Anda di halaman 1dari 17

Tue, 10/06/2008 - 10:34pm — godam64

Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya

serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri, perasaan,

keinginan dsb manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan lingkungannya.

Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan yang berkesinambungan dalam suatu

masyarakat.

A. Arti Definisi / Pengertian Masyarakat

Berikut di bawah ini adalah beberapa pengertian masyarakat dari beberapa ahli sosiologi

dunia.

1. Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan

menghasilkan kebudayaan.

2. Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu

ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara

kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.

3. Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suau kenyataan objektif pribadi-

pribadi yang merupakan anggotanya.

4. Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia yang

relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu

wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar

kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut.

B. Faktor-Faktor / Unsur-Unsur Masyarakat

Menurut Soerjono Soekanto alam masyarakat setidaknya memuat unsur sebagai berikut

ini :

1. Berangotakan minimal dua orang.

2. Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan.

3. Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia baru yang

saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar anggota masyarakat.


4. Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta keterkaitan satu

sama lain sebagai anggota masyarakat.

C. Ciri / Kriteria Masyarakat Yang Baik

Menurut Marion Levy diperlukan empat kriteria yang harus dipenuhi agar sekumpolan

manusia bisa dikatakan / disebut sebagai masyarakat.

1. Ada sistem tindakan utama.

2. Saling setia pada sistem tindakan utama.

3. Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang anggota.

4. Sebagian atan seluruh anggota baru didapat dari kelahiran / reproduksi manusia.

V. PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT   

1. HUBUNGAN INDIVIDU DAN MASYARAKAT  


Banyak para ahil telah memberikan pengertian tentang masyarakat. Smith, Stanley dan Shores
mendefinisikan masyarakat sebagai suatu kelompok individu-individu yang terorganisasi serta
berfikir tentatang diri mereka sendiri sebagai suatu kelompok yang berbeda. (Smith, Stanley,
Shores, 1950, p. 5).
  
Dari pengertian tersebut di atas ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu bahwa masyarakat itu
kelompok yang terorganisasi dan masyarakat itu suatu kelompok yang berpikir tentang dirinya
sendiri yang berbeda dengan kelompok yang lain. Oleh karena itu orang yang berjalan bersama-
sama atau duduk bersama-sama yang tidak terorganisasi bukanlah masyarakat. Kelompok yang
tidak berpikir tentang kelompoknya sebagai suatu kelompok bukanlah masyarakat. Oleh karena
itu kelompok burung yang terbang bersama dan semut yang berbaris rapi bukanlah masyarakat
dalam arti yang sebenarnya sebab mereka berkelompok hanya berdasarkan naluri saja
 
Znaniecki menyatakan bahwa masyarakat merupakan suatu sistem yang meliputi unit biofisik
para individu yang bertempat tinggal pada suatu daerah geografis tertentu selama periiode waktu
tertentu dari suatu generasi. Dalam sosiology suatu masyarakat dibentuk hanya dalam
kesejajaran kedudukan yang diterapkan dalam suatu organisasi. (F Znaniecki, 1950, p. 145),
 
Jika kita bandingkan dua pendapat tersebut di atas tampak bahwa pendapat Znaniecki tersebut
memunculkan unsur baru dalam pengertian masyarakat yaitu masyarakat itu suatu kelompok
yang telah bertempat tinggal pada suatu daerah tertentu dalam lingkungan geografis tertentu dan
kelompok itu merupakan suatu sistem biofisik. Oleh karena itu masyarakat bukanlah kelompok
yang berkumpul secara mekanis akan tetapi berkumpul secara sistemik. Manusia yang satu
dengan yang lain saling memberi, manusia dengan lingkungannya selain menerima dan saling
memberi. Konsep ini dipengaruhi oleh konsep pandangan ekologis terhadap satwa sekalian
alam.

Parson menjelaskan bahwa suatu sistem sosial di mana semua fungsi prasyarat yang bersumber
dan dalam dirinya sendiri bertemu secara ajeg (tetap) disebut masyarakat. Sistem sosial terdiri
dari pluralitas prilaku-pnilaku perseorangan yang berinteraksi satu sama lain dalam suatu
lingkungan fsik. Jika masing masing individu ini berinteraksi dalam waktu yang lama dari generasi
ke generasi dan terjadi pada proses sosialisasi pada generasi tersebut maka aspek ini akan
menjadi aspek yang penting dalam sistem sosial. Dalam berintegrasi dan bersosialisasi ini
kelompok tersebut mempergunakan kerangka acuan pendidikan.
 
Dari berbagai pendapat tersebut di atas maka W F Connell (1972, p. 68-69) menyimpulkan
bahwa masyarakat adalah (1) suatu kelompok orang yang berpikir tentang diri mereka sendiri
sebagai kelompok yang berbeda, diorganisasi, sebagai kelompok yang diorganisasi secara tetap
untuk waktu yang lama dalam rintang kehidupan seseorang secara terbuka dan bekerja pada
daerah geografls tertentu, (2) kelompok orang yang mencari penghidupan secara berkelompok,
sampai turun temurun dan mensosialkan anggota anggotanya melalui pendidikan, (3) suatu ke
orang yang mempunyai sistem kekerabatan yang terorganisasi yang mengikat anggota-
anggotanya secara bersama dalam keselurühan yang terorganisasi.
 
Pendapat tersebut di atas tidak berbeda dengan pendapat Liton yang dikutip oleh Indan Encang
(1982, p.14) yang menyatakan bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah
cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan
berpikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tartentu.
 
