Anda di halaman 1dari 10

KEPERAWATAN KRITIS

PANDUAN KOMPETENSI PERAWAT DALAM SETTING KEPERAWATAN


KRITIS

Disusun Oleh:
1. ADE FIRMAN MAULANA (1810001)
2. ADITA RAMADHANY A. (1810003)
3. AISYAH DEVINTA APRILIA (1810005)
4. ALIFIA LAILA SYAHRI R. (1810007)
5. ANDINI BUDI LARASATI (1810009)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2021
Secara umum dalam UU no 38 Th 2014: Keperawatan Pasal 29 bahwa
tugas perawat terdiri dari: pemberi asuhan keperawatan, penyuluh
konselor, pengelola,peneliti, pelaksana tugas berdasar pelimpahan,
pelaksana tugas dalam keterbatasan.Sejalan dengan pasal 31 kewenangan
perawat dalam melakukan asuhan keperawatan diantaranya: melakukan
pengkajian, melakukan diagnose keperawatan, melakukanrencana
tindakan, melakukan tindakan keperawatan, melakukan evaluasi,
melakukanrujukan, melakukan tindakan pada keadaan gawat darurat
sesuai kompetensi, danmelakukan penyuluhan.
Keperawatan Kritis merupakan spesialisasi keilmuan keperawatan
dalam lingkup kondisi kritis baik akut maupun kronis sesuai pengetahuan, Skill,
dan lisensi yang menjadi landasan seorang perawat kritis melakukan asuhan
keperawatan. Sesuai dengan standar kompetensi yang diterapkan di
Indonesia bahwa standar kompetensi keperawatan kritis dalam lingkup
High/intensive care unit dan emergency memilikistandar kompetensi masing
masing. Seperti yang ditetapkan Direktorat Keperawatan Dan Keteknisian
Medik Departemen Kesehatan (2006) mengenai standar pelayanan
keperawatan di ICU bahwa untuk memberikan pelayanan keperawatan pasien
di ICU harus memiliki standar praktek kompetensi klinis ICU dasar atau lanjut.
ICU adalah unit tersendiri dalam rumah sakit yang memiliki staf khusus untuk
mengatasi pasien kritis.
Penetapan standar pada keperawatan kritis merujuk kepada persatuan
perawatkritis pada masing-masing negara. Indonesia dengan
himpunannya yang bernamaHIPERCCI dan HIPGABI sudah merumuskan
standar kompetensi untuk perawat kritis,begitu juga di negara lain seperti
Amerika dengan ACCN (American Critical care ofNursing) dan CCCN (Canadian
Critical Care of Nursing).
A. Standar Kompetensi Keperawatan Kritis (Indonesia)Kompetensi
perawat intensif dasar atau minimal diantaranya:
1. Memahami konsep keperawatan intensif
2. Memahami issue etik dan hukum pada perawatan intensif
3. Mempergunakan keterampilan komunikasi yang efektif untuk
mencapai asuhanyang optimal
4. Melakukan pengkajian dan menganalisa data yang didapat
khususnya mengenai:henti nafas dan jantung, status

1
pernafasan, gangguan irama Jantung, Statushemodinamik
pasien dan status kesadaran.
5. Mempertahankan kebersihan jalan nafas pada pasien yang terpasang
ETT
6. Mempertahankanpotensi jalan nafas dengan menggunakan ETT
7. Melakukan fisioterapi dada
8. Memberikan inhalas
9. Mengukur saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximetri
10. Memberikan terapi oksigen dengan berbagai metod
11. Melakukan monitoring haemodinamik
12. Memberikan BLS (basic Life Support) dan ALS (Advance life support)
13. Melakukan perekaman EKG
14. Melakukan interpretasi hasil rekaman EKG:a.Gangguan sistem
konduksib.Gangguan iramac.Pasien dengan gangguan miocard
15. Melakukan pengambilan sampel darah untuk AGD
16. Melakukan interpretasi AGD
17. Melakukan pengambilan terhadap hasil analisa untuk pemeriksaan
elektrolit
18. Mengetahui koreksi terhadap hasil analisa gas darah yang tidak
normal
19. Melakukan interpretasi hasil foto thorax
20. Melakukan persiapan pemasangan Water Seal Drainage (WSD)
21. Mempersiapkan pemberian terapi melalui syiring pump dan infus
pump
22. Melakukan pengelolaan pasien dengan nutrisi parenteral
23. Melakukan pengelolaan pasien dengan terapi cairan intra vena
24. Melakukan pengelolaan pasien denganSKA/ ACS
25. Melakukan penanggulangan infeksi nosokomial.

B. Sedangkan kompetensi khusus atau lanjut :


1. Seluruh kompetensi dasar dari 1-23
2. Mengelola pasien yang menggunakan ventilasi mekanik
3. Mempersiapkan pemasangan kateter arteri
4. Mempersiapkan pemasangan kateter vena sentral
5. Mempersiapkan pemasangan kateter arteri pulmonal

2
6. Melakukan pengukuran curah jantung
7. Melakukan pengukuran tekanan vena central
8. Melakukan persiapan pemasangan intra aortic baloon pump (IABP)
9. Melakukan pengeloaan asuhan keperawatan pasien yang
terpasang IABP
10. Melakukan persiapan pemasangan alat hemodialisis, hemofiltrasi
11. Melakukan pengelolaan pengukuran tekanan intrakranial
12. Melakukan pengelolaan pasien yang terpasang kateter invasive
(Arteri line, cupline, kateter swan ganz)
13. Melakukan pengelolaan pasien yang menggunakan terapi
trombolitik
14. Melakukan pengukuan PETCO2
Menurut HIPGABI (Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana
Indonesia) yang merujuk terhadap UU Keperawatan (2014), standar
pelayanan keperawatan gawat darurat (Kemenkes, 2010), dan America
Emergency Nursing Assosciation (2008), mengklasifikasikan standar
praktik keperawatan gawat darurat diantaranya:

1. Perawat yang memberikan asuhan kegawatdaruratan proses


keperawatan untuk masalah aktual dan potensial, mendadak atau
gawat, baik masalah biologis maupun psikologis pasien.
2. Mengidentifikasi kondisi gawat darurat, melakukan prioritas
masalah berdasarkan tingkat kegawatan pasien pada seluruh rentang
usia
3. Tujuan untuk menyelamatkan kehidupan, melakukan stabilitasi
dan menurunkan kemungkinan kecacatan pada pasien.
4. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan kondisi tidak
gawat darurat, pendidikan kesehatan untuk pasien dan keluarga, rencana
pemulangan dan rujukan yang tepat berdasar aspek etika dan legal
5. Memberikan asuhan pada kondisi/ lingkungan yang belum
diprediksi (bencana) (Sheely, 2010)

Standar kompetenesi diatas ditunjang pula dengan lisensi yang


ditunjukan bahwa perawat kritis tersertifikasi : BLS, BTLS, BCLS,
ACLS, dan ICU untuk lingkup intensive care . Sedangkan kegawat daruratan

3
mengacu kepada Emergency Nursing Basic Level, Intermediate Level, dan
Advance Level.

C. Standar Kompetensi Keperawatan Kritis (AACN )


AACN menjelaskan mengenai standar keperawatan kritis menjadi dua
bagian, yaitu standar perawatan dan standar penampilan professional.
1. Standar Perawatan dari AACN (Assosiation of American Critical
Care Nursing).
a. Pengkajian
Kompetensi yang harus dimiliki:
a) Mengumpulkan data pasien, keluarga, tenaga
kesehatan lain dan komunitas yang dibutuhkan untuk
merawat pasien dengan holistik.
b) Memprioritaskan pengumpulan data pada
karakteristik pasien yang berhubungan dengan
kondisi pasien terkini serta antisipasi jika terjadi hal
yang buruk.
c) Menggunakan tekhnik pengkajian berdasarkan
evidence based, instrument dna tool yang valid
d) Dokumen relevan dengan data dan tersedia
dalam format yang dapat diperbaiki jika terdapat
kesahalahan.
b. Diagnosis
Kompetensi yang harus dimiliki:
a) Menentukan diagnosa yang relevan dengan hasil
pengkajian data
b) Validasi diagnosa dengan pasien, keluarga, dan
tenaga kesehatan lain
c) Diagnosa relevan dengan issu dengan format yang
dapat diperbaiki

c. Identifikasi Tujuan
Kompetensi yang harus dimiliki:
a) Identifikasi tujuan dari hasil pengkajian dan diagnose

