Anda di halaman 1dari 3

Di antara dua masa persidangan resmi BPUPKI itu, berlangsung pula persidangan tak

resmi yang dihadiri 38 orang anggota BPUPKI. Persidangan tak resmi ini dipimpin
sendiri oleh Bung Karno yang membahas mengenai rancangan "Pembukaan (bahasa
Belanda: "Preambule") Undang-Undang Dasar 1945", yang kemudian dilanjutkan
pembahasannya pada masa persidangan BPUPKI yang kedua (10 Juli-17 Juli 1945).

Sidang resmi kedua

Persidangan resmi BPUPKI yang kedua pada tanggal 10 Juli-14 Juli 1945

Masa persidangan BPUPKI yang kedua berlangsung sejak tanggal 10 Juli 1945 hingga


tanggal 14 Juli 1945. Agenda sidang BPUPKI kali ini membahas tentang wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, kewarganegaraan Indonesia, rancangan Undang-Undang
Dasar, ekonomi dan keuangan, pembelaan negara, serta pendidengajaran. Pada
persidangan BPUPKI yang kedua ini, anggota BPUPKI dibagi-bagi dalam panitia-panitia
kecil. Panitia-panitia kecil yang terbentuk itu antara lain adalah:
Panitia Perancang Undang-Undang Dasar (diketuai oleh Ir. Soekarno), Panitia Pembelaan
Tanah Air (diketuai oleh Raden Abikusno Tjokrosoejoso), dan Panitia Ekonomi dan
Keuangan (diketuai oleh Drs. Mohammad Hatta).
Pada tanggal 11 Juli 1945, sidang panitia Perancang Undang-Undang Dasar, yang diketuai
oleh Ir. Soekarno, membahas pembentukan lagi panitia kecil di bawahnya, yang
tugasnya adalah khusus merancang isi dari Undang-Undang Dasar, yang beranggotakan
7 orang yaitu sebagai berikut :
1. Prof. Mr. Dr. Soepomo (ketua panitia kecil)
2. Mr. KRMT Wongsonegoro (anggota)
3. Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo (anggota)
4. Mr. Alexander Andries Maramis (anggota)
5. Mr. Raden Panji Singgih (anggota)
6. Haji Agus Salim (anggota)
7. Dr. Soekiman Wirjosandjojo (anggota)

Pada tanggal 13 Juli 1945, sidang panitia Perancang Undang-Undang Dasar, yang diketuai


oleh Ir. Soekarno, membahas hasil kerja panitia kecil di bawahnya, yang tugasnya
adalah khusus merancang isi dari Undang-Undang Dasar, yang beranggotakan 7 orang
tersebut.
Pada tanggal 14 Juli 1945, sidang pleno BPUPKI menerima laporan
panitia Perancang Undang-Undang Dasar, yang dibacakan oleh ketua panitianya
sendiri, Ir. Soekarno. Dalam laporan tersebut membahas mengenai rancangan Undang-
Undang Dasar yang di dalamnya tercantum tiga masalah pokok yaitu :
1. Pernyataan tentang Indonesia Merdeka
2. Pembukaan Undang-Undang Dasar
3. Batang tubuh Undang-Undang Dasar yang kemudian dinamakan sebagai "Undang-Undang
Dasar 1945", yang isinya meliputi :

 Wilayah negara Indonesia adalah sama dengan bekas wilayah Hindia Belanda dahulu, ditambah


dengan Malaya, Borneo Utara (sekarang adalah wilayah Sabah dan wilayah Serawak di
negara Malaysia, serta wilayah negara Brunei Darussalam), Papua, Timor-Portugis (sekarang
adalah wilayah negara Timor Leste), dan pulau-pulau di sekitarnya,
 Bentuk negara Indonesia adalah Negara Kesatuan,
 Bentuk pemerintahan Indonesia adalah Republik,
 Bendera nasional Indonesia adalah Sang Saka Merah Putih,
 Bahasa nasional Indonesia adalah Bahasa Indonesia.

Konsep proklamasi kemerdekaan negara Indonesia baru rencananya akan disusun


dengan mengambil tiga alenia pertama "Piagam Jakarta", sedangkan konsep Undang-
Undang Dasar hampir seluruhnya diambil dari alinea keempat "Piagam Jakarta".
Sementara itu, perdebatan terus berlanjut di antara peserta sidang BPUPKI mengenai
penerapan aturan Islam, Syariat Islam, dalam negara Indonesia baru. "Piagam Jakarta"
atau "Jakaksion yang sedikit berbeda.

Anda mungkin juga menyukai