Anda di halaman 1dari 96

FORMULIR PENGAJUAN JUDUL

Nama : Amir

Usulan Judul : ASUHAN KEPERAWATAN SINUSITIS PADA MASALAH

KEPERAWATAN BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK EFEKTIF DENGAN

TINDAKAN TERAPI OKSIGEN DAN GURAH

(Prioritas Pertama)

Usulan Judul Cadangan 1 : ASUHAN KEPERAWATAN STOMATITIS PADA

MASALAH KEPERAWATAN RESIKO KETIDAKSEIMBANGAN CAIRAN DENGAN

TINDAKAN MANAJEMEN CAIRAN DAN PEMBERIAN HERBAL ALOE VERA.

Jakarta, 23 Agustus 2021

Mahasiswa yang mengajukan,

Amir

Universitas Sumatera Utara


Lampiran Jurnal Terkait
(Maksimal 3 Jurnal Setiap Judul)

No Jurnal Terkait
1 Asuhan Keperawatan pada Tn. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar
Manusia Gangguan Oksigenasi Post Operasi Sinusitis di RSUD. dr. Pirngadi
Medan

2. Praktik Gurah Di Rumah Sehat Basthotan Holistik Center (Bhc) Semarang (Studi
Living Hadits)

3 Tindakan Kompres Hangat Pada Temporal Lobe Dan Abdomen Terhadap Reaksi
Suhu Tubuh Pasien Dengan Typhoid Fever

4 Uji Efektivitas Antibakteri Habbatussauda (Nigella sativa) Ekstrak Etanol


terhadap Pertumbuhan Bakteri Salmonella typhi secara In Vitro

Ket: Sertakan bukti jurnal yang diambil:

Universitas Sumatera Utara


Asuhan Keperawatan pada Tn. A dengan Prioritas
Masalah Kebutuhan Dasar Manusia Gangguan
Oksigenasi Post Operasi Sinusitis di
RSUD. dr. Pirngadi Medan

Karya Tulis Ilmiah (KTI)


Disusun dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan

Oleh
Rizky Zuhanda Pasaribu
132500077

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
AGUSTUS 2016

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayahnya yang telah memberikan kemudahan bagi penulis sehingga dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik.

Adapun judul Karya Tulis Ilmiah adalah “Asuhan Keperawatan pada


Tn. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Manusia Gangguan
Oksigenasi Post Operasi Sinusitis di RSUD. dr.Pirngadi Medan”. Karya Tulis
Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan tugas Program Studi
DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih yang


setulusnya kepada semua pihak yang telah mendukung dalam penyelesaian Karya
Tulis Ilmiah ini. Sebagai manusia penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah
ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu pada
kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-
besarnya khususnya pada:

1. Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keperawatan


Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Wakil Dekan I Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Cholina Trisa Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.KMB selaku Wakil
Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat, selaku Wakil Dekan
III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
6. Ibu Eqlima Elfira S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan Karya Tulis
Ilmiah ini.
7. Ibu Elyta Aizar, S.Kp, M.Biomed selaku dosen penguji saya dalam Karya
Tulis Ilmiah ini.
8. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat, selaku dosen
Pembimbing Akademik yang telah memberikan support untuk kelancaran
menyelesaikan studi diploma selama ± 3 tahun
9. Teristimewa kepada kedua orang tua tersayang Bapak Amir Han Pasaribu,
S.H dan Ibu Agustina, serta Rahmad Shaleh Pasaribu Amd.Kom dan Alex
Leo S Pasaribu S.E selaku Abang saya yang tidak pernah berhenti
mendukung dan memotivasi saya dalam bentuk nasehat, material dan doa.

2
iv
Universitas Sumatera Utara
10. Untuk Siti Zahara Harahap terima kasih atas dukungan dan semangat yang
membuat saya yakin dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
11. Seluruh teman-teman DIII Keperawatan Stambuk 2013 terutama pada Nur
Aisyah Harahap, Aulia Rahman Siregar, M. Kipok, Agus Alamsyah
Siregar, Idris Auliansyah, Sri Khairunnisa Nasution, Mey Tompul, Feby
Annisa Nasution, bg.Ismail, Iwa, Hady Siregar, Astrianda Saragih, Nur
Landong, Irmita, Jizah Bom, Mayditia yang turut membantu penulis
dengan memberikan semangat dan dorongan penuh untuk menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini.

Sebagai manusia penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
demikesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Harapan penulis, semoga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat memberi manfaat dan menambah pengetahuan bagi kita semua

Medan, 01Agustus 2016

Penulis,

Rizky Zuhanda Pasaribu

132500077
DAFTAR ISI

Orisinalitas
Lembar Pengesahan...................................................................................... . i
Kata Pengantar............................................................................................... ii
Daftar Isi ................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................ 2
1. Tujuan Umum....................................................................................... 2
2. Tujuan Khusus ...................................................................................... 2
C. Manfaat ................................................................................................ 2
BAB II PENGELOLAAN KASUS ............................................................... 4
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Pasien Post Op
Sinusitis dengan Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan
Oksigenasi ................................................................................................ 4
1. Pengkajian ............................................................................................ 10
2. Analisa Data ......................................................................................... 12
3. Rumusan Masalah................................................................................. 13
4. Perencanaan .......................................................................................... 13
B. Asuhan Keperawatan Kasus dengan Masalah Kebutuhan Oksigenasi
Sinusitis pada Pasien Post Operasi.................................................................16
1. Pengkajian.................................................................................................16
2. Analisa Data..............................................................................................19
3. Rumusan Masalah.....................................................................................21
4. Perencanaan Keperawatan dan Rasional...................................................22
5. Implementasi dan Evaluasi........................................................................25
BAB III PENUTUP.............................................................................................27
1. Kesimpulan................................................................................................27
2. Saran..........................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................29
LAMPIRAN.........................................................................................................30
BAB I
PENDAHULUA
N

A. Latar Belakang
Sinusitis yang merupakan salah satu penyakit THT, yaitu peradangan pada
membran mukosa yang menyerang sinus paranasal dan kavitas nasal. Sinus
paranasal adalah rongga kecil berisi udara yang terletak pada tulang-tulang di
wajah. Sinus ini terdiri dari sinus frontal di dahi, sinus etmoid pangkal hidung,
sinus maksila pipi kanan dan kiri, sinus sfenoid di belakang sinus etmoid
(Nursalam, 2005).
Sinusitis dianggap salah satu masalah kesehatan yang sering dijumpai di
dunia dan merupakan penyakit yang paling sering ditemukan di praktek dokter
sehari-hari. Berdasarkan data DEPKES RI tahun 2003, disebutkan bahwa
penyakit hidung dan sinus berada dalam urutan ke-25 dari 50 pola penyakit
peringkat utama atau sekitar 102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit
(Soemantri dkk, 2008).
Setiap orang yang mengalami sinusitis berdampak pada segala aktifitasnya.
Penderita akan lebih banyak bersin apalagi jika kondisi sedang dingin. Apabila
seseorang penderita merasa dirinya memenuhi kriteria diagnosis seperti yang
sudah diketahui sebelumnya, maka yang bersangkutan perlu segera memeriksakan
dirinya untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut, agar dapat dicegah
komplikasi untuk penyakit sinusitis (Soemantri dkk, 2008).
Untuk mencegah komplikasi pada penyakit sinusitis maka diperlukan peran
dan fungsi perawat dala melakukan asuhan keperawatan dengan benar meliputi
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilakukan secara komprehensif
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan . Pelayanan perawat adalah
untuk memenuhi kebutuhan secara (bio psiko sosio spiritual). Oleh sebab itu
peneliti tertarik untuk membahas dan mempelajari lebih dalam tentang study
kasus pada pasien dengan diagnosa medis sinusitis (Soemantri dkk, 2008).

1
Universitas Sumatera Utara
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan asuhan keperawatan pada Tn.A dengan prioritas masalah
kebutuhan dasar oksigenasi pada pasien sinusitis di RSUD dr.Pirngadi
Medan
2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien
dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi sinusitis di RSUD dr.Pirngadi
Medan
2. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada klien
dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi sinusitis di RSUD dr.Pirngadi
Medan
3. Mahasiswa mampu melakukan intervensi keperawatan pada klien
dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi sinusitis di RSUD dr.Pirngadi
Medan
4. Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan pada klien
dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi sinusitis di RSUD dr.Pirngadi
Medan
5. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan
masalah kebutuhan dasar oksigenasi sinusitis di RSUD dr.Pirngadi Medan
C. Manfaat
1. Bagi Peneliti
Berguna sebagai pengalaman berharga, meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan dalam menjalankan asuhan keperawatan serta menambah
wawasan peneliti mengenai cara mempertahankan kebutuhan oksigenasi
pada pasien sinusitis.
2. Pelayanan Keperawatan
Memberi informasi dan membantu meningkatkan upaya pencegahan
gangguan oksigenasi, menambah pengetahuan dan pengalaman dalam
membuat asuhan keperawatan yang sistematis dan sesuai dengan konsep
keperawatan dasar dengan prioritas masalah kebutuhan dasar oksigenasi.
3. Pendidikan Keperawatan
Berguna sebagai wacana dan pengetahuan tentang perkembangan ilmu
keperawatan, khususnya asuhan keperawatan pada klien dengan masalah
gangguan oksigenasi.
BAB II
PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Pasien Post Op Sinusitis


dengan Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Oksigenasi

Defenisi Sinusitis
Sinusitis adalah peradangan pada lapisan sinus yang disebabkan oleh infeksi
virus atau bakteri. Sinus berukuran kecil yaitu sebuah rongga yang berisi udara
dibelakang tulang pipi dan dahi yang terhubung dengan tulang hidung. Fungsi dari
sinus sedri adalah untuk menjaga kelembaban hidung dan menjaga pertukaran
udara didaerah hidung (Soemantri dkk, 2008).
Sinusitis yang merupakan salah satu penyakit THT, yaitu peradangan pada
membran mukosa yang menyerang sinus paranasal dan kavitas nasal. Sinus
paranasal adalah rongga kecil berisi udara yang terletak pada tulang-tulang di
wajah. Sinus ini terdiri dari sinus frontal di dahi, sinus etmoid pangkal hidung,
sinus maksila pipi kanan dan kiri, sinus sfenoid di belakang sinus etmoid
(Nursalam, 2005).
Sinusitis adalah inflamasi atau peradangan pada dinding sinus. Inflamasi ini
sering kali disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri. Sinus adalah rongga yang
berisi udara yang terletak dibelakang tulang pipu dan dahi. Sinusitis termasuk
penyakit umum yang bisa menjangkit orang-orang pada segala umur. Gejala
Mayor pada nyeri sinus, hidung buntu, ingus purulen, post nasal drip, gangguan
penghidu, Sedangkan Gejala Minor: nyeri kepala, nyeri geraham, nyeri telinga,
batuk, demam, halitosis (Nursalam, 2005).
Sesuai anatomi sinus yang terkena, sinusitis dapat dibagi menjadi sinusitis
maksila, sinusitis etmoid, sinusitis frontal dan sinusitis sfenoid. Bila mengenai
beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua sinus
paranasal disebut pansinusitis. Sinusitis yang paling sering ditemukan ialah
sinusitis maksila dan sinusitis etmoid, sinusitis frontal dan sinusitis sfenoid lebih
jarang (Hidayat, 2009).
Fungsi Sinus Paranasal
Fungsi dari sinus paranasal masih belum diketahui dengan pasti dan masih
belum ada persesuaian pendapat. Ada yang berpendapat bahwa sinus paranasal
tidak mempunyai fungsi apa-apa karena terbentuknya sebagai akibat pertumbuhan
tulang muka (Nursalam, 2005).
Namun karena berhubungan langsung dengan hidung, maka sinus dapat
membantu resonansi suara, penciuman, membersihkan, menghangatkan,
melembabkan udara inspirasi, dan merubah udara pernafasan. Kebanyakan
penulis masih ragu-ragu dan menyatakan bahwa sinus paranasal hanya
berpengaruh sedikit, terutama hanya bila menderita sakit (Nursalam, 2005).
Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal:
1. Sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning)
Sinus yang berfungsi sebagai ruang tambahan untuk memanaskan dan
mengatur kelembapan udara inspirasi. Namun teori ini mendapat
sanggahan, sebab ternyata tidak didapati pertukaran udara yang defenitif
antara sinus dan rongga hidung (Nursalam, 2005).
2. Sebagai penahan suhu (thermal insulators)
Sinus paranasal berfungsi sebagai penahan (buffer) panas, melindungi
orbita dan fosa serebri dari suhu rongga hidung yang berubah-ubah. Akan
tetapi kenyataannya sinus-sinus yang besar tidak terletak diantara hidung
dan organ-organ yang dilindungi (Nursalam, 2005).
3. Membantu keseimbangan kepala
Sinus membantu keseimbangan kepala karena mengurangi berat tulang
muka. Akan tetapi bila udara dalam sinus diganti dengan tulang, hanya
akan memberikan penambahan berat sebesar 1% dari berat kepala,
sehingga teori ini dianggap tidak bermakna (Nursalam, 2005).
4. Membantu resonasi suara
Sinus mungkin berfungsi sebagai rongga untuk resonansi suara dan
mempengaruhi kualitas suara, akan tetapi ada yang berpendapat, posisi
sinus dan ostiumnya tidak memungkinkan sinus berfungsi sebagai
resonator yang efektif, lagipula tidak ada korelasi antara resonansi suara
dan besarnya sinus pada hewan tingkat rendah (Nursalam, 2005).
5. Sebagai peredam perubahan tekanan udara
Fungsi ini berjalan bila ada perubahan tekanan yang besar dan mendadak,
misalnya pada waktu bersin atau membuang ingus (Nursalam, 2005).
6. Membantu produksi mukus
Mukus yang dihasilkan oleh sinus paranasal memang jumlahnya kecil
dibandingkan dengan mukus dari rongga hidung, namun efektif untuk
membersihkan partikel yang turut masuk dengan udara inspirasi karena
mukus ini keluar dari meatus medius, tempat yang paling strategis
(Nursalam, 2005).

Etiologi Sinusitis
Sinusitis dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah alergi,
infeksi, kelainan struktur anatomi pada bagian sinusitis dapat pula disebabkan
oleh rinitis akut, tonsilitis, infeksi pada gigi (Nursalam, 2005)
1. Alergi
Alergi musiman, perenial atau karena pekerjaan tertentu dapat
menyebabkan terjadinya sinusitis
2. Infeksi
Infeksi yang menyebabkan sinusitis seperti beberapa bakteri patogen yang
sering ditemukan yaitu Stafilokokus 28%, Pseudomonas aerugenosa 17%
dan S. aureus 30%.Ketiganya ini mempunyai resistensi yang tinggi
terhadap antibiotik, misalnya Pseudomonas aerugenosa resisten terhadap
jenis kuinolon.Jenis kuman gram negatif juga meningkat pada sinusitis
kronis demikian juga bakteri aerobik termasuk pada sinusitis dentogenik.
Bakteri rinosinusitis kronis paling sering adalah Peptococci,
Peptostreptococci, Bacteriodes dan Fusobacteria
3. Kelainan struktur anatomi
Sinusitis kronis juga dapat disebabkan oleh kelainan (Struktur anatomi,
seperti variasi KOM, deviasi septum, hipertrofi konka) atau Penyebab lain
(idiopatik, faktor hidung, hormonal, obat-obatan, zat iritan, jamur, emosi,
atrofi).
Tanda dan Gejala Sinusitis
Tanda dan gejala dari sinusitis dibagi menjadi 2 bagian yaitu gejala
subjektif dan gejala objektif (Nursalam, 2005).
1. Gejala Subjektif
a. Nyeri
Sesuai dengan daerah sinus yang terkena dapat ada atau mungkin tidak. Secara
anatomi, apeks gigi-gigi depan atas (kecuali gigi insisivus) dipisahkan dari
lumen sinus hanya oleh lapisan tipis tulang atau mungkin tanpa tulang hanya
oleh mukosa, karenanya sinusitis maksila sering menimbulkan nyeri hebat pada
gigi
b. Sakit kepala
Merupakan tanda yang paling umum dan paling penting pada sinusitis. Wolff
menyatakan bahwa nyeri kepala yang timbul merupakan akibat adanya
kongesti dan udema di ostium sinus dan sekitarnya.
Penyebab sakit kepala bermacam-macam, oleh karena itu bukanlah suatu tanda
khas dari peradangan atau penyakit pada sinus.Jika sakit kepala akibat
kelelahan dari mata, maka biasanya bilateral dan makin berat pada sore hari,
sedangkan pada penyakit sinus sakit kepala lebih sering unilateral dan meluas
kesisi lainnya.
Sakit kepala yang bersumber di sinus akan meningkat jika membungkukkan
badan kedepan dan jika badan tiba-tiba digerakkan. Sakit kepala ini akan
menetap saat menutup mata, saat istirahat ataupun saat berada dikamar gelap.
Nyeri kepala pada sinusitis kronis biasanya terasa pada pagi hari, dan akan
berkurang atau hilang setelah siang hari. Penyebabnya belum diketahui dengan
pasti, tetapi mungkin karena pada malam hari terjadi penimbunan ingus dalam
rongga hidung dan sinus serta adanya statis vena.
c. Nyeri pada penekanan
Nyeri bila disentuh dan nyeri pada penekanan jari mungkin terjadi pada
penyakit di sinus-sinus yang berhubungan dengan permukaan wajah.
d. Gangguan penghidung
Indra penghidung dapat disesatkan (parosmia), pasien mencium bau yang tidak
tercium oleh hidung normal.Keluhan yang lebih sering adalah hilangnya
penghindu (anosmia).Hal ini disebabkan adanya sumbatan pada fisura
olfaktorius didaerah konka media. Oleh karena itu ventilasi pada meatus
superior hidung terhalang, sehingga menyebabkan hilangnya indra penghindu.
Pada kasus kronis, hal ini dapat terjadi akibat degenerasi filament terminal
nervus olfaktorius, meskipun pada kebanyakan kasus, indra penghindu dapat
kembali normal setelah infeksi hilang.
2. Gejala Objektif
a. Pembengkakan dan udem
Jika sinus yang berbatasan dengan kulit terkena secara akut, dapat terjadi
pembengkakan dan udem kulit yang ringan akibat periostitis.Palpasi dengan
jari mendapati sensasi seperti pada penebalan ringan atau seperti meraba
beludru.
b. Sekret nasal
Mukosa hidung jarang merupakan pusat fokus peradangan supuratif, sinus-
sinuslah yang merupakan pusat fokus peradangan semacam ini.
Adanya pus dalam rongga hidung seharusnya sudah menimbulkan kecurigaan
adanya suatu peradangan dalam sinus.Pus di meatus medius biasanya
merupakan tanda terkenanya sinus maksila, sinus frontal atau sinus etmoid
anterior, karena sinus-sinus ini bermuara ke dalam meatus medius.

Penatalaksanaan Sinusitis
Jika pada pemeriksaan ditemukan adanya faktor predisposisi seperti
deviasi septum, kelainan atau variasi anatomi KOM, hipertrofi adenoid pada anak,
polip, kista, jamur, gigi penyebab sinusitis, dianjurkan untuk melakukan
penatalaksanaan yang sesui dengan kelainan yang ditemukan. (Nursalam, 2005)
1. Antibiotika
Meskipun tidak memegang peran penting, antibiotika dapat diberikan
sebagai terapi awal. Pilihan antibiotika harus mencakup β-laktamase seperti pada
terapi sinusitis akut lini ke II, yaitu amoksisillin klavulanat atau ampisillin
sulbaktam, sefalosporin generasi kedua, makrolid, klindamisin. Jika ada perbaikan
antibiotik diteruskan mencukupi 10 – 14 atau lebih jika diperlukan.
Dengan antibiotika alternatif tidak ada perbaikan, maka eveluasi kembali
apakah ada faktor predisposisi yang belum terdiagnosis dengan pemeriksaan
nasoendoskopi maupun CT-Scan.
2. Terapi Medik Tambahan
Dekongestan berperan penting sebagai terapi awal mendampingi
antibiotik. Dekongestan oral menstimulasi reseptor α-adrenergik dimukosa hidung
dengan efek vasokontriksi yang dapat mengurang keluhan sumbatan hidung,
meningkatkan diameter ostium dan meningkatkan ventilasi.

