Dosen Pengampu:
Di susun oleh:
Kelompok 4
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Tindakan Khusus
pada Patologi Antenatal”. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyelesaian makalah ini. Secara khusus ucapan terima kasih kepada Ibu Ns. Lili
masukan pada kami. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada keluarga dan teman-
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini
sehingga maksud dan tujuan dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan serta
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1.Latar Belakang................................................................................................ 1
1.2.Rumusan Masalah........................................................................................... 1
1.3.Tujuan penulisan............................................................................................. 1
1.4.Manfaat penulisan........................................................................................... 1
BAB II ISI.................................................................................................. 2
3.1. Kesimpulan.......................................................................................... 32
3.2. Saran................................................................................................... 32
1. Risiko
Risiko adalah suatu ukuran statistik dari peluang atau kemungkinan untuk
terjadinya suatu keadaan gawat-darurat yang tidak diinginkan pada masa mendatang,
seperti kematian, kesakitan, kecacatan, ketidak nyamanan, atau ketidak puasan (5K)
pada ibu dan bayi.
Kehamilan tanpa masalah / faktor risiko, fisiologis dan kemungkinan besar diikuti oleh
persalinan normal dengan ibu dan bayi hidup sehat.
Kehamilan dengan satu atau lebih faktor risiko, baik dari pihak ibu maupun janinnya yang
memberi dampak kurang menguntungkan baik bagi ibu maupun janinnya, memiliki
risiko kegawatan tetapi tidak darurat.
Perdarahan sebelum bayi lahir, memberi dampak gawat dan darurat bagi jiwa
ibu dan atau banyinya, membutuhkan di rujuk tepat waktu dan tindakan segera untuk
penanganan adekuat dalam upaya menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya.
Ibu dengan faktor risiko dua atau lebih, tingkat risiko kegawatannya meningkat,
yang membutuhkan pertolongan persalinan di rumah sakit oleh dokter Spesialis.
(Poedji Rochjati, 2003).
1. Primi muda
Ibu hamil pertama pada umur ≤ 16 tahun, rahim dan panggul belum tumbuh
mencapai ukuran dewasa.Akibatnya diragukan keselamatan dan kesehatan janin dalam
kandungan.Selain itu mental ibu belum cukup dewasa.
2. Primi tua
- Ibu hamil pertama setelah kawin 4 tahun atau lebih dengan kehidupan perkawinan
biasa
- Suami istri tinggal serumah
- Suami atau istri tidak sering keluar kota
- Tidak memakai alat kontrasepsi (KB)
Selama hamil dapat timbul masalah, faktor risiko lain oleh karena kehamilannya, misalnya
pre-eklamsia.Persalinan tidak lancar. (Poedji Rochjati, 2003).
3. Pada umur ibu ≥ 35 tahun
Ibu yang hamil pertama pada umur ≥ 35 tahun. Pada usia tersebut mudah terjadi
penyakit pada ibu dan organ kandungan yang menua. Jalan lahir juga tambah kaku.
Ada kemungkinan lebih besar ibu hamil mendapatkan anak cacat, terjadi persalinan
macet dan perdarahan. Bahaya yang terjadi antara lain:
Ibu hamil dengan persalinan terakhir ≥ 10 tahun yang lalu. Ibu dalam kehamilan
dan persalinan ini seolah-olah menghadapi persalinan yang pertama lagi. Kehamilan ini
bisa terjadi pada:
5. Grande multi
Ibu pernah hamil / melahirkan 4 kali atau lebih. Karena ibu sering melahirkan
maka kemungkinan akan banyak ditemui keadaan:
- Solusio plasenta
- Plasenta previa. (F. Garry C, add all, 2001)
Ibu hamil berumur 35 tahun atau lebih, dimana pada usia tersebut terjadi
perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi. Selain itu
ada kecenderungan didapatkan penyakit lain dalam tubuh ibu. Bahaya yang dapat
terjadi:
- Ibu hamil pertama sangat membutuhkan perhatian khusus. Luas panggul ibu dan besar
kepala janin mungkin tidak proporsional, dalam hal ini ada dua kemungkinan yang
terjadi:
- Panggul ibu sebagai jalan lahir ternyata sempit dengan janin / kepala tidak besar.
- Panggul ukuran normal tetapi anaknya besar / kepala besar
- Kegagalan kehamilan dapat berulang dan terjadi lagi, dengan tanda-tanda pengeluaran
buah kehamilan sebelum waktunya keluar darah, perut kencang.
- Penyakit dari ibu yang menyebabkan kegagalan kehamilan, misalnya: Diabetes
mellitus, radang saluran kencing, dll. (Poedji Rochjati, 2003).
Persalinan yang ditolong dengan alat melalui jalan lahir biasa atau per-vaginam:
Ibu hamil, pada persalinan yang lalu dilakukan operasi sesar. Oleh karena itu
pada dinding rahim ibu terdapat cacat bekas luka operasi. Bahaya pada robekan rahim :
kematian janin dan kematian ibu, perdarahan dan infeksi. (Poedji Rochjati, 2003).
Bahaya yang dapat terjadi bila terjadi anemia berat (Hb < 6 gr%):
Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar Hemoglobin di bawah 11
g% pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 g% pada trimester 2. Hipoksia akibat
anemia dapat menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan sulit, walaupun
tidak terjadi perdarahan.
b.Malaria
- Panas tinggi
- Menggigil, keluar keringat
- Sakit kepala
- Muntah-muntah
Bila penyakit malaria ini disertai dengan panas yang tinggi dan anemia, maka akan
mengganggu ibu hamil dan kehamilannya.
- Abortus
- IUFD
- Persalinan premature. (Poedji Rochjati, 2003).
c.Tuberculosa paru
Penyakit ini tidak secara langsung berpengaruh pada janin.Janin baru tertular
setelah dilahirkan.Jika TBC berat dapat menurunkan fisik ibu, tenaga, dan ASI ikut
berkurang.
- Keguguran
- Bayi lahir belum cukup umur
- Janin mati dalam kandungan. (Poedji Rochjati, 2003).
d.Payah jantung
- Sesak napas
- Jantung berdebar
- Dada terasa berat, kadang-kadang nyeri
- Nadi cepat
- Kaki bengkak
e.Diabetes mellitus
Dugaan adanya kencing manis pada ibu hamil apabila:
- Persalinan premature
- Hydramnion
- Kelainan bawaan
- Makrosomia
- Kematian janin dalam kandungan sesudah kehamilan minggu ke-36
- Kematian bayi perinatal (bayi lahir hidup, kemudian mati < 7 hari). (Poedji Rochjati,
2003).
f.HIV / AIDS
- Terjadi gangguan pada sistem kekebalan tubuh dan ibu hamil mudah terkena infeksi
- Kehamilan memperburuk progesifitas infeksi HIV, HIV pada kehamilan adalah
pertumbuhan intra uterin terhambat dan berat lahir rendah, serta peningkatan risiko
premature
- Bayi dapat tertular dalam kandungan atau tertular melalui ASI. (Poedji Rochjati,
2003).
g.Toksoplasmosis
Tanda-tanda:
- Edema pada tungkai, muka, karena penumpukan cairan disela-sela jaringan tubuh
- Tekanan darah tinggi
- Dalam urin terdapat Proteinuria.
3.Hamil kembar
Ibu hamil dengan dua janin (gemelli), atau tiga janin (triplet) atau lebih dalam
rahim. Rahim ibu membesar dan menekan organ dalam dan menyebabkan keluhan-
keluhan:
- Keracunan kehamilan
- Hidramnion
- Anemia
- Persalinan premature
- Kelainan letak
- Persalinan sukar
- Perdarahan saat persalinan. (Poedji Rochjati, 2003).
Kehamilan dengan jumlah cairan amnion lebih dari 2 liter, dan biasanya
nampak pada trimester III, dapat terjadi perlahan-lahan atau sangat cepat.
- Keracunan kehamilan
- Cacat bawaan pada bayi
- Kelainan letak
- Persalinan premature
- Perdarahan pasca persalinan. (Poedji Rochjati, 2003).
Hidramnion adalah suatu keadaan dimana jumlah air ketuban jauh lebih banyak dari
normal, biasanya kalau lebih dari 2 liter.
