0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
11 tayangan5 halaman
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut merupakan SOP penanganan Exanthematous Drug Eruption di Puskesmas Raga Jaya.
2. SOP tersebut menjelaskan pengertian, tujuan, kebijakan referensi, prosedur dan langkah-langkah penanganan, serta unit terkait dari Exanthematous Drug Eruption.
3. Reaksi alergi ringan sampai berat pada kulit yang disebabkan oleh pemberian obat dapat
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut merupakan SOP penanganan Exanthematous Drug Eruption di Puskesmas Raga Jaya.
2. SOP tersebut menjelaskan pengertian, tujuan, kebijakan referensi, prosedur dan langkah-langkah penanganan, serta unit terkait dari Exanthematous Drug Eruption.
3. Reaksi alergi ringan sampai berat pada kulit yang disebabkan oleh pemberian obat dapat
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut merupakan SOP penanganan Exanthematous Drug Eruption di Puskesmas Raga Jaya.
2. SOP tersebut menjelaskan pengertian, tujuan, kebijakan referensi, prosedur dan langkah-langkah penanganan, serta unit terkait dari Exanthematous Drug Eruption.
3. Reaksi alergi ringan sampai berat pada kulit yang disebabkan oleh pemberian obat dapat
Exanthematous Drug Eruption adalah salah satu bentuk
reaksi alergi ringan pada kulit yang terjadi akibat pemberian obat yang sifatnya sistemik. Obat yang dimaksud adalah zat yang dipakai untuk menegakkan 1. Pengertian diagnosis, profilaksis, dan terapi. Bentuk reaksi alergi merupakan reaksi hipersensitivitas tipe IV (alergi selular tipe lambat) menurut Coomb and Gell. Nama lainnya adalah erupsi makulopapular atau morbiliformis. Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menangani 2. Tujuan Exanthematous Drug Eruption Surat Keputusan Kepala Puskesmas Nomor 445/135-SK/PKM 3. Kebijakan RJ/I/2019 tentang Penyusunan Standar Klinis Mengacu pada Acuan yang Jelas. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 4. Referensi Tahun 2014 tentang Panduan Praktek Klinis Dokter di Fasyankes Primer. 5. Prosedur / 1. Petugas melakukan anamnesa Langkah- 1) Keluhan : Gatal ringan sampai berat yang disertai langkah kemerahan dan bintil pada kulit. Kelainan muncul 10-14 hari setelah mulai pengobatan. Biasanya disebabkan karena penggunaan antibiotik (ampisilin, sulfonamid, dan tetrasiklin) atau analgetik-antipiretik non steroid. Kelainan umumnya timbul pada tungkai, lipat paha, dan lipat ketiak, kemudian meluas dalam 1-2 hari. Gejala diikuti demam subfebril, malaise, dan nyeri sendi yang muncul 1-2 minggu setelah mulai mengkonsumsi obat, jamu, atau bahan-bahan yang dipakai untuk diagnostik (contoh: bahan kontras radiologi). 2) Faktor Risiko a. Riwayat konsumsi obat (jumlah, jenis, dosis, cara pemberian, pengaruh pajanan sinar matahari, atau kontak obat pada kulit terbuka). b. Riwayat atopi diri dan keluarga. c. Alergi terhadap alergen lain. d. Riwayat alergi obat sebelumnya. 2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik Patognomonis 1) Erupsi makulopapular atau morbiliformis. 2) Kelainan dapat simetris. 3. Petugas menetapkan diagnosis 4. Petugas menetapkan diagnosis banding 1) Morbili 5. Petugas menetapkan Komplikasi 2) Eritroderma 6. Petugas memberikan terapi ditulis pada resep 1) Kortikosteroid sistemik : Prednison tablet 30 mg/hari dibagi dalam 3 kali pemberian per hari selama 1 minggu. 2) Antihistamin sistemik: cetirizin 2x10 mg/hari selama 7 hari bila diperlukan; atau Loratadin 10 mg/hari selama 7 hari bila diperlukan. 3) Topikal : Bedak salisilat 2% dan antipruritus (Menthol 0.5% - 1%) 7. Petugas memberikan konseling dan edukasi 1) Prinsip tatalaksana adalah menghentikan obat terduga. Pada dasarnya erupsi obat akan menyembuh bila obat penyebabnya dapat 2/3 diketahui dan segera disingkirkan. 2) Pasien dan keluarga diberitahu untuk membuat catatan kecil di dompetnya tentang alergi obat yang dideritanya 8. Petugas Menentukan Prognosis Prognosis umumnya bonam, jika pasien tidak mengalami komplikasi atau tidak memenuhi kriteri rujukan. 9. Petugas melakukan rujukan jika diperlukan Lesi luas, hampir di seluruh tubuh, termasuk mukosa dan dikhawatirkan akan berkembang menjadi Sindroma Steven Johnson. 10. Petugas melengkapi rekam medis 11. Petugas mempersilahkan pasien untuk ke unit pelayanan obat Unit pelayanan Lansia, Unit pelayanan umum, unit pelayanan 6. Unit Terkait MTBS, unit pelayanan KIA