PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
a) landasan Teori Napza
1. Defenisi Napza
2. Rentang Rspon Gangguan Penggunaan Npza
3. Jenis-Jenis Napza
4. Golongan Napza
5. Penyebab Penyalahgunaan Napza
6. Ciri-Ciri Pengguna Napza
7. Akibat penyalahgunaan napza
8. Alat Yang DI Gunakan
9. Komplikasi Dari Penyalahgunaan Napza
10. Tujuan Terapi Dan Rehabilitasi
b) Konsep Asuhan Keperawtan Penyalahgunaan Napza
1. Pengkajian
2. Diangnosa
3. Intervensi
C. TUJUAN
a) Mengetahui landasan Teori Napza
1. Mengetahui Defenisi Napza
2. Mengetahui Rentang Rspon Gangguan Penggunaan Npza
3. Mengetahui Jenis-Jenis Napza
4. Mengetahui Golongan Napza
5. Mengetahui Penyebab Penyalahgunaan Napza
6. Mengetahui Ciri-Ciri Pengguna Napza
7. Mengetahui Akibat penyalahgunaan napza
8. Mengetahui Alat Yang DI Gunakan
9. Mengetahui Komplikasi Dari Penyalahgunaan Napza
10. Mengetahui Tujuan Terapi Dan Rehabilitasi
1
b) Mengetahui Konsep Asuhan Keperawtan Penyalahgunaan Napza
1. Mengetahui Pengkajian
2. Mengetahui Diangnosa
3. Mengetahui Intervensi
2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. DEFENISI NAPZA
NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah
bahan/zat/obat yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi
tubuh terutama otak/susunan saraf pusat,sehingga menyebabkan gangguan
kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan
(adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA. Istilah NAPZA
umumnya digunakan oleh sektor pelayanan kesehatan, yang menitik beratkan
pada upaya penanggulangan dari sudut kesehatan fisik, psikis, dan sosial. NAPZA
sering disebut juga sebagai zat psikoaktif, yaitu zat yang bekerja pada otak,
sehingga menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, dan pikiran.
3
Penyalahgunaan : Penggunaan zat yang sudah cukup patologis, sudah mulai
digunakan secara rutin, minimal selama 1 bulan, sudah terjadi
penyimpangan perilaku mengganggu fungsi dalam peran di lingkungan
sosial : pendidikan dan pekerjaan.
Ketergantungan : Penggunaan zat yang sudah cukup berat, telah terjadi
ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai dengan
adanya Toleransi dan Syndroma putus zat ; Suatu kondisi dimana individu
yang yang biasa menggunakan zat adiktif secara rutin, pada dosis tertentu
menurunkan jumlah zat yang digunakan atau berhenti memakai, sehingga
menimbulkan kumpulan gejala sesuai dengan macam zat yang digunakan,
Sedangkan Toleransi ; suatu kondisi dari individu yang mengalami
peningkatan dosis (jumlah zat), untuk mencapai tujuan yang biasa
diinginkannya.
C. JENIS-JENIS NAPZA
a) Heroin : Serbuk putih seperti tepung yang bersifat opioid atau menekan nyeri
dan juga depresan SSP.
b) Kokain : Di olah dari pohon Coca yang punya sifat halusinogenik..
c) Putau : golongan heroin, berbentuk bubuk. .
d) Ganja : berisi zat kimia delta-9-tetra hidrokanbinol, berasal dari daun
Cannabis yang dikeringkan, Konsumsi dengan cara dihisap seperti rokok
tetapi menggunakan hidung.
e) Shabu-shabu: kristal yang berisi methamphetamine, dikonsumsi dengan
menggunakan alat khusus yang disebut Bong kemudian dibakar.
f) Ekstasi: methylendioxy methamphetamine dalam bentuk tablet atau kapsul,
mampu meningkatkan ketahanan seseorang (disalahgunakan untuk aktivitas
seksual dan aktivitas hiburan dimalam hari).
g) Diazepam,Nipam, Megadon : obat yang jika dikonsumsi secara berlebih
menimbulkan efek halusinogenik.
h) Alkohol : minuman yang berisi produk fermentasi menghasilkan etanol,
dengan kadar diatas 40 % mampu menyebabkan depresi susunan saraf
pusat, dalam kadar tinggi bisa memicu Sirosis hepatic, hepatitis alkoholik
maupun gangguan system persarafan.
