DOSEN PENGAMPU :
DWI SULISTYAWATI, S.SiT, M. Kes.
DISUSUN OLEH :
RESTU
191101058
Telur Akaris yang infektif di dalam tanah tertelan lewat makanan yang terkontaminasi.
Masuk ke lambung dan duodenum kemudian menetas. Larva menembus dinding usu.
Via sirkulasi alergi. Tembus kapiler masuk alveoli dan bronchi. Pelepasan histami.
Secara ascenden ke trakhea, faring, epiglotis, esofagus peningkatan permiabilitas kapiler
dan sensasi gatal.
D. Manisfestasi klinis
Manisfestasi klinis menurut soegijanto (2015), tergantung pada intensitas infeksi dan
organ yang terlihat. Pada sebagian besar penderita dengan infeksi rendah sampai
dengan gejalanya asymtomatis. Gejala klinis paling sering ditemui berkaitan dengan
penyakit paru atau sumbatan pada usus saluran empedu. Ascaris dapat menyebabkan
pulmonali ascariasis ketika memasuki alveoli dan bermigrasi ke bronki dan trakea.
Cacingan dewasa dapat menimbulkan penyakit dengan menyumbat usus atau
cabang- cabang saluran empedu sehingga mempengaruhi nutrisi hospes. Cacingan
dewasa akan memakan sari makanan hasil pencernaan host. Anak-anak terinfeksi
yang memiliki pola makan yang tidak baik dapat mengalami kekurangan protein,
kalori, atau vitamin A yang akhirnya akan mengalami pertumbuhan lambat.
Adanya cacingan dalam usu halus menyebabkan keluhan tidak jelas seperti nyeri
perut, dan kembung. Obstruksi usus juga dapat terjadi walaupun jarang yang
dikarenakan oleh massa cacing pada anak yang terinfeksi berat, insiden puncak
terjadi pada umur 1-6 tahun.
E. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium merupakan diagnosa pasti dari askariasis. Diagnosa
askariasis ditegakkan dengan pemeriksaan feses pasien dimana dijumpai telur cacing
askaris. Setiap satu ekor pemeriksaan pertama bisa langsung ditemui.
Saat cacing bermigrasi masuk ke paru biasanya berhubungan dengan eosinophilia
dan ditemui gambaran infirat pada foto dada. Bahkan pada kasus obstruksi tidak
jarang diperlukan foto polos abdomen, USG atau pemeriksaan lainnya.
F. Tanda dan gejala
Anak yang menderita cacingan biasanya lesu, tidak bergairah dan kurang kosentrasi
belajar (Umar, 2008). Hal tersebut dikarenakan penderita penyakit cacingan
mengalami anemia atau kondisi kekurangan darah (Sumanto, 2011). Anemia yang
terjadi dikarenakan cacing dalam usus menghisap darah penderitanya, sehingga
dalam kondisi yang parah menyebabkan kekurangan darah (Ginting, 2018).
G. Upaya Pencegahan
a. Pencegahan Primer
Pencegahan cacing usus ini dapat dilakukan dengan memutuskan rantai
daur hidup dengan cara: berdefekasi di kakus, menjaga kebersihan, cukup air di kakus,
mandi dan cuci tangan secara teratur. Melakukan Penyuluhan kesehatan kepada
masyarakat mengenai sanitasi lingkungan yang baik dan personal higiene serta cara
menghindari infeksi cacing seperti : tidak membuang tinja di tanah, tidak menggunakan
tinja sebagai pupuk tanaman, membiasakan mencuci tangan sebelum makan,
membiasakan menggunting kuku secara teratur, membiasakan diri buang air besar di
jamban, membiasakan diri membasuh tangan dengan sabun sehabis buang air besar,
membiasakan diri memakai alas kaki bila keluar rumah, membiasakan diri mencuci
semua makanan lalapan mentah dengan air yang bersih (Anderson, 2016).
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder cacing usus ini dapat dilakukan dengan memeriksakan diri secara
teratur ke Puskesmas, Rumah Sakit serta menganjurkan makan obat cacing 6 bulan
sekali khususnya masyarakat yang rentan terinfeksi cacing (Anderson, 2016).
F. Komplikasi
Selama larva sedang bemigrasi dapat menyebabkan terjadinya reaksi alergi yang berat
dan pneumonitis. Dan bahkan dapat menyebabkan timbulnya pneumonia.
Konsep keperawatan
Pengkajian
A.Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa.
C. Sirkulasi
Tanda : takikardi (respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi dan nyeri).
D. Nutrisi
E. Eliminasi
F. Nyeri
G. Integritas ego
Gejala : Ansietas
H. Keamanan
Intervensi
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan spasme otot polos sekunder
akibat migrasi parasit di lambung.
Intervensi:
Intervensi :
https://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/jbmi/article/download/1667/876