Gangguan Oksigenasi
Kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan
untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas
berbagai organ atau sel. Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi
yaitu saluran pernapasan bagian atas, bagian bawah dan paru (Hidayat, 2009).
Kebutuhan tubuh terhadap oksigen merupakan kebutuhan yang sangat
mendasar dan mendesak, tanpa oksigen dalam waktu tertentu sel tubuh akan
mengalami kerusakan yang menetap dan menimbulkan kematian. Otak
merupakan organ yang sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen. Otak masih
mampu menoleransi kekurangan oksigen antara 3-5 menit. Apabila kekurangan
kekurangan oksigen berlangsung lebih dari lima menit, dapat terjadi kerusakan sel
otak secara permanen (Potter & Perry, 2005).
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel
tubuh.Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan
untuk kelangsungan metabolism sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas
berbagai organ atau sel (Soemantri, 2008).
Kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak tetap. Sewaktu-waktu tubuh
memerlukan oksigen yang banyak oleh karena suatu sebab. Kebutuhan oksigen
dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
1. Lingkungan
Pada lingkungan yang panas tubuh berespons dengan terjadinya
vasodilatasi pembuluh darah perifer, sehingga darah banyak mengalir ke kulit. Hal
tersebut mengakibatkan panas banyak dikeluarkan melalui kulit. Respons
demikian menyebabkan curah jantung meningkat dan kebutuhan oksigen pun
meningkat. Sebaliknya pada lingkungan yang dingin, pembuluh darah mengalami
konstriksi dan penurunan tekanan darah sehingga menurunkan kerja jantung dan
kebutuhan oksigen.
2. Latihan Fisik
Latihan fisik atau peningkatan aktivitas dapat meningkatkan denyut
jantung dan respirasi rate sehingga kebutuhan terhadap oksigen semakin tinggi.
3. Emosi
Cemas, takut, dan marah akan mempercepat denyut jantung sehingga
kebutuhan oksigen meningkat.
4. Gaya Hidup
Kebiasaan merokok akan mempengaruhi status oksigenasi seseorang
sebab merokok dapat memperburuk penyakit arteri koroner dan pembuluh darah
arteri.
5. Status Kesehatan
Pada orang sehat, system kardiovaskuler dan system respirasi berfungsi
dengan baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh secara adekuat.
Sebaliknya, orang yang mempunyai penyakit jantung ataupun penyakit
pernapasan dapat mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan oksigen
tubuh.

1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan dari sinusitis meliputi riwayat keperawatan
kesehatan masalalu dan pengkajian head to toe yang berfokus pada saluran
pernapasan bagian atas yaitu hidung (Nursalam, 2005).
a. Riwayat Keperawatan
Pengkajian riwayat keperawatan pada masalah kebutuhan oksigen meliputi:
ada atau tidaknya riwayat gangguan pernapasan (gangguan hidung dan
tenggorokan) seperti epistaksis (kondisi akibat luka/kecelakaan, penyakit
rematik akut, sinusitis akut, hipertensi, gangguan pada sistem peredaran
darah dan kanker), Obstruksi nasal (Kondisi akibatpolip, hipertropi tulang
hidung, tumor dan influenza), dan keadaan lainyang menyebabkan gangguan
pernapasan (Hidayat, 2009).
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Perawat menanyakan tentang riwayat penyakit penafasan pasien. Secara
umum perawat perlu menanyakan mengenail hal-hal berikut (Soemantri,
2008)
1. Riwayat merokok
Merokok merupakan penyebab utama masalah kesehatan pada sistem
pernafasan, anamnesis yang harus dilakukan mencakup hal-hal berikut
a) Usia mulai merokok
b) Rata-rata jumlah rokok yang dihisap dalam sehari
c) Usia menghentikan kebiasaan merokok
2. Pengobatan saat ini dan masa lalu
3. Alergi
4. Tempat tinggal
c. Kajian Sistem (Head to toe)
Pada pasien sinusitis kajian head to toe berfokus pada saluran pernafasan
bagian atas yaitu hidung.
d. Inspeksi
Prosedur inspeksi yang dilakukan perawat adalah sebagai berikut:
Pemeriksaan yang diperhatikan ialah adanya pembengkakan pada
muka.Pembengkakan di pipi sampai kelopak mata bawah yang berwarna
kemerah-merahan mungkin menunjukan sinusitis maksilaris akut. Amati
hidung bagian luar dari sisi depan, samping dan atas, perhatikan bentuk
tulang hidung dari ketiga sisi
e. Palpasi
Palpasi hidung luar dan catat apabila ditemukan ketidak normalan kulit atau
tulang hidung. Palpasi sinus maksilaris, frontalis dan etmoidalis. Perhatikan
jika adanya nyeri. Nyeri tekan pada pipi dan nyeri ketuk di gigi menunjukkan
adanya sinusitis maksilaris .
f. Transiluminasi
Pemeriksaan ini menunjukan adanya perbedaan sinus kanan dan kiri. Sinus
yang sakit akan tampak lebih gelap.
g. Pengkajian psikososial
Pengkajian psikososial meliputi pengkajian tentang aspek kebiasaan hidup
pasien yang secara signfikan berpengaruh terhadap fungsi respirasi.Beberapa
kondisi respiratori timbul akibat stres. Penyakit pernafasan kronis dapat
menyebabkan perubahan dalam peran keluarga dan hubungan dengan orang
lain, isolasi sosial, masalah keuangan, pekerjaan atau ketidakmampuan.
Dengan mendiskusikan mekanisme pengobatan perawat dapat mengkaji
reaksi pasien terhadap masalah stress psikososial dan mencari jalan
keluarnya.

2. Analisa Data
Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan
klien, kemampuan klien mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri dan hasil
konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Data fokus adalah data
tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah
kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap
klien. Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang
dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah serta kebutuhan
keperawatan dan kesehatan lainnya. Pengumpulan informasi merupakan tahap
awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul didapatkan data
dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasar itu
digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan
keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah
pasien. Pengumpulan data dimulai sejak pasien masuk rumah sakit
(intialassessment), selama klien dirawat secara terus menerus (Ongoing
assasment) serta pengkajian ulang untuk menambah / melengkapi data
(Soemantri, 2008).
Tujuan pengumpulan data :
1. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien
2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien
3. Untuk menilai keadaan kesehatan klien
4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah
berikutnya
Tipe data :
1. Data Subjektif
Data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatusituasi
dan kejadian. Informasi tersebut tidak bias ditentukan oleh perawat,mencakup
persepsi, perasaan, ide klien terhadap status kesehatan lainnya.
2. Data Objektif
Data yang didapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakanpanca
indera (lihat, dengar, cium, sentuh/ raba) selama pemeriksaan fisik.Misalnya
frekuensi nadi, pernafasan ,tekanan darah, brat badan dan tingkatkesadaran.

3. Rumusan Masalah
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan menurunnya energi
dan kelelahan ditandai dengan frekuensi pernapasan, batuk, dan kelelahan.
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan obstruksi sinus prananasal
ditandai dengan perubahan frekuensi pernapasan, dyspnea, dan kecemasan.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi saluran pernapasan
ditandai dengan sesak napas dan nilai AGD tidak normal.

4. Perencanaan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan menurunnya
energi dan kelelahan ditandai dengan frekuensi pernapasan, batuk, dan
kelelahan.
Tujuan:
a. Saluran pernapasan pasien menjadi bersih
b. Pasien Dapat mengeluarkan secret
c. Suara napas dan keadaan kulit menjadi normal
INTERVENSI RASIONAL
1. Sediakan alat suction dalam 1. Peralatan dalam keadaan siap
kondisi baik
2. Monitor jumlah, bunyi napas, 2. Gangguan saluran pernapasan
AGD
3. Pertahankan intake cairan 3. Membantu mengencerkan secret
3.000ml/hari
4. Terapi inhalasi dan latihan 4. Mengeluarkan secret
pernapasan dalam dan batukefektif.
5. Bantu hygiene oral setiap 4jam 5. Memberikan rasa nyaman
6. Mobilisasi pasien setiap 2Jam 6. Mempertahankan sirkulasi

2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan obstruksi sinus prananasal


ditandai dengan perubahan frekuensi pernapasan, dyspnea, dan kecemasan.
Tujuan:
a. Dapat menunjukan pola pernapasan yang efektif
b. Pasien merasa lebih nyaman dalam bernapas

INTERVENSI RASIONAL
1. Berikan oksigen sesuaiprogram 1. Mempertahankan oksigenarteri
2. Monitor jumlah pernapasan 2. Mengetahui status pernapasan
3. Laksanakan programpengobatan 3. Meningkatkan pernapasan
4. Atur posisi pasien 4.Meningkatkan pengembangan
paru
5. Bantu dalam terapi inhalasi 5. Membantu mengeluarkansecret
6.Alat-alat emergensi disiapkan 6. Kemungkinan terjadikesulitan
dalam kondisi baik bernapas yang akut

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi saluran pernapasan


ditandai dengan sesak napas dan nilai AGD tidak normal.
Tujuan:
a. Dapat menurunkan tanda dan gejala gangguan pertukaran gas.
b. Pasien dapat menunjukkan peningktan perubahan pertukaran gas
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji frekuensi kedalaman 1. Berguna dalam evaluasi derajat stress
Pernapasan pernapasan/kronisnya proses penyakit.
2. Tinggikan kepala tempat 2. Pengiriman oksigen dapat diperbaiki
tidur, bantu pasien untuk dengan posisi duduk tinggi dan latihan
memilih posisi yang mudah jalan nafas untuk menurunkan kolaps
untuk bernapas jalan napas.
3. Kaji/awasi secara rutin kulit 3. Sianosis mungkin perifer(terlihat
dan warna membrane mukosa. pada kuku, bibir sertadaun telinga).
4. Auskultasi bunyi napas, catat 4. Bunyi napas mungkin redup karena
Area penurunan aliran penurunan aliran udara.
udara/bunyi tambahan.
5. Awasi tingkat 5. Penurunan getaran vibrasi diduga ada
kesadaran/status mental pengumpulan cairan atau udara
terjebak.
6. Kaji tanda vital dan 6. Takikardi, disritmia dan perubahan
irama Jantung TD dapat menunjukkan efek
hipoksemia sistemik pada fungsi
jantung.
B. Asuhan Keperawatan Kasus dengan Masalah Kebutuhan Oksigenasi Sinusitis
pada Pasien Post Operasi

1. Pengkajian
Berdasarkan penugasan pembuatan TA (Tugas Akhir) dalam rangka
menyelesaikan program studi DIII Keperawatan, pengambilan kasus dilakukan
diRSUD dr.Pirngadi Kota Medan pada tanggal 30 mei- 5 juni 2016. Penulis
melakukan pengkajian keperawatan pada pasien Tn.A, berikut deskripsi dari hasil
pengkajian yang dilakukan dan secara lengkap terdapat di lampiran 1.
a. Biodata
Klien adalah seorang laki-laki berinisial Tn.A berusia 27 tahun, beragama
islam,Tn. A sudah menikah memiliki seorang istri dan satu orang anak laki-
laki yang berusia 4 tahun. Tn. A seorang wiraswasta.
b. Keluhan Utama
Pada saat pengkajian, Klien mengatakan nyeri pada daerah operasi, susah
bernafas melalui hidung, merasa hidungnya berlendir dan bau, sulit untuk
tidur pada malam hari.
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Tn.A mengatakan sebelumnya dia tidak pernah dirawat di Rumah Sakit ,
apabila Tn.A sakit demam ataupun diare maka akan berobat ke praktik bidan
di lingkungan rumah.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit
sinusitis seperti klien. Riwayat kesehatan yang dimiliki keluarga adalah
hipertensi dimana Tn.A mengatakan Ayahnya sudah mengalami hipertensi.
Bukan hanya salah satu dari orang tua klien, anggota keluarga klien yaitu
saudara kandungnyajuga memiliki sakit hipertensi. Ayah klien selalu
mengonsumsi obat hipertensi dengan patuh sampai sekarang untuk
menstabilkan kondisi tubuh.
e. Riwayat Keadaan Psikososial
Tn.A mengatakan ingin sembuh dan dapat pulang kerumah, agar dapat
kembali bekerja, karena Tn.A adalah tulang punggung keluarga bagi anak dan
istrinya. Selama proses pengkajian Tn.A dapat diajak berbicara kompos
mentis. Klien juga mengatakan dekat dengan tetangga yang berada di
sekeliling rumah dan seminggu sekali melakukan gotong royong bersama
dilingkungan.Tn.A tidak memiliki masalah dilingkungan keluarga, pekerjaan
maupun tempat tinggal.
f. Status Mental
Tingkat kesadaran klien sadar penuh (Compos Mentis), namun klien tampak
sesekali batuk, terlihat lemah dan lemas, penampilan klien rapi, dalam
komunikasi klien tampak perlahan untuk berbicara dengan perasaan yang lesu,
saat interaksi selama wawancara ada kontak mata.
g. Pengkajian Fisik
Keadaan umum klien compos mentis (sadar penuh), namun klien tampak lesu
dan lemas. Tanda-tanda vital klien setelah di periksa suhu tubuh 37°C,
tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 72 x/i, pernafasan 20x/i, skala, Tinggi
badan 163 cm, BB 72 kg. Bentuk kepala klien simetris dengan kulit kepala
yang bersih, rambut lebat dan tidak berbau dengan warna kulit sawo matang,
struktur wajah klien simetris. Kelengkapan dan kesimetrisan pada kedua mata
klien lengkap dan simetris, konjunctiva dan sclera klien tampak merah,
tekanan bola mata tidak dilakukan pemeriksaan. Hidung klien lengkap
memiliki tulang hidung dan septum nasi, dalam lubang hidung klien adanya
pembengkakan dan sekret berlendir, cuping hidung klien berwarna merah.
Fungsi pendengaran klien baik. Mulut dan faring klien dengan keadaan bibir
klien yang kering, keadaan gusi klien merah muda dan bersih, keadaan gigi
klien bersih dengan keadaan lidah bersih. Tidak ditemukan adanya
pembengkakan thyroid dan posisi trachea normal dibagian medial. Kebersihan
kulit bersih, suhu tubuh klien dalam keadaan normal, warna kulit klien sawo
matang, turgor kulit klien kembali < 2 detik, kulit klien tampak kering dan
tidak ditemukan adanya kelainan pada kulit klien. Pemeriksaan genitalia tidak
dilakukan, pada pemeriksaan ekstremitas kekuatan otot kaki dan tangan
normal ekstremitas kaki dan tangan simetris.
h. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
Pola makan dan minum pada klien memiliki frekuensi makan 3 kali sehari
dengan porsi yang banyak, klien memiliki nafsu makan yang baik, tidak ada
nyeri di ulu hati, klien tidak memiliki alergi, klien tidak pernah merasakan
mual dan muntah ketika makan, dan klien tidak pernah memisahkan diri
ketika makan. Dalam perawatan diri, tubuh klien tampak bersih, untuk gigi
dan mulut terlihat bersih.Pola kegiatan/aktivitas klien dapat melakukan
dengan mandiri.Dalam Buang Air Besar (BAB) klien memiliki pola BAB 1
hari sekali untuk BAB, klien mengatakan karakter dari fesesnya adalah keras,
tidak pernah mengalami perdarahan saat BAB.Untuk Buang Air Kecil (BAK)
pola dalam BAK klien sering dengan karakter urine kuning bening, klien
mengatakan tidak pernah mengalami rasa nyeri saat BAK.
2. Analisa Data
No. Data Penyebab Masalah Keperawatan
1. DS: Post op sinusitis hari Ketidakefektifan jalan
-Klien mengatakan ke-2 nafas
sulit bernafas melalui
hidung
-Klien mengatakan Penyumbatan pada
sesak nafas hidung

Adanya lendir pada


saluran pernafasan
DO:
-Post op sinusitis hari
ke-2 Pemasangan tampon
-Klien terlihat sulit
bernafas melalui
hidung dan bernafas
melalui mulut Obstruksi saluran

-Pernafasan terlihat nafas

lambat
-Klien terlihat tidak
nyaman
-RR: 20x/m
Ketidakefektifan
TD: 130/80mmhg
jalan nafas
T:37°C
N: 72x/i
2 DS: Pembedahan Nyeri luka post operasi
-Klien mengatakan terputusnya
Nyeri pada bagian inkontuinitas
luka daerah hidung jaringan
bagian dalam
-Klien mengatakan
skala nyeri 5 Merangsang SSP
sensasi rasa nyeri
DO:
-Klien terlihat tidak
nyaman
-Klien terlihat
meringis kesakitan
- RR: 20X/m
TD: 130/80mmhg
T:37°C
N: 72x/i
3 DS: Post op sinusitis hari Gangguan rasa aman dan
-Klien mengatakan ke-2 nyaman istirahat tidur
sulit tidur
-Klien mengatakan
sering terbangun
-Klien mengatakan
hidungnya terasa Pemasangan tampon
tersumbat pada hidung
-Klien mengeluh
sesak nafas ketika
tidur
DO:
-Klien terlihat lelah Penyumbatan pada

dan lesu hidung

-Nafas pendek
- RR: 20X/m
TD: 130/80mmhg
T:37°C Kualitas tidur
N: 72x/i terganggu
3. Masalah keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Nyeri luka post operasi
3. Gangguan istirahat tidur

Diagnosa Keperawatan (Prioritas)


1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan
napas ditandai dengan adanya sekret dan pemasangan tampon hidung
terhadap post operasi peradangan sinus
2. Nyeri berhubungan dengan luka operasi ditandai dengan klien mengeluh
nyeri dihidung dengan skala nyeri 5 (nyeri sedang)
3. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan nyeri post op sinusitis
ditandai dengan ketidak puasan tidur, menyatakan tidak merasa cukup
istirahat dan perubahan pola tidur normal.
4. Perencanaan Keperawatan dan Rasional
Hari/ No.
Tanggal Dx Perencanaan Keperawatan
Rabu 1 Tujuan dan Kriteria Hasil:
1 Juni NOC: Inefektif Airway / Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2016 1. Jalan nafas kembali efektif
2. Klien bernafas tidak melalui mulut tetapi melalui
hidung.
Rencana Tindakan Rasional
1.Kaji penumpukan sekret Mengetahui tingkat keparahan
yang ada dan tindakan selanjutnya

2. Lakukan tindakan suction Peningkatan jumlah sekret tak


berwarna awalnya normal dan
harus menurun sesuai
kemajuan penyembuhan.
Adanya sputum yang kental,
berdarah atau purulen diduga
sebagai masalah sekunder
yang memerlukan pengobatan
3. Kolaborasi pengunaan Dengan memberikan hidrasi
oksigen humidifier. Berikan maksimalmembantu
cairan tambahan melalui menghilangkan sekret untuk
intravena sesuai indikasi peningkatan pengeluaran.
Gangguan masukan oral
memerlukan tambahan melalui
intravenauntuk
mempertahankan hidrasi
4. Kolaborasi pemberian Ventolin meningkatkan
bronkodilator, ventolin atau produksi mukosa untuk
analgesik sesuai indikasi mengencerkan dan
menurunkan viskositas
sekret, memudahkan
pembuangan. Penghilang
ketidaknyamanan dada,
meningkatkan kerjasama
pada latihan pernafasan
dan meningkatkan
keefektifan terapi
pernafasan

Hari/ No.
Tanggal Dx Perencanaan Keperawatan
Rabu 2 Tujuan dan Kriteria Hasil:
1 Juni NOC: Nyeri pada luka post operasi
2016 1. Nyeri berkurang
2. Klien terlihat aman dan nyaman
Rencana Tindakan Rasional
1.Kaji tingkat nyeri klien Mengetahui tingkat nyeri klien
dengan menggunakan skala untuk menentukan tindakan
selanjutnya
2. Jelaskan sebab dan akibat Keluarga diharapkan dapat
nyeri pada klien dan keluarga berpartisipasi dalam
perawatan untuk mengurangi
nyeri
3. Ajarkan tekhnik relaksasi Klien dapat mengetahui
dan distraksi tekhnik relaksasi dan distraksi
dan dapat mempraktikan
tekhnik tersebut apabila nyeri
untuk mengurangi nyeri
4.Observasi tanda-tanda vital Untuk mengetahui apakah
klien terjadi nya infeksi atau tidak
pada luka post operasi. Untuk
mengetahui keadaan umum
pasien dan perkembangan
kondisi

