Anda di halaman 1dari 40

Diunduh dari www.mariyadi.

com

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
A. PENDAHULUAN..........................................................................................1
1. DESKRIPSI SINGKAT............................................................................1
2. RELEVANSI............................................................................................2
3. PETUNJUK BELAJAR.............................................................................2
B. INTI.................................................................................................................3
1. CAPAAIAN PEMBELAJARAN.............................................................3
2. SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN.......................................................3
3. URAIAN MATERI..................................................................................3
a. Hakikat Apresiasi anaak.....................................................................3
b. Apresiasi Sastra Reseptif....................................................................5
1. Pendekatan emotif........................................................................5
2. Pendekatan Diktatis…...................................................................6
3. Pendekatan Analitis.......................................................................7
c. Apresiasi Sastra Ekspresif/Produktif..................................................11
d. Jenis-Jenis Sastra Anak di SD............................................................12
1. Buku Bergambar...........................................................................12
2. Fiksi Realistik(Realistic Fiction).................................................13
3. Fiksi sejarah.................................................................................14
4. Fiksi Ilmu.....................................................................................16
5. Cerita Fantasi...............................................................................16
6. Biografi........................................................................................20
7. Puisi..............................................................................................22
e. Unsur Intrinsik Puisi, Prosa, dan Drama............................................25
1. Unsur Intrinsik Puisi....................................................................25
2. Unsur Intrinsik Prosa....................................................................25
3. Unsur Intrinsik Drama.................................................................26
4. RANGKUMAN............................................................................28

i
5. TUGAS TERSTRUKTUR..........................................................29
6. FORUM DISKUSI.....................................................................31
C. PENUTUP................................................................................................32
TES FORMATIF...........................................................................................32
KUNCI JAWABAN......................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………… 36
Diunduh dari www.mariyadi.com

A. PENDAHULUAN
Pada kegiatan belajar mengenai “Apresiasi dan Kreasi Satra Anak” ini akan
menguraikan materi tentang : konsep sastra anak, jenis-jenis sastra anak,
mengapresiasi sastra anak (puisi, prosa, dan drama) secara reseptif dan
ekspressif/produktif, jenis-jenis sastra anak serta mengaplikasikannya dalam
pembelajaran di sekolah. Dengan demikian, diharapkan Modul ini dapat sebagai
bahan referensi untuk pemahaman mengenai konsep sastra anak.
Pada Modul Bahasa Indonesia, Kegiatan Belajar 4 “Apresiasi dan Kreasi
Sastra Anak” memuat beberapa materi-materi yang sulit dipahami dan
miskonsepsi pada saat diskusi bersama peserta PPG dan Dosen. Berdasarkan
permasalahan tersebut, materi padaa modul ini terdiri atas : 1). hakikat sastra
anak; 2). apresiasi reseptif; 3). apresiasi ekspresif/produktif; 4). jenis-jenis sastra
anak di sd, dan; 5). unsur intrinsik puisi, prosa, dan drama.

1. DESKRIPSI SINGKAT
Untuk memahami sastra anak perlu dipahami dengan baik antara kata
apresiasi dan sastra anak. Apresiasi berarti “mengindaahkan” atau “menghargai”.
Berarti apresiasi sastra anaak adalah penghargaan terhadap karya sastra anak.
Sastra anak merupakan karya sastra yang dari segi bahasa memiliki nilai estetis
dan dari segi isinya mengandung nilai yang dapat memperkaya pengalaman bagi
anak.
Menurut S.Effendi (1980:24), “apresiasi sastra adalah suatu kegiatan
menggauli sastra dengan sungguh-sungguh sehingga tumbuh pengertian,
penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baaik terhadap
cipta rasa”. Sedangkaan menurut Pramuki (2000), “Sastra anak adalaah kaarya
sastra (puisi,prosa,dan drama) yang isinya mengenai anak-anak, sesuai kehidupan,
kesenangan, sifat-sifat, dan perkembangan anak-anak”.
Apresiasi anak di sekolah dasar dibagi dua yaitu apresiasi sastra secara resep-
tif dan apresiasi sastra secara ekspresif/produktif. Apresiasi sastra anak secara
reseptif adalah kegiatan mengapresiasi dengan teori resepsi pada sebuah karya.

1
Apresiasi ekspresif/produktif merupakanapresiasi karya sastra yang menekankan
pada proses kreatif dan penciptaan.

2. RELEVANSI
Pada apresiasi dan kreasi sastra anak memiliki relevansi dengan komponen
kebahasaan (fonologi, morfologi, semantik, sintaksis, dan wacana) dan aspek
keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis).
Disamping itu, apresiasi dan kreasi sastra anak memiliki relevansi dengan
aspek pengembangan sudut literasi di kelas, literasi sekolah dan pengembangan
literasi secara nasional. Apresiasi dan kreasi sastra anak memiliki relevansi
dengan kurikulum yang dipakai sekarang, yaitu kurikulum 2013 serta pendekatan-
pendekatan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, seperti pendekatan : saintifik
(mengamati,menanya,mencoba,mengasosiasikan, dan mengomukikasikan),
konstruktivisme, kontekstual, tematik integratif, whole language, conferensing.

3. PETUNJUK BELAJAR

Sebelum mendalami secara menyeluruh isi materi modul ini, pembaca


disarankan untuk membaca dengan cermat petunjuk belajar yang telah penulis
berikan. Berikut ini petunjuk belajar yang harus Saudara ikuti.
a. Bacalah dengan cermat uraian-uraian penting yang terdapat dalam modul ini.
b. Catat dan ringkas hal-hal penting yang terdapat dalam modul ini.
c. Kaitkanlah apa yang dipelajari dalam modul ini dengan pengalaman pribadi
pembaca dalam mengajarkan bahasa Indonesia di sekolah, khususnya jenjang
SD.
d. Kerjakanlah secara sungguh-sungguh tugas dan latihan yang diperintahkan.
e. Kerjakanlah tes formatif yang ada dalam modul ini dengan baik. Kemudian,
berilah nilai tingkat pencapaian dengan membandingkan jawaban yang telah
dikerjakan dengan kunci tesformatif yang terdapat pada akhir modul.
B. INTI
Pada bagian inti dari penulisan modul ini, terdapat beberapa hal yang
terkaait dengan : (1) capaian pembelajaran, (2) subcapaian pembelajaran, (3)
uraian materi, dan (4) forum diskusi.

1. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Sesuai dengan harapan penulis, dan untuk menyelesaikan salah satu tugas
dadi PPG. Capaian pembelajaran pada Modul Bahasa Indonesia, Kegiatan Belajar
4 “Apresiasi dan Kreasi Sastra Anak” adalah agar pembaca mampu menguasai
materi pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolahan, khususnya materi “Apresiasi
dan Kreasi Sastra Anak”.

2. SUBCAPAIAN PEMBELAJARAN
Mengacu pada capaian pembelajaran yang telah ditetapkan di atas, subcapaian
pembelajaran yang harus diraih setelah membaca dan menelaah materi pada
modul ini adalah :
a. Menjelaskan hakikat sastra anak;
b. Menjelaskan apresiasi reseptif;
c. Menjelaskan apresiasi ekspresif/produktif;
d. Menjelaskan jenis-jenis sastra anak (puisi,prosa, dan drama) di sekolah
dasar;
e. Menjelaskan unsur instrinsik puisi, prosa, dan drama;

