Anda di halaman 1dari 5

EXANTHEMATOUS DRUG ERUPTION

No. Dokumen : 445/ 345


-SOP/PKM RJ/
II/2019
SOP No.Revisi : 00
TanggalTerbit : 4 Februari 2019
Halaman : 1/3

Puskesmas dr. Indyah Rukmi W.


Raga Jaya NIP. 197607052005012006

Exanthematous Drug Eruption adalah salah satu bentuk


reaksi alergi ringan pada kulit yang terjadi akibat
pemberian obat yang sifatnya sistemik. Obat yang
dimaksud adalah zat yang dipakai untuk menegakkan
1. Pengertian
diagnosis, profilaksis, dan terapi. Bentuk reaksi alergi
merupakan reaksi hipersensitivitas tipe IV (alergi selular
tipe lambat) menurut Coomb and Gell. Nama lainnya
adalah erupsi makulopapular atau morbiliformis.
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menangani
2. Tujuan
Exanthematous Drug Eruption
Surat Keputusan Kepala Puskesmas Nomor 445/135-SK/PKM
3. Kebijakan RJ/I/2019 tentang Penyusunan Standar Klinis Mengacu pada
Acuan yang Jelas.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5
4. Referensi Tahun 2014 tentang Panduan Praktek Klinis Dokter di
Fasyankes Primer.
5. Prosedur / 1. Petugas melakukan anamnesa
Langkah- 1) Keluhan : Gatal ringan sampai berat yang disertai
langkah kemerahan dan bintil pada kulit. Kelainan muncul
10-14 hari setelah mulai pengobatan. Biasanya
disebabkan karena penggunaan antibiotik
(ampisilin, sulfonamid, dan tetrasiklin) atau
analgetik-antipiretik non steroid. Kelainan
umumnya timbul pada tungkai, lipat paha, dan
lipat ketiak, kemudian meluas dalam 1-2 hari.
Gejala diikuti demam subfebril, malaise, dan nyeri
sendi yang muncul 1-2 minggu setelah mulai
mengkonsumsi obat, jamu, atau bahan-bahan
yang dipakai untuk diagnostik (contoh: bahan
kontras radiologi).
2) Faktor Risiko
a. Riwayat konsumsi obat (jumlah, jenis,
dosis, cara pemberian, pengaruh pajanan
sinar matahari, atau kontak obat pada kulit
terbuka).
b. Riwayat atopi diri dan keluarga.
c. Alergi terhadap alergen lain.
d. Riwayat alergi obat sebelumnya.
2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
Patognomonis
1) Erupsi makulopapular atau morbiliformis.
2) Kelainan dapat simetris.
3. Petugas menetapkan diagnosis
4. Petugas menetapkan diagnosis banding
1) Morbili
5. Petugas menetapkan Komplikasi
2) Eritroderma
6. Petugas memberikan terapi ditulis pada resep
1) Kortikosteroid sistemik : Prednison tablet 30
mg/hari dibagi dalam 3 kali pemberian per hari
selama 1 minggu.
2) Antihistamin sistemik: cetirizin 2x10 mg/hari
selama 7 hari bila diperlukan; atau Loratadin 10
mg/hari selama 7 hari bila diperlukan.
3) Topikal : Bedak salisilat 2% dan antipruritus
(Menthol 0.5% - 1%)
7. Petugas memberikan konseling dan edukasi
1) Prinsip tatalaksana adalah menghentikan obat
terduga. Pada dasarnya erupsi obat akan
menyembuh bila obat penyebabnya dapat
2/3
diketahui dan segera disingkirkan.
2) Pasien dan keluarga diberitahu untuk membuat
catatan kecil di dompetnya tentang alergi obat
yang dideritanya
8. Petugas Menentukan Prognosis
Prognosis umumnya bonam, jika pasien tidak mengalami
komplikasi atau tidak memenuhi kriteri rujukan.
9. Petugas melakukan rujukan jika diperlukan
Lesi luas, hampir di seluruh tubuh, termasuk mukosa dan
dikhawatirkan akan berkembang menjadi Sindroma
Steven Johnson.
10. Petugas melengkapi rekam medis
11. Petugas mempersilahkan pasien untuk ke unit pelayanan
obat
Unit pelayanan Lansia, Unit pelayanan umum, unit pelayanan
6. Unit Terkait
MTBS, unit pelayanan KIA

3/3
4/3
5/3

Anda mungkin juga menyukai