Kak Dan Spek Teknis SBSN Man Karimun 2021 Final
Kak Dan Spek Teknis SBSN Man Karimun 2021 Final
PEKERJAAN :
PEMBANGUNAN GEDUNG KELAS BARU MA
LOKASI :
MADRASAH ALIYAH NEGERI KARIMUN
KABUPATEN KARIMUN
1. LATAR BELAKANG
Pentingnya Gedung Kelas Baru Madrasah Aliyah Negeri Karimun dalam meningkatkan mutu
Pendidikan Islam di lingkungan Kementerian Agama Kabupaten Karimun. Salah satu aspek
pendukung dari keberhasilan peningkatan mutu pelayanan adalah tersedianya sarana prasarana yang
memadai, sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Di tahun 2021 Madrasah Aliyah Negeri Karimun telah memprogramkan Pembangunan
Gedung Kelas Baru MA Madrasah Aliyah Negeri Karimun yang pendanaannya bersumber dari Surat
Berharga Syariah Negara (SBSN). Mengacu ke Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor
7357 Tahun 2020 tentang Petunjuk Teknis Program Peningkatan Sarana Prasarana Madrasah Melalui
SBSN, Tahun Anggaran 2021.
Semoga dengan terlaksananya Pembangunan Gedung Kelas Baru MA Madrasah Aliyah
Negeri Karimun ini diharapkan meningkatkan mutu pelayanan dan kenyamanan terhadap masyarakat
di Kabupaten Karimun.
Tujuan
a. Meningkatkan mutu pendiidkan, pelayanan dan kenyamanan dalam pelaksanaan proses
belajar dan mengajar pendidikan islam di Madrasah Aliyah Negeri Karimun.
b. Meningkatkan kualitas sarana prasarana gedung kelas baru Masrasah Aliyah Negeri
Karimun.
c. Terciptanya lingkungan pendidikan yang nyaman, aman dan bersih.
3. SASARAN
Tersedianya sarana dan prasarana Gedung Kelas Baru MA Madrasah Aliyah Negeri Karimun sesuai
dengan Petunjuk Teknis Program Peningkatan Sarana Prasarana Madrasah melalui SBSN .
4. ORGANISASI PENGGUNA
Nama organisasi yang menyelenggarakan / melaksanakan pekerjaan ini
adalah :
Komitmen adalah
Penanggungjawab dalam
perjanjian kerjasama
5. DASAR HUKUM
a. PP No. 14 Tahun 2021 tentang Jasa Konstruksi.
b. Permen PUPR No. 14/PRT/M/2020 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi
Melalui Penyedia
c. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
d. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 tetang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor
16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
e. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 14 Tahun 2020 tentang
Standard dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui Penyedia
f. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 22/PRT/M/2018 tentang
Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
g. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 7357 Tahun 2020 tentang Petunjuk Teknis
Program Peningkatan Sarana Prasarana Madrasah melalui SBSN
h. Peraturan umum Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan (PUPB NI-3/56);
i. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (PBI 1971);
j. Peraturan Umum Bahan Nasional (PUBI 982);
k. Peraturan Perburuhan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga Kerja);
l. Peraturan-peraturan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga Kerja);
m. Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung, SKBI – 1.3.53.1987;
a. Ruang Lingkup
Membangun Gedung Kelas Baru MA Madrasah Aliyah Negeri Karimun sesuai dengan Petunjuk
Teknis Program Peningkatan Sarana Prasarana Madrasah melalui SBSN yang mencakup :
Pekerjaan Pembangunan Gedung Kelas Baru MA Madrasah Aliyah Negeri Karimun dengan
rincian sebagai berikut :
1. Pekerjaan Pendahuluan
2. Pekerjaan Pondasi
3. Pekerjaan Struktur
4. Pekerjaan Tangga Beton
5. Pekerjaan Saluran Keliling Bangunan
6. Pekerjaan Pasangan Dinding
7. Pekerjaan Pintu dan Jendela
8. Pekerjaan Atap
9. Pekerjaan Plafond
10. Pekerjaan Cat
11. Pekerjaan Pelat Lantai
12. Pekerjaan Penutup Lantai
13. Pekerjaan Sanitasi dan Sanitair
14. Pekerjaan Elektrikal
15. Pekerjaan Akhir
b. Lokasi Pekerjaaan Pembangunan Gedung Kelas Baru MA Madrasah Aliyah Negeri Karimun
adalah di Kecamatan Tebing Kabupaten Karimun.
Kualifikasi
Sertifikat Kompetensi
Jabatan Dalam Pekerjaan yang
No Jumlah kerja yang dibutuhkan
akan dilaksanan Pengalaman Kerja
(tahun)
Pelaksana Lapangan
1. 1 orang 2 tahun SKTK Pelaksanaan
Bangunan Gedung
Dalam pelaksanaan pekerjaan, pelaksana harus memiliki kualifikasi dan klasifikasi berikut :
1. Sertifikasi Badan Usaha (SBU) dengan Kualifikasi Kecil, Klasifikasi Bangunan Gedung,
Sub klasifikasi Jasa Pelaksana Konstruksi Bangunan Gedung Pendidikan Kode BG 007
yang masih berlaku sesuai ketentuan dan peraturan perundang-undangan.
2. Surat Ijin Usaha Jasa Kontruksi (IUJK) yang masih berlaku sesuai ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
3. Telah Wajib Pajak (NPWP) dan telah memenuhi kewajiban perpajakan tahun terakhir (SPT
Tahunan Tahun 2020).
4. Memiliki Pengalaman yang sama paling kurang 1 pekerjaan dalam kurun waktu 4 Tahun terakhir
baik di lingkungan pemerintah maupun swasta termasuk pengalaman sub kontrak dan
penyediaan barang sekurang-kurangnya dalam kelompok group yang sama paling kurang 1
pekerjaan dalam kurun waktu 3 tahun terakhir.
Pelaksanaan Pekerjaan Pembangunan Gedung Kelas Baru MA Madrasah Aliyah Negeri Karimun
dikatakan berhasil apabila :
a. Terlaksananya secara fisik Pekerjaan Pekerjaan Pembangunan Gedung Kelas Baru MA
Madrasah Aliyah Negeri Karimun yang menyangkut kualitas, biaya dan ketetapan waktu
pelaksanaan pekerjaan, sehingga dicapai wujud akhir bangunan dan kelengkapannya yang
sesuai dengan Dokumen Pelaksanaan dan kelancaran penyelesaian administrasi yang
berhubungan dengan pekerjaan di lapangan serta penyelesaian kelengkapan pembangunan.
b. Dokumen yang dihasilkan selama proses pelaksanaan yang terdiri dari :
1) Metode Pelaksanaan Program kerja, alokasi tenaga dan konsepsi pelaksanaan
pekerjaan.
2) Melakukan control terhadap kondisi eksisting di lapangan;
3) Mengajukan Shop Drawing pada awal pekerjaan yang dilaksanakan;
4) Membuat laporan harian berisikan keterangan tentang:
Tenaga kerja
Bahan bangunan yang didatangkan, diterima atau tidak.
Peralatan yang berhubungan dengan kebutuhan pekerjaan
Kegiatan perkomponen pekerjaan yang diselenggarakan.
Waktu yang dipergunakan untuk pelaksanaan.
Kejadian-kejadian yang berakibat menghambat pelaksanaan.
5) Membuat laporan mingguan, sebagai resume laporan harian (kemajuan
pekerjaan, tenaga dan hari kerja), Laporan Bulanan;
6) Foto proses pekerjaan (berwarna) yang dilampirkan dalam dokumentasi pekerjaan.
7) Mengajukan Berita Acara Kemajuan Pekerjaan untuk pembayaran termin;
8) Surat Perintah Perubahan Pekerjaan dan Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan
Tambah dan Kurang (jika ada tambahan atau perubahan pekerjaan);
9) Membuat Berita Acara Penyerahan Pertama Pekerjaan;
10) Membuat Berita Acara Pernyataan Selesainya Pekerjaan;
11) Membuat Gambar-gambar sesuai dengan pelaksanaan (as built drawing)
12) Membuat Time schedule / S curve untuk pelaksanaan pekerjaan.
2) Spesifikasi Standar
Seluruh pekerjaan harus sesuai dengan standar-standar sebagai berikut :
Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 1977 dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.
Kep.116/Men/1977 tentang Asuransi Sosial Tenaga Kerja.
Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL)
Bila suatu persyaratan disebutkan secara khusus, maka ketentuan itu harus diutamakan.
Direksi Pekerjaan (pejabat atau orang yang ditentukan dalam syarat- syarat khusus kontrak
untuk pengelola administrasi kontrak dan mengendalikan pekerjaan, biasanya dijabat oleh
PPK atau Personil yang ditunjuk oleh PPK) akan membuat perbaikan dan pengertian yang
dianggap perlu untuk melengkapi standar- standar, persyaratan-persyaratan dan gambar-
gambar.
dan-lain yang berhubungan dengan pekerjaan ini
Kualifikasi
Sertifikat Kompetensi
Jabatan Dalam Pekerjaan
No Jumlah kerja yang dibutuhkan
yang akan dilaksanan Pengalaman Kerja
(tahun)
Pelaksana Lapangan
1. 1 orang 2 tahun SKTK Pelaksanaan
Bangunan Gedung
1. PEKERJAAN PERSIAPAN
1.1. Papan Nama Proyek
Kontraktor (Penyedia Barang/Jasa yang ditunjuk sebagai pelaksana pekerjaan) harus
menyediakan papan nama proyek yang mencantumkan nama pemberi tugas, nama
program/kegiatan/pekerjaan, nilai kontrak, waktu pelaksanaan, konsultan pengawas, kontraktor
pelaksana, dan informasi lainnya yang dianggap perlu.
1.2. Kantor Direksi Lapangan
Kantor direksi harus cukup representatif untuk bekerja dan aman untuk menyimpan dokumen-
dokumen proyek selama pelaksanaan pekerjaan.
1.3. Shop Drawing
Kontraktor harus membuat gambar – gambar pelaksanaan pekerjaan dilapangan ( Shop
Drawing), gambar tersebut harus dibuat berdasarkan gambar – gambar pelelangan dan
penjelasan pekerjaan yang diberikan.
Sebelum gambar – gambar pelaksanaan disetujui oleh pihak direksii lapangan. Gambar-
gambar pelaksanaan harus memenuhi syarat - syarat yang ditentukan oleh direksi lapangan.
banyaknya gambar-gambar yang disampaikan kepada pihak direksi lapangan harus sesuai
dengan kontrak.
Kontraktor harus memberikan waktu yang cukup kepada direksi lapangan untuk meneliti
gambar – gambar pelaksanaan. Persetujuan terhadap gambar – gambar pelaksanaan bukan
berarti pemberian garansi terhadap dimensi – dimensi yang telah dibuat oleh kontraktor, dan
tetap tidak melepaskan tanggung jawab kontraktor terhadap pelaksanaan pekerjaan.
Gambar kerja hanya dapat berubah dengan perintah tertulis pemilik proyek berdasarkan
pertimbangan dari direksi lapangan.
Perubahan suatu rencana harus dibuat gambarnya yang sesuai dengan apa yang diperintahkan
oleh pemilik proyek, yang dengan jelas memperlihatkan perbedaan antara gambar kerja dan
gambar perubahan rancangan. Gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 ( tiga ) dan
semua biaya pembuatannya ditanggung oleh Kontraktor Pelaksana.
Gambar perubahan yang disetujui oleh pemilik proyek / direksi lapangan kemudian dilampirkan
dalam Berita Acara Pekerjaan Tambah Kurang.
1.4. As built drawing
Kontraktor harus membuat gambar – gambar terbangun dilapangan (As Built Drawing), gambar
tersebut harus dibuat berdasarkan kondisi pekerjaan yang sudah terbangun dilapangan.
Gambar as built drawing memperoleh persetujuan Konsultan pengawas dan direksi setelah
dilakukan pemeriksaan secara teliti. Gambar sesuai pelaksanaan dan buku penggunaan dan
pemeliharaan bangunan merupakan bagian pekerjaan yang harus diserahkan pada saat
penyerahan kesatu, kekurangan dalam hal ini berakibat penyerahan pekerjaan kesatu tidak
dapat dilakukan.
1.5. Pelaporan dan dokumentasi
Pelaksana diharuskan membuat laporan yang diserahkan kepada direksii lapangan/Konsultan
Pengawas, PTP/PPTK dan Pemilik Proyek, masing-masing 1 ( satu ) rangkap laporan-laporan
sebagai berikut :
Laporan harian yaitu catatan yang berisi kegiatan pekerjaan sehari-hari berupa :
Tahap berlangsungnya pekerjaan.
Catatan dan perintah pemilik / pengawas yang ditanda tangani dan disampaikan secara
tertulis.
Jumlah dan jenis dari bahan-bahan, peralatan dan mesin baik yang dipakai maupun ditolak.
Jumlah pekerja.
Dan keadaan lain – lain selama berlangsungnya kegiatan pelaksanaan pekerjaan yang di isi
setiap hari kemudian diserahkan kepada direksi untuk diketahui atau disahkan.
Laporan Mingguan yaitu catatan yang berisi garis-garis besar hal-hal yang terjadi dan
tercantum dalam ketikan yang rapi dimana merupakan resume dari laporan harian yang
memperlihatkan bobot prestasi. Tiap akhir bulan harus disampaikan kepada Direksi/Konsultan
Pengawas, PTP/PTK dan Pemilik Proyek Bar Chart (“S” Curva) keadaan pekerjaan diatas yang
didasarkan bar chart induk untuk diketahui posisi keadaan pekerjaan tiap bulannya sebanyak 3
( tiga ) rangkap. Untuk mencegah kesalah pahaman dan kesimpang siuran dalam pelaksanaan
pekerjaan, kontraktor diwajibkan menyediakan :
Buku harian / buku direksi di tempat pekerjaan khusus untuk memuat catatan-catatan
Direksi/Konsultan Pengawas, PTP/PTK dan Pengguna jasa atau wakilnya kepada penyedia
jasa (kontraktor).
Buku tersebut setiap permulaan hari kerja (pagi) harus diletakan diatas meja direksi untuk
diperiksa dan di isi bila perlu.
Untuk penerimaan perintan-perintah tersebut penyedia jasa (kontraktor) atau wakilnya
diharuskan membubuhkan tanda tangan, dan kelalaian dalam hal ini dianggap telah
mengetahui dan menyetujuinya.
Penyedia jasa mendapat kebebasan untuk memberikan catatan-catatan yang dianggap
perlu olehnya, bila penyedia jasa tidak mengadakanya telah dianggap ia telah mengetahui
dan menyetujui semua isi perintah-perintah dan catatan-catatan dari Direksi/Konsultan
Pengawas, PTP /PPTK dan pengguna jasa yang tertulis dalam buku harian / buku direksi
tersebut.
Kontraktor Pelaksana harus membuat dokumentasi pekerjaan berupa foto-foto pada bagian-
bagian pekerjaan yang pentingdengan photo berwarna dalam rangkap 2 (dua) dan diserahkan
langsung kepada pemilik proyek.
1.6. Penyediaan Listrik Kerja
Setiap pembangkit tenaga sementara untuk penerangan pekerjaan, harus diadakan oleh
Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri termasuk pemasangan sementara kabel-kabel
meteran, upah dan tagihan serta pembersihannya kembali pada waktu pekerjaan selesai,
adalah beban Kontraktor Pelaksana. Kontraktor Pelaksana tidak diperbolehkan menyambung
listrik ke sumber daya eksisting, tanpa terlebih dahulu mendapat ijin tertulis dari pemilik proyek /
direksi.
2. PEKERJAAN STRUKTUR
2.1 Pekerjaan Tanah dan pondasi
a) Lingkup Pekerjaan
(1) Galian tanah pondasi tapak (pile cape) pada titik-titik kolom.
(2) Penentuan titik pondasi harus menggunakan alat ukur misal thedolit,waterpass,dll yang
dikerjakan oleh tenaga ahli dibidangnya.
(3) Semua pekerjaan beton bertulang yang terletak di bawah permukaan tanah yang
menerima langsung beban kolom bangunan.
(4) Pembuatan bekesting pondasi.
(5) Urugan kembali lubang galian setelah konstruksi terpasang.
b) Langkah Pelaksanaan
(1) Pekerjaan galian tanah pondasi.
Kedalaman galian tanah untuk pondasi harus sesuai gambar, dan mendapatkan
persetujuan dari Direksi.
Hasil galian tanah pondasi boleh digunakan sebagai tanah urug setelah terlebih
dahulu dibuang humusnya dan akar-akar pohon yang ada disekitarnya.
Untuk menghindari genangan air dalam lokasi pekerjaan agar dibuatkan parit-parit
sementara untuk mengalirkan air.
(2) Pondasi pilecape dan pondasi tapak
Sebelum pasangan pondasi telapak dimulai terlebih dahulu kedalaman dan lebar
galian dikontrol apakah sudah sesuai yang diharapkan.
Jika terjadi galian tanah terlalu dalam, tidak diperkenankan mengurug menggunakan
tanah bekas galian agar kedalamannya sesuai dengan peil yang diinginkan (sesuai
gambar), harus menggunakan pasir.
Setelah kedalaman tanah tidak ada masalah (sesuai gambar), baru diurug dengan
pasir. Ketebalan urugan pasir dibuat sesuai gambar.
Untuk mencapai kepadatan urugan pasir harus disiram dengan air secukupnya.
Setelah urugan pasir, dihamparkan adukan Beton Mutu fc = 7,4 Mpa (K 100), Slump
(3-6) cm, w/c = 0,87 yang difungsikan sebagai lantai kerja.
Pemasangan tulangan dengan baja mutu U-32 dilakukan dengan tingkat presisi yang
tinggi mengingat perannya sebagai as bangunan.
Pemasangan begesting pondasi dan sloof yang terbuat dari kayu ( sesuai yang ada
dalam BOQ ).
Pengecoran plat pondasi menggunakan adukan beton dengan mutu beton K - 250
dan campuran beton sesuai yang ada dalam BOQ
Pengecoran dilakukan sampai pada batas kolom paling bawah atau sesuai dengan
petunjuk Direksi.
Perawatan beton setelah pengecoran dilakukan sampai beton mengeras, dan selama
perawatan galian tidak boleh ditimbun.
Pengecoran pondasi dilanjutkan untuk kolom tegak sampai batas di atas muka tanah
atau pada sisi bawah balok sloof, atau sesuai dengan petunjuk Direksi.
Setelah selesai begesting dibongkar. Lubang bekas galian diijinkan untuk ditimbun.
(3) Urugan kembali.
Pengurugan kembali lubang sisa galian dilakukan setelah mendapat ijin Direksi.
Urugan kembali dapat menggunakan tanah bekas galian.
Pemadatan urugan kembali dilakukan untuk memperoleh kepadatan mendekati
kepadatan tanah asli.
(5) Additive
Dalam hal digunakan bahan additive dalam campuran beton, maka kontraktor harus
mendiskusikan terlebih dahulu dari penggunaan bahan-bahan additive tersebut guna
mendapatkan persetujuan dan petunjuk-petunjuk mengenai cara-cara pelaksanaannya
dari pihak Pengawas dan Perencana sesuai dengan spesifikasi teknis dan brosur yang
dikeluarkan oleh pabrik yang memproduksi bahan additive tersebut. Bahan additive untuk
campuran beton dapat menggunakan dari produk Sika. Jenis bahan additive yang
digunakan adalah untuk kemudahan kerja (workability) dan kekedapan beton.
(6) Mutu Beton
Mutu beton yang digunakan untuk pekerjaan beton cor di tempat dalam pekerjaan ini
adalah K – 175 untuk beton non struktural, K-250 dengan Ready Mix untuk Pekerjaan
pondasi tapak, Sloof, Kolom, Balok Dan Plat Lantai, untuk lantai kerja digunakan Beton
dengan Beton Mutu K 175, Slump (12±2) cm, w/c = 0,87, unkolom praktis dan balok latei
beton campuran Beton Mutu K 175.
d) Pelaksanaan Pekerjaan Beton
Sebelum melaksanakan pekerjaan beton, Kontraktor harus mengadakan trial test atau Mixed
Design yang dapat membuktikan bahwa mutu beton yang disyaratkan dapat tercapai. Dari
hasil test tersebut ditentukan oleh Pengawas "Deviasi Standar" yang akan dipergunakan
untuk menilai mutu beton ditinjau terhadap mutu (kekuatan tekan) dan tingkat kekedapannya
selama pelaksanaan.
(1) Pengecoran Beton
Pengecoran beton dapat dilaksanakan setelah Kontraktor mendapat izin secara
tertulis dari Pengawas. Permohonan izin rencana pengecoran harus diserahkan
paling lambat dua (2) hari sebelumnya. Sebelum pengecoran dimulai, Kontraktor
harus sudah menyiapkan seluruh stek-stek untuk kolom praktis dan angker-angker
untuk pengikat dudukan kuda-kuda maupun penyaluran tulangan yang diperlukan,
pada pelat kolom dan balok-balok beton untuk bagian yang akan saling
berhubungan atau pada konstruksi sambungan, juga sudah disiapkan opening dan
sparing-sparing untuk pekerjaan M & E sesuai dengan gambar rencana dan gambar
kerja yang telah disetujui.
Memberitahukan Pengawas selambat-lambatnya 24 jam sebelum suatu pengecoran
beton dilaksanakan. Persetujuan Pengawas untuk mengecor beton berkaitan
dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan besi serta bukti bahwa
Kontraktor dapat melaksanakan pengecoran tanpa gangguan. Persetujuan tersebut
diatas tidak mengurangi tanggung jawab Kontraktor atas pelaksanaan pekerjaan
Beton secara menyeluruh.
Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air pada semen dan
agregat atau semen pada agregat telah melampaui 1 jam dan waktu ini dapat
berkurang lagi jika Konsultan Pengawas menganggap perlu didasarkan pada
kondisi tertentu.
Beton harus dicor sedemikian rupa sehingga menghindarkan terjadinya pemisahan
material (segregation) dan perubahan letak tulangan. Cara penuangan dengan alat
concrete pump dan alat-alat bantu pembantu seperti talang, pipa chute dan
sebagainya, harus mendapat persetujuan Pengawas.
Alat-alat penuangan seperti talang, pipa chute dan sebagainya harus selalu bersih
dan bebas dari lapisan-lapisan beton yang mengeras. Adukan beton tidak boleh
dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 2 meter. Selama dapat
dilaksanakan sebaiknya digunakan pipa yang terisi penuh adukan dengan
pangkalnya terbenam dalam adukan yang baru dituang.
Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami "initial set"
atau yang telah mengeras dalam batas dimana akan terjadi plastis karena getaran.
Penggetaran harus dilakukan dengan seoptimal mungkin untuk didapat mutu yang
maksimal.
Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh tanah harus
diberi lantai dasar setebal 5 cm atau sesuai gambar kerja agar menjamin duduknya
tulangan dengan baik dan penyerapan air semen dengan tanah.
Bila pengecoran harus berhenti sementara sedang beton sudah menjadi keras dan
tidak berubah bentuk, harus dibersihkan dari lapisan air semen (laintance) dan
partikel-partikel yang terlepas sampai suatu kedalaman yang cukup sampai tercapai
beton yang padat. Segera setelah pemberhentian pengecoran ini maka adukan
yang lekat pada tulangan dan cetakan harus dibersihkan.
Supplier ready mix harus mempunyai kapasitas supply minimal 40 m3/jam, (atau hal
ini dapat ditentukan di lapangan sesuai petunjuk Pengawas).
Untuk mencapai kapasitas 40 m3/jam, Supplier harus memiliki minimal 20 truk
mixer, 1 buah concrete pump cadangan dan 1 buah bacthing plant cadangan.
Selimut beton :
Pelat lantai yang berhubungan dengan tanah : 5 cm
Pelat lantai yang tidak berhubungan dengan tanah : 2 cm
Balok yang berhubungan dengan tanah : 5 cm
Balok yang tidak berhubungan dengan tanah : 4 cm
(2) Dimensi Beton
Ukuran-ukuran yang tertera dalam Gambar Kerja Struktur adalah ukuran beton struktur.
(3) Pemadatan Beton
Kontraktor harus bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan untuk
mengangkut dan menuang beton dengan kekentalan secukupnya agar didapat
beton padat tanpa menggetarkan secara berlebihan.
Pelaksanaan penuangan dan penggetaran beton sangat penting. Beton digetarkan
dengan vibrator secukupnya dengan dijaga agar tidak berlebihan (overvibrate). Hasil
beton yang berongga-rongga dan terjadi pengantongan beton-beton tidak akan
diterima.
Penggetaran tidak boleh digunakan untuk tujuan mengalirkan beton.
Pada daerah pembesian yang penuh (padat) harus digetarkan dengan penggetar
berfrekuensi tinggi, agar dijamin pengisian beton dan pemadatan yang baik.
Penggetaran beton harus dilaksanakan oleh tenaga kerja yang berpengalaman dan
terlatih.
(4) Lantai Kerja
Semua beton yang berhubungan dengan tanah sebagai dasarnya harus diurug pasir
padat setebal sesuai yang ditunjukkan dalam gambar, kemudian dipasang lantai kerja
dengan ketebalan sesuai gambar dengan adukan 1PC : 3PS : 5KR dibawah konstruksi
beton tersebut.
(5) Slump (kekentalan Beton)
Kekentalan beton untuk jenis konstruksi berdasarkan pengujian dengan PBI-1971 adalah
sebagai berikut :
Slump (mm)
Jenis Konstruksi
Max. Min.
- Kaki dan dinding pondasi 125 50
- Plat, balok dan dinding 150 75
- Kolom 150 75
- Plat diatas tanah 125 50
Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekuensi getaran tinggi harga tersebut diatas
dapat dinaikkan sebesar 50%, tetapi dalam hal apapun tidak boleh melebihi 150 mm.
(6) Penyambungan Beton dan Water Stop
Pada prinsipnya pengecoran beton harus dilakukan secara menerus (kontinu)
selama satu periode pengecoran, apabila kontraktor tidak dapat melakukannya
karena sesuatu hal sehingga pengecoran harus berhenti dan disambung, maka
khusus untuk penyambungan didaerah beton yang berhubungan dengan
tanah/kedap air, harus dipasang water stop atas biaya sendiri dari kontraktor, lokasi
pemberhentian pengecoran akan ditentukan oleh Pengawas.
Setiap penyambungan beton, permukaan harus dibersihkan / dikasarkan dan diberi
bahan bonding agent dari produk Sika.
Tempat-tempat penyambungan pengecoran yang terletak dibawah permukaan
tanah atau tempat-tempat yang berhubungan dengan genangan air hujan/air kotor
harus diberi water stop dan dipasang sesuai petunjuk konsultan Pengawas dan
brosur dari pabrik pembuat, biaya untuk pengadaan dan pemasangan water stop
menjadi tanggungan kontraktor.
Penyambungan Beton Konekting antara Bangunan Existing dengan Bangunan Baru
pada lantai 1 dan lantai 2.
(7) Construction Joint (Sambungan Beton)
Rencana atau schedule pengecoran harus dipersiapkan untuk penyelesaian satu
struktur secara menyeluruh. Dalam schedule tersebut Pengawas akan memberikan
persetujuan dimana letak construction joints tersebut. Dalam keadaan mendesak
Pengawas dapat merubah letak construction joints. Perlu atau tidaknya pada
construction joint diberi water stop, dapat dikonsultasikan dengan Pengawas.
Permukaan construction joins harus bersih dan dibuat kasar dengan mengupas
seluruh permukaan sampai didapat permukaan beton yang padat dengan
menyemprotkan air pada permukaan beton, sesudah 2 jam tapi kurang dari 4 jam
sejak beton dituang.
Bila pada sambungan beton timbul retak/bocor, perbaikan dilakukan dengan
menggunakan bahan-bahan additive yang disetujui Pengawas. Bila dijumpai adanya
kekeroposan beton, maka perlu dilakukan penyuntikan/grouting.
(8) Penyambungan Beton Keras danTulangan (Bangunan Eksisting)
Pada prinsipnya penyambungan antara beton keras (eksisting) dengan baja
tulangan pada pekerjaan penambahan lantai di bangunan eksisting harus
meneruskan transfer gaya antara elemen yang akan disambung (antara kolom
eksisting dan balok baru atau balok eksisting dengan balok baru).
Penyambungan antara beton keras dengan tulangan dengan menggunakan
Anchoring System.
Pelaksanaan pekerjaan penyambungan ini harus sesuai dengan gambar rencana
dan setting operation yang ditentukan produk yang digunakan sesuai dengan
persetujuan Konsultan Pengawas.
(9) Pengujian Laboratorium Beton Ready Mixed
Untuk setiap hari pengiriman beton ready mix harus diambil sampel atau benda uji
dalam bentuk kubus ukuran 15 x 15 x 15 cm atau bentuk silinder dengan ukuran
diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Jumlah benda uji yang harus disediakan untuk
setiap periode pengecoran beton, akan disesuaikan di lapangan.
Jenis pengujian yang dilakukan di laboratorium adalah test kuat tekan beton.
Selain pengambilan sampel pada setiap truk, maka beton tersebut harus diuji
terlebih dahulu nilai slump-nya sebelum dapat diterima sebagai bahan konstruksi.
E) Pembesian
Sebelum pekerjaan pembesian dimulai, kontraktor harus menyerahkan gambar kerja
pembesian kepada Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
Besi tulangan beton harus disimpan dengan cara sedemikian rupa sehingga bebas dari
hubungan langsung dengan tanah lembab maupun basah. Besi tulangan harus disimpan
berkelompok berdasarkan ukuran masing-masing. Besi tulangan polos maupun besi-besi
tulangan ulir (deformed bars) harus sesuai dengan persyaratan dalam NI-2 Bab 3.7, yang
dinyatakan sebagai BJTD - 39 (tulangan ulir) seperti dinyatakan dalam gambar dengan
persyaratan sebagai berikut :
BJTD - 39 untuk dia.> 10 mm
Besi tulangan yang akan digunakan harus bebas dari karat dan kotoran lain, apabila
harus dibersihkan dengan cara disikat atau digosok tanpa mengurangi diameter
penampang besi, atau dengan bahan cairan sejenis "Vikaoxy Off" yang disetujui
Pengawas. Pengawas berhak memerintahkan untuk menambah besi tulangan di tempat
yang dianggap perlu sampai maksimum 5% dari tulangan dalam gambar struktur, tanpa
biaya tambahan.
Baja tulangan dapat difabrikasi diluar di lokasi pekerjaan dan pada tempat yang
terlindung dari cuaca hujan/panas. Pekerjaan pembesian terutama panjang dan ukuran,
bengkokan, sambungan dan panjang-panjang penyaluran harus sesuai dengan syarat-
syarat yang ditentukan dalam perencanaan. Baja tulangan yang telah selesai difabrikasi
kemudian dirakit/dipasang pada posisi bekisting yang telah siap sebelumnya,
penahan/pengikat tulangan pada bekisting dapat dilakukan dengan bahan beton decking
atau jangkar/kaki ayam supaya baja tulangan dapat terpasang kokoh, kuat dan tepat
pada posisinya.
f) Kawat Pengikat
Ukuran minimal kawat pengikat adalah Ø 1 mm seperti yang disyaratkan dalam NI-2 Bab. 3.7.
g) Cetakan Beton
Standard
Seluruh cetakan mengikuti persyaratan Normalisasi dibawah ini :
SNI - 2 - 1971 = Peraturan Beton Indonesia
SNI - 3 - 1970 = Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia
Persyaratan Bahan dan Pelaksanaan
Bahan pelepas acuan (realising agent) harus sepenuhnya digunakan pada semua
acuan untuk pekerjaan beton.
Cetakan untuk beton cor ditempat biasa Bahan cetakan harus dibuat dari bahan
multiplaks dengan tebal minimal 9 mm dengan penguat-penguat kayu atau pipa
secukupnya, sehingga keseluruhan form work dapat berdiri stabil dan tidak
terpengaruh oleh desakan-desakan beton pada waktu pengecoran serta tidak terjadi
perubahan bentuk.
Rencana desain seluruh cetakan menjadi tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya.
Kontraktor harus membuat gambar kerja untuk rencana bekisting dan diserahkan
kepada Pengawas untuk mendapatkan persetujuan
Cetakan harus sesuai dengan bentuk, ukuran batas-batas bidang dari hasil beton
yang diinginkan oleh perencana dalam gambar rencana.
Cetakan harus sedemikian rupa agar menghasilkan permukaan beton yang rata.
Untuk itu dapat digunakan cetakan multiplex atau plat besi dengan permukaan yang
halus dan rata.
Sebelum beton dituang, konstruksi cetakan harus diteliti untuk memastikan bahwa
benar dalam letak yang diinginkan, kokoh, rapat, tidak terjadi penurunan dan
pengembangan pada saat beton dituangkan serta bersih dari segala benda yang tidak
diinginkan dan kotoran-kotoran.
Permukaan cetakan harus diberi minyak yang biasa diperdagangkan untuk
mencegah lekatnya beton pada cetakan. Pelaksanaannya agar berhati-hati jangan
terjadi kontak dengan besi yang dapat mengurangi daya lekat besi dengan beton.
Permukaan cetakan harus dibasahi dengan rata agar tidak terjadi penyerapan air
beton yang baru dituang.
Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Pengawas atau jika
umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut :
Bagian sisi balok : 36 jam
Balok tanpa beban konstruksi : 7 hari
Balok dengan beban konstruksi : 21 hari
Plat lantai / atap : 21 hari
Dengan persetujuan Pengawas, cetakan beton dapat dibongkar lebih awal dengan
syarat benda uji yang kondisi perawatannya sama dengan beton sebenarnya telah
mencapai kekuatan 75 % dari kekuatan pada umur 28 hari.
Segala izin yang diberikan oleh Pengawas sekali-kali tidak boleh menjadi bahan untuk
mengurangi/membebaskan tanggung jawab Kontraktor dari adanya kerusakan-
kerusakan yang timbul akibat pembongkaran cetakan tersebut. Pembongkaran
cetakan beton tersebut harus dilaksanakan dengan hati-hati sedemikian rupa
sehingga tidak menyebabkan cacat pada permukaan beton, tetap dihasilkan sudut-
sudut yang tajam dan tidak pecah. Bekas cetakan beton untuk bagian-bagian
konstruksi yang terpendam dalam tanah harus dicabut dan dibersihkan sebelum
dilaksanakan pengurugan tanah kembali.
h) Hasil pengecoran
Semua permukaan beton yang dihasilkan harus rapi, bersih rata dan tanpa cacat/keropos,
lurus dan tepat pada posisinya sesuai dengan gambar rencana. Perawatan beton dilakukan
selama proses pengerasan. Selama proses pengerasan, beton tiap hari harus disiram dengan
cukup air, selama minimum 1 (satu) minggu berturut-turut.
3. PEKERJAAN ARSITEKTUR
3.1 Pekerjaan Pasangan dan Plesteran
3.1.1 Pekerjaan Dinding Pasangan Bata merah
a) Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat
bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil
yang baik. Pekerjaan pasangan bata ini meliputi seluruh detail yang disebutkan /
ditunjukan dalam gambar.
b) Pelaksanaan Pekerjaan
Dinding pasangan bata merah
Bata merah yang akan dipergunakan untuk pasangan dinding harus
memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Direksi.
Bata sebelum dipasang harus direndam di dalam air terlebih dahulu sampai
jenuh.
Bata kurang dari setengah panjang tidak boleh dipergunakan.
Pemasangan dinding bata harus benar - benar rapi, rata dan sesuai dengan
alur yang sebenarnya.
Pasangan bata dilakukan dengan campuran 1 PC : 5 Ps untuk semua
pasangan batu bata.
Pemasangan dinding bata tidak diperbolehkan terjadi siar vertical yang
segaris
Pemasangan dinding bata tidak diperbolehkan menggunakan batu bata
potongan, kecuali tempat-tempat tertentu yang diharuskan memakai bata
potongan.
Pasangan bata seluas maksimum 12 m2 harus diperkuat beton (kolom
praktis) 15 x 15 cm dengan tulangan pokok 4 Ø 10, beugel Ø 8 jarak 15 cm
kecuali sudah ada perkuatan lain.
Pasangan bata setengah batu dilakukan bertahap, setiap hari setinggi 1 m,
tidak boleh melebihi 1 m dan selalu harus diikuti dengan cor kolom praktis.
Pasangan bata yang telah berdiri harus terus menerus dibasahi air selama 14
(empat belas) hari.
b) Pengendalian Pekerjaan
1. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982)
2. Standar Nasional Indonesia (SNI)
3. SNI 03-4062-1996 – Ubin Lantai Keramik Berglaris
4. Australian Standard (AS)
5. British Standard (BS)
6. American National Standard Institute (ANSI).
c) Prosedur Umum
1. Contoh Bahan dan Data Teknis Bahan
Contoh bahan dan teknis/brosur bahan yang akan digunakan harus diserahkan
kepada Pengawas Lapangan untuk disetujui terlebih dahulu sebelum dikirim ke
lokasi proyek;
Contoh bahan ubin harus diserahkan sebanyak 3 (tiga) set masing-masing dengan
4 (empat) gradasi warna untuk setiap set;
Biaya pengadaan contoh bahan menjadi tanggung jawab Kontraktor.
2. Pengiriman dan Penyimpanan
Pengiriman ubin ke lokasi proyek harus terbungkus dalam kemasan pabrik yang belum
dibuka dan dilindungi dengan label/merek dagang yang utuh dan jelas.
d) Bahan - Bahan
1. Umum
Ubin harus dari kualitas yang baik dan dari merek yang dikenal yang memenuhi
ketentuan SNI;
Ubin yang tidak rata permukaan dan warnanya, sisinya tidak lurus, sudut-sudutnya
tidak siku, retak atau cacat lainnya, tidak boleh dipasang.
2. Ubin Keramik Berglasur
3. Ubin keramik berglasur tipe dan merek sesuai gambar kerja, terdiri dari beberapa jenis
seperti tersebut berikut :
Ubin keramik berglasur tipe non-slip ukuran 300mm x 300mm untuk lantai KM/WC
Granito, indogress;
Ubin keramik berglasur ukuran 600mm x 600 mm, Granito, Indogress untuk tempat-
tempat lain seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
Ubin keramik berglasur ukuran 300mm x 600 mm Granito, Indogress untuk tempat-
tempat lain seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.
4. Adukan
Adukan terdiri dari campuran semen dan pasir yang diberi bahan tambahan penguat
dalam jumlah penggunaan sesuai petunjuk dari pabri pembuat;
Bahan-bahan adukan dan bahan-bahan tambahan harus memenuhi ketentuan
Spesifikasi Teknis;
Adukan perekat khusus untuk memasang ubin, jika ditunjukkan dalam Gambar
Kerja atau sesuai petunjuk Pengawas Lapangan, harus memenuhi ketentuan AS
2356, ANSI 118.1, 118.4 dan BS 5385.
5. Adukan Pengisian Celah
Adukan pengisi celah harus merupakan produk campuran semen siap pakai, yang diberi
warna dari pabrik pembuat, seperti Lekra FS Nat Flexible, AM 50 Coloured Ceramic
Grout, ASA Coloured Grout atau yang setara yang disetujui.
e) Pelaksanaan Pekerjaan
1. Persiapan
Pekerjaan pemasangan ubin baru boleh dilakukan setelah pekerjaan lainnya benar-
benar selesai;
Pemasangan ubin harus menunggu sampai semua pekerjaan pemipaan air
bersih/air kotor atau pekerjaan lainnya yang terletak dibelakang atau dibawah
pasangan ubin ini telah diselesaikan terlebih dahulu.
2. Pemasangan
Adukan untuk pasangan ubin pada lantai, dan bagian lain yang harus kedap air
harus terdiri dari campuran 1 semen, 3 pasir dan sejumlah bahan tambahan, kecuali
bila ditentukan lain dalam Gambar Kerja;
Tebal adukan untuk semua pasangan tidak kurang dari 25mm, kecuali bila
ditentukan lain dalam Gambar Kerja;
Adukan untuk pasangan ubin pada lantai harus ditempatkan diatas lapisan pasir
dengan ketebalan sesuai Gambar Kerja;
Ubin harus kokoh menempel pada alasnya dan tidak boleh berongga. Harus
dilakukan pemeriksaan untuk menjaga agar bidang ubin yamg terpasang tetap lurus
dan rat;
Ubin yang salah letaknya, cacat atau pecah harus dibongkar dan diganti;
Ubin mulai dipasang dari salah satu sisi agar pola simetri yang dikehendaki dapat
terbentuk dengan baik;
Sambungan atau celah-celah antar ubin harus lurus, rat dan seragam, saling tegak
lurus. Lebar celah tidak boleh lebih dari 1,6mm, kecuali bila ditentukan lain;
Adukan harus rapi, tidak keluar dari celah sambungan;
Pemotongan ubin harus dikerjakan dengan keahlian dan dilakukan hanya pada satu
sisi, bila tidak terhindarkan;
Pada pemasangan khusus seperti pada sudut-sudut pertemuan, pengakhiran dan
bentuk-bentuk yang lainnya harus dikerjakan serapi dan sesempuna mungkin;
Siar antar ubin dicor dengan semen pengisi/grout yang berwarna sama dengan
warna keramiknya dan disetujui Konsultan Pengawas;
Pengecoran dilakukan sedemikian rupa sehingga mengisi penuh garis-garis siar;
Setelah semen mengisi cukup mengeras, bekas-bekas pengecoran segera
dibersihkan dengan kain lunak yang baru dan bersih;
Setiap pemasangan ubin keramik seluas 8m2 harus diberi celah mulai yang terdiri
dari penutup celah yang ditumpu dengan batang penyangga berupa polystyrene
atau polyethylene. Lebar celah mulai harus sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja
atau sesuai pengarahan dari Konsultan Pengawas;
Bahan berikut cara pemasangan penutup celah dan penyangganya harus sesuai
ketentuan Spesifikasi Teknis.
3. Pembersihan dan Perlindungan
Setelah pemasangan selesai, permukaan ubin harus benar-benar bersih, tidak ada yang
cacat, bila dianggap perlu permukaan ubin harus diberi perlindungan misalnya dengan
sabun anti karat atau cara lain yang diperbolehkan, tanpa merusak permukaan ubin.
c) Pelaksanaan Pekerjaan
1. Fabrikasi
Pekerjaan pabrikasi atau pemasangan tidak boleh dilaksanakan sebelum Gambar
Detail Pelaksanaan yang diserahkan Kontraktor disetujui Konsultan Pengawas;
Semua komponen harus difabrikasi dan dirakit secara tepat sesuai bentuk dan
ukuran aktual dilokasi serta dipasang pada lokasi yang telah ditentukan.
2. Pemasangan
Bagian pertama yang terpasang harus disetujui Konsultan Pengawas sebagai acuan
dan contoh untuk pemasangan berikutnya;
Kontraktor bertanggung jawab atas kualitas konstruksi komponen-komponen. Bila
suatu sambungan tidak digambarkan dalam Gambar Kerja, sambungan-sambungan
tersebut harus ditempatkan dan dibuat sedemikian rupa sehingga sambungan-
sambungan tersebut dappat meneruskan beban dan menahan tekanan yang harus
diterimanya;
Semua komponen harus sesuai dengan pola yang ditentukan;
Bila di pasang langsung ke dinding atau beton, kusen atau bingkai harus dilengkapi
dengan angkur pada jarak setiap 500mm;
Semua bagian alumunium yang berhubungan dengan semen atau adukan harus
dilindungi dengan cat transparan atau lembaran plastik;
Semua bagian alumunium yang berhubungan dengan elemen baja harus dilapisi
dengan cat khusus yang direkomendasikan pabrik pembuat, untuk mencegah
kerusakan komposisi alumunium;
Berbagai perlengkapan bukan alumunium yang akan dipasang pada bagian
alumunium harus terdiri dari bahan yang tidak menimbulkan reaksi elektronik,
seperti baja anti karat, nilon, neoprene dan lainnya;
Semua pengencangan harus tidak terlihat, kecuali ditentukan lain;
Semua sambungan harus rata pemotongan dan pengeboran yang dikerjakan
sebelum pelaksanaan anokdisasi;
Pemasangan kaca pada profil alumunium harus dilengkapi dengan Gasket atau
sealant;
Kunci dan engsel harus dipasang sesuai ketentuan dalam Gambar Kerja dan
memenuhi ketentuan;
Penutup celah harus digunakan sesuai rekomendasi dari pabrik pembuat dan
memenuhi ketentuan;
Semua bahan kusen, daun pintu dan jendela alumunium, boleh dibawa
kelapangan/halaman pekerjaan jikalau pekerjaan konstruksi benar-benar mencapai
tahap pemasangan kusen, pintu dan jendela;
Pemasangan sambungan harus tepat tanpa celah sedikitpun;
Semua detail pertemuan daun pintu dan jendela harus runcing (adu manis) halus
dan rata, serta bersih dari goresan-goresan serta cacat-cacat yang mempengaruhi
permukaan;
Detail Pertemuan Kusen Pintu dan Jendela harus lurus dan rata serta bersih dari
goresan-goresan serta cacat yang mempengaruhi permukaan;
Pemasangan harus sesuai dengan gambar rancangan pelaksanaan dan brosur
serta persyaratan teknis yang benar;
Setiap sambungan atau pertemuan dengan dinding atau benda yang berlainan
sifatnya harus diberi “sealant”;
Penyekrupan harus tidak terlihat dari luar dengan skrup kepala tanam galvanized
sedemikian rupa sehingga hair line dari tiap sambungan harus kedap air;
Semua alumunium yang akan dikerjakan maupun selama pengerjaan harus tetap
dilindungi dengan “Lacquer Film”;
Ketika pelaksanaan pekerjaan plesteran, pengecatan dinding dan bila kosen;
alumunium telah terpasang maka kosen tersebut harus tetap terlindungi oleh
Lacquer Film atau plastic tape agar kosen tetap terjamin kebersihannya.
b) Bahan - bahan
1. Kaca polos harus merupakan lembaran kaca bening jenis clear float glass yang datar
dan ketebalannya merata, tanpa cacat dan dari kualitas yang baik yang memenuhi
ketentuan SNI 15-0047 – 1987 dan SNI 15-0130 – 1987.
2. Ukuran dan ketebalan kaca sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.
c) Pelaksanaan Pekerjaan
1. Umum
Setiap kaca harus tetap ditempeli merek pabrik yang menyatakan tipe kaca,
ketebalan kaca dan kualitas kaca;
Merek-merek tersebut baru boleh dilepas setelah mendapatkan persetujuan dari
Konsultan Pengawas;
Semua bahan harus dipasang dengan rekomendasi dari pabrik;
Pemasangan harus dilakukan oleh tukang-tukang yang ahli dalam bidang
pekerjaannya.
2. Pemasangan Kaca
- Sela dan Toleransi Pemotongan Sela dan toleransi pemotongan sesuai ketentuan
berikut :
Sela bagian muka antara kaca dan rangka nominal 3mm;
Sela bagian tepi antara kaca dan rangka nominal 6mm;
Kedalaman celah minimal 16 mm;
Toleransi pemotongan maksimal untuk seluruh kaca adalah +3mm atau -1,5 mm;
Sela untuk Gasket harus ditambahkan sesuai dengan jenis gasket yang
digunakan.
- Persiapan Permukaan
Sebelum kaca-kaca dipasang, daun pintu, daun jendela, bingkai partisi dan
bagian-bagian lain yang akan diberikan kaca harus diperiksa bahwa mereka
dapat bergerak dengan baik;
Daun pintu dan daun jendela harus diamankan atau dalam keadaan terkunci
atau tertutup sampai pekerjaan pemolesan dan pemasangan kaca selesai;
Permukaan semua celah harus bersih dan kering dan dikerjakan sesuai petunjuk
pabrik;
Sebelum pelaksanaan, permukaan kaca harus bebas dari debu, lembab dan
lapisan bahan kimia yang berasal dari pabrik.
- Neoprene/Gasket dan Seal
Setiap pemasangan kaca pada daun pintu dan jendela harus dilengkapi dengan
Neoprene/Gasket yang sesuai;
Neoprene/Gasket dipasang pada bilang antar kusen dengan daun pintu dan
jendela, yang berfungsi sebagai seal pada ruang yang dikondisikan.
- Penggantian dan Pembersihan
Pada waktu penyerahan pekerjaan, semua kaca harus sudah dalam keadaan
bersih, tidak ada lagi merek perusahaan, kotoran-kotoran dalam bentuk apapun;
Semua kaca yang retak, pecah atau kurang baik harus diganti oleh Kontraktor
tanpa tambahan biaya dari Pemilik Proyek.
b) Prosedur umum
1. Contoh Bahan dan Data Teknis
Sebelum memulai pekerjaan di lapangan, Kontraktor harus menyerahkan
contoh bahan, data teknis dan detail pemasangan pekerjaan ini kepada
Konsultan Pengawas untuk disetujui;
Bahan-bahan di sini diidentifikasikan dengan nama suatu produk/ merek.
Bahan-bahan dengan merek lain yang dikenal dan setara dapat digunakan
selama bahan pengganti tersebut memiliki karakteristik dan kemampuan
yang sama dengan produk yang disebutkan dalam Spesifikasi Teknis ini
dan disetujui oleh Konsultan Pengawas.
2. Pengiriman dan Penyimpanan
Semua panel kalsium silikat harus disimpan di atas lantai kering yang rata,
dan harus ditutup dengan papan pelindung yang bertulis yang berasal dari
pabrik pembuat panel;
Tumpukan panel harus ditutup dengan terpal yang longgar agar udara
dapat bersirkulasi dengan bebas di sekitar tumpukan;
3. Ketidaksesuaian
Konsultan Pengawas berhak menolak setiap pekerjaan yang dilaksanakan
tidak sesuai ketentuan yang disyaratkan atau tidak sesuai dengan
ketentuan Spesifikasi Teknis ini;
Semua biaya yang ditimbulkan karena perbaikan atau penolakan pekerjaan
ini menjadi beban Kontraktor;
Penolakan dapat disebabkan antara lain kesalahan Kontraktor dalam
pemasangan bahan yang tidak sesuai, atau pengaplikasian yang tidak
sesuai dengan ketentuan Gambar Kerja atau Spesifikasi Teknis ini.
c) Bahan - bahan
1. Panel Gypsum
Panel gypsum harus dibuat dari bahan baku semen dan tepung pasir alam yang
diperkuat dengan serat sekaligus sebagai penulangan, dan dengan proses
pengeringan autoclave, dan memiliki sifat dan karakteristik sebagai berikut :
Tidak mengandung asbes;
Stabil dan tidak mudah mengalami muai – susut;
Tidak mudah terbakar dan tidak menyebarkan nyala api;
Tidak mudah lapuk dan membusuk;
Mudah dipotong, dipaku atau disekrup;
Tahan rayap dan binatang kecil lainnya;
Memiliki permukaan yang rata sehingga tidak memerlukan dempul atau
meni
Ketebalan dan ukuran harus sesuai dengan petunjuk dalam Gambar Kerja.
2. Perlengkapan Pemasangan
Rangka metal berupa produk jadi (prefabrikasi) untuk pemasangan panel pada
langit – langit, eksterior dan tempat-tempat lainnya seperti ditunjukkan dalam
Gambar Kerja. Harus dibuat dari bahan baja ringan lapis seng dan alumunium
seperti Zincalume atau Galvalum, dengan bentuk dan ukuran yang sesuai untuk
pemasangan panel gypsum, sesuai rekomendasi dari pabrik pembuat panel.
3. Alat Pengencang
Alat pengencang panel pada rangka metal harus berupa sekrup jenis self-
embeded-head dan self-tapping yang memiliki lapisan anti karat jenis
electro-plating;
Alat pengencang pada rangka kayu harus berupa paku yang memiliki
kepala lebar dan berbadan langsing dan diberi lapisan seng agar tidak
berkarat.
4. Pita Penyambung Berperekat (Self Adhesive Join Tape)
Pita penyambung harus dibuat dari bahan serat gelas (fibreglass) yang kuat dan
memiliki perekat, sesuai atau setara dengan Join Tape.
5. Kompon
Kompon untuk pemasangan panel kalsium silikat harus didesain khusus
sehingga dapat digunakan untuk sistem sambungan tertutup (flush joint system),
penutup kepala sekrup atau paku.
6. Bahan Penutup dan Pengisi Celah
Bahan penutup dan pengisi celah untuk setiap sambungan dan celah antara
panel semen berserat harus sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis.
7. Pengecatan
Pengecatan untuk penyelesaian permukaan panel harus sesuai dengan
rekomendasi dari pabrik pembuat panel dan sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis.
d) Pelaksanaan Pekerjaan
1. Umum
Panel kalsium silikat digunakan untuk pemasangan interior maupun eksterior
pada tempat-tempat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja. Panel kalsium
silikat harus diolah dan dikerjakan sesuai dengan petunjuk dari pabrik
pembuatnya.
2. Persiapan
Panel kalsium silikat memiliki permukaan yang halus yang membutuhkan
persiapan minimal sebelum penyelesaian. Panel kalsium silikat harus dipotong
dengan alat pemotong yang direkomendasikan pabrik pembuat panel sehingga
akan dihasilkan potongan yang rata dan licin.
Pengebor elektris dapat digunakan untuk melubangi panel untuk penempatan
peralatan, seperti armatur lampu, kisi-kisi udara dan lainnya seperti ditunjukkan
dalam Gambar Kerja.
3. Pengencangan
Ukuran dan jenis alat pengencang yang akan digunakan harus sesuai
rekomendasi dari pabrik pembuat panel kalsium silikat.
Penempatan paku atau sekrup harus sesuai rekomendasi dari pabrik pembuat
panel. Paku atau sekrup harus terbenam sampai rata dengan permukaan panel.
Kepala paku atau sekrup kemudian ditutup dengan kompon agar diperoleh
permukaan panel yang halus.
4. Sambungan
Setiap sambungan panel, baik sambungan terbuka / bercelah ataupun
berbentuk garis, harus diisi dengan bahan penutup dan pengisi yang
bersifat lentur dan tahan cuaca seperti direkomendasikan pabrik pembuat
panel, atau sesuai ketentuan;
Bahan pengisi sambungan harus diaplikasikan di atas batang penumpu
yang memiliki ukuran yang sesuai, seperti direkomendasikan oleh pabrik
pembuatan bahan pengisi;
Agar diperoleh permukaan yang halus dan menerus tanpa sambungan,
sambungan harus ditutup dengan sistem sambungan tertutup yang
direkomendasikan pabrik pembuat panel.
5. Aplikasi
Untuk aplikasi langit-langit dan lainnya, pemasangan antara lain harus sebagai
berikut :
Panel harus dipotong dalam ukuran sesuai Gambar Kerja dan ukuran di
lokasi pekerjaan;
Panel dipasang pada rangka metal atau rangka kayu yang sudah diberi
bahan pengawet, dengan alat pengencang dalam ukuran yang sesuai
rekomendasi pabrik pembuatnya;
Sambungan antara panel harus ditutup/ diisi dengan pita penyambung dan
kompon penutup sesuai rekomendasi pabrik pembuat panel.