3. URAIAN MATERI
Mengacu dari subcapaaiaan pembelajaran diatas, secara berurutan pada modul
ini akan diuraikan materi yang berkenaaan dengan : a). hakikat sastra anak; b).
apresiasi reseptif; c). apresiasi ekspresif/produktif; d). jenis sastra (puisi,prosa, dan
drama); dan e). unsur intrinsik puisi, prosa, dan drama.
a. Hakikat Sastra Anak
Kata sastra anak terdiri dari dua patah kata yang dirangkai menjadi satu kata
sebut, yaitu dari kata sastra dan kata anak. Menurut Rene Wellek (1989), “Kata
sastra berarti karya seni imajinatif dengan unsur estetisnya dominan yang
bermediumkan bahasa”. Karya seni imajinatif yang bermedium bahasa itu dapat
dalam bentuk tertulis ataupun dalam bentuk lisan. Sementara itu, kita anak disini
diartikan sebagai “manusia yang masih kecil” (KBBI, 1998: 31) atau “bocah”
(KBBI, 1998: 123). Jadi, istilah sastra anak dapat diartikan sebagai sebuah karya
seni yang imajinatif dengan unsur estetisnya dominan yang bermediumkakan
bahasa, baik lisan ataupun tertulis, yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-
anak dan berisi tentang dunia dan akrab dengan anak-anak. Berbeda dengan Riris
K. Toha-Sarumpaet (1976: 21) yang mengemukakan bahwa sastra anak adalah
karya sastra yang dikonsumsi anak dan diurus serta dikerjakan oleh orang tua.
Dari sana dapat ditarik kesimpulan, bahwa sastra anak meliputi semua
jenis penulisan kreatif dan imajinatif yang khusus untuk dibaca dan menghibur
anak-anak. Dengan demikian sastra anak menawarkan kesenangan dan
pemahaman bagi anak-anak. Sastra anak erat kaitannya dengan dunia anak-anak
dan bahasa yang digunakannya pun sesuai dengan perkembangan intelektual dan
emosional anak. Sastra anak-anak adalah bentuk dari kreasi imajinatif dengan
paparan bahasa tertentu yang menggambarkan dunia rekaan, yang memuat
pemahaman dan pengalaman tertentu, dan mengandung nilai estetika tertentu
yang dapat dibuat oleh orang dewasa ataupun anak-anak. Jadi, sastra anak-anak
boleh dari hasil karya orang dewasa, tetapi memiliki isi cerita yang mencerminkan
perasaan anak-anak, pengalaman anak-anak serta dapat dipahami dan dinikmati
oleh anak-anak sesuai dengan pengetahuan anak-anak.
Penjelasan dari Norton (Hartati, 2017), “bahwa sastra anak-anak adalah
sastra yang mencerminkan perasaan dan pengalaman anak-anak melalui
pSaudarangan anak-anak. Huck (1987) menjelaskan, “bahwa siapapun yang
menulis sastra anak-anak tidak perlu dipermasalahkan asalkan dalam
penggambarannya ditekankan pada kehidupan anak yang memiliki nilai
kebermaknaan bagi mereka”. Akan tetapi pada kenyataannya nilai kebermaknaan
yang ditujukan untuk anak-anak itu terkaadang dilihaat dan diukur dari perspektif
orang-orang dewasa.
b. Apresiasi Sastra Reseptif
Apresiasi sastra anak secara reseptif merupakan serangkaian kegiatan
mengapresiasi dengan teori resepsi pada sebuah karya sastra. Pada tahap apresiasi
reseptif, pembaca karya sastra baru masuk pada tahap menyerap, menggali isi
yang dituangkan pada karya sastra yang dibacanyaa tersebut. Penguatan dari
Muhammad (2017), “bahwa apresiasi sastra anak secara reseptif adalah
penghargaan, penilaian dan penghayatan terhadap karya sastra anak-anak, baik
yang berbentuk puisi, prosa, maupun drama yang dapat dilakukan dengan cara
membaca, mendengarkan, dan menyaksikan pementasan drama”. Bersumber dari
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa apresiasi sastra anak secara reseptif
pada hakikatnya merupakan kegiatan bersastra yang dilakukan oleh seorang
pembaca (peserta didik) dengan cara menghargai, menikmati, menilai dan
menekuni terhadap karya sastra yang dibacanya, baik karya sastra anak itu
berbentuk puisi, prosa maupun drama.
Menurut Suyatno (2004) apresiasi sastra reseptif harus menggunakan metode
reseptif . Metode reseptif mengarah ke proses pernerimaan isi bacaan baik yang
tersurat, tersirat, maupun yang tersorot. Dengan menggunakan metode reseptif,
pembaca dilarang bersuara, berkomat-kamit, dan bergerak-gerak dalam membaca
dan menyimak. Metode reseptif membutuhkan konsentrasi tinggi dalam menerima
makna bacaan dan ujaran. Oleh karena itu, dalam penyiapan bacaan, aspek
kondisi siswa jangan sampai dilupakan. Begitu pula, aspek pemilihan bacaan.
1. Pendekatan Emotif
Pendekatan emotif merupakan pendekatan yang mengarahkan pembaca
untuk mampu menemukan dan menikmati nilai keindahan (estetis) dalam suatu
karya sastra tertentu, baik dari segi bentuk maupun dari segi isi. Aminuddin
(2004:42) mengemukakan, bahwa : “Pendekatan emotif adalah suatu pendekatan
yang berusaha menemukan unsur-unsur yang mengajuk emosi atau perasaan
pembaca. Ajukan emosi itu berhubungan dengan keindahan penyajian bentuk
maupun ajukan emosi yang berhubungan dengan isi atau gagasan yang lucu atau
menarik”
Cermatilah penggalan puisi yang berjudul Sajak sebatang Lison, karya W.S.
Rendra berikut ini :
…………………………..
Delapan juta kanak-kanak
menghadapi suatu jalan
panjang. tanpa pilihan
tanpa pepohonan.
tanpa dangau persinggahan
tanpa ada bayangan
ujungnya.
.............................................
Penggalan puisi ciptaan W.S. Rendra di atas memiliki keindahan irama (nada,
tempo, tekanan), keindahan diksi, gaya bahasa repetisi, dan keindahan
pengungkapan rasa kasihan atau iba-pilu karena melihat penderitaan 8 juta anak-
anak Indonesia yang tak diketahui kapan berakhir. Contoh puisi diatas merupakan
penerapan pendekatan emotif dalam mengapresiasi sastra anak secara reseptif.
2. Pendekatan Diktatis
Pada pendekatan didaktis ini, dimaksudkan mengantar pembaca untuk
memperoleh berbagai amanat, petuah, nasihat atau pandangan keagamaan dengan
syarat nilai-nilai yang dapat memperkaya kehidupan rohaniah pembaca.
“Pendekatan didaktis adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukaan dan
memahami gagasan, tanggapan, evaluatif maupun sikap pengarang terhadap
kehidupan. Gagasan, tanggapan maupun sikap itu dalam hal ini akan mampu
terwujud dalam suatu pandangan etis, filosofis, maupun agamis sehingga akan
mampu memperkaya kehidupan rohaniah pembaca”. Pernyataan tersebut
diukemukakan oleh Aminuddin (2004:47).
Perhatikan penggalan puisi dibawah ini, Sebagai contoh penerapan pendekatan
didaktis dalam mengapresiasi sastra anak-anak.
.......................................
Pada hari Sabtu sore
Sesudah shalat bersama ayah, ibu,
nenek Saya dan kawan-kawanku
Pergi main layang-
layang Di tanah lapang
Ada beberapa nasihat yang dapat kita peroleh setelah membaca penggalan
puisi diatas, diantaranya : (1) sebagai anak sekolah hendaknya bermain-main pada
pada Sabtu sore bukan Rabu sore, supaya semua PR dapat terselesaikan dengan
baik, (2) hendaknya pergi bermain sesudah salat ashar, (3) kalau shalat
diupayakan berjamaah dengan seisi rumah, (4) kalau pergi bermain jangan sendiri
tetapi bersama kawan-kawan agar lebih asyik dan jika mengalami kecelakaan ada
yang menolong, (5) biasakan hidup kebersamaan jangan biasakan hidup jalan
sendiri (egois), (6) sebagai anak-anak perlu bermain jangan hanya belajar supaya
perkembangan jiwanya normal, dan (7) jika bermain layangan kiranya di tanah
lapang, bukan di jalan raya, berbahaya.
Ada beberapa nasehat yang bisa kita dapatkan setelah membaca dengan teliti
bagian puisi di atas, antara lain: (1) sebagai anak sekolah, mereka harus bermain
pada Sabtu sore, bukan Rabu sore, supaya semua PR dapat terselesaikan dengan
baik, ( 2) mereka harus pergi bermain setelah shalat Ashar, (3) jika shalat
diusahakan untuk berkumpul dengan seluruh rumah, (4) jika Anda pergi bermain
jangan dipisahkan dari orang lain kecuali dengan teman untuk membuatnya lebih
menyenangkan dan jika anda mengalami kecelakaan ada yang membantu, (5)
menjadi terbiasa untuk hidup bersama, jangan terbiasa hidup dengan cara diri
sendiri (egois), (6) sebagai anak-anak yang mereka butuhkan. bermain, bukan
sekadar menyadari bahwa perkembangan psikologis mereka adalah tipikal, dan
(7) jika mereka bermain layang-layang di lapangan, bukan di jalan raya ,
berbahaya.

