TINJAUAN PUSTAKA
Kata conjoint menurut para praktisi riset diambil dari kata CONsidered JOINTly.
Dalam kenyataannya kata sifat conjoint diturunkan dari kata benda to conjoint
yang berarti joined together atau bekerja sama (Kuhfeld, 2000).
Tepat sebelum 1970, profesor Paul Green memperkenalkan artikel Luce dan
Tukey (1964) yaitu artikel analisis pengukuran konjoin yang diterbitkan di jurnal
non-marketing. Artikel ini dapat diterapkan dalam memecahkan masalah
pemasaran, seperti: memahami bagaimana para pembeli mengambil keputusan
pembelian, untuk memilih atribut yang penting dalam pilihan pembelian produk,
dan untuk meramalkan perilaku pembeli.
Analisis konjoin adalah suatu teknik yang secara spesifik digunakan untuk
memahami bagaimana keinginan atau preferensi konsumen terhadap suatu produk
atau jasa dengan mengukur tingkat kegunaan dan nilai kepentingan relatif
berbagai atribut suatu produk (Hair et al 1995). Analisis ini sangat berguna untuk
membantu merancang karakteristik produk baru, membuat konsep produk baru,
membantu menentukan tingkat harga serta memprediksi tingkat penjualan.
Mengidentifikasi atribut
Menentukan Metode
Pengumpulan Data
1. Full Profile
Analisis konjoin full-profile yang diperkenalkan terlebih dahulu merupakan
rancangan kombinasi yang menggambarkan profil produk secara lengkap. Jumlah
stimuli dapat dikurangi dengan menggunakan fractional factorial design. Suatu
kelas special fractional design, yang disebut orthogonal array memungkinkan
mengestimasi semua main effects. Desain ini mengasumsikan bahwa setiap
interaksi yang tidak penting bisa diabaikan. Untuk membentuk stimuli dirancang
dengan menggunakan SPSS For Windows 17.0 sehingga diperoleh 16 stimuli
dengan menggunakan orthogonal array. Setiap stimuli berisi kombinasi antara
atribut dengan taraf, dimana tiap stimuli menggambarkan profil tiap objek.
Responden mengevaluasi masing-masing stimuli dengan cara rating (memberi
nilai peringkat), mulai dari stimuli yang paling diminati (dianggap penting) hingga
stimuli yang paling tidak diminati (dianggap paling tidak penting).
2. Pairwise Comparison
Sebelum tahun 1970, suatu praktisi bernama Richard Johnson dihadapkan
pada suatu kasus dimana atribut yang akan dianalisis jumlahnya banyak dengan
taraf yang banyak pula. Kemudian Johnson menemukan suatu metode lain yang
dinamakan metode pendekatan pairwise. Melalui pendekatan ini, dibandingkan
pasangan profil dari dua atribut. responden diminta untuk mengevaluasi pasangan-
pasangan atribut secara bersamaan. Bila ada p atribut berarti jumlah pasangan
yang dievaluasi sebanyak p(p-1)/2 pasangan. Kemudian, responden diminta untuk
memberi ranking pada atribut mana saja yang lebih diminati dari setiap pasangan
atribut. (Kuhfeld, 2000).
a. Bila data yang digunakan berasal dari penilaian stimuli yang telah
dirancang sebelumnya dan penilaian dilakukan dengan menggunakan skala
metrik, maka regresi dengan variabel dummy dapat dihitung langsung
dengan menggunakan pendekatan Ordinary Least Square (OLS).
