Anda di halaman 1dari 79

PEMANFAATAN DANA DESA UNTUK PEMBEDAYAAN MASYARAKAT

DI DESA NANGA MBALING KABUPATEN MANGGARAI TIMUR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh :

FITRIYANTI
10538316315

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
2020

SURAT PERNYATAAN
saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : FITRIYANTI

Nim : 10538316315

Jurusan : Pendidikan Sosiologi

Judul :Pemanfaatan Dana Desa untuk Pemberdayaan


Masyarakat di Desa Nanga Mbaling Kabupaten
Manggarai Timur

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini merupakan hasil


penelitian pemikiran, dan pemaparan asli saya sendiri. Saya tidak
mencantumkan tanpa pengetahuan bahan-bahan yang telah dipublikasikan
sebelumnya atau ditulis oleh orang lain, atau sebagai bahan yang pernah
diajukan untuk gelar atau ijazah pada Unismuh Makassar atau perguruan
tinggi lainnya.
Apa bila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran
dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuain
dengan peraturan yang berlaku di Unismuh Makassar.

Demikian pernyataan ini saya buat.

Makassar, April 2020

Yang Membuat pernyataan

FITRIYANTI
NIM: 10538316315
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : FITRIYANTI
Nim : 10538316315
Jurusan : Pendidikan Sosiologi
Judul Skripsi :Pemanfaatan Dana Desa untuk
Pemberdayaan Masyarakat di Desa
Nanga Mbaling Kabupaten Manggarai
Timur
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini.
Saya menyusun sendiri dan tidak dibuatkan oleh siapapun.
2. Dalam penusunan skripsi, saya akan selalu melalukan
konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh
pimpinan Fakultas.
3. Saya tidak melakukan penciplakan (plagiat) dalam
penyusunan skripsi saya.
4. Apa bila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1, 2, dan 3
maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang
berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat, dengan penuh kesadaran.

Makassar, April 2020


Yang Membuat perjanjian

FITRIYANTI
NIM: 10538316315

MOTTO DAN PERSEMBAHAN


KESABARAN BERAKHIR DENGAN KEBAHAGIAAN

kupersembahkan karya ini buat:

kedua orang tuaku, saudaraku dan sahabatku atas keikhlasan dan

doanya serta dukungan untuk saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, demikian kata untuk mewakili
atas segala karunia dan nikmat-NYA. Jiwa ini takkan henti bertauhid atas anugerah
pada detik waktu, denyut jantung , gerak langkah, serta rasa dan rasio pada-Mu, Sang
Khaliq. Proposal ini adalah setitik dari sederetan berkah-Mu.

Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi terkadang


kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang.Demikian juga dalam tulisan
ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi kapasitas penulis dalam
keterbatasan.Segala daya dan upaya telah penulis kerahkan untuk membuat tulisan ini
selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya dalam ruang
lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Makassar.

Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam penampungan tulisan


ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terimah kasih kepada kedua orang
tuaku tercinta yang telah berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan, mendidik,
mendukung dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu. Penulis juga
mengucapkan para saudara-saudara dan keluarga yang tak hentinya memberikan
motivasi.Dengan segala hormat penulis mengucapkan terimah kasih kepada
Dr.Muhammad Nawir, M.Pd dan Hadisaputra S.Pd., M.Si. pembimbing I dan
pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan motivasi serta menuntun penulis
sejak awal penyusunan proposal hingga selesainnya Skripsi ini.Tak lupa juga penulis
mengucapkan terima kasih kepada Dr. H. Abd. Rahman Rahim,MM, Rektor
Universitas Muhammadiyah Makassar, Erwin Akib, S.Pd, M.Pd, Ph.D Dekan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, dan
Drs. H. Nurdin, M.Pd ketua jurusan pendidikan sosiologi, serta seluruh dosen dan
staff pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan Imu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu
yang bermanfaat bagi penulis.

Dan ucapan terimah kasih kepada teman-teman seperjuanganku yang selalu


menemani dalam suka dan duka, sahabat-sahabatku terkasih serta seluruh rekan
mahasiswa Jurusan Pendidikan Sosiologi atas segala kebersamaan, motivasi, saran
dan bantuannya.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan


kritikan dan saran dari berbagai pihak, yang bersifat membangun.Semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat. Aamiin Yarabbal Alamin. Billahi fii sabilil haq
fastabiqul khaerat wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Makassar ,April 2020

FITRIYANTI

DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL............................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................

PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................................

SURAT PERNYATAAN.....................................................................................

SURAT PERJANJIAN.......................................................................................

MOTTO DAN PERSEMBAHAN......................................................................

ABSTRAK BAHASA INDONESIA..................................................................

ABSTRAK BAHASA INGGRIS........................................................................

KATA PENGANTAR ………………………………………………………....

DAFTAR ISI........................................................................................................

DAFTAR TABEL................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………

A. Latar Belakang...........................................................................................

B. Rumusan Masalah.....................................................................................

C. Tujuan Penelitian.......................................................................................

D. Manfaat Penelitian.....................................................................................

E. Defenisi Operasional.................................................................................

BAB II KAJIAN PUSTAKA…………………………………………………..

A. Kajian Konsep...........................................................................................

1. Implikasi Sosial Ekonomi....................................................................

2. Bantuan Dana Desa.............................................................................


3. Pemberdayaan Masyarakat..................................................................

4. Masyarakat Desa.................................................................................

B. Kajian Teori...............................................................................................

1. Struktural Funsional...........................................................................

2. TindakanSosial...................................................................................

C. Kerangka Pikir...........................................................................................

D. Penelitian Relevan....................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN……………………………………………

A. Jenisdan Pendekatan Penelitian.................................................................

B. LokasidanWaktu Penelitan........................................................................

C. Informen Penelitian...................................................................................

D. Jenisdan Sumber Data...............................................................................

E. Fokus Penelitiakn......................................................................................

F. Instrumen Penelitian..................................................................................

G. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................

H. Teknik Analisis Data...............................................................................

I. Teknik Keabsahan Data.............................................................................

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Lokasi Penelitian..........................................................................

B. Letak Geografi...........................................................................................

C. Keadaan Sosial Keagamaan......................................................................

D. Keadaan Pendidikan..................................................................................
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitan...........................................................................................

1. Pemanfaatan Dana Desa Untuk Pemberdayaan Masyarakat................

2. Dampak Pemanfaatan Dana Desa Untuk Pemberdayaan Masyarakat..

B. Pembahasan...............................................................................................

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan................................................................................................

B. Saran..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................

LAMPIRAN-LAMPIRAN..................................................................................

RIWAYAT HIDUP.............................................................................................

ABSTRAK
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses dimana masyarakat, terutama
masyarakat yang lemahnya dalam berpartisipasi, dan kelompok yang terabaikannya,
didukung agar mampu meningkatkan kesejahtraannya secara mandiri baik secara
sosial maupun ekonomi. Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi apa bila
warganya ikut berpartisipasi.
Pemberdayaan masyarakat yang dimaksud dalam skripsi ini adalah suatu
upaya untuk mengembangkan segala potensi atau partisipasi yang ada di masyarakat,
dengan cara mendorong, memberi motivasi (membangkitkan kesadaran) akan potensi
yang mereka miliki sehingga dapat memberikan implikasi terhadap masyarakat baik
itu dalam segi partisipasi maupun dalam segi sosial ekonomi.
Atas latar belakang kondisi di atas penulis mengambil judul:Pemanfaatan
dana desa untuk pemberdayaan masyarakat di desa nanga mbaling kabupaten
manggarai timur. Analisis data pada penelitian ini bersifat kualitatif berlandasan pada
penggunaan keterangan secara lengkap dan mendalam dalam menginterprestasikan
data tentang variabel, bersifat non-kuantitatif dan dimaksudkan untuk melakukan
eksplorasi mendalam dan tidak meluas terhadap fenomena. Metode yang digunakan
yaitu dengan metode wawancara, observasi dan dokumentasi.
Adapun temuan dalam penelitian ini yaitu tingkat partisipasi masyarakat Desa
Nanga Mbaling dapat dilihat pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun
pengawasan yang tergolong baik dalam partisipasi masyarakat dalam tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan pembangunan dan evaluasi. Faktor pendukung dan
penghambat serta pemanfaatan dana Desa Nanga Mbaling diantaranya yaitu
dukungan dari Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Desa yang berkooperatif dan
komunikasi efektif dalam meregulasikan ADD di wilayah Desa Nanga Mbaling
sehingga pelaporan pertanggung jawaban dapat dilaporkan dengan waktu yang telah
ditentukan, partisipasi masyarakat meningkat karena kesadaran untuk membangun
desa telah tertanam dari dalam diri mereka untuk berkontribusi dalam pengelolaan
ADD, Sikap mental Pemerintah desa yang transparan, akuntabel dalam
memanfaatkan dana ADD, masyarakat kritis dalam mengawasi pelaksanaan ADD
sehingga meminimalisir terjadinya penyelewengan dana ADD dan Minimnya
ketersediaan dana ADD yang tidak semuanya dapat mengakomodir kebutuhan
masyarakat desa.

Kata Kunci: Pemberdayaan Masyarakat, Program Anggaran Dana Desa (ADD)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wilayah Indonesia padaumumnya masih berbentuk desa atau dengan nama

laindisebutdistrik, hal tersebut tercermin dari kenyataan bahwa masih sekitar 70%

warga Indonesia hidupdan mencari nafkahnya di desa. Bagaimanapun potretnya saat

ini, desaataudistrik merupakan bagian wilayah terkecil dari Negara Indonesia yang

secaramutlak harus diayomi oleh Pemerintah Negara Republik Indonesia.

Keberadaan desa secara yuridis formal diakui dalam Undang-Undang No.32

Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah No.72 Tahun 2005

tentang desa. Berdasarkan ketentuan ini maka, desa diberi pengertian sebagai

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah dan berwenang

untuk mengatur serta mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-

usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam system Pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemahaman desa di atas menempatkan desa

sebagai suatu organisasi pemerintahan yang secara politis memiliki kewenangan

tertentu untuk mengurus dan mengatur warga atau komunitasnya.Dengan posisi

tersebut desa memiliki peran yang sangat penting dalam menunjang kesuksesan

Pemerintahan Nasional secara luas.Desa menjadi bagian terdepan dalam mencapai

keberhasilan dari segala urusan dan program pemerintah.Maka menjadi sangat logis

apabila pembangunan desa menjadi prioritas utama bagi kesuksesan pembangunan

nasional.
Berbeda dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang desa.

Desa sebagai daerah otonomi dalam hal penyelenggaraan urusan pemerintahan, desa

didanai dari anggaran pendapatan yang bersumber dari APBN yang diperuntukan

bagi desa, yang ditransfer melalaui APBD kabupaten/kota dan digunakan untuk

membiayai penyelenggaraan pemerintah, pembangunan, pembinaan kemasyarakatan

dan pemberdayaan masyarakat.

Bantuan dana desa akan mendorong terlaksananya otonomi desa,sekaligus

sebagai upaya pemberdayaan pemerintah desa dan masyarakat desa,pemerintah

provinsi dan pemerintah kabupaten sebagai fasilitator, memfasilitasi masyarakat desa

agar mampu melaksanakan pembangunan desanya.merealisasikan tujuan

pembangunan tersebut,maka segenap potensi alam harus digali,dikembangkan dan

dimanfaatkan sebaik mungkin,begitu pula dengan potensi manusia berupa penduduk

yang banyak jumlahnya maka pengetahuan dan keterampilannya,harus ditingkatkan

sehingga mampu menggali,mengembangkan dan memanfaatkan potensi sistem secara

maksimal,dan pelaksanaan program pembangunan tercapai. ekonomi daerah seperti

yang telah direncanakan oleh pemerintah diterapkan dapat mempercepat

pertumbuhan dan pembangunan di desa.

Awal pelaksanaan otonomi daerah aspek kemandirian dan terkesan diabaikan,

namun dengan seriusnya pemerintah pusat hingga kabupaten melaksanakan tugas

otonomi daerah,kepentingan-kepentingan desa mulai diperhatikan. bukti bahwa

pemerintah pusat mulai memberikan titik berat pada prioritas pemanfaatan

penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan desa tercermin dari semakin


banyaknya perangkap peraturan pelaksanaan, yaitu Peraturan Pemerintah (PP),

peraturan menteri dalam negeri (Permendagri) maupun keputusan menteri dalam

negeri (Kepmendagri), yang mengatur tentang desa, baik itu Peraturan Pemerintah,

permendagri, dan kepmendagri yang dimaksud merupakan peratuaran pelaksanaan

pengaturan mengenai desa yang diamanatkan.

Penyelenggaraan atau keuangan merupakan faktor vital dalam mendukung

penyelenggaraan otonomi desa.untuk mengatur rumah tangganya sendiri desa

memerlukan dana/biaya yang memadai untuk melaksanakann semua kewenangan

yang dimilikinya sejak tahun 1999 yaitu sejak penerapan UU No.2 tahun 2004

tentang pemerintahan daerah, pemerintah menerapkan kebijakan pemberian dana

segar (grant) ke desa-desa melalui progarm kebijakan bantuan Dana Desa (DD).

Diharapkan alokasi dana desa yang disalurkan dapat meningakatkan kesejahteraan

masyarakat dalam pembangunan pedesaan secara gotongroyong. Pembangunan

masyarakat desa ini diarahkan untuk memanfaatkan.

Pendapatan asli desa seharusnya dapat membiayai seluruh atau sebagian besar

belanja desa. Hal ini sejalan dengan Penelitian yang dilakukan oleh Ferdian (2013),

Pengaruh Alokasi Dana Desa dan Pendapatan Asli Desa (PAD).

Studi yang mengkaji tentang penggunaan Dana Desa telah dilakukan oleh

sejumlah peneliti terdahulu, misalnya penelitan yang dilakukan oleh Baura (2014),

Aljanna (2013), Hafide (2016), Tangkumahat (2017), Ridha (2014), Jamaluddin

(2018), Afriliyanto (2017), Mahfudz (2009), Faisal dan Nain (2017), dan Muslihah

(2019). Studi ini melengkapi penelitian seputar seputar desa sebagaimana


tersebut.Kebaruannya, penelitian ini merupakan penelitian pertama yang mengkaji

tentang penggunaan Dana Desa di Desa Nanga Mbaling Kecamatan Sambi Rampas

Kabupaten Manggarai Timur.

Desa Nanga Mbaling merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan

Sambi Rampas Kabupaten Manggarai Timur. Nusa Tenggara Timur (NTT). Sama

seperti halnya wilayah desa lain konsentrasi dalam proses pembangunan pemanfaatan

bantuan Dana Desa (DD) selalu diprioritaskan dalam menunjang pembangunan sosial

ekonomi, pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat Desa. Banyak dampak

konsentrasi pembangunan yang diberikan oleh pemerintah desa Nanga Mbaling

Sehubungan dengan apa yang diuraiakan diatas, maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan judul “Pemanfaatan Dana Desa Untuk

Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Nanga Mbaling Kabupaten Manggarai

Timur”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka penelitian ini

mengkaji tentang Pemanfaatan Dana Desa Untuk Pemberdayaan Masyarakat Di Desa

Nanga Mbaling Kabupaten Manggarai Timur”.Rumusan masalah secara rinci sebagai

berikut:

1. Bagaimana pemanfaatan Anggaran Dana Desa untuk pemberdayaan

masyarakat di Desa Nanga Mbaling Kecamatan Sambi Rampas Kabupaten

Manggarai Timur?
2. Bagaimana dampak pemanfaatan Dana Desa untuk pemberdayaan masyarakat

di Desa Nanga Mbaling Kecamatan Sambi Rampas Kabupaten Manggarai

Timur?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pembahasan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini

bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui pemanfaatan Anggaran Dana Desa untuk pemberdayaan

masyarakat di Desa Nanga Mbaling Kecamatan Sambi Rampas Kabupaten

Manggarai Timur?

2. Untuk mengetahui dampak pemanfaatan Dana Desa untuk pemberdayaan

masyarakat di Desa Nanga Mbaling Kecamatan Sambi Rampas Kabupaten

Manggarai Timur?

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoreitis

a. Menambah literatur ilmiah tentang pemanfaatan dana desa di dalam

pemberdayaan masyarakat.

b. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pengetahuan tentang

sosiologi ekonomi dan sosiologi pedesaan.

c. Sebagai pijakan bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang mengkaji tentang

sosiologi pedesaan.
2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan masukkan bagi pemerintah desa dalam pengambilan

keputusan yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat Desa Nanga

Mbaling Kabupaten Manggarai Timur.

b. Sebagai acuan untuk pemerintah Desa Nanga Mbaling Kabupaten

Manggarai Timur dalam memberikan kebijakan pembangunan dan

pemberdayaan masyarakat desa sesuai dengan regulasi yang mengatur.

E. Defenisi Operasional

Setelah beberapa konsep diuraikan dalam hal yang berkaitan dengan

penelitian ini, maka untuk mempermudah dalam mencapai tujuan penelitian perlu

disusun defenisi operasional yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini

antaralain:

1. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu strategi dalam menanggulangi

kemiskinan dengan memberikan keterampilan atau keahlian agar masyarakat

mampu memenuhi kebutuhan sehari-harinya dengan memanfaatkan hal

tersebut, serta adannya bantuan dana desa dan penyediaan sarana dan

prasarana penunjang.

2. Bantuan dana desa merupakan sejumlah dana yang dialokasaikan oleh

pemerintah pusat melalui pemerintah daerah untuk memberdayakan ekonomi

masyarakat guna mengatasi kemiskinan dengan menyediakan sarana dan

prasarana penunjang.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Bantuan Dana Desa

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 6 Tahun 2014 Tentang

desa, keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat di nilai dengan

uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang akan berhubungan dengan

kelangsungan hak dan kewajiban Penyelenggaraan urusan pemerintah desa yang

menjadi kewenangan desa di danai dari anggaran pendapatan dan belanja desa,

bantuan pemerintah dan bantuan pemerintah daerah. Penyelenggaraan urusan

pemerintah daerah yang di selenggarakan oleh pemerintah desa di danai dari

anggaran pendapatan dan belanja daerah. Penyelenggaraan urusan pemerintah yang

di selenggarakan oleh pemerintah desa di danai dari anggaran pendapatan dan

belanja negara (Sujadi, 2019:148).

Berdasarkan peratuaran daerah Nomor 26 tahun 2007 bahwa Sumber

pendapatan desa terdiri dari :

a. Pendapatan asli desa, terdiri dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil

swadaya dan pastisipasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli daerah

yang sah.

b. Bagi hasil pajak daerah kabupaten/kota paling sedikit 10% untuk desa dan

dari retribusi kabupaten/kota sebagian di peruntukkan bagi desa. Bagian dari

dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang di terima oleh


kaabupaten/kota untuk desa paling sedikit 10%, yang pembagiannya untuk

setiap desa secara profesional yang merupakan alokasi dana desa.

c. Bantuan keuangan pemerintah, pemerintah Provinsi dan pemerintah

Kabupaten/Kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintah.

d. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak meningkat.

Undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa (selanjutnya disebut

undang –undang desa) mendefenisikan desa sebagai kesatuan masyarakat hukum

yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus

pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat,

hak asal usul, dan atau/hak tradisional yang dilakukan dan dihormati dalam system

pemerintahan Negara kesatuan republik Indonesia.

Gambar desa ideal yang dicita-citakan dalam undang-undang desa adalah

desa yang kuat, maju, mandiri dan demokrasi, cita-cita dimaksud diwujudkan salah

satunya dengan menyelenggarakan pembagunan dan pemberdayaan masyarakat

desa. fokus dari desa kerja pemberdayaan masyarakat desa adalah mewujudkan

masyarakat desa sebagai subyek pembagunan dan desa sebagai subyek hukum yang

berwewenang mendayagunakan keuangan dan aset desa. Berdasarkan UU No. 22

tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah, desa adalah kesatauan masyarakat hukum yang

memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem

pemerintahan nasional dan beradah di daerah kabupaten. ini berarti desa merupakan
suatu pemerintahan yang mandiri yang berada didalam subsistem pemerintahan

nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Menurut Bintarto (dalam Hariayanto, 2015), Studi Pengembangan Ekonomi

Lokal Terkait Interaksi Desa Sampai Lokal. Menyatakan desa merupakan perwujudan

atau kesatuan geografi, sosial, ekonomi, politik, dan kultur yang terdapat disuatu

daerah, dalam hubungan dan pengaruhya secara timbal balik dengan daerah lain. UU

No. 32 tahun 2004 desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-

batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui

dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indionesia.

Widjaja (dalam Carwiaka, 2013), tentang pelaksanaan otonomi desa,

menyatakan bahwa desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai

susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat istimewa, landasan pemikiran

dalam mengenai desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokrasi

dan pemberdayaan masyarakat. Desa dapat dipahami sebagai suatu daerah kesatuan

hukum dimana bertempat tinggal di suatu masyarakat yang berkuasa (memiliki

wewenang) mengadakan pemerintahan sendiri.Pengertian ini menekankan adanya

otonomi untuk membangun tata kehidupan desa bagi kepentingan penduduk.Dalam

pengertian ini terdapat kesan yang kuat, bahwa kepentingan dan kebutuhan

masyarakat desa hanya dapat diketahui dan disediakan oleh masyarakat desa dan

bukan pihak luar. selanjutnya dalam PP No. 72 tahun 2005 tentang desa, bahwa desa

atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat

setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Dengan demikian desa sebagai suatu bagaian dari sistem

pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diakui otonominya dan

kepala desa melalui pemerintah desa dapat diberikan penugasan pendelegasian dari

pemerintahan ataupun pemerintah daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah

tertentu.

2. Pemberdayaan Masyarakat

Penelitian yang dilakukan oleh Arief Purbantara (2019), Pemberdayaan

Masyarakat Desa.Menjelaskan bahwa, Pemberdayaan tidak mempunyai pengertian

model tunggal.Pemberdayaan dipahami sangat berbeda menurut cara pandang orang

maupun konteks kelembagaan, politik, dan sosial budayanya. Ada yang memahami

pemberdayaan sebagai proses mengembangkan, memandirikan, menswadayakan,

memperkuat posisi tawar menawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-

kekuatan penekan di segala bidang dan sektor kehidupan. Ada pihak lain yang

menegaskan bahwa pemberdayaan adalah proses memfasilitasi warga masyarakat

secara bersama-sama pada sebuah kepentingan bersama atau urusan yang secara

kolektif dapat mengidentifikasi sasaran, mengumpulkan sumber daya, mengerahkan

suatu kampanye aksi dan oleh karena itu membantu menyusun kembali kekuatan

dalam komunitas. Ada juga yang memahami pemberdayaan secara makro sebagai

upaya mengurangi ketidakmerataan dengan memperluas kemampuan manusia


(melalui, misalnya, pendidikan dasar umum dan pemeliharaan kesehatan, bersama

dengan perencanaan yang cukup memadai bagi perlindungan masyarakat dan

memperbaiki distribusi modal-modal yang nyata (misal lahan dan akses terhadap

modal). Berdasarkan hal itu maka inti dari pemberdayaan adalah:

a. Suatu upaya atau proses pembangunan yang berkesinambungan, yang berarti

dilaksanakan secara terorganisir, dan bertahap dimulai dari tahap permulaan

hingga tahap kegiatan tindak lanjut dan evaluasi (follow-up activity and

evaluation).

b. Suatu upaya atau proses memperbaiki (to improve)kondisi ekonomi, sosial,

dan kebudayaan masyarakat untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik.

c. Suatu upaya atau proses menggali dan memanfaatkan potensi-potensi yang

dimiliki masyarakat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka, sehingga

prinsip to help the community to help themselves dapat menjadi kenyataan.

d. Suatu upaya atau proses memandirikan masyarakat, dengan cara menggalang

partisipasi aktif dalam masyarakat berupa bentuk aksi bersama (group action)

di dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

Sedangkan dalam penelitian yang di lakukan oleh Ahmad Sururi (2015),

Pemberdayaan Masyarakat Melalaui Program Pembangunan.Menjelaskan bahwa

Konsep pemberdayaan masyarakat mencakup pengertian “pembangunan masyarakat

(community development) dan pembangunan yang bertumpu pada masyarakat

(community-based development) Chamber tahun 1995” (Kartasasmita,

1997:41).Pemberdayaan Masyarakat. Pendekatan utama dalam konsep


pemberdayaan adalah bahwa masyarakat tidak dijadikan obyek dari berbagai proyek

pembangunan, tetapi merupakan subyek dari upaya pembangunannya sendiri. Dasar-

dasar pemberdayaan masyarakat adalah: mengembangkan masyarakat khususnya

kaum miskin, kaum lemah dan kelompok terpinggirkan, menciptakan hubungan

kerjasama antara masyarakat dan lembaga-lembaga pengembangan, memobilisasi dan

optimalisasi penggunaan sumber daya secara keberlanjutan, mengurangi

ketergantungan, membagi kekuasaan dan tanggung jawab, dan meningkatkan tingkat

keberlanjutan. (Delivery dalam Sutrisno, 2005:17). Peran Pemerintah Desa Dalam

Pemberdayaan Masyarakat, Lebih lanjut, Dahama dan Bhatnagar dalam Mardikanto

(2010), Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pembangunan.

Mengungkapkan prisip-prinsip pemberdayaan yang lain yang mencakup:

1) Minat dan kebutuhan, artinya pemberdayaan akan efektif jika selalu mengacu

pada minat dan kebutuhan masyarakat.

2) Organisasi masyarakat bawah, artinya pemberdayaan akan efektif jika

mampu melibatkan/menyentuh organisasi masyarakat bawah, sejak dari

setiap keluarga/kekerabatan.

3) Keragaman budaya, artinya pemberdayaan harus memperhatikan adanya

keragaman budaya. Perencanaan pemberdayaan harus selalu disesuaikan

dengan budaya lokal yang beragam.

4) Perubahan budaya, artinya setiap kegiatan pemberdayaan akan mengakibatkan

perubahan budaya. Kegiatan pemberdayaan harus dilaksanakan dengan bijak


dan hati-hati agar perubahan yang terjadi tidak menimbulkan kejutan-kejutan

budaya.

5) Kerjasama dan partisipasi, artinya pemberdayaan hanya akan efektif jika

mampu menggerakan partisipasi masyarakat untuk selalu bekerjasama dalam

melaksanakan program-program pemberdayaan yang telah dirancang.

6) Demokrasi dan penerapan ilmu, artinya dalam pemberdayaan harus selalu

memberikan kesempatan kepada masyarakatnya untuk menawar setiap ilmu

alternatif yang ingin diterapkan. Yang dimaksud demokrasi disini, bukan

terbatas pada tawar menawar tentang ilmu alternatif saja, tetapi juga dalam

penggunaan metoda pemberdayaan, serta proses pengambilan keputusan yang

akan dilakukan masyarakat sasarannya.

7) Belajar sambil bekerja, artinya kegiatan pemberdayaan harus diupayakan agar

masyarakat dapat “belajar sambil bekerja” atau belajar dari pengalaman

tentang segala sesuatu yang ia kerjakan. Dengan kata lain, pemberdayaan

tidak hanya sekedar menyampaikan informasi atau konsep-konsep teoritis

tetapi harus memberikan kesempatan kepada masyarakat sasaran untuk

mencoba atau memperoleh pengalaman melalui kegiatan secara nyata.