3. Pendekatan Analitis
Menurut Aminuddin (2004:44). “Pendekatan analitis merupakan pendekatan
yang berupaya membantu pembaca memahami gagasan, cara pengarang
menampilkan gagasan, sikap pengarang, unsur instrinsik dan hubungan antara
elemen itu sehingga dapat membentuk keselarasan dan kesatuan dalam rangka
terbentuknya totalitas bentuk dan maknanya”. Namun demikian, penerapan
pendekatan analitis dalam pembelajaran sastra di SD tidaklah harus selengkap
seperti yang dipaparkan Aminuddin. Intinya pembaca atau peserta didik mampu
mengungkapkan unsur-unsur yang membangun karya sastra yang dibaca, dapat
menujukkan hubungan antarunsur yang saling mendukung atau saling
bertentangan, serta mampu memaparkan amanat yang dapat memperkaya
pengalaman rokhaniah.
Perhatikan cerita di bawah ini.
KESABARAN PUN ADA BATASNYA
Anak anak kelas enam SD Utama Karya sempat terheran-heran
melihat sikap Dedet sejak hari pertama masuk, ia sudah dikerjain oleh
Danang yang terkenal berandalnya. Pertama tas Dedet disembunyikan
Bondan dan Agil, komplotan Si Danang, tapi Dedet tak marah. Kemarin
pun ketika bajunya dikotori oleh Danang, ia malahan tersenyum. Ah
cuma noda lumpur, masih bisa dibersihkan!” Demikian katanya kepada
teman mereka saat itu.
Tanpaknya kesabaran Dedet justeru membuat penasaran dan panas
hati Danang serta komplotannya .Sebaliknya, teman-teman yang lain
semakin simpati pada Dedet karena dia juga suka membantu temannya.
Oleh karena itu, mereka menasihati Dedet agar hati-hati menghadapi
Danang serta komplotannya yang tidak bosan mengganggu teman-
temannya, maka ketika melihat Dedet menjadi penghuni baru kelas 6,
sasarannya beralih kepadanya.
“Wah, sialan. Ini pasti ulah si anak baru itu1” Kata Danang suatu ha
ri setelah menghadap Bu Dita untuk mempertanggung-jawabkan
perbuatannya atas perlakuannya terhadap Dedet.
“Benar, dia pasti telah meng-adukannya kepada Bu Dita!” sambung
Bondan.
“Anak itu harus diberi pelajaran, biar dia tahu sia kita,”kata Agil
menambah.
“Teng...teng...!” lonceng tanda pulang telah berbunyi, anak-anak pun
bersorak kegirangan. Mereka segera berhamburan dari kelas masing-
masing setelah memberi penghormatan kepada guru. Danang dan
komplotannya pun tak ketinggalan, mereka segera melesat meninggalkan
temannya. Kelihatannya ada suatu yang akan dilakukan oleh mereka.
Di tengah jalan, Dedet yang diwarnai canda ria bersama temannya
saat itu mendadak berhenti. Tiba-tiba Danang dan komplotannya sudah
ada di depan Dedet.
“Hei pengecut!” Kau mengadu kepada Bu Dita, ya?” kata Agil
sambil menarik kerah baju Dedet de-ngan keras.
“Dasar banci! Berani-berani-nya kamu mengadukan kami ke Bu
Dita, ha!” Danang menimpali.
”Mengadu apa? Aku tak katakan apa-apa pada Bu Dita, sungguh!”
kata Dedet meyakinkan Danang dan komplotannya. Dan memang Dedet
tak mengadukan apa pun ke Bu Dita. Mungkin temannya yang telah
mengadukannya. Mungkin saja temannya tak tega melihat Dedet terus
dipermainkan oleh Danang dan komplotannya.
“Alasan!” Baru kali ini ada orang yang berani kepada kami. Ayo
teman segera kita beresin!” kata Agil sambil menendang tubuh Dedet.
Dedet terhunyung-hunyung ke belakang. Baru saja akan berdiri tegak
Dedet menerima lagi sebuah tendang dari Danang yang bersarang di
perutnya. Dedet menjadi limbung lalu tersungkur jatuh.
“Anak-anak yang melihat kejadian itu hanya terpaku bagai patung.
Mereka tidak berani melerai, karena takut ancaman dari Danang dan
komplot-annya. Sementara itu, Dedet yang tadi tersungkur kini sudah
berdiri tegap.
“Kesabaran seseorang ada batasnya! Kalian ini memang perlu di beri
pelajaran!” Dedet berkata demikian sambil bersikap kuda-kuda.
“Hei kawan! Lihat dia mau berlagak!” Seru Bondan.
“Udah sana pulang, cuci kaki dan tidur!” Agil menambahi.
“Mungkin ia ingin pil pengantar tidur! Nih pil tidurnya!” Bondang
yang sedari tadi tadi belum berperan, kini berusaha melayangkan tinjunya
ke tubuh Dedet. Pukulan Bondang yang keras itu dengan mudah dapat
dielakkan oleh Dedet. Sambil mengelak, Dedet sempat juga mengirimkan
tendang taekwondonya ke tubuh Bondang. Rupanya tendangn Dedet
cukup keras, sampai-sampai Bondang sempoyongan dan menabrak tubuh
Agil. Kedua anak tersebut terjatuh bersama-sama.
Melihat temannya jatuh, Danang segera menyerang Dedet. Nasib
Danang pun sama dengan Bondan dan Agil. Dia terpaksa mencium tanah
yang kotor. Beberapa saat kemudian tiga anak tersebut bangun. Mereka
kemudian menyerang secara bersama-sama. Dedet terpaksa bekerja keras
untuk meladeni Danang dan komplotannya itu. Tak sissialah ia berlatih
selama dua tahun selama ini.
Danang dan kawan-kawannya kini benar-benar kena batunya.
Walaupun mereka bertiga, toh mereka kewalahan juga menghadapi
kelincahan Dedet yang hanya seorang diri. Semua pukulan yang mereka
lancarkan dengan mudah dapat ditangkis oleh Dedet. Sebaliknya, pukulan
Dedet membuat ketiga anak tersebut jatuh bangun. Dan kini mereka tak
berkutik lagi. Mereka hanya bisa mengerang kesakitan dengan badan
terkapar di tanah.
Melihat lawannya tak berkutik lagi Dedet pun menghentikan
serangannya. Setelah beberapa saat menghadapi ketiga anak yang
terkapar itu, memandangi ketiga anak yang terkapar itu, Dedet lalu
berjalan menghampiri mereka. Bukannya untuk memukul lagi, tetapi
Dedet malah membimbing mereka satu satu untuk bangun.
“Maaf teman-teman, aku terpaksa melakukan ini. Sebelumnya aku
tak mau melukai kalian!” kata Dedet sambil mengulurkan tangannya
untuk berjabat tangan dengan ketiga-nya setelah semuanya berdiri.
“Kami Det, yang seharusnya meminta maaf kepadamu” selama ini
kami telah mengganggumu!” kata Danang dengan menundukkan
kepalanya.
“Det, mungkin hari akhir dari keberandalan kami, kini kami benar-
benar sadar,” kata Bondang sambil menundukkan kepalanya.
“Det, kamu mau kan memaafkan kami?” Agil berkata sambil
menjabat tangan Dedet.
“Tentu! Syukurlah kalian mau mengubah sikap! Eh. sudah siang
nih! Perutku sudah keroncongan.” Yo kita pulang bersama-sama.”

Setelah membaca cerita “Kesabaran Ada Batasnya “ dapat dianalisis unsurnya


sebai berikut.
Judul Bacaan : KESABARAN PUN ADA BATASNYA
1) Tema cerita :Perlu sikap berani dan sabar dalam menyadarkan orang yang
nakal.
2) Latar cerita : Cerita ini berlangsung di Sekolah Dasar yang berada di
pinggiran kota. Seko-lah tersebut berada pada lingkungan masyarakat yang
masih jauh dari kehidupan kota yang modern.
3) Plot cerita. Plot cerita ini bersifat maju dan tungal dengan rangkaian
peristiwa sebagai berikut:
a. Pengenalan masalah: Dedet sebagai murid baru SD kelas VI sejak
hari pertama dan kedua diganggu oleh Komplotan Bondang dkk.
dengan menyembunyikan tasnya dan melempari lumpur bajunya.
Namun Dedet tetap sabar atau tidak marah
b. Permasalahan: Bondan dkk dihukum oleh Bu Dita karena itu
beserta komplotannya karena itu Dedet dituduh oleh Bondang dkk
mengadu kepada Bu Dita.
c. Klimaks: Dedet melawan Bondan, Agil, dan Danang. Mereka
dihajar oleh Dedet de-ngan tendangan taekwondo dan tinjunya
hingga mereka tidak berkutik.
d. Penyelesaian masalah: Dedet memaafkan kesalahan Bondang dkk.
setelah mereka meminta maaf dan akhirnya mereka dapat
bersahabat dengan baik. Dilihat dari segi bentuk alurnya, cerita di
atas menggunakan alur maju karena peristiwa demi peristiwa
beranjak terus-menerus ke depanSedangkan dilihat dari segi sifat
alurnya, cerita menggunakan alur rapat karena seluruh peristiwa
yang ditampilkan pelaku berpusat pada satu alur.
4) Penokohan
a. Pelaku utama ( protogonis) dan sifatnya. Dedet dan sifatnya:
penyabar, pemaaf, pengasih, senang berteman, suka menolong,
pemberani, tidak sombong.
b. Pelaku antagonis dan sifat-sifatnya. Bondang, Agil, dan Danang.
Ketiganya senang mengganggu teman seke-lasnya, pemarah, dan
nakal.
c. Pelaku tambahan. Bu Dita, guru yang penuh perhatian kepada
seluruh siswanya.
d. Pelaku dinamis adalah Bondan bondan dan kawan-kawan karena
mengalami perubahan dari sifat, dari yang kurang baik menjadi
baik.
5) Gaya Penyampaian Gaya pengarang dalam menyajikan cerita
menggunakan gaya yang berimbang atau moderat. Pengarang tidak hanya
menggambarkan sesuatu secara keras melalui toko Bondan dan kawan
kawan, tetapi juga menggambrkna sesuatu yang dengan penuh lemah
lembut melalu tokoh Dedet.

c. Apresiasi Sastra Ekspresif/Produktif


Apresiasi sastra ekspresif/produktif merupakan kegiatan mengapresiasikan
sebuah karya sastra yang menekankan pada proses kreatif dan penciptaan.
Pendekatan parafrastis perlu dipahami dan dialami oleh siswa karena para
pengarang sering menggunakan kata yang konotatif, kias, elipsis atau
menghilangkan sebagian unsur, dan kurang menaati tatabahasa karena adanya hak
licentia poetica pengarang. Aminuddin (2004) mengemukakan bahwa pendekatan
parafrastis pada dasarnya beranjak dari prinsip bahwa (a) pengubahan bentuk
karya sastra tententu ke dalam bentuk sastra yang lain (puisi ke prosa atau
sebaliknya) akan semakin meningkatkan keluasan dan ketajaman pemahaman
pembaca yang bersangkutan (b) gagasan tertentu dapat dikemukakan dalam
bentuk yang berbeda, misalnya puisi ke prosa, (c) simbol yang konotatif
(mengandung ketaksaan makna atau abstrak) dapat diganti dengan kata yang lebih
konkret dan mudah dipahami, (d) pengungkapan yang eliptis dapat ditambah
sehingga semakin lengkap dan mudah dimengerti.
Dalam kegiatan bersastra secara ekspresif/produktif, metode yang sesuai
untuk digunakan dalam mengapresiasi sastra adalah metode produktif. Metode ini
diarahkan pada aktivitas berbicara dan menulis. Siswa harus banyak berbicara
atau menulis untuk menuangkan gagasan- gagasannya.

d. Jenis-jenis Sastra Anak di SD


Sastra anak-anak sebagai sumber pembelajaran bahasa di sekolahdasar terdiri
atas berbagai jenis, yaitu: buku bergambar, fiksi realistik, fiksi sejarah, fantasi,
fiksi ilmiah, sastra tradisional, puisi, biografi, dan otobiografi. Menurut Huck
(1987); Rothelin (1991), Semua jenis-jenis sastra tersebut dapat dijadikan bahan
pembelajaran apresiasi, asal disesuaikan dengan kondisi dan tingkat
perkembangan anak- anak. Berdasarkan tingkatan perkembangan anak, cerita
dibedakan menjadi :
1. Tingkatan Prasekolah-Kelas I SD cerita yang digemari adalah cerita-cerita
lugas, singkat yang akrab dengan dunia mereka: fabel, anak-anak, rumah,
manusia, mainan, humor, sajak-sajak dongengan, sajak-sajak merdu dengan
rima-rima yang indah
2. Tingkatan Usia 6-10 Tahun. Kelas I - IV SD: cerita binatang,
cerita anak di negerilain, hikayat lama dan baru.
3. Tingkatan Usia 11-14 Tahun. Kelas V - VI SD: membutuhkan cerita nyata,
cerita tentang kehidupan orang dewasa, cerita pahlawan, dan cerita-cerita
yang mengajarkan tentang cita-cita pribadi, petualangan, kepahlawanan,
biografi, otobiografi, mite, legenda.
1. Buku Bergambar
Gambar sangat berperan penting bagi anak-anak kelas awal SD sebelum
dapat membaca kata tertulis. Anak-anak TK dan SD awal dapat dibantu oleh
buku bergambar untuk mengenalkan tulisan yang dapat dibaca. Oleh karena itu,
secara umum buku untuk anak-anak diperkaya oleh gambar, baik gambar sebagai
alat penceritaan maupun gambar sebagai alat ilustrasi.
Menurut Huck dkk dalam Nugiyantoro (2005:153 ) “buku bergambar (picture
books) menunjuk pada pengertian buku yang menyampaikan pesan lewat dua
cara, yaitu lewat ilustrasi dan tulisan”. Menurut Mitchell dalam Nugiyantoro
(2005:153) yang lebih suka memilih istilah “picture storybooks -yaitu bahwa buku
cerita bergambar adalah buku yang menampilkan gambar dan teks dan keduanya
saling menjalin”. Dan Menurut Nugiyantoro (2005:152), “buku bacaan cerita
yang menampilkan teks narasi secara verbal dan disertai gambar-gambar ilustrasi
itu disebut sebagai buku bergambar atau buku cerita bergambar”. Berdasarkan
beberapa definisi dan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa buku bergambar
adalah buku yang menampilkan atau memuat teks narasi dan ilustrasi yang saling
terkait serta saling melengkapi untuk menyampaikan pesan agar lebih jelas dan
mudah untuk diterima oleh pembaca.
Buku bergambar dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Menurut Rothelin
dan Meinbach (1991) membagi tipe buku bergambar ini menjadi lima, yakni: 1.
buku abjad, 2. buku berhitung, 3. buku konsep, 4. buku bermain, dan 5. buku
cerita bergambar. Buku abjad, buku berhitung, buku konsep, dan buku bermain
biasanya berisi informasi. Fungsi dari keempat buku ini adalah untuk memberikan
pesan khusus. Setiap gambar yang disajikan untuk suatu objek atau ide tertentu
akan memberikan ilustrasi terhadap objek atau ide itu. Contohnya adalah gambar
cangkir untuk menunjukan huruf /c/, gambar kura-kuraa untuk menunjukkan
huruf /k/. Gambar tujuh ekor unta untuk menunjukkan angka 7. Buku cerita
bergambar adalah buku bergambar tetapi dalam bentuk cerita, bukan buku
informasi. Dengan demikian buku cerita bergambar sesuai dengan ciri-ciri buku
cerita, yaitu mempunyai unsur-unsur cerita (tokoh, plot, alur).
2. Fiksi Realistik (Realistic Fiction)
Menurut Huck (1987), Fiksi realistik adalah tulisan imajinatif yang merefleksi
kehidupan secara akurat pada masa lampau atau sekarang. Fiksi realistik
kontemporer, dimaksudkan cenderung berkisar tentang kehidupan nyata yang
terjadi pada masa sekarang. Fiksi realistik ini umumnya mengisahkan kehidupan
sekitar anak, mengisahkan tentang keluarga, teman, dan kehidupan dalam
masyarakat. Fiksi realistik itu sering disebut dengan fiksi romantik, maksudnya
yang di dalam romantik disajikan kehidupan yang lebih indah, lebih berani
mengambil resiko, dan dari kehidupan yang nyata.
Berikut ini contoh teks fiksi realistik.
Terompet Tahun Baru
Pada tahun baru yang lalu aku bersama Ayah,
Ibu, dan Kakak merayakan Tahun Baru di Alun-alun
kota. Di sana aku membeli terompet yang berbentuk ular
naga. Sebenarnya aku ingin membeli terompet yang ada
lampunya, tetapi tidak jadi karena mahal harganya.
Tapi dengan terompet ular naga aku sudah sangat
senang. Aku selalu meniup terompet itu keras-keras
sambil berlari-lari di antara banyak orang. Aku sangat
senang. Sudah tidak tahan ingin melihat pesta tahun baru.
Akhirnya jam dua belas malam tiba, pesta tahun
baru dimulai. Aku meniup terompet keras-keras
menyahut suara terompet lain. Aku senang melihat pesta
kembang api. Aku berlari-lari sambil meniup terompet.
Aku sangat senang sekali.
Aku pulang pada pukul tiga malam. Karena lapar
aku membeli roti bakar di pinggir jalan. Aku pun pulang
ke rumah bersama Ayah, Ibu, dan Kakak. Pagi harinya
aku ceritakan pengalaman merayakan tahun baru dengan
terompet pada teman-temanku.

3. Fiksi Sejarah
Fiksi sejarah adalah cerita realistik yang disSaudararkan pada masa yang
lalu/latar waktunya masa lalu. Menurut Stewig (1980) ada beberapa hal yang
harus dipertimbangkan dalam cerita fiksi sejarah, yaitu : 1) cerita sejarah harus
menarik dan memenuhi tuntutan keseimbangan antara fakta dan fiksi, 2) harus
secara akurat merefleksi semangat atau jiwa dan nilai yang terjadi pada waktu itu,
3) penulis harus berpijak pada tempat sejarah (histografi), 4) keotentikan bahasa
harus diperhatikan, dan 5) harus mendramatisasi fakta-fakta sejarah.
Teks cerita sejarah memiliki beberapa ciri – ciri, antara lain :
1. Menceritakan kisah nyata yang terjadi di masa lampau
2. Kisah dalah teks cerita sejarah ditulis secara kronologis berdasarkan urutan
waktu kejadian
3. Menggunakan gaya bahasa naratif
4. Kalimat kalimat yang digunakan sering dihubungkan menggunakan konjungsi
temporal
5. Memiliki struktur teks berupa orientasi, urutan peristiwa, dan reorientasi
Berikut ini adalah contoh cerita fiksi sejarah, yang ditunjukkan untuk anak
sekolah dasar, pada tingkatan kelas atas.
SANGKURIANG
Pada jaman dahulu kala, terdengarlah kisah dari salah
satu putri di jawa barat bernama Dayang Sumbi yang
mempunyai anak bernama sangkuriang. Pada suatu hari
sangkuriang pergi berburu di temani oleh seekor anjing
bernama Tumang,tetapi Sangkuriang tidak tahu bahwa anjing
itu adalah titisan dewa dan juga sekaligus Bapaknya.

Peda saat berburu Sangkuriang bertemu dangan seekor


rusa, Sangkuriang teringat bahwa Ibunya sangat senang hati
rusa. Akhirnya Sangkuriang menyuruh Tumang untuk
mengejar rusa tersebut, namun Tumang kehilangan jejak rusa
tersebut dan Sangkuriang menjadi marah karena Sangkuriang
sangat ingin memberikan hati rusa kepada ibunya maka
Sangkuriang membunuh Tumang untuk mengambil hatinya
dan kepudian pulang.

Sesampainya Sangkuriang di rumah ia memberikan hati


didapatkanya dari berburu kepada Ibunya untuk di masak.
Saat memakanya Dayang Sumbi teringat pada Tumang dan
menanyakannya pada Sangkuriang, Sangkuriang menjawab
dengan wajah ketakutan "Tumang mati" Dayang Sumbi marah
bukan dan memukul kepala Sangkuriang dengan sendok nasi
dan mengusirnya dari rumah.

Setelah kejadian itu Dyang Sumbi sangat menyesalinya,


ia selalu berdoa dan sangat tekun bertapa hinga suatu hari
sang dewata meberikan anugerah kepada Dayang Sumbi yaitu
berupa kecantikan abadi dan tidak pernah tua. Setelah di usir
Ibunya Sangkuriang berkelana keberbagai tempat, akhirnya
Sangkuriang kembali lagi ketempat Dayang Sumbi kemudian
kedua orang tersebut pun bertemu. Sangkuriang akhirnya
jatuh hati kepada Dayang Sumbi, Sangkuriang pun melamar
Dayang Sumbi dan Dayang Sumbi menerimanya. Pada saat
sedang berduan Dayang Sumbi melihat bekas luka di kepala
Sangkuriang dan menanyainya kepada Sangkuriang,
Sangkuriang menjawab " ini bekas luka akibat dipukul dengan
sendok nasi oleh Ibunya " mendengar pernyataan tersebut
Dayang Sumbi kaget dan memberi tahu sangkuriang bahwa
dia adalah Ibunya namun sangkuriang tidak percaya dan tetap
berniat menikahinya.

Dayang Sumbi mengajukan permintaan dia minta di


buatkan perahu layar dalam sehari tidak buloh lebih,
Sangkuriang menyanggupinya dan Sangkuriang membendung
sungai Citarum untuk tempat perahunya dalam pembuatanya
Sangkuriang mendapatkan bantuan dari jin hasil taklukanya
dalam perantauanya, karena bantuan dari jin perahu itupun
hampir selesai Dayang Sumbi memohon kepada Dewa.
Dayang Sumbi membuat ayam jago berkokok lebih awal, dan
akhirnya berhasil jin yang membantu sangkuriang lari
ketakutan dan meninggalkan sangkuriang sendirian. Karena
kesal perahu itu di tendangnya dan terjatuh diatas gunung dan
menyatu dengan gunung dan bernama Gunung Tangupan
Perahu, Sangkuriang akhirnya meninggal karena terjatuh
kedalam sungai Citarum.

