PEMERINTAHAN NAGARI
LUBUAK ALAI
KECAMATAN KAPUR IX
TAHUN 2021
BADAN PERMUSYAWARATAN ( BAMUS )
NAGARI LUBUAK ALAI
KEC. KAPUR IX KAB. LIMA PULUH KOTA
Jr. Balai Tangah Nagari Lubuak Alai, Kode Pos: 26273
KEPUTUSAN
BADAN PERMUSYAWARATAN (BAMUS)
NAGARI LUBUAK ALAI
KECAMATAN KAPUR IX KAB. LIMA PULUH KOTA
NOMOR : 001/KEP/BAMUS-SUMBAR/ /TAHUN 21
TENTANG
MEMUTUSKAN :
TATA TERTIB BAMUS
BAB 1
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
Bermaksud memberikan kepastian hukum terhadap BAMUS sebagai
lembaga di Nagari yang melaksanakan fungsi Pemerintahan Nagari
Pengaturan BAMUS bertujuan :
(1) Mempertegas peran BAMUS dalam penyelenggaraan Pemerintahan
Nagari
(2) Mendorong BAMUS agar mampu menampung dan menyalurkan
aspirasi masyarakat Nagari
(3) Mendorong BAMUS dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan
yang baik di Nagari.
BAB III
KEDUDUKAN, SUSUNAN, TUGAS, WEWENANG, HAK DAN
KEWAJIBANBADAN
PERMUSYAWARATAN NAGARI
Pasal 4
1. Badan Permusyawaratan Nagari terdiri atas Pimpinan dan alat
kelengkapan Badan Permusyawaratan Nagari lainnya.
2. Anggota BAMUS adalah wakil dari penduduk Nagari bersangkutan
berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara
musyawarah dan mufakat.
Pasal 5
Badan Permusyawaratan Nagari mempunyai tugas dan wewenang :
1. Melakukan proses pemilihan Wali Nagari
2. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Wali Nagari.
3. Bersama dengan Wali Nagari membentuk Peraturan Nagari.
4. Bersama dengan Wali Nagari menetapkan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Nagari.
5. Melaksanakan Pengawasan terhadap :
a. Pelaksanaan Peraturan Nagari
b. Pelaksanaan Keputusan Wali Nagari
c. Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Nagari
d. Tugas Pembantuan dari Pemerintah dan Pemerintah Provinsi.
e. Program pengembangan wilayah Nagari untuk industri, jasa, dan
lain – lain yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten atau pihak
lain.
6. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah
Nagari terhadap rencana perjanjian dengan pihak ketiga yang
menyangkut kepentingan Nagari.
7. Menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat.
8. Memimpin Musyawarah Nagari.
Bagian Kedua Hak dan Kewajiban Badan Permusyawaratan Nagari
Pasal 6
1. Untuk melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud
pasal 4 Keputusan ini, Badan Permusyawaratan Nagari mempunyai
hak-hak sebagai berikut :
a) Meminta pertanggungjawaban Wali Nagari.
b) Meminta keterangan kepada Pemerintah Nagari.
c) Mengadakan penyelidikan.
d) Mengadakan perubahan atas Rancangan Peraturan Nagari.
e) Mengajukan pernyataan pendapat.
f) Mengajukan Rancangan Peraturan Nagari.
g) Menyetujui Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Nagari.
h) Menetapkan Tata tertib Badan Permusyawaratan Nagari.
2. Pelaksanaan hak-hak tersebut sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal
ini, dilaksanakan dengan memperhatikan batas-batas wewenang
serta tanggung jawab antara Badan Permusyawaratan Nagari dan
Wali Nagari.
Pasal 7
Selain hak-hak sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal 6 Keputusan ini,
Badan Permusyawaratan Nagari Mempunyai hak :
a. Mengajukan pertanyaan.
b. Keuangan/Administrasi yang pelaksanaannya diatur berdasarkan
ketentuan yang berlaku.
Paragraf 1
Hak Meminta Pertanggung Jawaban Wali Nagari
Pasal 8
1. Wali Nagari wajib menyampaikan Laporan
Keterangan Pertanggung jawaban Akhir Tahun Anggaran kepada
Badan Permusyawaratan Nagari pada setiap akhir tahun anggaran,
yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 ( dua per tiga ) dari
jumlah Anggota Badan Permusyawaratan Nagari.
2. Pembahasan pertanggungjawaban Wali Nagari sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) pasal ini, dilakukan dalam Rapat Paripurna
Badan Permusyawaratan Nagari melalui beberapa tahap, yaitu :
a. Tahap Pertama adalah menyampaikan pertanggungjawaban
Wali Nagari.
b. Tahap kedua adalah pandangan umum anggota
Badan Permusyawaratan Nagari,
c. Tahap Ketiga adalah Jawaban Wali Nagari.
d. Tahap keempat adalah pengambilan keputusan dalam Rapat
Badan Permusyawaratan Nagari menerima atau menolak
pertanggungjawaban Wali Nagari.
3. Pertanggung jawaban Wali Nagari sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) pasal ini dinilai oleh Badan Permusyawaratan Nagari dan
diambil keputusan untuk dapat diterima jika disetujui oleh
sekurang-kurangnya 50 % ditambah 1 (satu) dari jumlah Anggota
Badan Permusyawaratan Nagari yang hadir.
