Anda di halaman 1dari 57

EPIDEMIOLOGI

INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)

OLEH:
SANTI DELIANI R, S.ST, S.KM, M.Epid.
TUJUAN PEMBELAJARAN
1) Mahasiswa mampu mengetahui situasi ISPA di Indonesia
2) Mahasiswa mampu memahami konsep dasar penyakit ISPA, perjalanan
penyakit, faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit diare dan
penatalaksanaannya
3) Mahasiswa mampu memahami penyakit ISPA yang dapat menimbulkan
keadaan darurat kesehatan masyarakat
4) Mahasiswa mengetahui pengendalian penyakit ISPA di Indonesia
POKOK BAHASAN

SITUASI ISPA DI PENGENDALIAN DIARE DI


INDONESIA INDONESIA

KONSEP DASAR ISPA & PENCATATAN


TATALAKSANA PELAPORAN
MASIH INGAT SALURAN
PERNAFASAN?
SITUASI ISPA DI INDONESIA
SITUASI ISPA DI INDONESIA

• Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang


sering terjadi pada anak;

• Episode batuk-pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 2 – 3 kali per


tahun (Rudan et al Bulletin WHO 2008);

• ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di


Puskesmas (40 – 60%) dan rumah sakit (15 – 30%)

• Insidens menurut kelompok umur balita diperkirakan 0,29 episode per


anak/tahun di negara berkembang dan 0,05 episode per anak per
tahun.

(Kemenkes RI, 2011)


SITUASI PNEUMONIA DI INDONESIA
• Pneumonia adalah penyebab utama kematian balita di dunia.

• Setiap tahun diperkirakan lebih dari 2 juta balita meninggal karena


pneumonia (1 balita per 20 detik) dari total 9 juta total kematian balita.

• Kematian Balita karena pneumonia mencakup 19% dari seluruh


kematian balita, 70% diantaranya terjadi di Sub Sahara dan Asia
Tenggara.

• Besarnya kematian akibat pneumonia namun tidak banyak yang


memberikan perhatian à the forgotten killer of children (Unicef/WHO
2006, WPD 2011).

• Di negara berkembang 60% kasus pneumonia disebabkan oleh


bakteri, sementara di negara maju umumnya disebabkan oleh virus.
KONSEP DASAR
ISPA
DEFINISI ISPA

“Infeksi akut yang menyerang salah satu bagian/lebih


dari saluran nafas mulai hidung sampai alveoli termasuk
adneksa (sinus, rongga telinga tengah, pleura).”

ISPA meliputi infeksi pada saluran pernafasan bagian


atas (rhinitis (common cold), sinusitis, faringitis,
tonsilofaringitis, epiglotitis, dan laryngitis) dan saluran
pernafasan bagian bawah (bronkopneumonia,
bronkiolitis)

(Kementrian Kesehatan RI, 2011)


DEFINISI ISPA

“Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan


paru-paru (alveoli).”

Dalam penatalaksanaan pengendalian ISPA semua


bentuk pneumonia seperti bronkopneumonia, bronkiolitis
disebut pneumonia saja

(Kementrian Kesehatan RI, 2011)


ISTILAH ISPA

INFEKSI, masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh dan


berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

SALURAN PERNAFASAN, organ mulai dari hidung hingga elveoli.

AKUT, infeksi yang berlangsung hingga 14 hari.


ETIOLOGI ISPA

Infeksi (Virus dan


Bakteri)

Penurunan daya tahan Faktor lingkungan dan


tubuh perilaku
ETIOLOGI ISPA

VIRUS, Miksovirus (virus influenza, virus parainfluenza,


virus campak), adenovirus, coronavirus, picornavirus,
mikoplasma, dan Herpesvirus.
Jenis virus yang paling sering menjadi pathogen
adalah rhinovirus (34%), corona virus (14%), dan virus
influenza (9%).

BAKTERI, yaitu Streptococcus, Staphylococcus,


Pneumococcus, Hemofillus, Bordetella pertussis, dan
corinebacterium.
ETIOLOGI ISPA

PNEUMONIA, sebagian besar disebabkan oleh


mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebagian kecil
disebabkan oleh faktor lain.

Studi terkini, Streptococcus pneumonia, Haemofilus


influenza, dan Respiratory Syncytial Virus sebagai
penyebab utama pneumonia pada anak.
FAKTOR RISIKO ISPA

USIA, studi menyatakan anak usia 0 – 4 tahun lebih berisiko mengalami ISPA

PENYAKIT KRONIS, studi melaporkan adanya asma sebagai faktor risiko independent yang dapat
meningkatkan risiko terjadinya ISPA.

MEROKOK & ASAP ROKOK, perokok aktif maupun pasif mengalami perubahan resistensi mukosa
saluran nafas sehingga pathogen menjadi lebih mudah menyerang.

PAPARAN BAHAN KIMIA pada saat bekerja, risiko ISPA meningkat pada pekerja pabrik tekstil atau
pekerja konstruksi.

Pasien IMMUNOCOMPROMISE, seperti: pasien HIV, pasca splenektomi, dan pengguna kortikosteroid.
FAKTOR RISIKO ISPA

STATUS GIZI, kekurangan gizi menyebabkan resistensi terhadap infeksi menurun.

IMUNISASI, penyakit campak merupakan salah satu penyakit yang sangat infeksius dan 90%
mengenai balita. Imunisasi DPT dapat mencegah penyakit Difteri dan Pertusis.

PENCEMARAN UDARA & VENTILASI UDARA, kebakaran hutan, asap rumah tangga yang
menggunakan kayu bakar.

BENCANA ALAM, kondisi bencana menyebabkan kondisi lingkungan menjadi buruk, sarana dan
prasarana umum menjadi terbatas. Penularan kasus ISPA akan menjadi lebih cepat apabila terjadi
pengumpulan massa (penampungan pengungsi).
Ketahanan saluran nafas tergantung pada 3
unsur alamiah:

PATOGENESIS § Epitel mukosa dan gerak mukosa silia;


§ Makrofag alveoli
§ Antibodi
Kerusakan epitel mukosa dan silia disebabkan
oleh:

§ Polutan utama dalam udara yang tercemar


khususnya CO2
PATOGENESIS (1) § Sindroma imotil: kelainan yang
menyebabkan ISPA menahun akibat
imobilitas silia

§ Pengobatan dengan konsentrasi O2 tinggi


Makrofag alveoli:

§ Fungsi makrofag adalah membunuh


organisme.

§ Dengan terhisapnya CO2 konsentrasi tinggi


PATOGENESIS (2) dan polutan seperti debu, asap rokok à
berdampak pada penurunan kemampuan
makrofag dalam membunuh bakteri à
makrofag tidak bisa dimobilisasi pada area-
area yang mengalami infeksi saluran
pernafasan.
Antibodi

§ ISPA terjadi karena kerusakan pada mukosa


saluran nafas.
§ Antibodi saluran nafas (IgA) banyak terdapat
PATOGENESIS (3) pada mukosa saluran nafas.

§ Kerusakan saluran nafas akan disertai


dengan kerusakan antibodi à pengurangan
antibodi memudahkan terjadinya infeksi
saluran nafas.
KELOMPOK
UMUR

LOKASI
ANATOMI
KLASIFIKASI ISPA
MENURUT LOKASI ANATOMI

INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS INFEKSI SALURAN PERNAFASAN BAWAH


(UPPER RESPIRATORY TRACT INFECTION) (LOWER RESPIRATORY TRACT INFECTION)

• Acute Epiglotitis • Bronchitis/ Bronchiolitis


• Common Cold (Rhinitis) • Pneumonia
• Acute Otitis Media
• Laryngitis
• Pharingitis
• Tonsilitis
• Sinusitis
MENURUT KELOMPOK UMUR

