Draft Juknis Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Di FKTP Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
Draft Juknis Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Di FKTP Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
PELAYANAN KESEHATAN
GIGI DAN MULUT
DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU
Diterbitkan oleh
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI
Pengarah
Prof. dr. Abdul Kadir, Ph.D, Sp.THT-KL (K), MARS (Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan)
Pembina
drg. Saraswati, MPH (Direktur Pelayanan Kesehatan Primer)
Koordinator
dr. Upik Rukmini, MKM (Koordinator Praktik Perorangan)
Penyusun
drg. Iwan Dewanto, MMR., Ph.D; drg. Kartika Andari Wulan, Sp.Pros; drg. Melissa Adiatman,
Ph.D; drg. Grace Monica, MKM; dr. Upik Rukmini, MKM; drg. Indra Rachmad Dharmawan, MKM;
drg Renta Yulfa Zaini.
Kontributor
Dr. drg. R. M. Sri Hananto Seno, Sp.BM (K)., MM. (Ketua PB PDGI); Prof. Dr. dr. Hindra Irawan
Satari, Sp.A(K), M.TropPaed (Ketua Tim Pokja Nasional PPI); drg. Tritarayati, SH., MH.Kes (Ketua
Komite Kesehatan Gigi dan Mulut); drg. Farichah Hanum, M.Kes (Direktur Mutu dan Akreditasi);
Prof. Dr. Drg Tri Erri Astoeti, M.Kes, Prof. Dr. Drg. Anton Rahardjo, MKM, Dr. drg. Laksmi Dwiati,
MM., MHA., FICD., drg. Naniek Isnaini, M.Kes., drg. Nuzulisa Zulkifli, Dr. Drg. Sri Susilawati, M.Kes.,
Epi Nopiah, S.Pd., M.AP., drg. Harry Agung Tjahyadi, M.Kes, drg. Rudi Kurniawan, M.Kes. (Komite
Kesehatan Gigi dan Mulut); drg. Erry Indriana, MM; drg. Sinta Prabawati; drg. Faizal Prabowo
Kaliman (drg. Puskesmas….); drg. Budi Rukhiyat (Dinas Kesehatan Tanah Laut); drg. Fachmi
Muzaqi (Puskesmas Tomiya, Wakatobi); drg. Asteria Illa (Puskesmas Rowosari, Kota Semarang);
drg. Dewa Pandega Putra (Puskesmas Ponjong 2, Gunung Kidul); drg. Deni Andriani (Puskesmas
Depok II, Kabupaten Sleman); drg. Fatimah R. Gita, MKM (Puskesmas Kec. Cempaka Putih, DKI
Jakarta); drg Gustian Pamungkas (Puskesmas Singosari, Kabupaten Malang); drg. Dimaz Aryo
Nugroho Bandriananto, drg. Fadhil Rahman, drg. Ardisa Primananda Nugraha, drg. Deddy Dwi
Septian, drg Amanda Andika Sari, drg. Rio Suryantoro, Sp.KG., drg. M.Furqon, Sp.KG (Praktik
Mandiri Dokter Gigi); drg. Ratih Susila, MPH (PDGI Cabang Kabupaten Sleman); drg. Rahma
Defi, MKM (Kabid Yankes Kota Semarang); drg. Iwany Amalliah, M. Epid, drg. Gita Sjarkawi, M.
Kes, drg. Atik Ramadhani , PhD (Universitas Indonesia); drg. Tania Saskianti, Sp.KGA (K), Ph.D
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya penyusunan buku
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Adaptasi
Kebiasaan Baru akhirnya dapat diselesaikan.
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut sangat berdekatan dengan sumber
droplets yang merupakan high risk transmission. Beberapa tindakan
medis juga dapat memicu terjadinya aerosol, dan menimbulkan risiko
penularan COVID-19 melalui airborne. Masa pandemi COVID-19
pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP) tetap menjadi kebutuhan masyarakat dalam upaya menurunkan angka kesakitan
gigi dan mulut.
Kita ketahui bahwa Dokter Gigi dan Terapis Gigi dan Mulut sebagai tenaga kesehatan sangat
rentan tertular Covid-19 pada saat melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Untuk
mencegah penularan dan melindungi petugas dan masyarakat, diperlukan penyesuaian tata
laksana pelayanan kesehatan gigi dan mulut baik di Puskesmas, Klinik Pratama maupun Praktik
Mandiri Dokter Gigi.
Untuk itu dibutuhkan Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada masa pandemi
dan masa adaptasi kebiasaan baru, sebagai pedoman bagi semua pihak yang terkait dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di FKTP. Juknis ini diharapkan menjadi
acuan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di FKTP dalam masa pandemi COVID-19 dan pada
masa adaptasi kebiasaan baru serta sebagai acuan bagi Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/
Kota dalam memberikan pembinaan dan pendampingan supaya pelayanan kesehatan gigi dan
mulut dapat terselenggara dengan baik dan bermutu.
Saya sampaikan terima kasih pada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan
Petunjuk Teknis ini dan semoga Allah SWT senantiasa menuntun langkah kita untuk dapat
bersama sama berkontribusi menuju tatanan normal baru, masyarakat sehat, aman dan produktif.
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas karunia-Nya, Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan
Mulut Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru dapat ditetapkan.
Sebagaimana diketahui bahwa COVID-19 telah menjadi masalah
kesehatan global setelah ditetapkan sebagai pandemi oleh
Badan Kesehatan Dunia/ World Health Organization (WHO)
pada tanggal 11 Maret 2020. COVID-19 sudah menyebar di
hampir seluruh negara, termasuk Indonesia. Selama 10 bulan
terakhir sejak pandemi ditetapkan, kita dihadapkan pada
keseharian untuk berdampingan dengan COVID-19 dan kondisi
ini masih terus berlanjut hingga beberapa waktu yang belum
dapat ditentukan kapan akan berakhir.
Menyikapi kondisi tersebut, maka perlu disusun suatu pedoman tatalaksana pelayanan
kesehatan gigi dan mulut dengan mengutamakan protokol kesehatan sebagai acuan bagi
tenaga kesehatan gigi dan mulut dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Sehingga diharapkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada masa pandemi dan adaptasi
kebiasaan baru tetap dapat terlaksana dengan menjaga mutu/kualitas pelayanan dan patient
safety. Dengan demikian diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan gigi dan mulut di
masyarakat.
Akhir kata, saya ucapkan apresiasi dan terima kasih kepada Tim Penyusun dan teman sejawat
yang telah bahu membahu menyusunnya, semoga buku Petunjuk Teknis ini dapat memberikan
manfaat bagi Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota, Puskesmas, Klinik Pratama, Praktik
Mandiri Dokter Gigi dan pihak-pihak lain yang terkait pelayanan kesehatan gigi dan mulut
di FKTP. Semoga Allah SWT selalu memberikan kita kekuatan dalam menghadapi Pandemi
COVID-19 dan untuk bersama – sama berkontribusi mewujudkan masyarakat yang sehat.
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmatNya penyusunan buku Petunjuk Teknis Pelayanan
Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
pada Adaptasi Kebiasaan Baru, akhirnya dapat diselesaikan.
Pedoman ini dibuat untuk memberikan panduan bagi dokter
gigi dan terapis gigi dan mulut dalam memberikan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut dalam masa pandemi dan adapatasi
kebiasaan baru pasca pandemi COVID-19.
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (Puskesmas, Klinik
Pratama, Dokter Gigi Praktik Mandiri) merupakan pelayanan terdepan dalam penanganan
kesehatan gigi dan mulut pada masa pandemi COVID-19 dan Adaptasi Kebiasaan Baru. Dalam
menghadapi masa pandemi dan adaptasi kebiasaan baru pelayanan kesehatan gigi di FKTP perlu
mempersiapkan protokol pelayanan dalam rangka melayani masyarakat tanpa mengabaikan
keselamatan dan kesehatan pasien dan tenaga kesehatan dari resiko penularan COVID-19.
Dengan adanya buku Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di FKTP pada Masa
Adaptasi Kebiasaan Baru, diharapkan dapat memberikan panduan bagi tenaga kesehatan di
FKTP dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Saya menyampaikan terima
kasih kepada tim penyusun buku ini, semoga hasil kerja kita bersama dapat bermanfaat bagi
bangsa dan negara dalam upaya menurunkan angka kesakitan gigi dan mulut.
A. Latar Belakang
Coronavirus Disease 2019 atau COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh Severe
Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 atau (SARS-CoV-2), yang diidentifikasi pertama
kali di kota Wuhan, Cina pada akhir bulan Desember 2019. Penyakit ini menular dari
orang ke orang dan berkembang menjadi wabah di seluruh dunia sehingga pada tanggal
30 Januari 2020, World Health Organization (WHO) menetapkan Corona Virus Disease
2019 (COVID-19) sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia
(KKMMD) atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) lalu pada
tanggal 11 Maret 2020 ditetapkan sebagai pandemi dunia. Pemerintah telah menetapkan
COVID-19 sebagai penyakit yang menimbulkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
di Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat COVID-19, yang kemudian diperbaharui dengan
Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non-Alam
Penyebaran COVID-19 Sebagai Bencana Nasional. Berdasarkan Keputusan Kepala Badan
Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 9A Tahun 2020, yang diperbaharui dengan
Keputusan nomor 13A Tahun 2020, mengenai ketetapan Status Keadaan Tertentu Darurat
Bencana Wabah Penyakit Akibat Virus Corona di Indonesia, maka wajib dilakukan langkah
tanggap darurat COVID-19 serta upaya pencegahan dan pengendalian penyebaran
COVID-19.
Pelayanan kesehatan adalah bidang yang paling terdampak pandemi COVID-19. Tingginya
tingkat penularan dan jumlah kasus COVID-19 tidak sebanding dengan tingkat kesiapan
fasilitas pelayanan kesehatan dalam merespon gelombang pandemi secara cepat dan
tepat. Survey WHO menyebutkan bahwa pandemi COVID-19 berimbas pada terganggunya
akses pelayanan masyarakat yang membutuhkan pemeriksaan dan pengobatan selain
kasus COVID-19 di fasilitas pelayanan kesehatan, terutama pelayanan kesehatan gigi
dan mulut. Tindakan medis dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut dapat memicu
terjadinya droplets dan aerosol, contohnya penggunaan ultrasonic scaling dan high speed
Mengingat akhir pandemi COVID-19 tidak dapat dipastikan, Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP) harus mampu beradaptasi memenuhi kebutuhan masyarakat di tengah
pandemi COVID-19, baik dalam bentuk pemenuhan sumber daya dan pengaturan
sistem/alur pelayanan. Setiap penanggung jawab FKTP harus memastikan bahwa semua
pelayanan, termasuk pelayanan kesehatan gigi dan mulut, tersedia untuk masyarakat
secara optimal tanpa mengabaikan keselamatan petugas kesehatan dan masyarakat yang
dilayani.
Dalam upaya mencegah penularan dan melindungi petugas dan masyarakat, diperlukan
penyesuaian tata laksana pelayanan kesehatan gigi dan mulut di FKTP (Puskesmas, Klinik
Pratama, Praktik Mandiri Dokter Gigi). Saat ini terdapat 10.166 Puskesmas (berdasarkan
Kepmenkes 9853 tahun 2020 tentang Data Puskesmas Terregistrasi Semester 1 Tahun
2020), 7920 Klinik Pratama serta 7504 Praktik Mandiri Dokter Gigi (berdasarkan
Risfaskes 2019) yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Oleh karena itu, perlu
disusun Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di FKTP pada masa pandemi
dan adaptasi kebiasaan baru, sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan kesehatan
gigi dan mulut. Petunjuk Teknis ini diharapkan juga menjadi acuan bagi Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota dalam rangka pembinaan dan pengawasan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut di FKTP.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tersedianya petunjuk teknis sebagai acuan FKTP dalam menyelenggarakan
pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada masa adaptasi kebiasaan baru.
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan acuan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di
FKTP pada masa adaptasi kebiasaan baru sebagai upaya perlindungan kepada
tenaga kesehatan gigi dan mulut serta masyarakat.
b. Memberikan acuan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) pada pelayanan
kesehatan gigi dan mulut di FKTP
c. Memberikan acuan bagi Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam
melakukan pembinaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di FKTP.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di FKTP pada masa
pandemi COVID-19 dan adaptasi kebiasaan baru ini meliputi:
1. Konsep Transmisi SARS-CoV-2 dan Dampak Infeksi COVID-19 pada Pelayanan
Kesehatan Gigi dan Mulut
D. Sasaran
1. FKTP yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
2. Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota
3. Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota
4. Lintas Kementerian/Lembaga
5. Lintas Program di Kementerian Kesehatan
Sejak World Health Organization (WHO) mendeklarasikan pandemik global penyakit COVID-19
di bulan Maret 2020, FKTP yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah
salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang memerlukan beberapa perubahan signifikan
dalam pelaksanaan pelayanannya untuk mencegah dan memutus mata rantai penularan virus
SARS-CoV-2. Studi menunjukkan reseptor Angiotensin-Converting Enzyme 2 (ACE2) terdeteksi di
kelenjar saliva dan mukosa lidah, artinya virus SARS-CoV-2 masuk melalui saluran pernafasan
menuju rongga mulut dan dapat terdistribusi melalui paparan droplets dan aerosol pada tubuh
atau wajah tenaga kesehatan gigi dan mulut serta pasien.1 Selain batuk, bersin atau bernafas
cepat, aktivitas berbicara saat konsultasi tatap muka dokter dengan pasien dan tindakan
perawatan gigi dinyatakan sebagai salah satu cara transmisi infeksi.2 Oleh karena itu, dokter gigi
merupakan salah satu profesi yang berisiko tinggi untuk tertular dan menyebarkan virus SARS-
CoV-2 karena berkontak erat (jarak intim radius 0-45 cm) dengan pasien dan terpapar droplets
atau aerosol dari tindakan yang dilakukan.3
Gambar 2.1. Rantai Transmisi Infeksi SARS-CoV-2
Gambar 2.1. Rantai Transmisi Infeksi SARS-CoV-22, 9, 11 2, 9, 11
B. Potensi Penularan/Transmisi SARS-CoV-2 dalam Pelayanan Kesehatan Gigi
B. Potensi Penularan/Transmisi SARS-CoV-2 dalam Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
dan Mulut
WHO-CDC (2020) menyatakan bahwa transmisi virus SARS-CoV-2 terjadi bila seseorang
WHO-CDC (2020) menyatakan bahwa transmisi virus SARS-CoV-2 terjadi bila seseorang
sehat menghirup droplets atau aerosol secara langsung dalam jarak dekat (berkontak
sehat menghirup droplets atau aerosol secara langsung dalam jarak dekat (berkontak erat) dari
erat) dari seseorang yang terkonfirmasi positif baik bergejala maupun tidak, ataupun
seseorang yang terkonfirmasi positif baik bergejala maupun tidak, ataupun berkontak tidak
berkontak tidak langsung dengan permukaan yang terkontaminasi virus.16, 17
langsung dengan permukaan yang terkontaminasi virus.16 17
Tindakan kedokteran gigi yang dilaksanakan dalam pelayanan kesgilut berpotensi
Tindakanmenularkan
kedokteran gigi yang dilaksanakan dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut
virus SARS-CoV-2 kepada dokter gigi, tenaga pelaksana lainnya, pasien atau
berpotensi menularkan virus SARS-CoV-2 kepada dokter gigi, tenaga pelaksana lainnya,
pengunjung. Tingkat resiko tertular virus SARS-CoV-2 pada dokter gigi termasuk dalam kategori
pasien atau
resiko pengunjung. Tingkat
sangat tinggi, karena resiko
pekerjaan tertular
dokter gigi virus
berkontak SARS-CoV-2
erat dengan pasien dan pada
banyak dokter gigi
termasukmenggunakan peralatan yang berpotensi menimbulkan aerosol dalam beberapa tindakan seperti
dalam kategori resiko sangat tinggi, karena pekerjaan dokter gigi berkontak
erat dengan pasien
preparasi dan banyak
gigi, pembersihan menggunakan
kalkulus (scaling) dan peralatan yang
tindakan bedah berpotensi
mulut. menimbulkan
2 Ketika aerosol
aerosol dalam
menyatu dengan cairan darah dan saliva dalam rongga mulut maka akan menghasilkan (scaling)
beberapa tindakan seperti preparasi gigi, pembersihan kalkulus
dan tindakan bedah mulut.2 Ketika aerosol menyatu dengan cairan darah dan saliva
17
dalam rongga mulut maka akan menghasilkan bioaerosol, yaitu aerosol infeksius yang
mengandung bakteri, jamur dan virus dan mampu melayang di udara dalam kurun waktu
tertentu. Bioaerosol yang dihasilkan dari pasien yang terinfeksi COVID-19 dapat menjadi
sumber penularan infeksi jika terhirup oleh tenaga kesehatan gigi dan mulut dan atau
pasien lain (Tabel 2.1).12, 13 Tindakan lain yang juga menghasilkan bioaerosol adalah
penggunaan air-water/three way syringe, prophylaxis cups, proses grinding model gipsum
menggunakan mesin trimmer, dan pemolesan gigi tiruan menggunakan mesin poles.
gigi dan mulut7, 18, 19
Gambar 2.2 Ilustrasi Rute Transmisi Bioaerosol di Ruang Pelayanan Kesehatan 7, 18, 19
Gambar 2.2 Ilustrasi Rute Transmisi Bioaerosol di Ruang Pelayanan Kesgilut
C. Gejala Klinis Infeksi COVID-19
Gambar 2.2 Ilustrasi Rute Transmisi Bioaerosol di Ruang Pelayanan Kesgilut7, 18, 19
C. Gejala Klinis Infeksi
Gejala COVID-19
klinis COVID-19
dapat terjadi dari ringan, sedang, sampai berat, dan tidak sedikit
C. Gejala Klinis Infeksi COVID-19
Gejala klinis COVID-19 dapat terjadi dari ringan, sedang, sampai berat,Setiap
dan orang
tidak sedikit
orang yang terkonfirmasi positif COVID-19 tidak mengalami gejala apapun.
orang memiliki
yang terkonfirmasi
Gejala klinis tubuh
respon
positif
COVID-19 COVID-19
dapat
yang berbedaterjadi dari
terhadap
tidak mengalami
ringan, sedang,
COVID-19.
gejala
sampai
Penting
apapun.
bagi berat, dan
dokter
Setiap
gigi tidak
orang
sedikit
untuk
memiliki
orang respon tubuh yangpositif
yang terkonfirmasi berbeda terhadap
COVID-19 tidak COVID-19.
mengalami Penting bagi dokter
gejala apapun.
memahami periode inkubasi virus SARS-CoV-2 dan gejala klinis infeksi COVID-19 agar mampu Setiapgigi untuk
orang
memahami
memiliki
periode inkubasi virus SARS-CoV-2 dan gejala klinis infeksi COVID-19 agar
respon tubuh yang berbeda terhadap COVID-19. Penting bagi dokter gigi untuk
mendeteksi kondisi kesehatan pasien sedini mungkin. CDC (2020) menyatakan bahwa periode
mampu mendeteksi kondisi kesehatan pasien sedini mungkin. CDC (2020) menyatakan
inkubasi virus SARS-CoV-2 adalah rerata 5-6 hari dalam kurun waktu 1-14 hari, terhitung mulai
memahami periode inkubasi virus SARS-CoV-2 dan gejala klinis infeksi COVID-19 agar mampu
bahwa periode inkubasi virus SARS-CoV-2 adalah rerata 5-6 hari dalam kurun waktu 1-14
mendeteksi kondisi kesehatan pasien sedini mungkin. CDC (2020) menyatakan bahwa periode
hari, terhitung mulai terpapar virus hingga timbul gejala klinis infeksi COVID-19. 18 Pada
inkubasi virus SARS-CoV-2 adalah rerata 5-6 hari dalam kurun waktu 1-14 hari, terhitung mulai
beberapa kasus, dilaporkan adanya penularan virus SARS-CoV-2 dari seseorang yang
terinfeksi namun belum menunjukkan gejala (presimtomatik) kepada orang lain 18 yang
sehat dikarenakan tingginya konsentrasi virus pada sekret saluran pernafasan. Selain itu
dilaporkan juga bahwa seseorang asimtomatik dan simtomatik COVID-19, memiliki viral
load yang serupa sehingga keduanya sangat berpotensi untuk menularkan virus SARS-
CoV-2.
