz/ustadzah di pondok pesantren lansia?

e. Bagaimana cara ustadz/ ustadzah dalam melakukan pembinaan

keagamaan pada santri lansia?


91

JADWAL KEGIATAN DI PONDOK PESANTREN LANSIA

RAUDLATUL ULUM
KENCONG KEPUNG KEDIRI

No. KEGIATAN WAKTU

1. Jama’ah Subuh 04.30 WIB - Selesai

2. Istighosah Setelah Jama’ah - Selesai

3. Istirahat -

4. Sholat Dhuha + Kajian Rutin 07.08 – 08.00 WIB

5. Sorogan/ Manaqiban 08.30 – Selesai

6. Istirahat -

7. Jama’ah Dhuhur 12.00 – 13.00 WIB

8. Mengaji/Istirahat -

9. Jama’ah Ashar 15.30 – 16.15 WIB

10. Jama’ah Maghrib 18.00 – Selesai

Sholat-sholat Sunnah/ Manaqiban

11. (Sholat Subutul Iman, Lita’nisil Qobri, 18.20 – 18.45 WIB

Liqada’il Fawaid, Birrul Walidain)

12. Jama’ah Isya’ 19.30 WIB – Selesai

Sholat-sholat Sunnah
13. 20.00 - 2035
(Sholat Ba’diyah, Tasbih, Witir)

14. Istirahat 21.00 – 23.00 WIB

Sholat-solat Sunnah

15. (Sholat Tahajud, Sholat Hajat, Sholat 23.30 – 00.30 WIB

Taubat)

16. Istirahat 00.30 – 04.00 WIB


92

Sholat-sholat Sunnah
17. 03.30 – 04.15 WIB
(Sholat Fajr, Sholat Qobliyah)
93

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Fatkur Rohman

NPM/ NIRM : 17.010.8975 / 2017.4.008.0101.1.006193

Jurusan / Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Tarbiyah

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-

benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan

tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan atau pikiran

sendiri.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil

plagiat, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Kediri, 26 Juli 2021

Fatkur Rohman
94

RIWAYAT HIDUP

Fatkur Rohman lahir di Bojonegoro pada tanggal 12 Februari 1992, anak

pertama dari bapak Mu’id dan ibu Djamilah, yang beralamatkan di Ds.

Glagahwangi Kec. Sugihwaras Kab. Bojonegoro Jawa Timur. Sekarang telah

menyelesaikan (S-1) Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut

Agama Islam Tribakti (IAIT) Kediri.

Pendidikaan dasar di SD Negeri Glagahwangi II tamat tahun 2004; SMPN

1 Sugihwaras tamat tahun 2007; SMKN 1 Sugihwaras tamat tahun 2010,

kemudian melanjutkan ke diniyah Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Kencong

Kediri. Kemudian melanjutkan kejenjang perkuliahan di Institut Agama Islam

Tribakti (IAIT) Kediri sejak tahun 2017 sampai sekarang.

Saat ini penulis masih menimba ilmu di Pondok Pesantren Raudlatul

Ulum Kencong, dan tentunya do’a dari pengasuh dan teman-teman semuanya

yang kami harapkan, agar memperoleh ilmu yang manfaat, barokah.


95

FOTO-FOTO KEGIATAN DI PONDOK PESANTREN LANSIA


RAUDLATUL ULUM KENCONG KEPUNG KEDIRI
96
97
98
99
100

Anda mungkin juga menyukai