b. Bila penilaian stimuli menggunakan urutan (ranking) stimuli, maka data
harus diubah lebih dulu menjadi skala interval dengan menggunakan
Monotonic Regression atau menggunakan Multidimensional Scaling
(MDS) yang dikombinasikan dengan Multy Analysis of Variance
Adapun secara umum model dasar analisis konjoin (Kuhfeld, 2000) adalah:
m k
α 0 + ∑∑ α ij xij + ε ij
Yij =
=i 1 =j 1
Keterangan :
Yij : Peringkat seluruh responden
α0 : Intersep
k : Banyak taraf dari atribut ke-i
m : Jumlah atribut
xij : Peubah boneka atau variabel dummy dari atribut ke-i taraf ke-j
αij : Nilai kegunaan atribut ke-i taraf ke-j
εij : Galat
Dengan model regresi tersebut, maka dapat ditentukan nilai kegunaan dari taraf-
taraf tiap atribut untuk menentukan nilai pentingnya suatu taraf relatif terhadap
taraf yang lain pada suatu atribut. Setelah menentukan nilai kegunaan taraf, maka
nilai kepentingan relatif (bobot) dapat dihitung dengan formula sebagai berikut:
𝐼𝐼𝑖𝑖
𝑊𝑊𝑖𝑖 =
∑𝑛𝑛𝑖𝑖=1 𝐼𝐼𝑖𝑖
Keterangan :
𝑊𝑊𝑖𝑖 : Bobot kepentingan relatif untuk tiap atribut
𝐼𝐼𝑖𝑖 : Range nilai kepentingan untuk tiap atribut
Jenis Data
Metode Rancangan Stimuli Prosedur Analisis
Respon
1 Full profile Rating Regresi Linear Berganda
2 Pairwise Comparison Ranking Thurstone Case V
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu
kuesioner dikatakan sah jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan
sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
2.4 Preferensi
Preferensi didefinisikan pada KBBI sebagai (1) (hak untuk) didahulukan dan
diutamakan daripada yang lain atau prioritas; (2) pilihan atau kecenderungan atau
kesukaan. Sedangkan menurut Chaplin (2002) preferensi adalah suatu sikap yang
lebih menyukai sesuatu benda daripada benda lainnya. Karena banyak digunakan
dalam bidang pemasaran, maka pembahasan mengenai analisis konjoin mengacu
pada istilah-istilah pada bidang pemasaran. Jika disesuaikan dengan istilah dalam
bidang pekerjaan, maka konsumen dalam hal ini diartikan sebagai mahasiswa
yang akan diukur preferensinya terhadap minat dibidang kerjanya.
2.5 Pekerjaan
Di dalam banyak literatur, antara istilah pekerjaan dengan karir sering dianggap
sama. Sebagian ahli membedakan pengertian kedua istilah tersebut. Tetapi
pembedaan itu, menurut penulis, tidaklah terlalu signifikan. Karena itu, demi
memudahkan pembahasan, dalam penelitian ini kedua istilah itu dianggap sama
artinya.
Tahap fantasi ini seorang anak akan memilih kariernya secara sembarangan,
tidak didasarkan pada kemampuannya. Biasanya dalam tahap ini anak akan
memilih pekerjaan didasarkan karena melihat seseorang yang telah bekerja di
bidang tersebut dan anak terkesan dengan orang tersebut. Misalnya pada waktu
anak tersebut sakit dan dirawat oleh seorang dokter yang cantik dan keibuan dan
bersikap baik pada si anak, maka anak tersebut merasa nyaman dirawat oleh
dokter tersebut. Dari hal tersebut si anak menjadi tertarik dibidang kedokteran
karena terkesan dengan sikap dokter yang telah merawatnya walaupun sebenarnya
bakatnya tidak dibidang tersebut. Jadi pilihan karir pada tahap ini tidak didasarkan
pada kenyataan yang ada tetapi didasarkan pada ketertarikannya saja.
2. Tahap kristalisasi, anak berpikir lagi dan menyadari bahwa untuk menentukan
pilihan kariernya harus mempertimbangkan faktor-faktor yang ada yang sangat
mempengaruhi dalam menentukan keputusannya baik itu faktor yang berasal
dari diri individu maupun faktor yang berasal dari luar diri individu. Adanya
faktor-faktor tersebut pada akhirnya individu akan menentukan pilihan karirnya
yang sesuai.