4
D. GOLONGAN NAPZA
1. NARKOTIKA (Menurut Undang-Undang RI Nomor 22 tahun 1997 tentang
Narkotika).
NARKOTIKA: adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
NARKOTIKA dibedakan kedalam golongan-golongan :
Narkotika Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan ilmu pengetahuan, dan tidak ditujukan untuk terapi serta
mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan, (Contoh :
heroin/putauw, kokain, ganja).
Narkotika Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan (Contoh : morfin, petidin).
Narkotika Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan (Contoh : kodein).
Narkotika yang sering disalahgunakan adalah Narkotika Golongan I :
Opiat : morfin, herion (putauw), petidin, candu, dan lain-lain
Ganja atau kanabis, marihuana, hashis
Kokain, yaitu serbuk kokain, pasta kokain, daun koka
2. PSIKOTROPIKA (Menurut Undang-undang RI No.5 tahun 1997 tentang
Psikotropika).
PSIKOTROPIKA : adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku. PSIKOTROPIKA dibedakan dalam golongan-golongan
sebagai berikut :
5
PSIKOTROPIKA GOLONGAN I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan
untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi
serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. (Contoh : ekstasi, shabu, LSD)
PSIKOTROPIKA GOLONGAN II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan dapat digunakan dalam terapi, dan/atau tujuan ilmu pengetahuan
serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan . (
Contoh amfetamin, metilfenidat atau ritalin).
PSIKOTROPIKA GOLONGAN III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma
ketergantungan (Contoh : pentobarbital, Flunitrazepam).
PSIKOTROPIKA GOLONGAN IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom
ketergantungan (Contoh : diazepam, bromazepam, Fenobarbital,
klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam, seperti pil BK, pil Koplo, Rohip,
Dum, MG).
Psikotropika yang sering disalahgunakan antara lain :
Psikostimulansia : amfetamin, ekstasi, shabu
Sedatif & Hipnotika (obat penenang, obat tidur): MG, BK, DUM, Pil
koplo dan lain-lain.
Halusinogenika : Iysergic acid dyethylamide (LSD), mushroom.
3. ZAT ADIKTIF
ZAT ADIKTIF : adalah Suatu bahan atau zat yang apabila digunakan dapat
menimbulkan kecanduan atau ketergantungan.
4. ZAT PSIKOAKTIF
ZAT PSIKOAKTIF : Golongan zat yang bekerja secara selektif, terutama pada
otak sehingga dapat menimbulkan perubahan pada : perilaku, emosi, kognitif,
persepsi, kesadaran seseorang. Ada 2 jenis psikoaktif :
Bersifat Adiksi
Golongan Opioida : Morfin, Heroin (Putaw), candu, Codein, Petidin
Golongan Kanabis : Ganja (Mariyuana), minyak hassish
6
Golongan Kokain : Serbuk kokain dan daun koka
Golongan Alkohol : Semua minuman yang mengandung Ethyl alkohol :
Brandy, bir, Wine, Whisky, Cognac, Brem, tuak, Anggur ortu (AO), dsb.
Golongan Sedatif Hipnotik : BK, Rohypnol, Magadon, Dumolid, Nipam,
Madrax
Golongan MDA (Methylene Dioxy Ampethamine) : Ampetamine
benzedrine, Dexedrine
Golongan MDMA (Methylene dioxy meth Ampetahamine) : Extacy
Golongan halusinogen : LSD, Meskaloin, Mushrom, Kecubung
Gologan Solven dan inhalansia : Aica Aibon (Glue) Saceton, Thiner, N2O
Nikotine : tembakau
Kafein: Kopi dan the
Golongan lainnya.
Bersifat Non Adiksi : Obat neuroleptika untuk kasus gangguan jiwa
psikotik, obat anti depresi.
Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan NAPZA dapat
digolongkan menjadi tiga golongan :
Golongan Depresan (Downer)
Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional
tubuh. Jenis ini membuat pemakaiannya merasa tenang, pendiam dan
bahkan membuatnya tertidur dan tidak sadarkan diri. Golongan ini
termasuk Opioida (morfin, heroin/putauw, kodein), Sedatif (penenang),
hipnotik (otot tidur), dan tranquilizer (anti cemas) dan lain-lain.
Golongan Stimulan (Upper)
Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan
meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya
menjadi aktif, segar dan bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini
adalah : Amfetamin (shabu, esktasi), Kafein, Kokain.
Golongan Halusinogen
Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang
bersifat merubah perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan
daya pandang yang berbeda sehingga seluruh perasaan dapat
terganggu. Golongan ini tidak digunakan dalam terapi medis.
7
E. PENYEBAB PENYALAHGUNAAN NAPZA
Penyebabnya sangatlah kompleks akibat interaksi berbagai faktor :
1. Faktor individual : Kebanyakan dimulai pada saat remaja, sebab pada
remaja sedang mengalami perubahan biologi, psikologi maupun sosial yang
pesat. Ciri – ciri remaja yang mempunyai resiko lebih besar menggunakan
NAPZA :
a) Cenderung memberontak
b) Memiliki gangguan jiwa lain, misalnya : depresi, cemas.
c) Perilaku yang menyimpang dari aturan atau norma yang ada
d) Kurang percaya diri
e) Mudah kecewa, agresif dan destruktif
f) Murung, pemalu, pendiam
g) Merasa bosan dan jenuh
h) Keinginan untuk bersenang – senang yang berlebihan
i) Keinginan untuk mencaoba yang sedang mode
j) Identitas diri kabur
k) Kemampuan komunikasi yang rendah
l) Putus sekolah
m) Kurang menghayati iman dan kepercayaan.
2. Faktor Lingkungan : Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan
lingkungan pergaulan baik sekitar rumah, sekolah, teman sebaya, maupun
masyarakat.
1. Lingkungan Keluarga :
Komunikasi orang tua dan anak kurang baik
Hubungan kurang harmonis
Orang tua yang bercerai, kawin lagi
Orang tua terlampau sibuk, acuh
Orang tua otoriter
Kurangnya orang yang menjadi teladan dalam hidupnya
Kurangnya kehidupan beragama.
2. Lingkungan Sekolah :
Sekolah yang kurang disiplin
Sekolah terletak dekat tempat hiburan
8
Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan diri secara kreatif dan positif
Adanya murid pengguna NAPZA.
3. Lingkungan Teman Sebaya :
Berteman dengan penyalahguna
Tekanan atau ancaman dari teman.
4. Lingkungan Masyrakat / Sosial :
Lemahnya penegak hokum
Situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung.
Tanda dan Gejala Penggunaan NAPZA
1. Tanda-tanda di rumah :
Hilangnya minat dalam aktifitas keluarga.
Tidak patuh terhadap aturan keluarga.
Hilang/berkurangnya rasa tanggung jawab.
Bersikap kasar baik secara verbal maupun fisik.
Menurun/meningkatnya nafsu makan secara tiba-tiba.
Mengaku sering kehilangan barang atau uang.
Tidak pernah pulang ke rumah tepat waktu.
Tidak mengatakan kepada siapapun kemana mereka pergi.
Terus-menerus meminta maaf terhadap segala perbuatannya.
Menghabiskan banyak waktunya berdiam diri di dalam kamar bila
sedang di rumah.