Hari/ No.
Tanggal Dx Perencanaan Keperawatan
Rabu 3 Tujuan dan Kriteria Hasil:
1 Juni NOC: Gangguan istirahat tidur
2016 1. Klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman
2. Klien dapat tidur sesuai dengan kebutuhan istirahat
3. Nyeri pada hidung berkurang
Rencana Tindakan Rasional
1.Kaji kebutuhan tidur klien Mengetahui permasalahan
klien dalam pemenuhan
kebutuhan istirahat dan tidur
2. Ciptakan susana ruangan Suasana nyaman agar klien
yang nyaman dapat tidur dengan tenang dan
jam istirahat terpenuhi
5. Pelaksanaan Keperawatan dan Evaluasi
No.
Hari/tanggal Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)
Kamis 2 1 1.Mengkaji tingkat S : Klien mengatakan
Juni 2016 penumpukan sekret yang masih sulit bernafas
mengganggu O: TD: 130/80mmHg
2.Menciptakan lingkungan HR : 72 x/i
yang nyaman untuk klien RR : 20 x/i
dengan selalu membersihkan T : 37°C
tempat tidur klien. Terdapat sekret dengan
3.Mengatur posisi semi fowler karakter kental dan
pada klien tidakberbau
4.Mengajarkan klien tekhnik A : masalah bersihan
nafas dalam jalan napas pasien
5. Memberikan terapi teratasi sebagian
oksigen masker melalui P : intervensi
mulut 6.Mengukur TD, HR, berkolaborasi
RR dan Temp pemberian
oksigen dilanjutkan
Jumat 3 2 1.Mengkaji tingkat nyeri pada S : Klien mengatakan
Juni 2016 klien masih nyeri
2.Mengajarkan klien tekhnik O : Klien melakukan
relaksasi nafas dalam tekhnik relaksasi
3.Menjelaskan akibat dari A : Masalah belum
nyeri terhadap keluarga dan teratasi
klien P : intervensi
4.Menganjurkan klien untuk dilanjutkan
mengatur posisi senyaman mengajarkan tekhnik
mungkin relaksasi dan
5. Memberikan kompres kolaborasi pemberian
dingin untuk mengurangi rasa terapi
nyeri
6.Berkolaborasi dengan tim
sejawat untuk pemberian terapi
anti nyeri
Sabtu 4 Juni 3 1.Mengkaji pola tidur klien S: Klien mengatakan
2016 setiap hari pola istirahat dan tidur
2.Menjelaskan konsep dasar membaik
rasa aman nyaman pada O: Klien terlihat tenang
istirahat tidur dan segar pada saat
3.Ajarkan klien tekhnik pagi hari
relaksasi sebelum tidur A: Masalah teratasi
4. Menganjurkan klien dan sebagian
keluarga untuk mengatur suhu P:Intervensi
dan pencahayaan pada ruangan dilanjutkan
sewaktu istirahat tidur
5.Berkolaborasi pemberian
analgetik dengan tim sejawat
BAB III
PENUTUP

Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Tn.A dengan prioritas masalah


Kebutuhan Dasar Manusia Gangguan Oksigenasi Post Operasi Sinusitis maka
penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:
A. Kesimpulan
Pada pengkajian tahap awal dari proses keperawatan ditemukan data yang
menjadi focus dalam kebutuhan gangguan oksigenasi fisik yaitu Klien
mengatakan susah bernafas melalui hidung,nyeri pada daerah operasi, merasa
hidungnya berlendir dan bau, sulit untuk tidur pada malam hari
Setiap masalah keperawatan yang ditemukan pada Tn.A dibuat suatu
perencanaan untuk memecahkan masalah yang disusun sesuai dengan
perencanaan dan prioritas masalah.
Implementasi yang dilakukan penulis pada Tn.A sesuai dengan rencana
tindakan yang sudah disusun sebelumnya dan disesuaikan dengan kebutuhan
klien.

B. Saran
Setelah membahas dan memperlihatkan masalah-masalah yang dihadapi
didalam perawatan pasien dengan masalah kebutuhan Gangguan Oksigenasi,
maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan kepada pihak institusi pendidikan agar dapat menyediakan dan
menambah referensi terbaru, terutama mengenai buku-buku keperawatan
Medikal Bedah edisi baru agar dalam pemberian asuhan keperawatan dapat
dilaksanakan secara optimal.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan diharapkan para petugas kesehatan
dapat lebih dekat dengan klien sehingga asuhan keperawatan yang diberikan
berjalan dengan baik
3. Bagi Keluarga Pasien
Sangat diharapkan bagi keluarga dapat menyisihkan waktu untuk
mendengarkan keluhan yang dirasakan oleh klien, keluarga juga diharapkan
mampu untuk mengawasi dan membantu klien dalam terapi perawatan dan
pengobatan sehingga perawatan dan pengobatan yang dilakukan optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, et al, (2013).Nursing InterventionsClassification (NIC). America:


Elsever
Herdman, T, Heather, (2012). Diagnosis Keperawatan: Defenisi dan Klasifikasi
2012-2014, Jakarta: EGC.
Hidayat, A, A, (2009).Kebutuhan Dasar Manusia, Edisi 2 Jakarta: Salemba
Medika.
Moorhead et al, (2013).Nursing Outcoomes Classification (NOC) Measurement of
Health Outcomes. America: Elsever.
Nurjannah, I. (2012) (3rd Ed).ISDA Intan’s Screening Diagnoses Assesment.
Yogyakarta: Mocomedia.
Nursalam. (2005). Asuhan Keperawatan THT, Edsi Pertama-Jakarta:Salemba
Medika.
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundhamental Keperawatan: Konsep, Proses,
dan Buku Kedokteran, Edisi 4, Jakarta: EGC.
Soemantri, Irman,Santa (2008). Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan, Jakarta:Salemba Medika.s
PENGKAJIAN

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 27 Tahun
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Tangguk Bongkar 5 No. 19, Tegal
Sari Mandala II
Tanggal Pengkajian : 31 Mei 2016
Diagnosa Medis : Sinusitis
Genogram

Ket: :Klien

: Perempuan

: Laki-Laki

: GarisHubunganKeluarga

: GarisHubunganKeluarga yang serumah

I. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan nyeri pada daerah operasi, susah bernafas melalui
hidung, merasa hidungnya berlendir dan bau, sulit untuk tidur pada
malam hari
II. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
A. Provocative/palliative
1. Apa penyebabnya :
Nyeri akibat luka post operasi
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan :
Klien mengatakan,keluhan yang dialaminya akan berkurang
jika klien mengompres hangat pada hidungnya.
B. Quantity/quality
1. Bagaimana dirasakan :
Klien mengatakan nyeri hidung dengan skala nyeri 5 dari 10
(sedang)
2. Bagaimana dilihat :
Klien tampak sedikit meringis menahan nyeri pada hidung
C. Region
1. Dimana Lokasinya :
Klien mengalami nyeri didaerah hidungnya
2. Apakah menyebar :
Klien mengatakan nyeri tidak menyebar hanya pada hidung
saja
D. Severity
Klien merasa terganggu dengan keadaan yang sekarang.
E. Time
Klien mengatakan kondisi yang dialami apabila cuaca terlampau
panas atau dingin, apabila terlalu capek akibat aktivitas sehari-hari
III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Penyakit yang Pernah Dialami
Klien sebelumnya hanya sakit demam biasa dan diare
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Klien mengatakan apabila demam dan diare selalu berobat kebidan
dekat lingkungan rumah.
C. Pernah dirawat/dioperasi
Klien mengatakan tidak pernah dirawat di Rumah Sakit.
D. Alergi
Klien mengatakan tidak memiliki alergi obat atau makanan
E. Imunisasi
Klien mengatakan tidak mengetahui apakah imunisasi lengkap atau
tidak
IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A. Orang Tua
Klien mengatakan salah satu orang tuanya memiliki penyakit
hipertensi.
B. Saudara Kandung
Klien mengatakan saudara kandungnya memiliki penyakit
hipertensi yang di turunkan oleh salah satu orang tuanya.
C. Penyakit Keturunan yang Ada
Klien mengatakan memiliki penyakit keturunan yaitu hipertensi.
D. Anggota Keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Klien mengatakan tidak memiliki anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa.
E. Anggota Keluarga yang Meninggal
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang meninggal.
V. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
A. Persepsi KlienTentang Penyakitnya
Klien mengatakan ingin sembuh dari penyakit yang dideritanya
sehingga dapat melakukan aktivitas seperti biasa.
B. Konsep Diri
Gambaran diri : Klien mengatakan tidak menyukai mata
klien karena daerah bagian mata sering
terasa berkedutan.
Ideal diri : Klien mengatakan ingin bertemu
dengan anaknya
Harga Diri : Klien mengatakan dia bekerja untuk
anak dan keluarganya
Peran Diri : Klien mengatakan klien adalah seorang
suami yang berperan dalam menghidupi
keluarga
Identitas : Klien mengatakan klien adalah seorang
suami dan orang tua yang berperan untuk
menafkahi menjaga dan membimbing
keluarga.
C. Keadaan Emosi : Klien tampak dapat mengontrol emosinya
D. Hubungan Sosial:
1. Orang yang berarti: klien mengatakan saat ini orang yang
berarti dalam hidup klien adalah anaknya dan istri.
2. Hubungan dengan keluarga: klien mengatakan memiliki
hubungan yang baik dengan anggota keluarganya
3. Hubungan dengan orang lain: klien mengatakan hubungan
dengan para tetangga baik, sering berkomunikasi jika
sedang melakukan aktivitas.
4. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: klien
mengatakan tidak adanya hambatan untuk berhubungan sosial
dengan para tetangganya.
E. Spritual
1. Nilai dan keyakinan: klien mengatakan agama yang dianut
adalah agama islam, klien juga mengatakan selalu
mempercayai agama yang klien anut sejak kecil.
2. Kegiatan ibadah: klien mengataka nselalu melaksanakan ibadah
shalat 5 waktu walaupun dengan aktifitas yang sibuk.
VI. STATUS MENTAL
1. Tingkat Kesadaran : Klien tampak sadar penuh (compos mentis)
2. Penampilan : Klien tampak rapi
3. Alam Perasaan : Klien tampak lesu
4. Pembicaraan : Klien tampak berbicara dengan cepat
selama interasi wawancara.
5. Afek: : Klien selama wawancara afek datar
6. Interaksi selama wawancara : Klien tampak selama wawancara
melakukan kontak mata
7. Proses Pikir : Klien tampak selama interaksi saat
pengkajian selalu melakukan pengulangan
pembicaraan.
VII. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum : Keadaan umum klien tampak baik, dan
sedikit lemas
B. Tnada-Tanda Vital:
1. Suhu tubuh : 37°C
2. Tekanan darah : 130/80 mmHg
3. Nadi : 72 x/i
4. Pernafasan : 20x/i
5. Skalanyeri 5
6. TB : 163cm
7. BB : 72 kg
C. Pemeriksaan Head To Toe
1. Kepala danrambut:
Bentuk : Bentuk kepala simateris
Ubun-ubun : Klien memiliki 1 ubun-ubun
Kulit kepala : Kulit kepala klien bersih dan berwarna
sawo matang
2. Rambut:
Penyebaran dan keadaan rambut: rambut klien tampak tidak
lebat dan penyebarannya merata.
Bau : Rambut klien tidak ditemukan adanya bau.
Warna Rambut : Warna rambut klien hitam
3. Wajah:
Warna kulit : Warna kulit klien tampak berwarna sawo
matang
Struktur wajah : Klien tampak memiliki struktur wajah yang
oval tidak ada pembengkakan pada wajah
4. Mata:
Kelengkapan mata dan kesimetrisan : Klien memiliki dua
buah bola mata lengkap yang simetris.
Palpebra : Tidak ditemukan adanya kelainan
Konjungtiva dan sclera : Tampak merah muda
Pupil : Teaksi terhadap cahaya lambat
Visus : Tidak dilakukan pemeriksaan
Tekanan bola mata : Tidak dilakukan pemeriksaan
5. Hidung:
Tulang hidung : Tidak ada tampak kelainan pada
tulang hidung
Posisi septum nasi : Posisi septum nasi normal tidak
adanya kelainan
Lubang hidung : Lubang hidung simetris, terdapat
pembengkakan didalam rongga
hidung dengan warna merah,
adanya sekresi atau cairan didalam
rongga hidung
Cuping hidung : Tampak kemerahan
6. Telinga:
Bentuk telinga : Simetris kanan dan kiri
Ukuran telinga : Ukuran telinga normal simetris
kanan dan kiri.
Lubang telinga : Tidak ditemukan adanya kelainan
pada lubang telinga, tidak
ditemukan adanya serumen pada
lubang telinga.
Ketajaman pendengaran : Klien dapat mendengarkan dengan
baik
7. Mulut dan Faring:
Keadaan bibir : Bibir klien tampak kering
Keadaan gusi dan gigi : Gusi dan gigi bersih
Keadaan lidah : Lidah tampak bersih
Orofaring : Tidak ditemukan adanya kelainan.
8. Leher:
Posisi trachea : Posisi trachea normal di bagian
medical
Thyroid : Tidak ditemukan adanya
pembengkakan pada thyroid
Suara : Terdengar suara klien serak
Kelenjar limfe : Tidak ditemukan adanya
pembengkakan pada kelenjar limfe
Vena jugularis : Tidak ditemukan adanya kelainan
pada peradaan vena jugularis.
Denyut nadi karotis : Denyut nadi teraba
9. Pemeriksaan Integument:
Kebersihan : Klien tampak bersih
Kehangatan : Suhu tubuh klien dalam keadaan
normal
Warna : Kulit berwarna sawo matang
Turgor : Kembali< 2 detik
Kelembaban : Kulit tampak kering
Kelainan pada kulit : Tidak ditemukan adanya kelainan
pada kulit.
VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
1. Pola makan dan minum:
Frekuensi makan : Klien mengatakan makan3x sehari dengan
porsi banyak.
Nafsu/ selera makan : Klien mengatakan selalu selera untuk
makan
Nyeri ulu hati : Klien mengatakan tidak adanya merasakan
sakit di ulu hati
Alergi : Klien mengatakan tidak memiliki
alergi terhadap makanan
Mual dan muntah : Klien mengatakan tidak ada mengalami
mual dan muntah saat makan

Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah): klien


mengatakan mengalami kesulitan dalam menelan akibat nyeri pada
hidung

2. Perawatan diri/personal hygiene:


Kebersihan tubuh : Klien tampak bersih
Kebersihan gigi dan mulut : Gigi dan mulut klien tampak
bersih
Kebersihan kuku kaki dan tangan : Kebersihan kuku kaki dan
tangan klien tampak kotor,
ada terlihat kotoran
berwarna hitam di ujung-
ujung kuku.
3. Pola Kegiatan/ Aktivitas
Aktivitas klien untuk makan, mandi, eliminasi, ganti pakaian
dilakukan secara mandiri tanpa bantuan
Aktivitas klien untuk ibadah tidak pernah tinggal, dan selalu
mengerjakan ibadah shalat 5 waktu.

4. Pola Eliminasi
1. BAB:
Pola BAB : Klien mengatakan 1 hari sekali
untuk BAB
Karakter feses : Klien mengatakan feses berbentuk
keras
Riwayat perdarahan : Klien mengatakan tidak pernah
mengalami perdarahan
Diare : Klien mengatakan tidak mengalami
diare saat sekarang ini
Penggunaan Laksatif : Klien mengatakan tidak
menggunakan laksatif.
2. BAK:
Pola BAK : Klien mengatakan pola BAK sering
tidak ada hambatan
Karakter urine : Klien mengatakan warna dari urine
adalah kuning bening
Nyeri BAK : Klien mengatakan tidak merasakan
adanya nyeri
Riwayat penyakit ginjal : Klien mengatakan tidak ada
mengalami penyakit ginjal.
Penggunaan diuretic : Klien mengatakan tidak
menggunakan diuretic

5. Mekanisme Koping
1. Adaptif : Mampu menyelesaikan masalah
CATATAN PERKEMBANGAN
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
No. Hari/ Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi
Dx tanggal
1 Kamis 09.00- -Mengkaji tingkat S : klien mengeluh
2 Juni 10.00 penumpukan sekret yang sesak nafas dan sakit
2016 WIB mengganggu ketika
-Menciptakan lingkungan O : TD : 130/80
yang nyaman untuk klien mmHg
dengan selalu membersihkan HR : 72 x/i
tempat tidur RR : 20 x/i
-Mengukur TD, HR, RR dan T : 37°C
Temp Klien terlihat sulit
-Mengajarkan klien tekhnik untuk bernafas
nafas dalam A : masalah bersihan
-Mengatur posisi semi fowler jalan
pada klien nafas pasien belum
-Memberikan terapi oksigen teratasi.
dengan menggunakan masker P : intervensi
melalui mulut berkolaborasi
pemberian oksigen
dilanjutkan
2 Kamis 09.00- -Mengkaji tingkat nyeri pada S : Pasien
2 Juni 10.00 klien mengatakan nyeri
2016 -Menjelaskan akibat dan O : pasien dapat
sebab nyeri mempraktekkan
-Mengajarkan klien tehnik teknik relaksasi
relaksasi nafas dalam A : masalah nyeri
-Menganjurkan klien untuk belum teratasi
mengatur posisi senyaman P : intervensi
mungkin dilanjutkan
-Memberikan kompres dingin
untuk mengurangi nyeri
-Kolaborasi dengan teman
sejawat lainnya untuk
pemberian terapi anti nyeri
3 Kamis 09.00- -Mengkaji pola tidur klien S : pasien
2 Juni 10.00 setiap hari mengatakan sulit
2016 WIB -Menjelaskan konsep rasa tidur dan sering
aman nyaman pada istirahat terbangun pada saat
tidur tidur
-Mengajarkan klien tekhnik O : Klien terlihat
relaksasi sebelum tidur kurang istirahat
-Menganjurkan klien untuk A : Masalah
mengatur posisi nyaman gangguan tidur
sebelum tidur belum teratasi
-Menganjurkan klien dan P : intervensi pada
keluarga untuk mengatur pasien dilanjutkan
suhu dan pencahayaan pada
ruangan sewaktu istirahat
tidur
-Berkolaborasi pemberian
analgetik dengan tim sejawat
1 Jumat 09.00- -Mengkaji tingkat S : klien mengatakan
3 Juni 10.00 penumpukan sekret yang sudah bisa bernafas
2016 WIB mengganggu dengan tekhnik nafas
-Mengajarkan tekhnik nafas dalam
dalam O : TD : 130/80
-Mengukur TD, HR, RR dan mmHg
Temp HR : 72 x/i
-Mengatur posisi klien semi RR : 20 x/i
fowler T : 37°C
-Memberikan terapi oksigen A : masalah bersihan
menggunakan masker melalui jalan nafas pasien
mulut teratasi sebagian.
P : intervensi
pemberian oksigen
dilanjutkan
2 Jumat 09.00- -Mengkaji tingkat nyeri S : Pasien
3 Juni 10.00 -Mengajarkan tehnik nafas mengatakan nyeri
2016 dalam berkurang
-Mengajarkan klien mengatur O : pasien dapat
posisi semi fowler mempraktekkan
-Memberikan kompres dingin teknik relaksasi
untuk mengurangi nyeri A : masalah nyeri
teratasi sebagian
P : intervensi
dilanjutkan
3 Jumat 09.00- -Mengkaji pola tidur klien S : pasien
3 Juni 10.00 -Mengajarkan klien tekhnik mengatakan bisa
2016 relaksasi sebelum tidur tidur dengan posisi
-Menganjurkan klien untuk yang nyaman
mengatur posisi nyaman O : Klien terlihat
sebelum tidur nyaman pada saat
-Menganjurkan klien dan istirahat
keluarga untuk mengatur A : Masalah
suhu dan pencahayaan pada gangguan tidur
ruangan sewaktu istirahat teratasi sebagian
tidur P : intervensi pada
pasien dilanjutkan
1 Sabtu 09.00- -Mengkaji tingkat S : klien mengatakan
4 Juni 10.00 penumpukan sekret yang tidak sulit lagi untuk
2016 WIB mengganggu bernafas
-Mengkaji tekhnik nafas O : TD : 130/80
dalam mmHg
-Mengatur posisi semi fowler HR : 72 x/i
pada klien RR : 20 x/i
-Memberikan terapi oksigen T : 37°C
-Berkolaborasi dengan tim A : masalah bersihan
sejawat lainnya jalan nafas pasien
teratasi sebagian.
P : intervensi
pemberian oksigen
dilanjutkan
2 Sabtu 09.00- -Mengkaji tingkat nyeri S : Pasien
4 Juni 10.00 -Mengobservasi tehnik nafas mengatakan nyeri
2016 dalam yang dilakukan pasien berkurang
-Mengajarkan tekhnik O : pasien dapat
relaksasi mempraktekkan
-Memberikan kompres dingin teknik relaksasi
untuk mengurangi nyeri A : masalah nyeri
teratasi sebagian
P : intervensi
dilanjutkan
3 Sabtu 09.00- -Mengkaji pola tidur klien S : pasien
4 Juni 10.00 -Mengajarkan tekhnik mengatakan bisa
2016 relaksasi sebelum tidur tidur
-Menganjurkan klien untuk O : Klien terlihat
mengatur posisi nyaman nyaman pada saat
sebelum tidur istirahat dan tidak
-Menganjurkan klien dan lesu
keluarga untuk mengatur A : Masalah
suhu dan pencahayaan pada gangguan tidur
ruangan sewaktu istirahat teratasi
P : intervensi pada
pasien dilanjutkan
PRAKTIK GURAH DI RUMAH SEHAT B›tST1IOTA
HOLIST1K CENTER (BHC) SE8JARANG (STUDI LIVING
HADITS)

