Anda di halaman 1dari 74

CURRICULUM VITAE

Nama : Dr. dr. H. Nasrudin Andi Mappaware, SpOG(K), MARS


TTL : Unaaha / 30 Mei 1976
Pekerjaan : Dosen Fak. Kedokteran UMI
Dosen S2 Kebidanan FK UNHAS
Dosen S2 Kespro Pascasarjana UMI
Dosen Bagian OBGIN FK UNHAS
Dosen Bioetika & Profesionalisme Kesehatan FK UNHAS, UNISMUH, UHO & Al-
Khaerat Palu

Jabatan : Ketua BPH RSIA St Khadijah 1 Makassar


Wakil Dekan I FK UMI
Wakil Ketua AIPKI Wil. VI
Sekertaris Bagian Obgin FK UMI

Riwayat Pendidikan :
- Dokter Umum 2001 di FK Universitas Muslim Indonesia
- Spesialis OBGIN 2006 FK Universitas Hasanuddin
- Bioetik, Hukum Kedokteran & HAM 2007 FK Universitas Indonesia
- Bioetik & Profesionalisme Kesehatan 2012 FK Universitas Gajah Mada
- Doktoral (S3) 2013 Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin
- Pendidikan MARS 2017 di Pascasrajana FKM Unhas
- Pendidikan Konsultan Obginsos 2018 di FK UGM
- Pendidikan S2 Bioetika (Sementara) di Sekolah Pasca Sarjana UGM

Riwayat Organisasi :
POGI, IDI, AIPKI, Muhammadiyah, Jaringan Bioetika Nasional, PERSI, MHKI, & MUKISI
SKRINING FAKTOR
RISIKO PADA IBU
HAMIL DIMASA
PANDEMI SEBAGAI
UPAYA PENURUNAN
AKI DAN AKB

Dr. dr. H. Nasrudin Andi Mappaware, Sp.OG(K), MARS


Bagian Obgin FK UH / UMI / POGI Cabang Makassar / RSIA St Khadija 1
LATAR BELAKANG
& ANALISIS SITUASI

2
PETA KEMATIAN IBU TAHUN 2019
Intervensi tetap harus dilakukan
dengan penyesuaian saat Pandemi
COVID-19 agar zona merah
kematian ibu tidak semakin parah
dan zona kuning/hijau kematian ibu
tidak menjadi merah

Keterangan :
0 - 99 : (Hijau)
100 - 200 : (Kuning)
200 - 700 : (Merah) *Titik Merah adalah sebaran kasus COVID-
19 (Besar lingkaran menunjukkan semakin
tinggi kasus terkonfirmasi COVID-19)
Jumlah Kematian Ibu Sumber : Gugus Tugas Percepatan
Penanganan COVID-19 (data per 16 April
Sumber : Data Rutin Kesehatan 2020)
Keluarga Tahun 2019 https://www.COVID19.go.id/situasi-virus- 3
corona/
PETA KEMATIAN BAYI TAHUN 2019
Intervensi tetap harus dilakukan
dengan penyesuaian saat Pandemi
COVID-19 agar zona merah
kematian bayi tidak semakin parah
dan zona kuning/hijau kematian
bayi tidak menjadi merah

Keterangan :
0 - 520 : (Hijau) *Titik Merah adalah sebaran kasus COVID-19

530 – 930 : (Kuning) (Besar lingkaran menunjukkan semakin tinggi


kasus terkonfirmasi COVID-19)
930 – 4500 : (Merah) Sumber : Gugus Tugas Percepatan Penanganan
COVID-19 (data per 16 April 2020)
https://www.COVID19.go.id/situasi-virus-corona/
Jumlah Kematian Bayi
Sumber : Data Rutin Kesehatan Keluarga 4
Tahun 2019
PERMASALAHAN YANG DIHADAPI PROGRAM KESEHATAN
IBU DAN BAYI DALAM MASA PANDEMI COVID-19

1. Pengetahuan ibu dan 2. Belum semua tenaga kesehatan


keluarga terkait COVID-19 tersosialisasi pedoman
dan pelayanan kesehatan pelayanan ibu dan bayi baru
bagi ibu dan bayi barulahir di lahir di era pandemi
era pandemi

3. Pelayanan reguler di 5. Tingginya kasus penderita


Puskesmas, Praktik Mandiri 4. Kebutuhan dan
Bidan dan Posyandu masih ketersediaan serta COVID 19 yang dirawat RS
dilaksanakan secara biasa pemenuhan APD bagi rujukan berpengaruh terhadap
dibeberapa daerah penolong persalinan dan ibu keleluasaan penanganan
bersalin. pelayanan rujukan maternal dan
neonatal

