Abstrak
Tingginya prevalensi penyakit tidak menular merupakan beban yang sedang dihadapi di setiap negara.
Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu strategi dalam membantu mengontol permasalahan
kesehatan di masyarakat khususnya Penyakit tidak menular. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
tantangan dan hambatan melakukan pemberdayaan di daerah semi perkotaan. Penelitian ini menggunakan
desain kualitatif. Data dikumpulkan melalui wawancara dan observasi. Subjek penelitian ini adalah
masyarakat terutama kader kesehatan lansia dan para stakeholder di Padukuan Samirono. Hasil Penelitian
menunjukkan bahwa tantangan dalam pemberdayaan di daerah semi perkotaan meliputi 1) Tingginya
mobilitas dan padat aktivitas masyarakat, 2) Sistem birokrasi yang lama dan panjang, 3) Pengalaman
intervensi terdahulu oleh beberapa institusi, 4) Minimnya data kesehatan. Hambatan yang ditemui pada saat
program berlangsung, yaitu: 1) kurangnya pengalaman, keterampilan dan pengetahuan serta konsep diri
kader kesehatan setempat; 2) kurangnya kesadaran masyarakat 3) karakteristik sosial dan budaya (agama,
kondisi ekonomi); 4) Pesan kesehatan dari media massa; 5) Kurangnya dukungan stakeholder. Tantangan
dan hambatan memberikan dampak negatif terhadap keberlangsungan program promosi kesehatan. Perlunya
peningkatan kapasitas oleh tenaga kesehatan dan masyarakat yang berkelanjutan.
Kata Kunci : Hambatan, Tantangan Pemberdayaan Masyarakat, Semi-Urban
Abstract
The high prevalence of non infectious diseases is a burden that is being faced in each country. Community
empowerment is one strategy to control health problems in the community, especially non-communicable
diseases. This study aimed to determine the challenges and barriers on conducting community empowerment
in semi-urban areas. This study used a qualitative design with narrative approach. Data was collected
through interviews and observations. The subject of this study was the community member, including six
health cadres of elderly, three stakeholders in Padukuhan Samirono and one health officer. Challenges in
community empowerment in semi-urban areas include 1) high mobility and overcrowding community
activities, 2) a longwinded bureaucratic systems, 3) previous intervention experience that conducted by
another institutions, 4) lack of health data. Barriers found during the program, include: 1) lack of experience,
skills and knowledge and self confidence of local health cadres; 2) lack of community awareness 3) social
and cultural characteristics (religion, economic conditions); 4) health messages from the mass media; 5)
lack of stakeholder support. Challenges and barriers contributed a negative impact on the sustainability of
the health promotion program. Sustainable capacity building conducted by sustainable health officer and
community health workers is needed.
Info Artikel
Diterima : 3 September 2020
Direvisi : 14 September 2020 Tantangan dan Hambatan… 43
Publikasi : 23 September 2020
Vol. 4 No. 2 September 2020 Jurnal Kesmas Jambi (JKMJ)
Sleman, Provinsi D.I. Yogyakarta. Namun dalam dan penulisan data di posyandu yang
pelaksanaannya tidak mudah karena banyak kurang sehingga data yang dihasilkan tidak
tantangan dan hambatan yang dihadapi. Oleh begitu baik. Selain itu, kurangnya
karena itu, penelitian ini mendeskripsikan kepercayaan diri kader dalam memberikan
tantangan dan hambatan melakukan pemberdayaan edukasi kepada masyarakat.
di bidang Kesehatan pada daerah semi perkotaan. 2) kurangnya kesadaran masyarakat
Masyarakat yang masih acuh tak acuh
METODE terkait dengan kegiatan program
Penelitian ini merupakan bagian dari rangkaian pemberdayaan yang dilaksanakan. Hal ini
penelitian program promosi kesehatan. Penelitian didasari oleh persepsi masyarakat yang
ini menggunakan desain qualitative dengan menganggap bahwa kegiatan maayarakat
pendekatan naratif. Program promosi kesehatan yang baru hanya menghabiskan waktu
masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat mereka untuk melakukan aktivitas sehari-
dilakukan selama trisemester pada tahun 2016 harinya terutama bapak-bapak atau
sampai 2018. Semester pertama dilakukan pemuda.
assessment data, semeseter kedua dilakukan 3) karakteristik sosial dan budaya (agama,
kegiatan intervensi berupa kegiatan pengendalian kondisi ekonomi);
Penyakit Tidak Menular dan semester ketiga Masyarakat lebih memilih untuk
berupa kegiatan monitoring dan evaluasi. Hasil beraktivitas yang menghasilkan uang atau
kajian merupakan analisis berdasarkan hasil pendapatan dibandingkan kegiatan
evaluasi akhir dari pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat di bidang
pemberdayaan masyarakat. Pengumpulan data kesehatan. Selain itu, kuragnya interaksi
melalui wawancara dan observasi. Subjek dengan masyarakat luar sehingga membuat
penelitian ini adalah masyarakat terutama kader provider kesehatan kesulitan masuk di
kesehatan lansia dan para stakeholder di Padukuan forum-forum yang ada di masyarakat
Samirono. seperti kelompok PKK.