4. Pertanggungjawaban Wali Nagari dapat ditolak oleh sekurang-
kurangnya 50 % ditambah 1 (satu) dari jumlah anggota Badan
Permusyawaratan Nagari yang hadir dengan dasar-dasar yang jelas
dan dapat dipertanggungjawabkan.
Pasal 9
1. Dalam jangka waktu 30 hari sejak penolakan sebagaimana
dimaksud pasal 8 ayat (3) Keputusan ini Wali Nagari segera
melengkapi dan atau menyempurnakan serta menyampaikan
kembali kepada Badan Permusyawaratan Nagari.
2. Apabila pertanggung jawaban Wali Nagari sebagaimana dimaksud
ayat (1) pasal ini ditolak untuk kedua kalinya, maka kasusnya harus
dibahas melalui dengar pendapat untuk meminta penilaian publik
dari para ahli yang berkompeten bersama Badan Permusyawaratan
Nagari menilai kasus yang dirujuk oleh Badan Permusyawaratan
Nagari sebagai alasan penolakannya.
3. Jika hasil penilaian publik dimaksud ayat (2) pasal ini
menyimpulkan bahwa Wali Nagari benar-benar melakukan
kesalahan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, maka Badan
Permusyawaratan Nagari dapat mengusulkan pemberhentian Wali
Nagari Kepada Bupati dengan memperhatikan ketentuan
sebagaimana dimaksud pasal 12 Keputusan ini.
Pasal 10
1. Sekurang-kurang 2/3 (dua per tiga) dari anggota Badan
Permusyawaratan Nagari berhak untuk meminta
pertanggungjawaban Wali Nagari.
2. Permintaan pertanggung jawaban sebagaimana dimaksud ayat (1)
pasal ini adalah terhadap penyimpangan pelaksanaan tugas dan
kewajiban Wali Nagari dalam penyelenggaraan Pemerintahan Nagari
berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan
Permusyawaratan Nagari.
3. Mekanisme pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud ayat (1)
dan (2) pasal ini mengikuti pasal 8 dan pasal 9 Keputusan ini.
Pasal 11
Tata cara Pemilihan dan pemberhentian Wali Nagari diatur dengan
Peraturan Daerah.
Paragraf 2
Hak Meminta Keterangan Kepada Pemerintah Nagari
Pasal 12
1. Sekurang-kurangnya 2 orang anggota Badan Permusyawaratan
Nagari dapat mengajukan usulan kepada Badan Permusyawaratan
Nagari untuk meminta keterangan Pemerintah Nagari dan
masyarakat lainnya tentang suatu kebijaksanaan Pemerintah
Nagari.
2. Pemerintah Nagari dan warga masyarakat lainnya sesuai ayat (1)
diatas; wajib memberikan keterangan kepada anggota Badan
Permusyawaratan Nagari.
3. Apabila Pemerintah Nagari dan warga masyarakat lainnya sesuai
ayat (1) dan ayat (2) diatas, menolak memberikan keterangan kepada
Badan Permusyawaratan Nagari ditindak lanjuti dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Usul sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, disampaikan
kepada pimpinan Badan Permusyawaratan Nagari disusun secara
singkat, jelas dan ditanda tangani oleh para pengusul.
5. Usul sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini diberikan nomor
pokok oleh Sekretaris Badan Permusyawaratan Nagari.
6. Usul meminta keterangan tersebut oleh Pimpinan Badan
Permusyawaratan Nagari disampaikan dalam Rapat Paripurna
Badan Permusyawaratan Nagari.
7. Dalam rapat paripurna sebagaimana dimaksud ayat (4) pasal ini,
para pengusul diberi kesempatan memberikan penjelasan dengan
lisan atas usul permintaan keterangan tersebut.
8. Pembicaraan mengenai sesuatu usul meminta keterangan dilakukan
dengan memberikan kesempatan kepada:
a. Anggota Badan Permusyawaratan Nagari lain untuk
memberikan pandangan.
b. Para pengusul memberikan jawaban atas pandangan tersebut.
9. Keputusan atas usul permintaan keterangan kepada Pemerintah
Nagari dapat disetujui atau ditolak dan ditetapkan dalam Rapat
Paripurna itu atau Rapat Paripurna lain.
10. Selama usul permintaan keterangan Badan Permusyawaratan
Nagari belum memperoleh keputusan, para pengusul berhak
mengajukan perubahan atau menarik kembali.
11. Apabila usul permintaan keterangan kepada Pemerintah Nagari
disetujui sebagai permintaan keterangan Badan Permusyawaratan
Nagari maka permintaan tersebut dikirim kepada Pemerintah
Nagari untuk memberikan keterangan.
12. Dalam memberikan keterangan Pemerintah Nagari
sebagaimana dimaksud ayat (9) pasal ini, diadakan pembicaraan
dengan memberikan kesempatan kepada pengusul maupun anggota
Badan Permusyawaratan Nagari lainnya untuk memberikan
pandangan.
