Anda di halaman 1dari 13

A.

Pengembangan Diri
1. Pengertian Pengembangan Diri
Pengembangan diri adalah suatu proses pembentukan potensi, bakat, sikap, perilaku
dan kepribadian seseorang melalui pembelajaran dan pengalaman yang dilakukan
berulang-ulang sehingga meningkatkan kapasitas atau kemampuan diri sampai pada
tahap otonomi (kemandirian).
Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai
bagian integral dari kurikulum sekolah. Pengembangan diri menjadi salah satu upaya
yang dilaksanakan di setiap lembaga pendidikan dengan mengacu pada kurikulum yang
telah dirumuskan di lembaga tersebut. Namun demikian, pelaksanaan kegiatan
pengembangan diri lebih banyak menggunakan waktu di luar jam pelajaran formal.
Pengembangan diri adalah kegiatan konseling dan ekstrakurikuler yang bertujuan
untuk memberikan kesempatan peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan potensi, kebutuhan, bakat dan minat, serta
karakteristik peserta didik. Kegiatan pengembangan diri dilaksanakan dalam bentuk
pelayanan konseling (kehidupan pribadi, sosial, kesulitan belajar, karir) dan juga
pengembangan kreativitas kepribadian siswa, seperti: kepramukaan, kepemimpinan dan
ekstrakurikuler lainnya.
Berikut definisi dan pengertian pengembangan diri dari beberapa sumber buku: 
 Menurut Marmawi (2009), pengembangan diri adalah suatu proses meningkatkan
kemampuan atau potensi, dan kepribadian, serta sosial-emosional seseorang agar
terus tumbuh dan berkembang.
 Menurut Tarmudji (1998), pengembangan diri adalah mengembangkan bakat
yang dimiliki, mewujudkan impian-impian, meningkatkan rasa percaya diri,
menjadi kuat dalam menghadapi percobaan, dan menjalani hubungan yang baik
dengan sesamanya.
 Menurut DEPAG (2005), pengembangan diri adalah proses pembentukan sikap
dan perilaku yang relatif menetap melalui pengalaman yang berulang-ulang
sampai pada tahap otonomi (kemandirian) mengenai suatu perilaku tertentu.
 Menurut Fanani (2003), pengembangan diri adalah pengembangan segala potensi
yang ada pada diri sendiri, dalam usaha meningkatkan potensi berfikir dan
berprakarsa serta meningkatkan kapasitas intelektual yang diperoleh dengan jalan
melakukan berbagai aktivitas.

2. Tujuan dan Fungsi Pengembangan Diri 


Pengembangan diri merupakan proses yang utuh dari awal keputusan sampai
puncak sukses dalam mencapai kemandirian serta menuju pada aktualisasi diri.
Perubahan dan perkembangan bertujuan untuk memungkinkan orang menyesuaikan
diri dengan lingkungan di mana dia hidup.
Menurut Amri (2013), tujuan kegiatan pengembangan diri bagi individu adalah
sebagai berikut:
a. Tujuan umum 
Pengembangan diri secara umum bertujuan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan
kebutuhan masyarakat, kebutuhan peserta didik dan pembelajaran, potensi, bakat,
minat, kondisi dan perkembangan peserta didik dengan memperhatikan kondisi
sekolah atau madrasah.
b. Tujuan khusus 
Pengembangan diri secara khusus bertujuan menunjang pendidikan peserta
didik dalam mengembangkan bakat, minat, kreativitas, kompetensi maupun
kebiasaan dalam kehidupan, kemampuan kehidupan keagamaan, kemampuan
sosial, kemampuan belajar, wawasan dan perencanaan karir, kemampuan
pemecahan masalah dan juga kemandirian.