UMUR KURANG 2
BULAN
MENURUT KELOMPOK UMUR

UMUR 2 BULAN s.d


KURANG 5 TAHUN
HEALTHCARE
ACQUIRED
PNEUMONIA

COMMUNITY
ACQUIRED PNEUMONIA
PNEUMONIA
BERDASARKAN
TEMPAT
TERJADINYA
SUMBER PENULARAN

Sumber penularan adalah penderita ISPA yang menyebarkan kuman ke


udara pada saat batuk atau bersin dalam bentuk droplet.
CARA PENULARAN

AIRBORNE TRANSMISSION (penularan penyakit melalui udara) DROPLET TRANSMISSION, partikel yang sangat kecil hasil dari
terjadi tanpa adanya kontak dengan penderita maupun benda batuk/bersin dan dapat tinggal di udara bebas untuk waktu yang
yang terkontaminasi relatif lama dan dihisap langsung saat bernafas.
DIAGNOSIS & TATALAKSANA
ISPA
DIAGNOSIS

ANAMNESIS

PEMERIKSAAN FISIK

PEMERIKSAAN PENUNJANG PEMERIKSAAN LABORATORIUM


• Hipoxemia
• Hiperkapnea (keadaan CO2
dalam darah berlebihan)
• Asidosis metabolic/respiratorik
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK
Anamnesis Pemeriksaan Fisik

Pasien dengan ISPA dapat SISTEM RESPIRATORIK SISTEM CARDIAL SISTEM CEREBRAL
datang dengan keluhan a) Tachypnea a) Tachycardia a) Gelisah
rhinorrhea, kongesti nasal, b) Nafas tidak teratur b) Hipertensi b) Bingung
bersin, nyeri tenggorok,sakit c) Retraksi dinding thorak c) Cardiac arrest c) Sakit kepala
kepala, batuk, demam, badan d) Nafas cuping hidung d) Kejang
pegal (myalgia) dan lemas. e) Sianosis e) Koma
f) Suara nafas hilang/lemah
Keluhan yang dialami dapat g) Grunting expiratory
terjadi selama 3 – 14 hari. h) Wheezing
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK

• Pneumonia Berat:
Pasien remaja atau dewasa dengan demam, batuk, frekuensi pernapasan > 30 kali/ menit, gangguan pernapasan berat,
saturasi oksigen (SpO2) <90%.

• Gejala ISPA yang disebabkan oleh streptococcus adalah sakit leher tiba-tiba, sakit saat menelan dan demam tanpa diikuti
hidung beringus, suara berubah atau batuk.

• Kadang kala, gejala ISPA dibarengi sakit dan tekanan di kuping yang disebabkan oleh infeksi telinga tengah (otitis media)
dan mata merah disebabkan oleh virus conjuvitis.
DIAGNOSA ISPA

UMUR KURANG 2
BULAN
DIAGNOSA ISPA

UMUR 2 BULAN s.d


KURANG 5 TAHUN
PENATALAKSANAAN ISPA
PENCEGAHAN

Imunisasi DPT-HB-HiB & Campak PHBS Mencegah bayi dengan BB lahir rendah Perokok pasif

ASI Eksklusif Mencegah polusi udara dalam ruang/ Pencegahan dan tatalaksana HIV
Ventilasi udara
TATALAKSANA ISPA

UMUR KURANG 2
BULAN
TATALAKSANA ISPA

UMUR 2 BULAN s.d


KURANG 5 TAHUN
ISPA YANG DAPAT MENIMBULKAN
KEADAAN DARURAT KESEHATAN
MASYARAKAT
ISPA YANG DAPAT MENIMBULKAN KEADAAN
DARURAT KESEHATAN MASYARAKAT

Virus influenza baru yang


Severe Acute Respiratory menyebabkan infeksi pada
Syndrome (SARS) manusia

ISPA baru yang dapat menimbulkan


dampak besar terhadap kesehatan
masyarakat (ISPA Berat Suspect
MERS-CoV, COVID-19, dan lain-lain)
PENGENALAN DINI, ISOLASI, PELAPORAN, DAN PENGAWASAN EPISODE
ISPA YANG DAPAT MENIMBULKAN KEKHAWATIRAN KESEHATAN
MASYARAKAT INTERNASIONAL

• Memprioritaskan penetapan metode yang menjamin pengenalan dini dan investigasi orang yang mungkin menderita ISPA yang dapat
menimbulkan kekhawatiran.

• Melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi dengan segera bila diduga terjadi ISPA yang dapat menimbulkan kekhawatiran.

• Menghubungkan sistem surveilans infeksi di rumah sakit dengan sistem surveilans infeksi kesehatan masyarakat dan segera melaporkan
semua informasi yang tersedia mengenai kemungkinan episode ISPA yang dapat menimbulkan kekhawatiran kepada lembaga kesehatan
pemerintah yang berwenang melalui sistem surveilans lokal.

• Lembaga kesehatan pemerintah juga harus menetapkan saluran untuk memberikan informasi kepada fasilitas pelayanan kesehatan dan
masyarakat mengenai epidemi ISPA yang terjadi agar fasilitas pelayanan kesehatan tetap mengetahui tingkat dan jenis masalah yang akan
dihadapi dan ditanggulangi.

• Semua pasien yang diduga atau pasti menderita ISPA yang dapat menimbulkan kekhawatiran harus ditempatkan di ruang atau tempat
yang terpisah dari pasien lain dan diperiksa sesegera mungkin

• Anggota keluarga yang tinggal bersama pasien ISPA dan menemani pasien ISPA di fasilitas pelayanan kesehatan dapat dianggap
berpotensi terpajan ISPA yang sama dan juga harus diperiksa untuk memastikan apakah terjadi infeksi atau tidak
TANDA EPIDEMIOLOGIS DAN KLINIS UMUM YANG LAYAK
MENIMBULKAN DUGAAN
Tanda-tanda epidemiologis: Tanda-tanda klinis:

• Riwayat perjalanan pasien ke negara-negara di mana terdapat pasien yang • Semua pasien yang menderita atau meninggal akibat penyakit pernapasan
diketahui menderita ISPA yang dapat menimbulkan kekhawatiran dalam disertai demam akut parah yang belum diketahui penyebabnya (misalnya,
masa inkubasi yang diketahui atau diduga, demam >38°C, batuk, sesak napas), atau

• Kemungkinan pajanan di tempat kerja terhadap patogen atau agen baru • Penyakit parah lainnya yang belum diketahui penyebabnya (misalnya,
yang menyebabkan ISPA yang dapat menimbulkan kekhawatiran, ensefalopati atau diare), dengan riwayat pajanan yang sesuai dengan ISPA
yang dapat menimbulkan kekhawatiran seperti di atas dalam masa
• Kontak tanpa pelindung dengan pasien ISPA yang dapat menimbulkan inkubasi yang diketahui atau diduga.
kekhawatiran dalam masa inkubasi yang diketahui atau diduga, atau
menjadi bagian dari kelompok pasien ISPA dengan penyebab yang belum
diketahui yang menular dengan cepat.

• Indikasi yang terakhir meliputi pajanan terhadap anggota keluarga yang


menderita ISPA.

• Untuk agen baru, tanda-tanda epidemiologis bisa berubah bila diperoleh


informasi baru.
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN ISPA YANG DAPAT
MENIMBULKAN KEADAAN DARURAT KESEHATAN
MASYARAKAT
LANGKAH-LANGKAH PENGENDALIAN INFEKSI
TINDAKAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
PENGENDALIAN ISPA
DI INDONESIA
TUJUAN PENGENDALIAN ISPA
• Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan dan kematian karena
pneumonia

• Tujuan Khusus
a) Pengendalian pneumonia balita
b) Kesiapsiagaan dan respon terhadap pandemi
influenza serta penyakit saluran pernafasan lain
yang berpotensi wabah
c) Pengendalian ISPA > 5 tahun
d) Faktor risiko ISPA
KEBIJAKAN
PENGENDALIAN
ISPA
STRATEGI
PENGENDALIAN
ISPA
KEGIATAN POKOK PENGENDALIAN ISPA
1. Advokasi dan sosialisasi
2. Penemuan dan tatalaksana pneumonia balita
3. Ketersediaan logistik
4. Supervisi
5. Pencatatan dan pelaporan
6. Kemitraan dan jejaring
7. Peningkatan kapasitas SDM
8. Pengembangan program
9. Autopsi verbal
10. Monitoring evaluasi
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai