Anda di halaman 1dari 48

9.2.

Pengertiaan Ragam Dan Laras Bahasa


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ragam bahasa diartikan variasi bahasa
menurut pemakaiannya, topic yang dibicarakan hubungan pembicara dan teman bicara,
dan medium pembicaraannya. (2005:920). Pengertian ragam bahasa ini dalam
berkomunikasi perlu memperhatikan aspek sebagai berikut:

(1) situasi yang dihadapi

(2) permasalahan yang hendak disampaikan

(3) latar belakang pendengar atau pembaca yang dituju, dan

(4) medium atau sarana bahasa yang digunakan.

Keempat aspek dalam ragam bahasa tersebut lebih mengutamakan aspek situasi yang
dihadapi dan aspek medium bahasa yang digunakan dibandingkan kedua aspek yang
lain.

Dari sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia adalah salah satu dari banyak ragam
bahasa Melayu. Ragam yang dipakai sebagai dasar bagi bahasa Indonesia adalah bahasa
Melayu Riau. Pada Abad ke-19, bahasa Melayu merupakan bahasa penghubung
antaretnis dan suku-suku di kepulauan nusantara. Selain menjadi bahasa penghubung
antaretnis dan suku-suku, dulu bahasa Melayu juga menjadi bahasa penghubung dalam
kegiatan perdagangan internasional di wilayah nusantara. Trasaksi antarpedagang, baik
yang berasal dari pulau-pulau di wilayah nusantara maupun orang asing, menggunakan
bahasa pengantar bahasa Melayu. Bahasa melayu kala itu adalah lingua franca (bahasa
pengantar dalam pergaulan) antarwarga nusantara dan dengan pendatang dari manca
negara. Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa bahasa Melayu ditetapkan
sebagai dasar bagi bahasa Indonesia.

Alasan lain mengapa bahasa Melayu dipilih menjadi bahasa nasional bagi negara
Indonesia adalah karena hal-hal sebagai berikut. Dibandingkan dengan bahasa daerah
lain, misalnya bahasa Jawa, sesungguhnya jumlah penutur bahasa Melayu tidak lebih
banyak. Dipandang dari jumlah penuturnya, bahasa Jawa jauh lebih besar karena
menjadi bahasa ibu bagi sekitar setengah penduduk Indonesia; sedangkan bahasa
Melayu dipakai tidak lebih dari sepersepuluh jumlah penduduk Indonesia. Bahasa
Melayu ragam Riau merupakan bahasa yang kurang berarti. Bahasa itu diperkirakan
dipakai hanya oleh penduduk kepulauan Riau, Linggau dan penduduk pantai-pantai di
Sumatera. Namun di sinilah letak kearifan para pemimpin kita dahulu. Mereka tidak
memilih bahasa daerah yang besar sebagai dasar bagi bahasa Indonesia karena
dikhawatirkan akan dirasakan sebagai pengistimewaan yang berlebihan.
Alasan kedua, mengapa bahasa Melayu dipilih sebagai dasar bagi bahasa Indonesia
adalah karena bahasa itu sederhana sehingga lebih mudah dipelajari dan dikuasai.
Bahasa Jawa lebih sulit dipelajari dan dikuasai karena kerumitan strukturnya, tidak hanya
secara fonetis dan morfologis tetapi juga secara leksikal. Seperti diketahui, bahasa Jawa
memiliki ribuan morfem leksikal dan stuktur gramatikal yang banyak dan rumit.
Penggunaan bahasa Jawa juga dipengaruhi oleh struktur budaya masyarakat Jawa yang
cukup rumit. Ketidaksederhaan itulah yang menjadi alasan mengapa bukan bahasa Jawa
yang dipilih sebagai dasar bagi bahasa Indonesia. Yang sangat menggembirakan adalah
bahwa orang-orang Jawa pun menerima dengan ikhlas kebedaraan bahasa Melayu
sebagai dasar bagi bahasa Indonesia, meskipun jumlah orang Jawa jauh lebuih banyak
daripada suku- suku lain.

Dalam menjalankan fungsinya sebagai alat ekspresi diri dan alat komunikasi, bahasa
yang digunakan penutur memiliki ragam dan laras yang berbeda-beda, sesuai tujuan
dan bentuk ekspresi dan komunikasi yang melatar- belakanginya.

Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang terbentuk karena pemakaian bahasa.
Pemakaian bahasa itu dibedakan berdasarkan media yang digunakan, topik
pembicaraan, dan sikap pembicaranya. Di pihak lain, laras bahasa adalah kesesuaian
antara bahasa dan fungsi pemakaiannya. Fungsi pemakaian bahasa lebih diutamakan
dalam laras bahasa daripada aspek lain dalam ragam bahasa. Selain itu, konsepsi antara
ragam dan laras bahasa saling terkait dalam perwujudan aspek komunikasi bahasa. Laras
bahasa apa pun akan memanfaatkan ragam bahasa. Misalnya, laras bahasa lisan dan
ragam bahasa tulis.

9.3. Ragam Bahasa Berdasarkan Situasi Pemakaianannya


Berdasarkan situasi pemakaiannya, ragam bahasa terdiri atas tiga bagian, yaitu ragam
bahasa formal, ragam bahasa semiformal, dan ragam bahasa nonformal. Setiap ragam
bahasa dari sudut pandang yang lain dan berbagai jenis laras bahasa diidentifikasikan ke
dalam situasi pemakaiannya. Misalnya, ragam bahsa lisan diidentifikasikan sebagai
ragam bahasa formal, semiformal, atau nonformal. Begitu juga laras bahasa manjemen
diidentifikasikan sebagi ragam bahasa formal, semiformal, atau nonformal. Ragam
bahasa formal memperhatikan kriteria berikut agar bahasanya menjadi resmi.

1. Kemantapan dinamis dalam pemakaian kaidah sehingga tidak kaku tetapi tetap
lebih luwes dan dimungkinkan ada perubahan kosa kata dan istilah dengan benar.

2. Penggunaan fungsi-fungsi gramatikal secara konsisten dan eksplisit.

3. Penggunaan bentukan kata secara lengkap dan tidak disingkat.


4. Penggunaan imbuhan (afiksasi) secara eksplisit dan konsisten

5. Penggunaan ejaan yang baku pada ragam bahasa tulis dan lafal yang baku pada
ragam bahasa lisan.

Berdasarkan kriteria ragam bahasa formal di atas, pembedaan antara ragam formal,
ragam semiformal, dan ragam nonformal diamati dari hal berikut:

1. Pokok masalah yang sedang dibahas,

2. . Hubungan antara pembicara dan pendengar,

3. Medium bahasa yang digunakan lisan atau tulis,

4. Area atau lingkungan pembicaraan terjadi, dan

5. Situasi ketika pembicaraan berlangsung.

Kelima pembedaan ragam baasa di atas, dipertegas lagi pembedaan antara ragam
bahasa formal dan ragam bahasa nonformal yang paling mencolok adalah sebagai
berikut:

1. Penggunaan kata sapaan dankata ganti,misalnya: Saya dan gue/ogut

Anda dan lu/situ/ente

2. Penggunaan imbuhan (afiksasi), awalan (prefix), akhiran (sufiks), gabungan awalan


dan akhiran (simulfiks), dan imbuhan terpisah (konfiks). Misalnya:

Awalan: menyapa – apaan

Mengopi – ngopi

Akhiran: laporan – laporin

Marahi – marahin

Simulfiks: menemukan -------------- nemuin

menyerahkan---- nyerahin

Konfiks: Kesalahan------------ nyalahin

Pembetulan------- betulin

(4) Penggunaan unsure fatik (persuasi) lebih sering muncul dalam ragam bahasa
nonformal, seperti sih, deh, dong,kok,lho, ya kale, gitu ya.
(5) Penghilangan unsure atau fungsi kalimat (S-P-O-Pel-Ket) dalam ragam bahasa
nonformal yang menganggu penyampaian suatu pesan.Misalnya,

Penghilangan subjek: Kepada hadirin harap brdiri.

Penghilangan predkat: Laporan itu untuk pimpinan.

Penghilangan objek : RCTI melaporkan dariMedan

. Penghilangan pelengkap: Mereka berdiskusi dilantai II.

Ragam bahasa formal dan nonformal disebut juga ragam baku dan ragam nonbaku.
Arifin (2008: 18) mengemukakan bahwa pada dasarnya ragam lisan dan tulis terdiri pula
dari ragam baku dan nonbaku. Oleh karena itu, muncul istilah ragam tulis baku, ragam
tulis non baku, ragam lisan baku, dan ragam lisan non baku. Lebih lanjut disampaikan
bahwa Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui sebagian besar warga
masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan kerangka rujukan norma
bahasa. Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh
ciri-ciri menyimpang dari norma ragam baku.

Ciri Ragam Baku dijelaskan Arifin (2008: 18); Rahayu (2009: 21); dan Kosasih (2012: 22)
sebagai berikut:

1) Kemantapan Dinamis

Kemantapan berarti bahasa baku sesuai dengan pola dan sistem bahasa yang baku.

Misalnya: pe(N-) + kontrak = pengontrak bukan pengkontrak

me(N-) + suplai = menyuplai bukan mensuplai

Dinamis berarti tidak kaku dan dapat menerima perubahan yang terpola dan
bersistem Misalnya: penatar >< petatar

penuduh >< tertuduh

Kemantapan dinamis berupa kaidah dan aturan yang tetap. Baku atau standar tidak
dapat berubah setiap saat. Dipihak lain, kemantapan tidak kaku (dinamis) tetapi cukup
luwes sehingga memungkinkan perubahan yang bersistem dan teratur di bidang
kosakata dan peristilahan (Rahayu, 2009: 21).

2) Cendekia
Ragam baku cendekia adalah ragam baku yang dipakai di tempat resmi. Penggunanya
adalah orang yang terpelajar. Biasanya diperoleh dari jalur formal. Ragam cendekia lahir
dari kesadaran berbahasa sehingga kalimat yang dihasilkan jelas dan cendekia (Arifin,
2008: 19) Misalnya (tidak cendekia): Rumah ini mau dijual.

3) Seragam

Pembakuan bahasa adalah proses penyeragaman bahasa. Pembakuan mencari


kesamaan bahasa. Keseragaman didasarkan kesepakatan. Bahasa baku tidak lepas dari
kesepakatan untuk keseragaman (Arifin, 2008: 19).

Misalnya: SIM bukan lisensi

9.4. Ragam bahasa berdasarkan mediumnya


Berdasarkan mediumnya ragam bahasa terdiri atas dua ragam bahasa, lisan dan
tulis. Ragam bahasa lisan adalah bahasa yang dilafalkan langsung oleh penuturnya
kepada pendengar atau teman bicaranya. Ragam bahasa lisan ini ditentukan oleh
intonasi dalam pemahaman maknanya. Misalnya, (a) Kucing/ makan tikus mati.

(b) Kucing makan//tikus mati.

(c) Kucing makan tikus/mati.

(a) bermakna : kucing sedang memakan tikus yang sudah mati.

(b) bermakna: kucing sedang makan, sementara di sisi lain ada tikus yang mati.

(c) Bermakna: kucing makan tikus setelah itu kucing mati.

Ciri Ragam lisan lainnya disebutkan Arifin (2008: 15) bahwa ragam lisan:
1)menghendaki adanya teman berbicara, 2)fungsi gramatika seperti subjek, predikat, dan
objek tidak selalu dinyatakan, 3)dibantu gerak, mimik, pandangan, anggukan, atau
intonasi, dan 4) terikat pada kondisi, situasi, ruang, dan waktu.

Contoh:

(suasana saat di pasar)

“Mang, berapa cabenya?”

“Tiga puluh.”

“Kurangi dong!”
“Dua lima saja, ya.”

Ragam bahasa tulis hakikatnya dapat bersifat formal, semiformal, dan nonformal.
Dalam penulisan makalah seminar dan karya tulis ilmiah, penulis harus menggunakan
ragam bahasa formal sedangkan ragam bahasa semiformal digunakan dalam
perkuliahan daring misal di google classroom dan ragam bahasa nonformal digunakan
keseharian secara informal misalnya saat chatting via WhatsApp. Widjono (2005: 18)
menyebutkan bahwa ragam tulis ditandai dengan kecermatan menggunakan ejaan dan
tanda baca (yang secara tepat dapat melambangkan intonasi), kosakata, penggunaan
tata bahasa dalam pembentukan kata, penyusunan kata, penyusunan kalimat, paragraf,
dan wacana.

Ciri ragam tulis dikemukakan Arifin (2008: 16) sebagai berikut: 1)tidak mengharuskan
ada teman

bicara, 2) fungsi gramatikal harus nyata, 3) dapat dipahami kapan dan dimana saja, 4)
dilengkapi dengan

tanda baca dan huruf kapital, miring, atau tebal.

Contoh ragam tulis:

1. Kendaraan yang ditumpanginya menabrak pohon mahoni. (bentuk kata)

2. Saya sudah memberi tahu mereka tentang hal itu. (kosa kata)

3. Jalan layang itu dibangun untuk mengatasi kemacetan lalu lintas. (struktur kalimat)

Ketiga kalimat di atas sering ditemukan pada ragam lisan dengan pemilihan bentuk
kata, kosakata, dan struktur kalimat yang berbeda. Pada ragam lisan, kalimatnya dapat
menjadi seperti ini:

1. Kendaraan yang ditumpanginya nabrak pohon mahoni. (bentuk kata tidak baku)

2. Saya sudah kasih tahu mereka tentang hal itu. (kosa kata tidak baku)

3. Jalan layang untuk mengatasi kemacetan lalu lintas. (penghilangan unsur predikat)

Untuk melengkapi paparan di atas, Sugono (1999: 14) menyebutkan bahwa bahasa yang
dihasilkan dengan menggunakan alat ucap (organ of speech) -dengan fonem sebagai
unsur dasar- dinamakan ragam bahasa lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan
memanfaatkan tulisan -dengan huruf sebagai unsur dasarnya- dinamakan ragam tulis.
Berikut akan disampaikan kembali perbedaan ciri ragam tulis dan lisan agar Anda lebih
mudah memahaminya.