8) Penggunaan metode yang sesuai, artinya pemberdayaan harus dilakukan

dengan penerapan metoda yang selalu disesuaikan dengan kondisi lingkungan

(lingkungan fisik, kemampuan ekonomi dan nilai sosial budaya) sasarannya.

9) Kepemimpinan, artinya penyuluh tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang

hanya bertujuan untuk kepentingan/kepuasannya sendiri, dan harus mampu


mengembangkan kepemimpinan. Dalam hubungan ini, penyuluh sebaiknya

mampu menumbuhkan pemimpin-pemimpin lokal atau memanfaatkan

pemimpin lokal yang telah ada untuk membantu kegiatan pemberdayaan.

10) Spesialis yang terlatih, artinya penyuluh harus benar-benar pribadi yang telah

memperoleh latihan khusus tentang segala sesuatu yangs esuai dengan

fungsinya sebagai penyuluh. Penyuluh-penyuluh yang disiapkan untuk

melakukan beragam kegiatan (meskipun masih berkaitan dengan kegiatan

pertanian).

11) Segenap keluarga, artinya penyuluh harus memperhatikan keluarga sebagai

satu kesatuan dari unit sosial. Dalam hal ini, terkandung pengertian-

pengertian:

a) Pemberdayaan harus dapat mempengaruhi segenap anggota keluarga.

b) Setiap anggota keluarga memiliki peran atau pengaruh dalam setiap

pengambilan keputusan.

c) Pemberdayaan harus mampu mengembangkan pemahaman bersama.

d) Pemberdayaan mengajarkan pengelolaan keuangan keluarga.

e) Pemberdayaan mendorong keseimbangan antara kebutuhan keluarga

dan kebutuhan usaha tani.

f) Pemberdayaan harus mampu mendidik anggota keluarga yang masih

muda.

g) Pemberdayaan harus mengembangkan kegiatan-kegiatan keluarga,

baik yang menyangkut masalah sosial, ekonomi, maupun budaya.


h) Mengembangkan pelayanan keluarga terhadap masyarakatnya.

12) Kepuasan, artinya pemberdayaan harus mampu mewujudkan tercapainya

kepuasan. Adanya kepuasan akan sangat menentukan keikutsertaan sasaran

pada program-program pemberdayaan selanjutnya.

3. Masyarakat Desa

Pada umumnya pengertian desa dikaitkan dengan pertanian, yang sebenarnya

masih bisa didefinisikan lagi berdasarkan pada jenis dan tingkatannya.Masyarakat

desa yaitu masyarakat yang ruang lingkupnya berada di desa dan cenderung hidup

secara tradisional serta memegang adat istiadat. Menurut P.H Landis terdapat tiga

definisi tentang desa yaitu pertama desa itu lingkungan yang penduduknya kurang

dari 2.500 orang, kedua desa adalah suatu lingkungan yang penduduknya mempunyai

hubungan yang saling akrab serba informal satu sama lain, dan yang ketiga desa

adalah suatu lingkungan yang penduduknya hidup dari pertanian.

Sedangkan menurut Koentjaraningrat desa adalah suatu komunitas kecil yang

menetap secara tetap di suatu tempat (Rahadjo, 2010 : 29), masyarakat desa itu

sendiri mempunyai karakteristik seperti yang dikemukakan oleh Roucek dan Warren

mereka menggambarkan karakteristik masyarakat desa sebagai berikut (Jefta Leibo,

1995:7).

a. Besarnya peranan kelompok primer

b. Faktor geografis menentukan dasar pembentukan kelompok atau asosiasi

c. Hubungan lebih bersifat akrab dan langgeng

d. Homogen
e. Keluarga lebih ditekankan fungsinya sebagai unit ekonomi

f. Populasi anak dalam proporsi yang lebih besar

Karakteristik desa sangat diperlukan adanya pembagian desa atau biasa

disebut dengan tipologi desa. Tipologi desa itu sendiri akan mudah diketahui jika

dihubungkan dengan kegiatan pokok yang ditekuni oleh masyarakat itu dalam

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, adapun pembagiannya sebagai berikut (Jefta

Leibo, 1995: 18):

a. Desa Pertanian

Pada jenis desa ini semua kegiatan masyarakatnya terlibat dalam bidang

pertanian.

b. Desa Industri

Pada jenis desa ini pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari

lebih banyak bergantung pada sektor industri baik industri kecil maupun

industri besar.

c. Desa Nelayan atau Desa Pantai

Pada jenis desa ini pusat kegiatan dari seluruh anggota masyarakatnya

bersumber pada usaha-usaha di bidang perikanan baik perikanan laut, pantai,

maupun darat.

d. Desa Pariwisata

Pada jenis desa ini terdapat obyek wisata seperti peninggalan-peninggalan

kuno, keistimewaan kebudayaan rakyat, dan juga terdapat keindahan alam.


Kebudayaan yang terdapat pada masyarakat desa masih tergolong masuk

dalam kategori yang belum maju dan masih sederhana. Kebanyakan orang

menganggap bahwa masyarakat desa khususnya masyarakat petani masih dianggap

secara umum yang mana mereka dianggap seragam atau sama antara masyarakat

petani yang satu dengan yang lain. Kebudayaan tradisional masyarakat desa

merupakan suatu hasil produk dari besar kecilnya pengaruh alam terhadap

masyarakat yang bergantung pada alam itu sendiri. Menurut P. H Landis besar

kecilnya pengaruh alam terhadap pola kebudayaan masyarakat desa ditentukan

sebagai berikut :

1) Sejauh mana ketergantungan mereka terhadap pertanian.

2) Sejauh mana tingkat teknologi yang mereka miliki.

3) Sejauh mana sistem produksi yang diterapkan.

Ketiga faktor diatas menjadikan faktor determinan bagi terciptanya

kebudayaan tradisional masyarakat desa yang artinya kebudayaan tradisional akan

tercipta apabila masyarakatnya sangat tergantung pada pertanian, tingkat teknologi

yang rendah dan produksinya hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga (Rahardjo,

2010: 66).

A. Landasan Teori

1. Struktural Fungsional

Robert K. Merton sebagai salah satu tokoh yang mengkaji mengenai teori

structural fungsional dan berada pada teori tingkat menengah menjelaskan bahwa

analisis structural fungsional memusatkan perhatian pada kelompok, organisasi,


masyarakat dan kultur. Dalam pemikiran Merton, sasaran studi struktur fungsional

antara lain adalah : peran sosial, pola institusi, proses sosial, organisasi kelompok,

struktur sosial, perlengkapan untuk pengendalian sosial dan sebagainya .

Robert K. Merton telah mengkritik 3 postulat yang dikemukakan oleh

Malinowski dan Radcliffe Bron, yaitu :

a. Kesatuan fungsional masyarakat. Postulat ini berpendirian bahwa semua

keyakinan dan praktik kultur dan sosial yang sudah baku adalah fungsional

untuk masyarakat sebagai satu kesatuan maupun untuk individu dan

masyarakat. Merton berpendapat bahwa meski hal ini benar terjadi pada

masyarakat primitif dan kecil, namun hal ini tidak berlaku ketingkatan

masyarakat yang luas dan kompleks.

b. Fungsionalisme universal, yang menganggap bahwa seluruh bentuk sosial

dan kebudayaan yang baku memiliki fungsi-fungsi positif. Merton

menyatakan bahwa postulat ini bertentangan dengan kehidupannyata, yang

jelas adalah bahwa tidak setiap struktur, adat, gagasan, kepercayaan dan

sebagainya mempunyai dampak positif.

c. Indispensability yaitu dalam setiap tipe peradaban, kebiasaan memiliki

sejumlah tugas yang harus dijalankan dan merupakan bagian penting yang

tidak dapat dipisahkan dalamkegiatan system sebagai keseluruhan, akan

tetapi Merton mengatakan bahwa terdapat alternative struktur dan fungsi

yang dapat ditemukan di dalam masyarakat.


Perhatian analisis structural fungsional lebih dipusatkan pada fungsisosial

ketimbang pada motif individual. Menurut Merton, fungsi didefenisikan

sebagai konsekuensi-konsekuensi yang dapat diamati yang menimbulkan

adaptasi atau penyesuaian dari system tersebut. Dari pendapat Merton tentang

fungsi, ada konsep barunya mengenai sifat dari fungsi dengan membedakan

atas fungsi manifest dan fungsi latent. Fungsi manifest adalah fungsi yang

diharapkan (intended) atau fungsional, sedangkan fungsi latent adalah

sebaliknya yaitu fungsi yang tidak diharapkan atau difungsi.

Kecocokan argumen Merton dengan permasalahan penelitian mengenai

struktur organisasi maupun kelompok terkait peran dan fungsi masing-masing bidang

inilah menjadikan peneliti menggunakan teori ini. Teori struktur fungsional oleh

Robert K. Merton dapat menganalisis tiap-tiap bagian dalam struktur organisasi

maupun kelompok terkait fungsi dan perannya sehingga mampu menjawab

permasalahan yang peneliti dalam pemanfaatan dana desa untuk pemberdayaan

masyarakat.

Fungsi yang dianggap manifest dalam penelitian ini adalah ketika penggunaan

dana desa dan pemanfaatan dana desa, sedangkan fungsi yang dianggap laten ialah

terdapat kondisi fungsi yang terjadi dalam pelaksanaan program Penggunaan dana

desa yang berakibat pada ketidak efektivan program pemberdayaan masyarakat.


B. Kerangka Pikir

Kerangka pemikiran Pemanfaatan Dana Desa Untuk Pemberdayaan

Masyarakat Di Desa Nanga Mbaling Kabupaten Manggarai Timur didasarkan pada

peraturan bupati No.15 Tahun 2015 tentang pengelolaan alokasi dana desa. Melalui

alokasi dana desa, diharapkan desa akan mampu menyelenggarakan otonominya agar

dapat tumbuh dan berkembang mengikuti pertumbuhan dari desa itu sendiri.dimana

tujuan uu desa adalah menciptakan masyarakat aktif yang mampu menjadi elemen

utama dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi setiap kegiatan

pembangunan yang terjadi di desa dan perkembangan perekonomian masyarakat desa

yang bervisi kerakyatan dan kesejahteraan. Untuk itu dalam proses pengelolaan

alokasi dana desa harusnya pemerintah desa tidak hanya berfokus pada penyelesaian

seluruh tahapan pengelolaan alokasi dana desa dan hasil akhir berupa terciptanya

pembangunan di desa. tetapi memperhatikan jangka skala pembangunan yang lebih

target efektif pada potensi desa dan skala prioritas kebutuhan masyarakat desa.

Namun pemerintah desa harusnya lebih berfokus pada menciptakan sebuah proses

pembangunan yang diciptakan oleh masyarakat desa setempat (pemberdayaan

masyarakat), sehingga pembangunan yang dihasilkan adalah pembangunan yang

berkualitas, yakni sebuah hasil pembangunan yang menggambarkan tujuan,

kebutuhan dan hasil kerja bersama seluruh elemen masyarakat desa setempat.
Bagan Kerangka Pikir

Anggaran Dana Desa (ADD)


Nanga Mbaling

Pemberdayaan Masyarakat

Proses Pemberdayaan Dampak Pemberdayaan


Masyarakat Desa

Kesejahteraan Masyarakat
Desa Nanga Mbaling

Gambar 2.1 Bagan KerangkaPikir

C. Hasil Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian terdahulu ini diharapkan peneliti dapat melihat persamaan

dan perbedaan antara penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian yang akan

dilakukan. Selain itu, juga diharapkan dalam penelitian ini dapat diperhatikan

mengenai kekurangan dan kelebihan antara penelitian terdahulu dan penelitian yang

akan dilakukan. Adapun penelitian terdahulu; Baura (2014), Aljanna (2013), Hafide
(2016), Tangkumahat (2017), Ridha (2014), Jamaluddin (2018), Afriliyanto (2017),

Mahfudz (2009), Faisal dan Nain (2017), dan Muslihah (2019).

Baura (2014) mengkaji tentang pemeberdayaan Masyarakat Dalam

Pemanfaatan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Bukumatiti Kabupaten Jailolo

Halmahera Barat.Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 2014

Tentang Pengelolaan Keuangan Desa Dalam Artikel 2 Paragraf 1 menyatakan bahwa

pengelolaan keuangan desa harus didasarkan pada prinsip-prinsip transparansi,

akuntabilitas dan partisipatif.Sehingga penelitian ini menyimpulkan bahwa, Untuk

mengetahui Pemberdayaan Masyarakat dalam Pemanfaatan Alokasi Dana Pedesaan

(ADD), metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif yang

terdiri dari 6 informan penelitian.Pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan

Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Bukumatiti belum berjalan sesuai dengan prinsip-

prinsip penegelolaan keuangan desa dari prinsip transparansi, akuntabilitas dan

partisipatif. Berdasarkan hasil penelitian lapangan tentang pemanfaatan

pemberdayaan publik Alokasi Dana Desa (ADD) pemerintah desa tidak terbuka

untuk umum mengenai penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD) sehingga masyarakat

tidak tahu berapa biaya yang dikeluarkan untuk Pemberdayaan masyarakat; tidak ada

akuntabilitas dalam setiap realisasi program pada masyarakat; serta pemerintah desa

sebagai pengelola keuangan Alokasi Dana Desa (ADD) partsispasi tidak melibatkan

masyarakat dalam bentuk pengambilan keputusan, perencanaan, implementasi dan

evaluasi hasil. Dalam masyarakat menggunakan Alokasi Dana Desa (ADD) dengan

harapan pemerintah desa Bukmatiti Kecamatan Jailolo sebagai pengelola dan


pelaksana setiap kegiatan yang berasal dari Alokasi Dana Desa (ADD) harus

didasarkan pada prinsip-prinsip pengelolaan keuangan desa sebagimana yang termuat

dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 2014 Tentang Manajemen

Keuangan Desa dalam Pasal 2 Ayat 1 menyatakan bahwa pengelolaan keuangan

desa harus didasarkan pada prinsip transparansi, akuntabilitas, dan partisipatif

Penelitian berikutnya tentang dana desa dilakukan oleh Aljanna (2013)

mengkaji tentang evaluasi alokasi dana desa, dan memampukan dan menghambat

faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi penggunaan desa Alokasi Dana di

Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara, Kec Rokan Hulu. Penelitian ini

menggunakan data primer dan sekunder, penelitian ini bersifat deskriptif penelitian

yang dianalisis dengan metode Logical Framework yang digunakan oleh Bappenas.