Demam, batuk dan fatigue/kelelahan merupakan gejala yang paling umum terjadi pada
orang yang terinfeksi COVID-19. Gejala penyerta lainnya adalah nyeri kepala, diare, hidung
tersumbat, hilang penciuman dan pembauan, nyeri abdominal, mual muntah, nyeri dada,
pilek (rhinorrhoea) nyeri tenggorakan (pharyngalgia) atau ruam kulit. Kurang lebih 90%
pasien COVID-19, menunjukkan lebih dari satu gejala klinis utama dan penyerta (merujuk
pada KMK No. HK.01.07/MENKES/413/20).
Gambar 2.3. Ilustrasi Gejala Klinis Infeksi COVID-1919
Gambar 2.3. Ilustrasi Gejala Klinis Infeksi COVID-1919
Rongga mulut merupakan salah satu reservoir berbagai mikroorganisme patogen dan dapat
Rongga mulut merupakan salah satu reservoir berbagai mikroorganisme patogen dan
memperlihatkan manifestasi oral berbagai penyakit.20 Reseptor ACE2 yang terdapat di sel epitel
dapat memperlihatkan manifestasi oral berbagai penyakit.20 Reseptor ACE2 yang terdapat
kelenjar saliva dan lidah merupakan reseptor utama virus SARS-CoV-2, dimana ekspresi ACE2
di sel epitel kelenjar saliva dan lidah merupakan reseptor utama virus SARS-CoV-2, dimana
ekspresi ACE2 pada kelenjar saliva minor lebih tinggi dibandingkan pada
pada kelenjar saliva minor lebih tinggi dibandingkan pada organ paru. organ paru.21,22
21, 22 Akan tetapi hingga
Akan tetapi hingga saat ini, keberadaan lesi di rongga mulut belum dapat dipastikan
saat ini, keberadaan lesi di rongga mulut belum dapat dipastikan sebagai indikator awal gejala
sebagai indikator awal gejala klinis infeksi COVID-19.23 Kajian lebih lanjut masih sangat
klinis infeksi COVID-19.23 Kajian lebih lanjut masih sangat diperlukan untuk memastikan apakah
diperlukan untuk memastikan apakah lesi pada rongga mulut pasien diakibatkan oleh
lesi pada rongga mulut pasien diakibatkan oleh infeksi virus SARS-CoV-2 (direct viral infection)
infeksi virus SARS-CoV-2 (direct viral infection) atau akibat dari memburuknya kondisi
atau akibat dari memburuknya kondisi sistemik pasien (infeksi oportunistik), ataukah sebagai
sistemik pasien (infeksi oportunistik), ataukah sebagai efek samping pengobatan infeksi
COVID-19.24 Dokter gigi tetap harus mewaspadai
efek samping pengobatan infeksi COVID-19. keberadaan lesi di rongga mulut dan
24 Dokter gigi tetap harus mewaspadai keberadaan
Gambaran lesi enanthem pada mukosa labial dan palatal yang disertai
deskuamasi gingiva pada pasien terkonfirmasi positif COVID-19
ITPH juga terjadi karena risiko pekerjaan, khususnya pada tenaga kesehatan gigi dan
mulut yang melaksanakan proses pelayanan kesehatan di FKTP. Tindakan medis/invasif
sederhana yang dilakukan kepada pasien, berisiko menimbulkan infeksi apabila standar
prosedur pelayanan kesehatan diabaikan. Berbagai permasalahan yang timbul selama
masa pandemi COVID-19, antara lain:27, 28
1. Meningkatnya jumlah dokter gigi yang terpapar virus SARS-CoV-2, akibat penggunaan
alat pelindung diri (APD) tidak sesuai standar dan ketersediaan infrastruktur yang
kurang memadai.
2. Meningkatnya potensi transmisi nosokomial virus SARS-CoV-2 terhadap dokter gigi,
pasien dan petugas lainnya saat pelayanan berlangsung.
3. Menurunnya status kesehatan gigi dan mulut masyarakat karena meningkatnya
insidens penyakit/kelainan gigi dan mulut yang tidak dirawat.
4. FKTP hanya memberikan pelayanan untuk kasus emergensi sehingga permasalahan
kesehatan gigi dan mulut pasien tidak tertangani, menyebabkan produktifitas pasien
menurun dan pasien tidak mampu bekerja secara optimal.
5. Menurunnya produktifitas sumber daya dan kemampuan pembiayaan fasilitas
kesehatan karena membatasi pelayanan yang diberikan.
6. Memicu timbulnya permasalahan finansial akibat penurunan produktifitas kerja
tenaga kesehatan gigi dan mulut.
7. Memicu timbulnya masalah kesehatan mental tenaga kesehatan gigi dan mulut
seperti ansietas atau cemas berlebih dll.
8. Memberikan citra buruk bagi fasilitas pelayanan kesehatan bahkan kerugian materiil
akibat ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan yang tidak optimal yang disertai
penuntutan ke ranah hukum .
INOCOVID
K1
#1
K2
Keterangan:
1 Nomer Indeks kasus konfirmasi misal INOCOVID#1
2 Nomer Identifikasi kontakmisalnya K1 merujuk pada kontak nomer 1
3 Kategori kontak: kontak rumah tangga, rumah sakit, puskesmas, klinik, rekan kerja, sosial (di restoran misalnya),
sekolah, satu kendaraan
4 Jika menggunakan APD terutama kategori kontak fasilitas layanan kesehatan (rumah sakit, IGD, puskesmas, klinik):
masker, bedah, sarung tangan, masker N95, dll
5 Perkiraan lama kontak misalnya 5 menit, 1 jam dsb
** Tambahan informasi: Nomor indeks kasus konfirmasi adalah nomor pasien terkonfirmasi positif COVID-19 melalui RT-
Antigen atau RT-PCR (INOCOVID); K1 atau K2 dan seterusnya adalah kode orang dengan riwayat berkontak dengan
pasien positif COVID-19 (INOCOVID); APD yang dipakai adalah yang digunakaan oleh K1 atau K2 dan seterusnya saat
berkontak dengan INOCOVID.
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) terutama pada masa adaptasi kebiasaan baru
merupakan salah satu upaya mitigasi klinis untuk memutus mata rantai penularan virus SARS-
CoV-2, melindungi dan meminimalkan terjadinya infeksi COVID-19 ataupun ITPH pada tenaga
kesehatan, pasien/pengunjung yang menerima pelayanan kesehatan, serta masyarakat di
sekitarnya. Profesi dokter gigi dinilai berisiko tinggi untuk terinfeksi dan dapat menjadi agen
transmisi silang (cross infection) mikroorganisme patogen kepada pasien, terapis gigi dan mulut
(TGM), teknisi laboratorium teknik kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya, terutama saat
melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Oleh karena itu, PPI wajib dilaksanakan
secara rutin dan berkesinambungan di setiap FKTP yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
gigi dan mulut.
Selama masa adaptasi kebiasaan baru, pelayanan kesehatan gigi dan mulut dapat dilakukan
setelah mempertimbangkan secara seksama kondisi pasien dan risiko yang dihadapi baik
oleh pasien maupun tenaga kesehatan gigi dan mulut, menyesuaikan dengan ketersediaan
alat pelindung diri (APD) dan sarana penunjang PPI lainnya serta tingkat penyebaran infeksi
COVID-19 di komunitas setempat.29 Apabila terdapat keterbatasan pemenuhan APD dan
sarana prasarana di FKTP, maka pelayanan kesehatan gigi dan mulut diprioritaskan hanya
untuk pasien kasus emergensi dan urgen (khusus tindakan non-aerosol/invasif minimal).16
Tabel 3.1. Kerangka Kerja PPI Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut di Masa Adaptasi Kebiasaan Baru16, 29, 30
6 Pendidikan dan Pelatihan PPI untuk Tenaga Kesehatan Gigi dan Mulut
FKTP harus membuat tahapan perencanaan dan aksi dalam penyelenggaraan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut selama masa pandemi dan adaptasi kebiasaan baru, mengingat
tindakan yang dilakukan berpotensi menghasilkan bioaerosol dan kemungkinan terjadi kontak
erat dengan pasien.
TATA
KELOLA
PASIEN DAN RUANGAN, PENAPISAN/SKRINING
PEMBERSIHAN LINGKUNGAN
PENYEDIAAN SARANA KEDUA PASIEN, PROSEDUR
TELEDENTISTRY, PENAPISAN/ KERJA, DESINFEKSI,
PRASARANA PPI, MANAJEMEN DAN PERSIAPAN PASIEN SEBELUM
SKRINING PERTAMA PASIEN, STERILISASI, TELEDENTISTRY
PELATIHAN PPI UNTUK TENAGA DILAKUKAN TINDAKAN, FOUR-
PENGELOLAAN PENJADWALAN UNTUK FOLLOW UP KONDISI
KESEHATAN, SISTEMATIKA ALUR HANDED DENTISTRY, PENERAPAN
KUNJUNGAN PASIEN KE FKTP PASIEN, MONITORING KESEHATAN
KERJA DI FKTP, MONITORING KEWASPADAAN ISOLASI
TENAGA KESEHATAN
KESEHATAN TENAGA (STANDAR DAN TRANSMISI)
KESEHATAN
Gambar 3.1. Skema Perencanaan dan Aksi Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
di Masa Adaptasi Baru
Gambar 3.2. Elemen Utama dari Prinsip Ventilasi yang mempengaruhi
Gambar 3.2. Elemen Utama dari Prinsip Ventilasi yang mempengaruhi Transmisi Airborne 7
Transmisi Airborne79
Untuk memenuhi konsep pengaturan aliran udara tersebut maka terdapat 3 (tiga) model sistem
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
ventilasi yang dapat digunakan yaitu:
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 13
Untuk memenuhi konsep pengaturan aliran udara tersebut maka terdapat 3 (tiga)
model sistem ventilasi yang dapat digunakan yaitu:
1. Ventilasi alami (natural ventilation)
Pengaliran udara bergantung pada kekuatan tekanan angin, kemampuan udara
untuk terapung (buoyancy) dan desain ventilasi bangunan (posisi bukaan
jendela, pintu, kisi-kisi).
2. Ventilasi mekanik (mechanical ventilation)
Pengaliran udara bergantung pada penggunaan alat mekanik (misalnya kipas
angin, exhaust fan) yang diletakkan pada dinding ruangan atau di dekat jendela
atau pada instalasi saluran udara dalam ruangan (ducting supply), sangat tidak
disarankan untuk menggunakan kipas angin yang dipasang pada langit-langit
(ceiling fan).
3. Ventilasi campuran (mixed-mode/hybrid ventilation)
Untuk meningkatkan kuantitas ventilasi khususnya pada ruangan yang berpotensi
terjadi transmisi infeksi secara airborne, pengaliran udara bergantung pada
ventilasi alami yang dikombinasikan dengan ventilasi mekanik (misalnya, kipas
angin/exhaust fan).
Gambar 3.3. Ilustrasi Sistem Ventilasi Bangunan; (1) Alami Satu sisi, (2) Alami Silang,
(3) Mekanik Silang (4) Campuran (Hybrid atau Mixed-mode)
VR (L/dtk) = k x kecepatan angin (m/dtk) x luas area bukaan terkecil (m²) x 1000 (L/m³)
Contoh :
Luas jendela terbuka : tinggi 1 m x Lebar 1 m = 1 m²
Kecepatan udara melalui jendela : 1 m/detik
Volume ruangan : panjang x lebar x tinggi = 5 x 4 x 3 m = 60m³
Maka nilai ACH-nya adalah 1 m² x 1 m/detik x 3600 detik/jam = 60 ACH
60 m³
Gambar 3.5. Simulasi Rumus Perhitungan Pertukaran Udara per jam (ACH);
(kiri) menggunakan rumus; (kanan) alat digital anemometer
Area ACH
ruang tindakan yang tertutup (aerosol) 12
ruang tindakan bedah mulut 15
ruang tindakan non aerosol 8-12
ruang konsultasi 6
ruang untuk dekontaminasi peralatan
10
(desinfeksi dan sterilisasi)
ruang dental lab 6
(CDC, 2020)
Untuk mengurangi jumlah bioaerosol secara efisien, maka HEPA filter harus selalu
digunakan selama tindakan perawatan dan saat jeda waktu antar pasien. HEPA filter
diletakkan pada area yang dekat dengan pasien tetapi tidak dibawah alat pendingin
ruangan (AC) dan tidak berada di antara operator dan pasien. Berikut merupakan
durasi waktu kerja HEPA filter yang dibutuhkan untuk menghilangkan kontaminan
bioaerosol dalam ruangan dengan tingkat ACH tertentu :
Pembuangan udara kotor sebaiknya langsung terhubung dengan area luar gedung
/ruang praktik dokter gigi, tidak diarahkan ke ruang tunggu pasien atau area lalu
lalang orang. Apabila tidak memungkinkan maka udara kotor dapat dihisap dengan
exhaust fan yang bagian hulunya dilengkapi oleh HEPA filter kemudian dialirkan
melalui saluran udara (ducting supply) atau cerobong udara (ducting exhaust) ke
area luar.
Apabila bangunan FKTP dan ruang pelayanan kurang memenuhi standar desain
ventilasi dan kualitas udara yang dihasilkan buruk, maka dapat diterapkan beberapa
hal berikut:
1. Mengatur pergantian udara yang masuk ke dalam ruangan minimal 6x ACH dengan
suhu ruangan 24-26⁰C dan kelembaban relatif 40-60%, untuk mengoptimalkan
proses dilusi/pengenceran udara dari kontaminan.
2. Mengelola pergerakan aliran udara antar ruangan dengan cara memasang
tirai pembatas atau dinding pemisah portabel agar aliran udara kotor dapat
diarahkan menuju exhaust fan atau bukaan jendela (mengacu pada prinsip
vertical laminar).
3. Melakukan penyaringan atau filtrasi udara yang masuk menggunakan HEPA
filter yang mampu memfiltrasi hingga 99% partikel berukuran 0,3 μm.
4. Menjaga suhu dan kelembaban ruangan untuk mempengaruhi atau menghambat
pertumbuhan bakteri dan inaktivasi virus.
