Anda di halaman 1dari 7

Vol. 4 No.

2 September 2020 Jurnal Kesmas Jambi (JKMJ)

TANTANGAN DAN HAMBATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


DALAM PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR DI DAERAH
SEMI-PERKOTAAN : SEBUAH EVIDENCE BASED PRACTICE DI
PADUKUHAN SAMIRONO, SLEMAN YOGYAKARTA

Challenges and Barrier on Community Empowerment in Communicable Disease on Semi


Rural Area : A Evidence Based Practice in Padukuhan Samirono, Sleman Yogyakarta

La Ode Reskiaddin1, Vina Yulia Anhar2, Sholikah3, Wartono4


1
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.
2
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Lambung
Mangkurat
3
Balai Laboratorium kesehatan dan pengujian alat kesehatan Provinsi Jawa Tengah
4
Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas

Abstrak
Tingginya prevalensi penyakit tidak menular merupakan beban yang sedang dihadapi di setiap negara.
Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu strategi dalam membantu mengontol permasalahan
kesehatan di masyarakat khususnya Penyakit tidak menular. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
tantangan dan hambatan melakukan pemberdayaan di daerah semi perkotaan. Penelitian ini menggunakan
desain kualitatif. Data dikumpulkan melalui wawancara dan observasi. Subjek penelitian ini adalah
masyarakat terutama kader kesehatan lansia dan para stakeholder di Padukuan Samirono. Hasil Penelitian
menunjukkan bahwa tantangan dalam pemberdayaan di daerah semi perkotaan meliputi 1) Tingginya
mobilitas dan padat aktivitas masyarakat, 2) Sistem birokrasi yang lama dan panjang, 3) Pengalaman
intervensi terdahulu oleh beberapa institusi, 4) Minimnya data kesehatan. Hambatan yang ditemui pada saat
program berlangsung, yaitu: 1) kurangnya pengalaman, keterampilan dan pengetahuan serta konsep diri
kader kesehatan setempat; 2) kurangnya kesadaran masyarakat 3) karakteristik sosial dan budaya (agama,
kondisi ekonomi); 4) Pesan kesehatan dari media massa; 5) Kurangnya dukungan stakeholder. Tantangan
dan hambatan memberikan dampak negatif terhadap keberlangsungan program promosi kesehatan. Perlunya
peningkatan kapasitas oleh tenaga kesehatan dan masyarakat yang berkelanjutan.
Kata Kunci : Hambatan, Tantangan Pemberdayaan Masyarakat, Semi-Urban

Abstract
The high prevalence of non infectious diseases is a burden that is being faced in each country. Community
empowerment is one strategy to control health problems in the community, especially non-communicable
diseases. This study aimed to determine the challenges and barriers on conducting community empowerment
in semi-urban areas. This study used a qualitative design with narrative approach. Data was collected
through interviews and observations. The subject of this study was the community member, including six
health cadres of elderly, three stakeholders in Padukuhan Samirono and one health officer. Challenges in
community empowerment in semi-urban areas include 1) high mobility and overcrowding community
activities, 2) a longwinded bureaucratic systems, 3) previous intervention experience that conducted by
another institutions, 4) lack of health data. Barriers found during the program, include: 1) lack of experience,
skills and knowledge and self confidence of local health cadres; 2) lack of community awareness 3) social
and cultural characteristics (religion, economic conditions); 4) health messages from the mass media; 5)
lack of stakeholder support. Challenges and barriers contributed a negative impact on the sustainability of
the health promotion program. Sustainable capacity building conducted by sustainable health officer and
community health workers is needed.

Keywords: Barrier, Challenge, Community Empowerment, Semi-Urban

Korespondensi : La Ode Reskiaddin


Email : ld.reskiaddin@unja.ac.id

Info Artikel
Diterima : 3 September 2020
Direvisi : 14 September 2020 Tantangan dan Hambatan… 43
Publikasi : 23 September 2020
Vol. 4 No. 2 September 2020 Jurnal Kesmas Jambi (JKMJ)

