THALLASEMIA
Pendamping:
dr. Nur Cahyo Anggorojati
Disusun Oleh :
dr. Dwi Andrio Septadi
Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, juga shalawat
serta salam kami panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam mengikuti Program Internsip
Dokter Indonesia, penulis menyusun laporan kasus yang berjudul “thallasemia” sebagai salah satu
syarat tujuan dalam menyelesaikan tugas di wahana terpilih, yakni RSUD Majenang.
Penulis berharap semoga hasil dari laporan ini dapat bermanfaat bagi diri penulis sendiri dan
orang lain, sehingga diharapkan lebih banyak masyarakat yang lebih sadar bahwa setiap faktor
perilaku, faktor lingkungan, ketersediaan pelayanan kesehatan, dan faktor genetik mempengaruhi
status kesehatan.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada berbagai pihak yang telah
mendukung penulis menyelesaikan laporan ini, kepada dokter pembimbing dr. Nur Cahyo
Anggorojati dan teman-teman sejawat internsip di RSUD Majenang.
II. Anamnesis
Keluhan utama :
Lemas 3 hari SMRS
Riwayat psikososial :
Pasien merupakan anak yang aktif dalam berinteraksi dengan teman-teman. Pasien
kurang suka konsumsi susu, buah dan sayur.
Riwayat Pengobatan :
Pasien rutin melakukan transfuse setiap bulan.
Riwayat Alergi :
Alergi obat dan makanan disangkal
Status Generalisata
Mata : Alis mata madarosis (-), bulu mata rontok (-), jarak mata mulai menjauh (+),
konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), refleks pupil (+/+), d= 2 mm/2mm,
isokor kanan-kiri. Eksophtalmus (-), edema palpebra (-), pergerakan mata kesegala
arah baik. Mata cekung -
Telinga :Normotia, membran timpani intak, nyeri tekan processus mastoideus (-/-),
otore (-/-), darah (-/-), pendengaran baik.
Mulut : Bibir kering (-), stomatitis (-), mukosa mulut lembab, lidah kotor(-), faring
hiperemis, T1/T1
THORAX
Paru-Paru
Jantung
ABDOMEN
I : Datar, venektasi (-), caput medusa (-), tonjolan (-), bekas operasi (-),
P : Supel, Nyeri tekan epigastrium (+), terlokalisir, nyeri tekan abdomen (-),
Hepatomegali (-), splenomegali (-), rebound sign (-).
P : Timpani pada 4 kuadran abdomen, shifting dullness (-) , hepatomegaly (+),
splenomegaly (+) shuffner 3.
A : Bising usus (+) pada seluruh kuadran abdomen 15 x/menit. Turgor kulit
kembali dengan cepat.
Ekstremitas
No Pemeriksaan Hasil
1 Hemoglobin 8 g/dl
2 Hematokrit 24 vol%
4 Trombosit 229.000/mm3
5 MCV 72
6 MCH 22
7 MCHC 31
V. RESUME
Pasien mengeluh lemas sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, disertai pusing
dan mudah lelah,, bab dan bak seperti hari-hari biasanya.
Pemeriksaan fisik :
Abdomen : hepatomegaly (+), splenomegaly (+) shuffner 3
Kulit : pigmentasi (+)
TTV
Tekanan darah :110/ 70 mmHg
Nadi : 98 kali/ menit
Respirasi rate : 20 kali/ menit
Suhu : 36,7 ° C
Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 8 mg/ dl
VIII. Penatalaksanaan
Medikamentosa
Inf. RL 20 tpm
Transfuse prc ((12-8)x15x80):22= 220 cc
Dexamethasone 0.1 mg/kgbb/kali
Inj furosemide 0.5mg/kgbb/kali
Non Medikamentosa :
Awasi reaksi transufi
Awasi overhidrasi cairan
X. Follow up
S : (-)
O : TD -
Nadi 88 x/ menit
Suhu 36,85°C
RR 20 x/ menit
Abd: hepatomegaly (+), splenomegaly (+) shuffner 3
Kulit : pigmentasi (+)
A : thallasemia
P : Pasien BLPL
TALASEMIA
I. Latar Belakang
Talasemia adalah penyakit genetik yang disebabkan oleh mutasi gen yang disebabkan
oleh mutasi gen alpha atau beta, yang dihasilkan oleh keabnormalan sintesis hemoglobin.