Pada kehamilan normal gerakan janin dapat dirasakan pada umur kehamilan 4-5
bulan. Bila gerakan janin berkurang, melemah, atau tidak bergerak sama sekali dalam
12 jam, kehidupan janin mungkin terancam.
Bahaya yang dapat terjadi pada ibu dengan janin mati dalam rahim, yaitu:
Gangguan pembekuan darah ibu, disebabkan dari jaringan-jaringan mati yang masuk ke
dalam darah ibu. (Poedji Rochjati, 2003).
- Janin mengecil
- Kulit janin mengkerut
- Lahir dengan berat badan rendah
- Janin dalam rahim dapat mati mendadak. (Poedji Rochjati, 2003).
7.Letak sungsang
Letak sungsang: pada kehamilan tua (hamil 8-9 bulan), letak janin dalam rahim
dengan kepala diatas dan bokong atau kaki dibawah.
Bahaya yang dapat terjadi:
8.Letak lintang
Merupakan kelainan letak janin di dalam rahim pada kehamilan tua (hamil 8-9
bulan): kepala ada di samping kanan atau kiri dalam rahim ibu. Bayi letak lintang tidak
dapat lahir melalui jalan lahir biasa, karena sumbu tubuh janin melintang terhadap
sumbu tubuh ibu.
Bahaya yang dapat terjadi pada kelainan letak lintang. Pada persalinan yang tidak di
tangani dengan benar, dapat terjadi Robekan rahim, dan akibatnya:
1.Perdarahan antepartum
Tiap perdarahan keluar dari liang senggama pada ibu hamil setelah 28 minggu,
disebut perdarahan antepartum.
Perdarahan antepartum harus dapat perhatian penuh, karena merupakan tanda bahaya yang
dapat mengancam nyawa ibu dan atau janinnya,
Perdarahan dapat terjadi pada:
- Plasenta Previa plasenta melekat dibawah rahim dan menutupi sebagian / seluruh
mulut rahim.
- Solusio Plasenta plesenta sebagian atau seluruhnya lepas dari tempatnya. Biasanya
disebabkan karena trauma / kecelakaan, tekanan darah tinggi atau pre-eklamsia, maka
terjadi perdarahan pada tempat melekat plasenta. Akibat perdarahan, dapat
menyebabkan adanya penumpukan darah beku dibelakang plasenta.
Pre-eklamsi berat terjadi bila ibu dengan pre-eklamsia ringan tidak dirawat,
ditangani dengan benar. Pre-eklamsia berat bila tidak ditangani dengan benar akan
terjadi kejang-kejang, menjadi eklamsia. Pada waktu kejang, sudip lidah dimasukkan
ke dalam mulut ibu diantara kedua rahang, supaya lidah tidak tergigit.
Kartu Skor Poedji Rochjati atau yang biasanya disingkat dengan KSPR
biasanya digunakan untuk menentukan tingkat resiko pada ibu hamil. KSPR dibuat
oleh Poedji Rochjati dan pertama kali diguakan pada tahu 1992-1993.KSPR telah
disusun dengan format yang sederhana agar mempermudah kerja tenaga kesehatan
untuk melakukan skrning terhadap ibu hamil dan mengelompokan ibu kedalam
kategori sesuai ketetapan sehingga dapat menentukan intervensi yang tepat terhadap
ibu hamil berdasarka kartu ini.dibawah ini akan ditamplkan tabel Kartu Skor Poedji
Rochjati:
JURNAL TENTANG SKOR POEDJI ROCHJATI
JUDUL : DETEKSI DINI RISIKO IBU HAMIL DENGAN KARTU SKOE POEDJI
ROCHJATI DAN PENCEGAHAN FAKTOE EMPAT TERLAMBAT
Analisis Jurnal :
KRST merupakan kelompok risiko ibu hamil yang jumlahnya paling banyak
pada kasus kematian maternal diikuti oleh KRT dan KRR paling sedikit. Hal tersebut
merupakan sesuatu yang wajar, karena meninggal merupakan kondisi yang selalu
didahului oleh keadaan penyakit yang sangat berat dengan factor risiko yang sangat
tinggi. Namun masih didapatkan kehamilan dengan risiko rendah, hal ini
membuktikan bahwa tidak ada kehamilan yang tidak berisiko. Sesuai dengan system
skor pada KSPR, bahwa2 merupakan skor minimal pada setiap kehamilan.2
Untuk faktor risiko KSPR pada penelitian ini ditemukan jumlah yang bervariasi. Berikut
urutannya dari yang paling banyak ditemukan hingga yang paling sedikit, yaitu
komplikasi kehamilan saat ini sebanyak 54 kasus (93,1%), kehamilan patologis saat
ini 35 kasus (60,3%), penyakit pada ibu hamil 26 kasus(44,8%), terlalu tua hamil
pertama atau selanjutnya 17 kasus(29,3%), riwayat obstetri jelek 14 kasus (24,1%),
terlalu banyak hamil 6 kasus(10,3%), terlalu lama hamil lagi 5 kasus (8,6%), riwayat
persalinan patologis 4 kasus (6,9%), terlalu lambat hamil pertama 3 kasus (5,2%),
terlalu cepat hamil lagi 3 kasus (5,2%), terlalu muda hamil 1 kasus (1,7%), dan terlalu
pendek, untuk factor ini tidak ditemukan pada keseluruhan kasus.
Manfaatnya
Pada dasarnya, ada tiga komponen dalam mesin USG yaitu transdurer, monitor
dan terakhir mesin USG itu sendiri.
Transdurser
Mesin USG merupakan bagian dari USG yang berfungsi untuk mengolah data
yang diterima dalam bentuk gelombang. Mesin USG ini sama dengan CPUnya USG
karena komponen di dalamnya sama seperti CPU pada PC.
Jenis USG
1. USG 2 Dimensi
3. USG 4 Dimensi
USG ini juga disebut dengan USG real time.USG ini dapat menghasilkan
gambar yang lebih detail, akurat dan tampak seperti aslinya, sehingga tampak seperti
sebuah film. Dengan USG ini kita dapat melihat dengan jelas bentuk anggota tubuh,
gerakan janin, dan ekspresi wajahnya seperti bentuk hidung bayi, gerakan sedang
menghisap jempol atau menggerakan kakinya. Selain itu, USG 4D ini juga dapat
mendeteksi kelainan pada janin dengan lebih jelas, seperti kelainan plasenta atau
kehamilan ektopik.
4. USG Doppler
Analisis Jurnal :
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah metode deteksi tepi
Canny dapat diimplementasikan untuk mengekstraksi bentuk janin. Selain itu,
kesimpulannya adalah untuk mendapatkan ekstraksi bentuk janin yang baik, maka nilai
ambang atas dan ambang bawah double tresholding dalam metode deteksi tepi Canny
adalah 80 dan 20. Namun, untuk mengantisipasi keaneka-ragaman jenis citra masukan,
maka parameter nilai ambang atas dan nilai ambang bawah dapat diubah sesuai
kebutuhan citra masukan.
Mengkaji kesehatan epitel serviks secara menyeluruh, tidak perlu diulang, jika
berada dalam batas normal selama 6 bulan terakhir.
2. Kultur GC/CT
3. Hb/Ht
Mengkaji adanya anemia, intervensi meningkatkan hasil akhir kehamilan yang
lebih baik.
5. Golongan darah/faktor Rh
6. Sifilis
Mengkaji infeksi sifilis, hasil positif memerlukan tindak lanjut dengan FTA-
ABS untuk mengkaji infeksi saat ini dengan infeksi sebelumnya.
7. HIV
Izin harus dilakukan agar pemeriksaan ini dapat dilakukan penanganan pada ibu
yang terinfeksi HIV telah terbukti menurunkan risiko penyebaran HIV secara vertikal.
8. Hepatitis B
9. Titer rubela
Infeksi rubela neonatal dapat menyebabkan defek lahir yang berat. Ibu yang
tidak kebal terhadap rubela perlu diingatkan tentang pemajanan selama kehamilan dan
harus divaksinasi dimasa postpartum.
10. Urinalisis
Bakturia asimtomatik harus ditangani untuk mencegah pielonefritis.
12. Elektroforesis Hb
Harus dilakukan jika riwayat atau budaya pasien telah diperiksa dan hasilnya
positif.
