Anda di halaman 1dari 7

Pohon Masalah

(Analisis Akar Masalah)


Supervisi
Tim tidak melakukan proses Pendampingan dan feedback oleh
dengan benar Supervisor & RTA

Skor PRS rendah


1) Problem identification & Tim tidak punya tools yang
Review tools oleh PO/Manager
RCA (3) tepat
2) Resource mapping (1)
3) SMART (1)
Personil yang diseleksi tidak
punya kemampuan
Tim tidak punya
kemampuan yang
dibutuhkan
Tim tidak dibekali pelatihan
Mengapa tim PUSPA yang adekuat
(1) CPD oleh HLP;
mendapat skor grading (2) Pendampingan oleh
merah? Supervisor
Tim tidak menguasai topik
(skor CBT)
Tim tidak mampu cover
% Topik yg dapat skor merah semua topik
Tim menguasai topik tapi Advokasi oleh Supervisor
tinggi
terhambat faktor eksternal dan PIC Dinkes ke
1) Kel. Rentan
(puskesmas) Puskesmas
2) 3T
3) Promkes
4) Lintas sektor
Pendampingan oleh
5) Data Tim tidak termotivasi
Supervisor bersama HR
6) Logistik
7) Pelayanan esensial Tim tidak mau cover semua
topik
Tim termotivasi namun Pendampingan dan
tidak merasa topik harus feedback oleh Supervisor
diintervensi & RTA

PUSPA
Monev & Troubleshooting

Indikator Outcome Indikator Output Indikator Proses

Penurunan >50% kasus Kepatuhan 3M 1. SOP (tes, pelacakan kontak, surveilans berbasis
baru dalam 2 minggu menjadi 80% masyarakat, pemantauan isolasi dan karantina,
terakhir promosi kesehatan berbasis masyarakat, manajemen
dan pelaporan data dengan Pikobar, pencegahan dan
Target pengujian pengendalian infeksi, modifikasi pelayanan esensial
Penurunan >50% kasus
menjadi 1/1000 lewat UKBM)
suspek dalam 2 minggu
penduduk 2. Desa/kelurahan siaga aktif strata madya mencakup
terakhir
minimal 80% desa atau kelurahan di wilayah kerja
Rasio positif <5% 80% kasus positif puskesmas
dalam 2 minggu dilacak kontaknya 3. 50 kader terlatih di tiap wilayah kerja puskesmas
terakhir dalam 72 jam 4. Kohort dan peta kelompok rentan
5. 4500 orang diedukasi per bulan
90% kontak erat 6. 10 tempat publik menerapkan protokol kesehatan
melakukan 7. Mass-tracing Pikobar digunakan di tempat publik
karantina mandiri 8. Peta sasaran prioritas dan rencana aksi pelayanan
KIA, gizi, PTM
12 kabupaten/kota
memiliki rencana
penguatan pelayanan
kesehatan primer pada
tahun 2022

PUSPA
Monev & Troubleshooting Merasa sehat karena
tidak bergejala
Pohon Masalah: Testing Strategi: melibatkan unsur
Warga tidak mau Takut dikucilkan orang masyarakat dalam promosi
dites di sekitar (stigma) kesehatan dan dorong adanya
bantuan uang/makanan untuk
Takut kehilangan orang yang diisolasi dari Dinsos
pendapatan harian atau swadaya masyarakat.
kalau harus diisolasi
# orang dites per
hari
Strategi: advokasi ke Dinkes untuk
Kapasitas tes dari
menambah kapasitas tes (level
labkesda menurun
kabupaten/kota)

Puskesmas tidak Strategi: memperluas kriteria tes


# orang dites Warga tidak bisa tes dengan melakukan tes pada
melakukan tes karena
kriteria tidak sesuai kelompok tidak bergejala

Strategi: Warga tidak dites


# hari per minggu memperbanyak hari Strategi: memperluas akses tes
secara tidak sengaja
tersedia tes tes agar setiap kasus
Rasio positif tes bisa cepat dites
COVID-19

# tes pada gejala


sedang-berat
Kelompok bergejala (terutama
# tes pada gejala sedang-berat) lebih besar
# hasil positif kemungkinannya untuk
ringan Kontak erat
Tes pada kelompok tidak mendapat hasil positif. Strategi:
bergejala diutamakan pada memperbanyak tes pada
# tes pada kelompok kontak erat dan pelaku kelompok gejala ringan dan
Pelaku perjalanan
tidak bergejala perjalanan. Kontak erat perlu tidak bergejala.
dites di hari ke-4 atau 5 sesudah
paparan terakhir.
Tes rutin

PUSPA
Monev & Troubleshooting # tracer
Strategi: melibatkan unsur masyarakat
sebagai tracer (kader)
Pohon Masalah: Tracing
# kontak erat (tidak Durasi per kontak Ideal: 10-15 min
# kontak bisa
bergejala)
dihubungi /
dijangkau Manajemen
Alokasi waktu kerja
# kontak erat per SDM
A tracer
# kontak tidak bisa Strategi: (1) melibatkan unsur
# kontak erat, suspek, dihubungi / masyarakat (RT, RW, dsb); (2)
dan probable terlacak dijangkau pendekatan komunikasi bottom-up

Strategi: (1) pemeriksaan pada kelompok


# kasus penemuan
rentan; (2) pemeriksaan di tempat massal
aktif
(panti, pesantren, penjara)
# suspek, probable
(bergejala)
Strategi: (1) pelibatan kader & RT sebagai
# kasus kunjungan
Pelacakan kontak dalam tempat melapor; (2) pelibatan FKTP swasta
faskes
72 jam u/ berbagi data

# kasus dari list


kontak erat (klaster)
# kasus ditemukan
puskesmas
B # kasus non-klaster
Jika >20%, pelacakan kontak buruk
Strategi: lihat bagan A
# kasus konfirmasi
terdeteksi
# kasus <72 jam
# kasus dari sejak terdiagnosis
eksternal
(dinkes/RS) Jika >20%, perlu advokasi
# kasus >72 jam
ke Dinkes agar lebih cepat
sejak terdiagnosis
(level kabupaten/kota)
PUSPA
Monev & Troubleshooting
# kontak yang diberi penjelasan
Pohon Masalah: Treatment tentang cara karantina dengan
benar Strategi: (1) melatih pendamping
tentang cara konseling dan penggunaan
# kontak yang didampingi per app; (2) monev pendampingan
nakes # kontak yang dibantu
Pendampingan karantina menyiapkan app Lapor Mandiri
masih kurang
# nakes yang melakukan Strategi: merekrut kader sebagai
pendampingan pendamping karantina

Warga tahu jika menjadi kontak


harus karantina lama
Strategi: melibatkan unsur masyarakat
sebagai pendamping agar mengurangi
Warga takut dikucilkan jika stigma
ketahuan sebagai kontak
(stigma)
# kontak terpantau Kontak tidak melaporkan
karantina mandiri karantina dengan benar
Warga takut kehilangan Strategi: mendorong adanya bantuan
pendapatan harian jika uang/makanan untuk orang yang
karantina lama (tidak ada karantina dari Dinsos atau swadaya
# orang yang tersedia bantuan uang atau makanan) masyarakat
data kondisi kesehatan
hariannya Strategi: (1) mencarikan pusat
Di rumah sulit untuk karantina
karantina/isolasi mandiri; (2) inisiasi
(tidak bisa menghindari
pusat karantina berbasis masyarakat
interaksi dengan org lain)
yang gratis

Strategi: (1) tim pendamping teknis dari


Pikobar Lapor Mandiri
JDS untuk troubleshooting; (2) pakai
sulit dipakai
fitur melaporkan untuk orang lain

PUSPA
Monev & Troubleshooting
Strategi: Bantu warga punya
Pohon Masalah: 3M Warga tidak paham Warga tidak melihat ada Warga percaya kalau
bayangan yang tepat tentang COVID-
mengapa COVID-19 perlu yang kena COVID-19 di sakit = bergejala, tidak
19; gambarkan COVID-19 menggunakan
ditekan penyebarannya lingkungan sekitarnya ada gejala = sehat
perumpamaan familiar
Warga tahu harus pakai masker, tapi tidak tahu
Strategi: Intervensi “rambu” dan “aba-aba”
cara pakai yang benar dan harus selama apa
Warga tidak punya (1) Pasang gambar cara pakai masker yang benar di tempat nongkrong
pengetahuan yang (2) Pasang gambar cara cuci tangan yang benar di tempat cuci tangan
Warga tahu harus lebih sering cuci tangan, tapi
cukup (3) Rambu penunjuk tempat cuci tangan terdekat di tempat publik
tidak tahu cara yang benar bagaimana
(4) Pakai lagu popular sebagai “timer” cuci tangan
(5) Pengingat pakai masker di tempat nongkrong sambil makan atau
Warga tahu harus jaga jarak, tapi tidak bisa
merokok
membayangkan jarak yang aman sejauh apa

Makan, merokok, dan nongkrong adalah kegiatan


bersama, sekali buka masker lupa pasang lagi Strategi: Bangkitkan solidaritas sesama warga
(1) “Kami warga X, ini cara kita lindungi sesama.”
Makan, merokok, dan nongkrong adalah kegiatan (2) “Kamu lindungi kami semua, kami jaga kamu dan keluargamu.”
Warga terpengaruh bersama, sekali buka masker lupa pasang lagi (3) Sorot dan puji warga yang taat sebagai warga yang jaga sesama
# warga yang (4) Buat waspada tapi jangan membuat takut
perasaan, kebiasaan
menerapkan 3M (5) Ajak kerja sama tokoh yang dianggap icon pemersatu warga
atau tekanan sosial Warga merasa bahagia jika berkumpul
(nongkrong, ngobrol) (6) Tampilkan gambar dan suara mereka yang memang harus dilindungi
(7) Usahakan masker seragam untuk warga untuk memperkuat identitas
Personal distance warga memang kecil, senang sosial
saling dekat secara fisik

Strategi: Advokasi untuk menciptakan enabling environment, agar


Tidak mudah memperoleh masker perilaku taat jadi mudah dan tidak “menghukum”
(1) Sediakan masker gratis di tempat masyarakat berkumpul sebanyak
Warga tidak punya mungkin
akses atau Tidak banyak tersedia tempat untuk cuci tangan (2) Sediakan sarana cuci tangan sebanyak mungkin di seantero wilayah
kesempatan komunitas (jika sarana CTPS sulit, bisa pakai hand sanitizer)
(3) Sediakan payung atau tanda jaga jarak yang membantu warga
Tidak banyak ruang publik yang memungkinkan menjaga jarak saat mengobrol atau berkumpul
jaga jarak fisik 2 meter (4) Adakan pembersihan rutin pada permukaan benda yang mudah
PUSPA disentuh di tempat publik

Anda mungkin juga menyukai