Pengertian masyarakat tersebut di atas merupakan pengertian yang sangat luas. Penduduk
Indonesia sebagai masyarakat dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Penduduk yang berpikir tentang dirinya sendiri sebagai suatu kelompok yang berbeda
dengan kelompok penduduk pada suatu masyarakat lain seperti penduduk Singapura,
kelompok Jawa, Sunda, Banjar, Maluku, Sasak merupakan kelompok bagian dari penduduk
Indonesia.
2. Penduduk Indonesia ini secara relatif mencukupi kebutuhan diri sendiri sebagai suatu
kelompok yaitu mencukupi kehidupannya dalam masyarakatnya terutama dengan bercocok
tanam yang ditopang dengan perindustrian.
3. Penduduk Indonesia telah ada sebagai kelompok sosial yang diakui pada periode waktu
yang lama sampai sekarang, yaitu sejak Indonesia Merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945.
4. Mereka hidup dan bekerja dalam beribu-ribu pulau besar dan kecil yang terletak di
daerah geografis antara Samudera India dan Samudra Pasifik antara benua Asia dan
Australia.
5. Pengarahan anggota dari masyarakat Indonesia ini melalui unit-unit keluarga yang kecil
seperti kelompok-kelompok etnik dan keluarga merupakan kelompok yang terkecil.
6. Sosialisasi anak-anak melalui sekolah terutama pada anak-anak umur empat atau lima
tahun sampai 18 tahun baik melalui sekolah negeri maupun swasta baik melalui pendidikan
formal maupun pendidikan non-formal.
7. Masyarakat Indonesia ini mengikat anggota-anggotanya melalui sistem yang
digeneralisasikan dan suatu kekerabatan. Sistem ini didasarkan pada prinsip-prinsip
demokrasi, dalam kehidupan sosial politik, kehidupan ekonomi dan lapangan kehidupan
yang lain. Ikatan yang paling kuat adalah adanya satu pandangan hidup bangsa Indonesia
yaitu Pancasila dan dasar hukum nasional yang satu yaitu UUD 1945.
Pengertian individu : 
 
Dalam ilmu sosial individu merupakan bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat
dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil. Umpama keluarga sebagai kelompok sosial yang
terkecil terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah merupakan individu yang sudah tidak dapat dibagi
lagi, demikian pula Ibu. Anak masih dapat dibagi sebab dalam suatu keluarga jumlah anak dapat
lebih dari satu.
  
Hubungan individu dan masyarakat secara umum :
 
Hubungan antara individu dan masyarakat telah lama dibicarakan orang. Soeyono Soekanto
(1981, p.4) menyatakan bahwa sejak Plato pada zaman Yunani Kuno telah ditelaah tentang
hubungan individu dengan masyarakat. K. J. Veerger (1986, p. 10) lebih lanjut menjelaskah
bahwa pembahasan tentang hubung individu dan masyarakat telah dibahas sejak Socrates guru
Plato.
 
Hubungan antara individu dan masyarakat telah.banyak disoroti oleh para ahli baik para filsuf
maupun para ilmuan sosial. Berbagai pandangan itu pada dasarnya dapat dikelompokkan
kedalam tiga pendapat yaitu pendapat yang menyatakan bahwa (1) masyarakat yang
menentukan individu, (2) individu yang menentuk masyarakat, dan (3) idividu dan masyarakat
saling menentukan.
 
Pandangan yang pertama terhadap hubungan antara masyarakat dan individu didasarkan bahwa
masyarakat itu mempunyai suatu realitas tersendini. Masyarakat yang penting dan Individu itu
hidup untuk masyarakat. Pandangan ini berakar pada realisme yaitu suatu aliran filsafat yang
mengatakan bahwa konsep-konsep umum seperti manusia binatang, pohon, keadaan, keindahan
dan sebagainya itu mewakili realita luar diri yang memikirkan mereka. Jadi di luar manusia yang
sedang berpikir ada suatu realitas tertentu yang bersifat umum. Oleh karena itu berlaku secara
umum dan tidak terikat oleh yang satu persatu. Jika mengatakan manusia itu makhluk jasmani
dan rohani, maka kita membicarakan setiap manusia terlepas dan manusia yang manapun dan di
manapun. Konsekuensi dari pendapat itu maka masyarakat itu merupakan suatu realitas.
Masyarakat memiliki realitas tersendiri dan tidak terikat oleh unsur yang lain dan yang berlaku
umum. Masyarakat yang dipindahkan oleh seseorang itu berada di luar orang yang berpikir
tentang masyarakat itu sendiri. Sebelum individu ada masyarakat yang dipikirkan itu telah ada.
Oleh karena itu masyarakat itu tidak terikat pada individu yang memikirkannya. Menurut K J
Veerger (1986) ada tiga pandangan yang memandang masyarakat sebagai suatu realitas yaitu
pandangan holistis, organis dan kolektivitis.
 
Pandangan holisme terhadap hubungan individu dan masyarakat. Istilah holisme berasal dan
bahasa Yunani, Holos yang berarti keseluruhan. Holisme memandang secara berlebihan
terhadap totalitas (keseluruhan) path kesatuan kehidupan manusia dengan mengingkari adanya
perbedaan di antara manusia. Keseluruhan dipandang sebagai sesuatu hal yang melebihi dari
bagian-bagian. Pandangan yang bersifat holistis ini tampak pada pandangan Aguste Comte
(1798 - 1853). Menurut Aguste Comte masyarakat dilihat suatu kesatuan di mana dalam bentuk
dan arahnya tidak tergantung pada inisiatif bebas anggotanya, melainkan pada proses spontan
otomatis perkembangan akal budi manusia. Akal budi dan cara orang berpikir berkembang
dengan sendirinya. Prosesnya berlangsung secara bertahap, merupakan proses alam yang tak
terelakkan dan tak terhentikan. Perkembangan ini dikuasal Oleh hukum universal yang berlaku
bagi semua orang di manapun dan kapanpun Dan pandangan Comte in dapat diketahui bahwa
umat manusia itu dipandang sebagai suatu keseluruhan, individu merupakan bagian-bagian yang
hidup untuk kepentingan keseluruhan.
 
Pandangan organisme terhadap hubungan antara individu dan masyarakat. Organisme suatu
aliran yang berpendapat bahwa masyarakat itu berevolusi atau berkembang berdasarkan suatu
pninsip intrinsik di dalani dirinya sama seperti halnya dengan tiap-tiap organisme atau makhluk
hidup. Prinsip perkembangan ini berperan dengan lepas bebas dari kesadaran dan kemauan
anggota masyarakat.
 
Pandangan hubungan antara individu dan masyarakat sesuai dengan konsep organisme muncul
dari Herbart Spencer (1985) diringkas oleh Margaret H Poloma (1979) sebagai berikut:
1. Masyarakat maupun organisme hidup sama-sama mengalami pertumbuhan.
2. Disebabkan oleh pertambahan dalam ukurannya, maka struktur tubuh sosial (social
body) maupun tubuh organisme hidup (living body) itu mengalami pertambahan pula,
dimana semakin besar suatu struktur sosial maka semakin banyak pula bagian-bagiannya,
seperti halnya dengan sistem biologis yang menjadi semakin kompleks sementara ia
tumbuh menjadi semakin besar Binatang yang lebih kecil, misalnya cacing tanah, hanya
sedikit memiliki bagian-bagian yang dapat dibedakan bila dibanding dengan makhluk yang
lebih sempurna, misalnya manusia.
3. Tiap bagian yang tumbuh di dalam tubuh organissme biologis maupun organisme sosial
memiliki fungsi dan tujuan tertentu: “mereka tumbuh menjadi organ yang berbeda dengan
tugas yang berbeda pula”. Pada manusia, hati memiliki struktur dan fungsi yang berbeda
dengan paru-paru; demikian juga dengan keluarga sebagai struktur institusional memiliki
tujuan yang berbeda dengan sistem politik atau alconomi.
4. Baik di dalam sistem organisme maupun sistem sosial, perubahan pada suatu bagian
akan mengakibatkan perubahan pada bagian lain dan pada akhirnya di dalam sistem
secara keseluruhan. Perubahan sistem politik dari suatu pemerintahan demokratis ke suatu
pemerintahan totaliter akan mempengaruhi keluarga, pendidikan, agama dan sebagainya.
Bagian-bagian itu saling berkaitan satu sama lain.
5. Bagian-bagian tersebut, walau saling berkaitan, merupakan suatu struktur-mikro yang
dapat dipelajari secara terpisah. Demikianlah maka sistem peredaran atau sistem
pembuangan merupakan pusat perhatian para spesialis biologi dan media, seperti halnya
sistem politik atau sistern ekonomi merupakan sasaran pengkajian para ahli politik dan
ekonomi.
Dari uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa menurut Spencer masyarakat dipandang
sebagai organisme hidup yang alamiah dan deterministis (bebas). Semua gejala sosial
diterangkan berdasarkan hukum alam. Hukum yang mengatur pertumbuhan fisik tubuh manusla
juga mcngatur pertumbuhan sosial. Manusia sebagai individu tidak bebas dalam menentukan
arah pertumbuhan masyarakat. Manusia sebagai individu justru ditentukan oleh masyarakat
dalam pertumbuhannya. Masyarakat berdiri sendiri dan berkembang bebas dari kemauan dan
tanggung ja anggotanya di bawah kuasa hukum alam.
 
Hubungan individu dan masyarakat berdasarkan kolektivisme. Menurut pandangan kolektif
masyarakat mempunyai realitas yang kuat. Segala sesuatu kepentingan individu ditentukan oleh
masyarakat. Masyarakat mengatur secara seragam untuk kepentingan kolektif.
 
Menurut Peter Jarvis (1986) yang dikutip oleh DR Wuradji MS (1988) Karl Mark, Bowles, Wailer
dan Illich tokoh paham kolektif yang berpendapat bahwa individu tidak mempunyai kebebasan,
kebebasan pribadi dibatasi oleh kelompok elite (kelompok atas yang berkuasa) dengan
mengatas namakan rakyat banyak.
 
Konsep masyarakat kolektif ini diterapkan pada paham totalitas di negara-negara komunis seperti
RRC. Di dalam negara komunis individu tidak mempunyai hak untuk mengatur kepentingan diari
sendiri, segala kebutuban diatur oleh negara. Negara diperintah oleh satu partai politik komunis.
Dalam negara komunis ini makan, pakaian, perumahan dan kerja diatur oleh negara, individu
tidak punya pilihan lain kecuali yang telah ditentukan oleh negara. Semua hak milik individu
seperti yang dimiliki orang-orang atau keluarga di negara kita ini tidak ada.
 
Hubungan individu dan masyarakat menurut paham individualistis. Individualisme suatu paham
yang menyatakan bahwa dalam kehidupan seorang individu kepentingan dan kebutuhan individu
yang lebih penting dan pada kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Individu yang menentukan
corak masyarakat yang dinginkan. Masyarakat harus melayani kepentmgan individu. Individu
mempunyai hak yang mutlak dan tidak boleh dirampas oleh masyarakat demi kepentingan
umum.
 
Paham individualisme juga disebut Atomisme. Atomisme berpendapat bahwa hubungan antara
individu itu seperti hubungan antar atom-atom yang membentuk molekul-molekul. Oleh karena itu
hubungan in bersifat lahiriah. Bukan kesatuan yang penting tetapi keaneka ragaman yang
penting dalam masyarakat.

Pandangan individualistis ini yang otomistis ini berakar pada nominalisme suatu aliran filsafat
yang menyatakan bahwa konsep-konsep umum itu tidak mewakili realitas dari sesuatu hal. Yang
menjadi realitas itu individu. Realitas masyarakat itu ada karena individu itu ada. Jika individu
tidak ada maka masyarakat itu tidak ada. Jadi adanya individu itu tidak tergantung pada adanya
masyarakat.
 
J.J. Rousseau (1712-1778) dalam bukunya "kotrak sosial" menjelaskan paham liberalisme dan
individualisme dalam satu kalimat yang terkenal: “Manusia itu dilahirkan merdeka, tetapi di mana-
mana dibelenggu” (Driarkara SY, 1964, p. 109). Manusia itu bebas (merdeka) dan hidup pada
lingkungan sekitar dan sesamanya. Hidup dalam lingkungan tertutup dari lingkungan dan
sesamanya itu manusia merasa bahagia. Masyarakat hanya merupakan suatu kumpulan atau
jumlah orang yang secara kebetulan saja berkumpul pada suatu tempat seperti butli-butir pasir
tersebut di atas. Tidak ada hubungan satu dengan yang lain. Masyarakat terbina karena orang-
orang yang kebetulan tidak berhubungan satu sama lain itu berhubungan disebabkan oleh
adanya suatu kebutuhan, sehingga masing-masing individu itu mengadakan kontrak sosial untuk
hidup bersama. Bentuk kerja sama dalam hidup bersama itu dibatasi oleh kebutuhan masing-
masing individu. Hanya sampai pada batas tertentu saja individu itu hidup dalam masyarakat.
Makin banyak kebutuhan seorang yang dapat dtharapkan dari masyarakat maka hubungan
dengan masyarakat makin erat, sebaliknya makin sedikit kebutuhannya dalam masyarakat makin
renggang hubungannya dengan masyarakat.
 