Mekanisme tersebut menunjukan tidak hanya morfologi eritrosit yang abnormal tetapi juga
paruh waktu eritrosit dikarenakan peningkatan fragility dan destruksi sel darah merah
merupakan autosomal inheritance, terdapat pengaruh dari kedua orang tua yang berefek
grup : thallasemia alpha, talasemia beta, diagnosis fenotipe berbagai macam manifestasi
anemia hemolitik dari sangat parah hingga sangat ringan. Sehingga penyakit ini
Berdasarkan data terakhir dari Badan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan 250
juta penduduk dunia (4,5%) membawa genetik Talasemia. Dari 250 juta, 80-90 juta di
Sementara itu di Indonesia jumlah penderita Talasemia hingga tahun 2009 naik menjadi
8, 3 persen dari 3.653 penderita yang tercatat pada tahun 2006. Hampir 90% para penderita
penyakit genetik sintesis Hemoglobin (Hb) ini berasal dari kalangan masyarakat miskin.
Kejadian talasemia sampai saat ini tidak bisa terkontrol terkait faktor genetik sebagai batu
Indonesia. Talasemia pertama kali ditemukan pada tahun 1925 ketika Dr. Thomas B. Cooley
mendeskripsikan anak-anak dengan anemia berat, splenomegali, dan biasanya ditemukan
abnormal pada tulang yang disebut kelainan eritroblastik atau anemia Mediterania karena
sirkulasi sel darah merah dan nukleasi. Pada tahun 1932 Whipple dan Bradford menciptakan
istilah talasemia dari bahasa yunani yaitu thalassa, yang artinya laut (laut tengah) untuk
pada keluarga pasien anemia Cooley, dan segera menyadari bahwa kelainan ini disebabkan
oleh gen abnormal heterozigot. Ketika homozigot, dihasilkan anemia Cooley yang berat.
rantai hemoglobin atau rantai globin. Hemoglobin orang dewasa terdiri dari HbA yang
merupakan 98% dari seluruh hemoglobinya. HbA2 tidak lebih dari 2% dan HbF 3%. Pada
bayi baru lahir HbF merupakan bagian terbesar dari hemoglobin (95%). Pada penderita
talasemia kelainan genetik terdapat pada pembentukan rantai globin yang salah sehingga
eritrosit lebih cepat lisis. Akibatnya penderita harus menjalani tranfusi darah seumur hidup.
Selain transfusi darah rutin, juga dibutuhkan agent pengikat besi (Iron Chelating Agent) yang
harganya cukup mahal untuk membuang kelebihan besi dalam tubuh. Jika tindakan ini tidak
dilakukan maka besi akan menumpuk pada berbagai jaringan dan organ vital seperti jantung,
2.1 Definisi
Talasemia adalah penyakit genetik yang disebabkan oleh mutasi gen yang disebabkan
oleh mutasi gen alpha atau beta, yang dihasilkan oleh keabnormalan sintesis hemoglobin.
Merupakan kelompok dari anemia herediter yang diakibatkan oleh berkurangnya sintesis
salah satu rantai globin yang mengkombinasikan hemoglobin (HbA, α 2 β 2). Disebut
memiliki rantai polipeptida α dan β, dan yang paling penting talasemia dapat ditetapkan
sebagai α - atau β -talasemia. Talasemia ditandai dengan kondisi sel darah merah mudah
rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari). Akibatnya penderita
diantaranya pusing, muka pucat, badan sering lemas, sukar tidur, nafsu makan hilang, dan
Hemoglobin merupakan protein kaya zat besi yang berada di dalam sel darah merah dan
berfungsi sangat penting untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh
yang membutuhkannya sebagai energi. Apabila produksi hemoglobin berkurang atau tidak
ada, maka pasokan energi yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi tubuh tidak dapat
terpenuhi, sehingga fungsi tubuh pun terganggu dan tidak mampu lagi menjalankan
merupakan akibat dari ketidakseimbangan pembuatan salah satu dari keempat rantai asam
2.2 Epidemiologi
Kelainan Hemoglobin pada awalnya endemik sebesar 60% dari 229 negara, berpotensi
mempengaruhi 75% kelahiran. Namun sekarang cukup umum dengan angka 71% pada
Negara di antara 89% kelahiran. Setidaknya 5,2% dari populasi dunia (dan lebih dari 7%
wanita hamil) membawa varian yang signifikan. S Hemoglobin membawa 40% gen pembawa
namun lebih dari 80% kelainan dikarenakan prevalensi pembawa lokal sangat tinggi. Sekitar
85% dari gangguan sel sabit (sickle-cell disorders), dan lebih dari 70% seluruh kelahiran
terjadi di afrika. Selain itu, setidaknya 20% dari populasi dunia membawa Talasemia α +.
Diantara 1.1% pasangan suami istri mempunya resiko memiliki anak dengan kelainan
hemoglobin dan 2.7 per 1000 konsepsi terganggu. Pencegahan hanya memberikan pengaruh
yang kecil, pengaruh prevalensi kelahiran dikalkulasikan antara 2.55 per 1000. Di indonesia
penyebab intrakorpuskuler.
2.3 Klasifikasi
3. Talasemia- β-δ (gangguan pembentukan rantai β dan δ yang letak gen nya diduga
berdekatan)
Ketidakseimbangan dalam rantai protein globin alfa dan beta, yang diperlukan dalam
pembentukan hemoglobin, disebabkan oleh sebuah gen cacat yang diturunkan. Untuk
menderita penyakit ini, seseorang harus memiliki 2 gen dari kedua orang tuanya. Jika hanya 1
gen yang diturunkan, maka orang tersebut hanya menjadi pembawa tetapi tidak menunjukkan
gejala-gejala dari penyakit ini. Talasemia digolongkan bedasarkan rantai asam amino yang
Alfa – Talasemia paling sering ditemukan pada orang kulit hitam (25% minimal membawa 1
gen).
1. Talasemia Mayor, karena sifat sifat gen dominan. Talasemia mayor merupakan penyakit
yang ditandai dengan kurangnya kadar hemoglobin dalam darah. Akibatnya, penderita
kekurangan darah merah yang bisa menyebabkan anemia. Dampak lebih lanjut, sel-sel darah
merahnya jadi cepat rusak dan umurnya pun sangat pendek, hingga yang bersangkutan
memerlukan transfusi darah untuk memperpanjang hidupnya. Penderita talasemia mayor akan
tampak normal saat lahir, namun di usia 3-18 bulan akan mulai terlihat adanya gejala anemia.
Selain itu, juga bisa muncul gejala lain seperti jantung berdetak lebih kencang dan facies
cooley. Facies cooley adalah ciri khas talasemia mayor, yakni batang hidung masuk ke dalam
dan tulang pipi menonjol akibat sumsum tulang yang bekerja terlalu keras untuk mengatasi
kekurangan hemoglobin. Penderita talasemia mayor akan tampak memerlukan perhatian lebih
khusus. Pada umumnya, penderita talasemia mayor harus menjalani transfusi darah dan
pengobatan seumur hidup. Tanpa perawatan yang baik, hidup penderita talasemia mayor
hanya dapat bertahan sekitar 1-8 bulan. Seberapa sering transfusi darah ini harus dilakukan
lagi-lagi tergantung dari berat ringannya penyakit. Yang pasti, semakin berat penyakitnya,
2. Talasemia Minor, individu hanya membawa gen penyakit talasemia, namun individu hidup
normal, tanda-tanda penyakit talasemia tidak muncul. Pada talasemia minor tak bermasalah,
namun bila ia menikah dengan talasemia minor juga akan terjadi masalah. Kemungkinan
25% anak mereka menerita talasemia mayor. Pada garis keturunan pasangan ini akan muncul
penyakit talasemia mayor dengan berbagai ragam keluhan. Seperti anak menjadi anemia,
lemas, loyo dan sering mengalami pendarahan. Talasemia minor sudah ada sejak lahir dan
akan tetap ada di sepanjang hidup penderitanya, tapi tidak memerlukan transfusi darah di
sepanjang hidupnya.
