Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


De Quervain syndrome juga dikenal sebagai washerwoman's sprain, radial
styloid tenosynovitis, De Quervain sindrom, de Quervain's stenosing tenosynovitis
or mother's wrist and mommy thumb. Sejarah dari tennosynovitis De Quervain
pertama kali ditemukan oleh seorang ahli bedah Swiss, Fritz de Quervain (1868-
1940).1 Penyakit ini dideskripsikan untuk yang pertama kalinya oleh Fritz de
Quervain pada tahun 1895. Awalnya, Fritz de Quervain mendeskripsikan penyakit
ini dengan apa yang kita kenal sebagai tenovaginitis yaitu proliferasi jaringan
fibrosa retinakulum otot-otot ekstensor dan tendon sheath dari otot ekstensor
polisis brevis dan otot abduktor polisis longus. Beberapa tahun kemudian, terjadi
stenosis tenosynovitis dari kedua tendon tersebut (kompartemen dorsal pertama)
hingga kemudian penyakit ini dikenal dengan nama de Quervain’s tenosynovitis.
2,3

De Quervain syndrome merupakan penyakit dengan nyeri pada daerah


prosesus stiloideus akibat inflamasi kronik pembungkus tendon otot abduktor
polisis longus dan ekstensor polisis brevis setinggi radius distal dan jepitan pada
kedua tendon tersebut.De Quervain syndrome atau tenosinovitis stenosans ini
merupakan tendovaginitis kronik yang disertai penyempitan sarung tendon. Sering
juga ditemukan penebalan tendon. Lokasi de Quervain syndrome ini adalah pada
kompartemen dorsal pertama pada pergelangan tangan. Kompartemen dorsal
pertama pada pergelangan tangan termasuk di dalamnya adalah tendon otot
abduktor polisis longus (APL) dan tendon otot ekstensor polisis brevis (EPB).
Penderita dengan kondisi yang seperti ini biasanya datang dengan nyeri pada
aspek dorsolateral dari pergelangan tangannya dengan nyeri yang berasal dari arah
ibu jari dan/atau lengan bawah bagian lateral. 4,5
Penyebab utama dari de Quervain syndrome adalah overuse oleh karena
gerakan yg berulang-ulang dalam waktu yg lama pada tangan terutama yg
menggunakan ibu jari seperti mencubit, memeras, memelintir, menekan dan

1
menggenggam. Uniknya sebagian besar kasus ini terjadi pada wanita. Selain itu
tak menutup kemungkinan reumatoid artritis dan cidera langsung pada tangan
juga menyebabkan de Quervain syndrome. 3
Penatalaksanaan de Quervain syndrome biasanya dengan istirahat,
berendam air hangat dan obat- obat anti peradangan non steroid (NSAID), kadang
suntikan kortikosterid membantu pada 80 % - 90 % kasus. Operasi kadang kala
dibutuhkan. 6

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
De Quervain’s syndrome merupakan penyakit dengan nyeri pada daerah
prosesus stiloideus akibat inflamasi kronik pembungkus tendon otot abduktor
polisis longus dan ekstensor polisis brevis setinggi radius distal dan jepitan pada
kedua tendon tersebut. 4,5 De Quervain’s syndrome atau tenosinovitis stenosans ini
merupakan tendovaginitis kronik yang disertai penyempitan sarung tendon. Sering
juga ditemukan penebalan tendon. 5
Lokasi de Quervain’s syndrome ini adalah pada kompartemen dorsal pertama
pada pergelangan tangan. Kompartemen dorsal pertama pada pergelangan tangan
termasuk di dalamnya adalah tendon otot abduktor polisis longus (APL) dan
tendon otot ekstensor polisis brevis (EPB). Pasien dengan kondisi yang seperti ini
biasanya datang dengan nyeri pada aspek dorsolateral dari pergelangan tangannya
dengan nyeri yang berasal dari arah ibu jari dan / atau lengan bawah bagian
lateral. Kondisi seperti ini mempunyai respon yang baik terhadap penanganan non
bedah. 3

Gambar 1. Kompartemen dorsal pertama pergelangan tangan pada daerah tepi


lateral dari snuffbox.