4. Fiksi Ilmu (Science Fiction)


Fiksi ilmu merupakan cerita dengan unsur fantasi yang didasarkan pada
hipotesis tentang ramalan yang masuk akal berdasarkan pengetahuan, teori, dan
spekulasi ilmiah. Alur, tema, dan latarnya secara imajinatif didasarkan pada
pengetahuan, teori, dan spekulasi ilmiah. Fiksi ilmu memberi kesempatan anak
untuk menghipotesis mengenai keadaan yang akan datang dengan mengimajinasi
dan memprediksikannya. Fiksi ilmu menantang anak untuk percaya dan
memperkuat apa yang dapat dicapai, sesuatu yang ada pada bayangan atau
pikirannya. Hal ini memungkinkan anak mengevaluasi bagaimana mereka hidup
dengan kehidupannya dan perubahan yang bagaimana yang akan diperbuat.
5. Cerita Fantasi
Cerita fantasi dapat diartikan sebuah karya tulis yang dibangun menggunakan
alur cerita yang normal, namun memiliki sifat imajinatif dan khayalan semata.
Pada cerita fantasi, hal yang bersifat tidak mungkin atau khayal merupakan hal
yang biasa dan bukan hal yang aneh, bahkan sengaja dibuat lebih, jika
dilogikakan, tidak akan pernah terjadi di dunia nyata. Cerita fantasi dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis dan variasi. Setiap jenis ceritanya memiliki ciri-
ciri khusus yang kadang-kadang memiliki unsur kesamaan ataupun persamaan
jika dibandingkan dengan jenis cerita lainnya. Menurut Stewig (1980) ada
beberapa jenis fantasi, yaitu : 1) fantasisederhana untuk anak-anak kelas awal, 2)
dongeng rakyat, 3) cerita binatang dengan kemampuan khusus, 4) ciptaan yang
aneh, 5) ceritamanusia dengan kemampuan tertentu, 6) cerita boneka mainan, 7)
cerita tentang benda-benda gaib, 8) cerita petualangan, 9) cerita tentang
kekuatan jahat/gaib, dan 10) cerita tumbuhan dengan kemampuan tertentu.
Cerita fantasi memiliki cici-ciri sebagai berikut :
1. Ada keajaiban, kemisteriusan, dan keanehan (Cerita fantasi yang
mengungkapkan hal-hal yang supranatural, keghaiban, dan kemisteriusan
yang tidak ditemui dalam dunia nyata)
2. Ide cerita (ide cerita terbuka terhadap daya khayal pengarang/penulis,
tidak dibatasi oleh realitas yang ada atau kehidupan nyata. Ide juga berupa
irisan antara dunia nyata dan dunia khayal yang diciptakan oleh penulis.
Ide ceritanya terkadang bersifat sederhana namun mampu memberi pesan
yang menarik. Tema cerita fantasi adalah supranatural, ghaib, atau
futuristik),
3. Menggunakan berbagai latar (alur dan latar cerita fantasi memiliki khas.
Peristiwa yang dialami oleh tokoh terjadi pada dua latar yaitu latar yang
masih ada dalam kehidupan sehari-hari dan latar yang tidak ada pada
kehidupan sehari-hari. Rangkaian peritiwa cerita fantasi menggunakan
berbagai latar yang bisa menerobos dimensi ruang dan waktu.)
4. Tokoh unik biasanya mempunyai kesaktian (tokoh dalam cerita fantasi
bisa diberi ciri yang unik yang tidak ada dalam kehidupan dunia nyata.
Tokoh yang memiliki kesaktian-kesaktian.
5. Bersifat Fiksi (cerita fantasi ini sifatnya fiktif, maksudnya bukan kejadian
nyata.)
6. Bahasa (penggunaan sinomin pada cerita dengan emosi yang kuat dan
variasi kata yang cukup menonjol. Bahasa yang digunakan sangat
beragam/variatif, ekspresif, dan menggunakan ragam percakapan (bukan
bahasa formal).)
Dibawah ini adalah contoh cerita fantasi yang ditunjukkan untuk anak
sekolah jenjang sekolah dasar.

Keledai dan Penjual Garam


Di suatu desa di tepi pantai yang cukup jauh dengan
perkotaan, hiduplah seorang pedagang garam sebatang kara yang
sangat dermawan. Setiap hari, ia membagikan hasil menjual garam
kepada tetangganya dan sangat mengasihi fakir miskin meskipun
sebenarnya hidupnya tidaklah bergelimang harta. Setiap kali
berhasil menjual garam, ia belikan pakaian dan makanan untuk di
sedekahkan.
Pedagang garam tersebut memiliki seekor keledai yang
digunakan untuk mengangkut garam ke kota terdekat. Ia sangat
menyayangi keledai tersebut sampai makanan dan tempat tinggal
keledai selalu disediakan. Keledai tersebut sudah dianggap
keluarga dan menjadi teman hidup satu-satunya pedagang garam
tersebut. Akan tetapi keledai tersebut tampaknya tidak puas dengan
perlakuan pedagang garam.
Setiap kali hendak pergi menjual garam ke kota, keledai
selalu menggerutu karena harus terbebani dengan karung garam
serta berjalan cukup jauh. “Mengapa kau tidak membeli gerobak
saja wahai tuanku? Bukankah hasil menjual garam sudah cukup
untuk membeli gerobak, tapi uangmu kau selalu berikan kepada
orang lain” kata keledai pada suatu hari kepada tuannya ketika
hendak berangkat.
Pedagang garam tersebut hanya terdiam dan melanjutkan
menaikan beberapa karung garam di kantong kain pada tubuh
keledai. Pedagang garam kemudian menuntun keledai sembari
membawa satu karung garam di pundaknya. Mereka terus berjalan
hingga akhirnya melewati sebuah jembatan yang dialiri air sungai
yang cukup deras dan jernih. Pedagang garam kemudian berhenti
dan beristirahat.
Di tengah peristirahatan tersebut, ternyata si keledai
memiliki ide yang cukup konyol. Bila esok pedagang
membawanya kembali melalui jalan ini, maka ia akan berpura-pura
terjatuh ke dalam sungai dan garam yang akan di bawa akan
semakin ringan karena larut di dalam air. Benar saja, keesokan
harinya ketika mereka berangkat melewati jalan yang sama, keledai
berpura-pura kelelahan dan terjatuh ke sungai.
Karung garam yang dibawa keledai terendam cukup lama
karena pedagang garam meminta tolong kepada orang sekitar
untuk membantu mengangkat keledai. “Maafkan aku tuan, aku
tidak sengaja terjatuh ke dalam sungai karena sepertinya beban
garamnya tidak seimbang”, ungkap keledai dengan alasannya. “
Baiklah kalau begitu aku akan membawa lebih banyak garam agar
kau seimbang”
Akhirnya pedagang membawa dua karung garam agar
keledainya bisa meneruskan perjalanan meski garam yang dibawa
keledai sangat ringan karena sebagian garam sudah larut di dalam
air sungai. Esoknya lagi, keledai melakukan hal yang sama dengan
alasan kakinya tersandung batu, dan alasan lain diberikan setiap
harinya kepada pedagang. Hal ini membuat tuannya curiga dan
ingin memberi balasan.
Suatu hari, dinaikkan lah kapas pada punggung keledai.
Petani tidak memberitahukan bahwa yang dibawa bukanlah garam
melainkan kapas. Hal ini untuk memberikan pelajaran kepada
keledai yang suka mengeluh padahal sudah sangat dikasihi. Setiba
di jembatan, keledai tersebut tanpa menunda waktu langsung
menjatuhkan diri ke dalam sungai dan kapas kemudian menyerap
air sungai.
Bukannya semakin ringan, akan tetapi karung yang dibawa
keledai semakin berat hingga keledai kesulitan berjalan. Keledai
tersebut terus melangkahkan kakinya sembari bertanya kepada
tuannya. “Tuanku, mengapa garamnya semakin berat ketika
terkena air, padahal biasanya akan semakin ringan. Aku sungguh
tidak bisa berjalan jika harus membawa beban seberat ini ke kota”.
Petani kemudian menjawab dengan bijaksana “Keledai ku,
sungguh yang kau bawa bukanlah garam melainkan kapas yang
menyerap air. Aku tahu kau hanya berpura-pura terjatuh agar
bebanmu tidak berat akan tetapi perbuatanmu sungguh
merugikan”. Keledai tersebut kemudian sangat malu karena selama
ini ia seperti tidak tahu diri dan tidak tahu terimakasih kepada si
pedagang garam.
(dikutip dari : https://brainly.co.id/tugas/24479354)

