Anda di halaman 1dari 37

EPIDEMIOLOGI

TUBERKULOSIS

OLEH:
SANTI DELIANI R, S.ST, S.KM, M.Epid.
TUJUAN PEMBELAJARAN
1) Mahasiswa mampu mengetahui situasi tuberkulosis di Indonesia
2) Mahasiswa mampu memahami konsep dasar penyakit Tuberkulosis,
perjalanan penyakit, faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit
tuberculosis dan penatalaksanaannya
3) Mahasiswa mengetahui pengendalian penyakit Tuberkulosis di Indonesia
POKOK BAHASAN

PENGENDALIAN
SITUASI TUBERKULOSIS TUBERKULOSIS DI
DI INDONESIA INDONESIA

KONSEP DASAR
TUBERKULOSIS &
TATALAKSANA
MASIH INGAT SALURAN
PERNAFASAN?
SITUASI TUBERKULOSIS
DI INDONESIA
SITUASI TUBERKULOSIS DI DUNIA

• Secara global, tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden


TBC (CI 8,8 juta – 12, juta) à 120 kasus per 100.000
penduduk.

• Lima negara dengan insiden kasus tertinggi yaitu India,


Indonesia, China, Philipina, dan Pakistan seperti yang
terlihat pada gambar berikut ini.
SITUASI TUBERKULOSIS DI DUNIA

• Badan kesehatan dunia mendefinisikan negara dengan


beban tinggi/high burden countries (HBC) untuk TBC
berdasarkan 3 indikator yaitu TBC, TBC/HIV, dan MDR-TBC.

• Terdapat 48 negara yang masuk dalam daftar tersebut. Satu


negara dapat masuk dalam salah satu daftar tersebut, atau
keduanya, bahkan bisa masuk dalam ketiganya.

• Indonesia bersama 13 negara lain, masuk dalam daftar HBC


untuk ke 3 indikator tersebut. Artinya Indonesia memiliki
permasalahan besar dalam menghadapi penyakit TBC.
SITUASI TUBERKULOSIS DI INDONESIA
• Jumlah kasus TB di Indonesia menurut Laporan WHO tahun
2015, diperkirakan ada 1 juta kasus TB baru pertahun (399
per 100.000 penduduk) dengan 100.000 kematian pertahun
(41 per 100.000 penduduk).

• Diperkirakan 63.000 kasus TB dengan HIV positif (25 per


100.000 penduduk).

• Angka Notifikasi Kasus (Case Notification Rate/CNR) dari


semua kasus, dilaporkan sebanyak 129 per 100.000
penduduk.

• Jumlah seluruh kasus 324.539 kasus, diantaranya 314.965


adalah kasus baru.

• Secara nasional perkiraan prevalensi HIV diantara pasien TB


diperkirakan sebesar 6,2%.

• Jumlah kasus TB-RO diperkirakan sebanyak 6700 kasus


yang berasal dari 1,9% kasus TB- RO dari kasus baru TB dan
ada 12% kasus TB-RO dari TB dengan
SITUASI TUBERKULOSIS DI INDONESIA
KONSEP DASAR
TUBERKULOSIS
DEFINISI TUBERKULOSIS

• Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan


oleh kuman Mycobacterium tuberculosis.
• Terdapat beberapa spesies Mycobacterium, antara lain:
M.tuberculosis, M.africanum, M. bovis, M. Leprae dsb.
• Yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA).
• Kelompok bakteri Mycobacterium selain Mycobacterium
tuberculosis yang bisa menimbulkan gangguan pada saluran
nafas dikenal sebagai MOTT (Mycobacterium Other Than
Tuberculosis) à terkadang bisa mengganggu penegakan
diagnosis dan pengobatan TB.
SIFAT KUMAN
MYCOBACTERIUM TUBERKULOSIS
• Berbentuk batang dengan panjang 1-10 mikron, lebar 0,2 –
• 0,6 mikron.
• Bersifat tahan asam dalam perwanraan dengan metode Ziehl
• Neelsen, berbentuk batang berwarna merah dalam
• pemeriksaan dibawah mikroskop.
• Memerlukan media khusus untuk biakan, antara lain
• Lowenstein Jensen, Ogawa.
• Tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup
• dalam jangka waktu lama pada suhu antara 4°C sampai
• minus 70°C.
• Kuman sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan
• sinar ultra violet. Paparan langsung terhada sinar ultra violet, sebagian
besar kuman akan mati dalam waktu beberapa menit. Dalam dahak
pada suhu antara 30-37°C akan mati dalam waktu lebih kurang 1
minggu.
• Kuman dapat bersifat dorman.
PENULARAN TUBERKULOSIS

