OLEH:
SANTI DELIANI R, S.ST, S.KM, M.Epid.
TUJUAN PEMBELAJARAN
1) Mahasiswa mampu mengetahui situasi ISPA di Indonesia
2) Mahasiswa mampu memahami konsep dasar penyakit ISPA, perjalanan
penyakit, faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit diare dan
penatalaksanaannya
3) Mahasiswa mampu memahami penyakit ISPA yang dapat menimbulkan
keadaan darurat kesehatan masyarakat
4) Mahasiswa mengetahui pengendalian penyakit ISPA di Indonesia
POKOK BAHASAN
USIA, studi menyatakan anak usia 0 – 4 tahun lebih berisiko mengalami ISPA
PENYAKIT KRONIS, studi melaporkan adanya asma sebagai faktor risiko independent yang dapat
meningkatkan risiko terjadinya ISPA.
MEROKOK & ASAP ROKOK, perokok aktif maupun pasif mengalami perubahan resistensi mukosa
saluran nafas sehingga pathogen menjadi lebih mudah menyerang.
PAPARAN BAHAN KIMIA pada saat bekerja, risiko ISPA meningkat pada pekerja pabrik tekstil atau
pekerja konstruksi.
Pasien IMMUNOCOMPROMISE, seperti: pasien HIV, pasca splenektomi, dan pengguna kortikosteroid.
FAKTOR RISIKO ISPA
IMUNISASI, penyakit campak merupakan salah satu penyakit yang sangat infeksius dan 90%
mengenai balita. Imunisasi DPT dapat mencegah penyakit Difteri dan Pertusis.
PENCEMARAN UDARA & VENTILASI UDARA, kebakaran hutan, asap rumah tangga yang
menggunakan kayu bakar.
BENCANA ALAM, kondisi bencana menyebabkan kondisi lingkungan menjadi buruk, sarana dan
prasarana umum menjadi terbatas. Penularan kasus ISPA akan menjadi lebih cepat apabila terjadi
pengumpulan massa (penampungan pengungsi).
Ketahanan saluran nafas tergantung pada 3
unsur alamiah:
LOKASI
ANATOMI
KLASIFIKASI ISPA
MENURUT LOKASI ANATOMI
UMUR KURANG 2
BULAN
MENURUT KELOMPOK UMUR
COMMUNITY
ACQUIRED PNEUMONIA
PNEUMONIA
BERDASARKAN
TEMPAT
TERJADINYA
SUMBER PENULARAN
AIRBORNE TRANSMISSION (penularan penyakit melalui udara) DROPLET TRANSMISSION, partikel yang sangat kecil hasil dari
terjadi tanpa adanya kontak dengan penderita maupun benda batuk/bersin dan dapat tinggal di udara bebas untuk waktu yang
yang terkontaminasi relatif lama dan dihisap langsung saat bernafas.
DIAGNOSIS & TATALAKSANA
ISPA
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
Pasien dengan ISPA dapat SISTEM RESPIRATORIK SISTEM CARDIAL SISTEM CEREBRAL
datang dengan keluhan a) Tachypnea a) Tachycardia a) Gelisah
rhinorrhea, kongesti nasal, b) Nafas tidak teratur b) Hipertensi b) Bingung
bersin, nyeri tenggorok,sakit c) Retraksi dinding thorak c) Cardiac arrest c) Sakit kepala
kepala, batuk, demam, badan d) Nafas cuping hidung d) Kejang
pegal (myalgia) dan lemas. e) Sianosis e) Koma
f) Suara nafas hilang/lemah
Keluhan yang dialami dapat g) Grunting expiratory
terjadi selama 3 – 14 hari. h) Wheezing
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK
• Pneumonia Berat:
Pasien remaja atau dewasa dengan demam, batuk, frekuensi pernapasan > 30 kali/ menit, gangguan pernapasan berat,
saturasi oksigen (SpO2) <90%.
• Gejala ISPA yang disebabkan oleh streptococcus adalah sakit leher tiba-tiba, sakit saat menelan dan demam tanpa diikuti
hidung beringus, suara berubah atau batuk.
• Kadang kala, gejala ISPA dibarengi sakit dan tekanan di kuping yang disebabkan oleh infeksi telinga tengah (otitis media)
dan mata merah disebabkan oleh virus conjuvitis.
DIAGNOSA ISPA
UMUR KURANG 2
BULAN
DIAGNOSA ISPA
Imunisasi DPT-HB-HiB & Campak PHBS Mencegah bayi dengan BB lahir rendah Perokok pasif
ASI Eksklusif Mencegah polusi udara dalam ruang/ Pencegahan dan tatalaksana HIV
Ventilasi udara
TATALAKSANA ISPA
UMUR KURANG 2
BULAN
TATALAKSANA ISPA
• Memprioritaskan penetapan metode yang menjamin pengenalan dini dan investigasi orang yang mungkin menderita ISPA yang dapat
menimbulkan kekhawatiran.
• Melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi dengan segera bila diduga terjadi ISPA yang dapat menimbulkan kekhawatiran.
• Menghubungkan sistem surveilans infeksi di rumah sakit dengan sistem surveilans infeksi kesehatan masyarakat dan segera melaporkan
semua informasi yang tersedia mengenai kemungkinan episode ISPA yang dapat menimbulkan kekhawatiran kepada lembaga kesehatan
pemerintah yang berwenang melalui sistem surveilans lokal.
• Lembaga kesehatan pemerintah juga harus menetapkan saluran untuk memberikan informasi kepada fasilitas pelayanan kesehatan dan
masyarakat mengenai epidemi ISPA yang terjadi agar fasilitas pelayanan kesehatan tetap mengetahui tingkat dan jenis masalah yang akan
dihadapi dan ditanggulangi.
• Semua pasien yang diduga atau pasti menderita ISPA yang dapat menimbulkan kekhawatiran harus ditempatkan di ruang atau tempat
yang terpisah dari pasien lain dan diperiksa sesegera mungkin
• Anggota keluarga yang tinggal bersama pasien ISPA dan menemani pasien ISPA di fasilitas pelayanan kesehatan dapat dianggap
berpotensi terpajan ISPA yang sama dan juga harus diperiksa untuk memastikan apakah terjadi infeksi atau tidak
TANDA EPIDEMIOLOGIS DAN KLINIS UMUM YANG LAYAK
MENIMBULKAN DUGAAN
Tanda-tanda epidemiologis: Tanda-tanda klinis:
• Riwayat perjalanan pasien ke negara-negara di mana terdapat pasien yang • Semua pasien yang menderita atau meninggal akibat penyakit pernapasan
diketahui menderita ISPA yang dapat menimbulkan kekhawatiran dalam disertai demam akut parah yang belum diketahui penyebabnya (misalnya,
masa inkubasi yang diketahui atau diduga, demam >38°C, batuk, sesak napas), atau
• Kemungkinan pajanan di tempat kerja terhadap patogen atau agen baru • Penyakit parah lainnya yang belum diketahui penyebabnya (misalnya,
yang menyebabkan ISPA yang dapat menimbulkan kekhawatiran, ensefalopati atau diare), dengan riwayat pajanan yang sesuai dengan ISPA
yang dapat menimbulkan kekhawatiran seperti di atas dalam masa
• Kontak tanpa pelindung dengan pasien ISPA yang dapat menimbulkan inkubasi yang diketahui atau diduga.
kekhawatiran dalam masa inkubasi yang diketahui atau diduga, atau
menjadi bagian dari kelompok pasien ISPA dengan penyebab yang belum
diketahui yang menular dengan cepat.
• Tujuan Khusus
a) Pengendalian pneumonia balita
b) Kesiapsiagaan dan respon terhadap pandemi
influenza serta penyakit saluran pernafasan lain
yang berpotensi wabah
c) Pengendalian ISPA > 5 tahun
d) Faktor risiko ISPA
KEBIJAKAN
PENGENDALIAN
ISPA
STRATEGI
PENGENDALIAN
ISPA
KEGIATAN POKOK PENGENDALIAN ISPA
1. Advokasi dan sosialisasi
2. Penemuan dan tatalaksana pneumonia balita
3. Ketersediaan logistik
4. Supervisi
5. Pencatatan dan pelaporan
6. Kemitraan dan jejaring
7. Peningkatan kapasitas SDM
8. Pengembangan program
9. Autopsi verbal
10. Monitoring evaluasi
TERIMA KASIH