BLOK DIGESTIF I
1
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM
TAHUN 2020
2
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
nikmat, rahmat dan anugrah yang telah dilimpahkan-Nya sehingga makalah SGD
(Small Group Discussion) LBM 2 dapat diselenggarakan tepat pada waktunya.
Penyusun
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
BAB II PEMBAHASAN 6
BAB III PENUTUP 24
DAFTAR PUSTAKA 25
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
1.3 Rangkuman Materi
Menelan
(fisiologi)
Proses Pencernaan
Inervasi Proses
Proses Menelan Kimiawi
Menelan
dilambung
6
BAB II
PEMBAHASAN
Data Tutorial
Hari/Tanggal Sesi 1 : Senin, 15 Juni 2020
Hari/Tanggal Sesi 2 : Rabu, 17 Juni 2020
Tutor : dr. Muhammad Ashabul Kahfy Mahtar S.Ked
Ketua : Kadek Artana Kusumajaya
Sekretaris : Lalu Muhamad Hafidz Al Alim
Fisiologi Mengunyah
7
Esofagus
8
celah yang kita kenal dengan celah faring. Di saat perkembangan keduanya, di
dinding lateral bagian dalam lengkung faring itu muncul lagi yang namanya
kantong faring. Secara umum, lengkung faring itu ada 3 lapis, lapis terluar
berasal dari ectoderm (pembungkus), bagian tengah atau inti berasal dari
mesoderm (nanti menjadi inti mesenkim), sedangkan bagian dalam berasal
dari endoderm. Disamping itu, inti dari lengkung faring juga menerima sel-sel
Krista neuralis untuk membentuk unsur-unsur rangka pada wajah kita.
Lengkung faring manusia pada masa embrio ada 5, yakni lengkung faring 1,
2, 3, 4, dan 6. Lengkung faring 5 ga ada, soalnya tidak berkembang pada
manusia.
Esofagus
9
Lambung
Lambung muncul sebagai pelebaran fusiform usus depan di minggu keempat
perkembangan. Selama minggu-minggu berikutnya, penampakan dan posisinya
berubah banyak akibat perbedaan kecepatan pertumbuhan di berbagai regio
dindingnya dan perubahan posisi organ-organ di sekitarnya. Perubahan posisi
lambung paling mudah dijelaskan dengan menganggapnya berputar mengelilingi
sumbu longitudinal dan anteroposterior.
Lambung berputar 90° searah jarum jam mengelilingi sumbu longitudinalnya,
yang menyebabkan sisi kirinya menghadap ke anterior dan sisi kanannya menghadap
ke posterior. Dengan demikian, nervus vagus kiri, yang pada mulanya menyarafi sisi
kiri lambung, kini menyarafi dinding anterior; demikian juga nervus kanan kini
menyarafi dinding posterior. Selama perputaran ini, dinding posterior lambung yang
ash tumbuh lebih cepat daripada bagian anterior, sehingga membentuk kurvatura
mayor dan minor.
Ujung sefalik dan kaudal lambung aslinya terletak di garis tengah, namun
selama pertumbuhan selanjut nya, lambung berputar mengelilingi sumbu anteropos-
terior sedemikian rupa sehingga bagian kaudal atau pilorus bergerak ke kanan dan ke
atas, dan bagian sefalik atau kardia bergerak ke kiri dan agak ke bawah. Dengan
demikian, lambung berada di posisi akhirnya, dengan sumbu yang berjalan dari kiri
atas ke kanan bawah.
10
3. Histologi faring, esofagus dan lambung
Saluran pencernaan umumnya mempunyai sifat struktural tertentu yang terdiri atas 4
lapisan utama yaitu lapisan mukosa, submukosa, lapisan otot dan lapisan serosa
Lapisan mukosa terdiri atas epitel pembatas, lamina propria yang terdiri
darijaringan penyambung jarang yang kaya akan pembuluh darah kapiler dan
limfe dan sel sel otot polos.
Submukosa terdiri atas jaringan penyambung jarang dengan banyak pembuluh
darah dan limfe, pleksus saraf submukosa juga dinamakan meisner dan
kelenjar kelenjar jaringan limfoid.
Lapisan otot tersusun atas sel sel otot polos, berdasarkan susunannya
dibedakan menjadi 2 sublapisan menurut arah utama sel sel otot yaitu sebelah
dekat lumen , umunya tersusun melingkar (sirkuler) pada sublapisan luar,
kebanyakan memanjang (longitudinal).