PASIEN DENGAN BTA (+) MENGELUARKAN DAHAK UDARA TERCEMAR OLEH


(BATUK/BERSIN) BAKTERI TUBERKULOSIS

Sumber penularan: pasien TB terutama pasien yang mengandung kuman TB dalam dahaknya

TERINFEKSI DAYA TAHAN TUBUH TURUN TERHIRUP OLEH ORANG LAIN


PERJALANAN ALAMIAH TB PADA
MANUSIA

PAPARAN INFEKSI

SEMBUH/ MENINGGAL
MENDERITA SAKIT DUNI
PERJALANAN ALAMIAH TB PADA MANUSIA
PAPARAN INFEKSI
Peluang peningkatan paparan: • Reaksi daya tahan tubuh akan terjadi setelah 6–14 minggu setelah infeksi.
• Jumlah kasus menular di masyarakat. • Lesi umumnya sembuh total namun dapat saja kuman tetap hidup dalam
• Peluang kontak dengan kasus menular. lesi tersebut (dormant) dan suatu saat dapat aktif kembali tergantung dari
• Tingkat daya tular dahak sumber penularan. daya tahun tubuh manusia.
• Intensitas batuk sumber penularan.
• Kedekatan kontak dengan sumber penularan. • Penyebaran melalui aliran darah atau getah bening dapat terjadi sebelum
• Lamanya waktu kontak dengan sumber penularan. penyembuhan lesi.

FAKTOR RISIKO MENINGGAL DUNIA


Faktor risiko untuk menjadi sakit TB adalah tergantung dari: Faktor risiko kematian akibat TB:

• Konsentrasi/jumlah kuman yang terhirup • Akibat dari keterlambatan diagnosis


• Lamanya waktu sejak terinfeksi • Pengobatan tidak adekuat.
• Usia seseorang yang terinfeksi • Adanya kondisi kesehatan awal yang buruk atau penyakit penyerta.
• Tingkat daya tahan tubuh seseorang (infeksi HIV, malnutrisi/gizi) • Pada pasien TB tanpa pengobatan, 50% diantaranya akan meninggal dan
• Infeksi HIV. risiko ini meningkat pada pasien dengan HIV positif. Begitu pula pada
Pada seseorang yang terinfeksi TB, 10% diantaranya akan menjadi sakit ODHA, 25% kematian disebabkan oleh TB.
TB. Namun pada seorang dengan HIV positif akan meningkatkan kejadian
TB. Orang dengan HIV berisiko 20-37 kali untuk sakit TB dibandingkan
dengan orang yang tidak terinfeksi HIV, dengan demikian penularan TB di
masyarakat akan meningkat pula.
TANDA DAN GEJALA
• Batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih;
• Dahak bercampur darah;
• Batuk berdarah;
• Sesak nafas;
• Badan lemas;
• Nafsu makan menurun;
• Berat badan menurun;
• Malaise;
• Berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik;
• Demam meriang lebih dari satu bulan.
TANDA DAN GEJALA
• Gambaran rontgenologis, sudah tampak 2-3 tahun sebelum ada gejala
klinis.
• Pemeriksaan laboratorium dahak :
1. terdapat basil tahan asam;
2. cairan pleura (makroskopis dan mikroskopis);
3. darah (tidak khas).
• Uji tuberculin
v Untuk melihat adanya reaksi imunitas selular setelah 4-6 minggu
infeksi pertama dengan basil tbc. Dilakukan tes Mantoux dengan
Purified Derivative of Tuberculin (PPD), disuntikkan intradermal
pada 1/3 atas ektensor kiri. Pembacaan 6-8 jam/48 jam/72 jam,
hasil positif bila terjadi indurasi > 10 mm.
v Uji tuberkulin dapat dipakai untuk:
1. Mencapai high-risk group untuk TB;
2. Pra vaksinasi BCG
3. Surveilans TB untuk menemukan prevalensi infeksi TB dan
insidens TB
DIAGNOSIS TB

Keluhan (hasil anamnesis) Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium lainnya
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan Bakteriologi Pemeriksaan Penunjang lainnya
• Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung • Pemeriksaan foto thoraks
• Pemeriksaan tes cepat molekuler (TCM) TB • Pemeriksaan histopatologi pada kasus yang dicurigai TB ekstraparu.
• Pemeriksaan biakan: media padat (Lowenstein-Jensen) dan media cair
(Mycobateria Growth Indicator Tube)

Pemeriksaan Uji Kepekaan Obat Pemeriksaan Serologis

• Uji kepekaan obat bertujuan untuk menentukan ada tidaknya • Sampai saat ini belum direkomendasikan.
resistensi M.tb terhadap OAT.
• Uji kepekaan obat tersebut harus dilakukan di laboratorium yang
telah lulus uji pemantapan mutu/Quality Assurance (QA), dan
mendapatkan sertifikat nasional maupun internasional.
FAKTOR RISIKO TERJADINYA TUBERKULOSIS

Kuman Penyebab TB

Penurunan daya tahan Faktor lingkungan dan


tubuh perilaku
FAKTOR RISIKO TERJADINYA TB

KUMAN PENYEBAB TB (MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS) FAKTOR LINGKUNGAN

• Pasien TB dengan BTA positif lebih besar risiko menimbulkan • Lingkungan perumahan padat dan kumuh akan memudahkan
penularan dibandingkan denganBTA negatif. penularan TB.
• Makin tinggi jumlah kuman dalam percikan dahak, makin besar • Ruangan dengan sirkulasi udara yang kurang baik dan tanpa
risiko terjadi penularan. cahaya matahari akan meningkatkan risiko penularan.
• Makin lama dan makin sering terpapar dengan kuman,
• makin besar risiko terjadi penularan
FAKTOR RISIKO TERJADINYA TB

DAYA TAHAN TUBUH PERILAKU SOSIAL EKONOMI

• Lanjut usia • Batuk dan cara membuang dahak • TB terutama terjadi pada kelompok
pasien TB yang tidak sesuai etika sosial ekonomi lemah.
• Ibu hamil
akan meningkatkan paparan kuman
• Ko-infeksi dengan HIV dan risiko penularan.
• Penyandang diabetes melitus • Merokok meningkatkan risiko terkena
• Gizi buruk TB paru sebanyak 2,2 kali.
• Sikap dan perilaku pasien TB tentang
• Imunosupresif penularan, bahaya, dan cara
pengobatan.
PASIEN TB
TERDIAGNOSIS
SECARA KLINIS

PASIEN TB
TERKONFIRMASI
BAKTERIOLOGIS

DEFINISI KASUS
DEFINISI KASUS

PASIEN TB YANG TERKONFIRMASI BAKTERIOLOGIS PASIEN TB TERDIAGNOSIS SECARA KLINIS

• Pasien TB yang terbukti positif pada hasil pemeriksaan contoh uji • Pasien yang tidak memenuhi kriteria terdiagnosis secara
biologinya (sputum dan jaringan) melalui pemeriksaan mikroskopis bakteriologis tetapi didiagnosis sebagai pasien TB aktif oleh
langsung, TCM TB, atau biakan. dokter, dan diputuskan untuk diberikan pengobatan TB.
• Termasuk dalam kelompok pasien ini adalah: • Termasuk dalam kelompok pasien ini adalah:
1. Pasien TB paru BTA positif 1. Pasien TB paru BTA negatif dengan hasil pemeriksaan foto
2. Pasien TB paru hasil biakan M.tb positif toraks mendukung TB.
3. Pasien TB paru hasil tes cepat M.tb positif 2. Pasien TB paru BTA negatif dengan tidak ada perbaikan klinis
4. Pasien TB ekstraparu terkonfirmasi secara bakteriologis, setelah diberikan antibiotika non OAT, dan mempunyai faktor
baik dengan BTA, biakan maupun tes cepat dari contoh uji risiko TB.
jaringan yang terkena. 3. Pasien TB ekstraparu yang terdiagnosis secara klinis maupun
5. TB anak yang terdiagnosis dengan pemeriksaan laboratoris dan histopatologis tanpa konfirmasi bakteriologis.
bakteriologis. 4. TB anak yang terdiagnosis dengan sistim skoring.
KLASIFIKASI PASIEN TB

Berdasarkan lokasi Berdasarkan riwayat


anatomi penyakit pengobatan sebelumnya

Berdasarkan hasil uji Berdasarkan status HIV


kepekaan obat
KLASIFIKASI PASIEN TB

1. Berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit

TUBERKULOSIS PARU TUBERKULOSIS EKSTRA PARU


• TB yang berlokasi pada parenkim (jaringan) paru. • TB yang terjadi pada organ selain paru, misalnya: pleura,
• Milier TB dianggap sebagai TB paru karena adanya lesi pada kelenjar limfe, abdomen, saluran kencing, kulit, sendi, selaput
jaringan paru. otak dan tulang.
• Pasien yang menderita TB paru dan sekaligus juga menderita TB • Diagnosis TB ekstra paru dapat ditetapkan berdasarkan hasil
ekstra paru, diklasifikasikan sebagai pasien TB paru. pemeriksaan bakteriologis atau klinis. Diagnosis TB ekstra paru
harus diupayakan secara bakteriologis dengan ditemukannya
Mycobacterium tuberculosis.
KLASIFIKASI PASIEN TB

2. Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya

PASIEN BARU TB PASIEN YANG PERNAH DIOBATI TB


• Pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan TB sebelumnya • Pasien yang sebelumnya pernah menelan OAT selama 1 bulan atau lebih
atau sudah pernah menelan OAT namun kurang dari 1 bulan (˂ dari 28 (≥ dari 28 dosis).
dosis). • Pasien ini selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan hasil pengobatan TB
terakhir, yaitu:
1. Pasien kambuh: adalah pasien TB yang pernah dinyatakan sembuh
atau pengobatan lengkap dan saat ini didiagnosis TB berdasarkan
hasil pemeriksaan bakteriologis atau klinis (baik karena benar-benar
kambuh atau karena reinfeksi).
2. Pasien yang diobati kembali setelah gagal: adalah pasien TB yang
pernah diobati dan dinyatakan gagal pada pengobatan terakhir.
3. Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up):
adalah pasien yang pernah diobati dan dinyatakan lost to follow up.
(Klasifikasi ini sebelumnya dikenal sebagai pengobatan pasien
setelah putus berobat /default).
4. Lain-lain: adalah pasien TB yang pernah diobati namun hasil akhir
pengobatan sebelumnya tidak diketahui.
KLASIFIKASI PASIEN TB

3. BERDASARKAN HASIL UJI KEPEKAAN OBAT 4. BERDASARKAN STATUS HIV


• Mono resistan (TB MR): Mycobacterium tuberculosisresistan terhadap • Pasien TB dengan HIV positif;
salah satu jenis OAT lini pertama saja. • Pasien TB dengan HIV negatif;
• Poli resistan (TB PR): Mycobacterium tuberculosisresistan terhadap lebih • Pasien TB dengan status HIV tidak diketahui.
dari satu jenis OAT lini pertama selain Isoniazid (H) dan Rifampisin (R)
secara bersamaan.
• Multi drug resistan (TB MDR): Mycobacterium tuberculosisresistan
terhadap Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan, dengan
atau tanpa diikuti resitan OAT lini pertama lainnya.
• Extensive drug resistan (TB XDR): adalah TB MDR yang sekaligus juga
Mycobacterium tuberculosis resistan terhadap salah satu OAT golongan
fluorokuinolon dan minimal salah satu dari OAT lini kedua jenis suntikan
(Kanamisin, Kapreomisin dan Amikasin).
• Resistan Rifampisin (TB RR): Mycobacterium tuberculosisresistan
terhadap Rifampisin dengan atau tanpa resistensi terhadap OAT lain yang
terdeteksi menggunakan metode genotip (tes cepat molekuler) atau
metode fenotip (konvensional).
UPAYA PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO TUBERKULOSIS

PENGENDALIAN KUMAN TB PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO INDIVIDU

• Mempertahankan cakupan pengobatan dan keberhasilan • Membudayakan PHBS atau Perilaku Hidup Bersih dan Sehat,
pengobatan tetap tinggi makan makanan bergizi, dan tidak merokok
• Membudayakan perilaku etika berbatuk dan cara membuang
• Melakukan penatalaksanaan penyakit penyerta (komorbid TB)
dahak bagi pasien TB
yang mempermudah terjangkitnya TB, misalnya HIV, diabetes, dll. • Meningkatkan daya tahan tubuh melalui perbaikan kualitas nutrisi
bagi populasi terdampak TB
• Pencegahan bagi populasi rentan
1. Vaksinasi BCG bagi bayi baru lahir
2. Pemberian profilaksis INH pada anak di bawah lima tahun
3. Pemberian profilaksis INH pada ODHA selama 6 bulan dan
diulang setiap 3 tahun
4. Pemberian profilaksis INH pada pasien dengan indikasi
klinis lainnya seperti silikosis
UPAYA PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO TUBERKULOSIS

PENGENDALIAN FAKTOR PENGENDALIAN INTERVENSI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN


LINGKUNGAN DAERAH BERISIKO PENULARAN INFEKSI

• Mengupayakan lingkungan sehat • Kelompok khusus maupun Semua fasyankes yang memberi layanan
masyarakat umum yang berisiko tinggi TB harus menerapkan PPI TB untuk
• Melakukan pemeliharaan dan
penularan TB (lapas/rutan, memastikan berlangsungnya deteksi
perbaikan kualitas perumahan dan masyarakat pelabuhan, tempat kerja, segera, tindakan pencegahan dan
lingkungannya sesuai persyaratan
institusi pendidikan berasrama, dan pengobatan seseorang yang dicurigai
baku rumah sehat. tempat lain yang teridentifikasi atau dipastikan menderita TB.
berisiko.
• Penemuan aktif dan masif di
masyarakat (daerah terpencil, belum
ada program, padat penduduk).
PENANGANAN KASUS
PENGOBATAN TUBERKULOSIS PRINSIP PENGOBATAN TUBERKULOSIS

Tujuan pengobatan Tuberkulosis adalah: Pengobatan TB merupakan salah satu upaya paling efisien untuk
1. Menyembuhkan pasien dan memperbaiki produktivitas serta mencegah penyebaran lebih lanjut kuman TB.
kualitas hidup.
2. Mencegah terjadinya kematian oleh karena TB atau dampak Pengobatan yang adekuat harus memenuhi prinsip:
buruk selanjutnya. 1. Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat
3. Mencegah terjadinya kekambuhan TB. mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinya
4. Menurunkan risiko penularan TB. resistensi.
5. Mencegah terjadinya dan penularan TB resistan obat. 2. Diberikan dalam dosis yang tepat.
3. Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO
(Pengawas Menelan Obat) sampai selesai pengobatan.
4. Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup,
terbagi dalam dua (2) tahap yaitu tahap awal serta tahap
lanjutan.
JENIS OBAT TUBERKULOSIS
PANDUAN OAT YANG DIGUNAKAN DI INDONESIA
STRATEGI PENGENDALIAN

D.O.T.S
(DIRECTLY OBSERVED TREATMENT SHORT-COURSE)

PENINGKATAN & PENGOBATAN YANG


KESINAMBUNGAN STANDAR SISTEM MONITORING,
PENCATATAN, DAN
PENDANAAN
PELAPORAN

PENEMUAN KASUS
KETERSEDIAAN OAT
MELALUI
YANG EFEKTIF
PEMERIKSAAN DAHAK
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai