Anda di halaman 1dari 19

KELOMPOK 4

1) Grecia Adiarti Hasugian (01011281924220)


2) Kemas Bagas Rehtiyansyah (01011281924054)
3) Nur Olivia Dwi Sepriani (01011181924004)
4) Miftahul Jannah (01011281924210)
5) Muhammad Rakha Fadhlurrahman (01011381823123)
6) Rizko Dian Fadeli (01011281924046)
7) Rizky Amalia (01011281924212)
8) Steven Mendert Wagey (01011281924219)

Mata Kuliah : Operasi Bisnis Internasional


Kelas : Manajemen Indralaya A
Tugas Pertemuan 4 :
1. Data terkini tentang beberapa kebijakan (peraturan) terkait perdagangan Ekspor dan Impor
Indonesia yang dikeluarkan oleh Departemen Perdagangan Republik Indonesia!
2. Data terkini tentang kebijakan (peraturan) Investasi asing di Indonesia yang dikeluarkan
oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia!

Beberapa kebijakan (peraturan) terkait perdagangan Ekspor dan Impor Indonesia yang dikeluarkan
oleh Departemen Perdagangan Republik Indonesia:

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN TENTANG


EKSPORTIR DAN IMPORTIR YANG BEREPUTASI BAIK.

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Barang adalah setiap benda, baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun
tidak bergerak, baik dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, dan dapat
diperdagangkan, dipakai, digunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen atau pelaku usaha.
2. Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan Barang dari daerah pabean.
3. Impor adalah kegiatan memasukkan Barang ke dalam daerah pabean.
4. Eksportir adalah orang perseorangan atau lembaga atau badan usaha, baik yang berbentuk
badan hukum maupun bukan badan hukum, yang melakukan Ekspor.
5. Eksportir Bereputasi Baik adalah Eksportir yang memiliki rekam jejak kepatuhan yang
baik dalam pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang Ekspor.
6. Importir adalah orang perseorangan atau lembaga atau badan usaha, baik yang berbentuk
badan hukum maupun bukan badan hukum, yang melakukan Impor.
7. Importir Bereputasi Baik adalah Importir yang memiliki rekam jejak kepatuhan yang baik
dalam pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang Impor.
8. Perizinan Berusaha adalah legalitas yang diberikan kepada pelaku usaha untuk memulai
dan menjalankan usaha dan/atau kegiatannya
9. Angka Pengenal Importir Produsen, yang selanjutnya disingkat API-P adalah tanda
pengenal sebagai Importir produsen.
10. Angka Pengenal Importir Umum, yang selanjutnya disingkat API-U adalah tanda pengenal
sebagai Importir umum.
11. Sistem Indonesia National Single Window yang selanjutnya disingkat SINSW adalah
sistem elektronik yang mengintegrasikan sistem dan/atau informasi berkaitan dengan
proses penanganan dokumen kepabeanan, dokumen kekarantinaan, dokumen perizinan,
dokumen kepelabuhanan/kebandarudaraan, dan dokumen lain, yang terkait dengan Ekspor
dan/atau Impor, yang menjamin keamanan data dan informasi serta memadukan alur dan
proses informasi antar sistem internal secara otomatis.
12. Sistem INATRADE adalah sistem Pelayanan Terpadu Perdagangan pada Kementerian
Perdagangan yang dilakukan secara online melalui portal http://inatrade. kemendag.go. id.
13. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perdagangan.
14. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian
Perdagangan.
15. Tim Penilai adalah Tim yang dibentuk oleh Menteri untuk melakukan penilaian dalam
rangka penetapan Eksportir Bereputasi Baik dan Importir Bereputasi Baik, serta evaluasi
dan penilaian kepatuhan atas Eksportir Bereputasi Baik dan Importir Bereputasi Baik yang
telah ditetapkan oleh Menteri
Pasal 2
(1) Menteri menetapkan Eksportir Bereputasi Baik dan Importir Bereputasi Baik yang dapat
diberikan kemudahan Perizinan Berusaha.
(2) Kementerian/lembaga pemerintah non kementerian dapat merekomendasikan Eksportir
dan/atau Importir kepada Menteri melalui Direktur Jenderal untuk dapat ditetapkan sebagai
Eksportir Bereputasi Baik dan/atau Importir Bereputasi Baik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1).
(3) Penetapan Eksportir Bereputasi Baik dan Importir Bereputasi Baik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri.