4) Pesan kesehatan dari media massa;
HASIL Berdasarkan hasil observasi kurangnya
Berdasarkan hasil kegiatan promosi kesehatan informasi kesehatan yang ada di
yang dilakukan, maka ditemukan beberapa masyarakat seperti poster atau media
hambatan dan tantangan kegiatan pemberdayaan lainnya.
masyarakat di bidang kesehatan dalam upaya 5) Kurangnya dukungan stakeholder.
pencegahan penyakit tidak menular di Padukuhan Beberapa stakeholder terutama BKD desa
Samirono, Kabupaten Sleman. dan beberapa ketua RT kurang
a. Hambatan Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan
Hambatan yang ditemui pada saat program pemberdayaan masyarakat.
berlangsung, yaitu: b. Tantangan Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat
1) kurangnya pengalaman, keterampilan dan 1) Tingginya mobilitas dan padat aktivitas
pengetahuan serta konsep diri kader masyarakat.
kesehatan setempat. Berdasarkan hasil observasi bahwa
Hasil observasi dan wawancara dari masyarakat di daerah Samirono sebagian
beberapa kader menyimpulkan bahwa besar masyarakat pekerja, wirausaha dan
beberapa kader tidak secara sukarela ingin mahasiswa. Masyarakat banyak
menjadi kader, hanya berdasarkan menghabiskan waktu dari pagi hingga sore
penunjukkan dari kepala dusun. Selain itu, sehingga ketika diajak untuk berpartisipasi
keterampilan dalam melakukan pelaporan dalam kegiatan, sebagian besar beralasan
lelah setelah mengerjakan pekerjaan dan hambatan yang dihadapi oleh fasilitator atau tenaga
ingin beristirahat. kesehatan. Hambatan yang sering dihadapi adalah
2) Sistem birokrasi yang lama dan panjang. kurangnya kesadaran, pengetahuan, pengalaman
Hasil observasi dan wawancara menjukkan dan konsep diri masyarakat khususnya kader dalam
bahwa lamanya proses pengurusan surat- melakukan kegiatan yang berhubungan dengan
menyurat dan pelayanan yang berbelit-belit permberdayaan masyarakat. Selain itu,
membuat fasilitator atau provider menunggu keterampilan kader yang masih kurang dalam
cukup lama untuk melakukan kegiatan melakukan kegiatan. Upaya peningkatan kualitas
pemberdayaan di masyarakat. kader yaitu dengan cara diberikan motivasi dan
3) Pengalaman intervensi terdahulu oleh dilibatkan dalam kegiatan penyuluhan. Dalam
beberapa institusi. rangka peningkatan kualitas tersebut, perlu
Hasil wawancara dengan kepala desa dan dilakukan pengembangan dan pemberdayaan kader
ketua BKD menunjukkan bahwa program melalui kegiatan pelatihan. Adapun kegiatan
atau kegiatan baru yang akan pelatihan yang dilakukan yaitu, pemberian
dikembamgkan akan membuat kegiatan pengetahuan terkait hipertensi dan diabetes
tersebut tidak berhasil karena masyarakat melitus. Pengetahuan merupakan salah satu faktor
menolak, melainkan melanjutkan program predisposisi dalam merubah perilaku individu.
yang sudah ada. Selain itu, program yang Pemberian pengetahuan ini bertujuan agar kader
sudah dibuat oleh lembaga atau institusi memiliki kompetensi ketika menghadapi masalah
yang terdahulu sebagai pembanding kesehatan yang dihadapi lansia, seperti hipertensi
terhadap kegiatan yang akan dilakukan dan diabetes (12). Pelatihan diperlukan untuk
meskipun kegiatan tersebut tidak bersifat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
berkelanjutan. kepercayaan diri kader. Bagi kader lama maupun
4) Minimnya data kesehatan baru, pelatihan dapat menjadi kegiatan yang
Hasil observasi yang dilakukan bahwa data informatif, menarik, sangat penting, dan
yang dimiliki masyarakat khusus kesehatan membimbing mereka dalam merubah ke arah
masih sangat minim terutama data-data di perilaku hidup sehat, serta memberikan
posyandu. Beberapa data yang hilang dan kepercayaan diri untuk menginformasikan hasil
kurangnya pendokumentasian yang baik. pengetahuan dan keterampilan yang didapat
kepada orang lain (13). Sejalan dengan penelitian
PEMBAHASAN Willock dkk pada tahun 2015 bahwa pelatihan
Pemberdayaan masyarakat merupakan dapat meningkatkan pengetahuan serta
sebuah proses yang dilakukan oleh faktor internal keterampilan kader dalam mencegah penyakit
komunitas dengan memanfaatkan potensi yang ada jantung (14).
di dalam masyarakat berupa sumber daya melalui Karakteristik sosial dan budaya masyarakat
proses fasilitasi. Selain itu, adanya dukungan seperti agama dan kondisi ekonomi juga
sumber daya dari pihak luar. Tujuan akhir dari mempengaruhi dalam pelaksanaan kegiatan
pemberdayaan masyarakat tersebut ialah pemberdayaan masyarakat. Masyarakat yang
keberdayaan masyarakat dalam melakukan memiliki penghasilan rendah lebih banyak
identifikasi masalah kesehatan yang ada di dalam mementingkan kegiatannya untuk memenuhi
masyarakat tersebut dan mampu memecahkan kebutuhannya sehari-hari. Faktor sosial ekonomi
masalah tersebut dengan berbagai program yang seperti pendapatan, pendidikan dan pekerjaan yang
dibuat secara bersama-sama (11). memengaruhi keberadaan sumber daya yang
Dalam pelaksanaan kegiatan mempengaruhi kualitas hidup terutama di bidang
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan kesehatan (15).
tidak selamanya berjalan dengan baik. Banyak
2015;8(February).
18. Ulumiyah I. Peran Pemerintah Desa Dalam
Memberdayakan Masyarakat Desa (Studi
Pada Desa Sumberpasir Kecamatan Pakis
Kabupaten Malang). J Adm Publik Mhs
Univ Brawijaya. 2013;1(5):890–9.
19. Dwiyanto A. Mengembalikan Kepercayaan
Publik Melalui Reformasi Birokrasi.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.;
2011.