5
PELAYANAN
KESEHATAN
MATERNAL DAN
NEONATAL DI ERA
PANDEMI COVID-19

2
PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK SAAT PANDEMI

IBU HAMIL IBU BERSALIN IBU NIFAS & BAYI IBU MENYUSUI BAYI - BALITA
• Setelah pemeriksaan BARU LAHIR
• Rujukan persalinan • Konseling menyusui Wilayah PSBB/ COVID positif:
kehamilan pertama dg
terencana untuk ibu • Perawatan bayi baru : ditekankan upaya • Pelayanan balita di posyandu
membuat janji dengan
dokter, tunda pemeriksaan hamil berisiko lahir termasuk imunisasi pencegahan ditiadakan
kehamilan selanjutnya, Dan • Segera ke Fasilitas tetap diberikan sesuai penularan COVID 19 • Pemantauan tumbuh kembang
Kesehatan jika sudah mandiri di rumah dengan buku KIA,
melakukan ANC pada trimester rekomendasi PP IDAI*).
ada tanda-tanda (kunjungan rumah untuk balita
3,1 bulan sebelum HPL • Melaksanakan SHK Konseling meliputi
• Manfaatkan Buku KIA sebagai persalinan. berisiko)
(Skrining Hipotiroid  Cuci tangan
• IMD, rawat gabung tidak
media KIE manfaatkan media Kongenital) sebelum • Pelayanan imunisasi di faskes dengan
komunikasi untuk konsultasi. direkomendasikan untuk
menyentuh bayi, janji temu
• Ibu hamil , keluarga dan bayi lahir dari ibu
PDP/Covid19 • Kunjungan nifas & payudara, atau
kader berperan aktif dalam Wilayah tidak PSBB atau tidak ada
• Penggunaan face shield kunjungan bayi baru pompa ASI
memantau tanda bahaya
kehamilan pada neonatus menjadi lahir dilakukan oleh  Gunakan masker COVID positif:
alternatif untuk Nakes saat menyusui • Pemerintah Daerah menentukan
• Buat janji jika ada keluhan
/kondisi yang membutuhkan
pencegahan penularan • Segera ke fasyankes  Bersihkan pompa bisa/tidaknya Pelayanan posyandu
pemeriksaan,penanganan
covid19 pada neonatus bila ada tanda bahaya ASI setiap kali • jika bisa maka diterapkan pencegahan
• Lakukan KB pasca salin dipakai infeksi dan physical distancing
• Pengisian stiker Program pada ibu nifas dan bayi
sesuai prosedur  Ibu positif atau • jika tidak maka pelayanan balita
Perencanaan Persalinan & baru lahir (Baca di Buku
• Menjamin ketersediaan seperti pada wilayah PSBB
Pencegahan Komplikasi (P4K) KIA**) PDP dianjurkan
masker bagi ibu
dipandu melalui alat komunikasi memerah ASI
bersalin, nakes
• Tunda Kelas Ibu Hamil 7
menggunakan APD
Pemeriksaan Tunda
kehamilan pertama pemeriksaan Pemeriksaan
oleh dokter untuk kehamilan kehamilan
IBU HAMIL skrining faktor rIsiko,
buat janji agar tidak
trimester 2 (dapat trimester 3 HARUS
DILAKUKAN 1 bulan
melalui tele konsultasi
menunggu lama klinis) kecuali ada sebelum taksiran
persalinan
tanda bahaya

Memeriksa sendiri
Pengisian stiker Pelajari Buku KIA dirinya, segera ke
P4K dipandu dan terapkan dalam
kehidupan sehari- fasyankes jika
bidan/perawat/
dokter melalui media hari, termasuk ada risiko / tanda
komunikasi mengenali bahaya (baca Buku
TANDA BAHAYA KIA**)

Setelah usia
Pastikan gerak
kehamilan 28 Tunda Kelas Ibu
janin diawali usia
minggu, hitung Hamil atau mengikuti
kehamilan 20 gerakan janin kelas ibu secara
minggu (minimal 10 online
gerakan per 2 jam)
TUJUAN UMUM
Untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh
pelayanan antenatal yang berkualitas sehingga mampu menjalani
kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat & melahirkan bayi yang sehat

TUJUAN KHUSUS
Menyediakan PELAYANAN ANTENATAL terpadu, komprehensif dan
berkualitas, termasuk konseling kesehatan dan gizi ibu hamil, konseling KB
dan pemberian ASI
Menghilangkan “MISSED OPPORTUNITY” pada ibu hamil dalam
mendapatkan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif & berkualitas
MENDETEKSI SECARA DINI kelainan/penyakit/gangguan yang
diderita ibu hamil.
Melakukan INTERVENSI terhadap kelainan/penyakit/gangguan
pada ibu hamil sedini mungkin
Melakukan RUJUKAN KASUS ke fasiltas pelayanan kesehatan
sesuai dengan sistem rujukan yang ada.
POGI
PANDUAN TEKNIS
ANTENATAL
PANDUAN TEKNIS ANTENATAL

1. Antenatal care dengan temu langsung pada ibu hamil dengan suspek atau terkonfirmasi covid-19,
sementara ditunda selama tidak ada keluhan, disarankan untuk menggunakan telekonsultasi atau
menghubungi fasilitas kesehatan bila dirasakan terdapat hal hal yang dirasakan mempengaruhi
kehamilan.

2. Ibu hamil disarankan untuk melanjutkan asuhan antenatal rutin meskipun terdapat beberapa
modifikasi sesuai panduan asuhan antenatal pada masa pandemi, kecuali ibu hamil yang
memerlukan isolasi mandiri karena kontak erat atau sudah terkonfirmasi COVID-19.

3. Konsultasi antenatal langsung secara fisik dilakukan minimal sebanyak 6x pada ibu hamil risiko
rendah, namun pada kasus risiko tinggi frekuensi konsultasi langsung perlu disesuaikan.
TELEKONSULTASI

Pengembangan telekonsultasi
di setiap pelayanan Kesehatan:

• Konsultasi keluhan kehamilan


• Konsultasi pemberian supleman
• Hal hal lain yang perlu
diperhatikan dan didiskusikan
PANDUAN TEKNIS ANTENATAL

4. Riwayat perjalanan terkini, pekerjaan, riwayat kontak dan gejala klinis yang mengarah ke COVID-19
harus ditanyakan secara rutin kepada semua ibu hamil yang melakukan pemeriksaan antenatal.

5. Deteksi dan dukungan pada ibu hamil dengan masalah kesehatan mental juga perlu dilakukan.
Diskusikan mengenai rencana persalinan, kontrasepsi dan pemberian ASI.

6. Semua staf menggunakan alat pelindung diri yang sesuai dengan pedoman (standar yang
direkomendasikan memakai N95 atau masker ganda)
ANCTerpadu:
pelayanan antenatal berkualitas agar: Kehamilan sehat, bersalin
dengan selamat, dan Bayi lahir sehat.

