Anda di halaman 1dari 6

Nama : Gilang Febrian Valentino

NIM : 2004551022
Kelas : A

TUGAS MATKUL ETIKA & TANGGUNG JAWAB PROFESI


1. Pendapat para sarjana mengenai moral

Moral diambil dari bahasa latin mos yang berarti kebiasaan atau adat istiadat. Kata
‘bermoral’ mengacu pada bagaiman suatu masyarakat yang berbudaya berperilaku.
Moral dan moralitas memiliki arti yang sama. Moralitas adalah sifat moral atau
keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk. Berikut merupakan
pengertian moral menurut para sarjana:

1. W. Poespoprodjo

Moral adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang menunjukkan bahwa perbuatan
itu benar atau salah, baik atau buruk. Moralitas mencakup tentang baik buruknya
perbuatan manusia

2. Baron, dkk
Moral adalah hal-hal yang berhubungan dengan larangan dan tindakan yang
membicarakan salah atau benar sesuai dengan peraturan dan kaedah yang ada
3. De Vos
Moral adalah keseluruhan aturan, kaidah, atau hukum yang berbentuk perintah dan
larangan, yang mengatur perilaku manusia dan masyarakat di mana manusia itu
berada.
4. Bertens
Moral dekat denga kata “etika” yakni kumpulan asas atau nilai moral. Yang kemudian
nilai-nilai itu dirumuskan dalam suatu norma tertulis yang kemudian disebut kode
etik.
5. Magnis-Suseno
Moral tidak hanya berwujud menjadi nilai tetapi juga norma. Norma moral inilah
yang menjadi ukuran untuk menilai baik-buruknya seseorang sebagai manusia.
6. Sonny Keraf
Moral adalah sesuatu yang dapat dipakai sebagai dasar untuk menentukan tindakan
seseorang yang dianggap baik atau buruk di dalam suatu masyarakat.
7. Immanuel Kant
Kesesuaian sikap perbuatan kita dengan norma atau hukum batiniah kita yakni apa
yang kita pandang sebagai kewajiban kita. Moralitas akan tercapai apabila kita
menaati hukum bukan karena itu akan menguntungkan kita atau karena takut pada
sanksinya, melainkan kita sendiri menyadari bahwa itu merupakan suatu kewajiban
yang harus ditaati.

2. Macam-macam moral

Macam-macam moral dapat dibedakan sebagai berikut:

 Moral Murni ialah moral yang terdapat pada setiap manusia sebagai suatu
perwujudan pancaran ilahi (hati nurani).
 Moral Terapan ialah moral yang didapat dari berbagai ajaran filosofis, agama,
adat yang menguasai pemutaran manusia.

Sedangkan untuk jenis-jenis moral dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Moral Ketuhanan

Moral yang berhubungan dengn keagamaan / religius. Moral Ketuhanan dimaknai


sebagai hal yang berkaitan dengan keagamaan atau kepercayaam, sebagai macam
moral yang bersifat religius bersumberkan dari ajaran agama tertentu dan memiliki
pengaruh yang relatif terhadap diri seseorang. Contoh; menghargai sesama manusia,
menghargai agama atau keyakinan yang berlainan, dan hidup berdampingan dengan
rukun antar umat yang berbeda keyakinan.

2. Moral Ideologi dan Filsafat

Moral yang berhubungan dengan semangat jiwa kebangsaan, loyalitas pad cita-cita
bangsa dan negara. Moral ideologi dan filsafat merupakan moral yang berhubungan
dengan semangat kebangsaan, kepatuhan serta kesetiaan kepada bangsa dan negara,
dengan mencapai tujuan yang hendak dicapai secara bersamaan. Misalnya,
menjunjung tinggi nilai-nilai penting dari dasar negara Indonesia yaitu Pancasila.

3. Moral Etika dan Kesusilaan


Moral yang berkaitan dengan kesusilaan dan etika yang dijunjung suatu bangsa,
masyarakat, serta negara baik secara tradisi maupun budaya. Contohnya misalkan
ketika seseorang mengharagai orang lain yang miliki perbedaan pendapat.

4. Moral Disiplin dan Hukum

Moral yang berkaitan dengan kode etik dan profesionalitas serta hukum yang berlaku
di tengah suatu masyarakat atau negara. Contoh perwujudannya dengan melakukan
aktivitas sesuai aturan yang berlaku seperti menggunakan perlengkapan sesuai hukum
lalu lintas ketika berkendara.

3. Perbedaan Moral, Moralis, dan Moralitas

Moral adalah penilaian tentang yang baik dan buruk, kerana moral merupakan nilai yang
sebenarnya. Hal tersebut berarti moral adalah kesaran manusia dalam bersikap dan
berperilaku. Bertens juga menambahkan bahwa kesadaran moral adalah kesadaran
manusia tentang diri sendiri, di dalam mana kita melihat diri kita sendiri dalam
berhadapan dengan baik-buruk.

Moralitas adalah keseluruhan norma-norma, nilai-nilai, dan sikap moral seseorang atau
sebuah masyarakat. nilai-nilai moral itu berada dalam suatu wadah yang disebut
moralitas, karena di dalamnya terdapat unsur-unsur keyakinan dan sikap batin dan bukan
hanya sekedar penyesuain diri dengan aturan dari luar diri manusia.