Pasal 3
(1) Untuk dapat ditetapkan sebagai Eksportir Bereputasi Baik sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 Eksportir harus memenuhi kriteria:
a. telah memenuhi kewajiban laporan realisasi atas seluruh Persetujuan Ekspor yang telah
dilakukan untuk masing-masing komoditi dalam 1 (satu) tahun terakhir sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. mendapatkan status valid dalam konfirmasi status wajib pajak dari kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan selama 2 (dua) tahun terakhir;
c. pelaksanaan Ekspor Barang dalam 2 (dua) tahun terakhir sesuai dengan bidang usaha atau
nature of business-, tidak pernah dikenai sanksi administratif berupa pencabutan perizinan
terhadap pelanggaran peraturan di bidang Ekspor sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan selama 2 (dua) tahun terakhir;
d. tidak sedang dikenai sanksi administratif berupa peringatan tertulis, penangguhan
perizinan atau pembekuan perizinan terhadap pelanggaran peraturan di bidang Ekspor
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
e. tidak pernah dikenai sanksi pidana di bidang perdagangan.
(2) Eksportir yang telah memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan
sebagai Eksportir Bereputasi Baik oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri Perdagangan.
(3) Dalam hal Eksportir:
a. telah mendapatkan pengakuan sebagai Operator Ekonomi Bersertifikat (Authorized
Economic Operator} atau pengakuan sebagai Mitra Utama Kepabeanan (MITA) dari
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan; atau
b. pernah menerima Penghargaan Primaniyarta dari Menteri mulai tahun 2018, Direktur
Jenderal atas nama Menteri menetapkan Eksportir Bereputasi Baik.

Pasal 4
(1) Untuk dapat ditetapkan sebagai Importir Bereputasi Baik sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 Importir harus memenuhi kriteria:
a. merupakan Importir Produsen;
b. telah memenuhi kewajiban laporan realisasi atas seluruh Persetujuan Impor yang telah
dilakukan untuk masing-masing komoditi dalam 1 (satu) tahun terakhir sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. mendapatkan status valid dalam konfirmasi status wajib pajak dari kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan selama 2 (dua) tahun terakhir;
d. pelaksanaan Impor Barang dalam 2 (dua) tahun terakhir sesuai dengan bidang usaha atau
nature of business;
e. tidak pernah dikenai sanksi administratif berupa pencabutan perizinan terhadap
pelanggaran peraturan di bidang Impor sesuai dengan ketentuan. peraturan perundang-
undangan selama 2 (dua) tahun terakhir;
f. tidak sedang dikenai sanksi administratif berupa peringatan tertulis, penangguhan
perizinan atau pembekuan perizinan terhadap pelanggaran peraturan di bidang Impor
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
g. tidak pernah dikenai sanksi pidana di bidang perdagangan.
(2) Importir yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan
sebagai Importir Bereputasi Baik oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri
(3) Dalam hal Importir telah mendapatkan pengakuan sebagai Operator Ekonomi Bersertifikat
(Authorized Economic Operator} atau Mitra Utama Kepabeanan (MITA) dari Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan, Direktur Jenderal atas nama Menteri
menetapkan Importir Bereputasi Baik.
Pasal 5
(1) Penetapan sebagai Eksportir Bereputasi Baik dan/atau Importir Bereputasi Baik bagi Eksportir
dan/atau Importir yang telah memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1)
dan Pasal 4 ayat (1) berlaku sejak tanggal ditetapkan sampai dengan penetapan sebagai
Eksportir Bereputasi Baik dan/atau Importir Bereputasi Baik dicabut.
(2) Penetapan sebagai Eksportir Bereputasi Baik dan/atau Importir Bereputasi Baik bagi Eksportir
dan/atau Importir yang telah mendapatkan pengakuan sebagai Operator Ekonomi Bersertifikat
(Authorized Economic Operator} atau Mitra Utama Kepabeanan (MITA) dari Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3)
huruf a dan Pasal 4 ayat (3), berlaku sampai dengan:
a. pengakuan sebagai Operator Ekonomi Bersertifikat (Authorized Economic Operator} atau
Mitra Utama Kepabeanan (MITA) dicabut oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Kementerian Keuangan; atau
b. penetapan sebagai Eksportir Bereputasi Baik dan Importir Bereputasi Baik dicabut oleh
Direktur Jenderal atas nama Menteri.
(3) Penetapan sebagai Eksportir Bereputasi Baik bagi Eksportir yang mendapatkan Penghargaan
Primaniyarta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) huruf b berlaku sejak tanggal
ditetapkan sampai dengan penetapan sebagai Eksportir Bereputasi Baik dan Importir
Bereputasi Baik dicabut.

Pasal 6
(1) Eksportir dan Importir yang ditetapkan sebagai Eksportir Bereputasi Baik dan Importir
Bereputasi Baik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), diberikan kemudahan atas
Perizinan Berusaha di bidang perdagangan berupa penerbitan Perizinan Berusaha di bidang
Ekspor dan Impor secara elektronik dan otomatis.
(2) Jenis Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercanturn dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 7
Eksportir Bereputasi Baik dan Importir Bereputasi Baik bertanggung jawab penuh terhadap
kebenaran dokumen persyaratan yang diajukan secara elektronik pada saat mengajukan
permohonan penerbitan Perizinan Berusaha di bidang Ekspor dan/atau Impor sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan melalui SINSW.

Pasal 8
(1) Dalam penetapan Eksportir dan Importir Bereputasi Baik sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 dan Pasal 4, Menteri membentuk Tim Penilai yang terdiri dari perwakilan sebagai berikut:
a. Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri;
b. Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga; dan
c. Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional.
(2) Tim Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas:
a. melakukan identifikasi calon Eksportir Bereputasi Baik dan Importir Bereputasi Baik untuk
dilakukan penilaian sesuai dengan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(1) dan Pasal 4 ayat (1);
b. melakukan penilaian terhadap calon Eksportir Bereputasi Baik dan Importir Bereputasi
Baik atas terpenuhinya persyaratan untuk dapat ditetapkan sebagai Eksportir Bereputasi
Baik dan Importir Bereputasi Baik;
c. memberikan usulan penetapan Eksportir Bereputasi Baik dan Importir Bereputasi Baik
berdasarkan hasil penilaian persyaratan atau rekomendasi yang disampaikan
kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian;
d. melakukan evaluasi dan penilaian kepatuhan, dengan cara:
1) memeriksa dokumen yang telah disampaikan melalui SINSW yang diteruskan ke
sistem INATRADE pada saat pengajuan permohonan perizinan berusaha oleh
Eksportir Bereputasi Baik dan Importir Bereputasi Baik, dan
2) memastikan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dan Pasal 4
ayat (1) tetap terpenuhi; dan/atau e. melaporkan hasil evaluasi dan penilaian
kepatuhan kepada Menteri.
(3) Dalam melaksanakan tugasnya, Tim Penilai dapat melakukan audit, verifikasi lapangan
dan/atau meminta pertimbangan dari kementerian/lembaga lain, apabila diperlukan.
Pasal 9
Tim Penilai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) bertugas dalam jangka waktu 1 (satu)
tahun sekali atau sewaktu-waktu dalam hal diperlukan.
Pasal 10
(1) Penetapan sebagai Eksportir Bereputasi Baik dan/atau penetapan sebagai Importir Bereputasi
Baik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dibekukan apabila berdasarkan hasil
evaluasi dan penilaian kepatuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf d,
ditemukan Eksportir Bereputasi Baik dan Importir Bereputasi Baik:
a. tidak memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) atau Pasal 4 ayat
(1); dan/atau
b. sedang dalam penyidikan atas dugaan tindak pidana di bidang perdagangan.
(2) Selain berdasarkan hasil evaluasi dan penilaian kepatuhan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), penetapan sebagai Eksportir Bereputasi Baik dan/atau penetapan sebagai Importir
Bereputasi Baik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dibekukan apabila Eksportir
Bereputasi Baik dan Importir Bereputasi Baik sedang dikenai sanksi di bidang kepabeanan oleh
pejabat pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan.
(3) Terhadap Eksportir dan Importir yang telah dikenai sanksi administratif berupa pembekuan
penetapan sebagai Eksportir Bereputasi Baik dan Importir Bereputasi Baik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), tidak diberikan kemudahan dalam pelaksanaan Ekspor dan
Impor Barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.
(4) Pembekuan terhadap penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat
diaktifkan kembali apabila Eksportir dan Importir:
a. telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b, dalam
jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal pembekuan;
b. telah dikeluarkan surat perintah penghentian penyidikan atas dugaan tindak pidana di
bidang perdagangan dan/atau di bidang kepabeanan oleh penyidik;
c. dinyatakan tidak bersalah atau dibebaskan dari segala tuntutan hukum berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; dan/atau
d. pengenaan sanksi dibidang kepabeanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dicabut oleh
pejabat pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan.
(5) Penetapan sebagai Eksportir Bereputasi Baik dan Importir Bereputasi Baik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dicabut apabila Eksportir dan Importir:
a. tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b,
setelah jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal pembekuan;
b. menyalahgunakan Perizinan Berusaha di bidang Ekspor atau Impor;
c. dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap atas tindak pidana di bidang perdagangan; dan/atau
d. telah mendapatkan sanksi pembekuan penetapan sebagai Eksportir Bereputasi Baik dan
Importir Bereputasi Baik sebanyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun.
(6) Pembekuan, pengaktifan kembali, dan pencabutan penetapan sebagai Eksportir Bereputasi Baik
dan Importir Bereputasi Baik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (4) dan ayat
(5) dilakukan oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri melalui sistem INATRADE yang
diteruskan ke SINSW.
Pasal 11
Eksportir dan Importir yang telah dikenai sanksi pencabutan sebagai Eksportir Bereputasi Baik dan
Importir Bereputasi Baik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (5), Eksportir dan Importir
dapat mengajukan permohonan kepada Menteri untuk ditetapkan kembali sebagai Eksportir
Bereputasi Baik dan Importir Bereputasi Baik setelah memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (1) dan ayat (2), dan/atau Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2) setelah 2 (dua) tahun
terhitung sejak tanggal pencabutan.
Pasal 12
Tim Penilai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) bekerja sama dengan Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai Kementerian Keuangan dapat melakukan monitoring terhadap Eksportir Bereputasi
Baik dan Importir Bereputasi Baik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2).
Pasal 13
Peraturan Menteri ini mulai berlaku setelah 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Beberapa kebijakan (peraturan) Investasi asing di Indonesia yang dikeluarkan oleh Badan
Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia

A. Pendirian Usaha
1. Pendirian Dan Pendaftaran Usaha

Pendaftaran Penanaman Modal


Diwajibkan bagi Penanam Modal Asing (PMA) dan dilakukan melalui Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (PTSP) Penanaman Modal di BKPM untuk mendapatkan Izin Pendaftaran.
Digunakan sebagai sarana melakukan pengecekan apakah bidang usaha yang akan dimasuki
tidak masuk dalam daftar negatif investasi. Bagi Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN) tidak
wajib melakukan pendaftaran penanaman modal kecuali jika diperlukan.
Pendaftaran Penanaman Modal oleh PMA dapat dilakukan sebelum atau sesudah dimilikinya
Akte Notaris dan Pengesahan Badan Hukum Perusahaan dari Departemen Hukum dan HAM.
Namun setelah mendapatkan Izin Pendaftaran Penanaman Modal, harus segera ditindaklanjuti
dengan pembuatan akte perusahaan dan Pengesahan Badan Hukum Perusahaan.

Nomor Pokok Wajib Pajak


Diwajibkan bagi perorangan dan badan usaha termasuk Penanam Modal Asing
(PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri dan menjadi persyaratan untuk pembuatan
akte badan usaha dan badan hukum usaha untuk dapat melakukan kegiatan ekonomi/usaha
diwilayah hukum Indonesia. Menjadi identitas atas kewajiban pajak yang dibebankan dari
kegiatan ekonomi yang dilakukan. NPWP diajukan dan diproses di Kantor Pelayanan Pajak
yang ada di setiap daerah.

Akte Pendirian Badan Usaha


Diwajibkan bagi Penanam Modal Asing (PMA) untuk mendapatkan status badan
usaha berbentuk perseroan terbatas (PT) yang sah bagi yang sudah melakukan pendaftaran
penanaman modal atau yang akan melakukan pendaftaran penanaman modal.
Diwajibkan bagi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) untuk mendapatkan status badan
usaha (berbentuk PT, CV, FA, perorangan, Koperasi, Yayasan) yang sah sebelum mendapatkan
izin prinsip penanaman modal dan perizinan lain dalam rangka operasional usaha. Akte Badan
Usaha dikeluarkan oleh notaris dan harus mendapatkan pengesahan dari Kementerian Hukum
dan HAM.

Pengesahan Badan Hukum Usaha


Harus dilakukan terhadap akte pendirian badan usaha yang sudah dibuat agar badan
usaha tersebut sah sebagai badan hukum Perseroan Terbatas.Status Badan Hukum yang sah
menjadi persyaratan bagi penanaman modal dan dapat melanjutkan proses pengurusan izin
penanaman modal dan pengoperasian usaha pada tahap berikutnya.

2. Perolehan Fasilitas
Izin Prinsip Penanaman Modal
Izin Prinsip harus dimiliki oleh PMA yang telah terdaftar maupun PMDN yang
ingin mendapatkan fasilitas dalam rangka penanaman modal. Fasilitas penanaman modal yang
bisa didapatkan adalah pembebasan bea masuk impor mesin, impor barang dan bahan,
pembebasan PPN dan fasilitas keringanan PPh). Pengurusan Izin Prinsip dilakukan melalui
PTSP Penanaman Modal di BKPM. Bagi PMDN, penguurusan izin prinsip.

Angka Pengenal Importir – Produsen (API-P) / Umum (APIU)


API merupakan identitas pengenal bagi investor untuk melakukan impor dan
mendapatkan fasilitas impor dalam rangka penanaman modal. Penanaman modal yang bisa
didapatkan adalah pembebasan bea masuk impor mesin, impor barang dan bahan, pembebasan
PPN dan fasilitas keringanan PPh). Angka Pengenal Importir-Produsen (API-P) diperuntukan
untuk impor barang modal dan barang dan bahan yang tidak untuk dijual kembali (bukan
perdagangan), sedangkan Angka Pengenal Importir-Umum (APIU) diperuntukan untuk impor
barang untuk untuk dijual kembali (bidang perdagangan).

