Anda di halaman 1dari 15

UNIVERSITAS INDONESIA

PROTOKOL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS


INSTRUMEN PENELITIAN DI RSAB HARAPAN KITA

Judul Proposal Tesis


DETERMINAN PERILAKU PERAWAT DALAM
PEMBERIAN EDUKASI PASIEN DI RUANG RAWAT INAP
PADA RS DI JAKARTA

LARAS ADYTHIA PRATIWI


NPM. 1806256300

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN KEPERAWATAN
DEPOK, 2020
RINGKASAN PROTOKOL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
INSTRUMEN PENELITIAN DI RSAB HARAPAN KITA

1 Peneliti Utama:
Laras Adythia Pratiwi

2 Judul Penelitian:
Determinan Perilaku Perawat dalam Pemberian Edukasi Pasien di Ruang Rawat Inap
pada RS di Jakarta

3 Uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian di RSAB Harapan Kita:


Kuesioner yang akan dilakukan pengujian yaitu kuesioner D1 Demografi Perawat, D2
Pengetahuan Perawat, D3 Faktor Psikologis Perawat, D4 Faktor Organisasi, D5
Fungsi Manajemen, D6 Perilaku Perawat dalam Pemberian Edukasi Pasien dengan
total 114 item pertanyaan dan pernyataan.

4 Subjek:
Sampel pada penelitian ini adalah perawat berpendidikan S1 (Ners) yang bertugas di
ruang rawat inap pada RSAB Harapan Kita serta bersedia menjadi responden dengan
menandatangani lembar persetujuan menjadi responden dan memenuhi kriteria inklusi
dan tidak memiliki ciri-ciri seperti kriteria eksklusi.

Kriteria inklusi sampel pada penelitian ini adalah perawat yang telah bekerja di
instalasi rawat inap dan unit intensif, berpendidikan S1 (Ners), bertugas sebagai
perawat pelaksana, ketua tim atau penanggung jawab shift, dan perawat primer serta
perawat yang bersedia menjadi responden dengan menandatangani lembar
persetujuan menjadi responden. Kriteria eksklusi pada penelitian ini yaitu perawat
yang bekerja di bagian rawat jalan, kamar operasi, gawat darurat, kateterisasi jantung,
kemoterapi, dan hemodialisa di rumah sakit, perawat dengan pendidikan selain S1
(Ners), perawat manajer (kepala ruangan, kepala/ koordinator instalasi, case manager,
komite keperawatan, dan bidang keperawatan), staf perawat yang sedang cuti kerja,
perawat yang sedang tugas belajar, dan responden yang mengundurkan diri saat
penelitian berlangsung.

5 Perkiraan waktu uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian untuk setiap subjek:
Uji instrumen penelitian ini akan dilakukan selama 3 hari pada minggu ke-3 Juni
2020. Peneliti akan memberikan kuesioner kepada responden sesuai dengan kriteria
inklusi yang telah ditetapkan dengan menerapkan pyshical distancing sebagai salah
satu metode yang dianjurkan dalam mencegah penyebaran Covid-19. Waktu yang
diberikan kepada setiap responden kurang lebih 20-40 menit untuk pengisian
kuesioner. Peneliti menargetkan untuk pengambilan sampel dalam sehari minimal 10-
15 orang responden.

6 Tujuan pelaksanaan uji instrumen penelitian:


Tujuan Umum Uji Instrumen Penelitian:
Uji instrumen penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data yang akurat dan
objektif melalui suatu alat pengukur.

Tujuan Khusus Uji Instrumen penelitian:


1. Untuk mendapatkan suatu alat ukur yang tepat dalam mengukur variabel dalam
penelitian.
2. Untuk mendapatkan suatu hasil pengukuran yang tetap konsisten meskipun
digunakan berulang dalam mengukur suatu variabel yang sama di tempat yang
berbeda.

7 Ringkasan proposal penelitian yang mencakup tujuan penelitian, manfaat dari hasil
penelitian dan alasan/latar belakang untuk melakukan penelitian :

Tujuan Umum Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi determinan perilaku perawat dalam
pemberian edukasi pasien di ruang rawat inap pada RS di Jakarta.

Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu Keperawatan
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi inovasi dalam pengembangan ilmu
pengetahuan bagi manajemen keperawatan khususnya bagi sumber daya manusia
keperawatan terkait dengan determinan pemberian edukasi pasien oleh perawat
berdasarkan evidence based practice. Penelitian ini juga dapat memperkaya ilmu
keperawatan dimulai dari masa perkuliahan khususnya dalam mengetahui
determinan pemberian edukasi pasien oleh perawat. Hal ini dapat menjadi bahan
evaluasi dan masukan yang bermanfaat untuk pengembangan organisasi melalui
peningkatan kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap perawat dalam
memberikan edukasi pasien.

2. Bagi Aplikasi Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit


Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam mendukung kebijakan
rumah sakit terkait fungsi manajemen kepala ruangan terhadap perilaku perawat
dalam pemberian edukasi pasien. Perilaku perawat yang ditingkatkan pada
akhirnya juga akan meningkatkan kualitas pemberian asuhan keperawatan kepada
pasien dan mengantisipasi kejadian yang tidak diharapkan seperti meningkatnya
angka readmission pasien. Hasil penelitian ini juga secara tidak langsung
membawa manfaat bagi manajer rumah sakit dalam mengembangkan strategi,
menetapkan kebijakan, pedoman, dan sebagai bahan evaluasi pelaksanaan edukasi
pasien di rumah sakit.

3. Bagi Penelitian Keperawatan


Hasil penelitian ini tentunya akan menjadi sebuah metode baru yang ditemukan
dalam bidang ilmu keperawatan khususnya di Indonesia. Hasil penelitian ini juga
akan menjadi bahan rujukan bagi pengembangan penelitian selanjutnya mengenai
determinan pelaksanaan pemberian edukasi pasien oleh perawat dengan
mengembangkan desain dan metode yang berbeda. Hasil penelitian ini juga dapat
memberikan wawasan dan pengalaman bagi manajer keperawatan dalam
meningkatkan kemampuan menganalisis determinan pemberian edukasi pasien
yang dalam jangka panjang dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di
rumah sakit.

Latar Belakang
Edukasi pasien merupakan proses pemberian informasi kepada pasien secara dua arah
selama masa perawatan di rumah sakit. Edukasi pasien merupakan proses di mana
para profesional kesehatan memberikan informasi kepada pasien dan keluarga
ataupun penjaga pasien untuk meningkatkan status kesehatan dan mendorong
keterlibatan dalam pengambilan keputusan terkait perawatan yang sedang
berlangsung (Fereidouni et al., 2019). Edukasi adalah proses mengajarkan atau
memberikan informasi yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pasien
merawat dirinya dengan membantu pasien memperoleh perilaku baru dalam
mengatasi masalah kesehatannya (PPNI, 2018). Edukasi pasien merupakan dasar dari
semua proses pembelajaran yang pelaksanaannya menjadi tanggung jawab dari
manajer dalam suatu organisasi (Malekshahi, Rezaian, Fallahi, & Almasian, 2019).
Edukasi pasien merupakan salah satu dari tindakan yang perlu diperhatikan dalam
meningkatkan keselamatan pasien selama menjalani perawatan di rumah sakit.

Perawat memberikan edukasi kepada pasien melalui beberapa tahapan. Edukasi


dimulai ketika pasien memasuki fasilitas layanan kesehatan dan berlanjut sepanjang
masa perawatan, hingga setelah pasien dipulangkan (JCI, 2017). Perawat menilai
kebutuhan edukasi pasien, menetapkan tujuan pembelajaran, merencanakan dan
melaksanakan edukasi, evaluasi, dan mengulang kembali seperlunya agar
mendapatkan outcome yang optimal (Flanders, 2018). Pemberian edukasi pasien
adalah proses kompleks yang meliputi penilaian, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi dari edukasi yang sudah diberikan (London, 2009). Identifikasi edukasi
pasien yang paling efektif apabila dilakukan sesuai dengan pilihan pembelajaran
pasien, nilai budaya, agama, kemampuan serta bahasa yang digunakan pasien (KARS,
2018). Perawat yang telah menyelesaikan penilaian kebutuhan edukasi pasien, dapat
memberikan edukasi sesuai dengan harapan pasien (Jonesboro, 2018). Hasil
penelitian di Istanbul, Turkey mengungkapkan bahwa perawat harus memberikan
informasi dan edukasi kepada pasien tentang setiap prosedur dan yang diperlukan
terkait penyakit, diagnosis dan perawatan untuk memastikan kepuasan pasien dan
pelayanan keperawatan yang berkualitas (Karaca & Durna, 2018).

Edukasi pasien yang baik akan memberikan dampak positif atau manfaat bagi pasien
selama menjalani perawatan di rumah sakit. Proses edukasi pasien akan membantu
pasien dan perawat dalam membuat keputusan terbaik selama proses perawatan
pasien (Fereidouni et al., 2019). Pemberian edukasi saat melakukan perawatan kepada
pasien merupakan strategi yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa sakit,
kecemasan, dan kecanggungan saat dilakukan penyuntikan atau injeksi pada pasien
(Meyers et al., 2017). Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga yang optimal
akan berpengaruh pada perubahan perilaku dan gaya hidup yang sehat serta
peningkatan kepatuhan terhadap pengobatan (Arora, Bipin, Malhotra, & Ranjan,
2017). Hasil penelitian di Lebanon (Hemadeh, Hammoud, Kdouh, Jaber, & Ammar,
2019) menyatakan bahwa kualitas edukasi pasien adalah prediktor kuat dalam
kepuasan pasien. Edukasi akan berpengaruh pada kepatuhan pasien dalam
pengobatan, kepuasan atas pelayanan yang diterima selama perawatan, peningkatan
kualitas hidup, dan pemahaman informasi yang lebih mudah dimengerti yang
berdampak pada penurunan angka rawat inap dan readmission (Andargie &
Kassahun, 2019; Flanders, 2018; Seyedin, Goharinezhad, Vatankhah, & Azmal, 2015;
Suhariyanto et al., 2019; Zhang et al., 2019).

Edukasi yang diberikan kepada pasien mampu meningkatkan kualitas hidup pasien
dan menurunkan angka readmission pasien. Pada pasien dengan pemulihan gangguan
kejiwaan di Amerika Serikat, edukasi pasien telah terbukti meningkatkan kualitas
hidup pasien, menurunkan readmission menjadi 5%, dan meningkatkan pengetahuan
tentang proses pemulihan dalam perawatan psikiatrik akut (Passley-Clarke, 2019).
Penelitian pada 20.666 pasien dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
melalui studi register di Swedia didapatkan bahwa edukasi pasien dan program
penghentian merokok bermanfaat, tetapi perlu digabungkan dengan intervensi lain
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (Henoch, Löfdahl, & Ekberg-Jansson,
2018). Edukasi juga dapat meningkatan kualitas hidup, menurunkan angka
penerimaan rawat inap dan readmission pasien dewasa dengan gagal jantung (Rice,
Say, & Betihavas, 2017).

Kegagalan pelaksanaan edukasi pasien disebabkan oleh kurangnya perencanaan,


pengkajian kebutuhan edukasi pasien, dan evaluasi edukasi yang telah diberikan.
Pelaksanaan pemberian edukasi pasien dan keluarga membutuhkan upaya terencana
dalam mempersiapkan alat dan sumber daya yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan
aktual pasien (Meyers et al., 2017). Mayoritas kegagalan dalam pemberian edukasi
pasien disebabkan karena perawat tidak melakukan asesmen kebutuhan edukasi atau
tidak menilai efektivitas edukasi yang telah diberikan (Commission, 2015).
Pemberian edukasi pasien yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan pasien
dan keluarga, belum tentu berpengaruh pada hasil klinis atau mempengaruhi
bagaimana seseorang akan menggunakan informasi yang didapat untuk mengelola
penyakit yang diderita (Shafer & Buchhalter, 2016).

Proses pemberian edukasi pasien yang dilakukan oleh perawat dipengaruhi banyak
faktor penghambat. Hambatan fisik, psikologis, dan status emosional merupakan
hambatan-hambatan yang mungkin dialami perawat dalam memberikan edukasi
pasien (Su et al., 2018). Faktor-faktor yang dialami perawat dalam memberikan
edukasi pasien antara lain beban kerja yang berat, pasien dengan kebutuhan edukasi
yang berbeda-beda, tidak tahu siapa yang harus diberikan edukasi, kesulitan dalam
komunikasi, dan gangguan rasa percaya diri dan ritme kerja (Che, Yeh, Jiang, & Wu,
2016). Faktor yang mempengaruhi pemberian edukasi pasien selama menjalani
perawatan meliputi tingkat pendidikan dan pelatihan, pengetahuan, keterampilan,
pengalaman dan komitmen, komunikasi, koordinasi, garis wewenang yang tidak jelas,
faktor lingkungan dan desain, kegagalan infrastruktur, sistem yang tidak memadai,
depresi dan kelelahan yang berdampak pada bagaimana anggota tim mengatasi
beragam pasien, tekanan waktu, kondisi medis yang kompleks, dan kelemahan pasien
(Bowie, McKay, McNab, & De Wet, 2016).

Pemberian edukasi pasien akan berjalan secara optimal apabila perawat manajer
mampu melaksanakan fungsi manajemen dengan baik. Manajer bertanggung jawab
dalam pelaksanaan pemberian edukasi atau pendidikan pasien (Malekshahi et al.,
2019). Manajer keperawatan memfasilitasi pertukaran informasi dan membangun
kepercayaan, serta berkontribusi pada realisasi tindakan untuk mempromosikan dan
memulihkan kesehatan pasien (Mororó, Enders, Lira, Silva, & Menezes, 2017).
Manajer mengembangkan kerangka kerja standar dan alat-alat yang mendukung
program pemberian edukasi pasien, meningkatkan kemampuan staf perawat dalam
memberikan edukasi pasien yang efektif, membentuk komite pelaksanaan pemberian
edukasi pasien multidisiplin dan menentukan koordinator pelaksanaan pemberian
edukasi pasien (Fereidouni et al., 2019). Perawat manajer dituntut untuk melakukan
koordinasi yang baik dalam memberikan edukasi pasien selama perawatan dengan
menjalankan fungsi manajemen (Basiony, 2018; Munyewende, Levin, & Rispel,
2016). Manajer bertanggung jawab dalam memastikan dan mengawasi bahwa perawat
memiliki prasyarat yang diperlukan dalam memberikan edukasi pasien serta
memungkinkan untuk terus berkelanjutan (Bergh, Friberg, Persson, & Dahlborg-
Lyckhage, 2015). Manajer berupaya melakukan pengembangan kompetensi sumber
daya, meningkatkan kesadaran, dan membangun keterampilan perawat dalam
memberikan edukasi pasien (Malekshahi et al., 2019).

Pelaksanaan edukasi pasien di rumah sakit perlu ditingkatkan sehubungan dengan


meningkatknya prevalensi pasien dengan penyakit kronis, dan kebutuhan akan
perawatan yang lebih baik dan lebih aman bagi pasien. Edukasi pasien telah menjadi
bagian integral dari manajemen penyakit kronis (Win, Hassan, Oinas-Kukkonen, &
Probst, 2016). Edukasi pasien memainkan peran penting dalam manajemen penyakit
kronis (Win et al., 2016). WHO (2020) menjelaskan bahwa penyakit kronis akan
mencapai hampir tiga perempat dari semua kematian di seluruh dunia. Prevalensi
penyakit kronis diperkirakan WHO akan meningkat 57% pada tahun 2020 (Walters,
2017). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 prevalensi penyakit
kronik di Indonesia mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013.
Prevalensi kanker naik dari 1,4% (Riskesdas 2013) menjadi 1,8%; prevalensi stroke
naik dari 7% menjadi 10,9%; dan penyakit ginjal kronik naik dari 2% menjadi 3,8%,
diabetes melitus naik dari 6,9% menjadi 8,5%; hipertensi naik dari 25,8% menjadi
34,1% (Depkes, 2018). Data ini menunjukkan bahwa pemberian edukasi pasien
diperlukan untuk memberikan pemahaman terkait penyakit pasien, dan meningkatkan
kualitas hidup pasien.

Tanpa edukasi yang memadai, seorang pasien dapat pulang dan melanjutkan
kebiasaan yang tidak sehat saat pulang rawat. Sektor kesehatan di Iran
mengungkapkan bahwa edukasi pasien yang buruk juga merupakan sumber keluhan
utama pasien saat ini (Fereidouni et al., 2019). Studi penelitian yang dilakukan
dipusat reumatologi terbesar, di Renji Hospital, Shanghai, Cina pada 210 pasien
Systemic Lupus Erythematosus (SLE) didapatkan bahwa edukasi pasien yang buruk
memiliki dampak negatif pada hasil klinis pasien (Zhang et al., 2019). Pasien yang
salah paham tentang diagnosis dan rencana perawatannya biasanya menunjukkan
kepatuhan pengobatan yang buruk. Tindakan ini dapat menyebabkan kekambuhan
dan kembali ke rumah sakit (Jonesboro, 2018).

Kejadian sentinel di rumah sakit salah satunya disebabkan karena kegagalan dalam
memberikan edukasi kepada pasien. Data kejadian sentinel Januari 2014 hingga
Oktober 2015 berjumlah 197 kejadian yang salah satu penyebabnya adalah karena
kegagalan dalam pemberian edukasi pasien (Joint Commision International, 2015).
Sementara itu di Indonesia untuk kejadian sentinel pada 2015 terdapat 8 kejadian
(3%), pada 2016 terdapat 26 kejadian (4%), dan pada 2017 terdapat 50 kejadian (3%)
(Yahya, 2018).

Edukasi pasien yang dilakukan oleh perawat di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)
Fatmawati belum optimal. Hasil studi pendahuluan mendapatkan skor rata-rata
penilaian pengetahuan perawat dalam memberikan edukasi paien dan keluarga yaitu
sangat baik sebesar 78.6%, tetapi penilaian persepsi perawat terhadap pemberian
edukasi yaitu 59.5% cukup, penilaian supervisi pemberian edukasi 69% cukup, dan
untuk kelengkapan pendokumentasian edukasi 90.5% kurang. Dari data tersebut
diketahui pengetahuan perawat dalam memberikan edukasi sudah sangat baik, akan
tetapi pelaksanaan pemberian edukasi pasien masih belum optimal. Monitoring dan
evaluasi pelaksanaan pemberian edukasi pasien menjadi fokus rumah sakit dalam
meningkatkan kualitas pelayanan. Pemberian edukasi yang efektif dan efisien
membutuhkan monitoring dan evaluasi karena perawat sering memiliki waktu yang
terbatas (Flanders, 2018).

Edukasi pasien belum diberikan secara optimal oleh perawat di rumah sakit. Hasil
studi pendahuluan mendapatkan bahwa pada salah satu RS di Jakarta sudah memiliki
Standar Prosedur Operasional (SPO) untuk memberikan arahan bagi staf perawat
sesuai dengan kewenangan klinisnya dalam memberikan edukasi pasien. Hasil
observasi lapangan pada satu rekam medis pasien yang sudah diperbolehkan pulang,
didapatkan bahwa pasien belum diberikan edukasi tentang hand hygiene. Pasien dan
keluarga dikonfirmasi oleh perawat dan membenarkan bahwa edukasi terkait hand
hygiene belum dilakukan.

Manajer perlu mengetahui determinan pemberian edukasi pasien dalam


mengembangkan strategi untuk mengatasi ketidakoptimalan edukasi pasien di rumah
sakit. Determinan dalam pemberian edukasi pasien diwaktu sebelumnya, akan
menjadi tolak ukur bagi rencana yang lebih baik di masa depan (Anastasia, 2017).
Determinan pemberian edukasi pasien akan memberikan petunjuk untuk menetapkan
strategi yang tepat dalam mencapai tujuan organisasi, dan mengembangkan
serangkaian rencana komprehensif bagi manajer (Robbins & Judge, 2017).
Pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor yang memengaruhi edukasi pasien
akan sangat membantu manajer rumah sakit dalam mengembangkan program yang
efektif untuk meningkatkan kualitas layanan dan kepuasan pasien melalui optimalisasi
edukasi pasien. Bukti internasional menunjukkan bahwa berbagai faktor yang
berinteraksi dengan pasien dapat mempengaruhi kepuasan pasien selama perawatan di
rumah sakit (Kraska, Weigand, & Geraedts, 2017). Fenomena yang ditemukan pada
RS di Jakarta Selatan ini mencerminkan bahwa pemberian edukasi pasien belum
dilakukan secara optimal. Determinan pemberian edukasi pasien juga belum
teridentifikasi secara jelas. Uraian latar belakang ini yang membuat peneliti tertarik
untuk meneliti determinan pemberian edukasi pasien oleh perawat guna menjadi
bahan masukan dan evaluasi bagi manajer perawat dalam mengembangkan strategi
pengoptimalan edukasi pasien di rumah sakit.

8 Masalah etik (nyatakan pendapat anda tentang masalah etik yang mungkin akan
dihadapi):

Masalah etik yang mungkin muncul berupa penolakan dan rasa ketidaknyamanan dari
responden untuk ikut berpartisipasi terkait dengan penelitian determinan pemberian
edukasi pasien oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap pada RSAB Harapan Kita.
Penelitian ini akan memohon kesediaan dari responden yaitu perawat pelaksana untuk
menilai atasannya yaitu kepala ruangan, yang mungkin menimbulkan rasa
ketidaknyamanan pada responden ataupun membuat hasil dari pengisian kuesioner
tidak murni dari hati responden. Peneliti akan membuat kontrak waktu dan tempat
untuk mengisi kuesioner dengan menyesuaikan kegiatan dan kesibukan responden.
Peneliti akan datang sesuai dengan waktu dan tempat yang telah disepakati, sehingga
responden merasa lebih nyaman, dan tenang saat melakukan pengisian kuesioner
tanpa harus mengorbankan waktu bekerjanya dan di tempat yang bisa membuat
responden nyaman. Untuk itu, peneliti akan memberikan pemahaman kepada
responden terkait:
1. tujuan dan manfaat dari penelitian ini
2. privasi, anonimitas dan kerahasiaan informasi yang diberikan responden
3. penjelasan informed consent penelitian
Peneliti akan melindungi hak-hak responden dan kesejahteraan responden sebagai
manusia dengan berpegang teguh pada etika penelitian ini:
1. Beneficience
Pada penelitian ini manfaat yang akan diterima perawat sebagai responden
kemungkinan besar tidak dirasakan langsung saat ini juga tetapi akan dirasakan pada
waktu mendatang khususnya terkait dengan hal-hal pendukung perawat pelaksana
dalam memberikan edukasi pada pasien. Penelitian ini juga tidak bersifat
mengeksploitasi responden baik dari segi fisik, psikologis, maupun finansial. Manfaat
penelitian ini bagi rumah sakit yaitu dapat menjadi bahan evaluasi dan pertimbangan
untuk mendukung perawat dengan melihat berbagai aspek yang berkaitan dalam
pemberian edukasi. Peneliti akan berusaha untuk meminimalkan kerugian yang akan
dirasakan oleh responden baik dari waktu yang akan dipakai dan psikologis responden
karena akan menilai atasan yaitu kepala ruangan dari responden tersebut.

2. Respect for Human Dignity


Setiap responden memiliki hak otonomi untuk membuat keputusan secara sadar untuk
berpartisipasi atau tidak dalam suatu penelitian. Responden mempunyai hak untuk
menanyakan seputar penelitian tentang aspek-aspek yang belum dipahami dari
penjelasan peneliti dan menjawab seluruh pertanyaan subjek dengan terbuka,
responden berhak menolak memberikan informasi dan menghentikan partisipasinya.
Penelitian ini dilakukan dengan menjelaskan secara detail kepada responden dan tidak
memaksa untuk responden terlibat dalam penelitian ini. Responden diberikan hak
untuk memilih terlibat atau tidak terlibat dalam penelitian. Perawat yang bersedia
menjadi responden akan menandatangani informed consent sebagai tanda bahwa
bersedia menjadi responden tanpa ada unsur paksaan tetapi berdasarkan unsur
sukarela.

3. Justice atau keadilan


Prinsip adil pada penelitian ini yaitu responden mendapatkan perlakuan yang sama
tanpa pengecualian, mendapatkan manfaat dan beban yang sama karena mengisi
kuesioner dengan jumlah yang sama. Responden tidak ada yang menerima manfaat
dan beban yang berlebih dibandingkan dengan responden yang lain. Peneliti akan
memilih peserta secara adil dan tidak diskriminatif berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan sebelumnya serta tidak membedakan responden berdasarkan agama,
budaya dan faktor lainnya.

4. Respect for privacy and confidentiality


Peneliti menjamin kerahasiaan berbagai informasi yang menyangkut privasi
responden yang tidak ingin identitas dan segala informasi tentang dirinya diketahui
oleh orang lain. Prinsip ini dilakukan dengan cara meniadakan identitas seperti nama
dan alamat subjek kemudian di ganti dengan kode tertentu. Segala informasi yang
menyangkut identitas dari subjek tidak terekspos secara luas dan hanya diketahui oleh
peneliti.
9 Bila penelitian ini menggunakan subjek manusia, sebutkan alasan untuk melakukan
penelitian ini langsung pada manusia :
Subjek pada penelitian ini adalah perawat pelaksana. Kegiatan yaitu mengisi
kuesioner terkait dengan determinan pemberian edukasi pasien oleh perawat
pelaksana di ruang rawat inap pada RS di Jakarta, dengan menerapkan metode
physical distancing. Subjek disini menggunakan manusia (perawat) karena manusia
sendiri memiliki akal budi pekerti yang mampu menjawab setiap pertanyaan terkait
dengan pengetahuan dan persepsi mereka menurut apa yang telah mereka terima dan
rasakan dengan menjadikan itu sebagai sebuah pengalaman mereka. Keberhasilan
penelitian ini membutuhkan respon positif maupun negatif sejujur- jujurnya yang
telah dilalui oleh responden serta kerja sama dari responden.

10 Prosedur pelaksanaan uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian dan


pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan :
Prosedur yang akan dilakukan, antara lain terdiri dari prosedur administrasi dan
prosedur teknis.
Prosedur Administrasi
a. Peneliti menyerahkan proposal penelitian untuk mendapatkan keterangan lolos
uji etik dari Komite Etik FIK UI
b. Peneliti akan mengajukan surat permohonan izin uji validitas dan reliabilitas
instrumen penelitian kepada Dekan FIK Universitas Indonesia yang ditujukan
kepada Direktur Rumah Sakit Anak Bunda Harapan Kita dan surat permohonan
izin penelitian kepeda Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta
Selatan
c. Peneliti akan mengajukan surat permohonan izin uji validitas dan reliabilitas
instrumen penelitian kepada Direktur Rumah Sakit Anak Bunda Harapan Kita
dan surat permohonan izin penelitian kepada Direktur Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati Jakarta Selatan

Prosedur Teknis
a. Peneliti memperkenalkan diri serta melakukan pendekatan secara formal dan
informal kepada kepala bidang pelayanan dan kepala ruangan setelah mendapat
rekomendasi dari Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta Selatan
b. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan serta prosedur penelitian kepada kepala
ruangan, enumerator dan staf perawat di ruang tempat penelitian dilakukan
c. Peneliti menyerahkan izin penelitian yang telah didapatkan kepada ruangan
tempat penelitian akan dilakukan
d. Peneliti melakukan pendataan daftar nama perawat pelaksana dari kepala ruangan
untuk menjadi responden sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang sudah
ditetapkan
e. Peneliti akan mengidentifikasi karakteristik umum dari anggota populasi,
kemudian menentukan strata dari karakteristik unit-unit tersebut. Penentuan strata
didasarkan pada tingkat pendidikan, masa kerja, status kepegawaian, dan jenis
kelamin. Setelah ditentukan stratanya barulah dari masing-masing strata diambil
sampel yang mewakili strata tersebut secara random atau acak.
f. Peneliti melakukan kontrak waktu dengan responden.
g. Peneliti menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedur penelitian dengan tetap
menerapkan physical distancing guna menurunkan dan mencegah angka
penyebaran Covid-19 terhadap calon responden terpilih
h. Peneliti memberikan lembar persetujuan (informed consent) untuk diisi dan
ditandatangani oleh responden yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini
i. Peneliti memberikan kuesioner dan diisi oleh responden sejujur- jujurnya dan
dengan sadar.
j. Apabila selama pengambilan data, responden tidak dapat melanjutkan
dikarenakan ketidaknyamanan fisik (misalnya kelelahan) maka peneliti akan
memberikan waktu agar responden dapat rileks dan beristirahat sejenak. Peneliti
akan memberikan pilihan untuk melanjutkan proses pengisian kuesioner kembali
jika responden sudah siap dan bersedia melanjutkan prosesnya saat itu, atau
membuat kontrak ulang di lain waktu. Apabila responden tidak lagi bersedia
menjadi responden dalam peneltian ini maka responden dapat mengundurkan diri
dengan langsung menginfokan hal ini kepada peneliti.

11 Bahaya langsung atau tidak langsung, yang mungkin akan terjadi dan cara untuk
mengatasinya :

Kemungkinan penelitian ini tidak ada bahaya, karena pengumpulan data dilakukan
dengan meminta responden mengisi kuesioner yang disediakan oleh peneliti. Peneliti
meminimalkan kerugian dan bahaya yang mungkin akan dirasakan oleh responden
baik dari waktu yang akan dipakai dan psikologis karena akan menilai atasan dari
responden itu sendiri. Untuk meminimalisasinya, peneliti akan memberikan
penjelasan dengan sejelas-jelasnya dan meyakinkan responden bahwa peneliti akan
menjamin kerahasiaan setiap identitas responden dan hasil dari pengisian kuesioner
oleh responden. Peneliti juga memastikan bahwa penelitian ini tidak akan mengancam
posisi/jabatan (karier) responden karena berpartisipasi dalam penelitian ini. Peneliti
juga akan membuat kontrak waktu dan tempat untuk responden melakukan pengisian
kuesioner sehingga tidak membuat responden merasa terpaksa dan terbebani karena
menyesuaikan dengan waktu yang dimiliki responden dan kontrak yang sudah
disepakati.

12 Pengalaman terdahulu (sendiri atau orang lain) dan tindakan yang hendak diterapkan.

Pengalaman peneliti terdahulu yang dilakukan oleh Bergh, Karlsson, Persson, &
Friberg (2012) dalam penelitiannya berjudul dalam penelitiannya berjudul
“Registered Nurses’ Perceptions of Conditions for Patient Education – Focusing on
Organisational, Environmental and Professional Cooperation Aspects”, tidak
menimbulkan dampak yang merugikan pada responden (subjek). Penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif dengan 701 sampel dan menggunakan kuesioner
yang terdiri dari 60 item pertanyaan. Penelitian yang akan dilakukan untuk
mengetahui determinan pelaksanaan pemberian edukasi pasien oleh perawat
pelaksana, yang bertujuan untuk meningkatkan perilaku perawat pelaksana dalam
melakukan pemberian edukasi pasien. Di Indonesia, penelitian terkait dengan
determinan pemberian edukasi pasien di ruang rawat inap oleh perawat pelaksana
belum pernah dilakukan.

13 Bila penelitian ini menggunakan pasien yang sakit dan dapat memberi manfaat untuk
subyek yang bersangkutan, uraikan manfaat itu?

Penelitian ini tidak melibatkan pasien, tetapi penelitian ini akan memberikan manfaat
kepada perawat karena dengan mengetahui determinan perilaku perawat dalam
memberikan edukasi pasien maka manajer perawat, dan rumah sakit dapat
memberikan solusi terhadap faktor penghambat dalam pemberian edukasi. Hal ini
dapat meningkatkan dan mengoptimalkan edukasi pasien yang dalam jangka panjang
dapat meningkatkan kepuasan pasien, menurunkan angka readmission pasien.

14 Bagaimana cara memilih subjek:

Peneliti memilih 30 perawat sesuai dengan kriteria inklusi untuk menjawab kuesioner
dalam pelaksanaan uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian di RSAB
Harapan Kita. Untuk melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian,
nilai korelasi minimal yang dianggap valid yaitu sebesar 0.3% atau setara dengan 30
sampel (Kelana Kusuma Dharma, 2011; M. Sopiyudin Dahlan, 2010). Peneliti dalam
penelitian ini menggunakan total sampling dengan maksud jumlah sampel sama
dengan jumlah populasi. Sementara jumlah sampel penelitian yang dilakukan pada RS
di Jakarta sebanyak 211 perawat atau sama dengan jumlah populasi perawat sesuai
dengan kriteria inklusi. Adapun kriteria inklusi sampel pada penelitian ini adalah
perawat yang telah bekerja di ruang rawat inap dan intensif unit di rumah sakit,
berpendidikan S1 (Ners), bertugas sebagai perawat pelaksana, ketua tim atau
penanggung jawab shift, dan perawat primer serta perawat yang bersedia menjadi
responden dengan menandatangani lembar persetujuan menjadi responden. Kriteria
eksklusi pada penelitian ini yaitu perawat yang bekerja di bagian rawat jalan, kamar
operasi, gawat darurat, kateterisasi jantung, kemoterapi, dan hemodialisa di rumah
sakit, perawat dengan pendidikan selain S1 (Ners), perawat manajer (kepala ruangan,
kepala/ koordinator instalasi, case manager, komite keperawatan, dan bidang
keperawatan), staf perawat yang sedang cuti kerja, perawat yang sedang tugas belajar,
dan responden yang mengundurkan diri saat penelitian beralngsung. Selanjutnya bagi
perawat yang terpilih dan bersedia terlibat dalam penelitian, ditetapkan sebagai
responden dalam penelitian ini. Peneliti menjelaskan maksud, tujuan dan prosedur
penelitian kepada calon responden hingga calon responden mengerti maksud, tujuan,
dan prosedur penelitian yang peneliti sampaikan. Setelah calon responden mengerti,
peneliti meminta calon responden mengisi dan menandatangani lembar persetujuan
menjadi responden (informed consent).
15 Jelaskan cara pencatatan selama penelitian dan penyimpanan data setelah penelitian :
1. Responden akan diminta tetap menerapkan physical distancing lalu kemudian
diminta mengisi kuesioner mengenai data demografi responden, pengetahuan
perawat pelaksana dalam melakukan pemberian edukasi pasien, motivasi perawat
pelaksana dalam melakukan pemberian edukasi pasien, fungsi manajemen kepala
ruangan dalam mendukung pelaksanaan pemberian edukasi pasien yang
dipersepsikan oleh perawat pelaksana dan pelaksanaan pemberian edukasi pasien
oleh perawat pelaksana.
2. Kuesioner terdiri dari tiga bagian yaitu kuesioner D1 Demografi Perawat, D2
Pengetahuan Perawat, D3 Faktor Psikologis Perawat, D4 Faktor Organisasi, D5
Fungsi Manajemen, D6 Perilaku Perawat dalam Pemberian Edukasi Pasien.
3. Hasil pengisian kuesioner langsung dikumpulkan kembali kepada peneliti setelah
responden selesai mengisinya (tidak diperbolehkan membawa pulang).
4. Peneliti melindungi hak privasi responden dengan anonymity, bahwa setiap data
yang dikumpulkan selama penelitian disimpan serta dijaga kerahasiannya dengan
cara tidak menggunakan identitas subjek penelitian dan menggunakan kode
responden/ inisial pada kuesioner atau laporan hasil.
5. Semua data yang didapatkan disimpan dalam 1 file oleh peneliti dan hanya bisa di
akses oleh peneliti. Informasi yang diberikan responden digunakan untuk
kepentingan ilmu pengetahuan dan pengembangan pelayanan keperawatan. Data
akan disimpan sampai penelitian selesai, kemudian akan dimusnahkan setelah
penelitian ini berakhir (atau hingga 5 tahun setelah penelitian berakhir).

16 Pengolahan data uji validitas dan uji reliabilitas instrumen penelitian

Pengolahan data dilakukan menggunakan program komputer yang dimulai dari tahap
editing, coding, data entry dan data cleaning yaitu (Hastono, 2016; Kelana Kusuma
Dharma, 2011; Soekidjo Notoatmodjo, 2010): Editing dilakukan dengan memeriksa
seluruh isi kelengkapan kuesioner saat responden mengembalikan kuesioner kepada
peneliti apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah terisi lengkap, jelas (tulisan
cukup jelas terbaca), relevan (jawaban relevan dengan pertanyaan), dan konsisten
(pertanyaan berkaitan dengan isi jawaban konsisten). Setelah semua instrumen terisi
penuh dan benar tahap selanjutnya adalah coding. Tahap coding ini, peneliti
mengubah data berbentuk huruf atau simbol (checklist) menjadi data berbentuk angka.
Untuk pernyataan favorable, peneliti mengubah jawaban responden menjadi 1 = tidak
pernah, 2 = jarang, 3 = sering, dan 4 = selalu, sedangkan pada pernyataan
unfavorable, 1 = selalu, 2 = sering, 3 = jarang, dan 4 = tidak pernah.

Tujuan coding adalah untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga
mempercepat pada saat entry data. Tahap selanjutnya yaitu processing, di mana data
diproses dengan melakukan entry data dari seluruh instrumen yang telah diisi oleh
responden ke dalam program analisis data pada komputer. Pada tahap ini peneliti
sekaligus melakukan koreksi ada tidaknya kesalahan pada saat melakukan coding
seperti pada item pernyataan negatif yang harus disesuakan dengan definisi
operasional. Kemudian tahap selanjutnya adalah cleaning. Peneliti akan memeriksa
kembali data yang sudah terinput untuk menemukan missing data, variasi data, dan
konsistensi data menggunakan salah satu program analisis pada perangkat komputer.
Hasilnya peneliti tidak menemukan missing data. Hal ini bermanfaat bagi
berlangsungnya analisis data selanjutnya.

Kemudian dari data yang ada akan didapatkan r hitung yang nantinya akan
dibandingkan dengan r tabel. Apabila nilai r tabel dari hasil pengukuran n = 30
sehingga df = 30 – 2 = 28, sebesar 0,361 dengan tingkat kemaknaan 5% (Kelana
Kusuma Dharma, 2011). Uji validitas instrumen menggunakan teknik korelasi
pearson product moment dikatakan valid apabila r hitung lebih besar dari r tabel.

Untuk uji reliabilitas sengaja dilakukan agar mengetahui konsistensi terhadap


intrumen jika digunakan untuk mengukur berulang kali (Hastono, 2016). Metode
Cronbach alpha yaitu metode mengukur rata-rata konsistensi internal diantara item-
item pernyataan yang digunakan dalam tahapan ini (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
Keuntungan dari uji reliabilitas ini dapat dilakukaan dengan one shot atau satu kali
pengukuran saja.

17 Bila penelitian ini menggunakan subyek manusia, jelaskan bagaimana cara


memberitahu dan mengajak subyek (lampirkan contoh surat persetujuan menjadi
subyek/ responden penelitian dan rincian informasi yang akan diberikan).

Peneliti akan memberikan informasi kepada responden dengan cara yaitu peneliti
memperkenalkan diri sendiri, menjelaskan tujuan, menjelaskan dan menerapakan
metode physical distancing dalam setiap kesempatan, manfaat, dan prosedur serta
menjelaskan cara menjadi responden. Peneliti berusaha untuk meminimalkan
kerugian dan memaksimalkan manfaat dengan menjunjung prinsip-prinsip etik dalam
penelitian. Peneliti meminimalkan kerugian dengan membuat kontrak waktu dan
tempat terlebih dahulu dengan menyesuaikan kegiatan dan kesibukan responden.
Peneliti akan datang sesuai dengan waktu dan tempat yang telah disepakati, sehingga
responden merasa lebih nyaman, dan tenang saat melakukan pengisian kuesioner
tanpa harus mengorbankan waktu bekerjanya dan di tempat yang bisa membuat
responden nyaman. Apabila saat mengisi kuesioner responden merasa kelelahan,
peneliti akan memberikan waktu untuk responden beristirahat sejenak dan menunggu
responden siap untuk kembali melanjutkan pengisian kuesioner. Peneliti juga
menjamin dan menjelaskan sejelas-jelasnya tentang kerahasiaan data diri responden
dan hasilnya sehingga responden tidak merasa cemas, ketakutan ataupun stress saat
menjadi responden penelitian. Peneliti juga menyakinkan responden bahwa penelitian
ini tidak ada hubungannya dengan penilaian kinerja ataupun penilaian kerja, sehingga
penelitian ini benar-benar untuk melihat persepsi yang jujur dari setiap responden
tentang pengetahuan, motivasi, dan pelaksanaan pemberian edukasi pasien oleh
perawat pelaksana serta fungsi manajemen dari kepala ruangan dalam memberikan
dukungan terhadap pelaksanaan pemberian edukasi pasien tanpa ada hubungan
dengan penilaian kinerja. Peneliti juga menjelaskan bahwa penelitian ini besifat
sukarela. Apabila responden telah bersedia ikut berpartisipasi dalam penelitian dan
merasa tidak nyaman maka responden berhak memutuskan untuk tidak melanjutkan
partisipasinya dalam penelitian ini dengan menginfokan langsung kepada peneliti.
Setelah menyatakan persetujuan, calon responden akan menandatangani lembar
persetujuan menjadi responden dalam penelitian.

18 Bila penelitian ini menggunakan subyek manusia, apakah subyek mendapat ganti rugi
bila ada gejala efek samping? Berapa besarnya penggantian tersebut?

Penelitian ini tidak menempatkan responden pada keadaan yang merugikan ataupun
berisiko merugikan responden. Penelitian ini menjaga kerahasiaan identitias dan hasil
dari responden. Peneliti juga akan memberikan penjelasan kepada responden terkait
dengan penelitian ini dan manfaat dari penelitian sebelum responden menyatakan
kesediaannya terlibat dalam penelitian ini. Apabila ada efek tidak menyenangkan atau
ketidaknyamanan yang dirasakan saat mengikuti proses penelitian maka responden
dapat berhenti dan diperbolehkan untuk tidak melanjutkan partisipasinya dalam
penelitian ini dengan menginfokan terlebih dulu kepada peneliti. Tidak ada biaya
untuk perawat yang berpartisipasi dalam penelitian ini, namun peneliti akan
memberikan cenderamata sebagai ucapan terima kasih peneliti kepada responden
yang sudah berpartisipasi dalam penelitian ini.

19 Nama dan alamat tim peneliti dan sponsor


Nama : Laras Adythia Pratiwi
Alamat : Jln. Margonda Raya Gang H. Atan nomor 32, Kost Anggrek
No. Hp : 082390006994
Pembimbing I : Dr. Krisna Yetti, S.Kp., M.App.Sc
Pembimbing II: Dr. Dewi Gayatri, S.Kp., M.Kes

Anda mungkin juga menyukai