Tabel
Perbedaan Ciri-ciri Ragam Lisan dan Tulis

Ragam Lisan Ragam Tulis


1. Ada lawan bicara 1. Tidak harus ada lawan bicara
2. Tidak terikat unsur gramatikal 2. Terikat unsur gramatikal
Terikat situasi kondisi, ruang, dan Tidak terikat situasi dan
3. waktu 3. kondisi, ruang dan waktu
Dilengkapi simbol huruf dan
4. Dipengaruhi ekspresi dan intonasi 4. tanda baca

9.5. Laras bahasa


Laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan fungsi pemakaiannya. Laras bahasa
juga dikenal dengan gaya atau style. Pemakaian bahasa kalangan kedokteran tentu
berbeda dengan pemakaian bahasa teknisi bangunan. Bahasa yang digunakan orang-
orang muda berbeda dengan bahasa kalangan lanjut usia. Bahasa militer berbeda
dengan bahasa bangsawan. Begitu pula bahasa para guru atau dosen berbeda dengan
bahasa sekumpulan sopir bis.

Laras bahasa terkait langsung dengan lingkung bidang (home style) pemakainya. Para
ilmuwan menggunakan bahasa ilmiah laras keilmuan yang ditandai dengan pemakaian
kosa kata, istilah kelimuan, dan kalimat-kalimat yang mencerminkan kelompok mereka.
Sementara di kalangan para politikus digunakan bahasa laras politik yang dicirikan
dengan penggunaan kosa kata, istilah, atau kalimat-kalimat bernuansa politik.

Telah disampaikan bahwa laras bahasa terkait dengan bahasa dan penggunaannya.
Dalam ilmu sosiolinguistik, laras bahasa juga disebut register (Hudson, 1980: 48), yaitu
satu istilah teknik untuk menerangkan perlakuan bahasa (linguistik behaviour) seorang
individu dalam berbahasa.

Pembahasan tentang laras bahasa tidak terlepas dari dua konsep, yaitu pengguna
(penutur atau penulis) dan penggunaan. Pengguna adalah orang yang menggunakan
bahasa yang menyebabkan timbulnya dialek. Misalnya, bahasa Melayu dialek Jambi,
bahasa Melayu dialek Padang, bahasa Jawa dialek Banyumas, bahasa Jawa dialek
Surabaya, dan lain-lain. Penggunaaan adalah bagaimana sesuatu bahasa itu digunakan
secara berbeda-beda dalam pelbagai situasi. Penggunaan bahasa yang berbeda-beda ini
melahirkan laras, yaitu perbedaan berdasarkan situasi dan faktor lain yang melahirkan
kata-kata yang berbeda mengikut keadaan. Misalnya, kata-kata yang digunakan untuk
bersendau- gurau berbeda dengan kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan
pesan. Penggunaan bahasa yang berbeda-beda berdasarkan faktor-faktor sosial seperti
keadaan dan tempat disebut laras; sedangkan penggunaan bahasa yang berbeda- beda
mengikut faktor geografi atau daerah disebut sebagai dialek.
Laras bahasa biasanya berubah-ubah mengikut situasi. Ciri-ciri laras yang penting ialah
perbendaharaan kata, susunan kalimat dan frasa yang digunakan. Sesuatu laras tertentu
digunakan untuk keadaan atau situasi tertentu.

Berdasarkan fungsi penggunaannya laras bahasa dapat dipilah menjadi laras biasa atau
laras umum, laras akademik atau laras ilmiah, laras perniagaan, laras perundangan, laras
sastera, laras iklan, dan sebagainya. Hal ini karena terdapat hubungan yang erat antara
susunan bahasa dengan situasi-situasi yang menyebabkan terjadinya laras.

9.6. Daftar Pustaka


Arifin, E. Z. dan Tasai, S.A. (2008). Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta:

Akademika Pressindo.

Kosasih, E. dan Wawan H.. (2012). Bahasa Indonesia Berbasis Kepenulisan Karya Ilmiah
dan Jurnal.

Bandung: Thursina.

Rahayu, M. (2009) Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi Mata Kuliah Pengembangan


Kepribadian.

Jakarta: PT. Grasindo.

Sugono, Dendy. (1999). Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Puspaswara.

Widjono, Hs. (2005). Bahasa Indonesia Mata Kuliah pengembangan Kepribadian di


Perguruan Tinggi.

Jakarta: Grasindo

11.1 Pengantar
Sebelum menulis (teks), anda harus paham terlebih dahulu mengenai apa itu teks dan
jenis-jenisnya. Dengan begitu, seorang penulis dapat menentukan jenis teks yang akan
dibuatnya dan memudahkan yang bersangkutan menyusun kerangkanya sehingga
tujuan ia menulis dapat tercapai. Pada dasarnya, mengarang adalah pekerjaan merangkai
kata, kalimat, dan alinea untuk menjabarkan dan atau menguas topik tertentu guna
memperoleh hasil akhir berupa teks (Finoza, 2008: 228). Teks dapat bersifat nonilmiah,
semiilmiah atau, dan ilmiah. Ketiganya memiliki sejumlah perbedaan seperti terlihat pada
tabel berikut ini.
Sifat Teks Ciri Contoh
Nonilmiah (1) tidak terikat oleh cerita pendek, novel, anekdot,
aturan bahasa yang baku, dan puisi

(2) struktur tidak baku


walaupun tetap sistematis,

(3) nonfaktual atau rekaan,

(4) subjektif,

(5) biasanya berbentuk


narasi, deskripsi, dan
campuran.
Semiilmiah (1) menghindari istilah-istilah berita, opini, dan artikel bebas
teknis dan menggantinya
dengan istilah umum,

(2) struktur tidak baku


(3) walaupun tetap
sistematis,

(4) pengamatan bersifat


faktual,

(5) bersifat campuran objektif


dan subjektif,

(6) biasanya berbentuk


eksposisi, persuasi, deskripsi,
dan campuran.
Ilmiah (1) sumber bersifat faktual, makalah, skripsi, tesis,
disertasi, dan jurnal
(2) bersifat objektif, peneliatian/jurnal ilmiah

(3) menggunakan kaidah


bahasa yang baku,

(4) terikat oleh aturan yang


lazim digunakan dalam ranah
penulisan ilmiah bidangbidang
ilmu,

(5) struktur bersifat baku,

(6) argumentasi dan


campuran.
11.2 Eksposisi
Teks eksposisi merupakan wacana yang bertujuan memberikan panjelasan, informasi,
keterangan, dan pemahaman kepada pembaca atau pendengar tentang suatu hal.
Tulisan jenis ini biasanya menguraikan sebuah proses atau suatu hal yang belum
diketahu oleh pembaca atau proses kerja suatu benda (Keraf, 1977: 110). Suatu tulisan
ekspositoris semata-mata hanya memberikan informasi dan tidak bertujuan lain, seperi
misalnya berpromosi atau menggiring pembaca agar setuju dengan apa yang dijelaskan
di dalamnya. Jenis karangan ini dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari di
media massa, seperti berita politik, berita kriminal, atau lainnya. Karena sifatnya yang
memaparkan, karangan eksposisi dapat juga disebut paparan. Teks di bawah ini
merupakan contoh eksposisi di media massa.

Kilau Batu Berharga

Bebatuan berharga muncul mempercantik aksesori. Kenali jenis bebatuan yang


mayoritas terbuat dari kandungan mineral ini, yuk!

Berlian

Berasal dari atom karbon yang dibentuk di bawah tekanan sangat tinggi dan terkubur
amat sangat dalam di bawah tanah. Berlian berharga mahal karena selain cantik, batu ini
juga sangat sulit ditemukan di dunia dan melalui proses pengolahan yang sulit.
Permukaan berlian tidak bisa basah oleh air, namun sangat rentan terhadap minyak.
Berlian dinilai dari kejelasan (clarity), warna (color), dan potongannya (cut). Indonesia
adalah salah satu penghasil berlian yang terbaik!

Amethyst

Amethyst adalah jenis batuan yang paling berharga dan mudah


dikenali. Amethyst memiliki nuansa warna ungu, dari ungu tua hingga merah pucat
keunguan. Amethyst dapat ditemukan di berbagai benua. Amethyst paling langka dan
sangat berharga adalah jenis Deep Russian.

Sapphire

Batu berharga ini terbuat dari jenis mineral corundum, lebih tepatnya aluminium oxide.
Pengaruh elemen lain, yaitu zat besi, titanium, chromium, copper, atau magnesium
membuat Sapphire memiliki banyak warna, dari biru, kuning, pink, ungu, orange, atau
hijau. Batu ini dapat ditemukan di lapisan sedimen. Batu Sapphire sangat kuat sehingga
tidak hanya digunakan di dunia aksesori saja namun juga alat-alat high-tech seperti
komponen optik infrared.

Emerald
Emerald adalah jenis batuan Beryl yang paling berharga. Emerald memiliki warna hijau
yang kuat dan memendarkan cahaya yang begitu cantik. Batu Emerald yang paling baik
bahkan memiliki harga melebihi harga berlian, namun sangat tidak mudah
menemukan Emerald yang sempurna.

Aquamarine

Aquamarine artinya air dan lautan. Batuan ini termasuk ke dalam jenis batuan Baryl yang
memiliki warna semburat biru; dari biru pucat hingga biru
kehijauan. Aquamarine termahal adalah yang berwarna biru aqua yang pekat yang biasa
ditemukan di Brazil.

Rubi

Batu ini terbentuk dari mineral yang disebut korundum, terdiri dari oksida aluminium.
Warna merah disebabkan oleh jejak kromium, sementara semburat cokelat terjadi karena
pengaruh zat besi. Rubi paling berharga adalah yang berwarna merah dengan semburat
biru.

(d
isunting dari “Kilau Batu Berharga” dalam Nova, 24—30 September 2012)

11.3 Argumentasi (Bahasan/Pendapat)


Tulisan ini bertujuan untuk meyakinkan atau mengubah pendapat pembaca atas suatu
pendapat, ideologi, doktrin, sikap, atau tingkah laku tertentu. Tulisan yang bersifat
ilmiah, jenis teks ini biasanya digunakan oleh penulis karena suatu karya ilmiah harus
dapat meyakinkan pembaca atas topik yang diuraikan penulisnya. Oleh karena itu,
penulis harus menyusun tulisannya secara logis dengan alasan atau data yang mampu
meyakinkan pembaca. Di bawah ini adalah contoh teks argumentasi.

Terkini

Salah satu kosakata sangat aneh dalam bahasa Indonesia yang banyak digunakan oleh
media elektronik, terutama televisi, adalah ‘terkini’. Sejumlah stasiun televisi
menggunakan kata itu dengan berbagai variasi ‘Kabar Terkini’, ‘Terdepan dan Terkini’,
‘Indonesia Terkini’, dan lain-lain. Adakah yang lebih kini sehingga ada yang terkini?
Adakah waktu bisa kita tangkap, kita bekukan, menjadi kini yang berhenti, statis,
membeku, kemudian kita bikin yang lebih kini bernama terkini? Kini, kemarin, ataupun
esok adalah momen yang tak mungkin kita tangkap. Begitulah absurditas waktu. Hanya
tubuh kita yang menjadi bukti dan saksi yang menangkap jejak waktu. Bayi
bertumbuh remaja, muda, berangsur matang. Setelah itu, tua, kusut, menopause, renta,
surut. Bukan karena bahasa Indonesia tak mengenal tenses lalu kita boleh memakai
kosakata dengan logika sembarangan. Melatih logika, melatih otak, bahkan melatih
tubuh—tangan kita pun sebenarnya bisa mengingat apa yang tak diingat oleh otak
kita—adalah bagian bagian dari melatih kesadaran. Tiadanya kesadaran membuat jagat
kecil, yaitu dari kita, menjadi morat-marit. Korupsi dan segala kejahatan turunannya
adalah parihal diri manusia yang kacau.

(Disunting dari “Terkini” oleh Bre Redana dalam Kompas Minggu, 20 Desember 2012)

11.4 Persuasi (Ajakan)


Teks persuasi adalah tulisan yang tertujuan meyakinkan pembaca, membuat pembaca
percaya, atau membujuk pembaca atas apa yang dikemukakan oleh penulis. Yang
dikemukakan itu dapat saja berupa fakta, produk, pendapat, hingga ideologi tertentu.
Bidang yang paling banyak menggunakan jenis karngan ini adalah dunia periklanan. Kata
‘persuasi’ berasal dari kata Inggris ‘to persuade’ yang bararti ‘membujuk’ atau
‘meyakinkan’. Bentuk nominanya adalah ‘persuation’ yang kemudian dipungut ke dalam
bahasa Indonesia menjadi ‘persuasi’ (Finoza, 2008: 247). Teks persuasi dapat
dogolongkan ke dalam empat kelompok, yaitu (1) persuasi politik, (2) persuasi
pendidikan, (3) persuasi advertensi, dan (4) persuasi propaganda. Di bawah ini adalah
contoh persuasi dalam iklan.

Energhi

(untuk Perlindungan Kulit Anda di Pantai)

Persiapkan perawatan khusus kulit, wajah, dan tubuh Anda saat berlibur di pantai
dengan Energhi. Sehingga kondisi cuaca, suhu dan udara yang ekstrim tidak
mengganggu kebahagiaan liburan Anda. Energhi Skin Care package akan menjaga dan
melindungi kulit Anda tetap lembab, sehat, dan alami.