Sering berbohong mengenai aktifitas mereka.
Menemukan benda-benda, seperti kertas pembungkus rokok, pipa hisap,
gelas kecil, sisa-sisa serbuk maupun jarum suntik dan lain-lainnya yang
mencurigakan.
2. Tanda-tanda di sekolah/tempat kerja :
Sering tiba-tiba pingsan di sekolah/tempat kerja.
Acapkali bolos masuk sekolah/kerja.
Kehilangan minat dalam kegiatan belajar.
Tertidur di dalam kelas/saat bekerja.
Buruk dalam penampilan sehari-hari.
Tidak pernah mengerjakan tugas pekerjaan rumah.
9
Tidak mematuhi bahkan menentang aturan sekolah/otoritas.
Perilaku yang buruk di setiap kegiatan sekolah/pekerjaan.
Penurunan konsentrasi, perhatian dan memori.
Tidak pernah memberitahukan orang tua/wali jika ada
pemanggilan/pertemuan dengan guru.
3. Tanda-tanda kelainan fisik dan emosional :
Teman/kelompok sering berganti-ganti.
Pasangan/pacar yang juga sering berganti-ganti.
Tercium bau-bauan aneh seperti bau alkohol, mariyuana, dan rokok dari
nafas atau badan.
Perubahan perilaku dan mood yang tidak dapat dijelaskan.
Sering melawan aturan, bersikap negatif, paranoid (ketakutan dan
curiga), destruktif (merusak), tampak cemas.
Tidak pernah tampak kegembiraan seperti yang seharusnya.
Selalu tampak lelah/hiperaktif yang berlebihan.
Penurunan/peningkatan berat badan yang drastis.
Kadang tampak depresi, mudah sedih dan tertekan.
Seringkali menipu, berbohong atau kedapatan mencuri.
Mengaku memerlukan uang/sebaliknya merasa punya uang lebih.
Umumnya penampilannya kotor dan tidak terurus.
Gejala yang timbul diantaranya : bicara cadel, gerakan tidak terkoordinir,
kesadaran menurun, vertigo, dilatasi pupil, jalan sempoyongan,
konjungtiva merah, nafsu makan bertambah, mullut kering, denyut
jantung cepat, panik, curiga, banyak keringat, mual muntah, halusinasi
dan mengantuk.
Dan jika putus zat maka gejala yang terjadi sebagai berikut : gelisah,
berkeringat, denyut jantung cepat, tremor ditangan, mual muntah, kejang
otot, cemas, agresif, halusinasi, delirium, insomnia, pupil melebar,
murung, depresi berat dan ada tindakan bunuh diri.
10
F. CIRI-CIRI PENGGUNA NAPZA
1. Ciri-ciri Ketergantungan NAPZA
Keinginan yang tak tertahankan untuk mengkonsumsi salah satu atau
lebih zat yang tergolong NAPZA.
Kecenderungan untuk menambah dosis sejalan dengan batas toleransi
tubuh yang meningkat.
Ketergantungan psikis, yaitu apabila penggunaan NAPZA dihentikan akan
menimbulkan kecemasan, depresi dan gejala psikis lain.
Ketergantungan fisik, yaitu apabila pemakaian dihentikan akan
menimbulkan gejala fisik yang disebut gejala putus zat (withdrawal
syndrome). Withdrawal Syndrome terlihat dari beberapa aktivitas fisik
seperti orang yang mengalami sakaratul maut, meronta, berteriak
maupun melakukan aktivitas lain yang menunjukkan bentuk bahwa dia
membutuhkan sebuah zat psikotropika.
2. Ciri-ciri Pengguna NAPZA
Ciri Fisik
Berat badan turun drastis.
Mata cekung dan merah, muka pucat dan bibir kehitaman.
Buang air besar dan air kecil kurang lancar.
Sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas.
Tanda berbintik merah seperti bekas gigitan nyamuk dan ada bekas
luka sayatan.