PENDAHULUAN pada tahun 2007, penyakit diabetes melitus juga


Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan meningkat dari 1,1% menjadi 2,1% pada tahun
suatu masalah yang serius di berbagai negara di 2012.
dunia. Menurut World Health Organization Berdasarkan hasil analisis komunitas di
(WHO) bahwa 70% kematian di seluruh dunia Padukuhan Samirono, terdapat permasalahan
diakibatkan oleh penyakit tidak menular kesehatan yang ditemukan diantaranya penyakit
diantaranya penyakit jantung, stroke, kanker, tidak menular yaitu diabetes dan hipertensi pada
diabetes dan penyakit paru-paru kronis, dan 82% lansia. Jumlah kasus diabetes di Samirono
dari 16 juta orang meninggal sebelum waktunya sebanyak 24 orang dan 42 orang kasus hipertensi
atau sebelum mencapai usia 70 tahun yang terjadi pada bulan Januari-Agustus 2016. Selain itu,
di negara berpenghasilan rendah dan menengah. terdapat 6 orang yang meninggal akibat penyakit
WHO memproyeksikan kenaikan jumlah kematian diabetes. Berdasarkan hasil wawancara, faktor
PTM dari 36 juta di tahun 2008 menjadi 55 juta risiko penyakit hipertensi dan diabetes masyarakat
pada tahun 2030 jika tidak ada langkah efektif yang daerah Samirono adalah faktor pola makan (suka
dapat mengendalikan hal tersebut (1,2). Beberapa mengkonsumsi gorengan), stres, umur dan kurang
faktor penyebab tingginya angka prevalensi aktivitas fisik. Menurut Cheung dan Li
penyakit menular dikarenakan karena penggunaan menyebutkan bahwa penyakit diabetes dan
tembakau, makanan yang tidak sehat termasuk hipertensi sering terjadi bersamaan dan biasanya
asupan garam dan sodium yang tinggi, aktivitas memiliki faktor risiko yang sama seperti obesitas,
fisik, kelebihan berat badan dan obesitas, dan stres oksidatif, resistensi insulin, dan tekanan
penggunaan alkohol yang berlebihan, faktor risiko mental (9). Di samping itu, permasalahan terkait
fisiologis utama adalah tekanan darah meningkat, kader lansia yang secara tidak langsung dapat
peningkatan glukosa darah, hilangnya lapangan mempengaruhi insiden diabetes dan hipertensi di
kerja karena kecacatan terkait PTM, Samirono diantaranya keterampilan kader dalam
dikombinasikan dengan durasi dan kompleksitas mengedukasi masyarakat terkait penyakit tidak
pengobatan PTM yang panjang menimbulkan menular, mengukur tekanan dan gula darah,
tantangan tambahan terhadap pengurangan partisipasi kader yang kurang serta sistem
kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan (1– pelaporan dan pencatatan yang kurang sistematis.
6). Menurut Agaba penyakit menular yang paling Pengembangan kapasitas (capacity building)
sering terjadi adalah hipertensi, penyakit ginjal merupakan komponen yang penting dalam
mempertahankan efektivitas program promosi
kronik dan diabetes (7).
kesehatan. Pengembangan kapasitas membantu
Permasalahan kesehatan di Indonesia individu dalam mengembangkan kepemimipinan,
terkhusus PTM menjadi masalah yang cukup negosiasi dan pemecahan masalah kesehatan dan
serius. Indonesia merupakan salah satu negara keterampilan membangun tim (10). Oleh karena
berkembang yang sedang menghadapi tantangan itu, peningkatan kapasitas dibutuhkan untuk
akibat PTM. Penyakit tidak menular di Indonesia meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
secara signifikan meningkat tiap tahunnya. Jumlah kader Samirono dalam upaya pencegahan dan
penatalaksanaan masalah penyakit tidak menular di
kematian akibat penyakit tidak menular di
daerah tersebut. Beberapa
Indonesia sebanyak 1.340.000 kematian atau 73% Program pemberberdayaan masyarakat telah
dari jumlah kematian (2). Salah satu penyakit dilakukan berupa program intervensi berbasis
menular yang sedang dihadapi ialah diabetes dan promotif dan preventif yang ditujukan kader, guna
hipertensi yang menunjukkan tren peningkatan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
setiap tahunnya. Berdasarkan data Riset Kesehatan msayarakat dalam upaya pencegahan dan
Dasar (Riskesdas) tahun 2013, kasus hipertensi penatalaksanaan insiden penyakit tidak menular
terjadi peningkatan prevalensi dari 7,6 % tahun (hipertensi dan DM) di Padukuhan Samirono, Desa
2007 menjadi 9,5 % tahun 2013 (8). Di lain hal, Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten

Tantangan dan Hambatan… 44


Vol. 4 No. 2 September 2020 Jurnal Kesmas Jambi (JKMJ)

Sleman, Provinsi D.I. Yogyakarta. Namun dalam dan penulisan data di posyandu yang
pelaksanaannya tidak mudah karena banyak kurang sehingga data yang dihasilkan tidak
tantangan dan hambatan yang dihadapi. Oleh begitu baik. Selain itu, kurangnya
karena itu, penelitian ini mendeskripsikan kepercayaan diri kader dalam memberikan
tantangan dan hambatan melakukan pemberdayaan edukasi kepada masyarakat.
di bidang Kesehatan pada daerah semi perkotaan. 2) kurangnya kesadaran masyarakat
Masyarakat yang masih acuh tak acuh
METODE terkait dengan kegiatan program
Penelitian ini merupakan bagian dari rangkaian pemberdayaan yang dilaksanakan. Hal ini
penelitian program promosi kesehatan. Penelitian didasari oleh persepsi masyarakat yang
ini menggunakan desain qualitative dengan menganggap bahwa kegiatan maayarakat
pendekatan naratif. Program promosi kesehatan yang baru hanya menghabiskan waktu
masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat mereka untuk melakukan aktivitas sehari-
dilakukan selama trisemester pada tahun 2016 harinya terutama bapak-bapak atau
sampai 2018. Semester pertama dilakukan pemuda.
assessment data, semeseter kedua dilakukan 3) karakteristik sosial dan budaya (agama,
kegiatan intervensi berupa kegiatan pengendalian kondisi ekonomi);
Penyakit Tidak Menular dan semester ketiga Masyarakat lebih memilih untuk
berupa kegiatan monitoring dan evaluasi. Hasil beraktivitas yang menghasilkan uang atau
kajian merupakan analisis berdasarkan hasil pendapatan dibandingkan kegiatan
evaluasi akhir dari pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat di bidang
pemberdayaan masyarakat. Pengumpulan data kesehatan. Selain itu, kuragnya interaksi
melalui wawancara dan observasi. Subjek dengan masyarakat luar sehingga membuat
penelitian ini adalah masyarakat terutama kader provider kesehatan kesulitan masuk di
kesehatan lansia dan para stakeholder di Padukuan forum-forum yang ada di masyarakat
Samirono. seperti kelompok PKK.
4) Pesan kesehatan dari media massa;
HASIL Berdasarkan hasil observasi kurangnya
Berdasarkan hasil kegiatan promosi kesehatan informasi kesehatan yang ada di
yang dilakukan, maka ditemukan beberapa masyarakat seperti poster atau media
hambatan dan tantangan kegiatan pemberdayaan lainnya.
masyarakat di bidang kesehatan dalam upaya 5) Kurangnya dukungan stakeholder.
pencegahan penyakit tidak menular di Padukuhan Beberapa stakeholder terutama BKD desa
Samirono, Kabupaten Sleman. dan beberapa ketua RT kurang
a. Hambatan Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan
Hambatan yang ditemui pada saat program pemberdayaan masyarakat.
berlangsung, yaitu: b. Tantangan Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat
1) kurangnya pengalaman, keterampilan dan 1) Tingginya mobilitas dan padat aktivitas
pengetahuan serta konsep diri kader masyarakat.
kesehatan setempat. Berdasarkan hasil observasi bahwa
Hasil observasi dan wawancara dari masyarakat di daerah Samirono sebagian
beberapa kader menyimpulkan bahwa besar masyarakat pekerja, wirausaha dan
beberapa kader tidak secara sukarela ingin mahasiswa. Masyarakat banyak
menjadi kader, hanya berdasarkan menghabiskan waktu dari pagi hingga sore
penunjukkan dari kepala dusun. Selain itu, sehingga ketika diajak untuk berpartisipasi
keterampilan dalam melakukan pelaporan dalam kegiatan, sebagian besar beralasan

Tantangan dan Hambatan… 45


Vol. 4 No. 2 September 2020 Jurnal Kesmas Jambi (JKMJ)

lelah setelah mengerjakan pekerjaan dan hambatan yang dihadapi oleh fasilitator atau tenaga
ingin beristirahat. kesehatan. Hambatan yang sering dihadapi adalah
2) Sistem birokrasi yang lama dan panjang. kurangnya kesadaran, pengetahuan, pengalaman
Hasil observasi dan wawancara menjukkan dan konsep diri masyarakat khususnya kader dalam
bahwa lamanya proses pengurusan surat- melakukan kegiatan yang berhubungan dengan
menyurat dan pelayanan yang berbelit-belit permberdayaan masyarakat. Selain itu,
membuat fasilitator atau provider menunggu keterampilan kader yang masih kurang dalam
cukup lama untuk melakukan kegiatan melakukan kegiatan. Upaya peningkatan kualitas
pemberdayaan di masyarakat. kader yaitu dengan cara diberikan motivasi dan
3) Pengalaman intervensi terdahulu oleh dilibatkan dalam kegiatan penyuluhan. Dalam
beberapa institusi. rangka peningkatan kualitas tersebut, perlu
Hasil wawancara dengan kepala desa dan dilakukan pengembangan dan pemberdayaan kader
ketua BKD menunjukkan bahwa program melalui kegiatan pelatihan. Adapun kegiatan
atau kegiatan baru yang akan pelatihan yang dilakukan yaitu, pemberian
dikembamgkan akan membuat kegiatan pengetahuan terkait hipertensi dan diabetes
tersebut tidak berhasil karena masyarakat melitus. Pengetahuan merupakan salah satu faktor
menolak, melainkan melanjutkan program predisposisi dalam merubah perilaku individu.
yang sudah ada. Selain itu, program yang Pemberian pengetahuan ini bertujuan agar kader
sudah dibuat oleh lembaga atau institusi memiliki kompetensi ketika menghadapi masalah
yang terdahulu sebagai pembanding kesehatan yang dihadapi lansia, seperti hipertensi
terhadap kegiatan yang akan dilakukan dan diabetes (12). Pelatihan diperlukan untuk
meskipun kegiatan tersebut tidak bersifat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
berkelanjutan. kepercayaan diri kader. Bagi kader lama maupun
4) Minimnya data kesehatan baru, pelatihan dapat menjadi kegiatan yang
Hasil observasi yang dilakukan bahwa data informatif, menarik, sangat penting, dan
yang dimiliki masyarakat khusus kesehatan membimbing mereka dalam merubah ke arah
masih sangat minim terutama data-data di perilaku hidup sehat, serta memberikan
posyandu. Beberapa data yang hilang dan kepercayaan diri untuk menginformasikan hasil
kurangnya pendokumentasian yang baik. pengetahuan dan keterampilan yang didapat
kepada orang lain (13). Sejalan dengan penelitian
PEMBAHASAN Willock dkk pada tahun 2015 bahwa pelatihan
Pemberdayaan masyarakat merupakan dapat meningkatkan pengetahuan serta
sebuah proses yang dilakukan oleh faktor internal keterampilan kader dalam mencegah penyakit
komunitas dengan memanfaatkan potensi yang ada jantung (14).
di dalam masyarakat berupa sumber daya melalui Karakteristik sosial dan budaya masyarakat
proses fasilitasi. Selain itu, adanya dukungan seperti agama dan kondisi ekonomi juga
sumber daya dari pihak luar. Tujuan akhir dari mempengaruhi dalam pelaksanaan kegiatan
pemberdayaan masyarakat tersebut ialah pemberdayaan masyarakat. Masyarakat yang
keberdayaan masyarakat dalam melakukan memiliki penghasilan rendah lebih banyak
identifikasi masalah kesehatan yang ada di dalam mementingkan kegiatannya untuk memenuhi
masyarakat tersebut dan mampu memecahkan kebutuhannya sehari-hari. Faktor sosial ekonomi
masalah tersebut dengan berbagai program yang seperti pendapatan, pendidikan dan pekerjaan yang
dibuat secara bersama-sama (11). memengaruhi keberadaan sumber daya yang
Dalam pelaksanaan kegiatan mempengaruhi kualitas hidup terutama di bidang
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan kesehatan (15).
tidak selamanya berjalan dengan baik. Banyak

Tantangan dan Hambatan… 46


Vol. 4 No. 2 September 2020 Jurnal Kesmas Jambi (JKMJ)