6. Biografi
Menurut Sudjiman (1984) Biografi adalah kisah tentang riwayat hidup
seseorang yang ditulis orang lain. Biografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu
perpaduan dari kata bios dan grafien. Kata bios mempunyai arti hidup dan grafien
berarti menulis, sehingga biografi memuat riwayat hidup yang berisi prestasi
istimewa seseorang. Dalam sastra, biografi merupakan salah satu bentuk
prosa baru yang menceritakan tentang pengalaman atau perjalanan hidup
seseorang mulai dari kecil hingga dewasa, bahkan sampai meninggal dunia.
Struktur cerita atau teks biografi diawali dengan orientasi, urutan peristiwa
kehidupan dari tokoh tokoh, dan reorientasi. Dalam orientasi memberi pengenalan
tokoh secara umum, seperti nama, tempat dan tanggal lahir, latar belakang
keluarga dan riwayat pendidikan. Pada bagian urutan peristiwa mencakup urutan
kehidupan tokoh yang akan ditulis. Pada bagian tersebut akan dijelaskan
mengenai suka duka yang dialami tokoh dan bagaimana bisa menjadi seperti
sekarang. Reorientasi merupakan bagian akhir pada cerita atau teks biografi.
Bagian ini berisi mengenai pandangan atau kesimpulan penulis terhadap tokoh
tersebut. Bagian reorientasi sifatnya opsional, maksudnya boleh ada dan boleh
tidak ada
Berikut ini contoh teks biografi dari salah satu presiden yang pernah
memimpin Indonesia.
BIOGRAFI SOEHARTO
Soeharto adalah Presiden kedua Republik Indonesia. Beliau
lahir di Kemusuk, Yogyakarta, tanggal 8 Juni 1921. Bapaknya
bernama Kertosudiro seorang petani yang juga sebagai pembantu
lurah dalam pengairan sawah desa, sedangkan ibunya bernama
Sukirah.
Soeharto masuk sekolah tatkala berusia delapan tahun, tetapi
sering pindah. Semula disekolahkan di Sekolah Desa (SD) Puluhan,
Godean. Lalu pindah ke SD Pedes, lantaran ibunya dan suaminya, Pak
Pramono pindah rumah, ke Kemusuk Kidul. Namun, Pak Kertosudiro
lantas memindahkannya ke Wuryantoro. Soeharto dititipkan di rumah
adik perempuannya yang menikah dengan Prawirowihardjo, seorang
mantri tani.
Sampai akhirnya terpilih menjadi prajurit teladan di Sekolah
Bintara, Gombong, Jawa Tengah pada tahun 1941. Beliau resmi
menjadi anggota TNI pada 5 Oktober 1945. Pada tahun 1947,
Soeharto menikah dengan Siti Hartinah seorang anak pegawai
Mangkunegaran.
Perkawinan Letkol Soeharto dan Siti Hartinah dilangsungkan
tanggal 26 Desember 1947 di Solo. Waktu itu usia Soeharto 26 tahun
dan Hartinah 24 tahun. Mereka dikaruniai enam putra dan putri; Siti
Hardiyanti Hastuti, Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti
Hediati Herijadi, Hutomo Mandala Putra dan Siti Hutami Endang
Adiningsih.
Jenderal Besar H.M. Soeharto telah menapaki perjalanan
panjang di dalam karir militer dan politiknya. Di kemiliteran, Pak
Harto memulainya dari pangkat sersan tentara KNIL, kemudian
komandan PETA, komandan resimen dengan pangkat Mayor dan
komandan batalyon berpangkat Letnan Kolonel.
Pada tahun 1949, dia berhasil memimpin pasukannya merebut
kembali kota Yogyakarta dari tangan penjajah Belanda saat itu. Beliau
juga pernah menjadi Pengawal Panglima Besar Sudirman. Selain itu
juga pernah menjadi Panglima Mandala (pembebasan Irian Barat).
Tanggal 1 Oktober 1965, meletus G-30-S/PKI. Soeharto
mengambil alih pimpinan Angkatan Darat. Selain dikukuhkan sebagai
Pangad, Jenderal Soeharto ditunjuk sebagai Pangkopkamtib oleh
Presiden Soekarno. Bulan Maret 1966, Jenderal Soeharto menerima
Surat Perintah 11 Maret dari Presiden Soekarno. Tugasnya,
mengembalikan keamanan dan ketertiban serta mengamankan ajaran-
ajaran Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno.
Karena situasi politik yang memburuk setelah meletusnya G-
30-S/PKI, Sidang Istimewa MPRS, Maret 1967, menunjuk Pak Harto
sebagai Pejabat Presiden, dikukuhkan selaku Presiden RI Kedua,
Maret 1968. Pak Harto memerintah lebih dari tiga dasa warsa lewat
enam kali Pemilu, sampai ia mengundurkan diri, 21 Mei 1998.
Setelah dirawat selama 24 hari di Rumah Sakit Pusat Pertamina,
Jakarta Selatan, mantan presiden Soeharto akhirnya meninggal dunia
pada Minggu, 27 Januari 2006). Soeharto meninggal pada pukul 13.10
siang dalam usia 87 tahun.
( https://kepustakaan- presiden.perpusnas.go.id/biography/?
box=detail&presiden_id=2&pres iden=suharto )
7. Puisi
Puisi merupakan sebuah cipta sastra yang terdiri atas beberapa
larik. Larik-larik itu memperlihatkan pertalian makna serta membentuk sebuah
bait. Atau lebih. Puisi dinamakan juga sanjak. Puisi merupakan bentuk ragam
sastra yang terikat oleh unsur-unsur tertentu, seperti irama, mantra, rima, baris,
dan bait. Puisi juga dapat dikatakan sebagai ungkapan emosi, imajinasi, ide,
pemikiran, irama, nada, susunan kata, kata-kata kiasan, kesan pancaindra, dan
perasaan.
Puisi merupakan bentuk ragam sastra yang terikat oleh unsur-unsur
tertentu, seperti irama, mantra, rima, baris, dan bait. Puisi juga dapat dikatakan
sebagai ungkapan emosi, imajinasi, ide, pemikiran, irama, nada, susunan kata,
kata-kata kiasan, kesan pancaindra, dan perasaan. Auden (1978: 3) menjelaskan
pendapatnya bahwa puisi itu lebih mengacu pernyataan perasaan yang bercampur-
baur dan puisi merupakan suatu karya yang terbentuk atas susunan kata penuh
makna. Sedangkan yang dikemukakan Herman J. Waluyo (1987), puisi
merupakan bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan
penyair secara imajinatif yang disusun dengan mengonsentrasikan struktur fisik
dan struktur batinnya.
Puisi anak-anak memiliki dua pengertian yaitu (1) puisi yang ditulis oleh
orang dewasa untuk anak-anak dan (2) puisi yang ditulis oleh anak-anak untuk
dikonsumsi mereka sendiri. Pada dasarnya puisi anak dan orang dewasa hanya
sedikit perbedaannya, yaitu dalam segi bahasa, tema dan ungkapan emosi yang
digambarkannya.

Jenis-jenis puisi :
 Mantera merupakan jenis puisi paling lama yang diciptakan dalam
kepercayaan animisme untuk dibacakan dalam acara atau
ritual kebudayaan. Mantera memiliki ciri yaitu menggunakan pemilihan
kata dengan bunyi yang diusahakan berulang, menggunakan kata-kata
yang tidak umum dalam kehidupan sehari-hari, dan menimbulkan efek
bunyi yang bersifat magis.
 Pantun memiliki ciri bersajak a b a b, dengan tiap baris terdiri atas empat
baris, dua baris sampiran dan dua baris isi.
 Talibun terdiri atas sampiran dan isi yang lebih dari empat, serta selalu
genap, seperti enam, delapan, sepuluh, dan dua belas.
 Syair merupakan puisi yang berlarik empat bait dan bersajak a a a a yang
mengisahkan suatu hal.
 Gurindam terdiri atas dua baris, berirama sama a a. Baris pertama
merupakan sebab dan baris kedua merupakan akibat.
Contoh puisi :

Hujan
(Soni Farid Maulana)

Hujan, curahkan berkahmu yang hijau pada lembah hatiku.


Puaskan dahaga akar tumbuhan
Agar jiwaku
Terasa segar membajak kehidupan
Di pinggir jendela kuingat benar tahun lalu
Aku masih kanak bersenda-gurau, bernyanyi riang
Memutar-mutar payung hitam di bawah curahmu
Yang berkilau bagai perak tersentuh bulan
O, hujan, puaskan dahaga jiwaku agar berubah
Agar hidup menyeruak
Bagai tumbuhan
Menjemput cahaya maha cahaya

Perpisahan
(Elha)

Akhirnya peluit pun dibunyikan


Buat penghabisan kali kugenggam jarimu
Lewat celah kaca jendela
Lalu perlahan-lahan jarak antara kita
Mengembang jua
Dan tinggalah rel-rel, peron dan lampu
Yang menggigil di angin senja

Doa
(Amir Hamzah)
Dengan apakah kubandingkan pertemuan kita, kekasihku?
Dengan senja samar sepoi, pada masa purnama meningkat naik
Setelah menghalaukan panas payah terik
Angin malam menghembus lemah, menyejuk badan
Melambung rasa menayang pikir
Membawa angan ke bawah kursimu
Hatiku terang menerima katamu, bagai bintang memasang lilinnya
Kalbuku terbuka menunggu kasihmu, bagai sedap malam menyirak kelopak
Aduh, kekasihku, isi hatiku dengan katamu, penuhi dadamu dengan cahyamu
Biar bersinar mataku sendu, biar berbinar gelakku rayu!

e. Unsur Instrinsik Puisi, Prosa dan Drama


Secara garis besar Unsur intrinsik merupakan unsur-unsur dalam atau
merupakan unsur utama yang membangun utuhnya sebuah karya tulis.
1. Unsur Intrinsik Puisi
Puisi sebagai salah satu karya kreatif yang diwujudkan dalam bentuk
bahasa, mempunyai unsur-unsur yang dapat ditelusuri. Berikut ini unsur yang
tergolong unsur intrinsik puisi adalah:
1) Tema, yaitu ide atau gagasan yang menduduki tempat utama di dalam cerita
2) Rasa, yaitu dapat diartikan emosional seorang penyair dalam menulis puisi.
3) Nada, yaitu dalam puisi seseorang dapat menangkap sikap penyair lewat
intonasi atau nada saat menyampaikan puisi.
4) Amanat, yaitu pesan-pesan yang ingin disampaikan pengarang kepadapembaca,
pendengar, atau penonton.
5) Diksi (Pilihan kata), yaitu hal yang penting untuk keberhasilan menulis puisi
yang dicapai dengan mengintensifkan pilihan kata.
6) Imajeri, yaitu suatu kata atau kelompok kata yang digunakan untuk
mengungkapkankembali kesan-kesan panca indra dalam jiwa kita.
7) Pusat pengisahan atau titik pSaudarang, yaitu cara penyampaian cerita, ide,
gagasan, atau kisahan cerita.
8) Gaya bahasa, yaitu cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas
yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis atau pemakai bahasa.
9) Ritme atau irama, yaitu totalitas tinggi rendahnya suara, panjang pendek, dan
cepat lambatnya suara waktu membaca puisi yang dibentuk oleh pengaturan
larik.
10) Rima atau sajak, yaitu persamaan bunyi yang dapat terjadi di awal, tengah,
dan akhir.
2. Unsur Intrinsik Prosa
Adapun unsur-unsur intrinsik yang ada dalam karya sastra berbentuk
prosa mencakup sebagai berikut:
1) Plot atau alur cerita, yaitu urutan atau rangkaian peristiwa dalam cerita
2) Penokohan,yaitu cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan
karakter tokoh-tokoh dalam cerita.
3) Latar atau setting,yaitu segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang
berkaitan dengan waktu, ruang, suasana dan situasi terjadinya peristiwa dalam
cerita.
4) Tema, yaitu gagasan,ide,atau pikiran utama yang mendasari suatu karya.
5) Pesan atau amanat, yaitu ajaran moral atau pesan yang ingindisampaikan
oleh pengarang melalui karyanya.
6) Sudut pSaudarang, yaitu cara memSaudarang dan menhadirkan tokoh-
tokoh cerita dengan menempatkan dirinya pada posisi tertentu.
7) Konflik, yaitu penyajian tikaian dalam sebuah cerita.

3. Unsur Intrinsik Drama


Unsur intrinsik pada drama dibagi menjadi dua jenis, yakni unsur pertuntukan dan
unsur cerita.
 Unsur pertunjukan
a. Pemain (aktor), yaitu orang yang memeragakan peran di dalam cerita.
b. Pentas, yaitu panggung tempat tempat pertunjukn drama.
c. Sutradara,yaitu pemimpin dalam pementasan drama yang juga
bertanggung jawab dalam kesuksesan pementasan drama dan membuat
perencanaan yang matang.
d. Penonton
 Unsur cerita
a. Perwatakan atau karakter tokoh, yaitu keseluruhan ciri-cirijiwa seseorang
tokoh dalamlakon drama. Karakter ini diciptakan oleh penulis lakon untuk
diwujudkan oleh para pemain drama.
b. Dialog, yaitu ciri khas dari suatu drama yaitu berupa naskah tersebut
berbentuk percakapan atau dialog yang harus memperhatikan ragamlisan
yang komunikatif.
c. Latar, yaitu tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah
drama.
d. Alur, yaitu rangaian peristiwa yang membentuk suatu kesatuan cerita
dalam drama.
Contoh Drama :
Beli Masker

(DUA PEREMPUAN SEDANG BERADA DALAM SATU KAMAR INDEKOS. IRA


SEDANG BERSIAP UNTUK PERGI BELANJA KEBUTUHAN BULANAN,
SEDANGKAN WIDYA MASIH MENGERJAKAN TUGAS KULIAH DARING).

Ira : “Aku mau belanja sayur, kamu kuliah sampai jam berapa?”
Widya : “Hari ini ada tiga mata kuliah, paling baru selesai sore. Kamu gak ada kelas
daring?”
Ira : “Gak ada, tugas doang. Nanti habis ini aku kerjain. Kamu mau nitip-nitip gak?”
Widya : “Nitip masker dong. Yang warna putih. Beli satu pak ya. Bentar, ini uangnya.
Kembaliannya buat beli cimol aja nanti kita makan berdua.”
(IRA MEMBAWA TAS, MEMAKAI JAKET DAN MASKER, LALU KELUAR DARI
PANGGUNG. SEMENTARA WIDYA TETAP DI PANGGUNG. LAMPU MATI.
LAMPU MENYALA, IRA DATANG).
Ira : “Assalammu'alaikum!”
Widya : “Walaikumsalam! Kok cepet?”
Ira : “Ya iya, kan cuma beli sayur di warung gang sebelah.”
Widya : “Lah ke situ doang sampai pakai baju ribet. Pakai jaket, pakai masker.”
Ira : “Widyaaa… ini kan lagi pandemi. Kita harus jaga-jaga dong. Meski cuma
keluar rumah deket-deket aja, kita tetep kudu waspada.”
Widya : “Iya… iyaaa… Mana sini cimolnya aku pengen ngemil.”
Ira : “Sepanjang jalan gak nemu tukang cimol. Pedagang-pedagang kaki lima lainnya
juga gak ada. Yang buka cuma toko kelontong, tukang sayur, sama supermarket.”
Widya : “Yaaah… aku pengen banget cimol. Ke mana sih tukang cimolnya. Gak pengen
duit apa?”
Ira : “Mungkin dia lagi kesusahan. Sejak Covid-19 kan orang-orang diminta
karantina di rumah. Sementara dia kehilangan pelanggan, mencari nafkah
tambahan susah.”
Widya : “Duh iya ya. Kasihan Pak Cimol. Semoga dia dan keluarganya baik-baik aja.
Kita juga karena Covid-19 jadi terpaksa di kosan terus. Gak bisa pulang kampung
karena rawan jadi penyebar virus. Siapa sih yang gak susah karena virus? Gak
ada!”
Ira : “Lah kok jadi ngegas gitu? Haduuuh. Ini maskermu!”
(IRA MELEMPARKAN SEKOTAK MASKER PADA WIDYA. WIDYA
MEMBOLAK-BALIK KOTAK ITU. KEMUDIAN MEMBUKA ISINYA).
Widya : “Ira!!! Ini kan masker bengkoang buat perawatan wajah. Yang aku maksud itu
masker yang buat cegah virus. Yang buat nutupin hidung dan mulut! Yang biasa
dipakai dokter-dokter gitu. Masa nanti aku keluar rumah pakai ini?”
Ira : “Yah gimana dong?”
Widya : “Balikin ke toko bisa gak ya?”
Ira : “Udah kamu buka begitu, ya gak bisa. Lagian kita kan udah punya banyak
masker, Wid.”
Widya : “Itu kan masker kain. Bosen aku sama masker modelnya gitu-gitu aja. Pengen
coba yang sekali pakai. Kalau yang biasa dipakai dokter pasti lebih nyaman
daripada masker yang habis pakai-cuci-pakai-cuci.”
Ira : “Masker medis itu ya buat tenaga medis, atau orang yang sakit. Kita yang di
rumah, cukup pakai masker kain. Selain hemat, kita juga bisa membantu tenaga
medis dengan tidak menghabiskan ketersediaan masker. Bayangin kalau tenaga
medis kekurangan masker, terus ternyata habis dibeli sama orang-orang, pas mau
nangani pasien, malah mati duluan kena korona. Ngeri gak tuh?”
Widya : “Iya juga sih. Tapi masa pemerintah gak ngasih bantuan masker sih ke tenaga
medis?”
Ira : “Ya kali nunggu pemerintah keburu mati duluan satu Indonesia.”
Widya : “Hus! Gak boleh gitu.”
Ira : “Daripada capek debat, mending kita maskeran bareng aja. Lumayan bisa
perawatan selama karantina. Nanti kelar pandemi, kita glowing gitu.”
Widya : “Dasar! Bisa ae lu. Pasti ini sengaja belinya salah.”
(IRA MENJULURKAN LIDAHNYA. MEREKA TERTAWA BERSAMA. LAMPU
PANGGUNG MATI).