Fungsi dilaksanakannya kegiatan pengembangan diri adalah mengembangkan


potensi peserta didik dalam mengasah kemampuan serta kompetensinya yang
merujuk pada minat, bakat, serta kemampuan sikap peserta didik dalam
berinteraksi dengan orang lain di lingkungan sekitarnya. Pendeknya, kegiatan
pengembangan diri memacu peserta didik untuk menjadi lebih terampil dalam
mengasah keahlian yang dimilikinya sesuai dengan kecenderungan kompetensi
yang telah ada pada dirinya.
3. Bentuk Pelaksanaan Pengembangan Diri 
Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan watak dan
kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling
berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan
pengembangan karir, serta kegiatan ekstra kurikuler. Kegiatan pengembangan diri
juga meliputi kegiatan terprogram dan tidak terprogram. Kegiatan terprogram terdiri
atas dua komponen, yaitu pelayanan konseling dan ekstrakurikuler. Sedangkan dalam
kegiatan tidak terprogram dilaksanakan secara langsung oleh pendidik dan tenaga
kependidikan di sekolah/madrasah yang diikuti oleh semua peserta didik yang
meliputi kegiatan rutin, kegiatan spontan dan kegiatan keteladanan. 
Menurut Sulistyowati (2012), penjelasan bentuk-bentuk pelaksanaan
pengembangan diri adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan Rutin, yaitu memasukkan kegiatan yang dilakukan secara reguler, baik di
kelas maupun di sekolah, yang bertujuan untuk membiasakan anak mengerjakan
sesuatu dengan baik. Seperti: upacara bendera, senam, ibadah khusus keagamaan
bersama, keberaturan, pemeliharaan kebersihan dan kesehatan diri.
b. Kegiatan Spontan, yaitu kegiatan pengembangan diri yang tidak ditentukan tempat
dan waktunya seperti: membiasakan mengucapkan salam, membiasakan membuang
sampah pada tempatnya, membiasakan antri.

c. Kegiatan Keteladanan, yaitu kegiatan pengembangan diri yang mengutamakan


pemberian contoh dari Pendidik dan pengelola pendidikan yang lain kepada peserta
didik seperti dalam bentuk perilaku sehari-hari seperti: berpakaian rapi, berbahasa
yang baik, datang tepat waktu.

d. Kegiatan Terprogram, yaitu kegiatan pembelajaran pengembangan diri yang


diprogramkan dan direncanakan secara formal baik di dalam kelas maupun diluar
kelas maupun sekolah yang bertujuan memberikan wawasan tambahan pada anak
tentang unsur-unsur baru dalam kehidupan bermasyarakat yang penting untuk
perkembangan anak. Seperti: Workshop dan Kunjungan (Outing Class).
Adapun upaya pelaksanaan pengembangan diri pada peserta didik dapat dilakukan
melalui beberapa kegiatan, yaitu: 

a. Pelayanan konseling. Pengelola lembaga pendidikan memberikan ruang, waktu,


serta petugas khusus yang menjadi sarana konsultasi peserta didik dalam mengatasi
permasalahan yang dihadapinya, baik yang berhubungan dengan perkembangan
belajar maupun yang berhubungan dengan masalah pribadinya. Artinya kegiatan
konseling sebagai wadah dalam memberikan solusi bagi permasalahan peserta didik
atau santri. 
b. Kegiatan belajar. Kegiatan belajar telah menjadi rutinitas yang pasti dilakukan di
lembaga pendidikan formal maupun non formal. Kegiatan belajar sejatinya
mengembangkan potensi peserta didik dalam aspek kognitif (pengetahuan) sekaligus
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam berinteraksi sosial baik dengan
Pendidik maupun teman sejawat. 

c. Pengembangan karir. Pengembangan diri dalam bentuk pengembangan karir


biasanya terjadi pada dunia kerja, sehingga bagi peserta didik kegiatan
pengembangan karir belum menjadi sebuah kebutuhan prioritas. Namun demikian,
pengembangan karir bagi peserta didik bisa terjadi ketika peserta didik aktif
mengikuti organisasi di sekolah misalnya menjadi pengurus atau ketua OSIS, PMR
(Palang Merah Remaja), Paskibra, Pramuka, Rohis, Pengurus Santri, serta organisasi
sekolah atau lembaga pendidikan lainnya. 

d. Kegiatan ekstrakurikuler. Upaya lain yang dapat dilakukan dalam mengembangkan


potensi peserta didik adalah kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ini dilakukan untuk
mengembangkan potensi peserta didik, bakat, minat, kemampuan, kepribadian,
kerjasama, dan kemandirian peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler secara tidak
langsung dapat memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik melalui
pengembangan kreativitas, serta kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama
dengan orang lain.