Serosa merupakan lapisan tipis yang terdiri atas jaringan penyambung jarang,
kaya akan pembuluh darah dan jaringan adiposa dan epitel gepeng selapis.
Faring
11
Faring terdiri atas nasofaring yang terletak di bawah dasar tengkorak di atas
palatum mole yang diliputi oleh epitel bertingkat torak bersilia dan bersel Goblet,
orofaring yang terletak di belakang rongga mulut dan permukaan belakang lidah yang
diliputi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk, dan laringofaring yang terletak di
belakang laring denan lapisan epitel yang bervariasi dan sebagian besar oleh epitel
berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.
Esofagus
Esofagus diselaputi oleh epitel berlapis gepeng tanpa tanduk, pada lapisan
submukosa terdapat kelenjar kelenjar oesofagus yang mensekresikan mucus pada
bagian ujung distal oesofagus, lapisan otot hanya terdiri sel sel otot polos pada bagian
tengah.
Lambung
Permukaan lambung ditandai oleh adanya peninggian atau lipatan yang
dinamakan rugae. Invaginasi epitel pembatas lipatan lipatan tersebut tersebut
menembus lamina propria membentuk alur mikroskopik yang dinamakan gastric pits
atau fivelae gastricae. Sejumlah kelenjar kelenjar kecil yang terletak di dalam lamina
propria bermuara ke dalam gastric pits ini
4. Fisiologi menelan
12
untuk meningkatkan luas permukaan makanan yang akan terkena enzim, (2) untuk
mencanlpur makanan dengan liur, dan (3) untuk merangsang kuntum kecap. Fungsi
yang terakhir tidak saja menghasilkan rasa niklnat kecap yang subjektif tetapi juga,
melalui mekanisme umpan maju, secara refleks nleningkatkan sekresi liur, lambung,
pankreas, dan empedu untuk persiapan menvambut kedatangan makanan.
Tindakan mengunyah dapat volunter, tetapi sebagian besar mengunyah selama
makan adalah refleks ritmik yang dihasilkan oleh pengaktifan otot rangka rahang,
bibir, pipi, dan lidah sebagai respnns terhadap tekanan makanan pada jaringan mulut.
Liur (saliva), sekresi yang berkaitan dengan mulut, terutama dihasilkan oleh
tiga pasang kelenjar liur utama yang terletak di luar rongga mulut dan mengeluarkan
liur melalui duktus pendek ke dalam mulut. Liur mengandung 99,5% H2O dan 0,5%
elektrolit dan proteiri. Konsentrasi NaCI (garam) dalam liur hariya sepertujuh
konsentrasinya di plasma, yang penting dalam mempersep- sikan rasa asin. Demikian
juga, diskriminasi rasa manis di- tingkatkan oleh tidak adanya glukosa di liur. Protein
liur yang terpenting adalah amrlase, mukus, dan lisozim. Pratein-protein ini berperan
dalarn fungsi saliva.
13
(dengan memberi akses antara saluran hidung dan trakea, untuk udara). Susunan ini
mengharuskan adanya mekanisme (akan segera dijelaskan) untuk menuntun makanan
dan udara menuju saluran yang benar setelah melewati faring. Di dinding samping
faring terdapat tonsil, yaitu jaringan limfoid yang merupakan bagian dari sistem
pertahanan tubuh.
Motilitas yang berkaitan dengan faring dan esofagus adalah menelan.
Sebagian besar dari kita berpikir bahwa menelan adalah tindakan terbatas
memindahkan makanan keluar mulut menuju esofagus. Namun, menelan sebenarnya
adalah keseluruhan proses memindahkan makanan dari mulut melalui esofagus
hingga ke lambung
Menelan dimulai ketika suatu bolus, atau gumpalan makanan yang telah
dikunyah atau encer, secara sengaja didorong oleh lidah ke belakang mulut dan
menuju faring. Tekanan bolus merangsang reseptor-reseptor tekanan faring, yang
mengirim impuls ateren ke pusat menelan yang terletak di medula batang otak. Pusat
menelan kemudian secara refleks mengaktifkan otot-otot yang terlibat dalam proses
menelan dalam urutan yang sesuai. Menelan adalah refleks yang paling rumit di
tubuh. Pada proses menelan, terjadi pengaktifan berbagai respons yang sangat
terkoordinasi dalam suatu pola tuntas-atau-gagal spesifik dalam suatu periode waktu.
Menelan dimulai secara volunter, tetapi sekali dimulai maka gerakan ini tidak dapat
dihentikan.