13. Atas pandangan para pengusul dan para anggota
Badan Permusyawaratan Nagari Pemerintah Nagari memberikan
jawaban.
14. Badan Permusyawaratan Nagari dapat menyatakan pandapatnya
terhadap jawaban tersebut.
15. Untuk keperluan sebagaimana dimaksud ayat (12) pasal ini
dapat diajukan usul pernyataan yang diselesaikan menurut
ketentuan dalam pasal 1 ayat (1) keputusan ini.
16. Jika setelah jawaban Pemerintah Nagari sebagaimana dimaksud
ayat (10) pasal ini, tidak diajukan sesuatu usul pernyataan
pendapat, maka pembicaraan mengenai keterangan pemerintah
Nagari seperti pada ayat (11) dinyatakan selesai oleh Badan
Permusyawaratan Nagari.
Paragraf 3
Hak Penyelidikan
Pasal 13
1. Selain pasal 12 diatas, anggota BAMUS berhak meminta Pejabat
Pemerintah Nagari atau warga masyarakat untuk memberikan
keterangan kepada BAMUS tentang sesuatu hal yang perlu
ditangani demi kepentingan Nagarinya.
2. Apabila pihak-pihak sebagaimana disebutkan ayat (1) diatas
menolak memberikan keterangan kepada BAMUS, ditindak lanjuti
sesuai dengan ketentuan peraturan per undang – undang yang
berlaku.
Pasal 14
Hak untuk mengadakan penyelidikan, pelaksanaannya berpedoman
pada ketentuan peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Paragraf 4
Hak Mengadakan Perubahan Rancangan Peraturan Nagari
Pasal 15
1. Setiap anggota Badan Permusyawaratan Nagari dapat
mengajukan usul perubahan atas rancangan Peraturan Nagari
2. Pokok-pokok usul perubahan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal
ini, disampaikan dalam Pemandangan Umum para anggota pada
pembicaraan tahap II.
3. Usul perubahan sebagaimana ayat (1) pasal ini disampaikan oleh
anggota dalam pembicaraan tahap II untuk dibahas dan diambil
keputusan.
Paragraf 5
Hak Mengajukan Pernyataan Pendapat
Pasal 16
1. Sekurang-kurangnya 3 orang anggota Badan Permusyawaratan
Nagari dapat mengajukan pernyataan pendapat.
2. Usul pernyataan pendapat sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal
ini, disampaikan secara tertulis kepada pimpinan Badan
Permusyawaratan Nagari dengan disertai daftar nama dan tanda
tangan para pengusul.
3. Usul sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini diberikan nomor
pokok oleh Sekretaris Badan Permusyawaratan Nagari.
4. Usul pernyataan pendapat tersebut oleh Pimpinan Badan
Permusyawaratan Nagari disampaikan dalam Rapat Paripurna Badan
Permusyawaratan Nagari.
5. Dalam rapat paripurna sebagaimana dimaksud ayat (4) pasal
ini, para pengusul diberi kesempatan memberikan penjelasan
dengan lisan atas usul pernyataan pendapat tersebut.
6. Pembicaraan mengenai sesuatu usul pernyataan pendapat
dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada :
a. Anggota Badan Permusyawaratan Nagari lain untuk
memberikan pandangan.
b. Wali Nagari untuk menyatakan pendapat.
c. Para pengusul memberikan jawaban atas pandangan anggota
Badan Perwakilan Rakyat dan pendapat Wali Nagari.
7. Pembicaraan diakhiri dengan keputusan Badan Permusyawaratan
Nagari yang menerima atau menolak usul menyatakan pendapat
tersebut menjadi pernyataan pendapat Badan Permusyawaratan
Nagari.
Paragraf 6
Hak Prakarsa Mengenai Rancangan Peraturan Nagari
Pasal 17
1. Sekurang-kurangnya 3 orang anggota Badan Permusyawaratan
Nagari dapat mengajukan sesuatu usul prakarsa pengaturan urusan
Nagari.
2. Usul prakarsa sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini,
disampaikan kepada pimpinan Badan Permusyawaratan Nagari
dalam bentuk Rancangan Peraturan Nagari disertai penjelasan secara
tertulis.
3. Usul sebagaimana dimaksud ayat (3) pasal ini diberikan nomor
pokok oleh Sekretaris Badan Permusyawaratan Nagari.
4. Usul prakarsa tersebut oleh Pimpinan Badan Permusyawaratan
Nagari disampaikan dalam Rapat Paripurna Badan Permusyawaratan
Nagari.
5. Dalam rapat paripurna para pengusul diberi kesempatan
memberikan penjelasan atas usul sebagaimana dimaksud ayat (2)
pasal ini.
6. Pembicaraan mengenai sesuatu usul prakarsa dilakukan
dengan memberikan kesempatan kepada :
a. Anggota Badan Permusyawaratan Nagari lain untuk
memberikan pandangan.
b. Wali Nagari untuk menyatakan pendapat.
c. Para pengusul memberikan jawaban atas pandangan anggota
Badan Perwakilan Rakyat dan pendapat Wali Nagari.
7. Pembicaraan diakhiri dengan keputusan Badan
Permusyawaratan Nagari yang menerima atau menolak usul
menyatakan pendapat tersebut menjadi pernyataan pendapat Badan
Permusyawaratan Nagari.