11.5 Narasi (Kisahan/Cerita)


Narasi atau kisahan adalah tulisan yang menceritakan sesuatu baik berdasarkan
pengamatan maupun pengalaman secara runtut. Suatu teks narasi akan berusaha
mengisahkan suatu peristiwa atau kejadian secara kronologis (Keraf, 1997: 109).
Penulisan narasi yang baik membutuhkan tiga hal, yaitu (1) kalimat pertama dalam
paragraf harus menggugah minat pembaca, (2) kejadian disusun secara kronlogis, dan
(3) memiliki fokus pada tujuan akhir yang jelas (Utorodewo, dkk, 2004: 65). Selanjutnya,
Utorodewo, dkk (2004: 65) mengemukakan bahwa sebuah teks narasi akan tersusun
dengan baik apabila menggunakan: (1) keterangan waktu, (2) keterangan yang
berkaitan dengan pekerjaan atau peristiwa, dan (3) kata-kata peralihan yang
mengungkapkan kaitan pikiran, kaitan waktu, dan kaitan hasil, dan pertentangan.
Ditinjau dari sifatnya, narasi terdiri atas dua jenis, yaitu (1) narasi ekspositoris atau narasi
faktual, dan (2) narasi sugesti atau narasi berplot (Finoza, 2008: 238). Narasi ekspositoris
adalah kisahan yang bertujuan memberikan informasi kepada pembaca agar
pengetahuan yang bersangkutan bertambah luas, sedangkan narasi sugesti adalah
narasi yang ditujukan memberikan makna kepada pembaca melalui imajinasinya. Di
bawah ini adalah contoh narasi sugestif.

...Dulu, musim hujan pertama itu, ketika anakku dan aku baru pindah kemari, Monang
masih rajin datang. Setiap hari raya—Natal, Paskah—dan tentu hari ulang tahunku.

Ya, artinya ia selalu datang sehari sesudahnya. Mungkin ia malu bertemu dengan
keluargaku. Jadi selalu diusahakannya agar datang sesudah mereka pergi. Mengelakkan
senyum dingin yang terarah kepadanya, yang lebih melukai dari seribu tuduhan.
Melarikan diri dari pandangan penuh arti, yang lebih keras memukul daripada tinju
kepal.

Keluargaku tak pernah memaafkkannya. Barangkali mereka tak sanggup menerima


bahwa aku sendiri sudah lama mengampuninya. Mereka tidak bisa mengerti bahwa aku
sanggup tetap mengasihi orang yang telah mengucilkanku kemari.

Kalau bukan karena Monang, tentu aku pun sudah menjadi tokoh masyarakat sekarang.
Namaku dan potretku tentu sering muncul di surat kabar. Perbuatanku dan pemikiranku
tentu dianggap turut membangun masyarakat, turut mengarahkan terlaksananya cita-
cita mereka.

Sekarang... teman-temanku pun sudah lupa padaku. Karena perbuatan Monang aku
menjadi begini... . Tetapi aku sudah lama mengampuninya.

Keampunan dosa—bukankah itu inti sari agamaku?

Kuyakinkan bahwa Allah Maha Pemurah, mengampuni dosa sekeji apapun. Ia sudah
mengampuni aku. Aku yakin betul bahwa dosaku olehNya. Dan kalau begitu, siapakah
aku—yang gegabah menolak penyesalan sesamaku?

Hukumammu sudah cukup berat, Monang. Aku takkan menambah sekerikil pun atas
bebanmu. Karena pernah kita begitu berbahagia bersama-sama. Menghayati bersama-
sama kecerahan hari hidup kita. Lalu badai menyambar kita—sehingga kita terpisah kini.
Tetapi itu bukan cuma salahmu, Monang. “Badai meniupkan kapal-kapal ke mana
nakhodanya tak berhasrat pergi,” kata suatu pepatah kuno. Kapalku kandas, sedangkan
kapalmu berlayar terus tanpa harapan.

Ya, sekalipun kau tak pernah mengunjungiku akhir-akhir ini, Monang, sedikit-dikitnya itu
kuketahui betul: kau hidup tanpa harapan.
Kasihan Monang...

Dari rumahku yang kecil di luar kota, kukirimkan rasa ibaku kepadamu di rumahmu yang
mewah di tengah kota. Bagaikan burung pipit yang hinggap di jendela, memandang
bangkai cenderawasih yang kau pajang d atas lemarimu.

Dan kalau sampai kau lihat burung pipit itu, Monang, ingatkah kau padaku?

Pada Raumanen, cinta pertamamu?

(Dicuplik dari novel berjudul "Raumanen karya Marianne Katoppo", diterbitkan


oleh Metafor Publishing, Jakarta, 1977, hlm. 3—4)

11.6 Deskripsi (Gambaran/Lukisan)


Deskripsi merupakan jenis teks yang menggambarkan bentuk objek pengamatan dari
aspek rupa, sifat, rasa, atau corak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya selain
menggambarkan perasaan bahagia, takut, sepi, sedih, atau genbira. Tujuan karangan ini
adalah membantu pembaca membayangkan apa yang digambarkan tersebut
(Utorodewo, dkk, 2004: 65). Seorang penulis yang hendak menulis karangan deskriptif
haruslah teliti, cermat, dan kreatif memilih kata-kata sehingga pembaca dapat
membayangkan objek yang dilukiskan tersebut. Agar sampai pada tujuan tadi, seorang
penulis harus mengambil sikap tertentu terhadap objek yang akan dilukiskannya. Ada
dua pendekatan yang bisa diambil oleh penulis dalam mendeskripsikan sesuatu, yaitu
pendekatan realistis dan pendekatan impresionalistis.

1. Pendekatan Realistis

Pendekatan realistis menekankan penulis seolah bertindak sebagai tukang potret yang
memotret sebuah objek melalui kameranya. Dengan kata lain, penulis harus bersifat
objektif, tidak dibuat-buat, atau apa adanya. Perhatikan contoh berikut.

Orang Bugis berbagai ciri khas yang sangat menarik. Mereka mampu mendirikan
kerajaan-kerajaan yang sama sekali tidak mengandung pengaruh India, dan tanpa
mendirikan kota sebagai pusat aktivitas mereka. Orang Bugis juga memiliki tradisi
kesusastraan, baik lisan maupun tulisan. Berbagai karya sastra tulis yang berkembang
seiring dengan tradisi lisan, hingga kini masih dibaca dan disalin ulang. Perpadun antara
tradisi lisan dan tulis ini kemudian menghasilkan salah satu epos sastra terbesar di dunia,
yakni La Galigo yang lebih panjang dari Mahabharata.

(dicuplik dari "Manusia Bugis" karya Christian Pelras, hlm. 4)

2. Pendekatan Impresionistis
Pendekatan impresionistis bertujuan menimbulkan kesan dalam diri pembaca sesuai
dengan impresi penulis karena pelukisan bertolak dari sudut pandang penulis. Jadi, sifat
pendekatan ini subjektif. Perhatikan cuplikan cerita di bawah ini.

Sepasang burung bangau melayang meniti angin, berputar-putar di langit. Tanpa


sekalipun mengepakan sayap, mereka mengapung berjam-jam lamanya. Suaranya
melengking seperti keluhan panjang. Air. Kedua unggas ini telah melayang beratus-ratus
kilometer mencari genangan air. Telah lama mereka merindukan amparan lumpur tempat
mereka mencari mangsa: latak, ikan, udang, atau serangga lainnya.

Namun kemarau belum usai. Ribuan hektar sawah yang mengelilingi Dukuh Paruk telah
tujuh bulan kerontang. Sepasang burung bangau itu takkan menemukan genangan air
mesi sebesar telapak kaki. Sawah berubah menjadi padang kering berarna kelabu. Segala
jenis rumput mati. Yang menjadi bercak-bercak hijau di sana-sini adalah kerokot, sajian
alam bagi sejala jenis belalang dan jangkrik. Tumbuhan jenis kaktus ini justru hanya
muncul di sawah justru sewaktu kemarau berjaya.

Di bagian langit lain, seekor burung pipit sedang berusaha mempertahankan nyawanya.
Dia terbang bagai batu lepas dari ketepel. Sambil menjerit sejadi-jadinya. Di belakangnya
seekor alap-alap mengejer dengan kecepatan berlebih. Udra yang ditempuh kedua
binatang itu membuat udara desau. Jerit pipit kecil itu terdengar ketika paruh alap-alap
menggigit kepalanya. Bulu-bulu halus beterbangan. Pembunuhan terjadi di udara yang
lengang, di atas Dukuh Paruk.

(dicuplik dari "Ronggeng Dukuh Paruk" karya Ahmad Tohari, hlm. 9)

12.2 Pengertian Karya Ilmiah


Karya ilmiah (bahasa Inggris: scientific paper)adalah laporan tertulis dan diterbitkan
yang memaparkan hasil dari penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh
seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang
dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.

Ada berbagai jenis karya ilmiah, antara lain laporan penelitian,


makalah, seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya kesemuanya itu
merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang
terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan bagi ilmuwan lain dalam
melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.

Di perguruan tinggi, khususnya jenjang sarjana, mahasiswa dilatih untuk menghasilkan


karya ilmiah seperti makalah, laporan praktikum, dan skripsi (tugas akhir). Skripsi
umumnya merupakan laporan penelitian berskala kecil, tetapi dilakukan cukup
mendalam. Sementara itu, makalah yang ditugaskan kepada mahasiswa lebih merupakan
simpulan dan pemikiran ilmiah mahasiswa berdasarkan penelaahan terhadap karya-karya
ilmiah yang ditulis oleh para pakar dalam bidang persoalan yang dipelajari. Penyusunan
laporan praktikum ditugaskan kepada mahasiswa sebagai wahana untuk
mengembangkan kemampuan menyusun laporan penelitian.

Pengertian karya ilmiah menurut para ahli:

1. Menurut Eko Susilo (1995) karya ilmiah adalah salah satu karangan atau tulisan
yang didapat sesuai sifat keilmuannya dan didasari oleh hasil pengamatan,
pemantauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu
serta sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya atau keilmiahannya.
2. Menurut Dwiloka dan Riana, karya ilmiah atau artikel ilmiah merupakan karya
seorang ilmuwan (pembangunan) yang hendak membangun ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni yang didapat melalui literatur, pengalaman, serta penelitian.

12.3 Ciri-Ciri Karya Tulis Ilmiah


Ciri-ciri Karya Tulis Ilmiah
Ciri-ciri karya ilmiah hal yang harus dipahami mengenai karya ilmiah ialah ciri-cirinya:

1. Reproduktif
Artinya karya ilmiah ditulis oleh peneliti atau penulis harus diterima dan dimaknai oleh
pembacanya sesuai dengan makna yang ingin disampaikan. Pembaca harus bisa
langsung memahami konten dari karya ilmiah.

2.Tidak Ambigu
Ciri ini ada kaitannya dengan reproduktif. Sebuah karya ilmiah harus memberikan
pemahaman secara detil dan tidak dikemas dengan bahasa yang tidak membingungkan.
Dengan begitu, maksud dari karya ilmiah itu bisa langsung diterima oleh pembacanya.

3. Tidak Emotif
Artinya, karya ilmiah ditulis tidak melibatkan aspek perasaan dari penulisnya. Sebab,
karya ilmiah harus memaparkan fakta yang didapatkan dari hasil analisis penelitian,
bukan dari perasaan subjektif dari penulisnya.

4. Menggunakan Bahasa Baku


Menggunakan bahasa baku agar mudah dipahami. Penggunaan bahasa baku itu
meliputi setiap aspek penulisannya. Mulai dari penulisan sumber, teori, hingga penulisan
kesimpulan. Ketidakbakuan pada tulisan karya ilmiah hanya akan membuat pembacanya
bingung dan apa yang ingin disampaikan dalam tulisan tidak dipahami pembaca.
5. Menggunakan Kaidah Keilmuan
Penulisan karya ilmiah harus menggunakan kaidah keilmuan atau istilah-istilah akademik
dari bidang penelitian si penulis. Hal itu bertujuan untuk menunjukkan bahwa peneliti
atau penulisnya memiliki kapabilitas pada bidang kajian yang dibahas dalam karya
ilmiah. Penggunaan kaidah atau istilah ilmiah itu juga menjadi takaran seberapa ahli
peneliti pada bidang keilmuannya.

6. Bersifat Dekoratif
Artinya penulis karya ilmiah harus menggunakan istilah atau kata yang memiliki satu
makna. Rasional artinya penulis harus menonjolkan keruntutan pikiran yang logis dan
kecermatan penelitian. Kedua hal itu penting karena karya ilmiah harus bisa
menyampaikan maksud dari penelitian yang dilakukan oleh penulis tanpa
membingungkan.

7. Terdapat Kohesi
Artinya karya ilmiah harus memiliki kesinambungan antar bagian dan babnya dan
bersifat straight forward maksudnya ialah tidak bertele-tele atau tepat sasaran. Sebuah
karya ilmiah setiap bagian atau babnya harus memiliki alur logika yang saling
bersambung. Selain itu, penyampaiannya harus tepat sasaran dengan apa yang ingin
disampaikan.

8. Bersifat Objektif
Karya ilmiah harus bersifat objektif. Hal ini sangat penting karena karya ilmiah tidak
dibuat berdasarkan perasaan penulisnya. Karya ilmiah harus menunjukkan fakta-fakta
dan data-data dari hasil analisisnya. Jadi, tidak memiliki kecondongan subjektifitas.

9. Menggunakan Kalimat Efektif


Dan, penulisan karya ilmiah harus menggunakan kalimat efektif. Ciri ini berkaitan dengan
semua ciri sebelumnya. Tujuan penggunaan kalimat dalam karya ilmiah agar pembaca
tidak dipusingkan dengan penggunaan kalimat yang berputar-putar. Penggunaan
kalimat seperti itu hanya akan membuat pembaca bingung.

