proses. Dan proses juga dipengaruhi oleh variabel-variabel lain. Jika inputnya sudah jelek, sulit sekali walaupun bukan tidak mungkin untuk menghasilkan output yg baik, meskipun dengan variabel-variabel yang baik. Jika inputnya baik namun variabel-variabelnya jelek, sulit juga menghasilkan output yang baik. Jika input baik dan variabel-variabel baik tetapi prosesnya buruk, outputnya juga buruk pula.
Input di sini adalah sifat-sifat bawaan yang
didapatkan dari orang tua melalui DNA. Proses di sini adalah kehidupan yang dijalani sejak lahir sampai sekarang. Variabel adalah faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi proses, seperti ajaran orang tua, ajaran guru, ajaran teman- teman, dan sebagainya. Output saat ini adalah kita sekarang ini, output dua tahun lagi adalah keadaan kita baik dari segi psikis dua tahun lagi. Tentunya kejadian-kejadian yang kita alami selama dua tahun menjadi bagian dari proses untuk menghasilkan output.
Itu yang coba saya pahami dari beberapa rekan, ada
yang menanggapi dengan santai, ada yang asal bisa memaki-maki sudah puas, ada yang mencoba bersikap santun namun akhirnya "kalap" juga. Ada juga yang begitu ada topik yang menyinggung sesuatu yang diyakininya langsung memberondongkan mantera- manteranya.
Yang menarik ada beberapa rekan yang suka
menggunakan kata-kata makian untuk kalimat yang seharusnya tanpa menggunakan kata makian pun sudah jelas isinya.
Contohnya: > Pemahaman Anda tentang TTC & makna Tao itu nyata-nyata sudah terkontaminasi sama pikirannya si Semit goblog. Sebenarnya tanpa kata "goblog" pun sudah jelas pendapat yang ingin dilontarkan.
> Dalam konsep Anda yang tanpa sadar sudah
terkontaminasi doktrin gilanya si Semit itu, maka Coba hilangkan kata "gila", apa berubah artinya?
Mungkin perlu kita renungkan. Memang bagi
sebagian dari kita milis ini tempat sampah. Tempat di mana bisa melontarkan pikiran kita sebenarnya yang kita tutup-tutupi dengan topeng keseharian kita. Ada yang berpikiran, bagaimana jika sampai keturunan kita membaca posting-posting kita dan mengetahui bahwa itu tulisan adalah ayah/ibunya.
Apakah ia akan bangga dengan pemikiran orang
tuanya? Ataukah jijik?
Diskusi apapun sebenarnya bisa berjalan dengan baik
tanpa perlu ada makian-makian. Tapi bagaimanapun juga memang sebagian dari kita perlu untuk meluapkan emosi, karena tidak ada tempat lain yang bisa digunakan untuk melampiaskan emosi. Karena di kantor tertekan oleh bos yang kebetulan orang Cina maka jadi benci terhadap orang Cina. Karena di kantor tertekan oleh persaingan antar rekan sekerja yang kebetulan orang Batak maka jadi benci terhadap orang Batak. Melihat ada Gereja yang parkirnya meluber sampai bikin mancet jadi benci terhadap orang Kristen. Di jalanan tidak berdaya apa-apa saat ada preman Ambon yang menggores mobil di perhentian lampu lalu lintas jadi benci terhadap orang Ambon.
Tetapi apa daya, tidak mungkin memaki-maki si bos,
membunuh rekan sekerja, menghancurkan Gereja ataupun memukuli si preman, untung ada milis apakabar alias milis tempat sampah.
Ucapan/Tindakan/Tulisan menggambarkan isi otak.
Kalau tulisannya hanya "goblog", "gila", "f*ck", "bajingan" tentunya bisa kita bayangkan apa yang ada dalam otaknya dan bagaimana proses yang terjadi sampai dia menjadi seperti itu.