8. Tata Cara Pembahasan Rancangan Peraturan Nagari atas Prakarsa
Badan Permusyawaratan Nagari mengikuti ketentuan yang berlaku
dalam pembahasan Rancangan Peraturan Nagari atas prakarsa Wali
Nagari.
9. Selama prakarsa belum diputuskan menjadi prakarsa
Badan Permusyawaratan Nagari para pengusul berhak mengajukan
perubahan atau mencabutnya kembali.
Paragraf 7
Hak Keuangan
Pasal 18
1. Ketua, Wakil Ketua dan anggota BAMUS karena jabatannya sesuai
kedudukan BAMUS berhak memperoleh kedudukan Keuangan;
2. Kedudukan Keuangan sesuai ayat (1) diatas, adalah hak yang
diberikan kepada Ketua, Wakil Ketua dan anggota BAMUS yang
meliputi :
a. Uang Sidang
b. Penunjang kegiatan BAMUS
c. Paket
d. Perjalanan Dinas
e. Dan lain-lain kebutuhan
3. Kedudukan Keuangan sesuai ayat (2) diatas, diatur dengan
Peraturan perundang – undangan dan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Nagari.
Dalam menjalankan tugas, wewenang dan hak-haknya,
Badan Permusyawaratan Nagari berkewajiban :
a. Mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Republik
Indonesia
b. Mengamalkan Panca Sila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945
c. Membina Demokrasi dalam Penyelenggaraan Pemerintah Nagari
d. Meningkatkan kesejahteraan rakyat di Nagari berdasarkan
demokrasi ekonomi
e. Memperhatikan dan menyalurkan aspirasi, menerima keluhan
dan pengaduan masyarakat, serta memfasilitasi tindak lanjut
penyelesaiannya.
BAB IV
KEANGGOTAAN BAMUS
Pasal 19
Pasal 20
Pengisian Keanggotaan BAMUS dilakukan melalui :
(1) Pengisian anggota BAMUS berdasarkan keterwakilan wilayah, dan
(2) Pengisian anggota BAMUS berdasarkan keterwakilan perempuan
Pasal 21
1. Calon anggota BAMUS terpilih adalah calon anggota BAMUS dengan
suara terbanyak
2. Dalam hal menentukan calon anggota terpilih juga menetapkan
calon anggota daftar tunggu pengganti antar waktu sesuai dengan
keterwakilan wilayah dan keterwakilan perempuan yang ditetapkan.
Pasal 22
1. Calon Anggota BAMUS terpilih disampaikan oleh panitia kepada
Wali Nagari paling lambat 7 (tujuh) hari sejak anggota BAMUS
terpilih ditetapkan dengan keputusan panitia
2. Calon anggota BAMUS terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan oleh Wali Nagari kepada Bupati melalui Camat paling
lambat 7 (tujuh) hari sejak diterimanya hasil pemilihan dari panitia
pengisian untuk disahkan dengan Keputusan Bupati.
Pasal 23
1. Masa keanggotaan BAMUS selama 6 tahun terhitung sejak tanggal
pengucapan sumpah/janji
2. Anggota BAMUS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dipilih
untuk masa keanggotaan paling banyak 3 (tiga) kali secara
berturut-turut atau tidak secara berturut-turut
Pasal 25
(1) Pemberhentian anggota BAMUS diusulkan oleh pimpinan BAMUS
berdasarkan hasil musyawarah BAMUS kepada Bupati melalui Wali
Nagari
(2) Wali Nagari menindak lanjuti usulan pemberhentian anggota
BAMUS kepada Bupati melalui Camat Paling lambat 7 (Tujuh) hari
sejak diterimanya usul pemberhentian
(3) Camat menindaklanjuti usulan pemberhentian anggota BAMUS
kepada Bupati paling lambat 7 (tujuh) hari sejak diterimanya usul
pemberhentian
(4) Bupati meresmikan pemberhentian anggota BAMUS paling 30
lambat (Tiga puluh) hari sejak diterimanya usul pemberhentian
kerja anggota BAMUS
(5) Peresmian pemberhentian anggota BAMUS sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) ditetapkan dengan keputusan Bupati.
Pemberhetian Sementara
Pasal 26
(1) Anggota BAMUS diberhentikan sementara oleh Bupati setelah
ditetapkan sebagai tersangka dalam tindak pidana korupsi,
terorisme, makar, Operasi Tangkap Tangan dan/atau tindak pidana
terhadap keamanan negara.
(2) Dalam hal keanggotaan BAMUS yang diberhentikan sementara
berkedudukan sebagai pimpinan BAMUS, diikuti dengan
pemberhentian sebagai pimpinan BAMUS.
(3) Dalam hal pimpinan BAMUS diberhentikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), pimpinan BAMUS lainya memimpin rapat pemilihan
BAMUS pengganti antar waktu.
Pasal 28
1. Masa jabatan anggota BAMUS antar waktu melanjutkan sisa masa
jabatan anggota BAMUS yang digantikannya.
2. Masa jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dihitung satu
periode.
Pasal 29
(1) Penggantian antar waktu anggota BAMUS tidak dilaksanakan
apabila sisa masa jabatan anggota BAMUS yang digantikan kurang
dari 6 (enam) bulan.
(2) Keanggotaaan BAMUS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Anggota BAMUS dilarang :
Larangan Anggota BAMUS
Pasal 30
(1) Merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok
masyarakat Nagari, dan mendiskriminasikan warga atau golongan
masyarakat Nagari
(2) Melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme, menerima uang, barang,
dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan
atau tindakan yang akan dilakukannya
(3) Menyalahgunakan wewenang
(4) Melanggar sumpah/janji jabatan Merangkap jabatan sebagai Wali
Nagari dan Perangkat Nagari
(5) Merangkap sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia, Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi atau Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten/Kota, Wali Nagari, Perangkat Nagari dan jabatan
lain yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan
(6) Sebagai pelaksana proyek Nagari
(7) Menjadi pengurus partai Politik
(8) Menjadi dan/ atau pengurus organisasi terlarang
(9) Menjadi pengurus Lembaga swadya Masyarakat
BAB V
KELEMBAGAAN BAMUS
Pasal 31
(1) Kelembagaan BAMUS terdiri atas :
a. Pimpinan, dan
b. Bidang
(2) Pimpinan BAMUS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) point A
terdiri atas
a. 1 (satu) orang ketua
b. 1 (satu) orang wakil ketua, dan
c. 1 (satu) orang sekretaris
(3) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) point B terdiri atas :
a. Bidang penyelenggaraan Pemerintah Nagari dan pembinaan
masyarakat
b. Bidang pembangunan Nagari dan pemberdayaan masyarakat
Nagari
(4) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dipimpin oleh ketua
bidang
(5) Pimpinan BAMUS dan ketua bidang merangkap sebagai anggota
BAMUS
Pasal 32
(1) Pimpinan BAMUS dan ketua bidang sebagaimana dimaksud dipilih
dari dan oleh anggota BAMUS secara langsung dalam rapat BAMUS
yang diadakan secara khusus.
(2) Rapat pemilihan pimpinan BAMUS dan ketua bidang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) untuk pertama kali dipimpin oleh anggota
tertua dan dibantu oleh anggota termuda
(3) Selama pimpinan BAMUS belum terbentuk, segala kegiatan rapat
untuk sementara dipimpin oleh anggota tertua dan termuda yang
disebut dengan pimpinan sementara
(4) Dalam hal anggota tertua dan/atau termuda sebagaimana
dimaksud ayat (3) berhalangan, maka sebagai penggantinya adalah
anggota tertua dan/atau anggota yang termuda yang hadir
(5) Rapat pemilihan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan paling lambat 3 (tiga) hari terhitung sejak tanggal
pengucapan sumpah/janji
(6) Rapat pemilihan pimpinan dan/atau ketua bidang berikutnya
karena pimpinan dan/atau ketua bidang berhenti, dipimpin oleh
ketua atau pimpinan BAMUS lainya berdasarkan kesepakatan
pimpinan BAMUS
Pasal 33
(1) Pemilihan pimpinan BAMUS sebagaimana dimaksud dilaksanakan
Pasal 35
Pemilihan pimpinan BAMUS sebagaimana dimaksud dapat dilaksanakan
dengan cara bermusyawarah untuk mencapai mufakat.
Apabila musyawarah untuk mencapai mufakat sebagaimana dimaksud
ayat (1) tidak tercapai, maka pemilihan pimpinan BAMUS dilaksanakan
secara langsung, bebas, rahasia, jujur dan adil.
(1) Untuk melaksanakan pemilihan calon pimpinan BAMUS
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2), dapat dibentuk
panitia teknis pemilihan yang ditetapkan dengan keputusan
pimpinan sementara BAMUS
(2) Calon terpilih pimpinan BAMUS yang mendapat dukungan suara
terbanyak ditetapkan sebagai pimpinan BAMUS sesuai urutan
perolehan suara.
(3) Apabila di dalam pelaksanaan pemilihan calon ketua terdapat suara
terbanyak yang sama, maka penentuan calon ketua ditentukan
dengan cara musyawarah untuk mencapai mufakat.
(4) Apabila musyawarah untuk mencapai mufakat sebagaimana
dimaksud ayat (5) tidak dapat dicapai, maka dilaksanakan
pemilihan ulang, khusus untuk calon yang memiliki suara yang
terbanyak yang sama.
Pasal 36
(1) Pimpinan dan ketua bidang terpilih, ditetapkan dengan keputusan
BAMUS
(2) Keputusan BAMUS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mulai
berlaku setelah mendapatkan pengesahan camat atas nama bupati.
Pasal 37
(1) Anggota Badan Permusyawaratan Nagari berkantor di Kantor
BAMUS.
(2) Untuk mendukung pelaksanaan tugas kelembagaan BAMUS
diangkat 1 (satu) orang tenaga staf administrasi BAMUS, dalam
menyelenggarakan tugas dan kewajibannya.
(3) Staf administrasi sebagaimana dimaksud ayat (2) diangkat dan
diberhentikan oleh Wali Nagari dengan keputusan Wali Nagari.
(4) Masa bakti staf administrasi BAMUS selama 1 (satu) tahun dan
dapat diangkat kembali sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
(5) Staf administrasi BAMUS berhak mendapatkan penghasilan setiap
bulan yang dianggarkan dalam APB Nagari dan besaran
penghasilan diatur lebih lanjut dengan keputusan Wali Nagari.
Pasal 38
Mekanisme pengangkatan staf administrasi BAMUS sebagaimana
dimaksud pada pasal 37 ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan
Wali Nagari.
BAB VI
FUNGSI DAN TUGAS BAMUS
Fungsi BAMUS
Pasal 39
Badan Permusyawaratan Nagari mempunyai fungsi :
(1) Membahas dan menyepakati rancangan peraturan Nagari bersama
Wali Nagari
(2) Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Nagari
(3) Melakukan pengawasan kinerja Wali Nagari
Pasal 40
Badan Permusyawaratan Nagari mempunyai tugas :
(1) Menggali aspirasi masyarakat
(2) Menampung aspirasi masyarakat
(3) Mengelola aspirasi masyarakat
(4) Menyalurkan aspirasi masyarakat
(5) Menyelenggarakan musyawarah BAMUS
(6) Menyelenggarakan musyawarah Nagari
(7) Membentuk panitia pemilihan Wali Nagari
(8) Menyelenggarakan musyawarah Nagari khusus untuk pemilihan
Wali Nagari antar waktu
(9) Membahas dan menyepakati rancangan peraturan Nagari
bersama Wali Nagari
(10) Melaksanakan pengawasan terhadap Wali Nagari
(11) Melakukan evaluasi laporan keterangan penyelenggaraan
pemerintahan Nagari
(12) Menciptakan hubungan kerja yang harmonis dengan pemerintah
Nagari dan lembaga Nagari lainnya dan melaksanakan tugas lain
yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 43
(1) Dalam rangka penyelenggaraan Musyawarah Nagari, Masyarakat
Nagari, Pemerintah Nagari dan Badan Permusyawaratan Nagari
didampingi oleh Pemerintah Kabupaten yang secara teknis
dilaksanakan oleh satuan kerja Nagari, dan atau pihak ketiga
(2) Camat melakukan koordinasi pendampingan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) di wilayahnya
Pasal 45
(1) Dalam hal pembahasan rancangan peraturan Nagari antara BAMUS
dan Wali Nagari tidak mencapai kata sepakat, musyawarah
bersama tetap mengambil keputusan dengan disertai catatan
permasalahan yang tidak disepakati
(2) Rancangan peraturan Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat diajukan oleh Wali Nagari kepada camat disertai catatan
permasalahan yang tidak disepakati paling lambat 7 (tujuh) hari
sejak musyawarah pembahasan terakhir untuk mendapatkan
evaluasi dan pembinaan
(3) Tindak lanjut evaluasi dan pembinaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dapat berbentuk :
a. Penghentian pembahasan atau,
b. Pembinaan untuk tidak lanjut kesepakatan rancangan
peraturan Nagari
(4) Tindaklanjut pembahasan dan kesepakatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) point B dapat dihadiri camat atau pejabat lain yang
ditunjuk
Sifat Rapat
Pasal 48
Pasal 50
1. Pembicaraan pada saat rapat tertutup dibuatkan laporan secara
tertulis untuk disampaikan secara tertutup.
2. Pada laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicantumkan
dengan jelas pernyataan mengenai sifat rapat yaitu "Rahasia",
kemudian Pimpinan BAMUS dapat memutuskan bahwa sesuatu
hal yang muncul pada rapat tertutup tidak dimasukkan dalam
laporan.
Waktu Rapat
Pasal 51
1. Waktu – Waktu Rapat BAMUS
a. Siang Hari
Hari Senin s/d Kamis Pukul 09.00 -15.00
Hari Jum'at Pukul 08.00 -11.00
Hari Sabtu Pukul 08.00 -12.00
b. Malam Hari Pukul 20.00 -23.00
2. Merubah waktu rapat atau akan terjadi penyimpangan dari
waktu rapat sebagaimana dimaksud ayat (1) ditentukan oleh
rapat yang bersangkutan.
Pasal 54
Pasal 56
1. Untuk kelancaran jalannya rapat, pimpinan rapat dapat
menetapkan lamanya waktu berbicara.
2. Dalam hal pembicaraan sudah melampaui dalam batas waktu
yang telah ditentukan, pimpinan rapat memperingatkan
pembicara supaya mengakhiri pembicaraannya.
3. Pimpinan rapat dapat memperingatkan pembicara yang
menyimpang dari pokok permasalahan.
Pasal 57
1. Pimpinan rapat hanya berbicara selaku pimpinan rapat
untuk menyelesaikan masalah yang menjadi pokok pembicaraan
dan menyimpulkan pembicaraan dalam rapat.
2. Apabila pimpinan rapat hendak berbicara selaku anggota rapat,
maka untuk sementara pimpinan rapat diserahkan pada pimpinan
yang lain.
Pasal 58
1. Anggota berbicara ditempat yang telah disediakan setelah
mendapat ijin dari pimpinan rapat.
