Anda di halaman 1dari 128

ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR PADA MASALAH

GANGGUAN MOBILITAS FISIK DENGAN TINDAKAN


KEPERAWATAN DUKUNGAN MOBILISASI ROM
PASIEN POST OP ORIF HARI KE 3 TN. S DAN
TN. M DI RS PLUIT JAKARTA UTARA
TAHUN 2021

PROPOSAL KTI

Nama : AMALIA DWI RAMADHANI


NIM : 18004

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN Dr. SISMADI
JAKARTA TAHUN 2021

1
ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR PADA MASALAH
GANGGUAN MOBILITAS FISIK DENGAN TINDAKAN
KEPERAWATAN DUKUNGAN MOBILISASI ROM
PASIEN POST OP ORIF HARI KE 3 TN. S DAN
TN. M DI RS PLUIT JAKARTA UTARA
TAHUN 2021

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar DII Keperawatan

Nama : AMALIA DWI RAMADHANI


NIM : 18004

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN Dr. SISMADI
JAKARTA TAHUN 2021

2
LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Akhir ini diajukan oleh


Nama : AMALIA DWI RAMADHANI
NIM : 18004
Program Studi : Diploma III Keperawatan
Judul KTI : “Asuhan Keperawatan Fraktur Femur Pada Masalah Gangguan
Mobilitas n..Fisik Dengan Tindakan Keperawatan Dukungan
Mobilisasi Rom Pasien n..Post Op Orif Hari Ke 3 Tn. S Dan Tn. M Di
Rs Pluit Jakarta Utara ....Tahun 2021”

Telah berhasil dipertahankan di hadapan dewan Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan pada
Program Studi Diploma III Keperawatan STIKes dr Sismadi Jakarta

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Ns. Rogayah, M.Kep


Pembimbing II : Ns. Wahyuni Agustia, S.Kep
Penguji III : Ns. Hernida Dwi Lestari, Spd, MKep

(Tempat, Waktu)
Ketua STIKes Sismadi Ka. Prodi D3 Keperawatan

Ns. Hernida Dwi Lestari, Spd, MKep Ns. Rogayah, M.Kep


NIDN NIDN 03 2512 7704

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpah rahmat dan
hidayah- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Fraktur Femur Pada Masalah Gangguan
Mobilitas.Fisik Dengan Tindakan Keperawatan Dukungan Mobilisasi Rom Pasien
Post Op Orif Hari Ke 3 Tn. S Dan Tn. M Di Rs Pluit Jakarta Utara Tahun 2021”

Penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Ns. Hernida Dwi Lestari, Spd, Mkep selaku Ketua STIKes Sismadi
2. Ns. Rogayah, M.Kep selaku ketua Program Studi DIII Keperawatan STIKES
Dr.Sismadi Jakarta
3. Ns. Rogayah, M.Kep selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan
bimbingan penulis dalam penyusunan tugas akhir ini.
4. Ns. Wahyuni Agustia, S.Kep selaku dosen pembimbing pendamping yang telah
memberikan bimbingan penulis dalam penyusunan tugas akhir ini.
5. Dan semua keluarga yang selalu memberikan dukungan secara penuh

Jakarta, 06 September 2021

4
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
(Hasil Karya Perorangan)

Sebagai Civitas akademis Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dr Sismadi, saya yang bertanda
tangan dibawah ini :
Nama : Amalia Dwi R
NPM/NIM : 18004
Program Studi : DIII Keperawatan
Jenis karya : tugas akhir/laporan penelitian/ makalah
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Sismadi atas Karya Ilmiah saya yang berjudul :
“Asuhan Keperawatan Fraktur Femur Pada Masalah Gangguan Mobilitas n..Fisik Dengan
Tindakan Keperawatan Dukungan Mobilisasi Rom Pasien n..Post Op Orif Hari Ke 3 Tn. S
Dan Tn. M Di Rs Pluit Jakarta Utara ....Tahun 2021”
Beserta perangkat yang ada (bila diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif ini
STIKes Dr Sismadi berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelolanya dalam
bentuk pangkalan data (database), mendistribusikanya, dan menampilkan/
mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu
meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan
sebagai pemilik Hak Cipta. Segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak
Cipta dalam karya ilmiah ini menjadi tanggung jawab saya pribadi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Pada Tanggal :06 September
2021
Yang Menyatakan

(Amaia Dwi P)

5
Stikes Dr. Sismadi
Diploma III Keperawatan
Laporan Tugas Akhir, September 2021

Amalia Dwi Ramadhani

“ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR PADA MASALAH GANGGUAN


MOBILITAS FISIK DENGAN TINDAKAN KEPERAWATAN DUKUNGAN MOBILISASI
ROM PASIEN POST OP ORIF HARI KE 3 TN. S DAN TN. M DI RS PLUIT JAKARTA
UTARA TAHUN 2021”

xiii + 65 Halaman + 5 Tabel + 5 Lampiran

ABSTRAK

Aktivitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu kegiatan atau keaktifan.
Jadi, segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik
maupun mekanika tubuh merupakan suatu aktivitas. Fraktur merupakan terputusnya
kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh tekanan atau
trauma.selain itu, fraktur merupakan rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan
oleh tekanan eksternal yang datang lebih besar dibandingkan dengan yang di serap
oleh tulang Tujuan penulisan laporan tugas akhir ini adalah menggambarkan
pelaksanaan asuhan keperawatan gangguan mobilitas fisik pada pasien Fraktur
Ekstremitas di ruang perawatan lantai 5 kamar nomor 506 & 510 RS Pluit Jakarta
Utara, Desain dari penulisan laporan tugas akhir ini adalah dengan narasi dan tabel,
yang dilaksanakan pada tanggal 01 sampai 04 September 2021 menggunakan dua
subyek asuhan keperawatan yaitu Tn. S & Tn. M pasien Fraktur femur dengan
masalah gangguan kebutuhan aktivitas, dan teknik pengumpulan data
dilakukandengan cara wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik, serta dilakukan
asuhan keperawatan. Hasil pengumpulan data dan evaluasi dalam asuhan keperawatan
dengan masalah keperawatan gangguan kebutuhan aktivitas. Kebutuhan aktivitas
merupakan kegiatan atau kerja yang dilakukan oleh bagian tubuh, umumnya tingkat
kesehatan seseorang dinilai dari kemampuan orang tersebut melakukan aktivitasnya.
Hasil penelitian diharapkan keberhasilan pemberian asuhan pada subyek pada Tn. S &
Tn. M, Namun keberhasilan belum maksimal dikarenakan keterbatasan waktu yang
menjadi hambatan dalam melakukan asuhan keperawatan . oleh sebab itu penulis
berharap agar perawat dapat memperhatikan pasien fraktur dengan masalah gangguan
mobilitas fisik.

Kata kunci : Asuhan Keperawatan, Gangguan Mobilitas


Fisik , Fraktur Femur
Daftar bacaan : 13 (1989-2017)

6
Dr. Sismadi
Diploma III Nursing
Final Project Report, September 2021

Amalia Dwi Ramadhani


“NURSING CARE OF FEMUR FRACTURES ON THE PROBLEMS OF PHYSICAL
MOBILITY DISORDERS WITH NURSING ACTIONS, SUPPORTING ROM
MOBILIZATION OF POST OP ORIF PATIENTS DAY 3 TN. S AND TN. M at PLUIT
Hospital, North Jakarta in 2021”

xiii + 65 Pages + 5 Tables + 5 Appendices

ABSTRACT

Activities in the Big Indonesian Dictionary are activities or activities. So, everything that is
done or activities that occur both physically and body mechas is an activity. Fracture is a
break in the continuity of bone tissue which is generally caused by pressure or trauma. In
addition, fracture is a breakdown of bone continuity caused by external pressure that comes
greater than that absorbed by the bone. The purpose of writing this final report is to describe
the implementation of nursing care for disorders physical mobility in Extremity Fracture
patients in the 5th floor treatment room, room number 506 & 510 Pluit Hospital, North
Jakarta, The design of this final project report writing is with narration and tables, which was
carried out on 01 to 04 September 2021 using two nursing care subjects namely Mr. . S &
Mr. M patients with femur fractures with problems with activity needs disorders, and data
collection techniques were carried out by means of interviews, observations, and physical
examinations, as well as nursing care. The results of data collection and evaluation in nursing
care with nursing problems with activity needs disorders. Activity needs are activities or
work carried out by body parts, generally a person's level of health is judged by the person's
ability to carry out their activities. The results of the study are expected to be successful in
providing care to the subject of Mr. S & Mr. M, However, the success has not been
maximized due to time constraints which are an obstacle in carrying out nursing care.
Therefore, the authors hope that nurses can pay attention to fracture patients with physical
mobility problems.

Keywords: Nursing Care, Impaired Physical Mobility, Femur Fracture


Reading list : 13 (1989-2017)

7
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : AMALIA DWI RAMADHANI


NIM : 18004

Program Studi : D III Keperawatan

Jurusan : Keperawatan
Judul KTI : Asuhan Keperawatan Fraktur Femur Pada Masalah
Gangguan Mobilitas Fisik Dengan Tindakan
Keperawatan Dukungan Mobilisasi Rom Pasien Post
Op Orif Hari Ke 3 Tn. S Dan Tn. M Di Rs Pluit Jakarta
Utara Tahun 2021

Dengan ini menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini adalah
benar-benar karya saya dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain,
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila
dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,
maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
diperoleh karena karya tulis ini dan sanksi lain sesuai dengan peraturan yang berlaku
di Poltekkes Kemenkes Malang.
Jakarta, 06 September 2021

Yang Membuat Pernyataan

AMALIA DWI RAMADHANI


18004

8
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL LUAR...................................................................... i
HALAMAN SAMPUL DALAM................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................iii
KATA PENGANTAR................................................................................. iv
LEMBAR PERNYATAAN PUBILKASI......................................................v
ABSTRAK................................................................................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN................................................. viii
DAFTAR ISI................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... x
DAFTAR TABEL....................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang.......................................................................... 1
2.2 Tujuan Penulisan...................................................................... 3
3.2 Rumusan Masalah..................................................................... 4
4.2 Sistematika Penulisan.................................................................4
5.2 Manfaat Penulisan.................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep KebutuhanPenyakit.......................................................6
2.2 Konsep Konsep Gangguan Mobilitas Fisik..............................14
2.3 Konsep ROM............................................................................18
2.4 Konsep Orif..............................................................................26
2.5 Konsep Asuhan Keperawatan..................................................27

BAB III METODE


3.1 Rancangan Studi Kasus.......................................................... 37
3.2 Subjek Studi Kasus................................................................. 42
3.3 Fokus Studi Kasus.................................................................. 38
3.4 Definisi Operasional............................................................... 38
3.5 Tempat & Waktu.................................................................... 39
3.6 Instrument Studi Kasus........................................................... 39
3.7 Skala penilaian..........................................................................40
3.8 Etika studi kasus.......................................................................40

9
BAB IV HASIL ASUHAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Studi Kasus......................................................................42
4.1.1 Gambaran lokasi Studi Kasus............................................42
4.2 Pemaparan Studi Kasus............................................................43
4.2.1 Pengkajian.................................................................... 43
4.2.2 Analisis Data ................................................................ 56
4.2.3 Masalah Keperawatan.................................................. 57
4.2.4 Rencana Tindakan Keperawatan................................. 54
4.2.5 Implementasi Keperawatan.......................................... 60
4.2.6 Evaluasi Keperawatan.................................................. 72
4.3 Pembahasan .............................................................................76
1. Pengkajian................................................................................ 76
2. Masalah Keperawatan.............................................................. 77
3. Rencana Tindakan Keperawatan............................................. 78
4. Implementasi Keperawatan...................................................... 78
5. Evaluasi Keperawatan.............................................................. 79
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
5.1.1 Pengkajian................................................................ 80
5.1.2 Masalah Keperawatan.............................................. 81
6. Rencana Keperawatan.............................................................. 82
7. Implementasi Keperawatan...................................................... 82
8. Evaluasi Keperawatan.............................................................. 82
B. Saran
1. Bagi Klien................................................................................ 83
3. Bagi Pendidikan........................................................................ 83
4. Bagi Penulis.............................................................................. 83

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 84


LAMPIRAN

10
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pathway.....................................................................................13


Gambar 4.1 genogram pasien 1....................................................................46
Gambar 4.2 genogram pasien 2....................................................................47

11
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 perkiraan penyembuhan fraktur....................................................11


Tabel 2.2 Derajat kekuatan otot ...................................................................23
Tabel 2.3 cara memeriksa kekuatan otot .....................................................24
Tabel 2.4 pengkajian.....................................................................................44
Table 2. 5 tabel kategori tingkat kemampuan ..............................................30
Tabel 2.6 tabel kemampuan rentang gerak...................................................31
Tabel 2.7 tabel kekuatan otot .......................................................................31
Tabel 2.8 Rencana Keperawatan .................................................................33
Tabel 4.1 Pengkajian ...................................................................................42
Tabel 4.2 Perubahan Pola Kesehatan ...........................................................48
Tabel 4.3 Pemeriksaan Fisik dan Observasi ................................................49
Tabel 4.4 terapi ............................................................................................52
Tabel 4.5 analisa data ..................................................................................53
Tabel 4.6 Intervensi .....................................................................................57
Tabel 4.7 Implementasi ...............................................................................60
Tabel 4.8 Evaluasi .......................................................................................72

12
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Format Asuhan keperawatan KMB


Lampiran 2 SOP ROM

13
14
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Kebutuhan manusia yang semakin meningkat dan ditambah dengan kemajuan


teknologi menuntut masyarakat untuk melakukan segala sesuatu dengan tanpa
memperhatikan unsur keselamatan.Kondisi tersebut membuat masyarakat menjadi
ceroboh dan berakibat pada terjadinya kecelakaan. Insiden kecelakaan merupakan
insiden yang sangat sering kita jumpai, insiden tersebut merupakan salahsatu dari
lima masalah kesehatan utama diantara penyakit kardiovaskuler, kanker, penyakit
degenerative, gangguan jiwa serta trauma dan kecacatan fisik seperti fraktur.
(Depkes RI, 2017).

Mobilitas manusia yang ingin serba cepat dapat menimbulkan masalah yang
cukup serius, yaitu jumlah kepadatan lalu lintas yang semakin bertambah.
Bertambahnya kepadatan lalu lintas tersebut berakibat miningkatnya hari terjadi 4,0
kejadian kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan 30 orang meninggal dunia
(Utama et al, 2014).

World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia menjadi negara ketiga


di Asia dibawah Tiongkok dan India dengan total kematian sebanyak 38. 279 jiwa
akibat kecelakaan lalu lintas di tahun 2015. Hasil Riskesdas 2013 menyatakan cedera
transportasi tertinggi ditemukan di kota Malang yaitu sebesar (58,9%). Selain itu
kecelakaan dapat menyebabkan kecacatan fisik pada seseorang salahsatunya yaitu
patah tulang/fraktur. Dari 20.829 kasus kecelakaan lalu lintas, 1.770 orang (8,5 %)
mengalami fraktur.

Angka kejadian fraktur di Indonesia mengalami peningkatan dari 4,5% pada


tahun 2007 menjadi 5,8% pada tahun 2013. Insiden fraktur di Sumatera Barat tahun
2013 adalah 7,3% dari keseluruhan insiden fraktur di Indonesia. Fraktur yang sering
terjadi yaitu fraktur femur 39%, diikuti fraktur humerus 15%, dan fraktur tibia dan
fibula 11% . Menurut data di rumah sakit umum Dr. Hasan Sadikin Bandung,
terdapat 103 kasus fraktur femur pada Januari sampai Desember 2011.

Menurut (Riskesdas, 2018) dari sekian banyak kasus fraktur di Indonesia,


fraktur pada ekstremitas bawah akibat kecelakaan memiliki prevalensi yang paling
tinggi diantara fraktur lainnya yaitu sekitar 46,2 %. Dari 45.987 orang dengan kasus
fraktur ekstremitas bawah akibat kecelakaan, 19.629 orang mengalami fraktur pada

1
tulang femur, 14.027 orang mengalami fraktur cruris, 3.775 orang mengalami fraktur
tibia, 9.702 orang mengalami fraktur pada tulang – tulang kecil di kaki dan 336
orang mengalami fraktur fibula. Walaupun peran femur dalam pergerakan
ekstremitas bawah sangat sedikit, tetapi terjadinya fraktur pada femur tetap saja
dapat menimbulkan adanya gangguan aktifitas fungsional (Depkes RI,2011)
Penanganan terhadap fraktur dapat dengan pembedahan atau dengan
pembidaian, meliputi imobilisasi, reduksi dan rehabilitasi. Fraktur memerlukan
penanganan dengan segera dan tepat, karena penanganan yang kurang tepat atau
salah akan mengakibatkan komplikasi lebih lanjut, seperti infeksi, kerusakan saraf
dan pembuluh darah, hingga kerusakan jaringan lunak yang lebih lanjut (Lukman
dan Ningsih, 2013). Adapun komplikasi terparah yang dapat terjadi adalah kematian
(World Health Organization WHO) dalam (Widyastuti, 2015).
Menurut WHO, terdapat 1,25 juta kematian lalu lintas di dunia pada tahun 2013.
Sebagian besar kematian tersebut terjadi pada individu dengan perlindungan paling
minimal seperti pengendara sepeda motor, pengendara sepeda, dan pejalan kaki.
Penyebab terbanyak dari akibat kecelakaan adalah fraktur, baik itu kecelakaan kerja,
kecelakaan lalu lintas dan sebaigainya. Tetapi fraktur juga bisa terjadi akibat faktor
lain seperti proses degeneratife dan patologi (Depkes RI, 2014).
Salah satu masalah yang terjadi pada pasien post ORIF (open reduction internal
fixation) fraktur femur keterbatasan gerak sendi lutut yang dialami oleh
pasien.Fraktur dapat menyebabkan kecacatan pada anggota gerak yang mengalami
fraktur, untuk itu diharuskan segera dilakukan tindakan untuk menyelamatkan klien
dari kecacatan fisik. Sedangkan kecacatan fisik dapat dipulihkan secara bertahap
melalui latihan rentang gerak yaitu dengan latihan Range of Motion (ROM) yang
dievaluasi secara aktif, yang merupakan kegiatan penting pada periode post operasi
guna mengembalikan kekuatan otot pasien (lukman dan ningsih, 2016).
Pengaruh pemberian dukungan mobilisasi (ROM) dalam kasus fraktur di RS
Pluit merupakan kegiatan yang penting pada periode post operasi guna
mengembalikan kemampuan Activities daily living (ADL) pasien. ADL (Activity of
Daily Living) adalah aktivitas pokok bagi perawatan diri. ADL (Activity of Daily
Living) meliputi antara lain ke toilet, makan, berpakaian, berpindah tempat dan
mandi(Ediwati, 2013).

2
Menurut data di rumah sakit pluit jakarta utara, selama 6 bulan terakhir secara
keseluruhan kasus fraktur tercatat ada 43 kasus, dengan 3 kasus dislokasi. Untuk
kasus fraktur femur sendiri merupakan kasus tertinggi dengan angka 25 kasus di atas
kasus tibia dengan 15 kasus.
Peran perawat sangat penting dalam dukungan mobilisasi dengan fraktur antara
lain sebagai pemberi pelayanan kesehatan, pendidik, pemberi asuhan keperawatan,
pembaharu, pengorganisasian pelayanan kesehatan yang khususnya adalah sebagai
pemberi asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien
dengan fraktur bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan yang dialami pasien.
Asuhan keperawatan mengacu pada lima tahapan asuhan keperawatan yaitu
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Berdasarkan uraian dan keterangan diatas penulis tertarik mengambil kasus
Fraktur untuk lebih lanjut memahami proses keperawatan yang akan dilakukan
kepada klien dengan Fraktur Femur, sehingga penulis mengambil judul kasus
Asuhan Keperawatan Fraktur Femur Pada Masalah Gangguan Mobilitas Fisik
Dengan Tindakan Keperawatan Dukungan Mobilisasi ROM Pasien Post Op Orif
Hari Ke 3 Tn. S Dan Tn. M Di RS Pluit Jakarta Utara Tahun 2021.

2. Tujuan Penulisan
2.1 Tujuan Umum
Memperoleh pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien Fraktur Femur dengan tindakan ROM agar mempercepat
pemulihan ADL pasien dengan fraktur femur di Rs Pluit , Jakarta Utara

2.2 Tujuan Khusus.


Tujuan khusus dari penelitian ini meliputi :
2.2.1 Mampu melakukan pengkajian terhadap pasien Fraktur Femur dengan
tindakan dukungan mobilisasi ROM.
2.2.2 Merumuskan diagnosa terhadap pasien Fraktur Femur dengan tindakan
dukungan mobilisasi ROM.
2.2.3 Menyusun intervensi terhadap pasien Fraktur Femur dengan tindakan
dukungan mobilisasi ROM.
2.2.4 Melaksanakan implementasi terhadap pasien Fraktur Femur dengan
tindakan dukungan mobilisasi ROM.

3
2.2.5 Melakukan evaluasi terhadap pasien Fraktur Femur dengan tindakan
ROM.
2.2.6 Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pasien Fraktur Femur
dengan tindakan dukungan mobilisasi ROM.

2.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti membuat perumusan masalah


yaitu, bagaimanakah gambaran Asuhan Keperawatan Fraktur Femur Pada
Masalah Gangguan Mobilitas Fisik Dengan Tindakan Keperawatan Dukungan
Mobilisasi ROM Pasien Post Op Orif Hari Ke 3 Tn. S Dan Tn. M Di RS Pluit
Jakarta Utara Tahun 2021.

2.4 Sistematika Penulisan


Penyusunan karya tulis ilmiah ini disusun secara sistematis yang terdiri
dari lima bab, yaitu :

BAB I merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penulisan, sistematika penulisan dan manfaat penulisan. BAB II
merupakan tinjauan pustaka yang terdirdiri dari konsep dasar teori penyakit
Fraktur Femur , konsep masalah keperawatan, konsep dasar tindakan keperawatan
serta konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien Fraktur Femur . BAB III
merupakan Metodologi Karya Tulis terdiri dari rancangan studi kasus, subjek
studi kasus, definisi operasional, tempat dan waktu pelakasanaan studi kasus,
instrumen studi kasus, langkah – langkah studi kasus, analisa studi kasus dan
etika studi kasus. BAB IV merupakan hasil studi kasus dan pembahasan. BAB V
merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

4
3. Manfaat Penelitian
3.1 Bagi pelayanan kesehatan
Laporan tugas akhir ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan terutama dalam gangguan kebutuhan mobilitas fisik
pada pasien Fraktur Femur.
3.2 Bagi pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan
Manfaat penelitian ini bagi pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan
diharapkan dapat membantu dalam memberikan penjelasan dan memberikan
masukan positif dalam kemajuan ilmu keperawatan.
3.3 Bagi intitusi pendidikan
Laporan tugas akhir ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi institusi
sebagai bahan referensi dan bacaan mahasiswa di perpustakaan terutama di
lingkup bidang keperawatan medikal bedah.
3.4 Bagi peneliti
Bagi peneliti, manfaat penelitian yang di dapatkan adalah sebuah
pengalaman pengaplikasian asuhan keperawatan secara komprehensif.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Penyakit
1.1 Pengertian Fraktur
Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang
umumnya disebabkan oleh tekanan atau trauma.selain itu, fraktur merupakan
rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan oleh tekanan eksternal yang
datang lebih besar dibandingkan dengan yang di serap oleh tulang (M. Asikin,
2016)
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau
tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan
jaringan lunak disekitar tulang akan mementukan apakah fraktur yang terjadi
itu lengkap atau tidak lengkap. (Price & Wilson, 2006 ; NANDA -, 2016)
Fraktur adalah kondisi tulang yang patah atau terputus sambungannya
akibat tekanan berat. Tulang merupakan bagian tubuh yang keras, namun jika
diberi gaya tekan yang lebih besar dari pada yang dapat diarbsorbsi, maka bisa
terjadi fraktur. Gaya tekan yang berlebihan yang dimaksud antara lain seperti,
pukulan yang keras, gerakan memuntir atau meremuk yang terjadi mendadak,
dan bahkan kontraksi otot ekstrem (Brunner & Suddarth, 2002 ; Istianah,
2017)

1.2 Penyebab Fraktur


1.2.1 Trauma
1.2.1.1 Trauma langsung, misalnya pada kecelakaan lalu lintas.
1.2.1.2 Trauma tidak langsung, misalnya jatuh dari ketinggian dengan
posisi berdiri/duduk dapat mengakibatkan fraktur tulang belakang.

1.2.2 Patologis: metastase dari tulang.


1.2.3 Degenerasi.
1.2.4 Spontan, misalnya akibat tarikan otot yang sangat kuat.

6
1.3 Jenis-Jenis Fraktur
1.3.1 Berdasarkan jumlah garis patah
1.3.1.1 Fraktur komunitif : fraktur dimana garis patah lebih dari dua fragmen
1.3.1.2 Fraktur segmental : fraktur dimana garis patah lebih dari satu, tetapi tidak
berhubungan.
1.3.1.3 Fraktur multiple : garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlain
tempat.
1.3.2 Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan)
1.3.2.1 Fraktur tertutup: jika kulit yang menutupi tulang masih intak (utuh).
1.3.2.2 Fraktur terbuka: jika kulit yang menutupi tulang tidak intak (utuh).
1.3.3 Berdasarkan komplet dan inkomplet fraktur
1.3.3.1 Fraktur komplet : jika garis patah melalui seluruh menampang tulang
atau melalui kedua konteks tulang.

1.3.3.2 Fraktur inkomplet : apabila garis patah tidak melalui penampang tulang.
1.3.4 Berdasarkan bentuk fraktur dan kaitannya dengan mekanisme trauma
1.3.4.1 Fraktur tranversal : garis fraktur tegak lurus dengan sumbu panjang
tulang.

1.3.4.2 Fraktur oblik : garis fraktur membentuk suatu sudut dan sumbu panjang
tulang.

1.3.4.3 Fraktur spiral : garis fraktur mengelilingi tulang (membentuk spiral).

1.3.4.4 Fraktur avulsi : fragmen tulang yang berhubungan ligament/tendon robek


dari tulang utama.
(Istianah, 2017)

1.4 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Fraktur


1.4.1 Usia
Lamanya proses penyebuhan fraktur sehubung dengan umur
lebih bervariasi pada tulang dibandingkan dengan jaringan-
jaringan lain pada tubuh. Cepatnya proses penyembuhan ini
sangat behubungan erat dengan aktifitas osteogenesis dari
periosterium dan endosteum. Proses pembentukan tulang/
osteogenesis telah bermula sejak umur embrio 6 – 7 minggu dan
berlangsung sampai dewasa sekitar umur 30 – 35 tahun. Dari

7
grafik, massa tulang mulai tumbuh sejak usia 0 sampai usia 30 –
35 tahun, pada usia 30 – 35 tahun pertumbuhan tulang berheti,
dan tercapai puncak massa tulang.

1.4.2 Tempat / lokasi fraktur


Lokasi yang dikelilingi otot akan sembuh lebih cepat
dibandingkan dengan tulang yang terdapat pada subkutan atau
daerah persendian.

1.4.3 Ada atau tidaknya dislokasi


Fraktur yang tidak mengalami dislokasi akan lebih cepat
sembuh, makin besar dislokasinya maka semakin lama
penyembuhannya.

1.4.4 Aliran darah ke fragmen tulang


Bila fragmen tulang mendapatkan aliran darah yang baik,
maka penyembuhannya akan lebih cepat dan tanpa komplikasi.
Bila terjadi berkurangnya aliran darah atau kerusakan jaringan
lunak yang berat, maka proses penyembuhannya akan semakin
lama.

1.5 Gejala Klinis

Gejala-gejala fraktur tergantung pada lokasi, berat dan jumlah


kerusakan pada fraktur lain. Pengkajian gejala klinis fraktur meliputi:
1.5.1 Aktivitas/istirahat
Klien memperlihatkan keterbatasan/kehilangan fungsi pada
bagian yang cidera. Kemungkinan terjadi sebagai akibat langsung
dari fraktur atau akibat sekunder pembengkaan jaringan dan
nyeri.
1.5.2 Sirkulasi
Klien menunjukan tanda/gejala:
1.5.2.1 Peningkatan tekanan darah, mungkin terjadi akibat respons terhadap nyeri
atau kecemasan. Sebaliknya penurunan tekanan darah mungkin terjadi
bila terjadi pendarahan

1.5.2.2 Takikardia

8
1.5.2.3 Penurunan atau hilangnya denyut nadi pada bagian distal atau cidera,
pengisian kapiler lambat, pucat pada area fraktur.
1.5.3 Neurosensori
Klien menunjukan tanda dan gejala:
1.5.3.1 Hilang gerakan
1.5.3.2 Parestesia (kesemutan), deformitas local, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi,
krepitasi, spasme otot, kelemahan atau kehilangan fungsi.
1.5.3.3 Kekurangan atau hilangnya fungsi pada bagian yang cedera sebagai akibat
langsung dari fraktur.
1.5.3.4 Agitasi, mungkin berhubungan dengan nyeri, kecemasan, atau trauma lain.
1.5.4 Rasa tidak nyaman
Klien menunjukan tanda dan gejala :
1.5.4.1 Nyeri hebat tiba-tiba pada saat cedera, mungkin terlokalisasi pada klien
fraktur, berkurang pada imobilisasi.

1.5.4.2 Spasme/kram otak setelah imobilisasi.

1.5.4.3 Pembengkaan local yang dapat meningkatkan bertahap atau tiba-tiba.


(Istianah, 2017)

1.6 Komplikasi
Komplikasi fraktur antara lain :
1.6.1 Komplikasi awal
1.6.1.1 Kerusakan arteri
Pecahnya arteri karena trauma ditandai dengan
menghilangnya denyut nadi, menurunnya CRT, sianosis
bagian distal, dan hematoma melebar. Tanda lain adalah
rassa lain pada ekstermitas akibat tindakan darurat
splinting, perubahan posisi yang sakit, tindakan reduksi,
pembedahan.

1.6.1.2 Kompeten syndrome


Kompeten syndrome merupakan komplikasi serius
yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang, syaraf, dan
pembuluh darah dalam jaringan perut. Konsisi ini
biasanya disebabkan oleh edema atau pendarahan yang
menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Penyebab lain

9
mungkin berasal dari tekanan luar, seperti gips atau
pembebatan yang terlalu kuat.

1.6.1.3 Avaskuler nekrosis


Avaskuler nekrosis (AVN) terjadi karena aliran
darah ketulang rusak atau terganggu. Konsisi ini dapat
menyebabkan nekrosis tulang yang diawali dengan
munculnya Volkman’s ischemia.

1.6.1.4 Syok
Syok terjadi karena kehilangan banyak darah dan
meningkatnya parmeabilitas kepiler. Kondisi yang umum
ini terjadi pada kasus fraktur ini bias menyebabkan
turunnya oksigen.

1.6.1.5 Infeksi
Trauma pada jaringan dapat menurunkan fungsi
sistem pertahanan tubuh. Pada trauma ortopedik, infeksi
dimulai pada kulit dan masuk kedalam tubuh. Kondisi ini
terjadi pada kasus fraktur terbuka, akan tetapi bias juga
karena penggunaan bahan asing dalam pembedahan
seperti pin dan plat.

1.6.2 Komplikasi lanjutan


1.6.2.1 Delayed union
Delayed union merupakan kondisi ketika fraktur
gagal menyatu sesui dengan waktu yang dibutuhkan
tulang untuk menyambung. Umumnya disebabkan oleh
penurunan suplay darah ke tulang.

1.6.2.2 Non union


Non union merupakan kondisi ketika fraktur gagal
menyatu dan memproduksi sambungn yang lengkap, kuat,
dan stabil setelah enam bulan. Kondisi ini ditandai dengan
pergerakan berlebih pada sisi fraktur yang membentu
sendi palsu atau pseudoarthrosis. Sama halnya dengan
delayed union, konsisi non union juga disebabkan karena

10
berkurangnya suplai darah ketulang.

1.6.2.3 Mal union


Mal union merupakan kondisi penyembuhan tulang
yang terlihat dari meningkatnya kekuatan tulang dan
perubahan bentuk (deformitas). Kondisi ini dicapai
memulai pembedahan dan reimobilitas.

1.7 Manifestasi Klinis


Nuratif dan Kusuma (2015) mengemukakan manifestasi klinis pada pasien
fraktur yaitu:
1.7.1 Tidak dapat menggunakan anggota gerak
1.7.2 Nyeri pembengkakan
1.7.3 Terdapat trauma (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau jatuh
dari kamar mandi pada prang tua, penganiayaan, tertimpa benda berat,
kecelakaan kerja, trauma olahraga)
1.7.4 Gangguan fungsi otak gerak
1.7.5 Deformitas
1.7.6 Kelainan gerak
1.7.7 Krepitasi

1.8 Perkiraan Penyembuhan Fraktur


Menurut NANDA -, 2016 waktu penyembuhan fraktur adalah sebagai
beribut :
Tabel 2.1 perkiraan penyembuhan fraktur
Lokalisasi Waktu penyembuhan
1. Falang/metacarpal/kosta 3-6 minggu
2. Destal radius 6 minggu
3. Diafis ulna dan radius 12 minggu
4. Humerus 10-12 minggu
5. Klavikula 6 minggu
6. Panggul 10-12 minggu
7. Femur 12-16 minggu
8. Kondilus femur/tibia 8-10 minggu
9. Tibua/fibula 12-16 minggu
10.Vetebrata 12 minggu

11
1.9 Penatalaksanaa Medis
1.9.1 Diagnosis dan penilaian fraktur
Anamnesis, pemeriksaan klinis dan radiologi dilakukan
untuk mengetahui dan menilai keadaan fraktur. Pada awal
pengobatan perlu diperhatikan: lokasi fraktur, bentuk fraktur,
menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan komplikasi yang
mungkin terjadi selama pengobatan.

1.9.2 Reduksi
Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada
kesejajarannya dan rotasi anatomis. Reduksi tertutup,
mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya
saling berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual. Alat
yang digunakan biasanya traksi, bidai, dan alat yang lainnya.
Reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah. Alat fiksasi interna
dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku.

1.9.3 Retensi
Imobilitas fraktur bertujuan untuk mencegah pergeseran
fragmen dan mencegah pergerakan yang dapat mengancam
penyatuan. Pemasangan plat atau traksi dimaksudkan untuk
mempertahankan reduksi ekstermitas yang mengalami fraktur.

1.9.4 Rehabilitasi
Mengembalikan aktifitas fungsional seoptimal mungkin
(Istianah, 2017)

12
1.10Pathway

Gambar 2.1 Pathway

(NANDA, 2015)

13
2 Konsep Gangguan Mobilitas Fisik
2.1 Definisi kebutuhan aktifitas
Karakteristik fisik individu yang sehat adalah adanya kemampuan
melakukan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan misalnya berdiri, berjalan,
dan bekerja. Aktifitas adalah suatu energi atau keadaan untuk bergerak untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Kemampuan aktifitas seseorang dipengaruhi
oleh adekuatnya siatem persyarafan, otot dan tulang, atau sendi. (Tarwoto dan
Tarwonah, 2015). System tubuh yang berperan dalam aktifitas antara lain:
2.1.1 Sistem Persarafan
System saraf terdiri dari : System saraf pusat (otak dan medulla
spinalis) terjadinya kerusakan pada siatem saraf pusat seperti pada
fraktur tulang belakang dapat menyebabkan kelemahan secara umum
dan system saraf tepi (percabangan dari saraf pusat) kerusakan saraf
tepi dapat menyebabkan tergangggunya daerah yang inervisi.
2.1.2 Sistem musculoskeletal yang terdiri dari:
2.1.2.1 Otot
Otot skelet (otot lurik) berperan dalam gerakan tubuh, postur,
dan fungsi produksi panas. Fungsi otot yaitu mengontrol
pergerakan, mempertahankan postur tubuh, dan menghasilkan
panas. Otot, tulang, dan sendi terintegrasi menghasilkan
pergerakan tubuh, misalnya berjalan dan berlari. Otot skelet
berkontaksi untuk mempertahankan postur. (M. Asikin, 2016)

Menurut Tarwoto & Wartonah, (2015), kontraksi otot skelet


dapat dikelompokan menjadi dua yaitu, Kontraksi isometric dan
Kontraksi isoto, kontraksi isometrik ini tidak terjadi pendekatan
otot selama kontraksi, karena tidak memerlukan sliding
myofibril, tetapi secara paksa. Misalnya, saat kita mengangkat
barang yang sangat berat, mendorong meja, dengan tangan lurus
sehingga terjadi tegangan. Sedangkan Kontraksi isoto adalah
jenis kontraksi dimana terjadi pemendekatan otot tetapi
tegangan pada otot tetap konstan. Kontraksi ini memerlukan

14
energi yang sangat besar.

Contoh jenis kontraksi ini adalah mengangkat beban


menggunakan otot bisep, kegiatan makan, menyisir, dan
lainnya.

2.1.2.2 Sendi
Sendi merupakan semua persambungan tulang, baik yang
memungkinkan tulang tersebut dapat bergerak satu sama lain
maupun tidak dapat bergerak satu sama lain. Ada tiga
klasifikasi sendi yaitu, Sendi sinartrosis, sendi yang tidak dapat
digerakan karena terdapat jaringan ikat (sisdenmosis)
diantaranya tulang yang saling berhubungan, sendi amfirtrosis,
sendi yang pergerakannya terbatas, dan Sendi diartrosis, sendi
yang mampu digerakan secara bebas.

2.1.3 Tulang (rangka)


Secara umum fungsi dari tulang (rangka) adalah sebagai berikut:
2.1.3.1 Menyongkong jaringan tubuh, termasuk memberi bentuk pada tubuh
(postur tubuh)

2.1.3.2 Melindungi bagian tubuh yang lunak, seperti otak, paru-paru, hati dan
medulla spinalis

2.1.3.3 Sebagai tempat melekatnya otot dan tendon, termasuk juga ligament

2.1.3.4 Sebagai sumber mineral, seperti garam, fosfat dan lemak.

2.1.3.5 Berperan dalam proses hematopoiesis (produksi sel darah).

2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Aktifitas

Menurut Andri & Wahid, 2016 faktor-faktor yang mempengaruhi


aktivitas adalah sebagai berikut :

2.2.1 Tingkat perkembangan tubuh

15
Usia akan mempengaruhi tingkat perkembangan mobilitas pada
tingkat usia yang berbeda.

2.2.2 Keadaan fisik


cacat tubuh, dan mobilisasi akan mempengaruhi pergerakan tubuh.
2.2.3 Keadaan nutrisi
Kurangnya nutrisi dapat menyebabkan kelemahan pada otot, dan obesitas
dapat menyebabkan pergerakan menjadi kurang bebas.
2.2.4 Kelemahan neuromuscular dan skeletal
Adanya postur abnormal seperti scoliosis, lordosis, dan kifosis dapat
berpengaruh terhadap pergerakan.
2.2.5 Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di kantor kurang melakukan aktivitas bila
dibandingkan dengan petani atau buruh.

2.3 Mekanika Tubuh


Mekanika tubuh adalah penggunaan organ tubuh secara efisiensi dan
efektif sesuai dengan fungsinya.melakukan aktivitas dan istirahat pada
posisi yang benar akan meningkatkan kesehatan. Setiap aktifitas yang
dilakukan oleh perawat harus memperhatikan mekanika tubuh yang benar
seperti kegiatan mengangkat dan mempindahkan pasien. (Asmadi, 2013)

2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Mekanika Tubuh Dan Ambulasi


Menurut hahwita dan sulistyowati (2017) faktor yang mempengaruhi
dinamika tubuh dan ambulasi antara lain:
2.4.1 Status kesehatan
Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi sistem
musculoskeletal dan sistem saraf berupa penurunan kordinasi.
Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh penyakit, berkurangnya
kemampuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari.
2.4.2 Nutrisi
Salah satu fungsi bagi tubuh adalah membantu proses pertumbuhan
tulang dan perbaikan sel. Kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat
menyebabkan kelemahan otot dan memudahkan terjadinya penyakit.
2.4.3 Emosi
Kondisi psikologis dapat menurunkan kemampuan dinamika tubuh dan

16
ambulasi yang baik, seseorang yang mengalami perasaan tidak aman ,
tidak bersemangat dan harga diri rendah, akan mudah mengalami
perubahan mekanika tubuh dan ambulasi.
2.4.4 Situasi dan kebiasaan
Situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseorang misalnya, sering
mengangkat benda-benda berat,akan menyebabkan perubahan
mekanika tubuh dan ambulasi.

2.4.5 Gaya Hidup

Gaya hidup adalah perubuhan pola hidup seseorang, Dapat

menyebabkan stress dan kemungkinan besar akan menimbulkan

kecerobohan dalam beraktifitas sehingga dapat menggagu koordinasi

musculoskeletal dan neurologi, yang akhirnya akan mengakibatkan

perubahan mekanika tubuh. Haswita dan sulistyowati (2017)

17
3 Konsep Dukungan Mobilisasi (ROM)

3.1 Pengertian Dukungan Mobilisasi


Memfasilitasi pasien untuk meningkatkan aktivitas pergerakan fisik (SIKI,

2017).

3.2 Tujuan dilakukan mobilisasi:


Beberapa tujuan dari mobilisasi menurut Susan J.Garrison (2014), antara lain:

3.2.1. Mempertahankan fungsi tubuh

3.2.2. Memperlancar peredaran darah

3.2.3. Membantu pernafasan menjadi lebih baik

3.2.4 Mempertahankan tonus otot

3.2.5 Memperlancar eliminasi alvi dan urine

3.2.6 Mempercepat proses penutupan jahitan operasi

3.2.7 Mengembalikan aktivitas tertentu, sehingga pasien dapat kembali

normal dan atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.

3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Mobilitas

3.3.4 Gaya hidup


Mobilisasi di pengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai yang dianut,
serta lingkungan tempat ia tinggal (masyarakat).

3.3.5 Kemampuan
Kelemahan fisik dan mental akan manghalangi seseorang untuk
melakukan aktifitas hidup sehari-hari. Secara umum,
ketidakmampuan ada dua macam, yakni ketidakmampuan primer dan
sekunder.

3.3.6 Tingkat energi


Energi dibutuhkan banyak hal, salah satunya mobilisasi. Dalam hal
ini, cadangan energi yang dimiliki masing-masing individu bervariasi.
Disamping itu, ada kecenderungan seseorang untuk menghindari
stressor guna mempertahankan kesehatan fisik dan psikologis.

18
3.3.7 Usia
Usia dipengaruhi terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan
mobilisasi. Pada individu lansia, kemampuan untuk melakukan
aktivitas dan mobilitas menurun sejalan dengan penuaan.

(Mubarak & wahit Iqbal, 2015)

3.4 Pengertian ROM

Range Of Motion (ROM), merupakan istilah baku untuk menyatakan

batas/besarnya gerakan sendi baik normal. ROM juga di gunakan sebagai dasar

untuk menetapkan adanya kelainan batas gerakan sendi abnormal (HELMI, 2012).

Latihan ROM adalah latihan yang menggerakkan sendi seoptimal mungkin

sesuai dengan kemampuan seseorang yang tidak menimbulkan rasa sakit. Pasien

stroke akan mengalami keterbatasan dalam bergerak atau mengalami masalah

"gangguan mobilitas fisik" sehingga latihan rentang gerak sendi atau latihan ROM

adalah salah satu intervensi keperawatan yang dapat dilakukan (Subianto, 2012).

Range of motion adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya

kontraksi dan pergerakan otot, di mana klien menggerakan masing-masing

persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif. Tujuan ROM

adalah : (1). Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot, (2). Memelihara

mobilitas persendian, (3) Merangsang sirkulasi darah, (4). Mencegah kelainan

bentuk. (Lukman, 2013).

3.5 Klasifikasi ROM

Menurut (Lukman, 2013) klasifikasi rom sebagai berikut:

3.5.4 ROM pasif adalah latihan yang di berikan kepada klien yang mengalami

kelemahan otot lengan maupun otot kaki berupa latihan pada tulang

19
maupun sendi dimana klien tidak dapat melakukannya sendiri, sehingga

klien memerlukan bantuan perawat atau keluarga.

3.5.5 ROM aktif adalah latihan ROM yang dilakukan sendiri oleh pasien tanpa

bantuan perawat dari setiap gerakan yang dilakukan. Indikasi ROM aktif

adalah semua pasien yang dirawat dan mampu melakukan ROM sendi

dan kooperatif.

3.6 Tujuan ROM

Tujuan latihan Range Of Motion (ROM) menurut (Lukman, 2013)

3.6.4 Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot.

3.6.5 Memelihara mobilitas persendian.

3.6.6 Merangsang sirkulsi darah.

3.6.7 Mencegah kelainan bentuk.

3.7 Prinsip Dasar ROM

Prinsip dasar latihan range of motion (ROM) (Lukman, 2013) yaitu:

3.7.4 ROM harus di ulangi sekitar 8 kali dan di kerjakan minimal 2kali

sehari

3.7.5 ROM dilakukan perlahan dan hati-hati sehinga tidak melelahkan pasien.

3.7.6 Dalam merencanakan program latihan range of motion (ROM) ,

Memperhatikan umur pasien, diagnosis, tanda vital, dan lamanya tirah

baring.

3.7.7 ROM sering di programkan oleh dokter dan di kerjakan oleh ahli

fisioterapi

3.7.8 Bagian-bagian tubuh yang dapat dilakukan ROM adalah leher, jari,

lengan, siku, bahu, tumit, atau pergelangan kaki.

3.7.9 Rom dapat dilakukan pada semua persendian yang di curigai mengurangi

20
proses penyakit.

3.7.10 Melakukan ROM harus sesuai waktunya, misalnya setelah mandi atau

perawatan rutin telah dilakukan.

3.8 Gerakan pada ROM

Rom aktif Merupakan latian gerak isotonik (Terjadi kontraksi dan pergerakan otot)

yang dilakukan klien dengan menggerakan masing- masing persendiannya sesuai

dengan rentang geraknya yang normal. (lukman, 2013)

Rom pasif merupakan latihan pergerakan perawat atau petugas lain yang

menggerakkan persendian klien sesuai dengan rentang geraknya. (lukman, 2013)

Prosedur pelaksanaan:

Gerakan pinggul dan panggul

3.8.4 Fleksi dan ekstensi lutut dan pinggul


3.8.5 Angkat kaki dan bengkokkan lutut
3.8.6 Gerakkan lutut ke atas menuju dada sejauh mungkin
3.8.7 Kembalikan lutut ke bawah, tegakkan lutut, rendahkan kaki sampai pada
kasur.
3.8.8 Abduksi dan adduksi kaki
3.8.9 Gerakkan kaki ke samping menjauh klien
3.8.10 Kembalikan melintas di atas kaki yang lainnya
3.8.11 Rotasikan pinggul internal dan eksternal
3.8.12 Putar kaki ke dalam, kemudian ke luar
3.8.13 Gerakkan telapak kaki dan pergelangan kaki
3.8.14 Dorsofleksi telapak kaki
3.8.15 Letakkan satu tangan di bawah tumit
3.8.16 Tekan kakiklien dengan lengan anda untuk menggerakkannya ke arah kaki
3.8.17 Fleksi plantar telapak kaki
3.8.18 Letakkan satu tangan pada punggung dan tangan yang lainnya berada pada
tumit
3.8.19

21
3.8.20 Dorong telapak kaki menjauh dari kaki
Fleksi dan ekstensi jari-jari kaki
3.8.1.1 Letakkan satu tangan pada punggung kaki klien, letakkan tangan yang
lainnya pada pergelangan kaki
3.8.1.2 Bengkokkan jari-jari ke bawah
3.8.1.3 Kembalikan lagi pada posisi semula
Intervensi dan eversi telapak kaki
3.8.1.1 Letakkan satu tangan di bawah tumit, dan tangan yang lainnya di atas
punggung kaki
3.8.1.2 Putar telapak kaki ke dalam, kemudian ke luar.

3.9 Kekuatan otot

Otot merupakan alat gerak aktif, sebagai hasil kerja sama antara otot dan

tulang. Tulang tidak dapat berfungsi sebagai alat gerak jika tidak digerakan oleh

otot, hal ini karena otot mempunyai kemampuan berkontraksi ( memendek / kerja

berat & memanjang / kerja ringan ) yang mengakibatkan terjadinya kelelahan otot,

proses kelelahan ini terjadi saatwaktu ketahanan otot ( jumlah tenaga yang

dikembangkan oleh otot ) terlampaui (lukman, 2013)

Pengertian kekuatan otot adalah kemampuan dari otot baik secara kualitas

maupun kuantitas mengembangkan ketegangan otot untuk melakukan kontraksi

(lukman, 2013)

3.10 Pengukuran kekuatan otot

Penilaian Kekuatan Otot mempunyai skala ukur yang umumnya

dipakai untuk memeriksa penderita yang mengalami kelumpuhan selain

mendiagnosa status kelumpuhan juga dipakai untuk melihat apakah ada

kemajuan yang diperoleh selama menjalani perawatan atau sebaliknya apakah

terjadi perburukan pada penderita. Penilaian tersebut meliputi : (1). Nilai 0:

22
paralisis total atau tidak ditemukan adanya kontraksi pada otot, (2) Nilai 1:

kontaksi otot yang terjadi hanya berupa perubahan dari tonus otot, dapat

diketahui dengan palpasi dan tidak dapat menggerakan sendi, (3) Nilai 2:

otot hanya mampu mengerakkan persendian tetapi kekuatannya tidak dapat

melawan pengaruh gravitasi, (4) Nilai 3: dapat menggerakkan sendi, otot juga

dapat melawan pengaruh gravitasi tetapi tidak kuat terhadap tahanan yang

diberikan pemeriksa, (5) Nilai 4: kekuatan otot seperti pada derajat 3 disertai

dengan kemampuan otot terhadap tahanan yang ringan, (6) Nilai 5: kekuatan

otot normal. (lukman, 2013)

Untuk mengetahui kekuatan atau kemampuan otot perlu dilakukan

pemeriksaan derajat kekuatan otot yang di buat ke dalam enam derajat ( 0

– 5 ) . Derajat ini menunjukan tingkat kemampuan otot yang berbeda-

beda.

Tabel 2.2 Derajat kekuatan otot

Derajat 5 Kekuatan otot normal dimana seluruh gerakan dapat

dilakukan otot dengan tahanan maksimal dari proses

yang dilakukan berulang-ulang tanpa menimbulkan

kelelahan.
Derajat 4 Dapat melakukan Range Of Motion (ROM) secara penuh
dan dapat melawan tahanan ringan

Derajat 3 Dapat melakukan ROM secara penuh dengan melawan


gaya berat (gravitasi), tetapi tidak dapat melawan tahanan.

Derajat 2 Dengan bantuan atau dengan menyangga sendi dapat

melakukan ROM secara penuh.

23
Derajat 1 Kontraksi otot minimal terasa/teraba pada otot

bersangkutan tanpa menimbulkan gerakan.


Derajat 0 Tidak ada kontraksi otot sama sekali.

(Asmadi, 2012)

Adapun cara untuk memeriksa kekutan otot dengan menggunakan derajat

kekuatan otot tersebut yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.3 cara memeriksa kekuatan otot

Jenis Pemeriksaan Bentuk Pemeriksaan


1. Pemeriksaan kekuatan otot ekstermitas 1. Pemeriksaan kekuatan otot bahu.
atas. 2. Minta klien melakukan fleksi pada
lengan ekstensi lengan dan beri
tahanan.
3. Lakukan prosedur yang sama untuk
gerakan ekstensi lengan, lalu beri
tahanan.
4. Nilai kekuatan otot dengan
menggunakan skala 0-5.
2. Pemeriksaan kekuatan otot siku. 1. Minta klien melakukan gerakan fleksi
pada siku dan beri tahanan.
2. Lakukan prosedur yang sama untuk
gerakan ekstensi siku, lalu beri
tahanan.
3. Nilai kekuatan otot dengan
menggunakan skala 0-5.
3. Pemeriksaan kekuatan otot pergelangan 1. Letakkan lengan bawah klien di atas
tangan. meja dengan telapak tangan
menghadap keatas.
2. Minta klien untuk melakukan
gerakan fleksi telapak tangan
dengan melawan tahanan.
3. Nilai kekuatan otot dengan
menggunakan skala 0-5.
4. Pemeriksaan kekuatan otot jari-jari
tangan Caranya:
5. Mintalah klien untuk meregangkan

24
jari-jari melawan tahanan. b). Nilai
kekuatan otot dengan menggunakan
skala 0-5.
4. Pemeriksaan kekuatan otot panggul. 1. Atur posisi tidul klien, lebih baik
pemeriksaan dilakukan dalam posisi
supine.
2. Minta klien untuk melakukan
gerakan fleksi tungkai dengan
melawan tahanan.
3. Minta klien untuk melakukan
gerakan abduktif dan adduksi
tungkai melawan tahanan.
4. Nilai kekuatan otot dengan
menggunkan skala 0-5.

5. Pemeriksaan kekuatan otot lutut. 1. Minta klien untuk melakukan gerakn


fleksi lutut dengan melawan
tahanan.
2. Nilai kekuatan otot dengan
menggunakan skala 0-5.
6. Pemeriksan kekuatan otot tumit. 1. Minta klien untuk melakukan
gerakan plantarfleksi dan dorsifleksi
dengan melawan tahanan.
2. Nilai kekuatan otot dengan
menggunakan skala 0-5.
7. Pemeriksaan kekuatan otot jari-jari 1. Minta klien untuk melakukan
kaki. gerakan fleksi dan ekstensi jari-jari
kaki dengan melawan tahanan.
2. Nilai kekuatan otot dengan
menggunakan skala 0-5.

4 Konsep Orif

25
4.1 Definisi
ORIF adalah sebuah prosedur bedah medis, yang tindakannya mengacu pada
operasi terbuka untuk mengatur tulang, seperti yang diperlukan untuk beberapa
patah tulang, fiksasi internal mengacu pada fiksasi sekrup dan piring untuk
mengaktifkan atau memfasilitasi penyembuhan (Clevo & TH, 2012).

4.2 Tindakan Pembedahan ORIF


Tindakan pembedahan pada ORIF dibagi menjadi 2 jenis metode yaitu meliputi :
4.2.1 Reduksi Terbuka
Insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan diteruskan
sepanjang bidang anatomi menuju tempat yang mengalami fraktur. Fraktur
diperiksa dan diteliti. Fragmen yang telah mati dilakukan irigasi dari luka.
Fraktur direposisi agar mendapatkan posisi yang normal kembali. Sesudah
reduksi fragmen-fragmen tulang dipertahankan dengan alat ortopedik
berupa: pin, skrup, plate, dan paku (Wim de Jong,m, 2000). a) Keuntungan
Reduksi Akurat, stabilitas reduksi tertinggi, pemeriksaan struktur
neurovaskuler, berkurangnya kebutuhan alat imobilisasi eksternal,
penyatuan sendi yang berdekatan dengan tulang yang patah menjadi lebih
cepat, rawat inap lebih singkat, dapat lebih cepat kembali ke pola ke
kehidupan normal (Barbara, 1996) 27 b) Kerugian Kemungkinan terjadi
infeksi dan osteomielitis tinggi (Clevo & TH, 2012).
4.2.2 Fiksasi Internal
Metode alternatif manajemen fraktur dengan fiksasi eksternal, biasanya
pada ekstrimitas dan tidak untuk fraktur lama Post eksternal fiksasi,
dianjurkan penggunaan gips. Setelah reduksi, dilakukan insisi perkutan
untuk implantasi pen ke tulang. Lubang kecil dibuat dari pen metal
melewati tulang dan dikuatkan pennya. Perawatan 1-2 kali sehari secara
khusus, antara lain: Observasi letak pen dan area, observasi kemerahan,
basah dan rembes, observasi status neurovaskuler. Fiksasi internal
dilaksanakan dalam teknik aseptis yang sangat ketat dan pasien untuk
beberapa saat mandapat antibiotik untuk pencegahan setelah pembedahan
(Clevo & TH, 2012).

5 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Fraktur

26
Asuhan keperawatan adalah merupakan suatu tindakan kegiatan atau proses dalam
praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien(pasien) untuk
memenuhi kebutuhan objektif klien, sehingga dapat mengatasi masalah yang sedang
dihadapinya, dan asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah ilmu
keperawatan.

4.3 Pengkajian
Menurut Bakri (2016) dalam proses pengkajian dibutuhkan pendekatan
agar pasien dan keluarga dapat secara terbuka memberikan data-data yang
dibutuhkan. Pendekatan yang digunakan dapat disesuikan dengan kondisi
pasien dan sosial budayanya. Selain itu, diperlukan metode yang tepat bagi
perawat untuk mendapatkan data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan
keadaan pasien.
Data dapat diperoleh dari riwayat keperawatan, keluhan utama pasien,
pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang atau tes diagnostik. Riwayat
keperawatan misalnya: riwayat kesehatan keluarga, riwayat penyakit
sekarang, dan kejadian. Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan dari kepala
sampai kaki (hand to toe) melalui Teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi. (Tarwoto & Wartonah, 2015).

Menurut Wijaya dan Putri (2013) pengkajian pada pasien fraktur antara lain:

4.3.1 Identitas pasien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, Pendidikan, alamat, pekerjaan,


agama, suku, bangsa, tanggal dan jam MRS, nomer register, dan
diagnosis medis.
4.3.2 Keluhan utama

Tidak dapat melakukan pergerakan, merasakan nyeri pada area


fraktur, rasa lemah dan tidak dapat melakukan aktivitas (Istianah,
2017).
4.3.3 Riwayat kesehatan sekarang

Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang


menyebabkan terjadinya keluhan/gangguan dalam mobilisasi dan
imobilitas, seperti adanyanyeri, kelemahan otot, kelelahan, tingkat

27
mobilitas dan imobilitas, daerah dan lama terjadinya gangguan
mobilitas.
4.3.4 Riwayat kesehatan sebelumnya

Apakah pasien pernah mengalami penyakit tertentu yang dapat


mempengaruhi kesehatan sekarang.
4.3.5 Riwayat kesehatan keluarga

Apakah anggota keluarga klien memiliki penyakit keturunan yang


mungkin akan mempengaruhhi kondisi sekarang.
4.3.6 Riwayat psikososial

Konsep diri pasien imobilisasi mungkin terganggu, oleh karena itu kaji
gambaran ideal diri, harga diri, dan identitas diri serta interaksi pasien
dengan anggota keluarga maupun lingkungan tempat tinggalnya.
4.3.7 Aktivitas sehari-hari

Pengkajian ini bertujuan untuk melihat perubahan pola yang berkaitan


dengan terganggunya sistem tubuh, serta dampaknya terhadap
pemenuhan kebutuhan dasar pasien.
4.3.8 Pemeriksaan fisik

Menurut Noor (2016) pemeriksaaan fisik pada sistem muskuloskletal yaitu:


4.3.8.1 Inspeksi (look)

Inspeksi sebenarnya telah dimulai sejak awal pertama bertatap


muka dengan pasien. Saat pertama kali melihat pada inspeksi
yang diperhatikan adalah raut muka pasien (apakah terlihat
kesakitan), cara jalannya sekurang – kurangnya 20 langkah,
cara duduk, cara tidur (periksa adanya kelainan dalam cara
berjalan). Penilaian klinis abnormalitas Gait dapat membantu
mencari kelainan yang mendasari penyakit. Inspeksi kemudian
dilakukan secara sistematis dan ditujukan pada hal – hal
berikut:
3.1.8.1.1 Jaringan lunak, yaitu pembuluh darah. Saraf, otot,
tendon, ligament, jaringan lunak, fasia, dan kelenjar
limfe.

28
3.1.8.1.2 Kulit, meliputi warna kulit (kemerahan, kebiruan,
atau hiperpigmentasi) dan tekstur kulit.
3.1.8.1.3 Tulang dan sendi.
3.1.8.1.4 Jaringan parut, apakah jaringan parut berasal dari
luka operasi, trauma atau supurasi. Apakah ada tanda
cicateiks (jaringan parut baik yang alami maupun
buatan seperti bekas operasi) pada status lokalis.
3.1.8.1.5 Benjolan, pembengkaan, atau cekungan dengan hal-
hal yang tidak biasa (abnormal).
3.1.8.1.6 Posisi dan bentuk dari ekstermitas (deformitas).

4.3.8.2 Palpasi (Feel )

Pengkajian yang perlu diperhatikan pada palpasi adalah sebagai


berikut: Evaluasi gerakan sendi secara aktif dan pasif. Apakah gerakan
ini menimbulkan rasa sakit. Apakah gerakan ini disertai dengan
adanya krepitasi. Stabilitas sendi, terutama ditentukan oleh integritas
kedua permukaan sendi dan keadaan ligament yang mempertahankan
sendi. Pengkajian stabilitas sendi dapat dilakukan dengan memberikan
tekanan pada ligament kemudian gerakan sendi diamati.

4.3.9 Pengkajian range of joint movement (ROM).


Pengkajian batas gerakan sendi harus dicatat pada setiap pengkajian
ortopedi yang meliputi batas gerakan aktif dan batas gerakan pasif.
Setiap sendi mempunyai nilai batas gerakan normal yang merupakan
patokan untuk gerakan abnormal dari sendi. Gerakan sendi sebaiknya
dibandingkan dengan mencatat gerakan sendi normal dan abnormal
secara aktif dan pasif.

4.3.10 Gerak (Move)


Daerah tungkai yang patah tidak boleh digerakan, karena akan
memberikan respons trauma pada jaringan lunak sekitar ujung fragmen
tulang yang patah. Pasien terlihat tidak mampu melakukan pergerakan
pada sisi paha yang patah.

29
4.3.11 Pemeriksaan penunjang

Menurut Istianah, 2017 pemeriksaan penunjang sebagai berikut:


4.3.11.1 Foto rontgen (x-ray)
Tujuan: untuk menentukan lokasi dan luasnya fraktur
4.3.11.2 Scan tulang
Tujuan: memperhatikan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak.
4.3.11.3 Arteriogram
Tujuannya: dilakukan untuk memastikan ada tidaknya
kerusakan vaskuler.
4.3.11.4 Hitung darah lengkap
Tujuannya: hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun
pada perdarahan ; peningkatan leokosit sebagai respon
terhadap peradangan.
4.3.11.5 Kretinin
Tujuannya: trauma otot meningkatkan beban kretinin untuk
klirens ginjal.
4.3.11.6 Profil koagulasi
Tujuannya: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah ;
tranfusi atau cedera hati.

4.3.12 Tingkat Kemampuan Aktivitas/Mobilisasi


Kategori tingkat kemampuan

Table 2. 5 tabel kategori tingkat kemampuan


Tingkat Kategori
aktivitas/mobilisasi
Tingakt 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain
Tingkat 3 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain dan
Peralatan
Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat melaukan atau
berpartisipasi dalam perawatan
(Wahyudi, 2016)

4.3.13 Kemampuan rentang gerak

Pengkajian rentang gerak (range of motion-ROM) dilakukan pada


daerah seperti, bahu, siku, lengan, panggul dan kaki.