6. Penyelesaian
Untuk mendapatkan penyelesaian yang baik, permukaan harus diamplas
ringan dengan amplas halus dan setiap debu harus disingkirkan dari
permukaan dengan kain kasar yang bersih. Butir-butir lepas yang
menempel pada permukaan harus dihilangkan dengan pengikis besi;
Panel kemudian dilapisi dengan 2 (dua) lapis cat emulsi;
Warna-warna cat harus sesuai Skema Warna yang akan ditentukan
kemudian.
b) Bahan - bahan
1. Umum
Cat harus dalam kaleng/kemasan yang masih tertutup patri/segel, dan masih jelas
menunjukkan nama/merek dagang, nomor formula atau Spesifikasi cat, nomor takaran
pabrik, warna, tanggal pembuatan pabrikpetunjuk dari pabrik dan nama pabrik
pembuat, yang semuanya harus masih absah pada saat pemakaiannya. Semua bahan
harus sesuai dengan Spesifikasi yang disyaratkan pada daftar cat;
Cat dasar yang dipakai dalam pekerjaan ini harus berasal dari satu pabrik/merek
dagang dengan cat akhir yang akan digunakan;
Untuk menetapkan suatu standar kualitas, disyaratkan bahwa semua cat yang dipakai
harus berdasarkan/mengambil acuan pada cat-cat hasil produksi Nippon / Jotun;
Cat Epoxy digunakan untuk permukaan dinding sesuai gambar rencana dan skedule
finishing dengan ketebalan 600 mikron untuk dinding. Bahan yang digunakan adalah
setara produk Jotun atau setara.
2. Cat Dasar
Cat dasar yang digunakan harus sesuai dengan daftar berikut atau setara :
Water-based sealer untuk permukaan pelesteran, beton, papan gypsum dan panel
kalsium silikat;
Masonry sealer untuk permukaan pelesteran yang akan menerima cat akhir berbahan
dasar minyak;
Wood primer sealer untuk permukaan kayu yang akan menerima cat akhir berbahan
dasar minyak;
Solvent-based anti-corrosive zinc chomate untuk permukaan besi/baja.
3. Undercoat
Undercoat digunakan untuk permukaan besi/baja.
4. Cat Akhir
Cat akhir yang digunakan harus sesuai dengan daftar berikut, atau yang setara :
Emulsion untuk permukaan interior pelesteran, beton, papan gipsum dan panel kalsium
silikat;
Emulsion khusus untuk permukaan eksterior pelesteran, beton, papan gipsum dan
panel kalsium silikat;
High quality solvet-based high quality gloss finish untuk permukaan interior pelesteran
dengan cat dasar masonry sealer, kayu dan besi/baja.
c) Pelaksanaan Pekerjaan
1. Pembersihan, Persiapan dan Perawatan Awal Permukaan
1.1 Umum
a. Semua peralatan gantung dan kunci serta perlengkapan lainnya, permukaan
polesan mesin, pelat, instalasi lampu dan benda-benda sejenisnya yang
berhubungan langsung dengan permukaan yang akan dicat, harus dilepas, ditutupi
atau dilindungi, sebelum persiapan permukaan dan pengecatan dimulai;
b. Pekerjaan harus dilakukan oleh orang-orang yang memang ahli dalam bidang
tersebut;
c. Permukaan yang akan dicat harus bersih sebelum dilakukan persiapan permukaan
atau pelaksanaan pengecatan. Minyak dan lemak harus dihilangkan dengan
memakai kain bersih dan zat pelarut/pembersih yang berkadar racun rendah dan
mempunyai titik nyala diatas 38oC;
d. Pekerjaan pembersihan dan pengecatan harus diatur sedemikian rupa sehingga
debu dan pecemar lain yang berasal dari proses pembersihan tersebut tidak jauh
diatas permukaan cat yang baru dan basah.
1.2 Permukaan Pelesteran dan Beton
a. Permukaan pelesteran umumnya hanya boleh dicat sesudah sedikitnya selang
waktu 4 (empat) minggu untuk mengering di udara terbuka. Semua pekerjaan
pelesteran atau semen yang cacat harus dipotong dengan tepi-tepinya dan
ditambal dengan pelesteran baru hingga tepi-tepinya bersambung menjadi rata
dengan pelesteran sekelilingnya;
b. Permukaan pelesteran yang akan dicat harus dipersiapkan dengan
menghilangkan bunga garam kering, bubuk besi, kapur, debu, lumpur, lemak,
minyak, aspal, adukan yang berlebihan dan tetesan-tetesan adukan;
c. Sesaat sebelum pelapisan cat dasar dilakukan, permukaan pelesteran dibasahi
secara menyeluruh dan seragam dengan tidak meninggalkan genangan air. Hal ini
dapat dicapai dengan menyemprotkan air dalam bentuk kabut dengan
memberikan selang waktu dari saat penyemprotan hingga air dapat diserap.
1.3 Permukaan Gipsum
a. Permukaan gipsum harus kering, bebas dari debu, oli atau gemuk dan permukaan
yang cacat telah diperbaiki sebelum pengecatan dimulai;
b. Kemudian permukaan gipsum tersebut harus dilapisi dengan cat dasar khusus
untuk gipsum, untuk menutup permukaan yang berpori, seperti ditentukan dalam
Spesifikasi Teknis;
c. Setelah cat dasar ini mengering dilanjutkan dengan pengecatan sesuai ketentuan
Spesifikasi ini.
1.4 Permukaan Barang Besi/Baja
a. Besi/Baja Baru
Permukaan besi/baja yang terkena karat lepas dan benda-benda asing lainnya
harus dibersihkan secara mekanis dengan sikat kawat atau penyemprotan
pasir/sand blasting sesuai standar;
Semua debu, kotoran, minyak, gemuk dan sebagainya harus dibersihkan
dengan zat pelarut yang sesuai dan kemudian dialp dengan kain bersih;
Sesudah pembersihan selesai, pelpisan cat dasar pada semua permukaan
barang besi/baja dapat dilakukan sampai mencapai ketebalan yang
disyaratkan.
b. Besi/Baja Dilapis Dasar di Pabrik/Bengkel
Bahan dasar yang diaplikasikan di pabrik/bengkel harus dari merek yang sama
dengan cat akhir yang akan diaplikasikan dilokasi proyek, dari spesifikasi teknis
ini;
Barang besi/baja yang telah dilapis dasar di pabrik/bengkel harus dilindungi
terhadap karat, baik sebelum atau sesudah pemasangan dengan cara segera
merawat permukaan karat yang terdeteksi;
Permukaan harus dibersihkan dengan zat pelarut untuk menghilangkan debu,
kotoran, minyak, gemuk;
Bagian-bagian yang tergores atau berkarat harus dibersihkan dengan sikat
kawat sampai bersih, sesuai standar St 2/SP-2, dan kemudian dicat kembali
(touch-up) dengan bahan cat yang sama dengan yang telah disetujui, sampai
mencapai ketebalan yang disyaratkan.
c. Besi/Baja Lapis Seng/Galvani
Permukaan besi/baja berlapis seng/galvani yang akan dilapisi cat warna harus
dikasarkan terlebih dahulu dengan bahan kimia khsus yang diproduksi untuk
maksud tersebut, atau disikat dengan sikat kawat. Bersihkan permukaan dari
kotoran-kotoran, debu dan sisa-sisa pengasaran, sebelum pengaplikasian cat
dasar.
2. Selang Waktu Antara Persiapan Permukaan dan Pengecatan
Permukaan yang sudah dibersihkan, dirawat dan/atau disiapkan untuk dicat harus
mendapatkan lapisan pertama atau cat dasar seperti yang disayaratkan, secepat mungkin
setelah persiapan-persiapan di atas selesai. Harus diperhatikan bahwa hal ini harus
dilakukan sebelum terjadi kerusakan pada permukaan yang sudah disiapkan di atas.
3. Proses Pengecatan
a. Harus diberi selang waktu yang cukup di antara pengecatan berikutnya untuk
memberikan kesempatan pengeringan yang sempurna, disesuaikan dengan kedaan
cuaca dan ketentuan dari pabrik pembuat cat dimaksud;
b. Penecatan harus dilakukan dengan ketebalan minimal (dalam keadaan cat kering),
sesuai ketentuan berikut.
1) Permukaan Interior Pelesteran, Beton, Gypsum
Cat Dasar : 1 (satu) lapis water-based sealer;
Cat Akhir : 2 (dua) lapisan emulsion.
2) Permukaan Eksterior Pelesteran, Beton
Cat Dasar : 1 (satu) lapis water-based sealer;
Cat Akhir : 2 (dua) lapisan emulsion khusus eksterior.
3) Permukaan Interior dan Eksterior Pelesteran dengan Cat Akhir Berbahan Dasar
Minyak.
Cat Dasar : 1 (satu) lapis masonry sealer;
Cat Akhir : 2 (dua) lapisan high quality solvent-based high quality
gloss finish.
4) Permukaan Besi/Baja.
Cat Dasar : 1 (satu) lapis solvent-based anti-corrosive zinc
chromate primer.
Undercoat : 1 (satu) lapis undercoat.
Cat Akhir : 2 (dua) lapisan high quality solvent-based high quality
gloss finish.
c. Ketebalan setiap lapisan cat (dalam keadaan kering) harus sesuai dengan ketentuan
dan/atau standar pabrik pembuat cat yang telah disetujui untuk digunakan.
4. Penyimpanan, Pencampuran dan Pengenceran
a. Pada saat pengerjaan, cat tidak boleh menunjukkan tanda-tanda mengeras,
membentuk selaput yang berlebihan dan tanda-tanda kerusakan lainnya;
b. Cat harus diaduk, disaring secara menyeluruh dan juga agar seragam konsistensinya
selama pengecatan;
c. Bila disyaratkan oleh kedaan permukaan, suhu, cuaca dan metoda pengecatan, maka
cat boleh diencerkan sesaat sebelum dilakukan pengecatan dengan mentaati
petunjuk yang diberikan pembuat cat dan tidak melebihi jumlah 0,5 liter zat pengencer
yang baik untuk 4 liter cat;
d. Pemakaian zat pengencer tidak berarti lepasnya tanggung jawab kontraktor untuk
memperoleh daya tahan cat yang tinggi (mampu menutup warna lapis di bawahnya).
5. Metode Pengecatan
a. Cat dasar untuk permuakaan beton, pelesteran, panel kalsium silikat diberikan
dengan kuas dan lapisan berikutnya boleh dengan kuas atau rol;
b. Cat dasar untuk permukaan papan gipsum deberikan dengan kuas dan dan lapisan
berikutnya boleh dengan kuas atau rol;
c. Cat dasar untuk permukaan kayu harus diaplikasikan dengan kuas dan lapisan
berikutnya boleh dengan kuas, rol atau semprotan;
d. Cat dasar untuk permukaan besi/baja diberikan dengan kuas atau disemprotkan dan
lapisan berikutnya boleh menggunakan semprotan.
6. Pemasangan Kembali Barang-barang yang dilepas
Sesudah selesainya pekerjaan pengecatan, maka barang-barang yang dilepas harus
dipasang kembali oleh pekerja yang ahli dalam bidangnya.
c) Pelaksanaan Pekerjaan
Pemasangan semua peralatan/perlengkapan saniter harus dilakukan oleh ahli
pemasangan barang sanitair yang berpengalaman. Pengerjaan harus dilakukan dengan
hati-hati dan sangat rapi.
1. Semua sambungan harus kedap air dan udara. Bahan penutup sambungan tidak
diijinkan.
Cat, vernis, dempul dan lainnya tidak diijinkan dipasang pada bidang-bidang
pertemuan sambungan sampai semua sambungan dipasang kuat dan diuji;
Semua saluran ekspos ke perlengkapan sanitasi harus diselesaikan sedemikian
rupa sehingga tampak bersih dan rapih dan sesuai ketentuan Gambar Kerja dan
petunjuk pemasangan dari pabrik pembuat.
2. Pemipaan dari perlengkapan sanitasi ke pipa distribusi utama harus dilaksanakan
sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis;
3. Bak cuci tangan tipe dinding ahrus dipasang sedemikian rupa sehingga puncak bagian
luar alat-alat tersebut berada 800mm di atas lantai, kecuali bila ditunjukkan lain dalam
Gambar Kerja;
4. Bak cuci tangan tipe pemasangan di meja harus dipasang pada ketinggian sesuai
petunjuk dalam Gambar Kerja;
5. Bak cuci dari bahan stainless steel harus dipasang sedemikian rupa pada meja/kabinter
seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja;
6. Sistem penumpu dan penopang harus sesuai dengan rekomendasi dari pabrik pembuat
perlengkaan sanitasi atau sesuai persetujuan Pengawasan Lapangan;
7. Pemasangan alat-alat sanitair lain
8. Floor drain harus dipasang dengan saringannya, dan dipasang rapih. Semua sela-
sela antara floor drain dengan lantai, harus diisi dengan adukan 1 Pc : 2 Ps.
Pasangan harus sedemikian sehingga bidang atas floor drain rata dan sebidang
dengan bidang lantai.
a) Lingkup Pekerjaan
- Pemipaan
1. Pipa dan fitting air bersih harus menggunakan bahan jenis PPC AW.
7. Fitting, peralatan bantu, peralatan ukur dan lainnya yang memiliki tahanan
aliran yang berlebih tidak diperkenankan dipasang kecuali yang disyaratkan
pada buku ini.
8. Pada belokan dari pipa datar ke pipa tegak harus dipasang alat
pengumpul kotoran yang tertutup (capped dirt pocket).
9. Semua alat ukur harus dalam batas ukur yang baik dan mempunyai
ketelitian yang sewajarnya untuk pengukuran.
10. Selama pemasangan berjalan, Kontraktor harus menutup setiap ujung pipa
yang terbuka untuk mencegah tanah, debu dan kotoran lainnya, dengan
dop/blind flange untuk pipa baja dan copper, pemanasan press untuk pipa
PVC.
11. Setiap jaringan yang telah selesai dipasang, harus ditiup dengan udara
kempa (compressed air) untuk jangka waktu yang cukup lama, agar kotoran
kotoran yang mungkin sudah masuk ke dalam pipa dapat terbuang sama
sekali.
a) Lingkup Pekerjaan
Pemipaan air kotor dari sanitary fixtures sampai dengan septicktank dan saluran
pembuangan.
- Fitting dapat juga dari merk lain selama ada jaminan dari pabrik pembuat pipa
bahwa pipa yang diproduksi oleh pabrik itu meng- gunakan fitting standard yang
diproduksi oleh pabrik lain yang ditentukan olah pabrik pembuat pipa tersebut.
- Untuk hal tersebut di atas Kontraktor harus menyediakan potongan pipa dari
berbagai ukuran yang akan digunakan dan membuat contoh sambungan (mock
up) antara pipa dengan pipa dan pipa dengan fitting untuk ditunjukkan kepada
Direksi Konsultan Manajemen Konstruksi dan mendapat persetujuan untuk
penggunaan pipa dan fitting tersebut serta memberikan jaminan purna jual untuk
pipa dan fitting tersebut.
c) Persyaratan Pelaksanaan
Pemipaan
- Semua pipa dan fitting yang dipakai dalam pekerjaan ini harus dari satu merek.
- Fitting harus terbuat dari bahan yang sama dengan bahan pipa.
- Fitting harus dari jenis "injection moulded" sedangkan "Welded fitting" sama
sekali tidak diperkenankan untuk dipergunakan dalam sistem pemipaan.
- Setiap sambungan berubah arah dibuat dengan WYE-45, TEE Sanitair atau
COMBINATION WYE-45 atau LONG RADIUS BEND dengan clean out.
- Pipa vent service harus dipasang tidak kurang 15 cm di atas muka banjir alat
sanitair tertinggi dan dibuat dengan kemiringan minimum sebesar 1%.
- Kemiringan pipa dibuat sesuai dengan yang dinyatakan dalam gambar dan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
- Untuk pipa vent mendatar, jarak tumpuan sama dengan jarak tumpuan pada pipa
air kotor dan bekas.
- Dalam pemasangan jaringan pemipaan ini, harus diadakan koordinasi dengan
pekerjaan-pekerjaan struktur mengingat adanya penembusan-penembusan
beton lantai maupun dinding.
- Di setiap floor drain dilengkapi dengan UTrap, untuk mencegah masuknya gas
yang berbau kedalam ruangan.
- Pada saluran buangan dari prepation area dapur, sebelum masuk ke inlet,
sistem permipaan air kotor bangunan, harus dipasang penyaring kotoran dari
bahan stainless steel untuk mencegah penyumbatan di dalam pipa.
- Pada jalur perpipaan air kotor dan bekas yang mengandung lemak dipasang
clean out di setiap belokan dan pada pipa vertikal utama (di setiap pintu
shaft).
- Sedangkan jalur pemipaan buangan dari laboratorium, area kamar operasi dan
lain-lain, air yang mengandung infeksius dibuang ke bak netralisasi terlebih dulu.
Pengujian Sistem
- Pengujian dinyatakan berhasil dan selesai bila tidak terjadi penurunan muka-air
setelah lewat 6 (enam) jam.
a. Lingkup pekerjaan ini termasuk pengadaan dan pemasangan semua material, peralatan,
tenaga kerja dan lain-lain untuk pemasangan, pengetesan, commissioning dan
pemeliharaan yang sempurna untuk seluruh instalasi listrik seperti dipersyaratkan dalam
buku ini dan seperti ditunjukkan dalam gambar-gambar perencanaan listrik. Dalam
Pekerjaan ini harus termasuk sertifikat pabrik dari peralatan yang akan dipakai dan
pekerjaan-pekerjaan kecil lain yang berhubungan dengan pekerjaan ini yang tidak
mungkin disebutkan secara terinci di dalam buku ini tetapi dianggap perlu untuk
keselamatan dan kesempurnaan fungsi dan operasi sistem distribusi listrik.
b. Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik dalam
spesifikasi teknis ini ataupun yang tertera dalam gambar-gambar perencanaan, dimana
bahan dan peralatan yang digunakan sesuai dengan ketentuan pada spesifikasi teknis ini.
Bila ternyata terdapat perbedaan antara spesifikasi bahan dan atau peralatan yang
dipasang dengan spesifikasi teknis yang dipersyaratkan pada pasal ini, merupakan
kewajiban Kontraktor untuk mengganti bahan atau peralatan tersebut sehingga sesuai
dengan ketentuan pada pasal ini tanpa adanya ketentuan tambahan biaya. Lingkup
pekerjaan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
c. Transformator Daya
Pekerjaan ini meliputi Low Voltage Main Distribution Panel LVMDP, Sub distribution
Panel, Panel-panel Daya dan Panel Penerangan termasuk seluruh peralatan peralatan
bantu yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem instalasi listrik.
Pekerjaan ini meliputi kabel utama dari Panel Genset ke panel LVMDP, kemudian
kabel-kabel yang digunakan untuk menghubungkan panel satu dengan panel lainnya
serta harus termasuk seluruh peralatan - peralatan bantu yang dibutuhkan untuk
kesempurnaan sistem instalasi listrik.
f. Instalasi Daya.
Pekerjaan ini meliputi seluruh instalasi listrik yang digunakan untuk menghubungkan
panel-panel daya dengan outlet-outlet daya dan peralatan-peralatan listrik, seperti
Exhaust Fan, Motor-motor Listrik pada peralatan Sistem Mekanikal serta peralatan
lain sesuai dengan Gambar Perencanaan dan Buku Persyaratan Teknis.
g. Instalasi Penerangan.
h. Fixture Lampu.
Yang termasuk di dalam pekerjaan ini adalah armature lampu, fitting, ballast,
starter, capasitor, lampu-lampu dan peralatan-peralatan lain yang berhubungan
dengan item pekerjaan sesuai dengan standard pabrik yang dipilih.
Semua armature lampu harus dibuat oleh satu pabrikan dengan kualitas yang sesuai
dengan Standar IEC.
Pekerjaan ini meliputi junction box, conduit, sparing, doos outlet daya, doos saklar,
doos penyambungan, doos pencabangan, elbow, metal flexible conduit, klem dan
peralatan-peralatan lain yang dibutuhkan untuk kesempurnaan Sistem Distribusi
Listrik meskipun peralatan-peralatan ini tidak disebutkan dan digambarkan dengan jelas
di dalam Gambar Perencanaan.
k. Peralatan bantu/pendukung lainnya yang diperlukan untuk kesempurnaan kerja sistem,
meskipun peralatan tersebut tidak disebutkan secara jelas atau terinci di dalam
Gambar Perencanaan dan Persyaratan Teknis.
a. Lampu penerangan normal (normal lighting) yaitu lampu penerangan buatan dengan
intensitas penerangan yang sesuai persyaratan untuk menjamin kelancaran
kegiatan dalam gedung.
Armatur lampu harus terbuat dari plat baja dengan penyelesaian cat bubuk warna putih,
dengan kapasitas lampu RM TL LED 2 x 18 watt ( uk. 30x120cm) atau sesuai ketentuan
dalam Gambar Kerja.
Housing, sesuai dengan klasifikasi proteksi (IP 20) dan mengacu kepada standar
Internasional IEC 598.
Pegangan lampu : Terbuat dari plastik tahan panas hingga suhu 105°C
Lampu Downlight
Lampu Downlight Integrated buatan Philips dan harus terbuat dari alumunium die cast
dan Housing gear terbuat dari stainless steel.
Memiliki klip metal yang mudah dibuka untuk instalasi pada ceiling board.
c. Dalam box panel harus disediakan sarana pendukung kabel yang dikebumikan
(grounding) dan busbar pembumian yang berfungsi untuk dudukan ujung kabel
pembumian.
Kelengkapan – kelengkapan
a. Fuse
b. MCCB
c. MCB
d. Terminal
f. Lampu indicator
Ketentuan Umum.
1. Kabel daya,
2. Instalasi daya,
3. Instalasi penerangan.
b. Yang dimaksud dengan kabel daya adalah kabel yang menghubungkan antara
panel satu dengan panel yang lainnya termasuk peralatan bantu yang dibutuhkan.
c. Yang dimaksud dengan instalasi daya adalah kabel yang menghubungkan panel-
panel daya dengan beban-beban stop kontak, peralatan Sistem Tata Udara dan
Penghawaan dan lain-lain, sesuai dengan Gambar Perencanaan. Didalam
instalasi daya ini harus sudah termasuk outlet daya, conduit, sparing, doos untuk
outlet daya/penyambungan / pencabangan, flexible conduit dan peralatan-
peralatan bantu lainnya yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem instalasi daya.
