Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar belakang

Sistem saraf pusat memiliki peranan dalam mengatur berbagai aktivitas tubuh,
termasuk di dalamnya yaitu menerima berbagai rangsangan sensorik,
mengintegrasikan informasi satu dengan yang lain, mengambil keputusan dan
menghasilkan aktivitas motorik tubuh. . Dalam pengaturan koordinasi motorik di
dalam tubuh terdapat keterlibatan dari berbagai daerah pada sistem saraf pusat
meliputi korteks serebral yang menstimulasi kontraksi otot, serebelum yang
berpengaruh terhadap ketepatan waktu dari aktivitas motorik untuk menghasilkan
efek yang cepat dari satu jaringan otot menuju jaringan otot lainnya, serta ganglia
basal yang membantu merencanakan dan mengatur pola yang kompleks dari
gerakan otot.
Gerak refleks adalah gerakan yang tidak di sadari. Saraf yang pertama kali
merespons ketika ada sentuhan atau terjadi gerak refleks yaitu saraf sensorik. Pada
gerak refleks ini juga ada yang disebut dengan lengkung refleks. Lengkung refleks
adalah jalur saraf yang terlibat dalam melaksanakan aktivitas refleks. Lengkung
refleks terdiri dari 5 komponen dasar, yaitu reseptor sensorik, jalur aferen, pusat
integrasi,jalur eferen, dan efektor. Reseptor sensorik berespons terhadap
rangsangan yaitu perubahan fisik atau kimiawi yang dapat dideteksi di dalam
lingkungan reseptor. Sebagai respons terhadap rangsangan tersebut, reseptor
menghasilkan potensial aksi yang dipancarkan oleh jalur aferen ke pusat integrasi
(biasanya di SSP) untuk diolah. Korda spinalis dan batang otak mengintegrasikan
refleks-refleks dasar, sementara pusat-pusat yang lebih tinggi di otak memproses
refleks yang didapat. Pusat integrasi memproses semua informasi yang tersedia
dari reseptor ini, serta dari semua masukan lain, kemudian “mengambil
keputusan” mengenai respons yang sesuai. Intruksi dari pusat integrasi ini
disalurkan melalui jalur eferen ke efektor otot atau kelenjar yang melaksanakan

1|ADUH…PANAS!!!
respons yang diinginkan. Berbeda dengan perikalu sadar, yaitu ketika terdapat
sejumlah kemungkinan respons, respons refleks dapat diprediksi karena jalurnya
selalu sama.
Pada gerak refleks terdapat saraf-saraf yang mempengaruhinya, yaitu saraf
sensorik, saraf motorik, dan saraf otonom. Saraf sensorik adalah saraf yang
berkaitan dengan penerimaan rangsangan sedangkan saraf motoric adalah saraf
yang berkaitan dengan tanggapan terhadap suatu rangsangan. Pada sistem saraf
sensorik terdapat jaras-jaras, yaitu jaras kolumna dorsalis-lemniskus medialis;
jaras anterolateral ( spinotalamikus ); jaras trigeminotalamikus. Pada sistem saraf
motoric terdapat 2 jalur, yaitu jalur motoric langsung atau jalur piramidalis dan
jalur motoric tidak langsung. Jalur motoric langsung atau jalur piramidalis terdiri
darijalur kortikospinalis lateral, jalur kortikospinalis anterior, dan jalur
kortikobulbaris sedangkan pada jalur motoric tidak langsung terdiri dari jalur
rubrospinalis, jalur tektospinalis, jalur vestibulospinalis, dan jalur retikulospinalis
medial dan lateral. Sistem saraf otonom ada 2 yaitu saraf simpatik dan
parasimpatik. Saraf simpatik berhubungan dengan pengeluaran energy dari tubuh
sedangkan saraf parasimpatik berhubungan dengan peningkatan penyimpanan
energi dalam tubuh.

1.2Tujuan

Adapun tujuan dari laporan ini, yaitu:


1. Untuk mengetahui struktur anatomi sel saraf dan medulla spinalis
2. Untuk mengetahui mekanisme fisiologis dari celah sinaps
3. Untuk mengetahui klasifikasi dan mekanisme lengkung refleks.
4. Untuk mengetahui reseptor
5. Untuk mengetahui fisiologi sensorik, motorik dan otonom
6. Untuk mengetahui identifikasi komponen upper motor neuron dan lower
motor neuron.
7. Untuk mengetahui mekanisme fisiologis dari rangsangan suhu sampai
menimbulkan nyeri.

2|ADUH…PANAS!!!
1.3Manfaat

Adapun manfaat dari laporan ini, yaitu:


1. Mahasiswa mengetahui struktur anatomi sel saraf dan medulla spinalis
2. Mahasiswa mengetahui fisiologis dari celah sinaps
3. Mahasiswa mengetahui klasifikasi dan mekanisme lengkung refleks
4. Mahasiswa mengetahui fisiologi reseptor.
5. Mahasiswa mengetahui fisiologi sensorik, motorik dan otonom
6. Mahasiswa mengetahui identifikasi komponen upper motor neuron dan
lower motor neuron.
7. Mahasiswa mengetahui mekanisme fisiologis dari rangsangan suhu sampai
menimbulkan nyeri.

3|ADUH…PANAS!!!
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial

Hari/tanggal sesi 1 : Senin, 2 Maret 2020

Hari/tanggal sesi 2 : Rabu, 4 Maret 2020

Tutor : dr. Irsandi Rizki Farmananda s.ked

Moderator : Ardian Ansari

Sekretaris : Desak Made Paramestri Dyah Parameswari

2.2 Skenario
ADUH….PANAS !!!

Mahasiswa kedokteran semester II Fakultas Kedokteran UNIZAR sedang


mengikuti demo masak dalam rangka HUT FK UNIZAR, saat sedang fokus
memasak salah seorang mahasiswa tanpa sengaja tangannya menyentuh wajan
yang panas dan secara tanpa sadar menarik tangannya berkata ‘aduh… panas’,
kemudian dia bertanya kepada dosennya terkait hal tersebut dan menjelaskan
gambar dibawah ini

2.3 Pembahasan LBM


I. Klarifikasi Istilah

1. Panas : Perpindahan suhu dari rendah menuju tinggi.


(Robert, 2014)

4|ADUH…PANAS!!!
2. Fokus : unsur yang menonjolkan suatu bagian kalimat
sehingga perhatian pendengar (pembaca) tertarik
pada bagian itu.
ciri predikat verbal yang menentukan hubungan
semantis predikat verbal itu dengan subjek,
biasanya ditandai oleh afiks verbal.
memusatkan perhatian
3. Tersadar Keadaan yang menceriminkan pengintegrasian
impuls aferen dan eferen. Keadaan sadar
tentang dunia luar dan diri sendiri, termasuk
mengetahui alam pikirannya sendiri (Sherwood,
Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 8)

4. Rangsangan : Sesuatu yang dapat mempengaruhi indra


(pencium, peraba, perasa, dan sebagainya)
(KBBI)

5. Medula : suatu silinder Panjang langsing jariingan saraf


spinalis yang berjalan dari batang otak dan memiliki
Panjang 45 cm dan lebar 1-1,5 cm (Lauralee
Sherwood, edisi 9)

II. Identifikasi Masalah

1. Bagaimana proses tubuh menerima rangsangan panas?


2. Saraf apa saja yang mempegaruhi dalam gerak reflek?
3. Apasaja reflek dalam tubuh?
4. Mengapa ketika terjadi reflek beberapa saat kemudian mahasiswa
tersebut baru menyadari panas

III. Brainstorming

1. Bagaimana proses tubuh menerima rangsangan panas?

5|ADUH…PANAS!!!
Dalam mekanisme penerimaannya, suatu rangsangan pertama kali
diterima oleh serabut saraf afferens (akseptor) yang terdapat pada
permukaan organ penerima rangsang (alat indera) dalam bentuk
aliran listrik. Lalu aliran listrik tersebut diteruskan oleh sel-sel
saraf ke medulla spinalis (sumsum tulang belakang) lalu ke otak
dan diolah sehingga dapat direspon oleh organ yang dihantarkan
melalui serabut efferent sehingga menjadi suatu gerakan atau
respon yang lainnya. Jika suatu rangsangan tersebut seperti panas,
nyeri atau yang lainnya, maka aliran listrik rangsang tidak
diteruskan ke otak oleh medulla spinalis melainkan langsung
diteruskan ke organ perespon (reseptor). Hal ini terjadi terus
menerus jika sel-sel saraf menerima suatu rangsangan sampai
organ mencapai batas ambang sehingga terjadi potensial aksi.

2. Saraf yang mempengaruhi gerak reflek?


Lobus parietal dan thalamus (yang berhubungan dengan
saraf kranialis). Korda spinalis memiliki lokasi strategis antara otak
dan serat aferen dan eferen susunan saraf tepi; lokasi ini
memungkinkan korda spinalis memenuhi dua fungsi primernya: (1)
berfungsi sebagai penghubung untuk transmisi informasi antara
otak dan bagian tubuh sisanya dan (2) mengintegrasikan aktivitas
refleks antara masukan aferen dan keluaran eferen tanpa
melibatkan otak. Jenis aktivitas refleks ini disebut refleks spinal.
Refleks adalah setiap respons yang terjadi secara otomatis
tanpa upaya sadar. Terdapat dua jenis refleks: (1) refleks
sederhana, atau dasar, yaitu respons inheren tanpa dipelajari,
misalnya menarik tangan dari benda panas yang membakar; dan
(2) refleks didapat,belajar, misalnya seorang pemain piano yang
menekan tuts tertentu setelah melihat sebuah lambang nada di buku
lagunya. Musisi tersebut mernbaca musik dan memainkannya
secara otomatis, tetapi hanya setelah latihan yang cukup intens.
6|ADUH…PANAS!!!
Lengkung reflek Jalur saraf yang terlibat dalam melaksanakan
aktivitas refleks dikenal sebagai lengkung refleks, yang biasanya
mencakup lima komponen dasar:
1. Reseptor sensorik
2, Jalur aferen
3. Pusat integrasi
4. Jalur eferen
5. Efektor

Bila reseptor pada kulit di stimulasi cukup untuk mencapai


ambang, sebuah potensial aksi terjadi pada neuron aferen. Setelah
masuk medula spinalis, neuron neuron aferen mengalami divergensi
terhadap sinaps dengan antar neuron berikutnya.

1. neuron aferen yang dieksitasi merangsang interneuron eksitatori


yang merangsang neuron motorik eferen yang mempersarafi biseps.
Kontraksi biseps yang terjadi menyebabkan fleksi sendi siku yang
menyebabkan penarikan tangan dari stimulus yang mengakibatkan
cedera.

2. neuron aferen juga merangsang interneuron inhibitorik yang


menghambat neuron eferen yang mempersarafi triseps.

3. neuron eferen merangsang interneuron lain yang membawa sinyal


menuju spinalis ke otak melalui jaras asenden.

Reseptor sensorik (disingkat reseptor) berespon terhadap rangsangan


, yaitu perubahan yang dapat dideteksi di dalam lingkungan reseptor
menghasilkan potensial aksi yang pacarkan oleh jalur aferen ke pusat
integrasi (biasanya adalah SSP) untukdi olah.

Pusat integrasi memproses semua informasi yang tersedia baginya


dari reseptor ini, serta dari semua masukan lain, kemudian
7|ADUH…PANAS!!!
‘’mengambil keputusan’’ mengenai respons yang sesuai. Intruksi
dari pusat integrasi ini disalurkan melalui jalur eferen ke organ
efektor otot atau kelenjar-kelenjar yang melaksanakan respons yang
di inginkan. Tidak seperti perilaku sadar, yaitu ketika terdapat
sejumlah kemungkinan respon, respon refleks dapat di prediksi ,
karna jalurnya selalu sama.

Tidak semua aktivitas refleks melibatkan lengkung refleks yang jelas


meskipun prinsip dasar suatu refleks ( yaitu, respons otomatis
terhadap suatu perubahan yang terdeteksi) tetap berlaku.

3. Apa saja reflek dalam tubuh?

Refleks adalah setiap respon yang terjadi secara otomatis tanpa upaya
sadar. Terdapat dua jenis refleks :

 Gerak Refleks Berdasarkan Prosesnya (dipelajari/tidak


dipelajari).
Terdapat dua tipe refleks menurut prosesnya, yaitu:
a) Refleks sederhana atau refleks dasar
Adalah refleks yang menyatu tanpa dipelajari, seperti
mengedipkan mata pada saat ada benda yang menuju ke
arahnya.
b) Refleks yang dipelajari atau dikondisikan
Adalah refleks yang dihasilkan dari berbuat dan belajar
atau refleks yang berasal dai pengalaman sensory, seperti
membelokkan mobil saat hendak menabrak benda. Semua hal
ini dikerjakan secara otomatis setelah melalui banyak latihan
secara sadar.
 Gerak Refleks Berdasarkan Pusat Pengintegrasinya.
Terdapat dua tipe refleks menurut pusat pengintegrasinya,
yaitu:

8|ADUH…PANAS!!!
a) Refleks Kranial
Adalah refleks yang diintegrasikan oleh otak. Semua
komponen yang diperlukan untuk menyambung input aferen ke
respon aferen pada otak. Contoh: refleks mengedipkan mata.
b) Refleks Spinal
Adalah refleks yang diintegrasikan oleh sumsum tulang
belakang, semua komponen yang diperlukan untuk
menyambung input aferen ke respon aferen berada dalam
sumsum tulang belakang. (Keeton, William. 1980)
 Gerak Refleks Berdasarkan Jumlah sinaps dalam lengkung
refleksnya.
Terdapat dua tipe refleks menurut jumlah sinapsnya, yaitu:
a) Refleks Monoseptik
Adalah refleks yang melibatkan satu sinaps. Refleks
monosinaps yaitu lengkung saraf yang sederhana hanya
melibatkan dua rangkaian neuron antara reseptor dan efektor
atau hanya mempunyai sebuah spinalis antara neuron motorik
Contoh salah satu gerak refleks monosinaptik adalah ketika
kaki kita meregang.
b.) Refleks Polisinaptik
Refleks yang melibatkan banyak sinaps. Dimana lengkung
saraf pada refleks polisinaps melibatkan lebih dari satu neuron
sensorik dan neuron motori.Contoh: refleks menarik tangan
ketika terkena api.

4. Mengapa ketika terjadi reflek beberapa saat kemudian mahasiswa


tersebut baru menyadari panas?

9|ADUH…PANAS!!!
Unit motor neuron adalah neuron yang bertugas untuk
mengendalikan dan memerintah otot untuk berkontraksi ataupun
beristirahat (motorik). Jaras yang mulai dari saraf cortex motorik
sampai ke efektor dibagi menjadi dua yaitu:

a. Uper Motor Neuron


Merupakan jaras dari cortex motorik menuju corno anterior
medula spinalis. Upper Motor Neuron (UMN) adalah neuron-
neuron motorik yang berasal dari korteks motorik serebri atau
batang otak yang seluruhnya (dengan serat saraf-sarafnya ada di
dalam sistem saraf pusat. Berasal dari area motorik girus
presentralis dan bagian korteks lain, terutama area
premotoriklobusfrontalis. Pada girus presentalis, bagian-bagian
tubuh direpresentasikan secara terbalik dengan daerah yang besar
untuk kepala pada bagian bawah, daerah besar untuk tangan di
atas daerah untuk kepala kemudian daerah yang lebih kecil untuk
lengan, badan, tungkai, dan perineum. Makin halus gerakan suatu

10 | A D U H … P A N A S ! ! !
bagian makin besar jumlah korteks yang bertanggung jawab
untuk itu.
Upper motor neuron membentuk trakturpiramidalis. Terdiri
dari serat kortikonuklear yang berjalan hanya sampai batang otak,
untuk berhubungan dengan serat nervuskranialis yang memiliki
fungsi motoric, dan serat kortikospinal yang berjalan menuju
medullaspinalis. Traktus piramidalis berjalan ke bawah dan ke
dalam melalui hemisfer serebri, dan kemudian melalui otak
tengah, pons, dan medullaonlongata, membentuk rigi panjang di
dalam medulla, pyramis, sesuai dengan namanya. Di dalam
medulla, sebagian besar serat menyilang ke sisi lain dan berjalan
ke bawah dalam kolumna anterior, tetapi mereka juga akan
menyebrang. Berdasarkan hal itu, satu sisi otak mengarahkan dan
mengontrol gerakan sisi tubuh lain. Pada medullaspinalis, serat
motoric berakhir dengan bersinapsdenga sel motoric dalam kornu
anterior substansiagrisea.
Fisiologi dari saraf ini adalah untuk memberi perintah
dengan membawa impuls menuju Lower Motor Neuron setelah
pengolahan informasi dari daerah asosiasi dan pusat integrasi.
Upper motor neuron ini jika terjadi gangguan sering ditemukan
terjadi peningkatan dari tonus otot (kontraksi berlebihan).
b. Lower Motor Neuron
Merupakan jaras dari corno anterior menuju ke efektor. Lower
motor neuron (LMN) adalah neuron-neuron motorik yang berasal
dari sistem saraf pusat tetapi serat-serat sarafnya keluar dari
sistem saraf pusat dan membentuk sistem saraf tepi dan berakhir
di otot rangka.Serabut-serabut traktus ekstrapiramidalis beserta
serabut-serabut aferennya memasuki medullaspinalis melalui
kornu posterior untuk berakhir langsung di badan sel atau dendrit
sel motor neuron alfa dan gamma atau melalui neuron
internunsial, asosiasi dan komisural aparat
11 | A D U H … P A N A S ! ! !
neuronalintrinsicmedullaspinalis. Di dalam kornu anterior,
neuron-neuron ini tersusus dalam kolom-kolom sesuai dengan
susunan somatotropik. Pada daerah servikal neuron-neuron kornu
anterior kolom lateral akan meninervasi tagan dan lengan,
sedangkan bagian medialnya untuk otot leher dan toraks. Pada
daerah lumbal, neuron yngmenginervasi kaki dan tngkai akan
terletak pada kolom lateral. Akson-akson dari kornu anterior
medullaspinalis akan keluar sebagai serabut radikular yang pada
tiap-tiap segmen sebagai radiks anterior atau radiks ventral. Tiap
radiks anterior akan bergabung dengan radiks posterior tepat di
bagian distal ganglion spinalis dan selanjutnya membentuk saraf
spinalis perifer. (Sherwood, 2014).
Lower motor neuron berfungsi menerima impuls dari upper
motor neuron sebagai hasil pengolahan dari pusat integrasi dan
asosiasi. Kerusakan pada saraf ini akan menyebabkan lemasnya
tonus pada otot (susah berkontraksi).

IV. Rangkuman Permasalahan

NEUROLOGI

ANATOMI FISIOLOGI

SENSORIK
UNIT MOTOR LENGKUNG
UMN NEURON REFLEKS

MOTORIK
LMN
12 | A D U H … P A N A S ! ! !
UMN LMN
OTONOM
LENGKUNG
REFLEKS

V. Learning Issues

1. Anatomi dan fisiologi lengkung reflek


2. Fisiologi celah sinaps
3. Neurofisiologi otonom, sensorik dan motorik
4. Macam- macam gerak reflek
5. Anatomi dan fisiologi UMN dan LMN

VI. Referensi
Selama perkembangan evolusi, sistem saraf menjadi semakin
kompleks.Lapisan-lapisan otak yang lebih baru, lebih rumit, dan lebih canggih
ditambahkan di atas regio-regio lama yang lebih primitif dan lebih
tua.Mekanisme untuk mengatur banyak aktivitas dasar yang diperlukan untuk
kelangsungan hidup dimasukkan ke dalam bagian-bagian lama otak.Bagian-
bagian otak yang lebih baru secara progresif memodifikasi, meningkatkan,
atau menghilangkan tindakan-tindakan yang dikoordinasikan oleh pusat-pusat
yang berada dalam hierarki perintah lebih rendah; bagian-bagain tersebut juga
memberikan tambahan kemampuan baru.Banyak aktivitas saraf yang lebih
tinggi ini tidak ditujukan untuk mempertahankan kehidupan, tetapi mereka
sangat memperkaya kualitas menjadi hidup (Sherwood,2013).
Divisi aferen sistem saraf tepi (SST) adalah jalur penghubung untuk
memberi tahu SSP mengenai lingkungan internal dan eksternal.Divisi aferen
mendeteksi, menyandi, dan menyalurkan sinyal perifer ke SSP untuk
diproses.Untuk keadaan terjaga, persepsi, dan penentuan keluaran eferen
diperlukan masukan dari divisi aferen.Sistem saraf, bersama dengan sistem

13 | A D U H … P A N A S ! ! !
regulatorik utama lain, sistem endokrin, mengontrol sebagian besar kontraksi
otot dan sekresi kelenjar.informasi ke SSP untuk diproses dan ditanggapi,
divisi eferen SST membawa perintah dari SSP ke organ efektor (otot dan
kelenjar) yang melaksanakan respons yang diinginkan. Banyak dari impuls
eferen ini ditujukan untuk mempertahankan homeostasis (Sherwood,2013).
Nyeri merupakan mekanisme perlindungan. Nyeri timbul bila ada
kerusakan jaringan, dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan
cara menghilangkan stimulus nyeri. Bahkan aktivitas ringan saja, misalnya
duduk dengan bertopang pada tulang iskhia selama jangka waktu lama dapat
menyebabkan kerusakan jaringan karena berkurangnya aliran darah menuju ke
kulit yang tertekan oleh berat badan orang tersebut. Bila kulit menjadi nyeri
akibat iskemia, dalam keadaan bawah sadar, orang itu akan mengubah
posisinya. Pasien yang kehilangan sensasi nyeri, setelah mengalami
kecelakaan pada medula spinalis, tidak akan merasakan nyeri sehingga tidak
akan mengubah posisinya. Akhirnya, keadaan ini akan menimbulkan
kerusakan dan deskuamasi kulit pada daerah yang tertekan (Guyton, 2014).

VII. Pembahasan Learning Issues

1. Anatomi dan fisiologi lengkung reflek


Anatomi :

seseorang menyentuh kompor panas (atau menerima rangsangan


nyeri lainnya), refleks lucut terpicu untuk menarik tangan dari rangsang
yang menimbulkan nyeri. Kulit memiliki berbagai reseptor untuk rasa
hangat, dingin, sentuhan ringan, tekanan, dan nyeri. Meskipun semua
informasi dikirim ke SSP melalui potensial aksi, SSP dapat
membedakan antara berbagai rangsangan karena reseptor dan, dengan
demikian, jalur aferen yang diaktifkan oleh rangsangan yang berbeda
juga berbeda. Jika suatu reseptor dirangsang cukup kuat sehingga
reseptor tersebut mencapai ambang, terbentuk potensial aksi di neuron
14 | A D U H … P A N A S ! ! !
aferen. Semakin kuat rangsangan, semakin tinggi frekuensi potensial
aksi yang dihasilkan dan dikirim ke SSP. Setelah masuk ke korda
spinalis, neuron aferen berdivergensi untuk bersinaps dengan berbagai
antarneuron berikut. Neuron aferen yang tereksitasi merangsang
antarneuron eksitatorik yang nantinya merangsang neuron motorik
eferen yang menyarafi biseps (3a), otot di lengan yang memfleksikan
(menekuk) sendi siku sehingga tangan tertarik menjauhi kompor panas.
Neuron aferen juga merangsang antarneuron inhibitorik yang
menghambat neuron eferen yang menyarafi triseps (3b) untuk
mencegahnya berkontraksi. Triseps adalah otot di lengan yang
mengekstensikan (meluruskan) sendi siku. Ketika biseps berkontraksi
untuk menekuk siku, akan kontraproduktif bagi triseps untuk
berkontraksi. Karena itu, inhibisi otot-otot yang antagonis (melawan)
respons yang diinginkan sudah tercakup dalam refleks lucut. Neuron
aferen juga merangsang antarneuron lain yang membawa sinyal naik
melalui korda spinalis ke otak melalui jalur asendens (3c). Ketika
impuls mencapai daerah sensorik korteks maka seseorang akan
merasakan nyeri, lokasi, dan jenis rangsangan yang dialaminya .
Kemudian ketika impuls mencapai otak, informasi dapat disimpan
sebagai ingatan, dan seseorang akan mulai memikirkan situasi yang
dihadapinya. Semua aktivitas di tingkat sadar ini terletak di luar refleks
dasar. (Sherwood, 2014)

Fisiologi

15 | A D U H … P A N A S ! ! !
Gerak refleks adalah gerakan spontan yang tanpa disadari.
Contohnya bila tangan menyentuh benda panas tanpa sengaja, maka
secara spontan menarik tangan menjauhi benda panas itu. Jalannya
impuls pada gerak refleks sebagai berikut:

Impuls dari reseptor→neuron sensorik → sumsum tulang belakang


respon efektor → neuron motorik → efektor

sehingga fungsi kerja struktur pada gerak refleks yaitu organ sensorik
yang menerima impuls, contohnya kulit. Serabut saraf sensorik, yang
mengantarkan impuls -impuls diatas menuju sel-sel dalam ganglion
radix posterior dan selanjutnya serabut sel-sel tersebut meneruskan
impuls-impuls itu menuju substansi kelabu pada kornu posterior
medulla spinalis. Sumsum tulang belakang, dimana serabut-serabut
saraf penghubung yang ada di dalamnya menghantarkan impuls -
impuls menuju kornu anterior medulla spinalis. Sel saraf motorik, yang
berada pada kornu anterior medulla spinalis menerima dan mengalihkan
impul – impuls tersebut melalui serabut saraf motoric organ motorik,
yang melaksanakan gerakan karena dirangsang oleh impuls saraf
motorik.

16 | A D U H … P A N A S ! ! !
Impuls yang menyebabkan gerakan tersebut dibawa oleh sel saraf
sistem eferen somatik dan suatu jalur rangsangan pendek yang disebut
lengkung refleks. Gerak refleks dibedakan menjadi dua yaitu refleks
kranial dan refleks spinal. Pada refleks krania (yang terjadi di kepala,
misalnya bersin), jalur ini hanya melibatkan sebagian kecil dari otak.
Namun pada refleks spinal (yang terjadi di bagian tubuh lainnya), hanya
sumsum tulang belakang yang terlibat secara aktif, sedangkan otak
tidak terlibat. Jalan impuls pada gerak refleks di atas melibatkan
lengkung refleks spinal. ( Elseveir, 2014)

2. Fisiologi celah sinaps


Pada setiap neuron, terminal aksonnya membengkak membentuk
suatu tonjolan kecil yang disebut tombol sinapsis. Permukaan membran
tombol sinapsis ini dinamakan membran prasinapsis yang
menghantarkan impuls dari terminal sinapsis menuju dendrit atau badan
sel berikutnya. Impuls tersebut akan diterima oleh permukaan membran
dendrit atau badan sel yang dituju. Membran yang demikian dinamakan
membran pascasinapsis. Di antara kedua membran ini dipisahkan oleh
suatu celah yang disebut celah sinapsis

(Sherwood, 2014)

17 | A D U H … P A N A S ! ! !
Di dalam tombol sinapsis terdapat suatu zat kimia yang dapat
menghantarkan impuls ke neuron berikutnya. Zat yang demikian
dinamakan neurotransmiter. Saat menghantarkan implus, dalam
sitoplasma neurotransmiter dibawa oleh banyak kantung dalam
sitoplasma, yang disebut vesikula sinapsis. Ada berbagai macam jenis
neurotransmiter, contohnya asetilkolin, dopamine, noradrenalin, dan
serotonin. Asetilkolin berada pada seluruh sistem saraf; sementara
noradrenalin berada pada sistem saraf simpatik; sementara dopamine
dan serotonin terdapat pada otak. Asetilkolin dan noradrenalin
merupakan salah dua neurotransmiter utama yang terdapat pada
mammalia.Dalam sel saraf terjadi proses penghantaran impuls secara
konduksi.
Apabila tidak ada rangsang maka sel saraf disebut dalam keadaan
istirahat. Dalam keadaan ini saraf tidak menghantarkan impuls.
Membran luar sel saraf bermuatan positif karena kelebihan kation atom
Na+. Membran dalam sel saraf bermuatan negatif karena banyak ion
K+ yang keluar akson.Keadaan seperti ini disebut polarisasi. Terjadinya
kondisi demikian karena peran pompa Na– K dan sifat membran akson
yang lebih permeabel terhadap K+ dan kurang permeabel terhadap Na+.
Na+ dipompa ke luar. K+ dipompa ke dalam karena sifat membran
akson yang permeabel terhadap K, maka K + dapat keluar lagi. Jika
terjadi rangsang kuat, permeabilitas membran akan berubah. Akibatnya
polarisasi membran juga berubah. Polarisasi mengalami pembalikan
pada lokasi tertentu yang disebut depolarisasi.
Selanjutnya proses pembalikan polarisasi diulang hingga
menyebabkan rantai reaksi. Dengan demikian, impuls berjalan
sepanjang akson. Setelah impuls berlalu, membran neuron memulihkan
keadaannya seperti semula. Selama masa pemulihan ini, impuls tidak
bisa melewati neuron tersebut. Waktu ini disebut waktu refraktori.
Proses penghantaran impuls yang kedua adalah penghantaran
impuls antarsel saraf. Jika impuls tiba di tombol membran pre-sinapsis,
18 | A D U H … P A N A S ! ! !
akan terjadi peningkatan permeabilitas membran pre-sinapsis terhadap
ion Ca2+. Akibatnya ion Ca2+ masuk dan gelembung sinapsis melebur
dengan membran pre-sinapsis sambil melepaskan neurotransmiternya
ke celah sinapsis. Neurotransmiter ini membawa impuls ke membran
post-sinapsis. Setelah menyampaikan impuls, selanjutnya
neurotransmiter dihidrolisis oleh enzim yang dikeluarkan oleh membran
post-sinapsis, misalnya asetilkolinesterase. Jika neurotransmiternya
dihidrolisis menjadi kolin dan asam etanoat, kedua senyawa hasil
hidrolisis ini akan disimpan di gelembung sinapsis untuk dipergunakan
lagi.

Ketika potensial aksi di neuron prasinaps telah menjalar ke terminal

akson, perubahan potensial lokal inimemicu terbukanya kanal ion


kaisium (Ca2+) berpintu-listrik disynaptic knob. Karena Ca2+ lebih
banyak terkonsentrasi di CES, ion ini mengalir ke dalam synaptic knob
melalui kanal yang terbuka. Ion kalsium memicu pelepasan
neurotransmiter dari sebagian vesikel sinaps ke dalam celah sinaps.
Pelepasanneurotransmiter ini berlangsung melalui
eksositosis.Neurotransmiter yang dilepaskan berdifusimenyeberangi
celah dan berikatan dengan reseptor spesifik dmembran subsinaps,
bagian membran pascasinaps yang tepat dibawah synaptic knob (sub
19 | A D U H … P A N A S ! ! !
berarti "di bawah"). Reseptor-reseptor ini merupakan bagian integral
kanal ion spesifik. Kombinasi unit reseptor dan kanal tersebut tepatnya
dikenal sebagai kanalreseptor. Terikatnya neurotransmiter ke kanal-
reseptor menyebabkan kanal membuka, mengubah permeabilitas ion
pada neuron pascasinaps. Kanal ini berupa kanal berpintu kimiawi,
berbeda dengan kanal berpintu-listrik yang bertanggung jawab atas
potensial aksi dan influks Ca2+ ke synaptic knob. Karena terminal
prasinaps melepaskan neurotransmiter dan membran subsinaps pada
neuron pascasinaps memiliki kanal-reseptor untuk neurotransmiter
tersebut, sinaps hanya dapat bekerja satu arah, dari neuron prasinaps ke
neuron pascasinaps.
Pengubahan sinyal listrik pada neuron prasinaps (potensial aksi)
menjadi sinyal listrik di neuron pascasinaps melalui cara-cara kimiawi
(dengan perantaraan kombinasi reseptor-neurotransmiter) memakan
waktu. Jeda sinaps ini biasanya sekitar 0,5-1 mdet. Pada jaras saraf,
kelompokan neuron sering kali harus menyeberang. Semakin kompleks
jaras saraf, semakin lama jeda sinaps dan semakin panjang waktu reaksi
total (waktu yang dibutuhkan untuk merespons kejadian tertentu).

3. Neurofisiologi otonom, sensorik, dan motorik

Neurofisiologi saraf sensorik

Sebagian besar aktivitas sistem saraf diawali oleh


pengalamanpengalaman sensorik yang merangsang reseptor sensorik,
dapat berupa reseptor visual di mata, reseptor auditorik di telinga,
reseptor taktil di permukaan tubuh, atau jenis reseptor lainnya.
Pengalaman sensorik ini dapat menimbulkan reaksi segera dari otak,
atau memori dari pengalaman tersebut dapat disimpan dalam otak
selama beberapa menit, beberapa minggu atau beberapa tahun, dan
selanjutnya dapat menentukan reaksi tubuh di masa datang. Neuron
20 | A D U H … P A N A S ! ! !
sensorik yang membawa informasi (Informasi ini masuk ke dalam
sistem saraf pusat melalui saraf-saraf perifer dan segera dihantarkan ke
berbagai area sensorik di (1) semua tingkat medula spinalis; (2)
substansia retikular medula oblongata, pons, dan mesensefalon; (3)
serebelum; (4) talamus; dan (5) area korteks serebri.) dari reseptor
somatik pada kepala, dinding tubuh serta ekstremitas dan dari reseptor
untuk sensasi khusus penglihatan, pendengaran, pengecapan, dan
penghidu ke sistem saraf pusat. ( guyton, 2016 dan tortora, 2017.)

Saraf sensorik yang cukup kompleks dan bertanggung jawab


untuk membawa informasi sensorik dari organ sensorik ke sistem saraf
pusat. Ada banyak jenis saraf sensorik dalam sistem saraf manusia.
Salah satu jenis yang membuat retina mata, sehingga bertanggung
jawab untuk penglihatan. Jenis lain adalah bertanggung jawab atas
mekanisme pendengaran dan keseimbangan di telinga. Lainnya berada
di dalam kulit, otot, sendi, paru-paru, dan organ lainnya. Ada saraf
sensorik khusus untuk mendeteksi sensasi seperti panas, dingin, posisi,
gerakan, tekanan, rasa sakit, keseimbangan, rasa dll reseptor saraf
sensorik mendeteksi sensasi dan mengirimkan melalui saraf sensorik ke
sistem saraf pusat. Proses ini dikoordinasi oleh neuron sensorik, yang
terletak di sepanjang jalur konduksi saraf. Neuron sensorik berasal dari
divisi aferen dari sistem saraf tepi (SST). Neuron ini membawa
informasi dari reseptor pesan sensorik untuk dibawa ke sistem saraf
pusat. Neuron sensorik merupakan neuron unipolar atau disebut juga
dengan serabut aferen yang menghubungkan antara reseptor sensorik
dan batang otak atau otak.

Neuron ini  mengumpulkan informasi dengan memerhatikan


lingkungan dalam dan lingkungan luar tubuh. Tubuh manusia memiliki
sekitar 10 juta neuron sensorik. Neuron sensorik somatis melakukan
pengawasan di luar tubuh dan neuron sensorik viseral memonitor

21 | A D U H … P A N A S ! ! !
kondisi di dalam tubuh. Saraf sensorik, berfungsi menghantar impuls
(pesan) dari reseptor ke sistem saraf pusat, yaitu otak (ensefalon) dan
sumsum belakang (medulla spinalis). Ujung akson dari saraf sensorik
berhubungan dengan saraf asosiasi/penghubung (intermediet).

Neurofisiologi Motorik

Neuron motorik yang menghantarkan impuls dari SSP ke otot


rangka saja. Karena respon-respon mototrik tersebut dapat dikontrol
secara sadar, aksi bagian SSt ini bersifat volunter. Peran yang paling
penting dari sistem saraf adalah mengatur berbagai aktivitas tubuh. Hal
ini dapat dicapai melalui pengaturan (1) kontraksi otot rangka yang
tepat di seluruh tubuh, (2) kontraksi otot polos organ dalam, dan (3)
sekresi bahan kimia aktif oleh kelenjar eksokrin dan endokrin di
sebagian besar tubuh. Seluruh aktivitas ini disebut fungsi motorik
sistem saraf, sedangkan otot dan kelenjar disebut efektor karena
merupakan struktur anatomis sesungguhnya yang melaksanakan
fungsinya sesuai dengan yang diperintahkan oleh sinyal saraf. ( guyton,
2016 dan Tortora, 2017)

Neuron motorik akan menstimulasi atau memodifikasi aktifitas


dari jaringan-jaringan perifer, organ atau sistem organ. Tubuh manusia
memiliki sekitar 500.000 neuron motorik. Akson-akson pembawa pesan
dari SSP yang disebut dengan serabut eferen, terdiri atas sistem saraf
somatik (SSS) dan sistem saraf otonom (SSO). Saraf motorik,
mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar yang
hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan. Badan sel saraf
motorik berada pada sistem saraf pusat. Dendritnya sangat pendek
berhubungan dengan akson saraf asosiasi, sedangkan aksonnya dapat
sangat panjang terdapat di sistem saraf pusat dan berfungsi
menghubungkan sel saraf motorik dengan sel saraf sensorik atau
berhubungan dengan sel saraf lainnya yang ada di dalam sistem saraf
22 | A D U H … P A N A S ! ! !
pusat. Sel saraf intermediet menerima impuls dari reseptor sensorik atau
sel saraf asosiasi lainnya. Kelompok-kelompok serabut saraf, akson dan
dendrit bergabung dalam satu selubung dan membentuk urat saraf.
Sedangkan badan sel saraf, berkumpul membentuk ganglion atau
simpul saraf.

Neurofisiologi otonom

SSO (involunter, viseral secara umum didefinisikan sebagai


sistem motorik walaupun tidak ada kesepakatan secara universal untuk
hal ini. SSO mengontrol bagian dalam tubuh dengan cara memberikan
komponen eferen visera umum (motorik visera) untuk otot polos, otot
jantung dan kelenjar.

SS somatik berbeda dengan SSO. Pada SS somatik satu neuron


yang terdapat pada SSP akan mempersarafi secara langsung organ
efektor. Sebaliknya pada SSO terdapat dua neuron antara SSP dan
organ efektor. Badan sel neuron pertama dalam rangkaian SSO,
terdapat di SSP, dan aksonnya biasanya bermielin.

Akson praganglion (ini akan mencapai ganglion otonom yang


terletak di luar SSP, tempat akson akan bersinaps dengan badan-badan
sel multipolar neuron pascaganglion. Ganglion otonom ini dikenal
sebagai neuron pascaganglion. Serat saraf pascaganglion biasanya tak
bermielin walaupun serat ini dibungkus oleh sel Schwann. Serat saraf
yang keluar dari ganglion akan berakhir pada organ-organ efektor yaitu
otot polos, otot jantung, dan kelenjar. Berbeda dengan SS somatik,

SSO mernpunyai sinaps pascaganglion yang bercabang dan


neurotransmiter dari serat pascaganglion tersebut akan berdifusi menuju
ke organ efektor. Sel otot polos yang terstimulasi oleh neurotransmiter
akan mengaktifkan sel otot polos lain yang terdapat di dekatnya dengan
cara memberikan informasi melalui neksus.

23 | A D U H … P A N A S ! ! !
SSO dapat dibagi lagi berdasarkan fungsinya menjadi dua divisi
yang berbeda yaitu :

 Sistem saraf simpatis akan memberikan rangsangan untuk


meningkatkan aktivitas pernafasan, tekanan darah, denyut

jantung, dan aliran darah ke otot lurik, dilatasi pupil dan


menurunkan aktivitas organ-organ visera.
 Sistem saraf parasimpatis mempunyai fungsi yang sebaliknya
dari sistem saraf simpatis yaitu menurunkan aktivitas
pernafasan, tekanan darah dan denyut jantung, menurunkan
aliran darah ke otot lurik, konstriksi pupil mata dan
rneningkatkan aktivitas organ-organ visera. Jadi sistem saraf
parasimpatis akan mempertahankan homeostasis tubuh,
sebaliknya sistem saraf simpatis mempersiapkan tubuh untuk
''fight or flight" (akan diuraikan selanjutnya).

Sistem saraf simpatis secara garis besar berfungsi pada


vasokonstriksi, sementara sistem saraf parasimpatis berperan

24 | A D U H … P A N A S ! ! !
penting dalam sekresi kelenjar. Dalam kondisi sehat komponen
viseral tubuh menerima persarafan dari kedua divisi SSO secara
seimbang.

4. Macam - macam gerak reflek?


Secara umum, gerak refleks manusia dibagi menjadi dua
jenis, yaitu monosinaptik dan polisinaptik. Mono artinya satu dan
poli artinya banyak. Sinaptik adalah ruang yang terdapat di antar
neuron. Neuron sensori, letaknya tidak menempel dengan
interneuron, dan internuron posisinya tidak menempel dengan
neuron motorik. Sehingga, informasi rangsangan harus sedikit
melompati sinaptik untuk bisa berpindah dari satu neuron ke
neuron lainnya.
Berikut ini penjelasan mengenai jenis gerak refleks manusia :
1. Gerakan refleks monosinaptik
Gerak refleks monosinaptik disebut juga sebagai gerak refleks
sederhana. Disebut monosinaptik, sebab informasi rangsang yang
masuk ke neuron sensori hanya melompati satu sinaptik, untuk bisa
langsung sampai neuron motorik yang kemudian akan meneruskan
informasi ini ke otot.
- Contoh : Gerak refleks yang paling sederhana adalah refleks
lutut, dengan mekanisme gerak refleks sebagai berikut:
Saat bagian bawah lutut Anda dipukul, kaki secara otomatis
akan berayun ke depan. Saat lutut dipukul pelan, pukulan tersebut
akan diserap oleh reseptor sebagai stimuli yang perlu diproses.
Reseptor kemudian akan meneruskan pesan ini ke neuron sensori.
Di dalam neuron sensori, seperti biasa, pesan ini akan melalui
pengolahan melalui tiga bagian neuron, yaitu dendrit, akson, dan
ujung saraf. Lalu, setelah dari neuron sensori, pesan ini langsung
melompat ke neuron motorik. Dari neuoron motorik, pesan ini

25 | A D U H … P A N A S ! ! !
langsung diteruskan ke otot. Itulah sebabnya, kaki Anda berayun
ke depan. Satu kali lompatan dari neuron sensorik ke neuron
motorik inilah yang dinamakan monosinaptik.

2. Gerakan refleks polisinaptik


Gerak refleks polisnaptik disebut juga sebagai gerak refleks
kompleks. Jika pada monosinaptik, pesan atau stimuli hanya
melompat satu kali untuk sampai ke neuron motorik, pada
polisnaptik, neuron harus melompat lebih dari satu kali. Sebab, dari
neuron sensorik, pesan tidak langsung menuju ke neuron motorik,
tapi harus melalui interneuron terlebih dahulu, maupun neuron-
neuron lainnya.
- Contoh : Saat kaki kanan Anda tidak sengaja menginjak benda
yang tajam, kaki tersebut otomatis akan terangkat. Namun, kaki
kiri pun otomatis akan diam, untuk menjaga keseimbangan tubuh.
Sebab, jika dua-duanya terangkat tentu Anda akan terjatuh. Untuk
bisa mengendalikan antara gerak refleks di kaki kiri dan kaki
kanan, dibutuhkan lebih dari satu sinaptik. Dalam dunia
kedokteran, contoh gerakan refleks ini disebut juga sebagai cross
extensor reflex.

5. Anatomi dan fisiologi Upper Motor Neuron dan Lower Motor


Neuron
1) Upper Motor Neuron
Berasal dari area motorik girus presentralis dan bagian korteks lain,
terutama area premotorik lobus frontalis. Pada girus presentalis,
bagian-bagian tubuh direpresentasikan secara terbalik dengan

26 | A D U H … P A N A S ! ! !
daerah yang besar untuk kepala pada bagian bawah, daerah besar
untuk tangan di atas daerah untuk kepala kemudian daerah yang
lebih kecil untuk lengan, badan, tungkai, dan perineum. Makin
halus gerakan suatu bagian makin besar jumlah korteks yang
bertanggung jawab untuk itu.
Upper motor neuron membentuk traktus piramidalis. Terdiri dari
serat kortikonuklear yang berjalan hanya sampai batang otak, untuk
berhubungan dengan serat nervus kranialis yang memiliki fungsi
motorik, dan serat kortikospinal yang berjalan menuju medulla
spinalis. Traktus piramidalis berjalan ke bawah dan ke dalam
melalui hemisfer serebri, dan kemudian melalui otak tengah, pons,
dan medulla oblongata, membentuk rigi panjang di dalam medulla,
pyramis, sesuai dengan namanya. Di dalam medulla, sebagian besar
serat menyilang ke sisi lain dan berjalan ke bawah dalam kolumna
anterior, tetapi mereka juga akan menyebrang. Berdasarkan hal itu,
satu sisi otak mengarahkan dan mengontrol gerakan sisi tubuh lain.
Pada medulla spinalis, serat motorik berakhir dengan bersinaps
denga sel motorik dalam kornu anterior substansia grisea.

2) Lower Motor Neuron (LMN)


Lower Motor Neuron (LMN)merupakan saraf-saraf yang
menyalurkan impuls motorik pada bagian perjalanan terakhir ke sel
otot skeletal. Serabut-serabut traktus ekstrapiramidalis beserta
serabut-serabut aferennya memasuki medulla spinalis melalui kornu
posterior untuk berakhir langsung di badan sel atau dendrit sel

27 | A D U H … P A N A S ! ! !
motor neuron alfa dan gamma; atau melalui neuron internunsial,
asosiasi dan komisural aparat neuronal intrinsic medulla spinalis. Di
dalam kornu anterior, neuron-neuron ini tersusus dalam kolom-
kolom sesuai dengan susunan somatotropik. Pada daerah servikal
neuron-neuron kornu anterior kolom lateral akan meninervasi tagan
dan lengan, sedangkan bagian medialnya untuk otot leher dan
toraks. Pada daerah lumbal, neuron yng menginervasi kaki dan
tngkai akan terletak pada kolom lateral. Akson-akson dari kornu
anterior medulla spinalis akan keluar sebagai serabut radikular yang
pada tiap-tiap segmen sebagai radiks anterior atau radiks ventral.
Tiap radiks anterior akan bergabung dengan radiks posterior tepat di
bagian distal ganglion spinalis dan selanjutnya membentuk saraf
spinalis perifer.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

28 | A D U H … P A N A S ! ! !
Berbagai macam impuls yang didapat dari sensasi raba, tekan, nyeri, suhu,
geli, dan lain-lain diproses sedemikian rupa untuk sampai ke sistem saraf pusat
dan kemudian menghasilkan interpretasi motorik yang sesuai.Namun, rangsangan
dari reseptor-reseptor ini membutuhkan jalur yang membawanya dengan cepat
dan sesuai.Sehingga, dalam hal ini rangsangan-rangsangan tersebut diintegrasikan
di medula spinalis. Jalur-jalur saraf yang terlibat dalam hal ini disebut sebagai
lengung refleks, yang mana lengkung ini memiliki lima komponen penting:
reseptor, jalur aferen, pusat integrasi, jalur eferen, dan efektor.

Terdapat tiga divisi sistem saraf, yaitu sistem saraf sensorik yang
menghantarkan impuls sampai ke area somatosensorik primer di korteks serebri,
sistem saraf motorik yang menghantarkan impuls dari area motorik pada korteks
serebri hingga kembali ke sistem saraf tepi (SST), serta sistem saraf otonom yang
berperan dalam mengatur aktivitas otot dan kelenjar dengan akson yang langsung
bekerja pada organnya. Contoh nyata yang dapat kita jadikan bukti betapa
kompleksnya jalur-jalur dari saraf untuk kembali sebagai respon tubuh adalah
stimulus dari suhu diatas normal yang kemudian akan menyebabkan nyeri.

Proses terjadinya gerak refleks ini tentunya diawali dengan adanya


rangsangan, kemudian rangsangan tersebut akan di teruskan ke otak atau sumsum
tulang belakang melalui neuron sensorik dengan kecepatan yang sangat tinggi
kemudian menuju ke efektor (luar tubuh) melalui neuron motorik sebagai
tanggapan terhadap rangsangan yang diperoleh. Serta diketahui bahwa pada 6 titik
pengujian, umumnya probandus memiliki gerak refleks pada daerah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Wijayanto Adisumanap Sp.S, 2016. Hubungan Sistem Saraf untuk Gerak
Refleks. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

29 | A D U H … P A N A S ! ! !
Duus, P. 2005. Topical Diagnosis in Neurology. Anatomy Physiology Signs
Symptoms.

Guyton and Hall, 2016. Fisiologi Kedokteran. Jakarta :EGC

Prof. DR Mahar M, 2012. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat

Sherwood, L, 2016. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem edisi 8. Jakarta: EGC

Thortora, 2017. Dasar Anatomi dan Fisiologi edisi 13, Jakarta : EGC

30 | A D U H … P A N A S ! ! !

Anda mungkin juga menyukai