2.5 Gejala
Semua talasemia memiliki gejala yang mirip, tetapi beratnya bervariasi. Sebagian besar
penderita mengalami anemia yang ringan. Pada bentuk yang lebih berat, misalnya beta-
talasemia mayor, bisa terjadi sakit kuning (jaundice), luka terbuka di kulit (ulkus, borok),
batu empedu dan pembesaran limpa. Sumsum tulang yang terlalu aktif bisa menyebabkan
penebalan dan pembesaran tulang, terutama tulang kepala dan wajah. Tulang-tulang panjang
menjadi lemah dan mudah patah. Anak-anak yang menderita talasemia akan tumbuh lebih
lambat dan mencapai masa pubertas lebih lambat dibandingkan anak lainnya yang normal.
Karena penyerapan zat besi meningkat dan seringnya menjalani transfusi, maka kelebihan zat
besi bisa terkumpul dan mengendap dalam otot jantung, yang pada akhirnya bisa
menyebabkan gagal jantung. Oleh karena itu, untuk memastikan seseorang mengalami
talasemia atau tidak, dilakukan dengan pemeriksaan darah. Gejala talasemia dapat dilihat
pada anak usia 3 bulan hingga 18 bulan. Bila tidak dirawat dengan baik, anak-anak penderita
talasemia mayor ini hidup hingga 8 tahun saja. Satu-satunya perawatan dengan tranfusi darah
seumur hidup. Jika tidak diberikan tranfusi darah, penderita akan lemas, lalu meninggal.
2.6 Patofisiologi
Mutasi pada β-Talasemia meliputi delesi gen globin, mutasi daerah promotor,
penghentian mutasi dan mutasi lainnya. Terdapat relatif sedikit mutasi pada α-Talasemia.
Penyebab utama adalah terdapatnya ketidakseimbangan rantai globin. Pada sumsum tulang
mutasi talasemia mengganggu pematangan sel darah merah, sehingga tidak efektifnya
eritropoiesis akibat hiperaktif sumsum tulang, terdapat pula sedikit Retikulosit dan anemia
berat. Pada β-talasemia terdapat kelebihan rantai globin α-yang relatif terhadap β- dan γ-
globin; tetramers-globin α (α4) terbentuk, dan ini berinteraksi dengan membran eritrosit
produksi erythroid. Rantai globin γ-diproduksi dalam jumlah yang normal, sehingga
menyebabkan peningkatan Hb F (γ2 α2). Rantai δ-globin juga diproduksi dalam jumlah
normal, Hb A2 meningkat (α2 δ2) di β-Talasemia. Pada α-talasemia terdapat lebih sedikit-
globin rantai α dan β-berlebihan dan rantai γ-globin. Kelebihan rantai ini membentuk hb Bart
(γ4) dalam kehidupan janin dan Hb H (β4) setelah lahir. Tetramers abnormal ini tidak
Talasemia –α
Seperti telah disebutkan diatas terdapat 2 gen α pada tiap haploid kromosom, sehingga
dapat di duga terjadi 4 macam kelainan pada talasemia- α. Kelainan dapat terjadi pada 1 atau
2 gen pada satu kromosom atau beberapa gen pada seorang individu sehat. Penelitian akhir
akhir ini menunjukkan bahwa pada kelainan α- talasemia-1 tidak terbentuk rantai- α sama
sekali, sedangkan α – talasemia- 2 masih ada sedikit pembentukan rantai- α tersebut. Atas
dasar tersebut, α-talasemia-1 dan α-talasemia-2 sekarang disebut α0- dan α-+- talasemia.
Disamping kelainan pada pembentukan rantai α ini terdapat pula kelainan struktural pada
rantai α. Yang paling banyak di temukan ialah Hb konstan spring. Pada Hb konstan spring
terdapat rantai α dengan 172 asam amino, berarti 31 asam amino lebih panjang daripada
rantai α biasa. Kombinasi heterozigot antara α0- talasemia dengan α-+- talasemia atau α0-
talasemia dengan Hb konstan spring akan menimbulkan penyakit HbH. Pada talasemia α
akan terjadi gejala klinis bila terdapat kombinasi gen α0- talasemia dengan gen- - lainnya.
Homozigot α_+_ talasemia hanya menimbulkan anemia yang sangan ringan dengan
hipokromia eritrosit. Bentuk homozigot Hb konstan spring juga tidak menimbulkan gejala
yang nyata, hanya anemia ringan dengan kadang kadang disertai splenomegali ringan.
Pada fetus kekurangan rantai –α menyebabkan rantai-δ yang berlebihan sehingga akan
terbentuk tetramer δ 4 (Hb Bart’s) sedangkan pada anak besar atau dewasa, kekurangan
rantai- α ini menyebabkan rantai– β yang berlebihan hingga akan terbentuk tetramer β 4
(HbH). Jadi adanya Hb bart’s dan HbH pada elektroforesis merupakan petunjuk terhadap
adanya talasemia α. Yang sulit ialah mengenal bentuk heterozigot α- talasemia. Bentuk
heterozigot α0- talasemia memberikan gambaran darah tepi serupa dengan bentuk heterozigot
Pada Hidrops fetalis, biasanya bayi telah mati pada usia kehamilan 28-40 minggu atau
lahir hidup untuk beberapa jam kemudian meninggal. Bayi akan tampak anemia dengan
kadar Hb 6-8 g%, sediaan apusan darah tepi memperlihatkan hipokromia dengan tanda-tanda
eritroporesis darah, akan ditemukan Hb bart’s sebanyak kira kira 80%. Tidak ditemukan HbF
Maupun HbA.
Pada penyakit HbH, biasanya ditemukan anemia dengan pembesaran limpa. Anemia biasa
nya tidak membutuhkan tranfusi darah. Mudah terjadi serangan hemolisis akut pada serangan
infeksi berat. Kadar Hb biasanya 7-10 g%. Sediaan darah tepi biasanya menunjukkan tanda
tanda hipokromia. Terdapat pula retikulositosis (5-10%) dan ditemukan badan inklusi, pada
sediaan apus darah tepi yang di inkubasi dengan biru brilian kresil. Pada elektroforesis
ditemukan adanya HbA, H, A2 dan sedikit Hb Bart’s. HbH jumlanya sekitar 5-40%, kadang
kadang kurang atau lebih dari variasi itu. Pada pemeriksaan sintesis rantai globulin (in vitro)
dari retikulosis terdapat ketidakseimbangan antara pembentukan rantai- α / β yaitu antara 0,5
Bentuk ini lebih heterogen dibandingkan talasemia α, tetapi untuk kepentingan klinis
umumnya dibedakan antara talasemia β0 dan talasemia β+. Pada β0 talasemia tidak dibentuk
rantai globin sama skali, sedangkan β+ talasemia terdapat pengurangan (10-50%) daripada
produksi rantai globin β tersebut. Pembagian selanjutnya adalah kadar HbA2 yang normal
baik pada β0 maupun β+- talasemia dalam bentuk heterozigotnya. Bentuk homozigot dari β0
atau campuran antara β0 dengan β+ -talasemia yang berat akan menimbulkan gejala klinis
yang berat yang memerlukan tranfusi darah sejak permulaan kehidupannya. Tapi kadang
kadang bentuk campuran ini memberi gejala klinis ringan dan disebut talasemia intermedia.
γ- talasemia, δ- talasemia, εγδβ- talasemia, dan sindrom HPFH. Sebagian besar talasemia
relatif langka, hanya beberapa yang ditemukan dalam kelompok keluarga. β- talasemia juga
dapat diklasifikasikan secara klinis sebagai sifat talasemia, minimum, ringan, menengah, dan
besar dari tingkat anemia. Klasifikasi genetik tidak selalu menentukan fenotipe, dan derajat
βvariant, E/β0), yang akan menyebabkan fenotipe anemia mikrositik dengan Hb sekitar 7 g /
dL. Terdapat kontroversi mengenai apakah dilakukan tranfusi pada anak-anak ini. Mereka
membutuhkan chelation, splenomegali, dan komplikasi lain talasemia dengan kelebihan zat
besi. Hematopoiesis Extramedullary dapat terjadi dalam kanalis vertebralis, penekanan saraf
oleh tulang belakang dan menyebabkan gejala neurologis, kedua adalah darurat medis yang
membutuhkan terapi radiasi langsung lokal untuk menghentikan eritropoiesis. Transfusi akan
meringankan manifestasi talasemia dan mempercepat kebutuhan chelation. Splenektomi
β) yang memiliki fenotipe yang lebih parah dari sifat tetapi tidak separah intermedia. Anak-
anak ini harus diselidiki untuk genotipe dan dimonitor untuk akumulasi besi. β- talasemia.
kurang parah dan digandakan gen α (ααα / αα (menyebabkan talasemia yang lebih berat.
