Anda di halaman 1dari 5

DERMATITIS KONTAK IRITAN

No. Dokumen : 445/330 -SOP/PKM


RJ/ II/2019
No.Revisi : 00
SOP
TanggalTerbit : 4 Februari 2019
Halaman : 1/3

Puskesmas dr. Indyah Rukmi W.


Raga Jaya NIP. 197607052005012006

Dermatisis kontak iritan (DKI) adalah reaksi peradangan kulit


non-imunologik. Kerusakan kulit terjadi secara langsung tanpa
didahului oleh proses sensitisasi. DKI dapat dialami oleh semua
orang tanpa memandang umur, jenis kelamin, dan ras.
1. Pengertian
Penyebab munculnya dermatitis jenis ini adalah bahan yang
bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak
pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu yang biasanya
berhubungan dengan pekerjaan.
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menangani
2. Tujuan
kasus dermatitits kontak iritan.
Surat Keputusan Kepala Puskesmas Nomor 445/135-SK/PKM
3. Kebijakan RJ/I/2019 tentang Penyusunan Standar Klinis Mengacu pada
Acuan yang Jelas.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5
4. Referensi Tahun 2014 tentang Panduan Praktek Klinis Dokter di
Fasyankes Primer.
5. Prosedur 1. Petugas melakukan anamnesis
Keluhan kelainan kulit dapat beragam, bergantung pada
sifat iritan. Iritan kuat memberikan gejala akut,
sedangkan iritan lemah memberikan gejala kronis.
Gejala yang umum dikeluhkan adalah perasaan gatal
dan timbulnya bercak kemerahan pada daerah yang
terkena kontak bahan iritan. Kadang-kadang diikuti oleh
rasa pedih, panas, dan terbakar.
2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan Fisik Patognomonis :
Tanda yang dapat diobservasi sama seperti
dermatitis pada umumnya, tergantung pada
kondisi akut atau kronis.
2) Faktor Predisposisi :
Pekerjaan atau paparan seseorang terhadap
suatu bahan yang bersifat iritan.
3. Petugas menetapkan diagnosis
1) Klasifikasi
Berdasarkan penyebab dan pengaruh faktor-faktor
tertentu, DKI dibagi menjadi:
a. DKI akut:
Bahan iritan kuat, misalnya larutan asam
sulfat (H2SO4) atau asam klorida (HCl),
termasuk luka bakar oleh bahan kimia. Lesi
berupa: eritema, edema, bula, kadang
disertai nekrosis. Tepi kelainan kulit
berbatas tegas dan pada umumnya
asimetris.
b. DKI akut lambat:
Gejala klinis baru muncul sekitar 8-24 jam
atau lebih setelah kontak. Bahan iritan yang
dapat menyebabkan DKI tipe ini : podofilin,
antralin, tretinoin, etilen oksida,
benzalkonium klorida, dan asam
hidrofluorat.
c. DKI kumulatif/ DKI kronis:
Penyebabnya : kontak berulang-ulang
dengan iritan lemah (faktor fisis misalnya
gesekan, trauma minor, kelembaban
rendah, panas atau dingin, faktor kimia
seperti deterjen, sabun, pelarut, tanah dan
bahkan air). Umumnya predileksi
ditemukan di tangan terutama pada
pekerja. Kelainan baru muncul setelah
2/3
kontak dengan bahan iritan berminggu-
minggu atau bulan, bahkan bisa bertahun-
tahun kemudian, sehingga waktu dan
rentetan kontak merupakan faktor penting.
4. Petugas memberikan terapi ditulis pada resep
1) Topikal
 Pelembab krim hidrofilik urea 10%.
 Kortikosteroid dapat diberikan golongan
betametason valerat krim 0.1% atau
mometason furoat krim 0.1%).
 Pada kasus infeksi sekunder, perlu
dipertimbangkan pemberian antibiotik
topikal.
2) Oral sistemik
 Antihistamin hidroksisin (2 x 1 tablet)
selama maksimal 2 minggu, atau
 Loratadine 1x10 mg/ hari selama maksimal
2 minggu.
5. Petugas memberikan konseling dan edukasi

Pasien perlu mengidentifikasi faktor risiko, menghindari


bahan-bahan yang bersifat iritan, baik yang bersifat
kimia, mekanis, dan fisis, memakai sabun dengan pH
netral dan mengandung pelembab serta memakai alat
pelindung diri untuk menghindari kontak iritan saat
bekerja.
6. Petugas Menentukan Prognosis
7. Petugas melakukan rujukan jika diperlukan
8. Petugas melengkapi rekam medis
9. Petugas mempersilahkan pasien untuk ke unit pelayanan
obat
Unit pelayanan Lansia, Unit pelayanan umum, unit pelayanan
6. Unit Terkait
MTBS, Unit pelayanan KIA

3/3
4/3
5/3

Anda mungkin juga menyukai