Analisis berdasarkan metode Logical Framework dilakukan, hasilnya menunjukkan

implementasi pengelolaan Alokasi Dana Desa dalam mendukung pembangunan

Desa di Indonesia Tambusai Utara. bahwa Alokasi Dana Desa memperoleh Tambusai

Utara desa dalam anggaran 2013 sebesar Rp.439.560.000, sedangkan pada 2014

memperoleh dana (ADD)Rp.375.800.00.

Penggunaan Alokasi Dana Desa Utara Tambusai lebih luas digunakan untuk

pendapatan tetap kepala desa dan perangkat desa sebesar 45% / Rp.167.800.000

dandana operasional untuk desa sebesar Rp.43.680.000 atau sekitar 12%, sedangkan

untuk pembangunan infra struktur desa sangat kecil alokasi jumlah dana

Rp.19.436.000 atau sekitar 5%. Faktor - faktor yang mendukung implementasi

manajemen PT Alokasi Dana Desa salah satunya adalah desa pendapatan asli
tinggi, yang tercapai Rp.943.745.418. Faktor - faktor yang menghambat

implementasi ADD di desa Tambusai Utara yaitu: kekurangan sumber daya

manusia, baik dari pemerintahan desa belum profesional, dan bimbingan pemerintah

kecamatan dan kabupaten masih lemah bahwa pemberdayaan desa belum maksimal.

Selain itu Penelitian hafide (2016) mengkaji tentang distribusi penggunaan

dana desa, pengetahuan serta partisipasi masyarakat mengenai dana desa, tata kelola

dana desa dan dampak dana desa bagi pembangunan desa. Teknik pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, wawancara, dan observasi.

Jenis penelitian ini yaitu deskriptif evaluatif, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

penggunaan dana desa lebih banyak digunakan untuk bidang pembangunan

infrastruktur desa.

Pengetahuan dan partisipasi masyarakat mengenai dana desa di Desa Lorong

sudah cukup baik walaupun masih ada masyarakat yang tidak mengetahui kegunaan

dari dana desa, tetapi masyarakat desa tetap ikut berpartisipasi dalam kegiatan dana

desa. Dari segi tata kelola terdapat perbedaan antara persepsi aparat desa dan

masyarakat, menurut aparat desa mereka telah mengkomunikasikan dana desa dengan

baik, akan tetapi menurut masyarakat mereka tidak menerima sosialisasi dari

pemerintah desa. Dampak dana desa terhadap pembangunan sudah cukup baik,

karena masyarakat telah merasakan dampak dari segi perbaikan jalan. Namun, untuk

dampak yang lain seperti pelayanan kesehatan, perbaikan sarana sekolah dan tempat

ibadahn, serta pengembangan modal usaha belum dirasakan oleh masyarakat.


Berikutnya Penelitian yang dilakukan oleh Tangkumahat (2017), tentang

menganalisis kebijakan dana desa, khususnya pada proses penerapan dana desa dari

perencanaan, pencairan, penggunaan sampai dengan pertanggung jawabannya.

Penelitian ini dilakukan pada tujuh desa penerima dana desa di Kecamatan Pineleng,

Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara. Penelitian ini dilaksanakan selama 3

(tiga) bulan dari bulan Januari sampai Maret 2017.Penelitian ini menggunakan data

primer dan sekunder.Data primer berasal dari pengamatan dan wawancara. Sampel

dalam penelitian ini adalah anggota masyarakat desa di Kecamatan Pineleng

Kabupaten Minahasa di tujuh desa yaitu Sea, Sea Satu, Warembungan, Pineleng Dua

Indah, Kali, Kali Selatan dan Winangun Atas. Setiap desa diambil 10 (sepuluh)

orang responden untuk setiap desa jadi total jumlah anggota masyarakat yang menjadi

sampel yakni 70 (tujuh puluh) orang responden. Hasil penelitian menunjukkan

progam dana desa di Kecamatan Pineleng berjalan cukup baik, namun untuk

kedepannya diperlukan adanya peningkatan kapasitas dan skill dari aparatur

pemerintah desa dalam rangka mendukung pelaksanaan program ini guna

meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.

Penelitian yang dilakukan oleh Rida (2014) mengkaji tentang Analisis

Pengelolaan Dana Desa Dalam Meningkatkan Perekonomian masyarakat di

kecamatan langsa kota kota langsa, dapat ditarik kesimpulan bahwa Pengelolaan

Dana desa selama ini telah berjalan dengan efektif, walaupun pengalokasiannya

belum 100% efektif. Pengelolaan dana desa dikatakan telah berjalan efektif karena

dapat ditinjau dari lapangan yang mempunyai bukti nyata, yaitu berupa pembangunan
infrastruktur, pemberdayaan di bidang umum dan keagamaan. Ditinjau dari ekonomi

maka pengelolaan dana desa belum sepenuhnya berjalan dengan baik. Upaya

pemerintah dalam meningkatkan ekonomi masyarakat yaitu dengan melakukan

pemberdayaan antara lain di bidang infrastruktur, pemberdayaan, bidang umum dan

keagamaan. Pemberdayaan pada bidang infrastruktur adalah dengan adanya

pembuatan parit, jalan, pembuatan jaring ikan atau jala dan pembuatan kue serta

bordir.Dalam bidang umum diwujudkan dengan adanya PKK.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Jamaluddin, (2018) yang mengnkaji

tentang Analisis Dampak Pengelolaan dan Penggunaan Dana Desa terhadap

Pembangunan Daerah yaitu, bagaimana dampak pengelolaan dan penggunaan Dana

Desa terhadap pembangunan daerah, maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan dan

penggunaan Dana Desa tidak memberi dampak signifikan bagi pertumbuhan

pembangunan daerah dan nyatanya program pembangunan Desa tidak sinkron dengan

kebijakan pembangunan Daerah (RPJM Daerah). Dampak ini disebabkan Desa

sebagaimana diatur berdasarkan UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, memiliki

kewenangan luas dalam menentukan rencana programnya sehingga daerah kesulitan

mengintegrasikan kebijakan program pembangunan. Oleh karena itu, untuk

mengintegrasikan program pembangunan Desa sinkron dengan kebijakan

pembangunan Daerah diperlukan intervensi regulation Pemerintah Daerah guna

mengarahkan program Desa mengacu pada kebijakan pembangunan Daerah.

Berikutnya penelitian yang dilakukan oleh Afrilianto, (2017) mengkaji

tentang Analisis Dampak Alokasi Dana Desa Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di


Kabupaten Bogor.Menyimpulkan bahwa Kinerja perekonomian suatu daerah dapat

dilihat dari nilai Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) atau pertumbuhan

ekonominya.Pertumbuhan ekonomi daerah tersebut memiliki peran penting dalam

penciptaan kesejahteraan, peningkatan taraf hidup dan tersedianya lapangan kerja.

Alokasi Dana Desa (ADD) adalah sebagai bantuan dana stimulan atau dana

perangsang untuk mendorong dan membiayai program pemerintah desa yang

ditunjang dengan partisipasi swadaya masyarakat dalam melaksanakan kegiatan

pemerintahan, pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Meskipun ADD dalam

kurun waktu lima tahun ini cenderung meningkat dan sangat tajam di tahun 2015-

2016, namun tingkat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor cenderung stagnan.

Dengan demikian tujuan utama dari penelitian ini adalah menganalisis dampak ADD

terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor. Metode analisis yang

digunakan adalah model ekonometrika data panel yang mencakup 39 kecamatan dan

data runut waktu tahun 2013 hingga 2016. Hasil analisis menunjukkan bahwa

variabel yang berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi secara signifikan

adalah ADD dan jumlah angkatan kerja.

Mahfidz (2009), mengkaji tentang Penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD)

dan menganalisis dampak Alokasi Dana Desa terhadap penyerapan tenaga kerja serta

persepsi aparatur desa di kabupaten Boyolali.Metode pnelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.Teknik pengambilan sampel dalam

penelitian ini adalah menggunakan teknik multistage non random sampling.

Penelitian ini dilakukan di 19 kecamatan, di mana pada setiap kecamatan dipilih dua
desa, yaitu satu desa diklasifikasikan sebagai ‘kelurahan’ yang terletak dekat ibukota

kecamatan dan desa lainnya yang diklasifikasikan ‘perdesaan’ adalah sebuah desa

yang dikategorikan sebagai desa terisolir. Sementara itu dalam penentuan responden

sebagai sampel subjek penelitian setiap desa menggunakan teknik judgement

sampling. Adapun responden dalam penelitian ini adalah anggota lembaga desa

yaitu : Badan Perwakilan Desa (BPD), Lembaga Pemberdayaan dan Ketahanan

Masyarakat Desa (LPKMD), Rukun Tetangga (RT), Pemberdayaan Kesejahteraan

Keluarga (PKK), organisasi pemuda (Karang Taruna), dan Satuan Tugas Pertahanan

Sipil (Satgas Hansip) masing – masing diwakili oleh satu orang. Jadi jumlah seluruh

responden pada penelitian ini (Kabupaten Boyolali) ada 228 responden.Pengumpulan

data sekunder dan data primer dilakukan melalui survei dan juga menggunakan

kuesioner.Hasil penelitian menunjukkan bahwa regulasi tentang ADD banyak yang

tidak diimplementasikan dengan baik sesuai dengan peraturan yang ada.Sebagian

besar responden lebih memilih untuk ADD dengan jumlah yang berbeda untuk setiap

desa dengan mempertimbangkan beberapa faktor seperti jumlah penduduk, jumlah

penduduk miskin, potensi yang dimiliki oleh masing-masing desa dan lain-lain.

Mayoritas responden menganggap bahwa dana ADD memiliki dampak positif dan

efek yang signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja, perbaikan infrastruktur

publik, peningkatan pengetahuan masyarakat, dan peningkatan partisipasi masyarakat

dalam pembangunan desa.

Penelitian berikutnya, oleh Faisal dan Nain (2017) mengkaji tentang implikasi

pelaksanaan program dana desa terhadap kohesi sosial. Pelaksanaan program dana
desa menjadi penting untuk dianalisis karena kehadirannya adalah untuk memperkuat

masyarakat desa sebagai subjek pembangunan. Jenis penelitian ini adalah

korelasional prediktif, non eksperimental.Data diperoleh melalui instrumen berupa

kuesioner. Responden penelitian ini adalah 265 warga Desa Tamalate (198 laki-laki,

67 perempuan)yang diambil dengan teknik convenience sampling, insidental, dan

secara purposif diupayakan agar responden dapat dijaring pada setiap RW dari 10

RW di Desa Tamalate dan berasal dari berbagai latar belakang pekerjaan. Data

penelitian dianalisis dengan menggunakan uji regresi linear satu variabel independen

dan dengan bantuan Program SPSS versi 20. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pelaksanaan program dana desa berimplikasi positif dan siginifikan terhadap kohesi

sosial masyarakat. Dari persamaan regresi linear diperoleh informasi bahwa

pelaksanaan program dana desa berkontribusi sebesar 0,539 terhadap kohesi sosial.

Nilai R Square sebesar 0,300 yang menjelaskan bahwa sebanyak 30% variasi yang

berbeda dari kohesi sosial ditentukan oleh pelaksanaan program dana desa pada taraf

signifikansi = 0,05. Kohesi sosial tercipta seiring dengan munculnya rasa suka

diantara anggota masyarakat dan interaksi yang terjadi didominasi kerjasama serta

mempunyai tujuan yang terkait satu dengan lainnya.

Muslihah (2019) mengkaji tentang dampak dana desa terhadap pembangunan

dan kesejahteraan di wilayah Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta.

Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan indikator pembangunan dan

kesejahteraan antara sebelum dan setelah adanya dana desa. Penelitian ini

menggunakan sampel sebanyak 75 desa yang ada di Kabupaten Bantul. Metoda


analisis data menggunakan uji beda dua rata-rata untuk melihat dampak yang

dihasilkan dari alokasi dana desa. Hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan pada pembangunan fisik dan kesejahteraan masyarakat

antara sebelum adanya dana desa dan setelah diberikannya dana desa. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa pemberian dana desa oleh pemerintah memberikan dampak

terhadap pembangunan fisik dan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Bantul

Daerah Istimewa Yogyakarta.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian tersebut, pertama dari segi

pendekatan, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan penelitian

relevan tersebut, sebagian besar menggunakan pendekatan kuantitatif. Selain itu,

kajian ini merupakan penelitian pertama tentang pemanfaatan dana desa untuk

pemberdayaan masyarakat di Desa Nanga Mbaling Kecamatan Sambi Rampas

Kabupaten Manggarai Timur.


BAB III

METODE PENELITIAN

A.  Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa penelitian

kualitatif deskriftif.Alasan memilih penelitian tersebut yaitu untuk menggambarkan

dan mendeskripsikan secara mendalam terkait dengan  .pemanfaatan dana desa untuk

pemberdayaan masyarakat di Desa Nanga Mbaling Kecamatan Sambi Rampas

Kabupaten Manggarai Timur. Alasan memilih jenis penelitian kualitatif deskriptif

karena dalam penelitian ini menghasilkan kesimpulan berupa data yang

menggambarkan secara rinci, bukan data yang berupa angka-angka. Hal ini karena

pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati

(Moleong 2008:35).

Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah yang mengungkap situasi

social tertentu  dengan  mendeskripsikan  kenyataan  secara   benar,  dan   dibentuk

oleh   kata-kata   berdasarkan    teknik pengumpulan data yang relevan yang diperoleh

dari situasi yang alamiah.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan studi

kasus.Alasan peneliti menggunakan pendekatan studi kasus yaitu untuk menyelidiki

dan memahami sebuah kejadian atau masalah dengan mengumpulkan berbagai

macam informasi yang kemudian diolah untuk mendapatkan solusi agar masalah
yang diungkap dalam pemanfaatan anggaran dana desa terhadap pemberdayaan

masyarakat di Desa Nanga Mbaling Kabupaten Manggarai Timur dapat terselesaikan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Nanga Mbaling Kecamatan

Sambi Rampas Kabupaten Manggarai Timur. Alasan peneliti memilih desa

ini karena Desa Nanga Mbaling merupakan desa asal dari peneliti,sehingga

saya sebagai peneliti dipandang perlu untuk melakukan penelitian sebagai

bentuk pengawasan terhadap pemanfaatan anggaran dana desa untuk

memberdayakan masyarakat Desa Nanga Mbaling Kecamatan Sambi Rampas

Kabupaten Manggarai Timur.

2. Waktu Penelitian

Adapun waktu yang dibutuhkan oleh peneliti untuk melakukan

penelitian di Desa Nanga Mbaling Kecamatan Sambi Rampas Kabupaten

Manggarai Timur adalah 2 bulan, dimulai dari bulan Februari sampai bulan

april 2020.

C. Informan Penelitian

Penelitian kualitatif ini tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi

dari hasil penelitiannya. Subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus

penelitian tidak ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian menjadi informan yang

akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian.


Menurut Hendarsono dalam Suyanto (2005: 171-172), informan penelitian ini

meliputi tiga macam yaitu:

1. Informan kunci(key informan), yaitu mengetahui dan memiliki berbagai

informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. dalam hal ini kepala Desa

Nanga Mbaling yang menjadi informan kunci.

2. Informan utama, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi

sosial yang diteliti. Informan utama dalam penelitian ini adalah sekretaris desa

dan Bendahara Desa Nanga Mbaling yang berperan dalam menjalankan

proses pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan dana desa.

3. Informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi

walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti. Informan

tambahan adalah masyarakat yang mendapatkan  bantuan  dana  desa.

Berdasarkan uraian terdahulu, maka informan ditentukan dengan teknik

purposive yaitu penentuan informan tidak didasarkan pedoman atau berdasarkan

perwakilan populasi, namun berdasarkan kedalaman informasi yang dibutuhkan,

yaitu dengan menemukan informan kunci yang kemudian akan dilanjutkan dengan

informan lainnya dengan tujuan mengembangkan dan mencari informasi sebanyak

banyaknya yang berhubungan dengan masalah penelitian. Informan pada penelitian

ini adalah yang telah mewakili dan disesuaikan dengan peranannya, dan yang

mengetahui program kegiatan spritual dalam pembentukan pemanfaatan dan desa

untuk pemberdayaan masyarakat di desa nanga mbaling kabupaten manggarai timur.


D. Jenis dan Sumber Data

Untuk memperoleh data, penulis memperoleh dari pengamatan, wawancara,

dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian ini. Sedangkan sumber data dalam

penelitian ada dua :

1. Data primer

Yaitu data yang dihasilkan melalui wawancara secara langsung dengan

informan, terutama dengan informan yang menjadi subjek adalah kepala Desa

Nanga Mbaling Kecamatan Sambi Rampas Kabupaten Manggarai Timur.

2. Data sekunder

Data sekunder yaitu data-data yang diperoleh dari sumber kedua yang

merupakan pelengkap, meliputi media seperti: internet, jurnal, dan buku yang

menjadi referensi dan berkaitan dengan masalah yang

E. Fokus Penelitian

Masalah pada penelitian kualitatif bertumpu pada suatu fokus. Adapun

maksud dalam merumuskan masalah penelitian dengan jalan memanfaatkan fokus

yaitu penetapan fokus dapat membatasi studi, penetapan fokus berfungsi untuk

memenuhui inklusi-inklusi atau kriteria masuk-keluar (inclusion-exlusion criteria)

atau informasi baru yang diperoleh di lapangan sebagaimana dikemukakan (Moleong

2004:93-94),dengan metode kualitatif, fokus penelitian berguna untuk membatasi

bidang inquiry.Tanpa adanya fokus penelitian, penelitiaan terjebak


oleh banyaknya data yang diperoleh dilapangan. Oleh karena itu fokus penelitian

akan berperan sangat penting dalam memandang dan mengarahkan penelitian.

Fokus penelitian bersifat tentatif seiring dengan perkembangan penelitian.

(Moleong 2004:237), menyatakan bahwa fokus penelitian dimaksudkan untuk

membatasi studi kualitatif, sekaligus membatasi penelitian guna memilih data yang

relevan dan yang baik. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan penelitian pada

analisis program kegiatan spritual dalam pemanfaatan anggaran dana desa untuk

memberdayakan masyarakat Desa Nanga Mbaling Kecamatan Sambi Rampas

Kabupaten Manggarai Timur.Aspek-aspek yang menjadi fokus penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pemanfaatan Anggaran Dana Desa untuk pemberdayaan

masyarakat di Desa Nanga Mbaling Kecamatan Samba Rampas Kabupaten

Manggarai Timur.

2. Bagaimana dampak pemanfaatan Dana Desa Mbaling Kecamatan Sambi

Rampas Kabupaten Manggarai Timur.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan di dalam pengumpulan

data. Pengumpulan data sebuah penelitian dapat dilakukan dengan berbagai

metode-metode penelitian seperti observasi, wawancara, dan dokumentasi

memerlukan alat bantu sebagai instrumen. Instrumen yang dimaksud yaitu pedoman

wawancara, lembar observasi, dan kamera. Pedoman wawancara di gunakan saat

wawancara dengan narasumber, lembar observasi di gunakan saat melakukan


observasi, dan kamera digunakan ketika peneliti melakukan observasi untuk merekam

kejadian yang penting pada suatu peristiwa baik dalam bentuk foto maupun video.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan su atu cara memperoleh data-data yang

diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan antara lain

sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi merupakan aktivitas penelitian dalam rangka mengumpulkan data

yang berkaitan dengan masalah penelitian melalui proses pengamatan langsung di

lapangan. Peneliti berada ditempat itu, untuk mendapatkan bukti-bukti yang valid

dalam laporan yang akan diajukan.

Dalam penelitian Alhamid (2012) Observasi adalah metode pengumpulan data

dimana peneliti mencatat  informasi sebagaimana yang mereka

saksikan  selama  penelitian  (Gulo, 2002:116).

Observasi ini dilakukan dengan cara, peneliti mendatangi lokasi penelitian,

selanjutnya melakukan pengamatan dan pencatatan tentang  fenomena-

fenomena yang   diteliti  dilokasi   penelitian, yaitu  di desa nanga mbaling kecamatan

sambi rampas kabupaten manggarai timur. Dilakukan berulang-ulang secara informal

sehingga mampu mengarahkan peneliti untuk sebanyak mungkin mendapatkan

informasi yang berkaitan dengan masalah penelitian.


2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan

itu (Moleong, 2010:186). Ciri utama wawancara adalah kontak langsung dengan tatap

muka antara pencari informasi dan sumber informasi.

Peneliti melakukan wawancara langsung terhadap informan yang

bersangkutan dengan -masalah yang diteliti.Wawancara antara peneliti dengan

informan secara langsung kemudian mengajukan beberapa pertanyaan yang menjadi

inti masalah penelitian kepada informan, selanjutnya para informan ini memberikan

jawaban menurut informan masing-masing. Hasil tanya jawab ini direkam dan dicatat

untuk mempermudah penulis dalam melakukan tabulasi data. Teknik wawancara

adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya

jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang

diawancara, dengan menggunakan pedoman wawancara, inti dari metode wawancara

ini selalu muncul beberapa hal, yaitu pewawancara, responden, dan pedoman

wawancara.

3. Dokumentasi

Penggunaan dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber

data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk

menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan (Moleong, 2010:217).Adanya

dokumentasi untukmendukung data. Hal-hal yang akan didokumentasikan dalam


penelitian ini adalah ketika kegiatan spritual dillaksanakan di l Desa Nanga

Mbaling Kecamatan Sambi Rampas Kabupaten Manggarai Timur.serta partisipasi

kepala desa dengan sekretaris. sebagai informan saat di wawaancara.

H. Teknik Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman dalam (Silalahi, 2009:339), kegiatan analisis

terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data,

penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verivikasi. Terjadi secara bersamaan

berarti reduksi data , penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verivikasi sebagai

sesuatu yang saling jalin menjalin merupakan proses siklus dan interaksi pada saat

sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar yang

membangun wawasan umum yang disebut analisis.

Menurut Miles dan Huberman, terdapat tiga teknik analisisi data kualitatif

yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Proses ini berlangsung

terus-menerus selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar

terkumpul. Berikut teknik analisis yang di gunakan peneliti :

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses seleksi, penyederhanaan, dan

abstraksi. Cara mereduksi data adalah dengan melakukan seleksi, membuat

ringkasan atau uraian singkat, menggolong-golongkan ke polapola dengan

membuat transkip, penelitian untuk mempertegas, memperpendek, membuat

fokus, membuat bagian yang tidak penting dan mengatur agar dapat ditarik

kesimpulan.
Data yang berasal dari hasil wawancara dengan subyek penelitian dan

dokumentasi yang didapat akan diseleksi oleh peneliti. Kumpulan data akan

dipilih dan dikategorikan sebagai data yang relevan dan data yang mentah.

Data yang mentah dipilih kembali dan data yang relevan sesuai dengan

rumusan masalah dan tujuan penelitian akan disiapkan untuk proses penyajian

data.

2. Penyajian Data

Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun sehingga

memberikan kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Agar dalam penyajian data tidak menyimpang dari pokok permasalahan maka

sajian data dapat diwujudkan dalam bentuk matrik, grafis, jaringan atau bagan

sebagai wadah panduan informasi tentang apa yang terjadi. Data disajikan

sesuai dengan apa yang diteliti.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan adalah usaha untuk mencari atau memahami

makna, keteraturan pola-pola penjelasan, alur sebab akibat atau proporsi.

Kesimpulan yang ditarik segera diverifikasi dengan cara melihat dan

mempertanyakan kembali sambil melihat catatan lapangan agar memperoleh

pemahaman yang lebih tepat. Selain itu juga dapat dilakukan dengan

mendiskusikan.Hal tersebut dilakukan agar data yang diperoleh dan

penafsiran terhadap data tersebut memiliki validitas sehingga kesimpulan

yang ditarik menjadi kokoh.


Untuk mendapatkan hasil kesimpulan data yang valid, maka perlu

diperhatikan langkah-langkah berikut ini:

a) Mencatat poin-poin terpenting yang didapat dari lapangan, kemudian

diuraikan secara luas dan dikembangkan sesuai dengan keadaan,

pengamatan, dan hasil data dilapangan.

b) Peneliti mengumpulkan data dari berbagai sumber informasi. Peneliti

mengambil data secara detail mulai dari foto-foto, pengamatan, hasil

wawancara dan dokumentasi.

c) Pemilihan informan yang tepat sesuai dengan pemilihan data.

d) Peneliti harus jeli dalam memperhatikan proses di lapangan agar

hasilnya maksimal dan dapat dipertanggungjawabkan.

I. Teknik Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif perlu adanya teknik pemeriksaan untuk

menetapkan keabsahan data.Untuk mendapatkan keabsahan data, diperlukan teknik

pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas kriteria tertentu

(Moleong:2006:56). Ada empat kriteria yang digunakan yaitu derajat kepercayaan,

keteralihan, kepastian, dan ketergantungan.

Wiliam  Wiersma   dalam   Sugiyono   (2007:273)  mengatakan “triangulasi

dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber

dengan berbagai waktu”. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi

teknik pengumpulan data, dan waktu.


1. Triangulasi Sumber

Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data

yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang diperoleh dianalisis

oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan

kesepakatan (member check) dengan tiga sumber data (Sugiyono, 2007:274).

2. Triangulasi Teknik

Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data

kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya untuk

mengecek data bisa melalui wawancara, observasi, dokumentasi.Bila dengan

teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda,

maka penelitimelakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang

bersangkutan untuk memastikan data mana yang dianggap benar (Sugiyono,

2007:274).

3. Triangulasi Waktu

Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada

saat narasumber masih segar, akan memberikan data lebih valid sehingga

lebih kredibel. Selanjutnya dapat dilakukan dengan pengecekan dengan

wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.

Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara

berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya (Sugiyono,

2007:274).
Pada penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen dan sekaligus sebagai

pengumpul data.Peneliti berperan sebagai partisipan penuh, dimana peneliti

merupakan perencana, pelaksana pengumpul data, analisis, penafsir data, dan

pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian. Peneliti juga menggunakan

alat instrumen lain seperti dokumen dan kamera sebagai pendukung dalam

teknik pengumpulan data. Oleh karena itu, kehadiran peneliti di lokasi juga

sebagai pengamat penuh.Disamping itu sebagai tolak ukur keberhasilan untuk

memahami kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung

dan aktif dengan informan dan atau sumber data lainnya disini mutlak

diperlukan.
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Lokasi Penelitian

Wilayah Desa Nanga Mbaling Kecamatan Sambi Rampas Kabupaten

Manggarai Timur. Wilayah yang di kelilingi pegunungan dan tidak memiliki garis

pantai, merupakan wilayah yang subur dan kaya akan berbagai macam hasil bumi,

masyarakatnya mayoritasnya bekerja di bidang pertanian. Desa Nanga Mbaling

Kabupaten Manggarai Timur tidak hanya kaya akan hasil bumi yang melimpah, dari

segi sejarah kebudayaan, masyarakat setempat sangatlah kaya akan nilai-nilai moral

dan etika yang merupakan suatu aset yang harus di jaga keberadaannya.

Kebulatan tekad masyarakat dalam kegiatan sosial masyarakat dalam

menjalankan prinsip hidup yang teguh pada pendirian dan kebulatan tekad.Penamaan

suatu wilayah ataupun objek tertentu, tidak terlepas dari wilayah sekitar, di mana

terkadang penamaan suatu wilayah dilihat dari kondisi geografis wilayah

tersebut.Tidak terlepas dari kondisi wilayah tersebut, wilayah Desa Nanga Mbaling

merupakan wilayah yang berada pada posisi tengah dan dikelilingi oleh beberapa

wilayah perkampungan.

Masyarakat Desa Nanga Mbaling merupakan masyarakat yang sangat

menghormati segala bentuk sistem sosial masyarakat, masyarakat dalam kehidupan

sehari-hari hidup dalam sistem kekeluargaan yang sangat erat dan ditopang oleh sifat
gotong royong.Masyarakat Desa Nanga Mbaling bercocok tanam dengan menanam

Padi, Jagung dan Bawang Merah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

B. Letak Geografi

Desa Nanga Mbaling adalah salah satu desa di Kecamatan Sambi

Rampas Kabupaten Manggarai Timur dengan luas wilayah .Topografi Desa

Nanga Mbaling tergolong dataran tinggi ketinggian tanah 600-2000 m

dpl.Keadaan iklim Desa Nanga Mbaling suhu udara rata-rata 22-28oC

sedangkan curah hujan diperkirakan 1226 mm3/thn. Pada tahun 2009 jumlah

bulan basah (BB) lebih sedikit dari bulan kering (BK), Berbeda pada tahun

2010 bulan basah lebih banyak dari bulan kering bahkan hujan turun

sepanjang bulan. Dalam pembahasan ini, penulis fokuskan penelitian ini di

Desa Nanga Mbaling Kecamatan Sambi Rampas Kabupaten Manggarai

Timur.

C. Keadaan Sosial Keagamaan

Sebagian penduduk Desa Nanga Mbaling Kecamatan Sambi Rampas

Kabupaten Manggarai Timur 90% beragama Islam dan 10% sisanya merata sebagai

pemeluk agama Kristen, Hindhu, Budha, dan penganut aliran kepercayaan. Kuatnya

agama Islam di Desa Nanga Mbaling dipengaruhi juga oleh kuatnya nuansa Islam

dalam adat istiadat dan seni yang ada disana.

Kuatnya agama Islam di Desa Nanga Mbaling Kecamatan Sambi Rampas

Kabupaten Manggarai Timur bukan berarti masyarakat Desa Desa Nanga tidak bisa

menerima masyarakat yang berasal dari agama lain. Di Desa Desa Nanga banyak
sekali pendatang-pendatang yang tentunya memiliki kebudayaan dan kepercayaan

yang berbeda dengan masyarakat asli Desa Desa Nanga Mbaling.

Tabel I

Agama Penduduk di Desa Nanga Mbaling Tahun 2019

NO URAIAN JUMLAH SATUAN KET


1. Agama Islam 394 Jiwa Laki-laki 195 jiwa,
Perempuan 199 jiwa
2. KeristenKatolik 0 Jiwa
3. Keristen Protestan 0 Jiwa
4. Hindu 0 Jiwa
5. Budha 0 Jiwa
Sumber : Buku profil kantor Desa Nanga Mbaling tahun 2019

D. Keadaan Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat Desa Nanga Mbaling cukup beragam

mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai jenjang pendidikan tinggi, tabel di

bawah ini akan mejelaskan lebih rinci mengenai tingkat pendidikan

masyarakat Deasa Nanga Mbaling.

TABEL II

Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Nanga Mbaling Tahun 2019

No URAIAN JUMLAH SATU KET

AN
1 Belum sekolah 85 Jiwa
2 SD/Sederajat 105 Jiwa
3 SMP/Sederajat 79 Jiwa
4 SMA/Sederajat 74 Jiwa
5 Diploma/Sarjana 51 Jiwa
Sumber : Buku profil kantor Desa Nanga Mbaling Tahun 2019
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini penulis akan memaparkan hasil penelitian tentang pemanfaatan

dana desa untuk pemberdayaan masyarakat desa Nanga Mbaling Kecamatan Sambi

Rampas Kabupaten Manggarai Timur Tahun 2019.

Sebagaimana metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif yang lebih mengedepankan analisis yang mendalam terhadap data yang

diperoleh. Data - data yang dimaksud adalah hasil wawancara pada pihak yang

berwenang dan dianggap berkompeten terhadap masalah-masalah dalam fokus

penelitian. Selain itu dilakukan metode pengumpulan dokumen dokumen yang

memuat mengenai pemanfaatan dana desa di Nanga Mbaling Kecamatan Sambi

Rampas Kabupaten Manggarai Timur.

Hasil penelusuran data primer dan sekunder tersebut selanjutnya direduksi

untuk memilih informasi mana yang dianggap sesuai dan tidak sesuai dengan masalah

penelitian. Data tersebut kemudian disajikan dalam bentuk naratif dan tabel yang

bertujuan untuk mempertajam pemahaman penelitian.

1. Pemanfaatan Anggaran Dana Desa untuk pemberdayaan masyarakat di Desa


Nanga Mbaling Kecamatan Sambi Rampas Kabupaten Manggarai Timur

Pemanfaatan dana desa di Desa Nanga Mbaling Kecamatan Sambi Rampas

dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan pemberdayaan dapat dilihat dengan sejauhmana

kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah disepakati

dalam musrenbangdes dan realisasi atau hasil-hasil dari pemberdayaan tersebut baik
penyediaan sarana dan prasarana serta pemberdayaan masyarakat. Dalam penelitin ini

penulis menggunakan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa,

peraturan pemerintah dan berbagai peraturan menteri (Menteri Dalam Negeri,

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi serta Menteri

Keuangan) sebagai landasan penelitian.

Dana desa menurut Undang-Undang No. 6 tahun 2014: “Dana Desa adalah

dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang

diperuntuhkan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah Kabupaten/Kota dan digunakan untuk membiayai Penyelenggaraan

pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan

pemberdayaan masyarakat”. Yang penggunaan atau pemanfaatannya berdasarkan

beberapa peraturan menteri.

Pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan Anggaran Dana Desa (ADD)

harus mengacu pada asas-asas pengelolaan keuangan desa yang sebagaimana tertuang

dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan

Keuangan Desa pasal 2 ayat 1 yang berbunyi bahwa “ Keuangan Desa dikelola

berdasarkan asas transparan, akuntabel, partsipatif serta dilakukan dengan tertib

dan disiplin anggaran”.

Alokasi Dana Desa dimaksudkan untuk membiayai program pemerintah Desa

dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat. Tujuan

dari Alokasi Dana Desa ( ADD) adalah :


a) Meningkatkan penyelenggaraan pemerintah desa dalam melaksanakan

pelayanan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan sesuai

kewenangannya.

b) Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam

perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan secara partisipasi

sesuai dengan potensi desa.

c) Meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan bekerja dan kesempatan

berusaha bagi masyarakat.

Kemudian dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat desa penting untuk

melakukan sinergitas dengan baik antara masyarakat dan pemerintah desa demi

tercapainya tujuan-tujuan dari pemberdayaan masyarakat desa Nanga Mbaling itu

sendiri.

Berhubung dengan hal diatas maka yang menjadi tolak ukur dalam

pemberdayaan masyarakat tehadap Anggaran Dana Desa (ADD) yakni salah satunya

transparansi.Yang dimaksud dengan trasnparansi adalah adanya keterbukaan

informasi dari pihak pemerintah desa terhadap masyarakat guna mengetahui seluruh

proses kegiatan yang berlangsung.Dengan adanya informasi yang secara terbuka

maka memudahkan kontrol sosial dari masyarakat itu sendiri

Berikut tabel daftar usulan program-program pemberdayaan masyarakat di

Desa Nanga Mbaling Kecamatan Sambi rampas Kabupaten Manggarai Timur.


Tabel 5.1 Daftar Usulan Program Pemberdayaan masyarakat di Desa Nanga
Mbaling Kecamatan Sambi Rampas Kabupaten Manggarai Timur tahun 2019
BIDANG/SUB BIDANG/JENIS KEGIATAN
Jenis Lokasi Perkiraan Sasaran/ Jumlah Sumber
Kegiatan (RT/RW/Du Volume Manfaat Dana Dana
sun)
Pembangunan Dusun Biting 100 m Meningkatkan 75.000.000,00 Dana Desa
irigasi tersier kesejahtraan
sederhana petani
Peningkatan Desa Nanga 17 orang Meningkatkan 12.600.000,00 Dana Desa
kapasitas Mbaling kinerja aparat
aparatur desa
Pelatihan Desa Nanga 1 paket Meningkatkan 5.000.000,00 Dana Desa
pemberdayaan Mbaling kapasitas TP-
perempuan PKK Desa
Pelatihan Desa Nanga 1 paket Meningkatkan 6.500.000,00 Dana Desa
pengelolaan Mbaling kapasitas
BUM desa pengurus
(dilakukan BUM
oleh pemdes)
Lain-lain Desa Nanga 1 paket Meningkatkan 100.000.000,00 Dana Desa
kegiatan Mbaling PADES DESA
bidang
penanaman
modal

JUMLAH 199.100.000,00
Sumber: Diolah dari Data Sekunder,2019

Dari tabel 5.1 diatas dapat dilihat bahwa pemerintah Desa Nanga Mbaling

telah mengusulkan 5 (lima) usulan pemberdayaan masyarakat desa Nanga Mbaling

untuk anggaran tahun 2019. Yaitu 5 (lima) usulan pemberdayaan masyarakat desa

tersebut sumber dananya berasal dari dana desa (DD) dengan jumlah dana yang

dekeluarkan yaitu 199.100.000,00.

Dari daftar usulan pemberdayaan masyarakat tersebut kemudian dibuat dan

dimasukkan kedalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB-Desa).Berikut


ini disajikan tabel perbandingan antara Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa

(APB-Desa) tahun 2019.

Tabel 5.2 Perbandingan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB-Des)


Desa Nanga Mbaling Tahun 2019
pembiayaan
PEMBIAYAAN NETTC 35.514.023,00 0,00 35.514.023,00
SILPA/SILPA THN 0,00 575.849.195,00 (575.849.195,00)
BERJALAN

Sumber : Diolah dari data sekunderAPB-Des Desa Nanga Mbaling Tahun 2019

Dari tabel 5.2 diatas dapat dilihat perbandingan jumlah Anggaran Pendapatan

dan Belanja Desa di Desa Nanga Mbaling Tahun 2019. Pada tahun 2019 pemerintah
Desa Nanga Mbaling menganggarkan dana APB-Desnya yaitu sebesar Rp.

199.100.000,- untuk bidang pemberdayaan masyarakat Desa Nanga Mbaling yang

sumber dananya berasal dari Dana Desa (DD) dengan kegiatan bidang penanaman

modal bagi masyarakat dengan tujuan meningkatkan PADES Desa Nanga Mbaling

yang menyerap dana yang cukup besar yaitu sebesar Rp. 100.000.000,- dan kegiatan

bidang pertanian dengan jenis kegiatan Pembangunan irigasi tersier sederhana yang

bertujuan untuk miningkatkan kualitas kesejahteraan petani menyerap dana sebesar

Rp. 75.000.000,-.

Pemerintah desa Nanga Mbaling berharap dengan 5 (lima) poin program

pemberdayaan masyarakat Desa Nanga Mbaling dapat mewujudkan masyarakat desa

yang mandiri dari berbagai aspek sehingga masyarakat lebih sejahtera lagi

kedepannya.

2. Dampak pemanfaatan Dana Desa untuk pemberdayaan masyarakat di Desa


Nanga Mbaling Kecamatan Sambi Rampas Kabupaten Manggarai Timur

Dalam penelitian ini peniliti berfokus kepada dampak yang dihasilkan dari

pemanfaatan dana desa ini, mengingat besarnya jumlah dana yang diberikan oleh

pemerintah pusat kepada pemerintah desa dalam rangka terwujudnya pemberdayaan

masyarakat di desa Nanga Mbaling. Pemerintah desa Nanga Mbaling berpeluang

besar untuk menggunakan dan mengelolah dana desa sesuai dengan skala prioritas

yang ada didesa dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Berikut penuturan Bapak

Anwar selaku Kepala Desa Nanga Mbaling.

“Dana desa ini sangat dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat.


Dengan adanya dana desa ini, kami di Desa Nanga Mbaling telah
melaksanakan program-program pemberdayaan yang merupakan program
yang sudah disepakati bersama melalui musrembangdes dengan masyarakat
Desa Nanga Mbaling. Sejauh ini kami dari pemerintah Desa Nanga Mbaling
telah membangun program irigasi tersier sederhana guna Meningkatkan
kesejahtraan petani, Peningkatan kapasitas aparatur desa untuk meningkatkan
kinerja aparatur desa, pemberdayaan perempuan untuk meningkatkan
kapasitas TP-PKK desa, pengelolaan BUM desa (dilakukan oleh pemdes), dan
kegiatan bidang penanaman modal”.

Penuturan kepala desa diatas didukung oleh pendapat Bapak Abdul muhtar

selaku ketua BPD Desa Nanga Mbaling yang menagatakan bahwa:

“Program-program pemberdayaan masyarakat melalui anggaran dana desa


yang telah dilakukan sejauh ini sudah lebih terarah. Bantuan dana desa yang
diberikan pemerintah pusat kepada desa memberikan dampak yang sangat
positif dalam rangka pemberdayaan masyarakat didesa baik berupa sarana dan
prasarana atau infrastruktur yang dapat menunjang keberlangsungan
pemberdayaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Nanga
Mbaling.”

Kemudian Bapak Sudarmin selaku KAUR Desa Nanga Mbaling juga

mengatakan bahwa:

“Kami selaku pihak pemerintah Desa Nanga Mbaling sangat terbantu dengan
adanya dana desa ini, yang telah memeberikan sumbangsi yang sangat besar
bagi kami melalui program Peningkatan kapasitas aparatur desa untuk
meningkat kinerja kami sebagai aparatur desa Nanga Mbaling.”

Salah satu kepala RT/RW di Desa Nanga Mbaling Bapak Abdul Takdir

menuturkan bahwa:

“Dengan adanya dana desa ini, kami selaku masyarakat sangat bahagia,
karena program-program pemberdayaan masyarakat petani yang kami usulkan
yaitu pembangunan irigasi linier sederhana untuk meningkatkan kesejahtraan
petani dapat terealisasi dengan baik. Sehinnga dengan dibangunya irigasi
petani tidak kesulitan lagi mengairi areal persawahan”.

Dari beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pemerintah di Desa

Nanga Mbaling telah menggunakan atau memanfaatkan dana desa untuk pelaksanaan
program pemberdayaan masyarakat desa dalam hal peningkatan kesejahtraan

petani,peningkatan kinerja aparatur desa, peberdayaan perempuan untuk

meningkatkan TP-PKK Desa, pengelolaan BUMDES dan penanaman modal dalam

rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Nanga Mbaling Kecamatan

Sambi Rampas Kabupaten Manggarai Timur.

Total ada lima (5) kegiatan pemberdayaan masyarakat yang ada di Desa

Nanga Mbaling Kecamatan Sambi Rampas Manggarai Timur sebagai berikut:

1. Pembangunan Saluran Irigasi Tersier Sederhana

Saluran Irigasi atau bendungan adalah bangunan yang berguna untuk

menyalurkan air ke area pesawahan petani di Desa Nanga Mbaling.Saluran

Irigasi sendiri terbuat dari pasangan batu kali, yang diperkuat campuran

semen, pasir dan air.Saluran irigasi ini bertujuanuntuk memberikan

kemudahan kepada para petani sawah yang menanam padi, jagung dan

bawang merah untuk mengairi areal persawahan, karena pada tahun-tahun

sebelumnya petani mengalami kesulitan menyediakan air yang cukup untuk

tanamannya.

Pembangunan Saluran Irigasi ini adalah salah satu kegiatan

pembangunan yang diprogramkan untuk tahun 2019 awal dan telah terealisasi

di Desa Nanga Mbaling tepatnya di Dusun Biting dengan sumber dana yang

berasal dari dana desa. Dengan terealisasinya pembangunan Saluran Irigasi

tersebut masyarakat desa Nanga Mbaling mampu memanfaatkan dengan baik

sehingga tujuan dari dana desa tersebut dapat tercapai.


Berikut kutipan hasil wawancara dengan Bapak Sanusi selaku

sekertaris Desa Nanga Mbaling tentang kegiatan pembangunan saluran irigasi.

“Kegiatan pembangunan yang terealisasi di Desa Nanga Mbaling salah


satunya adalah pembangunan saluran irigasi, yang sangat bermanfaat bagi
masyarakat.Dengan terealisasinya pembangunan saluran irigasi ini
memberikan manfaat yang sangat besar bagi masyarakat Desa Nanga Mbaling
yaitu menyalurkan air ke area pesawahan petani di Desa Nanga Mbaling”.

2. Peningkatan Kapasitas Aparatur Desa

Peningkatan Kapasitas Aparatur Desa Nanga Mbaling merupakan

salah faktor pendukung dalam meningkatkan kinerja aparatur desa.Dengan

adanya program pemberdayaan peningkatan kapasitas aparatur di Desa Nanga

Mbaling yang terdiri atas kegiatan seminar, pelatihan dan diskusi public

tentang kepemimpinan dengan narasumber yang diundang khusus dari

Kabupaten Manggarai Timur dapat memberikan pengetahuan baru bagi aparat

Desa Nanga Mbaling. Hal ini dilakukan bertujuan untuk mencetak calon

pemimpin masa depan Desa Nanga Mbaling yang lebih berkompeten dalam

memimpin.

Berikut kutipan wawancara peniliti dengan Bapak Syukur Wahyu

terkait program pemerintah desa Nanga Mbaling tentang Peningkatan

kapasitas aparatur desa:

“kami pemerintah desa berharap dengan terealisasinya program Peningkatan


Kapasitas Aparatur Desa ini menambah motivasi dan kinerja aparatur desa
dalam menjalankan tugas sesuai dengan bidangnya masing-masing. Dengan
kinerja aparatur dan pengetahuan yang memadai diharapkan bisa membawa
Desa Nannga Mbaling kearah yang lebih maju dari berbagai sector”.
Salah seorang tokoh perempuan Ibu Siti Fatima sekaligus aparat Desa

Nanga Mbaling menuturkan:

“Salah satu kegiatan pemerintah desa yang saya ketahui dan saya rasakan
langsung yang menggunakan dana desa adalah peningkatan kapasitas aparatur
desa yang ada di Desa Nanga Mbaling ini. Kami sangat terbantu dengan
adanya dana desa ini karena sebelum adanya program peningkatan kapasitas
aparatur desaini saya terkadang kaku dalam menjalankan tugas yang
diberikan. Tetapi,setelah program peningkatan kapasitas aparatur desa saya
pribadi selaku aparat desa merasa terbantu karena adanya pengetahuan baru
yang didapat melalui seminar, pelatihan dan diskusi publik.”

Dari beberapa hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa

kegiatan peningkatan kapasitas aparatur desa sangat dirasakan manfaatnya

baik bagi aparatur desa Nanga Mbaling pada umumnya. Dengan peningkatan

kapasitas aparatur desa diharapkan para aparatur desa Nanga Mbaling lebih

maksimal dalam proses menjalankan tugas demi terwujudnya peningkatan

kualitas kinerja aparatur di Desa Nanga Mbaling.

Sejauh ini dana desa sangat membantu pemerintah desa dalam

pelaksanaan kegiatan-kegiatan pembangunan baik pembangunan fisik serta

pengadaan (sarana dan prasarana) serta pemeliharan internal aparatur desa

umum berupa peningkatan kapasitas aparatur desa. Mengingat aparatur desa

adalah salah satu faktor utama peningkatan kualitas kinerja Desa Nanga

Mbaling Kecamatan Sambi Rampas.

3. Pelatihan pemberdayaan perempuan

Pemberdayaan memiliki tiga tahapan diantaranya yaitu penyadaran,

pengkapasitasan dan pendayaan. Dimana ketiga proses ini yang nanti akan
membentuk perempuan berdaya dalam proses pemberdayaan perempuan ada

3 (tiga) yaitu penyadaran, pengkapasitasan, dan pendayaan yang mana

disampaikan oleh sekertaris Desa Nanga Mbaling Kecamatan Sambi Rampas

yaitu:

“kami selalu melakukan sosialisasi pada masyarakat agar mereka sadar bahwa
kita tinggal di desa supaya tidak ketinggalan, untuk perempuan istri saya
melakukan melalui PKK dengan cara memberikan penyuluhan-penyuluhan
pada warga lebih efektif juga soalnya organisasi perempuan yang ada di Desa
Nanga Mbaling hanya PKK”

Hal senada pun disampaikan oleh kepala desa dalam pengkapasitasan

bisa juga disebut sebagai memampukan untuk lebih berdaya pada masyarakat

karena skill yang dimiliki masyarakat perempuan akan berkembang.

“masyarakat perempuan di desa Nanga Mbaling ini ada dua golongan antara
yang tua dan yang muda kami pilah, yang muda biasanya kami beri segala
pelatihan karena semangatnya masih tinggi sedangkan yang tua kami fokus
memberikan penyuluhan-penyuluhan tentang hidup sehat.

Penuturan disampaikan oleh ketua PKK Desa Nanga Mbaling tentang

pendayaan dilakukan dengan cara pemberian daya,kekuasaan,otoritas atau

peluang dan kesempatan kepada sasaran. Pemberian ini harus disesuaikan

dengan kualitas kecakapan yang telah dimiliki pada tahap pendayaan ini akan

mengetahui proses pemberdayaan perempuan berhasil atau tidak.

“Kami selalu mengadakan lomba di desa walaupun bukan hari nasional


karena supaya masyarakat kami tidak hanya sebatas mendapatkan pelatihan-
pelatihan tentunya supaya berkembang dengan adanya lomba. Mereka akan
percaya diri untuk mengikuti lomba-lomba berikutnya dan semangat jika ada
program –program pemberdayaan lain kedepannya”.
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa pengeluaran

dana desa sebesar Rp 5.000.000,- memberikan danpak yang positif bagi

masyarakat perempuan di Desa Nanga Mbaling untuk semangat

mengembangkan diri melalui kegiatan pelatihan yang diadakan oleh PKK.

Hal ini dijadikan awal yang baik bagi masyarakat perempuan Desa Nanga

Mbaling untuk berperan aktif dalam setiap kegiatan pemberdayaan

masyarakat Desa Nanga Mbaling Kecamatan Sambi Rampas.

4. Pelatihan pengelolaan BUM Desa

Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) adalah badan usaha yang

seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan

secara langsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna

mengelola aset, jasa pelayanan dan usaha lainnya yang sebesar-besarnya

untuk kesejahtraan masyarakat.

Dalam pelaksanaanya, BUMDes di Desa Nanga Mbaling terdapat

pelatihan. Pelatihannya dilakukan dalam berbagai macam bidang sesuai

dengan unit usaha yang sedang di jalankan pasti namun disetiap bulannya

selalu ada pelatihan seperti yang dikemukakan oleh ibu Heny:

“lebih seringnya ke pemberdayaannya, seperti bagaimana cara membuat


bakso dan cara mengemas makanan dengan baik. Dan nanti dipasari kalo lagi
ada kunjungan”.

Hal ini sesuai dengan pendapat dari bapak Syamsudin:

“pelatihan itu sering nak, kemarin itu pelatihan peternakan dan pertanian, kalo
yang lainnya waktu itu ada pelatihan abon, bakso yang anak mudannya kaya
design. Itu semua program Desa Nanga Mbaling bekerja sama dengan
BUMDes. Diharapkan juga perekonomian Desa Nanga Mbaling mengatur
BUMDesnya”.

Untuk peternak, BUMDes mengadakan tentang peternakan, menurut

bapak Husni:

“berternak yang baik, hewan ternaknya tidak mudah sakit, dan


mengemukakan serta menyehatkan hewan ternaknya,dan tentang membuat
fermentasi jerami untuk pakan hewan ternak”.

Secara tidak sadar bilah hanya mementingkan pembangunan maka

tidak akan ada habisnya,karena setiap tahunnya pasti akan membutuhkan

pembaharuan,maka peneliti menanyakan lagi potensi sumber daya alam yang

bisa di manfaatkan warga desa nanga mbaling untuk meningkatkan ekonomi

masyrakat pertanyaan tersebut peneliti mendapat jawaban dari kepala desa

sebagai berikut :

“rencana di 2019 adalah peternakan,pertanian dan BUMDes disinikan banyak


ladang kosong, itu bisa dimanfaatkan untuk menanam tumbu tumbuhan yang
nantinya bisa untuk pakan ternak, maka dari itu akan diadakan atau dibentuk
kelompok ternak”.

Sebelum BUMDes didirikan masyarakat Desa Nanga Mbaling

berprofesi sebagai petani padi yang menggunakan sistem jajar legowo.Dari

hasil wawancara diatas merupakan bentuk pengembangan dari masyarakat

yang menjalankan BUMDes di Desa Nanga Mbaling Kecamatan Sambi

Rampas.Dalam menjalankan program-program BUMDes Desa Nanga

Mbaling sering mengadakan pelatihan dan berbagai jenis pelatihan. Hal ini di

lakukan agar pada pelaksanaannya masyarakat Desa Nanga Mbaling dibekali

dengan pengetahuan dalam setiap poin BUMDes yang akan


dikerjakan.Sehingga harapannya berimplikasi positif terhadap kesejahtraan

masyarakat Desa Nanga Mbaling Kecamatan Sambi Rampas.

5. Kegiatan Bidang Penanaman Modal

Penanaman modal diarahkan pada peningkatan investasi dalam rangka

peningkatan ekonomi masyrakat desa Nanga Mbaling melalui penciptaan

iklim yang kondusif, peningkatan investasi/penanaman modal, pemberdayaan

BUMDes dan optimalisasi manajemen aset daerah.

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang

Desa, serta Peraturan Menteri Keuangan Nomor 247 Tahun 2015, yaitu: Dana

desa diprioritaskan untuk membiayai pemberdayaan masyarakat yang

pelaksanaannya diutamakan secara swakelola dengan menggunakan

sumberdaya/bahan baku lokal, dan diupayakan dengan lebih banyak menyerap

tenaga kerja dari masyarakat setempat. Dengan demikian memberikan

peluang yang besar kepada masyarakat untuk ikut terlibat dalam pelaksanaan

pemanfaatan dana desa. Berikut beberapa kutipan hasil wawancara terkait

dengan adanya keterlibatan masyarakat Desa Nanga Mbaling dalam

pelaksanaan pemanfaatan dana desa dalam bidang penanaman modal. Kepala

Desa Nanga Mbaling Bapak Anwar menuturkan:

“Kami dari pemerintah desa sebagai pengelolah dari dana desa ini, sangat
berupaya untuk bagaimana agar dana tersebut dapat dirasakan manfaatnya
dengan keterlibatan masyarakat desa. Kami berusaha agar dana desa hanya
berputar-putar di desa saja. Seperti, penyediaan bahanbahan bangunan kami
bekerjasama dengan warga yang memiliki jaringan dengan penyedia bahan
bangunan yang dibutuhkan, untuk itu kami memberikan penanaman modal
usaha untuk masyarakat.”
Bapak Aswandi yang merupakan salah seorang tokoh pemuda juga

menuturkan bahwa:

“Sejauh ini saya mengetahui kegiiatan-kegiatan pemberdayaan yang akan


dilakukan oleh pemerintah desa. Seperti pemberdayaanmemberikan modal
usaha kepada masyarakat yang memiliki usaha dalam bidang bangunan, hal
ini memberikan kemudahan kepada kami untuk membeli Bahan bangunan
dengan harga yang terjangkau dan tidak harus ke kota lagi membeli bahan
bahan bangunan. Sejauh ini sangat terbantulah, allhamdulillah”.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa memang masyarakat

Desa Nanga Mbaling sudah ikut terlibat dalam pengelolaan dan pemanfaatan

danadesa. Masyarakat diberi kesempatan untuk menyampaikan aspirasinya

mengenai program yang cocok yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan

untuk desanya terutama program penanaman modal usaha yang menunjang

kebutuhan masyarakat desa Nanga Mbaling Kecamatan Sambi Rampas.

B. Pembahasan

Beranjak dari uraian diatas, maka peneliti dapat menganalisis secara ilmiah

tentang bagaiamana pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan Alokasi Dana

Desa (ADD) di Desa Nanga Mbaling Kecamatan Sambi Rampas.Untuk

mengetahuinya maka peneliti mengacu pada PERMENDAGRI Nomor.113 Tahun

2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa Pasal 2 ayat 1, yang menekankan bahwa

“Keuangan Desa dikelola berdasarkan asas-asas transparan, akuntabel, partsipatif

serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran”. Kemudian peneliti

menghubungkan dengan hasil penelitian di lapangan bahwa pemberdayaan

masyarakat dalam pemanfaatan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Nanga


Mbalingasas-asas pengeloaan keuangan desa sudah terwujud sebagaimana harapan

masyarakat.

Dalam pemberdayaan masyarakat terhadap pemanfaatan Alokasi Dana Desa

di Desa Nanga Mbalingtelah memperhatikan prinsip transparansi.Berdasarkan dengan

hasil penelitian bahwa dalam pemberdayaan masyarakat terhadap pemanfaatan

Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Nanga Mbalingsudah sesuai dengan harapan

masyarakat.Karena realitas yang terjadi pemerintah desa secara terbuka kepada

masyarakat mengenai penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD) yang orientasinya

untuk pemberdayaan masyarakat..Ini merupakan tugas dan wewenang pemerintah

desa sebagai pengelola administrasi pembangunan sedikitnya sudah paham tentang

asas pengelolaan keuangan desa sebagaiamana dalam Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa yang salah

satunya asas transparansi. Dengan demikian Harapannya prinsip transparan dalam

pemberdayaan terhadap pemanfaatan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Nanga

Mbaling terlaksana dengan baik.

Dan begitu juga dalam pemberdayaan masyarakat terhadap pemanfaatan

Alokasi Dana Desa (ADD) pemerintah desa perlu mempertanggungjawabkan

mengenai dengan realisasi program dari Alokasi Dana Desa (ADD). Sesuai dengan

hasil penelitian dilapangan bahwa pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan

Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Nanga Mbaling bahwa masyarakat tidak

mengetahui seberapa besar anggaran yang diterimah oleh desa, serta hasil yang

dicapai dalam pengguanaan Alokasi Dana Desa (ADD).Sehingga salah satu informan
mengatakan sebenarnya mekanisme pengelolaan serta pemanfaatan Alokasi Dana

Desa (ADD) sudah di laporkan kepada masyarakat pada umumnya. Sejauh ini juga

dalam pemberdayaan masyarakat terhadap pemanfaatan Alokasi Dana Desa (ADD)

pemerintah desa melibatkan partisipasi masyarakat guna mengetahui tentang keluhan

atau kebutuhan yang akan di buat dalam bentuk program dari penggunaan Alokasi

Dana Desa (ADD). Sesuai dengan kenyataan dilapangan bahwa program penggunaan

Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Nanga Mbaling merupakan hasil keputusan dari

pemerintah desa, sehingga masyarakat menerima dan melaksanakan program-

program yang sudah di putuskan dalam musrembangdes.

Program-program pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan Alokasi

Dana Desa (ADD) adalah program fisik yakni, pembangunan irigasi tersier di dusun

biting dengan volume 100 meter dan jumlah dana sebesar Rp 75.000.000-,

peningkatan kapasitas aparatur desa di Desa Nanga Mbaling sebanyak 17 orang

dengan jumlah dana sebesar Rp 12.600.000-, pelatihan pemberdayaan perempuan di

Desa Nanga Mbaling sebesar Rp 5.000.000-, pengelolaan BUMDes di Desa Nanga

Mbaling dengan dana sebesar Rp 6.500.000- dan bidang penanaman modal dengan

jumlah dana Rp 100.000.000- dengan total dana desa yang dikeluarkan sebesar Rp

199.100.000,-. Dari ke-5 program pemberdayaan masyarakat tersebut merupakan

program yang sudah disepakati oleh masyarakat dan pemerintah Desa Nanga Mbaling

dalam Musrembangdes .sehingga dalam pelaksanaan program-program tersebut

keterlibatan masyarakat semakin meningkat.


Pemanfaatan Alokasi Dana Desa (ADD) adalah diperuntukan untuk

membiayai program pemerintah Desa dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan

dan pemberdayaan masyarakat. Tujuan dari Alokasi Dana Desa ( ADD) adalah

meningkatkan penyelenggaraan pemerintah desa dalam melaksanakan pelayanan

pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan sesuai kewenangannya;

meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan pengendalian pemberdayaan masyarakat secara partisipasi sesuai

dengan potensi desa Nanga Mbaling, serta meningkatkan pemerataan pendapatan,

kesempatan bekerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat di Desa Nanga

Mbaling Kecamatan Sambi Rampas.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai

Pemanfaatan Dana Desa Dalam Pembangunan Desa Nanga Mbaling Kabupaten

Manggarai Timur Tahun 2019 dengan melihat pelaksanaan, kemanfaatan dari dana

desa dalam pemberdayaan masyarakat serta keterlibatan masyarakat dalam

pemanfaatan dana desa.Tingkat pemberdayaan masyarakat Desa Nanga Mbaling

dapat dilihat pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan yang

tergolong baik dalam partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan, tahap

pelaksanaan pemberdayaan dan evaluasi.

1. Pemanfaatan Anggaran Dana Desa untuk pemberdayaan masyarakat

Dari segi kemanfaatannya untuk masyarakat desa sebagai sasaran dari

pelaksanaan kegiatan-kegiatan pemberdayaan sudah efektif dengan melihat

hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti selama

penelitian.Terutama pada kegiatan pembangunan irigasi tersier yang sangat

bermanfaat bagi masyarakat khususnya petani padi dan bawang

merah.Sebagian besar masyarakat sangat bersyukur dengan adanya

pembangunan irigasi tersier ini yang sangat bermanfaat bagi masyarakat

dalam meningkatkan hasi pertanian. Kemudian disusul dengan kegiatan

peningkatan kapasitas aparatur desa yang juga sangat bermanfaat bagi

masyarakat desa, mengingat peningkatan kinerja aparatur desa adalah salah


satu kebutuhan pokok pemerintah desa Nanga Mbaling, pelatihan

pemberdayaan perempuan dengan tujuan meningkatkan kinerja TP-PKK Desa

Nanga Mbaling hal ini dilakukan agar perempuan-perempuan Desa Nanga

Mbaling lebih produktif dalam menjalankan program, pelatihan pengelolaan

BUMDes dan kegiatan penanaman modal.

2. Dampak pemanfaatan Dana Desa untuk pemberdayaan masyarakat

Dengan adanya anggaran dana desa sudah memberikan dampak positif

terhadap masyarakat terutama masyarakat di Desa Nanga Mbaling Kabupaten

Manggarai Timur yang dimana Dana Desa ini menunjang pengembangan

pemberdayaan masyarakat Desa Nanga Mbaling. Adapun jumlah dana yang

terserap kedalam 5 point pemberdayaan masyarakat desa Nanga Mbaling

Kabupaten Manggarai Timur sebesar Rp 199.100.000,-.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis dapat memberikan saran yang

diharapkan dapat menjadi masukan untuk Desa Nanga Mbaling Kabupaten

Manggarai Timur dalam hal pemanfaatan dana desa untuk pemberdayaan masyarakat

didesa, antara lain:

1. Mengadakan sosialisasi kepada masyarakat untuk membantu penyebaran

informasi dan pemahaman mengenai program-program pemberdayaan yang

akan dilakukan, sehingga masyarakat akan lebih mudah untuk diajak terlibat

dalam pelaksanan program-program pemerintah desa, serta ikut mengawasi


jalannya pelaksanaan dan pemanfaatan dana desa di Desa Nanga Mbaling

Kabupaten Manggarai Timur sesuai dengan ketentuan.

2. Para pelaksana dana desa diberikan peningkatan pengetahuan melalui

pendidikan dan latihan, khususnya yang menyangkut pengelolaan keuangan

desa.
DAFTAR PUSTAKA

Afrilianto. 2017.Analisis Dampak Alokasi Dana Desa Terhadap Pertumbuhan


Ekonom.Bogor: JurnalEkonomi Pembangunan.

Alfabeta. 2006.Administrasi Pembangunan (konsep, dimensi dan strateginya). Jakarta


: Bumi Karsa

Annivelorita. 2015.Implementasi Alokasi Dana Desa (ADD)dalam Meningkatkan


Pembangunan Desa, Bandung: Journal Administrasi Negara.

Carwiaka. 2013.Pelaksanaan Otonomi Desa, Jakarta: Kencana.

Fahrul R, 2019.Analisis Pengelolaan Dana Desa Dalam Meningkatkan


Perekonomian Masyarakat,Yogyakarta: Langsa.

Faisal, Nain. 2016.Analisis Implikasi Pelaksanaan Program Dana Desa Terhadap


Kohesi Sosial, Yogyakarta: PustakaPelajar.

Feiby. 2017.Dampak Program Dana Desa Terhadap Peningkatan Pembangunan


Dan Ekonomi, Minahasa: E-JurnalUnsrat.

Gulo. 2002.Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana Prenada

Haryanto. 2015.Studi Pengembangan Ekonomi Lokal Terkait Interaksi Kota-


Desa,Yogyakarta: Ghalia Indonesia

Hidayat. 2015.Konsep Pemberdayaan Masyarakat Melalaui Pengolahan Dana Desa,


Surakarta: JurnalEkonomi dan Studi Pembangunan.

Jamaluddin.2018.Analisis Dampak Pengelolaan dan Penggunaan Dana Desa


terhadap Pembangunan Daerah, Bandung: JurnalEkonomi dan Studi
Pembangunan.

Kartasasmita. 1997. Pemberdayaan Masyarakat, Jakarta: BumiAksara.

Mahfudz. 2009.Analisis Dampak Alokasi Dana Desa (Add) Terhadap Pemberdayaan


Masyarakat Dan Kelembagaan Desa, Bandung: JurnalOrganisasi dan
Manajemen.
Mardikanto. 2010.Pemberdayaan Masyarakat Melalaui Pengolahan Dana Desa,
Yogyakarta: JurnalEtikaSosial dan Pemberdayaan Masyarakat.
Muslihah. 2019.Dampak Dana Desa Terhadap Pembangunan Dan
KesejahteraanYogyakarta: JurnalEkonomi dan Studi Pembangunan.

Moloeng. 2008.Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja.

Nursalam, Suardi. 2016.Teori Sosiologi, Yogyakarta: Writing Revolution.

Purbantara. 2019.Pemberdayaan Masyarakat Desa, Yogyakarta:


JurnalPemberdayaan Masyarakat Madani.

Purwanto. 2011.PemberdayaanMasyarakat Melalui Pembangunan Desa.

Silalahi, 2009, Metode Penelitian Sosial, Bbandung: PT. Revika Aditama.

Suyanto. 2005.Metode Penelitian Sosial, Jakarta: Kencana Prenada.

Sugiyono. 2007.Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.

Sujadi. 2019.Keuangan Desa dan Prioritas Penggunaan Dana Desa, Jakarta:


JurnalAkuntansi dan Bisnis.

Sururi. 2015.Pemberdayaan Masyarakat Melalaui Program Pembangunan,


Jakarta:Jurnal Administrasi Negara.

Sutrisni. 2005.Pemberdayaan Masyarakat Melalaui Program Pembangunan,


Yogyakarta: Dharma University Press.

Warsono. 2016.Transformasi Pelayanan Publik,Yogyakarta: Pembaharuan.

Anda mungkin juga menyukai