WALISONGO

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu


Syarat Guna Memperoleh Gelar Strata I
(S.1) Dalam Ilmu Ushuluddin dan
Huinaniora
Jurusan Tafsir Hadits (Ilmu Al-quran dan Tafsir)

Oleh:

M. 6IIFTACHtlL HUDA

NIM: 1504026011

Semarang, 14 Oktober
Disetujui oleh:
Pbimg I, 2019 Pembiing II,

tarom M.A
H j.Sri Pur aningsih, II.Ag
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

Penulisan transliterasi Arab-latin dalam penelitian ini menggunakan


pedoman transliterasi dari keputusan bersama Menteri Agama RI dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 150 tahun 1987 dan No. 0543b/U/1987.
Secara garis besar uraiannya sebagai berikut :
1. Konsonan
Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab

telah biasa menyimpan kata-kata hikmah dari orang-orang biasa


maka adalah tidak mungkin mereka menerahkan peninggalan dari
seorang Nabi yang berupa kata-kata pada nasib untuk disebarkan
secara lisan. Menurutnya pertimbangan bahwa penyimpanan hadits
pertama kali dalam bentuk lisan merupakan pertimbangan yang
muncul belakangan. Oleh karena itu, menurut Goldziher, hadits dan
sunnah tidak hanya berada bersama-sama tetapi juga memiliki
substansi yang sama. Perbedaan antara keduanya hanyalah jika sebuah
hadits semata-mata laporan dan bersifat teoritis, maka sunnah adalah
laporan yang sama yang telah memperoleh kualitas normatif dan
menjadi prinsip praktis bagi seorang muslim. Teori Ignaz Goldziher
tersebut telah diikuti dan dikembangkan oleh, orientalis-orientalis
sesudahnya, misalnya saja Yoseph Schacht dkk.27
Hadits dalam pandangan Fazlur Rahman merupakan verbal
tradition sedangkan sunnah adalah practical tradition atau silent
tradition. di dalam hadits terdapat bagian-bagian terpenting yaitu
sanad/rawi dan matan. di dalam perjalanan selanjutnya, terdapat
permasalahan berkenaan dengan bagian-bagian hadits tersebut. Nabi
Muhammad saw sebagai pembimbing umat manusia telah banyak
memberi hadits dan setelah beliau mangkat, hadits tersebut dari
informal menjadi sesuatu yang semi-formal. Fazlur rahman
memberikan tesis bahwa istilah yang berkembang dalam kajian ini
adalah sunnah dahulu baru kemudian menjadi istilah hadits. Hadits
bersumber dan berkembang dalam tradisi Rasulullah Saw dan
menyebarkan secara luas seiring dengan menyebarnya islam. Teladan
Nabi Muhammad Saw telah diaktuaisasikan oleh sahabat dan tabi‟in
menjadi praktek keseharian mereka. Fazlur Rahman menyebutnya
sebagai the living traditional atau sunnah yang hidup. Dari sini
muncullah penafsiran-penafsiran yang bersifat individual terhadap
teladan Nabi. Dari sini timbul suatu pandangan yang berbeda di
kalangan sahabat satu dengan yang lain, ada yang menganggap sebagai
sunnah dan yang lain tidak, kemudian muncul istilah sunnah Madinah,
sunnah kuffah dan sebagainya.28
Kemunculan kata living hadits ini dapat di kelompokan menjadi
empat bagian. Pertama, living hadits hanyalah satu terminologi saat
ini. Pada masa lalu sebenarnya sudah ada, misal, tradisi madinah,
living sunnah, lalu ketika sunnah diverbalisasi maka menjadi living
hadits, tentu dengan asumsi bahwa cakupan hadits ini lebih luas
daripada sunnah yang secara literal bermakna habitual practice. Ini
adalah satu bentuk konsekuensi dari perjumpaan teks normatif (hadits)
dengan realitas ruang waktu dan lokal. Jauh jaraknya waktu antara
lahirnya teks dan hadits ataupun al-Qur‟an menyebabkan ajaran yang
ada pada keduanya terserap dalam berbagai literature-literatur bacaan
umat islam, misal, kitab kuning. Kedua, pada awalnya, kajian hadits
bertumpu pada teks, baik sanad maupun matan, kemudian dalam kajian
living hadits bertitik tolak dari praktik (konteks). Praktik di masyarakat
yang diilhami oleh teks hadits. Pada titik ini, kajian hadits tidak dapat
terwakili, baik dalam maanil hadits ataupun fahmil hadits. Ketiga,
dalam kajian-kajian matan dan sanad hadits, sebuah teks hadits harus
memiliki standar kualitas hadits, seperti shahih, hasan, dlaif, maudlu‟,
berbeda dalam kajian living hadits, sebuah praktik yang bersandar dari

28
Sahiron Syamsuddin, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, h. 108
hadits itu tidak mempermasalahkan apakah sebuah praktik berasal dari
hadits shahih, hasan, dlaif, yang penting ia hadits dan bukan hadits
maudlu‟ sehingga kaidah kesahihan sanad dan matan tidak menjadi
titik tekan didalam kajian living hadits. Keempat, membuka ranah baru
dalam kajian hadits. Kajian-kajian hadits banyak mengalami kebekuan,
terlebih lagi pada awal tahun 2000an kajian sanad hadits sudah sampai
pada titik jenuh, sementara kajian matan hadits masih juga bergantung
pada kajian sanad hadits. Sampai akhirnya pada tahun 2007 muncullah
buku Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis yang dibesut
oleh Sahiron Syamsuddin Dkk di Prodi Tafsir Hadis, Fak. Ushuluddin,
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.29

1. Jenis-jenis Living Hadits


a. Tradisi Tulis
Tradisi tulis menulis sangat penting dalam perkembangan
living hadis. Tulis menulis tidak hanya sebatas sebagai bentuk
ungkapan yang sering terpampang dalam tempat-tempat yang
strategis seperti bus, masjid, sekolahan, pesantren, dan fasilitas
umum lainnya. Ada juga tradisi yang kuat dalam khazanah khas
indonesia yang bersumber dari hadits nabi muhammad saw.
Sebagaimana terpampang dalam berbagai tempat tersebut.30
b. Tradisi Lisan
Tradisi lisan dalam living hadits sebenarnya muncul seiring
dengan praktik yang dijalankan oleh umat islam. Seperti bacaan
dalam melaksanakan sholat subuh di hari Jum‟at.31
c. Tradisi Praktek

29
. Saifuddin Zuhri dan Subkhani Kusuma Dewi, Living Hadis; Praktik, Resepsi, Teks,
dan Transmisi,
30
(Yogyakarta: Q-Media, 2018), h. 5-8
. M. Khoiril Anwar, Living Hadis, Jurnal Farabi Volume 12 Nomor 1 juni 2015, h. 74,
diakses pada 26/4/2019
31
Nurul Khikmah, “Praktek Pengobatan Bekam (Hijamah) di Desa Bugel Kecamatan
Kedung Kabupaten Jepara (Living Hadits)”, Skripsi Iain Kudus: Kudus, 2018, h. 31. Diakses pada
25/4/2019
Tradisi praktek yang dimaksud dalam kajian ini adalah
setiap tindakan, perilaku, dan perbuatan dalam sebuah masyarakat
yang disandarkan pada hadits Nabi Saw.32 Tradisi Praktek dalam
living hadits ini cenderung banyak dilakukan oleh umat islam.
Salah satu persoalan yang ada adalah masalah ibadah sholat.33

2. Model Kajian Living Hadits


a. Metode Deduktif
Metode deduktif adalah cara analisis dari kesimpulan umum atau
generalisasi yang diuraikan menjadi contoh-contoh kongkrit atau
fakta-fakta untuk menjelaskan kesimpulan atau generalisasi
tersebut. Deduktif adalah proses pendekatan yang berangkat dari
kebenaran umum mengenai suatu fenomena (teori) dan
menggeneralisasikan kebenaran tersebut pada suatu peristiwa atau
data tertentu yang berciri sama dengan fenomena yang
bersangkutan (prediksi). Dengan kata lain deduksi berarti
menyimpulkan hubungan yang tadinya tidak tampak, berdasarkan
34
generalisasi yang sudah ada. Dalam kaitannya living hadits
adalah adanya teks hadits yang dijadikan dasar oleh masyarakat
untuk bertindak, berperilaku, dan berbuat sesuatu dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Metode Induktif
Metode Induktif yaitu cara analisis dari contoh-contoh kongkrit
atau fakta-fakta yang diuraikan terlebih dahulu, baru kemudian
dirumuskan menjadi satu kesimpulan atau generalisasi. pola pikir
yang berangkat dari nilai-nilai khusus yang bersifat partikular

32
Nasrulloh, Hadits-Hadits Anti Perempuan; Kajian Living Sunnah Perspektif
Muhammadiyah,
33
NU, & HTI, (Malang: Uin-Maliki Press, 2015), h. 76
Sahiron Syamsuddin, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta:
TH-Press, 2007), h. 123
untuk selanjutnya diturunkan pada sejumlah kasus umum.35
Induktif adalah proses logika yang berangkat dari data empiri lewat
observasi menuju kepada suatu teori.36 Dalam kaitanya living
hadits adalah adanya adanya tindakan, perilaku, dan perbuatan
dalam sebuah masyarakat yang kemudian dikaitkan dengan teks
hadits.

3. Pendekatan Fenomenologi
Pada awalnya, fenomenologi merupakan salah satu disilin dalam
tradisi filsafat. Edmund Husserl (1859-1938) merupakan tokoh
penggagas teori ini. Berasal dari bahasa Yunanani (phenomenon) yang
bermakna sesuatu yang tampak, sesuatu yang terlihat, fenomenologi
adalah ilmu pengetahuan mengenai apa yang tampak. Studi
fenomenologi merupakan studi tentang makna.
Dalam hal ini peneliti mendeskripsikan pemaknaan umum dari
sejumlah individu terhadap berbagai pengalaman hidup mereka
mengenai sebuah konsep atau sebuah fenomena. Dengan demikian
fokus fenomenolog adalah mendeskripsikan apa yang sama pada
semua partisipan ketika meraka mengalami sebuah fenomena
(misalnya, dukacita dialami secara universal). Menurut Cresswell,
tujuan utama dari fenomenologi adalah untuk mereduksi pengalaman-
pengalaman individu pada sebuah fenomena menjadi sebuah deskripsi
tentang esensi atau intisari universal. Untuk tujuan ini, para peneliti
kualitatif mengidentifikasi sebuah fenomena, misalnya fenomena joged
sholawat Mataram, bunuh diri, tradisi grebeg mulud, ya qawiyu di
Klaten, hafidz al-Qur‟an, ddl. Sang peneliti mengumpulkan data
dari individu-individu yang telah mengalami fenomena tersebut, dan
mengembangkan sebuah deskripsi gabungan tentang esensi dari
pegalaman tersebut bagi semua individu tersebut. Deskripsi ini

35
https://makalah-update.blogspot.com/2012/12/pengertian-metode-induktif-dan-
metode.html?m=1 diakses pada 15/9/2019
mencakup mengenai “apa” yang mereka alami dan “bagaimana”
mereka mengalaminya.37
Fenomenologi adalah ilmu mengenai sesuatu yang tampak. dengan
demikian setiap penelitian atau setiap karya yang membahas cara
penampakan dari apa saja merupakan fenomenologi. Dalam hal ini,
fenomenologi merupakan pendekatan filsafat yang berpusat pada
analisis terhadap gejala yang membanjiri kesadaran manusia.
Fenomenologi adalah studi tentang pengetahuan yang berasal dari,
kesadaran atau cara memahami suatu objek atau peristiwa dengan
mengalaminya secara sadar. fenomenologi berkaitan dengan
penampakan suatu objek, peristiwa, atau suatu kondisi dalam persepsi
kita. pengetahuan yang berasal dari pengalaman yang di sadari, dalam
persepsi kita. dalam hal ini, fenomenologi berarti membiarkan sesuatu
datang mewujudkan dirinya sebagaimana adanya. dengan demikian, di
satu sisi, makna itu muncul dengan cara membiarkan realitas/
fenomena/ pengalaman itu membuka dirinya.
Di sisi lain makna itu muncul sebagai hasil interaksi antara subjek
dengan fenomena yang dialaminya. dan ketika kita ingin memahami
fenomenologi, terdapat beberapa konsep dasar yang perlu di pahami,
antara lain konsep fenomena, konstitusi, kesadaran, reduksi, dan
epoche. berarti dapat di tarik kesimpulan dari beberapa pengertian
fenomenologi di atas yang mana menyebutkan bahwa fenomenologi
bermakna sebagai hasil interaksi antara subjek dengan fenomena yang
dialaminya.38

37
Saifuddin Zuhri dan Subkhani Kusuma Dewi, Living Hadis; Praktik, Resepsi, Teks, dan
Transmisi, (Yogyakarta: Q-Media, 2018), h. 16
38
Hasbiansyah. Pendekatan Fenomenologi:Pengantar Praktik Penelitian dalam ilmu sosial
dan komunikasi. Mediator,Vol.9.no.1 2008
1
Data diambil dari dokumen berupa soft file dari Rumah Sehat Basthotan Holistik Center
menjawab permasalah penyakit dewasa ini dan pengobatan Thibbun
nabawi adalah solusi yang tepat, murah dan terbukti efektif mengobati
penyakit baik fisik maupun Ruhani.
Indonesia mayoritas Islam namun sayang metode pengobatan yang
menjadi rujukan umat Islam di Indonesia berkiblat pada barat (medis
konvensional) yang tidak melibatkan unsur Ruhani (akhirat) namun unsur
dunia saja dengan uji klinis sebagai jargonnya. Contoh bahan makanan dan
minuman yang haram baik zat dan sifat tidak boleh untuk pengobatan, akan
tetapi karena mereka tidak mengenal akhirat sehingga obat banyak
mengandung bahan haram seperti alkohol, unsur babi, unsur darah dan
bahan lain yang di haramkan syariat Islam. Selain Itu Islam menekankan
pentingnya meningkat kesehatan (promotif) dan mencegah terjadinya
penyakit (preventif) dengan cara melakukan detoks seperti bekam (Al
Hijamah), Gurah Hidung (cekok) untuk penyakit Udzrah (pusing kepala di
ikuti mimisan di hidung), Gurah usus (sena makki), fasdhu (mengelurkan
darah dengan jarum sebanyak 300 sd 500 mililiter). Atau dengan cara doa
dan Ruqyah untuk mencegah dan mengobati sihir, ganguan jin lainya.
Namun sayangnya pengobatan ini sudah banyak ditinggalkan umat islam
karena tidak ada lembaga secara formal melayani pengobatan thibbun
nabawi di fasilitas kesehatan sehingga ajaran islam yang luhur tentang
kesehatan ini sudah banyak di tinggalkan umat islam dan dampaknya umat
islam banyak yang menderita penyakit degeneratif dan menurunya
produkfitas hidup baik ibadah maupun berkerja.2
Metode pengobatan thibbun nabawi berbeda pendekatannya dengan
pengobatan barat yang dilakukan secara wolistik (fisik semata). Pengobatan
nabawi dalam penyembuhan menggunakan pendekatan holistik
(menyeluruh) yang memadukan unsur ruhani dan jasmani. Ada 3 metode
pengobatan thibbun nabawi yakni :
1. Pengobatan Alamiyah seperti Al Hijamah/Bekam
(mengeluarkan darah dengan dicantuk pada kulit), Gurah
Hidung/Cekok (mengelurkan lendir dengan memasukan ramuan
ke hidung), Fasdhu (mengelurkan darah dengan jarum besar di
urat nadi), Gurah usus (mengelurkan kotoran di usus besar)
dengan herbal senna, pengobatan herbal dan madu seperti
Habbatussauda, pengobatan dengan makanan halal dan thoyib,
talbinah dan pengobatan alami lainya.
2. Pengobatan Ilahiyah dengan Ruqyah syariyah (Terapi Al
Qur‟an), doa dan dzikir, terapi sholat, terapi sedakah, terapi
umroh dan haji, terapi istighfar dan terapi ibadah lainnya.
3. Gabungan terapi alami dan Ilahiyah untuk mengoptimalkan
fungsi terapi yang lebih efektif. Metode thibbun Nabawi yang
mana aspek penekanannya pada upaya promotif (meningkat
kesehatan) dan preventif (mencegah jangan terjadi sakit), bukan
pada pengobatan (kuratif) dan rehabilitatif.3
Menyadari perlunya layanan pengobatan Thibbun Nabawi untuk
kesehatan umat islam di indonesia, membuat Didi Rudita keluar dari dari
pegawai negeri Sipil Dinas Kesehatan Kabupaten Subang Jawa Barat dan
sejak tahun 1995 sampai tahun 2003 dia mempelajari pengobatan Thibbun
Nabawi, dengan mengikuti kursus pengobatan Thibbun Nabawi maupun
pengobatan tradisional lainya yang dilakukan secara Alami. Setelah
memiliki ilmu dan keterampilan serta pengalaman mengobati keluarga dan
tetangga dengan pengobatan Thibbun Nabawi maka sejak tahun 2003 dia
menyelenggarakan Kursus pengobatan Thibbun Nabawi secara Intensif di
sekitar Kota Semarang untuk memiliki terapis profesional yang dapat
memberikan layanan Pengobatan Thibbun Nabawi di fasilitas Klinik
thibbun nabawi. Setelah memiliki tenaga terapis profesional sejak Pebruari
2006 dia membuka layanan Pengobatan Thibbun Nabawi di 3 lokasi Kota
Semarang di Kedung Mudu, Medoho Raya dan Mlaten Trengulun, dan
pada Bulan Oktober 2006 pelayanannya dipusatkan di Masjid Agung Jawa
Tengah agar lebih strategis dan bisa di akses oleh Umat Islam dan jamaah
masjid Agung Jawa Tengah. Dia memberi nama RUMAH SEHAT
BASTHOTAN HOLISTIK CENTER (BHC) yang lokasinya berada di
Area Perkantoran No. 103 Masjid Agung Jawa Tengah, Jl. Gajah Raya
Semarang.4

B. Profil Rumah Sehat Basthotan Holistik Center (BHC) Semarang


1. Visi, Misi dan Budaya Kerja
Visi : Setiap Orang Hidup sehat dan produktif secara Alami dan syar‟i.
Misi : a. menyelamatkan umat islam dan generasi muda dari bencana
kesehatan akibat racun rohani dan fisik. Dengan upaya
gerakan kembali ke Al-Qur‟an dan Sunnah yang dicontohkan
sahabat dan tabiin dengan media dakwah pengobatan alami
dan syar‟i sehingga hidup lebih sehat, produktif menuju
mardhotillah.
b. mengoptimalkan potensi sumber daya manusia dan sumber
daya alam Indonesia dengan basis usaha pengobatan nabawi
menuju kemakmuran rakyat Indonesia. Mengangkat
pengobatan holistik ala nabi setara dengan medis.
c. konvensional dan menjadi pengobatan utama bagi umat islam
Indonesia dan dunia
d. terjalin ukhuwah islamiyah dan dakwah menjalankan sunnah
dengan media pengobatan sehingga tercipta kekuatan untuk
mengembalikan kejayaan umat islam menuju islam rahmatan
lil „alamin.5
Budaya Kerja :