Paham yang memandang hubungan antara individu dan masyarakat dari segi interaksi. Dari
uraian tersebut di atas kita telah mengetahui paham totalisme dan individualisme yang masih
berpijak pada satu kutub. Paham totalisme berpijak pada masyarakat, sebaliknya paham
individualisme. Totalisme mengabaikan peranan individu dalam masyarakat sebaliknya, paham
individualisme mengabaikan peranan masyarakat dalam kehidupan individu. Oleh karena itu
kedua-duanya diliputi oleh kesalahan detotalisme. Pabam individu memandang manusia sebagal
seorang individu itu sebagai segala-galanya di luar individu itu tidak ada. Jadi masyarakat pun
pada dasarnya tidak ada yang ada hanya individu. Sebaliknya paham totalisme memandang
masyarakat itu segala di luar masyarakat itu tidak ada. Jadi individu itu hanya ada jika
masyarakat itu ada. Adanya individu itu terikat pada adanya masyarakat.
 
Paham yang ketiga ini memandang masyarakat sebagai proses di mana manusia sendiri
mengusahakan kehidupan bersama mcnurut konsepsinya dengan bertanggung jawab atas
hasilnya. Manusia tidak berada
di dalam masyarakat bagaikan burung di dalam kurungannya, melainkan ia bermasyarakat.
Masyarakat bulcan wadah melainkan aksi, yaitu social action. Masyarakat terdiri dari sejumlab
pengertian, perasaan, sikap, dan tindakan, yang tidak terbilang banyaknya. Orang berkontak dan
berhubungan satu dengan yang lain menurut pola-pola sikap dan perilaku tertentu, yang entah
dengan suka, entah terpaksa telah diterima oleh mereka. Umumnya dapat dikatakan bahwa
kebanyakan orang akan menyesuaikan kelakuan mereka dengan pola-pola itu. Seandainya tidak,
hidup sebagai manusia menjadi mustahil. “Masyarakat sebagai proses” dapat dipandang dari dua
segi yang dalam kenyataannya tidak dipisahkan satu dengan yang lain karena merupakan satu
kesatuan. Pertama masyarakat dapat dipandang dari segi anggotanya yang membentuk,
mendukung, menunjang dan meneruskan suatu pola kehidupan tertentu yang kita sebut
masyarakat. Kedua masyarakat dapat ditinjau dari segi pengaruh struktumya atas anggotanya.
Pengaruh ini sangat penting sehingga boleh dikatakan bahwa tanpa pengaruh ini manusia satu
persatu tidak akan hidup. Marilah kita perhatikan bagaimana jika pengaruh masyarakat yang
berupa kepemimpinan, bahasa, hukum, agama, keluarga, ekonomi, pertahanan, moralitas dan
lain sebagainya. Tanpa itu semua manusia satu persatu tidak akan berdaya, ia akan jatuh ke
dalam suatu keadaan, di mana-mana manusia tidak akan berdaya dan manusia akan hancur
oleh kekuatan-kekuatan alam dan nalurinya sendin.

Hubungan individu-masyarakat yaitu bahwa hidup bermasyarakat adalah ciptaan dan usaha
manusia sendiri. Manusia berkeluarga, ia berkelompok. Selalu membuat sesuatu dan berbuat.
Keluarga, kelompok, masyarakat dan negara tidak merupakan kesatuan-kesatuan yang berdiri di
luar. Mereka ada usaha manusia, yang terus dipertahankan, dipelihara, ditunjang, atau apabila
perlu-diubahkan atau diganti oleh manusia. Mereka adalah bagian hidupnya. Mereka adalah
bentuk perilaku yang tergantung dari dia. Hidup bermasyarakat yang diusahakan dan diciptakan
sendiri, bertujuan untuk memungkinkan perkembangannya sebagai manusia. Sebab tanpa
masyarakat tidak ada hidup individual yang manusiawi. Jadi manusia sekaligus membentuk dan
dibentuk oleh hasil karyanya sendiri, yaitu masyarakat. Manusia tidak bebas dalam arti bahwa ia
bebas memilih antara hidup sendiri atau hidup berbagai dengan orang lain. Ia harus hidup
berbagai agar tidak hancur. Tetapi cara dan bentuk hidup berbagai itu ditentukannya dengan
bebas. Tidak ada satu pola kebudayaan yang mutlak dan universal. Jadi ada relasi timbal balik
antara individu. Di satu pihak individu ikut membentuk dan menegakkan masyarakat, dan ia
bertanggungjawab. Di lain pihak masyarakat menghidupi individu dan oleh karenanya bersifat
mengikat bagi dia.
 
Hubungan antara masyarakat dan individu dapat digambarkan sebagai kutub positif dan kutup
negatif pada aliran listrik. Jika dua kutub itu dihubungkan listrik ia akan mampu memberi
kekuatan baginya dan menimbulkan suasana yang cerah. Jika individu dan masyarakat
dipersatukan maka kehidupan individu dan masyarakat akan lebih bergairah dan suasana
kehidupan individu dan kehidupan masyarakat akan lebih bermakna dan hidup serta bergairrah.

HUBUNGAN INDIVIDU DAN MASYARAKAT DI INDONESIA

Dari uraian tersebut di atas kita dapat mengetahui bahwa hubungan individu dan masyarakat itu
dapat ditinjau dari segi masyarakat saja (totalisme), ditinjau dari segi individu saja
(individualisme) dan ditinjau dari segi interaksi individu dan masyarakat. Dengan memperhatikan
tiga pandangan ini maka bagaimana hubungan individu dan masyarakat di Indonesia? Profesor
Supomo menyatakan bahwa hubungan antara warga negana dan negara Indonesia adalah
hubungan yang integral. Driyarkara SY menyatakan bahwa hubungan masyarakat Indonesia
pada dasarnya adalah hubungan yang integral (Driyarkara, 1959, p. 225). Dari uraian ini dapat
disimpulkan bahwa paham yang dianut untuk menggambarkan hubungan antara individu dan
masyarakat di Indonesia adalah paham integralisme.
 
