Anda di halaman 1dari 47

BADAN PERMUSYAWARATAN ( BAMUS )

NAGARI LUBUAK ALAI

KEC. KAPUR IX KAB. LIMA PULUH KOTA

PEMERINTAHAN NAGARI

LUBUAK ALAI

KECAMATAN KAPUR IX

KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

TAHUN 2021
BADAN PERMUSYAWARATAN ( BAMUS )
NAGARI LUBUAK ALAI
KEC. KAPUR IX KAB. LIMA PULUH KOTA
Jr. Balai Tangah Nagari Lubuak Alai, Kode Pos: 26273

KEPUTUSAN
BADAN PERMUSYAWARATAN (BAMUS)
NAGARI LUBUAK ALAI
KECAMATAN KAPUR IX KAB. LIMA PULUH KOTA
NOMOR : 001/KEP/BAMUS-SUMBAR/ /TAHUN 21

TENTANG

PERATURAN TATA TERTIB


BADAN PERMUSYAWARATAN ( BAMUS )
NAGARI LUBUAK ALAI
KECAMATAN KAPUR IX KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

Menimbang : a. Terbentuknya Kepengurusan Keanggotaan Badan


Persmusyawaratan Nagari Lubuak Alai Periode
2021-2027 pada tahun 2021 bertempat di Kantor
BAMUS Nagari Lubuak Alai
b. Peraturan Bupati Lima Puluh Kota nomor tahun
tentang petunjuk pelaksanaan Peraturan Daerah
Kabupaten Lima Puluh Kota nomor Tahun
tentang Badan Permusyawaratan Nagari, maka
pentingnya penyusunan Tata Tertib Badan
Permusyawaratan Nagari Lubuak Alai Kecamatan
Kapur IX.

Mengingat : 1. Undang-undang nomor 6 tahun 2014


tentang Desa
2. Peraturan Pemerintah Nomor Tahun
2014 tentang petunjuk pelaksanaan
Undang-undang nomor 6 tahun 2014
tentang Nagari/Nagari
3. Peraturan Mendagri nomor 110 Tahun
2016 tentang Badan Permusyawaratan
Nagari
4. Peraturan Daerah Lima Puluh Kota nomor
Tahun , tentang Badan Permusyawaratan
Nagari
5. Peraturan Bupati Lima Puluh Kota
nomor Tahun tentang Badan
Permusyawaratan Nagari
6. Pelaksanaan Peraturan Daerah nomor
Tahun tentang Badan Permusyawaratan
Nagari

Memperhatikan: Hasil Rapat anggota Badan Permusyawaratan


Nagari Lubuak Alai Kecamatan Kapur IX pada
tanggal 24 Juni 2021 bertempat di Kantor
BAMUS Nagari Lubuak Alai.

MEMUTUSKAN :
TATA TERTIB BAMUS

BAB 1
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

1. Bupati adalah Bupati Lima Puluh Kota


2. Nagari adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat yang diakui dihormati dalam sistem pemerintah Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan berada dalam wilayah Kabupaten
Lima Puluh Kota.
3. Pemerintah Nagari adalah Wali Nagari
4. Pemerintah Nagari adalah penyelenggaraan urusan pemerintah oleh
Pemerintah Nagari dan Badan Permusyawaratan Nagari dalam
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan asal usul dan adat istiadat yang diakui dan dihormati
dalam sistem Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5. Pemerintah Nagari atau yang disebut dengan nama lain adalah
Wali Nagari dan Perangkat Nagari sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan Nagari.
6. Badan Permusyawaratan Nagari selanjutnya disingkat BAMUS,
adalah Lembaga yang merupakan perwujudan Demokrasi dalam
penyelenggaraan Pemerintah Nagari sebagai unsur Penyelenggara
Pemerintah Nagari
7. Lembaga Kemasyarakatan atau yang disebut dengan nama lain
adalah yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan
dan merupakan mitra Pemerintah Nagari dalam memperdayakan
masyarakat
8. Anggaran Pendapatan dan Belanja Nagari disingkat APB Nagari
adalah Rencana keuangan Tahunan Pemerintah Nagari yang dibahas
dan disetujui bersama oleh pemerintah Nagari dan BAMUS, yang
ditetapkan dengan Peraturan Nagari
9. Peraturan Daerah adalah Daerah Kabupaten/Kota.
10. Peraturan Nagari adalah peraturan perundang-undangan yang
dibuat oleh BAMUS Bersama Wali Nagari
11. Pimpinan Badan Permusyawaratan Nagari adalah Ketua dan wakil-
wakil Ketua BAMUS.
12. Pimpinan Rapat adalah seorang unsur Pimpinan
Badan Permusyawaratan Nagari sebagai alat kelengkapan
BAMUS yang sedang memimpin rapat.
13. Tokoh Masyarakat adalah tokoh Agama, Wanita, Pemuda, dan
pemuka- pemuka masyarakat lainnya yang bertempat tinggal di
Nagari bersangkutan dengan memperhatikan peraturan perundang-
undangan
14. Tokoh Agama adalah pemuka Agama yang diakui dan disahkan oleh
Pemerintah Republik Indonesia
15. Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga untuk
selanjutnya disingkat PKK adalah Gerakan Nasional kaum wanita
adalah Lembaga Kemasyarakatan sebagai mitra kerja Pemerintah
Nagari yang berfungsi sebagai fasilitator, perencana, pelaksana
pengendali dan penggeraka untuk menuju terwujudnya keluarga
yang beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia dan berbudi luhur, sehat sejahtera, maju dan
mandiri kesetaraan dan keadilan Gender serta kesadaran hukum
dan lingkungan
16. Rukun Warga selanjutnya disingkat dengan RW adalah : bagian dari
wilayah Pemerintah Nagari dan merupakan lembaga yang dibentuk
melalui musyawarah Pengurus RT diwilayah kerjanya yang
ditetapkan oleh Pemerintah Nagari
17. Rukun Tetangga untuk selanjutnya disingkat dengan RT adalah :
Lembaga yang dibentuk melalui musyawarah masyarakat setempat
dalam rangka pelayanan Pemerintahan dan Kemasyarakatan yang
ditetapkan oleh Pemerintah Nagari
18. Karang Taruna adalah : Lembaga Kemasyarakatan yang merupakan
wadah pengembangan Generasi Muda yang tumbuh dan
berkembang atas dasar kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial
dari, oleh dan untuk masyarakat terutama Generasi Muda di wilayah
Nagari atau Komunitas adat sederajat dan terutama bergerak
dibidang usaha Kesejahteraan Sosial yang secara fungsional dibina
dan dikembangkan oleh Departemen Sosial.

BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
Bermaksud memberikan kepastian hukum terhadap BAMUS sebagai
lembaga di Nagari yang melaksanakan fungsi Pemerintahan Nagari
Pengaturan BAMUS bertujuan :
(1) Mempertegas peran BAMUS dalam penyelenggaraan Pemerintahan
Nagari
(2) Mendorong BAMUS agar mampu menampung dan menyalurkan
aspirasi masyarakat Nagari
(3) Mendorong BAMUS dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan
yang baik di Nagari.

BAB III
KEDUDUKAN, SUSUNAN, TUGAS, WEWENANG, HAK DAN
KEWAJIBANBADAN
PERMUSYAWARATAN NAGARI

Bagian Pertama Kedudukan, Susunan, Tugas dan Wewenang


Badan Permusyawaratan Nagari (BAMUS)
Pasal 3
1. Badan Perwakilan Nagari merupakan wahana untuk
melaksanakan Demokrasi berdasarkan Pancasila.
2. Badan Permusyawaratan Nagari berkedudukan sejajar dan
menjadi Mitra Pemerintah Nagari.

Pasal 4
1. Badan Permusyawaratan Nagari terdiri atas Pimpinan dan alat
kelengkapan Badan Permusyawaratan Nagari lainnya.
2. Anggota BAMUS adalah wakil dari penduduk Nagari bersangkutan
berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara
musyawarah dan mufakat.