Bertens membedakan sifat moralitas, yakni moralitas dapat bersifat intrinsik dan
ekstrinsik. moralitas yang bersifat intrinsik berasal dari diri manusia itu sendiri, sehingga
perbuatan manusia itu baik atau buruk terlepas atau tidak dipengaruhi oleh peraturan
hukum yang ada. Moralitas intrinsik ini esensinya terdapat dalam perbuatan manusia itu
sendiri. sedangkan moralitas ekstrinsik penilaiannya didasarkan pada perturan hukum
yang berlaku, baik yang bersifat perintah ataupun larangan. Moralitas yang bersifat
ekstrinsik ini merupakan realitas bahwa manusia itu terikat pada nilai-nilai atau norma-
norma yang diberlakukan dalam kehidupan bersama.

Moralis pengertiannya di dalam KBBI adalah orang yang mementingkan moral atau
orang yang menaruh perhatian terhadap pengaturan moral orang lain. Sehingga
didapatkan pengertian yang utuh dari gabungan pengertian-pengertian sebelumnya, yaitu
bahwa moralis adalah orang yang mengedepankan penilaian baik dan buruk dalam
bertindak sesuai dengan pengaturan nilai moral yang berlaku atau juga orang yang
menitikberatkan tindakan orang lain sesuai dengan nilai moral yang ia anut.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi moralitas

Pembentukan moral pastinya tidak lepas dari aspek perubahan atau perkembangan
manusia. Sehingga dalam pembentukan moral ada faktor-faktor yang mempengaruhi
moralitas, yang secara garis besar dapat dibedakan menjadi faktor internal dan juga faktor
eksternal.

Faktor Internal
Faktor Internal penentu moralitas berarti bahwa moralitas itu terbentuk dari adanya nilai-
nilai moral yang ditanamkan Tuhan pada pikiran manusia. Mirip seperti konsep hukum
kodrati yang dibawakan Thomas Aquinas, yakni hukum yang bersumber dari nilai-nilai
alamiah yang sudah tertanam dalam diri manusia.

Nilai-nilai moral itu kemudian ditentukan oleh apa dan bagaimana manusia dalam
menjalankan hidupnya. Faktor penentunya berkaitan dengan apa tujuan manusia itu
hidup. Tujuan sendiri terbagi dalam dua, yaitu tujuan mengenai apa yang diinginkan
seorang manusa. Manusia yang memiliki keinginan yang baik akan menghasilkan
moralitas yang baik. Tujuan yang kedua ialah apa yang ingin dicapai.

Faktor Eksternal
Faktor eksternal digambarkan Thomas Hobbes dalam bukunya “Leviathan” manusia
sebagai makhluk yang secara alamiah bebas, artinya manusia itu bebas. Selanjutnya,
Hobbes juga menyatakan bahwa pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang mencari
kebahagiaanya masing-masing (individu), karenanya manusia dapat menjadi serigaa bagi
manusia lain. Dimana akhirnya manusia bersepakat untuk membentuk sebuah kontrak
sosial untuk membentuk suatu tataran sosial yang menjadi pedoman mengenai baik dan
buruk dan apa yang boleh dilakukan atau tidak. Hal ini berlanjut hingga nilai-nilai
kontrak sosial tadi menjadi sebuah kebiasaan, kemudian berlanjut hingga menjadi sebuah
standard moral, hingga menjadi sebuah moralitas

Dalam skala besar, konsep yang dibawakan oleh Jermy Bentham mengenai moralitas
membawa istilah mala in se dan mala in prohibitia. Istilah yang pertama merupakan
tindakan yang dinyatakan sebagai tindakan jahat karena bertentangan dengan nilai moral
secara universal. Sedangkan mala in prohibitia ialah tindakan yang mula-mula suatu
tindakan bukanlah merupakan perbuatan yang bertentangan dengan moralitas, namun
kemudian dinyatakan sebaliknya oleh negara yang memutuskan untuk mengkriminalisasi
hal tersebut.
Santrock dalam bukunya Perkembangan Remaja (2003) mengemukakan beberapa faktor
yang mempengaruhi moralitas seseorang, yaitu sebagai berikut:

1. Modeling

Seseorang yang dihadapkan pada model yang bertingkah laku secara moral, mereka
cenderung meniru tingkah laku model tersebut. Selain itu, efektivitas meniru model
tergantung pada karakteristik model itu sendiri, misalnya kekuasaan, kehangatan,
keunikan dan lain-lain. Kehadiran proses kognitif, seperti kode simbolik dan
perumpamaan untuk meningkatkan ingatan mengenai tingkah laku moral.

2. Situasional

Moral dan tingkah laku seseorang tergantung pada situasinya, seperti faktor
lingkungan dan kesenjangan antara pemikiran moral dan tindakan moral. Seseorang
cenderung tidak menunjukkan tingkah laku yang konsisten dalam situasi sosial yang
berbeda-beda.

3. Lingkungan

Kepribadian seorang individu tidak dapat berkembang, demikian pula halnya dengan
moral dimana nilai-nilai moral yang dimiliki seseorang merupakan sesuatu yang
diperoleh dari luar dirinya. Seseorang diajarkan oleh lingkungannya mengenai
bagaimana ia harus bertingkah laku yang baik dan tingkah laku yang tidak baik atau
salah. Lingkungan ini dapat berarti orang tua, saudara, teman-teman, guru dan
sebagainya.

4. Diri

Landasan motivasional bagi perilaku moral berada pada tuntutan internal untuk
perealisasian konsistensi diri secara psikologis. Self atau diri adalah pengorganisasian
mengenai informasi keterhubungan diri dimana terdapat banyak elemen yang
tergabung di dalamnya dan membentuk beberapa konsistensi psikologis

Anda mungkin juga menyukai