2. Pembicara tidak boleh diganggu selama berbicara.
Pasal 59
1. Giliran berbicara diberikan menurut urutan permintaan atau
disepakati lain dalam rapat.
2. Untuk kepentingan pembicaraan, pimpinan rapat dapat
mengadakan penyimpangan dari urutan pembicara.
3. Seorang anggota BAMUS berhalangan pada waktu mendapat giliran
berbicara, maka diganti oleh anggota lain pada giliran berikutnya.
Pasal 60
1. Pimpinan rapat memperingatkan pembicara apabila
pembicaraannya menyimpang atau bertentangan dengan peraturan
tata tertib.
2. Pada saat seorang anggota BAMUS yang telah mendapat ijin sedang
berbicara, kepada anggota lain dengan seizin pimpinan rapat dapat
menyampaikan pembicaraan sela (interupsi) untuk :
a) Meminta penjelasan duduk permasalahan yang sebenarnya
mengenai hal-hal yang sedang dibicarakan.
b) Usul penundaan pembicaraan.
3. Permasalahan mengenai hal-hal yang dibicarakan sebagaimana
dimaksud ayat (2) tidak diperbolehkan adanya perdebatan.
4. Lamanya kesempatan berbicara ditentukan oleh pimpinan rapat.
5. Untuk kelancaran rapat, tidak diperkenankan interupsi diatas
interupsi.
Pasal 61
Apabila seorang pembicara dalam menggunakan perkataan yang
tidak patut dan/atau melakukan perbuatan yang dapat mengganggu
jalannya rapat, pimpinan rapat memberikan peringatan supaya
pembicara tertib kembali dan memberikan kesempatan kepada
pembicara untuk menarik kembali perkataan yang tidak layak tersebut.
Pasal 62
Dalam hal seorang pembicara tidak mengindahkan peringatan
pimpinan rapat dan mengulangi hal yang sama, maka pimpinan rapat
melarang meneruskan pembicaraannya, apabila larangan tersebut juga
tidak diindahkan maka pimpinan rapat meminta kepada yang
bersangkutan untuk meninggalkan rapat.
Pasal 63
Apabila terjadi peristiwa sebagaimana dimaksud pada pasal 65
dan pimpinan rapat berpendapat/mengambil keputusan bahwa rapat
tidak mungkin diteruskan, maka pimpinan rapat menunda rapat
sampai waktu yang disepakati atau ditentukan kemudian oleh
Pimpinan rapat menunda rapat sampai waktu yang disepakati atau
ditentukan kemudian oleh Pimpinan BAMUS.
Pasal 64
1. Sebelum rapat ditutup, pimpinan rapat mengambil
kesimpulan/keputusan mengenai hasil pembicaraan dalam
rapat dan apabila rapat tidak diperlukan suatu keputusan,
pimpinan rapat menyatakan bahwa rapat atau pembicaraan
selesai.
2. Apabila pembicaraan mengenai pokok permasalahan telah
selesai, pimpinan rapat mengusulkan agar ditutup.
3. Pada setiap rapat seperti disebut dalam pasal 43 dibuat catatan
rapat yang ditandatangani pimpinan rapat yang memuat pokok
pembicaraan, kesimpulan dan keputusan rapat serta dilengkapi
dengan keterangan mengenai :
BAB VIII
PRODUK HUKUM BAMUS
Pasal 66
(1) Jenis produk hukum BAMUS berbentuk :
a. Peraturan BAMUS;
b. Keputusan BAMUS; dan
c. Keputusan pimpinan BAMUS
(2) Keputusan BAMUS ditetapkan dalam rapat paripurna
(3) Keputusan pimpinan BAMUS ditetapkan dalam rapat pimpinan
BAMUS
Pasal 67
(1) Pengambilan keputusan dalam rapat BAMUS dilakukan dengan
cara musyawarah untuk mencapai mufakat.
(2) Dalam hal musyawarah mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat
(10) tidak tercapai maka keputusan diambil berdasarkan
suara terbanyak.
Pasal 68
(1) Rapat badan permusyawaratan Nagari dipimpin oleh pimpinan
BAMUS
(2) BAMUS menyelenggarakan rapat dengan mekanisme sebagai
berikut :
a. Rapat dinyatakan saha apabila dihadiri oleh paling sedikit 2/3
(dua sepertiga) dari jumlah anggota BAMUS
b. Pengambilan keputusan dilakukan dengan cara musyawarah
guna mencapai mufakat
c. Apabila musyawarah mufakat tidak tercapai, pengambilan
keputusan dilakukan dengan cara pemungutan suara
d. Pemungutan suara sebagaimana dimaksud dalam point C
dinyatakan sah apabila disetujui oleh paling sedikit ½ (satu
seperdua) ditambah 1 (satu) dari jumlah anggota BAMUS yang
hadir
e. Hasil musyawarah BAMUS ditetapkan dengan keputusan
BAMUS dan dilampiri notulen musyawarah yang dibuat oleh
sekertaris BAMUS.
BAB IX
HAK, KEWAJIBAN DAN WEWENANG BAMUS
Hak BAMUS
Pasal 69
Badan permusyawaratan Nagari berhak :
(1) Mengawasi dan meminta keterangan tentang penyelenggaraan
pemerintahan Nagari kepada pemerintah Nagari
(2) Menyatakan pendapat atas penyelenggaraan pemerintah Nagari,
pelaksanaan, pembangunan Nagari, pembinaan kemasyarakatan
Nagari, dan pemberdayaan masyarakat Nagari
(3) Mendapatkan biaya operasional pelaksanaan tugas dan fungsinya
dari anggaran pendapa tan dan belanja Nagari.
Pengawasan
Pasal 70
(1) BAMUS melakukan pengawasan melalui monitoring dan evaluasi
pelaksanaan tugas Wali Nagari
(2) Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terhadap perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan penyelengaraan
pemerintah Nagari.
Pernyataan pendapat
Pasal 71
(1) BAMUS menggunakan hak menyatakan pendapat berdasarkan
keputusan BAMUS
(2) Pernyataan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan kesimpulan dari pelaksanaan penilaian secara cermat
dan objektif atas penyelanggaran pemerintahan Nagari.
(3) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui
pembahaasan dan pendalam suatu objek penyelenggaraan
pemerintahan Nagari yang dilakukan dalam musywarah BAMUS.
(4) Keputusan BAMUS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berdasarkan hasil musyawarah BAMUS.
Biaya Operasional
Pasal 72
BAMUS mendapatkan biaya operasional yang bersumber dari APB
Nagari.
(1) Biaya operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (10) digunakan
untuk dukungan pelaksaan fungsi dan tugas BAMUS.
(2) Alokasi biaya operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dengan memperhatikan komponen kebutuhan operasional dan
kemampuan keuangan Nagari.
Pasal 74
(1) Pimpinan dan anggota BAMUS mempunyai hak untuk memperoleh
tunjangan setiap bulan
(2) Tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tunjangan
pelaksanaan tugas dan fungsi, dan tunjangan lainnya
(3) Tunjangan pelaksanaan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) merupakan tunjangan kedudukan.
(4) Tunjangan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
merupakan tunjangan kinerja.
(5) Tunjangan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan
dalam rangka menunjang kegiatan dan kepentingan dinas anggota
BAMUS.
Pasal 75
Besaraan tunjangan kedudukan anggota BAMUS sebagaimana
dimaksud pasal 41 ayat (1) diberikan setiap bulan dan ditetapkan
dengan keputusan bupati
Pasal 76
1. Penghargaan kepada pimpinan dan anggota BAMUS sebagaimana
dimaksud pasal 40 ayat (3) point B diberikan pada tingkat
kabupaten dalam 2 (dua) kategori :
a. Kategori pimpinan, dan
b. Kategori anggota
2. Pemberian penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Kewajiban Anggota BAMUS
Pasal 77
Anggota badan permusyawaratan Nagari wajib:
(1) Memegang teguh dan mengamalkan pancasila, melaksanakan
undang- undang dasar negara Republik Indonesia tahun 1945,
serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika
(2) Melaksanakan kehidupan demokrasi yang berkeadilan gender
dalam penyelenggaraan pemerintah Nagari
(3) Mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi,
kelompok dan golongan
(4) Menghormati nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat
Nagari
(5) Menjaga norma-norma dan etika dalam hubungan kerja dengan
lembaga pemerintah Nagari dan lembaga Nagari lainnya, dan
(6) Mengawal aspirasi masyarakat, menjaga kewibawaan dan
kestabilan penyelenggaraan pemerintahan Nagari serta mempelopori
penyelenggaraan pemerintah Nagari berdasarkan tata kelola
pemerintahan yang baik.
Kewenangan BAMUS
Pasal 80
Badan permusyawaratan Nagari berwenang :
(1) Mengadakan pertemuan dengan masyarakat untuk mendapat
aspirasi
(2) Menyampaikan aspirasi masyarakat kepada pemerintah Nagari
secara lisan dan tertulis
(3) Mengajukan rancangan peraturan Nagari yang menjadi
kewenangannya
(4) Melaksanakan monitoring dan evaluasi kinerja Wali Nagari
(5) Meminta keterangan tentang penyelenggaraan pemerintahan Nagari
kepada pemerintah Nagari
Pasal 82
Pembinan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 48,
meliputi :
(1) Memfasilitasi penyusunan peraturan Nagari
(2) Memberikan bimbingan, pemantau, evaluasi dan pelaporan
(3) Melaksanakan bimbingan teknis dan pendidikan serta pelatihan
(4) Pengembangan kapasitas melalui pendidikan dan pelatihan,
sosialisasi, pembimbingan teknis sebagaimana dimaksud
dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten.
Pasal 84
(1) Anggota BAMUS dari Nagari yang mengalami perubahan status
Nagari menjadi Kelurahan, penggabungan 1 (dua) Nagari atau lebih
menjadi 1 (satu) Nagari, pemekaran atau penghapusan Nagari,
diberhentikan dengan hormat dari jabatanya.
(2) Anggota BAMUS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberi
penghargaan dan/atau pesangon sesuai dengan kemampuan
keuangan Pemerintah Nagari.
Tanda Tangan
NASRIL : ………………………………….
Bid. penyelenggaraan
Pemerintah Nagari &
pembinaan masyarakat