4
Data diambil dari dokumen berupa soft file dari Rumah Sehat Basthotan Holistik Center
(BHC) Semarang
H = Hidup sehat secara alami dan syar‟i
O = Ownership Visionery
L = Layanan Prima 5 S = Senyum, Sapa, Sigap, Sabar dan Syiar
I = Integritas, Loyalitas, dan Amanah
S = Syar‟i dalam pengobatan, Pelayanan dan Usaha
T = Terampil dan profesional
I = Istiqomah dan Disiplin
K = kreatif, inisiatif, inovatif dan produktif
2. Nilai filosofi Nama BHC ( Basthotan Holistik Center)
a. Basthotan diambil dari Al-Qur‟an Surat Al Baqarah ayat 247
maknanya Basthotan holistik Ilmu yang Luas dan Fisik Yang
Kuat, nama ini menginspirasi dengan Ilmu yan luas ruh akal sehat
dan berperilaku baik, akhlakul karimah dan kuat fisiknya. Dengan
nama tersebut harapan terapis, umat islam yang dilayani luas
ilmunya dan kuat fisik agar dapat beribadah dengan ikhlas dan
benar untuk bekal diyaumil akhir.
Nilai filosofi nama Basthotan
B = Berdasarkan al-Qur‟an dan hadits dalam menjalankan
pengobatan maupun usaha.
A = Aqidah Islamiyah landasan berpikir dan berkaktifitas baik
dalam pelayanan kesehatan maupun usaha.
S = Sunnah Nabi menjadi inspirasi untuk mengembangkan
pengobatan secara ilahiyah dan alamiah.
T = Takwa sebagai standar motivasi baik terapis maupun pasien
dalam menjalankan tugas hidup.
H = herbal dan terapi alamiah lainnya yang dilandasi dengan nilai-
nilai islam dan melalui penelitian secara ilmiah dan menjadi
ciri khas pengobatan BHC sehingga pengobatan yang kami
lakukan dapat diterima oleh masyarakat yang berkembang ke
seluruh dunia.
O = Obat yang digunakan harus terjaga kesuciannya, bebas dari
bahan haram, syirik, khurafat, bid‟ah, serta menjaga etika
islamiyah dalam penjualannya
T = Tawakal pada allah setiap menjalankan pengobatan karena
yang menurunkan penyakit adalah allah dan allah pula yang
menyembuhkan.
A = Akhlaqul kharimah menjadi kepribadian terapis dan berusaha
memotivasi pada pasien untuk meningkatkan akhlaqul
karimah saat sakit.
N = Nilai ukhuwah senantiasa disebarkan sehingga tercipta
lingkungan pengobatan islami dan rahmatan lil „alamin.
b. Holistik Artinya menyeleluruh dalam mengobati pasien secara
ruhani dan jasmani, begitupun dalam pengobatan bukan hanya
penyebab bakteri, virus, namun juga unsur jin/ sihir dan prilaku
buruk.
c. Center berharap menjadi central pelayanan pengobatan Thibbun
Nabawi di jawa tengah maupun indonesia secara amanah,
profesional dan menjadi media dakwah dalam bidang kesehatan
menuju islam rahmatan lil‟alamin.
3. Struktur Organisasi

Owner

Didi Rudita

RESEPSIONIS/ KASIR GANES

TERAPIS PRIA DAN WANITA


MAHARUDIN
LAILIN
JUNOTO
NUR HAYATI
NISA
4. Layanan Pengobatan di BHC
a. TCM (Tradisional Chinese medicine) adalah pemeriksaan melalui
pendekatan china.
b. Bekam adalah metode pengobatan klasik yang direkomendasikan
Nabi Muhammad Saw. Yakni mengeluarkan darah kotor dengan
cara di kop dan dikeluarkan darahnya melalui sayatan atau tusukan
di pembuluh darah.
c. Chiro/Pijat Syaraf adalah memperbaiki struktur tulang belakang
agar syaraf yang terblokade akibat dislokasi tulang belakang
menjadi normal kembali sehingga peredaran darah lancar.
d. Terapi Lintah adalah salah satu terapi yang medianya
menggunakan lintah.
e. Ruqyah Syar‟iyah adalah membacakan ayat-ayat al-Quran dan
doa-doa matsurat dari Rasulullah Saw dan tak menggunakan
kekuatan khadam (jin) dalam mengatasi penyakit.
f. Refleksi adalah pijat yang hanya terfokus pada tangan, kaki dan
muka.
g. Acupressure adalah menstimulus titik meridian (aliran nyawa)
organ tubuh untuk memperbaiki daya lemah tubuh sehingga organ
tubuh kembali harmoni. Dengan harmoninya tubuh maka tubuh
pun akan melakukan self healing (penyembuhan diri sendiri).
h. Gurah Hidung adalah membersihkan dan mengeluarkan lendir
yang kotor, beracun dan terinfeksi berbagai kuman penyakit
dengan cara meneteskan ramuan khusus ke dalam lubang hidung.
i. Pijat Bayi6
C. Praktik Gurah di Rumah Sehat Basthotan Holistik Center (BHC)
Semarang
1. Dalil Praktik Gurah di Rumah Sehat Basthotan Holistik Center
(BHC) Semarang
Berdasarkan wawancara dengan Didi Rudita, beliau mengungkapkan
bahwasanya dalil yang digunakan dalam Praktik Gurah di Rumah
Sehat Basthotan Holistik Center (BHC) Semarang adalah Rasulullah
Saw pernah menemui Aisyah r.a yang kala itu menemani seorang bayi
yang hidungnya mengeluarkan darah. Rasulullah bertanya, “ada apa
ini?” Aisyah menjawab, “Ia terkena penyakit udzrah atau sakit kepala”.
Beliau berkata, “Celaka kalian. Janganlah kalian bunuh anak-anak
kalian. Wanita manapun yang anaknya terkena penyakit udzrah atau
sakit dikepalanya hendaknya mencari qusth india, dicampur dengan air
lalu digunakan sebagai gurah”. Maka Aisyah memerintahkan agar
dicarikan bahan tersebut dan digunakan untuk mencekok bayi. Bayi
itupun sembuh7
2. Terapis Gurah di Rumah Sehat Basthotan Holistik Center (BHC)
Semarang
Keadaan semua terapis di Rumah Sehat Basthotan Holistik
Center (BHC) Semarang umumnya mempunyai keahlian menggurah,
tetapi untuk membuat ramuan gurahnya hanya satu orang saja.
Sedangkan sampel yang diteliti dan diuraikan oleh penulis
dalam skripsi ini berjumlah 2 orang, yaitu satu orang pemilik yang
sekaligus terapis dan satu orang terapis yang juga pembuat ramuan
gurah.
Data-data terapisnya adalah sebagai berikut:
 Terapis 1
Ungkapan dari Didi Rudita, seorang pemilik sekaligus
terapis di Rumah Sehat Basthotan Holistik Center (BHC)
Semarang yang berasal dari Cirebon. Sejak tahun 1995 sampai
tahun 2003 dia mempelajari pengobatan Thibbun Nabawi,
dengan mengikuti kursus pengobatan Thibbun Nabawi maupun
pengobatan tradisional lainya yang dilakukan secara Alami.
Tujuan dari gurah sendiri kebanyakan itu karena penyakit flu,
pilek, kalau untuk tujuan suara itu cuma beberapa saja yang
datang kesini. Sebenarnya untuk komposisi bahan gurah itu
formulasi dari tiap-tiap terapis. Bahan gurah yang digunakan
disini adalah jeruk nipis, madu; yang berfungsi sebagai pengawet
ramuan, bawang lanang dan jahe; berfungsi sebagai perangsang
tubuh untuk mengeluarkan lendir, kadang juga menggunakan
cabai rawit atau merica; agar merangsang tubuh untuk
megeluarkan lendir lebih kuat. Syarat umur untuk digurah yang
di terapkan disini adalah usia anak-anak sesuai dengan hadits
nabi. Untuk takaran ramuan untuk tujuan kesehatan biasa yaitu 3-
5 ml, untuk suara yaitu 5-10 ml, sedangkan untuk tujuan
penyakit sinus yaitu lebih dari 10 ml. Penyakit sinus itu
penyembuhannya bertahap, membutuhkan waktu yang lumayan
lama, juga dibantu dengan pengobatan bekam8
 Terapis 2
Ungkapan dari Lailin, seorang terapis sekaligus orang yang
membuat ramuan gurah di Rumah Sehat Basthotan Holistik
Center (BHC) Semarang yang berasal dari Salatiga. Dia pertama
kali belajar gurah dengan pak rudi, setelah satu bulan belajar dia
langsung praktik di RS. Roemani mulai dari membuat ramuan
gurahnya sampai dengan praktik gurahnya dan berhasil. Sejak
saat itulah dia dipercaya untuk membuat ramuan gurah. Tujuan
dari pasien gurah disini karena flu, batuk, mengurangi asam
lambung tinggi, sinus (flu menahun). Syarat gurah adalah
minimal berumur 7 tahun, tidak mengidap penyakit asma dan
jantung karena ditakutkan bila sedang gurah lalu penyakit asma
dan jantungnya kambuh maka akan kesulitan bernafas bahkan
bisa menyebabkan kematian.
Bahan gurah yang dipakai disini yaitu bawang lanang atau
tunggal; berfungsi untuk menarik lendir lebih cepat daripada
bawang putih biasa, menurunkan kolesterol, memperkuat kerja
jantung, menghangati paru-paru, madu; berfungsi untuk
pengawet, agar tidak terlalu panas di hidung, jahe; berfungsi
untuk menghangati tubuh, menarik lendir, daun sirih; berfungsi
untuk antiseptik agar pita suara tidak iritasi, jeruk nipis; untuk
lambung. Untuk doa yang dipakai disini yaitu doa menurut
kepercayaannya masing-masing. Pantangan yang harus
dilakukan setelah gurah adalah dilarang makan makanan yang
terlalu panas, pedas, asin, dan minum minuman yang terlalu
dingin karena untuk mengantisipasi kerusakan-kerusakan yang
timbul akibat masih sensitifnya pita suara dan rongga hidung
serta saluran pernafasan. Waktu untuk menghindari pantangan
gurah bagi yang tujuannya untuk kesehatan biasa adalah 6-15
hari, sedangkan yang tujuannya untuk suara adalah 15-20 hari.9

Dari penjelasan kedua terapis diatas, dapat ditarik kesimpulan


bahwa kebanyakan tujuan pasien gurah di Rumah Sehat Basthotan
Holistik Center (BHC) Semarang (BHC) Semarang adalah untuk
mengobati penyakit, sedangkan untuk tujuan suara itu cuma beberapa
saja yang datang kesana. Syarat boleh digurah adalah mulai dari usia
anak-anak sesuai dengan hadis nabi kira-kira usia 7 tahun keatas, tidak
mempunyai riwayat penyakit asma dan jantung. Komposisi bahan gurah
itu tergantung dengan formulasi tiap-tiap terapis sedangkan takaran
ramuan gurah itu ditentukan dengan jenis penyakit ataupun tujuan
gurah itu sendiri. Untuk takaran ramuan untuk tujuan kesehatan biasa
yaitu 3-5 ml, untuk suara yaitu 5-10 ml, sedangkan untuk tujuan
penyakit sinus yaitu lebih dari 10 ml dan dibantu dengan pengobatan
bekam.

3. Media yang digunakan untuk Gurah di Rumah Sehat Basthotan


Holistik Center (BHC) Semarang (BHC) Semarang
a. Kasur/ranjang, digunakan untuk berbaring pada saat proses
penggurahan
b. 2 buah Pipet penyedot adalah sebuah alat yang digunakan untuk
menyedot ramuan gurah agar takaran ramuan yang dimasukkan ke
dalam hidung bisa sama antara kedua pipet. Manfaat lainnya
adalah untuk memudahkan memasukkan ramuan gurah ke dalam
hidung, sehingga tidak tercecer atau tumpah, baik diluar tubuh
maupun mengenai wajah atau mata.
c. Ramuan gurah, yang terdiri dari :
1) Jahe
2) Jeruk nipis
3) Bawang Lanang/Tunggal adalah bawang putih yang isinya
cuma satu atau tunggal
4) Daun Sirih
5) Madu
d. Plastik Kresek, digunakan untuk menampung kotoran atau lendir
yang keluar dari hidung maupun mulut.
e. Tissue, digunakan untuk membersihkan lendir yang tersisa10

4. Teknik pembuatan ramuan Gurah di Rumah Sehat Basthotan


Holistik Center (BHC) Semarang
a. Siapkan bahan-bahan ramuan gurah, yang terdiri dari :
1) Jahe 5 jempol
2) Jeruk nipis 2 buah
3) Bawang Lanang/Tunggal adalah bawang putih yang isinya
cuma satu atau tunggal 1 buah
4) Daun Sirih 5 lembar
5) Madu 2 Sdm
6) Air putih hangat 4 Sdm
7) Alat tumbuk
8) Alat penyaring
9) Gelas dan sendok
b. Cuci bahan-bahan hingga bersih
c. Masukan jahe, bawang lanang dan daun sirih kedalam alat tumbuk
lalu haluskan.
d. Setelah halus masukan air hangat 2 Sdm lalu tumbuk lagi.
e. Setelah tercampur peras kedalam gelas.
f. Kemudian masukan lagi sisa tumbukan lagi bersama dengan jeruk
nipis lalu tumbuk dan kasih air hangat lagi 2 Sdm.
g. Kemudian peras lagi, terakhir kasih madu sebanyak 2 Sdm lalu
aduk hingga merata.
h. Ramuan siap dipakai.11
5. Tahapan-tahapan Gurah di Rumah Sehat Basthotan Holistik Center
(BHC) Semarang
a. Pasien diberi penjelasan tentang prosesi gurah, baik tentang
reaksinya, manfaatnya, pantangan makanan dan minuman pasca
penggurahan.
b. Pasien dipersilahkan untuk minum air hangat terlebih dahulu.
c. Terapis menyiapkan ramuan, pipet penyedot dan pastik kresek
d. Pasien berbaring terlentang di kasur/ranjang, posisi kepala
mendongak ke atas (agar ramuan cepat masuk kedalam hidung)
e. Kemudian terapis merileksasi pasien dengan cara memijat
disekitar wajah, jidat, leher, pundak, agar otot-otot tidak tegang
Kemudian terapis meyarankan pasien untuk berdoa, walaupun
hanya dalam hati.
f. Terapis mengambil 2 pipet dan mengisi ramuan dengan takaran
yang sama, kira-kira 5-10 ml.
g. Masukan ramuan kedalam lubang hidung pasien dengan dua
tangan secara bersamaan
h. Pasien diperintahkan menelan ramuan, agar ramuan masuk
kedalam saluran pernafasan dan saluran pencernaan bagian dalam.
i. Setelah 15-20 detik ramuan masuk kedalam tubuh, pasien berbalik
dengan posisi tengkurap.
j. Setelah itu mulutnya dibuka lebar-lebar dan tampung lendir
kedalam kresek yang telah disedikan. Dan dianjurkan agar
bernafas dengan mulut, sebab lubang hidung akan penuh dengan
lendir yang keluar
k. Terapis menepuk-nepuk punggung pasien tidak terlalu keras untuk
menambah ketenangan dan mempercepat reaksi gurah
l. Biarkan lendir keluar dengan sendirinya, jangan dipaksa keluar
karena bisa menyebabkan iritasi.
m. Kira-kira 1-2 jam dari permulaan gurah, lendir kotor, berpenyakit
dan kental sudah keluar semua. Maka proses gurah sudah bisa
diakhiri.
n. Bersihkan lendir yang tersisa dengan tissue. Selesai

6. Pendapat Pasien Gurah di Rumah Sehat Basthotan Holistik Center


(BHC) Semarang
Keadaan pasien di Rumah Sehat Basthotan Holistik Center (BHC)
Semarang umumnya sebelum dilakukan gurah banyak mengalami
berbagai latar belakang.
Sedangkan sampel yang diteliti dan diuraikan oleh penulis dalam
skripsi ini berjumlah 4 pasien.
Data-data pasiennya adalah sebagai berikut:
 Pasien 1
Ungkapan dari Sholihin 21 tahun, dia mengungkapkan
bahwa dia mengenal dan pertama kali gurah itu pada saat kelas 2
SMA. Dia melakukan gurah di BHC yang ke-2 kalinya karena
sebelumnya suaranya itu berat. Sebelum gurah dia di pijat untuk
peregangan otot dan membaca Basmallah. Digurah di BHC
rasanya pedas sampe ngga bisa nafas. Setelah gurah rasanya
ringan, nafas menjadi panjang, saya gurah karena biayanya yang
murah.12
 Pasien 2
Ungkapan dari Riski 19 tahun, dia mengungkapkan bahwa
dia mengenal gurah dan pertama kali gurah itu pada saat mondok
di majenang. Dia melakukan gurah di BHC yang ke-2 kalinya
karena sebelumnya di dada itu seperti ada cairan yang kental.
Sebelum gurah dia di pijat pada kanan kiri hidung, jidat, bahu,
untuk melancarkan pengeluaran cairan dalam tubuh. Setelah gurah
rasanya enteng dan buat ngomong ada perbedaan.13
 Pasien 3
Ungkapan dari Fauzan 23 tahun, dia mengungkapkan
bahwa dia mengenal dan pertam kali gurah itu pada saat mondok
di kudus. Dia melakukan gurah di BHC karena merasa suaranya
itu berat. Sebelum gurah dia diberi pemahaman cara meraciknya,
cara gurahnya dan juga di relaksasi dengan cara dipijat agar tidak
terlalu tegang. Saya membaca basmalah dan sholawat agar diberi
kesembuhan dan kelancaran gurah. Setelah gurah rasanya itu
plong, saya gurah karena bahannya menggunakan bahan yang
alami jadi tidak menyebabkan efek samping.14
 Pasien 4
Ungkapan Wafa 22 tahun, dia mengungkapkan bahwa dia
pertama kali gurah di BHC karena merasa badannya sering lemas
dan pusing, sebelum gurah dia dipijat agar memperlancar proses
penggurahan. Saya membaca doa minta kesembuhan. Setelah
gurah rasanya badan menjadi enteng dan sakit kepala berkurang.15
BAB IV

MAKNA DAN PELAKSANAAN HADITS TENTANG GURAH DI


RUMAH SEHAT BASTHOTAN HOLISTIK CENTER (BHC)
SEMARANG

Dalam bab IV ini, peneliti akan memaparkan bagaimana pelaksanaan


hadits dan makna gurah yang ada di Rumah Sehat Basthotan Holistik Center
(BHC) Semarang. Sudah diterangkan oleh penulis pada bab sebelumnya, bahwa
Rasulullah Saw pernah melakukan gurah, sudah dipaparkan tujuannya, bagaimana
cara melakukannya, apa yang digunakan, alasan memakai ramuan itu.