Dukungan stakeholder juga menentukkan berdampak terhambatnya proses pemberdayaan


keberhasilan dari sebuah program pemberdayaan (18).
masyarakat yang dilakukan di masyarakat. laporan Tantangan lainnya adalah beberapa data
dari Population Health Interest Group mengenai kesehatan di posyandu yang minim
mengidentifikasi pemberdayaan masyarakat membuat fasilitator atau petugas kesehatan
menyangkut pembangunan koalisi antara kesulitan dalam menentukan program
profesional kesehatan dan kelompok masyarakat pemberdayaan masyarakat yang akan
untuk memecahkan masalah masyarakat tertentu dikembangkan sehingga sebagian besar kegiatan
(16). Selain itu, keterlibatan stakeholder seperti hanya berfokus pada keberlanjutan program yang
kepala dukuh juga penting. Penerimaan terhadap sudah berjalan sebelumnya. Selain itu, Pengalaman
program, serta adanya pengaruh kekuatan otoritas intervensi terdahulu oleh beberapa institusi juga
stakeholder, dapat menjadi lisensi untuk menjadi tantangan dalam pelaksanaan
mempengaruhi masyarakat agar melakukan pemberdayaan masyarakat karena hal tersebut
perubahan sesuai tujuan program. Dengan adanya dijadikan sebagai pembanding dengan kegiatan
keterlibatan berbagai pihak, seperti petugas yang akan dilakukan. Beberapa stakeholder
Puskesmas, kader dan stakeholder, diharapkan menginginkan kegiatan yang sama dengan
sustainabilitas program ini akan tetap berjalan. penganggaran biaya yang dibebankan oleh
Petugas kesehatan yang sering berbaur di antara provider atau fasilitator. Menurut Cyril dkk
komunitas dapat meningkatkan kelayakan dan menyebutkan bahwa beberapa tantangan dalam
dampak program dengan meningkatkan relevansi penerapan pemberdayaan masyarakat diantaranya
pesan promosi kesehatan, mendorong peningkatan infrastruktur sistem kesehatan dan penyediaan
perilaku kesehatan, mengatasi hambatan budaya layanan yang buruk, staf dan sumber daya yang
dan akses, dan mendorong keterlibatan peserta buruk, dan akses yang terbatas ke layanan
(17). Sebaliknya, jika kurang dukungan dari kesehatan (17). Tantangan ini sering kali
strakeholder dan professional kesehatan akan mengakibatkan kebutuhan komunitas yang tidak
menghambat dalam segala proses kegiatan terpenuhi.
sehingga mengakibatkan ketidakefisien dalam Administrasi birokrasi juga merupakan
waktu, sumber tenaga dan keluaran pemberdayaan salah satu tantangan dalam pelaksanaan
yang diharapkan. pemberdayaan masyarakat. Hal ini disebebkan
Tingginya mobilitas dan padat aktivitas karena proses yang cukup panjang dalam perizinan
masyarakat menjadi salah satu tantangan yang dari tingkat atas ke tingkat paling bawah, sehingga
sering dihadapi oleh provider kesehatan atau butuh waktu yang cukup lama untuk dapat
fasilitator. Hal ini disebabkan banyak masyarakat berinteraksi dengan masyarakat. Beberapa
lebih mementingkan melakukan pekerjaan yang masyarakat tidak mau menerima kedatangan
menghasilkan uang untuk kehidupan sehari-hari fasilitator jika tidak memiliki izin karena ada
dibandingkan mengikuti kegiatan pemberdayaan beberapa pengalaman yang tidak menyenangkan
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan atau instansi sebagai bentuk pencegahan dari kejahatan
lainnya. Selain itu, pekerjaan yang menghabiskan sehingga masyarakat lebih waspada. Menurut
waktu cukup lama membuat masyarakat memilih Dwiyanto masih ada beberapa masalah yang sering
untuk tetap tinggal dirumah untuk beristirahat dari dihadapi masyarakat dalam pelayanan publik
rutinitas yang dilakukan sepanjang hari. Menurut diantaranya proses pelayanan yang lambat,
Ulumiyah, dkk (2013) partisipasi masyarakat yang berbelit-belit, biaya pelayanan yang mahal dan
kurang karena tidak peduli dengan kegiatan yang kurangnya kepastian waktu penyelesaian dalam
dilakukan oleh fasilitator atau provider, lebih pelayanan public, meskipun pelayanannya sudah
memilih bekerja dan beberapa faktor lainnya yang berbasis teknologi informasi (19).

Tantangan dan Hambatan… 47


Vol. 4 No. 2 September 2020 Jurnal Kesmas Jambi (JKMJ)