Pasal 5
Badan Permusyawaratan Nagari mempunyai tugas dan wewenang :
1. Melakukan proses pemilihan Wali Nagari
2. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Wali Nagari.
3. Bersama dengan Wali Nagari membentuk Peraturan Nagari.
4. Bersama dengan Wali Nagari menetapkan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Nagari.
5. Melaksanakan Pengawasan terhadap :
a. Pelaksanaan Peraturan Nagari
b. Pelaksanaan Keputusan Wali Nagari
c. Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Nagari
d. Tugas Pembantuan dari Pemerintah dan Pemerintah Provinsi.
e. Program pengembangan wilayah Nagari untuk industri, jasa, dan
lain – lain yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten atau pihak
lain.
6. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah
Nagari terhadap rencana perjanjian dengan pihak ketiga yang
menyangkut kepentingan Nagari.
7. Menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat.
8. Memimpin Musyawarah Nagari.
Bagian Kedua Hak dan Kewajiban Badan Permusyawaratan Nagari
Pasal 6
1. Untuk melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud
pasal 4 Keputusan ini, Badan Permusyawaratan Nagari mempunyai
hak-hak sebagai berikut :
a) Meminta pertanggungjawaban Wali Nagari.
b) Meminta keterangan kepada Pemerintah Nagari.
c) Mengadakan penyelidikan.
d) Mengadakan perubahan atas Rancangan Peraturan Nagari.
e) Mengajukan pernyataan pendapat.
f) Mengajukan Rancangan Peraturan Nagari.
g) Menyetujui Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Nagari.
h) Menetapkan Tata tertib Badan Permusyawaratan Nagari.
2. Pelaksanaan hak-hak tersebut sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal
ini, dilaksanakan dengan memperhatikan batas-batas wewenang
serta tanggung jawab antara Badan Permusyawaratan Nagari dan
Wali Nagari.
Pasal 7
Selain hak-hak sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal 6 Keputusan ini,
Badan Permusyawaratan Nagari Mempunyai hak :
a. Mengajukan pertanyaan.
b. Keuangan/Administrasi yang pelaksanaannya diatur berdasarkan
ketentuan yang berlaku.

Paragraf 1
Hak Meminta Pertanggung Jawaban Wali Nagari
Pasal 8
1. Wali Nagari wajib menyampaikan Laporan
Keterangan Pertanggung jawaban Akhir Tahun Anggaran kepada
Badan Permusyawaratan Nagari pada setiap akhir tahun anggaran,
yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 ( dua per tiga ) dari
jumlah Anggota Badan Permusyawaratan Nagari.
2. Pembahasan pertanggungjawaban Wali Nagari sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) pasal ini, dilakukan dalam Rapat Paripurna
Badan Permusyawaratan Nagari melalui beberapa tahap, yaitu :
a. Tahap Pertama adalah menyampaikan pertanggungjawaban
Wali Nagari.
b. Tahap kedua adalah pandangan umum anggota
Badan Permusyawaratan Nagari,
c. Tahap Ketiga adalah Jawaban Wali Nagari.
d. Tahap keempat adalah pengambilan keputusan dalam Rapat
Badan Permusyawaratan Nagari menerima atau menolak
pertanggungjawaban Wali Nagari.
3. Pertanggung jawaban Wali Nagari sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) pasal ini dinilai oleh Badan Permusyawaratan Nagari dan
diambil keputusan untuk dapat diterima jika disetujui oleh
sekurang-kurangnya 50 % ditambah 1 (satu) dari jumlah Anggota
Badan Permusyawaratan Nagari yang hadir.
4. Pertanggungjawaban Wali Nagari dapat ditolak oleh sekurang-
kurangnya 50 % ditambah 1 (satu) dari jumlah anggota Badan
Permusyawaratan Nagari yang hadir dengan dasar-dasar yang jelas
dan dapat dipertanggungjawabkan.

Pasal 9
1. Dalam jangka waktu 30 hari sejak penolakan sebagaimana
dimaksud pasal 8 ayat (3) Keputusan ini Wali Nagari segera
melengkapi dan atau menyempurnakan serta menyampaikan
kembali kepada Badan Permusyawaratan Nagari.
2. Apabila pertanggung jawaban Wali Nagari sebagaimana dimaksud
ayat (1) pasal ini ditolak untuk kedua kalinya, maka kasusnya harus
dibahas melalui dengar pendapat untuk meminta penilaian publik
dari para ahli yang berkompeten bersama Badan Permusyawaratan
Nagari menilai kasus yang dirujuk oleh Badan Permusyawaratan
Nagari sebagai alasan penolakannya.
3. Jika hasil penilaian publik dimaksud ayat (2) pasal ini
menyimpulkan bahwa Wali Nagari benar-benar melakukan
kesalahan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, maka Badan
Permusyawaratan Nagari dapat mengusulkan pemberhentian Wali
Nagari Kepada Bupati dengan memperhatikan ketentuan
sebagaimana dimaksud pasal 12 Keputusan ini.
Pasal 10
1. Sekurang-kurang 2/3 (dua per tiga) dari anggota Badan
Permusyawaratan Nagari berhak untuk meminta
pertanggungjawaban Wali Nagari.
2. Permintaan pertanggung jawaban sebagaimana dimaksud ayat (1)
pasal ini adalah terhadap penyimpangan pelaksanaan tugas dan
kewajiban Wali Nagari dalam penyelenggaraan Pemerintahan Nagari
berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan
Permusyawaratan Nagari.
3. Mekanisme pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud ayat (1)
dan (2) pasal ini mengikuti pasal 8 dan pasal 9 Keputusan ini.

Pasal 11
Tata cara Pemilihan dan pemberhentian Wali Nagari diatur dengan
Peraturan Daerah.

Paragraf 2
Hak Meminta Keterangan Kepada Pemerintah Nagari
Pasal 12
1. Sekurang-kurangnya 2 orang anggota Badan Permusyawaratan
Nagari dapat mengajukan usulan kepada Badan Permusyawaratan
Nagari untuk meminta keterangan Pemerintah Nagari dan
masyarakat lainnya tentang suatu kebijaksanaan Pemerintah
Nagari.
2. Pemerintah Nagari dan warga masyarakat lainnya sesuai ayat (1)
diatas; wajib memberikan keterangan kepada anggota Badan
Permusyawaratan Nagari.
3. Apabila Pemerintah Nagari dan warga masyarakat lainnya sesuai
ayat (1) dan ayat (2) diatas, menolak memberikan keterangan kepada
Badan Permusyawaratan Nagari ditindak lanjuti dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Usul sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, disampaikan
kepada pimpinan Badan Permusyawaratan Nagari disusun secara
singkat, jelas dan ditanda tangani oleh para pengusul.
5. Usul sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini diberikan nomor
pokok oleh Sekretaris Badan Permusyawaratan Nagari.
6. Usul meminta keterangan tersebut oleh Pimpinan Badan
Permusyawaratan Nagari disampaikan dalam Rapat Paripurna
Badan Permusyawaratan Nagari.
7. Dalam rapat paripurna sebagaimana dimaksud ayat (4) pasal ini,
para pengusul diberi kesempatan memberikan penjelasan dengan
lisan atas usul permintaan keterangan tersebut.
8. Pembicaraan mengenai sesuatu usul meminta keterangan dilakukan
dengan memberikan kesempatan kepada:
a. Anggota Badan Permusyawaratan Nagari lain untuk
memberikan pandangan.
b. Para pengusul memberikan jawaban atas pandangan tersebut.
9. Keputusan atas usul permintaan keterangan kepada Pemerintah
Nagari dapat disetujui atau ditolak dan ditetapkan dalam Rapat
Paripurna itu atau Rapat Paripurna lain.
10. Selama usul permintaan keterangan Badan Permusyawaratan
Nagari belum memperoleh keputusan, para pengusul berhak
mengajukan perubahan atau menarik kembali.
11. Apabila usul permintaan keterangan kepada Pemerintah Nagari
disetujui sebagai permintaan keterangan Badan Permusyawaratan
Nagari maka permintaan tersebut dikirim kepada Pemerintah
Nagari untuk memberikan keterangan.
12. Dalam memberikan keterangan Pemerintah Nagari
sebagaimana dimaksud ayat (9) pasal ini, diadakan pembicaraan
dengan memberikan kesempatan kepada pengusul maupun anggota
Badan Permusyawaratan Nagari lainnya untuk memberikan
pandangan.
13. Atas pandangan para pengusul dan para anggota
Badan Permusyawaratan Nagari Pemerintah Nagari memberikan
jawaban.
14. Badan Permusyawaratan Nagari dapat menyatakan pandapatnya
terhadap jawaban tersebut.
15. Untuk keperluan sebagaimana dimaksud ayat (12) pasal ini
dapat diajukan usul pernyataan yang diselesaikan menurut
ketentuan dalam pasal 1 ayat (1) keputusan ini.
16. Jika setelah jawaban Pemerintah Nagari sebagaimana dimaksud
ayat (10) pasal ini, tidak diajukan sesuatu usul pernyataan
pendapat, maka pembicaraan mengenai keterangan pemerintah
Nagari seperti pada ayat (11) dinyatakan selesai oleh Badan
Permusyawaratan Nagari.
Paragraf 3
Hak Penyelidikan
Pasal 13
1. Selain pasal 12 diatas, anggota BAMUS berhak meminta Pejabat
Pemerintah Nagari atau warga masyarakat untuk memberikan
keterangan kepada BAMUS tentang sesuatu hal yang perlu
ditangani demi kepentingan Nagarinya.
2. Apabila pihak-pihak sebagaimana disebutkan ayat (1) diatas
menolak memberikan keterangan kepada BAMUS, ditindak lanjuti
sesuai dengan ketentuan peraturan per undang – undang yang
berlaku.
Pasal 14
Hak untuk mengadakan penyelidikan, pelaksanaannya berpedoman
pada ketentuan peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Paragraf 4
Hak Mengadakan Perubahan Rancangan Peraturan Nagari
Pasal 15
1. Setiap anggota Badan Permusyawaratan Nagari dapat
mengajukan usul perubahan atas rancangan Peraturan Nagari
2. Pokok-pokok usul perubahan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal
ini, disampaikan dalam Pemandangan Umum para anggota pada
pembicaraan tahap II.
3. Usul perubahan sebagaimana ayat (1) pasal ini disampaikan oleh
anggota dalam pembicaraan tahap II untuk dibahas dan diambil
keputusan.