4
b) Menghormati pandangan pasien dan keluarga serta
nilai kebudayaan yang
c) dimasukan dalam pertimbangan pembuatan tujuan
intervensi.
d) Mempertimbangkan risiko, keuntungan, dan
fakta-fakta terkini, expertise klinis, dan biaya
dalam merumuskan tujuan intervensi.
e) Modifikasi tujuan intervensi berdasarkan
dengan perubahan kondisi atau situasi pasien.
f) Dokumentasi tujuan intervensi dengan tujuan yang
dapat terukur
d. Perencanaan
Kompetensi yang harus dimiliki:
a) Menggunakan konsep berpikir kritis dalam
membuat keputusan rencana keperawatan yang
didasarkan pada fakta terkini.
b) Kolaborasi dengan pasien, keluarga, dan tim
interprofessional untuk mengembangkan
perencanaan keperawatan.
c) Menetapkan prioritas dan keberlanjutan
perawatan selama mmebuat perencanaan
d) Memasukan strategi untuk promosi kesehatan
dan pencegahan penyakit secara berkelanjutan
dalam merumuskan rencana keperawatan.
e) Mempertimbangkan risiko, keuntungan, dan
fakta-fakta terkini, expertise klinis, dan biaya
dalam merumuskan tujuan intervensi
f) Dokumentasi perencanaan dengan jelas dan terukur
e. Implementasi
Kompetensi yang harus dimiliki:
a) Menentukan strategi untuk mendukung dan
mempertahankan lingkungan yang nyaman dan
aman.
b) Berkoordinasi dalam penentuan implementasi
dengan pasien, keluarga dan tim interprofesional.

5
c) Memberikan intervensi untuk mencegah dan
meminimalisir komplikasi dan mengurangi
penderitaan
f. Evaluasi
Kompetensi yang harus dimiliki:
a) Mengadakan sistematis evaluasi menggunakan
teknik evidence based practice, tool, dan
instrumen.
b) Kolaborasi dengan pasien, keluarga, dan tim
interprofesiional dalam roses
c) Meninjau kembali pengkajian, diagnosa, tujuan dan
intervensi berdasarkan informasi yang didapat
selama proses evaluasi.
d) Dokumentasi perencanaan dengan jelas dan terukur
2. Standar Penampilan Professional
Standar penampilan professional menjelaskan mengenai level
kompetensi perilaku dalam peran professional, seperti aktivitas
yang berhubungan dengan kualitas praktik, evaluasi,
pendidikan, komunikasi, etik, kolaborasi, evidence-based
practice, penggunaan sumber, kepemimpinan, dan lingkungan
kesehatan.
a. Kualitas Praktik
Kompetensi yang harus dimiliki:
a) Berpartisipasi dalam pemeriksaan klinis melalui
aktivitas peningkatan kualitas
b) Berkonsultasi dengan teman sejawat, ahli, dan
identifikasi pemangku kepentingan untuk
mengadakan perubahan dalam praktik keperawatan
dan sistem pelayanan kesehatan.
c) Berpartisipasi dalam peningkatan kualitas yang
mempertimbangkan kepercayaan pasien dan
keluarga, nilai yang berkembang di masyarakat
pilihan.
d) Memastikan kerahasiaan pasien dalam menjamin
kualitas data

6
b. Evauasi Praktik professional
Kompetensi yang harus dimiliki:
a) Melakukan evaluasi diri dan refleksi praktik dengan
rutin
b) Mengambil langkah dalam pencapaian tujuan
yang telah diidentifikasi dalam proses evaluasi.
c) Mendapatkan umpan balik mengenai praktik
keperawtaan dari pasien, keluargam teman, teman
sejawat (profesi lain).
d) Memberikan umpan balik baik formal maupun
non-formal kepada teman mengenai praktik dan
peran keperawatan yang dilaksanakan.
c. Pendidikan
Kompetensi yang harus dimiliki
a) Berpartisipasi dalam proses pembelajaran dan
akrivitas pengembangan serta mempertahankan
keterampilan professional dan pengetahuan.
b) Mencari peluang belajar berdasarkan evidence-
based practice
c) Menyebarkan pengetahuan, pengalaman, dan ide
kepada teman
d) Berkontribusi dalam lingkungan kerja yang
kondusif untuk mewujudkan pendidikan pelayanan
kesehatan yang professional
Kesimpulan :
Pengambilan keputusan klinis sebagai keputusan yang terdiri dari atas
pemikiran kritis dan penuh pertimbangan, serta penetapan dari ilmu serta pikiran
kritis. Klien memiliki keluhan yang berbeda beda, karena itu, perawat tidak bias
langsung mengetahui apa yang klien butuhka, melainkan perawat harus aktif
bertanya kepada pasien.

7
Saran :
Adapun saran kami sebagai penulis adalah
1. Di harapkan pada pembaca dapat memberikan kritik dan saran bagi
kelompok kami
2. Kritik dan saran di harapkan untuk di sampaikan oleh pembaca apabila
ada kekurangan di dalam resume panduan kompetensi perawat kami

8
DAFTAR PUSTAKA
Hudak C.M & Gallo, B.M. 2000. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Jakarta:
Penerbit buku kedokteran EGC
https://pdfcoffee.com/aacndoc-pdf-free.html
https://www.academia.edu/37504294/KOMPETENSI_DASAR_PERAWAT_INTENSIF_CAR
E_UNIT

Anda mungkin juga menyukai