Jenis Kabel.
a. Kabel kabel listrik yang digunakan harus sesuai dengan standard SII dan SPLN
atau standard-standard lain yang diakui di negara Republik Indonesia serta
mendapat rekomendasi dari LMK.
b. Ukuran luas penampang kabel untuk jaringan instalasi listrik Tegangan Rendah
yang digunakan minimal harus sesuai dengan Gambar Perencanaan.
c. Kabel listrik yang digunakan harus mempunyai rated voltage sebesar 600
Volt/1000 Volt.
d. Tahanan isolasi kabel yang digunakan harus sedemikian rupa sehingga arus
bocor yang terjadi tidak melebihi 1 mA untuk setiap 100 M panjang kabel.
e. Kecuali untuk instalasi yang harus beroperasi pada keadaan darurat (seperti lift
dan lain-lain seperti ditunjukkan di dalam Gambar Perencanaan) kabel-kabel yang
digunakan adalah kabel PVC dengan jenis kabel yang sesuai dengan fungsi dan
lokasi pemasangannya seperti tabel di bawah ini :
Tahan api/flexible
4. Kabel daya khusus banguan mineral indulated
f. Pada kabel instalasi harus dapat dibaca mengenai merk, jenis, ukuran luas
penampang, rating tegangan kerja dan standard yang digunakan.
g. Pada ujung kabel-kabel daya utama harus diberi label/sign-plate yang terbuat dari
alumunium mengenai nama beban yang dicatu daya listriknya atau nama sumber
yang mencatu daya kabel/beban tersebut.
Persyaratan Pemasangan.
a. Pemasangan kabel instalasi tegangan rendah harus memenuhi peraturan PLN dan
PUIL 2000 atau peraturan lain yang diakui di negara Republik Indonesia.
b. Kabel harus diatur dengan rapi dan terpasang dengan kokoh sehingga tidak akan
lepas atau rusak oleh gangguan gangguan mekanis.
c. Pembelokan kabel harus diatur sedemikain rupa sehingga jari-jari pembelokan tidak
boleh kurang dari 15 kali diameter luar kabel tersebut atau harus sesuai dengan
rekomendasi dari pabrik pembuat kabel.
d. Setiap ujung kabel harus dilengkapi dengan sepatu kabel tipe press, ukuran sesuai
dengan ukuran luas penampang kabel serta dililit dengan excelcior tape dan difinish
dengan bahan isolasi ciut panas yang sesuai.
e. Penyambungan kabel pada kabel daya, kabel instalasi daya dan instalasi penerangan
tidak diperkenankan kecuali untuk pencabangan pada kabel instalasi daya dan
instalasi penerangan. Penyambungan kabel untuk pencabangan harus dilakukan di
dalam junction box atau doos sesuai dengan persyaratan.
c. Kabel daya listrik yang ditanam langsung di dalam tanah harus mempunyai
kedalaman minimal 70 cm di bawah permukaan tanah dengan cara penanaman
kabel sebagai berikut:
- Timbuni lagi dengan pasir setebal 10 cm dan di atas pasir tersebut diberi
bata pelindung sebanyak 6 (enam) buah per meter.
- Timbuni dengan tanah urug halus serta tanah galian dan usahakan tanah
galian yang digunakan bebas dari kerikil yang dapat merusak isolasi kabel.
d. Kabel listrik yang ditanam di dalam tanah dengan menggunakan pipa GIP sebagai
pelindung harus dilengkapi dengan bak kontrol ber- ukuran sesuai Gambar
Perencanaan. Bak kontrol tersebut dipasang pada setiap pembelokan,
pencabangan atau daerah daerah tertentu lainnya sesuai dengan modul pipa.
e. Setiap pipa hanya digunakan untuk sebuah kabel berinti banyak untuk sistem 3
phasa atau empat kabel berinti tunggal untuk sistem 3 phasa.
f. Pipa tersebut harus mempunyai diameter dalam 1,5 kali total diameter luar
kabel yang dilindunginya.
g. Apabila kabel sistem 3 phasa yang ditanam dalam tanah lebih dari satu buah,
maka kabel kabel tersebut harus disusun sejajar dengan jarak satu sama lain
minimal sebesar 7 cm.
h. Bak kontrol yang digunakan harus terbuat dari beton dan dilengkapi dengan tutup
yang memakai handle dan harus mudah dibuka.
i. Pada ujung pipa pelindung kabel harus dibentuk seperti corong, dihaluskan
sehingga bebas dari hal-hal yang dapat merusak kabel. Setelah kabel dipasang
lubang ujung kabel tersebut harus disumbat dengan bahan karet atau bahan
bahan lain yang tidak merusak kabel dan tidak mudah rusak.
b. Di dalam dinding.
k. Pemasangan kabel pada rak kabel harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
c. Untuk kabel instalasi daya dan penerangan harus dilindungi dengan conduit
(di dalam High Impact Conduit).
b. Sparing (pipa pelindung kabel yang ditanam dalam High Impact Conduit)
sebelum ditutup tembok harus disusun rapi dan diklem pada setiap jarak 60
cm. Jika sparing tersebut berjumlah cukup banyak, maka perkuatan tersebut
harus dilakukan dengan menggunakan kombinasi antara klem dan kawat
ayam sehingga tersusun rapi dan kokoh.
c. Kabel instalasi yang datang dari conduit menuju sparing harus dilindungi
dengan 'metal flexible conduit' serta pertemuan antara conduit/sparing
dengan metal flexible conduit harus dilakukan dengan cara klem.
d. Untuk instalasi kabel expose harus di dalam RSC (Rigid Steel Conduit).
a. Saklar yang digunakan harus sesuai dengan standard PLN, SNI dan VDE/DIN
atau standard-standard lain yang berlaku dan diakui di Indonesia.
c. Tipe : recessed
d. Saklar harus dipasang pada dinding atau partisi dengan ketinggian 120 cm
dari permukaan lantai atau ditentukan oleh Perencana Interior. Pemasangan
saklar harus menggunakan doos.
Rigid Conduit.
b. Conduit dan sparing harus mempunyai ukuran diameter dalam sebesar 1,5 kali
dari total diameter luar kabel yang dilindunginya dan ukuran minimum sebesar
3/4". Oleh karena itu, kontraktor sebelum memasang conduit harus
rekonfirmasi dahulu terhadap kabel yang akan dilindunginya.
c. Ujung ujung conduit harus dihaluskan dan diberi tules agar tidak merusak
isolasi kabel.
g. Pemasangan pipa conduit atau sparing tidak boleh merusak atau mengganggu
instalasi utilitas lainnya.
h. Dalam hal jalur pipa conduit pada gambar diperkirakan tidak mungkin lagi
untuk dilaksanakan, maka Kontraktor wajib mencari jalur lain sehingga
pelaksanaan mudah dan tidak mengganggu utilitas lain, tetapi tetap harus
sesuai dengan persyaratan.
i. Pertemuan antara pipa sparing yang muncul dari dalam dinding dengan pipa
conduit di atas plafond harus menggunakan doos dan diantara doos tersebut
dipasang flexible conduit.Pemasangan flexible conduit tersebut harus dilakukan
dengan cara klem.
j. Setiap sparing maupun conduit maximum hanya dapat diisi dengan 1 (satu)
kabel berinti banyak atau satu pasang kabel untuk phasa, netral dan grounding,
baik untuk kabel daya maupun untuk kabel lain.
k. Conduit untuk instalasi listrik harus berjarak minimum 50 cm dari pipa air
panas.
3. Yang ke luar dari conduit ke mesin mesin atau beban-beban yang lainnya.
4. Pembelokan instalasi.
c. Ukuran conduit harus mempunyai diameter dalam minimum 1,5 kali total
diameter luar kabel yang dilindunginya.
d. Flexible conduit yang digunakan harus tahan karat dan cukup kuat untuk
menahan gangguan gangguan mekanis yang mungkin terjadi.
Rak Kabel.
a. Rak kabel yang digunakan untuk menyanggqa kabel-kabel daya kabel instalasi
daya, penerangan serta kabel instalasi arus lemah.
b. Rak kabel terbuat dari plat baja dengan ketebalan 2 mm yang dilapisi Hot
Dipped Galvanised dengan ketebalan lapisan minimum 50 M dan disesuiakan
dengan standart BS 729 (dalam shaft).
c. Rak kabel harus dilengkapi dengan tutup (cover) rakrung penyangga kabel,
jarak antar ruang penyangga kabel maximum 50 cm.
d. Penggantung rak kabel dipasang pada plat beton dengan anchor bolt dan
harus kuat untuk menyangga rak kabel beserta isiannya serta harus tahan
pula menahan gangguan-gangguan mekanis
e. Rak kabel harus mempunyai penggantung yang dapat diatur (adjustable) yang
terbuat dari bahan besi.
Armature Lamp
c. Armatur-armatur lampu yang terbuat dari plat baja harus mempunyai ketebalan plat
minimal 0,7 mm, dicat dasar dengan meni tahan karat dan dicat finish warna putih
atau sesuai petunjuk Perencana Interior. Pengecatan ini menggunakan cat bakar.
e. Pemasangan armatur harus dipasang dengan baik dan kokoh sehingga tidak
mudah terlepas oleh gangguan-gangguan mekanis. Cara pemasangan lampu harus
sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat.
c. Lampu TL, SL, PAR, HPLN harus dipilih dari jenis lampu yang mempunyai
efisiensi tinggi.
Ketentuan umum.
Yang dimaksud dengan sistem pembumian untuk pengaman adalah pembumian dari
badan-badan peralatan listrik atau benda-benda di sekitar instalasi listrik yang bersifat
konduktif dimana pada keadaan normal benda-benda tersebut tidak bertegangan, tetapi
dalam keadaan gangguan seperti hubung singkat phasa ke badan peralatan
kemungkinan benda-benda tersebut menjadi bertegangan.
Semua badan peralatan atau benda-benda di sekitar peralatan yang bersifat konduktif
harus dihubungkan dengan sistem pembumian ini.
Ketentuan ketentuan lain harus sesuai dengan PUIL, SPLN dan standard-standard
lain yang diakui di Negara Republik Indonesia.
Konstruksi.
a. Sistem pembumian terdiri dari grounding rod, kabel penghubung antara benda-
benda yang diketanahkan dan peralatan bantu lain yang dibutuhkan untuk
kesempurnaan sistem ini.
b. Grounding rod dari sistem pembumian terbuat dari pipa GIP dan tembaga dengan
konstruksi seperti Gambar Perencanaan.
d. Tahanan sistem pembumian sedemikian rupa sehingga tahanan sentuh yang terjadi
harus lebih kecil dari 50 Volt.
Pemasangan
a. Grounding rod harus ditanam langsung dalam tanah dengan bagian grounding rod
yang tertanam di dalam tanah minimum sepanjang 6 M dan masing masing titik
grounding rod mempunyai tahanan tidak ebih dari 10 Ohm.
b. Grounding rod harus ditempatkan di dalam bak kontrol yang tertutup. Tutup bak
kontrol harus mudah dibuka dan dilengkapi dengan handle. Bak kontrol ini
mempunyai fungsi sebagai tempat terminal penyambungan dan tempat pengukuran
tahanan pembumian grounding rod. Ukuran bak kontrol harus sesuai dengan
Gambar Perencanaan.
dto