30
Tabel 2.6 tabel kemampuan rentang gerak

Gerak sendi Derajat


rentang
gerak
Bahu:
Aduksi: gerakan lengan dilateral dari posisi samping keatas 180
kepala, telapak tangan menghadap keposisi yang paling jauh.
Siku :
Flaksi: angkat lengan kebawah kearah depan dan kearah atas 150
menuju bahu.
Pergelangan tangan:
Freksi : tekuk jari-jari tangan kearah bagian dalam lengan 80-90
bawah.
Ekstensi: luruskan pergelangan tangan dari posisi flaksi 80-90
Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan kearah belakang 70-90
sejauh
Mungkin
Abduksi: tekuk pergerakan tangan ke sisi ibu jari ketika 0-20
telapak
tangan menghadap keatas
Adduksi: tekuk pergelangan tangan kearah kelingking, 30-50
telapak
tangan menghadap keatas
Tangan dan jari: 90
Flaksi:buat kepalan tangan
Ekstensi: luruskan jari 90
Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan belakang sejauh mungkin 30
Abduksi: kembangakan jari jangan 20
Adduksi :rapatkan jari-jari tangan dari posisi abduksi 20
Sumber: (Wahyudi & Wahid, 2016)

4.3.14 Kekakuan otot dan gangguan koordinasi

Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara


bilateral atau tidak. Derajat kekakuan otot dapat ditentukan dengan:
Tabel 2.7 tabel kekuatan otot
Skala Presentase Karakteistik
Kekuatan Normal
0 0 Paralisis sempurna
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat
dipalpasi atau dilihat
2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan
Tompangan
3 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi
4 75 Gerakan yang normal melawan gravitasi dan
melawan tahanan minimal
5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal
melawan gravitasi dan menahan tahanan
penuh
(Sumber: Wahyudi & Wahid,2016)

31
4.4 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status masalah


kesehatan aktual atau potensial. Tujuannya adalah mengidentifikasi masalah aktual
berdasarkan respon klien terhadap masalah. Manfaat diagnose keperawatan adalah
sebagai pedoman pemberian asuhan keperawatan dan menggambarkan suatu masalah
kesehatan dan penyebab adanya masalah. Menurut SDKI, 2016 (Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia) masalah keperawatan yang muncul pada klien gangguan
pemenuhan kebutuhan aktifitas antara lain yaitu gangguan mobilitas fisik, nyeri akut
dan gangguan pola tidur.
4.4.1 Gangguan mobilitas fisik
Kondisi di mana pasien tidak mampu melakukan pergerakan secara mandiri.
4.4.1.1 Gangguan persepsi kognitif
4.4.1.2 Imobilisasi
4.4.1.3 Gangguan neuromuscular
4.4.1.4 Kelamahan atau paralisis
4.4.1.5 Fraktur

4.4.2 Nyeri akut


Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan actual atau fungsional.
Kemungkinan berhubungan dengan:
4.4.2.1 Kondisi pembedahan
4.4.2.2 Cidera traumatis
4.4.2.3 Sindrom coroner akut
4.4.2.4 Glaukoma

4.4.3 Gangguan pola tidur


Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal.
Kemungkinan berhubungan dengan:
4.4.3.1 Nyeri/kolik
4.4.3.2 Kecemasan
4.4.3.3 Hipertiroidisme

32
4.5 Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan menurut Nuratif dan Kusuma (2015) Perencanaan adalah
pengembangan dari pencatatan rencana keperawatan dan menentukan pendekatan
yang digunakan untuk memecahkan masalah atau mengurangi masalah klien.
Tabel 2.8 Rencana Keperawatan
Diagnose Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Intervensi
Hasil
Hambatan mobilitas fisik
Definisi: keterbatasan dalam pergerakan 1. Joint movement : Exercise therapy:
fisik tubuh atau satu atau lebih ekstremitas active ambulation
secara mandiri dan terarah, 2. Mobility level 1. Monitoring vital sign
3. Self care : ADLs
sebelum/sesudah latihan dan
Batasan karakteristik: 4. Transfer
lihat respon pasien saat latihan
1. Penurunan waktu reaksi performance
2. Kesulitan membolak-balik posisi 2. Konsultasikan dengan terapi
Kriteria hasil:
3. Melakukan aktifitas lain sebagai 1. Klien meningkat fisik tentang rencana ambulasi
pengganti penggerakan dalam aktivitas sesuai dengan kebutuhan
(mis.meningkatkan perhatian fisik 3. Bantu pasien untuk
pada aktifitas orang lain, 2. Mengerti menggunakan tongkat saat
mengendalikan perilaku, focus tujuan dan berjalan dan cegah terhadap
pada kemerdayaan/aktivitas sebelum peningkatan cidera
sakit) mobilitas 4. Ajarkan pasien atau tenaga
4. Dispnea setelah beraktivitas 3. Memverbalisasika kesehatan lain tentang Teknik
5. Perubahan cara berjalan n perasaan ambulasi
6. Gerakan bergetar dalam 5. Kaji kemampuan pasien dalam
7. Keterbatasan kemampuan meningkatkan ambulasi
melakukan keterampilan motoric kekuatan dan 6. Latih pasien dalam pemenuhan
halus kemampuan kebutuhan ADLs secara
8. Keterbatasan kemampuan berpindah mandiri sesuai kemampuan
melakukan keterampilan motoric 4. Mempe 7. Dampingi dan bantu pasien saat
kasar ragakan mobilisasi dan bantu penuhi
9. Keterbatasan rentang pergerakan penggu kebutuhan ADLs pasien
sendi naan 8. Berikan alat bantu jika pasien
10. Tremor akibat pergerakan alat memerlukan
11. Ketidakstabilan positif 5. Bantu untuk 9. Ajarkan pasien bagaimana
12. Pergerakan lambat mengubah posisi dan berikan
mobilisasi
13. Pergerakan tidak terkoordinasi bantuan jika diperlukan
(walker)
Faktor yang berhubungan:
1. Intoleransi aktivitas
2. Perubahan metabolisme seluler
3. Ansietas
4. Indeks masa tubuh diatas perentil ke
75 sesui usia
5. Gangguan kognitif
6. Konstraktur
7. Kepercayaan budaya tentang aktivitas
sesuai usia
8. Fisik tidak bugar
9. Penurunan ketahanan tubuh
10. Penurunan kendalli otot
11. Penurunan m
12. assa otot

33
13. Malnutrisi
14. Gangguan musculoskeletal
Gangguan neuromuskuler. Nyeri
15. Agens otot
16. Penurunan kekuatan otot
17. Kurang pengetahuan tentang aktivitas
fisik
18. Keadaan mood depresif
19. Keterlambatan perkembangan
20. Ketidaknyamanan
21. Difuse, kaku sendi
22. Kurang dukungan lingkungan
(mis,fisik atau social)
23. Keterbatasan ketahanan
kardiovaskuler
24. Kerusakan integritas struktur tulang
25. Program pembatasan gerak
26. Keengganan memulai pergerakan
27. Gaya hidup monoton
15. Gangguan sensori perceptual
Nyeri akut
Definisi : pengalaman sensori dan 1. Level pain Activity therapy
emosional yang tidak menyenangkan 2. Pain control 1. Kaji secara komprehensif
yang muncul akibat kerusakan jaringan 3. Comfort level terhadap nyeri termasuk
yang actual atau potensial. Kriteria hasil : lokasi, karakteristik,durasi,
Batasan karakteristik : 1. Mampu
1. Perubahan selera makan frekuensi, kualitas,
mengontol nyeri intensitas nyeri dan faktor
2. Perubahan tekanan darah
(tahu penyebab presipitasi
3. Laporan isyarat
nyeri, mampu 2. Observasi reaksi
4. Perlakuan distraksi
menggunakan ketidaknyamanan secara
5. Mengekspresikan prilaku
tehnik non onverbal.
6. Sikap melindungi area nyeri
7. Indikasi nyeri yang dapat diamati farmakologi untuk 3. Gunakan srategi
8. Perubahan posisi menghindari nyeri mengurangi komunikasi terapeutik
9. Dilatasi pupil nyeri,mencari untuk menggungkapkan
10. Melaporkan nyeri secara verbal bantuan) pengalaman nyeri dan
11. Gangguan tidur 2. Melaporkan penerimaan pasien
Faktor yang berhubungan : bahwa nyeri terhadap respon nyeri
1. Tirah baring atau imobilisasi berkurang dengan4. Tentukan pengaruh
2. Kelemahan umum menggunakan pengalaman nyeri terhadap
3. Ketidakseimbangan antara suplay manajemen nyeri kualitas hidup (nafsu
dan kebutuhan oksigen 3. Mampu makan, tidur, aktifitas,
4. Imobilitas mengenali nyeri mood, hubungan social)
Gaya hidup monoton (skala, 5. Tentukan faktor yang
intensitas, dapat memperburuk
frekuensi dan nyeri.
tanda nyeri) 6. Lakukan evaluasi dengan
Mengatakan nyaman pasien dan tim kesehatan
setelah nyeri berkurang lain tentang ukuran
pengontrolan nyeri yang
telah dilakukan
Control lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon
ketidaknyamanan pasien (suhu

34
ruangan,cahaya, dan suara)
8. Ajarkan cara penggunaan
terapi nonfarmakologi
(distraksi, guide imagery,
relaksasi)
9. Tingkat istirahat
10. Berikan informasi tentang
nyeri termasuk penyebab
nyeri, berapa lama nyeri
akan hilang, antisipasi
terhadap ketidaknyamanan
Pemberian obat analgetik untuk
mengurangi nyeri
Gangguan pola tidur
Definisi : gangguan kualitas dan kuntitas 1. Anxiety reduction Sleep enhancement
waktu tidur akibat faktor eksternal. 2. Comfort level 1. Kaji kebutuhan tidur
3. Rest: Extent dan pasien
Batasan karakteristik: pattern 2. Determinasi efek-efek
1. Perubahan pola tidur normal 4. Sleep :extent and medikasi terhadap pola
2. Penurunan kemampuan berfungsi pattern tidur
3. Ketidakpuasan tidur 3. Fasilitasi untuk
4. Menyatakan sering terjaga Kriteria hasil: mempertahankan aktifitas
5. Menyatakan tidak mengalami 1. Jumlah jam tidur sebelum tidur (membaca)
kesulitan tidur dalam batas 4. Ciptakan lingkungan yang
6. Menyatakan tidak merasa cukup normal 6-8 nyaman
istirahat jam/hari 5. Mrendiskusikan dengan
Faktor yang berhubungan: 2. Pola tidur, pasien dan keluarga
1. Kelembaban lingkukngan sekitar
kualitas dan batas tentang tehnik tidur pasien
2. Suhu lingkungan sekitar
normal 6. Jelaskan pentingnya tidur
3. Tanggung jawab memberi asuhan
3. Perasaan segar yang adekuat
4. Perubahan pejanan terhadap cahaya
sesudah tidur atau Kolaborasi pemberian obat yang
gelap tidur.
istirahat
5. Kurang control tidur
Mampu
6. Kurang privasi pencahayaan mengidentifikasi hal-
Bising hal yang meningkatkan
tidur

4.6 Implementasi Atau Pelaksanaan

Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperwatan oleh


perawat. Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan implementasi
adalah intervensi dilaksanakan sesuai rencana setelah dilakukan validasi,
penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dak teknikal,
intervensi harus dilakukan dengan cermat dan ifisien pada situasi yang
tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan didokumentasi
keperwatan berupa pencatatan dan laporan.

35
4.7 Evaluasi

Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan


keperawatan yang diberikan. Hal-hal yang dievaluasi adalah keakuratan,
kelengkapan dan kualitas data, teratasi atau tidaknya masalah klien,
pencapaian tujuan serta ketepatan intervensi keperawatan.
Mengemukakan komponen evaluasi hasil dapat dibagi menjadi 5
komponen, yaitu sebagai berikut:
a. Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi,
b. Mengumpulkan data mengenai keadaan klien terbaru,
c. Menganallisa dan membandingkan data terhadap kriteria dan standar,
d. Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan.

BAB III

36
Metodologi Karya Tulis Ilmiah

3.1 Rancangan Studi Kasus

Menggunakan metode deskriptif analitik yang berbentuk studi


kasus, tehnik pengambilan data pada kasus dengan pengamatan,
wawancara, pemeriksaan fisik, dokumentasi catatan perawatan, partisipasi
aktif dll.

3.2 Subjek Studi Kasus


Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut :
3.2.1 Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target
yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2017) : Kriteria inklusi dalam penelitian
ini adalah :
3.2.1.1 Pasien dengan fraktur
3.2.1.2 Pasien dengan masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik
3.2.1.3 Sehat jasmani dan rohani
3.2.1.4 Dirawat di RS Pluit
3.2.1.5 Bersedia menjadi informan
3.2.1.6 Batas usia 20-45 tahun.

3.2.2 Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang tidak memenuhi
kriteria inklusi karena berbagai sebab (Nursalam, 2017). Pada tugas akhir ini kriteria
eklusi antara lain:
3.2.2.1 Bukan anggota keluarga dengan masalah keperawatan gangguan
mobilitas fisik
3.2.2.2 Bukan Anggota keluarga dengan Fraktur
3.2.2.3 Tidak dalam kondisi Sehat jasmani dan rohani
3.2.2.4 Tidak Bersedia menjadi informan.
3.2.2.5 Tidak dalam batas usia 20-45 tahun.
3.2.2.6 Tidak dirawat di RS Pluit

3.3 Fokus Studi Kasus

37
digunakan : 2 orang pasien/klien yang memiliki Masalah Keperawatan dan diagnose
medis sama

3.4 Definisi Operasional


Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang akan
digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya mempermudah
pembaca dalam mengartikan makna penelitian: (Notoatmodjo,2012).

3.4.1 Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya


disebabkan oleh tekanan atau trauma.selain itu, fraktur merupakan rusaknya
kontinuitas tulang yang disebabkan oleh tekanan eksternal yang datang lebih besar
dibandingkan dengan yang di serap oleh tulang
3.4.2 Aktifitas adalah suatu energi atau keadaan untuk bergerak untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Kemampuan aktifitas seseorang dipengaruhi oleh adekuatnya
siatem persyarafan, otot dan tulang, atau sendi
3.4.3 Range Of Motion (ROM), merupakan istilah baku untuk menyatakan
batas/besarnya gerakan sendi baik normal. ROM juga di gunakan sebagai dasar
untuk menetapkan adanya kelainan batas gerakan sendi abnormal
3.4.4 Asuhan keperawatan adalah merupakan suatu tindakan kegiatan atau proses dalam
praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien(pasien) untuk
memenuhi kebutuhan objektif klien, sehingga dapat mengatasi masalah yang
sedang dihadapinya, dan asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan kaidah-
kaidah ilmu keperawatan.
3.4.5 Pengkajian adalah pengumpulan data, pengelompokan data dan menganalisis data.
Data dapat diperoleh dari riwayat keperawatan, keluhan utama pasien, pemeriksaan
fisik, serta pemeriksaan penunjang atau tes diagnostik. Riwayat keperawatan
misalnya: riwayat kesehatan keluarga, riwayat penyakit sekarang, dan kejadian.
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan dari kepala sampai kaki (hand to toe)
melalui Teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
3.4.6 Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status masalah
kesehatan aktual atau potensial. Tujuannya adalah mengidentifikasi masalah aktual
berdasarkan respon klien terhadap masalah. Manfaat diagnose keperawatan adalah
sebagai pedoman pemberian asuhan keperawatan dan menggambarkan suatu
masalah kesehatan dan penyebab adanya masalah.

38
3.4.7 Perencanaan adalah pengembangan dari pencatatan rencana keperawatan dan
menentukan pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah atau
mengurangi masalah klien.
3.4.8 Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperwatan oleh perawat. Hal-
hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah intervensi
dilaksanakan sesuai rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan keterampilan
interpersonal, intelektual dak teknikal, intervensi harus dilakukan dengan cermat
dan ifisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan
didokumentasi keperwatan berupa pencatatan dan laporan.
3.4.9 Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan
yang diberikan. Hal-hal yang dievaluasi adalah keakuratan, kelengkapan dan
kualitas data, teratasi atau tidaknya masalah klien, pencapaian tujuan serta
ketepatan intervensi keperawatan.

3.5 Tempat dan waktu


Tempat yang di gunakan saat penelitian berada di ruang perawatan lantai 5, Rumah sakit
Pluit Jakarta Utara. Dan waktu pelaksanaanya pada tanggal 02 – 04 Agustus 2021.

3.6 Instrument studi kasus


Instrumen/alat yang di gunakan peneliti antara lain:
3.6.1 Modul asuhan keperawatan medikal bedah dari kampus Dr. Sismadi
3.6.2 SOP ROM
3.6.3 Handscoen
3.6.4 Tempat tidur
3.6.5 Bantal
3.6.6 Kursi Roda
3.6.7 Perban
3.6.8 Geniometer
3.6.9 Belt drop food

3.7 Skala Penilaian


Variable (Tindakan keperawatan)

39
3.7.1 Variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah asuhan keperawatan dengan
kasus fraktur masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik dimulai dari pengkajian,
diagnosa, intervensi serta evaluasi.

3.7.2 Langkah studi kasus (Proses keperawatan dijelaskan)


3.7.3 Pengajuan judul
3.7.4 Membuat latar belakang masalah yang diambil
3.7.5 Mengumpulkan data tentang fraktur dengan masalah keperawatan gangguan
mobilitas fisik.
3.7.6 Melakukan survay di RS Pluit Jakarta Utara.
3.7.7 Membuat proposal
3.7.8 Melakukan pengkajian asuhan keperawatan
3.7.9 Menganalisis data
3.7.10 Merencanakan tindakan asuhan keperawatan
3.7.11 Melakukan tindakan asuhan keperawatan
3.7.12 Melakukan evaluasi kegiatan

3.8 Etika studi kasus

Menurut Patricia A. Potter Prinsip etika yang digunakan penulis dalam membuat
asuhan keperawatan ini harus diperhatikan hak asasi manusia. Prinsip etika keperawatan
dalam memberikan layanan keperawatan kepada individu, kelompok/keluarga dan
masyarakat, yaitu:

3.8.1 Informed consent


Peneliti dalam menjalankan laporan tugas akhir menggunakan informed
consent sebagai suatu cara persetujuan antara peneliti dengan keluarga, dengan
memberikan lembar persetujuan (informed consent). Informed consent tersebut
diberikan sebelum tindakan keperawatan dilaksanakan dengan memberikan
lembar persetujuan untuk menjadi sasaran asuhan keperawatan. Tujuan informed
consent adalah agar pasien mengerti maksud dan tujuan, mengetahui dampaknya.

3.8.2 Tanpa Nama (Anonimity)

40
Peneliti dalam menjalankan laporan tugas akhir menggunakan etika
penelitian keperawatan dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama
pasien pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan inisial 1 huruf pada lembar
pengumpulan data dan hasil laporan yang disajikan pada saat presentasi.

3.8.3 Kerahasiaan (confidentiality)


Peneliti dalam menjalankan laporan tugas akhir menggunakan etika dalam
penelitian untuk menjamin kerahasiaan dari hasil laporan baik informasi maupun
masalah-masalah lainnya, pasien dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.
3.8.4 Menghormati privasi (respect for privacy)
Manusia sebagai subjek penelitian memiliki privasi dan hak asasi untuk
mendapatkan kerahasiaan informasi. Prinsip ini dapat diterapkan dengan cara
meniadakan identitas seperti nama dan alamat subjek kemudian diganti dengan
kode tertentu.

3.8.5 Benefit
Penelitian ini berusaha memaksimalkan manfaat penelitian dan
meminimalkan kerugian yang timbul akibat penelitian ini.

3.8.6 Justice
Responden yang ikut dalam penelitian ini diperlakukan adil dan diberi hak
yang sama.

BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

41
4.1 Hasil Studi Kasus

Penyusunan studi kasus ini dimulai pada tanggal 17 Juli 2021 hingga 5 September
2021. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara kepada klien dan observasi
langsung di RS Pluit Jakarta Utara . Wawancara langsung dengan klien pertama
dilakukan pada tanggal 1 September 2021 pukul 08.00 WIB – 12.00 WIB. hingga tanggal
3 September 2021 . Wawancara dengan klien kedua dilakukan pada tanggal 1 september
2021 pukul 14.00 WIB – 18.00 WIB. Peneliti telah melakukan wawancara dan observasi
secara mendalam terhada klien berdasarkan lembar instrumen yang ada .
4.1.1 Gambaran Lokasi Studi Kasus

Studi kasus ini di lakukan di Rumah Sakit Swasta Pluit yang beralamat di
Jalan Raya Pluit Selatan No.2 , Penjaringan Jakarta Utara .Rumah sakit Pluit
terdapat Fasilitas Pelayanan IGD 24 Jam , Poliklinik Spesialis, Laboratorium,
Instalasi Radiologi, Instalasi Bedah Sentral, Apotek, Instalagi Gizi, Instalasi
Bank Darah, Fisioterapi, Instalasi Care Unit, Instalasi Hemodialisa , Instalasi
Laser Kacantikan , Instalasi Ruang Bersalin / VK , Instalasi Rawat Inap (kelas
II,III, VIP, Eksekutif).
Pengambilan data studi kasus diambil di Ruang Perawatan Lantai 5 pada
kamar 506 dan kamar 510 .
Ruang perawatan lantai 5 memiliki jumlah kamar sebanyak 24 dan
salah satu diantaranya terdapat kamar isolasi . kapasitas tempat tidur
diruangan tersebut yaitu berjumlah 37 Bed. Dimana pada bagian depan
terdapat Nurse Station , dan sekitar nurse station terdapat beberapa ruangan
yaitu rungan dokter ,ruangan perawat , ruangan khusus gizi , dan ruangan
penyimpanan Linen bersih dan kotor , formulir-formulir dan ATK . terdapat
juga lemari penyimpanan alat-alat kesehatan seperti Syringe pump, Infus
pump, dll. Biasanya klien memanggil perawat menggunakan bel yang ada
disetiap kamar yg terhubung ke meja nurse station .

4.1.2 Gambaran Subjek Studi Kasus

42
Dalam studi kasus ini ditetapkan 2 orang sebagai subjek responden studi
Kasus yaitu subjek 1 (Tn.S) dan subjek II ( Tn.M). kedua subjek sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan .

1) Subjek 1

Tn.S seorang karyawan bank swasta berusia 37 tahun, dengan fraktur femur
dextra akibat kecelakaan lalu lintas
2) Subjek II

Tn.M seorang mahasiswa semester akhir usia 21 tahun dengan fraktur dextra
akibat kecelakaan lalu lintas

4.2 Pemaparan Fokus Studi Kasus


4.2.1 Pengkajian
1) Identitas
Tabel 4.1 Pengkajian

IDENTITAS KLIEN KLIEN 1 (Tn.S) KLIEN 2 ( Tn.M)


Tanggal MRS : 28 Agustus 2021 29 Agustus 2021
Tanggal Pengkajian : 01 September 2021 01 September 2021
Jam Masuk : 09.00 WIB 15.00 WIB
Ruangan : Kamar 506 Kamar 510
No.Register : 210828-003 210829-012
Diagnosa Medis : Fraktur Femur Dextra Fraktur Femur Dextra
Nama : Tn.S Tn.M
Jenis Kelamin : Laki-Laki Laki-Laki
Usia : 37 tahun 21 tahun
Status Pernikahan : Menikah Belum Menikah
Agama : Islam Kristen
Suku bangsa : Jawa Medan
Pendidikan : S1 Perbankan Perguruan Tinggi
Bahasa yang digunakan: Indonesia Indonesia
Pekerjaan : Karyawan bank Mahasiswa
Alamat : Jl.Muara Karang Jl. Jembatan Gambang I
Blok.T-3 Rt.03/ Rw.08,
No.26 A , Rt.8 Rw.2 ,

43
Penjaringan, Jakarta Pejagalan ,
Utara
Penjaringan Jakarta
Sumber Biaya : Utara
Pribadi ( Asuransi)
Sumber Informasi : Pribadi (Asuransi)
Klien
Klien

2) Resume :

Klien 1 : Tn.S mengatakan pada tanggal 28 Agustus 2021 sekitar pukul


08.50 WIB mengalami kecelakaan saat ingin berangkat bekerja . Tn.S
mengatakan tertabrak sepeda motor ojek online saat menyebrang dan
terjatuh cukup keras di daerah pluit . dan langsung dibawa oleh orang-
orang yang ada ditempat kejadian tersebut ke IGD Rs.Pluit.

Klien 2 : Tn.M mengatakan mengalami kecelakaan saat hendak pulang


sehabis berkunjung kerumah temannya di daerah pluit pada tanggal 29
Agustus 2021 sekitar pukul 14.50 WIB . Tn.M mengatakan terjatuh
karena motor yang dia kendarai tersenggol truk dan tidak sempat
mengerem dikarenakan kondisi jalanan licin karena sehabis hujan gerimis .
Tn.M mengatakan jatuh dan terseret hingga mengenai pembatas jalan .
kemudian klien dibawa oleh orang sekitar tempat kejadian ke IGD Rs.Pluit
.
Tabel 2.4 pengkajian

Riwayat Klien I Klien 2


Penyakit (Tn.S) (Tn.M )
Keluhan Utama Sulit Bergerak Sulit Bergerak
Riwayat Penyakit Pada saat pengkajian Tn. S Pada saat pengkajian
Sekarang mengeluh paha sulit di Tn. M mengeluh paha
gerakkan. nyeri di paha sulit di gerakkan,
kaki sebelah kanan, nyeri nyeri di paha kaki
yang dirasa seperti ditusuk- sebelah kanan, nyeri
tusuk dan hilang timbul, seperti ada yang
dengan skala nyeri 5, mencengkram, nyeri
ekspresi wajah hilang timbul,
menyeringai kesakitan, Menurut Tn. M rasa
nyeri bertambah saat dibuat sakit dengan skala
bergerak, salah posisi dan nyeri 6, nyeri sering
tersentuh, gerakan terbatas, terjadi pada malam
serta semua aktifitas hari. ekspresi nyeri

44
dibantu oleh keluarga dan saat ingin bergerak,
perawat. salah posisi dan
tersentuh, gerakan
terbatas, serta semua
aktifitas dibantu oleh
keluarga dan perawat.

Riwayat Penyakit Tn. S mengatakan tidak Tn. M mengatakan


Dahulu memiliki riwayat penyakit tidak memiliki riwayat
kronik dan menular. Tidak penyakit kronik dan
memiliki riwayat alergi menular. Tidak
obat, debu maupun memiliki riwayat
makanan alergi obat .
Riwayat kesehatan Tn. S mengatakan dalam Tn. M mengatakan
Keluarga anggota keluarga tidak ada anggota keluarga tidak
yang mengalami patah ada yang mengalami
tulang atau operasi seperti patah tulang atau
yang diderita oleh pasien operasi seperti yang
saat ini dan keluarga diderita pasien saat ini
mengatakan tidak memiliki dan di dalam keluarga
penyakit genetik. tidak ada yang
memiliki riwayat DM
dan Hipertensi.

Riwayat pemakaian Tn. S mengatakan sering Tn. M mengatakan


Obat mengkonsumsi suplemen tidak mengkonsumsi
vitamin. obat apapun saat ini.

Riwayat 1.Respon pasien terhadap 1. Respon pasien


Psikososial penyakitnya : Tn. S terhadap penyakit :
menganggap bahwa Tn. M menganggap
penyakitnya ini adalah bahwa penyakitnya ini
cobaan dari tuhan adalah takdir yang
harus di terima.
2.Pengaruh penyakit
terhadap perannya 2.Pengaruh penyakit
dikeluarga, masyarakat : terhadap perannya
Tn. S hanya bisa berbaring dikeluarga,
di rumah sakit dan tidak masyarakat, dan
bisa bekerja seperti pekerjaan : Tn. M
biasanya, pasien tidak bisa hanya bisa berbaring
berkumpul dengan di rumah sakit, pasien
keluarga dan teman kerja tidak bisa melakukan
seperti biasa. aktifitas seperti
biasanya dan pasien
tidak belajar di rumah.

45
3) Genogram

Klien I (Tn.S)
Gambar 4.1 genogram pasien 1

Keterangan :
Laki-laki : :
Perempuan : :
Meninggal dunia : :
Tinggal serumah : :
Pasien yang diindentifikasi : :
Kawin : :
Fraktur

46
Klien 2 (Tn.M)

Keterangan :
Laki-laki : :
Perempuan : :
Meninggal dunia : :
Tinggal serumah : :
Pasien yang diindentifikasi : :
Kawin : :
Fraktur :

47
4) Perubahan Pola Kesehatan
Tabel 4.2 Perubahan Pola Kesehatan

Pola Kesehatan Klien I ( Tn.S) Klien 2 ( Tn.M)


Pola Nutrisi Ketika di rumah Tn. S Ketika di rumah Tn. M
makan 3x sehari, habis makan 3x sehari, habis
1 porsi Jenis nasi, lauk satu porsi, jenis nasi,
dan sayur dengan lauk dan sayur dengan
jumlah yang banyak, jumlah yang banyak, Tn.
Tn. S juga minum air M minum air mineral
mineral dengan jumlah dengan jumlah ± 8
± 7-8 gelas/hari. gelas/hari
Ketika di rumah Ketika di rumah sakit
sakit Tn. S makan 3x Tn. M makan 3x sehari,
sehari, habis setengah habis setengah
porsi, jenis nasi, lauk porsi,jenis nasi, lauk dan
dan sayur, Tn. S juga sayur, Tn. M juga
minum air mineral ± 3- minum air mineral ± 4-5
4 gelas/hari. gelas/hari

Pola Eliminasi Ketika di rumah Tn. S Ketika di rumah Tn. M


BAB 1x sehari, warna BAB 1x, warna kuning
kuning khas, dan bau khas, dan bau khas, BAK
khas, BAK ± 5-6 ± 6 x/hari, warna dan
x/hari, warna dan bau bau khas.
khas.
Ketika di rumah sakit
Ketika di rumah sakit Tn. M BAB 1x sehari,
Tn. S BAB 1x, pasien pasien BAK dengan
BAK dengan bantuan catheter , dengan warna
Pispot, warna dan bau dan bau khas urin,
khas urin, dengan dengan jumlah ± 1200
jumlah ± 1000 cc/24 cc/24 jam
jam.
Pola Istirahat dan Tidur Ketika di rumah Tn. S Ketika di rumah Tn. M
tidur ± 9 jam, , pasien tidur ± 8 jam, 2 jam tidur
bisa tidur dengan di siang hari dan 6 jam
nyenyak dan bangun tidur di malam hari,
tidur badan terasa pasien bisa tidur dengan
segar. nyenyak dan bangun
tidur badan terasa segar.
Ketika di rumah sakit
Tn. M sulit tidur, tidur Ketika di rumah sakit
tidak nyenyak dan Tn. M sulit tidur, tidur
sering terbangun tidak nyenyak, dan
karena kakinya terasa sering terbangun karena
nyeri. Dalam sehari kakinya terasa nyeri.
tidur ± 6 jam. Tidur Dalam sehari tidur ± 6

48
siang setengah jam/hari jam. Tidur siang
dan tidur malam ± 5 setengah jam dan tidur
jam/hari. malam ± 4 jam/hari.
Pola Aktivitas Ketika di rumah pasien Ketika di rumah pasien
melakukan aktivitas melakukan aktivitas
dengan mandiri. dengan mandiri.

Ketika di rumah sakit Ketika di rumah sakit


pasien melakukan pasien melakukan
aktivitas dengan aktivitas dengan bantuan
bantuan keluarga dan kelurga dan perawat.
perawat

Pola Reproduksi Tn. S mengatakan tidak Tn. M mengatakan


melakukan kegiatan belum menikah
Seksual
seksual selama di
rumah sakit
Pola mekanisme koping Ketika di rumah setiap Ketika di rumah setiap
ada masalah pasien kali ada masalah pasien
lebih memilih bercerita memilih bercerita
ke keluargnya. dengan orang tua dan
bermain game.
Ketika di rumah sakit
pasien menceritakan Ketika di rumah sakit
keluhan saat dirinya pasien menceritakan
sakit kepada istrinya keluhan saat dirinya
sakit kepada ibunya.

5) Pemeriksaan Fisik dan Observasi


Tabel 4.3 Pemeriksaan Fisik dan Observasi

Observasi Klien I ( Tn.S) Klien 2 ( Tn.M)


Tingkat Kesadaran Compos Mentis Compos Mentis

GCS E4M5V6 E4M5V6

Tekanan Darah (TD) 130/80 mmHg 110/70 mmHg


Nadi (N) 84x/menit 80x/menit
Suhu (S) 37oC 36,5oC
Pernafasan (RR) 22x/menit 20x/menit

Pemeriksaan Fisik
Kepala, Muka dan Pada pemeriksaan ini Pada pemeriksaan ini
Leher didapatkan : rambut didapatkan : rambut
pendek, tebal, hitam, pendek, ikal, hitam,
bentuk wajah simetris, bentuk wajah simetris,
wajah terlihat pucat, wajah terlihat pucat,
tidak ada nyeri tekan, tidak ada nyeri tekan,

49
reflek menelan tidak reflek menelan tidak
ada masalah. ada masalah.

Mata Inspeksi: Inspeksi:


Kelopak mata tidak Kelopak mata tidak
ada masalah, ada masalah,
konjungtiva pucat konjungtiva pucat
karena sulit tidur, pupil karena sulit tidur, pupil
isokor, reflek cahaya isokor, reflek cahaya
baik. baik.
Hidung dan Telinga Inspeksi : Inspeksi :
Hidung tidak ada Hidung tidak ada
benjolan, tidak ada benjolan, tidak ada
pernafasan cuping pernafasan cuping
hidung, telinga hidung, telinga
simetris. simetris.
Palpasi : Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan Tidak ada nyeri tekan
pada hidung maupun pada hidung maupun
telinga telinga.
Jantung Palpasi : Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan, Tidak ada nyeri tekan,
CRT < 2 detik, dan CRT < 2 detik, dan
akral hangat akral hangat
Perkusi : Pekak Perkusi : Pekak
Auskultasi : tidak ada Auskultasi : tidak ada
suara tambahan suara tambahan
Paru Perkusi : Suara paru Perkusi : Suara paru
sonor sonor
Auskultasi : Auskultasi :
Irama nafas teratur, Irama nafas teratur,
nafas vesikuler, tidak nafas vesikuler, tidak
ada suara tambahan ada suara tambahan
seperti whezeeng, seperti whezeeng,
ronchi, snowring ronchi, snowring

Ginjal Inspeksi : Inspeksi :


Intake cairan ± 1400 Intake cairan ± 1600
cc/hari cc/hari.
Palpasi :Tidak ada Palpasi : Tidak ada
nyeri tekan pada nyeri tekan pada
pinggang pinggang
Abdomen Bentuk simetris, tidak Inspeksi :
ada lesi, pasien tidak Bentuk simetris, tidak
terpasang NGT, pasien ada lesi, pasien tidak
berkata mual tapi tidak terpasang NGT, pasien
muntah, pasien berkata mual tapi tidak
terpasang pampers muntah, pasien
dengan produksi urine terpasang chateter

50
1000 CC/hari dengan produksi urine
Auskultasi : Suara 1200 CC/hari
bising usus 12 x/menit Auskultasi : Suara
Palpasi : bising usus 10 x/menit
Tidak ada nyeri tekan Palpasi :
pada abdomen, tidak Tidak ada nyeri tekan
ada pembesaran pada pada abdomen, tidak
hepar. ada pembesaran pada
hepar.
Ekstermitas, persendian Terpasang infus RL 20 Terpasang infus RL 20
dan integumen Tpm di ekstermitas Tpm di ekstermitas
superior sinistra, superior sinistra,
pergerakan sendi pergerakan sendi
terbatas karena fraktur, terbatas karena fraktur,
Post Operasi ORIF Post Operasi ORIF
hari ke 3 , terpasang hari ke 3 , terpasang
tensocrup, tonus otot tensocrup, tonus otot
tangan kanan 5, tangan tangan kanan 5, tangan
kiri 5, kaki kanan 3, kiri 5, kaki kanan 2,
kaki kiri 5, turgor kulit kaki kiri 5, turgor kulit
baik. baik.

6) Pemeriksaan Penunjang

1.Pemeriksaan Hematologi
No. Pasien Tanggal Hasil Normal
28 Agustus 2021
1. Pasien 1 Darah lengkap otomatik
(Tn.S)
Haemoglobin :14,32 g/dL 11,4-17,7 g/dL
Leukosit : 51,30/cmm 4.700-10.300/cmm
Hematokrit : 40% 37-48%
Eritrosit : 4.180jt/us L 4,5-5,5; P 4-5 jt/us
Trombosit : 250.000/cmm 150.000-350.000/cmm

Hitung Jenis
Eosinofil : 0,1% 1-3%
Basofil : - 3-5%
Batang : -
Segmen : - 50-650%
Limfosit : 4,7% 25-53%
Monosit : 4% 4-10%

51
Tanggal Hasil Normal
29 Agustus 2021
2. Pasien2 Darah lengkap otomatik
(Tn.M)
11,4-17,7 g/dL
Haemoglobin :13,45 g/dL
4.700-10.300/cmm
Leukosit : 45,10/cmm
37-48%
Hematokrit : 42%
L 4,5-5,5; P 4-5 jt/us
Eritrosit : 4.132jt/us
150.000-350.000/cmm
Trombosit : 290.000/cmm

Hitung Jenis
1-3%
Eosinofil : 0,2%
3-5%
Basofil : -
Batang : -
50-650%
Segmen : -
25-53%
Limfosit : 3,5%
4-10%
Monosit : 5%

2.Pemeriksaan Radiologi
Hasil Rontgen pasien 1 dan pasien 2 , kesimpulan : fraktur komunitif 1/3
medial os femur kanan, terpasang internal fiksasi.
7) Terapi
Tabel 4.4 terapi

Nama Obat Kandungan Bentuk Kekuatan Dosis/Aturan Cara


Obat Obat Pakai Pemberian
Keterolac Tromethamine Ampul 1 mL 1x1 IV
Ceftriaxone Ceftriaxone disodium Vial 1 gr 1x1 IV
Ranitidine Ranitidine Ampul 2 mL 1x1 IV
RL Kalsium,Kalium,Laktat, Cairan 500 mL 20tpm IV
Natrium,Klorida, dan
air Infus

52
4.2.2 Analisa Data

Klien 1 (Tn.S)
Tabel 4.5 analisa data

Data Etiologi Masalah Keperawatan


DS : Tn. S mengatakan setelah Kerusakan/pergesaran Gangguan mobilitas
operasi fragmen tulang fisik
paha kaki sebelah kanan
sulit
untuk digerakkan

DO :

1. Pasien tampak berbaring di


tempat tidur, rentang gerak
terganggu diekstermitas
yang fraktur
2. ADL pasien dibantu
perawat dan keluarga
3. Pasien terpasang pampers
4. Kaki bagian fraktur
terpasang tensocrep
5. Postur pasien tidak stabil,
ada deformitas, perubahan
bentuk/ bengkak
diekstermitas yang fraktur.
6. TTV :
a. TD : 130/80 mmHg
b. Nadi : 84x/menit
c. Suhu : 37 oC
d. RR : 22x/menit
7. Tonus otot terdapat fraktur
dibagian paha sebelah
kanan.

53
5 5
3 5
DS : Tn. S mengatakan nyeri Terpotongnya kontinitas Nyeri Akut
pada kaki kanan bagian jaringan
paha. nyeri seperti di tusuk-
tusuk. Dengan skala nyeri
5, nyeri yang dirasa hilang
timbul dengan durasi nyeri
saat muncul sekitar 2 menit.

DO :

1. Pasien tampak
menyeringis
kesakitan.
2. Pasien menderita
fraktur femur
dextra post op hari
ke 3

54
DS : Rasa Nyeri Gangguan Pola tidur

- Tn.S mengatakan tidak segar


setelah tidur

DO :

1. Tidur 5 jam 30 menit


2. Terdapat kantong mata

Klien 2 (Tn.M)
Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS : Tn. M mengatakan Kerusakan/pergesaran Gangguan mobilitas
setelah operasi paha kaki fragmen tulang fisik
sebelah kanan sulit untuk
digerakkan

DO :

1. Pasien tampak berbaring


di tempat tidur, rentang
gerak terganggu di
ekstermitas yang fraktur
2. ADL pasien dibantu
perawat dan keluarga
3. Kaki bagian fraktur
terpasang tensocrep
4. Postur pasien tidak
stabil, ada deformitas,

55
perubahan bentuk/
bengkak di ekstermitas
yang fraktur
5. TTV
a) TD : 110/70 mmHg
b) Nadi : 80 X/menit
c) Suhu : 36,5 oC
d) RR : 20 x/menit
6. Tonus otot terdapat
fraktur dibagian paha
sebelah kanan

5 5
2 5

DS : Terpotongnya kontinitas Nyeri Akut


jaringan
- Tn. M mengatakan nyeri
pada kaki kanan bagian
paha , nyeri yang
dirasakan seperti ditusuk-
tusuk dengan skala nyeri
6 dan nyeri yang
dirasakan hilang timbul
dengan durasi nyeri
muncul sekitar 1-2
menit .

DO :
1. Wajah klien terlihat
meringis
2. Terpasang perban
dikaki kanan
3. Klien menderita
fraktur femur dextra
post op hari ke 3
DS : Rasa Nyeri Gangguan Pola Tidur

56
- Tn.M mengatakan tidak
segar setelah tidur

DO :

1. Tidur 4 jam
2. Terdapat mata panda
3. Tiap malam bermain
game

4.2.3 Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular
2. Nyeri Akut berhubungan dengan terpotongnya kontinuitas tubuh
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri

4.2.4 Intervensi Keperawatan


Dalam Intervensi keperawatan peneliti berfokus pada diagnosa keperawatan yang
utama yaitu gangguan mobilitas fisik.
Klien I ( Tn.S)
Tabel 4.6 Intervensi
Diagnosa Tujuan Tindakan
Keperawatan
Gangguan Tujuan : Dukungan Ambulasi :
mobilitas fisik.
Setelah dilakukan tindakan selama 1. Kaji kemampuan

Definisi : keterbatasan 3 x 24 jam diharapkan mobilisasi mobilisasi

dalam gerakan fisik pada pasien meningkat 2. Bantu pasien untuk


atau satu lebih duduk di sisi tempat
Kriteria hasil:
ekstermitas secara tidur untuk
mandiri dan Mobility level memfasilitasi

terarah. penyusaian sikap


Indikator Sebelum Sesudah
Pasien tubuh.
2 5
meningkat 3. Monitor penggunaan
dalam aktivitas alat bantu berjalan
fisik 4. Latih dalam
TD dalam batas 4 5 pemenuhan ADL
normal

57
Pasien 2 5 secara mandiri
menunjukkan sesuai kemampuan
kemampuan 5. Ajarkan merubah
mobillitas
posisi yang aman
Skor :
6. Ajarkan latihan
1 : Ekstrim ROM pasif dan
ROM aktif dengan
2 : Berat bantuan sesuai
indikasi
3 : Sedang
7. Dorong ambulasi
4 : Ringan independen dalam
batas aman
5 : Tidak ada keluhan
8. Berikan pengertian
dan motivasi tentang
latihan mobilisasi
secara bertahap.
9. Beritahu keluarga
dalam melakukan
tehnik perpindahan
yang aman
10.Kolaborasi
pelaksanaan
fisioterapi sesuai
indikasi

Klien 2 ( Tn.M)
Diagnosa Tujuan Tindakan
Keperawatan
Gangguan Tujuan : Dukungan Ambulasi :
mobilitas fisik.
Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji

Definisi : selama 3 x 24 jam diharapkan kemampuan


mobilisasi
keterbatasan mobilisasi pada pasien meningkat
dalam gerakan 2. Bantu pasien

58
fisik atau satu Kriteria hasil: untuk duduk di
lebih sisi tempat tidur
Mobility level
ekstermitas untuk

Indikator Sebelum Sesudah memfasilitasi


secara mandiri
Pasien 2 5 penyusaian
dan terarah.
meningkat sikap tubuh.
dalam aktivitas
3. Monitor
fisik
TD dalam penggunaan alat
4 5
batas normal bantu berjalan
Pasien 2 5 4. Latih dalam
menunjukkan
pemenuhan
kemampuan
ADL secara
mobillitas
Skor : mandiri sesuai
kemampuan
1 : Ekstrim 5. Ajarkan
2 : Berat
merubah posisi
3 : Sedang
4 : Ringan yang aman
5 : Tidak ada keluhan 6. Ajarkan latihan
ROM pasif dan
ROM aktif
dengan bantuan
sesuai indikasi
7. Dorong
ambulasi
independen
dalam batas
aman
8. Berikan
pengertian dan
motivasi tentang
latihan
mobilisasi
secara bertahap.
9. Beritahu
keluarga dalam
melakukan
tehnik

59
perpindahan
yang aman
10. Kolaborasi
pelaksanaan
fisioterapi
sesuai indikas

4.2.5 Implementasi Keperawatan

Klien 1 ( Tn.S)
Tabel 4.7 Implementasi
Hari/Tanggal Diagnosa Waktu Implementasi Paraf
Rabu, 1 Gangguan 08.00 1. Mengendalikan faktor
September mobilitas fisik lingkungan yang dapat
2021 mempengaruhi respon
pasien terhadap
ketidaknyamanan.

Hasil :
08.15
Tempat tidur
pasien bersih,
rapi dan
ruangan tidak
08.30 bising

2. Mengkaji kemampuan
mobilisasi

Hasil :

Pasien mampu
menunjukkan

60
perkembangan
09.00 dalam
melakukan
mobilisasi

3. Memonitor penggunaan
alat bantu berjalan

09.30 Hasil :

Pasien mampu
melakukan
jalan sesuai
alat bantu
10.00
yang ada
seperti kursi
roda

4. Membantu pasien untuk


duduk di sisi tempat
tidur untuk memfasilitasi
penyesuaian sikap tubuh
10.30
Hasil :

Pasien mau
melakukan
apa yang
diarahkan oleh
11.00 perawat

5. Melatih pemenuhan
ADL secara mandiri
sesuai kebutuhan
11.15
Hasil :

Pasien mampu

61
melakukan
ADL sendiri
11.30 seperti makan
dan minum

6. Melakukan kolaborasi
dengan tim dokter dalam
12.00
pemberin terapi

Hasil :

- Infus RL 20 Tpm

-Injeksi ketorolac (via


IV)
1x250 mg
-Injeksi Ceftriaxone (via
IV)
1x250 mg
-Injeksi Ranitidine (via
IV)
1x250 mg
7. Mengajarkan latihan
ROM pasif dan ROM
aktif dengan bantuan
sesuai indikasi

Hasil :
Pasien dapat
melakukan
ROM pasif
dengan
bantuan
perawat dan
keluarga

8. Mendorong ambulasi
independen dalam batas
aman
Hasil :
Pasien mampu
melakukan
ambulasi
mandiri
seperti
berpindah

62
sendiri

9. Memberitahu keluarga
dalam melakukan teknik
perpindahan yang aman
Hasil :
Keluarga mau
membantu
pasien dalam
mobilisasi
sesuai dengan
arahan dari
perawat

10. Melakukan kolaborasi


pelaksanaan fisioterapi
sesuai indikasi.
Hasil :
Pasien mampu
melakukan
mobilisasi
sesuai
pelaksanaan
fisioterapi

11. Pasien mampu


melakukan mobilisasi
sesuai pelaksanaan
fisioterapi
Mengobservasi
TTV
Hasil :
TD : 130/80
mmHg
Suhu : 36oC
Nadi : 84
x/menit
RR : 22
x/menit
Kamis , 2 Gangguan 08.00 1. Mengkaji kemampuan
September Mobilitas mobilisasi
2021 Fisik
Hasil : pasien mampu
berhubungan
menunjukkan perkembangan
dengan
dalam melakukan mobilisasi
gangguan
neuromuscula08.30

63
r 2.Melatih pemenuhan ADL
secara Mandiri sesuai kebutuhan

Hasil : pasien mampu


melakukan ADL sendiri seperti
makan dan minum
09.00

3.Melakukan kolaborasi dengan


tim dokter dalam pemberian
terapi

Hasil :

- Infus RL 20 tom
- Injeksi Ketorolac 1x250mg
(iv)
09.30
- Injeksi Ceftriaxon 1x250mg
(iv)
- Injeksi Ranitidine 1x250mg
(iv)

4.Mengajarkan latihan ROM


10.00 pasif dan ROM aktif dengan
bantuan sesuai indikasi

Hasil : Pasien dapat melakukan


ROM pasif dengan bantuan
perawat dan keluarga
11.00

5.Melakukan kolaborasi
pelaksanaan fisioterapi sesuai
indikasi

Hasil : Pasien mampu


melakukan mobilisasi sesuai

64
pelaksanaan fisioterapi

Jumat , 3 08.00
September 6.Mengobservasi TTV
2021
Hasil :

Gangguan - TD : 120/70 mmHg


Mobilitas - Suhu : 36,3oC
Fisik 08.15 - Nadi : 78x/menit
berhubungan - RR : 20x/mnt
dengan
gangguan
neuromuscula 1. Mengkaji kemampuan
r mobilisasi
09.00
Hasil : pasien mampu
menunjukkan perkembangan
dalam melakukan mobilisasi

2.Melatih pemenuhan ADL


secara Mandiri sesuai kebutuhan

Hasil : pasien mampu


melakukan ADL sendiri seperti

10.00 makan dan minum

3.Melakukan kolaborasi dengan


tim dokter dalam pemberian
terapi

11.00 Hasil :

- Infus RL 20 tom

65
- Injeksi Ketorolac 1x250mg
(iv)

- Injeksi Ceftriaxon 1x250mg


(iv)

- Injeksi Ranitidine 1x250mg


(iv)

4.Mengajarkan Latihan ROM


pasif dan Aktif dengan bantuan
sesuai indikasi

Hasil : pasien dapat melakukan


ROM pasif dengan bantuan
perawat dan keluarga

Mengobservasi TTV

Hasil :

- TD : 120/80
- Suhu : 36.5oC
- Nadi : 84x/mnt
- RR : 20x/mnt

Klien 2 (Tn.M)

Hari/Tanggal Diagnosa Waktu Implementasi Keperawatan Paraf


Keperawatan

66
Rabu , 1 Gangguan 14.00 1. Mengendalikan
September Mobilitas fisik faktor lingkungan yang
2021 berhubungan dapat mempengaruhi
dengan respon pasien terhadap
gangguan ketidaknyamanan.
neuromuscula Hasil :
r
Tempat tidur pasien
14.15
bersih, rapi dan ruangan
tidak bising

2. Mengkaji
kemampuan mobilisasi
Hasil :
14.30 Pasien mampu
menunjukkan
perkembangan dalam
melakukan mobilisasi

3. Memonitor penggunaan
15.00 alat bantu berjalan
Hasil :
Pasien mampu
melakukan jalan sesuai
alat bantu yang ada
seperti kursi roda

15.30 4. Membantu pasien untuk


duduk di sisi tempat
tidur untuk memfasilitasi
penyesuaian sikap tubuh
Hasil :
Pasien mau melakukan
apa yang diarahkan oleh
16.00 perawat

67
5. Melatih pemenuhan ADL
secara mandiri sesuai
kebutuhan
Hasil :
Pasien mampu
17.00 melakukan ADL sendiri
seperti makan dan
minum

6. Mengajarkan latihan
ROM pasif dan ROM
17.30 aktif dengan bantuan
sesuai indikasi
Hasil :
Pasien dapat melakukan
ROM pasif dengan
17.40 bantuan perawat dan
keluarga

7. Mendorong ambulasi
independen dalam batas
aman
Hasil :
18.00 Pasien mampu
melakukan ambulasi
mandiri seperti berpindah
sendiri

8. Memberitahu keluarga
dalam melakukan teknik
perpindahan yang aman
Hasil :
Keluarga mau

68
membantu pasien dalam
mobilisasi sesuai dengan
arahan dari perawat
9. Melakukan kolaborasi
pelaksanaan fisioterapi
sesuai indikasi.
Hasil :
Pasien mampu
melakukan mobilisasi
sesuai pelaksanaan
fisioterapi

10. Mengobservasi TTV


Hasil :
TD : 110/70 mmHg
Suhu : 36,8 oC
Nadi : 80 x/menit
RR : 22 x/menit

Kamis,2 Gangguan 14.00 1. Mengkaji Kempuan


September Mobilitas mobilisasi
2021 Fisik Hasil :
berhubungan Pasien mampu menunjukkan
dengan perkembangan dalam
gangguan 15.00 melakukan mobilisasi
neruomuscula
r
2.Melatih Pemenuhan ADL
sendiri secara mandiri
sesuai kebutuhan
15.30
Hasil : pasien mampu
melakukan ADL sendiri
seperti makan dan minum

3.Mengajarkan latihan

69
ROM pasif dan Rom Aktif
dengan bantuan sesuai
indikasi
16.00
Hasil : Pasien dapet
melakukan ROM pasif
dengan bantuan perawat dan
keluarga

18.00

Melakukan Kolaborasi
pelaksanaan fisioterapi
sesuai indikasi

Hasil : pasien mampu


melakukan mobilisasi sesuai
pelaksanaan fisioterapi

Mengobservasi TTV

Hasil :

-TD : 110/90mmHg

-Suhu : 36,0oC

-Nadi : 80x/mnt

-RR : 24x/mnt

70
Jumat, 3 Gangguan 14.00 1. Mengkaji kemampuan
September mobilitas fisik mobilisasi
2021 berhubungan Hasil :
dengan Pasien mampu
gangguan menunjukkan
neuromuscula 15.00 perkembangan dalam
r melakukan mobilisasi
2. Melatih pemenuhan ADL
secara mandiri sesuai
kebutuhan
16.30 Hasil :
Pasien mampu
melakukan ADL sendiri
seperti makan dan
minum
3. Mengajarkan latihan
18.00 ROM pasif dan aktif
dengan bantuan sesuai
indikasi
Hasil :
Pasien dapat melakukan
ROM pasif dengan
bantuan perawat dan
keluarga

4.Mengobservasi TTV
Hasil :
TD : 120/70 mmHg
Suhu : 36,3 oC
Nadi : 84 x/menit
RR : 22 x/menit

71
4.2.6 Evaluasi Keperawatan

Klien 1 ( Tn.S)
Tabel 4.8 Evaluasi
Diagnosa Evaluasi hari ke Evaluasi hari ke Evaluasi hari ke -3
-1 -2 (Hari Jumat, 3
Keperawatan
(Hari Rabu, 1 (Hari kamis, 2 September 2021)
September 2021)
September
2021)
Gangguan O: S : Tn. S S : Tn. S mengatakan
mobilitas fisik
1. Pasien mengatakan sudah mulai
berhubungan
dengan tampak sudah mulai mampu
gangguan
berbaring di mampu menggerakkan
neuromuscular
tempat tidur, mengangkat kaki
rentang menggerakkan kanannya dan
gerak dan juga
terganggu di mengangkat bisa duduk
ekstermitas kaki
yang fraktur sebelah O:

2. ADL pasien kanan dengan 1. Pasien mulai

dibantu perlahan bisa

orang lain, mengerakkan

perawat dan O : kaki sebelah

keluarga 1. Pasien kanan secara

3. Pasien tampak perlahan

terpasang berbaring di 2. Pasien tampak

diapres tempat berbaring

4. Kaki bagian tidur, ditempat tidur

fraktur mampu dan mampu

terpasang melakukan duduk ditempat

tensocrep rentang tidur

5. Postur pasien gerak yang 3. Pasien terpasang

tidak stabil, terganggu di pempers

ada ekstermitas 4. Kaki bagian

deformitas, yang fraktur fraktur terpasang

72
perubahan dengan tensocrep
bentuk/ bantuan 5. Skala nyeri 3
bengkak di perawat atau (ringan)
ekstermitas keluarga 6. TTV :
yang fraktur 2. ADL pasien 1) TD : 120/80
6. Skala nyeri 5 masih mmHg
( sedang) dibantu 2) Nadi:.84
x
7. TTV keluarga /menit
1) TD : 3. Pasien 3) Suhu: 36,5 oC
130/80 terpasang 4) RR : 20
x
mmHg pempers /menit
2) Nadi : 84 4. Kaki bagian
7. Tonus otot
X
/menit fraktur
3) Suhu : terpasang 5 5
36 oC tensocrep 5 5
4) RR : 22 5. Skala nyeri 4 A : Masalah teratasi
x
/menit (sedang) P: Intervensi
6. TTV : dilanjutkan
8. Tonus otot
1) TD :
5 5
120/70
3 5
mmHg
2) Nadi:78
A: Masalah
x
/menit
belum teratasi
3) Suhu :
P : Intervensi
36,3 oC
dilanjutkan
4) RR : 20
x
/menit
7. Tonus otot

5 5
4 5
A : Masalah
teratasi
sebagian
P : Intervensi

73
dilanjutkan

Klien 2 ( Tn.M)
Diagnosa Evaluasi hari ke -1 Evaluasi hari ke Evaluasi hari ke
(Hari Rabu, 1 -2 -3
Keperawata
September 2021) (Hari kamis, 2 (Hari Jumat, 3
n September 2021)
September 2021)
Gangguan O: S : Tn. S S : Tn. S
mobilitas
mengatakan mengatakan
fisik 1. Pasien tampak
berhubungan sudah mulai sudah mulai
dengan berbaring di
mampu mampu
gangguan tempat tidur,
neuromuscula menggerakkan menggerakkan
r rentang gerak
dan mengangkat
terganggu di
mengangkat kaki
ekstermitas
kaki kanannya dan
yang fraktur
sebelah kanan juga
2. ADL pasien
dengan bisa duduk
dibantu orang
perlahan
lain, perawat
O:
dan keluarga
O:
3. Pasien 1. Pasien

terpasang 1. Pasien tampak

chateter tampak berbaring

4. Kaki bagian berbaring ditempat

fraktur di tempat tidur dan

terpasang tidur, mampu

tensocrep mampu duduk

5. Postur pasien melakuka ditempat

tidak stabil, n rentang duduk

ada gerak 2. Kaki

deformitas, yang bagian

perubahan terganggu fraktur

bentuk/ di terpasang

bengkak di ekstermita tensocrep

ekstermitas s yang 3. Skala

74
yang fraktur fraktur nyeri 4
6. Skala nyeri 6 ( dengan (sedang)
sedang) bantuan 4. TTV :
7. TTV perawat TD:120/7
atau 0 mmHg
TD :
keluarga Nadi:.84
110 x
2. ADL /menit
/70
pasien Suhu: 36,3
mm o
masih C
Hg
dibantu RR : 22
Nadi : keluarga x
/menit
80 3. Chateter
X
5. Tonus otot
/m pasien
enit sudah 5 5
dilepas 4 5
Suhu
4. Kaki A : Masalah
:
bagian teratasi
36,
fraktur sebagian
8 oC
terpasang P: Intervensi
RR : tensocrep dilanjutkan
22 5. Skala
x
/m nyeri 5
enit (sedang)
6. TTV :
Tonus
otot TD: 110/90
mmHg
5 5
2 5 Nadi:80
x
/menit
A: Masalah belum
Suhu : 36 oC
teratasi
P : Intervensi RR : 24
dilanjutkan x
/menit

7. Tonus otot

75
4.3 Pembahasan

Pembahasan merupakan perbandingan dari tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus untuk
menjawab tujuan khusus. Setiap temuan perbedaan diuraikan dengan konsep
pembahasan diisi dengan mengapa dan bagaimana. Uraian penulisan berdasarkan
paragraf adalah F-T-O (Fakta-Teori-Opini). Isi pembahasan sesuai dengan tujuan khusus
yaitu :

4.1.1 Pengkajian
Subyektif :
Pengkajian yang telah dilakukan peneliti pada Tn. S dan Tn. M didapatkan fakta
pada Tn. S dan Tn. M mengalami fraktur femur dextra. Pengkajian Tn. S
mengatakan setelah dilakukan tindakan operasi pada paha kaki sebelah kanan
terasa sulit untuk digerakkan dan Tn. M mengatakan setelah dilakukan tindakan
operasi pada paha kaki sebelah kanan terasa sulit untuk digerakkan.
Berdasarkan pengkajian peneliti mendapatkan data subjektif pada Tn. S dan Tn. M
bahwa pasien mengatakan setelah dilakukan tindakan operasi pada paha kaki
sebelah kanan terasa sulit untuk digerakkan.

Objektif :
Setelah dilakukan tindakan operasi pemasangan platina pada Tn. S ditemukan pada
kaki sebelah kanan pasien yang mengalami patah tulang terdapat edema, paha
kanan pasien terpasang tensocrep, dan pasien terpasang pempers, pasien tampak
kesakitan. Hasil observasi tanda-tanda vital pasien yaitu TD : 130/ 80 mmHg, S :
37oC, N : 84 x/menit, RR : 22 x/menit. Sedangkan pada Tn. M tidak berbeda dengan
Tn. S juga mengalami fraktur femur dextra. Tn. M ditemukan pada kaki sebelah
kanan pasien yang mengalami patah tulang terdapat edema, paha kanan pasien
terpasang tensocrep, pasien terpasang chateter dan pasien tampak kesakitan.
Dengan hasil observasi tanda-tanda vital yaitu TD : 110/70 mmHg, S : 36,5
o
/menit, N : 80 x/ menit, RR : 20 x/menit.
Pemeriksaan penunjang dalam kasus ini berupa laboratorium dan foto rongen
tulang, dalam foto rongen terlihat jelas bahwa Tn. S dan Tn. M sama-sama
mengalami patah tulang dibagian paha kanan (fraktur femur dextra), sedangkan

76
pada pemeriksaan laboratorium didapati hasil yang berbeda antara Tn. S dan Tn.
M. Hasil laboratorium Tn. S yaitu pada pemeriksaan hematologi yang meliputi
kadar hemoglobin 14,32 g/dL, leukosit 51,30/cmm, hematokrit 40%, eritrosit 4,180
jt/us, trombosit 250.000/cmm. Sedangkan pada pemeriksaan laboratorium pada Tn.
M yaitu kadar hemoglobin 13,45 g/dL, leukosit 45,10/cmm, hematokrit 42%,
eritrosit 4.132 jt/us, trombosit 290.000/cmm.
Menurut teori Wahid 2013, setelah dilakukan observasi di dapatkan dari data
objektif dan subjektif kedua pasien mengalami gangguan mobilitas fisik. Didapat
dari ungkapan pasien yang mengatakan ekstermitas yang fraktur sulit untuk
digerakkan. Data objektif juga ditemukan bahwa semua aktivitas pasien dibantu
oleh keluarga dan perawat dan mengalami oedema pada kaki yang mengalami
fraktur.
Menurut data peneliti kedua pasien memiliki kesamaan dalam pemeriksaan
ekstermitas bawah yang mengalami fraktur pada pasien dengan tanda gejala yang
menunjukkan bahwa adanya masalah gangguan mobilitas fisik pada pasien.