4. Langkah-langkah Pengembangan Diri 


Pelaksanaan pengembangan diri dilakukan dengan memanfaatkan waktu, bakat
dan kemampuan menggali sesuatu yang selama ini sudah ada dalam diri. Terdapat
banyak sekali cara untuk mengembangkan diri, yang semuanya saling berkaitan dan
saling melengkapi.
Menurut Tarmudji (1998), langkah-langkah pelaksanaan pengembangan diri
antara lain adalah sebagai berikut:
a. Percaya diri 
Syarat utama agar kita mandiri dalam segala hal yaitu jika kita percaya pada
kemampuan dan kekuatan kita sendiri. Tanpa percaya diri, kita akan ragu-ragu
dalam segala tindakan kita, bahkan kadang-kadang dapat menyebabkan kita tidak
berani berbuat apapun. Kepercayaan diri ini sedikit dipelajari karena sebenarnya
terbentuk secara perlahan-lahan dalam kehidupan kita. 
b. Belajar dari pengalaman 
Kita belajar berbicara, membaca, menulis, memasak dan masih hal lain yang kita
pelajari. Belajar bukan terbatas pada saat kita atau waktu suatu pendidikan
berlangsung, melainkan merupakan bagian dari keseluruhan hidup kita. Belajar
adalah berlangsung seumur hidup.
c. Menghargai waktu 
Salah satu keharusan dalam mengembangkan diri ialah belajar bagaimana cara
menggunakan waktu dengan baik dan bijaksana. Langkah pertama dalam
mengatur waktu ialah dengan menghargai waktu secara tulus dan serius.
Hargailah waktu tetapi jangan sekali-kali membiarkan diri diperbudak olehnya.
Perlakuan waktu dengan perhatian yang sama besarnya seperti kita
memperlakukan diri anda.
d. Jangan menjadi katak dalam tempurung 
Buatlah banyak perjalanan dan lihatlah apa yang terdapat di dunia. Untuk dapat
berkembang kita harus berusaha melihat dan mendengar, kemudian berusaha
untuk mendapatkan apa yang menjadi keinginan kita. Keinginan itu dapat kita
capai yaitu dengan cara berhubungan dengan orang lain atau lingkungan di sekitar
kita.
e. Menghargai diri sendiri dan orang lain 
Untuk mengembangkan diri yang dilakukan pertama yaitu harus menghargai diri
kita sendiri, kita harus menghargai kelebihan dan kekurangan kita. Seseorang
akan berkembang bila percaya akan kemampuan yang dimilikinya. Demikian juga
dengan keberadaan orang lain yang berada di sekitar kita. Kita harus menghargai
mereka sebagai orang yang mendukung pengembangan diri kita.

f. Adanya dorongan untuk berprestasi 


Adanya dorongan berprestasi merupakan hal yang penting dalam hidup kita.
Dengan adanya dorongan tersebut kita diharapkan mampu melakukan kegiatan-
kegiatan yang bersifat positif. Untuk mendukung pengembangan diri kitapun
dituntut untuk aktif dalam berbagai hal.

B. Perilaku Profesional
1. Pengertian Perilaku Profesional

Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau


lingkungan. Pengertian perilaku dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk
berpendapat, berfikir, bersikap, dan lain sebagainya yang merupakan refleksi dari
berbagai macam aspek, baik fisik maupun non fisik. Perilaku juga diartikan sebagai
suatu reaksipsikis seseorang terhadap lingkungannya. Reaksi yang dimaksud
digolongkan menjadi 2, yakni dalam bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkrit),
dan dalam bentuk aktif (dengan tindakan konkrit), Sedangkan dalam pengertian
umum sebagaimana yang dijelaskan oleh Notoatmodjo, perilaku adalah segala
perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh makhluk hidup.

Menurut Wikipedia, professional adalah istilah bagi seseorang yang menawarkan


jasa atau layanan sesuai dengan protokol dan peraturan dalam bidang yang
dijalaninya dan menerima gaji sebagai upah atas jasanya. Sedangkan yang dimaksud
dengan Pendidik adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.
Maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku profesional
adalah tanggapan atau reaksi Pendidik dalam menjalankan tugas utamanya yaitu
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah.

2. Karakteristik Profesional dalam Pengajaran

Sanusi et al., mengemukakan ciri-ciri (karakteristik) utama suatu profesi adalah :

a. Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikansi kondisi yang menentukan
(crusial).
b. Jabatan yang menuntut keterampilan/keahlian tertentu.
c. Keterampilan/keahlian yang dituntut jabatan itu didapat melalui pemecahan
masalah dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.
d. Jabatan itu berdasarkan pada batang tubuh disiplin ilmuyang jelas, sistematik,
eksplisit, yang bukan hanya sekedar pendapat khalayak umum.
e. Jabatan itu memerlukan waktu pendidikan tingkat perguruan tinggi dengan waktu
yang cukup lama.
f. Proses pendidikan untuk jabatan itu juga merupakan aplikasi dan sosialisasi nilai-
nilai profesional itu sendiri.
g. Dalam memberikan layanan kepada masyarakat, anggota profesi itu berpegang
teguh pada kode etik yang dikontrol oleh organisasiprofesi.
h. Tiap anggota profesi mempunyai kebebasan dalam memberikan judgement
terhadap permasalahan profesi yang dihadapinya.
i. Dalam prakteknya melayani masyarakat, anggota profesi otonom dan bebas dari
campur tangan orang luar.
j. Jabatan ini mempunyai prestise yang tinggi dalam masyarakat danoleh karenanya
memperoleh imbalan yang tinggi pula.
3. Prisip-prinsip profesional dalam Pengajaran
Prisip-prinsip profesional Pendidik yaitu:
a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;
b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan,
dan akhlak mulia;
c. Memiliki kualifikasi akademik atau latar belakang pendidikan sesuai dengan
bidang tugas;
d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
e. Memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesioanlan;
f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja;
g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;
h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan;
i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang
berkaitan dengan tugas keprofesionalan pendidik.