A. Pelaksanaan Hadits Tentang Gurah di Rumah Sehat Basthotan Holistik


Center (BHC) Semarang
Dalam sebuah penelitian, peneliti tetaplah membutuhkan metode
penelitian yang efektif. Penggunaan metode penelitian sangat tergantung
pada kapasitas dan profesionalitas peneliti serta tujuan dari penelitian itu
sendiri. Dan dalam penelitian tafsir al-Qur’an dan hadits pada umumnya
tetap mengambil salah satu dari beberapa bentuk metode dari teori tentang
living hadits. Namun, melihat dari penelitian yang berasal dari pandangan
masyarakat mengenai tentang hadits Nabi yang masih hidup di zaman
sekarang ini, maka penulis mengambil “studi tentang fenomena sosial
muslim yang terkait dengan teks al-Qur’an dan hadits Nabi”.
Penelitian fenomena sosial yang dimasukkan dalam kajian studi
living hadits adalah penelitian dimana aktifitas tersebut dikaitkan dengan
pelaku sebagai aplikasi dari meneladani Nabi atau dari teks-teks hadits
(sumber-sumber yang jelas) atau meyakini yang ada. Dalam penelitian
living hadits, peneliti tidak diharuskan mengkaji sejauh mana kredibilitas
rujukan yang digunakan, apakah benar-benar hadits shohih atau tidak.
Dalam kajian Living Hadits paling tidak ada tiga variasi dan
bentuk living hadits, ketiga bentuk tersebut adalah tradisi lisan, tradisi tulis

49
dan tradisi praktik. Tradisi gurah dalam kajian living hadits merupakan
tradisi praktik, yaitu sebuah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat yang
didasarkan pada hadits nabi.
Menurut bapak Rudi Rudita, bahwasannya dalil yang digunakan
dalam Praktik Gurah di Rumah Sehat Basthotan Holistik Center (BHC)
Semarang adalah Rasulullah Saw pernah menemui Aisyah r.a yang kala itu
menemani seorang bayi yang hidungnya mengeluarkan darah. Rasulullah
bertanya, “ada apa ini?” Aisyah menjawab, “Ia terkena penyakit udzrah
atau sakit kepala”. Beliau berkata, “Celaka kalian. Janganlah kalian bunuh
anak-anak kalian. Wanita manapun yang anaknya terkena penyakit udzrah
atau sakit dikepalanya hendaknya mencari qusth india, dicampur dengan
air lalu digunakan sebagai gurah”. Maka Aisyah memerintahkan agar
dicarikan bahan tersebut dan digunakan untuk mencekok bayi. Bayi itupun
sembuh.
Dalam hadits diatas dijelaskan bahwa penyakit uzrah, yaitu darah
yang didominasi oleh dahak yang menyerang anak kecil,1 yang umumnya
keluar pada saat terbitnya uzrah yaitu lima bintang dibawah garis lintang
pada pertengahan musim panas. Anak atau orang yang terkena penyakit
penyakit uzrah maka harus di gurah dengan cara tidur terlentang lalu
meletakan ganjalan dibagian bahunya agar kepala berada pada posisi
miring kebawah dan meneteskan qusth india. Qusth india adalah kayu
india yang berwarna putih, rasanya manis, memiliki khasiat, dan
mengandung zat yang mengurangi kelembaban, biasanya digunakan untuk
mengobati penyakit radang tenggorokan dengan cara dihaluskan dan
dijadikan sebagai obat telan atau sirup.2
Alasan beliau mendirikan Rumah Sehat Basthotan Holistik Center
(BHC) Semarang yaitu bermula dari perkembangan penyakit khususnya di
Indonesia yang menjadi penyebab kematian tertinggi yang disebabkan
oleh bakteri, virus cacing (penyakit infeksi) bergeser ke penyakit

1
2 M. Jamiluddin
Abu Aziz,al-Maidani,
Umar Basyier Panduan Pengobatan Gurah; Terapi
Metode Pengobatan Pengobatan
Nabi, (Jakarta nabiGriya
Timur: Saw,Ilmu,
h. 46
2019), h. 115
degeneratif (penyebabnya karena kerusakan sel) yang sulit diobati dengan
tuntas dan biaya pengobatannya pun cukup mahal. Maka Didi Rudita
berinisiatif untuk menggunakan pengobatan thibbun nabawi yang terbukti
efektif mengobati penyakit baik fisik maupun ruhani dan biayanya pun
murah. Beliau mempelajari pengobatan Thibbun Nabawi, dengan
mengikuti kursus pengobatan Thibbun Nabawi maupun pengobatan
tradisional lainya yang dilakukan secara Alami. Pengobatan dengan
metode thibbun nabawi sering dilakukan masyarakat sebagai pengobatan
yang dianggap herbal yang bersumber dari Nabi SAW.
Beliau menambahkan bahwa ada 3 metode pengobatan thibbun nabawi
yakni: (1) Pengobatan Alamiyah seperti Al Hijamah/Bekam (mengeluarkan
darah dengan dicantuk pada kulit), Gurah Hidung/Cekok (mengelurkan
lendir dengan memasukan ramuan ke hidung), Fasdhu (mengelurkan darah
dengan jarum besar di urat nadi), Gurah usus (mengelurkan kotoran di usus
besar) dengan herbal senna, pengobatan herbal dan madu seperti
Habbatussauda, pengobatan dengan makanan halal dan thoyib, talbinah dan
pengobatan alami lainya. (2) Pengobatan Ilahiyah dengan Ruqyah syariyah
(Terapi Al Qur’an), doa dan dzikir, terapi sholat, terapi sedakah, terapi
umroh dan haji, terapi istighfar dan terapi ibadah lainnya. (3) Gabungan
terapi alami dan Ilahiyah untuk mengoptimalkan fungsi terapi yang lebih
efektif. Metode thibbun Nabawi yang mana aspek penekanannya pada
upaya promotif (meningkat kesehatan) dan preventif (mencegah jangan
terjadi sakit), bukan pada pengobatan (kuratif) dan rehabilitatif.
Di klinik beliau selain menyediakan pelayanan gurah, juga masih
banyak pelayanan yang disediakan seperti bekam, chiro/pijat syaraf, terapi
lintah, ruqyah syar’iyah, refleksi, acupressure, dan pijat bayi.
Menurut Didi Rudita kebanyakan tujuan pasien gurah di Rumah Sehat
Basthotan Holistik Center (BHC) Semarang adalah untuk pengobatan
walapun ada juga yang gurah untuk suara.
Berdasarkan observasi pengamatan penulis, tahapan yang dilakukan
sebelum gurah adalah pertama menyiapkan seluaruh media yang
digunakan untuk gurah, seperti tempat penggurahan, dua buah pipa
penyedot ramuan, ramuan gurah, plastik keresek, dan tissue. Untuk
pembuatan ramuan sendiri pak lailin menggunakan bahan-bahan yang
terdiri dari jahe, jeruk nipis, bawang lanang, daun sirih dan madu. Pak
Lailin mengatakan bahwasanya manfaat dari jahe; berfungsi sebagai
penghangat tubuh, menarik lendir, jeruk nipis; berfungsi sebagai pengawet
ramuan, untuk lambung, bawang lanang; berfungsi sebagai perangsang
tubuh untuk mengeluarkan lendir,3 daun sirih; berfungsi sebagai antiseptik
agar pita suara tidak iritasi, madu berfungsi sebagai pengawet ramuan,
pendingin ramuan agar tidak terlalu panas di hidung.
Setelah bahan-bahan telah siap maka langkah selanjutnya adalah
membuat ramuan. Pertama, bahan-bahan tadi dicuci bersih, kemudian
haluskan lima jempol jahe, satu buah bawang lanang, dan lima lembar
daun sirih, setelah halus beri dua sendok makan air hangat lalu aduk
merata, selanjutnya peras kedalam gelas, kemudian masukkan lagi sisa
perasan tadi dan beri dua buah jeruk nipis, dua sendok makan air hangat
lalu tumbuk lagi, terakhir peras lagi dan beri dua sendok makan madu lalu
aduk hingga merata.
Tahapan gurah yang dilakukan di Rumah Sehat Basthotan Holistik
Center (BHC) Semarang sebagai berikut pertama pasien diberikan
penjelasan mengenai bagaimana proses gurah, baik itu tentang raksinya,
manfaatnya, apa saja yang dilarang untuk dimakan dan diminum setelah
digurah, apa saja yang harus dilakukan dan dihindari pada saat
penggurahan. Sebelum pasien berbaring di kasur/ ranjang, pasien
dipersilahkan untuk meminum air hangat supaya rileks, setelah selasai
pasien berbaring terlentang di kasur/ ranjang dan memposisikan kepala
mendongak keatas supaya ketika ramuan di masukan ke dalam hidung
dapat cepat masuk dan tidak tumpah, kemudian terapis memulai
merileksasi pasien dengan cara memijat disekitar wajah, jidat, leher,

3
Menggunakan bawang lanang karena dalam menarik lendir lebih cepat daripada bawang
putih biasa.
pundak, agar otot-otot tidak tegang saat digurah, kemudian pasien diminta
untuk berdoa supaya diberi kelancaran dan hasil yang maksimal. Lalu
terapis mengambil dua pipet dan mengisi ramuan dengan takaran yang
sama kira-kira 5-10 mili, kemudian terapis memasukkan dua pipet yang
telah diisi ramuan tadi ke dalam lubang hidung, pasien diperintahkan
menelan ramuan agar ramuan dapat masuk kedalam saluran pernafasan
dan saluran pencernaan bagian dalam. Setelah 15-20 detik ramuan masuk
kedalam tubuh, pasien disuru untuk berbalik dengan posisi tengkurap,
setelah itu mulutnya dibuka lebar-lebar dan tamping lendir kedalam kresek
yang telah disediakan dan dianjurkan untuk bernafas lewat mulut, sambil
menunngu lendir keluar semua, terapis menepuk-nepuk punggung pasien
agar proses pengeluaran lendir cepat keluar. Setelah 1-2 jam dari
permulaan gurah maka proses gurah sudah bisa diakhiri. Terakhir
bersihkan sisa-sisa lendir dengan tissue.

B. Makna Pelaksanaan Gurah di Rumah Sehat Basthotan Holistik Center


(BHC) Semarang
Al-Qur’an dan hadits merupakan pedoman hidup manusia dalam
bermuamalah dengan manusia maupun dengan tuhannya. Jika kita
mengikutinya pasti allah akan menurunkan keberkahan dan keridhoan.
Sebaliknya jika kita menjauhinya dan bertolak belakang dengan ajaran al-
Qur’an dan hadits pasti akan semakin jauh memperoleh kehidupan yang
berkah. Dalam kehidupan sehari-hari al-Qur’an dan hadits menempati
kedudukan yang paling penting bagi kaum muslimin, pentingnya al-
Qur’an dan hadits berkaitan dengan keberadaan dan fungsinya sebagai
sumber utama dalam ajaran islam. Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa
gurah yang dilaksanakan di Rumah Sehat Basthotan Holistik Center
(BHC) Semarang dengan gurah pada zaman dulu atau yang diajarkan oleh
Nabi Muhammad Saw sudah berbeda baik itu dari segi tujuan maupun
ramuan gurah. Gurah merupakan salah satu jenis pengobatan yang
bersumber dari nabi. Gurah adalah membersihkan dan mengeluarkan
lendir yang kotor beracun dan terinfeksi berbagai kuman penyakit.
Caranya dengan meneteskan ramuan khusus kedalam lubang hidung.
Khasiat ramuan tadi membuat semua syaraf tubuh bereaksi menekan,
mendorong, dan mengeluarkan lendir kotor yang terinfeksi kuman
penyakit, mengandung racun dan kotoran. Lendir akan keluar lewat rongga
hidung dan mulut sehingga pernafasan, pencernaan dan peredaran darah
akan bersih dan lancar.
Gurah memiliki berbagai macam baik itu berdasarkan metode
penggurahan, maupun berdasarkan sasaran terapi penggurahan.
Berdasarkan metode penggurahn, gurah dibagi menjadi 4 yaitu gurah
lalapan, gurah ramuan, gurah tetes/cor, gurah herbal. sedangkan
berdasarkan sasaran terapi penggurahan, dibagi menjadi 3 yaitu gurah
hidung, gurah mata, gurah vagina. Praktik yang dilakukan di Rumah Sehat
Basthotan Holistik Center (BHC) Semarang yaitu gurah hidung yang
berarti mengeluarkan lendir penyakit lewat hidung dengan cara
meneteskan ramuan/obat kedalam lubang hidung.
Menurut bapak Rudi Rudita selaku pemilik dan terapis di Rumah
Sehat Basthotan Holistik Center (BHC) Semarang Gurah sangat
dianjurkan oleh beliau dimana ramuan yang digunakan dalam gurah
tersebut terdiri dari bahan-bahan alami yang tidak menyebabkan efek
samping. Beliau menyebutkan dasar atau dalil yang mendasari dan
menjadi pegangan dari sekian hadits yang menjelaskan tentang gurah.
Hadits tentang gurah itu bermacam-macam mulai dari hadits yang
menjelaskan bahwasanya Rasulullah Saw pernah melakukan gurah,
perintah Gurah, penggunaan kayu india untuk gurah.
Beliau menyebutkan dasar yang menjadi pegangan gurah yaitu
Rasulullah Saw pernah menemui Aisyah r.a yang kala itu menemani
seorang bayi yang hidungnya mengeluarkan darah. Rasulullah bertanya,
“ada apa ini?” Aisyah menjawab, “Ia terkena penyakit udzrah atau sakit
kepala”. Beliau berkata, “Celaka kalian. Janganlah kalian bunuh anak-anak
kalian. Wanita manapun yang anaknya terkena penyakit udzrah atau sakit
dikepalanya hendaknya mencari qusth india, dicampur dengan air lalu
digunakan sebagai gurah”. Maka Aisyah memerintahkan agar dicarikan
bahan tersebut dan digunakan untuk mencekok bayi. Bayi itupun sembuh.
Beliau mempraktikkan gurah karena ingin mengobati penyakit
fisik maupun ruhani yang terbukti efektif dengan biaya yang murah dan
berdasarkan metode thibbun nabawi. Beliau menambahkan tujuan dari
gurah sendiri itu dalam konteks sekarang itu ada dua yaitu bertujuan untuk
pengobatan dan bertujuan untuk memperindah suara, biasanya dilakukan
oleh santri, Qori/ah atau penyanyi. Walaupun dalam praktiknya yang
gurah disitu kebanyakan bertujuan untuk berobat bukan untuk
memperindah suara.
Kemudian di lihat dari sisi Teori Fenomenologi, Skripsi ini
mengacu pada Teori dari Talal Asad, dalam bukunya Menimbang Agama
dalam Kategori Antropologi. Pemikiran Talal Asad sebenarnya di
karenakan mengkritisi dari konsep pemaknaan agama oleh manusia adalah
sesuatu yang dinamis. ia berubah seiring dengan perubahan waktu dan
tempat. Ritual tertentu yang dianggap Agama di era klasik bisa jadi tidak
lagi dianggap agama pertengahan dan modern. Demikian juga dengan
ritual yang dilakukan oleh komunitas tertentu, belum tentu dianggap
praktek agama oleh komunitas lain.4
Bagi Talal Asad, Agama tidak mempunyai esensi karakteristik
yang universal. Ritual atau praktik keberagaman masih bersifat spatio-
temporal. Hal yang menarik dari pemikiran Talal bahwa, praktek
keagamaan dalam berbagai bentuk yang diperspektifkan sebagai agama,
tidak bisa dipisahkan dari faktor sosial dan politik. 5 Kemudian Menurut
Sshurtz, konsep tindakan dalam Fenomenologi melahirkan konsekuensi
pada tingkat metode penelitian yang utamanya sangat berpengaruh

4
Novizal Wendry, Talal Asad, Cliffort Geertz, agama symbol suasana hati, Jurnal
kontemplasi Vol 04 Nomor 01, Agustus 2016, h. 180.
5
Novizal Wendry, Talal Asad, Cliffort Geertz, agama symbol suasana hati,........h. 180.
terhadap sistem pengamatan atau observasi khususnya pada penelitian
yang mendasarkan diri pada penelusuran tentang pemaknaan tindakan.6
Salah satu tawaran melalui model pengamatan yang dibagi
berdasarkan cara pengamatan yang bersifat langsung maupun tidak
langsung. Pengamatan langsung biasa dilakukan oleh banyak metode
penelitian yang dilakukan oleh peneliti sosial, khususnya yang ingin
mengeksplorasi pengamatan secara detail mengenai objek penelitian
menurut prespektif penelitiannya sebagai instrumen utama dalam
penelitian sosial. sedangkan dalam pengamatan tidak langsung peran
peneliti dengan mengunakan perspektif fenomenologi lebih di dasarkan
pada observasi diri dari responden. Secara teknis, metode observasi dalam
penambilan data ini dapat dilakukan dengan mengunakan daftar
pertanyaan atau panduan wawancara untuk mendapatkan hasil observasi
diri dari tindakan responden yang bersangkutan. Pemikiran tentang
penggunaan metode yang sesuai dengan pemikiran metodologi
fundamental dalam fenomenologi yaitu menuntut penemuan akan dunia
yang sesuai dengan yang dialami oleh yang bersangkutan. Semua ini
didasarkan pada sifat alamiah dari pengalaman manusia dan makna yang
menyertai. Makna tersebut didasarkan pada pengalaman hidup manusia
yang bersangkutan.7
Dalam kaitan dengan pemikiran tentang metode penelitian sosial,
khususnya mengenai tawaran yang merupakan konsekuensi dari penelitian
kualitatif, menempatkan ide dasar fenomenologi Schurt bukan sebagai
suatu teori atau pendekatan, melainkan lebih merupakan gerakan filosofis
pada abad 20-an yang menjadi perhatian dari ilmu sosial sebagai ilmu
humaniora.
Dengan demikian dari pemikiran dua tokoh Fenomenologi
tersebut. penulis mengaitkan bahwa tradisi keagamaan yang berupa

6
Stefanus Nindito, Fenomenologi Alfred Schurt Studi Tentang Konstruksi Makna
dan Realitas dalam Ilmu Sosial , Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 2 Nomor 1, Juni 2005, h.
90. 7
Stefanus Nindito, Fenomenologi Alfred Schurt Studi Tentang Konstruksi Makna
dan Realitas dalam Ilmu Sosial,...., h. 91.
praktek Gurah merupakan tradisi sosial yang berasal dari Hadis Nabi yang
di praktikan oleh sejumlah masyarakat. Kemudian pengamatan peneliti
yang dilakukan dengan cara meneliti langsung kegiatan sosial atau tradisi
tersebut sesuai dengan metode yang di tawarkan sebagai alat untuk
meneliti yaitu dengan observasi dan wawancara juga menghasilkan sebuah
teori fenomenologi yaitu menuntut penemuan akan dunia yang sesuai
dengan yang dialami oleh yang bersangkutan. Semua ini didasarkan pada
sifat alamiah dari pengalaman manusia dan makna yang menyertai. Makna
tersebut didasarkan pada pengalaman hidup manusia yang bersangkutan.
Pengalaman di sini adalah praktik gurah di Basthotan Holistik Center
(BHC) Semarang.
Pelaksanaan gurah di Rumah Sehat Basthotan Holistik Center
(BHC) Semarang dimulai dari, penyiapan bahan, proses pembuatan
ramuan, proses penggurahan. Rumah Sehat Basthotan Holistik Center
(BHC) Semarang memaknai praktik gurah sebagai salah satu metode
pengobatan thibbun nabawi. kedua, gurah adalah mengeluarkan lendir
dengan memasukan ramuan ke hidung. Ketiga, gurah bertujuan untuk
pengobatan, walaupun masih ada yang bertujuan untuk memperindah
suara. Kemudian para pasien memaknai praktik gurah sebagai bentuk
pengobatan yang berdasarkan metode thibbun nabawi, biaya yang murah,
menggunakan bahan-bahan alami, tidak menyebabkan efek samping.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melakukan kajian living hadits pada praktik gurah di
rumah sehat basthotan holistik center (BHC) semarang dan melakukan
analisis pada bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut:

1. Mengenai Praktik Gurah Di Rumah Sehat Basthotan Holistik


Center (BHC) Semarang
Secara garis besar praktik gurah yang dilakukan oleh bapak Didi
Rudita karena beliau ingin mengobati penyakit fisik maupun ruhani
yang terbukti efektif dengan biaya yang murah dan berdasarkan
metode thibbun nabawi. Bentuk praktik gurahnya yaitu:
a. Tahapan persiapan meliputi penyiapan tempat, pembuatan
ramuan, pemberian penjelasan mengenai proses gurah,
rileksasi.
b. Tahapan pelaksanaan meliputi proses penggurahan.
2. Mengenai Makna Gurah Di Rumah Sehat Basthotan Holistik Center
(BHC) Semarang
Pelaksanaan gurah di Rumah Sehat Basthotan Holistik Center
(BHC) Semarang dimulai dari, penyiapan bahan, proses pembuatan
ramuan, proses penggurahan. Rumah Sehat Basthotan Holistik Center
(BHC) Semarang memaknai praktik gurah sebagai salah satu metode
pengobatan thibbun nabawi., kedua, gurah adalah mengeluarkan
lendir dengan memasukan ramuan ke hidung. Ketiga, gurah bertujuan
untuk pengobatan, walaupun masih ada yang bertujuan untuk
memperindah suara. Kemudian para pasien memaknai praktik gurah

58
59

sebagai bentuk pengobatan yang berdasarkan metode thibbun nabawi,


biaya yang murah, menggunakan bahan-bahan alami, tidak
menyebabkan efek samping
B. Saran-saran
Berdasarkan hasil kajian teori dan penelitian lapangan, ada
beberapa saran yang dapat dikemukakan menyangkut penelitian yang
penulis lakukan, yaitu:
1. Sebaiknya agar banyak membaca dan menambah wawasan
keilmuan terkait gurah ini, baik dari segi hadits maupun medis.
Agar praktiknya bisa sesuai dengan sunnah.
2. Kajian living hadits dengan metode living ini diharapkan akan lebih
menjadikan hidup suatu hadits itu. Menjadikan hadits sebagai
sebuah patokan dalam menjalankan tradisi yang berlaku dalam
masyarakat.

