Anda di halaman 1dari 5

Input-Proses-Output

|
Variabel2

Input menentukan output, tetapi semua tergantung


proses. Dan proses
juga dipengaruhi oleh variabel-variabel lain.
Jika inputnya sudah jelek, sulit sekali walaupun
bukan tidak mungkin untuk menghasilkan output yg
baik, meskipun dengan variabel-variabel yang baik.
Jika inputnya baik namun variabel-variabelnya jelek,
sulit juga
menghasilkan output yang baik.
Jika input baik dan variabel-variabel baik tetapi
prosesnya buruk,
outputnya juga buruk pula.

Input di sini adalah sifat-sifat bawaan yang


didapatkan dari orang tua
melalui DNA.
Proses di sini adalah kehidupan yang dijalani sejak
lahir sampai
sekarang.
Variabel adalah faktor-faktor eksternal yang
mempengaruhi proses,
seperti ajaran orang tua, ajaran guru, ajaran teman-
teman, dan
sebagainya.
Output saat ini adalah kita sekarang ini, output dua
tahun lagi adalah
keadaan kita baik dari segi psikis dua tahun lagi.
Tentunya
kejadian-kejadian yang kita alami selama dua tahun
menjadi bagian dari
proses untuk menghasilkan output.

Itu yang coba saya pahami dari beberapa rekan, ada


yang menanggapi
dengan santai, ada yang asal bisa memaki-maki
sudah puas, ada yang
mencoba bersikap santun namun akhirnya "kalap"
juga.
Ada juga yang begitu ada topik yang menyinggung
sesuatu yang
diyakininya langsung memberondongkan mantera-
manteranya.

Yang menarik ada beberapa rekan yang suka


menggunakan kata-kata makian
untuk kalimat yang seharusnya tanpa menggunakan
kata makian pun sudah
jelas isinya.

Contohnya:
> Pemahaman Anda tentang TTC & makna Tao itu
nyata-nyata sudah terkontaminasi sama pikirannya si
Semit goblog.
Sebenarnya tanpa kata "goblog" pun sudah jelas
pendapat yang ingin
dilontarkan.

> Dalam konsep Anda yang tanpa sadar sudah


terkontaminasi doktrin gilanya si Semit itu, maka
Coba hilangkan kata "gila", apa berubah artinya?

Mungkin perlu kita renungkan. Memang bagi


sebagian dari kita milis ini
tempat sampah. Tempat di mana bisa melontarkan
pikiran kita
sebenarnya yang kita tutup-tutupi dengan topeng
keseharian kita.
Ada yang berpikiran, bagaimana jika sampai
keturunan kita membaca
posting-posting kita dan mengetahui bahwa itu
tulisan adalah ayah/ibunya.

Apakah ia akan bangga dengan pemikiran orang


tuanya? Ataukah jijik?

Diskusi apapun sebenarnya bisa berjalan dengan baik


tanpa perlu ada
makian-makian.
Tapi bagaimanapun juga memang sebagian dari kita
perlu untuk meluapkan
emosi, karena tidak ada tempat lain yang bisa
digunakan untuk
melampiaskan emosi.
Karena di kantor tertekan oleh bos yang kebetulan
orang Cina maka jadi
benci terhadap orang Cina.
Karena di kantor tertekan oleh persaingan antar rekan
sekerja yang
kebetulan orang Batak maka jadi benci terhadap
orang Batak.
Melihat ada Gereja yang parkirnya meluber sampai
bikin mancet jadi
benci terhadap orang Kristen.
Di jalanan tidak berdaya apa-apa saat ada preman
Ambon yang menggores
mobil di perhentian lampu lalu lintas jadi benci
terhadap orang Ambon.

Tetapi apa daya, tidak mungkin memaki-maki si bos,


membunuh rekan
sekerja, menghancurkan Gereja ataupun memukuli si
preman, untung ada
milis apakabar alias milis tempat sampah.

Ucapan/Tindakan/Tulisan menggambarkan isi otak.


Kalau tulisannya hanya
"goblog", "gila", "f*ck", "bajingan" tentunya bisa kita
bayangkan apa
yang ada dalam otaknya dan bagaimana proses yang
terjadi sampai dia
menjadi seperti itu.

Anda mungkin juga menyukai