Ibu hamil Rujukan


dengan penang gizi &
masalah gizi tindal lanjutnya

Perencanaan
Ibu hamil
persalinan
berisiko
aman di faskes

Ibu hamil dgn Penanganan


komplikasi komplikasi dan
kebidanan rujukan Permenkes No.97 Tahun 2014

Ibu Ibu hamil Persalinan aman,


hamil
ANC SEHAT Bayi Sehat

Rujukan
10 T Ibu hamil
penang PTM
dengan PTM
dan tinjutnya

Ibu hamil dgn Rujukan


penyakit penang PM dan
menular tinjutnya

Ibu hamil Rujukan penang


dengan gg jiwa dan
gangguan jiwa tindak lanjutnya
PelayananAntenatalSesuaiStandar
( PermenkesNo. 4 Tahun2019 tentang Standar TeknisSPM)
1 Timbang Badan dan Ukur Tinggi Badan
2 Ukur Tekanan Darah
3 Nilai Status Gizi (ukur LiLA)
4 (ukur) Tinggi Fundus Uteri 5T
+
5 Tentukan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin 7T
6 Skrining Status Imunisasi TT (dan Pemberian Imunisasi TT bila +
10T
diperlukan )
7 Pemberian Tablet Besi (90 Tablet selama kehamilan)
8 Test Laboratorium (Hb, Golongan Darah (bila belum pernah
dilakukan sebelumnya), pemeriksaan protein urin (bila ada indikasi),
yang pemberiannya disesuaikan dengan trimester kehamilan)
9 Tata Laksana / Penanganan Kasus sesuai Kewenangannya
10 Temu Wicara (Konseling) sesuai dengan buku pedoman Pelayanan
Antenatal Terpadu
Pelayanan antenatal terpadu diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten yaitu D
Bidan dan Perawat terlatih yang mempunyai kemampuan melakukan:

A. Anamnesis
a) Keluhan atau masalah yang dirasa oleh Ibu saat ini
b) Riwayat persalinan yang lalu dan riwayat reproduksi serta penyakit Ibu
B. Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan obstetri, pemeriksaan psikologis,
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya termasuk
rujukan
C. Penanganan kasus dan tindak lanjut kasus
D. Pencatatan hasil pemeriksaan antenatal terpadu.
E. Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) efektif
A. ANAMNESIS
a) Menanyakan keluhan atau masalah yang dirasakan oleh ibu saat ini.
b) Menanyakan tanda-tanda penting yang terkait dengan masalah kehamilan
dan penyakit yang kemungkinan diderita ibu hamil
c) Menanyakan status kunjungan (baru atau lama), riwayat kehamilan yang
sekarang, riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya dan riwayat
penyakit yang diderita ibu.
d) Menanyakan status imunisasi Tetanus Toksoid.
e) Menanyakan jumlah tablet Fe yang dikonsumsi.
f) Menanyakan obat-obat yang dikonsumsi seperti: antihipertensi, diuretika,
anti vomitus, antipiretika, antibiotika, obat TB, dan sebagainya.
g) Di daerah endemis Malaria, tanyakan gejala Malaria dan riwayat pemakaian
obat Malaria.
h) Di daerah risiko tinggi IMS, tanyakan gejala IMS dan riwayat penyakit pada
pasangannya. Informasi ini penting untuk langkah-langkah penanggulangan
penyakit menular seksual.
i) Menanyakan pola makan ibu selama hamil yang meliputi jumlah, frekuensi
dan kualitas asupan makanan terkait dengan kandungan gizinya.
j) Menanyakan kesiapan menghadapi persalinan dan menyikapi kemungkinan
terjadinya komplikasi dalam kehamilan
Kehamilan Risiko Tinggi (KRT)
INGAT: SEMUA KEHAMILAN BERISIKO
1. Primi gravida muda (<20 tahun) atau tua (>35 tahun).
2. Grandmultigravida (umur>35 tahun dan paritas >3).
3. Ibu Pendek(< 140 cm) atau gemuk (BMI > 25 kg/m2).
4. Penyakit infeksi: Malaria, Typhoid, Tuberculosis, HIV
5. Penyakit non infeksi: Jantung, Ginjal, Liver, DM, SLE,
Asthma, Anemia
6. Preeklampsia atau Eklampsia.
7. Perdarahan Antepartum.
8. Kelainan letak dan presentasi.
9. Riwayat seksio sesarea.
10. Riwayat perdarahan pascasalin.
11. Riwayat kelainan pada kehamilan/kelahiran sebelumnya
DETEKSI DINI KEHAMILAN BERISIKOTINGGI
B. PEMERIKSAAN
LEOPOLD 1: LEOPOLD 2: LEOPOLD 3: LEOPOLD 4:
MENENTUKAN MENENTUKAN MENENTUKAN MENENTUKAN
TINGGI TUNDUS SITUS JANIN, BAGIAN TERENDAH MASUK TIDAKNYA
UTERI (TFU), MENENTUKAN JANIN BAGIAN TERENDAH
MENENTUKAN USIA PUNGGUNG JANIN (BALLOTEMEN JANIN, SEJAUH
KEHAMILAN = KEPALA, MANA MASUKNYA
DENGAN
LUNAK LEBAR =
PERLIMAAN
BOKONG)
MEMANTAU TUMBUH KEMBANG JANIN (NILAI NORMAL)
PEMERIKSAAN USG SAAT ANC OLEH DOKTER UMUM
C. PENANGANAN & TINDAK LANJUT KASUS
D. PENCATATAN HASIL PEMERIKSAAN
ANTENATAL TERPADU

• Pencatatan hasil pemeriksaan merupakan bagian dari


standar pelayanan antenatal terpadu yang berkualitas.
• Setiap kali pemeriksaan, tenaga kesehatan wajib
mencatat hasilnya pada rekam medis, Kartu Ibu dan Buku
KIA.
E. KOMUNIKASI, INFORMASIDAN
EDUKASI (KIE) YANGEFEKTIF
Standar PelayananAntenatal Menurut WHO 2016
Pada Nopember 2016 WHO ANC 8 kali, WHO 2012 “ Focused Antenatal
Care” (FANC) 4 kali, dengan harapan::
1. Meningkatkan kualitas ANC dan hasil luaran dari maternal fetal, dan bayi
baru lahir terkait dengan asuhan antenatal yang dilakukan.
2. Melengkapi pedoman WHO penatalaksanaan kehamilan yang mengalami
komplikasi
3. Memprioritaskan kesehatan ibu hamil yang berorientasi pada kesejahteraan
ibu hamil sesuai dengan pendekatan berbasis hak asasi manusia dan tidak
hanya pencegahan kematian dan morbiditas
4. Ruang lingkup pedoman ini berdasar pada pandangan dari sisi perempuan
yang menunjukkan bahwa perempuan akan mendapatkan pengalaman
kehamilan yang positif dari asuhan antenatal yang didapatkan. Pengalaman
kehamilan yang positif diartikan sebagai upaya menjaga normalitas fisik dan
sosial budayamemperlihatkan kehamilan yang sehat bagi ibu dan bayi
sampai pasca persalinan.
Model ANC 2016 menurutWHO
TUJUAN MODEL ASUHAN ANTENATAL WHO 2016 sebanyak 8 kali kunjungan bu
hamil adalah untuk memberikan perawatan yang penuh perhatian, individual
dan berpusat pada ibu hamil dalam setiap kunjungan, dengan pelaksanaan
praktik klinis yang efektif (intervensi dan tes), dan penyediaan informasi yang
relevan dan tepat waktu, dan dukungan psikososial dan emosional oleh para
praktisi dengan keterampilan klinis dan interpersonal yang baik dalam sistem
kesehatan yang berfungsi dengan baik.
Pedoman asuhan antenatal WHO 2016 meliputi 39 rekomendasi yang di ambil
dari “Guide Clinic Development Group” (GDG) dan 10 rekomendasi materi yang
berkaitan dengan asuhan antenatal yang telah digabung dengan
pedoman lain dan telah disetujui “Guideline Review Committe (GRC).
Rekomendasi diatas dikelompokkan menjadi 5 kelompok sesuai jalur
intervensinya:
A. Intervensi gizi
B. Pengkajian fetual dan maternal
C. Tindakan pencegahan
D. Intervensi untuk gejala fisiologi umum
E. Intervensi sistem kesehatan untuk meningkatkan pemanfaatan dan kualitas
asuhan antenatal
Peran Dokter Umum & Bidan dalam ANC
• Skrining penyakit penyerta ibu dengan:
• Anamnesis mendalam
• Pemeriksaan fisik
• Intepretasi hasil laboratorium
• Edukasi
• Merujuk jika terdapat komplikasi

Standar Kunjungan Pelayanan Antenatal 2020


Trimester Jumlah Kunjungan Minimal Waktu Kunjungan Yang Dianjurkan

I 2 kali Sebelum minggu ke-12

II 1 kali Antara minggu ke-24 - 28

III 3 kali Antara minggu ke-30 - 38

Minimal 2 kali ke dokter untuk deteksi kelainan medis pada trimester 1 dan 3
Ringkasan Pelayanan Standar Buku KIA Revisi 2020
Pemeriksaan dan Tindakan I II III
Anamnesis
Riwayat medis lengkap ✓
Catatan pada kunjungan sebelumnya ✓ ✓ ✓
Keluhan yang mungkin dialami selama hamil ✓ ✓
Pemeriksaan fisik umum
Pemeriksaan fisik umum lengkap ✓ ✓
Keadaan umum ✓ ✓ ✓
Indeks Massa Tubuh ✓
Tekanan darah ✓ ✓ ✓
Frekuensi Nadi ✓ ✓ ✓
Suhu tubuh ✓ ✓ ✓
Tinggi badan ✓
Berat badan ✓ ✓ ✓
Lingkar lengan atas (LILA) ✓
Gejala anemia (pucat, nadi cepat) ✓ ✓ ✓
Ringkasan Pelayanan Standar Buku KIA Revisi 2020
Pemeriksaan dan Tindakan I II III
Edema ✓ ✓ ✓
Tanda bahaya lainnya (sesak, perdarahan, dll)
✓ ✓ ✓
Pemeriksaan terkait masalah pada kunjungan
sebelumnya ✓ ✓
Pemeriksaan obstetrik
Vulva/perineum ✓
Pemeriksaan inspekulo ✓
Tinggi fundus ✓ ✓
Pemeriksaan obstetrik manuver Leopold ✓ ✓
Denyut jantung janin ✓ ✓
Pemeriksaan penunjang
Kadar Hemoglobin ✓ ✓
Golongan darah ABO dan Rhesus ✓
Glukosa darah sewaktu ✓
Ringkasan Pelayanan Standar Buku KIA Revisi 2020
Pemeriksaan dan Tindakan I II III
Gula darah puasa ✓
Gula darah 2 jam post prandial ✓
Tes HIV (H) ✓
Tes Sifilis (S) ✓
Tes Hepatitis B ✓
Protein Urin ✓ ✓
Urin Reduksi ✓ ✓
USG Obstetri Dasar Terbatas ✓ ✓
Imunisasi, suplementasi dan KIE
Skrining status TT dan vaksinasi sesuai status

Zat besi dan asam folat ✓ ✓ ✓
Aspirin * * *

Keterangan:
* Pada ibu hamil dengan risiko preeklamsia maka diberikan kalsium 1500 gr/hari dan aspirin 80mg/hari
Lembar Yang Harus Diisi Oleh Dokter dalam
Buku KIA Revisi 2020
• Pelayanan dokter pada trimester 1 (usia kehamilan < 12
minggu) atau pada kontak 1 (Hal: 5, 6)
• Skrining Preeklampsia pasa usia kehamilan <20 minggu (Hal:9)
• Pelayanan dokter pada trimester ketiga (usia kehamilan 32-36
minggu) atau pada kontak 2 (Hal: 5, 6)
• Pelayanan oleh Dokter Spesialis (Bukan hanya SpOG, spesialis
apapun dimana ibu hamil berkonsultasi sehubungan dengan
keluhannya (Hal: 11-12)
• Lembar rujukan (Hal: 15)
POGI
PANDUAN TEKNIS
SINGKAT VAKSINASI
COVID PADA IBU HAMIL
DAN MENYUSUI
PANDUAN TEKNIS SINGKAT VAKSINASI COVID-19
PADA IBU HAMIL DAN MENYUSUI

