Disusun Oleh:
PEKANBARU
2021
PROPOSAL PENELITIAN
HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN
OBESITAS DI SDN 002 NGASO KECAMATAN UJUNGBATU
Oleh:
Nada Nabilla Hadi
11980324474
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk
melaksanakan penelitian
Judul : Hubungan Aktivitas Fisik Dan Pola Makan Dengan Kejadian Obesitas
Menyetujui,
Setelah diseminarkan pada tanggal Mei 2021
Pembimbing I Pembimbing II
NIP. NIP.
Mengetahui :
Dekan, Ketua,
Fakultas Pertanian dan Peternakan Program Studi Gizi
NIP. NIP
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warrahmatullahiwabarakatuh
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wata’ala yang telah memberikan kesehatan
dan keselamatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan
judul “Hubungan Aktivitas Fisik Dan Pola Makan Dengan Kejadian Obesitas
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Novfitri Syuryadi S.GZ., M.Si. selaku
dosen yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk, dan motivasi sampai selesainya
proposal penelitian ini. Kepada seluruh rekan-rekan yang telah banyak membantu penulis di
dalam penyelesaian proposal penelitian ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu,
penulis ucapkan terima kasih dan semoga mendapatkan balasan dari Allah Subhanahu
wata’ala untuk kemajuan kita semua dalam menghadapi masa depan nanti.
Penulis sangat menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna.Hal ini
dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki,oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan penulisan proposal ini.
Semoga proposal penelitian ini bermanfaat bagi kita semua baik untuk masa kini maupun
untuk masa yang akan datang.
Wassalamualaikum Warahmatullahiwabarakatuh
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR...............................................................................................................v
DAFTAR TABEL......................................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah...............................................................................................6
C. Tujuan Penelitian.................................................................................................6
D. Manfaat Penelitian..............................................................................................7
A. Kerangka konsep................................................................................................36
B. Hipotesis penelitian...........................................................................................37
iii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian..............................................................................................38
E. Alur Penelitian...................................................................................................42
H. Masalah Etika....................................................................................................46
HASIL
A. Hasil......................................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR BAGAN
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dampak negative yang terjadi yaitu perubahan dalam gaya hidup. Masyarakat
mulai beralih dari pola tradisional menjadi kehidupan yang lebih modern yaitu
dengan aktivitas fisik kurang dan penyimpangan pola makan dimana asupan
cenderung tinggi energy (karbohidrat, lemak dan protein) namun rendah serat,
masalah obesitas saat ini merupakan masalah yang aktual. Ternyata masalah
obesitas bukan hanya terjadi pada negara barat saja seperti Amerika tetapi juga
1
gaya hidup dan kebiasaan makan. Pola makan terutama di kota besar, bergeser
dari pola makan tradisional ke pola makan barat yang dapat menimbulkan
mutu gizi yang tidak seimbang. Pola makan tersebut merupakan jenis-jenis
yang tergolong, fast food tersebut adalah kentang goreng, ayam goreng,
Obesitas yang terjadi pada masa anak-anak dapat beresiko tinggi untuk
menjadi obesitas pada masa dewasanya nanti. Masa anak-anak adalah masa
sedangkan obesitas pada orang dewasa hanya terjadi pembesaran sel-sel saja
Anak yang mengalami obesitas pada masanya 75% akan menderita obesitas
itu sendiri. Kejadian obesitas erat kaitan antara lain dengan kualitas makanan
cepat saji yang memiliki kandungan kalori dan lemak yang tinggi, kurangnya
akitivitas fisik, faktor genetik, dan hormonal (Retnaningsih & Oktariza, 2011).
2
Obesitas pada anak sampai kini masih merupakan masalah, hal ini
obesitas anak haruslah terpadu antara semua aspek etiologi. Semakin dini
penanganan obesitas pada anak akan memberikan hasil yang lebih baik.
Penanganan obesitas pada anak lebih sulit dari pada obesitas dewasa.
bahwa anak masih dalam proses tumbuh dan berkembang. Anjuran makanan
untuk mendapatkan berat badan yang stabil atau turun secara bertahap harus
jenis makanan yang disukai atau tak disukai sehingga membatasi variasi
berkembang, termasuk Indonesia. Pada tahun 2010, 43 juta anak-anak (35 juta
dan obesitas, 92 juta berada di risiko kelebihan berat badan di seluruh dunia.
Tren ini diperkirakan akan mencapai 9,1% (95% CI: 7,3%, 10,9%), atau '60
juta, pada tahun 2020. Perkiraan prevalensi overweight dan obesitas anak di
Afrika pada tahun 2010 adalah 8,5% (95% CI: 7,4%, 9,5%) dan diperkirakan
akan mencapai 12,7% (95% CI: 10,6%, 14,8%) pada tahun 2020. Prevalensi
ini lebih rendah di Asia dibandingkan di Afrika (4,9% pada tahun 2010),
3
namun jumlah anak yang terkena (18 juta) lebih tinggi di Asia (World Health
Organization, 2010).
aktivitas fisik yang dimaksud yaitu aerobik dan anaerobik. Kata aerobik secara
dua menit dan menggunakan sumber energi yang dihasilkan dengan bantuan
oksigen. Beberapa contoh olahraga aerobik: antara lain bersepeda, lari, renang,
jogging, jalan kaki 3-6 km/jam. Sedangkan anaerobik berarti ”tanpa oksigen”.
Aktivitas anaerobik berlangsung kurang dari dua menit dan tergantung pada
energi yang telah tersedia dan tidak tergantung pada oksigen, misalnya
glukosa dalam darah. Contoh olahraga anaerobik, antara lain lari cepat dan
prevalensi obesitas pada anak 5-15 tahun sebesar 8,3%. Obesitas pada anak
berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) umur 6-12 tahun didapati pada anak
laki-laki sebesar 10,7% dan pada anak perempuan sebesar 7,7%. Secara
nasional masalah kegemukan pada anak umur 6 – 12 tahun masih tinggi, yaitu
9,2% atau masih di atas 5,0%, untuk jenis kelamin laki-laki 10,7% dan
perempuan 7,7%. Prevalensi berat badan lebih pada kelompok umur yang
sama untuk Sulawesi Selatan sebesar 3,9%. Selain itu anak obesitas juga tetap
memiliki resiko untuk menderita obesitas pada saat ia remaja bahkan beranjak
4
dewasa, sehingga hal ini akan menyebabkan ia terkena gangguan metabolisme
darah dan lain-lain. Selain itu, obesitas pada anak usia 6-7 tahun juga dapat
menurun dan cenderung malas akibat kelebihan berat badan (Khal, 2013).
Data yang diperoleh dari salah satu sekolah dasar swasta yang terletak di
tengah kota Makassar yaitu SD Kartika XX-I bahwa dari jumlah 259 siswa
Talib (2002) dikutip dalam Anwar (2007) menguraikan hasil pada tiga sekolah
Islam Athirah berada di posisi ke dua yaitu 27 siswa obesitas dari 144 siswa
yang dari 166 siswa ternyata 29 siswa berstatus obesitas (17,5%). Sedangkan
penulis tertarik untuk meneliti ”Hubungan Aktifitas Fisik Dan Pola Makan
5
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penilitian
1. Tujuan umum
Diketahuinya hubungan aktifitas fisik dan pola makan energy, protein, lemak dan
karbohidrat dengan kejadian obesitas di SDN 002 Ngaso Kecamatan Ujungbatu
2. Tujuan Khusus
karbohidrat dengan kejadian obesitas pada anak usia 7-9 tahun di SDN
6
d. Diketahui hubungan pola makan energy, protein, lemak dan
D. Manfaat Penelitian
1.Manfaat Praktis
a. Bagi Responden
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada
Responden tentang pola makan yang baik untuk mencegah obesitas.
2. Manfaat Teoritis
a. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan
Mengenai hubungan antara asupan karbohidrat, asupan lemak dan
Aktivitas fisik dengan kejadian obesitas di SDN 002 Ngaso KECAMATAN
UJUNGBATU.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pada besar dan bentuk yang dinyatakan dalam nilai-nilai ukuran tubuh,
misalnya berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas dan
dan umumnya tinggi dan berat badan anak perempuan melebihi anak laki-
rata-rata tinggi anak usia 6 tahun adalah 112,5 cm dan rata-rata tinggi anak
usia 12 tahun adalah 147,5 cm, sedangkan berat badan anak usia sekolah
bertambah 2-3 kg per tahun dimana berat badan anak usia 6 tahun rata-rata
mencapai 21 kg, dan berat badan anak usia 12 tahun rata-rata mencapai 40
kg (Muscari, 2005).
organ atau alat tubuh karena terjadinya pematangan. Pada pematangan ini
8
terjadi diferensiasi sel dan maturasi alat atau organ sesuai dengan
d. Rendahnya produktivitas
9
membawa perubahan yang kualitatif dalam produksi, pengolahan,
menuju energy yang lebih tinggi. Konsumsi tinggi gula dan lemak dan
senggang. Namun, pada saat yang sama bagaimanapun daerah miskin terus
Begitu juga anak sekolah saat ini menghadapi masalah gizi ganda,
yaitu di satu sisi gizi kurang yang berakibat pada tidak optimalnya
dan lain-lain.
Gizi kurang pada anak dapat dilihat dari berat badan dan tinggi
badan anak. Bila berta badan anak berada dibawah normal, maka anak
dikatakan kurus. Bila tinggi badan anak berada di bawah normal, maka
10
Lebih dari sepertiga (36,1 %) anak usia sekolah di Indonesia
gizi makro seperti energy, protein, lemak dan dapat pula terjadi karena
kekurangan zat gizi mikro seperti vitamin A, besi, yodium dan seng.
Hal ini disebabkan kurangnya asupan sumber zat gizi yang dibutuhkan
anak diatas normal, sehingga anak menjadi gemuk atau obesitas. Hal
sehingga energy yang masuk ke dalam tubuh jauh lebih banyak dari
Kelebihan energy ini akan disimpan dalam tubuh dalam bentuk lemak.
serat seperti fast food dan junk food (hamburger, kentang goreng,
hidup yang kurang bergerak atau lebih banyak duduk di depan televisi,
(Devi, 2012).
11
4. Kebutuhan zat gizi anak usia 6-14 tahun
merupakan bagian dari suatu rangkaian panjang dari siklus hidup manusia
yang dimulai sejak janin dalam kandungan sampai usia tua nanti.
Pada rentangan usia tersebut status gizi ditentukan sejak usia bayi
dan balita juga ditentukan saat ini, dan akan menentukan status gizi pada
usia selanjutnya.
tergantung pada orang tua. Priode ini merupakan priode yang cukup kritis
Tabel 1. Kebutuhan Zat Gizi Anak, Angka Kebutuhan Gizi (AKG 2012)
12
4-6 th 19 112 35 1600 62 220
7-9 th 27 130 49 1850 72 254
Laki-laki
10-12 th 34 142 56 2100 70 289
13-15 th 46 158 72 2475 83 340
16-18 th 56 165 66 2675 89 368
19-29 th 60 168 62 2725 91 375
30-49 th 62 168 65 2625 73 394
50-64 th 62 168 65 2325 65 349
65-79 th 60 168 62 1900 53 309
80+ th 58 168 60 1525 42
Perempuan
10-12 th 36 145 60 2000 67 275
13-15 th 46 155 69 2125 71 292
16-18 th 50 158 59 2125 71 292
19-29 th 54 159 56 2250 75 309
30-49 th 55 159 57 2150 60 323
50-64 th 55 159 57 1900 53 285
65-79 th 54 159 56 1550 43 252
80+ th 53 159 55 1425 40 232
1. Pengertian
anak-anak dan remaja telah menjadi masalah medis yang serius di banyak
sekitar 15% dari remaja berusia (12-19 tahun) dan anak-anak (usia 6-11
(Nurmalina, 2011).
13
badan lebih dari 20% berat standar normal. Obesitas terjadi jika dalam
suatu periode waktu, lebih banyak kilokalori yang masuk melalui makanan
milyar adiposity. Setiap sel lemak dapat menyimpan maksimal sekitar 1,2
ug trigliserida. Jika sel-sel lemak yang sudah ada terisi penuh, maka jika
yang bersangkutan terus mengonsumsi lebih banyak kalori dari pada yang
c. Obesitas berat (kelebihan berat badan lebih besar dari 100 % dari berat
badan standard).
3. Etiologi
14
berkaitan dengan keseimbangan energy di dalam tubuh. Keseimbangan
energy di tentukan oleh asupan energy yang berasal dari zat gizi penghasil
energy yaitu karbohidrat, lemak dan protein serta kebutuhan energy yang
ditentukan oleh kebutuhan energy basal, aktivitas fisik dan thermic effect
of food (TEF) yaitu energy yang diperlukan untuk mengolah zat gizi
faktor baik yang berasal dari dalam tubuh yaitu regulasi fisiologis dan
metabolisme ataupun dari luar tubuh yang berkaitan dengan gaya hidup
Seorang anak dengan orang tua atau saudara yang gemuk, ia pun
15
sehingga juga akan mempengaruhi respon otak baik akan
reseptor memiliki gen tersendiri pula. Setiap mutasi pada gen tersebut
fisik serta factor-faktor lain seperti obat, racun dan virus (Nugraha,
2009).
berlebihan.
makan dan penurunan berat. Bahkan ketika dengan yang berdiet telah
sel-sel tersebut tetap ada dan siap diisi kembali. Karena itu,
16
seperti makanan cepat saji, makanan ringan olahan, minuman manis.
yang terkait erat dengan obesitas adalah kebiasaan makan ketika anak
tidak lapar dan makan sambil menonton TV atau bermain game, atau
d. Aktivitas fisik
17
4. Risiko kesehatan
obesitas, diantaranya :
a. Asma
d. Kolesterol tinggi
e. Gagal jantung
f. Masalah hati
dewasa:
a. Penyakit jantung
b. Stroke
d. Osteoarthritis
Tujuan utama tata laksana obesitas pada anak dan remaja menurut
18
memodifikasi perilaku anak dan orang tua. Tujuan jangka panjang adalah
a. Pengaturan makan
1) Pada bayi.
lain sejenis.
selingan.
19
Pada usia ini (0 - 3 th) tidak perlu diberikan pengurangan kalori
kembang otak.
Hal hal yang dianjurkan sama dengan anak usia pra sekolah. Energi
20
b. Modifikasi perilaku
badan.
21
5) Menambah kegiatan/aktivitas fisik, misal berangkat sekolah jalan
6. Pencegahan obesitas
Kebiasaan makan yang tidak sehat, kurangnya olahraga, dan gaya hidup
2011):
a. Orang tua menjadi teladan yang baik. Orang tua memberikan contoh
memerintah remaja.
setiap hari. Satu porsi sayur adalah satu mangkuk sayuran mentah atau
untuk banyak minum air putih, bukan minuman bersoda ataupun yang
mengandung gula.
22
d. Memilih bahan makanan seperti gandum, beras dan roti gandum. Dari
pada makanan yang diproses dengan tepung putih halus, gula, dan
lemak jenuh.
setiap hari, atau paling tidak dua kali dalam seminggu. Contoh
g. Makan teratur juga sangat penting. Membuat jadwal makan yang baik
h. Memastikan remaja sarapan pagi setiap hari pukul 06.30 sampai 08.00
i. Kue atau snack di antara makan sore dapat menjaga remaja dari makan
komputer.
23
langkah awal dalam pemeriksaan klinis, karena kedua pengukuran tersebut
2
dibutuhkan untuk menghitung IMT. Indeks massa tubuh (kg/m )
berbeda dari orang dewasa. Ada pertimbangan lain yang digunakan pada
orang di bawah usia 20 tahun. Hal ini mengingat masih terus tumbuh,
Untuk menentukan status gizi anak balita (usia 0-60 bulan), nilai
(WHO, 2006); sedangkan pada anak dan remaja usia 5-19 tahun nilai
2007). Pada saat ini, yang paling sering dilakukan untuk menyatakan
24
Z-skor paling sering digunakan. Secara teoritis, Z-skor dapat dihitung
dengan cara berikut :
Tabel 2. Klasifikasi IMT menurut Kemenkes RI 2010 untuk anak usia 5-18 tahun
1. Pengertian
25
Sebaliknya dari aktivitas fisik atau perilaku sedentary adalah
contoh aktivitas seperti ini adalah perilaku pasif seperti menonton televisi,
yang lebih efektif di bandingkan dengan satu metoda saja yang dipakai
(Fatimah, 2009).
(Fatimah, 2009).
Tiga jenis utama dari aktivitas fisik yang aerobik, penguatan otot,
26
a) Aktivitas aerobik
lebih menit aktivitas fisik setiap hari. Hal ini dapat mencakup baik
atau lebih..
berat badan Anda, dan otot Anda mendorong terhadap tulang Anda.
Hal ini membuat tulang kuat. Berlari, berjalan, lompat tali, dan angkat
hari seminggu sebagai bagian dari anak Anda 60 menit atau lebih.
27
aktivitas fisik sehari-hari. Jumlah aktivitas fisik lebih besar dari 60 menit
termasuk yang memperkuat otot dan tulang, minimal 3 kali per minggu
(CDC,2011)
kematian untuk dunia. Secara global, enam persen dari kematian yang
dikaitkan dengan aktivitas fisik. Ini mengikuti tekanan darah tinggi (13%),
penggunaan tembakau (9%) dan sama dengan glukosa darah tinggi (6%)
(WHO, 2010).
yang sehat untuk menunjang aktivitas. Aktivitas fisik yang berlebihan atau
kelelahan, bahkan dapat mengalami cedera dan sakit. Setiap orang tentu
aktivitas fisik. Olahraga adalah aktivitas fisik yang terencana, teratur dan
28
D. Hubungan Pola Makan Terhadap Obesitas
Pola makan yang sehat memberikan tubuh anda nutrisi yang cukup
dibutuhkan setiap hari selama tinggal dalam program harian kalori anda untuk
Sebaliknya jika perilaku pola makan yang tidak sehat atau anak
kelebihan energy, maka energy yang berlebih akan disintesis menjadi lemak
tubuh, sedangkan lemak yang telah tersedia dalam tubuh tidak terpakai untuk
kegemukan atau obesitas, efek dari obesitas adalah timbulnya penyakit seperti
dalam makanan yang akan diubah menjadi energy adalah zat gizi penghasil
protein dan lemak berlebih, maka karbohidrat akan disimpan sebagai glikogen
dalam jumlah terbatas dan sisanya lemak, protein akan dibentuk sebagai
protein tubuh dan sisanya lemak, sedangkan lemak akan disimpan sebagai
(Nugraha, 2009).
29
Faktor-faktor yang mempengaruhi dari asupan makanan terhadap
terjadinya obesitas adalah, kuantitas, porsi perkali makan, padatan energy dari
Berikut ini ada beberapa perilaku pola makan yang salah pada anak
Fast food adalah istilah yang diberikan untuk makanan yang dapat di susun
dan disajikan dengan sangat cepat. Istilah ini mengacu pada makanan yang
di jual restoran atau took dengan bahan yang dipanaskan atau dimsak, dan
yang besar. Makanan yang tergolong dalam kategori ini adalah makanan
anatara lain adalah permen, jeli, biskut, coklat, donat, soda dan es krim.
Rekomendasi WHO adalah tidak lebih dari 10% dari energy total bersal
kecukupan gizi), misalnya anak usia 4-6 tahun dengan AKG 1550 kalori,
maka 10% dari AKG adalah 155 kalori setara dengan 38,75 gram gula dan
30
setara dengan 7,7 sendok teh gula. Kelebihan konsumsi gula dapat
koroner.
Natrium paling banyak terdapat dalam garam karena 40% dari berat garam
adalah natrium. Terdapat juga pada produk susu, air, makanan laut, daging
telur, unggas dan ikan. Pada saat membeli jajanan anak sekolah cenderung
gagal jantung, kongestif, dan penyakit ginjal, oleh karena itu orang dewasa
sumber energy dan asam lemak esensial, dan membnatu dalam penyerapan
makanan berlemak seperti bakso, soto, fast food, dan menurut data
31
lemak yang harus diwaspadai adalah asam lemak jenuh, asam lemak tras
dan kolesterol.
maupun kelompok dapat dilakukan dengan metode survei diet atau penilaian
32
metode dietary history, metode telepon dan metode pendaftaran makanan
(food list).
recall 24 jam. Menurut Supariasa dkk (2002) yang dikutip dalam Astriani
(2013) menyebutkan bahwa prinsip dari metode recall 24 jam pada dasarnya
dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi
pada periode 24 jam yang lalu. Dalam metode ini responden disuruh
menceritakan semua yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu
(kemarin). Biasanya dimulai sejak ia bangun pagi kemarin sampai dia istirahat
tidur malam harinya, atau dapat juga dimulai dari waktu saat dilakukan
recall 24 jam tanpa berturut – turut dapat menghasilkan gambaran asupan zat
gizi lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake
harian individu.
yaitu:
tangga (URT) selama kurun waktu 24 jam yang lalu. Selain itu, petugas
33
2) Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan
2) Biaya relatif murah karena tidak memerlukan peralatan khusus dan tempat
34
3) The flat slope syndrome, yaitu kecenderungan bagi orang – orang kurus
menggunakan alat – alat bantu URT dan ketepatan alat bantu yang dipakai
dilakukan pada saat panen, hari pasar, hari akhir pekan, pada saat
35
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Dari berbagai uraian diatas maka secara singkat dapat dilihat dan
Aktivitas Fisik
Pola Makan
Genetik Obesitas
Lingkungan
Obat-obatan
36
B. Hipotesis
002 Ujungbatu.
37
BAB III
METODE PENILITIAN
A. Desain Penilitian
bebas dengan variabel dependen atau variable tidak bebas pada kelompok
1. Tempat penelitian :
2. Waktu penelitian
2022.
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah responden yang berusia 7-12 tahun
berjumlah 45 orang.
2. Sampel
38
yang sama untuk diseleksi sebagai sampel. Dalam penelitian ini adalah
3. Besar sampel
N
n = 1 N (d ) 2
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
d = Presisi sebesar 10 %
Dengan demikian besar sampel dalam penelitian ini untuk SDN 002 Ngaso
n= 45
1 45 (0,1)2
45
46(0,01)
45
1 ,45
= 31,0
= 31 orang
39
4. Kriteria Sampel
a. Kriteria inklusi
b. Kriteria ekslusi
penelitian.
D. Instrumen Penilitian
Instrument dalam penelitian ini yaitu alat ukur tinggi badan dimana
dalam penelitian ini menggunakan alat Microtoice GEA dan untuk mengukur
ini yaitu untuk mengukur IMT, setelah itu dilakukanlah perhitungan Z-score
BB/TB dan IMT menurut Kemenkes RI 2010. serta dilampirkan pula Standar
fisik secara umum selama 7 hari terakhir dan waktu yang digunakan untuk
skala Likert. Jika jumlah skor lebih dari 30 maka menunjukkan aktivitas baik
dan jika jumlah skor kurang dari 30 maka menunjukkan aktivitas kurang.
40
Untuk pengukuran pola makan peneliti menggunakan metode Food Recall 24
jam dengan metode wawancara. Alat yang digunakan adalah berupa kuesioner
responden menceritakan makanan yang dia makan mulai dari pagi hingga
41
E. Alur Penelitian
Pengambilan data awal
Pengukuran IMT
31 Berat badan
Obesitas 31
Normal (tidak
responden obesitas)
Jumlah total sampling 62
Pemberian Kuesioner
Pengolahan Data
Analisa Data
Penyajian Hasil
42
F. Variabel Penilitian dan Defenisi Operasional
kelompok orang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu dengan yang
1. Indentifikasi variabel
makan.
2. Definisi Operasional
a. Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang di hasilkan oleh otot
Kriteria objektif :
: Durasi 60 menit
43
ii. Kurang : Jika melakukan aktivitas fisik ≤2 kali/minggu.
: Durasi ≤ 60 menit
Kriteria objektif :
44
Kurang apabilah jumlah karbohidrat < 275 berdasarkan
Kriteria objektif :
45
G. Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan data
dilakukan coding (penandaan) serta tabulasi data sesuai dengan keperluan dan
2. Analisa data
a. Analisa Univariat.
tendensi sentral atau grafik serta persentase dari tiap variabel yang diteliti.
b. Analisa Bivariat.
independen dan variabel dependen yang diuji dengan uji statistik Chi-
H. Masalah Etika
persetujuan. Setelah
46
mendapatkan persetujuan barulah melakukan penelitian dengan menekankan
kode tertentu.
47
HASIL
A. Hasil Penelitian
tinggi badan dan penimbangan berat badan responden. Sampel penelitian ini
gizi, yaitu dengan metode perhitungan Z-score BB/TB dan IMT Klasifikasi
fisik selama 7 hari terakhir serta membagikan kusioner tentang pola makan
48
yang menceritakan riwayat makanan 1x24 jam dalam metode food recall yang
juga didapat dari hasil wawancara terpimpin. Dari metode food recall tersebut
diolah, maka berikut ini peneliti akan menyajikan analisa data univariat
bebas dan variabel tergantung dengan menggunakan uji statistik chi square
1. Analisa Univariat
a. Karekteristik Responden
Kasus Kontrol
Karekteristik
f % f %
Jenis Kelamin
Laki-laki 17 53,1 15 46,9
Perempuan 14 46,7 16 53,3
Umur 7 – 9 tahun
Laki-laki 8 57,1 6 42,9
Perempuan 8 47,1 9 52,9
Umur 10 - 12 tahun
Laki-laki 10 53,0 9 37,5
Perempuan 5 41,7 7 58,3
49
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 62 responden, dilihat dari jenis
dasar.
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Aktivitas Fisik dan Pola Makan di SDN
002 Ngaso Kecamatan Ujungbatu
50
c. Distribusi frekuensi berdasarkan pola makan pada anak sekolah dasar
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Pola Makan Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
di SDN 002 Ngaso Kecamatan Ujungbatu
IMT
Kabohidrat (kg)
Lebih 9 14,5 9 14,5 18 19,6
Kurang 6 9,7 7 11,3 13 21,0
Lemak (kg)
Lebih 5 8,1 8 13,0 13 21,0
Kurang 10 16,1 8 13,0 18 19,6
Protein
Lebih 7 11,3 0 0 7 11,3
Kurang 8 13,0 16 25,8 24 39,0
Laki-laki (10-12 thn)
Energi (kkal)
Lebih 2 3,2 1 1,6 3 4,8
Kurang 6 9,7 10 16,1 16 25,8
Karbohidrat (kg)
Lebih 0 0 3 4,8 3 4,3
Kurang 8 13,0 8 13,0 16 26,0
Lemak (kg)
Lebih 7 11,3 7 11,3 14 22,6
Kurang 1 1,6 4 6,5 5 8,1
Protein (kg)
Lebih 1 1,6 2 3,2 3 4,8
Kurang 7 11,3 9 14,5 16 25,8
Perempuan (10-12 thn)
Energi (kkal)
Lebih 2 3,2 0 0 2 3,2
Kurang 5 8,1 5 8,1 10 16,1
Karbohidrat (kg)
Lebih 3 4,8 1 1,6 4 6,5
Kurang 4 6,5 4 6,5 8 13,0
Lemak (kg)
Lebih 7 11,3 0 0 7 11,3
Kurang 0 0 5 8,1 5 8,1
Protein (kg)
Lebih 1 1,6 0 0 1 1,6
Kurang 6 9,7 5 8,1 11 17,8
Total 31 50 31 50 62 100
51
Tabel 5.3 menunjukkan dari 62 responden, bahwa untuk umur 7-9
tahun terdapat pola makan energy kurang terdapat pada kelompok kasus
tahun yang berjenis kelamin laki-laki pola makan energy kurang terdapat
(56,3%) sedangkan pola makan lemak lebih terdapat nilai yang seimbang
52
makan lemak lebih terdapat pada kelompok kontrol yaitu seluruhnya 7
orang (100%).
SPSS 16.
Kejadian Obesitas
Aktivitas Obesitas (kasus) Tidak Obesitas Jumlah Nilai
Fisik (Kontrol) P
F % f % f %
Baik 8 13,0 21 33,9 29 46,9
Kurang 23 37,1 10 16,0 33 53,1 0,001
Total 31 49,9 31 50,1 62 100
Nilai p = 0,001 adalah hasil uji Continuity Correction
orang responden yang memilki aktivitas kurang, lebih dari sebagian yaitu
antara aktifitas fisik dengan obesitas pada anak SDN 002 Ng.
53
b. Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kejadian Obesitas pada Anak
Sekolah Dasar
Tabel 7. Hubungan Antara Pola Makan Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Dengan Obesitas pada Anak SD Kartika XX-I di Makassar.
IMT
Tidak Obesitas Obesitas Total P
Pola Makan
(kontrol) (kasus) Value
F % F % F %
Umur 7-9 thn
Energy (kkal)
Lebih 6 9,7 6 9,7 12 19,4 0,886
Kurang 10 16,1 9 14,5 19 30,6
Kabohidrat (kg)
Lebih 9 14,5 9 14,5 18 19,6 0,833
Kurang 6 9,7 7 11,3 13 21,0
Lemak (kg)
Lebih 5 8,1 8 13,0 13 21,0 0,347
Kurang 10 16,1 8 13,0 18 19,6
Protein
Lebih 7 11,3 0 0 7 11,3 0,002
Kurang 8 13,0 16 25,8 24 39,0
Laki-laki (10-12 thn)
Energi (kkal)
Lebih 2 3,2 1 1,6 3 4,8 0,546
Kurang 6 9,7 10 16,1 16 25,8
Karbohidrat (kg)
Lebih 0 0 3 4,8 3 4,3 0,228
Kurang 8 13,0 8 13,0 16 26,0
Lemak (kg)
Lebih 7 11,3 7 11,3 14 22,6 0,338
Kurang 1 1,6 4 6,5 5 8,1
Protein (kg)
Lebih 1 1,6 2 3,2 3 4,8 1000
Kurang 7 11,3 9 14,5 16 25,8
Perempuan (10-12 thn)
Energi (kkal)
Lebih 2 3,2 0 0 2 3,2 0,470
Kurang 5 8,1 5 8,1 10 16,1
Karbohidrat (kg)
Lebih 3 4,8 1 1,6 4 6,5 0,576
Kurang 4 6,5 4 6,5 8 13,0
Lemak (kg)
Lebih 7 11,3 0 0 7 11,3 0,001
Kurang 0 0 5 8,1 5 8,1
Protein (kg)
Lebih 1 1,6 0 0 1 1,6 1000
Kurang 6 9,7 5 8,1 11 17,8
Total 31 50 31 50 62 100
54
Dapat dilihat bahwa dari tabel 5.6 menunjukkan dari 31 orang
responden, bahwa untuk umur 7-9 tahun terdapat pola makan energy
obesitas pada anak Sekolah Dasar. Untuk pola makan karbohidrat lebih
kontrol yaitu sebanyak 9 orang (50,0%), Hasil uji statistik dengan Chi-
Sekolah Dasar. Pola makan protein kurang terdapat pada kelompok kasus
yaitu sebanyak 16 orang (66,7%), Hasil uji statistik dengan Tabel 2x2 tidak
memenuhi syarat digunakan uji chi square karena terdapat 50% nilai
expeted count < 5, jadi digunakan uji alternative yaitu uji fisher dimana
nilai (p value 0,002 > 0,05) menunjukkan ada hubungan pola makan
protein terhadap kejadian obesitas pada anak Sekolah Dasar. Dan pola
laki-laki pola makan energy kurang terdapat pada kelompok kasus yaitu
sebanyak 10 orang (62,5%), Hasil uji statistik dengan Tabel 2x2 tidak
55
memenuhi syarat digunakan uji chi square karena terdapat 50% nilai
expeted count < 5, jadi digunakan uji alternative yaitu uji fisher dimana
nilai p value 0,546 (p>0.05) menunjukkan tidak ada hubungan pola makan
energi terhadap kejadian obesitas umur 10-12 tahun berjenis kelamin laki-
laki. Pola makan karbohidrat kurang terdapat nilai yang seimbang anatara
(50,0%), Hasil uji statistik dengan Tabel 2x2 tidak memenuhi syarat
digunakan uji chi square karena terdapat 50% nilai expeted count < 5, jadi
digunakan uji alternative yaitu uji fisher dimana nilai p value 0,228
Pola makan protein kurang terdapat pada kelompok kasus yaitu sebanyak 9
orang (56,3%), Hasil uji statistik dengan Tabel 2x2 tidak memenuhi syarat
digunakan uji chi square karena terdapat 50% nilai expeted count < 5, jadi
digunakan uji alternative yaitu uji fisher dimana nilai p value 1000
kejadian obesitas umur 10-12 tahun berjenis laki-laki pada anak Sekolah
Dasar. Sedangkan pola makan lemak lebih terdapat nilai yang seimbang
(50,0%). Hasil uji statistik dengan Tabel 2x2 tidak memenuhi syarat
digunakan uji chi square karena terdapat 50% nilai expeted count < 5, jadi
digunakan uji alternative yaitu uji fisher dimana nilai p value 0,338
56
kejadian obesitas umur 10-12 tahun berjenis kelamin laki-laki pada anak
Sekolah Dasar.
(50,0%), hasil uji statistik dengan Tabel 2x2 tidak memenuhi syarat
digunakan uji chi square karena terdapat 75% nilai expeted count < 5, jadi
digunakan uji alternative yaitu uji fisher dimana nilai p value 0,470
kejadian obesitas umur 10-12 tahun berjenis kelamin perempuan pada anak
sebanyak 4 orang (50,0%), hasil uji statistik dengan Tabel 2x2 tidak
memenuhi syarat digunakan uji chi square karena terdapat 75% nilai
expeted count < 5, jadi digunakan uji alternative yaitu uji fisher dimana
nilai p value 0,576 (p>0.05) menunjukkan tidak ada hubungan pola makan
perempuan pada anak Sekolah Dasar. Pola makan protein kurang terdapat
pada kelompok kontrol yaitu sebanyak 6 orang (54,4%), Hasil uji statistik
dengan Tabel 2x2 tidak memenuhi syarat digunakan uji chi square karena
terdapat 75% nilai expeted count < 5, jadi digunakan uji alternative yaitu
uji fisher dimana nilai p value 1000 (p>0.05) menunjukkan tidak ada
hubungan pola makan energi terhadap kejadian obesitas umur 10-12 tahun
57
berjenis kelamin perempuan pada anak Sekolah Dasar. Sedangkan untuk pola
makan lemak lebih terdapat pada kelompok kontrol yaitu seluruhnya 7 orang
(100%), hasil uji statistik dengan Tabel 2x2 tidak memenuhi syarat digunakan
uji chi square karena terdapat 75% nilai expeted count < 5, jadi digunakan uji
alternative yaitu uji fisher dimana nilai p value 0,001 (p>0.05) menunjukkan
ada hubungan pola makan lemak terhadap kejadian obesitas umur 10-12 tahun
Angel, L. D., Mayulu, N., & Franly, O. (2013). Hubungan Aktivitas Fisik Deangan
Kejadian Obesitas Pada Anak SD di Kota Manado , Vol. 1 No 1. di akses
dari. http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/2162 pada tanggal
8 Januari 2014
Asmika, Karunia, L., & Nugroho, Y. S. (2010). Hubungan Tingkat Konsumsi Dan
Intensitas Screen Time Terhadap Kejadian Gizi Lebih Pada SD Taman
Harapan Kota Malang , 1-7. diakses dari
http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/gizi/YANUAR%20SANDY%
20N.pdf. pada tanggal 08 Januari 2014.
Astriani. (2013). Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi pada lansia di
Kel.Rappokalling Kec.Tallo Makassar. Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Barnes ED. (2012). Program olahraga diabetes, Citra Aji Parama; Yogyakarta.