1. Quad Screen
Pada usia kehamilan 15-20 minggu. Skrining untuk sindrom Down, trisomi 18,
defek tuba neural.
2. GCT/GTT
3. Hb/Ht
4. Skrining antibodi
Pada usia kehamilan 28 minggu. Memastikan tidak ada reaktivitas silang pada
pasien Rh negatif dengan Rh positif.Rhogam harus diberikan kepada pasien Rh
negatif.Hasil positif memerlukan konsultasi dokter.
5. Skrining GBS
6. Urinalisis
7. Sifilis/HIV
8. Kultur GC/CT
9. Preparat basah
Analisis Jurnal :
Kondisi dimana ibu hamil memiliki kadar hemoglobin dibawah 11 gr% pada
trimester 1 dan 3 atau kadar <, 10.5 gr% pada trimester ke dua, ini dinamakan anemia
dalam kehamilan. Hal tersebut akan berbahaya dalam kehamilan trimester ke 3 karena
dapat meningkatkan resiko buruknya pemulihan akibat kehilangan darah saat
persalinan, begitu juga takikardi, nafas pendek, dan keletihan maternal (Rosbon, 2011).
Tindakan yang akan dilakukan adalah dengan memberikan sulfat ferosa 200 mg 2-3
kali seehari dan konseling mengenai makanan yang banyak mengandung zat besi dan
cara pengolahannya. Contohnya adalah : daging sapi, ayam, sarden, roti gandum,
kacang merah, brokoli, daun bawang, bayam, buah-buahan kering dan telur
(Sulystiawati, 2009).
Pemeriksaan urine reduksi bertujuan untuk melihat glukosa dalam urine. Urine
normal biasanya tidak mengandung glukosa. Adanya glukosa dalam urine merupakan
tanda komplikasi penyakit diabetes mellitus. Penyakit ini dapat menimbulkan
komplikasi tidak hanya pada ibu tetapi juga pada janin antara lain hiperglikemia,
makrosomia, hipoglikemia, hambatan pertumbuhan janin, hiperbilirubinemia dan
sindrom gagal nafas.
Sistem rujukan adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dimana terjadi pelimpahan
tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah kesehatan yang timbul baik secara
vertical (komunikasi antara unit yang sederajat) maupun secara horizontal (komunikasi
inti yang lebih tinggi ke unit yang lebih rendah).
1) Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan internal dan rujukan
eksternal.
a. Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di
dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke
puskesmas induk.
b. Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang
pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat
inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).
2) Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan Medik dan
rujukan Kesehatan.
a. Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien
puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus) ke
rumah sakit umum daerah.
b. Rujukan Kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan dengan
upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif).
Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok gizi
puskesmas), atau pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas
(pos Unit Kesehatan Kerja).
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal
pada uterus sebelum janin dilahirkan.Definisi ini berlaku dengan masa gestasi diatas 22
minggu atau berat janin diatas 500 gram.Istilah solusio plasenta juga dikenal dengan
istilah abruptio plasenta atau separasi prematur dari plasenta. Plasenta dapat lepas
seluruhnya yang disebut solusio plasenta totalis atau terlepas sebagian yang disebut
solusio plasenta parsialis atau terlepas hanya pada sebagian kecil pinggir plasenta yang
sering disebut ruptur sinus marginalis.
Pelepasan sebagian atau seluruh plasenta dapat menyebabkan perdarahan baik dari
ibu maupun janin.Kejadian ini merupakan peristiwa yang serius dan merupakan
penyebab sekitar 15% kematian prenatal.50% kematian ini disebabkan oleh kelahiran
prematur dan sebagian besar dari sisa jumlah tersebut meninggal karena hipoksia
intrauterin.Terlepasnya plasenta sebelum waktunya menyebabkan timbunan darah antara
plasenta dan dinding rahim yang dapat menimbulkan gangguan penyulit terhadap ibu
maupun janin.
a) Puskesmas pembantu
b) Pondok bersalin atau bidan di desa
Analisis Jurnal :
Di dalam jurnal ini dijelaskan bahwa : sistem rujukan berjenjang merupakan sistem
pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang bertujuan untuk mengendalikan mutu dan biaya
pelayanan dalam sistem JKN. Sistem ini juga dirancang agar pelayanan kesehatan yang
diterima oleh pasien bias optimal dan pasien dapat puas dengan pelayanan tersebut.
Meski demikian, hasil penelitian ini menemukan masih banyak persoalan dalam
pelaksanaan sistem rujukan berjenjang di FKTP. Pelayanan yang diberikan oleh FKTP
belum optimal karena tidak seimbangnya antara jumlah pasien yang dilayani dan petugas
dan infrastruktur pelayanan kesehatan. Hal tersebut menyebabkan keluhan oleh pasien dan
menyebabkan rendahnya kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan.
Oleh karena itu, peningkatan mutu pelayanan di FKTP perlu segera diperbaiki.
Pemerintah perlu meningkatkan jumlah dan kualitas sumber daya manusia dan infrastruktur
pelayanan kesehatan di FKTP. Sosialisasi harus intensif dilakukan kepada masyarakat agar
mereka memahami prosedur sistem rujukan berjenjang yang berlaku dalam JKN.
Anggota kelompok harus bersikap tegas dan mau bekerjasama Kelompok harus memberi
pelayanan yang keunikannya dihasilkan dari kombinasi pandangan dan keahlian yang
diberikan oleh setiap anggota tim tersebut.
Ny.T datang kebidan A untuk konsultasi tentang keadaanya yang masih dalam
masa nifas. Ternyata setelah diperiksa,status gizi Ny.T buruk dan Ny.T mengalami
anemia berat.untuk menangani hal itu, bidan A berkolaborasi dengan ahli gizi dalam
upaya perbaikan status gizi Ny.T yang mengalami gizi buruk dan anemia berat.
Ibu Rina melahirkan secara normal di RSUD Cilacap yang ditangani oleh Bidan
Rara. Namun, setelah melahirkan Ibu Rina mengalami pendarahan yang sangat hebat ,
sehingga membuat Bidan Rara panik dan langsung menghubungi dokter Obgyn untuk
meminta solusi penanganan masalah yang di alaminya.
Pembahasan
Berdasarkan kasus diatas, dapat disimpulkan bahwa kasus tersebut adalah kasus
kolaborasi, karena pada kasus tersebut terjadi kerjasama antara bidan, perawat, dan
dokter obgyn.Dan kasus ini sesuai dengan PERMENKES RI NO. 28 Tahun Pasal 25
poin (b) tentang asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit
tertentu.
1. Konsultasi
Nasihat atau pendapat seorang dokter atau anggota lain tim perawatan kesehatan
dicari sementara bidan memegang tanggung jawab utama dalam perawatan kesehatan
wanita.
2. Kolaborasi
Bidan dan dokter bersama-sama mengatur perawatan kesehatan wanita atau bayi
baru lahir yang mengalami komplikasi medis, ginekologis, atau obstetric.Tujuan
kolaborasi adalah berbagai otoritas ketika memberi pelayanan berkualitas dalam ruang
lingkup masing-masing individu.Kemampuan untuk berbagi tanggung jawab, saling
menghormati, saling mempercayai, dan komunikasi yang efektif antara bidan dan
dokter merupakan hal yang sangat penting untuk mencapai keberhasilan
penatalaksanaan kolaborasi perawatan kesehatan berkualitas.
3. Rujukan
Analisis Jurnal :
Menurut Anita D (2014) kerja tim dan kolaborasi mengharuskan perawat mampu
berkomunikasi secara efektif dengan tim kesehatan, pasien, dan perawat untuk
mengintegrasikan perawatan yang aman dan efektif dalam dan di pengaturan
(AACN, 2008 ; ANA, 2010). Professional kesehatan dan system perawatan kesehatan
juga harus secara aktif berkolaborasi dan berkomunikasi untuk memastikan pertukaran
informasi yang tepat dan koordinasi perawatan (IOM, 2001).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari makalah diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa pada ibu selama
kehamilan ada yang memiliki resiko masalah pada kehamilannya sehingga
mengharuskan adanya tindakan pelayanan kesehatan terhadap hal tersebut. Tindakan
khusus yang dilakukan pada patologi antenatal adalah Skrining resiko tinggi, sistem
rujukan dan juga kolaborasi manajemen medis.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, kami berharap semoga pembaca maupun penulis
dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai tindakan khusus yang
dilakukan pada patologi antenatal. Penulis meminta saran dan kritik yang dapat
membangun karena makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA
Reeder, Sharon J. 2012. Maternity Nursing: Family, Newborn, and omen’s Health Care.
Jakarta : EGC.
Uswatun. 2015. Peran dan Fungsi Bidan Mandiri Rujukan dan Kolaborasi
Deteksi Dini Risiko Ibu Hamil dengan Kartu Skor Poedji Rochjati dan Pencegahan
Faktor Empat Terlambat
Gede Danu Widarta1, Muhammad Ardian Cahya Laksana1, Agus Sulistyono1, Windhu Purnomo2
1
Departemen Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, RSUD Dr. Soetomo, Surabaya
2
Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya
ABSTRAK ABSTRACT
Tujuan: menganalisis kasus kematian maternal di RSUD Dr. Objectives: to analyze the maternal deaths in Dr. Soetomo
Soetomo tahun 2011 – 2013 dengan tiga penyebab terbanyak Hospital years 2011 - 2013 with the three most common causes
(perdarahan pasca salin, preeklampsia berat dan penyakit jantung) (severe preeclampsia, hemorrhage post partum and heart disease)
ditinjau dari skor KSPR dan faktor empat terlambat. in terms of Poedji Rochjati Score Card (PRSC) and the factors of
Bahan dan Metode: Penelitian ini merupakan penelitian four lates.
retrospektif observasional dengan desain studi deskriptif. Objek Materials and methods: This study was a retrospective
pada penelitian ini merupakan pasien yang meninggal sebagai observational descriptive study design. The objects of this study
kasus kematian maternal di RSUD Dr. Soetomo tahun 2011-2013, were 58 patient who died as maternal deaths in Dr. Soetomo
dengan jumlah 58 orang. Variabel penelitian ini adalah tingkat Hospital in years 2011-2013. The variables of this study were the
risiko kehamilan berdasarkan KSPR, faktor empat terlambat dan risk level of pregnancy based on PRSC, factors of four lates and
kematian maternal. maternal mortality.
Hasil: Pada penelitian ini didapatkan seluruh kasus kematian Results: In this study, all cases of maternal deaths contained
maternal mengandung unsur faktor risiko dalam KSPR dan faktor elements of risk factors in PRSC and a factor of four lates. PRSC is
empat terlambat. KRST merupakan kelompok faktor risiko the most risk factor group (55.2%), followed by KRT (39.7%) and
terbanyak (55,2%), diikuti oleh KRT 39,7% dan KRR 5,2%. (5.2%) KRR. Factor of being delayed detecting danger signs were
Faktor terlambat mendeteksi tanda bahaya ditemukan sebanyak found as much as 82.8%, delayed taking the decision to refer
82,8%, terlambat mengambil keputusan merujuk 56,9%, dan 56.9%, and being late to the referral hospital was 15.5%. Factor of
terlambat sampai di tempat rujukan 15,5%. Faktor terlambat being late to obtain medical care at the last refferral hospital was
mendapat pertolongan di tempat rujukan terakhir tidak ditemukan not found in this study.
pada penelitian ini. Conclusion: PRSC remains relevant to use for early detection of
Simpulan: KSPR masih relevan digunakan untuk deteksi dini risk factors in pregnant women. The prevention of four lates
faktor risiko ibu hamil. Pencegahan faktor empat terlambat penting factors is important to reduce maternal deaths.
untuk menurunkan angka kematian maternal
Keywords: maternal death, Poedji Rochjati Score Card, factor of
Kata kunci: Kematian maternal, KSPR, faktor empat terlambat four lates
Correspondence: Gede Danu Widarta, Departemen Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, RSUD
Dr. Soetomo, Jl. Prof dr Moestopo 6-8, Surabaya 60286, Indonesia. email: gede_widarta2008@yahoo.com
28
Gede Danu Widarta et al. : Deteksi Dini Risiko Ibu Hamil dengan Kartu Skor Poedji Rochjati
(perdarahan pasca salin/PPS). Selama tahun 2011 – kejahatan seperti pembunuhan, kasus death on arrival,
2013 PEB, PPS dan penyakit jantung selalu berada pada dan kasus kematian maternal yang tidak ditemukan
peringkat tiga besar penyebab kematian maternal.1 rekam medisnya atau tidak lengkap. Data merupakan
data sekunder yang diperoleh dari rekam medis data
Beberapa pendekatan faktor risiko untuk mencegah pada Satgas PENAKIB RSUD Dr. Soetomo. Hasil
kematian maternal sudah dikembangkan di Indonesia. penelitian dikelompokkan dan diorganisasikan dengan
Faktor 4 terlalu dan 3 terlambat merupakan konsep menggunakan program SPSS versi 22.
faktor risiko yang sudah dikenal cukup lama di
Indonesia. Begitu juga dengan Kartu Skor Poedji
Rochjati telah digunakan secara umum di Surabaya HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk mendeteksi secara dini faktor risiko pada
kehamilan yang dapat berpengaruh buruk pada ibu KRST merupakan kelompok risiko ibu hamil yang
hamil maupun janin yang dikandungnya. Faktor empat jumlahnya paling banyak pada kasus kematian maternal
terlalu sudah masuk dalam Kartu Skor Poedji Rochjati.2 diikuti oleh KRT dan KRR paling sedikit. Hal tersebut
merupakan sesuatu yang wajar, karena meninggal
Di luar negeri beberapa ahli berpendapat adanya faktor merupakan kondisi yang selalu didahului oleh keadaan
4 terlambat yang mempengaruhi kematian maternal. penyakit yang sangat berat dengan faktor risiko yang
Faktor 4 terlambat itu adalah: terlambat mendeteksi sangat tinggi. Namun masih didapatkan kehamilan
tanda bahaya, terlambat mengambil keputusan merujuk, dengan risiko rendah, hal ini membuktikan bahwa tidak
terlambat sampai di tempat rujukan, dan terlambat ada kehamilan yang tidak berisiko. Sesuai dengan
mendapatkan pertolongan di tempat rujukan. Pada sistem skor pada KSPR, bahwa 2 merupakan skor
keterlambatan mendeteksi masalah diantisipasi dengan minimal pada setiap kehamilan.2
melakukan edukasi kepada ibu hamil dan keluarganya,
sehingga dapat mengenali tanda bahaya. Keterlambatan Untuk faktor risiko KSPR pada penelitian ini ditemukan
dalam mengambil keputusan diantisipasi dengan jumlah yang bervariasi. Berikut urutannya dari yang
mengubah cara pengambilan keputusan. Memperbaiki paling banyak ditemukan hingga yang paling sedikit,
sistem transportasi sehingga akses ke pusat pelayanan yaitu komplikasi kehamilan saat ini sebanyak 54 kasus
kesehatan dapat lebih mudah dan cepat dan tidak terjadi (93,1%), kehamilan patologis saat ini 35 kasus (60,3%),
lagi keterlambatan sampai di tempat rujukan.3 penyakit pada ibu hamil 26 kasus (44,8%), terlalu tua
hamil pertama atau selanjutnya 17 kasus (29,3%),
riwayat obstetri jelek 14 kasus (24,1%), terlalu banyak
BAHAN DAN METODE hamil 6 kasus (10,3%), terlalu lama hamil lagi 5 kasus
(8,6%), riwayat persalinan patologis 4 kasus (6,9%),
Populasi kasus adalah kasus kematian maternal dengan terlalu lambat hamil pertama 3 kasus (5,2%), terlalu
tiga penyebab terbanyak (perdarahan pasca salin, cepat hamil lagi 3 kasus (5,2%), terlalu muda hamil 1
preeklampsia berat dan penyakit jantung) di RSUD Dr. kasus (1,7%), dan terlalu pendek, untuk faktor ini tidak
Soetomo tahun 2011 – 2013, jumlahnya 109 orang. ditemukan pada keseluruhan kasus.
Peneliti memutuskan melakukan total sampling pada
penelitian ini, dengan kriteria inklusi kasus kematian Faktor risiko komplikasi kehamilan saat ini terdapat
maternal hamil, bersalin dan atau dalam masa nifas pada 54 kasus, yaitu 93,1% dari 58 kasus. Hal ini dapat
yang terjadi pada kurun waktu tanggal 1 Januari 2011 dimengerti bahwa sebagian besar keadaan meninggal
pukul 00.01 sampai tanggal 31 Desember 2013 pukul tentunya didahului oleh keadaan dengan berbagai
24.00, kematian maternal terjadi di RSUD Dr. Soetomo, komplikasi penyakit. Ditemukan sebanyak 35 kasus
kasus kematian maternal merupakan kasus rujukan, dan (60,3%) dengan faktor risiko kehamilan patologis saat
kasus terdiagnosa sebagai PEB, penyakit jantung dan ini. Hal ini dapat disebabkan oleh komplikasi yang
atau perdarahan pasca salin dengan atau tanpa terjadi tentunya didahului oleh faktor risiko dalam
komplikasinya, seperti eklampsia, HELLP syndrome, kehamilan.
edam paru, gagal jantung, syok hipovolemik dan
sebagainya. Sedangkan faktor risiko yang ditemukan pada kisaran
<50%, kemungkinan disebabkan faktor risiko tersebut
Sedangkan kriteria eksklusi adalah kasus kematian tidak berhubungan langsung dengan penyebab kematian
maternal hamil, bersalin dan atau dalam masa nifas maternal seperti pada dua faktor risiko sebelumnya.
yang didahului oleh kecelakaan apapun seperti Mungkin juga disebabkan, karena faktor risiko yang
kecelakaan lalu lintas, kejadian yang tidak disengaja dan ditemukan pada kisaran <50% merupakan faktor risiko
bunuh diri, kasus kematian maternal hamil, bersalin dan yang mudah untuk dideteksi. Bahkan hanya dengan
atau dalam masa nifas yang didahului oleh tindak wawancara dan sekilas penglihatan. Contohnya pada
29
Majalah Obstetri & Ginekologi, Vol. 23 No. 1 Januari - April 2015 : 28-32
faktor risiko terlalu pendek, sangat mudah dideteksi. Complete agreement mudah didapatkan pada keadaan
Sehingga tidak ada kasus kematian maternal dengan emergency seperti perdarahan ataupun distosia sehingga
faktor risiko terlalu pendek, karena dapat dideteksi keluarga akan cenderung setuju untuk segera melakukan
secara dini dengan mudah.4 rujukan.6
Untuk faktor empat terlambat ditemukan juga jumlah Sebaliknya, pada semua kasus kematian maternal,
yang bervariasi, dengan rentang kisaran cukup besar. kecuali murni disebabkan oleh PPS, cenderung tidak
Berikut urutannya dari yang terbanyak sampai yang terjadi keterlambatan sampai di tempat rujukan terakhir.
paling sedikit: terlambat mendeteksi tanda bahaya 48 Hal ini mungkin disebabkan pada kasus dengan
kasus (82,8%), terlambat mengambil keputusan merujuk penyebab murni PPS, faktor risiko kehamilan tidak
sebanyak 33 kasus (56,9%), terlambat sampai di tempat ditemukan karena kurang telitinya petugas kesehatan.
rujukan sebanyak 9 kasus (15,5%) dan tidak ditemukan Bisa juga disebabkan memang tidak ada faktor risiko,
keterlambatan mendapatkan pertolongan di tempat tetapi terjadi keteledoran pada saat persalinan atau masa
rujukan. nifas. Dengan tidak ditemukannya faktor risiko, akan
terjadi kurangnya persiapan transportasi ke tempat
Faktor terlambat mendeteksi tanda bahaya mempunyai rujukan yang berakibat keterlambatan sampai di tempat
jumlah terbanyak diantara faktor empat terlambat yaitu rujukan. Persiapan tersebut dapat berupa persiapan
48 kasus. Juga mempunyai proporsi yang besar pada biaya untuk transportasi dan biaya lainnyan yang bukan
setiap penyebab kematian. Hal ini sesuai dengan saja menyangkut pengobatan. Biaya lain tersebut harus
pendapat para ahli sebelumnya bahwa, faktor ini dikeluarkan yang berhubungan dengan rujukan (oppor-
merupakan awal mula dari keterlambatan 3 faktor tunity cost) seperti biaya untuk transportasi ke tempat
lainnya. Urutan jumlah setiap faktor tersebut dari yang rujukan, biaya makan dan tempat tinggal bagi keluarga
terbanyak sampai yang paling sedikit sesuai dengan yang mengantar serta biaya lainnya.6
pendapat ahli mengenai urutan terjadinya faktor
keterlambatan. Dari keempat faktor empat terlambat Pada semua kasus cenderung tidak ditemukan
faktor terlambat mendeteksi tanda bahaya terjadi paling keterlambatan mendapat pertolongan di tempat rujukan.
awal dan mempengaruhi faktor empat terlambat lainnya Hal ini mungkin disebabkan, pada umumnya tempat
secara berurutan.5 rujukan terakhir sudah mendapatkan informasi sebelum-
nya. Disamping itu petugas kesehatan di tempat rujukan
Kasus yang terdiagnosis sebagai PEB dan PEB & terakhir mempunyai keterampilan dan keahlian yang
penyakit jantung cenderung semakin banyak terdeteksi lebih baik serta jumlah yang lebih banyak.
pada kelompok risiko yang semakin tinggi. Sedangkan
pada kasus PPS dan PEB & PPS cenderung sebaliknya. Semakin tinggi tingkat risiko ibu hamil, semakin banyak
Hal ini mungkin disebabkan karena PEB dan penyakit ditemukan faktor keterlambatan mendeteksi tanda
jantung memang terjadi pada saat gravid, sedangkan bahaya. Hal ini mungkin disebabkan keahlian petugas
PPS terjadi pasca persalinan. Sehingga faktor yang pada layanan kesehatan primer yang kurang baik atau
berpengaruh pada PPS juga merupakan faktor yang memang kasus tersebut perlu penanganan oleh dokter
timbul dan berpengaruh pasca salin. Contohnya ahli. Sehingga mungkin diperlukan tenaga dokter ahli
penolong persalinan, tindakan saat persalinan maupun melakukan screening ibu hamil pada periode tertentu
pasca persalinan. Kasus dengan penyebab murni dan usia kehamilan tertentu. Semakin banyak di-
penyakit jantung cenderung terdeteksi sebagai KRT. temukannya faktor keterlambatan dalam mendeteksi
Hal ini disebabkan karena pada KSPR semua penyakit tanda bahaya akan berakibat juga pada terlambatnya
ibu hamil diberikan skor 4. Sehingga kurang sesuai pengambilan keputusan untuk merujuk. Sebaliknya,
dengan derajat kemungkinan kematian maternal akibat pada KRST dan KRT cenderung tidak terjadi keter-
penyakit jantung. lambatan sampai di tempat rujukan, bila dibanding-kan
dengan KRR. Hal ini mungkin disebabkan pada KRST
Pada semua kasus kecuali yang mengandung unsur dan KRT baik petugas maupun keluarga menjadi lebih
diagnosis PPS, cenderung terjadi keterlambatan dalam waspada dan mempersiapkan segala sesuatunya sebaik
mengambil keputusan merujuk. Hal ini mungkin mungkin.
disebabkan, pada kejadian PPS baik petugas maupun
keluarga pasien dapat melihat sendiri betapa me- Pada semua kasus ditemukan kecenderungan, semakin
ngerikannya aliran darah pada seorang ibu hamil dengan tinggi tingkat risiko kehamilan, semakin banyak
PPS. Sehingga hal tersebut yang dapat mempercepat ditemukan keterlambatan mendapat pertolongan di
petugas maupun keluarga dalam pengambilan ke- tempat rujukan terakhir. Hal ini mungkin disebabkan
putusan. Dengan kata lain hal tersebut merupakan faktor karena semakin tinggi tingkat risiko kehamilan, maka
yang intimidatif untuk pengambilan keputusan merujuk. semakin banyak pula masalah yang harus ditangani.
30
Journal of Research in Computer Science and Applications – Vol. I, No. I, Juli 2012 ISSN: 2301-8488
ABSTRACT
In medical research, fetal ultrasonography images are used to provide information about fetal growth in the
mother's womb without check directly in the mother's womb. But the images produced by ultrasound has not
provided information completely .Therefore, to identify clearly the fetal shape from ultrasonography, required
image analysis should be able to detect the edge boundaries of objects that can distinguish between one object
with another object in an ultrasound image of the fetus. This research used Canny Edge Detection Method,
because it has several advantages in the extract edges with freedom of choice of parameters used. This research
result is to get the shape and size of the fetal. As the results obtained by Canny method, not infrequently in the
medical reseacrh using this method in extracting the shape to fetal growth diagnosis.
Keywords: Fetal Growth Diagnosis, Canny Edge Detection, Shape Extraction, Ultrasonography
1
Journal of Research in Computer Science and Applications – Vol. I, No. I, Juli 2012 ISSN: 2301-8488
ini adalah mengembangkan perangkat lunak proses klasifikasi citra ke beberapa objek dan
untuk mengekstraksi bentuk citra janin hasil USG proses pembandingan antara ciri objek yang
3 dimensi menggunakan deteksi tepi Canny dan diamati dengan pengetahuan ciri objek yang
menghitung tingkat keakuratan metode deteksi sudah diketahui. Proses diagnosis yang dilakukan
tepi Canny pada citra janin hasil USG 3 dimensi. berdasarkan hasil pengolahan citra ini tidak
cukup hanya dengan melihat perbedaan tingkat
II. PUSTAKA keabuan elemen gambar antara bagian yang sakit
Ultrasonografi medis (sonografi) adalah dan bagian yang sehat, akan tetapi juga melalui
sebuah teknik diagnostik pencitraan pembedaan ukuran bagian tubuh yang diamati
menggunakan suara ultra yang digunakan untuk dengan bagian tubuh dalam keadaan normal.
mencitrakan organ internal dan otot, ukuran Pengukuran besarnya suatu objek dalam gambar
mereka, struktur, dan luka patologi, membuat dapat dilakukan dengan penghitungan jumlah
teknik ini berguna untuk memeriksa organ. piksel yang menyatakan tingkat keabuan kategori
Sonografi obstetrik biasa digunakan ketika masa objek tersebut [2].
kehamilan. Pilihan frekuensi menentukan resolusi
gambar dan penembusan ke dalam tubuh pasien. III. METODOLOGI PENELITIAN
Diagnostik sonografi umumnya beroperasi pada Salah satu algoritma deteksi tepi modern
frekuensi dari 2 sampai 13 megahertz. Sedangkan adalah deteksi tepi dengan menggunakan metode
dalam fisika istilah “suara ultra” termasuk ke Canny. Deteksi tepi Canny ditemukan oleh Marr
seluruh energi akustik dengan sebuah frekuensi di dan Hildreth yang meneliti pemodelan persepsi
atas pendengaran manusia (20.000 Hertz), visual manusia. Ada beberapa kriteria pendeteksi
penggunaan umumnya dalam penggambaran tepian paling optimum yang dapat dipenuhi oleh
medis melibatkan sekelompok frekuensi yang algoritma Canny [6]:
ratusan kali lebih tinggi. Pengolahan citra digital 1. Mendeteksi dengan baik (kriteria deteksi).
adalah salah satu bidang dalam dunia komputer Kemampuan untuk meletakkan dan menandai
yang mulai berkembang sejak manusia semua tepi yang ada sesuai dengan pemilihan
memahami bahwa komputer tidak hanya mampu parameter-parameter konvolusi yang
menangani data teks, tetapi juga data citra. dilakukan. Parameter konvolusi tersebut akan
Terminologi pengolahan citra digunakan bila dibahas pada langkah smoothing. Sekaligus
hasil pengolahan data citra menghasilkan citra juga memberikan fleksibilitas yang sangat
lain yang mengandung atau memperkuat tinggi dalam hal menentukan tingkat deteksi
informasi khusus pada citra hasil pengolahan ketebalan tepi sesuai yang diinginkan.
sesuai dengan tujuan pengolahannya. 2. Melokalisasi dengan baik (kriteria lokalisasi).
Proses-proses pengolahan citra biomedik Dengan Canny dimungkinkan dihasilkan jarak
secara digital tersebut umumnya bertujuan untuk yang minimum antara tepi yang dideteksi
mendeteksi objek dan untuk melakukan dengan tepi yang asli yang berarti bahwa tepi
pengukuran yang lebih lanjut kemudian yang dihasilkan tidak akan berbeda jauh
digunakan untuk mendukung proses diagnosis. dengan tepi aslinya.
Untuk tujuan tersebut, jenis pengolahan citra 3. Respon yang jelas (kriteria respon). Hanya ada
yang sering dibutuhkan pada aplikasi ini adalah satu respon untuk tiap tepi sehingga mudah
proses pra pengolahan serta klasifikasi dan dideteksi dan tidak menimbulkan kerancuan
segmentasi citra [2]. Proses pra pengolahan sering pada pengolahan citra selanjutnya.
disebut pula sebagai proses pengolahan tingkat
rendah. Pada tahap tersebut biasanya diperlukan III.1. Smoothing
proses peningkatan mutu citra, juga proses Langkah pertama dalam deteksi tepi dengan
deteksi sisi atau garis-garis batas antara objek menggunakan operator canny adalah melakukan
yang berbeda, seperti antara tulang dan jaringan smoothing terhadap citra dengan tujuan untuk
atau antara jaringan yang sehat dan jaringan yang mengurangi respon sistem terhadap noise serta
sakit [2]. Analisis citra dalam bentuk deteksi atau melakukan kontrol terhadap detail yang muncul
identifikasi objek dapat dilakukan melalui tahap pada tepi citra. Smoothing dilakukan dengan
2
Journal of Research in Computer Science and Applications – Vol. I, No. I, Juli 2012 ISSN: 2301-8488
( ) (1)
Untuk memudahkan perhitunga komputer,
Dimana x dan y adalah posisi kordinat pada nilai nilai pembobotan harus dibuat bulat sebab
sumbu x dan y. Persamaan 1 inilah yang dipakai intensitas piksel dalam citra digital bernilai bulat.
sebagai dasar untuk menentukan nilai-nilai setiap Untuk itu elemen terkecil dalam matriks (0,011)
elemen dalam filter Gaussian yang akan dibuat. dipilih untuk menentukan nilai konstanta
Bentuk grafis hasil plot fungsi Gaussian dua normalisasi c. Jadi, agar nilai g(3,3) = 1maka
dimensi dengan jumlah titik 41 x 41 (mulai -10 nilai konstanta normalisasi c adalah:
sampai +10 dengan interval 0,5 untuk variabel x
dan y dan dengan mengambil nilai 2 σ 2 = 15 ). Tabel 2.Matriks filter Gaussian
Untuk membuat filter Gaussian (sebagai
pendekatan) diperlukan nilai pembobotan
langsung dari distribusi diskrit Gaussian, sesuai
persamaan 2.
( ) (2)
( )
(3)
3
PEMERIKSAAN KADAR HEMOGLOBIN DAN URINE PADA IBU
HAMIL DI LABORATORIUM KESEHATAN TERPADU UNIMUS
ABSTRAK
Latar Belakang Masalah : Pelayanan ANC sesuai dengan kebijakan program pelayanan asuhan
antenatal harus sesuai standar 14 T, yang didalamnya terdapat pemeriksaan Hb, pemeriksaan
protein urine atas indikasi dan pemeriksaan reduksi urine atas indikasi. Pemeriksaan kadar
haemoglobin (Hb) dilakukan untuk memastikan kadar Hb ibu hamil berada di atas 10. Jika kadar
Hb ibu hamil berada di bawah 10 maka perkembangan janin akan terganggu dan dapat
menyebabkan risiko perdarahan pada ibu saat persalinan nanti. Urine reduksi adalah pemeriksaan
uji laboratorium untuk mengetahui kadar gula pada pasien. Protein urine merupakan pemeriksaan
uji laboratrium untuk mengetahui adanya protein didalam urine. Tujuan : untuk mengetahui
kondisi kesehatan pada ibu hamil. Metode : Deskriptif yaitu dengan menggambarkan jalannya
proses pengabdian masyarakat. Hasil : Pemeriksaan Hb dan urine yang dilakukan pada ibu hamil
trimester III sebanyak 28 responden, yang dilaksanakan selama 2 hari di laboratorium kesehatan
UNIMUS. Sebanyak 9 responden (32,1%) yang mengalami anemia berat, 3 orang responden
dengan hasil urine reduksi positif 1 (+), 3 orang responden dengan hasil protein urine positif 1 (+)
dan 1 orang responden dengan hasil protein urine positif 2 (++).
ABSTRACT
Background: ANC in accordance with the policy program of antenatal care services must be
according to the standard 14 T, containing Hb examination, urine protein checks on indications
and urine examination on indications reduction. The level of hemoglobin (Hb) is done to ensure
maternal Hb levels were in the top 10. If the hemoglobin concentration of pregnant mothers are
under 10 then will be impaired fetal development and may lead to the risk of bleeding in the mother
during childbirth later. Urine examination of the reduction is a laboratory test to determine
glucose levels in patients. A urine protein test laboratrium examination to determine the presence
of protein in the urine. Purpose: to know the health conditions in pregnant women. Methods:
Descriptive by describing the course of the process of community service. Results: Hb and urine
examination carried out in third trimester pregnant women were 28 respondents, which was
conducted over two days in the laboratory UNIMUS health. A total of nine respondents (32.1%)
were severely anemic, 3 respondents with the positive results of urine reduction 1 (+), 3
respondents with the positive results of urine protein 1 (+) and 1 respondents with the results of
positive urine protein 2 ( ++).
525
PENDAHULUAN pemeriksaan protein urine atas indikasi dan
Pengawasan kehamilan atau pemeriksaan reduksi urine atas indikasi.
Antenatal Care penting bagi wanita hamil Pemeriksaan kadar haemoglobin (Hb)
mulai dari trimester I sampai trimester III dilakukan untuk memastikan kadar Hb ibu
supaya komplikasi seperti persalinan hamil berada di atas 10. Jika kadar Hb ibu
prematur dapat dikenali secara dini, karena hamil berada di bawah 10 maka
70% kematian perinatal di dunia disebabkan perkembangan janin akan terganggu dan
oleh persalinan prematur. Kematian maternal dapat menyebabkan risiko perdarahan pada
dan perinatal merupakan masalah besar, ibu saat persalinan nanti. Urine reduksi
sekitar 98-99% terjadi di negara berkembang adalah pemeriksaan uji laboratorium untuk
(Manuaba, 2008). Kematian maternal adalah mengetahui kadar gula pada pasien. Protein
kematian wanita sewaktu hamil, melahirkan urine merupakan pemeriksaan uji laboratrium
atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya untuk mengetahui adanya protein didalam
kehamilan. Berdasarkan kesepakatan urine.
internasional tingkat kematian maternal Tujuan umum dari kegiatan ini
didefinisikan sebagai jumlah kematian adalah untuk mengetahui kondisi kesehatan
maternal selama satu tahun dalam 100.000 pada ibu hamil. Tujuan khususnya yaitu
kelahiran hidup (Winkjosastro, 2005). untuk mengetahui kadar Hb pada ibu
Kota Semarang dari tahun 2013 sehingga diketahui apakah ibu dicurigai
sampai 2015 memiliki jumlah angka mengalami positif anemia atau negatif
kematian ibu (AKI) meningkat yaitu tahun anemia, untuk mengetahui reduksi urine
2013 terdapat 29 kematian, 2014 terdapat 33 sehingga diketahui apakah ibu mengalami
kematian dan 2015 terdapat 35 kematian, positif penaikan gula darah atau negatif, dan
2016 mengalami penurunan 32 kematian. untuk mengetahui protein urine sehingga
Pada tahun 2015, AKI di Kota Semarang diketahui apakah ibu positif pre eklamsi atau
tejadi pada masa hamil, bersalin ataupun tidak.
nifas dengan presentase pada masa kehamilan
sebesar 17,14 %, masa persalinan 8,57 % dan METODE PENELITIAN
masa nifas sebesar 74,29 %. Sedangkan Metode yang digunakan dalam pengabdian
penyebab AKI itu sendiri dikarenakan oleh masyarakat ini adalah :
perdarahan, eklampsia, penyakit dan lain-lain 1. Melakukan koordinasi dengan
(Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2015). puskesmas Kedungmundu dan Bidan
Salah satu cara yang paling efektif Praktik Mandiri (BPM) wilayah Kota
untuk menurunkan AKI dan AKB adalah Semarang untuk kegiatan pemeriksaan
dengan meningkatkan pertolongan persalinan kehamilan
oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas 2. Melakukan pemeriksaan Hb, reduksi
kesehatan. Selain itu, diperlukan partisipasi urine dan protein urine
dan kesadaran ibu akan pentingnya 3. Melakukan pendidikan kesehatan pada
memeriksakan kehamilan ke tenaga ibu hamil.
kesehatan. ANC adalah pemeriksaan Responden dalam hal ini ibu hamil di
kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan kota Semarang. Jumlah responden yang
mental dan fisik ibu hamil, hingga mampu mengikuti kegiatan ini adalah sebanyak 28
menghadapai persalinan, kala nifas, ibu hamil trimester III. Pemeriksaan ibu
persiapan pemberian ASI dan kembalinya hamil ini dilakukan selama 2 hari pada
kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, tanggal 5 dan 6 Oktober 2016 di
2008). laboratorium kesehatan UNIMUS.
Pelayanan ANC sesuai dengan
kebijakan program pelayanan asuhan
antenatal harus sesuai standar 14 T, yang
didalamnya terdapat pemeriksaan Hb,
526
HASIL DAN PEMBAHASAN Negatif (-) 25 89,3
Hasil dari pengabdian masyarakat Positif 1 (+) 3 10,7
yaitu pemeriksaan kehamilan (pemeriksaan Positif 2 (++) 0 0
darah dan urine) yang dilakukan di Positif 3 (+++) 0 0
laboratorium kesehatan UNIMUS didapatkan Positif 4 (++++) 0 0
Tabel 1 Hasil Protein
Karakteristik Responden Urine
Negatif (-) 24 85,7
Karakterisik n = 28 Prosentase Positif 1 (+) 3 10,7
Jenis kelamin Positif 2 (++) 1 3,6
Laki-laki 0 0 Positif 3 (+++) 0 0
Perempuan 28 100 Positif 4 (++++) 0 0
Usia kehamilan
28 minggu 1 3,6 Tabel 2 diatas menggambarkan
29 minggu 2 7,1 tentang hasil pemeriksaan darah dan urine.
30 minggu 2 7,1 Hasil pemeriksaan Hb dari 28 responden, 6
31 minggu 0 0 responden dengan Hb normal (tidak anemia),
32 minggu 5 17,9 5 responden dengan anemia ringan, 8
33 minggu 6 21,4 responden dengan anemia sedang dan 9
34 minggu 1 3,6 responden dengan anemia berat.
35 minggu 4 14,2 Haemoglobin (Hb) adalah komponen
36 minggu 5 17,9 sel darah merah yang berfungsi menyalurkan
37 minggu 1 3,6 oksigen ke seluruh tubuh. Jika Hb berkurang,
38 minggu 1 3,6 jaringan tubuh kekuranagan oksigen.
Oksigen diperlukan tubuh untuk bahan bakar
Tabel 1 diatas menggambarkan proses metabolism. Menurut Manuaba
bahwa keseluruhan responden berjenis (2008), haemoglobin adalah molekul protein
kelamin perempuan, dikarenakan sasaran pada sel darah merah yang berfungsi sebagai
pemeriksaan ini adalah pada ibu hamil. media transport oksigen dari paru-paru.
Adapun umur kehamilan responden yaitu 28 Kandungan zat besi yang terdapat dalam Hb
minggu 3,6%, 29 minggu 7,1%, 30 minggu membuat darah berwarna merah.
7,1%, 32 minggu 17,9%, 33 minggu 21,4%, Pada pemeriksaan dan pengawasan
34 minggu 3,6%, 35 minggu 14,2%, 36 Hb dapat dilakukan dengan menggunakan
minngu 17,9%, 37 minggu 3,6% dengan metode sachli yang dilakukan minimal 2 kali
umur kehamilan 35 minggu. selama kehamilan yaitu trimester I (umur
Pemeriksaan kehamilan ini dilakukan kehamilan sebelum 12 minggu) dan
pada ibu hamil trimester III yaitu diukur trimeseter III (umur kehamilan 28 sampai 36
mulai dari sekitar 28 minggu kehamilan minggu).
hingga melahirkan. Hasil pemeriksaan reduksi urine
Tabel 2. sesuai dengan tabel 2 diatas didapatkan
Hasil pemeriksaan darah dan urine bahwa 25 responden reduksi urinenya negatif
dan 3 responden dengan hasil positif 1 (+).
Hasil n=28 Prosentase Sedangkan protein urine didapatkan hasil 24
Hasil Hb responden negatif, 3 responden dengan hasil
Hb > 11 gr% 6 21,5 positif 1 (+), 1 responden dengan hasil positif
Hb 9-10 gr% 5 17,8 2 (++).
Hb 7-8 gr% 8 28,6 Pemeriksaan urine berguna untuk
Hb < 7 gr% 9 32,1 mengetahui fungsi ginjal, kadar gula darah
Hasil Urine dan infeksi saluran kencing yang sering
Reduksi ditemukan pada ibu hamil. Jika protein dalam
527
JURNAL KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA : JKKI
Artikel Penelitian
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI, Vol. 08, No. 01 Maret 2019 • 35
Marina Ery Setiawati, Rahmah Hida Nurrizka: Evaluasi Pelaksanaan Sistem Rujukan Berjenjang
36 • Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI, Vol. 08, No. 01 Maret 2019
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI
diagnosa lebih lanjut (non laboratorium) menempati kesehatan rujukan, hasil diagnosa, dan tanggal rujukan
urutan pertama dengan jumlah 34,9%. Selanjutnya, hanya terisi antara 92%-98,5%.
atas permintaan pasien berada di urutan kedua Tabel 2. Hasil Audit Kelengkapan dan Ketepatan dalam Pelaksaan
dengan jumlah 28,6%. Sedangkan, alasan permintaan Sistem Rujukan berjenjang di FKTP
kontrol oleh rumah sakit sebanyak 19%, pemeriksaan Variabel Indikator Hasil
Audit
penunjang (laboratorium) sebanyak 6,4% dan lainnya (%)
sebanyak 11,1% (Tabel 1). Kelengkapan Identitas pasien 100,0
Tabel 1. Profil Responden Hasil Survey surat rujukan
Variabel Kategori Persen- Nama rumah sakit atau faskes rujukan 100,0
tase (%)
Informasi jenis layanan yang dibutuhkan pasien 92,1
Kelompok umur Remaja 3,2 di faskes rujukan
Dewasa 25,4 Diagnosa 98,4
Namun dalam kelengkapan surat rujukan, masih Kelompok Remaja 100,0 0,0 0,0
umur
banyak pasien yang dirujuk tidak lengkap diisi Dewasa 50,0 31,3 18,7
keterangan rujukan oleh petugas pelayanan. Dari Pra lansia 16,7 33,3 50,0
sepuluh indikator yang wajib diisi, hanya dua indikator Lansia 33,3 37,0 29,7
yang terisi semuanya, yaitu identitas pasien dan nama Jenis kelamin Laki-laki 39,3 35,7 25,0
rumah sakit atau fasilitas kesehatan rujukan. Namun Perempuan 31,4 31,4 37,2
delapan indikator lainnya banyak yang tidak diisi.
Jenis penyakit Menular 14,3 42,9 42,8
Indikator yang paling banyak tidak diisi adalah terapi
yang telah diberikan oleh petugas kesehatan di FKTP. Tidak menular 38,2 32,7 29,1
Hasil survey, hanya 30,2% dari total responden yang Alasan rujukan Keperluan diagnosa lebih 40,9 31,8 27,3
lanjut (non laboratorium)
isiannya ada. Hasil pemeriksaan fisik yang seharusnya
Pemeriksaan penunjang 0,0 50,0 50,0
diisi juga hanya 52,4% yang ada isiannya. Hal yang (laboratorium)
sama juga terjadi di indikator alasan rujukan. Pasien meminta 38,9 38,9 22,2
Petugas pelayanan rujukan juga banyak tidak
Permintaan kontrol rumah 41,7 25,0 33,3
mengisi indikator anamnesa, tingkat isiannya hanya sakit
mencapai 57,1%. Instruksi bagaimana menjangkau Lainnya 14,3 28,6 57,1
fasilitas kesehatan rujukan hanya terisi sebanyak Total 34,9 33,3 31,7
71,4%. Malahan, informasi penting, seperti informasi
jenis layanan yang dibutuhkan pasien di fasilitas Sumber: Data Primer, 2018
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI , Vol. 08, No. 01 Maret 2019 • 37
Journal of Health Studies, Vol. 1, No.1, Maret 2017: 65-71
PENDAHULUAN
Rumah sakit adalah organisasi dapat membantu mengurangi masalah
dalam bidang jasa pelayanan kesehatan patient safety (WHO, 2009)
.Dalam penyelenggaraan upaya Upaya peningkatan kualitas
pelayanan pada pasien rumah sakit pelayanan tersebut diperlukan
didukung oleh banyak jenis keselarasan langkah yang dinamis antar
ketrampilan SDM baik yang berbentuk berbagai klinisi dan disiplin keilmuan
profesi maupun non profesi. Rumah untuk membangun tim pelayanan
Sakit yang bermutu adalah rumah sakit dengan tatanan dan kultur pendekatan
yang memberikan pelayanan melalui interdisiplin atau interprofesional.
penyelenggaraan pelayanan secara Pasien yang ditangani secara
paripurna pada unit unit gawat darurat, interdisiplin baik di ruang rawat inap
rawat jalan, rawat inap, ruang tindakan maupun pelayanan kesehatan primer,
dan ruang perawatan khusus. meningkatkan kesinambungan asuhan,
Penyelenggaraan pelayanan kepuasan pasien serta mengurangi
dilaksanakan oleh berbagai kelompok hospitalisasi dan angka kematian
profesi. Para profesional utama yang (Mitchell&Crittenden,2000)
memberikan asuhan kepada pasien di Kolaborasi interprofesional
rumah sakit adalah staf medis baik merupakan merupakan strategi untuk
dokter maupun dokter spesialis, staf mencapai kualitas hasil yang dinginkan
klinis keperawatan (perawat dan secara efektif dan efisien dalam
bidan), nutrisionis dan farmasis yang pelayanan kesehatan. Komunikasi
rutin dan pasti selalu berkontak dengan dalam kolaborasi merupakan unsur
pasien, akan tetapi tidak kalah penting untuk meningkatkan kualitas
pentingnya profesional lain yang perawatan dan keselamatan pasien
berfungsi melakukan asuhan penunjang (Reni,A al,2010). Kemampuan untuk
berupa analis laboratorium, penata bekerja dengan profesional dari disiplin
rontgen, fisioterapis. Penyediaan lain untuk memberikan kolaboratif,
pelayanan yang paling sesuai di suatu patient centred care dianggap sebagai
rumah sakit untuk mendukung dan elemen penting dari praktek
merespon setiap kebutuhan pasien yang profesional yang membutuhkan
unik, memerlukan perencanaan dan spesifik perangkat kompetensi.
koordinasi tingkat tinggi. The American Nurses
Pelayanan yang ada di rumah Association (ANA, 2010)
sakit merupakan pelayanan yang menggambarkan komunikasi efektif
multidisilpin sehinga bisa berpotensi sebagai standar praktik keperawatan
terjadinya pelayanan yang tumpang profesional. Kompetensi profesional
tindih, terjadinya konflik dalam praktek keperawatan tidak hanya
interprofesional dan juga keterlambatan psikomotor dan keterampilan
pemeriksaan dan tindakan diagnostik klinis, tetapi juga
(Susilaningsih, 2016). Dalam kemampuan dalam keterampilan
pelayanan kesehatan terjadi kesalahan interpersonal dan komunikasi. Perawat
(error) 70-80 % yang disebabkan oleh terdaftar diharapkan untuk
buruknya komunikasi dan pemahaman berkomunikasi dalam berbagai format
dalam tim, kerjasama tim yang baik dan di semua bidang praktek.