Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“ABORTUS”

DISUSUN OLEH :

LUKMAN MULIA RAMADHAN

191101038

POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK


JURUSAN KEPERAWATAN SINGKAWANG
PRODI DIII KEPERAWATAN
2020/2021
Satuan Acara Penyuluhan ( SAP )
Pokok Bahasan : Abortus
Sub Pokok Bahasan : Abortus pada kehamilan
Sasaran : Ibu Hamil di lingkungan PUSKESMAS ROBAN
Kompetensi Dasar : Memahami tentang abortus pada kehamilan
Tempat : Aula PUSKESMAS ROBAN
Waktu                                    : Senin / 23 Agustus 2021 , jam 09.00 WIB
Penyaji Materi : Lukman Mulia Ramadhan

1. TUJUAN
TIU
Setelah melakukan kegiatan penyuluhan tentang abortus selama 40 menit, diharapkan para ibu
hamil mampu memahami dan dapat mencegah terjadinya abortus pada kehamilan berikutnya.

2. TIK
Setelah dilakukan penyuluhan, ibu dapat mengetahui dan mengerti tentang :

– Pengertian Abortus

– Penyebab Abortus

– Jenis- jenis Abortus

– Tanda dan gejala Abortus

– Penatalaksanaan Abortus

– Pencegahan Abortus

1. MANFAAT
Dapat memberikan pengetahuan bagi ibu tentang abortus
 METODE
Ceramah dan Tanya Jawab

1. MEDIA
Leaflet

1. PENATALAKSANAAN KEGIATAN
2. Matrik Penyuluhan

Aspek
Materi Kompetensi Indikator/kriteria kompetensi
pokok dasar penilaian/ TIK K A P Waktu Metode Media Evaluasi
1.Ceramah
Memahami 09.00- 2. Tanya Leaflet
abortus pada 10.00 jawab dan
Abortus kehamilan WIB flipchart

2. Langkah Penyuluhan

NO Kegiatan Penyuluhan Waktu Kegiatan Peserta


Sasaran mendengarkan
serta memperhatikan para
1 Pembukaan: 10 menit penyuluh
Sasaran mendengarkan ,
memperhatikan dan
mengerti tentang materi
2 Pelaksanaan: 15 menit yang disampaikan
3 Evaluasi: 15 menit Ada respon dari sasaran
dengan menanyakan
tentang materi yang tidak
mengerti dan
membingungkan
Sasaran dapat
menyebutkan isi materi
4 Penutup: 10 menit yang telah disampaikan

1. MATERI :
 
1. Pengertian
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu
atau buah kehamilan belum mampu hidup diluar kandungan ( Sarwono, 200)

2. Penyebab abortus
3. Faktor ibu
1). Infeksi akut : virus (cacar, rubella, hepatitis, herpes simplex),bakteri (salmonella tphy),
parasit (plasmodium).

2). Infeksi kronis : sifilis, TB paru aktif, keracunan (keracunan tembaga, air raksa, timah).

3). Penyakit kronis : hipertensi, nepritis, diabetes, anemia berat, penyakit jantung.

4). Gangguan fisiologis : syok, ketakutan.

5). Trauma fisik

6). Usia ibu saat hamil kurang dari 20 tahun dan lebih dari 30 tahun (usia aman untuk kehamilan
dan persalinan adalah 20-30 tahun). Ibu-ibu yang terlalu muda seringkali secara emosional dan
fisik belum matang, selain itu pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang masih muda
tergantung pada orang lain. Abortus dapat juga terjadi pada ibu yang tua usianya meskipun
mereka telah berpengalaman, namun kondisi badan dan kesehatannya sudah mulai menurun
sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan janin intra uterin.
7). Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat: jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat
menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik (menyebabkan abortus), persalinan lama dan
perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik.

1. Faktor janin :
Dimana terjadi gangguan pertumbuhan pada zigot, embrio atau plasenta contohnya abnormal
pembentukan plasenta, kelainan kromosom (monosomi, trisomi).

1. Faktor eksternal :
Dapat disebabkan oleh radiasi, obat-obatan,merokok, alcohol, kopi, dan bahan kimia.

3. Jenis-jenis abortus
4. Abortus spontanea (abortus yang berlangsung tanpa tindakan)
1). Abortus iminens

Adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana
hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi serviks.Diagnosis abortus iminens
ditentukan apabila terjadi perdarahan pervaginam pada paruh pertama kehamilan. Yang pertama
kali muncul biasanya adalah perdarahan dari beberapa jam sampai beberapa hari kemudian
terjadi kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri
berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul, atau rasa
tidak nyaman atau nyeri tumpul digaris tengah suprapubis.Kadang-kadang terjadi perdarahan
ringan selama beberapa minggu.Dalam hal ini perlu diputuskan apakah kehamilan dapat
dilanjutkan.

2). Abortus insipiens


Adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi
serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules
menjadi lebih sering dan keluar perdarahan bertambah.

3). Abortus inkomplit

Adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih
ada sisa tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian) tertahan di uterus,
cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkomplit

4). Abortus komplit

Pada abortus komplit semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.Pada penderita ditemukan
perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil.Diagnosis
dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya
sudah keluar dengan lengkap.