4. Kompetensi guru/Pendidik Profesional


Macam-macam kompetensi yang harus ada pada diri seorang Pendidik
yang professional:
a. Kompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan seorang Pendidik dalam
mengelola proses pembelajaran peserta didik. Selain itu kemampuan pedagogik
juga ditunjukkan dalam membantu, membimbing danmemimpin peserta didik.
Berdasarkan pengertian seperti tersebut, maka yang dimaksud dengan pedagogik
adalah ilmu tentang pendidikan anak yang ruang lingkupnya terbatas pada
interaksi edukatif antara pendidik dengan siswa. Dapat pula diartikan kompetensi
pedagaogik adalah sejumlah kemampuan Pendidik yang berkaitan dengan ilmu
dan seni mengajar siswa.
Berikut adalah uraian rincian dari tindakan profesional Pendidik dalam
mewujudkan kompetensi pedagogik sebagai kemampuan yang harus ada pada
seorang guru.
1. Mengaktualisasikan landasan mengajar,
2. Pemahaman terhadap peserta didik,
3. Menguasai ilmu mengajar (didaktik metodik),
4. Menguasai teori motivasi,
5. Mengenali lingkungan masyarakat,
6. Menguasai penyusunan kurikulum,
7. Menguasai teknik penyusunan RPP,
8. Menguasai pengetahuan evaluasi pembelajaran.

b. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan
perilaku pribadi Pendidik itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur
sehingga terpancar dalam perilaku sehari-hari.
Menurut Djam’an Satori dkk, kompetensi kepribadian yang perlu dimiliki
Pendidik antara lain sebagai berikut:
1. Pendidik sebagai manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa berkewajiban untuk
meningkatkan iman dan ketakwaannya kepada Tuhan, sejalan dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya.
2. Pendidik memiliki kelebihan dibandingkan yang lain.
3. Pendidik perlu untuk mengembangkan sikap tenggang rasa dan toleransi dalam
menyikapi perbedaan yang ditemuinya dalam berinteraksi dengan peserta didik
maupun masyarakat.
4. Pendidik diharapkan dapat menjadi fasilitator dalam menumbuh kembangkan
budaya berpikir kritis di masyarakat, saling menerima dalam perbedaan pendapat
dan bersikap demokratis dalam menyampaikan dan menerima gagasan-gagasan
mengenai permasalahan yang ada di sekitarnya sehingga Pendidik menjadi
terbuka dan tidak menutup diri dari hal-hal yang berada di luar dirinya.
5. Pendidik diharapkan dapat sabar dalam arti tekun dan ulet melaksaakan proses
pendidikan tidak langsung dapat dirasakan saat itu tetapi membutuhkan proses
yang panjang.
6. Pendidik mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan pembaharuan, baik
dalam bidang profesinya maupun dalam spesialisasinya.
7. Pendidik mampu menghayati tujuan-tujuan pendidikan baik secara nasional,
kelembagaan, kurikuler sampai tujuan mata pelajaran yang diberikannya.
8. Hubungan manusiawi yaitu kemampuan Pendidik untuk dapat berhubungan
dengan orang lain atas dasar saling menghormati antara satu dengan yang lainnya.
9. Pemahaman diri, yaitu kemampuan untuk memahami berbagai aspek dirinya baik
yang positif maupun yang negatif.
10. Pendidik mampu melakukan perubahan-perubahan dalam mengembangkan
profesinya sebagai inovator dan kreator.

c. Kompetensi Profesional
Menurut H. Ramayulis, yang dimaksud dengan kompetensi profesional
adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam.
Kompetensi profesional menurut Mohammad Uzer Usman meliputi hal-
hal berikut ini:

a. Menguasai landasan kependidikan

1. Mengenal tujuan pendidikan nasional untuk mencapai tujuan


2. Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakatc)Mengenal prinsip-prinsip
psikologi pendidikan.

b. Menguasai bahan pembelajaran


1. Mengusai bahan pengajaran kurikulum pendidikan dasar dan menegah
2. Mengusai bahan pengajaran

c. Menyusun program pengajaran


1. Menetapkan tujuan pembelajaran
2. Memiliki dan mengembangkan bahan pembelajaran
3. Memiliki dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai
4. Memilih dan memanfaatkan sumber belajar.

d. Melaksanakan Program Pengajaran


1. Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat
2. Mengatur ruangan belajarc)Mengelolainteraksi belajar mengajar

e. Menilai hasil belajar mengajar yang telah dilaksanakan


1. Menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran
2. Menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.