3. Penggunaan Tenaga Kerja Asing


Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA)
RPTKA adalah dokumen tentang perencanaan penggunaan tenaga kerja asing yang
harus dimiliki oleh kegiatan investasi (PMA dan PMDN) yang menggunakan tenaga kerja asing
dalam kegiatan usahanya. RPTKA dikeluarkan oleh Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi.

Rekomendasi Visa untuk Bekerja (TA-01)


Rekomendasi TA-01 adalah dokumen untuk mendapatkan fasilitas khusus visa.
Tenaga kerja asing yang dipekerjakan pada kegiatan investasi (PMA dan PMDN) yang dimiliki.
Rekomendasi TA-01 diajukan dan diproses di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (IMTA)


IMTA harus dimiliki oleh penanaman modal (PMA dan PMDN) yang akan
menggunakan tenaga kerja asing dalam kegiatan investasinya di wilayah Indonesia. IMTA
diajukan dan diproses di kementerian tenaga Kerja dan Transmigrasi.

4. Izin Lahan Dan Bangunan (Konstruksi)


Tata Ruang dan Rencana Kota
Beberapa daerah mewajibkan penanam modal memiliki dokumen atau izin yang
terkait dengan kelayakan untuk melakukan kegiatan investasi disuatu lokasi sesuai dengan tata
ruang dan atau rencana kota di daerah tersebut. Dokumen ini dikeluarkan oleh pemerintah
daerah melalui instansi yang ditunjuk. Nama izin yang terkait dengan tata ruang dan rencana
kota ini bervariasi antar daerah. Namun beberapa daerah lain tidak mewajibkan adanya
dokumen ini karena dinilai sudah termasuk dalam dokumen penguasaan/penggunaan tanah.

Izin Peruntukkan Penggunaan Tanah (SIPPT)


Bagi kegiatan investasi (PMA dan PMDN) yang memerlukan tanah/lahan untuk
kegiatan investasinya, biasanya diwajibkan memiliki izin yang terkait dengan penguasaan dan
pemanfaatan tanah untuk kegiatan investasi tersebut dalam bentuk Izin Perutukan Penggunaan
Tanah (IPPT). Izin ini dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah dengan nama izin bervariasi antar
daerah namun memiliki fungsi yang sama yaitu untuk menunjukkan bahwa lahan yang akan
menjadi lokasi investasi sudah dikuasai oleh investor.
Izin Mendirikan Bangunan
Penanaman Modal (PMA dan PMDN) yang melakukan pendirian bangunan untuk
kegiatan investasinya harus memiliki izin untuk pendirian bangunan. Izin pendirian bangunan
dikeluarkan oleh Pemerintah daerah melalui instansi yang ditunjuk atau pelayanan terpadu
perizinan satu pintu/atap di daerah.

5. Izin Lingkungan
Izin Undang-Undang Gangguan
Untuk menjamin bahwa kegiatan investasi tidak menimbulkan gangguan terhadap
masyarakat disekitarnya, pemerintah daerah mewajibkan adanya Izin Undang-Undang
Gangguan (HO) bagi kegiatan investasi (PMA maupun PMDN) di luar kawasan khusus. Izin
UUG dikeluarkan oleh Pemerintah daerah melalui instansi yang ditunjuk atau pelayanan
terpadu perizinan satu pintu/atap di daerah.

Rekomendasi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)


Rekomendasi AMDAL wajib dimiliki oleh kegiatan penanaman modal (PMA dan
PMDN) yang dalam kegiatan investasinya berpotensi memberikan dampak negatif terhadap
lingkungan. Rekomendasi AMDAL dikeluarkan oleh pemerintah daerah melalui instansi
pemerintah daerah yang ditunjuk atau melalui pelayanan terpadu periizinan satu pintu/atap di
daerah. Untuk kegiatan investasi dengan skala yang lebih kecil, izin lingkungan ini dalam
bentuk Rekomendasi Upaya Kelola/Pemantauan Lingkungan (UKL/UPL)

Izin Pengambilan/Pemanfaatan Air Bawah Tanah


Izin Pengambilan/Pemanfaatan Air Bawah Tanah (IPABT) wajib dimiliki oleh
semua kegiatan penanaman modal baik PMA maupun PMDN dan kegiatan usaha yang dalam
operasionalnya menggunakan dan memanfaatkan air bawah tanah dengan mengginakan sumur
bor atau sumur pantek. Pengajuan Izin Pengambilan Air Bawah Tanah disampaikan kepada
SKPD yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.
6. Pendirian Bidang Usaha (Umum)
Izin Usaha
Izin Usaha wajib dimiliki oleh kegiatan Penanaman Modal Asing (PMA) untuk
dapat menyelenggarakan kegiatan produksi/operasional usaha. Permohonan izin usaha diajukan
dan diproses di PTSP di BKPM.