5). Missed abortion

Adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang telah mati itu tidak
dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.Missed abortion biasanya di dahului oleh abortus
iminens yang kemudian menghilang secara spontan, atau setelah pengobatan.Gejala subyektif
kehamilan menghilang, mamae agak mengendor lagi, uterus mengecil, tes kehamilan menjadi
negative.

6). Abortus habitualis

Adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut.Pada umumnya penderita
tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannnya berakhir sebelum 28 minggu.

1. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)


1). Kondisi yang memungkinkan dilakukan tindakan abortus provokatus adalah ibu dengan
perdarahan terus-menerus atau jika janin telah meninggal, ibu dengan mola hidatidosa, infeksi
uterus akibat tindakan abortus kriminalis (akibat pemerkosaan), ibu dengan kanker servik,
kanker payudara, hipertensi, TB paru aktif, DM yang disertai komplikasi vaskuler, epilepsy,
hiperemsis gravidarum yang berat, telah berulang kali mengalami operasi Caesar, dan ibu dengan
gangguan jiwa disertai kecenderungan untuk bunuh diri.

2). Abortus provokatus kriminalis

Abortus provokatus kriminalis sering terjadi pada kehamilan yang tidak dikehendaki. Ada
beberapa alasan wanita tidak menginginkan kehamilannya yaitu :

a). Alasan kesehatan, dimana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.

b). Alasan psikososial, dimana ibu sendiri enggan/tidak mau untuk punya anak lagi.

c). Kehamilan diluar nikah.

d). Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi keluarga.

e). Masalah social, misalnya kuatir adanya penyakit keturunan, janin cacat.

f).Kehamilan yang terjadi akibat pemerkosaan atau akibat incest (hubungan antar keluarga).

g). Adanya kegagalan kontrasepsi juga termasuk tindakan kehamilan yang tidak diinginkan.

4. Tanda dan gejala abortus


5. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu.
6. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah, kesadaran menurun, tekanan
darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau
meningkat.
7. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi.
8. Rasa mules atau kram perut didaerah atas simpisis, sering nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus.
5. Penatalaksanaan abortus
6. Abortus iminens
1). Istirahatkan baring.

2). Observasi perdarahan.

3). Hindarkan koitus

4). Terapi hormone progeteron intramuscular atau dengan berbagai zat.

5). Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.

1. Abortus insipiens
Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum,
disusul dengan kerokan.

1). Jika usia kehamilan kurang darim 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi vakum
manual. Jika evaluasi tidak dapat segera lakukan :

a). Berikan ergomefrin 0,2/i.m (dapat di ulang setiap 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400
mcg peroral (dapat di ulang setiap 4 jam bila perlu).

b). Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.

2). Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu

a). Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi kemudian evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.

b). Jika perlu, lakukan pemasangan infuse 20 unit oksitoksin dalam 500 ml cairan intravena
(Nacl atau RL dengan kecepatan 40 tts/mnt untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi).
3). Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan

1. Abortus inkomplit
1). Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu, evaluasi dapat
dilakukan. secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang
keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler atau miso
prostol 400 mcg per oral.

2). Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang 16 minggu,
evaluasi hasil konsepsi dengan :

 Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi dengan kuret
tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
 Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler
(diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg peroral (dapat diulang setelah 4
jam bila perlu).
3). Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:

 Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau
ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
 Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi
hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)
 Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
4). Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

1. Missed abortion
Setelah diagnosis missed abortion dibuat, timbul pertanyaan apakah hasil konsepsi perlu segera
dikeluarkan. Tindakan pengeluaran itu tergantung dari berbagai faktor, seperti apakah kadar
fibrinogen dalam darah sudatr mulai turun. Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila janin yang
mati lebih dari I bulan tidak dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita perlu diperhatikan
karena tidak jarang wanita yang bersangkutan merasa gelisah, mengetahui ia mengandung janin
yang telah mati, dan ingin supaya janin secepatnya dikeluarkan.
6. Pencegahan abortus
7. Usia ibu untuk hamil dan bersalin tidak boleh kurang dari 20 tahun dan lebih dari 30
tahun.
8. Pentingnya untuk melakukan pemeriksaan dini sebelum hamil untuk mendeteksi adanya
masalah-masalah kesehatan atau penyakit-penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus atau
bakteri yang dapat mengganggu pertumbuhan janin.
9. Kehamilan harus direncanakan, sudah siap secara emosional dan fisik untuk menjadi
orangtua.
10. Mengatur jarak kehamilan dan bersalin agar tidak terlalu dekat.
11. Pemeriksaan kehamilan secara teratur di polindes atau puskesmas.
12. Selama hamil trimester I atau hamil muda harus istirahat yang cukup, makan makanan
yang bergizi dan teratur, menghindari diri dari trauma fisik, pemeriksaan kehamilan secara
teratur, menghindari bahaya radiasi, tidak mengkonsumsi obat-obatan bebas, tidak
mengkonsumsi bahan makanan/minuman yang mengandung bahan kimia, tidak merokok,
minum kopi dan minuman beralkohol.

Anda mungkin juga menyukai