3
Gambar 2. Tampak kompartemen dorsal pertama pada daerah stiloid radius
menonjol.

2.2 Epidemiologi
Angka kejadian di USA untuk penyakit ini relatif, terutama di antara
orang-orang yang menunjukkan aktivitas yang menggunakan tangan berulang-
3
ulang, seperti pekerja pemasangan bagian-bagian mesin tertentu dan sekretaris.
Mortalitas tidak berhubungan dengan kondisi penyakit ini. Beberapa morbiditas

4
yang dilaporkan mungkin terjadi pada pasien dengan riwayat nyeri progresif di
mana berhubungan dengan aktivitas yang memerlukan penggunaan tangan yang
terkena. De Quervain’s syndrome lebih banyak diderita oleh orang dewasa
dibanding pada anak-anak. 3
Hingga saat ini belum ditemukan adanya korelasi yang nyata antara
insiden de Quervain’s syndrome dengan sejumlah ras tertentu. Meskipun penyakit
seperti ini sering dijumpai pada pria dan wanita, tetapi de Quervain’s syndrome
menunjukkan jumlah yang signifikan di mana lebih banyak terjadi pada wanita
dibandingkan pada pria. Beberapa sumber bahkan memperlihatkan rasio yang
sangat tinggi pada wanita dibandingkan pada pria, yaitu 8 : 1. Menariknya,
banyak wanita yang menderita de Quervain’s syndrome selama kehamilannya
atau selama periode postpartum. 3

2.3 Etiologi
Trauma minor yang berulang-ulang umumnya memberikan kontribusi
terhadap perkembangan penyakit de Quervain’s syndrome. Aktivitas-aktivitas
yang mungkin menyebabkan trauma ulangan pada pergelangan tangan termasuk
faktor pekerjaan, tugas-tugas sekretaris, olahraga golf, atau permainan olahraga
yang menggunakan raket. 3

Gambar 3. Tugas-tugas dari seorang sekretaris yang dapat menyebabkan


trauma ulangan pada pergelangan tangan

5
Faktor-faktor lain yang mungkin dapat memberikan kontribusi terjadinya de
Quervain’s syndrome antara lain : 3,6,7
1. Trauma akut pada tangan terutama ibu jari.
2. Berhubungan dengan rheumatoid arthritis.
Penyebab yang pasti tidak diketahui, tetapi inflamasi tendon yang terjadi
berhubungan dengan gesekan yang berlebihan / berkepanjangan antara tendon dan
pembungkusnya, terjadi misalnya pada wanita yang pekerjaannya memeras kain.
4,7

2.4 Anatomi dan Fisiologi


Tendon adalah penghubung antara tulang dan otot. Tendon ada yang
dibungkus dengan pembungkus tendon (tendon sheath), ada pula yang tidak dan
langsung melekat pada tulang. 8,9

Gambar 4. Tendon dari otot abduktor polisis longus dan otot ekstensor polisis
brevis.

Pergelangan tangan bagian dorsal yang terdiri dari otot-otot ekstensor dibungkus
oleh sebuah retinakulum ekstensor yang berjalan melalui tulang-tulang karpal.
Retinakulum ini terdiri dari jaringan fibrosa. Bagian medial dari retinakulum ini
melekat pada os pisiform dan os hamate sementara bagian lateralnya melekat pada
bagian distal dari os radius. Ada enam kompartemen jaringan fibrosa yang melalui

6
otot-otot ekstensor ini. Kompartemen ini dipisahkan satu sama lain oleh jaringan
fibrosa. Setiap kompartemen dibungkus oleh tendon sheath yang berisi cairan
sinovial dan semuanya dibungkus oleh retinakulum tadi. 8,9,10

Gambar 5. Retinakulum otot-otot ekstensor, tendon sheath, dan potongan


transversal tendon sheath

Struktur kompartemen dari radial ke ulnar adalah kompartemen pertama


yang terdiri dari tendon otot ekstensor polisis brevis dan tendon otot abduktor
polisis longus, kompartemen kedua yang terdiri dari tendon otot ekstensor karpi
radialis brevis dan tendon otot ekstensor karpi radialis longus, kompartemen
ketiga yaitu tendon otot ekstensor polisis longus, kompartemen keempat yaitu
tendon otot ekstensor digitorum dan otot ekstensor indicis, kompartemen kelima
adalah tendon otot ekstensor digiti minimi, dan kompartemen keenam adalah
8,9,10
tendon otot ekstensor karpi ulnaris.