Surat Izin Tempat Usaha.


Surat Izin Tempat Usaha wajib dimiliki oleh kegiatan penanaman modal baik PMA
maupun PMDN dan kegiatan usaha sebagai bukti keabsahan lokasi usaha. SITU juga menjadi
persyaratan untuk mendapatkan ijin-ijin untuk operasional usaha.

Tanda Daftar Perusahaan


Diwajibkan bagi penanam modal yang telah mendapatkan persetujuan prinsip dan
akan memulai pelaksanaan kegiatan penanaman modal disuatu daerah. Tanda Daftar
Perusahaan (TDP) diproses dan dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah melalui PTSP di daerah
atau Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.

7. Pendirian Bidang Usaha (Spesifik)


Perijinan pendirian usaha bervariasi antar sektor. ‘Investment Step by Step’ untuk
mengetahui tahap perijinan, waktu, dan biaya dalam pendirian bidang usaha.

B. Perluasan Usaha
1. Izin Perluasan Usaha
Izin Prinsip Perluasan Penanaman Modal
Izin Prinsip Perluasan Penanaman Modal wajib dimiliki oleh kegiatan penanaman
modal dan usaha baik PMA maupun PMDN yang akan melakukan kegiatan perluasan dari
penanaman modal yang telah dilakukan dan sebelumnya telah memiliki Izin Prinsip Penanaman
Modal. Izin Prinsip Perluasan Penanaman Modal diterbitkan di BKPM. Izin Prinsip Perluasan
Penanaman Modal dapat diajukan dan diproses di PTSP di BKPM.
Pendaftaran Perluasan Penanaman Modal
Pendaftaran Perluasan Penanaman Modal wajib dimiliki oleh kegiatan penanaman
modal dan usaha baik PMA maupun PMDN yang akan melakukan kegiatan perluasan dari
penanaman modal yang telah dilakukan dan sebelumnya belum memiliki Izin Prinsip.
Pendaftaran Perluasan Penanaman Modal diterbitkan di BKPM. Pendaftaran Perluasan
Penanaman Modal dapat diajukan dan diproses di PTSP di BKPM.

C. Perubahan Kepemilikan
1. Izin Perubahan Kepemilikan

Pendaftaran Perubahan Penanaman Modal


Pendaftaran Perubahan Penanaman Modal wajib dimiliki oleh kegiatan penanaman
modal dan usaha baik PMA maupun PMDN yang akan mengalami perubahan kepemilikan dari
penanaman modal yang telah dilakukan dan sebelumnya tidak/belum memiliki Izin Prinsip atau
Izin Usaha. Pendaftaran Perubahan Penanaman Modal diterbitkan di BKPM. Pendaftaran
Perubahan Penanaman Modal dapat diajukan dan diproses di PTSP di BKPM.

Izin Prinsip Perubahan Penanaman Modal


Izin Prinsip Perubahan Penanaman Modal wajib dimiliki oleh kegiatan penanaman
modal dan usaha baik PMA maupun PMDN yang akan mengalami perubahan kepemilikan dari
penanaman modal yang telah dilakukan dan sebelumnya sudah memiliki memiliki Izin Prinsip
Penanaman Modal. Izin Prinsip Perubahan Penanaman Modal diterbitkan di BKPM. Izin
Prinsip Perubahan Penanaman Modal dapat diajukan dan diproses di PTSP di BKPM.

Izin Usaha Perubahan


Izin Usaha Perubahan wajib dimiliki oleh kegiatan penanaman modal dan usaha
baik PMA maupun PMDN yang akan mengalami perubahan kepemilikan dari penanaman
modal yang telah dilakukan dan sebelumnya sudah memiliki memiliki Izin Usaha. Izin Usaha
Perubahan diterbitkan di BKPM. Izin Usaha Perubahan dapat diajukan dan diproses di PTSP di
BKPM.
D. Kawasan Khusus
1. Kawasan Industri
Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri pengolahan
yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan fasilitas penunjang lainnya yang disediakan dan
dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri.