Terdapat perubahan warna kulit di tempat bekas suntikan.
Sering batuk-pilek berkepanjangan.
Mengeluarkan air mata yang berlebihan.
Mengeluarkan keringat yang berlebihan.
Kepala sering nyeri, persendian ngilu.
Ciri Emosi
Sangat sensitif dan cepat bosan.
Jika ditegur atau dimarahi malah membangkang.
Mudah curiga dan cemas.
11
Emosinya naik turun dan tidak ragu untuk memukul atau berbicara
kasar kepada orang disekitarnya, termasuk kepada anggota
keluarganya. Ada juga yang berusaha menyakiti diri sendiri.
Ciri Perilaku
Malas dan sering melupakan tanggung jawab/tugas rutinnya.
Menunjukkan sikap tidak peduli dan jauh dari keluarga.
Di rumah waktunya dihabiskan untuk menyendiri di kamar, toilet,
gudang, kamar mandi, ruang-ruang yang gelap.
Nafsu makan tidak menentu.
Takut air, jarang mandi.
Sering menguap.
Sikapnya cenderung jadi manipulatif dan tiba-tiba bersikap manis jika
ada maunya, misalnya untuk membeli obat.
Sering bertemu dengan orang-orang yang tidak dikenal keluarga, pergi
tanpa pamit dan pulang lewat tengah malam.
Selalu kehabisan uang, barang-barang pribadinya pun hilang dijual.
Suka berbohong dan gampang ingkar janji.
Sering mencuri baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun
pekerjaan.
3. Ciri-ciri Kecanduan NAPZA
Air mata berlebhan
Banyak lender dari hidung
Diare
Bulu kuduk berdiri
Sukar tidur
Menguap
Jantung berdebar-debar
Ngilu pada sendi
13
Masalah kesehatan yang muncul : depresi system pernafasan, depresi
pusat pengatur kesadaran, kecemasan yang sangat berat sampai panic, perilaku
agresif, gangguan daya ingat, gangguan ADL, gangguan system musculoskeletal
missal nyeri sendi dan otot, serta perilaku mencederai diri.
14
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PENYALAHGUNAAN NAPZA
A. PENGKAJIAN
a. Fisik :
b. Data fisik yang mungkin ditemukan pada klien dengan penggunaaan NAPZA
pada saat pengkajian adalah sebagai berikut : Nyeri, gangguan pola tidur,
menurunnya selera makan, konstipasi, diarhe, perilaku sek melanggar norma,
kemunduran dalam kebersihan diri, potensial komplikasi , jantung, hati dsb.
Infeksi pada paru-paru.
Sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah agar klien mampu untuk teratur
dalam pola hidupnya.
c. Emosional
d. Perasaan gelisah (takut kalau diketahui), tidak percaya diri, curiga dan tidak
berdaya. Sasaran yang ingin dicapai adalah agar klien mampu untuk
mengontrol dan mengendalikan diri sendiri.
e. Sosial
f. Lingkungan sosial yang biasa akrab dengan klien biasanya adalah teman
pengguna zat, anggota keluarga lain pengguna zat, lingkungan sekolah atau
kampus yang digunakan oleh para pengedar.
g. Intelektual
h. Pikiran yang selalu ingin menggunakan zat adikitif, perasaan ragu untuk
berhenti, aktivitas sekolah atau kuliah menurun sampai berhenti, pekerjaan
terhenti. Sasaran yang ingin dicapai adalah agar klien mampu untuk
konsentrasi dan meningkatkan daya pikir ke hal-hal yang posistif.
i. Spiritual
j. Kegiatan keagamaan tidak ada, nilai-nilai kebaikan ditinggalkan karena
perubahan perilaku (tidak jujur, mencuri, mengancam dan lain-lain). Sasaran
yang ingin dicapai adalah mampu meningkatkan ibadah , pelaksanaan nilai-
nilai kebaikan.
k. Keluarga
l. Ketakutan akan perilaku klien, malu pada masyarakat, penghamburan dan
pengurasan secara ekonomi oleh klien, komunikasi dan pola asuh tidak
efektif, dukungan moril terhadap klien tidak terpenuhi. Sasaran yang hendak
15
dicapai adalah keluarga mampu merawat klien yang pada akhirnya mencapai
tujuan utama yaitu mengantisipasi terjadinya kekambuhan (relaps).
B. DIANGNOSA KEPERAWATAN
1. Distress spiritual berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
2. Perubahan pemeliharaan kesehatan dan ADL
3. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan pola asuh yang salah
C. INTERVENSI
1. Distress spiritual berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
distress spiritual teratasi.
Kriteria hasi: klien meningkatkan kegiatan spiritual
Intervensi: Dukunga spiritual
Tindakan
Observasi
identifikasi perasaan khawatir, kesepian, dan ketidak berdayaan
identifikasi pandangan hubungan antara spiritual dan kesehatan
identifikasi harapan dan kekuatan pasien
identifikasi ketaatan dalam beragama
Terapeutik
berikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan tentang penyakit
dan kematian
berikan kesempatan untuk mengekspresikan dn meredakan marah secara
tepat
yakin bahwa perawat bersedia mendukung selama masa ketidak
berdayaan
berikan privasi dan waktu tenang untuk aktifitas spiritual
diskusikan keyakinan tentang makna dan tujuan hidup, jika perlu
fasilitasi melakukan kegiatan ibadah
Edukasi
anjurkan berinteraksi dengan keluarga, teman, dan/atau orang lain
anjurkan berpartisipasi dalam kelompok pendukung
anjurkan metode relaksasi, meditasi, dan imajinasi terbimbing
16
Kolaborasi
atur kunjunga dengan rohaniawan (mis,ustaz, pendeta, romo, biksu)
2. Perubahan pemeliharaan kesehatan dan ADL
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
pemeliharaan kesehatan meningkat
Kriteria hasil: klien mampu mengambil keputusan merubah dan
memperbaiki gaya hidupnya
Intervensi: Edukasi Kesehatan
Tindakan
Observasi
identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
motifasi perilaku hidup bersih dan sehat
Terapeutik
sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
barikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
jelaskan faktor-faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
ajarkan perilaku hudup bersih dan sehat
ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
3. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan pola asuh yang
salah
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
koping keluarga meningkta.
Kriteria Hasil: keluarga mampu memberikan kenyamanan pada klien
sehingga mampu berhenti menggunakan zat adiktif
Intervensi: Dukungan Koping Keluarga
Tindakan
Observasi
identifikasi respon emosional terhadap kondisi saat ini
identifikasi beban prognosis secara psikologis
17
identifikasi pemahaman tentang keputusan perawatan setelah pulang
identifikasi kesesuain antara harapan pasien, keluarga, dan tenaga
kesehatan
Terapeutik
dengarkan masalah perasaan dan pertanyaan keluarga
terima nilai-nilai keluarga dengan cara yang tidak menghakimi
diskusikan rencana medis dan perawatan
fasilitasi pengungkapan perasaan antara pasien dan keluarga atau antara
anggota keluarga
fasilitasi pengambilan keputusan dalam merencanakan perawatan jangka
panjang, jika perlu
fasilitasi anggota keluarga dalam mengidentifikasi dalam menyelesaikan
konflik nilai
fasilitasi pemenuhan kebutuhan dasar keluarga (mis. tempat tinggal,
makanan, pakaian)
hargai dan dukung mekanisme koping adaptif yang dihunakan
berikan kesempatan berkunjung bagi anggota keluarga
Edukasi
informasikan kemajuan pasien secara berkala
informasikan fasilitas perawatan kesehatan yang tersedia
Kolaborasi
rujuk untuk terapi keluarga, jika perlu
18
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPUALAN
B. SARAN
19