5. Menggunakan lampu UV-C dan atau alat ozone generator untuk membantu
menginaktivasi virus SARS-CoV-2 dengan cara menempatkan lampu UV-C di area
atas ruang praktik pada ketinggian + 2 m. Studi menunjukkan bahwa inaktivasi
virus SARS-CoV-2 dapat menggunakan lampu UV-C dengan panjang gelombang
254nm (dosis 40 mJ/cm² ) selama 15 menit pada jarak paparan 3 cm pada
Gambar 3.10.Pengaturan Zona dalam Ruang Pelepasan (doffing) APD
Gambar 3.10. Pengaturan Zona dalam Ruang Pelepasan (doffing) APD
Gambar 3.10.Pengaturan Zona dalam Ruang Pelepasan (doffing) APD
(warna: merah=infeksius; kuning=kehati-hatian; hijau=bersih) 31, 80, 81
(warna: merah=infeksius; kuning=kehati-hatian; hijau=bersih)
(warna: merah=infeksius; kuning=kehati-hatian; hijau=bersih) 31, 80, 81
31, 80, 81
Gambar 3.11. Zona pelepasan APD dalam Ruang Pelepasan (doffing) APD
Gambar 3.11. Zona pelepasan APD dalam Ruang Pelepasan (doffing) APD 31, 80
Gambar 3.11. Zona pelepasan APD dalam Ruang Pelepasan (doffing) APD31, 80 31, 80
3.2. TAHAP SEBELUM KUNJUNGAN PASIEN
3.2. TAHAP SEBELUM KUNJUNGAN
.2. TAHAP SEBELUM KUNJUNGAN PASIEN PASIEN
A. Deteksi dan Penapisan (Skrining) Pasien Pra-Kunjungan
A. Deteksi dan Penapisan (Skrining) Pasien Pra-Kunjungan
. Deteksi dan Penapisan (Skrining) Pasien Pra-Kunjungan
Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam bidang ilmu kedokteran
gigi (teledentistry)
Pemanfaatan merupakan alternatif solusi inovatifdalam
di saatbidang
masa adaptasi
Pemanfaatan teknologi teknologi
informasi informasi dan komunikasi
dan komunikasi dalam bidang ilmu ilmu kedokteran
kedokteran gigi
kebiasaan baru untuk kelangsungan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di
(teledentistry) merupakan alternatif solusi inovatif di saat masa adaptasi kebiasaan baru
eledentistry) merupakan alternatif solusi inovatif di saat masa adaptasi kebiasaan baru untuk
FKTP. Teledentistry mampu meminimalkan risiko penularan infeksi COVID-19
kelangsungan pelayanan kesgilut di FKTP. Teledentistry mampu meminimalkan risiko penu
dan membantu pasien/masyarakat untuk tetap mendapatkan akses pelayanan
elangsungan pelayanan kesgilut di FKTP. Teledentistry mampu meminimalkan risiko penularan
kesehatan gigi dan mulut secara jarak jauh.30, 36, 37
infeksi COVID-19 dan membantu pasien/masyarakat untuk tetap mendapatkan akses pelay
nfeksi COVID-19 dan membantu pasien/masyarakat untuk tetap mendapatkan akses pelayanan
kesgilut secara jarak jauh.30, 36, 37 Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
23
esgilut secara jarak jauh.30, 36, 37 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
Gambar 3.12. Contoh Media Teledentistry (sehatpedia, Kemenkes)
Gambar 3.12. Contoh Media Teledentistry (sehatpedia, Kemenkes)
Berikut ini merupakan skema alur pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang dapat
Berikut ini merupakan skema alur pelayanan kesgilut yang dapat diimplementasikan pada FKTP
diimplementasikan pada FKTP (gambar 3.13):
(gambar 3.13):
Pasien
membutuhkan
Pelayanan Kesgilut
Gambar 3.13. Skema Alur Pelayanan Kesgilut di Masa Adaptasi Baru34, 35
Gambar 3.13. Skema Alur Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Masa Adaptasi Baru34, 35
Gambar 3.14. Skema Alur Seleksi Prioritas Kebutuhan Perawatan Pasien42 42
Gambar 3.14. Skema Alur Seleksi Prioritas
Kebutuhan Perawatan Pasien
B. Pengelolaan Penjadwalan Perawatan Pasien
1. Berdasarkan hasil skrining pra-kunjungan (teledentistry), prioritas kebutuhan pasien atas
B. Pengelolaan Penjadwalan Perawatan Pasien
pelayanan kesgilut
1. Berdasarkan hasil ditentukan
skriningdengan mengacu pada
pra-kunjungan kondisi kegawatdaruratan
(teledentistry), dan risiko
prioritas kebutuhan
pasien atas pelayanan kesehatan gigi dan mulut ditentukan dengan mengacu
paparan infeksi COVID-19 (dapat dilihat pada gambar 3.15. dan 3.16). 39, 40
2. Tunda perawatan urgen dan elektif selama kurun waktu 2-3 minggu terutama untuk
pada kondisi kegawatdaruratan dan risiko paparan infeksi COVID-19 (dapat
pasien
dilihatberstatus probabel
pada gambar 3.15.dan
danterkonfirmasi
3.16).39,40 positif COVID-19, apabila ketersediaan
2. sarana
Tundaprasarana
perawatan urgen
kurang dan elektif
mendukung selama
pelayanan. kurun
Untuk waktukembali
memastikan 2-3 minggu
kondisi
terutamapasien
kesehatan untuk pasien
tersebut, maka berstatus probabel
pasien diminta dan
melakukan terkonfirmasisebelum
RT-antigen/RT-PCR positif
COVID-19, apabila ketersediaan sarana prasarana kurang mendukung
dilakukan tindakan (terutama bila tindakan berpotensi menghasilkan aerosol).
pelayanan. Untuk memastikan kembali kondisi kesehatan pasien tersebut,
3. Lakukan pemeriksaan kadar gula darah puasa atau acak pada pasien yang terindikasi
maka pasien diminta melakukan RT-antigen/RT-PCR sebelum dilakukan tindakan
memiliki riwayat diabetes mellitus. Tunda perawatan pasien bila terindikasi riwayat
(terutama bila tindakan berpotensi menghasilkan aerosol).
diabetes mellitus tidak terkontrol, hasil tes kadar gula darah puasa ≥ 240 mg/dl (13.3
3. mmol/l) atau kadar gula darah acak ≥234 mg/dl (13 mmol/l). Oleh karena peningkatan
Lakukan pemeriksaan kadar gula darah puasa atau acak pada pasien yang
terindikasi memiliki riwayat diabetes mellitus. Tunda perawatan pasien
bila terindikasi riwayat diabetes mellitus tidak terkontrol, hasil tes kadar 39
b. 4.
diberikan jadwal (hari dan jam) khusus untuk penanganan pasien tersebut
Jika pasien berstatus probabel atau positif COVID-19 sangat membutuhkan perawatan
yang tidak berdekatan dengan jadwal pasien lainnya.
(termasuk kategori tindakan emergensi atau urgen), upaya alternatif yang dilakukan
c. ditempatkan pada nomor antrian paling terakhir di hari penjadwalannya.
untuk mengurangi risiko transmisi virus SARS-CoV-2:
d. mengurangi durasi perawatan dan memberikan interval waktu yang lebih
a. dijadwalkan pada hari ke-14 atau lebih (terutama untuk kasus urgen tindakan aerosol).
panjang untuk
b. diberikan pertemuan
jadwal (hari dan berikutnya.
jam) khusus untuk penanganan pasien tersebut yang tidak
e. wajib menerapkan PPI melalui kewaspadaan isolasi (kewaspadaan standar
berdekatan dengan jadwal pasien lainnya.
danc. transmisi).
ditempatkan pada nomor antrian paling terakhir di hari penjadwalannya.
d. mengurangi durasi perawatan dan memberikan interval waktu yang lebih panjang untuk
5. Penjadwalan pasien dengan kondisi kesehatan yang rentan (misalnya.
pertemuan berikutnya.
pasien geriatri usia di atas 60 tahun atau memiliki riwayat penyakit kronis/
e. wajib menerapkan PPI melalui kewaspadaan isolasi (kewaspadaan standar dan transmisi).
imunokompromais), adalah:43, 44
5. Penjadwalan pasien dengan kondisi kesehatan yang rentan (misalnya. pasien geriatri usia di
a. dijadwalkan sebagai pasien pertama yang dirawat pada minggu/hari
atas 60 tahun atau memiliki riwayat penyakit kronis/imunokompromais), adalah:43, 44
penjadwalannya.
a. dijadwalkan sebagai pasien pertama yang dirawat pada minggu/hari penjadwalannya.
b. dijadwalkan sebagai pasien pertama yang dirawat setelah jam ishoma.
b. dijadwalkan sebagai pasien pertama yang dirawat setelah jam ishoma.
c. diberikan jadwal (hari dan jam) khusus yang terpisah dengan pasien lainnya.
c. diberikan jadwal (hari dan jam) khusus yang terpisah dengan pasien lainnya.
6. Penjadwalan pasien yang direncanakan akan dilakukan perawatan dengan durasi
6. Penjadwalan pasien yang direncanakan akan dilakukan perawatan dengan durasi waktu
waktu panjang dan berpotensi menghasilkan aerosol, adalah:
panjang dan berpotensi menghasilkan aerosol, adalah:
a. memberikan jadwal (hari dan jam) khusus untuk penanganan pasien
a. memberikan jadwal (hari dan jam) khusus untuk penanganan pasien tersebut yang tidak
tersebut yang tidak berdekatan atau terpisah dengan jadwal pasien lainnya.
berdekatan atau terpisah dengan jadwal pasien lainnya.
b. dijadwalkan sebagai pasien terakhir yang dirawat pada hari penjadwalannya.
b. dijadwalkan sebagai pasien terakhir yang dirawat pada hari penjadwalannya.
Gambar 3.17. Contoh Skema Alur Seleksi Prioritas Kebutuhan Perawatan Pasien40
Gambar 3.15. Contoh Skema Alur Seleksi Prioritas Kebutuhan Perawatan Pasien40
40
Gambar 3.16. Kategori Tindakan Perawatan Kedokteran Gigi
Gambar 3.16. Kategori Tindakan Perawatan Kedokteran Gigi Berdasarkan Kegawatdaruratan42
Berdasarkan Kegawatdaruratan42
7. Penjadwalan dan pengelolaan pasien anak-anak mengikuti ketentuan dan alur skrining sesuai
prioritas kebutuhan perawatannya (mengacu pada gambar 3.15.dan 3.16).45, 46 Lakukan KIE
kepada orang tua/wali pasien anak-anak mengenai upaya preventif kebersihan rongga mulut
7. Penjadwalan dan pengelolaan pasien anak-anak mengikuti ketentuan dan
yang dapat dilakukan di rumah.
alur skrining sesuai prioritas kebutuhan perawatannya (mengacu pada
8. Lakukan konfirmasi penjadwalan pasien terlebih dahulu dengan memperhitungkan waktu
gambar 3.15.dan 3.16).45,46 Lakukan KIE kepada orang tua/wali pasien
jeda antarpasien, sesuai tindakan yang akan dilakukan untuk memberi kesempatan terjadi
anak-anak mengenai upaya preventif kebersihan rongga mulut yang dapat
pertukaran udara dalam ruangan.
dilakukan di rumah.
8. Lakukan konfirmasi penjadwalan pasien terlebih dahulu dengan
memperhitungkan waktu jeda antarpasien, sesuai tindakan yang akan
dilakukan untuk memberi kesempatan terjadi pertukaran udara dalam
ruangan.
41
*Jika ventilasi tidak baik (1-2 ACH) maka harus menggunakan HVE. Jika tidak memungkinkan, berikan jeda
* Jika60 menit ke pasien berikutnya atau lakukan prosedur alternatif dengan menggunakan low speed handpiece
ventilasi tidak baik (1-2 ACH) maka harus menggunakan HVE. Jika tidak memungkinkan,
atau skeling manual.
berikan jeda 60 menit ke pasien berikutnya atau lakukan prosedur alternatif dengan
Gambar 3.17. Skema Alur Penentuan Jeda Waktu Antarpasien- Tindakan Aerosol Risiko Tinggi47
menggunakan
low speed handpiece atau skeling manual.
3.3. TAHAP SAAT KUNJUNGAN PASIEN
Gambar 3.17. Skema Alur Penentuan Jeda Waktu Antarpasien-
A. Deteksi dan Penapisan (Skrining) Pasien Saat Kunjungan
1.
Tindakan Aerosol Risiko Tinggi47
Deteksi dan penapisan (skrining) pasien kembali dilakukan saat pasien berkunjung di FKTP
berupa pengukuran suhu tubuh (< 37,3°C) dan pengisian formulir potensi risiko COVID-19
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pelayanan
untuk menentukan pasien yang diperbolehkan masuk dan mendapatkan
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 29
kesehatan gigi dan mulut.
2. Deteksi dan penapisan (skrining) pasien juga dilakukan selama pasien berada di ruang
3.3. TAHAP SAAT KUNJUNGAN PASIEN
A. Deteksi dan Penapisan (Skrining) Pasien Saat Kunjungan
1. Deteksi dan penapisan (skrining) pasien kembali dilakukan saat pasien
berkunjung di FKTP berupa pengukuran suhu tubuh (< 37,3⁰C) dan pengisian
formulir potensi risiko COVID-19 untuk menentukan pasien yang diperbolehkan
masuk dan mendapatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
2. Deteksi dan penapisan (skrining) pasien juga dilakukan selama pasien berada
di ruang pelayanan kesehatan gigi dan mulut menggunakan termometer
suhu badan. Bila pasien menunjukkan gejala peningkatan suhu tubuh selama
perawatan berlangsung maka:
a. Hentikan perawatan pada pasien suspek/probabel COVID-19 untuk kasus
non-emergensi (urgen dan elektif).
b. Untuk kasus emergensi, lakukan penatalaksanaan terapi kedokteran gigi
sesuai dengan ketentuan.
Gambar 3.18 Skema Alur Penapisan (Skrining Kedua) Kunjungan Pasien di FKTP2
Kewaspadaan Isolasi terbagi menjadi 2 (dua) lapis yaitu (1) Kewaspadaan Standar
(standard precautions) dan (2) Kewaspadaan Transmisi (transmission based-
precautions)
3
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Pengendalian Lingkungan
2
1 Kewaspadaan Transmisi Kontak
7 Pengelolaan Linen
Gambar 3.20. Lima Momen Kebersihan Tangan
56
56
Gambar 3.20. Lima Momen Kebersihan Tangan
6) Gunakan kertas tisu atau handuk kecil sekali pakai untuk pengering tangan. Penggunaa
6) Gunakan kertas tisu atau handuk kecil sekali pakai untuk pengering
pengering tangan (jet/warm air dryer) tidak disarankan karena berpotensi menyebar
tangan. Penggunaan mesin pengering tangan (jet/warm air dryer) tidak
meningkatkan jumlah mikroorganisme patogen. Sediakan tempat sampah tertutu
disarankan karena berpotensi menyebarkan dan meningkatkan jumlah
pembukaan tutupnya dioperasikan
mikroorganisme patogen. dengan
Sediakankaki, sebagai
tempat wadah
sampah handuk
tertutup yangbekas pak
pembukaan tutupnya dioperasikan dengan kaki, sebagai wadah handuk
tempat sampah non-infeksius untuk menampung tisu bekas pakai.
bekas pakai atau tempat sampah non-infeksius untuk menampung tisu
7) ABHR 70% digunakan bila tangan tidak terlihat kotor, tidak terkontaminasi dan
bekas pakai.
pasokan 7) ABHR
air mengalir
70%sulit untuk dijangkau
digunakan bila tangan(misalkan sedang
tidak terlihat berada
kotor, di dalam
tidak
ambulans, melakukan kegiatan
terkontaminasi imunisasi
dan ketika pasokandan
air skrining kesehatan
mengalir sulit di luar gedung
untuk dijangkau
(misalkan sedang berada di dalam mobil ambulans, melakukan kegiatan
kondisi pasokan air terputus).
imunisasi dan skrining kesehatan di luar gedung FKTP, kondisi pasokan
air terputus).
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 33
Gambar 3.21. Akses Sarana Kebersihan Tangan11, 16
kondisi pasokan air terputus).
Gambar 3.21. Akses Sarana Kebersihan Tangan
Gambar 3.21. Akses Sarana Kebersihan Tangan11, 16 11, 16
b. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
b. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Saat melakukan prosedur pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada pasien,
bagian tubuh (kulit, hidung, mata, wajah) dan baju kerja yang digunakan
Saat melakukan prosedur pelayanan kesgilut pada pasien, bagian tubuh (kulit, hidung, mata
oleh tenaga kesehatan serta pasien akan rentan terpapar percikan dan
wajah) dan baju kerja yang digunakan oleh tenaga kesehatan serta pasien akan rentan terpapa
terkontaminasi oleh patogen nosokomial yang dapat menjadi sumber
percikan infeksi transmisi silang.
dan terkontaminasi APD
oleh berperan
patogen sebagai penghalang
nosokomial yang dapat paparan
menjadi bahan
sumber infeks
infeksius dan kontaminan dari darah, cairan tubuh, atau sekresi saluran
transmisi silang. APD berperan sebagai penghalang paparan bahan infeksius dan kontaminan
pernapasan pasien kepada petugas kesehatan. Prinsip-prinsip yang perlu
dari darah, cairan tubuh, atau sekresi saluran pernapasan pasien kepada petugas kesehatan
diperhatikan dalam tata laksana manajemen penggunaan APD : 57
1) Tenaga kesehatan memahami tata cara pemakaian (donning) dan
pelepasan (doffing) APD, karena kesalahan saat melakukan prosedur
tersebut akan meningkatkan risiko kontaminasi. 4
2) Pemilihan APD harus sesuai dengan asesmen tingkat risiko paparan
terhadap darah, cairan tubuh, ekskresi atau sekresi atau kontaminan
lainnya.
3) APD yang digunakan tidak berpotensi menimbulkan bahaya tambahan,
tidak membatasi gerak penggunanya, tidak mudah rusak dan memenuhi
ketentuan standar yang ditetapkan.
4) Hindari kontak langsung antara APD yang terkontaminasi (bekas pakai)
dengan permukaan benda-benda atau baju ganti petugas di lingkungan
fasilitas pelayanan kesehatan.
5) Tidak dibenarkan untuk berbagi APD yang sama antar petugas kesehatan.
6) APD yang berlabel “reusable” (dipakai ulang) harus segera dibersihkan
dan didesinfeksi setelah pemakaian, kemudian pemakaian ulangnya
harus mengikuti aturan pabrik.
7) APD yang digunakan sekali pakai (disposable), harus segera dibuang di
tempat penampungan limbah infeksius.
8) Tenaga kesehatan harus menggunakan APD (minimal kacamata
pelindung mata dan atau pelindung wajah, masker bedah atau masker/
respirator N95) ketika menangani pasien
9) Selalu lakukan langkah-langkah cuci tangan WHO di ke-5 (lima) momen
yang dianjurkan.