4. RANGKUMAN
Sastra anak-anak meliputi semua jenis penulisan kreatif dan imajinatif yang
khusus untuk dibaca dan menghibur anak-anak. Sastra anak berkorelasi dengan
dunia anak-anak dan bahasa yang digunakan sesuai dengan perkembangan
intelektual dan emosional anak yang menempatkan anak-anak sebagai fokusnya.
Sastra anak sebagai sumber pembelajaran bahasa di sekolah dasar terdiri atas
berbagai genre, yaitu: buku bergambar, fiksi realistik, fiksi sejarah, fantasi/fiksi
ilmiah, sastra tradisional, puisi, danbiografi yang difiksikan.
Tujuan pembelajaran sastra anak di sekolah dasar antara lain: memberi
kebahagiaan dan kesenangan, mengembangkan imajinasi, menambah
pengetahuan, mengembangkan berpikir kreatif, mengembangkan karakter,
mengembangkan apresiasi sastra, mengembangkan kesadaran bersastra, dan
menginterpretasi bacaan sastra.
Strategi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran sastra anak di
sekolah dasar adalah sebagai berikut; bercerita, berbicara, bercakap- cakap,
mengungkapkan pengalaman, membacakan puisi, mengarang terikat.
5. TUGAS TERSTRUKTUR
Baca cerita berikut lalu analisis/kemukakan unsur instrinsiknya. Latihan ini
bertujuan untuk mempermantap pemahaman Anda tentang penerapan pendekatan
analitis dalam mengapresiasi sastra.
Kartini Oh Kartini
Mama kaget luar biasa ketika Ocha mengutarakan keinginannya
meng-ikuti Pemilihan Putri Kartini Cilik „97 di Super Market terbesar
di Bandung. Bukan lantaran tajkut tidak menang, tetapi lebih karena
pembawa-an Ocha yang tomboy.
“Kamu hanya bercanda, kan?” tanya Mama masih terkaget-kaget.
“Ya, enggak dong, Ma. Ocha sudah menginginkannya dari tahun
kemarin. Lagi pula Ocha sudah belajar berjalan di atas cat walk pada
Sisil.” Jawabnya.
“Sisil yang mana? Tanya Mama lagi.
“Putri Bu Dewi, yang rumahnya di Blok P. Dia kerap menang
lom-ba putri-putrian sampai jadi bin-tang iklan segala,” Ocha
berusaha meyakinkan.
“Tap kamu. ”Mama meng gantungkan kalimatnya. “Ah, sudah-
lah, lupakan pemilihan itu”” Mama menepis tangan.
“Tapi, ma, meskipun tomboy, Ocha juga ingin sesekali tampil
lemah lembut!” Ocha tetap ngotot.
Mama terdiam beberapa jenak. Ocha yang jago Tae Kwondo,
pmegang ban hitam, sering mengan di kejuaraan karate, dan paling
suka pakai celana dibanding rok, mau ikut pemilihan putri-putrian?
Apa tidak salah dengar?
“Ma biar jago tea kwondo, tapi ocha bisa tampil lemah lembut
kalau mama mengizinkan”, Ucap ocha membaca pikiran Mama. “Kata
Sisil, Ocha sudah punya modal keperca-yaan diri, tinggal belajar
membawakannya sebaik mungkin,” lanjutnya.
Melihat kesungguhan yang ter-pancar dari mata putri semata
wayangnya, akhirnya Mama mengiyakan. Hari itu juga, dia mengajak
Ocha mendaftar ketempat persewaan pakaiaan tradisional yang tidak
jauh dari rumah. Ocha memilih pakaian adat daerah Jawa Tengah.
Ternyata, kertika Ocha mendaftar, Selly, teman sekolahnya yang
selalu tampil cantik dan se-ring mengikuti pemilihan putri-put-rian itu
juga mendaftar. Di sekolah diceritakan pada teman-temannya.
“Orang tomboy ikut pemilihan putri-putrian? Apa tidak salah
dengar?” Sindir Oni, saat Ocha berjalan di depan mereka.
“Kalau pun tidak salah de-ngar, pasti dia sudah tidak waras!” kali
ini suara Teni, sipembuat ulah dan pembual besar.
Karuan membuat telinga Ocha merah. “kamu bilang apa?” tanya
Ocha mendekati mere-ka. Keempat teman Ocha yang memang jago
ngerumpi dan ngomongin orang itu langsung diam.
“Hei, anak-anak manis, kalau ngo-mong jangan sembarangan, ya.
Kena batunya baru tahu rasa!” ujar Ocha memperingatkan, sebelum
masuk ke-las dan membiarkan mereka bungkam.
Hari yang dinanti-nanti akhirnya datang juga. Peserta Pemilihan
Puti Kartini Cilik 97 itu ternyata banyak sekali. Ocha, yang duduk di
kelas IV mnasuk kategori C. antara kelas IV sampai kelas VI SD.
Di daerah bangku tengah, Mama melihat penampilan Ocha
dengan haru campur senang. Sesekali dia mengisap mata yang tiba-
tiba lembab dengan sapu tangan.
Yang dikatakan Ocha memang benar. Dia bisa berjalan di atas
pentas dengan luwes, seperti layaknya putri Solo. Tidak sia-sialah dia
belajar berjalan selama sebulan lebih pada Sisil. “Itu putri Ibu?”
tunjuk seorang penonton yang duduk di samping Mama Ocha. Mama
mengangguk.
“Penampilannya sempurna se-kali. Saya yakin, dia pasti dapat
salah satu juara,” komentar penon-ton tadi.
Mama semakin haru. Dan, keharuan mama berubah jadi tangis
kegembiraan yang teramat sangat, ketika para pemenang diumumkan.
Ocha terpilih sebagai The Best Putri Kartini Cilik „97, sementara Silly
hanya meraih juara harapan.
Selamat, ya” salah seorang penonton memberikan ucapan
selamat pada Mama Ocha.
Ternayata dia seorang wartawan. Dia tanya macam-macam pada
Mama Ocha. Saat sedang asyik nya difoto, dari arah belakang tiba-tiba
ada seorang ibu yang berteriak minta tolong. Dia kecopetan.
Secepat kilat, Ocha meng-angkat kain tinggi-tinggi, lantas tanpa
menghiraukan penampilannya me-nerjang seorang laki-laki bertopi
yang ditunjuk Ibu yang berteriak-teriak tadi.
Laki-laki itu terjengkang dan seketika ditangkap Pak Satpam.
Tapi konde Ocha ikut juga terjeng-kang, lepas dari rambutnya. Orang-
yang sedang belanja dan melihat kejadian itu tertawa cekikikan.
“Aduh, konde kamu, Ocha” jerit Mama terus memungutnya.
Ocha tidak merasa malu atau merasa ditertawakan. Dengan cueknya,
dia meminta mamanya membetulkan konde-nya seperti semula.
Om wartawan geleng kepala. “Ocha-Ocha, kamu memang
Kartini zaman sekarang” gumamnya pelan.

Untuk mengerjakan Latihan, Anda perlu membaa cerita tersebut minimal dua kali
lalu mencermati setiap unsur dan hubungan antar unsur serta sikap setiap pelaku
untuk mengemukakan pesan cerita. Dan jangan lupa menganalisis persoalan inti
yang mendasari rangkaian peristiwa untuk menentukan tema cerita.
6. FORUM DISKUSI
Kerjakan forum diskusi berikut untuk meningkatkan pemahamannya tentang
parafrase puisi.
Parafrasekan puisi berikut ini menjadi prosa!
MENYESAL
(Karya : Ali Hasymi )

Pagiku hilang melayang


Hari mudaku sudah pergi
Sekarang petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi
Aku lalai di hari pagi
Beta lengah di hari pagi
Kini hidup meracuni hati
Miskin ilmu miskin harta
Ah, apa guna kusesalka
Menyesal tua tiada berguna
Hanya menambah luka sukma
Kepada yang muda kuharapkan
Atur barisan di pagi hari
Menuju ke arah padang bakti

Untuk mengerjakan forum diskusi di atas, Anda perlu membaca puisi tersebut
secara berulang-ulang lalu mencermati kata-kata yang konotatif pada setiap
larik/bait, kemudian memahami makna inti atau tema puisi tersebut, terakhir
mencermati alur cerita yang akan dibuat berdasarkan puisi tersebut.
C. PENUTUP
TES FORMATIF
SOAL
1. Manfaat yang diperoleh dari membaca karya sastra adalah ….
e. Memperoleh kenikmatan, pelajaran, dan mendidik nilai-nilai kehidupan
f. Mendapatkan pelajaran
g. Memperoleh kebebasan
h. Memperoleh kenikmatan
i. Menidik nilai-nilai kehidupan
2. Pengertian apresiasi sastra secara umum adalah ...
a. Kegiatan menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh hingga
tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan kepekaan
perasaan yang baik
b. Pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin, dan pemahaman serta
pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan karya sastra
c. Mempelajari teori sastra
d. Penilaian yang baik atau penghargaan terhadap karya sastra
e. Penafsiran kualitas serta pemberian nilai yang wajar berdasarkan
pengamatan, dan pengalaman yang jelas, sadar, serta kritis
3. Pak Deny mampu menjelaskan unsur instrinsik puisi, prosa, dan drama
dengan tepat. Kemampuan tersebut merupakan bagian dari apresiasi sastra
yang berkaitan...
a. Peghargaan yang positif terhadap karya sastra anak
b. Kemampuan pemahaman yang teliti terhadap sastra anak-anak
c. Penguasaaan aspek emotif terhadap karya sastra anak-anak
d. Pemahaman tentang mengapresiasikan karya sastra anak
e. Tumbuhnya pengertan yang baik terhadap karya sastra anak-anak

4. Setelah membaca dua kali prosa itu, Siswa dapat mengungkapkan tema,
alur, penokohan, amanat yang tepat dan jelas prosa tersebut. Aprsiasi
sastra siswa tersebut berkaitan erat dengan ....
a. Kemampuan pemahaman yang teliti terhadap sastra anak-anak.
b. Penguasaaan aspek emotif terhadap karya sastra anak-anak.
c. Tumbuhnya pengertan yang baik terhadap karya sastra anak-anak
d. Peghargaan yang positif terhadap karya sastra anak
e. Kemampuan mengerjakan soal-soal karya sastra anak
5. Minum kopi di saat hujan
Memang nikmat sekali rasanya
Anak baik anak teladan
Jadi kebanggaan keluarga
Puisi diatas berbentuk ….
a. Gurindam
b. Prosa
c. Pantun
d. Puisi lama
e. Syair
6. Tujuan memberikan cerita biografi, tertera di bawah ini, kecuali....
a. Memberikan hiburan atau kesenangan
b. Mengembangkan keinginan dan kebebasan
c. Mengembangkan imajinasi
d. Mengembangkan bahasa
e. Mengembangkan pengetahuan sejarah dan kepahlawanan
7. Tujuan memberikan cerita anak/dongeng, tertera di bawah ini, kecuali….
a. Memberikan hiburan
b. Mengembangkan imajinasi
c. Mengembangkan Bahasa
d. Mengembangkan keinginan dan kebebasan
e. Mengembangkan pengetahuan

8. Tujuan memberikan cerita biografi, tertera di bawah ini, kecuali….


a. Memberikan hiburan atau kesenangan
b. Mengembangkan keinginan dan kebebasan
c. Mengembangkan imajinasi
d. Mengembangkan Bahasa
e. Mengembangkan pengetahuan sejarah dan kepahlawanan
9. Jalan-jalan ke pasar baru
Jangan lupa beli celana
Kalau punya teman baru
Jangan lupa teman lama
Puisi diatas termasuk dalam genre ….
a. Puisi baru
b. Puisi modern
c. Puisi lama
d. Pujangga Baru
e. Puisi kontenporer
10. Pelajaran sastra di SD kelas tinggi, berfokus pada….
a. Teori sastra
b. Sejarah sastra
c. Periodesasi sastra
d. Psikosastra
e. Apresiasi sastra
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF
1. A
2. A
3. B
4. A
5. C
6. B
7. D
8. B
9. C
10. E
DAFTAR PUSTAKA
 Endraswara, S. (2005). Metode dan Teori Pengajaran Sastra. Bandung :
Buana Pustaka.
 Hartati, T. (2017a). Pembinaan Menulis Kreatif dengan Video Streaming
dalam Perkuliahan Apresiasi Sastra Berbasis Multiliterasi bagi Mahasiswa S-
2 Pendidikan Dasar. Bandung: Pascasarjana UPI.
 Hartati, T. (2018b). Apresiasi Sastra Anak. Bandung: Pascasarjana UPI.
 Suyatno. (2004). Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: SIC.
 https://id.wikipedia.org/wiki/Biografi
 http://pengetahuanwawasanz.blogspot.com/2014/08/kumpulan-teks-puisi-
disertai.html
 https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/18/200000369/contoh-teks-drama-
tentang-covid-19?page=all

Anda mungkin juga menyukai