Orang yang berada dalam kelompok-kelompok ini memerlukan transfusi pada masa remaja
atau dewasa, Beberapa mungkin menjadi kandidat untuk kemoterapi seperti hydroxyurea.
Sifat talasemia sering misdiagnosis sebagai kekurangan zat besi pada anak-anak. Sebuah
kursus singkat dari besi dan re-evaluasi, semua yang diperlukan untuk memisahkan anak-
anak yang perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut. Anak anak yang memiliki sifat β- Talasemia
akan memiliki lebar sel darah merah terdistribusi dan pada elektroforesis Hb memiliki HbF
tinggi dan diagnosa di tinggikan HbA2. Terdapat istilah "silent" bentuk sifat talasemia dan
jika sejarah keluarga adalah sugestif, studi lebih lanjut dapat diindikasikan.
2.7 Diagnosa
jenis darah komplit menunjukkan adanya anemia dan rendahnya MCV (mean corpuscular
volume). Elektroforesis bisa membantu, tetapi tidak pasti, terutama untuk alfatalasemia.
Karena itu diagnosis biasanya berdasarkan kepada pola herediter dan pemeriksaan
hemoglobin khusus. Pasien biasanya menunjukan gejala anemia, penyakit kuning, dan
pembesaran hati dan limpa, Eritrosit (sel darah merah) dari pasien talasemia sebagian besar
polychromasia. Dalam hal yang abnormal indeks sel darah merah, eritrosit talasemia
menunjukkan karakteristik serendah MCV, rendah MCH, MCHC rendah, tetapi RDW tinggi.
Selain itu, untuk diagnosis penyakit hemoglobin H, inklusi uji tubuh bisa menemukan hasil
yang positif.
Dalam rangka untuk membuat diagnosis yang jelas, tes darah laboratorium penting untuk
analisis hemoglobin untuk dilakukan, termasuk elektroforesis hemoglobin atau saat ini
anemia, tes darah dilakukan sebelum menerima transfusi pertama mereka, atau setidaknya 3
bulan setelah terakhir kali transfusi darah. Dalam beberapa kasus genotipe perlu
diidentifikasi, tes darah untuk penilaian molekuler di gen globin tertentu dapat dilakukan
sewaktu-waktu.
2.8 Pengobatan
Pada talasemia yang berat diperlukan transfusi darah rutin dan pemberian tambahan asam
folat. Penderita yang menjalani transfusi, harus menghindari tambahan zat besi dan obat-obat
yang bersifat oksidatif (misalnya sulfonamid), karena zat besi yang berlebihan
Pada bentuk yang sangat berat, mungkin diperlukan pencangkokan sumsum tulang. Terapi
Penatalaksanaan :
1. Severe beta-thalassemia disease ; dengan nilai hemoglobin 7 gram per desiliter atau
- Low transfusion
2. Moderately severe thalassemias disease ; dengan nilai hemoglobin 7-9 gram per desiluter
- High transfusion
- Low transfusion
3. Mild thalassemia disease ; hb lebih dari 9 gram per desiliter atau Ht lebih dari 27%,
menerima transfuse jika terjadi krisis hemolisis akut. Pengobatan dasar terdiri dari asupan
Setiap packed red cell mengandung sejumlah iron. Ketika transfusi darah diberikan secara
rutin kepada pasien, iron akan terdeposit di jaringan tubuh. Setiap orang memiliki
keterbatasan untuk mengekskresikan peningkatan iron. Pada orang yang ditrasnfusi, toxic
iron berkembang dan dapat merusak organ vital seperti hati, jantung, pancreas, dan kelenjar
endokrin.
Pemberian iron chelating agent (desferoxamine): diberikan setelah kadar feritin serum
sudah mencapai 1000 mg/l atau saturasi transferin lebih 50%, atau sekitar 10-20 kali transfusi
darah. Desferoxamine, dosis 25-50 mg/kg berat badan/hari subkutan melalui pompa infus
dalam waktu 8-12 jam dengan minimal selama 5 hari berturut setiap selesai transfusi darah.
Vitamin C 100-250 mg/hari selama pemberian kelasi besi, untuk meningkatkan efek kelasi
besi.
darah merah
II. Bedah
limpa yang terlalu besar, sehingga membatasi gerak penderita, menimbulkan peningkatan
suspensi eritrosit (PRC) melebihi 250 ml/kg berat badan dalam satu tahun.
Transplantasi sumsum tulang telah memberi harapan baru bagi penderita talasemia dengan
lebih dari seribu penderita talasemia mayor berhasil tersembuhkan dengan tanpa
anak usia dibawah 15 tahun. Seluruh anak anak yang memiliki HLA-spesifik dan cocok
III. Suportif
Tranfusi Darah
Terapi transfusi untuk meregulasi jumlah hemoglobin 9-10 gram per desiliter untuk
Hb penderita dipertahankan antara 8 g/dl sampai 9,5 g/dl. Dengan keadaan ini akan
memberikan supresi sumsum tulang yang adekuat, menurunkan tingkat akumulasi besi, dan
bentuk PRC (packed red cell), 3 ml/kg BB untuk setiap kenaikan Hb 1 g/dl.
Pemantauan :
I. Terapi
Pemeriksaan kadar feritin setiap 1-3 bulan, karena kecenderungan kelebihan besi sebagai
Efek samping kelasi besi yang dipantau: demam, sakit perut, sakit kepala, gatal, sukar
Anemia kronis memberikan dampak pada proses tumbuh kembang, karenanya diperlukan
Anemia kronis dan kelebihan zat besi dapat menimbulkan gangguan fungsi jantung (gagal
jantung), hepar (gagal hepar), gangguan endokrin (diabetes melitus, hipoparatiroid) dan
fraktur patologis.
2.9 Komplikasi
Akibat anemia yang berat dan lama, sering terjadi gagal jantung. Tranfusi darah yang
berulang ulang dan proses hemolisis menyebabkan kadar besi dalam darah sangat tinggi,
sehingga di timbun dalam berbagai jarigan tubuh seperti hepar, limpa, kulit, jantung dan lain
lain. Hal ini menyebabkan gangguan fungsi alat tersebut (hemokromatosis). Limpa yang
besar mudah ruptur akibat trauma ringan. Kadang kadang talasemia disertai tanda
Hepatitis pasca transfusi biasa dijumpai, apalagi bila darah transfusi telah diperiksa
melitus dan jantung. Pigmentasi kulit meningkat apabila ada hemosiderosis, karena
2.10 Pencegahan
Konseling genetik
Pada keluarga dengan riwayat talasemia perlu dilakukan penyuluhan genetik untuk
menentukan resiko memiliki anak yang menderita talasemia. Pengidap talasemia yang
mendapat pengobatan secara baik dapat menjalankan hidup layaknya orang normal di tengah
masyarakat. Sementara zat besi yang menumpuk di dalam tubuh bisa dikeluarkan dengan
Penyakit talasemia dapat dideteksi sejak bayi masih di dalam kandungan, jika suami atau
istri merupakan pembawa sifat (carrier) talasemia, maka anak mereka memiliki kemungkinan
sebesar 25 persen untuk menderita talasemia. Karena itu, ketika sang istri mengandung,
disarankan untuk melakukan tes darah di laboratorium untuk memastikan apakah janinnya
merupakan kunci untuk konseling pada orang tua atau pasangan. Untuk ibu hamil dapat
dilakukan prenatal diagnosis (PND). Indikasi untuk pasangan yang membutuhkan PND
adalah ;
Prosedur PND dilakukan menggunakan sinar ultrasonogram pada trimester pertama dengan
chorionic vili sampling. Pada trimester kedua bisa dilakukan melalui amniosentesis