Surgical scrub
Gown all-cover dan apron
Gambar 3.22. Rekomendasi APD untuk Tenaga Kesehatan Gigi dan Mulut16, 57
Macam
Contoh
4) 4) Lakukan prosedur dekontaminasi secara rutin pada kacamata pelindung mata (goggles)
Lakukan prosedur dekontaminasi secara rutin pada kacamata pelindung mata (goggles) dan
4) Lakukan prosedur dekontaminasi secara rutin pada kacamata pelindung
pelindung wajah (visor/face shield) khususnya untuk yang reusable sebagai berikut:
pelindung wajah (visor/face shield) khususnya untuk yang reusable sebagai berikut:
mata (goggles) dan pelindung wajah (visor/face shield) khususnya untuk
(1) (1) Bersihkan seluruh permukaan kacamata pelindung dan pelindung wajah (dimulai d
Bersihkan seluruh permukaan kacamata pelindung dan pelindung wajah (dimulai dari
yang reusable sebagai berikut:
(1) Bersihkan
permukaan dalam seluruh permukaan
terlebih dahulu kacamata
berlanjut pelindung danterluar,
pelindung
permukaan dalam terlebih dahulu berlanjut ke ke permukaan
permukaan terluar, termasuk
termasuk ka
karet
wajah (dimulai dari permukaan dalam terlebih dahulu berlanjut
pengikat elastisnya) dengan menggunakan alcohol-based surface disinfectant wipes a
pengikat elastisnya) dengan menggunakan alcohol-based surface disinfectant wipes atau
ke permukaan terluar, termasuk karet pengikat elastisnya) dengan
kertas tisu yang dibasahi oleh alkohol 70%.
menggunakan alcohol-based surface disinfectant wipes atau kertas
kertas tisu yang dibasahi oleh alkohol 70%.
tisu yang dibasahi oleh alkohol 70%.
(2) (2) Bilas
Bilas seluruh
seluruh permukaan
permukaan
(2) Bilas
(dalam
(dalam
seluruh permukaan dan dan terluar)
terluar)
(dalam
menggunakan
dan menggunakan air air
terluar) menggunakan
mengalir
mengalir
air
un
untuk
menghilangkan residu dan kotoran.
mengalir untuk menghilangkan residu dan kotoran.
menghilangkan residu dan kotoran.
(3) Keringkan kacamata pelindung dan pelindung wajah dengan cara
(3) (3) Keringkan
Keringkan kacamata
kacamata pelindung
pelindung dan dan pelindung
pelindung wajah
wajah dengan
dengan cara
cara diangin-angin
diangin-anginkan
diangin-anginkan (letakkan pada meja yang telah didisinfeksi atau
(letakkan
(letakkan pada
pada meja
wadah
meja yang
yang
terbuka
telah
telah
dengan
didisinfeksi
didisinfeksi
posisi
atau
atau
diberdirikan)
wadah
wadah terbuka
ataupun terbuka
dengan
langsung dengan
dilap
po
posisi
diberdirikan) ataupun langsung dilap dengan kain bersih.
dengan kain bersih.
diberdirikan) ataupun langsung dilap dengan kain bersih.
(4) Simpan kacamata pelindung dan pelindung wajah di wadah tertutup
(4) (4) Simpan kacamata pelindung dan pelindung wajah di wadah tertutup untuk melindu
Simpan kacamata pelindung dan pelindung wajah di wadah tertutup untuk melindungi
untuk melindungi dari kontaminasi.
dari kontaminasi.
5) Lakukan pemeriksaan permukaan lensa kacamata dan pelindung
dari kontaminasi.
wajah serta elastisitas tali pengikat di kepala secara rutin. Ganti
5) 5) Lakukan pemeriksaan permukaan lensa kacamata dan pelindung wajah serta elastisitas
Lakukan pemeriksaan permukaan lensa kacamata dan pelindung wajah serta elastisitas tali
dengan yang baru, bila pada permukaannya terdapat guratan/
pengikat di kepala secara rutin. Ganti dengan yang baru, bila pada permukaannya terda
pengikat di kepala secara rutin. Ganti dengan yang baru, bila pada permukaannya terdapat
retakan atau memburam akibat pemakaian berulang; elastisitas tali
pengikat
guratan/retakan atau di kepala berkurang.
memburam akibat pemakaian berulang; elastisitas
guratan/retakan atau memburam akibat pemakaian berulang; elastisitas tali tali pengika
pengikat di
kepala berkurang.
kepala berkurang.
Gambar 3.23. Tata cara memakai (donning) dan melepas (doffing)
Gambar 3.23. Tata cara memakai (donning) dan melepas (doffing) goggles dan face
Gambar 3.23. Tata cara memakai (donning) dan melepas (doffing) go
goggles dan face shields16, 57
Rekomendasi Non-Steril : Tipe EN 455, EN 374 ataupun yang memenuhi tandar ASTM D6319, D3578, D5250, D6977
WHO Steril : EN 455, ASTM D3577, EN ISO 11607
MASKER/RESPIRATORY
MASKER/RESPIRATORY
PROTECTIVE EQUIPMENT PROTECTIVE E
Masker (respiratory protective equipment) berperan penting untuk
Masker (respiratory protective equipment) berperan pe
melindungi saluran pernafasan dari mikroorganisme patogen yang
bertransmisi via droplets ataupun airborne, terutama saat melalukan
pernafasan dari mikroorganisme patogen yang bertransm
tindakan yang menghasilkan aerosol.
terutama saat melalukan tindakan yang menghasilkan aeroso
Tabel 3.10. Kategori Masker dan Perbedaannya60, 61
Masker Bedah (Surgical Mask) Masker Respirator ( Particulate Respirator Mask)
Bentuk &
Fitting moulded atau non-moulded; fitting; longgar cup-shaped; duck bill; cone-shaped; flat-fold fitting; ketat
Performa mampu menyaring >95% bakteri tapi tidak mampu mampu menyaring min. >95% partikel airborne berukuran
Filter menyaring partikel berukuran kecil 300 nm (0,3 mikron), khususnya tipe FFP3
Fit Test Pengguna harus selalu melakukan positive fit test dan memeriksa seal masker di wajah saat inhalasi ekshalasi
Gambar
Penggunaan masker respirator tipe 62
Gambar 3.24. Cara Identifikasi Keaslian Masker N95
Gambar 3.24. Cara Identifikasi Keaslian Masker N95 particulate
dengan
62
Penggunaan
katup masker
ekshalasi respirator tipe
(exhalation valves)particulate
tidak dengandengan
disarankan
Penggunaan
Penggunaan
katup
Penggunaan
Penggunaan masker
ekshalasimasker respirator
respirator
(exhalation
masker
masker respirator
respirator tipe
valves) tipe particulate
particulate
tidak
tipeyang
tipe disarankan
particulate
particulate dengan
dengan dengan
karena
katup didisain
katupekshalasi
ekshalasi dengan
(exhalation
(exhalation katup
valves)
valves) tidak
tidak akan
disarankan terbuka
disarankan saat
karena
katup
katup didisain
ekshalasi
ekshalasi dengan
(exhalation katup
(exhalation yang
valves)
valves) akan
tidak terbuka
disarankan
tidak saat
disarankan
pengguna
karena
karena berekshalasi
didisain
didisaindengan
dengan katupsehingga
katup yang
yang mampu
akan
akan terbuka
terbukamelindungi
saat
saat
transmisi viruskarena pengguna
dari
karena berekshalasi
pengguna
didisain
didisain ke
dengan
dengan sehingga
lingkungan
katup
katup yangmampu
sekitarnya.
yangakan melindungi
terbuka
akan Oleh karena
saat
terbuka itu bila
saattidak
penggunanya
pengguna
pengguna dari
berekshalasi
berekshalasi partikel
sehingga
sehinggavirus
mampu yang
mampu airborne
melindungi
melindungi tetapi
penggunanya
pengguna
pengguna dari partikel
berekshalasi
berekshalasi virus yang
sehingga
sehingga mampu airborne
mampu melindungitetapi tidak
melindungi
menggunakan masker mampu
penggunanya mencegah
jenisdari
penggunanya dari
dari transmisi
ini,partikel
katup
partikel
partikel virus
virus virus
ekshalasi
yang
yang dari
harus
airborne
airborne pengguna
ditutup
tetapi
tetapitidak ke
lebih
tidak dulu
mampu
penggunanya
penggunanya mencegah
dari transmisi
partikel virus
virus
virus dari
yang yang pengguna
airborne
airborne ke tetapi
tetapi tidak tidak
lingkungan
mampu
mampumencegah
lingkungan sekitarnya.
mencegah transmisi
sekitarnya. transmisi
Oleh Oleh
virus karena
virus
karena dari
dari itumenggunakan
pengguna
pengguna
itudari
bila bila kemenggunakan
ke ke
dengan masker mampu
mampu
bedah mencegah
mencegah
dengan transmisi
tetap transmisi virus
mengupayakan dari
virus pengguna
agarpengguna ke
tidak mengganggu
masker
maskerjenis
jenisini,
ini,katup
katup ekshalasi
lingkungan
lingkungan
ekshalasi
lingkungan
lingkungan
harus
sekitarnya.
sekitarnya.
harus
sekitarnya.
sekitarnya.
ditutup
Oleh
Oleh
ditutup
Oleh karena
Oleh karena
lebih
karena
lebih
karena itu
dulu
itu
dulu
itubila
bila
dengan
bila
itu
dengan
menggunakan
menggunakan
masker
menggunakan
bila
masker
menggunakan
bedah dengan
masker
masker jenis
jenis tetap
ini,
ini,
fit dan seal maskernya.
bedah
masker
masker dengan
jenis
jenis ini,
ini, katup
tetap
katup
katup mengupayakan
katup ekshalasi
ekshalasi
mengupayakan
ekshalasi
ekshalasi harus
harus
harus agar
agar
harus tidak
ditutup
ditutup
tidak
ditutup lebihmengganggu
lebih
mengganggu
ditutup lebih dulu
dulu
dulu
lebih dengan
dengan
fit
dengan
dulu dan fit dan
masker
masker
seal
masker
dengan seal
masker
bedah
bedah
maskernya. dengan
dengan
maskernya.
bedah
bedah dengan
dengan tetap
tetap
tetap
tetap mengupayakan
mengupayakanagar
mengupayakan
mengupayakan agar
agar
agartidak
tidak
tidak mengganggu
tidak mengganggu
mengganggu
mengganggu fit
fitfitdan
danfitseal
dan seal seal
seal
dan
maskernya.
maskernya.
maskernya.
maskernya.
Gambar Langkah-Langkah
Gambar
Gambar Langkah-Langkah
Langkah-Langkah
Gambar
Gambar Lakukan CTPSLangkah-Langkah
Langkah-Langkah
dan atau AHBR sebelum pemakaian
Lakukan CTPS dan atau AHBR sebelum pemakaian.
Lakukan CTPS dan atau AHBR sebelum pemakaian.
Gambar
Gambar Langkah-Langkah
Langkah-Langkah
Lakukan CTPS dan atau AHBR sebelum pemakaian.
Lakukan CTPS dan atau AHBR sebelum pemakaian.
Lakukan CTPS dan atau AHBR sebelum pemakaian.
Lakukan CTPS dan atau AHBR sebelum pemakaian.
Letakkan masker tertangkup pada telapak tangan
tangan dengan
Letakkan
Letakkan masker
masker tertangkup
tertangkup pada
pada telapak telapak
tangan dengan dengan
ujung ujung
Letakkan
Letakkan
ujung
Letakkan
Letakkan jari
jari berada
jari masker
masker
masker berada
berada
masker di didi
tertangkup area
tertangkup
area
tertangkup nosepiece
pada
pada
area
tertangkup
pada
telapak
dan
telapak
pada dan
telapak
nosepiece
nosepiece tangan biarkan
tangan
dan
biarkan
telapak
tangan
dengan karet
dengan
biarkan
karet
dengan
tangan karet
dengan
pengikat masker nosepiece
nosepiece
di tergantung bebas.
ujung
ujung jari
jari
berada
berada di di
area
pengikat masker tergantung bebas. area
pengikat masker tergantung bebas. dan
dan biarkan
biarkan karet
karet
ujung
ujung jari
jari
berada
berada area nosepiece
di area nosepiece
dan biarkan
dan biarkan
karet karet
pengikat masker tergantung bebas.
pengikat masker tergantung bebas.
pengikat masker tergantung bebas.
pengikat masker tergantung bebas.
Posisikan Posisikan
Posisikan masker dibawah
masker dagu dengan
dibawah area nosepiece
dagu dengan area nosepiece
Posisikan
Posisikan
berada di atas. masker
masker
masker
berada di atas.
dibawah
dibawah
dibawah dagu dagu
dagu dengan dengan
dengan area
area area nosepiece
nosepiece
nosepiece
Posisikan
Posisikan masker dibawah
masker dagu dagu
dibawah dengan area nosepiece
dengan area nosepiece
berada
berada di atas. di
berada di atas.
berada di atas.
atas.
berada di atas.
Tahan posisi masker N95, lalu tarik karet pengikat bagian
Tahan posisi masker N95, lalu tarik karet pengikat bagian
Tahan
Tahan
posisi masker
melewati
posisi masker
N95,
area laludan
kepala
N95, lalu
tarik
Tahan posisi masker N95, lalu tarik karet pengikat bagian
tarik
karet pengikat
Tahan posisi masker N95, lalu tarik karet pengikat bagian
atas hingga pengikat
diletakkan
Tahan posisi masker N95, lalu tarik karet pengikat bagian karet
bagian
pada bagian
atas hingga melewati area kepala dan diletakkan pada
atas atas
atas hingga
hingga
hingga melewati
melewati
melewati area
bagian belakang kepala yang tertinggi.
atas
atas hingga
hingga melewati
melewati
area
area
kepala
area area
kepala
kepala
kepala
dan dan
dan diletakkan
diletakkan
diletakkan
dan diletakkan
kepala
pada
pada
pada
dan diletakkan
padapada
bagian belakang kepala yang tertinggi.
bagian belakang kepala
bagian belakang kepala yang tertinggi.
bagian belakang kepala yang tertinggi. yang tertinggi.
Sembari tetap menahan posisi
bagian belakang kepala yang tertinggi.
bagian belakang kepala yang tertinggi.
Sembari tetap menahan
masker
posisi
N95,
masker
tarik karet
N95, tarik karet
Sembari
Sembari tetap
tetap menahan
menahan posisi
posisi masker
masker
pengikat bagian bawah hingga melewati area kepala untuk N95,
N95, tarik
tarik
karet
karet
Sembari
Sembari
Sembari tetap menahan
tetap
tetap menahan
menahan posisi masker
posisi
posisi N95, N95,
masker
masker
pengikat bagian bawah hingga melewati area kepala untuk tarik
N95, karet
tarik
tarik karet
karet
pengikat bagian bawah hingga melewati area kepala untuk
pengikat bagian bawah hingga melewati area kepala untuk
diposisikan pada area leher dibawah telinga.
pengikat bagian bawah hingga melewati area kepala untuk
pengikat bagian bawah hingga melewati area kepala untuk
pengikat bagian bawah hingga melewati area kepala untuk
diposisikan pada area leher dibawah telinga.
diposisikan pada area leher dibawah telinga.
diposisikan pada area leher dibawah telinga.
diposisikan pada area leher dibawah telinga.
diposisikan pada area leher dibawah telinga.
diposisikan pada area leher dibawah telinga.
Kemudian posisikan nosepiece masker N95 pada hidung
Kemudian posisikan nosepiece masker N95 pada hidung
Kemudian posisikan nosepiece masker N95 pada hidung
Kemudian posisikan nosepiece masker N95 pada hidung
Kemudian posisikan nosepiece masker N95 pada hidung
Kemudian posisikan nosepiece masker N95 pada hidung
Gunakan jari-jari pada kedua tangan untuk menekan area di
Kemudian posisikan nosepiece masker N95 pada hidung
sisi nosepiece mengikuti bentuk hidung dengan
kedua Gunakan jari-jari pada kedua tangan untuk menekan area di
Gunakan jari-jari pada kedua tangan untuk menekan area di
Gunakan jari-jaripada kedua tangan untuk menekan area
Gunakan jari-jari pada kedua tangan untuk menekan area di
Gunakan jari-jari pada kedua tangan untuk menekan area di
Gunakan jari-jari pada kedua tangan untuk menekan area di
kedua
kedua
gerakan ke atas - ke bawah.
di kedua
kedua
kedua sisinosepiece
sisi
sisi
sisi
sisi
nosepiece mengikuti
nosepiece mengikuti
mengikuti
Gunakan jari-jari pada kedua tangan untuk menekan area di
nosepiece
nosepiece mengikuti
mengikuti
bentuk
bentuk
bentuk hidung
hidung
hidung
bentuk
bentuk
dengan
dengan
dengan
kedua sisi nosepiece
gerakan ke atas - ke bawah.
gerakan ke atas - ke bawah.
gerakan ke atas - mengikuti
ke bawah. bentuk hidung hidung
dengan dengan
kedua sisi nosepiece mengikuti bentuk hidung
gerakan ke atas - ke bawah.
gerakan ke atas - ke bawah.
gerakan ke atas - ke bawah.
dibenarkan 52 dengan
Tidak menjepit area nosepiece menggunakan 5252
gerakan ke atas - ke bawah.
Tidak Tidak
Tidak dibenarkan
dibenarkan
dibenarkan menjepit
menjepit
menjepit area
area
area nosepiece
nosepiece
nosepiece 52
menggunakan
menggunakan
menggunakan 52
52
hanya satu tangan karena mempengaruhi fitting masker dan
Gunakan jari-jari pada kedua tangan untuk menekan area di
Tidak
Tidak Tidak dibenarkan
dibenarkan
dibenarkan menjepit menjepit
menjepit
area nosepiece
area nosepiece
nosepiece
area menggunakan
menggunakan
hanya satu tangan karena mempengaruhi
hanya satu tangan karena mempengaruhi fitting masker dan
hanya satu tangan karena mempengaruhi fitting masker dan
Gunakan jari-jari pada kedua tangan untuk menekan area di
nosepiece fitting masker
kedua
Tidak sisi
menurunkan efektivitasnya. dibenarkan mengikuti
menjepit area bentuk
hanya satu tangan karena mempengaruhi fitting masker dan
kedua dan menurunkan
sisi nosepiece
menurunkan efektivitasnya. efektivitasnya.
hanya satu tangan karena mempengaruhi fitting masker dan
menurunkan efektivitasnya. mengikuti bentuk
hidung
nosepiece
hanya satu tangan karena mempengaruhi fitting masker dan
hidung
dengan
menggunakan
dengan
Selalu gerakan ke atas - ke bawah.
menurunkan efektivitasnya.
lakukan fit check
hanya satu tangan karena mempengaruhi fitting masker dan
menurunkan efektivitasnya. sebelum merawat pasien, dengan
menurunkan efektivitasnya.
gerakan ke atas - ke bawah.
Selalu
Selalu lakukan
lakukan fit
fit
check
check sebelum
sebelum merawat
merawat pasien,
pasien, dengan
dengan
menurunkan efektivitasnya.
Selalu lakukan fit check
fit check sebelum
check sebelum merawat pasien, dengan
Selalu
Selalu
Tidak
Selalu
lakukan lakukan
cara menangkupkan kedua telapak tangan hingga menutupi
fit check
lakukan fit sebelum sebelum
merawat
cara menangkupkan kedua telapak tangan hingga menutupi
dibenarkan menjepit telapak
area
merawat
pasien,
merawat
cara menangkupkan kedua telapak tangan hingga menutupi
cara menangkupkan kedua nosepiece
tangan
pasien,
pasien,
hingga
menggunakan
dengan
dengan dengan
menutupi
Selalu
Tidak lakukan fit menjepit
dibenarkan check sebelum
cara menangkupkan kedua telapak tangan hingga menutupi
seluruh permukaan masker, hati-hati agar tidak terlampau merawat menggunakan
cara menangkupkan kedua telapak tangan hingga menutupi
area nosepiece
cara menangkupkan kedua telapak tangan hingga menutupi
seluruh permukaan masker, hati-hati agar tidak terlampau
seluruh permukaan masker, hati-hati agar tidak terlampau pasien, dengan
seluruh permukaan masker, hati-hati
hanya satu tangan karena mempengaruhi fitting masker dan
cara menangkupkan kedua telapak tangan hingga menutupi agar tidak terlampau
seluruh permukaan masker, hati-hati agar tidak terlampau
hanya satu tangan karena mempengaruhi fitting masker dan
menekan dan mengubah bentuk dan posisi masker.
seluruh permukaan masker, hati-hati agar tidak terlampau
seluruh permukaan masker, hati-hati agar tidak terlampau
menekan dan mengubah bentuk dan posisi masker.
menekan dan mengubah bentuk dan posisi masker.
menekan dan mengubah bentuk dan posisi masker.
menurunkan efektivitasnya.
seluruh permukaan masker, hati-hati agar tidak terlampau
Selalu menekan dan mengubah bentuk dan posisi masker.
menurunkan efektivitasnya.
menekan dan mengubah bentuk dan posisi masker.
menekan dan mengubah bentuk dan posisi masker.
lakukan fit check sebelum merawat pasien, dengan
menekan dan mengubah bentuk dan posisi masker.
Selalu Lalu
Lalu
Lalu lakukan
lakukan
lakukan
lakukan fit check
ekshalasi
ekshalasi
ekshalasi sebelum merawat pasien,
(menghembuskan
(menghembuskan
(menghembuskan nafas) dengan
secara
nafas)
nafas) secara
secara
Lalu lakukan
Lalu ekshalasi
lakukan (menghembuskan
cara menangkupkan kedua telapak tangan hingga menutupi
ekshalasi (menghembuskan
cara menangkupkan kedua telapak tangan hingga menutupi nafas)
nafas) secara
secara
Lalu
perlahan
lakukan
perlahan
Lalu perlahan dan
lakukan dan
dan keras
ekshalasi keras (Positive
keras
ekshalasi Pressure
(menghembuskan
(Positive
(Positive Fitnafas)
Pressure
(menghembuskan Check)
Pressure Fit dan inhalasi
secara
Fit nafas)
Check)
Check) dan
dan
secara
perlahan Lalu dan
lakukan
perlahan
(menarik keras
dan
nafas) (Positive
ekshalasi
keras
(Negative Pressure
seluruh permukaan masker, hati-hati agar tidak terlampau
(menghembuskan
(Positive
Pressure
seluruh permukaan masker, hati-hati agar tidak terlampau
perlahan dan keras (Positive Pressure Fit Fit
Pressure
Check) Check)
nafas)
Fit
Fit Check) dan dan
secara
Check) dan
menekan dan mengubah bentuk dan posisi masker.
inhalasi (menarik nafas) (Negative Pressure Fit Check)
perlahan dan keras (Positive
Pressure
inhalasi (menarik nafas) (Negative Pressure Fit Check)
inhalasi (menarik nafas) (Negative Pressure Fit Check)
perlahan dan keras (Positive
Pressure Fit
Fit Check)
Check)
dan
dan
menekan dan mengubah bentuk dan posisi masker.
inhalasi (menarik nafas) (Negative Pressure Fit Check)
inhalasi (menarik nafas) (Negative Pressure Fit Check)
inhalasi (menarik nafas) (Negative Pressure Fit Check)
inhalasi (menarik nafas) (Negative Pressure Fit Check)
Lalu
Lalu lakukan
lakukan ekshalasi
ekshalasi (menghembuskan
(menghembuskan nafas) nafas) secara
secara
perlahan
perlahan dan dan keras (Positive Pressure
keras (Positive Pressure Fit Fit Check)
Check) dan dan
inhalasi (menarik nafas) (Negative Pressure Fit Check)
inhalasi (menarik nafas) (Negative Pressure Fit Check)
Positive Pressure Fit Check
Positive Pressure Fit Check
Negative Pressure Fit Check
Negative Pressure Fit Check
Positive Positive Pressure Fit Check
Positive Pressure Fit Check
Pressure Fit Check Negative Pressure Fit Check
Negative Pressure Fit Check
Negative Pressure Fitkebocoran
Check
Positive Pressure Fit Check
Positive Pressure Fit Check
Positive Pressure Fit Check Perbaiki
Perbaiki posisi Negative Pressure Fit Check
Negative Pressure Fit Check
posisi nosepiece,
nosepiece, bila
bila terasa
terasa kebocoran udara udara di di
Perbaiki posisi Negative Pressure Fit Check
nosepiece, bila terasa kebocoran udara di
Perbaiki area posisi
area
Perbaiki nosepiece,
nosepiece
nosepiece
posisi bila
posisinya.
posisinya.
nosepiece, terasa
Perbaiki
Perbaiki
bila kebocoran
terasa posisi
posisi udara
karet
karet
kebocoran di di
pengikat
pengikat
udara di
di
Perbaiki
Perbaiki
area posisi
Perbaiki
area
nosepiece
bagian
bagian
nosepiece,
posisi
posisi
nosepiece nosepiece,
nosepiece,
posisinya.
kepala,
kepala,
bila
posisinya. bila
bila
bila Perbaiki
bila terasa
terasa
terasa
terasakebocoran
terasa
Perbaiki
posisi
ada
ada
kebocoran
kebocoran
posisi
karet
kebocoran
kebocoran karet
pengikat
udara
udara
udara
udara
pengikat
udara di
di
didi di
di
di tepi
tepi
area
area nosepiece
nosepiece posisinya.
posisinya. Perbaiki
Perbaiki posisi
posisi
karet pengikat
karetpengikat
pengikat di
Positive Pressure Fit Check area
Positive Pressure Fit Check bagian nosepiece
area nosepiece
bagian
kepala,
masker.
masker. posisinya.
posisinya.
kepala,
bila bila
terasa Perbaiki
Perbaiki
terasa
ada ada posisi
posisi
Negative Pressure Fit Check
kebocoran
Negative Pressure Fit Check karet
karet
kebocoran
udara pengikat
udara
di tepi di di
di
tepi
di
bagian bagian
bagian kepala,
kepala,
kepala, bila
bila
bila terasa
terasa
terasa ada ada
ada kebocoran
kebocoran
kebocoran udara
udara
udara di tepi
di di tepi
tepi
bagian
masker. kepala,
masker.
Perbaiki
masker. bila
posisi terasa bila
nosepiece, ada terasa
kebocoran kebocoran udara udara di di
tepi
masker.
masker.
masker.
area
Tidak
Tidak dibenarkan
dibenarkan
nosepiece untuk
posisinya. untuk melakukan
melakukan
Perbaiki posisi tindakan
tindakan
karet perawatan
pengikat perawatan
di
dengan masker yang tidak lolos fit check.
Tidak dibenarkan untuk melakukan tindakan perawatan
Tidak bagian dibenarkan
Tidak kepala, untuk
bila
dibenarkan
melakukan
dengan masker yang tidak lolos fit check.
Tidak dibenarkan untuk
terasa
untuk melanjutkan
ada tindakan
kebocoran
melakukan
perawatan
tindakan
udara
tindakan perawatan
di tepi
perawatan
Tidak
Gambar 3.25. Tahapan Pemakaian Masker N95
Gambar 3.25. Tahapan Pemakaian Masker N95 dibenarkan
masker untuk
yang tidakmelakukan
dengan masker yang tidak lolos fit check.
dengan masker yang tidak lolos fit check.
dengan lolos6363 fit
tindakan
check. perawatan
Tidak dibenarkan
masker. untuk melakukan
dengan masker yang tidak lolos fit check.
dengan masker yang tidak lolos fit check. tindakan perawatan
Gambar 3.25. Tahapan Pemakaian Masker N95
Gambar 3.25. Tahapan Pemakaian Masker N95 63 63
dengan masker yang tidak lolos fit check.
Gambar 3.25. Tahapan Pemakaian Masker N95
Gambar 3.25. Tahapan Pemakaian Masker N95 63 63
Gambar
Gambar Gambar 3.25. Tahapan
Tidak dibenarkan Pemakaian untuk Masker 63 N95
melakukan
Langkah-Langkah
Langkah-Langkah
63
tindakan perawatan
Gambar 3.25. Tahapan Pemakaian Masker N95
Gambar Gambar Langkah-Langkah
Langkah-Langkah
dengan masker yang tidak lolos fit check.
Saat melepas masker, dilarang menyentuh permukaan luar
Saat melepas masker, dilarang menyentuh permukaan luar
Gambar
Gambar Gambar 3.25. Tahapan Pemakaian Masker N95 Langkah-Langkah
Langkah-Langkah
Saat melepas masker, dilarang menyentuh permukaan luar
63
Saat melepas masker, dilarang menyentuh permukaan luar
masker karena berpotensi terpapar kontaminan (droplets
masker karena berpotensi terpapar kontaminan (droplets
Gambar Langkah-Langkah
Saat melepas masker, dilarang menyentuh permukaan luar
Saat melepas masker, dilarang menyentuh permukaan luar
masker karena berpotensi terpapar kontaminan (droplets
masker karena berpotensi terpapar kontaminan (droplets
dan aerosol yang mengandun mikroorganisme).
dan aerosol yang mengandun mikroorganisme).
Gambar Langkah-Langkah
masker karena berpotensi terpapar kontaminan (droplets
masker karena berpotensi terpapar kontaminan (droplets
Gambar dan aerosol yang mengandun mikroorganisme).
Saat melepas masker, dilarang menyentuh permukaan luar
dan aerosol yang mengandun mikroorganisme).
Langkah-Langkah
Saat dan aerosol yang mengandun mikroorganisme).
dan aerosol yang mengandun mikroorganisme).
melepas
Pastikan
Pastikan masker,
tangan
tangan dilarang
masker karena berpotensi terpapar kontaminan (droplets
hanya
hanya memegang menyentuh
Saat melepas masker, dilarang menyentuh permukaan luar
memegang bagian
bagian permukaan
tkaret luar
tkaret pengikat
pengikat
di kepala.
Pastikan tangan hanya memegang bagian
masker
Pastikan karena
tangan berpotensi
hanya memegang terpaparbagian
masker karena berpotensi terpapar kontaminan (droplets
dan aerosol yang mengandun mikroorganisme).
di kepala. tkaret tkaret
kontaminan pengikat pengikat
(droplets
Pastikan
Pastikan
danTanpa aerosoltangan
di kepala. tangan hanya
hanya
yang mengandung memegang
memegang bagian tkaret
bagian
mikroorganisme) tkaret pengikat
pengikat
di kepala.
dan aerosol yang mengandun mikroorganisme).
Tanpa memegang
memegang masker,
masker, perlahan
perlahan angkat
angkat dan dan lepaskan
lepaskan
Tanpa di kepala.
di kepala.
Tanpa
memegang
karet
karet memegang
pengikat masker,
pengikat masker,
bagian perlahan
bagian perlahan
bawah
bawah dari angkat
angkat
dari dan
area
area dan
lepaskan
leher
leher lepaskan
hingga
hingga
Pastikan Pastikan
Tanpa
Tanpa tangan
karet tangan hanya
memegang
memegang hanya
pengikat
memegang
memegang
masker,
masker,
bagian perlahan
perlahan
bawah
bagian
bagian
angkat tkaret
karet
angkat
dari area dan pengikat
pengikat
lepaskan
dan
leher lepaskan
hingga
karet Pastikan
Pastikan tangan
pengikat
tangan
melewati kepala.
melewati kepala. hanya
bagian
hanya memegang
bawah
memegang dari bagian
area
bagian tkaret
leher
tkaret pengikat
hingga
pengikat
di kepala.
di kepala
karet
karet pengikat
pengikat
melewati kepala.
di kepala.
melewati kepala. bagian
bagian bawah
bawah dari area
dari area leher
leher hingga
hingga
di kepala.
Tanpa Tanpa
Tanpa memegang
melewati kepala.
melewati kepala.
Tanpa memegang
memegang
memegang masker,
masker,perlahan
masker,
masker, perlahan
perlahan angkat
perlahan angkat dan
angkat
angkat dandan
dan lepaskan
lepaskan
lepaskan
lepaskan
karet Kemudian
Kemudian
pengikat masih
masih dengan
dengan tanpa
tanpa memegang
memegang masker,
masker,
karet
karet
karet pengikat bagian
pengikat
pengikat
Kemudian
bagian
bagian bawah
bagian bawah
masih
bawah
bawah daridari
dari
dari area
areaarea
leher
area leher
leher
hingga
leher hingga
hingga
hingga
Kemudian
melewati
melewati kepala. masih
kepala.
melewati kepala. dengan dengan tanpa tanpa memegang
perlahan angkat dan lepaskan karet pengikat bagian atas di memegang
perlahan angkat dan lepaskan karet pengikat bagian atas di masker, masker,
melewati kepala.
Kemudian masih dengan tanpa memegang
perlahan angkat dan lepaskan karet pengikat bagian atas di masker,
Kemudian
area kepala. masih dengan tanpa memegang masker,
perlahan angkat dan lepaskan karet pengikat bagian atas di
area kepala.
perlahan angkat dan lepaskan karet pengikat bagian atas di
area kepala.
perlahan angkat dan lepaskan karet pengikat bagian atas di
area kepala.
area kepala.
Kemudian masih dengan tanpa
Kemudian area kepala.
Kemudian masih dengan
masih dengan tanpa tanpa memegang
memegang
memegang masker,
masker,
masker,
perlahan angkat dan lepaskan karet pengikat bagian atas di
Buang masker pada wadah penampungan limbah infeksius.
Buang masker pada wadah penampungan limbah infeksius.
perlahan angkat dan lepaskan karet pengikat bagian atas di
perlahan angkat dan lepaskan karet pengikat bagian atas di
Petunjuk Buang masker pada wadah penampungan limbah infeksius.
Buang masker pada wadah penampungan limbah infeksius.
area kepala.
Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
area kepala.
Buang masker pada wadah penampungan limbah infeksius. 41
di Fasilitas Kesehatan area kepala.
Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
Buang masker pada wadah penampungan limbah infeksius.
Kemudian lalukan prosedur CTPS dan atau ABHR 70%
Kemudian lalukan prosedur CTPS dan atau ABHR 70%
Kemudian lalukan prosedur CTPS dan atau ABHR 70%
Kemudian lalukan prosedur CTPS dan atau ABHR 70%
Buang masker pada wadah penampungan limbah infeksius.
Gambar 3.26. Tahapan Pelepasan Masker N95
Gambar 3.26. Tahapan Pelepasan Masker N95
Kemudian lalukan prosedur CTPS dan atau ABHR 70%
6363
Buang masker pada wadah penampungan limbah infeksius.
Tanpa
Pastikan
Pastikan memegang
tangan
tangan hanya masker,
hanya memegang
memegang perlahan
bagian
bagian tkaret angkat
pengikat dan le
tkaret pengikat
di kepala.
di kepala.
karet pengikat bagian bawah dari area leher
Tanpa
Tanpa memegang
memegang masker,
masker, perlahan
perlahan angkat
angkat dan
dan lepaskan
lepaskan
melewati kepala.
karet
karet pengikat
pengikat bagian
bagian bawah
bawah dari
dari area
area leher
leher hingga
hingga
melewati kepala.
melewati kepala.
Gambar Langkah-Langkah
Kemudian masih dengan tanpa memegang m
Kemudian
Kemudian
Kemudian masihmasih
masih
dengandengan
dengan tanpa
tanpa memegang
tanpa memegang memegang
masker, masker,
masker,
perlahan angkat dan lepaskan karet pengikat bagian
perlahan angkat dan lepaskan karet pengikat bagian atas di
perlahan angkat dan lepaskan karet pengikat bagian atas di
perlahan angkat dan lepaskan karet pengikat bagian atas
area kepala.
diarea kepala.
area kepala.
atas kepala.
Buang Buang masker pada wadah penampungan limbah in
Buang masker pada wadah penampungan limbah infeksius.
Buang masker pada wadah penampungan limbah infeksius.
masker pada wadah penampungan limbah
infeksius
Kemudian lalukan prosedur CTPS dan atau ABHR 70%
Kemudian lalukan prosedur CTPS dan atau ABHR 70%
Kemudian lalukan prosedur CTPS dan atau ABHR 7
Kemudian lakukan prosedur CTPS dan atau ABHR 70%
Gambar 3.26. Tahapan Pelepasan Masker N95
Gambar 3.26. Tahapan Pelepasan Masker N95 6363
Gambar 3.26. Tahapan Pelepasan Masker N95 63
Gambar 3.26. Tahapan Pelepasan Masker N9563
Masker respirator tipe particulate disposable (P2/N95) merupakan komponen penting APD dalam
Masker respirator tipe particulate disposable (P2/N95) merupakan komponen penting APD dalam
Masker respirator tipe particulate disposable (P2/N95) merupakan komponen penting APD d
melindungi
melindungi petugas
petugas kesehatan
kesehatan dan
dan idealnya
idealnya tidak
tidak disarankan
disarankan untuk
untuk digunakan
digunakan berulang
berulang kali.
kali.
Masker respirator tipe particulate disposable (P2/N95) merupakan
melindungi petugas kesehatan dan idealnya tidak disarankan untuk digunakan
Namun karena kelangkaan di pasaran, diperlukan suatu strategi manajemen penyediaan masker
Namun karena kelangkaan di pasaran, diperlukan suatu strategi manajemen penyediaan masker berulang
komponen penting APD dalam melindungi petugas kesehatan dan idealnya
Namun karena kelangkaan di pasaran, diperlukan suatu strategi manajemen penyediaan m
selama masa adaptasi kebiasaan baru yaitu :
selama masa adaptasi kebiasaan baru yaitu :
tidak disarankan untuk digunakan 61, 64, 65
berulang kali. Namun karena kelangkaan
61, 64, 65
Gambar 3.27. Ilustrasi Tahapan Penyimpanan Masker N95
Gambar 3.27. Ilustrasi Tahapan Penyimpanan Masker N95
c) Kantong kertas berisi masker N95 diletakkan dalam suhu ruangan (21-23°C) dengan
c) Kantong kertas berisi masker N95 diletakkan dalam suhu ruangan
kelembaban 40% agar viabilitas
(21-23⁰C) dengan virus SARS-CoV-2
kelembaban berkurang
40% agar viabilitassetelah 3-4 hari masa
virus SARS-
penyimpanan.66 CoV-2 berkurang setelah 3-4 hari masa penyimpanan.
66
5
Gambar 3.28. Simulasi Rotasi Masker N95
Gambar 3.28. Simulasi
Rotasi Masker N95
4) Melakukan dekontaminasi masker (reprocessing/decontamination)
4) Melakukan dekontaminasi masker (reprocessing/decontamination)
Upaya dekontaminasi masker N95 harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut:64
Upayadekontaminasi
a) Prosedur dekontaminasidan masker N95N95
reuse masker harus memperhatikan
hanya prinsip-
dilakukan pada kondisi krisis
prinsip berikut:
kelangkaan
64
masker dengan mempertimbangkan rekomendasi pabrik dan tidak
a) Prosedur dekontaminasi dan reuse masker N95 hanya dilakukan
berdampak negatif pada performa efektifitas filtrasi masker.
pada kondisi krisis kelangkaan masker dengan mempertimbangkan
b) Metode dekontaminasi yang dipilih harus mampu menginaktivasi atau menurunkan
rekomendasi pabrik dan tidak berdampak negatif pada performa
viral load SARS-CoV-2 dan mikrorganisme patogen lain yang melekat pada permukaan
efektifitas filtrasi masker.
masker, tetapi tetap dapat mempertahankan fungsi dan kemampuan filtrasi masker,
b) Metode dekontaminasi yang dipilih harus mampu menginaktivasi
tidak mengakibatkan deformasi masker, dan tidak meninggalkan residu bahan kimia
atau menurunkan viral load SARS-CoV-2 dan mikrorganisme
toksik berbahaya.
patogen lain yang melekat pada permukaan masker, tetapi tetap
c) Masker dapat
N95 yang akan didekontaminasi
mempertahankan fungsidan dipakai
dan berulang harus
kemampuan sesuai
filtrasi standar
masker,
tidak mengakibatkan deformasi masker, dan tidak meninggalkan
(NIOSH), tanpa katup terbuka, dalam kondisi baik dan tidak mengalami deformasi atau
residu bahan kimia toksik berbahaya.
degradasi.
d) Proses Masker
c) N95 yang
dekontaminasi akan
dan didekontaminasi
pemakaian dan dipakai
berulang masker N95 berulang harus
akan menurunkan
performa sesuai
fitting standar (NIOSH),
dan filtrasinya, tanpa
seiring katupmeningkatnya
dengan terbuka, dalam
durasi kondisi baikdan
pemakaian
dan tidak mengalami deformasi atau degradasi.
jumlah pemakaian berulang. Level dari performa fitting berpotensi menurun terutama
d) Proses dekontaminasi dan pemakaian berulang masker N95 akan
pada area headstraps dan adjustable nocepiece setelah pemakaian berulang >5 kali.67
menurunkan performa fitting dan filtrasinya, seiring dengan
e) Lakukan inspeksi kondisi masker N95 secara rutin (merujuk gambar 3.27). Bila terlihat
meningkatnya durasi pemakaian dan jumlah pemakaian berulang.
adanya kerusakan pada area headstraps dan adjustable nocepiece, atau terdeteksi
Level dari performa fitting berpotensi menurun terutama pada area
potensi kontaminasi tinggi, maka masker harus segera dibuang.
headstraps dan adjustable nocepiece setelah pemakaian berulang >5
f) Pastikan masker N95 hasil dekontaminasi dalam kondisi baik, serta lakukan positive dan
kali.67
negative pressure user seal check sebelum merawat pasien.
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
g) Prosedur disinfeksi dan sterilisasi masker N95 yang kurang efektif, akan meningkatkan
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 43
risiko kontaminasi, transmisi dan inokulasi membran mukosa virus SARS-CoV-2 yang
e) Lakukan inspeksi kondisi masker N95 secara rutin (merujuk
gambar 3.27). Bila terlihat adanya kerusakan pada area headstraps
dan adjustable nocepiece, atau terdeteksi potensi kontaminasi tinggi,
maka masker harus segera dibuang.
f) Pastikan masker N95 hasil dekontaminasi dalam kondisi baik, serta
lakukan positive dan negative pressure user seal check sebelum
merawat pasien.
g) Prosedur disinfeksi dan sterilisasi masker N95 yang kurang efektif,
akan meningkatkan risiko kontaminasi, transmisi dan inokulasi
membran mukosa virus SARS-CoV-2 yang berakibat timbulnya
infeksi COVID-19 pada pengguna (re-user).
Gambar 3.29. Evaluasi Kondisi Masker N95
Gambar 3.29. Evaluasi Kondisi Masker N95
5) Menggunakan masker tipe particulate reusable (elastomeric
5) Menggunakan masker tipe particulate reusable (elastomeric respirator, PAP
respirator, PAPR)
Masker tipe ini biasanya digunakan di lingkungan industri dan pertambangan. Penggu
Masker tipe ini biasanya digunakan di lingkungan industri dan
masker pertambangan.
ini dapat menjadi alternatif masker
Penggunaan solusi ini
di dapat
saat terjadi
menjadikelangkaan
alternatif masker
solusi N95, de
mempertimbangkan hal-hal berikut:
di saat terjadi kelangkaan masker 68, 69 N95, dengan mempertimbangkan hal-
hal berikut:
a) Terbuat
68, 69
dari bahan artifisial (silicone, neoprene, ethylene propylene diene mon
a) Terbuat dari bahan artifisial (silicone, neoprene, ethylene propylene
rubber atau proprietary elastomer) yang mudah dibersihkan, didisinfeksi dan
diene monomer rubber atau proprietary elastomer) yang mudah
menimbulkan reaksi alergi lateks.
dibersihkan, didisinfeksi dan tidak menimbulkan reaksi alergi
lateks.
b) Memiliki efektifitas seal yang baik karena bahan masker fleksibel dan ma
b) Memiliki efektifitas seal yang baik karena bahan masker fleksibel
menyesuaikan dengan wajah pengguna. Disarankan untuk tidak menggunakan ma
dan mampu menyesuaikan dengan wajah pengguna. Disarankan
wajah, membersihkan kumis/jenggot wajah dan melepas asesoris (anting hidung/tel
untuk tidak menggunakan make up wajah, membersihkan kumis/
saat menggunakan masker untuk menjaga efektifitas sealnya.
jenggot wajah dan melepas asesoris (anting hidung/telinga) saat
menggunakan
c) Penyaringan (filtrasi) masker untuk menjaga cartridges
udara menggunakan efektifitas lepasan
sealnya. yang terdiri dari se
filter dan atau medium adsorbent. Kemampuan cartridges menyaring minyak (oil
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
44 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
partikel lainnya diidentifikasi oleh kode N, P atau R yang diikuti oleh angka 95/99/
c) Penyaringan (filtrasi) udara menggunakan cartridges lepasan yang
terdiri dari sebuah filter dan atau medium adsorbent. Kemampuan
cartridges menyaring minyak (oil) dan partikel lainnya diidentifikasi
oleh kode N, P atau R yang diikuti oleh angka 95/99/100. Semakin
besar angkanya maka semakin tinggi kemampuan filter masker
dalam penyaringan partikel udara.
d) Masker elastomeric respirator memiliki katup ekshalasi yang
terpisah sehingga udara yang diekshalasi oleh pengguna tidak akan
melewati filter dan membuat partikel aerosol infeksius terperangkap
sehingga risiko transmisi infeksi minimal saat digunakan berulang.
Hal ini yang membedakan dengan masker N95, dimana partikel
aerosol infeksius akan terperangkap pada filter, sehingga bila proses
dekontaminasi kurang baik dan masker digunakan berulang maka
risiko transmisi infeksi antara pasien yang satu dengan pasien
lainnya akan meningkat.
e) Keunggulan: masker tipe ini dapat didisinfeksi dan digunakan
berulang kali, selama pemakaian cukup hanya mengganti cartridges
filter lepasan (per bulan atau per tahun sesuai anjuran pabrik)
dengan biaya yang ekonomis, masker dapat digunakan hingga
maksimal 8 jam (untuk tipe elastomeric respirator).
f) Kekurangan: ada kemungkinan pengguna merasa kurang nyaman saat
menggunakan facepiece (terasa pengap, iritasi pada kulit); kesulitan
berkomunikasi verbal karena seal yang ketat mengakibatkan suara
pengguna kurang terdengar jelas; biaya pembelian 1 set masker
cukup mahal; masker ini tidak dapat digunakan oleh seseorang yang
terinfeksi COVID-19 karena partikel aerosol infeksius akan keluar
melalui exhale vent (kecuali bila ditutup dengan masker bedah).
Gambar 3.31. Dekontaminasi Masker N95 dengan Mesin Penghangat Selimut Rum
Gambar 3.31. Dekontaminasi Masker N95
dengan Mesin Penghangat Selimut Rumah Sakit66
Gambar 3.31. Dekontaminasi Masker N95 dengan Mesin Penghanga
Gambar 3.32. Cara Meletakkan Masker N95 Untuk Persiapan Dekontaminasi dengan UVG
(Atas) Taut Strap Approach; (Bawah) Side Mounting Approach73, 74
Indikasi
kontak langsung dengan
darah dan cairan tubuh.
membutuhkan asepsis
dan berpotensi terjadi
kontak langsung dengan
langsung dengan darah dan cairan
tubuh atau kontaminan lainnya,
tindakan bedah atau tindakan lain
darah dan cairan tubuh. yang membutuhkan asepsis.
material kain material kain material disposable (polyethrine,
Bahan disposable/reusable disposable/reusable polypreprine), kain reusable
steril
perlindungan minimal perlindungan minimal perlindungan optimal pada
pada area tubuh bagian pada area tubuh bagian seluruh tubuh penggunanya,
Kelebihan depan. depan. mulai dari kepala, tangan serta
punggung dan kaki bagian bawah.
EN 13795
EN 13795 high
high performance
performance level atauatau
level AAMIAAMI
level level 3 ISO
ISO 16603 class 316603
exposure class 3 exposur
EN 13795 high performance
3 performancelevel atau terhadap
AAMI level
performance agar resisten terhadap penetrasi cairan;
agar resisten 3 ISO pressure
penetrasi 16603 class
minimal3 yang
pressure
atau exposure
atau
setaraminimal yan
cairan;
performance agar resisten terhadap penetrasi cairan; agar resisten
pressure atau terhadap
setara penetrasi
agar
minimal resisten
yang terhada
AAMI PB70 level 4 performance atau minimal cairan;
yang
setara agar penetrasi cairan;
resisten terhadap
Standar
Standar WHO AAMI PB70resisten
level 4 performance atau minimal yang
AAMI PB70 setara
WHO level 4 agar
performance atau terhadap
minimal mikroorganisme
yang ISO 16604 class 2 exposure ata
penetrasi cairan;
Standar setara agar resisten terhadap mikroorganisme
patogen yang masuk melalui darah. ISO 16604minimal
class 2 exposure atau setara aga
yang
setara agar resisten terhadap
patogen yang mikroorganisme
masuk melalui ISO 16604 class 2 exposure atau
WHO darah. minimal yang setara agar resisten
resisten terhada
patogen yang masuk melalui darah. minimal yang
terhadap mikroorganismesetara
mikroorganisme agar
patogenpatogen yan
yang masuk melalui darahterhadap
resisten masuk melalui darah
mikroorganisme patogen yang
masuk melalui darah
Dalam upaya mencegah transmisi silang selama penggunaan pakaian kerja harus diperhatik
Dalam upaya mencegah transmisi silang selama penggunaan pakaian kerja
beberapa hal antara lain:
Dalam upaya mencegah transmisi silang
harus diperhatikan selama
beberapa halpenggunaan
antara lain:pakaian kerja harus diperhatikan
1) Mengganti pakaian dengan pakaian kerja (scrubs berupa setelan baju dan celana panjan
beberapa hal antara lain:
1) Mengganti pakaian dengan pakaian kerja (scrubs berupa setelan baju dan
sebelum melakukan tindakan dan kembali mengganti pakaian saat akan pulang.
1) Mengganti pakaian
2) Gunakan
dengan
celana
pakaian
pakaian
panjang) kerja
sebelum
kerja yang
(scrubs berupa
melakukan
efektif
setelan
tindakan
melindungi
baju kembali
dan
dari cairan
dan celana panjang)
mengganti
dan penetrasi mikroorganism
nyaman pakaian saattidak
digunakan, akanmenghalangi
pulang.
sebelum melakukan tindakan dan kembali mengganti pakaian saat akan pulang.
gerakan operator, biokompatibel, durasi waktu unt
2) kerja
2) Gunakan pakaian Gunakan pakaian
yang efektif kerja yang efektif
melindungi dari melindungi
cairan dan dari cairanmikroorganisme,
penetrasi dan penetrasi
mikroorganisme,
nyaman digunakan, nyaman
tidak menghalangi gerakan digunakan, tidak menghalangi
operator, biokompatibel, gerakan
durasi waktu untuk 59
cairan
Alternatif Cara
Dekontaminasi
2. permukaan sol sepatu boots dicelupkan dalam
wadah berisi larutan hypochlorite 0,5% dan
disikat bila terdapat kotoran yang menempel
3. seluruh permukaan sepatu disemprot dan
dibasuh dengan alkohol 70% lalu diangin
anginkan.
Gambar 3.34. Rubber dam kit
Gambar 3.34. Rubber dam kit (Sumber: koleksi pribadi drg. Rio Suryantoro, Sp.KG)
(Sumber: koleksi pribadi drg. Rio Suryantoro, Sp.KG)
Perlu diketahui bahwa 100 kubik per menit (cfm) yang dimaksud
merupakan kapasitas motor evakuasi saat keluar dari kompresor
utama. Kapasitas motor evakuasi ini sangat dipengaruhi ketika
aliran udara dari kompresor tersebut mengalir melalui jalur pipa
yang panjang dan mencapai ujung terminal perangkat di dental unit.
Daya hisap akan menjadi sangat berbeda dan sangat tergantung
kondisi keadaan setempat terutama bila jalur saluran yang ada
tersumbat oleh kotoran-kotoran.88 Saat menggunakan HVE, dokter
gigi perlu memeriksa kekuatan dan volume aliran udara HVE
secara berkala. Oleh karena kemungkinan dapat dijumpai adanya
sistem yang memiliki jalur bersih dan menunjukkan aliran udara
yang cukup tetapi memiliki pengukuran statis tekanan vakum yang
sangat rendah (mmHg). Pada kondisi pemasangan dental unit yang
banyak jumlahnya dengan hanya menggunakan 1 buah kompresor,
maka perlu diperhatikan bahwa pada saat operator melakukan
tindakan dengan menggunakan sistem hisap HVE, akan terjadi
penurunan volume dan tekanan.89 HVE mampu mengurangi volume
partikel aerosol tetapi spesifikasi teknis dari pabrik tetap harus
dipertimbangkan dalam penggunaan HVE.
Gambar 3.35. Contoh Manajemen Aerosol dan Air Menggunakan Teknologi
Gambar 3.35. Contoh Manajemen Aerosol dan Air Menggunakan Teknologi HVE Mirror System90
AA
B
BB
Gambar 3.36. Contoh Manajemen Aerosol dengan menggunakan (A) Intra Oral HVE; (B) low
volume evacuator (Sumber: koleksi pribadi drg. Rio Suryantoro, Sp.KG)
Gambar 3.36. Contoh Manajemen Aerosol dengan menggunakan (A) Intra Oral HVE; (B) low
Gambar 3.36. Contoh Manajemen Aerosol dengan menggunakan (A) Intra Oral HVE; (B) low
(5) Gambar
Alat 3.36. pada
suction Contoh Manajemen
dental Aerosol dengan
unit mempunyai menggunakan
saluran pembuangan
volume evacuator (Sumber: koleksi pribadi drg. Rio Suryantoro, Sp.KG)
volume evacuator (Sumber: koleksi pribadi drg. Rio Suryantoro, Sp.KG)
(A)yang
Intramenyatu
Oral HVE; (B) low volume evacuator (Sumber: koleksi pribadi drg. Rio
dengan pembuangan dental unit. Suction dental unit sebagai HVE intra oral
(5)Alat
(5) suction pada
Alat suction pada dental Suryantoro,
dental unit
unit mempunyai
mempunyai Sp.KG)
saluran pembuangan
saluran pembuangan yang menyatu
menyatu
dengan pembuangan dental unit. Suction dental unit
dengan pembuangan dental unit. Suction dental unit sebagai sebagai HVE intra oral 65
oral
Gambar 3.37. Contoh Manajemen Bioaerosol Menggunakan HVE Ekstra Oral Portabel
Gambar 3.37. Contoh Manajemen Bioaerosol 91
Dalam hal penanganan rekam medis pasien, maka perlu diperhatikan bahwa rekam
medis manual yang dibawa masuk ruang praktik dokter gigi (zona merah dan oranye)
harus diperlakukan sama dengan APD bekas pakai yang terkontaminasi. Oleh karena
virus SARS-CoV-2 mampu bertahan hidup pada permukaan kertas selama 4-5 hari,
maka dekontaminasi dengan merotasi rekam medik merupakan alternatif cara untuk
menginaktivasi virus SARS-CoV-2 dan meminimalkan transmisi infeksi COVID-19.
Berikut merupakan contoh tahapan dekontaminasi rekam medik manual:
1. Ketika melakukan prosedur pelepasan (doffing) APD, rekam medik yang
terkontaminasi dimasukkan ke dalam kantung penyimpanan (misalnya kantung
plastik yang bersegel (zip lock) atau kantung kertas).
2. Menuliskan tanggal penggunaan rekam medik dan nomor rekam medik manual
pada label atau permukaan luar kantung penyimpanan.
3. Kantung penyimpanan berisikan rekam medik yang terkontaminasi, disimpan
dalam lemari atau ruangan khusus selama minimal 5 hari.
4. Petugas rekam medik yang melakukan penyimpanan dan pengarsipan rekam
medik, harus menggunakan APD (masker N95, goggles, face shield, sarung
tangan, isolation gown) dan melakukan CTPS.
5. Setelah penyimpanan minimal 5 hari, rekam medik manual dapat digunakan
kembali atau dilakukan pengarsipan.
Gambar 3.38. Tempat Sampah di Ruang Pelayanan Kesehatan gigi dan
Gambar 3.38. Tempat Sampah di Ruang Pelayanan Kesgilut mulut31
31
2. Wadah infeksius digunakan untuk pembuangan masker sekali pakai, sarung tangan
2. Wadah infeksius digunakan untuk pembuangan masker sekali pakai, sarung
tisu/kain yang mengandung cairan tubuh. Sedangkan wadah non infeksius digunaka
tangan bekas, tisu/kain yang mengandung cairan tubuh. Sedangkan wadah non
infeksius digunakan untuk pembuangan barang yang tidak berkontak dengan
pembuangan barang yang tidak berkontak dengan pasien atau cairan tubuh lainnya.
pasien atau cairan tubuh lainnya.
3. Mengatur pergerakan kontainer limbah APD menuju ke tempat pembuangan atau r
3. Mengatur pergerakan kontainer limbah APD menuju ke tempat pembuangan atau
ruangan disinfeksi/sterilisasi dengan memberi penanda khusus alur pergerakan
disinfeksi/sterilisasi dengan memberi penanda khusus alur pergerakan dan label ko
dan label kontainer yang membedakan limbah APD disposable dengan limbah
yang membedakan limbah APD disposable dengan limbah APD pemakaian ulang.
APD pemakaian ulang.
4. Di dalam ruang pelayanan kesehatan gigi dan mulut, semua peralatan dan
4. Di dalam ruang pelayanan kesgilut, semua peralatan dan bahan medis ter
bahan medis termasuk model gigi alat bantu peraga, harus disimpan di
model gigi alat bantu peraga, harus disimpan di dalam laci atau lemari tertut
dalam laci atau lemari tertutup dan tidak dibiarkan terbuka. Instrumen
kedokteran gigi (termasuk cotton roll, cotton pellet, tampon) harus berada
tidak dibiarkan terbuka. Instrumen kedokteran gigi (termasuk cotton roll,
dalam wadah penyimpanan steril yang disimpan di dalam lemari atau
lemari sterilisasi dan hanya dikeluarkan sesuai kebutuhan.
5. Peralatan atau bahan medis yang tidak dipergunakan, namun diduga atau
terkonfirmasi terpapar oleh aerosol saat prosedur perawatan pasien, maka
dianggap terkontaminasi dan harus dilakukan proses disinfeksi/sterilisasi atau
bahkan pembuangan.
6. Melakukan prosedur pembersihan, desinfeksi dan sterilisasi di area resepsionis/
loket penerimaan pasien dan ruang tunggu pasien secara rutin di setiap
pergantian pasien dan shift jaga karyawan.
7. Pembersihan lingkungan pelayanan kesehatan dapat dilakukan dengan cara:
a. menggunakan troli kebersihan khusus, minimal menggunakan 2 (dua) buah
ember yang memiliki alat pemerasan kain lap pel secara otomatis tanpa
bersentuhan langsung dengan tangan. Kain lap pel dan ember selalu dicuci
agar tetap dalam kondisi bersih, begitu juga dengan cairan pembersih yang
digunakan harus selalu diganti dengan yang baru.
Jika ada cairan tubuh, darah, muntahan, percikan ludah, darah atau eksudat Iuka
pada permukaan lantai, dinding atau tirai pembatas maka dibersihkan dengan
menggunakan spill kit infeksius.
Gambar 3.39. Contoh Spill Kit
Gambar 3.39. Contoh Spill Kit
B. Pengelolaan Peralatan Medis
B. Pengelolaan Peralatan Medis
Pengelolaan peralatan yang digunakan untuk merawat pasien dan alat medis
lainnya terdiri atas proses pengelolaan, dekontaminasi dan pengemasan yang
dibagi berdasarkan kategori kritikal, semi kritikal dan non kritikal. Bertujuan untuk
Pengelolaan peralatan yang digunakan untuk merawat pasien
mencegah terjadi kerusakan peralatan, menjaga peralatan tetap dalam keadaan
terdekontaminasi sesuai kategorinya, menetapkan produk akhir reusable yang sudah
atas proses pengelolaan, dekontaminasi dan pengemasan yang
kritikal, semi kritikal dan non kritikal. Bertujuan untuk mencega
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru 59
steril dan aman, menjaga ketersediaan peralatan medis dalam kondisi bersih dan
steril serta meminimalkan risiko transmisi silang atau infeksi dari pasien-dokter gigi
atau petugas kesehatan lainnya.
proses untuk membunuh dan menghilangkan menggunakan cairan kimiawi, dry heat, Ethylene
Oxide gas, steam sterilization (autoclave),
Sterilisasi mikroorganisme (non-patogen & patogen) termasuk spora hydrogen peroxide gas plasma, microwave, ozone,
bakteri filtrasi dan iradiasi
Gambar 3.42. Skema Alur Dekontaminasi Peralatan Medis di FKTP
Gambar 3.40. Skema Alur Dekontaminasi Peralatan Medis di FKTP
Tabel. 3.19. Klasifikasi Dekontaminasi berdasarkan macam barang yang terkontaminasi16, 83
Kritikal Semi Kritikal Non Kritikal
benda yang memberikan benda yang telah berkontak benda yang telah
risiko tinggi terjadinya dengan mukosa atau kulit bersentuhan dengan kulit
Pengertian
Petunjuk infeksi
Teknis Pelayanan jika yang tidak utuh (terjadi
Kesehatan Gigi dan Mulut utuh tetapi bukan
60 terkontaminasi
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasiperlukaan atau kontak pada
Kebiasaan Baru mukosa.
mikroorganisme mukosa)
Tabel. 3.18. Klasifikasi Dekontaminasi berdasarkan macam barang
yang terkontaminasi16, 83
Kritikal Semi Kritikal Non Kritikal
Saat ini banyak produk disinfektan di pasaran yang mengandung bahan dengan
kemampuan untuk mengatasi penyebaran virus SARS-CoV-2. Sodium hipoklorit dan
etanol adalah bahan yang paling mudah ditemukan di pasaran, untuk pilihan bahan
aktif lainnya dapat dilihat pada laman situs Environmental Protection Agency (EPA)
(https://www.epa.gov/pesticide-registration/list-n-disinfectants-use-against-
SARS-CoV-2-COVID-19)
Metode Dekontaminasi :
1. Desinfeksi Peralatan Non Kritikal
a. Cuci peralatan non kritikal dengan sabun detergen dan air mengalir kemudian
dikeringkan dengan cara ditiriskan atau dilap menggunakan handuk bersih
sekali pakai.
b. Lakukan desinfeksi peralatan dengan menggunakan alcohol wipes 70%.
c. Bersihkan permukaan benda atau area kerja dengan menggunakan
kain bersih yang sudah disemprot dengan cairan chlorine 0,05% atau
menggunakan alcohol wipes 70% kemudian digosokkan pada seluruh
permukaan yang terpapar kontaminan.
2. Desinfeksi Peralatan Semi Kritikal
a. Rendam peralatan dalam wadah yang berisi campuran air dan detergen,
atau sodium hipoklorit 5% dengan perbandingan 1:100 (konsentrasi final
sebesar 0,05%) selama 1 menit, atau menggunakan glutaraldehyde 2% ,
atau hidrogen peroksida 6% selama 15-20 menit. Untuk peralatan dengan
permukaan yang kecil, dibersihkan menggunakan etanol 70% atau detergen
dan air selama 10 menit.
b. Apabila proses desinfeksi menggunakan cara perebusan dan pengukusan
maka harus dilakukan dalam kurun waktu 20 menit yang dihitung setelah
air mendidih (100⁰C), atau hingga terbentuknya uap yang diakibatkan oleh
air mendidih. Saat proses berlangsung, tidak dibenarkan untuk menambah
volume air atau cairan apapun ke dalam wadah perebusan atau pengukusan
bila proses belum selesai.
Gambar 3.45. Desain Fasilitas/Unit Dekontaminasi Satu
Gambar 3.45. Desain Fasilitas/Unit Dekontaminasi Satu Kamar11 Kamar11
C. C. Pengelolaan Limbah Medis
Pengelolaan Limbah Medis
Limbah yang dihasilkan oleh fasilitas pelayanan kesehatan berpotensi menimbulkan
Limbah yang dihasilkan oleh fasilitas pelayanan kesehatan berpotensi menimbulkan risik
risiko bagi pasien, tenaga kesehatan, masyarakat umum, dan lingkungan. Setiap
limbah yang dihasilkan selama diagnosis, pengobatan atau imunisasi manusia
bagi pasien, tenaga kesehatan, masyarakat umum, dan lingkungan. Setiap limbah yang dihasilka
atau hewan atau dalam kegiatan penelitian yang berkaitan dengannya atau dalam
selama diagnosis, pengobatan atau imunisasi manusia atau hewan atau dalam kegiatan penelitia
produksi atau pengujian biologis diartikan sebagai Limbah Biomedis, termasuk
limbah pelayanan kesehatan yang berbahaya dan dapat menyebabkan penyakit atau
yang berkaitan dengannya atau dalam produksi atau pengujian biologis diartikan sebagai Limba
cedera.
Biomedis, termasuk limbah pelayanan kesehatan yang berbahaya dan dapat menyebabka
penyakit atau cedera.
Tenaga kesehatan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa limbah biomedis
ditangani dan dibuang dengan cara yang aman melalui tahapan penyortiran,
pemisahan, penggunaan kode warna kantong pembuangan limbah, pengumpulan,
penyimpanan, pengemasan, memuat, transportasi, bongkar, pemrosesan, perawatan,
penghancuran, konversi, atau penawaran untuk dijual, transfer, pembuangan limbah
tersebut. Limbah biomedis yang dihasilkan di tempat pelayanan kesehatan gigi dan
mulut termasuk plastik, lateks, kapas, gelas, Xray larutan pemrosesan, foil timbal,
desinfektan, bahan kimia, cetakan gigi, limbah benda tajam seperti jarum bedah,
pisau, gigi yang dicabut, tisu, obat kadaluarsa dan semua bahan gigi yang dibuang
yang berisiko tinggi terkontaminasi mikroorganisme patogen.77
Gambar 3.46.
Gambar 3.46. Ember Bertut
atau APD Bek
Ember Bertutup Sebagai Tempat Merendam
atau APD Bekas Pakai31
Gambar 3.46.
i. Bertutup
Ember Pengolahan limbah
Sebagai Tempat B3 atau
Merendam Linen medis dapat
APD Bekas Pakai31 menggu
Pengolahan limbah B3 medis dapat menggunakan autoklaf/gelombang m
kondisi darurat, penggunaan peralatan terseb
kondisi darurat, penggunaan peralatan tersebut dikecualikan untuk memil
i. Pengolahan limbah B3 medis dapat menggunakan autoklaf/gelombang
j. DalamPengolahan Limbah B3 dapat menggunakan
Pengolahan Limbah B3 dapat menggunakan jasa perusahaan pengolahan
mikro. kondisi darurat, penggunaan peralatan tersebut dikecualikan
untuk memiliki izin
j. Pengolahan dengan melakukan perjanjian kerjasama peng
dengan melakukan perjanjian kerjasama pengolahan dan pemusnahan yan
Limbah B3 dapat menggunakan jasa perusahaan pengolahan
yang berizin dengan melakukan perjanjian kerjasama pengolahan dan
legalitas pemusnahanlegalitas
yang mempunyai legalitas
Untuk menghindari terpaparnya bahan-bahan dan alat-alat kedokteran gigi dari droplets dan
aerosol, sebaiknya bahan dan alat yang tidak diperlukan disimpan dalam tempat penyimpanan
yang tertutup atau disimpan di area yang berjarak aman dari cipratan droplets atau aerosol.
Bahan dan alat yang akan dipergunakan pada saat bekerja dapat dipersiapkan pada meja
tindakan dan dapat ditutup agar tetap terjaga kebersihannya. Konsep pelayanan kesehatan
gigi dan mulut diwajibkan menggunakan pola four handed dentistry sehingga partikel aerosol
dapat dihisap oleh intra/ekstra oral High Volume Evacuator (HVE) yang terpasang di dental
unit atau vacuum aerosol. Asisten dokter gigi berada di posisi static zone, pastikan lemari
penyimpanan ada di belakang posisi asisten dokter gigi sehingga alat dan bahan lain yang
diperlukan dapat diraih dengan mudah.
Pengelolaan alat dan bahan perlu dilakukan dengan manajemen yang baik. Sistem stok
barang dan inventarisasi dengan perhitungan yang matang menjadi kunci dalam pengelolaan
manajemen alat dan bahan yang dipergunakan. Perlu menjadi perhatian bahwa alat pelindung
diri (APD) merupakan bahan yang perlu dilakukan pengelolaan dalam pelayanan kesehatan
gigi dan mulut. Hal ini diperlukan agar bahan-bahan kebutuhan yang diperlukan bisa
dipastikan tidak sampai kehabisan stok dan atau memerlukan waktu untuk pembelian. Harus
ada pencatatan laporan permintaan dan laporan penggunaan barang, yang berisi tentang:
a. Tanggal pembelian, jumlah pembelian
b. Tanggal pemakaian, jumlah pemakaian
c. Sisa stok, pemakaian rata-rata penggunaan per-bulan
d. Usulan kebutuhan
e. Harga satuan
81
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut masyarakat adalah setiap kegiatan untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan gigi dan mulut serta mencegah dan menanggulangi timbulnya
masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyelenggaraan UKM pada pelayanan kesehatan gigi dan
mulut di FKTP terbagi dalam 2 (dua) kegiatan yaitu : Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)
dan Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM).
Karakteristik pelayanan UKM pada umumnya, termasuk UKGS dan UKGM yang dilaksanakan
di luar gedung dengan sasaran yang cenderung berkelompok atau membentuk kerumunan,
dinilai memiliki resiko tinggi terjadinya penularan COVID-19. Kebijakan physical distancing
dan penerapan kebijakan pembelajaran dari rumah secara daring bagi semua peserta didik,
cukup mempengaruhi optimalisasi kegiatan UKGS dan UKGM pada masa pandemi.
Kebijakan pelaksanaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut masyarakat pada masa pandemi
dan adaptasi kebiasaan baru, memberi peluang bagi UKGS dan UKGM untuk melaksanakan
kegiatan secara optimal dengan melakukan penyesuaian atau modifikasi dalam tata kelola
dan tata laksana pelayanan. Berbagai penyesuaian atau modifikasi pelayanan UKGS dan
UKGM yang dilakukan tetap mempertimbangkan kebutuhan masyarakat, ketersediaan dan
kemampuan sumber daya pelayanan, karakteristik sasaran, perkembangan kasus COVID-19
dalam wilayah kerja Puskesmas dan perkembangan teknologi informasi.