2. Izin Kegiatan Penanaman Modal Dalam Bidang Kawasan Industri


Izin Tetap
Izin yang harus dimiliki oleh perusahaan Kawasan Industri yang telah
menyelesaikan penyiapan Kawasan Industri secara siap pakai untuk dimanfaatkan. Izin Tetap
diajukan dan diproses di Kementerian Perindustrian. Izin Tetap bagi PMDN berlaku selama
perusahaan kawasan industri tersebut masih beroperasional. Izin tetap bagi PMS berlaku selama
masa 30 tahun. Persyaratan untuk memperoleh izin tetap adalah:
1) Mengisi formulir Model PMK II sebagaimana tercantum dalam Surat Keputusan Menteri
Perindustrian No. 291/M/SK/10/1989;
2) Rencana Tapak Parsial yang sudah disahkan oleh Pemerintah Daerah;
3) Konfirmasi dari Kantor Pertanahan di Daerah bahwa tanah yang dimohonkan sudah
dibebaskan dan bebas dari gugatan pihak lain;
4) Rekomendasi AMDAL dan menyatakan bahwa yang bersangkutan akan melaksanakan
segala kewajiban pengelolaan lingkungan seperti yang akan direkomendasikan dalam
RKL/RPL yang sudah disahkan oleh Komisi Pusat AMDAL Departemen Perindustrian;
5) Bukti bahwa tanah yang dimohonkan secara fisik sudah dapat digunakan oleh perusahaan
industri untuk mulai melakukan persiapan-persiapan pembangunan industrinya.

Persetujuan Prinsip
Persetujuan yang harus dimiliki untuk melakukan persiapan-persiapan penyediaan
tanah, perencanaan, penyusunan rencana tapak tanah di Kawasan Industri dan usaha
pembangunan, pengadaan, pemasangan instalasi/peralatan yang diperlukan. Persetujuan prinisp
diajukan dan diproses di Kementerian Perindustrian.
Izin Tetap Parsial bagi Perusahaan Kawasan Industri
Izin yang tetap yang harus dimiliki secara bertahap dari sebagian tanah sedikitnya
seluas 20% dari luas tanah dalam Izin Lokasi Kawasan Industri dengan luas tanah sedikitnya
50Ha; Pengajuan dan pemrosesan izin tetap parsial dilakukan bersamaan dengan pengajuan dan
pemrosesan izin tetap.

Ijin Lokasi
Ijin yang harus dimiliki oleh perusahaan untuk menggunakan tanah seluas yang
benar-benar diperlukan untuk kepentingan Pembangunan Kawasan Industri, sesuai dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah. Izin Lokasi diajukan dan diproses di SKPD yang ditunjuk oleh
pemerintah daerah di lokasi dimana Kawasan Industri berada.

3. Izin Kegiatan Penanaman Modal Di Dalam Kawasan Industri


Izin Usaha Dalam Kawasan Industri
Yaitu izin yang dikeluarkan oleh pengelola/penyelenggara kawasan Industri untuk
berusaha/melakukan kegiatan usaha di dalam kawasan industri. Pengajuan dan pemrosesan izin
usaha dalam kawasan industri ini dilakukan di Kantor Pengelola Kawasan Industri.

Tanda Daftar Perusahaan


Diwajibkan bagi penanam modal yang telah mendapatkan persetujuan prinsip dan
akan memulai pelaksanaan kegiatan penanaman modal disuatu daerah. Tanda Daftar
Perusahaan (TDP) diproses dan dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah melalui PTSP di daerah
atau Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.

4. Kawasan Berikat
Kawasan Berikat adalah suatu bangunan, tempat atau kawasan dengan batas-batas
tertentu yan didalamnya dilakukan kegiatan usaha industri pengolahan barang dan bahan,
kegiatan rancang bangun, perekayasaan, penyortiran, pemeriksaan awal, pemeriksaan akhir,
dan pengepakan atas barang dan bahan asal impor atau barang dan bahan dari dalam Daerah
Pabean Indonesia Lainnya (DPIL), yang hasilnya terutama untuk tujuan ekspor.
5. Izin Penyelenggara Kawasan Berikat (Pkb) Sekaligus Pengusaha Dalam Kawasan
Berikat (PDKB)
Adalah izin yang harus dimiliki kegiatan penanaman modal baik PMDN maupun
PMA dalam bidang industri pengolahan/manufaktur bukan hanya perakitan yang lokasi industri
dan atau pergudangannya ingin mendapatkan fasilitas sebagai kawasan berikat dan
mendapatkan status Penyelenggara Kawasan (PKB) berikat sekaligus Pengusaha Dalam
Kawasan Berikat (PDKB)dengan memenuhi persyaratan yang ditentukan. Pengajuan izin PKB
sekaligus PDKB diajukan kepada Menteri Keuangan. Persyaratan untuk mendapatkan Izin PKB
sekaligus PDKB terdiri dari:
1) Fotokopi surat izin usaha dari instansi teknis terkait;
2) Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau, UPL & UKL;
3) Fotokopi akte pendirian perusahaan yang telah disahkan oleh Departemen Hukum &
HAM RI (d/h Departemen Kehakiman);
4) Fotokopi bukti kepemilikan/penguasaan lokasi/tempat yang akan dijadikan KB (jika
berdasarkan kontrak sewa menyewa, minimal dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun);
5) Fotokopi NPWP, penetapan sebagai PKP dan SPT tahunan PPh tahun terakhir bagi
perusahaan yang sudah wajib menyerahkan SPT;
6) Berita Acara Pemeriksaan lokasi dari Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC)
yang mengawasi disertai lampiran berupa peta lokasi/tempat/ denah/tata letak dan foto-
foto lokasi yang akan dijadikan KB yang telah ditandasahkan oleh KPBC yang
mengawasi;
7) Surat Keputusan dari instansi Pemda terkait / Perda yang menetapkan area calon KB
merupakan Kawasan Industri / Kawasan Peruntukan Industri (Kedepannya ijin KB
hanya akan diberikan untuk perusahaan di dalam KAWASAN INDUSTRI);
8) Fotokopi KTP/ KITAS a.n penanggung jawab perusahaan dan fotokopi surat ijin kerja
tenaga kerja asing (apabila penanggung jawab adalah WNA)
9) Fotokopi Surat Pemberitahuan Registrasi (SPR).

6. Izin Pengusaha Dalam Kawasan Berikat (PDKB)


Adalah izin yang harus dimiliki kegiatan penanaman modal baik PMDN maupun
PMA dalam bidang industri pengolahan/manufaktur bukan hanya perakitan yang melakukan
kegiatan produksi dan pergudangannya di dalam kawasan berikat untuk mendapatkan fasilitas
sebagai Pengusaha Dalam Kawasan Berikat dengan memenuhi persyaratan yang ditentukan.
Pengajuan izin PDKB diajukan kepada Kantor Pelayanan Bea Cukai (KPBC). Persyaratan
untuk mendapatkan Izin PDKB terdiri dari:
1) Rekomendasi dari PKB;
2) urat izin usaha industri dari instansi teknis terkait;
3) Fotokopi akte pendirian perusahaan yang telah disahkan oleh Departemen Hukum &
HAM RI (d/h Departemen Kehakiman);
4) Fotokopi bukti kepemilikan lokasi/tempat yang akan dijadikan KB (jika berdasarkan
kontrak sewa menyewa, minimal dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun) ;
5) Fotokopi NPWP, penetapan sebagai PKP dan SPT tahunan PPh tahun terakhir bagi
perusahaan yang sudah wajib menyerahkan SPT;
6) Berita Acara Pemeriksaan lokasi dari Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC)
yang mengawasi disertai lampiran berupa peta lokasi/tempat/ denah/tata letak dan foto-
foto lokasi yang akan dijadikan KB yang telah ditandasahkan oleh KPBC yang
mengawasi;
7) Saldo awal bahan baku, bahan dalam proses, barang jadi, barang modal dan peralatan
pabrik;
8) Fotokopi KTP/ KITAS a.n penanggung jawab perusahaan dan fotokopi surat ijin kerja
tenaga kerja asing (apabila penanggung jawab adalah WNA)
9) Fotokopi Surat Pemberitahuan Registrasi (SPR).

E. Penutupan Usaha
1. Izin Penutupan Usaha
Bagi penanaman modal yang akan menutup investasinya, harus mengajukan
pencabutan penanaman modal. Pencabutan penanaman modal untuk membatalkan
pendaftaran penanaman modal, izin prinsip Penanaman Modal, Persetujuan Penanaman
Modal maupun Izin Pendirian Kantor Perwakilan Perusahaan Asing.
Pengajuan permohonan pencabutan penanaman modal disampaikan kepada BKPM
atau instansi penanaman modal di daerah dengan melengkapi persyaratan:
1) Surat permohonan pencabutan yang ditandatangani oleh direktur atau yang diberi
kuasa;
2) Rekaman RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) yang berisi persetujuan
(kesepakatan) pencabutan Pendaftaran Penanaman Modal, Izin Prinsip Penanaman
Modal, Persetujuan Penanaman Modal, Izin Pendirian KPPA (kantor Perwakilan
Perusahaan Asing), Izin Usaha maupun Izin Usaha Tetap;
3) Rekaman akta pendirian perusahaan beserta perubahannya;
4) KPM (laporan Kegiatan Penanaman Modal) periode terakhir;
Pencabutan penanaman modal dalam bentuk pencabutan pendaftaran penanaman
modal/Izin Prinsip Penanaman Modal/Persetujuan Penanaman Modal atau Izin Usaha
dalam waktu 10 hari.

Anda mungkin juga menyukai