5. Peran Pendidik Profesional


Pendidik yang profesional adalah Pendidik yang memiliki wawasan
keunggulan dengan secara terus-menerus mengembangkan ide, gagasan dan
pemikiran terbaik mengenai pembelajaran dan mewujudkannya dalam bentuk
perilaku dan sikapnya dalam mengelola proses belajar-mengajar ehingga
tercipta sistem pembelajaran terbaik bagi siswanya.
Peran Pendidik yaitu:
1. Pendidik sebagai pengajar (teacher as instructor)
Oemar Hamalik, menjelaskan bahwa Pendidik sebagai pengajar
mempunyai tugas meliputi: perencanaan proses belajar mengajar,
melaksanakan proses belajar mengajar, dan mengevaluasi hasil belajar.
2. Pendidik sebagai pembimbing (teaceher as counselor)
Pembimbing adalah orang yang membimbing, manakala dengan
bimbingan itu merupakan proses menolong individu memahami diri dan
dunia mereka. Artinya dapat dipahami, bahwa tugas Pendidik sebagai
pembimbing adalah memberikan bantuan kepada siswa agar mereka
mampu menemukan masalahnya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri
serta menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kesulitan diri sendiri.
3. Pendidik sebagai pemimpin (teacher as leadership)
Tugas Pendidik sebagai pemimpin adalah memimpin kegiatan belajar dan
mengajar.
4. Pendidik sebagai ilmuwan (teacher as scientist)
Pendidik harus mumpuni dan memiliki integritas keilmuan, karena
Pendidik merupakan garis depan dalam mencerdaskan bangsa.
5. Pendidik sebagai pribadi yang baik (teacher as person)
Tugas Pendidik sebagai pribadi harus memiliki sifat-sifat pribadi yang
disenangi oleh siswa, orang tua, dan masyarakat.

Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Profesional Pendidik Gibsondalam


Notoatmidjo membagi kepada dua variabel besaryang mempengaruhi perilaku
seseorang yaitu:

1. variabel individu tediri dari:

a. kemampuan,

Kemampuan dalam istilah lain disebut kompetensi, karena makna


kompetensi secara etomologi adalalah kemampuan. Pendidik sebagai
pendidik profesional harus memiliki kompetensi.

b. latar belakang pribadi

Latar belakang pribadi diantaranya adalah latar belakang pendidikan.


c. demografis.

2. Variable psikologis terdiri dari:

a. Persepsi

persepsi merupakan proses perlakuan individu yaitu pemberian tanggapan,


arti, gambaran, atau penginterprestasian terhadap apa yang dilihat,
didengar, atau dirasakan oleh indranya dalam bentuk sikap, pendapat, dan
tingkah laku atau disebut sebagai perilaku individu.

b. Sikap
c. Kepribadian

Arti sederhana kepribadian yaitu sifat hakiki individu yang tercermin pada
sikap dan prilaku yang membedakan diri seseorang dengan orang lain.

d. belajar

e. motivasi.

Daftar Pustaka

 Marmawi. 2009. Persamaan Gender dalam Pengembangan Diri. Jurnal Visi Ilmu
Pendidikan.
 Tarmudji, Tarsis. 1998. Pengembangan Diri. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.

 Departemen Agama. 2005. Pedoman Kegiatan Pengembangan Diri. Jakarta:


Departemen Agama.

 Fanani, A.C. 2003. Studi tentang Metode Belajar Mahasiswa Pendidikan Agama Islam
dalam Upaya Pengembangan Diri di Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya
Periode 2000-2002. Surabaya: Skripsi fakultas tarbiyah UIN Sunan Ampel Surabaya.

 Amri, Sofan. 2013. Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar dan Menengah
dalam Teori Konsep dan Analisis. Jakarta: Prestasi Pustakarya.

 Sulistyowati, Endah. 2012. Implementasi Kurikulum Pendidikan Karakter. Yogyakarta:


Citra Aji Parama.

Anda mungkin juga menyukai