12.4 Syarat-syarat Karya Ilmiah


Syarat-syarat karya ilmiah sebagai berikut:

1. Objektif. Data yang diperoleh dari kenyataan harus dilaporkan dan dianalisa
secara objektif. Selain itu, dilakukan secara benar, teliti, apa adanya, dan tanpa
prasangka.
2. Sopan dan rendah hati. Hal ini tergambar dari kata-kata dan kalimat bahasa yang
dipakai. Tidak ada kata atau kalimat yang menggurui pembacanya. Sikap ini tidak
akan mengurangi maksud tulisan dan kesimpulan yang disajikan, namun agar
tulisan itu berbicara secara objektif.
3. Jujur. Pendapat atau data yang diperoleh harus disebutkan dengan jelas
sumbernya. Harus diterangkan bahan pustakanya sesuai dengan tradisi di
kalangan dunia ilmiah. Tidak dibenarkan menipu diri sendiri dengan mengatakan
bahwa hasil yang didapat baru pertama kali, padahal dia telah menjiplak dari
pendapat atau penemuan orang lain.
4. Jelas, tegas, singkat, sederhana, dan teliti. Kalimat-kalimat yang digunakan harus
jelas dan tegas. Kata-kata atau istilah yang baru atau asing harus dijelaskan
dengan keterangan yang tepat dan jelas. Usahakan untuk satu kalimat satu
pengertian atau istilah saja. Jika terpaksa diungkapkan dengan beberapa istilah,
harus mampu menjelaskan pengertian atau permasalahan yang dikemukakan.
5. Kompak, kontinyu, dan lancar. Disusun sekompak mungkin dan kontinyu serta
lancar, agar yang dikemukakan itu mudah diterima dan dimengerti. Ada
kelangsungan pemikiran secara ilmiah, kesimpulan yang diambil berdasarkan
alasan alasan yang rasional dan dapat dipertanggungjawabkan.

12.5 Fungsi Karya Ilmiah


Karya ilmiah juga memiliki fungsi yang perlu Anda ketahui. Secara umum fungsi karya
ilmiah dibedakan menjadi tiga yaitu fungsi untuk pendidikan, fungsi untuk penelitian,
fungsi fungsional. Dibawah ini terdapat pengertian dari tiap fungsi karya ilmiah yaitu :

• Fungsi Untuk Pendidikan


Fungsi yang pertama yaitu untuk pendidikan, dimana dengan menulis karya
ilmiah akan memberikan pengalaman dan pelajaran yang berharga bagi
penulisnya. Karena penulis akan mampu berpikir, menulis dan mempertanggung
jawabkan hasil dari penelitiannya. Di perguruan tinggi, khususnya jenjang sarjana,
mahasiswa dilatih untuk menghasilkan karya ilmiah seperti makalah, laporan
praktikum, dan skripsi (tugas akhir). Skripsi umumnya merupakan laporan
penelitian berskala kecil, tetapi dilakukan cukup mendalam.

• Fungsi Untuk Penelitian


Berikutnya yang kedua yaitu untuk dunia penelitian, maksudnya karya ilmiah yang
ditulis berguna untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan berguna juga bagi
seorang peneliti untuk mempraktikkan prosedur ilmiahnya. Karya tulis ini sangat
membantu seorang peneliti untuk mendapatkan data yang akurat serta rinci dari
objek penelitiannya.

• Fungsi Fungsional
Sebagai fungsi fungsional, fungsi ini maksudnya karya tulis ilmiah dapat berguna
sebagai alat untuk mengembangkan pengetahuan, sebagai bahan pustaka dan
untuk kepentingan disiplin ilmu tertentu.

Adapun fungsi lainnya bagi karya tulis ilmiah misalnya yaitu:

• Untuk Suatu Penjelasan


Maksudnya karya tulis ilmiah dapat menjelaskan hal-hal yang sebelumnya belum
diketahui pembaca, misal seperti hal-hal yang belum jelas dan tidak pasti,
sehingga menjadi jelas dan pasti kebenarannya.
• Untuk Prediksi
Suatu karya tulis ilmiah hasil penelitian dapat menjadi prediksi mengenai suatu
hal yang belum terjadi, sehingga kejadian tersebut bisa diantisipasi atau bisa
dicegah.

• Untuk Kontrol
Karya tulis ilmiah berguna juga untuk melakukan kontrol terhadap benar atau
tidaknya suatu pernyataan mengenai permasalahan.

Namun pada hakikatnya karya ilmiah memiliki fungsi yaitu :

• Penjelasan (explanation),Tulisan ini dapat dijelaskan sebagai suatu hal yang


sebelumnya tidak diketahui, tidak jelas, dan tidak pasti.
• Ramalan (prediction),Tulisan ini dapat membantu mengantisipasi hal yang
kemungkinan akan datang di masa yang akan datang.
• Kontrol (control),Tulisan ini dapat berfungsi untuk mengontrol atau mengawasi
benar tidaknya suatu pernyataan.

12.6 Jenis-Jenis Karya Ilmiah


Karya ilmiah ada dua jenis, yaitu berdasarkan sifat dan berdasarkan materi.

1. Berdasarkan Sifat
Berdasarkan sifatnya, terdapat empat macam karya tulis ilmiah, yakni karya ilmiah non-
teknis konkret, karya ilmiah teknis umum, karya ilmiah abstrak formal, dan karya ilmiah
spesifik histori .

» Non-teknis konkret
Ciri-cirinya informatif, bernada populer tanpa definisi istilah-istilah yang spesifik dan
sistematis. Temanya spesiflk dan konkret, tanpa ajakan emosional atau imajinatif. Bahasa
Flguratif hanya digunakan untuk menghangatkan masalah dan ditujukan bagi pembaca
dengan pengetahuan ilmiah dasar.

» Teknis umum
Mempunyai ciri-ciri seluruhnya informatif, kata-kata istilah teknis tanpa definisi, tidak
mengejar keuntungan pribadi, tidak bersifat penilaian, namun meletakkan masalah
secara umum, konkret, dengan susunan dan nada yang normal. Tidak ada ajakan
emosional dan ditujukan kepada pembaca berpengetahuan teknis.

» Abstrak formal
Berbentuk rangkuman umum, informatif, non-teknis, tidak mengejar keuntungan pribadi,
dan tulus. Selain itu, juga mengetengahkan ide-ide orang lain, tetapi tanpa dukungan
bukti. Nada dan bahasanya formal, tidak ada ajakan emosional; isi dan istilah-istilah yang
dipakainya pun populer.
» Spesifik historis
Keseluruhan ciri-cirinya informatif, berdasar pada sumber sejarah, tanpa ajakan
emosional, tidak mengejar keuntungan pribadi, tulus, tidak memuat penilaian, konkret
dan spesifik, semi teknis, bahasa dan susunannya diatur secara formal.

2. Berdasarkan Materi
Berdasarkan materi dan cara yang digunakan, karya ilmiah dapat dibedakan dalam
beberapa kategori.

» Kategori Makalah, Paper atau Workingpaper


Biasanya disebut sebagai report reading atau bowe report, yakni naskah semester. Karya
ini biasanya dituntut oleh seorang dosen untuk tugas atas mata kuliahnya atau
berkenaan dengan akan habisnya masa kuliah. Tulisan ini tidak begitu panjang, sekitar
1015 halaman folio.

Makalah menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan


yang bersifat empiris-objektif, melalui proses berpikir deduktif atau induktif.

Di kalangan mahasiswa, makalah biasanya disusun untuk melengkapi tugas-tugas ujian


mata kuliah tertentu atau untuk memberikan saran pemecahan tentang suatu masalah
secara ilmiah. Makalah menggunakan bahasa yang lugas dan tegas.

Jika dilihat bentuknya, makalah adalah bentuk yang paling sederhana di antara karya
tulis ilmiah yang lain.

Makalah adalah karya ilmiah yang disusun mengenai suatu topik tertentu untuk
dipresentasikan dalam suatu pertemuan seperti dalam seminar, panel diskusi, lokakarya,
kenferensi, muktamar, atau pertemuan-pertemuan lainnya untuk kemudian didiskusikan
guna mencari suatu kebenaran atau solusi suatu masalah.

Seperti halnya makalah, Kertas Kerja adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan sesuatu
berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. Analisis dalam kertas kerja
lebih serius (mendalam) daripada analisis dalam makalah. Kertas kerja ditulis untuk
disajikan dalam suatu seminar atau lokakarya.

» Laporan Penelitian Lapangan (Field Study) atau Laporan Praktik


Laporan adalah tugas yang dikerjakan oleh seorang mahasiswa tentang suatu hal sesuai
dengan permintaan dosennya. Laporan dapat pula dinyatakan sebagai
pertanggungjawaban seseorang atau kelompok mengenai pelaksanaan tugas dan
penggunaan wewenang oleh orang atau kelompok tersebut yang mendelegasikan tugas
dan wewenang.

Penulisan laporan menggunakan prosedur formal dan material. Secara formal harus
melalui penelitian lapangan. Penelitian ini dituntut sesuai dengan metode penelitian.
Secara material, penelitian ini mendapatkan data dan melaporkannya secara logis.
Dalam penelitian lapangan, qua-materialnya belum dituntut secara mendalam. Namun
yang diharapkan adalah peneliti mempunyai keterampilan mengadakan pendekatan
masalah secara konkrit dan menyajikan laporannya secara rasional. Laporan ini hanya
mencakup pada bidang tertentu saja yang sangat terbatas sesuai dengan spesialisasi
bidang ilmu yang ditekuni.

Hasil atau kesimpulan yang didapat, haruslah dapat memperkaya perbendaharaan ilmiah
di bidangnya. Dengan demikian diperlukan sumber kepustakaan agar jangan sampai
terjadi penelitian atau percobaan dengan objek yang sama.]uga untuk mendapatkan
metode yang tepat serta mempertajam sorotan dan tinjauan atas data yang diperoleh
dalam penelitian itu.

Adapun formatnya dibagi menjadi beberapa bab, yaitu

• BAB I Pendahuluan (Latar Belakang, Maksud dan Tujuan, Pelaksanaan


Kerja Praktik, Metode Penulisan, Sistematika Penulisan).
• BAB II Tinjauan Umum (Sejarah Perusahaan, Struktur Organisasi, dan hal-hal yang
berkaitan dengan perusahaan MODEL 1). Sedangkan untuk MODEL 2 berisi
Analisis Permasalahan dan kaitannya.
• BAB III Pembahasan Kerja Praktik (berisi rincian apa saja yang dilakukan dalam
melakukan kerja praktik pada perusahaan MODEL 1 atau Perancangan Sistem
MODEl 2).
• BAB IV Penutup (Kesimpulan dan Saran)

Selain di atas dalam laporan dilengkapi dengan Cover, Halaman Judul, Lembar
Pengesahan (Perusahaan/Akademik), Lembar Penilaian dari Perusahaan (MODEL 1), Kata
Pengantar, Daftar Isi, Daftar Gambar (jika ada), Lampiran, Daftar Pustaka, Riwayat Hidup
Penulis.

» Skripsi
Skripsi adalah karya tulis yang disusun oleh seorang mahasiswa berdasarkan hasil
penelitian yang memenuhi syarat-syarat ilmiah dan digunakan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana (strata 1).

Bagi pihak perguruan tinggi, skripsi digunakan untuk mengevaluasi mahasiswa calon
sarjana, apakah mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasi dan memecahkan
masalah secara ilmiah atau tidak. Selain itu, skripsi digunakan pula sebagai alat untuk
mengevaluasi keterampilan seorang mahasiswa dalam melakukan penelitian.

Pendapat yang diajukan harus didukung oleh data dan fakta empiris-objektif, baik yang
berdasarkan penelitian langsung (observasi lapangan) maupun penelitian tidak langsung
(studi kepustakaan).

Skripsi harus dapat mengemukakan persoalan berdasarkan fakta yang sah dan
sistematis. Cara mengemukakan masalahnya pun harus benar dan memenuhi syarat-
syarat untuk suatu masalah. Tunduk kepada hukum-hukum dan asas-asas logika ilmiah
melalui metodologi yang benar.

Skripsi ditulis biasanya, untuk melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana
muda/diploma atau sarjana dan penyusunannya dibimbing oleh seorang dosen atau tim
yang ditunjuk oleh suatu lembaga pendidikan tinggi.

» Tesis
Tesis adalah karya ilmiah yang ditulis mahasiswa program magister, berdasarkan hasil
penelitian yang memenuhi syarat-syarat ilmiah. Tesis merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar magister (strata 2).

Tesis sifatnya lebih mendalam daripada skripsi. Tinjauan dan wawasannya pun lebih luas
daripada skripsi. Karya tulis yang bermaksud dan didorong oleh tujuan untuk
memecahkan persoalan yang dikemukakan.

Analisanya bertujuan untuk mengambil kesimpulan dalam bentuk dalil, generalisasi,


hukum, atau tesis. Selain itu, karya tulis ini akan memperbincangkan pengujian terhadap
satu hipotesis atau lebih.

Tesis didefinisikan sebagai sebuah hipotesa, ketetapan atau pernyataan yang


dikembangkan dan dipertahankan. Dati pandangan ini, sebuah tesis adalah percobaan
pemecahan untuk masalah. Tulisan formal yang berfungsi menyampaikan suatu
argumen logis guna mendukung suatu pandangan spesifik, terutama pemecahan suatu
masalah. Sama halnya hipotesa yang dikemukakannya, argumentasi yang disampaikan
pun haruslah hasil pemikiran dan berdasarkan penelitian penulisnya.

Materi tesis memuat dasar-dasar teoritis yang erat hubungannya dengan judul.
Selanjutnya, dapat dielaborasi dengan laporan riset dan analisa terhadap tujuan yang
diteliti berkaitan dengan hipotesa yang sejalan dengan proses pembuktian. Hasil-hasil
data yang terkumpul, dianalisa, dan diinterpretasi. Dalam hal ini, tesis berbeda dengan
laporan.

Selain itu, tesis pun harus memiliki masalah yang jelas yang akan ditangani penulisnya.
Masalah harus dicari, diidentifikasi, dan dirumuskan dengan tepat. Karena
mengemukakan masalah, maka tesis harus memiliki perangkat yang cocok untuk
menunjang pemecahan masalah.

Dalam menghadapi masalah yang telah dirumuskan, tesis harus dapat menganalisanya
dengan perangkat logika, dikemukakan dengan suatu metode dan sistematika tertentu.
Kesimpulan yang diperolehnya berdasarkan pada pembuktian-pembuktian yang tidak
mungkin dibantah kebenarannya.

Untuk mencapai kesimpulan ini dapat dimulai dengan metode induktif, melalui
penuturan deskriptif dan analisa. Atau dapat pula dengan metode deduktif yang dimulai
dengan dalil-dalil umum atau generalisasi substantif.

Tesis akan mengungkapkan pengetahuan baru yang diperoleh dari penelitian sendiri.
Karya tulis ini akan mengetengahkan pengujian terhadap satu hipotesis atau lebih dan
ditulis oleh mahasiswa pasca-sariana.

» Disertasi
Disertasi adalah karya ilmiah yang ditulis oleh mahasiswa calon doktor (strata 3) yang
sering disebut promovendus dan dibimbing oleh beberapa promotor (doctor atau guru
besar). Pengutaraan sejumlah tesis atau penelitiannya merupakan puncak keahlian dalam
melakukan penelitian.

Disertasi merupakan karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat
dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta yang sahih dengan analisis yang
terinci. Dalil yang dikemukakan biasanya dipertahankan oleh penulisnya dari sanggahan-
sanggahan senat guru besar/penguji suatu pendidikan tinggi.

Disertasi ini berisi suatu temuan penulis sendiri, yang berupa temuan orisinal. Jika
temuan orisinal ini dapat dipertahankan oleh penulisnya dari sanggahan penguji,
penulisnya berhak menyandang gelar doktor.

Fungsi disertasi adalah untuk menyelenggarakan suatu diskusi yang sistematis tentang
suatu subjek atau pokok tulisan. Cakupannya lebih luas daripada tesis, dan gaya
formalnya tidak begitu kaku. Bermaksud untuk mengemukakan suatu kritik, penjelasan,
atau penjernihan, dan suatu pandangan yang merupakan dalil.

Membuat disertasi adalah untuk mendiskusikan atau membantah dengan cara ilmu
pengetahuan. Bertentangan dengan logika mengenai alasan atau penalaran ilmiah
formal di dalam tesis, penulis disertasi menangani pokok atau subjek tulisan bersifat
didaktis. Hal ini jangan diartikan disertasi itu tidak berdasarkan penalaran atau logika
ilmiah.

Sebab, dalam diskusi atau perbincangan itu, dapat mengetengahkan argumentasi yang
timbul dari segala bukti yang ada dalam segala aspek. Dari proses penalaran dan logika
yang datang dari premisme, disertasi dapat sampai kepada kesimpulan yang definitif.

Perbedaan antara tesis dan disertasi bukan terletak pada jenis tulisan, tetapi pada tingkat
yang perlu dicapai. Perbedaan itu akan tampak pula dalam hasil yang dicapai oleh tesis
dan skripsi, seperti halnya hasil yang perlu dicapai oleh sebuah laporan dan skripsi.
Laporan, skripsi, tesis, dan disertasi mempunyai karakteristik yang berbeda. Namun,
semua bentuk tulisan karya ilmiah itu tetap harus mempertahankan kebenaran. Selain
itu, semua tulisan karya ilmiah, hendaknya ditulis dengan padat serta disusun secara
logis dan cermat.

» Karya Ilmiah Populer


Karya ilmiah populer merupakan salah satu karya ilmiah yang paling menarik untuk
ditulis. Karya ilmiah populer dikategorikan sebagai sarana komunikasi antara ilmu dan
masyarakat (baca: orang awam). Bentuk dari karya ilmiah populer sangat beragam,
seperti jurnal ilmiah atau esai-esai dalam wacana yang cukup serius.

Saat ini, yang menulis untuk karya ilmiah populer tidak hanya kalangan elit seperti para
ilmuwan atau orang dari lembaga penelitian masyarakat sekalipun, tetapi sudah
merambah para jurnalis/wartawan, editor, PR iptek, dan praktisi LSM.

Ini artinya, karya ilmiah populer bisa ditulis oleh siapa saja yang memang mengetahui
bagaimana suatu permasalahan yang bisa dijadikan wacana yang kelak dibahas oleh
masyarakat luas. Karya ilmiah populer juga bukan berarti menulis hasil penelitian dengan
lengkap.

Prinsip utamanya adalah mencari sudut pandang yang unik dan cerdas, serta
menggugah rasa ingin tahu pembaca awam. Di sinilah para penulis karya ilmiah populer
menganggap tulisan ini lebih mudah daripada penelitian, bahkan lebih mudah dari
menulis cerpen atau non-fiksi yang memerlukan kreativitas dan imajinasi tinggi.

Dalam penulisan non-fiksi yang terpenting Anda mengumpulkan fakta-fakta,


menyeleksinya, menetapkan fokus dan meramu cerita.

12.7 Tahap-Tahap Penulisan Karya Ilmiah


Adapun tahapan dalam karya tulis ilmiah adalah:

(a) tahap persiapan,

(b) tahap penulisan dan

(c) tahap penyuntingan.

A. Tahap Persiapan

Di dalam tahap ini ada beberapa tahap yaitu :

1. Menemukan masalah atau mengajukan masalah yang akan dibahas dalam


penelitian (didukung oleh latar belakang, identifikasi masalah, batasan, dan
rumusan masalah).
Dalam pemilihan masalah/topik juga mempertimbangkan beberapa hal :

• Harus topik yang paling menarik perhatian.


• Terpusat pada segi lingkup yang sempit dan terbatas.
• Memiliki data dan fakta yang obyektif.
• Harus diketahui prinsip-prinsip ilmiahnya, meskipun serba sedikit.
• Harus memiliki sumber acuan / bahan kepustakaan yang dijadikan
referensi.

Dalam pembatasan topik/penentuan judul harus memperhatikan beberapa hal berikut :

• Pembatasan topik harus dilakukan sebelum penulisan karya ilmiah.


• Penentuan judul dapat dilakukan sebelum penulisan karya ilmiah / setelah
penulisan karya ilmiah selesai. Penentuan judul karya ilmiah : pertanyaan
yang mengandung unsur 4W+1H yaitu What (apa), Why (mengapa), When
(kapan), Where (dimana) dan How (bagaimana).

2. Mengembangkan kerangka pemikiran yang berupa kajian teoritis


3. Mengajukan hipotesis atau jawaban atau dugaan sementara atas penelitian yang
akan dilakukan.
4. Metodologi (mencakup berbagai teknik yang dilakukan dalam pengambilan data,
teknik pengukuran, dan teknik analisis data)

Adapun Tahap Pengumpulan data :

• Pencarian keterangan dari bahan bacaan / referensi.


• Pengumpulan keterangan dari pihak-pihak yang mengetahui masalah.
• Pengamatan langsung (observasi) ke obyek yang akan diteliti. Percobaan
di laboratorium/ pengujian di lapangan.

B. Tahap Penulisan

Tahap Penulisan merupakan perwujudan tahap persiapan ditambah


dengan pembahasan yang dilakukan selama dan setelah penulisan selesai.

C. Tahap Penyuntingan

Tahap penyuntingan dilakukan setelah proses penulisan dianggap selesai. Tahap


penyuntingan ini bertujuan untuk :

• Melengkapi yang kurang.


• Membuang yang kurang relevan.
• Menghindari penyajian yang berulang-ulang atau tumpang tindih (overlapping).
• Menghindari pemakaian bahasa yang kurang efektif, misalnya dalam penulisan
dan pemilihan kata, penyusunan kalimat, penyusunan paragraf, maupun
penerapan kaidah ejaan.
Di samping itu penyajian juga merupakan tahapan penyuntingan. Teknik penyajian karya
ilmiah harus memperhatikan:

• Segi kerapian dan kebersihan.


• Tata letak (layout) unsur-unsur dalam format karya ilmiah, misalnya halaman
muka (cover), halaman judul, daftar isi, daftar tabel, daftar grafik, daftar gambar,
daftar pustaka dan lain-lain.
• Standar yang berlaku dalam penulisan karya ilmiah, misalnya standar penulisan
kutipan, catatan kaki (foot note), daftar pustaka & penggunaan Bahasa Indonesia
sesuai EYD.

12.8 Struktur Karya Ilmiah


Dibawah ini terdapat beberapa struktur karya ilmiah, antara lain:

1. JUDUL

Judul dalam karya ilmiah dirumuskan dalam satu frasa yang jelas dan lengkap. Judul
mencerminkan hubungan antarvariabel. Istilah hubungan di sini tidak selalu mempunyai
makna korelasional, kausalitas, ataupun determinatif. Judul juga mencerminkan dan
konsisten dengan ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian, subjek penelitian, dan
metode penelitian.

2. PENDAHULUAN

Pada karya ilmiah formal, bagian pendahuluan mencakup latar belakang masalah,
identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan
manfaat atau kegunaan penelitian. Selain itu, dapat pula dilengkapi dengan definisi
operasional dan sistematika penulisan.

3. LATAR BELAKANG MASALAH

Uraian pada latar belakang masalah dimaksudkan untuk menjelaskan alasan timbulnya
masalah dan pentingnya untuk dibahas, baik itu dari segi pengembangan ilmu,
kemasyarakatan, maupun dalam kaitan dengan kehidupan pada umumnya.
• Perumusan Masalah
Masalah merupakan segala sesuatu yang dianggap perlu pemecahan oleh penulis, yang
pada umumnya dinyatakan dalam bentuk pertanyaan mengapa atau bagaimana.
Berangkat dari pertanyaan itulah, penulis menganggap perlu untuk melakukan langkah-
langkah pemecahan, misalnya melalui penelitian. Masalah itu pula yang nantinya
menjadi fokus pembahsan di dalam karya ilmiah tersebut.

• Tujuan
Tujuan merupakan pernyataan mengenai fokus pembahasan di dalam penulisan karya
ilmiah tersebut; berdasarkan masalah yang telah dirumuskan. Dengan demikian, tujuan
harus sesuai dengan masalah pada karya imiah itu.

• Manfaat
Perlu diyakinkan pula kepada pembaca tentang manfaat atau kegunaan dari penulisan
karya ilmiah. Misalnya untuk pengembangan suatu bidang ilmu ataupun untuk pihak
atau lembaga-lembaga tertentu.

• Kerangkan Teoritis
Kerangka teoritis disebut dengan kajian pustaka atau teori landasan. Tercakup pula di
dalam bagian ini merupakan kerangka pemikiran dan hipotesis. Kerangka teoretis
dimulai dengan mengidentifikasi dan mengkaji berbagai teori yang relevan serta diakhiri
dengan pengajuan hipoteisi.

Di samping itu, dalam kerangka teoritis perlu dilakukan pengkajian terhadap penelitian-
penelitian yang telah dilakukan para penulis terdahulu. Langkah ini penting dilakukan
guna menambah dan memperoleh wawasan ataupun pengetahuan baru, yang telah ada
sebelumnya. Di samping akan menghindari adanya duplikasi yang sia-sia, langkah ini
juga memberikan perspektif yang lebih jelas mengenai hakikat dan kegunaan penelitian
itu dalam perkembangan ilmu secara keseluruhan.

4. METODOLOGI PENELITIAN

Dalam karya tulis yang merupakan hasil penelitian, perlu dicantumkan pula bagian yang
disebut dengan metode penelitian. Metodologi penelitian diartikan sebagai prosedur
atau tahap-tahap penelitian, mulai persiapan, penentuan sumber data, pengolahan,
sampai dengan pelaporannya.

Setiap penelitian mempunya metode penelitian masing-masing, yang umumnya


bergantung pada tujuan penelitian itu sendiri. Metode-metode penelitian yang
dimaksud, antara lain:
1. Metode deskriptif, ialah metode penelitian yang bertujuan hanya
menggambarkan fakta-fakta secara apa adanya, tanpa adanya perlakuan apa pun.
Data yang dimaksud dapat berupa fakta yang bersifat kuantitatif (statistika)
ataupun fakta kualitatif.
2. Metode eksperimen, ialah metode penelitian bertujuan untuk memperoleh
gambaran atas suatu gejala setelah mendapatkan perlakuan.
3. Metode penelitian kelas, ialah metode penelitian dengan tujuan untuk
memperbaiki persoalan-persoalan yang terjadi pada kelas tertentu, misalnya
tentang motivasi belajar dan prestasi belajar siswa dalam kompetensi
dasar tertentu.

5. PEMBAHASAN

Bagian ini mengandung paparan tentang isi pokok karya ilmiah, terkait dengan rumusan
masalah atau tujuan penulisan yang dikemukakan pada bab pendahuluan. Data yang
diperoleh melalui hasil pengamatan, wawancara, dan sebagainya itu dibahas dengan
berbagai sudut pandang; diperkuat oleh teori-teori yang telah dikemukakan
sebelumnya.

Sekiranya diperlukan, pembahasan dapat dilengkapi dengan berbagai sarana pembantu


seperti tabel dan grafik. Sarana-sarana pembantu tersebut diperlukan untuk menjelaskan
pernyataan ataupun data. Tabel dan grafik merupakan cara efektif dalam menyajikan
data dan informasi. Sajian data dan informasi lebih mudah dibaca dan disimpulkan.
Penyajian informasi dengan tabel dan grafik memang lebih sistematis dan lebih enak
dibaca, mudah dipahami, serta lebih menarik daripada penyajian secara verbal.

Penulis perlu menggunakan argumen-argumen yang telah dikemukakan dalam kerangka


teoritis. Pembahasan data dapat diibaratkan dengan sebuah pisau daging. Apabila pisau
itu tajam, baik pulalah keratan-keratan daging yang dihasilkannya. Namun, apabila
tumpul, keratan daging itu akan acak-acakan, penuh cacat. Demikian pula halnya
dengan pembahasan data. Apabila argumen-argumen yang dikemukakan penulis lemah
dan data yang digunakannya tidak lengkap, pemecahan masalahnya pun akan jauh dari
yang diharapkan.

6. SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan merupakan pemaknaan kembali atau sebagai sintesis dari keseluruhan unsur
penulisan karya ilmiah. Simpulan merupakan bagian dari simpul masalah (pendahuluan),
kerangka teoretis yang tercakup di dalamnya, hipotesis, metodologi penelitian, dan
temuan penelitian. Simpulan merupakan kajian terpadu dengan meletakkan berbagai
unsur penelitian secara menyeluruh. Oleh karena itu, perlu diuraikan kembali secara
ringkas pernyataan-pernyataan pokok dari unsur-unsur di atas dengan meletakkannya
dalam kerangka pikira yang mengarah kepada simpulan.

Berdasarkan pengertian di atas, seorang peneliti harus pula melihat berbagai implikasi
yang dirimbulkan oleh simpulan penelitian. Implikasi tersebut umpamanya berupa
pengembangan ilmu pengetahuan, kegunaan yang bersifat praktis dalam penyusunan
kebijakan. Hal-hal tersebut kemudian dituangkan ke dalam bagian yang disebut
rekomendasi atau saran-saran.

7. DAFTAR PUSTAKA

Daftar pustaka memuat semua kepustakaan yang digunakan sebagai landasan dalam
karya ilmiah yang diambil dari sumber tertulis, baik itu yang berupa buku, artikel jurnal,
dokumen resmi, maupun sumber-sumber lain dari internet. Semua sumber tertulis atau
tercetak yang tercantum di dalam karya ilmiah harus dicantumkan di dalam daftar
pustaka. Sebaliknya, sumber-sumber yang pernah dibaca oleh penulis tetapi tidak
digunakan dalam penulisan karya ilmiah itu, tidak boleh dicantumkan di dalam daftar
pustaka.

Cara menulis daftar pustaka berurutan secara alfabetis, tanpa menggunakan nomor urut.
Sumber tulisan atau tercetak yang memerlukan banyak tempat lebih dari satu baris
ditulis dengan jarak satu spasi, sedangkan jarak antara sumber yang satu dengan yang
lainnya adalah dua spasi.

Susunan penulisan daftar pustaka: nama pengarang yang disusun dibalik, tahun terbit,
judul pustaka, kita terbit dan nama penerbit.

13.2. PENGERTIAN KUTIPAN


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kutipan adalah pengambilalihan satu kalimat
atau lebih dari karya tulisan lain untuk tujuan ilustrasi atau memperkokoh argumen
dalam tulisan sendiri.Kegiatan menulis ulang dapat disebut juga sebagai kegiatan atau
proses reproduksi.Hasil kegiatan berupa ringkasan dan ikhtsar.Kutipan, sebuah kata yang
mungkin semua orang belum mengetahui maksudnya apa. Kutipan adalah gagasan, ide,
pendapat yang diambil dari berbagai sumber. Proses pengambilan gagasan itu disebut
mengutip. Gagasan itu bisa diambil dari kamus, ensiklopedi, artikel, laporan, buku,
majalah, internet, dan lain sebagainya.

Jenis Kutipan

a. Kutipan Langsung

Kutipan Langsung ialah kutipan yang sama persis dengan teks aslinya,tidak boleh ada
perubahan.Kalau ada hal yang dinilai salah/meragukan,kita beri tanda ( sic! ),yang artinya
kita sekedar mengutip sesuai dengan aslinya dan tidak bertanggung jawab atas
kesalahan itu.Demikian juga kalau kita menyesuaikan ejaan,memberi huruf kapital,garis
bawah,atau huruf miring,kita perlu menjelaskan hal tersebut, missal [ huruf miring dari
pengutip ],[ ejaan disesuaikan dengan EYD ],dll

b. Kutipan tidak langsung

Dalam kutipan tidak langsung kita hanya mengambil intisari pendapat yang kita
kutip.Kutipan tidak langsung ditulis menyatu dengan teks yang kita buat dan tidak usah
diapit tanda petik.Penyebutan sumber dapat dengan sistem catatan kaki,dapat juga
dengan sistem catatan langsung ( catatan perut )

13.3. CATATAN KAKI


Footnote merupakan catatan yang menyebutkan sumber dari suatu
kutipan. Footnote atau catatan kaki adalah daftar keterangan khusus yang ditulis di
bagian bawah setiap lembaran atau akhir bab karangan ilmiah. Catatan kaki biasa
digunakan untuk memberikan keterangan dan komentar, menjelaskan sumber kutipan
atau sebagai pedoman penyusunan daftar bacaan/bibliografi.

Unsur-unsur catatan kaki

– nama pengarang( Editor )


– judul buku,
– nama atau nomor seri (jika ada),
– jumlah jilid (jika ada),
– nomor cetakan,
– nama penerbit,
– tahun terbit, dan
– nomor halaman.

Aturan penulisan catatan kaki

1) Urutannya: Nama pengarang, judul buku, nama penerbit, kota terbit, tahun terbit,
dan nomor halaman.

2) Nama pengarang ditulis lengkap, tidak boleh dibalik, dan tanpa gelar akademik.

3) Judul buku, masing-masing kata ditulis dengan huruf kapital, dicetak miring,
digaris bawah, atau dicetak tebal.
4) Tanda baca yang digunakan untuk memisahkan unsur-unsur dalam catatan kaki
adalah koma (,).

5) Harus disediakan ruang atau tempat secukupnya pada kaki halaman tersebut
sehingga margin di bawah tidak boleh lebih sempit dari 3 cm sesudah diketik baris
terakhir dai catatan kaki.

6) Sesudah baris terakhir dari teks, dalam jarak 3 spasi harus dibuat sebuah garis,
mulai dari margin kiri sepanjang 15 ketikkan dengan huruf pika atau 18 ketikkan dengan
huruf dite (--).

7) Dalam jarak dua spasi dari jenis tadi, dalam jarak 5-7 ketikkan dari margin kiri
nomor penunjukkan.

8) Langsung sesudah nomor penunjukkan, setengah spasi ke bawah mulai diketik


baris pertama dari catatan kaki.

9) Jarak antarbaris dalam catatan kaki adalah spasi rapat, sedangkan jarak
antarcatatan kaki pada halaman yang sama (kalau ada) adalah dua spasi.

10) Baris kedua dari tiap catatan kaki selalu dimulai dari margin kiri.

Istilah-istilah yang sering digunakan dalam catatan kaki.

1.
o Ibid merupakan singkatan dari ibidem yang artinya dalam halaman yang
sama. Ibid digunakan dalam catatan kaki apabila kutipan diambil dari
sumber yang sama dan belum disela oleh sumber lain.
o Op.cit. merupakan singkatan dari opera citato yang artinya dalam
keterangan yang telah disebut. Op.cit digunakan dalam catatan kaki untuk
menunjuk kepada sumber yang sudah disebut sebelumnya secara lengkap,
tetapi telah disela dengan sumber lain dan halamannya berbeda.
o Loc.cit. merupakan singkatan dari loco citato yang artinya pada tempat
yang sama telah disebut. Loc.cit. digunakan dalam catatan kaki apabila
hendak menunjukkan kepada halaman yang sama dari sumber yang sama
yang sudah disebut terakhir, tetapi telah disela oleh sumber lain.
o Penggunaan ibid tidak perlu menuliskan nama pengarangnya karena
penggunaan ibid tersebut hanya dilakukan ketika sumber yang telah
dikutip belum disela dengan sumber lainnya. Sebaliknya,
penggunaan op.cit. dan loc.cit. tetap harus menuliskan nama
pengarangnya yang diikuti dengan tulisan op.cit. atau loc.cit.
Contoh Penulisan Catatan Kaki (Footnote)
Berikut ini berbagai contoh penulisan catatan kaki (footnote) yang berasal dari berbagai
bentuk sumber kutipan:

Sumber Buku
1
Budi Martono, Penyusutan dan Pengamanan Arsip Vital dalam manajemen
Kearsipan (Jakarta: Pustaka sinar Harapan, 1994), hlm. 16.

Sumber artikel dalam terbitan berkala (majalah ilmiah, jurnal)


1
Gemala Rabi’ah Hatta, "Rekam Medis dan Kesehatan (Medical Records) dalam
Kedudukannya sebagai Penunjang Kesehatan Nasional", dalam Berita Arsip
Nasional, No. 26, Juni 1988 (Jakarta: ANRI, 1988), hlm. 8.

Sumber artikel dalam sebuah buku (kumpulan karangan)


1
David Roberts, "Managing Records in Special Formats", dalam Judith Ellis (ed.),
Keeping Archives (Victoria: D.W. Thorpe, 1993), hlm. 387.

Sumber Makalah Seminar


1
Machmoed Effendhie, "Arsip Sebagai Sumber Informasi dalam Pengambilan
Keputusan", Makalah seminar Apresiasi Kearsipan Pejabat Eselon III dan IV
Kabupaten Sleman, 11 September 2001, hlm. 14.

13.4. DAFTAR PUSTAKA


Daftar pustaka adalah daftar yang tercantum secara spesifik dari berbagai buku yang
dijadikan sumber referensi baik dari buku atau karya ilmiah yang bersangkutan.

Fungsi Daftar Pustaka


a. Sebagai salah satu cara untuk memberikan berbagai referensi yang berhubungan bagi
pembaca untuk melakukan sebuah kajian lanjutan maupun kajian ulang yang
berhubungan dengan tema buku tersebut.

b. Sebagai sebuah bentuk apresiasi terhadap penulis baik penulis buku maupun karya
tulis atas karyanya yang telah memberikan manfaat dan peranan terhadap penulisan
sebuah buku atau karya tulis.

Unsur-Unsur

Dalam menuliskan daftar pustaka ada beberapa hal penting yang sebaiknya anda
ketahui, termasuk juga unsur-unsur dalam yang harus ada dalam penulisan daftar
pustaka, unsur-unsur tersebut yakni:
a. Nama pengarang

b. Judul buku/artikel

c. Data publikasi (penerbit, tempat terbit (tahun terbit, edisi buku)

Cara Penulisan Daftar Pustaka

Komponen-komponen yang harus dicantumkan dalam daftar pustaka ini adalah sebagai
berikut.

1. Nama penulis,

Dengan cara menuliskan terlebih dahulu nama belakang, kemudian nama depan. Hal ini
berlaku untuk semua nama, baik nama asing maupun nama Indonesia. Cara penulisan
inilah yang berlaku secara internasional tanpa mengenal kebangsaan dan tradisi. Tata
tulis ilmiah tidak mengenal prinsip nama yang lebih dikenal di masyarakat, melainkan
nama belakangnya, tanpa memperhitungkan jenis nama itu merupakan nama keluarga
atau bukan.

Misalnya:

Abdul Hamid ditulis: Hamid, Abdul.

2. Tahun penerbitan,

3. Judul

Sumber tertulis yang bersangkutan dengan digarisbawahi atau dicetak miring,

4. Kota tempat penerbit berada,

5. Nama penerbit.

14.2. Pengertian Jurnal


Apa itu jurnal?
Pengertian jurnal adalah sebuah publikasi periodik dalam bentuk artikel yang diterbitkan
secara berkala, dalam hal ini biasanya jurnal diterbitkan pada interval waktu tertentu
seperti setiap 4 bulan atau setiap 1 tahun. Jurnal memiliki beberapa jenis yang
diantaranya adalah Professional or Trade Journals, Popular Journals, dan Scholarly
Journals. (wikipedia)

Pada umumnya jurnal memiliki cakupan materi yang luas namun sangat padat, hanya
terdiri dari 6 hingga 8 halaman, namun di setiap kalimatnya bernilai ilmu pengetahuan.
Tujuan pembuatan jurnal adalah untuk mengembangkan sebuah penelitian yang telah
dituliskan serta menjadi acuan untuk para peneliti lainnya sedang melakukan kegiatan
penelitian yang sejenis.

Jurnal pada umumnya berisi sejumlah referensi yang menjadi rujukan penulisan tiap
artikel. Jenis artikel yang ditulis tak sebatas laporan penelitian, namun bisa pula berupa
review

14.3. Susunan Dan Penjelasan Bagian Jurnal


Sususnan Jurnal

1. Judul

2. Abstrak
3. Pendahuluan
4. Bahan dan Metode
5. Hasil
6. Pembahasan
7. Kesimpulan
8. Daftar Pustaka

1. Judul

Pengertian jurnal ilmiah. Dalam pembuatan judul jurnal harus jelas. Judul akan
memudahkan pembaca mengetahui inti jurnal tanpa harus membaca isi jurnal
keseluruhan.

Misalnya, Anda membuat jurnal dengan judul “Laporan Lab Fisika”. Dengan judul seperti
itu, kurang efektif untuk pembaca karena tidak menggambarkan isi jurnal.

Yang ada pembaca jadi malas membaca jurnal karena dari judulnya saja tidak rinci.
Pilihlah judul yang jelas seperti “Pengaruh Gaya Sentrifugal Terhadap Angin”. Judul ini
akan memudahkan pembaca yang ingin mencari tahu tentang gaya sentrifugal di dalam
jurnal.

2. Abstrak

Setelah jurnal, yang harus diperhatikan adalah abstrak. Sekilas abstrak hampir sama
dengan ringkasan, tapi sebenarnya berbeda. b strax ini biasanya ditulis terakhir.

Bagian abstrak dalam jurnal ilmiah berfungsi untuk mencerna secara singkat isi jurnal.
Abstrak ditulis sebagai penjelas jurnal tanpa mengacu pada jurnal.
Setidaknya Anda harus menyajikan 250 kata yang merangkum tujuan, metode, hasil, dan
kesimpulan di dalam abstrak.

Dalam penulisan abstrak hindari singkatan atau kutipan. Pada abstrak harus dapat berdiri
sendiri tanpa catatan kaki.

3. Pendahuluan

Setelah abstrak, Anda bisa memasuki bab pendahuluan. Pendahuluan adalah pernyataan
dari kasus yang sedang Anda selidiki.

Di Bagian ini Anda harus memberikan informasi kepada pembaca untuk memahami
tujuan spesifik dalam kerangka teoritis yang lebih besar.

Pada bagian ini, juga mencakup latar belakang masalah, seperti ringkasan dari setiap
penelitian yang telah dilakukan dan bagaimana sebuah percobaan akan membantu
untuk menjelaskan atau memperluas pengetahuan dalam bidang umum.

Ingat, jangan membuat pendahuluan terlalu luas supaya pembaca tidak bingung arahnya
kemana.

4. Bahan dan Metode

Selanjutnya adalah menentukan bahan dan metode. Dalam bagian ini Anda akan
menjelaskan tentang proses percobaan yang dilakukan.

Informasi yang dijelaskan di sini mencakup desain percobaan, peralatan yang


dipergunakan, metode dalam pengumpulan data, gambaran lokasi, dan jenis
pengendalian.

Perlu diperhatikan dalam bagian ini kita harus menjelaskan secara rinci dan jelas. Hindari
penggunaan kata yang membingungkan.

Jelaskan to the point, sehingga pembaca bisa langsung paham dengan informasi yang
Anda tulis.

5. Hasil

Pada bagian hasil, Anda dapat menyajikan data yang ringkasan dengan tinjauan dalam
bentuk teks, tabel, maupun gambar.

Perlu diingat, dalam bagian ini informasi yang diberikan hanya hasil yang disajikan.

Tidak ada interpretasi data maupun kesimpulan dari data yang Anda dapat. Sebuah data
yang diinformasikan harus disajikan dalam bentuk tabel atau gambar menggunakan teks
naratif dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
6. Pembahasan

Dari data yang sudah Anda dapatkan, Anda baru bisa membalasnya secara detail pada
bagian pembahasan.

Dalam bagian pembahasan, Anda bisa menafsirkan data-data yang ada dengan pola
yang diamati. Dari setiap hubungan antara variabel percobaan yang penting dan korelasi
antar variabel dapat dilihat dengan jelas.

Anda harus menyertakan sebuah penjelasan yang berbeda dari hipotesis atau hasil yang
berbeda atau serupa dengan setiap percobaan terkait dengan penelitian yang dilakukan
orang lain.

Perlu dicatat, bahwa setiap percobaan yang dilakukan tidak harus merujuk pada hasil
besar atau kecenderungan untuk menjadi penting.

Jika memang menemukan hasil negatif, Anda bisa menjelaskan apa penyebabnya.

Barangkali dari hasil negatif tersebut Anda justru mendapatkan hasil penting yang harus
diubah pada pada kegiatan penelitian selanjutnya.

7. Kesimpulan

Dari semua Membuat sebuah kesimpulan dari keseluruhan percobaan yang telah
dilakukan.

Intinya adalah peneliti merujuk kembali kepada pernyataan dalam pendahuluan dari
setiap data yang diinformasikan.

8. Daftar Pustaka

Pengertian jurnal ilmiah. Saat membuat jurnal jangan sampai lupa mencantumkan daftar
pustaka pada halaman terakhir.

Bagian daftar pustaka merupakan kumpulan dari nama-nama literatur yang kita gunakan
sebagai referensi dalam pembuatan jurnal.

Dari keseluruhan informasi yang berupa kutipan, kita harus menuliskan daftar pustaka
sesuai dengan aturan penulisan daftar pustaka yang baik dan benar.

Jika ditinjau dari kompleksnya susunan yang ada dalam jurnal tentu sebanding dengan
manfaat yang bisa digunakan banyak orang. Maka pada artikel ini akan kami jelaskan 5
manfaat dari jurnal yang bisa digunakan semua kalangan.
14.4. Persyaratan Umum Penulisan Jurnal Penelitian
Pedoman bagi penulis manuskrip dapat dijabarkan sebagai berikut.

1.Manuskrip ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris dengan kerapatan baris
1,5 spasi, font Palatino Linotype11, ukuran kertas A4, format satu kolom, dan margin
normal (top 2,54 cm; left 2,54cm;bottom 2,54 cm; right 2,54 cm).

2.Panjang manuskrip ilmiah hendaknya tak lebih dari 4000 kata atau kurang lebih 10-12
halaman, termasuk gambar, grafik atau tabel (jika ada) yang menyertainya.

3.Istilah-istilah dalam bahasa asing atau bahasa daerah dalam teks ditulis dalam huruf
miring (italic).

4.Tinjauan pustaka (literature review) tidak dicantumkan sebagai bagian dari struktur
artikel. Dengan demikian pengutipan pustaka yang dianggap penting dapat dipadukan
dalam bab pendahuluan (Introduction) atau dalam pembahasan.

5.Pengutipan pustaka dalam pembahasan seperlunya saja dan yang lebih diutamakan
adalah pembahasan terhadap hasil analisis.

6.Artikel ilmiah akan dimuat di jurnal ilmiah harus ada lembar penilaian manuskrip oleh
mitra bebestari(editorial board)jurnal,surat keterangan penerimaan(LoA)manuskrip untuk
publikasi dari dewan penyunting jurnal yang dilampirkan pada manuskrip dan
pernyataan pengalihan hak cipta.

15.2 PENGERTIAN KORESPONDENSI


Menurut Finoza (2009:4), Kegiatan saling berkirim surat oleh perseorangan atau oleh
organisasi disebut surat –menyurat atau korespondensi.

Menurut Purwanto (2011:13), korespondensi adalah penyampaian maksud melalui


surat dari satu pihak kepada pihak lain dapat atas nama jabatan dalam suatu perusahaan
atau organisasi dan dapat atas nama perseorangan atau individu.

Priansa dan Garnida, 2013:68 berpendapat bahwa Korespondensi


adalah komunikasi antara seorang pegawai dengan orang lain, antara lain pegawai
dengan instansi atau sebaliknya, antara pegawai dengan organisasi atau sebaliknya,
antara instansi dengan instansi, antara organisasi dengan organisasi dan sebagainya
dengan menggunakan surat sebagai media
Sutrisno dan Renaldi (2014:123), korespondensi diartikan sebagai teknik membuat
surat dan berkomunikasi dengan surat.

Menurut Nuraeni (2008:42) Dalam bidang korespondensi tentunya berkaitan dengan


pekerjaan sekretaris yang meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Menerima dan menyortir surat masuk, baik yang datang melalui kurir, tukang pos,
maupun
email.

b. Menindak lanjuti surat masuk dengan menyampaikan langsung kepada pimpinan


atau kepada
orang yang bisa mendapat izin mewakili pimpinan.

c. Membuat dan menyusun surat keluar yang sesuai dengan konsep atau petunjuk
pimpinan.

Korespondensi berasal dari kata Correspondence (Inggris) atau Correspondence


(Belanda) yang berarti suatu kegiatan atau hubungan yang terjadi antara pihak-pihak
terkait yang dilakukan dengan saling berkiriman surat. Hubungan pihak-pihak yang
terkait dalam bisnis biasanya bersifat resmi dan dilakukan dengan surat-menyurat. Oleh
karena itu, korespondensi juga diartikan sebagai surat-menyurat (The Liang Gie,
2014:18).

Maka dapat disimpulkan pengertian dari korespondensi adalah proses surat-


menyurat antara pihak-pihak yang saling berkiriman surat baik itu antar pegawai
maupun di luar instansi.

15.3 TUJUAN DAN FUNGSI KORESPONDENSI


Tujuan Korespondensi
Tujuan dari korespondensi itu sendiri yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Menyampaikan informasi

Korespondensi pastinya bertujuan untuk menyampaikan informasi. Hal ini dikarenakan


surat yang dikirim dari pihak satu ke pihak lainnya berisi maksud dan tujuan yang akan
disampaikan baik mulai dari penawaran produk, permintaan kerjasama dan lain
sebagainya. Bagian yang terpenting yaitu informasi yang ingin disampaikan dapat
ditujukan melalui surat korespondensi ini.
2. Menyampaikan isi surat

Korespondensi pastinya bukan menulis hal-hal yang tidak penting, karena sifatnya yang
menyampaikan pesan surat kepada pihak lain.

Sehingga penulisan dalam surat ini juga memakai kaidah atau aturan-aturan surat yang
sesuai. Terlebih lagi korespondensi ini memang tujuannya untuk menyampaikan isi surat
agar pihak penerima mengetahui maksud dari pengirim.

3. Mempercepat komunikasi

Mempercepat komunikasi termasuk salah satu tujuan dari korespondensi. Karena melalui
surat yang dikirimkan seseorang tidak perlu untuk bertatap muka terlebih dahulu.
Misalnya jarak yang akan ditempuh jauh. Selain itu dengan surat korespondensi juga
lebih menghemat biaya karena sifatnya yang tertulis dan tinggal dikirim kepada pihak
penerima.

Fungsi Korespondensi
Adapun fungsi yang menjadi manfaat dalam korespondensi. Antara lain;

1. Sebagai alat penghubung secara tertulis

Korespondensi dijadikan sebagai alat penghubung komunikasi yang sifatnya tertulis.


Karena wujudnya yang berbentuk surat, namun memiliki manfaat yang banyak salah satu
diantaranya yaitu terjadi komunikasi untuk menyampaikan informasi, hubungan
kerjasama dan lain -lain.

2. Sebagai bukti hitam diatas putih

Korespondensi ini juga berfungsi sebagai tanda bukti hitam diatas putih. Agar suatu saat
ketika terjadi pelanggaran maupun kasus hukum dapat dibantu dengan bukti tertulis
dari korespondensi yang sebelumya sudah diarsipkan.

3. Sebagai alat pengingat

Surat korespondensi juga berfungsi untuk alat pengingat, karena wujudnya yang tertulis
dan bisa disimpan sebagai bentuk dokumen yang kapanpun dapat dibuka atau dilihat
kembali.

4. Sebagai media untuk berkomunikasi

Korespondensi pastinya memiliki fungsi untuk berkomunikasi. Karena melalui surat inilah
akan terjadi hubungan dua arah yang mana masing-masing pihak akan mengabarkan
informasi maupun memberi jawaban. Berdasarkan hal tersebut pastinya komunikasi akan
berjalan dengan baik terlebih lagi jika kedua perusahaan atau organisasi berkerjasama
dalam pencapaian tujuan
5. Sebagai bahan dokumentasi

Bahan dokumentasi disini artinya bahwa surat dapat simpan dengan baik untuk bukti
yang wujudnya konkret atau nyata. Bahan dokumentasi ini suatu saat mungkin akan
dibuktikan dan dibuka kembali sebagai alat rekapan, alat pengingat maupun tanda bukti
lain yang pastinya sangat berguna.

6. Sebagai wakil dari seseorang atau instansi

Surat korespondensi juga berfungsi sebagai wakil dari seseorang atau instansi karena
sifatnya yang dikirim secara tertulis kepada pihak penerima. Akan tetapi tetap
mencantumkan nama instansi atau organisasi yang terkait.

15.4 SURAT
Pengertian Surat
Mariskha (2015:2) berpendapat bahwa surat adalah alat komunikasi tertulis untuk
menyampaikan pesan kepada pihak lain, yang memiliki persyaratan khusus yaitu
penggunaan kode dan notasi (lampiran dan perihal), penggunaan kertas, penggunaan
model dan bentuk, pemakaian bahasa yang khas serta pencantuman tanda tangan.

Menurut Finoza (2010: 3), secara umum surat adalah alat untuk menyampaikan suatu
maksud secara tertulis. Sedangkan menurut Yatimah (2013:123), surat adalah salah satu
sarana komunikasi secara tertulis untuk menyampaikan informasi dari satu pihak
(orang, instansi atau orang organisasi) kepada pihak lain (orang, instansi atau organisasi).
Informasi dalam surat dapat berupa pemberitahuan, pernyataan, permintaan,
laporan, pemikiran, sanggahan dan sebagainya. Sedangkan menurut Purwanto
(2015:10), surat adalah sarana komunikasi yang digunakan untuk
menyampaikan informasi tertulis oleh suatu pihak kepada pihak lain baik yang
berkaitan dengan kegiatan bisnis maupun nonbisnis.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa surat adalah suatu sarana
komunikasi tertulis yang digunakan untuk menyampaikan informasi suatu berita dari
satu pihak ke pihak lain dengan memiliki suatu maksud atau isi yang terdapat pada
surat, baik itu berupa pemberitahuan,kerjasama, dan lain sebagainya.

Fungsi Surat
Terdapat beberapa fungsi diantaranya ialah sebagai berikut :

• Sarana pemberitahuan
• Sarana permintaan
• Buah pikiran
• Ide atau gagasan
• Sebagai sebuah alat pengingat
• Bukti historis
• Pedoman kerja

15.5 Surat Pribadi


Surat pribadi adalah surat yang berisi masalah pribadi yang ditujukan kepada keluarga,
teman atau kenalan. Surat bisa berupa korespondensi antara sesama teman atau
keluarga. Ciri-ciri surat pribadi, diantaranya yaitu:

• Tidak menggunakan kop surat


• Tidak ada nomor surat
• Salam pembuka dan penutup bervariasi
• Penggunaan bahasa bebas, sesuai keinginan penulis
• Format surat bebas

Sistematika Surat Pribadi

Adapun sistematika tersebut sebagai berikut :

• Tempat dan tanggal pembuatan surat, Contoh: Jakarta, 12 April 2011


• Tujuan/alamat surat, Contoh: Sahabatku Tria di Kota Tapis Lampung
• Salam pembuka, Contoh : Assalamu’alaikum Wr.Wb., Salam manis, Salam kangen.
• Pembuka surat/paragraf pembuka, Contoh: Hai, bagaimana keadaanmu
sekarang? …
• Isi surat/paragraf isi, Contoh: Ternyata sudah tiga bulan aku pindah ke
Lampung….
• Penutup surat/paragraf penutup, Contoh: Ndra, suratku sampai di sini dulu, ya….
• Salam penutup, Contoh: Wassalamu’alaikum Wr.Wb., salam manis selalu, salam
• Nama pengirim dan tanda tangan, Contoh: Sahabatmu, Chyntia.

Selain itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menulis surat pribadi, yaitu:

• Dalam menulis tanggal surat, harus mencantumkan nama kota tempat kamu
menulis surat, tanggal, bulan, dan tahun menulis surat. Penulisan tempat dan
tanggal surat ini diletakkan di sudut kanan atas.
• Dalam menulis alamat surat, minimal harus mencantumkan nama orang yang
dituju. Bisa juga diikuti nama kota tempat tinggalnya atau sebutan untuk kota
tempat tinggalnya.
• Dalam menulis pembuka surat/paragraf pembuka, bisa menggunakan kata
sapaan khusus, seperti halo, hai, temanku yang imut, kakakku yang ganteng.
• Dalam menulis isi surat, bisa menggunakan bahasa yang sesuai dengan
keinginan, tapi tetap memperhatikan etika dan santun berbahasa kepada orang
yang dikirimi surat.
CONTOH SURAT
PRIBADI

Lampung, 10 September 2017


Sahabatku Devi
di Jakarta

Salam kangen,
Dev, gimana kabarmu sekarang?Baik-baik saja, kan? Gimana nilaimu di semester ini?Apa
kamu masih jadi rangking pertama di kelas?Kalau aku sih, masih sama seperti dulu, nilai
kimiaku masih rendah. Abis, materinya sulit banget.

Begini Dev, untuk mengisi liburan panjang tahun ini, aku dan teman-teman ingin piknik
ke Ancol. Kira-kira kamu bisa nemuin aku nggak? Aku berangkat dari Lampung hari
Minggu, 17 September 2018 pukul 07.00 naik bus “Mekar Jaya”. Aku tunggu balasanmu,
sekian dulu ya daahh!

Sahabatmu,
Ulfa

15.6 Surat Resmi


Surat Resmi
Pengertian surat resmi adalah surat yang digunakan untuk kepentingan resmi, baik
perseorangan, instansi, maupun organisasi; misalnya undangan, surat edaran, dan surat
pemberitahuan. Ciri-ciri surat resmi, diantaranya yaitu:

• Menggunakan kop surat apabila dikeluarkan organisasi


• Ada nomor surat, lampiran, dan perihal
• Menggunakan salam pembuka dan penutup yang lazim
• Penggunaan ragam bahasa resmi
• Menyertakan cap atau stempel dari lembaga resmi
• Ada aturan format baku

Bagian bagian surat resmi:

Kepala/kop surat
Kop surat terdiri dari:

• Nama instansi/lembaga, ditulis dengan huruf kapital/huruf besar.


• Alamat instansi/lembaga, ditulis dengan variasi huruf besar dan kecil
• Logo instansi/lembaga
• Nomor surat, yakni urutan surat yang dikirimkan
• Lampiran, berisi lembaran lain yang disertakan selain surat
• Hal, berupa garis besar isi surat
• Tanggal surat (penulisan di sebelah kanan sejajar dengan nomor surat)
• Alamat yang dituju (jangan gunakan kata kepada)
• Pembuka/salam pembuka (diakhiri tanda koma)

Isi surat
Uraian isi berupa uraian hari, tanggal, waktu, tempat, dan sebagainya ditulis dengan
huruf kecil, terkecuali penulisan berdasarkan ejaan yang disempurnakan (EYD) haruslah
menyesuaikan.

Penutup surat
Penutup surat, berisi:

• Salam penutup
• Jabatan
• Tanda tangan
• Nama (biasanya disertai nomor induk pegawai atau NIP)
• Tembusan surat, berupa penyertaan/pemberitahuan kepada atasan tentang
adanya suatu kegiatan

CONTOH SURAT RESMI


PEMERINTAH KABUPATEN PRINGSEWU
DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI PRINGSEWU
Jl. Raya Pringsewu Kecamatan Gadingrejo Telp. 1234567890
=========================================================
======================

Pringsewu, September 2018

No : 010/SKB/09/2018
Lampiran : –
Perihal : Pemberitahuan

Yth. Orang tua / Wali Murid


Kelas XII SMA Negeri Pringsewu
Di
Tempat

Dengan hormat,

Dalam rangka meningkatkan pengetahuan para siswa siswi SMA N Pringsewu khususnya
kelas XIII. Dengan surat ini saya selaku perwakilan dari tiap-tiap sekolah, ingin
mengadakan studi lapangan untuk siswa siswi baik kelas IPA di luar sekolah.

Adapun acara yang kami selenggarakan pada :


Hari/Tanggal : Senin, 01 Oktober 2018
Pukul : 08.00 s.d. 13.00 WIB
Tempat : Kebun Raya
Acara : Penelitian Flora Fauna Langka

Sekian surat ini kami sampaikan, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Kepala SMA N Pringsewu

Abimana, S.Pd.

15.7 Surat Niaga


Pengertian Surat Niaga adalah suatu surat yang dibuat/ dikeluarkan oleh seseorang atau
badan usaha/ perusahaan untuk keperluan niaga atau bisnis. Surat niaga digunakan bagi
badan yang menyelenggarakan kegiatan usaha niaga seperti industri dan usaha jasa.
Surat ini sangat berguna dalam membangun hubungan dengan pihak luar sehingga
harus disusun dengan baik. Surat niaga terdiri atas surat jual beli, kwintansi, dan
perdagangan; dan dapat dibagi atas surat niaga internal dan surat niaga eksternal.

Ciri-ciri surat niaga diantaranya yaitu: selalu berkaitan dengan hal bisnis atau
perdagangan; dibuat secara resmi dengan bahasa baku dan ketentuan penulisan surat
yang baik; menggunakan kata-kata yang baik dan persuasif untuk menarik perhatian;
menyampaikan maksud dan tujuan dengan jelas dan mudah dimengerti; cenderung
menggunakan bentuk formulir agar lebih efisien, hemat waktu, tenaga, dan biaya.

Jenis-jenis surat niaga diantaranya yaitu surat penawaran, surat penagihan, surat
penerimaan, surat pesanan,suarat pernyataan keberatan, surat aduan, surat edaran, surat
tagihan, surat telegram dan penegasannya.

Adapun fungsi dan tujuan surat niaga, diantaranya yaitu

• Sebagai wujud nyata atau bukti sah adanya perjanjian.


• Sebagai alat pengingat yang harus diarsipkan dan bisa digunakan setiap kali
diperlukan.
• Bisa menjadi wakil penulis dalam pertemuan dengan lawan bicaranya.
• Dapat digunakan sebagai panduan dalam menjalankan tugas.
• Bisa menjadi alat untuk promosi

Ada beberapa hal penting yang wajib diperhatikan saat membuat surat niaga,
diantaranya yaitu:
• Menyebutkan maksud dan tujuan surat dan dasar dibuatnya surat niaga tersebut.
Misalnya membuat surat pesanan, maka sebutkan surat pemesanan tersebut
berdasarkan adanya penawaran.
• Menyebutkan jenis dan jumlah produk/ jasa yang akan dipesan. Disarankan
membuat daftar pesanan dengan rapih agar mudah memeriksanya.
• Menyebutkan cara pengiriman barang/jasa yang ingin dipesan.
• Menyebutkan bagaimana cara pembayaran barang/jasa tersebut.
• Perlu menyebutkan bagaimana cara packing yang diinginkan.

CONTOH SURAT NIAGA

TOKO JAYARAYA
Jalan Mawar Merah No. 1001
Bandar Lampung
=========================================================
======================

Bandar Lampung, 12 September 2018

Nomor : 15/DS /EJ/2018


Hal : Pemesanan Alat Perlengkapan Belajar

Kepada Yth
Manager PT. Makmur Jaya
Jalan Melati Air No. 102
Bandar Lampung

Dengan hormat,

Menindaklanjuti surat penawaran anda, tanggal 09 Sepetember 2018, perihal Alat


Perlengkapan Belajar. Dengan ini kami bermaksud memesan :

• Meja Belajar 5 buah


• Lampu Belajar 10 buah

Keseluruhan barang yang kami pesan harap diterima selambat-lambatnya tanggal 30


September 2018.

Pembayaran terhadap seluruh pesanan kami, akan dilaksanakan 2 hari setelah barang-
barang pesanan seluruhnya kami terima. Sebagai bukti, kami akan mengirimkan
fotocopy tanda bukti pembayaran.
Atas perhatian dan kerjasama yang baik kami ucapkan terima kasih.

Hormat Kami,
Toko Jayaraya,

Indra Jaya

15.8 Surat Dinas


Surat dinas adalah jenis surat digunakan untuk kepentingan pekerjaan formal seperti
instansi dinas dan tugas kantor. Surat ini penting dalam pengelolaan administrasi dalam
suatu instansi. Fungsi surat dinas yaitu sebagai dokumen bukti tertulis, alat pengingat
berkaitan fungsinya dengan arsip, bukti sejarah atas perkembangan instansi, dan
pedoman kerja dalam bentuk surat keputusan dan surat instruksi. Ciri-ciri surat dinas,
diantaranya:

• Menggunakan kop surat dan instansi atau lembaga yang bersangkutan


• Menggunakan nomor surat, lampiran, dan perihal
• Menggunakan salam pembuka dan penutup yang baku
• Menggunakan bahasa baku atau ragam resmi
• Menggunakan cap atau stempel instansi atau kantor pembuat surat
• Format surat tertentu

Adapun fungsi Surat Dinas diantaranya yaitu menjadi bukti tertulis misalnya
kesepakatan, pemberian izin, dan pengambilan keputusan; menjadi arsip dalam suatu
instansi baik pemerintah maupun swasta; menjadi sejarah dalam perkembangan suatu
perusahaan; sebagai dokumen legal bagi setiap instansi; sebagai tanda adanya suatu
kegiatan dalam instansi tertentu.

CONTOH SURAT DINAS

SMA Mandiri
Jl. Mawar No. 100 Lampung
No. Telp. (021) 12345678
=========================================================
======================

Lampung, 2 Mei 2019

No : 159/SMA Mandiri/2019
Lampiran : –
Perihal : Undangan
Yth. Orang tua / Wali Murid
Kelas XI , XII, XII SMA Mandiri
Lampung

Assalamu’alaikum wr.wb

Dengan hormat,
Dalam rangka memperingati hari pendidikan nasional kepada para siswa dan siswi SMA
Mandiri, kami selaku pihak dari pendidikan sekolah akan menyelenggarakan acara lomba
cerdas cermat antar sekolah.

Adapun acara tersebut akan kami selenggarakan pada :

Hari/Tanggal : Rabu, 2 Mei 2019


Pukul : 08.00 s.d. 11.00 WIB
Tempat : Lampung
Acara : Lomba cerdas cermat

Demikian surat pemberitahuan ini kami sampaikan, atas segala perhatian dan
kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Kepala SMA Mandiri

Niagara Armanda, MPd

15.9 Surat Lamaran Kerja


Pengertian surat lamaran kerja adalah surat yang dibuat dan dikirimkan oleh seseorang
yang ingin bekerja di sebuah kantor, perusahaan ataupun instansi tertentu. Surat
lamaran pekerjaan termasuk surat dinas atau resmi. Oleh karena itu, terdapat aturan-
aturan tertentu yang harus diperhatikan dalam penulisannya. Secara umum surat
memiliki bagian-bagian seperti berikut ini:

• Tempat dan tanggal pembuatan surat


• Nomor surat
• Lampiran
• Hal atau perihal
• Alamat tujuan
• Salam pembuka
• Isi surat yang terbagi lagi menjadi tiga bagian pokok yaitu :
Paragraf pembuka
Isi surat
Paragraf penutup
• Salam penutup
• Tanda tangan dan nama terang

CONTOH SURAT LAMARAN KERJA

Yogyakarta,
10 Desember 2019

Kepada Yth.
Kepala bagian Personalia Kekinian Cafe
Jl. Melati No. 123 Lampung

Dengan Hormat,

Bersama dengan Surat lamaran pekerjaan yang telah saya buat ini, saya mengajukan diri
agar bisa bergabung di Perusahaan Bapak/Ibu pimpin. Saya yang menulis surat ini.

Nama : Chyntia Carolina


Alamat : Jl. Mangga no 98
Tempat dan Tanggal Lahir : Lampung, 4 Januari 1991
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan Terakhir : SMA
No Telp : 0800 00101010
Dan sebagai bahan untuk pertimbangan, saya melampirkan:

Pas foto 4 x 6 2 lembar


Daftar Riwayat Hidup
Foto Copy Kartu Tanda Penduduk
Foto Copy Surat Ijin Mengemudi
Foto Copy Kartu Keluarga
Foto Copy Ijazah Terakhir

Sungguh besar harapan saya agar dapat bekerjasama dengan Perusahaan yang
Bapak/Ibu pimpin. Maka dengan ini saya akan menerima segala tahap pengujian. Atas
perhatiannya Bapak/Ibu pimpinan berikan, saya ucapkan banyak terima kasih.

Hormat Saya

(Chyntia Carolina)

Anda mungkin juga menyukai