Paham inntegralisme berpendapat bahwa individu-individu yang bermacam-macam itu 
merupakan suatu kesatuan dan keseluruhan yang utuh. Manusia dalam masyarakat yang teratur
dan tertib itu berada dalam suatu integrasi. Menurut Dniyarkara SY integrasi semacam ini dapat
berarti dalam arti sosiologis dan psikologis, sebab manusia yang berada dalam integrasi itu
merasa aman, tenang dan bahagia. Integrasi semacam ini terdapat dalam masyanakat kecil
maupun besar, seperti keluarga, desa dan negara.
Menurut peneitian J. H. Boeke (1953) yang dikutip oleb Driyarkara SY (1959, p. 229-230)
terhadap masyarakat Tenganan dan masyarakat Badui serta Tengger disimpuilcan bahwa dalam
masyarakat yang integral akan terlihat adanya unsur-unsur pokok sebagai berikut: (1) keyakinan
tentang adanya hubungan antara manusia dan dunia yang tak terlihat, (2) hubungan antara
manusia dengan tanah tumpah darah yang sangat erat, (3) hubungan antara manusia dengan
keluarga yang erat, (4) suatu bentuk masyarakat di mana semua anggotanya mengerti seluk
beluk masyarakatnya, (5) kehidupan material yang layak karena orang mengerti bagaimana
mencari kehidupan itu.
 
Hubungan individu dan masyarakat dalam Indonesia merdeka seperti yang dimaksud Prof.
Supomo dapat diperhatikan dalam rumusan Proklamasi Kemerdekaan RI, Undang-Undang
Dasar 1945 dan GBHN. Dalam Proklamasi dirumuskan: Kami bangsa Indonesia dengan mi
menyatakan kemerdekaannya. Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain
diselenggarakan dengan cara seksama dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Atas nama
bangsa Indonesia. Sukarno Hatta. (Nugroho Notosusanto, 1983, p. 17). Penggunaan kata kami
dan atas nama bangsa Indonesia menunjukkan bahwa negara yang dikemer dekaan itu untuk
semua warga bangsa Indonesia, bukan untuk Sukarno maupun Hatta. Hal ini berarti bahwa
kemerdekaan untuk seluruh bangsa Indonesia diperjuangkan oleh masing-masing warga bangsa
Indonesia. Jadi individu dan masyarakat terinntegrasi untuk memperjuangkan dan
mempertahankan kemederkaan Indonesia. Dalam Pembukaan UUD 1945 alinea pertama
dinyatakan bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Pada alinea kedua dinyatakan
bahwa perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah mengantarkan negara Indonesia
yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Pada alinea yang ketiga atas berkat rahmat
Allah Yang Maha Kuasa dan didorong oleh keinginan yang luhur supaya berkebangsaan yang
bebas maka rakyat Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Pada alinea keempat dinyatakan
bahwa pemerintahan negara Indonesia yang dibentuk adalah untuk melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan
bahwa kepentingan yang diperjuangkan adalah masyarakat secara keseluruhan dan individu-
individu sebagai warga bangsa secara perseorangan.
 
Perhatian terhadap masyarakat dan individu dapat dijumpai pada pasal-pasal dalam UUD 1945
seperti pasal 30 yang mengatur hak dan kewajiban warga negara untuk membela negara, pasal
31 yang mengatur hak dan kewajiban tentang pengajaran bagi tiap-tiap warga negara dan
pemerintah, pasal 33 yang mengatur tentang (1) perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan atas asas kekeluargaan, (2) cabang cabang produksi yang penting bagi negara dan
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara, (3) bumi dan air dan kekayaan-
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besamya kemakmuran rakyat, pasal 34 menyatakan bahwa fakir miskin dan anak-anak
terlantar dipelihara oleh negara. Dalam pasal 27 dijelaskan bahwa setiap warga negara
mempunyai kedudukan yang sama dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung
hukum dan pemerintahan itu tidak ada kecualinya. Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pasal 28 menyatakan tiap-tiap warga negara
mempunyai kemerdekaan berserikat, berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan
sebagaimana ditetapkan dalam Undang-undang. Pasal 29 negara menjamin kemerdekaan tiap-
tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya itu. Pada pasal 1 dijelaskan bahwa Negara Indonesia adalah
negara kesatuan yang berbentuk Republik dan kedaulatan di tangan rakyat dan dilakukan
sepenuhnya oleh MPR. Jika pasal demi pasal tersebut di atas diperhatikan maka jelas bahwa
individu dan masyarakat diberi kewajiban dan hak dalam mengejar kehidupan yang bahagia
sejahtera.
 
Dalam Ketetapan MPR nomor II/MPR/l988 tentang tujuan pembangunan nasional dijelaskan
bahwa pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang
merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila di dalam wadah negara Kesatauan Republik
Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam suasana
perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib dan dinamis serta dalam lingkungan
pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.
Dan pemyataan ini dapat diketahui bahwa kepentingan individu dan kepentingan bersama-sama
mendapat perhatian dan diberi tempat yang sama dalam menciptakan kehidupan yang bahagia
sejahtera.
Berdasarkan ketetapan MPR NO. II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila dijelaskan tentang Pandangan Pancasila terhadap hubungan individu dan masyarakat
bahwa. kebahagian manusia akan tercapai jika dapat dikembangkan hubungan yang selaras,
serasi, dan seimbang antara manusia dan masyarakat. Hubungan sosial yang selarasdan serasi,
selaras dan seimbang itu antara individu dan masyarakat itu tidak netral, tetapi dijiwai oleh nilai-
nilal yang terkandung dalam lima sila dalam Pancasila secara kesatuan.

Dan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pandangan integralisme ini tidak lain
adalah pandangan Pancasila yang memandang hubungan individu dan masyarakat itu secara
serasi selaras dan seimbang dalam menciptakan manusia yang sejahtera dan bahagia lahir
batin, dunia dan akhirat.
Ditulis pada 30 Juni 2008 oleh Abdul Majid

A.Pengertian

Masyarakat adalah sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan yang
berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama.Seperti; sekolah,
keluarga,perkumpulan, Negara semua adalah masyarakat

Dalam ilmu sosiologi kita kit mengenal ada dua macam masyarakat, yaitu masyarakat
paguyuban dan masyarakat petambayan.Masyarakat paguyuban terdapat hubungan
pribadi antara anggota- anggota yang menimbulkan suatu ikatan batin antara
mereka.Kalau pada masyarakat patambayan terdapat hubungan pamrih antara anggota-
angota nya.

Unsur-unsur suatu masyarakat

a.Harus ada perkumpulan manusia dan harus banyak

b.Telaah bertempat tinggal dalam waktu lama disuatu daerah tertentu.

c.adanya aturan atau undang-undang yang mengatur masyarakat untuk menuju kepada
kepentingan dan tujuan bersama.

Bila dipandang cara terbentuk nya masyaraka:

1.Masyarakat paksaan,misalnya negara, masyarakat tawanan

2.Masyarakat mardeka

a).Masyarakat natur,yaitu masyarakat yang terjadi dengan sendiri nya, seperti:


geromboklan (harde), suku (stam), yang bertalian karena hubungan darah atau
keturunan.

b).Masyarakat kultur,yaitu masyarakat yang terjadi karena kapantingn kedunian atau


kepercayaan.
Masyarakat dipandang dari sudut Antropologi terdapat dua type masyarakat:

1)Masyarakat kecil yang belum begitu kompleks, belum mengenal pembagian kerja,
belum mengenal tulisan, dan tehknologi nya sederhana.

2).Masyarakat sudah kompleks, yang sudah jauh menjalankan spesialisasi dalam segala

barmasyarakat bidang, kerena pengetahuan modern sudah maju,tehknologi pun sudah


berkembang,dan

sudah mengenaltulisan.

Faktor-faktor yang mendorong manusia untuk hidup

a). Hasrat sosial

Adalah merupakan hasrat yang ada pada setiap individu untuk menghubungkan
dirinya kepada individu lain atau kelompok

b).Hasrat untuk mempertahankan diri Adalah hasrat untuk mempertahan kan diri dari
berbagai pengaruh luar yang mungkin datang kepada nya, sehingga individu tersebut
Faktor-faktor yang mendorong manusia untuk hidup bermasyarakat perlu bergabung
dangan individu lain atau kelompok. c).Hasrat berjuang Hasrat ini dapat kita lihat pada
adanya persaingan, keingina membantah pendapat orang lain. Sehingga mereka
mengadakan persatuan untuk mencapai tajuan, yaitu tujuan bersama.

d).Hasrat harga diri

Rasa harga diri merupakan hasrat pada seseorang untuk menganggap atau bertindak
atas diri nya lebih tinggi dari pada orang lain, karena mereka ingin mendapat
penghargaan yang selayaknya.

e).Hasrat meniru Adalah hasrat untuk menyatakan secara diam-diam atau terang-
terangan sebagian dari salah satu gajala atau tindakan.
f).Hasrat bergaul Hasrat untuk bergabung dengan orang-orang tertentu, kelompok
tertentu, atau masyarakat tertentu dalam suatu masyarakat.

g). Hasrat untuk mendapat kan kebebasan

Hasrat ini tampak jelas pada tindakan-tindakan manusia bila mendapat kekangan-
kekagan atau pembatasan-pembatasan.

h)Hasrat untuk memberitahukan

Hasrat untuk menyampaikan perasaan-perasaan kepada orang lain biasanya


disampaikan dengan suara atau isyarat

i).Hasrat simpati

Kesanggupan untuk dengan langsung turut merasakan apa yang dirasakan oleh orang
lain

B. bagaimana mastarakat masa depan yang baik?

Masyarakat merupakan gabungan dari individu-individu, oleh karena itu setiap


idividu harus bisa menjadi masyarakat yang modern, dalam arti tanggap akan
perubahan-perubahan zaman, untuk itu masyarakat harus bisa menguasai IPTEK yang
semangkin hari semakin berkembang pesat.

Untuk lebih jelas modernisasi adalah peroses perubahan masyarakat dan


kebudayaan dalam seluruh aspeknya, dari sitem tradisional menuju ke sistem yang
modern.

Faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain :

1. perkembangan ilmu
2. perkembangan teknologi
3. perkembangan industri
4. perkembangan ekonomi
social change saat ini adalah gejala sosial yang dijumpai diseluruh dunia da tidak
terbatas pada negara-negara berkembag saja, social change adalah perubahan sosial
dalam pergaulan hidup manusia dan akibat-akibatnya terhadap pergaula hidup manusia
itu sendiri. Perubahan tersebut telah menjadi fakta kehidupan manusia sejak dahulu
kala, serta merupakan reaksi atas ransangan dari luar, perubahan tersebut dapat
menimbulkan efek yang positif dan negatif.

Kalua berbicara social change maka yang terpikirkan adalah social change abad ke
20 ini, yaitu akibat kelanjutan perubahan kemajuan ilmu-ilmu pengetahuan dan
teknologi serta pengunaannya oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Pengunaanya
telah mengakibatkan serta pengaruhnya terhadap sosial politik, eknomi, tetapi juga pada
fsikis san susila terhadap masyarakat. Inti dari social change adalah demi kemajuan
anggota-anggota masyarakat yang bersangkutan dan realisasi perubahan-perubahan
tersebut memerlukan penyesuaian dan penguasaan angota dalam pergaulan hidup,
terhadap keadaan yang baru itu.

Proses perubahan masyarakat dan kebudayaan yang dikehendaki dan direncanakan,


biasanya dinamakan modernisasi. Proses ini pada intinya berarti meningkatkan
kemampuan dari masyarkat yang bersangkutan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya
yang mencakup :

1. kenutuhan akan sandang


2. keselamatan terhadap harta benda dan jiwa
3. kesempatan yang wajar untuk dihargai
4. mendapat kasih sayang dari sesamanya
5. kesempatan untuk dapat mengembangkan kemampuan atau potensi

pada dasarnya, dalam pengertian modernisasi mencakup suatu transformasi total dari
kehidupan yang tradisional atau pra modern dalam arti teknologi serta organisasi
sosial kearah pola-pola ekonomis dan politis yang menandai negara-negara barat
yang setabil. Modernisasi juga merupak bentuk sari perubahan sosial biasaya
merupakan perubahan sosial yang terarah yang didasar pada suatu perencanaan yang
biassanya dinamakan ’social planing’.

MASYARAKAT
Oleh: Rudiono*)
A. Pengertian Masyarakat
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah
sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-
individu yang berada dalam kelompok tersebut. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu
jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang
interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk
mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Menurut Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, sekelompok manusia dapat dikatakan sebagai sebuah
masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan yang sama. Dengan
kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudia berinteraksi sesama mereka berdasarkan
kemaslahatan. Menurut Koentjaraningrat, masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi suatu sistem adat istiadat tertentu yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
Sedangkan menurut Harold J. Laski, masyarakat adalah kelompok manusia yang hidup bersama
dan bekerjasama untuk mencapai ter- kabulnya keinginan-keinginan mereka bersama.

Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam bermata pencaharian. Pakar
ilmu sosial mengidentifikasikan ada: masyarakat pemburu, masyarakat pastoral nomadis,
masyarakat bercocoktanam, dan masyarakat agrikultural intensif, yang juga disebut masyarakat
peradaban. Sebagian pakar menganggap masyarakat industri dan pasca-industri sebagai kelompok
masyarakat yang terpisah dari masyarakat agrikultural tradisional.
Masyarakat dapat pula diorganisasikan berdasarkan struktur politiknya: berdasarkan urutan
kompleksitas dan besar, terdapat masyarakat band, suku, chiefdom, dan masyarakat negara।Kata
society berasal dari bahasa latin, societas, yang berarti hubungan persahabatan dengan yang lain.
Societas diturunkan dari kata socius yang berarti teman, sehingga arti society berhubungan erat
dengan kata sosial. Secara implisit, kata society mengandung makna bahwa setiap anggotanya
mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama.

B. Ciri-ciri Masyarakat
Sebagai mana telah dijelaskan dalam pengertian masyarakat,maka ciri-ciri masyarakat iti sendiri
adalah:
1. Kesatuan antar individu (gabungan dari beberapa individu).
2. Menempati suatu wilayah tertentu.
3. Terdapat sistem yang berlaku dan telah disepakati bersama.
4। Terdapat interaksi antar sesamanya.

C. Stratifikasi Dalam Masyarakat


Dalam mengetahui apa itu definisi stratifikasi sosial,perlu diambil beberapa pendapat pakar
sosiologi. Menurut Soerjono Soekanto stratifikasi sosial merupakan suatu jenis diferensiasi sosial
yang terkait dengan pengertian akan adanya jenjang secara bertingkat. Jenjang secara bertingkat
tersebut akan menghasilkan strata tertentu, dan kedalam strata itulah masyarakat dimasukkan.
Menurut Hewitt dan Mitchell menyatakan bahwa stratifikasi sosial adalah tingkat perbedaan individu
dalam masyarakat yang mana dalam sistem sosial tertentu sebagai superior maupum inferior.
Sedangkan menurut Marx Dan Weber mengatakan bahwa stratifikasi sosial merupakan pencerminan
dari organisasi sosial suatu masyaraakat.
Dari ketiga pengertian diatas saya mengambil kesimpulan bahwa strtatifikasi sosial adalah cara
pembedaan masyarakat berdasarkan jenjang atau strata tertentu yang betingkat-tingkat,dari mulai
strata inferior sampai dengan superior.
Pembedaan masyarakat secara bertingkat tersebut dikarenakan tiga hal menurut Weber:

1. Dimensi Ekonomi
Tingkat kesejahteraan ekonomi setiap induvidu dalam masyarakat berbeda-beda. Dinegara-negara
kapitalis dimensi ekonomi dalam kaitannya dengan steratifikasi sosial mudah dijumpai. Disatu sisi
terdapat individu yang borjuis,kekayaan melimpah,dan menguasai beberapa sektor ekonomi.Namun
disisi lain terdapat individu yang melarat,sehingga antara keduanya terdapat jurang pemisah yang
sering disebut kesenjangan sosial (social distance). Sedangkan dinegara-negara sosialis, dimensi
tersebut sedikit bahkan tidak अड़ा

2. Dimensi Sosial
Dalam kehidupan masyarakat banyak sekali orang yang mempermasalahkan tentang
ras,agama,maupun suku yang dikaitkan dengan stratifikasi social. Kelompok ini menganggap bahwa
ras,suku,agama mereka berada pada kelas superior. Di Afrika Selatan pernah terjadi pembedaan ini
dengan adanya politik apartheid yang menganaktirikan ras kulit hitam. Hal ini juga terjadi di
Amerika Latin,ras kulit hitam hanya dijadikan budak ras kulit putih. Tapi semua itu tidak terlepas
pada prinsip yang dimiliki setiap individunya masing-masing. Anggapan tersebut dapat terjadi
apabila disuatu daerah terdapat ras,suku,maupun agama yang dominan.
Pada masyarakat India, perbedaan strata sosial yang sering disebut kasta adalah pencerminan
tingkatan tingkatan berdasarkan status sosial tertentu. Kasta pada masyarakat India ada empat:
a) Kasta Brahmana : kaum agamis,pendeta
b) Kasta Ksatria : kaum bangsawan
c) Kasta Waisha : kaum petani dan pedagang
d) Kasta Sudra : rakyat biasa
Diluar keempat kasta tersebut kalangan Paria yang menempati posisi terendah dalam masyarakat।

3. Dimensi Politik
Bagian terpenting dari dimensi politik yaitu jabatan dalam lembaga-lembaga politik termasuk
parpol. Hierarkhi antara pimpinan dengan bawahan sangat mencolok, disini kedudukan tertinggi
yang berwenang mengambil keputusan dalam masalah-masalah tertentu dalm lembaganya adalah
pimpinan,sedang bawahan hanyalah sebagai pelaksana dari keputusan tersebut. Namun dinegara
yang menjunjung tinggi demokrasi gaya politik tersebut kurang relevan sebab demokrasi
menekankan cara memerintah dari rakyat,oleh rakyat,dan untuk rakyat. Sedang dalam
pengambilan keputusan harus dengan jalan musyawarah untuk mufakat.
Dasar-dasar pembentukan pelapisan sosial
Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan pelapisan sosial
adalah sebagai berikut।

1. Ukuran kekayaan
Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan anggota masyarakat ke
dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak mana ia akan
termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya, barang siapa
tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang rendah। Kekayaan tersebut
dapat dilihat antara lain pada bentuk tempat tinggal, benda-benda tersier yang dimilikinya, cara
berpakaiannya, maupun kebiasaannya dalam berbelanja.

2. Ukuran kekuasaan dan wewenang


Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati lapisan
teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan। Ukuran kekuasaan
sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya dalam masyarakat biasanya dapat
menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat
mendatangkan kekayaan.