a. Semua jenis vaksi yang ada saat ini dapat diberikan pada ibu hamil dan menyusui (Sinovac, Sinopharm, AstraZeneca,
Moderna, Pfizer, J&J / Janssen).
b. Ibu hamil yang mendapat vaksinasi diutamakan kelompok sebagai berikut:
• Tenaga kesehatan
• Risiko tinggi
• Usia diatas 35 tahun
• Disertai komorbid (contoh: riwayat hipertensi, DM, penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit autoimun)
• Obese (BMI diatas 30)
• Risiko rendah: dapat dilakukan vaksinasi covid-19 setelah konseling.
c. Vaksinasi covid-19 pada ibu hamil hanya dapat dilakukan dengan pengawasan dokter.
d. Pemberian vaksinasi dosis pertama dianjurkan untuk diberikan diatas 12 minggu dan diharapkan paling lambat usia
kehamilan 33 minggu, sehubungan dengan periode kritikal organogenesis trimester 1 dan guna memberikan
perlindungan pada akhir trimester 2 dan 3.
PANDUAN TEKNIS SINGKAT VAKSINASI COVID-19
PADA IBU HAMIL DAN MENYUSUI

e. Bagi ibu yang telah mendapat suntikan vaksinasi covid-19 kemudian diketahui hamil, tetap dapat dijadwalkan untuk
mengikuti penyuntikan dosis ke-2 (usia kehamilan lebih dari 12 minggu).
f. Melakukan konseling pada ibu hamil yang meliputi:
• Risiko jika terpapar virus COVID-19
• Risiko keparahan infeksi COVID-19
• Keuntungan vaksinasi COVID-19
• Keamanan vaksinasi COVID-19
g. Tidak dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan tes kehamilan sebelum dilakukan vaksinasi covid-19.
h. Tidak dianjurkan untuk menunda kehamilan bagi ibu yang telah mendapatkan vaksinasi covid-19 secara lengkap.
i. Vaksinasi COVID-19 dapat diberikan pada pasangan yang sedang merencanakan kehamilan.
j. Pasca penyuntikan vaksinasi covid-19 harus dilakukan pemantauan dan pencatatan oleh tim yang ditunjuk.
SKRINING VAKSINASI IBU HAMIL DAN MENYUSUI

1. Usia kehamilan
Trimester 1  ditunda untuk vaksinasi
Trimester 2&3  rekomendasi
2. Ibu hamil dengan PE  ditunda untuk vaksinasi
3. Riwayat anafilaksis karena vaksinasi covid-19
4. Suhu dan Tekanan Darah  Suhu < 37,5℃/TD < 140/90 mmHg
5. Ibu hamil dengan Riwayat:
Penyakit autoimun
Riwayat anafilaksis bukan karena vaksinasi covid-19
Alergi obat, rhinitis alergi, urtikaria, dermatitis atopic
HIV
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), asma, ILD
Penyakit hati, transplantasi hati
Ibu hamil dengan Riwayat hipertensi
Penyakit ginjal kronik (PGK), tranplantasi ginjal
Gagal jantung, penyakit jantung koroner, penyakit jantung bawaan, aritmia
Penyakit gastrointestinal
diabetes melitus tipe 2
SKRINING VAKSINASI IBU HAMIL DAN MENYUSUI

obesitas
hipertiroid dan hipotiroid, nodul tiroid
penyakit gangguan psikomatis
 rekomendasi untuk vaksinasi selama tidak ada komplikasi akut dan keadaan terkontrol

6. Ibu hamil & menyusui dengan kanker darah, kanker tumor padat, kelainan darah seperti talasemia,
imunohematologi, hemofilia, gangguan koagulasi dan kondisi kelainan darah lainnya  vaksinasi ditunda.
Kelayakan dari individu untuk vaksinasi ditentukan oleh dokter ahli terkait (SpOG, IPD & Spesialis lainnya.

7. Ibu hamil & menyusui yang ditunda vaksinasinya, apabila terdapat:


• reaksi alergi berupa anafilaksis dan reaksi alegi berat akibat vaksin Covid-19 dosis pertama ataupun akibat
dari komponen yang sama yang terkandung dalam vaksin Covid-19
• individu yang sedang terinfeksi covid-19
• Ibu hamil & menyusui terdiagnosis penyakit imunodefisiensi primer.

8. Ibu hamil & menyusui sebagai penyintas dapat divaksinasi setelah 3 bulan dinyatakan negatif.
Kondisi Ideal untuk Hamil Sehat (Layak Hamil)
1. Usia antara 20 – 35 tahun
2. Status gizi normal / IMT 18,5 – 25,0
3. Tidak KEK / LiLA ≥ 23,5 cm
4. Tidak Anemia / Hb ≥ 12 g/dL
5. Jumlah anak < 3
6. Jarak antar kehamilan 2-3 tahun
7. Tidak mempunyai penyakit kronis seperti darah tinggi,
diabetes, kanker, masalah kejiwaan dll, atau penyakit dalam
kondisi terkontrol
8. Tidak mengidap penyakit menular dan penyakit menular
seksual seperti TB Paru, Malaria, IMS, HIV dll, atau penyakit
dalam kondisi terkontrol
9. Tidak sama-sama mempunyai riwayat keluarga dengan
penyakit Hemofilia atau Talasemia antara perempuan dan
laki-laki
REKOMENDASI UTAMA untuk TENAGA
KESEHATAN
yang MENANGANI IBU HAMIL, BERSALIN, NIFAS dengan
COVID-19
 Tetap melakukan pencegahan penularan COVID-19
 Jaga jarak minimal 1 meter jika tidak perlu tindakan
 Gunakan level APD yang sesuai

 Jika ada tindakan membuka mulut atau yang menimbulkan aerosol, gunakan masker N95
 Tempatkan pasien dengan COVID-19 atau PDP dalam ruangan khusus
 Bayi yang lahir dari ibu terkonfirmasi COVID-19 dianggap sebagai PDP dan ditempatkan di
ruangan isolasi