Paragraf 5
Hak Mengajukan Pernyataan Pendapat
Pasal 16
1. Sekurang-kurangnya 3 orang anggota Badan Permusyawaratan
Nagari dapat mengajukan pernyataan pendapat.
2. Usul pernyataan pendapat sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal
ini, disampaikan secara tertulis kepada pimpinan Badan
Permusyawaratan Nagari dengan disertai daftar nama dan tanda
tangan para pengusul.
3. Usul sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini diberikan nomor
pokok oleh Sekretaris Badan Permusyawaratan Nagari.
4. Usul pernyataan pendapat tersebut oleh Pimpinan Badan
Permusyawaratan Nagari disampaikan dalam Rapat Paripurna Badan
Permusyawaratan Nagari.
5. Dalam rapat paripurna sebagaimana dimaksud ayat (4) pasal
ini, para pengusul diberi kesempatan memberikan penjelasan
dengan lisan atas usul pernyataan pendapat tersebut.
6. Pembicaraan mengenai sesuatu usul pernyataan pendapat
dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada :
a. Anggota Badan Permusyawaratan Nagari lain untuk
memberikan pandangan.
b. Wali Nagari untuk menyatakan pendapat.
c. Para pengusul memberikan jawaban atas pandangan anggota
Badan Perwakilan Rakyat dan pendapat Wali Nagari.
7. Pembicaraan diakhiri dengan keputusan Badan Permusyawaratan
Nagari yang menerima atau menolak usul menyatakan pendapat
tersebut menjadi pernyataan pendapat Badan Permusyawaratan
Nagari.

Paragraf 6
Hak Prakarsa Mengenai Rancangan Peraturan Nagari
Pasal 17
1. Sekurang-kurangnya 3 orang anggota Badan Permusyawaratan
Nagari dapat mengajukan sesuatu usul prakarsa pengaturan urusan
Nagari.
2. Usul prakarsa sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini,
disampaikan kepada pimpinan Badan Permusyawaratan Nagari
dalam bentuk Rancangan Peraturan Nagari disertai penjelasan secara
tertulis.
3. Usul sebagaimana dimaksud ayat (3) pasal ini diberikan nomor
pokok oleh Sekretaris Badan Permusyawaratan Nagari.
4. Usul prakarsa tersebut oleh Pimpinan Badan Permusyawaratan
Nagari disampaikan dalam Rapat Paripurna Badan Permusyawaratan
Nagari.
5. Dalam rapat paripurna para pengusul diberi kesempatan
memberikan penjelasan atas usul sebagaimana dimaksud ayat (2)
pasal ini.
6. Pembicaraan mengenai sesuatu usul prakarsa dilakukan
dengan memberikan kesempatan kepada :
a. Anggota Badan Permusyawaratan Nagari lain untuk
memberikan pandangan.
b. Wali Nagari untuk menyatakan pendapat.
c. Para pengusul memberikan jawaban atas pandangan anggota
Badan Perwakilan Rakyat dan pendapat Wali Nagari.
7. Pembicaraan diakhiri dengan keputusan Badan
Permusyawaratan Nagari yang menerima atau menolak usul
menyatakan pendapat tersebut menjadi pernyataan pendapat Badan
Permusyawaratan Nagari.
8. Tata Cara Pembahasan Rancangan Peraturan Nagari atas Prakarsa
Badan Permusyawaratan Nagari mengikuti ketentuan yang berlaku
dalam pembahasan Rancangan Peraturan Nagari atas prakarsa Wali
Nagari.
9. Selama prakarsa belum diputuskan menjadi prakarsa
Badan Permusyawaratan Nagari para pengusul berhak mengajukan
perubahan atau mencabutnya kembali.

Paragraf 7
Hak Keuangan
Pasal 18
1. Ketua, Wakil Ketua dan anggota BAMUS karena jabatannya sesuai
kedudukan BAMUS berhak memperoleh kedudukan Keuangan;
2. Kedudukan Keuangan sesuai ayat (1) diatas, adalah hak yang
diberikan kepada Ketua, Wakil Ketua dan anggota BAMUS yang
meliputi :
a. Uang Sidang
b. Penunjang kegiatan BAMUS
c. Paket
d. Perjalanan Dinas
e. Dan lain-lain kebutuhan
3. Kedudukan Keuangan sesuai ayat (2) diatas, diatur dengan
Peraturan perundang – undangan dan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Nagari.
Dalam menjalankan tugas, wewenang dan hak-haknya,
Badan Permusyawaratan Nagari berkewajiban :
a. Mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Republik
Indonesia
b. Mengamalkan Panca Sila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945
c. Membina Demokrasi dalam Penyelenggaraan Pemerintah Nagari
d. Meningkatkan kesejahteraan rakyat di Nagari berdasarkan
demokrasi ekonomi
e. Memperhatikan dan menyalurkan aspirasi, menerima keluhan
dan pengaduan masyarakat, serta memfasilitasi tindak lanjut
penyelesaiannya.

BAB IV
KEANGGOTAAN BAMUS
Pasal 19

(1) Anggota BAMUS merupakan wakil dari penduduk Nagari


berdasarkan keterwakilan wilayah dan keterwakilan perempuan
yang pengisiannya dilakukan secara demokrasi melalui proses
pemilihan secara langsung atau musyawarah perwakilan.
(2) Jumlah anggota BAMUS sebagaimana ditetapkan dengan jumlah
gasal, paling sedikit lima (5) dan paling banyak sembilan (9) orang.
(3) Penetapan jumlah anggota BAMUS dengan memperhatikan jumlah
penduduk dan kemampuan Keuangan Nagari.
(4) Penetapan jumlah anggota BAMUS sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dengan ketentuan :
a. Nagari yang memilki penduduk kurang dan/atau sama dengan
5.000 jiwa, maka anggota BAMUS berjumlah 5 orang
b. Nagari yang memiliki penduduk 5001 jiwa sampai dengan
10.000 jiwa, maka anggota BAMUS berjumlah 7 orang
c. Nagari yang memiliki penduduk lebih dari 10.000 jiwa, maka
anggota BAMUS berjumlah 9 orang

Pasal 20
Pengisian Keanggotaan BAMUS dilakukan melalui :
(1) Pengisian anggota BAMUS berdasarkan keterwakilan wilayah, dan
(2) Pengisian anggota BAMUS berdasarkan keterwakilan perempuan
Pasal 21
1. Calon anggota BAMUS terpilih adalah calon anggota BAMUS dengan
suara terbanyak
2. Dalam hal menentukan calon anggota terpilih juga menetapkan
calon anggota daftar tunggu pengganti antar waktu sesuai dengan
keterwakilan wilayah dan keterwakilan perempuan yang ditetapkan.

Pasal 22
1. Calon Anggota BAMUS terpilih disampaikan oleh panitia kepada
Wali Nagari paling lambat 7 (tujuh) hari sejak anggota BAMUS
terpilih ditetapkan dengan keputusan panitia
2. Calon anggota BAMUS terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan oleh Wali Nagari kepada Bupati melalui Camat paling
lambat 7 (tujuh) hari sejak diterimanya hasil pemilihan dari panitia
pengisian untuk disahkan dengan Keputusan Bupati.

Pasal 23
1. Masa keanggotaan BAMUS selama 6 tahun terhitung sejak tanggal
pengucapan sumpah/janji
2. Anggota BAMUS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dipilih
untuk masa keanggotaan paling banyak 3 (tiga) kali secara
berturut-turut atau tidak secara berturut-turut

Pemberhentian Anggota BAMUS


Pasal 24
(1) Anggota BAMUS berhenti karena :
a. Meninggal dunia
b. Mengundurkan diri
c. Diberhentikan

(2) Anggota BAMUS diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) point C, apabila:
a. Berakhir masa keanggotaan
b. Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau
berhalangan tetap secara berturut-turut selam 6 (enam) bulan
tanpa keterangan apapun
c. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai anggota BAMUS
d. Tidak melaksanakan kewajiban
e. Melanggar larangan sebagai anggota BAMUS
f. Melanggar sumpah/janji jabatan dan kode etik BAMUS
g. Dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap karena
melakukan tindak pidana dengan ancaman pidana penjara 5
(lima) tahun atau lebih
h. Tidak menghadiri rapat paripurna dan/atau rapat BAMUS
lainya yang menjadi tugas dan kewajibannya selam 6 (enam)
kali berturut-turut tanpa alasan yang sah
i. Adanya perubahan Nagari status Nagari menjadi Kelurahan,
penggabungan 2 (dua) Nagari atau lebih menjadi 1 (satu) Nagari
baru, pemekaran atau penghapusan Nagari
j. Bertempat tinggal di luar wilayah asal pemilihan dan/atau
k. Ditetapkan sebagai calon Wali Nagari
l. Ditetapkan sebagai Perangkat Nagari

Pasal 25
(1) Pemberhentian anggota BAMUS diusulkan oleh pimpinan BAMUS
berdasarkan hasil musyawarah BAMUS kepada Bupati melalui Wali
Nagari
(2) Wali Nagari menindak lanjuti usulan pemberhentian anggota
BAMUS kepada Bupati melalui Camat Paling lambat 7 (Tujuh) hari
sejak diterimanya usul pemberhentian
(3) Camat menindaklanjuti usulan pemberhentian anggota BAMUS
kepada Bupati paling lambat 7 (tujuh) hari sejak diterimanya usul
pemberhentian
(4) Bupati meresmikan pemberhentian anggota BAMUS paling 30
lambat (Tiga puluh) hari sejak diterimanya usul pemberhentian
kerja anggota BAMUS
(5) Peresmian pemberhentian anggota BAMUS sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) ditetapkan dengan keputusan Bupati.
Pemberhetian Sementara
Pasal 26
(1) Anggota BAMUS diberhentikan sementara oleh Bupati setelah
ditetapkan sebagai tersangka dalam tindak pidana korupsi,
terorisme, makar, Operasi Tangkap Tangan dan/atau tindak pidana
terhadap keamanan negara.
(2) Dalam hal keanggotaan BAMUS yang diberhentikan sementara
berkedudukan sebagai pimpinan BAMUS, diikuti dengan
pemberhentian sebagai pimpinan BAMUS.
(3) Dalam hal pimpinan BAMUS diberhentikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), pimpinan BAMUS lainya memimpin rapat pemilihan
BAMUS pengganti antar waktu.

Pengisian Anggota BAMUS Antar Waktu


Pasal 27
1. Anggota BAMUS yang berhenti antar waktu digantikan oleh calon
anggota BAMUS nomor urut berikutnya berdasarkan hasil
pemilihan anggota BAMUS di wilayah pemilihan.
2. Dalam hal calon anggota BAMUS nomor urut berikutnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meninggal dunia,
mengundurkan diri atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon
anggota BAMUS, digantikan oleh calon anggota BAMUS nomor urut
berikutnya sesuai keterwakilan wilayah.

Pasal 28
1. Masa jabatan anggota BAMUS antar waktu melanjutkan sisa masa
jabatan anggota BAMUS yang digantikannya.
2. Masa jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dihitung satu
periode.

Pasal 29
(1) Penggantian antar waktu anggota BAMUS tidak dilaksanakan
apabila sisa masa jabatan anggota BAMUS yang digantikan kurang
dari 6 (enam) bulan.
(2) Keanggotaaan BAMUS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Anggota BAMUS dilarang :
Larangan Anggota BAMUS
Pasal 30
(1) Merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok
masyarakat Nagari, dan mendiskriminasikan warga atau golongan
masyarakat Nagari
(2) Melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme, menerima uang, barang,
dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan
atau tindakan yang akan dilakukannya
(3) Menyalahgunakan wewenang
(4) Melanggar sumpah/janji jabatan Merangkap jabatan sebagai Wali
Nagari dan Perangkat Nagari
(5) Merangkap sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia, Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi atau Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten/Kota, Wali Nagari, Perangkat Nagari dan jabatan
lain yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan
(6) Sebagai pelaksana proyek Nagari
(7) Menjadi pengurus partai Politik
(8) Menjadi dan/ atau pengurus organisasi terlarang
(9) Menjadi pengurus Lembaga swadya Masyarakat

BAB V
KELEMBAGAAN BAMUS
Pasal 31
(1) Kelembagaan BAMUS terdiri atas :
a. Pimpinan, dan
b. Bidang
(2) Pimpinan BAMUS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) point A
terdiri atas
a. 1 (satu) orang ketua
b. 1 (satu) orang wakil ketua, dan
c. 1 (satu) orang sekretaris
(3) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) point B terdiri atas :
a. Bidang penyelenggaraan Pemerintah Nagari dan pembinaan
masyarakat
b. Bidang pembangunan Nagari dan pemberdayaan masyarakat
Nagari
(4) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dipimpin oleh ketua
bidang
(5) Pimpinan BAMUS dan ketua bidang merangkap sebagai anggota
BAMUS
Pasal 32
(1) Pimpinan BAMUS dan ketua bidang sebagaimana dimaksud dipilih
dari dan oleh anggota BAMUS secara langsung dalam rapat BAMUS
yang diadakan secara khusus.
(2) Rapat pemilihan pimpinan BAMUS dan ketua bidang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) untuk pertama kali dipimpin oleh anggota
tertua dan dibantu oleh anggota termuda
(3) Selama pimpinan BAMUS belum terbentuk, segala kegiatan rapat
untuk sementara dipimpin oleh anggota tertua dan termuda yang
disebut dengan pimpinan sementara
(4) Dalam hal anggota tertua dan/atau termuda sebagaimana
dimaksud ayat (3) berhalangan, maka sebagai penggantinya adalah
anggota tertua dan/atau anggota yang termuda yang hadir
(5) Rapat pemilihan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan paling lambat 3 (tiga) hari terhitung sejak tanggal
pengucapan sumpah/janji
(6) Rapat pemilihan pimpinan dan/atau ketua bidang berikutnya
karena pimpinan dan/atau ketua bidang berhenti, dipimpin oleh
ketua atau pimpinan BAMUS lainya berdasarkan kesepakatan
pimpinan BAMUS

Pasal 33
(1) Pemilihan pimpinan BAMUS sebagaimana dimaksud dilaksanakan

dalam rapat paripurna yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3


(dua sepertiga) jumlah anggota BAMUS
(2) Apabila anggota BAMUS belum mencapai quorum sebagaimana
dimaksudkan pada ayat (1), pimpinan rapat dapat menunda rapat
paling lambat 1 (satu) jam.
(3) Apabila penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), belum
juga tercapai quorum, maka rapat paripurna ditunda paling lambat
1 (satu) jam lagi.
(4) Apabila penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) masih
belum mencapai quorum, maka rapat paripurna pemilihan
pimpinan BAMUS ditunda paling lambat 3 (tiga) hari
Pasal 34
(1) Calon pimpinan BAMUS diusulkan oleh anggota BAMUS
(2) Calon pimpinan BAMUS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan kepada pimpinan sementara BAMUS untuk ditetapkan
sebagai calon yang berhak dipilih.
(3) Calon yang berhak dipilih sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan dengan keputusan pimpinan sementara BAMUS setelah
dibahas bersama-sama dengan anggota BAMUS

Pasal 35
Pemilihan pimpinan BAMUS sebagaimana dimaksud dapat dilaksanakan
dengan cara bermusyawarah untuk mencapai mufakat.
Apabila musyawarah untuk mencapai mufakat sebagaimana dimaksud
ayat (1) tidak tercapai, maka pemilihan pimpinan BAMUS dilaksanakan
secara langsung, bebas, rahasia, jujur dan adil.
(1) Untuk melaksanakan pemilihan calon pimpinan BAMUS
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2), dapat dibentuk
panitia teknis pemilihan yang ditetapkan dengan keputusan
pimpinan sementara BAMUS
(2) Calon terpilih pimpinan BAMUS yang mendapat dukungan suara
terbanyak ditetapkan sebagai pimpinan BAMUS sesuai urutan
perolehan suara.
(3) Apabila di dalam pelaksanaan pemilihan calon ketua terdapat suara
terbanyak yang sama, maka penentuan calon ketua ditentukan
dengan cara musyawarah untuk mencapai mufakat.
(4) Apabila musyawarah untuk mencapai mufakat sebagaimana
dimaksud ayat (5) tidak dapat dicapai, maka dilaksanakan
pemilihan ulang, khusus untuk calon yang memiliki suara yang
terbanyak yang sama.

Pasal 36
(1) Pimpinan dan ketua bidang terpilih, ditetapkan dengan keputusan
BAMUS
(2) Keputusan BAMUS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mulai
berlaku setelah mendapatkan pengesahan camat atas nama bupati.
Pasal 37
(1) Anggota Badan Permusyawaratan Nagari berkantor di Kantor
BAMUS.
(2) Untuk mendukung pelaksanaan tugas kelembagaan BAMUS
diangkat 1 (satu) orang tenaga staf administrasi BAMUS, dalam
menyelenggarakan tugas dan kewajibannya.
(3) Staf administrasi sebagaimana dimaksud ayat (2) diangkat dan
diberhentikan oleh Wali Nagari dengan keputusan Wali Nagari.
(4) Masa bakti staf administrasi BAMUS selama 1 (satu) tahun dan
dapat diangkat kembali sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
(5) Staf administrasi BAMUS berhak mendapatkan penghasilan setiap
bulan yang dianggarkan dalam APB Nagari dan besaran
penghasilan diatur lebih lanjut dengan keputusan Wali Nagari.

Pasal 38
Mekanisme pengangkatan staf administrasi BAMUS sebagaimana
dimaksud pada pasal 37 ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan
Wali Nagari.

BAB VI
FUNGSI DAN TUGAS BAMUS
Fungsi BAMUS
Pasal 39
Badan Permusyawaratan Nagari mempunyai fungsi :
(1) Membahas dan menyepakati rancangan peraturan Nagari bersama
Wali Nagari
(2) Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Nagari
(3) Melakukan pengawasan kinerja Wali Nagari

Pasal 40
Badan Permusyawaratan Nagari mempunyai tugas :
(1) Menggali aspirasi masyarakat
(2) Menampung aspirasi masyarakat
(3) Mengelola aspirasi masyarakat
(4) Menyalurkan aspirasi masyarakat
(5) Menyelenggarakan musyawarah BAMUS
(6) Menyelenggarakan musyawarah Nagari
(7) Membentuk panitia pemilihan Wali Nagari
(8) Menyelenggarakan musyawarah Nagari khusus untuk pemilihan
Wali Nagari antar waktu
(9) Membahas dan menyepakati rancangan peraturan Nagari
bersama Wali Nagari
(10) Melaksanakan pengawasan terhadap Wali Nagari
(11) Melakukan evaluasi laporan keterangan penyelenggaraan
pemerintahan Nagari
(12) Menciptakan hubungan kerja yang harmonis dengan pemerintah
Nagari dan lembaga Nagari lainnya dan melaksanakan tugas lain
yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.

Penyelenggaraan Musyawarah BAMUS


Pasal 41
(1) Musyawarah BAMUS dilaksanakan dalam rangka menghasilkan
keputusan BAMUS terhadap hal-hal yang bersifat strategis
(2) Hal yang bersifat strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
seperti musyawarah pembahasan dan penyepakatan rancangan
peraturan Nagari, evaluasi laporan keterangan penyelenggaraan
pemerintahan Nagari, menetapkan peraturan tata tertib BAMUS
dan usulan pemberhentian anggota BAMUS
(3) BAMUS menyelenggarakan musyawarah BAMUS dengan
mekanisme sebagai berikut :
a. Musyawarah BAMUS dipimpin oleh pimpinan BAMUS
b. Musyawarah BAMUS dinyatakan sah apabila dihadiri oleh
paling sedikit 2/3 (dua sepertiga) dari jumlah anggota BAMUS
c. Pengambilan keputusan dilakukan dengan cara musyawarah
guna mencapai mufakat
d. Apabila musyawarah mufakat tidak tercapai, pengambilan
keputusan dilakukan dengan cara pemungutan suara
e. Pemungutan suara sebagai mana dimaksud dalam point D
dinyatakan sah apabaila disetujui oleh paling sedikit ½ (satu
perdua) ditambah 1 (satu) dari jumlah anggota BAMUS yang
hadir
f. Hasil musyawarah BAMUS ditetapkan dengan keputusan
BAMUS dan dilampiri notulen musyawarah yang dibuat oleh
sekertaris BAMUS

Penyelenggaraan Musyawarah Nagari


Pasal 42
(1) Musyawarah Nagari diselenggarakan oleh BAMUS yang difasilitasi
oleh Pemerintah Nagari.
(2) Musyawarah Nagari merupakan forum permusyawaratan yang
diikuti oleh BAMUS, Pemerintah Nagari, dan unsur masyarakat
Nagari untuk memusyawarahkan hal yang bersifat strategis dalam
penyelenggaraan Pemerintah Nagari.
(3) Hal yang bersifat strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
meliputi:
a. Penataan Nagari
b. Perencanaan Nagari
c. Kerjasama Nagari Rencana Investasi yang masuk ke Nagari.
d. Pembentukan BUM Nagari
e. Penambahan dan pelepasan Aset Nagari dan,
f. Kejadian luar biasa
(4) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas
:
a. Tokoh Adat
b. Tokoh Agama
c. Tokoh Masyarakat
d. Tokoh Pendidikan
e. Kepala Jorong
f. Perwakilan Kelompok tani
g. Perwakilan Kelompok perajin
h. Perwakilan Kelompok perempuan
i. Perwakilan kelompok pemerhati dan pelindungan anak dan,
j. Perwakilan Kelompok masyarakat tidak mapan
(5) Selain unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
musyawarah Nagari dapat melibatkan unsur masyarakat lain sesuai
dengan kondisi sosial budaya masyarakat
(6) Musyawarah Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibiayai
dari anggaran pendapatan dan belanja Nagari
(7) Musyawarah Nagari diselenggarakan paling sedikit dua kali dalam 1
(satu) tahun atau sesuai kebutuhan

Pasal 43
(1) Dalam rangka penyelenggaraan Musyawarah Nagari, Masyarakat
Nagari, Pemerintah Nagari dan Badan Permusyawaratan Nagari
didampingi oleh Pemerintah Kabupaten yang secara teknis
dilaksanakan oleh satuan kerja Nagari, dan atau pihak ketiga
(2) Camat melakukan koordinasi pendampingan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) di wilayahnya

Pembahasan dan Penyepakatan Rancangan Peraturan Nagari


Pasal 44
(1) BAMUS dan Wali Nagari membahas dan menyepakati
rancangan peraturan Nagari yang diajukan BAMUS dan atau Wali
Nagari.
(2) Pembahasan rancangan peraturan Nagari sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diselenggarakan oleh BAMUS dalam musyawarah
BAMUS.
(3) Rancangan peraturan Nagari yang diusulkan Wali Nagari
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibahas terlebih dahulu dalam
musyawarah internal BAMUS paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja
terhitung sejak rancangan peraturan Nagari diterima oleh BAMUS
(4) Pelaksanaan pembahasan rancangan peraturan Nagari
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara BAMUS dan Wali
Nagari untuk pertama kali dilakukan paling lambat 30 (tiga puluh)
hari sejak pelaksanaan musyawarah internal BAMUS
(5) Apabila pembahasan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
tidak mencapai kata sepakat, maka diadakan pembahasan kembali
antara BAMUS dan Wali Nagari untuk yang kedua paling lambat 3
(tiga) hari sejak pembahasan pertama
(6) Apabila pembahasan kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
tidak mencapai kata sepakat, maka diadakan pembahasan kembali
antara BAMUS dan Wali Nagari untuk yang ketiga paling lambat 2
(dua) hari sejak pembahasan kedua
(7) Dalam pembahsan antara BAMUS dan Wali Nagari sebagimana
dimaksud pada ayat (6) tidak mancapai kata sepakat, maka
pengambilan keputusan dilakukan vooting dengan suara terbanyak
(8) Setiap pembahsan rancangan peraturan Nagari dilakukan
pencatatan proses yang dituangkan dalam notulen dan berita acara
musyawarah