Dua tahap menelan: fase orofaririgeal dan fase esophageal
1. Tahap orofaring terdiri dari pemindahan bolus dari rnulut melalui faring
untuk masuk ke esofagus. Ketika lidah mendorong bolus ke faring, bolus
makanan harus diarahkan ke dalam esofagus dan dicegah untuk masuk ke
dalam saluran napas seperti saluran hidung dan trakea. Semua ini diatur
oleh aktivitas-aktivitas terkoordinasi berikut:
14
Seorang lndividu tidak akan berusaha untuk bernapas ketika
saluran napasnya tertutup sementara karena pusat menelan secara
sementara menghambat pusat respirasi yang berdekatan
Uvula terangkat dan menekan bagian belakang tenggorok,menutup
saluran hidung dari faring sehingga makanan tidak masuk ke
hidung
Posisi lidah yang menekan langit-langit keras menjaga agar
makanan tidak masuk kembali ke mulut sewaktu menelan
Makanan dicegah masuk ke trakea terutama oleh elevasilaring dan
penutupan erat lipatan vokal di pintu masuk laring, atau glotis.
Bagian pertama trakea adalah Icrring, atau kotak sunra, yang
melaluinya lipatan vokal teregang. Sewaktu menelan, lipatan vokal
melakukan tugas yang tidak berkaitan dengan berbieara. Kontraksi
otot-otot laring mendekatkan kedua lipatan vokal satu sama lain
sehingga pintu masuk glotis tertutup (lihat Gambar 13-3, h. 483).
Terakhir, epiglotis (epi artinya "di atas"), penutup jaringan
kartilagenosa yang terletak di anterior glotis, melipat ke belakang
menutupi glotis yang telah tertutup sebagai proteksi tambahan agar
makanan tidak masuk ke saluran napas.
Dengan glotis yang tertutup, otot-otot faring berkontraksi untuk
mendorong bolus ke dalam esofagus.
15
Esofagus adalah saluran berotot yang relatif lurus yang terbentang antara
faring dan lambung. Esofagus dijaga di kedua ujungnya oleh sfingter. Sfingter adalah
struktur otot berbentuk cincin yang, ketika tertutup, mencegah lewatnya sesuatu
melalui saluran yang dijaganya. Sfingter esofagus atas adalah sfingter
faringoesofagus, dan sfingter esofagus bawah adalah sfingter gastroesofirgus. Kita
16
pertama-tama membahas peran sfingter faringoesofagus, kemudian proses transit
makanan di esofagus, dan akhirnya pentingnya sfingter gastroesofagus.
17
Gelombang peristaltik kedua ini tidak melibatkan pusat menelan, dan yang
bersangkutan tidak menyadari kejadiannya. Peregangan esofagus juga
secara retleks meningkatkan sekresi liur.
Bolus yang terperangkap akhirnya terlepas dan bergerak maju melalui
efek kombinasi pelumasan oleh liur tambahan yang tertelan dan
gelombang peristaltik kedua yang kuat. Peristalsis esofagus sedemikian
efektif sehingga Anda dapat menghabiskan sepiring hidangan dalam posisi
terbalik dan semua makanan akan segera terdorong ke dalam lambung.
Kecuali sewaktu menelan, sfingter gastroesofagus, yang merupakan
otot polos yang berbeda dengan sfingter gastroesofagus atas, tetap
berkontraksi dengan cara aktivitas miogenik. Kontraksi juga meningkat
selama inspirasi sehingga menurunkan kemungkinan refluks isi lambung
yang asam ke dalam esofagus pada saat ketika tekanan intrapleura yang
subatmosferik akan mendorong pergerakan kembali isi lambung. Jika isi
lambung akhirnya mengalir balik meskipun terdapat sfingter, keasaman isi
lambung ini mengiritasi esofagus, menyebabkan rasa taknyaman di
esofagus yang dikenal sebagai nyeri ulu hati atau heartburn.
Sewaktu gelombang peristalsis menyapu menuruni esofagus, sfingter
gastroesofagus melemas sehingga bolus dapat masuk ke dalam
esofagusSetelah bolus masuk ke lambung, proses menelan tuntas dan
sfingter gastroesofagus kembali berkontraksi.Sekresi esofagus seluruhnya
terdiri dari mukus, yang melumasi lewatnya makanan sehingga
mengurangi kemungkinan cedera esofagus akibat setiap sisi makanan
yang tajam. ukus juga membantu melindungi esafagus dari cedera oleli
asam dan enzim dalam getah lambung jika terjadi retluks. (Pada
kenyataannya, mukus protektif disekresikan di sepanjang saluran cerna.)
Keseluruhan waktu transit di faring dan esofagus hanya sekitar 6 hingga
10 detik, terlalu singkat untuk terjadinya pencernaan atau penyerapan di
bagian ini. Kini kita bergerak ke perhentian berikutnya, lambung
18
5. Inervasi proses menelan
Menelan merupakan proses dengan tiga tahapan yaitu, tahap oral; tahap
faringeal; dan tahap esofageal. Tahap oral yang akan dibantu oleh lidah, pada bagian
m. mylohyoideus akan membantu proses penelanan karena akan membantu makanan
bergerak kea rah belakang dan akan diinervasi oleh nervus mylohyoideus dari nervus
alveolaris inferior yang termasuk nervus mandibularis (V3). Tahap faringeal,
merupakan tahap ketika bolus melewati regio faring menuju esofagus, dimana akan
terjadi pengakatan uvula dan penutupan dari epiglottis, dimana diinervasi oleh
persarafan motorium dan hampir semua sensorium (kecuali daerah nasalis) pharynx
terutama melalui cabang-cabang nervus vagus (X) dan nervus giossopharyngeus (IX),
yang membentuk plexus di dalam fascia luar dinding cavitas faring. Plexus nervorum
pharyngeus dibentuk oleh: rami pharyngei nervus vagus (X), ramus externus dari
nervus laryngeus superior dari nervus vagus (X), dan rami pharyngei nervus
glossopharyngeus (IX). Rami pharyngei nervus vagus (X) berasal dari bagian atas
ganglion cervicaIe inferius di atas tempat keluarnya nervus laryngeus superior dan
merupakan nervus motorius utama faring. Pada tahap esofageal akan membawa
makanan yang telah masuk ke esofagus menuju lambung secara peristaltik, dimana
memiliki inervasi esophagus yang pada umumnya kompleks. Rami esophageales
berasal dari nervus vagus dan truncus sympathicus. Sabut-sabut otot lurik di pars
superior esophagus berasal dari arcus branchialis dan dipersarafi oleh efferentes
branchiales dari nervus vagus. Sabut-sabut otot polos dipersarafi oleh komponen pars
parasympathicum divisi autonomica systema nervosum perifer, efferentes viscerales
dari nervus vagus. Ini merupakan serabutserabut preganglionares yang bersinaps di
dalam plexus myentericum dan submucosa systema nervosum entericum di dinding
esophagus. Persarafan sensorius esophagus melibatkan serabut-serabut afferentes
viscerales dari nervus vagus, truncus sympathicus, dan nervi splanchnici. Pada proses
menelan akan terdapat banyak persarafan yang akan membantu dalam proses volunter
19
pada tahap oral, proses involunter pada tahan faringeal dan tahap esofageal, dimana
ketiga tahap menelan akan berjalan secara bersamaan dan beriringan.
20
bertujuan untuk merangsang produksi asam lambung dan membantu
pergerakan lambung saat mencerna makanan.
Gigi geligi yang dibantu oleh otot-otot pengunyah dan dipersarafi oleh cabang
motorik saraf kranial kelima, dan proses mengunyah dikontrol oleh nukleus dalam
batang otak anterior. Gigi (insisivi) bekerja sebagai pemotong yang kuat dan gigi
posterior (molar) bekerja untuk menggiling yang akan membuat makanan menjadi
kecil-kecil. Saliva yang pengelurannya pada glandula saliva dipengaruhi oleh N.
cranialis VII (Facialis) dan N. cranialis IX (Glosofaringeal) berfungsi dalam
pencampuran makanan menjadi bolus agar mudah ditelan. Lidah yang akan ke atas
dan kebelakang terhadap palatum durum, yang berfungsi mencegah bolus kembali ke
depan rongga mulut dan mendorong ke arah posterior menuju faring. Faring yang
terjadi secara involunter yang meliputi proses penutupan saluran pernafasan dan
pendorongan bolus ke esofagus. Dan Esofagus yang terjadi proses dari pembukaan
sfingter (sfingter faringoesofagus dan sfingter gastroesofagus) dan gerakan kontraksi
gerakan peristaltik yang terjadi secara invlunter (Sherwood, 2014).