C. Penutup
Akhirnya dengan segala keterbatasan dan kelamahan yang penulis
miliki, hanya rasa syukur yang dapat kami panjatkan kepada Allah SWT
yang telah memberikan kekuatan dan petunjuk bagi penulis. Penulis sadar
bahwa skripsi ini masih banyak kekurangangan baik dari segi isi maupun
metodologi. Hal ini karena keterbatasan penulis semata. Oleh karenanya,
kritik dan saran yang membangun dari pembac sangat peneliti harapkan
demi kesempurnaan skripsi ini. Harapan peneliti, semoga akan ada peneliti
yang membahas lebih lanjut atau memberikan sanggahan terhadap skripsi
ini. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi peneliti khususnya dan bagi
para pembaca pada umumnya.
Mulyana, Deddy, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, PT Remaja Rosdakarya, Bandung,
2010.

Mustaqiem Abdul, Paradigma Interkoneksi Dalam Memahami Hadits Nabi


(Pendekatan Sosiologi, dan antropologi), Bidang Akademik, Yogyakarta,
2008
Nindito Stefanus, Fenomenologi Alfred Schurt Studi Tentang Konstruksi Makna
dan Realitas dalam Ilmu Sosial , Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 2 Nomor 1,
Juni 2005
Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Bumi Aksara,
Jakarta, 2015

Nasrulloh, Hadits-Hadits Anti Perempuan; Kajian Living Sunnah Perspektif


Muhammadiyah, NU, & HTI, Uin-Maliki Press, Malang, 2015
Rahman, Fazlul, Etika Pengobatan Islam, Mizan, Bandung, 1999

Shihab, M Quraish, Tafsir Al-Misbah,PT. Lentera Hati, Tanggerang, 2016.

Spradley, James P, Metode etnografi, Terj. Misbah zulfa Elisabth, PT. Tiara
Wacana Yogya, Yogyakarta, 1997
Sudarto, Metodologi penelitian filsafat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung,


2018

Sulaiman, Sufi Healing; Penyembuhan Penyakit Lahiriah dan Batiniah Cara Sufi,
CV. Karya Abadi Jaya, Semarang, 2015.

Suryadilaga, Alfatih, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, Teras,


Yogyakarta, 2007.

Suryadilaga, Alfatih, Aplikasi Penelitian Hadis dari Teks ke Konteks, Teras,


Yogyakarta, 2009
Syaikh, Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman Alu, Tafsir Ibnu Katsir, Terj.
M.Abdul Ghoffur, Pustaka Imam Asy-Syafii, Jakarta, 2008.

Syamsuddin, Sahiron, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, TH-Press,


Yogyakarta, 2007

Unaradjan, Dolet, Pengantar Metode Penelitian Ilmu Sosial, PT Grasindo, Jakarta,


2000

Wendry, Novizal, Talal Asad, Cliffort Geertz, agama symbol suasana hati, Jurnal
kontemplasi Vol 04 Nomor 01, Agustus 2016
Widiani dan Farida Nurul R, Menggunakan Metode Etnografi Dalam Penelitian
Sosial, Jurnal Dimensi, Vol.9, No. 2, 2016, h. 91
Yusuf, A. Muri, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian
Gabungan, Prenada Media, Jakarta, 2014

Zuhri, Saifuddin dan Subkhani Kusuma Dewi, Living Hadis; Praktik, Resepsi, Teks,
dan Transmisi, Q-Media, Yogyakarta, 2018

Sumber Internet :

https://etnobudaya.net/2009/05/11/pendekatan-budaya-terhadap-agama/diakses pada
25/8/2019, pukul 13.30 WIB

https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/pengobatan-tradisional-gurah-
hidung/ diakses pada 30/7/2019, pukul 16.00 WIB
PENDAHULUAN

Typhoid Fever merupakan penyakit Insidensi Typhoid Fever di Indonesia


infeksi menahun yang dapat terjadi pada bervariasi di setiap daerah dan biasanya
anak maupun dewasa. World Health terkait dengan sanitasi lingkungan. Di
Organitation (WHO) memperkirakan daerah rural atau daerah yang sebagian
jumlah penderita Typhoid Fever besar penduduknya petani seperti Jawa
diseluruh dunia mencapai 16-33 juta Barat ditemukan 157 kasus per 100.000
jiwa dengan 500-600 ribu jiwa kematian penduduk, sedangkan di daerah urban
tiap tahunnya (Aden, 2010). Typhoid atau daerah yang sebagian besar
Fever yang disebabkan oleh infeksi penduduknya bukan bekerja sebagai
bakteri Salmonella Thypi merupakan petani ditemukan 760-810 per 100.000
salah satu kasus tertinggi bagi kesehatan penduduk (Widodo. 2009). Salah satu
khususnya di Indonesia. Beberapa masalah atau gejala yang muncul dari
faktor resiko dari penyakit ini antara penyakit Typhoid Fever adalah panas.
lain lingkungan dan perilaku hidup Penderita Typhoid Fever mengalami
bersih yang rendah, sehingga kenaikan suhu pada minggu pertama,
mengakibatkan tingginya angka menurun pada pagi hari dan meningkat
kejadian penyakit Typhoid Fever. lagi pada sore dan malam hari. Sifat
Typhoid Fever adalah penyakit infeksi demam yang remiten ini terjadi akibat
akut yang biasanya menyerang saluran siklus agen infeksius yang berkembang
pencernaan dengan gejala yaitu demam pada waktu sore dan malam hari saat
lebih dari 7 hari dan gangguan pada metabolisme tubuh menurun sehingga
saluran pencernaan. Dalam kehidupan suhu tubuh juga ikut menurun.
sehari-hari penyakit ini sering dikenal Mekanisme demam dapat terjadi ketika
dengan nama Tipes atau thypus tubuh mengkompensasi set point
(Akhsin, 2010). “palsu” yang di set oleh bakteri
Salmonella thypi.
Menurut Depkes RI (2013), sejak tahun
2010 penderita Typhoid Fever dan (Algerina, 2008). Hipertermia jika tidak
paratifoid yang tercatat di Rumah Sakit ditangani dapat menyebabkan dehidrasi
sebanyak 41.081 kasus, dimana 279 yang akan mengganggu keseimbangan
pasien diantaranya meninggal dunia. Di elektrolit dan dapat menyebabkan
Indonesia, penyakit Typhoid Fever kejang. Kejang berulang dapat
bersifat endemik. Penyakit ini tersebar menyebabkan kerusakan sel otak yang
di seluruh wilayah Indonesia yang dapat menyebabkan gangguan tingkah
memiliki suhu udara 20-23˚C. Pada laku, serta dehidrasi yang berat dapat
golongan suhu tersebut bakteri menyebabkan syok dan bisa berakibat
Salmonella Thypi dapat hidup dan fatal hingga berujung kematian
berkemabang biak. (Nelwan, 2012). (Wijayahadi, 2011).
Menurut Sodikin (2012), diperkirakan
antara 800-100.000 orang yang terkena
penyakit Typhoid Fever setiap tahun. BAHAN DAN METODE
Angka kematian akibat Typhoid Fever
di Indoensia pada anak-anak sekitar Penelitian ini menggunakan quasi
2,6% dan pada orang dewasa sekitar eksperimental design, rancangan
7,4% jika dirata-rata menjadi 5,7% dari penelitan menggunakan Two Group
total kematian. Pre- Test and Post-Test Design pada
dua kelompok yang berbeda. Sampel
penelitian ini adalah pasien dengan
Typhoid Fever yang dikumpulakan 1. Langkah pertama peneliti meminta
sesuai kriteria selama bulan Febuari- izin tertulis dari Dekan Fakultas
April, sampel dipilih dengan purposive Ilmu Keperawatan untuk melakukan
sampling. Purposive sampling biasa studi pendahuluan di Rumah Sakit
disebut judgementsampling adalah Advent Bandung.
teknik penetapan sempel dengan cara 2. Setelah peneliti mendapatkan izin,
memilih sempel diantara populasi yang peneliti memberikam izin tertulis
sesuai dengan kehendak peneliti tersebut kepada Kepala Diklat dan
(tujuan/masalah dalam penelitian), Direktur Keperawatan Rumah Sakit
sehingga sampel yang di ambil tersebut Advent Bandung.
mewakili karakteristik populasi yang 3. Setelah itu peneliti datang ke
telah dikenal sebelumnya. bangsal-bangsal untuk memilih
subjek sesuai kriteria-kriteria yang
Pertimbangan karakteristik dalam telah ditentukan.
penelitian adalah sebagai berikut: 4. Peneliti menjelaskan tujuan kepada
subjek yaitu untuk mengetahui
1. Subjeknya merupakan seluruh perbedaan kompres hangat pada
pasien Typhoid Fever dari bulan temporal dan abdomen pada pasien
Febuari-April 2017 yang menjalani Typhoid Fever.
perawatan. 5. Peneliti menjelaskan mengenai
2. Subjek penelitian ini adalah pasien prosedur penelitian kepada subjek
dengan Typhoid Fever yang berusia penelitian.
remaja (12-25tahun). 6. Peneliti melakukan prosedur
3. Subjeknya merupakan pasien tindakan kompres hangat.
Typhoid Fever yang mengalami 7. Peneliti menyiapkan alat dan bahan
peningkatan suhu tubuh >38˚C untuk prosedur tindakan kompres air
selama >3hari. hangat pada temporal atau abdomen.
4. Subjek yang menggunakan yang 8. Cuci tangan dengan menggunakan
menggunakan IV RL 20- enam langkah.
30gtt/menit. 9. Pasang thermometer air raksa pada
5. Subjek yang mendapatkan obat aksila pasien selama 15 menit.
penurun panas dengan dosis yang 10. Cabut thermometer dari aksila
sama. pasien.
6. Subjek yang mendapatkan antibiotik 11. Catat berapa suhu tubuh pasien.
dengan dosis dan kandungan yang 12. Ambil washlap berukuran 17x8 cm
sama. lalu rendam kedalam baskom yang
7. Subjek yang tidak menggunakan berisi air hangat 40˚C selama 1
kortikosteroid. menit lalu diperas 2x perasan.
8. Subjek yang terdiagnosa Typhoid. 13. Letakan washlap tersebut ke daerah
9. Subjeknya secara sukarela ikut temporal atau abdomen selama 20
berpartisipasi dalam penelitian yang menit.
akan dilakukan. 14. Setelah 20 menit angkat waslap.
15. Ukur kembali suhu tubuh pasien
Prosedur pengambilan data dan setelah dilakukan kompres hangat
dokumentasi dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan termometr air
selama dua bulan yaitu bulan Febuari – raksa.
April. Adapun langkah pengumpulan 16. Catat kembali suhu tubuh pasien.
data adalah sebagai berikut:
hangat pada temporal lobe = 38.15ºC
Bahan penelitian yang digunakan
adalah air hangat dengan suhu 40˚C dan
alat- alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Washlap berukuran 65x30 cm yang


dilipat 4x sehingga berukuran 17x8
cm, sebagai alat kompres yang akan
ditempatkan pada temporal lobe dan
abdomen pasien.
2. Thermometer air raksa yang telah
terkalibrasi, sebagai alat untuk
mengukur suhu tubuh pasien per
aksila.
3. Alat pengukur suhu air, sebagai alat
untuk mengukur suhu air hangat
40˚C
4. Baskom berdiameter 23 cm dan
kedalam 9 cm, sebagai tempat untuk
menaruh air hangat.
5. Stopwatch, sebagai alat untuk
mengukur waktu ketika dilakukan
kompres selama 20 menit.
6. Lembar observasi, sebagai alat
untuk mencatat suhu tubuh pasien.

HASIL

1. Gambaran rata-rata suhu tubuh (ºC)


dari responden sebelum dan sesudah
diberikan tindakan kompres hangat
pada temporal lobe.

Tabel 1. Rata-rata suhu tubuh (ºC) dari


responden sebelum dan sesudah
diberikan tindakan kompres hangat pada
temporal lobe.

Temperatu Mea Interpreta


n SD
re n si
1 38.1 .10 Slight
Sebelum
0 5 8 fever
1 37.1 .20
Sesudah Normal
0 3 0
SD= Standard deviation

Tabel 1. memperlihatkan rata-rata


temperatur sebelum diberi kompres
(SD=.108) (n=10) yang Tabel 3. Perbedaan suhu tubuh (ºC) dari
diinterpretasikan sebagai slight responden sebelum dan sesudah
fever atau suhu tubuh diatas
normal dan sesudah diberikan
tindakan kompres hangat pada
temporal lobe = 37.13 ºC
(SD=.200) (n=10) yang
diinterpretasikan sebagai tidak
demam atau suhu tubuh dalam
batasan normal.

2. Gambaran rata-rata suhu


tubuh (ºC) dari responden
sebelum dan sesudah
diberikan tindakan kompres
hangat pada abdomen.

Tabel 2. Rata-rata suhu tubuh


(ºC) dari responden sebelum
dan sesudah diberikan tindakan
kompres hangat pada abdomen
Temperatu Mea Interpreta
n SD
re n si
1 38.1 .11 Slight
Sebelum 0 3 5 fever
1 37.6 .08 Sub-
Sesudah
0 5 4 febrile
SD= Standard deviation

Tabel 2. memperlihatkan rata-


rata temperatur sebelum diberi
kompres hangat pada abdomen
= 38.13ºC (SD=.115) (n=10)
yang diinterpretasikan sebagai
demam rendah atau suhu tubuh
diatas normal dan sesudah
diberikan tindakan kompres
hangat pada abdomen
= 37,65ºC (SD=.084) (n=10) yang
diinterpretasikan sebagai sub-
febrile atau suhu tubuh naik
sedikit diatas normal.

3. Gambaran perbedaan suhu


tubuh sebelum dan sesudah
diberikan tindakan kompres
hangat pada temporal lobe
dan abdomen
diberikan tindakan kompres hangat pada Menurut Widago (2011), Penderita
temporal lobe dan abdomen Typhoid Fever akan mengalami
KH M SD t Sig Interpretas
(2- i peningkatan suhu pada minggu pertama,
tailed menurun pada pagi hari dan meningkat
) lagi pada sore dan malam hari. Bakteri
T.Tempora
l Sebelum-
1.0 .23 13.7
.000 Signifikan Salmonella typhi yang masuk kedalam
2 4 4
Sesudah tubuh sebagian akan dimusnahkan oleh
T.Abdome asam lambung dan sebagian ikut masuk
.07 19.2
n sebelum- .48 .000 Signifikan
sesudah
8 3 ke usus halus, lalu menembus epitel
KH=Kompres Hangat, M=mean, SD=Standar usus, berkembang biak dan masuk ke
deviasi, α=≤.05 dalam kelenjar getah bening. Setelah
itu, kuman masuk ke peredaran darah
Tabel 3 Memperlihatkan perbedaan dan masuk ke organ-organ terutama
suhu tubuh sebelum dan sesudah hepar dan susmsum tulang yang
tindakan kompres hangat pada dilanjutkan dengan pelepasan bakteri
kelompok Temporal lobe dan dan endotoksin. Endotoksin yang
Abdomen. Selisih rata-rata mean pada beredar hingga pada aliran darah
kelompok kompres hangat pada sitemik memicu pelepasan protein
temporal =1.02 (SD=.234), t=13.74, pirogen endogen (protein dalam sel)
p=.000 yang dinyatakan sebagai yang dapat mempengaruhi pusat
perbedaan signifikan. Pada kelompok pengatur suhu tubuh di dalam otak
kompres hangat pada abdomen, selisih sehingga muncul hipertermia yang
rata-rata mean sebelum dan sesudah remiten.
=48 (SD=.078) t=19.23, p=.000 yang di
interprestasikan sebagai perbedaan Sedangkan menurut Nasrudin (2007),
signifikan. Hasil ini menunjukkan Golongan Salmonella yang menjadi
bahwa terdapat perbedaan yang penyebab dari Typhoid Fever imi
signifikan dikedua kelompok antara adalah Salmonella Thyposa basil gram
suhu tubuh sebelum dan sesudah diberi negative yang bergerak dengan bulu
kompres hangat pada temporal lobe dan getar, tidak bersepora dan sekurang-
Abdomen. kurangnya mempunyai tiga macam
antigen yaitu: Antigen O (somatic)
PEMBAHASAN terletak pada lapisan luar, yang terdiri
dari zat kompleks lipopolisakarisa dan
Partisipan pada kelompok yang lipid. Sering juga disebut endotoksik,
menerima kompres hangat pada Antigen H (flagella) terdapat pada
temporal lobe, maupun kelompok yang flagella, fibriae dan pilin dan Antigen
menerima kompres hangat pada Vi untuk melindungi fagositosit dan
abdomen, mengalami penurunan suhu struktur kimia protein.
tubuh secara signifikan. Namun jika
dilihat dari jumlah poin suhu tubuh Menurut Widoono (2008) ada beberapa
yang turun, didapati kompres hangat tanda dan gejala yangs sering muncul
pada temporal lebih besar dibanding ketika seseorang terinfeksi Typhoid
kompres hangat pada abdomen. Hal ini Fever, salah satunya adalah demam
terjadi karena pada temporal terdapat tinggi, suhu di atas 38˚C biasanya 38,9˚-
vena yang lebih dekat dengan 40,6˚C (diukur melalui aksila),
permukaan kulit dibanding dengan vena menggigil, kulit juga menjadi tampak
pada abdomen. kemerahan, diaphoresis, dan kadang
sering juga merasa gelisah atau letargi,
lidah sering kotor berwarna putih, dan menunjukkan bahwa pemberian
terkadang bradikardi.Jadi dapat makan soft diet yaitu nasi lunak
disimpulkan bahwa tanda dan gejala dengan lauk pauk yang rendah serat
yang sering muncul pada penyakit ini (menghindari sementara sayuran
adalah demam kurang lebih seminggu, yang berserat) aman bila diberikan
pusing, menggigil, nyeri perut, mual pada pasien Typhoid Fever.
dan muntah, diare dan lidah yang kotor 3. Pemberian antimikroba
berwarna putih. Antimikroba yang sering digunakan
untuk pasien Typhoid Fever adalah
Menurut Nelwan (2012), terapi yang Kloramfenikol, Tiamfenikol,
digunakan pada Typhoid Fever adalah Kotrimoksazol, Ampisilin dan
untuk mencapai keadaan bebas dari Amoksisilin, Sefalosporin Generasi
demam dan gejala-gejalanya, mencegah Ketiga, Golongan fluorokuinolon,
komplikasi, dan menghindari kematian. dan Kortikosteroid. Antibiotik
Hal yang terpenting yang perlu golongan fluoroquinolone
dilakukan untuk mencegah kekabuhan (ciprofloxacin, ofloxacin, dan
adalah memusnahkan secara total pefloxacin) merupakan terapi yang
bakteri yang menyerang tubuh efektif untuk Typhoid Fever yang
penderita. Sedangkan Widodo (2009) disebabkan isolat tidak resisten
menemukan 3 penatalaksanaan yang terhadap fluoroquinolone dengan
bisa digunakan untuk penyakit Typhoid angka kesembuhan klinis sebesar
Fever ini: 98%, waktu penurunan demam 4
hari, dan angka kekambuhan dan
1. Istirahat (Rest on bed) fecal karier kurang dari 2%.
Meningkatkan tirah baring dan Fluoroquinolone memiliki penetrasi
dengan perawatan sepenuhnya ke jaringan yang sangat baik, dapat
terhadap makanan dan minuman membunuh S. typhi intraseluler di
yang dikonsumsi serta buang air dalam monosit/makrofag, serta
kecil dan buang air besar sangat mencapai kadar yang tinggi dalam
membantu dan mempercepat proses kandung empedu dibandingkan
penyembuhan. Dalam perawatannya antibiotik lain (Nelwan, 2012).
juga perlu dijaga kebersihan tempat
tidur, pakaian, dan perlengkapan Menurut Susilaningrum (2013), ada
yang digunakan. Posisi tidur pasien beberapa 3 komplikasi yang dapat
juga perlu diperhatikan agar tidak terjadi pada pasien Typhoid Fever:
terjadi dekubitus dan pneumonia.
2. Diet 1. Perdarahan usus
Pemberian diet ini juga sangat Perdarahan pada usus secara
penting karena asupan makanan berlebihan akan menyebabkan
yang kurang akan menurunkan terjadinya melena yang dapat
keadaan umum dan gizi pasien akan disertai dengan nyeri perut ditandai
semakin memburuk dan proses dengan tanda-tanda renjatan.
penyembuhan akan menjadi lama. 2. Perforasi usus
Ada yang berpendapat bahwa usus Perforasi terjadi pada distal ileum.
diistirahatkan dan untuk Perforasi yang tidak disertai
menghindari komplikasi perdarahan Peritonitis hanya dapat ditemukan
saluran cerna atau perforasi usus bila terdapat udara di rongga
maka pasien diberikan bubur saring. Peritoneum yaitu pekak hati
Namun ada beberapa peneliti yang
menghilang dan terdapat udara menyebabkan terjadinya pengeluarn
didalam hati dan diafragma pada
foto rontgen abdomen yang dibuat
dalam keadaan tegak.
3. Peritonitis
Ditemukan gejala abdomen akut,
yaitu nyeri perut yang hebat,
dinding abdomen yang tegang
(defense musculair), dan nyeri
tekan.