KESIMPULAN DAN SARAN factors among university employees: A


Tantangan dan hambatan memberikan dampak single institutional study. Cardiovasc J Afr.
negatif terhadap pelaksanaan dan keberlangsungan 2017;28(6):377–84.
8. Kemenkes. Riset Kesehatan Dasar
program promosi kesehatan. Tantangan dan
(Riskesdas) 2013. Lap Nas 2013. 2013;1–
hambatan tersebut sebagian besar berasal dari 384.
internal komunitas di Padukuhan Samirono. 9. Cheung BMY, Li C. Diabetes and
Perlunya peningkatan kapasitas oleh tenaga hypertension: Is there a common metabolic
kesehatan dan masyarakat yang berkelanjutan serta pathway? Curr Atheroscler Rep.
penguatan monitoring dan evaluasi. 2012;14(2):160–6.
10. Clearinghouse OPCOP. Capacity Building
for Health Promotion. More Than Bricks
DAFTAR PUSTAKA
and Mortar. 2002;4. Available from:
1. WHO. Global Action Plan for The http://capacitynet.region.waterloo.on.ca
Prevention and Control of 11. Sulaeman ES, Karsidi R, Murti B, Kartono
Noncommunicable Diseases 2013 - 2020. DT, Waryana W, Hartanto R. Model
Geneva, Switzerland: World Health Pemberdayaan Masyarakat Bidang
Organization.; 2013. Kesehatan, Studi Program Desa Siaga.
2. WHO. Noncommunicable diseases country Kesmas Natl Public Heal J. 2012;7(4):186.
profiles 2018 [Internet]. World Health 12. Hartati E, Wijayanti DY. Pemberdayaan
Organization.; 2018. Available from: Kader Posyandu Lansia di Semarang. In:
https://apps.who.int/iris/handle/10665/2745 rosiding Seminar Nasional Keperawatan
12. License: CC BY-NC-SA 3.0 IGO Komunitas “Peran Perawat dalam Pelayanan
3. Alwan A, MacLean DR, Riley LM, Kesehatan Primer menuju Masyarakat
D’Espaignet ET, Mathers CD, Stevens GA, Ekonomi ASEAN “. Semarang; 2015. p.
et al. Monitoring and surveillance of chronic 202–9.
non-communicable diseases: Progress and 13. Bradley H a, Puoane T. Prevention of
capacity in high-burden countries. Lancet Hypertension and Diabetes in An Urban
[Internet]. 2010;376(9755):1861–8. Setting in South Africa: Participatory Action
Available from: Research with Community Health Workers.
http://dx.doi.org/10.1016/S0140- Ethn Dis. 2007;17(1):49–54.
6736(10)61853-3 14. Josiah Willock R, Mayberry RM, Yan F,
4. Bloom DE, Cafiero ET, Jané-Llopis E. The Daniels P. Peer Training of Community
Global Economic Burden of Health Workers to Improve Heart Health
Noncommunicable Diseases. Geneva, Among African American Women. Health
Switzerland: World Economic Forum 2011. Promot Pract. 2015;16(1):63–71.
2012;(June 2014). 15. Hannon L. How to empower a community?
5. WHO. Global Health Risks: Mortality and Helping communities take control of their
Burden of Disease Attributable to Selected health destiny. Prev Med Reports [Internet].
2019;13(2):166–9. Available from:
Major Risks. Geneva, Switzerland: World
https://doi.org/10.1016/j.pmedr.2018.12.00
Health Organization; 2009. 1
6. Lim SS, Vos T, Flaxman AD, Danaei G, 16. HSE, Population Interest Group. Public
Shibuya K, Adair-Rohani H, et al. A health nursing in Ireland: demonstrating
comparative risk assessment of burden of interventions from practice-validating
disease and injury attributable to 67 risk public health nursing actions using the
factors and risk factor clusters in 21 regions, American Intervention Wheel. Lenus.
1990-2010: A systematic analysis for the 2013;(August).
Global Burden of Disease Study 2010. 17. Cyril S, Smith BJ, Possamai-Inesedy A,
Lancet. 2012;380(9859):2224–60. Renzaho AMN. Exploring the role of
7. Agaba EI, Akanbi MO, Okeke EN, Agaba community engagement in improving the
PA, Ocheke AN, Gimba ZM, et al. A survey health of disadvantaged populations: A
of non-communicable diseases and their risk systematic review. Glob Health Action.

Tantangan dan Hambatan… 48


Vol. 4 No. 2 September 2020 Jurnal Kesmas Jambi (JKMJ)

2015;8(February).
18. Ulumiyah I. Peran Pemerintah Desa Dalam
Memberdayakan Masyarakat Desa (Studi
Pada Desa Sumberpasir Kecamatan Pakis
Kabupaten Malang). J Adm Publik Mhs
Univ Brawijaya. 2013;1(5):890–9.
19. Dwiyanto A. Mengembalikan Kepercayaan
Publik Melalui Reformasi Birokrasi.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.;
2011.

Tantangan dan Hambatan… 49

Anda mungkin juga menyukai