Makanan masuk ke dalam tubuh pertama kali melalui rongga mulut dan dalam
dicerna secara mekanik oleh gigi yang tersusun atas struktur seperti tulang (dentin)
yang dilapisi jaringan yang paling kuat pada tubuh, yaitu enamel. Selain secara
mekanik, adanya ludah (saliva) yang mengandung enzim amilase yang mengubah 8
karbohidrat makanan menjadi maltosa dan dextrosa; dan enzim lipase yang memecah
lemak menjadi bentuk yang lebih sederhana. Kelenjar parotis akan menghasilkan
amilase dalam mult dan akan memcah karbohidrat menjadi struktur yang lebih
sederhana, dan jugada yang mensekresi lipase. Pencernaan makanan secara kimiawi
21
terjadi dengan bantuan zat kimia tertentu. Enzim pencernaan merupakan zat kimia
yang berfungsi memecahkan molekul bahan makanan yang kompleks dan besar
menjadi molekul yang lebih sederhana dan kecil. Molekul yang sederhana ini
memungkinkan darah dan cairan getah bening (limfe) mengangkut ke seluruh sel
yang membutuhkan.
1. Enzim ptialin
Enzim ptialin terdapat di dalam air ludah, dihasilkan oleh kelenjar ludah.
Fungsi enzim ptialin untuk mengubah amilum (zat tepung) menjadi glukosa.
2. Enzim amilase
Enzim amilase dihasilkan oleh kelenjar ludah (parotis) di mulut dan kelenjar
pankreas. Amilum sering dikenal dengan sebutan zat tepung atau pati.
Amilum merupakan karbohidrat atau sakarida yang memiliki molekul
kompleks. Enzim amilase memecah molekul amilum ini menjadi sakarida
dengan molekul yang lebih sederhana yaitu maltosa.
3. Enzim maltase
Enzim maltase terdapat di usus dua belas jari, berfungsi memecah molekul
maltosa menjadi molekul glukosa.
4. Enzim pepsin
Enzim pepsin dihasilkan oleh kelenjar di lambung berupa pepsinogen.
Selanjutnya pepsinogen bereaksi dengan asam lambung menjadi pepsin.
22
Enzim pepsin memecah molekul protein yang kompleks menjadi molekul
yang lebih sederhana yaitu pepton.
5. Enzim tripsin
Enzim tripsin dihasilkan oleh kelenjar pancreas dan dialirkan ke dalam usus
dua belas jari (duodenum). Asam amino memiliki molekul yang lebih
sederhana jika dibanding molekul pepton.
6. Enzim renin
Enzim renin dihasilkan oleh kelenjar di dinding lambung. Fungsi enzim renin
untuk mengendapkan kasein dari air susu.
8. Cairan empedu
Cairan empedu dihasilkan oleh hati dan ditampung dalam kantong empedu.
Empedu mengandung zat warna bilirubin dan biliverdin yang menyebabkan
kotoran sisa pencernaan berwarna kekuningan. Empedu berasal dari rombakan
sel darah merah (erithrosit) yang tua atau telah rusak dan tidak digunakan
untuk membentuk sel darah merah yang baru. Fungsi empedu yaitu memecah
molekul lemak menjadi butiran-butiran yang lebih halus sehingga membentuk
suatu emulsi. Lemak yang sudah berwujud emulsi ini selanjutnya akan dicerna
menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana lagi.
9. Enzim lipase
Enzim lipase dihasilkan oleh kelenjar pankreas dan kemudian dialirkan
kedalam ususdua belas jari (duodenum).Molekul lipid tidak dapat diangkut
oleh cairan getahbening, sehingga perlu dipecah lebih dahulu menjadi molekul
23
yang lebihkecil.Enzim lipase memecah molekul lipid menjadi asam lemak dan
gliserol yang memiliki molekul lebih sederhana dan lebih kecil.
24
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
25
DAFTAR PUSTAKA
diFiore. 2014. Atlas Histologi dengan Kolerasi Fungsional. Edisi 11. EGC Penerbit
Buku Kedokteran. Jakarta.
Guyton Dan Hall. 2014. Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Elsevier. Jakarta.
Histologi Leeson and Leeson (terjemahan), Edisi V, EGC, Jakarta, hal 427-450
Sobbota. 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Edisi 23. EEG Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta.
Sherwood, LZ. 2014. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 8. EEG Penerbit
Buku Kedokteran. Jakarta
Tortora, GJ, Derrickson, B. 2012. Principles of Anatomy & Physiology 13th Edition.
United States of America: John Wiley & Sons, Inc.
26