7
Gambar 6. Kompartemen pertama sampai kompartemen keenam.
De Quervain’s syndrome adalah stenosis pada tendon sheath kompartemen dorsal
pertama pergelangan tangan. Kompartemen ini terdiri dari tendon otot abduktor
polisis longus dan otot ekstensor polisis brevis. 1,3,10,11

Gambar 7. Kompartemen dorsal pertama


Tendon pada otot ekstensor polisis brevis berfungsi pada pergerakan
ekstensi polluks, sedangkan tendon pada otot abduktor polisis longus berfungsi
sebagai pergerakan abduksi pada polluks. 8,9,10

8
Di antara kedua tendon ini berjalan cabang dari nervus radialis sebagai
sensoriknya sehingga jika terjadi stenosis pada kompartemen ini akan merangsang
terjadinya nyeri oleh iritasi pada nervus radialis. 8,9

2.5 Patofisiologi
Kompartemen dorsal pertama pada pergelangan tangan termasuk
pembungkus tendon yang menutupi tendon otot abduktor polisis longus dan
tendon otot ekstensor polisis brevis pada tepi lateral. Inflamasi pada daerah ini
umumnya terlihat pada pasien yang menggunakan tangan dan ibu jarinya untuk
kegiatan-kegiatan yang repetitif. Karena itu, de Quervain’s syndrome dapat terjadi
sebagai hasil dari mikrotrauma kumulatif (repetitif). 3,7
Pada trauma minor yang bersifat repetitif atau penggunaan berlebih pada
jari-jari tangan (overuse) menyebabkan malfungsi dari tendon sheath. Tendon
sheath yang memproduksi cairan sinovial mulai menurun produksi dan kualitas
cairannya. Akibatnya, pada penggunaan jari-jari selanjutnya terjadi pergesekan
otot dengan tendon sheath karena cairan sinovial yang berkurang tadi berfungsi
sebagai lubrikasi. Sehingga terjadi proliferasi jaringan ikat fibrosa yang tampak
sebagai inflamasi dari tendon sheath. Proliferasi ini menyebabkan pergerakan
tendon menjadi terbatas karena jaringan ikat ini memenuhi hampir seluruh tendon
sheath. Terjadilah stenosis atau penyempitan pada tendon sheath tersebut dan hal
ini akan mempengaruhi pergerakan dari kedua otot tadi. Pada kasus-kasus lanjut
akan terjadi perlengketan tendon dengan tendon sheath. Pergesekan otot-otot ini
merangsang nervus yang ada pada kedua otot tadi sehingga terjadi perangsangan
nyeri pada ibu jari bila digerakkan yang sering merupakan keluhan utama pada
1,3,11
penderita penyakit ini. Pembungkus fibrosa dari tendon abduktor polisis
longus dan ekstensor polisis brevis menebal dan melewati puncak dari prosesus
stiloideus radius. 4,6,7

9
2.6 Diagnosis
2.6.1 Anamesis
Kelainan ini sering ditemukan pada wanita umur pertengahan. Gejala yang
timbul berupa nyeri bila menggunakan tangan dan menggerakkan kedua otot
tersebut yaitu bila menggerakkan ibu jari, khususnya tendon otot abduktor polisis
longus dan otot ekstensor polisis brevis. Perlu ditanyakan juga kepada pasien
riwayat terjadinya nyeri. Sebagian pasien akan mengungkapkan riwayat terjadinya
nyeri dengan trauma akut pada ibu jari mereka dan sebagian lainnya tidak
menyadari keluhan ini sampai terjadi nyeri yang lambat laun makin menghebat.
Untuk itu perlu ditanyakan kepada pasien apa pekerjaan mereka karena hal
tersebut akan memberikan kontribusi sebagai onset dari gejala tersebut khususnya
pada pekerjaan yang menggunakan jari-jari tangan. Riwayat penyakit lain seperti
pada rheumatoid arthritis dapat menyebabkan pula deformitas dan kesulitan
menggerakkan ibu jari. Pada kasus-kasus dini, nyeri ini belum disertai edema
yang tampak secara nyata (inspeksi), tapi pada kasus-kasus lanjut tampak edema
terutama pada sisi radial dari polluks. 3,10,11
2.6.2 pemeriksaan fisik
terdapat nyeri tekan pada daerah prosesus stiloideus radius, kadang-kadang
dapat dilihat atau dapat teraba nodul akibat penebalan pembungkus fibrosa pada
sedikit proksimal prosesus stiloideus radius, serta rasa nyeri pada adduksi pasif
dari pergelangan tangan dan ibu jari. Bila tangan dan seluruh jari-jari dilakukan
deviasi ulnar, penderita merasa nyeri oleh karena jepitan kedua tendo di atas dan
disebut uji Finkelstein positif. 4,5,6,7

Gambar 8. Tampak inflamasi pada tendon sheath dari kompartemen dorsal


pertama

10
Tanda-tanda klasik yang ditemukan pada de Quervain’s syndrome adalah
tes Finkelstein positif. Cara melakukannya adalah dengan menyuruh pasien untuk
mengepalkan tanganya di mana ibu jari diletakkan di bagian dalam dari jari-jari
lainnya. Si pemeriksa kemudian melakukan deviasi ulnar pasif pada pergelangan
tangan si pasien yang dicurigai di mana dapat menimbulkan keluhan utama berupa
nyeri pergelangan tangan daerah dorsolateral. 3,16

Gambar 9. Daerah yang nyeri pada de Quervain’s syndrome


Lakukan tes Finskelstein secara bilateral untuk membandingkan dengan bagian
yang tidak terkena. Hati-hati memeriksa ”the first carpometacarpal (CMC) joint”
sebab bagian ini dapat menyebabkan tes Finskelstein positif palsu.6Selain dengan
tes Finkelstein harus diperhatikan pula sensorik dari ibu jari, refleks otot-otot, dan
epikondilitis lateral pada tennis elbow untuk melihat sensasi nyeri apakah primer
atau merupakan referred pain. 3,12,13

11
Gambar 10. Tes Finkelstein, si pemeriksa melakukan deviasi ulnar pasif pada
pergelangan tangan pasien

Gambar 11. Tes Finkelstein

2.6.3 Pemeriksaan laboratorium


tidak ada yang spesifik untuk menunjang diagnosis penyakit ini. Kadang
dilakukan pemeriksaan serum untuk melihat adanya faktor rheumatoid untuk
mengetahui penyebab penyakit ini, tetapi hal ini juga tidak spesifik karena
beberapa penyakit lain juga menghasilkan faktor rheumatoid di dalam darahnya.
3,10,14

2.6.4 Pemeriksaan radiologik


1. Foto Polos
Pemeriksaan foto polos tidak spesifik untuk mendiagnosis de Quervain.
karena pada de Quervain pembengkakan disebabkan oleh pembengkakan
tenosynovium sehinggga tidak akan tampak apa-apa pada pemeriksaan
roentgen. Namun dari penelitian adanya kelainan lokal pada styloid os radial
ada korelasi yang signifikan dengan de quervain seperti : erosi kortikal,
sklerosis, atau periosteal bone apposition.3,10

12
Gambar 12.
a) Pasien wanita umur 29 tahun denagn De Quervain tenosynovitis. Pada
foto polos menunjukan adanya periosteal bone apposition (panah)
b) Pasien laki-laki 75 tahun dengan De Quervain tenosynovitis. Pada foto
polos menunjukan periosteal bone apposition dengan erosi cortical.

2. USG
USG adalah metode pencitraan yang cocok untuk tendon pergelangan
tangan, karena cepat dan relatif murah dan juga memiliki kelebihan
menawarkan kemampuan untuk memeriksa pasien dalam kondisi gerakan
dinamis dan menargetkan lokasi yang tepat dari rasa sakit atau gejala karena
tendon pertama superfisial, probe dapat langsung ditempatkan di atas tendon,
sehingga memperoleh resolusi dan detail anatomi yang sangat baik.3,10
Gambaran USG yang didapat oedematous tendon penebalan APL dan
EPB pada tingkat styloid radial (bandingkan dengan sisi kontralateral)
peningkatan cairan dalam tendon tendon kompartemen tendon ekstensor
pertama penebalan retinakulum di atas dan selubung sinovial edema subkutan
peritendinous menghasilkan tanda halo hipoechoic hiperemi subkutan
peritendinous pada pencitraan Doppler penting untuk menilai septum
intertendinous yang biasanya dapat diidentifikasi jika ada. USG sering
digunakan untuk memandu suntikan kortikosteroid ke dalam kompartemen
tendon untuk mengobati kondisi tersebut.3,10

13
Gambar 13. Gambaran USG de Quervain adanya penebalan retinaculum

Gambar 14. Diagram skematik USG de Quervain

14
3. MRI
MRI juga menyediakan gambar berkualitas tinggi dari tendon, dengan
keuntungan tambahan mendeteksi kelainan lain dari tulang atau tulang rawan.
Pada pemeriksaan dengan MRI terlihat adanya penebalan pada tendon sheath
tendon otot ekstensor polisis brevis dan otot abduktor polisis longus.
MRI sangat sensitif dan spesifik dan berguna untuk mendeteksi penyakit ringan
di mana USG mungkin samar-samar. Adanya atau tidak adanya septum
intertendinous dapat dinilai. Temuan termasuk: tenosynovitis peningkatan
cairan dalam selubung tendon (T2 tinggi, T1 menengah rendah) puing-puing
dalam selubung (sinyal T1 menengah) menebal retinakulum edema edema
subkutan peritendinous peningkatan kontras subkutan peritendinous tendinosis
pembesaran tendon maksimal di radial styloid dan sering lebih besar pada
aspek medial tendon sedikit meningkat sinyal T1 dan T2 intratendinous
dibandingkan dengan tendon lainnya Lurik penampilan tendon karena beberapa
slip diperbesar robekan tendon longitudinal sinyal T2 tinggi linear karena
cairan di dalam perpecahan lebih umum di APL3,10

Gambar 15. De Quervain tenosynovitis pada pasien wanita 42 tahun.


a) MRI T1 potongan axial menunjukan pelebaran dan irregular tendon APL
dan EPB pada compartemen pertama (panah). Tendon hypointens tidak
homogen.
b) T2WI fat sat menunjukan edema hiperintens

15
c) USG transversal
d) potongan longitudinal menunjukkan echogenic normal tendon APL (*),
pada kasus ini dikelilingi dengan echgenic synovitis (panah).

Gambar 16.
a) MRI potongan Axial T2WI Fat Sep menunnjukan hiperintens (panah)
yang mengelilingi tendon sheat compartemen extensor pertama pada
tingkat scaphoid
b) MRI potongan sagital T2WI Fat Sep menunjukan adanya cairan (panah)
yang menyusup diantara dan sekitar tendon extensor pollicis brevis dan
abductor pollicis longus di dalamtndon sheatnya dan edema jaringan lunak
sekitarnya (kepala panah)

2.7 Diagnosis Banding


Yang merupakan diagnosis banding de Quervain’s syndrome adalah
sebagai berikut : 3,10,11
1. Carpal Tunnel Syndrome, di mana pada penyakit ini dirasakan nyeri pada ibu
jari tangan. Nyeri ini tidak hanya dirasakan pada ibu jari tangan, akan tetapi
dapat ke seluruh pergelangan tangan bahkan dapat sampai ke lengan. Carpal
Tunnel Syndrome adalah kumpulan gejala yang disebabkan oleh kompresi
pada nervus medianus akibat inflamasi pada pergelangan tangan. Penyebab
inflamasi dapat karena suatu infeksi, trauma, atau penggunaan berlebihan
pada pergelangan tangan (overuse). Gejala lain pada penyakit ini adalah
adanya rasa panas dan kelemahan pada otot-otot pergelangan tangan.
2. Osteoarthritis pada persendian di pergelangan tangan.

16
3. Kienbock disease yaitu osteonekrosis pada os lunate.
4. Degenerative arthritis pada sendi radioscaphoid, cervical radiculopathy
terutama pada segmen C5 atau C6.
5. Cheiralgia paresthetica atau neuropati pada sensorik dari nervus radial.
6. Fraktur scaphoid yang tampak sebagai nyeri pada daerah snuff box pada
kompartemen dorsal pertama.
7. Intersection syndrome di mana tenosynovitis terjadi pada tendon dari
kompartemen dorsal pertama (tendon otot ekstensor polisis brevis dan otot
abduktor polisis longus) sampai ke tendon dari kompartemen dorsal kedua
(otot ekstensor karpi radialis longus dan otot ekstensor karpi radialis brevis)
dengan gejala nyeri dan inflamasi pada bagian distal pada daerah dorsolateral
dari lengan bawah. Nyeri pada penyakit ini lebih kurang di daerah lateral
dibandingkan pada de Quervain’s syndrome.

2.8 Pengobatan
Terapi de Quervain syndrome pada prisipnya adalah untuk mengurangi
nyeri yang diakibatkan oleh adanya inflamasi. Terapinya sendiri dibagi menjadi
dua yakni penatalaksanaan konservatif dan tindakan pembedahan. Tindakan
pembedahan sangat jarang dilakukan.11 Sedangkan untuk penatalaksanaan
konservatif diuraikan sebagai berikut:
1. Medikamentosa
Pemberian obat anti-inflamasi non-steroid sering diberikan kepada penderita
untuk mengurangi nyeri. Kadang juga diberikan injeksi kortikosteroid untuk
mengatasi inflamasi yang terjadi.3,5,

2. Rehabilitasi Medik
a. Fisioterapi :Dengan memberikan modalitas terapi berupa terapi dingin
pada fase akut dan dapat pula dimodifikasi dengan stimulasi listrik TENS
untuk mengurangi nyeri dan terapi panas SWD yang juga digunakan untuk
mengurangi nyeri serta mengurangi inflamasi yang terjadi pada fase
kronik

17
b. Ortotik-Prostetik: Dengan memberikan splint untuk mengistirahatkan ibu
jari dan pergelangan tangan.

Gambar 17. Splint yang digunakan sebagai terapi konservatif

Splint tidak diperkenankan dipakai sepanjang hari secara terus menerus,


penderita perlu membuka splint minimal 2 kali dalam sehari. Saat splint dilepas,
penderita dapat melakukan latihan-latihan sebagai berikut :

Gambar 18. Rangkaian latihan pergelangan tangan

18
a. Opposition stretch: letakkan tangan anda di atas meja, angkat pergelangan
tangan. Kemudian ujung ibu jari menyentuh ujung jari kelingking. Tahan posisi
tersebut selama kurang lebih 6 detik. Ulangi 10 kali.
b. Wrist stretch: dengan tangan yang lain, Bantu tangan sisi yang lain untuk
menahan dalam posisi fleksi selama 15-30 detik. Kemudia dengan cara yang
sama, tahan dalam posisi ekstensi dalam rentang waktu yang sama. Lakukakan
masing-masing 3 kali untuk tiap tangan. Sendi siku tetap dalam kondisi lurus.
c. Wrist flexion: genggam sebuah sabun dalam posisi tangan supinasi. Lakukan
gerakan fleksi pada sendi pergelangan tangan secara perlahan. Lakukan 10 kali.
Beban dapat secara perlahan ditingkatkan.

3. Edukasi
1) Sebaiknya pergelangan tangan diistirahatkan untuk sementara waktu dan
penderita menghindari kegiatan seperi mencuci, menulis, dll yang dapat
memperberat kerja otot pergelangan tangan.
2) Penderita diedukasi untuk sering melakukan kompres dingin pada bagian
pergelangan tangan kanannya di rumah.
4. Intervensi bedah diperlukan jika terapi konservatif tidak efektif lagi terutama
pada kasus-kasus lanjut di mana telah terjadi perlengketan pada tendon sheath.

2.9 Prognosis
Prognosis penyakit ini umumnya baik. Pada kasus-kasus dini, biasanya
berespon dengan baik pada terapi konservatif. Sedangkan pada kasus-kasus lanjut
dan tidak memberikan respon yang baik dengan terapi konservatif, dilakukan
tindakan bedah untuk dekompresi pada kompartemen dorsal pertama dari
pergelangan tangan. Umumnya berlangsung dengan baik, morbiditas dapat terjadi
jika terjadi komplikasi pasca operasi misalnya adhesi tendo atau subluksasi volar
3,10,11
tendon. Pasien dengan de Quervain’s syndrome perlu untuk menghindari
aktivitas-aktivitas repetitif tertentu dari pergelangan tangan atau dari ibu jari
hingga pengobatan yang adekuat tercapai. 3

19
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Dari informasi yang telah didapatkan dapat diambil kesimpulan bahwa De
Quervain Syndrome menimbulkan permasalahan nyeri, oedem, spasme,
keterbatasan Luas Gerak Sendi (LGS), penurunan kekuatan otot, Penurunan
kemampuan fungsional. Dalam hal ini digunakan modalitas Ultrasound (US),
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) dan terapi latihan sehingga
mampu memperbaiki dari fungsi yang terganggu, selain terapi rehabilitasi,
pengobatan tenosynovitis de’quervain dapat menggunakan obat-obatan, tetapi
lebih disarankan menggunakan terapi rehabilitasi seperti splint dengan
mengistirahatkan sejenak pada tempat yang terkena, setelah itu dilanjutkan
dengan latihan pergelangan tangan.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Polsdorfer, R, de Quervain’s Tenosynovitis, available at


http://healthlibrary.epnet.com, last reviewed November 2011.
2. NN, Biography of Fritz de Quervain, available at
http://www.whonamedit.com/doctor.cfm, 1994-2001.
3. Foye, PM, de Quervain’s Tenosynovitis, available at
http://www.emedicine.com/pmr/topic36.htm, last updated October 13,
2005.
4. Rasjad, C, Penyakit de Quervain (Tenovaginitis Stenosans) dalam
Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, Penerbit Bintang Lamumpatue, Ujung
Pandang, 1998. halaman : 228
5. Sjamsuhidajat, R. , Tenosinovitis Stenosans dalam Buku-Ajar Ilmu
Bedah, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1998. halaman : 1246.
6. Duckworth, T. , De Quervain’s Teno-Vaginitis in Lectura Notes On
Orthopaedics And Fractures, Second Edition, P G Publishing Pte Ltd,
Singapore, 1985. page : 249.
7. Bunnel, S. , Stenosing Tenosynovitis at Radiostyloid Process (de
Quervain’s Disease) in Surgery of The Hand, Third Edition, Pitman
Medical Publishing Co., LTD, London, 1992. page 774-5.
8. Chase, RA, Anatomy in Atlas of Hand Surgery, Stanford University
School of Medicine, W.B. Saunders Company, California, 1973. page : 3-
20.
9. Weinsten, SL et all, The Wrist and Hand in Turek’s Orthopaedics,
Fifth Edition, JB Lippincott Company, Philadelphia, 1992. page : 428-30.
10. Gulf, MD, de Quervain’s Disease, available at
http://www.gulfmd.com/deQuervain’sdisease.grd.drt..
11. Natarajan, M, Wrist and Hand in Text Book of Orthopaedics, MN
Orthopaedic Hospital, Tamil Nadu, India, 1985. page : 163-6.

21

Anda mungkin juga menyukai