3. Ukuran kehormatan
Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan। Orang-orang
yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem pelapisan sosial
masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional, biasanya
mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada masyarakat, para orang tua
ataupun orang-orang yang berprilaku dan berbudi luhur.

4. Ukuran ilmu pengetahuan


Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang menghargai ilmu
pengetahuan। Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan tinggi
dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini
biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh
seseorang, misalnya dokter, insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar profesional seperti
profesor. Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang
tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang yang berusaha
dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya dengan
membeli skripsi, menyuap, ijazah palsu dan seterusnya.

D. Status Dalam Masyarakat


Status dengan status sosial sering diartikan sendiri-sendiri. Status diartikan sebagai tempat atau
posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Status sosial artinya adalah tempat seseorang
secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang-orang lain dalam arti lingkungan
pergaulannya,prestisenya dan hak-hak serta kewajibannya. Namun supaya mudah, Soerjono
Soekanto menganggap keduanya itu memiliki arti yang sama yaitu status saja (Soerjono
Soekanto,2006:239).
Status pada dasarnya golongkan menjadi:

1। Ascribed Status, yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan
rohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran,misalnya anak seorang
bangsawan maka sampai besar ia akan dianggap bangsawan pula. Pada umumnya ascribed status
dijumpai pada masyarakat dengan sistem lapisan yang tertutup,misalnya masyarakat feodal atau
masyarakat dimana sistem lapisan tergantung pada perbedaan rasial. Namun tidak juga hanya pada
sistem masyarakat tertutup saja, pada masyarakat dengan sistem sosial terbuka juga ada.
Misalnya,kedudukan laki-laki pada suatu keluarga , kedudukannya berbeda dengan kedudukan istri
dan anak-anaknya.

2। Achieved status, yaitu kedudukan yang diperoleh seseorang dengan cara diperjuangkan,dan
usaha usaha yang disengaja oleh individu itu sendiri. Kedudukan ini bersifat terbuka untuk siapa
saja tergantung dari kemampuan masing masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-
tujuannya. Misalnya, untuk menjadi seorang anggota legislatif dibutuhkan syarat-syarat tertentu.
Apabila ada seseorang yang ingin menjadi anggota legislatif maka ia harus memenuhi syarat
tersebut. Jika terpilih nantinya maka kedudukanya dalam masyarakat akan berubah.

3. Assigned status, yaitu kedudukan yang diperoleh seseorang karena pemberian sebagai
penghargaan jasa dari kelompok tertentu. Biasanya orang yang telah diberikan status tersebut
memiliki jasa karena memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan
masyarakat. Contohnya, pemberian nobel kepada orang yang berhasil memperjuangkan
kepentingan masyarakat.

E. Peranan (role)
Peranan adalah tindakan seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya. Peranan dianggap penting karena mengatur perilaku seseorang. Peranan memberi
batasan batasan tertentu kepada orang agar dapat meramalkan perbuatan perbuatan orang lain.
Peranan diatur oleh norma-norma yang berlaku, misalnya seorang lelaki berjalan dengan wanit
harus berada di sebelah luar,ini menunjukkan norma kesopanan.
Menurut Levinson, peranan mencakup tiga hal:

1। Peranan meliputi norma norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam
masyarakat. Dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalam
kehidupan masyarakat.
2। Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat
sebagai organisasi.
3. peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur social
masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Soerjono Soekanto.1984.Beberapa Teori Tentang Stuktur Masyarakat.Jakarta:CV.Rajawali
Soerjono Soekanto.2006.Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada
Bahrein T Sugihen.1997.Sosiologi Pedesaan Suatu Pengantar.Jakarta:PT.Raja Grafindo पेर्सदा

Pengertian Masyarakat

Masyarakat merupakan salah satu satuan sosial sistem sosial, atau kesatuan hidup
manusia. Istilah inggrisnya adalah society , sedangkan masyarakat itu sendiri berasal dari
bahasa Arab Syakara yang berarti ikut serta atau partisipasi, kata Arab masyarakat berarti
saling bergaul yang istilah ilmiahnya berinteraksi. Ada beberapa pengertian masyarakat :

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Menurut (Selo Sumarjan 1974) masyarakat adalah


orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Menurut (Koentjaraningrat 1994) masyarakat


adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat
tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama.

<!--[if !supportLists]-->c. <!--[endif]-->Menurut (Ralph Linton 1968) masyarakat adalah


setiap kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama dalam waktu yang relatif lama
dan mampu membuat keteraturan dalam kehidupan bersama dan mereka menganggap
sebagai satu kesatuan sosial.

Ada beberapa komponen masyarakat diantaranya :

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Populasi dengan aspek-aspek genetik dan


demografik

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Kebudayaan sebagai produk dari aktivitas cipta


rasa, karsa dan karya manusia. Isi kebudayaan meliputi beberapa sistem nilai, yaitu
sistem peralatan (teknologi), ekonomi, organisasi, ilmu pengetahuan, kesenian, dan
kepercayaan sistem bahasa.

Masyarakat tidak begitu saja muncul seperti sekarang ini, tetapi adanya perkembangan
yang dimulai dari masa lampau sampai saat sekarang ini dan terdapat masyarakat yang
mewakili masa tersebut. Masyarakat ini kemudian berkembang mengikuti perkembangan
jaman sehingga kemajuan yang dimiliki masyarakat sejalan dengan perubahan yan terjadi
secara global, tetapi ada pula masyarakat yang berkembang tidak seperti mengikuti
perubahan jaman melainkan berubah sesuai dengan konsep mereka tentang perubahan itu
sendiri.

Dalam mempertahankan kehidupannnya masyarakat beradaptasi dengan


lingkungannya. Adapun adaptasi tersebut dibedakan sebagai berikut :

<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Adaptasi genetik; setiap lingkungan hidup


biasanya merangsang penghuninya untuk membentuk struktur tubuh yang spesifik,
yang bersifat turun temurun dan permanen

<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Adaptasi somatis yang merupakan penyesuaian


secara struktural atau fungsional yang sifatnya sementara (tidak turun temurun). Bila
dibandingkan dengan makhluk lainnya, maka manusia mempunyai daya adaptasi yang
relatif lebih besar.

Anda mungkin juga menyukai