Pasal 45
(1) Dalam hal pembahasan rancangan peraturan Nagari antara BAMUS
dan Wali Nagari tidak mencapai kata sepakat, musyawarah
bersama tetap mengambil keputusan dengan disertai catatan
permasalahan yang tidak disepakati
(2) Rancangan peraturan Nagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat diajukan oleh Wali Nagari kepada camat disertai catatan
permasalahan yang tidak disepakati paling lambat 7 (tujuh) hari
sejak musyawarah pembahasan terakhir untuk mendapatkan
evaluasi dan pembinaan
(3) Tindak lanjut evaluasi dan pembinaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dapat berbentuk :
a. Penghentian pembahasan atau,
b. Pembinaan untuk tidak lanjut kesepakatan rancangan
peraturan Nagari
(4) Tindaklanjut pembahasan dan kesepakatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) point B dapat dihadiri camat atau pejabat lain yang
ditunjuk

Pelaksanaan Pengawasan Kinerja Wali Nagari


Pasal 46
(1) BAMUS melakukan pengawasan terhadap kinerja Wali Nagari
(2) Pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui :
a. Perencanaan kegiatan pemerintah Nagari dalam menyusun
peraturan Nagari tentang RPJM Nagari dan peraturan Nagari
tentang RKP Nagari (Rencana Kerja Pemerintah Nagari)
b. Kesesuaian pelaksanaan kegiatan yang sudah dituangkan
dalam LKPPN dengan APB Nagari
c. Pelaporan penyelenggaraan pemerintah Nagari
(3) Bentuk pengawasan BAMUS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa monitoring dan evaluasi yang pelaksanaannya diadakan
rapat koordinasi antara pemerintah Nagari dengan BAMUS setiap
tiga (3) bulan sekali selanjutnya disebut dengan rapat koordinasi
tribulan
BAB VII
RAPAT BADAN PERMUSYAWARATAN NAGARI
Persidangan
Pasal 47
(1) BAMUS mengadakan rapat sekurang-kurangnya 12 kali dalam
setahun

(2) Sekurang-kurangnya 2/3 atau 1/2 ditambah satu dari jumlah


anggota BAMUS atau atas permintaan Wali Nagari, ketua BAMUS
dapat mengundang anggotanya untuk mengadakan rapat selambat-
lambatnya dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah permintaan itu
diterima
(3) BAMUS mengadakan rapat atas undangan ketua BAMUS
(4) Rapat BAMUS sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipimpin oleh
ketua BAMUS
(5) Dalam hal ketua BAMUS berhalangan, rapat dipimpin oleh salah
seorang wakil ketua
(6) Jenis rapat BAMUS diatur sebagai berikut :
a. Rapat paripurna :
1. Menyepakati dan memutuskan pembuatan
Rancangan Peraturan Nagari (RAPB Nagari)
2. Menyepakati dan memutuskan peraturan Nagari yang
diajukan dari pemerintah Nagari. Rapat paripurna
dilaksanakan minimal 2 (dua) kali dalam setahun
a) Rapat paripurna khusus :
i. Mengajukan hak bertanya atau mengemukakan
pendapat Wali Nagari
ii. Mengajukan usulan dari hasil manampung aspirasi
masyarakat setelah dikonsultasikan oleh seluruh
anggota BAMUS rapat paripurna khusus
dilaksanakan minimal 4 (empat) kali dalam setahun
b) Rapat Pimpinan:
i. Membahas usulan anggota BAMUS keterwakilan
berkenaan hasil rapat dengan pendapat dari
masyarakat.
ii. Mengevaluasi kinerja pemerintah Nagari dalam
menjalankan rencana pembangunan jangka pendek
(RPJP) maupun RJMP
iii. Mengevaluasi kinerja Pemerintah Nagari dalam
menjalankan Peraturan Nagari
iv. Pengawasan/mengevaluasi kinerja Wali Nagari dalam
pelaksanaan penggunaan APB NAGARI Rapat
Pimpinan dilaksanakan minimal 4 (empat) kali dalam
satu tahun
b. Rapat Panitia Musyawarah :
i. Pembentukan BUMNAG
ii. Musyawarah Rencana Pembangunan Nagari
iii. Musyawarah tentang Aset dan kekayaan Nagari
iv. Dan lain-lain yang dianggap perlu.
v. Rapat panitia musyawarah dilaksanakan minimal 4 (empat)
kali dalam satu tahun.
c. Rapat Gabungan Bidang :
i. Pembahasan hasil survei ke lapangan tentang hasil temuan
terkait dengan Pemerintah Nagari.
ii. Pembangunan Nagari
iii. Pembahasan hasil survei ke Tanah Kas Nagari
iv. Pembahasan hasil studi banding ke Wilayah luar Nagari
Rapat gabungan bidang dilaksanakan minimal 3 (tiga) kali
dalam satu tahun.

Sifat Rapat
Pasal 48

Keseluruhan rapat-rapat BAMUS bersifat terbuka untuk umum, kecuali


atas permintaan sekurang – kurangnya 1/5 (seperlima) jumlah
anggota atau apabila dipandang perlu oleh pimpinan BAMUS untuk
dinyatakan sebagai rapat tertutup karena rahasia Negara, rahasia Desa
dan atau rapat - rapat yang bersifat rahasia dan tidak boleh
diumumkan oleh mereka yang mengetahui pembicaraan rapat tertutup.
Pasal 49
Rapat tertutup dapat mengambil keputusan kecuali :

a) Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua BAMUS.


b) Pembahasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(ditentukan dengan Peraturan Desa )
c) Penetapan, Perubahan dan atau Penghapusan Sumber
Pendapatan Desa.
d) Persetujuan penyelesaian Perkara Perdata secara damai
(ditentukan dengan Peraturan Desa)
e) Kebijakan Tata Ruang Desa (ditentukan dengan Peraturan Desa)

Pasal 50
1. Pembicaraan pada saat rapat tertutup dibuatkan laporan secara
tertulis untuk disampaikan secara tertutup.
2. Pada laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicantumkan
dengan jelas pernyataan mengenai sifat rapat yaitu "Rahasia",
kemudian Pimpinan BAMUS dapat memutuskan bahwa sesuatu
hal yang muncul pada rapat tertutup tidak dimasukkan dalam
laporan.
Waktu Rapat
Pasal 51
1. Waktu – Waktu Rapat BAMUS
a. Siang Hari
Hari Senin s/d Kamis Pukul 09.00 -15.00
Hari Jum'at Pukul 08.00 -11.00
Hari Sabtu Pukul 08.00 -12.00
b. Malam Hari Pukul 20.00 -23.00
2. Merubah waktu rapat atau akan terjadi penyimpangan dari
waktu rapat sebagaimana dimaksud ayat (1) ditentukan oleh
rapat yang bersangkutan.

Tata Cara Rapat


Pasal 52

1. Setiap rapat akan disediakan daftar hadir, sebelum rapat dimulai


setiap anggota BAMUS harus menandatangani daftar hadir.
2. Untuk para undangan disediakan daftar hadir tersendiri.
3. Rapat dibuka oleh Pimpinan Rapat apabila quorum telah tercapai
yaitu daftar hadir telah ditandatangani oleh 2/3 atau setidak-
tidaknya lebih dari separuh anggota BAMUS.
4. Anggota BAMUS yang telah menandatangani daftar hadir
apabila akan meninggalkan rapat harus memberitahukan pada
Pimpinan Rapat.
Pasal 53
1. Pada waktu yang telah ditetapkan untuk pembukaan rapat
anggota BAMUS
2. belum mencapai quorum, pimpinan rapat mengundurkan rapat
paling lama 1 (satu) jam
3. Jika pada waktu akhir pengunduran sebagimana dimaksud ayat
(1) quorum belum tercapai, pimpinan rapat menunda rapat
sampai waktu yang ditentukan.

Pasal 54

1. Setelah rapat dibuka, Sekretaris BAMUS membacakan surat-


surat yang dipandang perlu untuk dibicarakan dalam rapat
kecuali surat-surat mengenai urusan rumah tangga BAMUS.
2. Setiap persoalan dalam anggota sebelum dibahas dalam rapat
paripurna dapat dibahas lebih dahulu dalam rapat lain yang
ditentukan untuk memperlancar jalannya rapat paripurna
BAMUS.

Tata Cara Pembicaraan


Pasal 55

1. Untuk kelancaran jalannya rapat, pimpinan rapat


menetapkan tahap pembicaraan dan pembicara agar
mencatatkan namanya terlebih dahulu sebelum pembicaraan
mengenai suatu hal dimulai.
2. Bagi anggota yang tidak mencatatkan namanya tidak dapat
menggunakan hak bicara

Pasal 56
1. Untuk kelancaran jalannya rapat, pimpinan rapat dapat
menetapkan lamanya waktu berbicara.
2. Dalam hal pembicaraan sudah melampaui dalam batas waktu
yang telah ditentukan, pimpinan rapat memperingatkan
pembicara supaya mengakhiri pembicaraannya.
3. Pimpinan rapat dapat memperingatkan pembicara yang
menyimpang dari pokok permasalahan.
Pasal 57
1. Pimpinan rapat hanya berbicara selaku pimpinan rapat
untuk menyelesaikan masalah yang menjadi pokok pembicaraan
dan menyimpulkan pembicaraan dalam rapat.
2. Apabila pimpinan rapat hendak berbicara selaku anggota rapat,
maka untuk sementara pimpinan rapat diserahkan pada pimpinan
yang lain.
Pasal 58
1. Anggota berbicara ditempat yang telah disediakan setelah
mendapat ijin dari pimpinan rapat.
2. Pembicara tidak boleh diganggu selama berbicara.

Pasal 59
1. Giliran berbicara diberikan menurut urutan permintaan atau
disepakati lain dalam rapat.
2. Untuk kepentingan pembicaraan, pimpinan rapat dapat
mengadakan penyimpangan dari urutan pembicara.
3. Seorang anggota BAMUS berhalangan pada waktu mendapat giliran
berbicara, maka diganti oleh anggota lain pada giliran berikutnya.

Pasal 60
1. Pimpinan rapat memperingatkan pembicara apabila
pembicaraannya menyimpang atau bertentangan dengan peraturan
tata tertib.
2. Pada saat seorang anggota BAMUS yang telah mendapat ijin sedang
berbicara, kepada anggota lain dengan seizin pimpinan rapat dapat
menyampaikan pembicaraan sela (interupsi) untuk :
a) Meminta penjelasan duduk permasalahan yang sebenarnya
mengenai hal-hal yang sedang dibicarakan.
b) Usul penundaan pembicaraan.
3. Permasalahan mengenai hal-hal yang dibicarakan sebagaimana
dimaksud ayat (2) tidak diperbolehkan adanya perdebatan.
4. Lamanya kesempatan berbicara ditentukan oleh pimpinan rapat.
5. Untuk kelancaran rapat, tidak diperkenankan interupsi diatas
interupsi.
Pasal 61
Apabila seorang pembicara dalam menggunakan perkataan yang
tidak patut dan/atau melakukan perbuatan yang dapat mengganggu
jalannya rapat, pimpinan rapat memberikan peringatan supaya
pembicara tertib kembali dan memberikan kesempatan kepada
pembicara untuk menarik kembali perkataan yang tidak layak tersebut.
Pasal 62
Dalam hal seorang pembicara tidak mengindahkan peringatan
pimpinan rapat dan mengulangi hal yang sama, maka pimpinan rapat
melarang meneruskan pembicaraannya, apabila larangan tersebut juga
tidak diindahkan maka pimpinan rapat meminta kepada yang
bersangkutan untuk meninggalkan rapat.

Pasal 63
Apabila terjadi peristiwa sebagaimana dimaksud pada pasal 65
dan pimpinan rapat berpendapat/mengambil keputusan bahwa rapat
tidak mungkin diteruskan, maka pimpinan rapat menunda rapat
sampai waktu yang disepakati atau ditentukan kemudian oleh
Pimpinan rapat menunda rapat sampai waktu yang disepakati atau
ditentukan kemudian oleh Pimpinan BAMUS.

Pasal 64
1. Sebelum rapat ditutup, pimpinan rapat mengambil
kesimpulan/keputusan mengenai hasil pembicaraan dalam
rapat dan apabila rapat tidak diperlukan suatu keputusan,
pimpinan rapat menyatakan bahwa rapat atau pembicaraan
selesai.
2. Apabila pembicaraan mengenai pokok permasalahan telah
selesai, pimpinan rapat mengusulkan agar ditutup.
3. Pada setiap rapat seperti disebut dalam pasal 43 dibuat catatan
rapat yang ditandatangani pimpinan rapat yang memuat pokok
pembicaraan, kesimpulan dan keputusan rapat serta dilengkapi
dengan keterangan mengenai :

a. Jenis dan sifat rapat.


b. Hari dan tanggal rapat.
c. Tempat rapat.
d. Acara rapat.
e. Waktu pembukaan dan penutupan rapat.
f. Pimpinan dan Sekretaris rapat.
g. Jumlah dan nama anggota yang hadir.
h. Undangan yang hadir.
Undangan dan Peninjau Rapat
Pasal 65
1. Undangan adalah Mereka yang bukan anggota BAMUS yang
hadir dalam rapat atas undangan pimpinan BAMUS.
2. Peninjau adalah mereka yang hadir dalam rapat paripurna
BAMUS yaitu sebagai undangan BAMUS.
3. Untuk undangan dan peninjau disediakan tempat tersendiri.
4. Undangan dan peninjau wajib mentaati tata tertib rapat
dan atau ketentuan lain yang diatur oleh BAMUS.
5. Undangan dapat berbicara dalam rapat atas persetujuan Pimpinan
rapat, tetapi tidak mempunyai hak suara.
6. Peninjau tidak mempunyai hak suara, dan tidak boleh menyatakan
sesuatu baik dengan perkataan maupun dengan cara lain.
7. Setiap undangan rapat ditandatangani oleh ketua atau wakil Ketua
BAMUS.

BAB VIII
PRODUK HUKUM BAMUS
Pasal 66
(1) Jenis produk hukum BAMUS berbentuk :
a. Peraturan BAMUS;
b. Keputusan BAMUS; dan
c. Keputusan pimpinan BAMUS
(2) Keputusan BAMUS ditetapkan dalam rapat paripurna
(3) Keputusan pimpinan BAMUS ditetapkan dalam rapat pimpinan
BAMUS

Pasal 67
(1) Pengambilan keputusan dalam rapat BAMUS dilakukan dengan
cara musyawarah untuk mencapai mufakat.
(2) Dalam hal musyawarah mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat
(10) tidak tercapai maka keputusan diambil berdasarkan
suara terbanyak.

Pasal 68
(1) Rapat badan permusyawaratan Nagari dipimpin oleh pimpinan
BAMUS
(2) BAMUS menyelenggarakan rapat dengan mekanisme sebagai
berikut :
a. Rapat dinyatakan saha apabila dihadiri oleh paling sedikit 2/3
(dua sepertiga) dari jumlah anggota BAMUS
b. Pengambilan keputusan dilakukan dengan cara musyawarah
guna mencapai mufakat
c. Apabila musyawarah mufakat tidak tercapai, pengambilan
keputusan dilakukan dengan cara pemungutan suara
d. Pemungutan suara sebagaimana dimaksud dalam point C
dinyatakan sah apabila disetujui oleh paling sedikit ½ (satu
seperdua) ditambah 1 (satu) dari jumlah anggota BAMUS yang
hadir
e. Hasil musyawarah BAMUS ditetapkan dengan keputusan
BAMUS dan dilampiri notulen musyawarah yang dibuat oleh
sekertaris BAMUS.

BAB IX
HAK, KEWAJIBAN DAN WEWENANG BAMUS
Hak BAMUS
Pasal 69
Badan permusyawaratan Nagari berhak :
(1) Mengawasi dan meminta keterangan tentang penyelenggaraan
pemerintahan Nagari kepada pemerintah Nagari
(2) Menyatakan pendapat atas penyelenggaraan pemerintah Nagari,
pelaksanaan, pembangunan Nagari, pembinaan kemasyarakatan
Nagari, dan pemberdayaan masyarakat Nagari
(3) Mendapatkan biaya operasional pelaksanaan tugas dan fungsinya
dari anggaran pendapa tan dan belanja Nagari.

Pengawasan
Pasal 70
(1) BAMUS melakukan pengawasan melalui monitoring dan evaluasi
pelaksanaan tugas Wali Nagari
(2) Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terhadap perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan penyelengaraan
pemerintah Nagari.
Pernyataan pendapat
Pasal 71
(1) BAMUS menggunakan hak menyatakan pendapat berdasarkan
keputusan BAMUS
(2) Pernyataan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan kesimpulan dari pelaksanaan penilaian secara cermat
dan objektif atas penyelanggaran pemerintahan Nagari.
(3) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui
pembahaasan dan pendalam suatu objek penyelenggaraan
pemerintahan Nagari yang dilakukan dalam musywarah BAMUS.
(4) Keputusan BAMUS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berdasarkan hasil musyawarah BAMUS.

Biaya Operasional
Pasal 72
BAMUS mendapatkan biaya operasional yang bersumber dari APB
Nagari.
(1) Biaya operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (10) digunakan
untuk dukungan pelaksaan fungsi dan tugas BAMUS.
(2) Alokasi biaya operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dengan memperhatikan komponen kebutuhan operasional dan
kemampuan keuangan Nagari.

Hak Anggota BAMUS


Pasal 73
(1) Anggota BAMUS berhak :
a. Mengajukan usul rancangan peraturan Nagari
b. Mengajukan pertanyaan
c. Menyampaikan usul atau pendapat
d. Memilih dan dipilih
e. Mendapatkan tunjangan dari anggaran pendapatan dan belanja
Nagari
(2) Hak anggota BAMUS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) point A
sampai dengan point D digunakan dalam musyawarah BAMUS
(3) Selain hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) BAMUS berhak :
a. Memperoleh pengembangan kapasitas melalui pendidikan dan
pelatihan, sosoialisasi, pembimbingan teknis dan kunjungan
lapangan yang dilakukan didalam negeri.
b. Penghargaan dari pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan
pemerintah daerah kabupaten bagi pimpinan dan anggota
BAMUS yang berprestasi.

Pasal 74
(1) Pimpinan dan anggota BAMUS mempunyai hak untuk memperoleh
tunjangan setiap bulan
(2) Tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tunjangan
pelaksanaan tugas dan fungsi, dan tunjangan lainnya
(3) Tunjangan pelaksanaan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) merupakan tunjangan kedudukan.
(4) Tunjangan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
merupakan tunjangan kinerja.
(5) Tunjangan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan
dalam rangka menunjang kegiatan dan kepentingan dinas anggota
BAMUS.

Pasal 75
Besaraan tunjangan kedudukan anggota BAMUS sebagaimana
dimaksud pasal 41 ayat (1) diberikan setiap bulan dan ditetapkan
dengan keputusan bupati

Pasal 76
1. Penghargaan kepada pimpinan dan anggota BAMUS sebagaimana
dimaksud pasal 40 ayat (3) point B diberikan pada tingkat
kabupaten dalam 2 (dua) kategori :
a. Kategori pimpinan, dan
b. Kategori anggota
2. Pemberian penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Kewajiban Anggota BAMUS
Pasal 77
Anggota badan permusyawaratan Nagari wajib:
(1) Memegang teguh dan mengamalkan pancasila, melaksanakan
undang- undang dasar negara Republik Indonesia tahun 1945,
serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika
(2) Melaksanakan kehidupan demokrasi yang berkeadilan gender
dalam penyelenggaraan pemerintah Nagari
(3) Mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi,
kelompok dan golongan
(4) Menghormati nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat
Nagari
(5) Menjaga norma-norma dan etika dalam hubungan kerja dengan
lembaga pemerintah Nagari dan lembaga Nagari lainnya, dan
(6) Mengawal aspirasi masyarakat, menjaga kewibawaan dan
kestabilan penyelenggaraan pemerintahan Nagari serta mempelopori
penyelenggaraan pemerintah Nagari berdasarkan tata kelola
pemerintahan yang baik.

Laporan Kinerja BAMUS


Pasal 78
(1) Laporan kinerja BAMUS merupakan laporan atas pelaksanaan
tugas BAMUS dalam 1 (satu) tahun anggaran.
Laporan kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat
dengan sistematika.
a. Dasar hukum
b. Pelaksanaan tugas dan
c. Penutup
(2) Laporan kinerja BAMUS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaporkan secara tertulis kepada camat serta disampaikan kepada
Wali Nagari dan forum musyawarah Nagari secara tertulis dan lisan.
(3) Laporan kinerja BAMUS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan paling lambat 4 (empat) bulan setelah selesai tahun
anggaran
Pasal 79
(1) Laporan kinerja BAMUS yang disampaikan kepada Camat
sebagaimana dalam pasal 45 ayat (3) digunakan Camat untuk
evaluasi kinerja BAMUS serta pelaksanaan pembinaan dan
pengawasan penyelenggaraan pemerintahan Nagari.
(2) Laporan kinerja BAMUS yang disampaikan pada forum
musyawarah Nagari sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 ayat (3)
merupakan wujud pertanggungjawaban pelaksanaan tugas BAMUS
kepada masyarakat Nagari.

Kewenangan BAMUS
Pasal 80
Badan permusyawaratan Nagari berwenang :
(1) Mengadakan pertemuan dengan masyarakat untuk mendapat
aspirasi
(2) Menyampaikan aspirasi masyarakat kepada pemerintah Nagari
secara lisan dan tertulis
(3) Mengajukan rancangan peraturan Nagari yang menjadi
kewenangannya
(4) Melaksanakan monitoring dan evaluasi kinerja Wali Nagari
(5) Meminta keterangan tentang penyelenggaraan pemerintahan Nagari
kepada pemerintah Nagari

BAB X PEMBINAAN DAN PENGAWASAN


Pasal 81
Camat atas nama bupati melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap pelaksanaan peran BAMUS dalam penyelenggaraan
pemerintahan Nagari di wilayahnya.

Pasal 82
Pembinan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 48,
meliputi :
(1) Memfasilitasi penyusunan peraturan Nagari
(2) Memberikan bimbingan, pemantau, evaluasi dan pelaporan
(3) Melaksanakan bimbingan teknis dan pendidikan serta pelatihan
(4) Pengembangan kapasitas melalui pendidikan dan pelatihan,
sosialisasi, pembimbingan teknis sebagaimana dimaksud
dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten.

BAB XII KETENTUAN LAIN-LAIN


Pasal 83
Format jenis buku administrasi BAMUS dan laporan kinerja tercantum
dalam lampiran merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan
Bupati ini.

Pasal 84
(1) Anggota BAMUS dari Nagari yang mengalami perubahan status
Nagari menjadi Kelurahan, penggabungan 1 (dua) Nagari atau lebih
menjadi 1 (satu) Nagari, pemekaran atau penghapusan Nagari,
diberhentikan dengan hormat dari jabatanya.
(2) Anggota BAMUS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberi
penghargaan dan/atau pesangon sesuai dengan kemampuan
keuangan Pemerintah Nagari.

BAB XIII KETENTUAN PERALIHAN


Pasal 85
(1) Anggota BAMUS yang sudah ada sebelum diundangkannya
peraturan tata tertib ini tetap melaksanakan tugas sampai selesai
masa jabatanya.
(2) Pembentukan anggota BAMUS baru menyesuaikan dengan
peraturan yang baru, peraturan Bupati No. 47 tahun 2017 tentang
Badan Permusyawaratan Nagari.

BAB XIV PENUTUP


Pasal 86
(1) Peraturan Tata Tertib BAMUS Lubuak Alai ini, dapat dilakukan
perubahan apabila terdapat unsur perbedaan dengan peraturan
perundang- undangan yang berlaku.
(2) Keputusan Tata Tertib Badan Permusyawaratan Nagari Lubuak Alai
berlaku sejak tanggal ditetapkan.
(3) Hal-hal yang belum diatur dalam Tata Tertib ini akan diatur lebih
lanjut oleh Badan Permusyawaratan Nagari Lubuak Alai.
Pelaksanaan perubahan dilaksanakan/dilakukan melalui rapat
Paripurna.
Ditetapkan : Di Kantor BAMUS Nagari Lubuak Alai
Tanggal : 12 Juli 2021
Oleh : BAMUS Nagari Lubuak Alai

Tanda Tangan

ABU NAWAS : ………………………………….


Ketua Bamus

ROSPIANETI, S.Pd : ……………………………………..


Wakil Ketua Bamus

GUSPRIMA SARI, S.Pd : ………………………………….


Sekretaris Bamus

NASRIL : ………………………………….

Bid. penyelenggaraan
Pemerintah Nagari &
pembinaan masyarakat

RETNO WIDODO : ………………………………….


Bid. pembangunan Nagari &
pemberdayaan masyarakat
Nagari

Anda mungkin juga menyukai