4.1.2 Diagnosa Keperawatan

Dalam studi kasus ini diagnosa yang muncul pada pasien dengan close fraktur femur
dextra yaitu Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular.
Karena saat pengkajian didapatkan data-data yang mengarah pada gangguan dalam
melakukan mobilitas secara mandiri.

Menurut teori Amin dan Hardhi 2015, nyeri ekstermitas, pasien tidak bisa bergerak
secara bebas, pasien bed rest, rentang gerak terganggu pada ekstermitas yang
mengalami fraktur, ada perubahan bentuk/bengkak di ekstermitas yang mengalami
fraktur, dan semua ADL dibantu oleh orang lain merupakan tanda dan gejala dari
diagnosa dari Gangguan mobilitas fisik.

Menurut data peneliti kedua pasien yang mengalami fraktur tentunya pasti akan
mengalami gangguan musculoskeletal, karena ekstermitas yang fraktur akan
mengakibatkan nyeri saat digerakkan dan mobilitas pasien akan terganggu.

4.2.3 Intervensi Keperawatan


Intervensi yang diberikan pada pasien I dan II dengan masalah Gangguan Mobilitas

77
Fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular yaitu menggunakan terapi
latihan ambulasi.
Menurut teori Yanti, 2011. Intervensi yang paling utama dalam diagnosa gangguan
mobilitas fisik adalah teori latihan ambulasi yaitu setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan masalah gangguan mobilitas fisik dapat
teratasi dengan kriteria hasil peningkatan fungsi motorik, dapat meningkatkan dalam
aktivitas fisik, mampu menunjukkan kemampuan mobilisasi, dan tanda-tanda vital
normal, dengan rencana tindakan keperawatan yang meliputi kaji kemampuan
mobilisasi, bantu pasien untuk duduk di sisi tempat tidur untuk memfasilitasi
penyesuaian sikap tubuh, monitor panggunaan alat bantu jalan, latih dalam
pemenuhan ADL secara mandiri sesuai kemampuan, ajarkan merubah posisi yang
aman, ajarkan latihan ROM pasif dan ROM aktif dengan bantuan sesuai indikasi,
dorong ambulasi independen dalam batas aman, berikan pengertian dan motivasi
tentang latihan mobilisasi secara bertahap, beritahu keluarga dalam melakukan tehnik
perpindahan yang aman, kolaborasi dengan fisioterapi sesuai indikasi.
Menurut data peneliti kedua pasien yang mengalami fraktur, pada rencana tindakan
keperawatan terapi latihan ambulasi merupakan salah satu intervensi yang tepat
dilakukan pada pasien post operasi fraktur femur karena dari fakta yang ada
menunjukkan bahwa kedua pasien mengalami gangguan mobilitas fisik.

4.2.4 Implementasi Keperawatan

Dalam studi kasus ini, implementasi pada Tn. S dan Tn. M dilakukan selama 3 hari
pada pukul Tn.S pukul 08.00 s/d 12.00 dan Tn.M pukul 14.00 s.d 18.00. Pada hari
pertama implementasi pada Tn. S dan Tn. M peneliti tidak melakukan rencana dalam
Nursing Intervention Clasification, Implementasi yang dilakukan peneliti yaitu
mengendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan, mengkaji kemampuan mobilisasi, memonitor penggunaan alat
bantu berjalan, membantu pasien untuk duduk di sisi tempat tidur untuk memfasilitasi
penyesuaian sikap tubuh, melatih pemenuhan ADL secara mandiri sesuai kebutuhan,
melakukan kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi, mengajarkan
latihan ROM pasif dan ROM aktif dengan bantuan sesuai indikasi, mendorong
ambulasi independen dalam batas aman, memberitahu keluarga dalam melakukan
teknik perpindahan yang aman,melakukan kolaborasi pelaksanaan fisioterapi sesuai

78
indikasi, mengobservasi tanda-tanda vital. Setelah itu pada hari kedua dan ketiga
peneliti memberikan implementasi dengan menyesuaikan hasil perkembangan
kesehatan pasien pada evaluasi hari pertama.

Menurut teori Potter 2013, implementasi keperawatan atau serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik dilakukan sesuai dengan intervensi atau
perencanaan tindakan yang telah dibuat sebelumnya.

Menurut data peneliti pada implementasi yang dilakukan pada kedua pasien dengan
masalah gangguan mobilitas fisik, sesuai dengan intervensi. Adapun implementasi
yang dilakukan oleh peneliti selama 3 hari dan mengalami kemajuan kesehatan. Hal
ini disebabkan karena secara umum kedua pasien mau kooperatif sehingga kondisi
kesehatan pasien cepat pulih dan membaik.

4.2.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi pada pasien 1 dan 2 yang dilakukan selama 3 hari, pasien 1 pada hari
pertama masih belum bisa menggarakkan kakinya, pada hari kedua pasien mulai
mampu menggerakan kakinya, dan pada hari ketiga pasien sudah bisa menggerakkan
kakinya dan sudah bisa duduk.
Menurut teori Muttaqin 2012, pemberian alat bantu pasien. Pada pasien dengan alat
bantu musculoskeletal, biasanya terdapat gangguan fungsi dalam melakukan
pergerakkan sehingga menggangu aktivitas sehari-hari. Peran perawat dalam
menjelaskan kepada pasien tentang guna dan fungsi alat bantu diperlukan untuk
memahami penggunaannya di sini diperlukan pengetahuan mengenai anatomi dan
fisiologi system musculoskeletal yang baik dari perawat agar proses pembelajaran
dapat berjalan optimal.pemberian alat bantu bertujuan untuk mengistirahatkan
bagian tubuh yang mengalami gangguan, mengurangi beban tubuh, membantu untuk
berjalan, stabilisasi sendi, atau mencegah deformitas yang lebih berat, alat ortopedi
dapat terbuat dari kayu, aluminium, gips, bidai, tongkat, atau alat bantu jalan
lainnya.
Menurut data peneliti kedua pasien dalam pengguanaan alat bantu jalan
sangatlah penting ketika pasien dirawat dirumah, alat bantu jalan berfungsi sebagai
alat bantu dalam melakukan mobilitas secara mandiri dan bebas tanpa bantuan.

79
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari pembahasan yang menjabarkan kesenjangan maupun kesamaan


dari tinjauan pustaka dengan pengalaman kasus maka dapat disimpulkan sebagai

80
berikut.

5.1.1 Pengkajian

Berdasarkan asuhan keperawatan pada Tn. S yang mengalami close fraktur


femur dextra didapatkan kesimpulan sebagai berikut : dari data pengkajian kasus
pada pengkajian data subjektif dan data objektif didapatkan melalui ungkapan
bahwa Tn. S mengatakan setelah operasi paha kaki sebelah kanan berat untuk
digerakkan berhubungan dengan kondisi yang dialaminya sekarang yaitu fraktur
femur dextra, dari data objektif yang didapatkan oleh peneliti yaitu ekstermitas
kaki kanan pasien pada paha terpasang tensocrep, terlihat perubahan
bentuk/edema pada ektermitas kanan bawah, pasien terlihat ditempat tidur, ADL
pasien dibantu oleh keluarga atau perawat.
Sedangkan ada Tn. M tidak jauh berbeda dengan Tn. S, klien mengalami
patah tulang paha sebelah dextra. Dari data pengkajian kasus pada pengkajian
data subjektif dan data objektif didapatkan melalui ungkapan bahwa Tn. M
mengatakan setalah operasi paha kaki sebelah kanan berat untuk digerakkan
berhubungan dengan kondisi.
yang dialaminya sekarang yaitu fraktur femur dextra, dari data objektif yang
didapatkan oleh peneliti yaitu ekstermitas kaki kanan pasien pada paha terpasang
tensocrep, terlihat perubahan bentuk/edema pada ektermitas kanan bawah, pasien
terlihat ditempat tidur, ADL pasien dibantu oleh keluarga atau perawat.

5.1.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul dari pengkajian pada Tn. S dan Tn. M yang
digunakan dalam asuhan keperawatan Fraktur Femur Dextra adalah gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular

81
5.1.3 Intervensi Keperawatan

Dalam intervensi keperawatan / rencana tindakan keperawatan pada Tn. S dan Tn.
M yaitu diberikan terapi latihan ambulasi untuk memaksimalkan pergerakannya.
Adanya rencana tindakan yang ditunjukkan untuk memaksimalkan mobilisasi
agar tidak terjadi kekakuan atau kelemahan otot ataupun komplikasi lainnya,
dimana rencana tindakan atau intervensi tersebut dilanjutkan untuk diaplikasikan
pada klien.

5.1.4 Implementasi keperawatan

Implementasi yang dilakukan pada klien harus dengan intervensi sesuai dengan
kondisi klien saat itu, pada hari pertama, perawat tidak melakukan semua rencana
dalam Intervensi karena kondisi klien yang susah untuk bergerak yang berat
seperti ROM Intervensi yang belum dapat di laksanakan dan evaluasi yang belum
tercapai. Ini dilakukan bisa dilakukan pada hari selanjutnya atau bisa
menambahkan intervensi lain sesuai dengan perkembangan klien.

5.1.5 Evaluasi Keperawatan

Dalam penelitian ini pada hari terakhir evaluasi keperawatan klien Tn. S berhasil
menggerakkan ektermitas yang mengalami fraktur secara mandiri atau tanpa
bantuan dengan ditandai tercapainya tujuan dan kriteria hasil sedangkan pada Tn.
M gangguan mobilitas fisik telah berhasil sebagian ditandai dengan adanya
tercapainya sebagian dari tujuan tindakan yang telah dilakukan.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi klien dan keluarga


Keluarga berperan sangat penting dalam suatu penyembuhan klien sehingga
keluarga dianjurkan untuk membantu latihan gerak klien, mendorong,
memotivasi serta berperan aktif dalam segala hal yang berhubungan dengan

82
tindakan yang bisa membantu memperbaiki mobilisasi atau gerak klien agar
klien mampu bergerak secara mandiri.
5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi tambahan refrensi bagi mahasiswa
dan pengajar dalam meningkatkan ilmu pengetahuan tentang proses
keperawatan pada kasus fraktur femur.

5.2.3 Bagi Rumah Sakit


Perawat diharapkan mampu berkoordinasi dengan tim kesehatan yang lain
yaitu dokter, fisioterapi, ahli gizi serta klien yang berguna untuk
meningkatkan asuhan keperawatan secara optimal.

Daftar Pustaka
Asmadi. (2012). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Asikin, M,. Nasir, M,. Podding, I Takko. 2016. Keperawatan Medikal Bedah: Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa:
Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.

83
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Riskesdas 2013 dalam Angka.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.

Utama SU, Magetsari R & Pribadi V. (2014). Estimasi Prevalensi Kecelakaan Lalu
Lintas dengan Metode Capture-Recapture. Jurnal Berita Kedokteran
Masyarakat. Vol.24. No.1.

Depkes, RI. (2011). Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia. (Widyastuti, 2015).

Istianah, Umi. (2017). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Muskuloskeletal. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Haswita., dan Reni Sulistyowati. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta Timur :
CV.Trans Info Media.

Helmi, Zairin N. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba


medika.

Lukman dan Ningsih, N. (2016). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika

Mubarak, Wahit Iqbal., Lilis Indrawati., & Joko Susanto. (2015). Buku Ajar Ilmu
Keperawatan Dasar (hlm. 3-24). Jakarta: Salemba Medika.

Noor, Zairin. (2016). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba


Medika.

Notoatmojo. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rhineka Cipta.

Nurarif, A.H. & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan Nanda -. Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta : Mediaction
Publishing

Potter & Perry. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan (Konsep, Proses, dan
Praktik). Jakarta: EGC.

(PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2018) . Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Jakarta: DPP PPNI

Price, S.A. & Wilson, L.M. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Edisi 6. Vol.1. Jakarta : EGC

Pudjiastuti dan Utomo. 2003. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta: Penerbit Kedokteran.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian RI tahun 2018. http://www.depkes.go.id/
resources/download/infoterkini/materi_rakorpop_20 18/Hasil%20Riskesdas%
202018.pdf – Diakses Juli 2021

Tarwoto., dan Watonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan,

84
Edisi 5. Jakarta Selatan : Salemba Medika.

Wahyudi, A. S. & Wahid, A. (2016). Buku ajar ilmu keperawatan dasar. Jakarta:
Mitra Wacana Medika

Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika

World Health Organization. (2009). Global Status Report On Road Safety : Time For
Action. Geneva. Retrieved from www.who.int/violence_injury_ prevention
/road_safety_status/2009

Wulansari, N.M.A., Ismonah, & Shobirun. (2017). Pengaruh Ambulasi Dini Terhadap
Peningkatan Pemenuhan Activity Of Daily Living (ADL) pada Pasien Post
Operasi Fraktur Ekstremitas Di RSUD Ambarawa. Jurnal Ilmu Keperawatan
dan Kebidanan (JIKK), Vol. III No. 1

Lampiran 1
STIKes Dr. Sismadi
Jl. Warakas Raya No. 5B Nama Mahasiswa : ..............................
Tanjung Priok – Jakarta Utara
NIM : ..............................
Program Studi : ..............................

FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

85
A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian :
…………………………………………………………………………….
Tanggal Masuk :
…………………………………………………………………………….
Ruang/Kelas :
…………………………………………………………………………….
Nomor Register :
…………………………………………………………………………….
Diagnosa Medis :
…………………………………………………………………………….

1. Identitas Klien
Nama Klien :
…………………………………………………………………………
Jenis kelamin :
…………………………………………………………………………
Usia :
…………………………………………………………………………
Status Perkawinan :
…………………………………………………………………………
Agama :
…………………………………………………………………………
Suku bangsa :
…………………………………………………………………………
Pendidikan :
…………………………………………………………………………
Bahasa yg digunakan :
…………………………………………………………………………
Pekerjaan :
…………………………………………………………………………
Alamat :
…………………………………………………………………………
Sumber biaya (Pribadi, Perusahaan, Lain-lain) :
………………………………………………

86
Sumber Informasi (Klien / Keluarga) : .
………………………………......................................

2. Resume
(Ditulis sejak klien masuk rumah sakit sampai dengan sebelum pengkajian dilakukan meliputi
: data fokus, masalah keperawatan, tindakan keperawatan mandiri serta kolaborasi dan
evaluasi secara umum)
………………………………………………………………………………………....
………………………………………………………………………………………....
………………………………………………………………………………………....
………………………………………………………………………………………....
…………………………………………………………………………………………………
………………………………

3. Riwayat Keperawatan :
a. Riwayat kesehatan sekarang.
1) Keluhan utama :
……………………………………………............................
2) Kronologis keluhan
a) Faktor pencetus :
………………………………………………………………
b) Timbulnya keluhan : ( ) Mendadak ( ) Bertahap
c) Lamanya :
………………………………………………………………
d) Upaya mengatasi :
………………………………………………………………
b. Riwayat kesehatan masa lalu.
a. Riwayat Penyakit sebelumnya (termasuk kecelakaan) :
…………………….……………………………………………………………………
Riwayat Alergi (Obat, Makanan, Binatang, Lingkungan) :
…………………….…………………………………………………………………..
b. Riwayat pemakaian obat :
…………………….…………………………………………………………………..
c. Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram dan Keterangan tiga generasi dari klien)

87
d. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi factor risiko
…………….……………………………………………………..........................................
Riwayat Psikososial dan Spiritual.
a. Adakah orang terdekat dengan klien :
.…………………….…………………………………………………………………...
b. Interaksi dalam keluarga :
a) Pola Komunikasi
: ...................................................................................................
b) Pembuatan Keputusan
: .......................................................................................
c) Kegiatan Kemasyarakatan : ......................................................................................
c. Dampak penyakit klien terhadap keluarga :
.…………………….…………………………………………………………………..
d. Masalah yang mempengaruhi klien :
.…………………….…………………………………………………………………..
e. Mekanisme Koping terhadap stress
( ) Pemecahan masalah ( ) Tidur
( ) Makan ( ) Cari pertolongan
( ) Minum obat ( ) Lain-lain (Misal : marah, diam)

f. Persepsi klien terhadap penyakitnya


a) Hal yang sangat dipikirkan saat ini :
……………….………………………………………………..……………………
b) Harapan setelah menjalani perawatan :
……………….……………………………………………………………………
c) Perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit :
……………….……………………………………………………………………
g. Sistem nilai kepercayaan :
a) Nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan :
………………….…………………………………………………………………..

88
b) Aktivitas Agama/Kepercayaan yang dilakukan :
………………….…………………………………………………………………..
h. Kondisi Lingkungan Rumah
(Lingkungan rumah yang mempengaruhi kesehatan saat ini) :
…………………….……………………………………………………………………

i. Pola kebiasaan
POLA KEBIASAAN
HAL YANG DIKAJI Sebelum Sakit / Di Rumah sakit
sebelum di RS
1. Pola Nutrisi
a. Frekuensi makan : …… X / hari …………………… ……………………
b. Nafsu makan : baik/tidak …………………… ……………………
Alasan : ……..(mual, muntah, sariawan) …………………… ……………………
c. Porsi makanan yang dihabiskan …………………… ……………………
d. Makanan yang tidak disukai …………………… ……………………
e. Makanan yang membuat alergi …………………… ……………………
f. Makanan pantangan …………………… ……………………
g. Makanan diet …………………… ……………………
h. Penggunaan obat-obatan sebelum makan ……………… ………………
i. Penggunaan alat bantu (NGT, dll)

POLA KEBIASAAN
HAL YANG DIKAJI Sebelum Sakit / Di Rumah sakit
sebelum di RS
2. Pola Eliminasi
a. B.a.k. :
1) Frekuensi : ………. X / hari ………………… …………………
2) Warna : ………………….. ………………… ..…………..……
3) Keluhan : ………………….. ………………… …………………
4) Penggunaan alat bantu (kateter, dll) ………………… …………………
b. B.a.b :
1) Frekuensi :…………. X / hari …………………… …………………
2) Waktu : ……………… …………………
(Pagi / Siang / Malam / Tidak tentu) …………………… …………………
3) Warna : ………………….. …………………… …………………
4) Kosistensi : ………………….. ……………
…………………

89
5) Keluhan : ………………….. ………………… …………………
6) Penggunaan Laxatif : ..………….. ………………… …………………
3. Pola Personal Hygiene
a. Mandi
1) Frekuensi :…………. X / hari …………………… …………………
2) Waktu : Pagi/ Sore/ Malam ……………… …………………
b. Oral Hygiene
1) Frekuensi :…………. X / hari ………………… ……………………
2) Waktu : Pagi / Siang/ Setelah makan ………………… ………………
c. Cuci rambut
1) Frekuensi :…………. X / minggu ………………… …………………
4. Pola Istirahat dan Tidur
a. Lama tidur siang : …. Jam / hari ………………… …………………
b. Lama tidur malam : …. Jam / hari ………………… ……………………
c. Kebiasaan sebelum tidur : ……….......... ………………… ………………
5. Pola Aktivitas dan Latihan.
a. Waktu bekerja : Pagi/Siang/Malam ………………… …………………
b. Olah raga : ( ) Ya ( ) Tidak ……………..……. …………………
c. Jenis olah raga : …………… ………………… ……………………
d. Frekuensi olahraga : … X / minggu …………………… ……………………
e. Keluhan dalam beraktivitas …………………… ……………
(Pergerakan tubuh /mandi/ Mengenakan …………………… …………………
pakaian/ Sesak setelah beraktifitas dll) ………… …………………

POLA KEBIASAAN
HAL YANG DIKAJI Sebelum Sakit / Di Rumah sakit
sebelum di RS
6. Kebiasaan yang Mempengaruhi Kesehatan
a. Merokok : Ya / Tidak
1) Frekuensi : ………………….. …………………… …………………
2) Jumlah : ………………….. …………………… …………………
3) Lama Pemakaian: ………….. …………… ………………….
b. Minuman keras / NABZA: Ya / Tidak
1) Frekuensi : ………………….. …………………… ……………………
2) Jumlah : ………………….. …………….… ……………………
3) Lama Pemakaian : ………….. ………………… ……………

a. Pengkajian Fisik :

90
a. Pemeriksaan Fisik Umum :
1) Berat badan : ……… Kg (Sebelum Sakit : …… Kg)
2) Tinggi Badan : ……………… cm
3) Keadaan umum : ( ) Ringan ( ) Sedang ( ) Berat
4) Pembesaran kelenjar getah bening : ( ) Tidak
( ) Ya, Lokasi ………..
b. Sistem Penglihatan :
1) Posisi mata : ( ) Simetri ( ) Asimetris
2) Kelopak mata : ( ) Normal ( ) Ptosis
3) Pergerakan bola mata : ( ) Normal ( ) Abnormal
4) Konjungtiva : ( ) Merah muda ( ) Anemis ( ) Sangat Merah
5) Kornea : ( ) Normal ( ) Keruh/ berkabut
( ) Terdapat Perdarahan
6) Sklera : ( ) Ikterik ( ) Anikterik
7) Pupil : ( ) Isokor ( ) Anisokor
( ) Midriasis ( ) Miosis
8) Otot-otot mata : ( ) Tidak ada kelainan ( ) Juling keluar
( ) Juling ke dalam ( ) Berada di atas
9) Fungsi penglihatan : ( ) Baik ( ) Kabur
( ) Dua bentuk / diplopia
10) Tanda-tanda radang :
………………………………………………………………...
11) Pemakaian kaca mata : ( ) Tidak ( ) Ya, Jenis….
………………………………...
12) Pemakaian lensa kontak :
………………………………………………………...
13) Reaksi terhadap cahaya : ………………………………………………………

c. Sistem Pendengaran :

1) Daun telinga : ( ) Normal ( ) Tidak,


Kanan/kiri……………………
2) Karakteristik serumen (warna, kosistensi, bau) : ..........................................................
3) Kondisi telinga tengah: ( ) Normal ( ) Kemerahan
( ) Bengkak ( ) Terdapat lesi
4) Cairan dari telinga : ( ) Tidak ( ) Ada,
…………………………….

91
( ) Darah, nanah dll.
5) Perasaan penuh di telinga : ( ) Ya ( ) Tidak
6) Tinitus : ( ) Ya ( ) Tidak
7) Fungsi pendengaran : ( ) Normal ( ) Kurang
( ) Tuli, kanan/kiri …..
……………………….
8) Gangguan keseimbangan : ( ) Tidak ( ) Ya,
……………………...
9) Pemakaian alat bantu : ( ) Ya ( ) Tidak

d. Sistem Wicara : ( ) Normal ( ) Tidak :


……………………………………...
( ) Aphasia ( ) Aphonia
( ) Dysartria ( ) Dysphasia ( ) Anarthia

e. Sistem Pernafasan :
1) Jalan nafas : ( ) Bersih ( ) Ada sumbatan;
…………………….
2) Pernafasan : ( ) Tidak Sesak ( ) Sesak :
…………………………….

3) Menggunakan otot bantu pernafasan : ( ) Ya ( ) Tidak


4) Frekuensi : …………. x / menit
5) Irama : ( ) Teratur ( ) Tidak teratur
6) Jenis pernafasan :……( Spontan, Kausmaull, Cheynestoke, Biot, dll)
7) Kedalaman : ( ) Dalam ( ) Dangkal
8) Batuk : ( ) Tidak ( )Ya …..….
(Produktif/Tidak
9) Sputum : ( ) Tidak ( )Ya ......(Putih/Kuning/Hijau)
10) Konsistensi : ( ) Kental ( ) Encer
11) Terdapat darah : ( ) Ya ( ) Tidak
12) Palpasi dada
: ................................................................................................
...
13) Perkusi dada
: ................................................................................................
...

92
14) Suara nafas : ( ) Vesikuler ( ) Ronkhi
( ) Wheezing ( ) Rales
15) Nyeri saat bernafas : ( ) Ya ( ) Tidak
16) Penggunaan alat bantu nafas : ( ) Tidak ( )Ya …………………………………….

f. Sistem Kardiovaskuler :
1) Sirkulasi Peripher
a) Nadi ……. x/ menit : Irama : ( ) Teratur ( ) Tidak teratur
Denyut : ( ) Lemah( ) Kuat
b) Tekanan darah : ……… mm/Hg
c) Distensi vena jugularis : Kanan : ( ) Ya ( ) Tidak
Kiri : ( ) Ya ( ) Tidak
d) Temperatur kulit ( ) Hangat ( ) Dingin suhu : ………. °C
e) Warna kulit : ( ) Pucat ( ) Cyanosis ( ) Kemerahan
f) Pengisian kapiler : …………… detik
g) Edema : ( ) Ya,………. ( ) Tidak
( ) Tungkai atas ( ) Tungkai bawah
( ) Periorbital ( ) muka
( ) Skrotalis ( ) Anasarka
2) Sirkulasi Jantung
a) Kecepatan denyut apical : ………… x/menit
b) Irama : ( ) Teratur ( ) Tidak teratur
c) Kelainan bunyi jantung : ( ) Murmur ( ) Gallop
d) Sakit dada : ( ) Ya ( ) Tidak
1) Timbulnya : ( ) Saat aktivitas ( ) Tanpa aktivitas
2) Karakteristik : ( ) Seperti ditusuk-tusuk
( ) Seperti terbakar ( ) Seperti tertimpa benda berat
3) Skala nyeri : ………………

g. Sistem Hematologi
Gangguan Hematologi :
1) Pucat : ( ) Tidak ( ) Ya
2) Perdarahan : ( ) Tidak ( ) Ya, …..:
( ) Ptechie ( ) Purpura ( ) Mimisan ( ) Perdarahan gusi ( ) Echimosis

h. Sistem Syaraf Pusat

93
1) Keluhan sakit kepala :……………..(vertigo/migrain,
dll)

2) Tingkat kesadaran : ( ) Compos mentis ( ) Apatis


( ) Somnolent ( ) Soporokoma
3) Glasgow coma scale(GCS) E : ……., M : …….., V : ………
4) Tanda-tanda peningkatan TIK : ( ) Tidak ( ) Ya,………..:
( ) Muntah proyektil ( ) Nyeri Kepala hebat
( ) Papil Edema
5) Gangguan Sistem persyarafan : ( ) Kejang ( ) Pelo
( ) Mulut mencong ( ) Disorientasi ( ) Polineuritis / kesemutan
( ) Kelumpuhan ekstremitas (kanan / kiri / atas / bawah)
6) Pemeriksaan Reflek :
a) Reflek fisiologis : ( ) Normal ( ) Tidak …………….
b) Reflek Patologis : ( ) Tidak ( ) Ya ………………..

i. Sistem Pencernaan
Keadaan mulut :
1) Gigi : ( ) Caries ( ) Tidak
2) Penggunaan gigi palsu : ( ) Ya ( ) Tidak
3) Stomatitis : ( ) Ya ( ) Tidak
4) Lidah kotor : ( ) Ya ( ) Tidak
5) Salifa : ( ) Normal ( ) Abnormal
6) Muntah : ( ) Tidak ( ) Ya,……..….
a) Isi : ( ) Makanan ( ) Cairan ( ) Darah
b) Warna : ( ) Sesuai warna makanan ( ) Kehijauan
( ) Cokelat ( ) Kuning ( ) Hitam
c) Frekuensi : ……………….X/ hari
d) Jumlah :………………..ml
7) Nyeri daerah perut : ( ) Ya,………………. ( ) Tidak
8) Skala Nyeri : ………………………..
9) Lokasi dan Karakter nyeri :
( ) Seperti ditusuk-tusuk ( ) Melilit-lilit
( ) Cramp ( ) Panas/seperti terbakar
( ) Setempat ( ) Menyebar ( ) Berpindah-pindah
( ) Kanan atas ( ) Kanan bawah ( ) Kiri atas ( ) Kiri bawah
10) Bising usus : ……………..x / menit.

94
11) Diare : ( ) Tidak ( ) Ya,………….
a) Lamanya : …………….. Frekuensi : …………..x / hari.
b) Warna faeces : ( ) Kuning ( ) Putih seperti air cucian beras
( ) Cokelat ( ) Hitam ( ) Dempul
c) Konsistensi faeces : ( ) Setengah padat ( ) Cair ( ) Berdarah
( ) Terdapat lendir ( ) Tidak
ada kelainan
12) Konstipasi : ( ) Tidak ( ) Ya,………….
lamanya : ………….. hari
13) Hepar : ( ) Teraba ( ) Tak teraba
14) Abdomen : ( ) Lembek ( ) Kembung
( ) Acites ( ) Distensi
j. Sistem Endokrin
Pembesaran Kelenjar Tiroid : ( ) Tidak ( ) Ya,
( ) Exoptalmus ( ) Tremor
( ) Diaporesis
Nafas berbau keton : ( ) Ya ( ) Tidak
( ) Poliuri ( ) Polidipsi ( ) Poliphagi
Luka Ganggren : ( ) Tidak ( ) Ya, Lokasi……………
Kondisi Luka……………………………

k. Sistem Urogenital
Balance Cairan : Intake……………ml; Output………….ml
Perubahan pola kemih : ( ) Retensi ( ) Urgency ( ) Disuria
( ) Tidak lampias ( ) Nocturia
( ) Inkontinensia ( ) Anuria
B.a.k : Warna : ( ) Kuning jernih ( ) Kuning kental/coklat
( ) Merah ( ) Putih
Distensi/ketegangan kandung kemih : ( ) Ya ( ) Tidak
Keluhan sakit pinggang : ( ) Ya ( ) Tidak
Skala nyeri : ……………

l. Sistem Integumen
Turgor kulit : ( ) Elastis ( ) Tidak elastis
Temperatur kulit : ( ) Hangat ( ) Dingin
Warna kulit : ( ) Pucat ( ) Sianosis ( ) Kemerahan
Keadaan kulit : ( ) Baik ( ) Lesi ( ) Ulkus

95
( ) Luka, Lokasi…………..
( ) Insisi operasi, Lokasi ………………………...
Kondisi……………………….…………………...
( ) Gatal-gatal ( ) Memar/lebam
( ) Kelainan Pigmen
( ) Luka bakar, Grade……….. Prosentase…………
( ) Dekubitus, Lokasi………………………………

Kelainan Kulit : ( ) Tidak ( ) Ya, Jenis…………………


Kondisi kulit daerah pemasangan Infus :………………………………
Keadaan rambut : - Tekstur : ( ) Baik ( ) Tidak ( ) Alopesia
- Kebersihan : ( ) Ya ( ) Tidak, ………

m. Sistem Muskuloskeletal
Kesulitan dalam pergerakan : ( ) Ya ( ) Tidak
Sakit pada tulang, sendi, kulit : ( ) Ya ( ) Tidak
Fraktur : ( ) Ya ( ) Tidak
Lokasi : …………………………………….
Kondisi:…………………………………….
Kelainan bentuk tulang sendi : ( ) Kontraktur ( ) Bengkak
( ) Lain-lain, sebutkan : …………
Kelaianan struktur tulang belakang: ( ) Skoliasis ( ) Lordosis
( ) Kiposis

Keadaan Tonus otot : ( ) Baik ( ) Hipotoni


( ) Hipertoni ( ) Atoni

Kekuatan Otot : ... ... ... ... ... ... ... ...

... ... ... ... ... ... ... ...


Data Tambahan (Pemahaman tentang penyakit):

96
b. Data Penunjang (Pemeriksaan diagnostik yang menunjang masalah : Lab, Radiologi,
Endoskopi dll )

c. Penatalaksanaan (Therapi / pengobatan termasuk diet )

7. Data Fokus

Data Subyektif Data Obyektif

97
8. Analisa Data

98
No Data Masalah Etiologi

99
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN (Sesuai Prioritas)
Tanggal Tanggal Nama
No Diagnosa Keperawatan (P&E)
Ditemukan Teratasi Jelas

100
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN

101
(Meliputi tindakan keperawatan independen dan interdependen)
Diagnosa Tujuan dan Paraf &
Tgl. No. Rencana Tindakan
Keperawatan (PES) Kriteria Hasil Nama Jelas

102
D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN ( CATATAN KEPERAWATAN )
Tgl./ No. Paraf dan
Tindakan Keperawatan dan Hasil
Waktu DK. Nama Jelas

103
E. E V A L U A S I ( CATATAN PERKEMBANGAN )

104
No. Hari/Tgl./ Evaluasi Hasil (SOAP) Paraf dan
DK. Jam (Mengacu pada tujuan) Nama Jelas

105
Lampiran 2
Lampiran 1
STANDAR OPERASIONAL LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM)

1. Pengertian

range of motion (ROM) adalah tindakan atau latihan otot dan

persendian yang diberikan kepada pasien yang mobilitas sendinya terbatas

karena penyakit, disabilitas atau trauma. Dimana pasien menggerakan masing-

masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif.

2. Tujuan

106
a. Mencegah risiko atropi otot pada klien yang mengalami imobilisasi

b. Mencegah terjadinya kontraktur pada sendi

c. Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan otot

d. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot

3. Jenis ROM

a. ROM aktif : perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam

melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang

gerak sendi normal (klien aktif).

b. ROM pasif : perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan

rentang gerak yang normal (klien pasif).

c. ROM aktif dengan bantuan : klien melakukan gerakan ROM dengan

sedikit bantuan dari perawat.

107
4. Indikasi

Klien dengan tirah baring yang lama, klien dengan penurunan tingkat

kesadaran, kelemahan otot, dan fase rehabilitas fisik.

5. Kontra Indikasi

Klien dengan fraktur, kelainan sendi atau tulang, dank lien fase imobilisasi

karena kasus penyakit (jantung).

6. Pengkajian

a. Identifikasi kemampuan masing-masing sendi dalam meakukan

gerakan, pengkajian dapat pula dilakukan saat klien melakukan

aktivitasnya dengan mengobservasi kemampuan atau keterbatasan

dalam pergerakan.

b. Identifikasi daerah sendi terhadap tanda peradangan seperti

kemerahan, bengkak, nyeri saat sendi bergerak atau diam.

c. Identifikasi adanya deformitas atau perubahan bentuk pada sendi.

7. Gerakan ROM

Fleksi, ekstensi, hiperekstensi, rotasi, sirkumduksi, supinasi, pronasi,

abduksi, adduksi, dan oposisi.

8. Hal-hal Yang Perlu Diperhatian

Saat melaksanakan latihan, perlu diperhatikan:

a. Keterbatasan pergerakan atau ketidakmampuan menggerakkan sendi.

b. Bengkak, nyeri, kemerahan, krepitus, deformitas pada sendi.

c. Saat melakukan ROM pasif, berikan sokongan sendi.

d. Lakukan setiap gerakan dengan perlahan dan berhati-hati.

e. Setiap gerakan dilakukan sesuai kemampuan.


f. Ulangi masing-masing gerakan sebanyak 5 kali

g. Hentikan gerakan latihan jika klien mengungkapkan ketidaknyamanan

seperti nyeri atau terjadi spasme pada daerah otot yang bersangkutan.

9. Persiapan Alat.

Alat yang digunakan untuk melakuka ROM yaitu geniometer (alat ukur

rentang gerak sendi).

10. Prosedur Kerja

a. Berikan informasi kepada klien tentang tujuan dan prosedur tindakan

yang akan dilakukan.

b. Kaji kemampuan rentang gerak sendi

1) Gerakan leher :

a) Fleksi : arahkan dagu ke sternum, upayakan untuk menyentuh

sternum (ROM 45 derajat).

b) Extensi : posisikan kepala pada posisi semula atau netral (ROM

45 derajat).

c) Hiperextensi : gerakan kepala kea rah belakang atau

menengadah sejauh mungkin (ROM 10 derajat).

d) Fleksi lateral : gerakan kepala kea rah bahu, lakukan sesuai

kemampuan (ROM 40-45 derajat).

e) Rotasi : pertahankan wajah kea rah depan lalu lakukan gerakan

kepala memutar membentuk gerakan melingkar (ROM 360

derajat).
2) Gerakan bahu :

a) Fleksi : letakkan kedua lengan pada sisi tubuh, perlahan angkat

lengan ke arah depan mengarah ke atas kepala, lakukan sesuai

batas kemampuan (ROM 180 derajat).

b) Extensi : gerakan lengan kembali mengarah kesisi tubuh (ROM

180 derajat).

c) Hiperextensi : pertahankan lengan pada sisi tubuh dengan

lurus, lalu perlahan gerakan lengan ke arah belakang tubuh

(ROM 45-60 derajat).

d) Abduksi : angkat lengan lurus kearah sisi tubuh hingga berada

di atas kepala dengan mengupayakan punggung tangan

mengarah ke kepala dan telapak tangan ke arah luar (ROM 180

derajat).

e) Adduksi : turunkan kembali lengan mengarah pada tubuh dan

upayakan lengan menyilang di depan tubuh semampu klien.

f) Rotasi internal : lakukan fleksi pada siku 45 derajat, upayakan

bahu lurus dan tangan mengarah ke atas, lalu gerakkan lengan

kea rah bawah sambil mempertahankan siku tetap fleksi dan

bahu tetap lurus.

g) Rotasi external: dengan siku yang dalam keadaan fleksi,

gerakkan kembali lengan ke arah atas hingga jari-jari

menghadap ke atas (ROM 90 derajat).

h) Sirkumduksi : luruskan lengan pada sisi tubuh, perlahan

lakukan gerakan memutar pada sendi bahu (ROM 360 derajat).


3) Gerakan siku :

a) Fleksi : angkat lengan sejajar bahu. Arahkan lengan ke depan

tubuh dengan lurus,posisi telapak tangan menghadap ke atas,

perlahan gerakkan lengan bawah mendekati bahu dengan

membengkokkan pada siku dan upayakan menyentuh pada

bahu (ROM 150 derajat).

b) Extensi : gerakkan kembali lengan hingga membentuk posisi

lurus dan tidak bengkok pada siku (ROM 150 derajat).

4) Gerakan lengan :

a) Supinasi : rendahkan posisi lengan, posisikan telapak tangan

mengarah keatas (ROM 70-90 derajat).

b) Pronasi : gerakkan lengan bawah hingga telapak tangan

menghadap keatas (ROM 70-90 derajat).

5) Gerakan pergelangan tangan :

a) Fleksi : luruskan tangan hingga jari-jari menghadap kedepan,

perlahan gerakkan pergelangan tangan hingga jari-jari

mengarah ke bawah (ROM 80-90 derajat).

b) Extensi : lakukan gerakan yang membentuk kondisi lurus pada

jari-jari, tangan dan lengan bawah (ROM 80-90 derjat)

c) Hiperektensi : gerakkan pergelangan tangan, hingga jari-jari

mengarah kearah atas. Lakukan sesuai kemampuan.

d) Abduksi : gerakan pergelangan tangan dengan gerakan kearah

ibu jari (ROM 30 derajat).


e) Adduksi : gerakkan pergelangan tangan secara lateral dengan

gerakan kearah jari kelingking (ROM 30-50 derajat).

6) Gerakan jari tangan :

a) Fleksi : lakukan gerakkan mengepal (ROM 90 derajat).

b) Extensi : luruskan jari-jari (ROM 90 derajat).

c) Hiperextensi : bengkokkan jari- jari kearah belakang sejauh

mungkin (ROM 30-60 derajat).

d) Abduksi : renggangkan seluruh jari-jari hingga ke 5 jari

bergerak saling menjauhi

e) Adduksi : gerakkan kembali jari-jari hingga ke 5 jari saling

berdekatan

7) Gerakan pinggul :

a) Fleksi : arahkan kaki kedepan dan angkat tungkai perlahan

pada posisi lurus, (ROM 90-120 derajat).

b) Extensi : turunkan kembali tungkai hingga berada pada posisi

sejajar dengan kaki yang lainnya (ROM 90-120 derajat).

c) Hiperextensi : luruskan tungkai, perlahan gerakan tungkai

kearah belakang menjauhi tubuh (ROM 30-50 derajat).

d) Abduksi : arahkan tungkai dengan lurus menjauhi sisi tubuh

kearah samping (ROM 30-50 derajat).

e) Adduksi : arahkan tungkai dengan lurus mendekati sisi tubuh,

lakukan hingga kaki dapat menyilang pada kaki yang lain

(ROM 30-50 derajat).


f) Rotasi internal : posisikan kaki denga jari-jari menghadap

kedepan, perlahan gerakkan tungkai berputar kearah dalam

(ROM 90 derajat).

g) Rotasi eksternal : arahkan kembali tungkai ke posisi semula

yaitu posisi jari kaki menghadap kedepan (ROM 90 derajat).

h) Sikumduksi : gerakan tungkai dengan melingkar (ROM 360

derajat).

8) Gerakan lutut :

a) Fleksi : bengkokkan lutut, dengan mengarahkan tumit hingga

dapat menyentuh paha bagian belakang (ROM 120-130

derajat).

b) Extensi : arahkan kembali lutut hingga telapak kaki menyentuh

lantai (ROM 120-130 derajat).

9) Gerakan pergelangan kaki :

a) Dorsifleksi : gerakan pergelangan kaki hingga jari kaki

mengarah keatas, lakukan sesuai kemampuan (ROM 20-30

derajat).

b) Platarfleksi : gerakan pergelangan kaki hingga jari-jari

mengarah kebawah (ROM 20-30 derajat).

10) Gerakan kaki :

a) Inversi : lakukan gerakan memutar pada kaki, arahkan telapak

kaki kearah medial (ROM 10 derajat).

b) Eversi : lakukan gerakan memutar pada kaki, arahkan telapak

kaki kearah lateral (ROM 10 derajat).


c) Fleksi : arahkan jari-jari kaki ke bawah (ROM 30-60 derajat).

d) Extensi : luruskan kembali jari-jari kaki (ROM 30-60 derajat).

e) Abduksi : regangkan jari-jari kaki hingga jari-jari saling

menjauhi (ROM 15 derajat).

f) Adduksi : satukan kembali jari-jari kaki hingga jari-jari saling

merapat (ROM 15 derajat).

Anda mungkin juga menyukai