Tujuan penyesuaian atau modifikasi dalam pelaksanaan kegiatan UKGS dan UKGM pada
masa adapatasi kebiasaan baru dimaksudkan untuk membangun pola pelayanan kesehatan
gigi dan mulut masyarakat yang aman bagi masyarakat, petugas dan lingkungan sekitar dari
resiko penularan COVID-19, tanpa mengabaikan hak masyarakat mendapatkan pelayanan
yang berkualitas.
Dalam rangka mencapai Indonesia bebas karies tahun 2030, kegiatan Usaha Kesehatan
Gigi Sekolah perlu terus diupayakan untuk terselenggara walaupun dalam masa pandemi
COVID-19. Namun, perlu beberapa penyesuaian untuk memutus rantai penularan
COVID-19, tanpa mengubah tujuan, sasaran, dan kegiatan UKGS yang telah ditetapkan.
Petunjuk Teknis yang lebih rinci dan spesifik untuk pelaksanaan UKGS di masa adaptasi
kebiasaan baru akan tersedia dalam pedoman dan juknis tersendiri.
b. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan secara online (daring)
Penyuluhan dengan metode ini dapat memanfaatkan teknologi informasi, melalui
pengiriman pesan video, dll.101
Beberapa media yang dapat digunakan :
1) Web-based
Website juga dapat dijadikan wadah dalam melakukan penyuluhan melalui
daring.
2) Pesan singkat berseri (dilengkapi dengan anjuran)
Salah satu cara yang efektif untuk melakukan edukasi adalah menggunakan
pesan singkat berseri sesuai dengan kelompok umur sasaran dan
menggunakan topik tertentu. Pesan dapat dibagi dalam beberapa sesi, lalu
disertai informasi berupa video atau infografis.
Contoh pelaksanaan penyuluhan menggunakan metode pesan berseri
menggunakan aplikasi Whatsapp tampak pada gambar 5.1
Kegiatan pemeriksaan dan penjaringan dapat dilakukan secara langsung atau dengan
pemanfaatan tekonologi informasi.
a. Pemeriksaan dan Penjaringan yang dilakukan secara langsung disekolah
Pelaksanaan penjaringan harus memperhatikan protokol kesehatan dan
memperhatikan kewaspadaan standar pencegahan pengendalian infeksi, antara
lain:
1) Petugas menggunakan APD sesuai standar, minimal menggunakan masker,
face shield dan sarung tangan.
2) Pelaksanaan dengan mengatur jadwal dan pengaturan jumlah peserta didik
dalam satu kali pemeriksaan
3) Waktu pemeriksaan diupayakan sesingkat mungkin, dengan cara peserta
didik atau orang tua melakukan pengisian status kesehatan anak pada
formular cetak secara mandiri sebelum dilakukan pemeriksaan secara
langsung oleh petugas.
b. Pemeriksaaan dan Penjaringan dilakukan dengan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi
Pelaksanaan penjaringan dengan memanfaatkan teknologi informasi dapat
menggunakan telediagnosis/telesurvey dengan melibatkan orang tua murid, guru
sekolah dan tenaga kesehatan gigi dan mulut.
Gambar 5.2. Lima Posisi Foto Intra Oral yang Diperlukan untuk Telediagnosis/
Gambar 5.2. Lima Posisi
Telesurvey. Foto Intra
Diadaptasi Oral
dari Estai et yang
al102 Diperlukan untuk
102
Telediagnosis/Telesurvey. Diadaptasi dari Estai et al
4) Asesmen
Untuk melengkapi data skrining kesehatan gigi dan mulut anak, dilakukan
asesmen dengan cara mengisi kuesioner tentang kesehatan gigi dan mulut
secara daring menggunakan kuesioner standar Oral Health Survey 2013 dari
WHO yang telah dikonversi ke dalam Bahasa Indonesia sehingga anak dapat
mengisi sendiri dengan pendampingan orang tua. Asesmen ini dilengkapi
dengan lembar persetujuan digital dalam bentuk google forms, yang mudah
diisi secara daring oleh orang tua siswa.
Terdapat dua model utama yang telah digunakan untuk menyikat gigi dengan
pengawasan:
1) Cara kering di mana anak-anak menyikat gigi tanpa menggunakan air atau
bak cuci. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan anak-anak duduk atau berdiri.
2) Cara basah dimana anak menggosok gigi menggunakan air, biasanya berdiri
di wastafel.
(a) (b)
Gambar 5.4. Cara Mengeluarkan Pasta Gigi (a) Pengawas atau guru mengeluarkan
pasta gigi pada permukaan yang bersih (contoh: tisu) dengan tetap menjaga jarak
dengan anak, (b) Anak mengambil pasta gigi yang sudah dikeluarkan
Gambar 5.5. Setiap peserta perlu menjaga jarak selama kegiatan UKGS
Gambar 5.7. Setiap peserta perlu menjaga jarak selama kegiatan UKGS
12) Setelah kegiatan sikat gigi, guru bertanggung jawab untuk membersihkan
13) Sikat gigi tidak boleh dicuci sekaligus atau bersama-sama di wastafel.
bak cuci dan permukaan mengikuti pedoman nasional dan menggunakan
14) Setelah kegiatan sikat gigi, guru bertanggung jawab untuk membersihkan bak cuci dan
produk pembersih standar seperti deterjen.
13) Setelah kegiatan menyikat gigi selesai, anak-anak dan guru harus mencuci
permukaan mengikuti pedoman nasional dan menggunakan produk pembersih standar
tangan.
seperti deterjen.
15) Setelah kegiatan menyikat gigi selesai, anak-anak dan guru harus mencuci tangan.
b. Kumur – kumur Fluor
Pelaksanaan kumur-kumur fluor dapat dilakukan di sekolah ataupun di rumah
dengan pengawasan dari penanggung jawab UKGS.
b. Kumur – kumur Fluor
Hal yang perlu diperhatikan jika kumur-kumur fluor dilaksanakan di sekolah:
Pelaksanaan kumur-kumur fluor dapat dilakukan di sekolah ataupun di rumah dengan
1) Pastikan sekolah mempunyai fasilitas yang menunjang untuk pelaksanaan
pengawasan dari penanggung jawab UKGS.
kegiatan tersebut diantaranya tersedia wastafel dan pembuangan limbah
tidak terbuka.
Hal yang perlu diperhatikan jika kumur-kumur fluor dilaksanakan di sekolah:
2) Pelaksanaan kegiatan ini tidak dilakukan secara berkelompok tapi
1) Pastikan sekolah mempunyai fasilitas yang menunjang untuk pelaksanaan kegiatan
perorangan dengan tetap memperhatikan jarak.
tersebut diantaranya tersedia wastafel dan pembuangan limbah tidak terbuka.
3) Setiap siswa menggunakan gelas kumur yang sekali buang, dan gelas kumur
2) Pelaksanaan kegiatan ini tidak dilakukan secara berkelompok tapi perorangan dengan
tersebut dibuang pada tempat sampah medis yang telah disiapkan.
4) Sebelum dan sesudah kumur-kumur fluor siswa menjaga kebersihan tangan
tetap memperhatikan jarak.
yaitu mencuci tangan dengan 6 langkah cuci tangan.
3) Setiap siswa menggunakan gelas kumur yang sekali buang, dan gelas kumur tersebut
5) Pada saat pelaksanaan kumur-kumur fluor guru atau penanggung jawab
dibuang pada tempat sampah medis yang telah disiapkan.
UKGS menggunakan APD : masker, pelindung wajah, gown, sarung tangan
4) dan sepatu.
Sebelum dan sesudah kumur-kumur fluor siswa menjaga kebersihan tangan yaitu
6) Setelah selesai kegiatan guru atau penanggung jawab UKGS melakukan
mencuci tangan dengan 6 langkah cuci tangan.
desinfeksi area kumur-kumur.
Pelaksanaan kumur-kumur fluor di rumah dapat dipantau dengan memanfaatkan 93
teknologi yaitu dengan video call yang dilakukan oleh guru atau penanggung
jawab UKGS berdasarkan permintaan orang tua siswa.
Pemberian cukup satu kali setiap enam bulan dengan cara mengoleskan
langsung larutan fluor pada email gigi yang sudah dibersihkan, dan dibiarkan
kering selama 5 menit, dan hindari makan, minum atau berkumur selama 1 jam.
Topikal aplikasi fluor hanya diberikan sesuai indikasi, yaitu pada anak dengan
resiko karies tinggi, yang disaring dari hasil skrining kesehatan gigi dan mulut.
Pelaksanaan topikal aplikasi fluor dalam masa adaptasi kebiasaan baru dapat
ditunda, atau jika dilaksanakan dengan menggunakan mekanisme janji temu
orang tua anak dengan petugas kesehatan. Pemberian fluor dilakukan di fasilitas
kesehatan dengan penerapan kewaspadaan standar PPI dan protokol kesehatan
yang ketat.
Kegiatan UKGM meliputi kegiatan promotif, preventif dan rujukan yang dilaksanakan
dalam bentuk :
1. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut
2. Pelatihan kesehatan gigi dan mulut untuk kader
3. Pencegahan penyakit gigi dan mulut
4. Rujukan Kesehatan gigi dan mulut
Sesuai dengan aturan dalam Surat Edaran Kemendagri tentang Operasional Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu) dalam Pencegahan Penyebaran COVID-19, bahwa buka
atau tidaknya Posyandu sepenuhnya diserahkan kepada kebijakan daerah masing-masing
dengan memperhatikan situasi dan kondisi setempat. Sejalan dengan ketentuan tersebut
kegiatan UKGM di Posyandu pun harus menyesuaikan.
Beberapa materi promosi kesehatan gigi dan mulut yang dapat digunakan dalam
penyuluhan pada UKGS dan UKGM terlampir pada tabel 5.3
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di FKTP perlu dilakukan pembinaan,
pemantauan dan evaluasi, hal ini bertujuan agar pelayanan yang diberikan sudah sesuai
dengan protokol-protokol kesehatan yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut.
Kegiatan pembinaan, pemantauan dan pengawasan ini melibatkan Dinas Kesehatan Daerah
Kabupaten/Kota dan Provinsi, Kementerian Kesehatan dan stake holder terkait yaitu
organisaasi profesi.
A. Pembinaan
Pembinaan penyelenggaraan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di FKTP pada masa
pandemi dan adaptasi kebiasaan baru dilakukan secara periodik. Pembinaan dilakukan
secara berjenjang oleh Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota dan Provinsi serta
berkolaborasi dengan stakeholder terkait yaitu organisasi profesi salah satunya dalam
melakukan pembinaan di FKTP klinik pratama dan tempat praktik mandiri dokter gigi.
Pemantauan dan evaluasi ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
Provinsi serta Kementerian Kesehatan.
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama pada masa Adaptasi Kebiasaan Baru disusun untuk membantu Puskesmas,
Klinik Pratama serta Praktik Mandiri dalam rangka menyelenggarakan pelayanan kesehatan
gigi dan mulut yang bermutu dan berkualitas bagi masyarakat dengan tetap mengutamakan
penerapan kewaspadaan standar dan transmisi sebagai upaya perlindungan kepada tenaga
kesehatan dan masyarakat dari risiko penularan infeksi COVID-19.
Penerapan PPI yang sesuai standar harus dilaksanakan agar pelaksanaan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut dapat berjalan dengan baik dan bermutu. Mengingat perkembangan
ilmu pengetahuan terkait COVID-19 yang sangat cepat dan berlangsung setiap saat, maka
seluruh komponen FKTP dan Dinas Kesehatan wajib mengikuti perkembangan perubahan
dari sumber-sumber yang resmi dan terpercaya agar dapat disesuaikan dengan protokol
pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang akan diberikan.
Harapannya dengan keterlibatan semua pihak maka rantai penularan dan penyebaran
COVID-19 dapat dikendalikan dengan baik. Semoga perjuangan kita bersama ini dapat
membawa negara Indonesia kembali kepada tatanan kehidupan yang normal dengan
sesungguhnya.
1. Wiersinga WJ, Rhodes A, Cheng AC, Peacock SJ, Prescott HC. Pathophysiology, Transmission,
Diagnosis, and Treatment of Coronavirus Disease 2019 (COVID-19): A Review. JAMA
Intern Med. Aug 2020;324(8):782-793.
2. Peng X, Xu X, Li Y, Cheng L, Zhou X, Ren B. Transmission routes of 2019-nCoV and controls
in dental practice. Int J Oral Sci. 2020 3 Mar 2020;12(1).
3. Khanagar SB, Al-Ehaideb A, Vishwanathaiah S, Maganur PC, Naik S, Salman Siddeeqh.
Exposure Risks and Preventive Strategies Considered in Dental Care Settings to Combat
Coronavirus Disease (COVID-19). HERD. 2020.
4. Bhowmick GD, Dhar D, Nath D, Ghangrekar MM, Banerjee R, Das S, et al. Coronavirus
disease 2019 (COVID-19) outbreak: some serious consequences with urban and rural
water cycle. npj Clean Water. July 2020;3(32).
5. Kotlyar AM, Grechukhina O, Chen A, Popkhadze S, Grimshaw A, Tal O, et al. Vertical
transmission of coronavirus disease 2019: a systematic review and meta-analysis. Am J
Obstet Gynecol. 2021;224(1):35-53.
6. Definition and categorization of the timing of mother-to-child transmission of SARS-CoV-2
[database on the Internet]2021. Available from: https://www.who.int/publications/i/
item/WHO-2019-nCoV-mother-to-child-transmission-2021.1.
7. Karia R, Gupta I, Khandait H, Yadav A, Yadav A. COVID-19 and its Modes of Transmission.
SN Compr Clin Med. 2020:1798-1801.
8. Food and Coronavirus Disease 2019 [database on the Internet]2019. Available from:
https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/daily-life-coping/food-and-COVID-19.
html.
9. Transmission of SARS-CoV-2: implications for infection prevention precautions: scientific
brief [database on the Internet]July 2020. Available from: https://apps.who.int/iris/
handle/10665/333114. .
10. Dehghani R, Kassiri H. A brief review on the possible role of houseflies and cockroaches
in the mechanical transmission of Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Arch Clin Infect
Dis. 2020.
11. Pankhurst C, Coulter W. Basic Guide to Infection Prevention and Control in Dentistry. 2 ed:
Wiley Blackwell; 2017.
12. Harrel SK, Molinari J. Aerosols and splatter in dentistry: a brief review of the literature
and infection control implications. J Am Dent Assoc. 2004 April 2004;135(4):429-437.
13. Leung NHL, Chu DKW, Shiu EYC, Chan K-H, McDevitt JJ, Hau BJP, et al. Respiratory virus
shedding in exhaled breath and efficacy of face masks. Nature Medicine. 2020;26:676–
680.
14. Doremalen N, TrentonBushmaker, H.Morris D, G.Holbrook M, AmandineGamble,
N.Williamson B, et al. Aerosol and Surface Stability of SARS-CoV-2 as Compared with
SARS-CoV-1. The new england journal of medicine. 2020;382(16):1564-1567.
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
95
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
96 di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
LAMPIRAN
LAMPIRAN
Road Map Strategi Perbaikan Sistem Ventilasi Alami 110
100 Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
GIGI
GIGI BAWAH
BAWAH Posisi
Posisi pasien
pasien duduk
duduk tegak
tegak dengan
dengan kepala
kepala
GIGI BAWAH menunduk
Posisi
menunduk ke
pasien bawah.
duduk
kePosisi
bawah. Jari
tegak telunjuk
dengan
Jari duduk
pasien telunjuk dan ibu
ibu jari
kepala
dandengan jari
GIGI BAWAH Posisi pasien duduk tegak dengantegak
kepala
operator
menundukmembantu
ke bawah.
operator membantu
menunduk kekepala
membebaskan
Jari telunjuk
membebaskan
bawah.menunduk
Jari telunjuk
bibir
dan bawah
ibu
bibiribu
dan
ke bawah. jari
bawah
jari
Jari
GIGI BAWAH pasien
operator
Posisi
pasien
operator
GIGI
membantu
pasien duduk
BAWAHmembantu
membebaskan
tegak dengan
membebaskan
telunjuk
bibir
kepala bawah
bibir bawah
dan ibu jari operator
menunduk
pasien
pasien ke bawah. Jari telunjuk dan ibu jari
membantu membebaskan bibir
operator membantu membebaskan bibir bawah
pasien bawah pasien
GIGI
GIGI SISI
SISI KIRI
KIRI Posisi pasien duduk tegak dengan
Posisi pasien
pasien duduk tegak
tegak dengan
dengan
GIGI
GIGISISI
SISIKIRI
KIRI Posisi
Posisi pasienduduk
duduk tegakawal
dengan
mempertahankan
mempertahankan gigitan
gigitan awal dan
dan sedikit
sedikit
GIGI SISI KIRI mempertahankan
Posisi pasien dudukgigitan
Posisi pasien
tegak awal
dudukdan
dengan sedikit
tegak dengan
mempertahankan
menoleh
menoleh
menoleh ke
ke
ke kanan.
kanan.
kanan.
gigitan
Jari
Jari
Jari
awal
telunjuk
telunjuk
telunjuk
dan
dan
dan
dan
sedikit
ibu
ibu
ibu jari dari
jari dari
jari dari
mempertahankan mempertahankan
gigitan awal gigitan
dan awal
sedikit
menoleh
operator
operator ke kanan.
membantu
membantu Jari telunjuk
membebaskan
membebaskan
membebaskan dan ibu
bibir
bibir
bibir jari
atas
atas
atas dari
dan
dan
dan
menoleh ke kanan. Jari telunjuk
dan sedikit menolehdan ibu jari
ke bibir
kanan. dari
Jari
operator
bawah
bawah
bawah
GIGIoperator membantu
pasien
pasien
pasien
SISI KIRImembantu
membebaskan
membebaskan bibir
atas
atas
dan
dan
bawah pasientelunjuk dan ibu jari dari operator
bawah pasien
membantu membebaskan bibir atas
dan bawah pasien
118