 Siapkan fasilitas perawatan terpisah pada ibu terkonfirmasi COVID-19 atau PDP dengan bayinya
untuk mengurangi transmisi
 Pemulangan pasien post partum sesuai rekomendasi
KESIMPULAN
1. Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal di era pandemi COVID-19, keselamatan
tenaga kesehatan jangan dilupakan sehingga diperlukan penyesuaian agar baik tenaga
kesehatan maupun pasien terhindar dari penularan.
2. Fasilitas kesehatan baik primer maupun rujukan harus betul-betul siap dalam
pemenuhan APD, sarana prasarana dan SDM perlu mapping fasyankes yang mampu
memberikan pelayanan maternal di masa pandemi COVID-19.
3. Memperkuat kemampuan FKTP/Praktek Mandiri Bidan dalam
mendeteksi komplikasi/faktor risiko ibu hamil sehingga dapat dilakukan rujukan
terencana.
4. Pemerintah (Pusat dan daerah) berkontribusi ketersediaan APD, mengingat
tidak tercover dalam pembiayaan JKN.
5. Pemanfaatan aplikasi SISRUTE, PSC 119 dan sistem informasi rujukan lainnya
dipastikan selalu siap untuk mendukung rujukan Maternal dan neonatal di era Pandemi
Covid-19
TAKE HOME MESSAGE
Pelayanan Antenatal Terpadu merupakan pelayanan antenatal
komprehensif dan berkualitas, mencakup pelayanan promotif,
preventif, sekaligus kuratif dan rehabilitatif
Setiap tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan pemerintah
maupun swasta harus dapat memberikan pelayanan yang
komprehensif (Anamnesis, Pemeriksaan Fisik dan
Penunjang secara mendetail) terhadap ibu hamil
Peran Dokter, bidan) kunci dalam menurunkan
angka kematian ibu, terutama dari segi promotif
dan preventif, dengan Rujukan sedini mungkin
(kondisi baik, bukan dalam kegawatdaruratan)
REFERENSI
Pedoman Antenatal Terpadu. Kementrian Kesehatan DirekturJenderal Bina Kesehatan Masyarakat,2010
WHO 2016. WHO Recomendations on Antenatal Care for A Positive Pregnancy Experience. Geneve: World Health Organization, 2016.
Buku KIA Kesehatan Ibu dan Anak. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2020
Buku Acuan Peningkatan Kapasitas Dokter Dalam Yankes Ibu dan Bayi di 120 Kabupaten/Kota Lokus Percepatan Penurunan AKI dan AKB Melalui
Metode Blended Learning
Jazakallahu khairan Katsira …
Thanks …
t erk ait COVID- 19 *)Tatalaksana kehamilan dan persalinan dengan COVID-19 sesuai rekomendasi PP
POGI https://bit.ly/RekomendasiPOGIdanIDAI
INFORMASI TERKINI **)Tanda
bahaya ibu dan bayi dapat dilihat di Buku KIA
http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/buku%20kia%202019.pdf
https://www.covid19.go.id/
Pelayanan ibu dan bayi tetap memperhatikan prinsip pencegahan penularan
HOTLINE COVID-19 : PSC 119 ext
2
9 COVID-19 Carilah informasi yang benar tentang COVID-19 0
POGI
PANDUAN ISOLASI
MANDIRI
MENGAPA IBU HAMIL / NIFAS HARUS ISOMAN?

• Hasil swab antigen atau PCR menunjukkan positif COVID-19.


• Bumil memiliki gejala terpapar COVID-19 dan sedang menunggu untuk tes PCR
atau hasil tes PCR.
• Bumil telah melakukan kontak erat dengan orang terinfeksi COVID-19.
• Bumil telah mengunjungi daerah/negara tertentu dengan risiko tinggi COVID-19.
Mengapa Isolasi Mandiri Harus Dilakukan?
Memutus Rantai Penularan COVID-19

Isolasi mandiri adalah upaya seseorang yang terpapar COVID-19, tanpa gejala atau
dengan gejala ringan, untuk mencegah penyebaran infeksi dengan melakukan
isolasi dirinya (mandiri).
SYARAT ISOLASI MANDIRI BAGI IBU HAMIL & IBU NIFAS

1. Hasil pemeriksaan Swab Antigen/ PCR Positif


2. Rumah/lokasi memungkinkan untuk isolasi mandiri
3. Tidak memiliki gejala atau kategori ringan: flu, anosmia, demam ringan, pegal-pegal
4. Tidak memiliki penyakit penyerta (hipertensi, DM, obesitas, autoimun, jantung,
penyakit paru)
5. Mendapatkan izin untuk isolasi mandiri setelah melalui pemeriksaan dari
dokter/tenaga Kesehatan.
6. Usia kehamilan < 39 minggu
7. Tidak ada komplikasi/kegawatdaruratan kehamilan dan nifas.
8. Belum ada tanda-tanda inpartu
9. Isoman dilaksanakan selama 10 hari atau +3 hari bebas gejala (setelah selesai
melakukan pemeriksaan ulang swab antigen/ PCR). Setelah melewati masa isolasi,
kontrol ke FKTP terdekat atau melalui telemedicine
10.Akses pemantauan (melapor pada RT/RW, FKTP)
SYARAT ISOLASI MANDIRI DI RUMAH
Syarat Klinis Syarat Lainnya

1. Kesehatan umum ‒ Melaporkan melakukan isolasi mandiri kepada RT/RW tempat


tinggalnya
- Usia <45 tahun
‒ Mendapatkan izin untuk isolasi mandiri setelah melalui
- Tanpa gejala/ gejala ringan : batuk,pilek, sakit kepala,
pemeriksaan dari dokter/tenaga Kesehatan
demam <38 derajat C ,anosmia(hilang penciuman ) nyeri
sendi, sakit perut, diare, nyeri tenggorokan , ‒ Dilakukan pemantauan rutin oleh Puskesmas

- Tidak memiliki komorbid : hipertensi, Diabetes Melitus, ‒ Isoman dilaksanakan 10 hari atau 3 hari bebas gejala
obesitas, jantung, penyakit terkait autoimun,penyakit
‒ setelah selesai isoman tidak perlu dilakukan pemeriksaan
paru, tuberculosis
ulang swab antigen/ PCR).
2. Kondisi Kehamilan ‒ Setelah melewati masa isolasi, kontrol ke FKTP terdekat atau
- Tidak ada tanda bahaya/kegawatdaruratan kehamilan dan melalui telekonsultasi.
nifas. Belum ada tanda-tanda persalinan

- Usia kehamilan dibawah 39 minggu


ISOLASIMANDIRIUNTUK IBU HAMIL
PENDERITA COVID-19

1. Ibu hamil yang sedang menjalani isolasi mandiri diberikan konseling dan panduan isolasi di rumah
sesuai protokol isolasi diri sendiri dalam penanganan COVID-19 yang mengacu pada Surat Edaran
Menteri Kesehatan Nomor HK.02.01/MENKES/202/2020 Tahun 2020 Tentang Protokol Isolasi Diri
Sendiri Dalam Penanganan Coronavirus Disease (COVID-19).

2. Mengingat kemungkinan persalinan prematur yang lebih tinggi pada ibu hamil penderita Covid-19,
sebaiknya ketika menjalani isolasi di rumah menghindari pekerjaan berat, mengurangi stress pikiran
(dapat melakukan yoga, peregangan, cukup tidur), berkomunikasi dengan petugas kesehatan
apabila timbul kencang atau kontraksi perut yang teratur, rasa menekan di perut bagian bawah, nyeri
pinggang yang menetap, ada pengeluaran per vaginam berupa lendir yang lebih banyak dari biasanya
atau bercak darah.
ISOLASIMANDIRIUNTUK IBU HAMIL
PENDERITA COVID-19

3. Ibu hamil yang sedang menjalani isolasi mandiri sebaiknya dibekali sarana komunikasi dan nomor
kontak petugas yang bisa dihubungi untuk konsultasi dengan unit pelayanan maternal di tingkat
puskesmas dan petugas lain yang ditunjuk di FKTP terdekat dan petugas BKKBN.

4. Ibu hamil yang sedang menjalani isolasi mandiri sebaiknya diberikan formulir penilaian diri (self
assessment) kondisi kejiwaan, dan apabila ada keluhan atau penilaian yang memerlukan konsultasi,
bisa menghubungi petugas yang menangani kesehatan mental (mental health) di puskesmas
(Petugas Kesehatan Jiwa Puskesmas), dan apabila ada keluhan yang memerlukan konsultasi dengan
dokter spesialis (psikiatri) pada Satgas Covid RS atau dokter di RSJ dapat dilakukan dengan cara
telemedicine.
ISOLASIMANDIRIUNTUK IBU HAMIL
PENDERITA COVID-19

5. Ibu hamil yang melakukan isolasi di rumah dianjurkan untuk diberikan suplementasi vitamin terdiri
dari:
• Vitamin D 1000 – 5000 IU per hari
• Vitamin C, pilihannya berupa :
Tablet vitamin C non acidic 500 mg per 6-8 jam sekali (untuk 14 hari)
Tablet hisap vitamin C 500 mg per 12 jam sekali (selama 30 hari)
• Multivitamin yang mengandung vitamin C sebanyak 1-2 tablet per hari (selama 30 hari)
• Dianjurkan multivitamin yang mengandung C, B, E, Zink.
• Tablet tambah darah (TTD) dilanjutkan sesuai dosis sesuai panduan kemenkes
ISOLASIMANDIRIUNTUK IBU HAMIL
PENDERITA COVID-19

6. Ibu hamil yang melakukan isolasi di rumah sebaiknya dibekali dengan alat pemeriksaan suhu tubuh
(termometer) dan diajarkan cara membaca dan melaporkan hasilnya secara harian kepada petugas,
dan kalau memungkinkan sebaiknya dibekali dengan oxymeter untuk mengukur saturasi oksigen

7. Ibu hamil yang melakukan isolasi di rumah harus diberitahu tanda perburukan seperti : demam
tinggi diatas 38 C, frekuensi nafas diatas 24 kali per menit, denyut nadi diatas 100 kali per menit, rasa
berat bernafas, sesak nafas, berkeringat dingin, berdebar atau ada tanda bahaya dari kehamilannya
(nyeri kepala, keluar air ketuban, keluar darah, gerak anak berkurang) dan segera melaporkan
kepada petugas
ISOLASIMANDIRIUNTUK IBU HAMIL
PENDERITA COVID-19

8. Ibu hamil yang melakukan isolasi di rumah sebaiknya dilakukan telemedicine (telekonsultasi) dan
didokumentasikan dalam kegiatan telemedicine harian dan apabila sudah selesai kegiatan isolasinya
segera diberikan surat keterangan selesai isolasi yang ditandatangani dokter umum fasilitas
kesehatan terdekat (Puskesmas)

9. Ibu hamil yang melakukan isolasi di rumah diberikan cara menghitung gerakan bayi dengan cara
“menghitung 10 gerakan dari Cardiff “(The ‘Cardiff Count to Ten). Ibu hamil diajarkan menghitung
gerakan janin mulai jam 8 pagi, dan apabila gerakan 10 kali sudah didapatkan (umumnya satu
sampai dengan dua jam), maka bayi masih kondisi baik dan ibu selesai menghitung gerakan janin
untuk hari itu. Apabila dalam 12 jam (sampai jam 8 malam) belum didapatkan gerakan 10 kali, maka
ibu melaporkan kepada petugas
ISOLASIMANDIRIUNTUK IBU HAMIL
PENDERITA COVID-19

10. Ibu hamil risiko tinggi dengan komorbid maupun ada komplikasi medis seperti ; asma, penyakit
jantung, diabetes, pengakit ginjal kronik, penyakit hati, disabilitas, obese, HIV, TBC , penyakit
autoimun, sebaiknya dilakukan isolasi di tempat khusus yang memungkinkan dilakukan
pemantauan langsung oleh petugas, misalnya sarana khusus atau fasilitas yang dipersiapkan Pemda
atau rumah sakit

11. Ibu hamil yang mengalami masalah kebidanan risiko tinggi seperti preeklampsia, plasenta previa
dengan riwayat perdarahan, riwayat SC lebih satu kali dengan keluhan, riwayat dirawat dengan KPD
atau ancaman persalinan prematur, sebaiknya melakukan isolasi di rumah sakit.
ISOLASIMANDIRIUNTUK IBU HAMIL
PENDERITA COVID-19

12. Ibu hamil yang melakukan isolasi di rumah diberikan nomor kontak telepon petugas kesehatan
terdekat, meliputi petugas Puskesmas Program Penanggulangan Penyakit Menular (P2M), tracer
Puskesmas, Bidan (KIA) Puskesmas, penanggung jawab Program Kesehatan Jiwa Puskesmas, petugas
BKKBN

13. Khusus pasien ibu hamil konfirmasi dengan gejala berat / kritis yang sudah dipulangkan tetap
melakukan isolasi mandiri minimal 7 hari dalam rangka pemulihan dan kewaspadaan terhadap
munculnya gejala COVID-19, dan secara konsisten menerapkan protokol kesehatan.
ISOLASIMANDIRIUNTUK IBU HAMIL
PENDERITA COVID-19

14. Pasca isolasi mandiri, mengingat kemungkinan penyakit akan lebih berat apabila terkena Covid-19
di trimester 3, ibu hamil khususnya yang sudah mencapai trimester 3 sebaiknya sangat membatasi
diri untuk kontak dengan orang lain (social distancing)

15. Waktu isolasi diri sendiri untuk kasus covid-19 tanpa gejala adalah selama 10 hari dan gejala ringan
adalah selama 10 hari plus 3 hari
APA YANG DISARANKAN SAAT ISOLASI MANDIRI?

• Ukur dan catat suhu tubuh dan saturasi oksigen 2 kali sehari (pagi dan malam hari)

• Bila sesak napas dan demam tinggi segera hubungi petugas Kesehatan
• Konsumsi makanan yang bergizi
• Suplementasi: zat besi, asam folat, vitamin D, kalsium
• Ibu hamil membutuhkan 10 gelas air minum per hari (2,5 L) sedangkan ibu menyusui membutuhkan 13 gelas air minum per hari (2,8 L)
• Lakukan olahraga ringan/streching untuk usia kehamilan diatas 28 minggu
• Tidur cukup 6-8 jam
• Rutin pantau gerakan janin bila usia kehamilan diatas 18-20 minggu (minimal 10 gerakan dalam 12 jam)
• Hindari stress, lakukan hal-hal yang disenangi, misalnya membaca Buku KIA, mendengarkan musik, melakukan senam hamil/ yoga
ringan dan beribadah sesuai agama dan kepercayaan
• Konsumsi obat-obatan simptomatik maupun antivirus bila dibutuhkan (atas izin dokter melalui pemeriksaan fisik/ telemedicine)
• Mengisi logbook harian.
KAPAN BUMIL HARUS KE RUMAH SAKIT?

• Gejala bertambah berat


• Sesak napas, napas terasa berat,
frekuensi napas > 24 kali permenit
• Saturasi oksigen < 95%
• Gerak janin lemah atau tidak dirasakan
• Tanda bahaya kehamilan; atau
• Tanda bahaya nifas
CATATAN HARIAN ISOLASI MANDIRI BUMIL
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 Hari 8 Hari 9 Hari 10 Hari 11 Hari 12 Hari 13 Hari 14

Tanggal

Gejala

Suhu (0C)

Saturasi O2

Frekuensi
Nadi
Laju Nafas

Keluhan lain

Gerakan
janin dalam
12 jam
Kontraksi
Rahim
Pengeluaran
cairan/darah
dari
kemaluan
Tanda
Bahaya Ibu
Hamil
Tanda
Bahaya Ibu
Nifas
POGI
PANDUAN OBAT-
OBATAN
TANPA GEJALA

• Vitamin C non acidic 500 mg 3-4 kali sehari


(selama 14 hari)
• Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam (selama
30 hari)
OBAT-OBATAN • Vitamin D 1000-5000 IU/hari
UNTUK IBU • Dapat diberikan multivitamin tambahan
(C,B,E dan Zinc)
HAMIL
DENGAN
COVID-19
GEJALA RINGAN

• Vitamin C non acidic 500 mg 3-4 kali sehari


• Tablet isap vitamin C 500 mg / 12 jam (30 hari)
• Vitamin D 5000 IU 1 kali sehari

OBAT-OBATAN •
Dapat diberikan multivitamin (C,B,E dan Zinc)
Antivirus
UNTUK IBU • Pemberian anti virus tidak diberikan secara rutin
• Kalau diberikan anti virus perlu dipertimbangkan
manfaat dan risiko bagi ibu dan janin
HAMIL • Pengobatan simptomatis seperti parasetamol bila
demam
DENGAN
COVID-19
PANDUAN OBAT-OBATAN

GEJALA SEDANG-BERAT
• Suplementasi:
1. Vitamin C 200-400 mg / 8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1 jam diberikan secara drip intravena (IV)
2. Vitamin D 5000 IU per hari
3. Antivirus : Remdesivir 200 mg IV drip (hari ke-1) dilanjutkan 100 mg IV drip (hari ke 2-10)
4. Antibiotika
Pemberian antibiotika pada kasus covid-19 yang berat dan tidak menganjurkan pemberian antibiotika rutin pada kasus covid-19 yang
ringan. Prinsip penatagunaan Antimikroba (antimicrobial stewardship) harus dilakukan.Pemberian antibiotika tetap dilakukan evaluasi
sesuai rekomendasi nasional
5. Anti-inflamasi
Kortikosteroid: Dexamethason 6 mg/24 jam untuk paling lama 10 hari
7. Anti-interleukin 6 (bila tersedia dan dibutuhkan) dengan dosis 8 mg/kgBB single dose.
Keputusan untuk memberikan anti-interleukin 6 diperlukan konseling manfaat dan risikonya
8. Terapi lain:
• Pemberian oksigen (HFNC)/NIV sampai dengan Ventilasi Mekanik Invasif (intubasi)
• Antikoagulan (LMWH / UFH) dapat diberikan segera setelah rawat inap, kecuali akan terjadi persalinan kurang dari 12 jam, maka
pemberian baru dilakukan 12 jam pasca salin, dimulai dengan Enoxaparin 40 mg, 2 kali sehari subkutan atau UFH 7500 Unit, 3 kali
sehari subkutan dan dapat dinaikkan sesuai DPJP. Dapat diberikan 10 hari setelah pulang dari RS dan dilanjutkan 6 minggu pascasalin
pada kasus berat.
• Terapi plasma konvalesen,, antibody monoclonal, sel punca, IVIG perlu didiskusikan bersama tim multidisiplin lainnya.
• .

Anda mungkin juga menyukai