Kompres dengan air hangat atau suam-


suam kuku sangat dianjurkan karena
kompres hangat yang paling efektif
dalam menurunkan suhu tubuh
dibandingkan dengan kompres air
dingin atau alcohol. Sistem pengaturan
suhu tubuh manusia terdiri atas tiga
bagian yaitu reseptor yang terdapat pada
kulit dan bagian tubuh lainya, integrator
di dalam hipotalamus, dan efektor
system yang mengatur produksi panas
dan kehilangan panas. Reseptor sensori
yang paling sering banyak terdapat pada
kulit. Manfaat dari kompres hangat
tidak hanya untuk menurunkan suhu
tubuh namun salah satunya juga dapat
memberikan rasa sangat hangat,
nyaman dan tenang pada pasien
(Asmadi, 2006). Sedangkan menurut
Perry (2010), sinyal hangat yang dibawa
oleh darah menuju hipotalamus akan
merangsang area preoptik dan
mengakibatkan
pengeluaran sinyal oleh system efektor.
Sinyal ini menyebabkan terjadinya
pengeluaran panas tubuh yang lebih
banyak melalui dua mekanisme yaitu
dilatasi pembuluh darah perifer dan
berkeringat.
Pemberian kompres hangat pada daerah
pembuluh darah besar merupakan upaya
memberikan rangsangan pada area
preoptik hipotalamus agar menurunkan
suhu tubuh. Sinyal hangat yang dibawa
oleh darah ini menuju hipotalamus akan
merangsang area preoptik
mengakibatkan pengeluaran sinyal oleh
sistem efektor. Sinyal ini akan
panas tubuh yang lebih banyak KESIMPULAN
melalui dua mekanisme yaitu
dilatasi pembuluh darah perifer Kesimpulan dari hasil penelitian ini
dan berkeringat (Perry, 2010) adalah:
1. Hasil statistik menunjukan bahwa
Menurut Sherwood (2014), suhu tubuh pasien sebelum
reseptor suhu sangat aktif dilakukan tindakan kompres hangat
selama perubahan temperatur. pada temporal lobe (kelompok A)
Sensasi suhu primer diadaptasi
dengan sangat cepat. Suhu inti
dipantau oleh termoreseptor
sentral yang terletak di
hipotalamus serta di susunan
syaraf pusat dan organ
abdomen. Termoreseptor ini
terletak diantara hipotalamus
anterior, medulla spinalis, organ
abdomen dan struktur internal
lainnya juga mendeteksi
perubahan suhu darah.
Hipotalamus terus-menerus
mendapat informasi mengenai
suhu kulit dan suhu inti melalui
reseptor khusus yang peka
terhadap suhu yang disebut
termoreseptor (reseptor hangat,
dingin dan nyeri di perifer).
Reseptor suhu sangat aktif
selama perubahan temperatur.
Sensasi suhu primer diadaptasi
dengan sangat cepat. Suhu inti
dipantau oleh termoreseptor
sentral yang terletak di
hipotalamus serta di susunan
syaraf pusat dan organ
abdomen.

Sedangkan menurut Perry


(2010), sinyal hangat yang
dibawa oleh darah menuju
hipotalamus akan merangsang
area preoptik dan
mengakibatkan
pengeluaran sinyal oleh system
efektor. Sinyal ini menyebabkan
terjadinya pengeluaran panas
tubuh yang lebih banyak
melalui dua mekanisme yaitu
dilatasi pembuluh darah perifer
dan berkeringat.
adalah 38,14ºC yang berarti demam Asmadi. (2008). Teknik Procedural
sedang dan sesudah diberikan Keperawatan Konsep dan
tindakan kompres hangat pada Aplikasi Kebutuhan Dasar
temporal mengalami penurunan Klien. Jakarta: Salemba Medika.
menjadi 37,09 ºC yang
dikategorikan sebagai suhu tubuh Depkes RI. (2013). Sistematika
normal. Pedoman Pengendalian
2. Hasil statistik menunjukan suhu Penyakit Demam Tifoid. Jakarta:
tubuh pasien sebelum dilakukan Direktorat Jendral Pengendalian
tindakan kompres hangat pada Penyakit & Penyehatan
abdomen (kelompok B) adalah Lingkungan.
38,13ºC yang berarti demam sedang
dan sesudah diberikan tindakan Nasrudin. (2007). Penyakit Infeksi di
kompres hangat pada abdomen Indonesia. Surabaya: Airlangga
mengalami penurunan menjadi Univercity Press.
37,65ºC yang dikategorikan sebagai
demam ringan. Nelwan, R.H.H. (2012). Tata Laksana
3. Ada perbedaan reaksi penurunan Terkini Demam Tifoid. Divisi
suhu tubuh yang signifikan pada Penyakit Tropik dan Infeksi
pasien Typhoid Fever sebelum dan Departemen Ilmu Penyakit
sesudah diberikan tindakan kompres Dalam, Jakarta: FKUI/RSCM
hangat pada kedua grup. Hasil
tersebut memperlihatkan bahwa Potter, A.P., & Perry, G.A., (2010).
pemberian kompres hangat pada Fundamental Keperawatan,
temporal lobe dan abdomen tersebut Edisi 7, Buku 2. Jakarta:
sama-sama efektif dalam Salemba Medika
menurunkan suhu tubuh terutama
kompres hangat pada temporal. Rutoto, S. (2007). Pengantar
Metedologi Penelitian. FKIP:
Universiatas Muria Kudus
DAFTAR PUSTAKA
Sherwood, Lauralee, (2014). Fisiologi
Aden, R. (2010). Seputar Penyakit dan
Manusia: Dari Sel Ke Sistem
Gangguan Lain Pada Anak.
Ed. 8, Jakarta: EGC.
Yogyakarta: Siklus Hanggar
Kreator.
Sodikin. (2012). Prinsip perawatan
demam pada anak. Yogjakarta:
Akhsin, Zulkoni. (2010). Parasitologi.
Pustaka Belajar.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Susilaningrum, Rekawati, Nursalam,
Algerina. (2008). Tifoid Pada Anak.
Utami & Sri. (2013). Asuhan
Jakarta: Elex Media
Keperawatan Bayi dan Anak.
Komputindo.
Jakarta: Salemba Medika.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur
Widagdo. (2011). Masalah dan
Penelitian Suatu Pendekatan
Tatalaksana Penyakit Infeksi
Praktek. Jakarta: Penerbit
Pada Anak. Jakarta: Sagung
Rineka Cipta
Seto.
Widagdo. (2012). Masalah dan Tatalaksana Penyakit
Anak dengan Demam. Jakarta: Sagung Seto.

Widodo, J. (2006). Demam Tifoid, Buku Ajar Ilmu


Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKIU.

Widodo D. (2009) Demam Tifoid. In: Sudoyo AW,


editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
III. Jakarta: Interna Publishing.

Wijayahadi, dkk. (2011). Faktor Risiko Bangkitan


Kejang Demam pada Anak. Sari Pediatri.
Volume 2, Nomor 3.

ISSN: 2460-657X

Uji Efektivitas Antibakteri Habbatussauda (Nigella sativa) Ekstrak


Etanol terhadap Pertumbuhan Bakteri Salmonella typhi secara In
Vitro
Irma Dwi Oktavianti
Prodi Pendidikan Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung,
Bandung, Indonesia
email: irmadwiokta@gmail.com

Usep Abdullah Husin


Departemen Ilmu Mikrobiologi, Universitas Islam
Bandung Bandung, Indonesia
email: usepabdullah@gmail.com

Yanuar Zulkifli Harun


Departemen Ilmu Mata Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung
Bandung, Indonesia
email: yzh.spm@gmail.com
ABSTRACT: Herbal medicine is a culture of Indonesian society since a long time ago. Herbal medicine use is
highly developed but, In Indonesia the research of herbal medicine use in appropriate way is still rarely.
Various kinds of herbal medicines that are often used in Indonesia, one of which is Black Seed. Black Seed is a
plant that grows in the Middle East. According to some researchers in the Middle East Black Seed can be used as
an antibacterial, especially for gram-negative bacteria. In Indonesia Black Seed is often used as a typhoid
medicine. Typhoid is a disease caused by Salmonella typhi bacteria. Salmonella typhi is a bacteria that
widespread in the world and the one of serious problems in Indonesia. This study aims to determine the
antibacterial effects of Black Seed (Nigella sativa) on the growth of Salmonella typhi bacteria. In this study the
material was taken from Black Seed farm in Solo. This research was performed by experimental laboratory test
method. Diffusion test was performed to see the antibacterial effects of Black Seed on Salmonella typhi
bacteria. The results showed that Black Seed used in this study could not inhibit the growth of Salmonella typhi
bacteria.
Keywords: Antibacterial, Habbatussauda, Salmonella typhi

ABSTRAK: Pengobatan tradisional merupakan salah satu budaya masyarakat Indonesia sejak jaman dahulu.
Penggunaan obat tradisional semakin berkembang namun di Indonesia masih sedikit penelitian mengenai
penggunaan obat tradisional yang tepat. Berbagai macam obat herbal yang sering digunakan di Indonesia salah
satunya habbatussauda. Habbatussauda merupakan tanaman yang tumbuh di Timur Tengah. Menurut beberapa
peneliti di Timur Tengah habbatussauda dapat digunakan sebagaia antibakteri terutama untuk bakteri gram
negatif. Di Indonesia habbatussauda sering digunakan sebagai obat tifoid. Tifoid merupaka penyakit yang
diakibatkan oleh bakteri Salmnonella typhi. Salmonella typhi merupakan bakteri yang tersebar luas di seluruh
dunia dan merupakan salah satu masalah yang serius di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
efek antibakteri habbatussauda (Nigella sativa) terhadap pertumbuhan bakteri Salmonella typhi. Pada penelitian
ini bahan diambil dari perkebunan habbatussauda di Solo. Penelitian ini dilakukan dengan metode
eksperimental uji laboratorik. Dilakukan uji difusi untuk melihat efek antibakteri habbatussauda terhadap
bakteri Salmonella typhi.
Kata Kunci: Nigella sativa, Salmonella typhi, Antibakteri

201
202 | Irma Dwi Oktavianti, et al. sebagai obat tradisional. Hal ini didukung dengan
1 PENDAHULUAN sabda Nabi Muhammad SAW bahwa
“Habbatussauda adalah obat dari segala penyakit
Pengobatan tradisional merupakan salah satu kecuali kematian” HR. Al-Bukhari No. 568811. Di
budaya di Indonesia. Indonesia memiliki potensi Indonesia habbatussauda lebih sering digunakan
yang besar untuk mengembangkan penggunaan obat sebagai bumbu masakan. Habbatussauda termasuk ke
tradisional karena Indonesia merupakan mega- dalam family Ranunculaceae yang memiliki 14
center keragaman hayati dunia. Indonesia memiliki spesies dari genus Nigella. Tumbuhan ini berbuah
hutan yang luas yang dapat dimanfaatkan untuk dari bulan Januari sampai April. Merupakan jenis
bahan obat tradisional. Diperkirakan ada 40.000 tanaman bunga memiliki tinggi 20-50cm, memiliki
spesies tumbuhan di dunia diantarnya 30.000 ada di batang tegak yang berkayu. Habbatussauda memiliki
negara Indonesia. Selain itu, didukung dengan kandungan fixed oil (32-40%) terdiri dari asam
kondisi Indonesia yang merupakan negara agraris lemak tersaturasi dan tidak tersaturasi, volatile oil
memiliki wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk (0.4-0.45%). Kandungan dari volatile oil yang ada di
perkembangan tumbuhan obat tradisional. Salah biji jintan hitam terdiri dari beberapa zat aktif yang
satu obat tradisional yang sering digunakan oleh dapat digunakan sebagai antibakteri yang telah teruji
masyarakat Indonesia adalah Habbatussauda secara klinis yaitu tannin, thymoquinone,
(Nigella sativa)1. thymohidriquinone, ditimokuinon, serta timol.
Habbatussauda (Nigella sativa) atau di Kandungan selain minyak terdiri dari mineral,
Indonesia lebih dikenal dengan nama biji jintan saponins, alkaloid (nigelicine, isoquinoline
hitam sejak zaman dahulu dipercaya masyarakat nigellimine dan N-oxide dan indazole alkaloid
Asia khususnya Timur Tengah dan Asia Tenggara nigellidine)2,3,4.
Thymoquinone dan thymohydroquinone bekerja
dengan membentuk kompleks yang irreversible bakteri. Kedua mekanisme tersebut membuktikan
dengan asam amino nukleofilik pada protein bakteri bahwa Nigella sativa dapat menjadi antibakteri
yang dapat menyebabkan inaktivasi protein. dengan jenis bakteristatik. Di Indonesia
Sedangkan tannin dapat mengadakan komplek habbatussauda sering digunakan sebagai obat herbal
hidrofobik dengan protein, menginaktivasi adhesi, pada berbagai penyakit salah satunya penyakit
enzim dan protein transport dinding sel, sehingga tifoid5,6.
mengganggu pertumbuhan Demam tifoid merupakan gejala sistemik yang
ditandai dengan demam (diatas 38°C) lebih dari
disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi7.
Salmonella typhi merupakan bakteri batang gram
negative, tidak berspora, memiliki lapisan luar
tersusun dari lipopolisakarida yang bereperan dalam
endotoksin dan bergerak dengan flagel. Salmonella
typhi juga memiliki pilli atau fimbriae yang
berfungsi untuk adhesi. Pilli merupakan batang
lurus yang pendek dan kaku jika dibandingkan
dengan flagella. Tersusun atas unit protein disebut
pillin. Bersifat aerob dan anaerob fakultatif.
Berukuran (2-4) x 0,6µm. Dapat tumbuh dengan
suhu optimum 37°C dan pH 6-8. Bakteri ini
ditularkan melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi bakteri Salmonella typhi. Bakteri ini
masuk melalui mulut lalu ke sistem pencernaan8,9.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui daya
antibakteri yang terkandung dalam habbatussauda
(Nigella sativa) terhadap pertumbuhan bakteri
Salmonella typhi.

2 METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian ini menggunakan metode
eksperimental laboratorik. Penelitian ini dilakukan
untuk melihat daya antibakteri ekstrak etanol
habbatussauda (Nigella sativa) terhadap bakteri
Salmonella typhi dengan metode difusi
menggunakan kertas cakram. Bakteri dibiakan pada
agar Mueller-Hinton lalu kertas cakram yang telah
direndam dalam ekstrak Habbatussauda dengan
konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5% diletakan
diatas agar Mueller-Hinton yang sebelumnya telah
dilakukan streak bakteri Salmonella typhi.
Kontrol negatif pada penelitian ini
menggunakan pelarut DMSO yang diteteskan pada
kertas cakram. Zat yang digunakan sebagai kontrol
negatif merupakan zat yang menjadi bahan
pengencer ekstrak tujuannya sebagai pembanding
bahwa pelarut yang digunakan sebagai pengencer
tidak memiliki efek antibakteri sehingga tidak
mempengaruhi hasil uji antibakteri.
Volume 6, No. 1, Tahun 2020
ini adalah antibiotik ciprofloxacin merupakan
Kontrol positif yang digunakan pada penelitian atibiotik spectrum luas yang bersifat bakteriostatik
sensitif terhadap bakteri gram positif dan negatif Uji Efektivitas Antibakteri Habbatussauda (Nigella sativa)… | 203
aerob-anaerob termasuk bakteri Salmonella typhi. suhu. Hal tersebut biasa disebut cekaman yaitu
Pengukuran pada penelitian ini mengacu pada adanya kondisi perubahan lingkungan tumbuh
luas diameter zona bening dalam milli meter (mm) tanaman. Adanya cekaman akan menghasilkan
yang terbentuk pada agar setelah diinkubasi selama berbagai respon berbeda dari tanaman baik dalam
24 jam dengan suhu 37°C. pertumbuhan maupun produksi tanaman. Tanaman
akan memberikan respon secara fisiologis maupun
biokimia dalam menghadapi cekaman tersebut.
3 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Semakin besar cekaman maka tanaman akan
3.1 Hasil Penelitian melakukan penyesuaian diri melalui berbagai
Setelah dilakukan uji daya antibakteri mekanisme yang kompleks dengan mengubah
habbatussauda ekstrak etanol terhadap pertumbuhan struktur protein pada kloroplas dan menurunkan
bakteri Salmonella typhi menggunakan metode aktivitas enzim yang diikuti perubahan arsitektur
difusi didapatkan hasil: dan morfologi tanaman serta masa pertumbuhan.
Tabel 1 Rata – rata Diameter Zona Hambat Berdasarkan teori tersebut kemungkinan kualitas
Ekstrak Etanol Habbatussauda (Nigella sativa) habbatussauda yang dikembang biakan di Indonesia
Terhadap Bakteri Salmonella typhi berbeda dengan habbatussauda yang dikembang
biakan di habitat aslinya yaitu Timur Tengah
Bahan Penelitian Rata – rata Diameter sehingga kemungkinan kandungan zat aktif yang
Zona Hambat (mm) terkandung dalam habbatussauda berbeda10.
Ekstrak etanol 5 Berdasarkan teori tersebut kemungkinan kualitas
Habbatussauda habbatussauda yang dikembang biakan di Indonesia
Ciprofloxacin 28,08 berbeda dengan habbatussauda yang dikembang
DMSO 5 biakan di habitat aslinya yaitu Timur Tengah
Pada esktrak etanol habbatussauda (Nigella sativa) sehingga kemungkinan kandungan zat aktif yang
tidak terdapat zona bening sedangkan pada kontrol terkandung dalam habbatussauda berbeda.
positif yaitu cakram yang berisi antibiotik Didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh
ciprofloxacin didapatkan zona bening dengan Herlina tahun 2017 mengenai petumbuhan dan
diameter rata – rata 28,08 mm. produksi habbatussauda di tiga ketinggian di
Indonesia dengan hasil bahwa tumbuhan
3.2 Pembahasan habbatussauda dapat tumbuh di 3 daerah ketinggian
Pada penelitian ini tidak didapatkan zona hambat di Indonesia yaitu dataran rendah di Kebun
bakteri Salmonella typhi pada pemberian ekstrak Percobaan IPB Leuwikopo, Dramaga (220 mdpl),
etanol habbatussauda (Nigela sativa) konsentrasi dataran menengah di kebun percobaan IPB
100%, 50%, 25%, 12,5%. Hasil ini menunjukan Sukamantri, Ciapus (560 mdpl), dan dataran tinggi
bahwa ekstrak etanol habbatussauda (Nigella di Kebun Tanaman Obat Sari Alam, Ciwidey,
sativa) tidak memiliki daya antibakteri. Bandung (1.280 mdpl) dengan hasil analisis
Pada Habbatussauda terdapat kandungan tumbuhan terjadi penurunan produksi biji
Thymohidriquinone, thymoquinone, serta tannin habbatussauda pada ketinggian 220 mdpl dan 560
merupakan zat aktif utama yang memiliki efek mdpl10.
antibakteri. Habbatussauda tumbuh di daerah QS. Thaha ayat 110 “Dia mengetahui apa yang
mediteranean termasuk Pakistan dan India. Di ada di hadapan mereka dan apa yang ada di
daerah subtropis habbatussauda tumbuh di dataran belakang mereka, sedang ilmu mereka tidak dapat
tinggi dengan lingkungan tanah yang bersifat basa meliputi ilmu-Nya.”. Itulah Tuhan Yang Maha
dan suhu rendah yaitu dibawah 20°C serta curah Pengasih. Dia mengetahui apa yang ada di hadapan
hujan yang rendah10. mereka, yaitu kehidupan duniawi, dan apa yang ada
Pertumbuhan Habbatussauda di Indonesia di belakang mereka, yaitu kondisi mereka di akhirat.
memiliki banyak rintangan terutama iklim dan Dia juga mengetahui apa saja yang belum terjadi,
sedang ilmu mereka sangat terbatas sehingga tidak
dapat meliputi ilmu-Nya yang serba terinci.
Kedokteran
204 | Irma Dwi Oktavianti, et al. Ekstrak etanol habbatussauda (Nigella sativa) pada
4 KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai