Anda di halaman 1dari 71

HUBUNGAN UKURAN-UKURAN TUBUH TERNAK KAMBING

PERANAKAN ETAWAH BETINA


TERHADAP PRODUKSI SUSU

SKRIPSI
YUDHI KRISMANTO

PROGRAM ALIH JENIS


DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
RINGKASAN

YUDHI KRISMANTO. 2011. Hubungan Ukuran-ukuran Tubuh Ternak


Kambing Peranakan Etawah Betina terhadap Produksi Susu. Skripsi. Program
Alih Jenis, Departemen Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. Afton Atabany ,M.Si


Pembimbing Anggota : Ir. Sri Darwati, M.Si

Induk kambing Peranakan Etawah (PE) memiliki produktivitas yang


dipengaruhi oleh factor genetik, pakan, manajemen pemeliharaan dan lingkungan yang
saling berkaitan. Produksi dan reproduksi memiliki peranan penting dalam berjalannya
suatu usaha peternakan. Pengamatan terhadap produksi dapat dilakukan berdasarkan
informasi sifat morfologik pada ternak dan kemampuannya dalam menghasilkan susu.
Pencatatan produksi susu sangat penting dilakukan untuk mengetahui tingkat produksi
susu yang dihasilkan oleh ternak perah. Ukuran-ukuran tubuh dapat dimanfaatkan
untuk menaksir kemampuan ternak dalam memproduksi susu.
Penelitian bertujuan untuk memperoleh informasi penampilan ternak kambing
PE dari beberapa lokasi peternakan yang berbeda melalui pengamatan sifat produksi
serta ukuran tubuh yang tepat untuk digunakan dalam menduga produksi susu melalui
model matematika terbaik untuk menunjukkan hubungan tersebut. Penelitian
dilaksanakan di lima lokasi Peternakan yang terletak di empat lokasi di Kabupaten
Tasikmalaya (desa Sukaharja, desa Karsa Menak, desa Malaganti dan desa Sariwangi)
dan desa Bojong Kantong, Kabupaten Banjar, Jawa Barat pada bulan Februari 2011
sampai dengan Maret 2011. Materi yang digunakan adalah induk kambing PE laktasi
ke-2 sebanyak 20 ekor setiap lokasi peternakan. Data dianalisis secara deskriptif dan
menggunakan Analisis Korelasi dan Regresi. Penggunaan factor penduga dalam
persamaan Regresi Linier Ganda hanya pada dua peubah dari beberapa peubah yang
ada berdasarkan koefisien determinasi (R2) tertinggi dan tingkat keakurasian hasil
pendugaan yang terbaik dari seluruh percobaan antar peubah-peubah lain yang
digunakan sebagai factor penduga. Hal ini dilakukan untuk mempermudah
penghitungan dan pengukuran factor penduga di lapangan. Peubah-peubah yang
diamati pada penelitian ini adalah 1) ukuran-ukuran tubuh, meliputi : lingkar dada,
dalam dada, lebar dada, panjang telinga, tinggi badan, panjang badan, volume kelenjar
susu, volume puting, volume ambing, dalam ambing, lingkar ambing, panjang puting,
lingkar puting, bobot badan, lingkar metatarsus; 2) produksi susudan 3) efisiensi
pakan terhadap produksi susu.
Ukuran tubuh yang dimiliki tidak semua mempunyai tingkat keeratan yang
tinggi terhadap produksi susu.Tingkat keeratan hubungan yang tinggi hanya
ditunjukkan pada volume ambing, lingkar dada, lebar dada, dalam dada dan lingkar
ambing. Performa produksi ternak kambing PE memberikan hasil yang berbeda pada
setiap peternakan yang diamati, akan tetapi memiliki kecenderungan yang sama untuk
ukuran tubuh yang dapat digunakan sebagai factor penduga produksi susu.
Nilai keragaman produksi susu pada kelima peternakan masih tinggi, sehingga
masih dapat dilakukan seleksi terhadap ternak tersebut. Nilai korelasi tertinggi pada
KTMRSM (0,992), KTKM (0,965), KTTKSM (0,905), PBA (0,984) dan UPTDPTM
(0,889) terdapat hubungan antara produksi susu dengan volume ambing. Ukuran-
ukuran tubuh meliputi panjang telinga, tinggi badan, bobot badan dan lingkar
metatarsus dari penelitian di kelima farm tidak memiliki pengaruh terhadap produksi
susu.
Model yang paling sesuai untuk menduga produksi susu pada kelompok
pemeliharaan ternak yang berbeda, yaitu persamaan Regresi Linier. Penggunaan
persamaan tersebut didasarkan pada akurasi hasil dugaan yang paling mendekati
dengan hasil pencatatan yang sebenarnya. Keeratan hubungan antara produksi susu
dengan ukuran-ukuran tubuh tersebut adalah dimensi ambing memberikan pengaruh
yang cukup besar terhadap produksi susu yang dihasilkan induk kambing perah. Nilai
regresi terhadap produksi susu dibanding faktor penduga lainnya dengan persamaan
Linier yaitu Produksi Susu = -34,5 + 0,870 Volume Ambing dengan nilai determinasi
98,3% dan persamaan Linier Ganda yaitu Produksi Susu = -756 + 0,501 Volume
Ambing + 0,216 Volume Puting + 35,2 Lingkar Puting dengan nilai determinasi
99,0%.
Volume ambing, volume puting dan lingkar puting memiliki korelasi yang
positif dan nyata terhadap produksi susu. Ukuran tubuh yang dapat digunakan dalam
menilai produksi susu seekor ternak kambing yaitu volume ambing, volume puting,
lingkar puting, dalam ambing dan lingkar dada.

Kata kunci : kambing PE, ukuran tubuh, produksi susu, korelasi, regresi.
ABSTRACT

Livestock Body Measure Relationship of Female Etawah Grade Goat


to Milk Production
Krismanto, Y., A. Atabany and S. Darwati
Etawah Grade goats productivity will influenced by genetic factors, environmental and
their interaction. This can be demonstrated from the performance of production and
reproduction. This research aimed to complete the information of Etawah Grade goat
performance from several different locations, through the observation of production
and to determine the proper size for use in milk production. The results showed that
the milk production and body size have a positive relationship. Not all of body sizes
have a high level of proximity to the milk production. Udder volume, chest
circumference, chest length, and chest circumference in the udder have a high of
affinity relationship to milk production. There is high score of correlation analysis was
found in the relationship between milk production with udder volume that showed on
KTMRSM Farm (0.992) , KTKM Farm (0.965), KTTKSM Farm (0.905), PBA Farm
(0.984), and UPTDPTM Farm (0.889).

Keywords: PE goat, body size, milk produced, correlation, regression.


HUBUNGAN UKURAN-UKURAN TUBUH TERNAK
KAMBING PERANAKAN ETAWAH BETINA
TERHADAP PRODUKSI SUSU

YUDHI KRISMANTO
D14086028

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk


Memperoleh gelar Sarjana Peternakan
pada Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

PROGRAM ALIH JENIS


DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
Judul : Hubungan Ukuran-ukuran Tubuh Ternak Kambing Peranakan Etawah
Betina Terhadap Produksi Susu
Nama : Yudhi Krismanto
NIM : D14086028

Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

(Ir. Afton Atabany,M.Si.) (Ir. Sri Darwati,M,Si.)


NIP: 19640521 199512 1 002 NIP : 19631003 198903 2 002

Mengetahui,
Ketua Departemen
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M,Agr.Sc)


NIP : 19591212 198603 1 004

Tanggal Ujian : 13 September 2011 Tanggal Lulus :


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 3 Desember 1987 dari pasangan


Bapak Dirgantara Nanang E. S. dan Ibu Yuminah. Penulis merupakan anak pertama
dari dua bersaudara.
Penulis memulai pendidikan pada tahun 1993 sampai tahun 1995 di SDN 09
Pagi, Kebon Baru, Jakarta dan dilanjutkan di SDN 07, Bojonggede, Bogor hingga
lulus pada tahun 1999. Pendidikan dilanjutkan di tahun yang sama di SLTPN 12
Bogor dan lulus di tahun 2002. Pendidikan lanjutan berikutnya dilaksanakan di SMUN
2 Bogor pada tahun 2002 hingga lulus pada tahun 2005.
Tahun 2005, Penulis diterima sebagai mahasiswa Program Diploma Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) sebagai
mahasiswa di Program KeahlianTeknologi dan Manajemen Ternak hingga lulus pada
tahun 2008. Penulis melanjutkan studi di Program Alih Jenis di Departemen Produksi
dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada tahun
yang sama.
Selama di program keahlian Teknologi dan Manajemen Ternak, Institut
Pertanian Bogor, penulis telah melaksanakan serangkaian kegiatan Praktik Kerja
Lapangan selama 1,5 bulan (14 Juli-18 Agustus 2007) di PT Widodo Makmur
Perkasa, Cileungsi, Kabupaten Bogor yang bergerak dibidang penggemukkan sapi
potong dan di PT Manggis selama 3 bulan (10 Febuari-10 Mei 2008) yang bergerak di
bidang produksi bibit ayam petelur. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Peternakan, Penulis mempersembahkan karya ilmiah dalam bentuk skripsi
dengan judul “Hubungan Ukuran-ukuran Tubuh Ternak Kambing Peranakan Etawah
Betina terhadap Produksi Susu”.
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohiim,
Penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya, penulis menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
”Hubungan Ukuran-ukuran Tubuh Ternak Kambing Peranakan Etawah Betina
Terhadap Produksi Susu” dengan baik. Skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Peternakan (S.Pt) pada Program Alih Jenis, Departemen
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara ukuran tubuh
ternak kambing Peranakan Etawah terhadap tingkat produksi susu yang dihasilkan.
Penelitian bermanfaat untuk mengetahui ukuran tubuh yang dapat dijadikan sebagai
dasar untuk menentukan ternak yang memiliki produksi susu yang baik.
”Tak ada gading yang tak retak”, adalah pepatah yang pantas untuk
menggambarkan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari para pembaca yang sifatnya
membangun sangat diperlukan demi tercapainya tujuan yang lebih baik. Penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, khususnya bagi
perkembangan ilmu pengetahuan di bidang peternakan.

Bogor, Oktober 2011

Penulis
DAFTAR ISI

RINGKASAN .......................................................................................................... i
ABSTRACT............................................................................................................. iii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................. v
DAFTAR ISI............................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL.................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ x
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
Latar Belakang ............................................................................................... 1
Tujuan ............................................................................................................. 1
Manfaat ........................................................................................................... 2
Hipotesis ......................................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 3
Kambing Perah di Indonesia .......................................................................... 3
Kambing Etawah ............................................................................................ 4
Kambing Kacang ............................................................................................ 5
Kambing PE ................................................................................................... 6
Ukuran – ukuran Tubuh Kambing PE ............................................................ 6
Kelenjar Ambing ............................................................................................ 7
Produksi Susu ................................................................................................. 8
Pakan .............................................................................................................. 10
Korelasi dan Regresi ...................................................................................... 10
MATERI DAN METODE ....................................................................................... 12
Lokasi dan Waktu........................................................................................... 12
Materi ............................................................................................................. 12
Ternak ................................................................................................... 12
Pakan ..................................................................................................... 12
Peralatan ................................................................................................ 12
Metode ............................................................................................................ 13
Pengumpulan Data ................................................................................ 13
Peubah yang Diamati ............................................................................ 13
Analisis Data ......................................................................................... 18
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 20
Keadaan Umum Peternakan ........................................................................... 20
Produksi Susu ................................................................................................. 23
Ukuran-ukuran Tubuh Kambing Peranakan Etawah ...................................... 27
Hubungan antara Ukuran-ukuran Tubuh pada Peternakan yang Berbeda ..... 30
Nilai Keeratan Hubungan antara Produksi Susu dengan Ukuran-ukuran
Tubuh pada Peternakan yang Berbeda ........................................................... 31
Persamaan Regresi antara Produksi Susu dengan Ukuran-ukuran Tubuh
pada Peternakan yang Berbeda....................................................................... 35
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 39
Kesimpulan ..................................................................................................... 39
Saran ............................................................................................................... 39
UCAPAN TERIMAKASIH .................................................................................... 40
DAFTAR PUSAKA ................................................................................................ 42
LAMPIRAN............................................................................................................. 47
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
1 Penampilan Produksi Susu Kambing pada Beberapa Pengamatan .................... 9
2 Penampilan Produksi Susu dan Ukuran-ukuran Tubuh Kambing PE di
Kelima Lokasi Peternakan yang Berbeda .......................................................... 23
3 Komposisi Kandungan Bahan Pakan ................................................................. 25
4 Komposisi Kandungan Nutrisi Susu .................................................................. 26
5 Konversi dan Efisiensi Konsumsi Pakan............................................................ 26
6 Rerata Ukuran-ukuran Tubuh Permukaan Tubuh Kambing PE Betina ............. 28
7 Korelasi antara Ukuran-ukuran Tubuh Kambing PE Betina pada Farm yang
Berbeda ............................................................................................................... 31
8 Korelasi Produksi Susu dengan Ukuran-ukuran Tubuh Kambing PE .............. 32
9 Persamaan Regresi Hubungan antara Produksi Susu dengan Ukuran-
ukuran Tubuh Kambing PE Betina pada Farm yang berbeda ........................... 36
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
1 Kambing Etawah ............................................................................................. 4
2 Kambing Kacang ............................................................................................ 5
3 Kambing Peranakan Etawah ........................................................................... 6
4 Pengukuran Lingkar Dada .............................................................................. 13
5 Pengukuran Dalam Dada ................................................................................ 14
6 Pengukuran Panjang Telinga .......................................................................... 14
7 Pengukuran Tinggi Badan .............................................................................. 14
8 Pengukuran Panjang Badan ............................................................................ 15
9 Pengukuran Volume Kelenjar Susu ................................................................ 15
10 Pengukuran Volume Puting ............................................................................ 16
11 Pengukuran Volume Ambing ......................................................................... 16
12 Pengukuran Dalam Ambing ............................................................................ 16
13 Pengukuran Lingkar Ambing .......................................................................... 17
14 Pengukuran Panjang Puting ............................................................................ 17
15 Pengukuran Lingkar Puting ............................................................................ 17
16 Pengukuran Lingkar Metatarsus ..................................................................... 18
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman
1 Nilai Korelasi antara Ukuran-ukuran Tubuh Kambing PE Betina pada
Kelompok Tani Marga Rahayu “Sri Murni” ....................................................... 48
2 Nilai Korelasi antara Ukuran-ukuran Tubuh Kambing PE Betina pada
Kelompok Tani Ternak Pak Aan ......................................................................... 49
3 Nilai Korelasi antara Ukuran-ukuran Tubuh Kambing PE Betina pada
Kelompok Tani Karsa Menak .............................................................................. 50
4 Nilai Korelasi antara Ukuran-ukuran Tubuh Kambing PE Betina pada
UPTD Perbibitan Ternak Kambing PE Malaganti............................................... 51
5 Nilai Korelasi antara Ukuran-ukuran Tubuh Kambing PE Betina pada
Kelompok Tani Surya Medal ............................................................................... 52
6 Hasil Uji t Panjang Telinga pada Kelima Peternakan Kambing PE .................... 53
7 Hasil Uji t Tinggi Badan pada Kelima Peternakan Kambing PE ........................ 53
8 Hasil Uji t Panjang Badan pada Kelima Peternakan Kambing PE ...................... 53
9 Hasil Uji t Lingkar Dada pada Kelima Peternakan Kambing PE ........................ 54
10 Hasil Uji t Volume Ambing pada Kelima Peternakan Kambing PE ................... 54
11 Hasil Uji t Volume Puting pada Kelima Peternakan Kambing PE ...................... 54
12 Hasil Uji t Bobot Badan pada Kelima Peternakan Kambing PE ......................... 55
13 Hasil Uji t Dalam Dada pada Kelima Peternakan Kambing PE .......................... 55
14 Hasil Uji t Lebar Dada pada Kelima Peternakan Kambing PE ........................... 55
15 Hasil Uji t Dalam Ambing pada Kelima Peternakan Kambing PE ..................... 56
16 Hasil Uji t Lingkar Ambing pada Kelima Peternakan Kambing PE ................... 56
17 Hasil Uji t Panjang Puting pada Kelima Peternakan Kambing PE ...................... 56
18 Hasil Uji t Lingkar Puting pada Kelima Peternakan Kambing PE ...................... 57
19 Hasil Uji t Lingkar Metatarsus pada Kelima Peternakan Kambing PE .............. 57
20 Hasil Uji t Produksi Susu pada Kelima Peternakan Kambing PE ....................... 57
21 Peta Wilayah Lokasi Penelitian .......................................................................... 58
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Produksi susu nasional belum mampu memenuhi kebutuhan konsumsi susu
nasional, sehingga impor susu dan produksi susu tetap dilaksanakan untuk memenuhi
kebutuhan terhadap susu. Upaya peningkatan populasi dan efisiensi produksi susu
serta diversifikasi ternak perah dalam memenuhi kebutuhan terhadap susu nasional
tetap dilaksanakan.
Salah satu diversifikasi usaha di bidang peternakan adalah beternak kambing
perah. Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan kambing perah yang telah
banyak di wilayah Indonesia. Kambing PE memiliki kelebihan sebagai penghasil
susu adalah modal yang dibutuhkan lebih sedikit, cara pemeliharaannya lebih mudah
dan reproduksi lebih cepat dibandingkan dengan sapi perah.
Kambing perah mempunyai produktivitas yang dipengaruhi oleh faktor
genetik, pakan, manajemen pemeliharaan dan lingkungan yang saling berkaitan.
Perbaikan genetik telah dilakukan melalui seleksi bibit unggul sebagai indukan.
Ternak bibit unggul sebagai induk diharapkan dapat memberikan hasil produksi
maksimal.
Kambing PE sebagai bibit unggul dapat dilakukan berdasarkan ciri-ciri fisik
Pengetahuan mengenai penampilan ternak kambing PE bibit unggul menjadi suatu
hal yang mutlak dalam rangka meningkatkan daya produksi ternak selanjutnya.
Taksiran kemampuan seekor ternak dalam berproduksi susu dapat diketahui melalui
pemanfaatan kriteria ukuran-ukuran tubuh.
Hubungan nyata antara produksi susu dengan ukuran-ukuran tubuh yang
telah diketahui pada sapi perah diharapkan dapat ditemukan pula pada kambing PE,
sehingga dapat membantu menentukan kriteria kambing PE yang berkemampuan
produksi susu yang baik. Ukuran-ukuran tubuh menjadi penting dilakukan sebagai
kriteria dalam mendapatkan kambing PE yang berkualitas baik.

Tujuan
Penelitian bertujuan untuk mengetahui ukuran-ukuran tubuh kambing PE
betina sebagai penghasil susu. Ukuran-ukuran tubuh tersebut dapat dijadikan dasar
untuk penentuan kriteria kambing PE bibit unggul melalui pendugaan hubungan

1
antara ukuran-ukuran tubuh dengan kemampuan ternak kambing dalam
menghasilkan susu.
Manfaat
Penelitian diharapkan dapat memberi informasi tentang hubungan antara
ukuran-ukuran tubuh dengan kemampuan produksi susu sehingga dapat digunakan
sebagai petunjuk praktis dalam penduga sifat produksi ternak. Ukuran-ukuran tubuh
dapat membantu dalam menentukan kriteria untuk memilih kambing PE yang
bersifat unggul akan produksi susu.

Hipotesis
Ukuran-ukuran tubuh mempunyai hubungan yang erat dengan produksi susu.

2
TINJAUAN PUSTAKA

Kambing Perah di Indonesia


Kambing termasuk ternak ruminansia kecil yang bertanduk dari ordo
Artiodactyla, sub-ordo Ruminantia, family Bovidae, genus capra dan bangsa Caprini
(Gall, 1981). Tujuan pemeliharaan kambing yang dilakukan di Indonesia adalah 90%
untuk menghasilkan daging (Sodiq dan Abidin, 2009). Sebanyak minimal 99%
peternakan ruminansia kecil yang ada di Indonesia dipelihara pada peternakan rakyat
(Sodiq dan Sumaryadi, 2002), yang umumnya dilakukan oleh petani penggarap
dengan jumlah 2 – 10 ekor (Devendra dan Burns, 1994).
Waluyo (2009) menyatakan, bahwa ternak kambing merupakan ruminansia
kecil yang mempunyai arti besar bagi rakyat kecil yang jumlahnya sangat banyak.
Ditinjau dari aspek pengembangannya ternak kambing sangat potensial bila
diusahakan secara komersial, hal ini disebabkan ternak kambing memiliki beberapa
kelebihan dan potensi ekonomi antara lain : tubuhnya relatif kecil, cepat mencapai
dewasa kelamin, pemeliharaannya relatif mudah, tidak membutuhkan lahan yang
luas, investasi modal usaha relatif kecil, mudah dipasarkan sehingga modal usaha
cepat berputar. Ternak kambing juga memiliki kelebihan lain yaitu : reproduksinya
efisien dan dapat beranak 3 kali dalam 2 tahun, memiliki daya adaptasi yang tinggi
terhadap lingkungan, tahan terhadap panas dan beberapa penyakit serta prospek
pemasaran yang baik.
Permasalahan utama dalam pengembangan ternak ruminansia menurut
Sehabudin dan Agustian (2001) adalah peningkatan produksi dan produktivitas, serta
tingkat pemotongan yang tinggi (Setiadi, 1996). Populasi kambing di Indonesia pada
tahun 2004 sebesar 12.780.961 ekor dan pada tahun 2008 sebesar 15.147.432 ekor
(Direktorat Jenderal Peternakan, 2008), hal ini menunjukkan adanya peningkatan
populasi sebesar 18,52% selama empat tahun atau 4,63% per tahun. Peningkatan
populasi ini memberi sumbangan yang berarti dalam memenuhi permintaan pasar
terhadap produk hasil ternak kambing saperti daging dan susu.
Pemeliharaan kambing oleh peternak di pedesaan berfungsi sebagai tabungan,
tambahan penghasilan, pengisi waktu luang, merangsang pemanfaatan pekarangan
dan penggunaan kotoran sebagai pupuk kandang (Devendra, 1993), selain juga untuk
menanggulangi kebutuhan akan protein hewani dan mengurangi langkah

3
pengimporan susu (Ayuningsih, 1994). Apabila ternak ini dikembangkan secara luas
akan dapat meningkatkan gizi masyarakat di pedesaan melalui konsumsi susu
kambing (Chaniago dan Hastono, 2001).
Djajanegara et al. (1993) menyebutkan, karena tingginya kegiatan
pengimporan susu dan masih rendahnya produksi susu sapi di dalam negeri, serta
kurangnya toleransi saluran pencernaan sebagian masyarakat terhadap susu sapi,
maka peningkatan produksi susu kambing menjadi penting dilakukan. Perwujudan
itu semua tidak terlepas dari halangan yang ada, seperti belum populernya kambing
perah, ketidaksukaan akan bau dan rasa susu, kurangnya pengetahuan teknis
pemeliharaan kambing perah dan bila ternak ini dikomersilkan menjadi kurang
efisien dibandingkan dengan ternak sapi perah, karena dengan ukuran tubuhnya yang
kecil akan menyerap biaya untuk tenaga kerja yang lebih besar dan kebutuhan hidup
pokok yang harus dipenuhi pun menjadi lebih banyak (Stemmer et al., 1998).

Kambing Etawah
Kambing Etawah berasal dari India yaitu di wilayah Jamnapari. Kambing
Etawah masuk ke Indonesia sejak tahun 1908 dibawa oleh Pemerintah Hindia
Belanda dengan tujuan grading-up terhadap kambing lokal Indonesia. Kambing ini
termasuk kambing jenis besar, tipe dwiguna, yaitu sebagai penghasil daging dan
susu. Kambing Etawah memiliki postur tubuh besar, telinga panjang menggantung,
bentuk muka cembung serta bulu yang panjang di bagian paha belakang (Sodiq dan
Abidin, 2009). Rata-rata produksi susu yang dihasilkan kambing Etawah 3,8
kg/ekor/hari atau 235 kg/masa laktasi selama 261 hari dengan kandungan lemak susu
4,2 % (Diem dan Lentner, 1994).

(a) Jantan (b) Betina


Gambar 1. Kambing Etawah

4
Performa kambing Etawah memiliki panjang telinga 25-41 cm (Widagdo,
2010). Tinggi kambing jantan 90-127 cm, sedangkan betina 70-92 cm. Berat badan
pejantan dapat mencapai 68-120 kg, sedangkan betina 60-80 kg. Lingkar testis
kambing jantan dapat mencapai 23 cm (Widagdo, 2010). Kambing jantan berjenggot
dengan rahang bawah menonjol. Pola warna bulu dominan putih bervariasi dengan
hitam, merah, coklat kekuningan atau kombinasi keduanya (Subandriyo et al., 1995).

Kambing Kacang
Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dan Malaysia
(Davendra dan Burns, 1994). Performa kambing Kacang menurut Widagdo (2010)
adalah badan kecil dengan tinggi gumba pada jantan 60-65 cm dan betina 50-56 cm,
bobot badan dapat mencapai 25 kg untuk jantan dan 20 kg untuk betina, telinga
tegak, berbulu lurus dan pendek, baik betina maupun jantan memiliki tanduk yang
pendek.
Kambing Kacang merupakan bangsa kambing yang tahan derita, lincah,
mampu beradaptasi dengan baik, serta tersebar luas di wilayah kambing itu berada
(Devendra dan Burns, 1994). Di Indonesia, kambing Kacang merupakan bangsa
kambing yang tersebar di seluruh pelosok pedesaan dan merupakan kambing yang
pertama kali dipelihara oleh orang pribumi (Sudono dan Abdulgani, 2002).

(a) Jantan (b) Betina


Gambar 2. Kambing Kacang

Kegunaan utama kambing Kacang adalah sebagai penghasil daging


(Devendra dan Burns, 1994) dan kulit (Gall, 1981). Meskipun ambingnya
berkembang dengan baik akan tetapi produksi susunya relatif sedikit, yaitu hanya 0,1
– 0,4 ℓ/ekor/hari (Sodiq dan Abidin, 2009). Kambing Kacang merupakan ternak
potong yang bermutu tinggi, subur dan cocok untuk daerah pedesaan yang masih

5
jarang penduduknya dangan pola peternakan ekstensif (Sudono dan Abdulgani,
2002).

Kambing Peranakan Etawah (PE)


Kambing PE merupakan hasil kawin tatar (grading-up) antara kambing
Kacang dengan kambing Etawah, sehingga mempunyai sifat di antara tetuanya
(Atabany, 2001). Menurut Devendra dan Burns (1994) persilangan kambing PE telah
dilakukan sejak kurang lebih 80 tahun lalu dengan tujuan memperbaiki mutu
kambing lokal dan sekarang keturunannya sudah mampu beradaptasi dengan
lingkungan Indonesia. Produksi susu yang dihasilkan kambing PE adalah 0,452-2,2
kg/ekor/hari dengan masa laktasi cukup beragam yaitu antara 92-256 hari dengan
rataan 156 hari (Sodiq dan Abidin, 2009), peneliti lain Sutama dan Budiarsana
(1997) mengatakan, bahwa masa laktasi kambing PE antara 210-300 hari.

(a) Jantan (b) Betina


Gambar 3. Kambing Peranakan Etawah

Ukuran-Ukuran Tubuh Kambing PE

Jenis kambing PE bentuk fisiknya lebih mirip dengan kambing Etawah, jika
bentuk fisiknya lebih mendekati kambing Kacang dan ukurannya lebih kecil maka
disebutkambing Bligon atau lebih dikenal dengan nama Jawarandu. Performa
kambing PE diantaranya yaitu bobot badan kambing PE jantan 35-40 kg dan betina
30-35 kg (Ludgate, 1989). Tinggi badan kambing PE jantan adalah antara 65-70 cm
sedangkan betina 55-60 cm (Hardjosubroto, 1994). Panjang telinga kambing PE
adalah 18-19 cm (Markel dan Subandriyo, 1997). Warna kambing PE mempunyai
kombinasi coklat sampai hitam atau abu-abu (Sudono dan Abdulgani, 2002).

6
Produksi susu kambing PE adalah 1,5-3,7 liter/ekor/hari dengan masa laktasi selama
7-10 bulan (Blakely dan Bade, 1998).
Lembah Gogoniti Farm (2008), performa kambing PE yaitu badan besar,
tinggi gumba pada jantan 90-110 cm, sedangkan betina 70-90 cm. Bobot badan
hidup jantan adalah antara 65-90 kg, untuk betina 45-70 kg. Panjang badan pada
ternak jantan yaitu antara 85-105 cm, sedangkan untuk betina 65-85 cm. mempunyai
kepala yang tegak dengan garis profil tubuh melengkung, dengan tanduk mengarah
ke belakang dan ujung sedikit melingkar serta telinga lebar menggantung panjang
terkulai, lembek serta melipat ke dalam pada ujungnya. Panjang telinga pada jantan
adalah antara 25-41 cm, sedangkan untuk betina 8-14 cm. Bentuk muka adalah
cembung dan dagu berjanggut serta terdapat gelambir di bawah leher. Warna bulu
pada umumnya dominan putih dengan belang hitam, coklat, coklat totol putih atau
hitam totol putih. Produksi susu induk adalah antara 0,5-3 liter/ekor/hari.
Produksi susu dipengaruhi oleh mutu genetik, umur induk, ukuran dimensi
ambing, bobot hidup, lama laktasi, tatalaksana yang diberlakukan terhadap ternak
(perkandangan, pakan, kesehatan), iklim setempat, daya adaptasi, aktivitas
pemerahan, ukuran besar ambing nyata meningkatkan produksi susu (Phalepi, 2004).
Parameter mutu genetik meliputi reproduksi ternak dan produksi ternak serta
karakteristik fisik ternak meliputi bobot badan, panjang badan, lingkar dada, tinggi
badan (Departemen Pertanian, 2004).

Kelenjar Ambing
Sekresi susu merupakan fungsi faali kelenjar ambing (mammary gland) dan
yang dimaksud dengan susu adalah cairan fisiologis yang mengandung zat-zat
makanan yang berkualitas tinggi dan dikeluarkan oleh ternak betina (Frandson,
1993). Kelenjar ambing ternak betina mulai berkembang pada waktu kehidupan
feotal. Puting-puting susunya terlihat pada waktu dilahirkan. Bila hewan betina
tumbuh, ambingnya membesar sebanding dengan besarnya tubuh (Padmadewi,
1993).
Di dalam tubuh sapi, air susu dibuat oleh kelenjar susu di dalam ambing.
Ambing sapi terbagi dua yaitu ambing kiri dan ambing kanan, selanjutnya masing-
masing ambing terbagi dua yaitu kuartir depan dan kuartir belakang
(Widyastuti,2000). Tiap-tiap kuartir mempunyai satu puting susu. Kelenjar susu

7
tersusun dari gelembung-gelembung susu sehingga berbentuk seperti setandan buah
anggur. Dinding gelembung merupakan sel-sel yang menghasilkan air susu. Bahan
pembentuk air susu berasal dari darah (Frandson, 1993). Air susu mengalir melalui
saluran – saluran halus dari gelembung susu ke ruang kisterna dan ruang puting susu.
Dalam keadaan normal, lubang puting susu akan tertutup. Lubang puting menjadi
terbuka akibat rangsangan syaraf atau tekanan sehingga air susu dari ruang kisterna
dapat mengalir keluar (Hensel, 1981).
Sudono (2002) mengatakan, bahwa gerakan menyusui dari pedet, usapan atau
basuhan air hangat pada ambing merupakan rangsangan pada otak melalui jaringan
syaraf. Selanjutnya otak akan mengeluarkan hormon oksitosin ke dalam darah.
Hormon oksitosin menyebabkan otot-otot pada kelenjar susu bergerak dan lubang
puting membuka sehingga susu mengalir keluar. Hormon oksitosin hanya bekerja
selama 6-8 menit, oleh karena itu pemerahan pada seekor sapi harus dilakukan
dengan cepat dan selesai dalam waktu 7 menit (Sagi et al, 1980).
Bentuk dan ukuran ambing kambing seperti bentuk telur, dengan puting susu
berbentuk silinder atau corong. Kambing dengan ambing yang terjumbai memiliki
kecenderungan untuk menghasilkan susu yang tinggi (Sudono, 2002). Volume
ambing memiliki hubungan yang erat dengan jumlah susu yang dihasilkan Maylinda
dan Basori (2004).

Produksi Susu

Beberapa hewan yang menunjukkan kemampuan memproduksi susu


digolongkan sebagai ternak perah. Atabany (2002) mendefinisikan ternak perah
sebagai ternak yang mampu memproduksi susu melebihi kebutuhan anaknya dan
dapat mempertahankan produksi susu sampai jangka waktu tertentu, meskipun
anaknya sudah disapih atau lepas susu. Jenis ternak perah yang ada, antara lain sapi
perah, kambing perah dan kerbau perah.
Pembentukan susu disebutkan oleh Toelihere (1985) berasal dari konstituen-
konstituen darah dan beberapa diantaranya yang terdapat di dalam susu memiliki
bentuk yang serupa dengan yang terdapat di dalam darah. Pengaliran susu dapt
terjadi secara tiba-tiba sekitar 1-2 menit sesudah permulaan penyusunan. Penampilan
produksi susu kambing dari beberapa pengamatan, tertera pada Tabel 1.

8
Menurut Sudono (1999), produksi susu induk, selain dipengaruhi oleh fektor
genetik, kemungkinan juga oleh pengaruh tatalaksana, makanan dan iklim. Devendra
dan Burns (1994) menyatakan, tahun musim beranak, jumlah laktasi dan umur
pertama kali beranak secara nyata mempengaruhi produksi susu.

Tabel 1. Penampilan Produksi Susu Kambing pada Beberapa Pengamatan

Bangsa Produksi Produksi Lama Lama Sumber


Susu Harian Susu Laktasi Kering
Total Kandang
(kg/ekor/hari) (kg/laktasi) ------------(hari)----------
PE - - 162.30 40,00-60,00 Widyandari
(2002)
PE 0,99 166,53 170,07 104,61
Saanen 1,29 355,99 267,42 63,18 Atabany (2001)
PE 0,90-1,50 - 188,00 45,00-60,00 Ardia (2000)
PE - - 192,00 - Diwyanto dan
Inounu (2001)
- - - 210-300 60,00 Blakely dan
Bade (1998)
PE 0,76-1,026 257,49 251,8 - Subhagiana
(1998)

Subhagiana (1998) menyebutkan produksi susu total kambing PE selama


laktasi dari penelitiannya terjadi pada tingkat produksi rendah 136,05 kg, sedang
198,07 kg, dan tinggi 253,37 kg. Tingkat produksi susu tinggi yang terjadi,
kemungkinan disebabkan oleh pertumbuhan ambing yang lebih besar selama
kebuntingan dan kelebihannya dalam mengorbankan bobot tubuh selama laktasi
untuk menghasilkan produksi susu yang lebih tinggi.
Produksi susu kambing PE mencapai puncaknya hari ke-11 setelah beranak,
sedangkan pada Saanen dicapai hari ke-35 setelah beranak (Atabany et al., 2001).
Sementara itu, pada kambing Kacang dari pengamatan Silitonga dan Kuswandi
(1994) di kandang penelitian Cilebut, melaporkan bahwa produksi susu
maksimumnya dicapai pada minggu ke-3-4 setelah beranak dan minggu berikutnya
akan menurun kembali. Widyandari (2002) melaporkan, puncak produksi susu
kambing PE dari pengamatannya terjadi antara minggu ke- 2-5 masa laktasi dan akan
menurun sampai laktasi berakhir.

9
Pakan
Kambing merupakan hewan ruminansia dengan saluran pencernaan yang
sama dengan domba dalam hal ukuran, anatomi dan fungsinya. Kambing merupakan
jenis ruminansia yang lebih efisien daripada domba atau sapi. Kambing dapat
mengkonsumsi bahan kering yang relatif lebih banyak untuk ukuran tubuhnya (5-7%
dari berat badan), bila dibandingkan dengan konsumsi bahan kering sapi yang hanya
sebesar 2-3% dari berat badannya. Kambing juga lebih efisien dalam mencerna
pakan yang mengandung serat kasar dibandingkan dengan domba atau sapi. Seekor
kambing memerlukan 1-1,5 kg daun-daunan atau jerami setiap hari yang berkualitas
baik, ditambah 0,25 kg ransum konsentrat berkadar protein 16% untuk setiap liter
susu yang dihasilkan (Blakely dan Bade, 1998).
Sudono dan Abdulgani (2002), menyatakan bahwa ransum yang dimakan
oleh kambing tergantung dari ukuran tubuh, bangsa kambing, umur, serta jenis
kelaminnya. Campuran hijauan makanan yang terdiri atas berbagai macam dedaunan
dan rerumputan, lebih baik daripada hijauan pakan ternak yang hanya terdiri atas satu
jenis hijauan saja. Hal ini bertujuan agar kekurangan zat makanan dari bahan pakan
ternak yang satu dapat dipenuhi oleh bahan pakan yang lainnya. Hijauan pakan
ternak untuk kambing dewasa tanpa diberi konsentrat berkisar antara 5-8 kg per ekor
per hari.

Korelasi dan Regresi


Menurut Sudjana (1996), analisis korelasi adalah studi yang membahas
tentang derajat hubungan antara peubah-peubah, sedangkan ukuran yang digunakan
untuk mengetahui derajat hubungan tersebut, disebut koefisien korelasi. Steel dan
Torrie (1995) menyebutkan korelasi sebagai suatu ukuran derajat bervariasinya dua
peubah secara bersama-sama atau ukuran keeratan hubungan antara kedua peubah
tersebut yang penggunaannya (X dan Y) tidak lagi dimaksudkan berimplikasi adanya
peubah bebas dan tidak bebas.
Menurut Steel dan Torrie (1995), korelasi yang ada antara dua ciri (X dan Y)
sangat mungkin bukan akibat saling pengaruh-mempengaruhi secara langsung, akan
tetapi satu atau lebih faktor lain yang mempengaruhi kedua ciri tersebut. Korelasi
linier yang sempurna (bernilai +1 atau -1) dari hubungan fungsional antara kedua

10
peubah kemungkinan terjadi karena kekurang hati-hatian dalam melakukan analisis
dan kesalahan pembulatan (Steel dan Torrie, 1995).
Cara lain untuk melihat hubungan X dan Y, dijelaskan oleh Steel dan Torrie
(1995) adalah melalui sebuah garis lurus yang disebut garis regresi. Garis lurus ini
berhubungan dalam titik-titik dalam diagram korelasi, sehingga pendugaan Y dari X
ditentukan dengan menggunakan garis regresi ini. Sudjana (1996) menjelaskan
tentang analisis regresi sebagai studi yang menyangkut hubungan fungsional antara
peubah-peubah yang dinyatakan dalam bentuk persamaan matematika.
Koefisien determinasi merupakan proporsi jumlah kuadrat total yang dapat
dijelaskan oleh peubah bebas (Steel dan Torrie, 1995). Menurut Aunuddin (1989),
semakin dekat koefisien determinasi pada nilai 1, maka semakin dekat pula titik
pengamatan ke garis regresinya dan bila koefisien determinasinya sama dengan
100%, maka semua titik pengamatan akan tepat berada di garis regresi.

11
MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu


Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari 2011 sampai dengan Maret
2011. Penelitian dilakukan di lima lokasi peternakan rakyat yang memelihara
kambing PE di wilayah Jawa Barat yaitu, UPTD Perbibitan Ternak Kambing PE
Malaganti, Peternakan Bapak Aan, Kelompok Ternak Marga Rahayu “Sri Murni”
(Langensari, Banjar), Kelompok Tani Karsa Menak (Gobras, Tasikmalaya) dan
Kelompok Ternak Surya Medal (Sariwangi, Tasikmalaya).

Materi

Ternak
Ternak yang digunakan untuk penelitian ini adalah kambing perah PE
sebanyak 100 ekor betina, terdiri atas 20 ekor pada UPTD Perbibitan Ternak
Kambing PE Malaganti, 20 ekor pada Peternakan Bapak Aan, 20 ekor pada
Kelompok Ternak Marga Rahayu “Sri Murni”, 20 ekor pada Kelompok Tani Karsa
Menak dan 20 ekor pada Kelompok Ternak Surya Medal. Ternak yang digunakan
adalah kambing betina dewasa pada laktasi ke- 2.

Pakan
Pemberian pakan dan persentase penggunaan pakan yang dilakukan pada
kelima peternakan adalah sama. Konsentrat yang digunakan sebanyak 20% berupa
ampas tahu dan penggunaan hijauan 80% terdiri dari 48% dedaunan dan 32% berupa
rumput gajah.

Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah tongkat ukur, tali ukur dan timbangan skala
100 kg, yang digunakan untuk pengukuran bagian tubuh pada ternak yang menjadi
parameter dalam penelitian ini. Produksi susu dan volume kelenjar susu diukur
dengan menggunakan ember, gelas ukur 1000 ml dan milk can. Dokumentasi selama
kegiatan penelitian menggunakan kamera.

12
Metode

Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian berupa data primer dan data sekunder.
Data primer didapat secara langsung di lapangan, dari wawancara langsung dengan
pemilik ternak maupun dengan melakukan pengamatan di lapangan. Data sekunder
didapat dari data yang ada di peternakan.
Pengumpulan data di kelima peternakan dilakukan dengan bantuan teknisi
dan anak kandang yang terdapat di masing-masing lokasi peternakan. Pengumpulan
data dilakukan sebanyak empat kali untuk setiap ekor. Pengumpulan data dilakukan
pada pukul 07.00-08.00 WIB setelah pemerahan. Selang waktu antara pengumpulan
data pertama dengan pengumpulan data berikutnya adalah satu minggu. Ternak tidak
diberi perlakuan khusus sebelum maupun sesudah pengambilan data.

Peubah yang Diamati


Peubah yang diamati meliputi lingkar dada, dalam dada, lebar dada, panjang
telinga, tinggi badan, panjang badan, volume ambing, volume puting, volume
ambing, dalam ambing, lingkar ambing, panjang puting, lingkar puting, bobot badan,
lingkar metatarsus dan produksi susu induk betina.
(1) Lingkar Dada (LiD) dalam cm, diukur dengan melingkarkan pita ukur
sepanjang rongga dada atau dari tulang dada di belakang tulang bahu dan
tulang belikat menggunakan tali ukur.

Gambar 4. Pengukuran Lingkar Dada

(2) Dalam Dada (DD) dalam cm, diukur dengan mengukur tegak lurus dari tulang
punggung tegak lurus dengan tulang dada menggunakan tongkat ukur.

13
Gambar 5. Pengukuran Dalam Dada

(3) Lebar Dada (LeD) dalam cm, diukur dengan mengukur jarak antara penonjolan
bahu (tubersitas humeri) sebelah kiri sampai penonjolan bahu sebelah kanan
menggunakan caliper.

(4) Panjang Telinga (PT) dalam cm, diukur dengan pita ukur. Pengukuran
dilakukan dari pangkal telinga hingga ke ujung telinga.

Gambar 6. Pengukuran Panjang Telinga

(5) Tinggi Badan (TB) dalam cm, diukur dengan tongkat ukur. Pengukuran tinggi
badan dilakukan dari dasar tanah sampai tinggi pundak pada ruas punggung
awal sebagai patokan tinggi badan kambing PE.

Gambar 7. Pengukuran Tinggi Badan

14
(6) Panjang Badan (PB) dalam cm, diukur dengan tongkat ukur yang dilakukan
membentuk garis miring dari penonjolan bahu (tubersitas humeri) sampai
tulang duduk (tuber ischii).

Gambar 8. Pengukuran Panjang Badan

(7) Volume Kelenjar Susu (VKS) dalam ml, diukur meliputi keseluruhan volume
kelenjar penghasil susu yang terdiri atas ambing dan puting. Pengukuran
dilakukan dari pangkal kelenjar susu sampai ujung puting dengan cara
mencelupkan kelenjar susu ke dalam wadah berisi air, kemudian air yang
tumpah tersebut ditampung dan dianggap sebagai volume kelenjar susu.

Gambar 9. Pengukuran Volume Kelenjar Susu

(8) Volume Puting (VPtg) dalam ml, diukur dengan cara seperti melakukan
pengukuran volume kelenjar susu akan tetapi batas kelenjar susu yang
dicelupkan ke dalam wadah berisi air hanya sampai pada pangkal puting.
Volume air yang tumpah kemudian ditampung dan dianggap sebagi volume
puting.

15
Gambar 10. Pengukuran Volume Puting

(9) Volume Ambing (VAm) dalam ml, diukur dari pangkal kelenjar susu sampai
batas pangkal puting. Pengukuran dilakukan dengan cara mengurangi jumlah
volume kelenjar susu dengan volume puting. Hasil pengurangan tersebut
dianggap sebagai volume ambing.

Gambar 11. Pengukuran Volume Ambing

(10) Dalam Ambing (DAm) dalam ml, diukur dengan mengukur panjang dari
pangkal ambing sampai ke pangkal puting menggunakan pita ukur.

Gambar 12. Pengukuran Dalam Ambing

16
(11) Lingkar Ambing (LiAm) dalam ml, diukur dengan mengukur lingkar pangkal
ambing menggunakan bantuan tali yang kemudian dikonversikan ke dalam pita
ukur.

Gambar 13. Pengukuran Lingkar Ambing

(12) Panjang Puting (PPtg) dalam ml, diukur dari pangkal puting sampai ke ujung
puting dengan menggunakan pita ukur.

Gambar 14. Pengukuran Panjang Puting

(13) Lingkar Puting (LiPtg) dalam cm, diukur dengan mengukur lingkar puting
menggunakan bantuan tali yang kemudian dikonversikan ke dalam pita ukur.

Gambar 15. Pengukuran Lingkar Puting

17
(14) Bobot Badan (BB) dalam kg, diukur dengan melakukan penimbangan ternak
secara langsung pada saat pengamatan.
(15) Lingkar Metatarsus (LiMtrs) dalam cm, diukur dengan cara pengukuran
melingkari tepat di bagian atas tulang metatarsale dengan menggunakan
bantuan tali yang kemudian dikonversikan ke dalam pita ukur.

Gambar 16. Pengukuran Lingkar Metatarsus

(16) Produksi Susu (PS) dalam ml, dilakukan dengan mengukur langsung produksi
susu yang dihasilkan pada saat pengamatan dan juga data pencatatan yang
dilakukan oleh peternak pada saat pengamatan belum dilakukan.

Analisis Data
Nilai keeratan ukuran-ukuran tubuh akan dianalisis dengan menggunakan
persamaan matematika. Analisis yang digunakan adalah Regresi Linier Ganda dan
Regresi Linier terhadap data ukuran tubuh yang diperoleh. Analisis dilakukan setelah
dilakukan analisis korelasi antara ukuran-ukuran tubuh dengan produksi susu untuk
mengetahui derajat hubungan antara keduanya. Model korelasi yang digunakan
sebagai berikut :
∑ (x1 – x1) (x2 – x2)
rx1x2 =
√ ∑ (x1 – x1)2 ∑ (x2 – x2)2

Keterangan : r = koefisien korelasi


x1 = peubah bebas ke- 1
x2 = peubah bebas ke- 2
x1 = rataan peubah ke- 1
x2 = rataan peubah ke- 2

18
Persamaan matematika regresi antara produksi susu dengan ukuran-ukuran
tubuh seperti berikut :
1. Regresi Linier
Model : y = β0 + βx
Keterangan :
y = Produksi susu
x = Peubah bebas
β0 = Intersep
βx = Koefisien regresi produksi susu (y) terhadap ukuran tubuh (x)
(Steel dan Torrie, 1995)
2. Regresi Linear Ganda
Model : y = β0 + β1x1 + β2x2 + … + βnxn
Keterangan :
y = Produksi susu
x = Peubah bebas
β0 = Intersep
β1 = Koefisien regresi produksi susu (y) terhadap ukuran tubuh 1 (x1)
β2 = Koefisien regresi produksi susu (y) terhadap ukuran tubuh 2 (x2)
βn = Koefisien regresi produksi susu (y) terhadap ukuran tubuh n (xn)
(Steel dan Torrie, 1995)
Pengolahan data tersebut (analisis korelasi dan regresi) dibantu dengan
perangkat lunak statistika Minitab Release 13.20.

3. Analisis Pakan terhadap Kualitas Susu

Efisiensi Pakan terhadap Susu :

Keterangan :
E = Efisiensi pakan
P = Nutrisi yang terkandung pada Produk (dalam hal ini susu)
F = Nutrisi yang terkandung pada Pakan

Konversi Pakan menjadi Susu :

Keterangan :
K = Konversi
E = Nilai efisiensi pakan

19
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Peternakan
Penelitian dilakukan di dua kabupaten yang terdapat di Provinsi Jawa Barat
dengan mengambil lokasi pada lima daerah yang berbeda ketinggiannya dari
permukaan laut. Pada Kabupaten Tasikmalaya terdapat empat peternakan rakyat
yaitu peternakan Malaganti, peternakan yang dipimpin oleh bapak Aan, kelompok
ternak “Surya Medal” yang dipimpin oleh bapak Zam-Zam, dan Kelompok Tani
Karsa Menak. Satu peternakan di kota Banjar yaitu kelompok tani yang
menamakannya dengan koperasi “Sri Murni”, koperasi ini dipimpin oleh bapak
Yaya.

Kelompok Tani Marga Rahayu “Sri Murni” (KTMRSM)


Penelitian dilakukan pada peternakan rakyat yang tersebar di Dusun
Bojongsari yang bergabung menjadi sebuah koperasi Marga Rahayu “Sri Murni”.
Koperasi dipimpin oleh bapak Yaya. Koperasi terletak di Blok Pasirranji, Dusun
Bojong sari, Desa Bojong Kantong, Kecamatan Langen Sari, Kota Banjar. Letak
peternakan pada koordinat 12,1” BT dan 108o36’21,9” LS dengan ketinggian 29 m
dpl. Kisaran suhu antara 27,90oC-26,13oC dan kelembaban relatif 87,63%.
Kelompok Tani Marga Rahayu “Sri Murni” dibentuk untuk menyatukan
persepsi para anggota dalam peran aktif membangun pertanian. Tujuannya dan
sasaran (Kelompok Tani Marga Rahayu”Sri Murni”, 2011) adalah:
1. Membangun kerjasama antar anggota kelompok;
2. Mempermudah pembinaan para anggota kelompok;
3. Tempat penerapan teknologi pertanian/peternakan;
4. Wadah musyawarah para anggota kelompok dalam menyelesaikan
permasalahan;
5. Sarana usaha tani yang lebih terkoordinir.
Sasaran yang ingin dicapai dari pembentukan kelompok adalah :
1. Peningkatan pendapatan anggota kelompok;
2. Menambahkan/menciptakan lapangan kerja.
Koperasi Sri Murni ini dibentuk pada tanggal 27 Mei 1997, dikukuhkan pada
tanggal 27 Maret 2006 yang dipimpin oleh Bapak Karjo dengan anggota sebanyak 31
orang. Koperasi bergerak pada usaha pokok agribisnis kambing PE, sapi potong serta

20
ayam kampung. Koperasi bergerak di usaha lain yaitu jasa traktor, pembesaran ikan
gurame dan sarana produksi pertanian.
Koperasi Sri Murni memiliki aset berupa hewan ternak sebanyak 362 ekor,
yang terdiri atas kambing PE sebanyak 195 ekor, sapi potong sebanyak 17 ekor dan
ayam kampung sebanyak 150 ekor. Setiap anggota kelompok memiliki kambing
sebanyak 6 ekor.

Kelompok Tani Karsa Menak (KTKM)


Kelompok Tani Karsa Menak dipimpin oleh Bapak Irwan Yuhana Putra
(Kang Yepe) terletak di Kampung Cisumur, Desa Karsa Menak, Kecamatan Kawalu,
Tasikmalaya. Letak peternakan pada koordinat 07o21’54,5” BT dan 108o13’14,0” LS
dengan ketinggian 367 m dpl. Kisaran suhu antara 25,98oC-23,81oC dan kelembaban
relatif 84,13%. Kelompok Tani memiliki 46 ekor ternak kambing PE yang terdiri
atas 30 ekor induk betina laktasi, 2 ekor pejantan dan 14 ekor anak kambing.

Kelompok Tani Ternak Kambing PE “Surya Medal” (KTTKSM)


Peternakan Bapak Zam-zam (Surya Medal) terletak di Kampung Cibiru, Desa
Sariwangi, Kecamatan Sariwangi, Tasikmalaya. Letak peternakan pada koordinat
07o19’11,6” BT dan 108o04’19,2” LS dengan ketinggian 561 m dpl. Kisaran suhu
antara 23,79oC-22,41oC dan kelembaban relatif 89,00%.
Kecamatan Sariwangi merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten
Tasikmalaya yang sudah lama melaksanakan kegiatan pemeliharaan ternak kambing,
khususnya kambing PE. Perkembangan kambing di kecamatan ini dari waktu ke
waktu sangat pesat, sehingga banyak peternak yang beralih dari memelihara domba
ke pemeliharaan kambing PE.
Salah satu sentra peternakan kambing PE berada di Blok Cibiru, Kampung
Leuwi Peusing, Desa Sariwangi, Kecamatan Sariwangi, Kabupaten Tasikmalaya. Di
tempat tersebut telah berdiri kelompok tani peternak kambing PE, yaitu “Surya
Medal”. Kelompok tani peternak kambing PE “Surya Medal”, merupakan kelompok
peternak yang melakukan kegiatan usaha pengadaan bibit dan produsen/penghasil
susu kambing perah.
Kelompok peternak kambing PE “ Surya Medal” didirikan pada tahun 2004
bermula dari lima orang peternak yang pada perjalanannya sampai akhir tahun 2008
mencapai 222 ekor, jumlah kandang sebanyak 22 unit, populasi jantan dewasa

21
sebanyak 26 ekor, dan betina sebanyak 122 ekor, anak jantan sebanyak 24 ekor dan
anak betina sebanyak 60 ekor. Kelompok tersebut memiliki lahan seluas 0,5 hektar
dan telah ditanami rumput gajah sebagai penyedia pakan hijauan bagi ternak.
Produksi susu rata-rata per hari mencapai 32,4 liter. Pemasaran susu bersifat lokal,
yaitu pembeli langsung ke lokasi kelompok.

Peternakan Bapak Aan (PBA)


Peternakan Bapak Aan terletak di Kampung Malaganti, Desa Sukaharja,
Kecamatan Sariwangi, Tasikmalaya. Letak peternakan pada koordinat 07o18’17,0”
BT dan 108o03’13,4” LS dengan ketinggian 673 m dpl. Kisaran suhu antara 22,96oC-
20,88oC dan kelembaban relatif 82,75%. Peternakan Bapak Aan memiliki 57 ekor
ternak kambing PE yang terdiri atas 35 ekor induk betina laktasi, 3 ekor pejantan dan
19 ekor anak kambing.

UPTD Perbibitan Ternak Kambing PE Malaganti (UPTDPTM)


UPTD Perbibitan Ternak Kambing PE Malaganti terletak di Kampung
Malaganti, Desa Sukaharja, Kecamatan Sariwangi, Tasikmalaya. Letak peternakan
pada koordinat 07o17’54,5” BT dan 108o03’08,2” LS dengan ketinggian 727 m dpl.
Kisaran suhu antara 23,2oC-20,58oC dan kelembaban relatif 80,50%.
Pemerintah kabupaten Tasikmalaya mempunyai perhatian untuk
meningkatkan penyediaan ternak bibit yang berkualitas, untuk itu dibuat UPTD
perbibitan ternak yang telah memiliki UPT Sapi Potong di Tawang Pancatengah dan
UPT kambing PE di Malaganti Sariwangi. Kedua UPT tersebut untuk penyediaan
bibit sapi potong dan kambing PE berkualitas bagi masyarakat.
Pembentukan UPT didasarkan pada peraturan daerah Kabupaten Tasikmalaya
nomor 15 tahun 2008 tentang organisasi dinas daerah Kabupaten Tasikmalaya.
UPTD Perbibitan kambing PE dibangun pada tahun 2005 dan mulai beroperasi pada
tahun 2006, berlokasi di Kampung Malaganti, Desa Sukaharja, Kecamatan
Sariwangi. Perbibitan kambing PE mempunyai lahan seluas 3.600 m 2 terdapat
fasilitas gedung kantor satu unit, kandang ternak kapasitas 50 ekor sebanyak empat
unit dan gedung serbaguna satu unit serta kebun rumput pada tanah milik negara
seluas satu hektar, satu unit motor bak pengangkut rumput, satu unit mesin
pengolahan kompos. Populasi induk kambing sebanyak 83 ekor. Hasil produksi

22
perbibitan kambing PE adalah 50 ekor anak dan 10 ton pupuk organik, serta 800 liter
susu.
Tujuan didirikannya UPTD antara lain: menyediakan fasilitas pembibitan
ternak sapi potong dan kambing PE, menyediakan fasilitas tempat pelatihan, magang
dan percontohan bagi peternak serta untuk peningkatan sumberdaya manusia
peternak khusunya peternak sapi potong dan kambing PE, meningkatkan mutu ternak
sapi potong dan kambing PE melalui sistem perkawinan terarah, meningkatkan
pendapatan Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya melalui penjualan bakalan sapi dan
kambing PE, penyebaran ternak kepada peternak melalui pola kemitraan dan bagi
hasil serta penjualan susu dan pupuk kompos.
Produksi Susu
Tingkat produksi susu dipengaruhi oleh banyak faktor. Hal ini menyebabkan
terjadinya perbedaan dalam produksi susu yang dihasilkan pada setiap peternakan.
Phalepi (2004) menyatakan, tingkat produksi susu tidak terlepas dari mutu genetik
ternak, daya produksi, umur induk, lama laktasi, tatalaksana yang diberlakukan
terhadap ternak, kondisi iklim, daya adaptasi ternak dan aktivitas pemerahan. Dari
kelima peternakan yang digunakan sebagai lokasi penelitian ini ternyata tidak semua
peternakan memiliki produksi susu yang tinggi. Rataan produksi susu pada setiap
peternakan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Penampilan Produksi Susu Kambing PE di Kelima Lokasi Peternakan


Produksi Susu
Peternakan n
(ekor) Rataan Produksi (l/ekor/hari) Koefisien Keragaman (%)
b
KTMRSM 20 1045,0 ± 438,5 41,96
d
KTKM 20 501,5 ± 233,5 46,56
c
KTTKSM 20 777,0 ± 170,1 21,90
a
PBA 20 1840,0 ± 795,0 43,20
d
UPTDPTM 20 548,0 ± 166,5 30,38
Keterangan : KTMRSM = Sri Murni, KTKM = Kelompok Tani Karsa Menak, KTTKSM =
Kelompok Tani Surya Medal, PBA = Aan Farm, UPTDPTM = UPTD Perbibitan
Ternak Kambing PE Malaganti; a,b,c,d = beda nyata P < 0,01

Produksi susu yang dihasilkan pada PBA dapat dikatakan merupakan


peternakan yang memiliki hasil produksi susu yang terbaik dari keempat Farm
lainnya. Hal ini dapat disebabkan beberapa faktor yaitu, genetik (Setiadi et al.,

23
1994), lingkungan (Nasution et al., 2010), kualitas pakan yang diberikan
(Martawidjaja et al., 2001) serta manajemen pemeliharaan yang dilakukan
(Budiarsana et al., 2007). KTKM terletak di ketinggian 673 m dpl dengan suhu
udara rata-rata maksimum 22,96oC dan minimum 20,88oC.
Nilai keragaman yang tinggi terjadi pada produksi susu dengan nilai tertinggi
terdapat pada KTKM (46,56%), sedangkan nilai keragaman yang terendah terdapat
pada KTTKSM (21,90%), akan tetapi semua Farm memiliki kecenderungan nilai
keragaman yang tinggi yaitu KTMRSM (41,96%), PBA (43,20%) dan UPTDPTM
(30,38%). Nilai keragaman yang tinggi memungkinkan untuk dilakukannya seleksi
terhadap ternak yang memiliki produksi susu tinggi. Hal ini tergantung dari tujuan
usaha tersebut, oleh karena itu harus dilakukan pembatasan mengenai lama
laktasinya. Lama laktasi seekor ternak kambing Peranakan Etawah yang ideal adalah
sekitar 24 minggu (Atabany, 2001).
Dari hasil uji t pada produksi susu di kelima peternakan tidak dapat langsung
dikatakan berbeda. Hasil uji T menunjukkan bahwa PBA memiliki hasil uji produksi
susu yang yang berbeda dengan KTMRSM, KTKM, UPTDPTM dan KTTKSM.
Hasil uji banding juga menunjukkan bahwa KTMRSM memiliki produksi susu yang
berbeda dengan KTKM, UPTDPTM dan KTTKSM; KTTKSM berbeda dengan
KTKM dan UPTDPTM, akan tetapi hasil uji menunjukkan bahwa KTKM dan
UPTDPTM memiliki produksi susu yang sama. Hal ini menunjukkan ada perbedaan
jumlah produksi susu yang berbeda pada masing-masing peternakan, akan tetapi
KTKM dan UPTDPTM memiliki kecenderungan rataan produksi susu yang sama.
PBA memiliki rataan produksi susu sebesar 1840 ml/ekor/hari sedangkan rataan
produksi susu di KTMRSM adalah sebesar 1045 ml/ekor/hari; KTKM sebesar 501,5
ml/ekor/hari; UPTDPTM sebesar 548 ml/ekor/hari dan KTTKSM sebesar 777
ml/ekor/hari. Jika diurutkan dari rataan produksi susu yang dihasilkan maka produksi
susu pada PBA merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan keempat peternakan
lainnya yaitu KTMRSM, KTTKSM, UPTDPTM dan KTKM yang memiliki rataan
produksi yang paling rendah.
Perbedaan produksi susu yang dihasilkan pada setiap peternakan dapat
disebabkan oleh adanya perbedaan umur laktasi kambing yang dijadikan sampel
dalam penelitian ini walaupun berada dalam fase laktasi yang sama. Hasil penelitian

24
Widyandari (2002) menyatakan, bahwa puncak produksi susu kambing PE terjadi
pada rentang waktu antara minggu ke-2-5 umur laktasi dan akan menurun perlahan
sampai masa laktasi berakhir. Perbedaan umur laktasi ini menyebabkan adanya
keragaman jumlah produksi susu yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan rataan
produksi susu pada setiap lokasi penelitian berbeda.
Kelima Farm yang digunakan memiliki manajemen pemeliharaan yang
hampir serupa baik dalam jenis maupun frekuensi pemberian pakan, yaitu pemberian
pakan berupa hijauan berupa rumput lapang yang dicampur dedaunan dengan
perbandingan rumput lapang dan dedaunan adalah 40% : 60%. Upaya dalam
meningkatkan konsumsi dan mengatasi kemungkinan defisiensi (terutama protein
dan energi) dilakukan dengan cara memberi pakan tambahan konsentrat atau
dedaunan leguminosa (Maylinda dan Basori, 2004). Pemberian pakan pada dasarnya
ad libitum, akan tetapi dari perhitungan yang dilakukan rata-rata konsumsi pakan
ternak adalah 6-7 kg per ekor per hari, dengan pemberian pakan dilakukan sebanyak
2 kali dalam sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Martawidjaja et al. (2001)
menyatakan, bahwa jumlah pemberian pakan untuk kambing perah dengan kondisi
laktasi adalah 5-7 kg hijauan dengan penambahan pakan konsentrat sebanyak 500-
700 gr per ekor per hari, dengan frekuensi pemberian pakan dapat dilakukan
sebanyak dua kali atau tiga kali sehari. Komposisi kandungan bahan pakan pada
setiap Farm dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3. Komposisi Kandungan Bahan Pakan


Komposisi KTMRSM KTKM KTTKSM PBA UPTDPTM
Air (%) 15,11 15,26 13,44 7,80 12,12
Energi (Kkal) 62,54 80,08 54,95 53,11 49,21
Protein (%) 22,69 15,22 14,27 15,22 14,71
Lemak (%) 2,34 3,04 2,23 2,02 2,46
Keterangan : KTMRSM = Sri Murni, KTKM = Kelompok Tani Karsa Menak, KTTKSM =
Kelompok Tani Surya Medal, PBA = Aan Farm, UPTDPTM = UPTD Perbibitan
Ternak Kambing PE Malaganti

Walaupun jumlah konsumsi pakan di setiap Farm hampir sama jumlahnya,


namun kemampuan setiap individu ternak kambing dalam menyerap nutrisi yang
terkandung di dalam pakan berbeda-beda. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain palatabilitas ternak terhadap bahan pakan yang diberikan,
kemampuan genetik dari masing-masing individu dan cara pemberian pakan.

25
Kemampuan penyerapan nutrisi ini akan mempengaruhi jumlah produksi yang
dihasilkan, dalam hal ini jumlah produksi susu kambing PE. Haryanto et al. (1992)
berpendapat, nilai kecernaan dalam mengkonsumsi pakan yang rendah menyebabkan
kualitas produksi susu yang tidak baik hal ini disebabkan nutrisi yang terkandung di
dalam pakan tidak dapat tersalurkan ke dalam susu yang dihasilkan oleh ternak.
Komposisi kandungan nutrisi di dalam susu di kelima peternakan dapat dilihat pada
Tabel 4, sedangkan Efisiensi konsumsi pakan terhadap produksi susu di kelima
peternakan dapat dilihat padaTabel 5.

Tabel 4. Komposisi Kandungan Nutrisi Susu


Komposisi KTMRSM KTTKSM UPTDPTM KTKM PBA
Air (%) 85,25 86,50 87,00 85,00 84,00
Energi (Kkal) 67,00 61,00 65,00 70,00 68,00
Protein (%) 4,10 3,30 3,50 4,29 4,15
Lemak (%) 5,65 3,30 3,50 7,75 7,17
Keterangan : KTMRSM = Sri Murni, KTKM = Aan Farm, KTTKSM = Kelompok Tani Karsa
Menak, PBA = UPTD Perbibitan Ternak Kambing PE Malaganti, UPTDPTM =
Kelompok Tani Surya Medal

Tabel 5. Konversi dan Efisiensi Konsumsi Pakan


Komposisi KTMRSM KTKM KTTKSM PBA UPTDPTM
Energi (Kkal) x (%) 18,62 12,14 17,77 21,44 25,16
y 5,37 8,24 5,63 4,66 3,97
Protein x (%) 3,14 3,45 3,68 4,59 5,14
y 31,85 28,95 27,15 21,81 19,47
Lemak x (%) 41,95 17,29 23,57 62,42 53,07
y 2,38 5,78 4,24 1,60 1,88
Keterangan : KTMRSM = Sri Murni, KTKM = Kelompok Tani Karsa Menak, KTTKSM =
Kelompok Tani Surya Medal, PBA = Aan Farm, UPTDPTM = UPTD Perbibitan
Ternak Kambing PE Malaganti
x = efisiensi pakan
y = konversi pakan

Tabel 5 menunjukkan bahwa untuk efisiensi konsumsi terhadap kandungan


energi yang tertinggi berada pada UPTDPTM (25,16%), sedangkan efisiensi
konsumsi energi yang terendah terdapat pada KTKM (12,14%). Toharmat et al.
(2006) mengatakan, perbedaan efisiensi konsumsi pakan dipengaruhi oleh jenis
pakan, manjemen pemberian pakan, kondisi lingkungan serta palatabilitas ternak
terhadap pakan. Efisiensi konsumsi terhadap kandungan protein yang tertinggi
berada pada UPTDPTM (5,14%) dan efisiensi konsumsi yang terendah terdapat pada
KTMRSM (3,14%). Efisiensi konsumsi terhadap kandungan lemak yang terdapat

26
pada bahan pakan menjadi susu yang dihasilkan, nilai efisiensi tertinggi terdapat
pada PBA (62,42%) dan terendah berada pada KTKM (17,29%).
Hasil analisis dari Tabel 5 menunjukkan bahwa dari segi efisiensi konsumsi
pakan menjadi susu bahwa UPTDPTM memiliki tingkat efisiensi yang terbaik
dibandingkan keempat peternakan lainnya. Hal ini berbanding terbalik dengan
jumlah produksi yang dihasilkan karena produksi susu pada UPTDPTM merupakan
yang paling rendah jika dibandingkan dengan keempat peternakan lainnya.
Ayuningsih (1994) menjelaskan bahwa, meningkatnya produksi susu akan
mengakibatkan menurunnya kualitas susu yang dihasilkan, hal ini disebabkan karena
adanya perbedaan distribusi zat makanan antara ternak yang memiliki produksi susu
rendah dengan yang memiliki produksi susu tinggi. Menurut Toharmat et al. (2006)
tingginya konsumsi bahan kering dan nutrien pada kambing dengan ransum terkait
dengan tingginya kecernaan nutrient komponen bahan tersebut seperti kecernaan
bahan kering, bahan organik, serat kasar dan lemak ransum. Perbedaan efisiensi
konsumsi pakan dapat terjadi karena perbedaan kandungan nutrisi dan jenis pakan
yang diberikan kepada ternak.

Ukuran-Ukuran Tubuh Kambing Peranakan Etawah


Bobot hidup dan ukuran-ukuran tubuh ternak dipengaruhi oleh umur dan
jenis kelamin. Peningkatan ukuran tubuh akan terjadi seiring dengan bertambahnya
umur pada ternak. Setiadi et al. (1994), menyebutkan bahwa ketinggian tempat juga
mempengaruhi ukuran tubuh ternak, kambing PE yang dipelihara di dataran tinggi
memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan kambing PE yang dipelihara
di dataran rendah. Berdasarkan pengukuran ukuran-ukuran tubuh yang pernah
dilakukan terhadap kambing Peranakan Etawah betina oleh Phalepi (2004),
didapatkan persamaan dan perbedaan mengenai ukuran-ukuran tersebut dengan hasil
pengamatan langsung di lapangan. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada
Tabel 6.
Hasil pengukuran yang dilakukan menunjukkan besarnya nilai ukuran-ukuran
tubuh kambing Peranakan Etawah betina yang didapatkan melalui pengukuran
langsung di lapangan memiliki nilai rataan yang lebih besar dibandingkan hasil
penelitian Phalepi (2004). Ukuran-ukuran tubuh yang didapatkan melalui
pengukuran langsung di lapangan meliputi dalam dada, lebar dada, dalam ambing,

27
lingkar ambing, panjang puting, lingkar puting dan lingkar metatarsus memiliki nilai
rataan yang lebih kecil. Hal ini meliputi produksi susu yang dihasilkan pada setiap
Farm memiliki nilai rataan yang lebih besar, berarti kelima peternakan memiliki
kualitas ternak yang cukup baik. Hal ini terlepas dari jumlah ternak yang diamati.
Budiarsana (2005) mengatakan, bahwa performa ternak di lapangan dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang kompleks sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan hasil
pengukuran performa ternak di setiap lokasi dan waktu yang berbeda.

Tabel 6. Rerata Ukuran-ukuran Tubuh Kambing PE Betina


Sifat dan Phalepi
KTMRSM KTKM KTTKSM PBA UPTDPTM
Ukuran Tubuh (2004)
Panjang Telinga 29,6 ± 3,7 25,3 ± 1,9 28,8 ± 2,4 29,8 ± 3,7 28,9 ± 2,9 24,9 ± 2,7
(cm) (12,54%) (7,70%) (8,28%) (12,43%) (9,91%) (10,84%)
Tinggi Badan 74,4 ± 4,6 69,0 ± 3,1 71,4 ± 4,3 73,8 ± 5,5 71,9 ± 2,9 68,6 ± 2,6
(cm) (6,13%) (4,51%) (6,09%) (7,41%) (3,97%) (3,79%)
Panjang Badan 71,1 ± 6,1 65,8 ± 3,8 76,5 ± 5,1 74,8 ± 5,9 68,4 ± 3,4 56,7 ± 4,1
(cm) (8,59%) (5,79%) (6,66%) (7,91%) (4,94%) (7,23%)
Lingkar Dada 78,2 ± 5,3 70,7 ± 3,9 80,3 ± 4,8 82,2 ± 7,5 70,7 ± 3,8 70,6 ± 4,4
(cm) (6,84%) (5,46%) (5,99%) (9,18%) (5,31%) (6,23%)
Volume Ambing 1241 ± 500 722,0 ± 246,9 929,5 ± 200,2 2236 ± 890 625,5 ± 170,1 462,2 ± 144,8
(l) (40,29%) (34,20%) (21,54%) (39,80%) (27,19%) (31,32%)
Volume Puting 437,5 ± 285,9 194,0 ± 130,9 308,0 ± 159,2 781 ± 449 222,5 ± 74,3 38,6 ± 14,4
(l) (65,36%) (67,47%) (51,69%) (57,57%) (33,38%) (37,30%)
Bobot Badan 37,7 ± 5,3 32,1 ± 4,0 45,7 ± 9,0 60,6 ± 7,7 36,6 ± 3,8 30,2 ± 6,4
(kg) (14,04%) (12,42%) (19,64%) (12,76%) (10,50%) (21,19%)
Dalam Dada 25,1 ± 1,5 23,5 ± 0,9 25,5 ± 1,3 26,45 ± 2,4 23,9 ± 1,0 25,9 ± 1,9
(cm) (6,15%) (3,87%) (5,10%) (8,91%) (4,25%) (7,33%)
Lebar Dada 15,1 ± 0,7 14,6 ± 0,5 15,5 ± 0,6 15,8 ± 8,1 14,7 ± 0,5 16,3 ± 1,3
(cm) (4,56%) (3,44%) (3,92%) (5,40%) (3,34%) (7,98%)
Dalam Ambing 15,8 ± 2,0 13,3 ± 1,6 15,7 ± 1,3 19,3 ± 2,9 13,0 ± 1,0 18,6 ± 4,5
(cm) (12,92%) (11,98%) (8,36%) (14,78%) (7,89%) (24,19%)
Lingkar Ambing 19,9 ± 4,6 18,2 ± 0,9 18,6 ± 1,0 24,1 ± 3,3 18,1 ± 0,9 24,3 ± 3,0
(cm) (23,05%) (4,82%) (5,35%) (13,59%) (4,71%) (12,35%)
Panjang Puting 10,2 ± 2,6 6,9 ± 0,9 7,9 ± 1,6 13,7 ± 2,4 6,9 ± 1,0 8,0 ± 2,1
(cm) (25,76%) (12,35%) (19,65%) (17,26%) (14,79%) (26,25%)
Lingkar Puting 7,3 ± 1,5 6,2 ± 0,5 6,9 ± 0,9 9,7 ± 1,5 6,4 ± 0,5 8,6 ± 0,5
(cm) (20,42%) (8,44%) (12,76%) (15,14%) (7,85%) (5,81%)
Lingkar 11,3 ± 0,5 10,7 ± 0,3 10,9 ± 0,4 11,2 ± 0,5 11,0 ± 0,4 12,1 ± 0,5
Metatarsus (cm) (4,20%) (2,80%) (3,52%) (4,65%) (3,30%) (4,13%)
Keterangan : KTMRSM = Sri Murni, KTKM = Kelompok Tani Karsa Menak, KTTKSM = Kelompok
Tani Surya Medal, PBA = Aan Farm, UPTDPTM = UPTD Perbibitan Ternak Kambing
PE Malaganti

Tabel 6 menunjukkan, bahwa penampilan produksi susu yang tinggi berada


pada kelompok ternak yang dipelihara di PBA, hal ini ditunjukkan dengan
kecenderungan terhadap dimensi ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan

28
dengan ukuran tubuh pada kelompok ternak yang dipelihara di peternakan lainnya,
kecuali pada lingkar metatarsus yang memiliki dimensi ukuran yang relatif sama
pada semua ternak yang dipelihara walaupun berada di lokasi pemeliharaan yang
berbeda. Maylinda dan Basori (2004) menyebutkan, bahwa bobot badan dan ukuran
tubuh lainnya, meskipun bukan merupakan sifat-sifat ekonomis pada ternak perah
tetapi merupakan pencerminan potensi pertumbuhan ternak yang mempunyai
hubungan positif dengan pertumbuhan dan perkembangan kelenjar mammae yang
akan menentukan tinggi rendahnya produksi susu yang dihasilkan.
Kecenderungan yang dapat dilihat dari Tabel 6 adalah semakin besar dimensi
ukuran tubuh yang dimiliki oleh ternak kambing maka semakin tinggi produksi susu
yang dihasilkan oleh ternak kambing tersebut. Perbedaan dimensi ukuran tubuh ini
sesuai dengan pernyataan dari Devendra dan Burns (1994), bahwa hampir semua
dimensi pada tubuh kambing yang berproduksi susu tinggi sedikit lebih besar
dibandingkan kambing yang berproduksi susu rendah.
Koefisisen keragaman sebagai suatu ukuran keragaman relatif, pada masing-
masing peternakan tidak memperlihatkan dominasi untuk ukuran tubuh tertentu dari
semua dimensi ukuran tubuh yang diukur kecuali volume ambing dan volume puting.
Perbedaan tersebut disebabkan oleh jumlah ternak yang diamati pada setiap Farm
tidak sama, ukuran-ukuran tubuh yang diamati bervariasi dan adanya keragaman
bentuk serta ukuran-ukuran tubuh pada setiap individu ternak meskipun dalam satu
bangsa. Menurut Buckley et al. (2000), hal tersebut disebabkan perbedaan proporsi
relatif dari bagian tubuh satu dengan yang lain. Keragaman ukuran juga dapat
diakibatkan penerapan manajemen pemeliharaan yang berbeda antar pengelola
ternak dan keadaan lingkungan yang tidak sesuai dengan kondisi ternak.
Banyaknya nilai keragaman yang tinggi pada ukuran tubuh yang memiliki
korelasi terhadap produksi susu, maka semua peternakan masih memungkinkan
untuk dilakukan seleksi. Seleksi pada KTMRSM didasarkan pada keragaman
panjang telinga (12,54%), volume ambing (40,29%), volume puting (65,36%), bobot
badan (14,04%), dalam ambing (12,92%), lingkar ambing (23,05%), panjang puting
(25,76%) dan lingkar puting (20,42%). Seleksi pada KTKM didasarkan pada
keragaman volume ambing (34,20%), volume puting (67,47%), bobot badan
12,42%), dalam ambing (11,98%) dan panjang puting (12,35%). Seleksi pada

29
KTTKSM dilakukan dengan dasar keragaman volume ambing (21,54%), volume
puting (51,69%), bobot badan (19,64%), panjang puting (19,65%) dan lingkar puting
(12,76%). Seleksi pada PBA didasarkan pada keragaman panjang telinga (12,43%),
volume ambing (39,80%), volume puting (57,57%), bobot badan (12,76%), dalam
ambing (14,78%), lingkar ambing (13,59%), panjang puting (17,26%) dan lingkar
puting (15,14%). Seleksi pada UPTDPTM didasarkan pada keragaman volume
ambing (27,19%), volume puting (33,38%) dan panjang puting (14,79%).
Semua ukuran tubuh yang memiliki nilai keragaman tinggi pada masing-
masing peternakan dapat dijadikan dasar dalam melakukan seleksi terhadap ternak,
akan tetapi hanya volume ambing, volume puting dan lingkar puting yang memiliki
korelasi nyata terhadap produksi susu. Seleksi ternak berdasarkan ketiga ukuran
tubuh tersebut dapat diurutkan mulai dari sifat yang memiliki nilai keragaman yang
tertinggi terlebih dahulu, yaitu pertama berdasarkan volume puting kemudian
berdasarkan volume ambing lalu terakhir berdasarkan lingkar puting. Hal ini
memiliki kecenderungan yang sama di semua peternakan.

Hubungan antara Ukuran-ukuran Tubuh pada Peternakan yang Berbeda


Analisis korelasi secara umum mengetahui keterkaitan antara dua atau lebih
peubah pada suatu sampel yang sama. Beberapa teknik analisis dapat digunakan
untuk melihat ada tidaknya hubungan antar peubah tersebut, tergantung dari tujuan
analisis dan jenis data yang akan dianalisis. Hasil analisis korelasi bahwa semakin
besar nilai korelasi yang ada atau bernilai koefisien semakin mendekati satu, berarti
hubungan antara kedua peubah semakin erat. Korelasi antara ukuran tubuh dengan
produksi susu disajikan pada Tabel 7.
Korelasi yang bernilai positif atau negatif dapat terjadi karena beragamnya
ukuran tubuh ternak yang diamati. Korelasi positif ditunjukkan dengan
meningkatnya suatu sifat, maka akan meningkatkan suatu sifat yang lain dan
sebaliknya, sedangkan korelasi negatif ditunjukkan dengan meningkatnya suatu sifat,
maka akan menurunkan sifat yang lain dan sebaliknya. Menurut Aunuddin (1989),
nilai korelasi bisa bernilai negatif atau positif yang berkisar antara -1 dan +1,
tergantung pada arah pola hubungan antara kedua peubah tersebut. Berdasarkan
analisis korelasi terhadap induk kambing PE pada kelima peternakan yang berbeda,
didapat hasil korelasi tertinggi dan terendah seperti terlihat pada Tabel 7. Dari hasil

30
penelitian ini dapat dilihat, bahwa korelasi tertinggi antara ukuran tubuh ternak
terhadap produksi susu adalah volume ambing dengan nilai korelasi 0,992 sedangkan
pada penelitian Maylinda dan Basori (2004) nilai korelasi volume ambing dengan
produksi susu adalah sebesar 0,978.

Tabel 7. Korelasi antara Ukuran-ukuran Tubuh dengan Produksi Susu dari Kambing
PE Betina pada Farm yang Berbeda.
Korelasi KTMRSM KTKM KTTKSM PBA UPTDPTM
Tertinggi PS vs VAm PS vs VAm PS vs VAm PS vs VAm PS vs VAm
(0,992) (0,965) (0,905) (0,984) (0,889)
Terendah PT vs PPtg VPtg vs PPtg PS vs TB PT vs VPtg VAm vs BB
(0,112) (0,027) (0,002) (0,016) (0,001)
Negatif DD vs DAm PS vs PT PS vs PT PS vs PT PS vs PT
LeD vs DAm PT vs TB PT vs LiD PT vs VAm PS vs DD
BB vs LiAm PT vs PB PT vs VAm PT vs Dam PT vs DD
Dam vs LiAm PT vs LiD PT vs VPtg PT vs LiAm PT vs LeD
PT vs DD PT vs PPtg TB vs PPtg TB vs Dam
Keterangan : KTMRSM = Sri Murni, KTKM = Kelompok Tani Karsa Menak, KTTKSM = Kelompok
Tani Surya Medal, PBA = Aan Farm, UPTDPTM = UPTD Perbibitan Ternak Kambing
PE Malaganti; PS = Produksi Susu, VAm = Volume Ambing, PPtg = Panjang Puting,
BB = Bobot Badan, TB = Tinggi Badan, DAm = Dalam Ambing, PT = Panjang
Telinga, LiD = Lingkar Dada, LiAm = Lingkar Ambing, DD = Dalam Dada

Nilai Keeratan Hubungan antara Produksi Susu dengan Ukuran-ukuran Tubuh


pada Peternakan yang Berbeda
Penampilan luar ternak yang dilihat berdasarkan ukuran tubuh digunakan
untuk menentukan tipe ternak dengan kemampuan produksi yang tinggi. Ukuran-
ukuran tubuh yang pernah digunakan pada ternak perah besar untuk menduga
produksi susu antara lain panjang badan, tinggi pundak, lebar dada, lingkar dada dan
bobot tubuh, kemudian ditambahkan ukuran lingkar dada dan volume ambing dalam
penelitian Maylinda dan Basori (2004). Penambahan peubah lain dari ukuran tubuh,
selain yang disebutkan tadi dilakukan dengan melihat bentuk dan fungsi lain dari
bagian tubuh berdasarkan tipe perah yang dimiliki kambing dan kemudian dilihat
kemungkinannya untuk digunakan dalam pendugaan produksi susu.
Penggunaan ukuran-ukuran tubuh untuk menduga bobot hidup sudah banyak
dilakukan, karena alasan praktis serta mudah dalam pengerjaan maupun penilaian.
Hal yang sama juga diberlakukan untuk menduga produksi susu, sehingga kisaran
pendekatan hasil produksi susu yang mendekati hasil sebenarnya dari seekor ternak
perah didapatkan. Oleh karena itu perlu diketahui keeratan hubungan antara produksi

31
susu dengan ukuran-ukuran tubuh tersebut sebagai penduganya. Tabel 8
menunjukkan nilai korelasi antara produksi susu induk kambing PE dengan ukuran-
ukuran tubuhnya pada peternakan yang berbeda.

Tabel 8. Korelasi (r) Produksi Susu dengan Ukuran-Ukuran Tubuh Kambing PE


Ukuran Tubuh KTMRSM KTKM KTTKSM PBA UPTDPTM
Panjang Telinga 0,139 -0,086 -0,133 -0,021 -0,326
Tinggi Badan 0,341 0,293 0,002 0,253 -0,283
Panjang Badan 0,483* 0,206 0,033 0,205 -0,145
Lingkar Dada 0,239 0,447* 0,849** 0,820** 0,115
Volume Ambing 0,992** 0,965** 0,905** 0,984** 0,889**
Volume Puting 0,982** 0,902** 0,793** 0,980** 0,767**
Bobot Badan 0,401 0,151 0,286 0,134 0,119
Dalam Dada 0,141 0,340 0,764** 0,827** -0,455*
Lebar Dada 0,270 0,306 0,754** 0,785** 0,211
Dalam Ambing 0,714** 0,161 0,829** 0,955** 0,780**
Lingkar Ambing 0,373 0,120 0,879** 0,970** -0,091
Panjang Puting 0,917** 0,159 0,722** 0,811** 0,847**
Lingkar Puting 0,854** 0,816** 0,480* 0,954** 0,796**
Lingkar Metatarsus 0,392 0,361 0,068 0,304 -0,261
Keterangan : Keterangan : KTMRSM = Sri Murni, KTKM = Kelompok Tani Karsa Menak,
KTTKSM = Kelompok Tani Surya Medal, PBA = Aan Farm, UPTDPTM = UPTD
Perbibitan Ternak Kambing PE Malaganti
*=nyata (P<0,05)
** = sangat nyata (P<0,01)

Analisis korelasi ukuran-ukuran tubuh terhadap produksi susu mendapatkan


hasil yang sangat beragam, karena penampilan seekor ternak terkait dengan hasil dari
suatu proses pertumbuhan yang berkesinambungan dalam seluruh hidup hewan
tersebut. Produksi susu secara umum mempunyai hubungan yang erat dengan
ukuran-ukuran tubuh, kecuali panjang telinga (PBA, KTKM, UPTDPTM dan
KTTKSM) dan tinggi badan; panjang badan; dalam dada; lingkar ambing; lingkar
metatarsus pada UPTDPTM yang berkorelasi negatif. Dimensi ambing merupakan
bagian tubuh ternak yang memiliki hubungan erat dengan produksi susu dan
memiliki nilai korelasi tertinggi jika dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya
Maylinda dan Basori (2004).
Berdasarkan Tabel 8 diketahui, bahwa korelasi tertinggi pada KTMRSM,
yaitu pada produksi susu dengan volume ambing (0,992). Selain dari KTMRSM,
nilai korelasi pada peternakan lainnya yaitu KTKM (0,965), KTTKSM (0,905), PBA

32
(0,984) dan UPTDPTM (0,889) yaitu antara produksi susu dengan volume ambing.
Korelasi antara produksi susu dengan lingkar puting juga menunjukkan nilai yang
positif di semua peternakan, dengan nilai korelasi terbesar terdapat pada PBA dengan
nilai 0,954 dan sangat nyata (P<0,01). Volume ambing memiliki korelasi yang positif
terhadap produksi susu yang terjadi di semua peternakan dengan nilai korelasi
terbesar terdapat pada KTMRSM dengan nilai 0,992 dan sangat nyata (P<0,01).
Ukuran-ukuran tubuh seperti panjang telinga, tinggi badan, bobot badan dan
lingkar metatarsus tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap produksi susu. Hal
ini berlaku di kelima Farm. Kualitas masing-masing sifat dari keempat ukuran tubuh
tersebut tidak memberikan pengaruh terhadap peningkatan produksi susu. Buckley et
al. (2000) berpendapat, bahwa ukuran linier tubuh lingkar dada, dimensi ambing,
panjang badan, tinggi badan dan bobot badan memiliki korelasi yang positif terhadap
produksi susu.
Berdasarkan uraian di atas dapat disebutkan, bahwa tidak semua ukuran
tubuh pada induk kambing PE berkorelasi sangat nyata terhadap produksi susu.
Devendra dan Burns (1994) menjelaskan, identifikasi sifat yang berkorelasi dengan
hasil produksi susu harian atau hasil produksi susu laktasi mempunyai arti penting
bila berbagai sifat yang dapat diukur sebelum atau pada laktasi dini memiliki nilai
duga, misalnya untuk dimensi tubuh dan dimensi ambing. Keragaman nilai korelasi
yang terjadi dapat disebabkan karena adanya perbedaan genetik ternak, lingkungan
ternak (cara pemeliharaan dan pemberian pakan), termasuk beragamnya produksi
susu yang dihasilkan induk kambing PE.
Hasil analisis menunjukkan, bahwa secara umum tingkat keeratan yang tinggi
ditemui pada hubungan antara produksi susu dengan bagian dimensi ambing.
Keeratan hubungan juga terjadi antara produksi susu dengan dalam ambing dan
produksi susu dengan panjang puting, akan tetapi untuk kedua ukuran tubuh ini
korelasi tidak berlaku untuk KTKM. Korelasi terbesar dan sangat nyata antara
produksi susu dengan ukuran-ukuran tubuh yaitu antara produksi susu dengan
volume ambing (0,992). Hasil penelitian Maylinda dan Basori (2004) menyatakan,
bahwa besar ambing dan lingkar dada memiliki korelasi yang positif terhadap
produksi susu yang dihasilkan. Hasil ini didukung oleh pernyataan Devendra dan
Burns (1994), bahwa terdapat korelasi yang sangat nyata antara volume ambing

33
dengan produksi susu, sehingga sudah menjadi kebiasaan para penangkar dalam
memilih hewan dengan melihat besarnya ukuran tubuh dan volume ambing dengan
puting yang normal serta tungkai dan kaki yang sehat. Hal ini merupakan acuan yang
digunakan oleh para penangkar dalam menentukan ternak yang memiliki produksi
susu tinggi.
Hubungan keeratan antara produksi susu dengan ukuran-ukuran tubuh
lainnya yaitu pada lingkar dada, dalam dada, lebar dada dan lingkar ambing yang
memiliki nilai korelasi yang tinggi muncul pada PBA dan KTTKSM. Seperti
diungkapkan oleh Setiadi et al. (1994), bahwa korelasi sangat mungkin terjadi bukan
akibat saling pengaruh-mempengaruhi secara langsung, akan tetapi akibat satu atau
lebih satu faktor lain yang mempengaruhi kedua ciri tersebut, tidak jarang persamaan
yang telah didapat kurang sesuai untuk lokasi yang berbeda. Penelitian Yusran et al.
(1994) menyatakan bahwa, lingkar dada sebagai ukuran tubuh bernilai korelasi kedua
terbesar setelah besar ambing terhadap produksi susu sapi FH (0,32 dan 0,44).
Induk dengan tingkat produksi susu tinggi memiliki lingkar dada lebih besar,
sehingga erat kaitannya dengan besaran bobot hidup yang dimiliki dan
kemampuannya dalam menghasilkan susu yang lebih baik. Herman et al. (1985)
dalam laporannya menyebutkan, bahwa lingkar dada merupakan penduga bobot
tubuh yang paling tepat pada kambing PE, baik jantan maupun betina yang berumur
sebelum lepas susu sampai dewasa. Bobot hidup ini berhubungan erat dengan jumlah
susu yang dihasilkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Gall (1981) yang
menyebutkan, bobot hidup berkorelasi positif dengan hasil susu. Lingkar dada
memiliki hubungan yang erat dengan produksi susu juga didukung oleh hasil
penelitian Makin et al. (1982), yang menjumpai nilai korelasi terbesar pada lingkar
dada terhadap produksi susu sapi FH laktasi pertama.
Berdasarkan pengukuran langsung di lapangan dapat dilihat bahwa
KTMRSM memiliki produksi susu terbaik dengan kisaran produksi susu sebesar
1045-2635 ml. Hubungan keeratan yang tinggi terjadi antara produksi dengan ukuran
tubuh yaitu volume ambing, volume puting dan lingkar puting. Kisaran ukuran tubuh
ini adalah 1346-3126 ml untuk volume ambing, 332-1320 ml untuk volume puting
dan 8,19-11,12 cm untuk lingkar puting. Kisaran ukuran tubuh lainnya yang tidak
memiliki nilai keeratan tinggi dengan produksi susu yaitu panjang telinga 25,84-

34
33,26 cm; tinggi badan 69,79-78,91 cm; panjang badan 64,95-77,15 cm; lingkar dada
72,81-83,49 cm; bobot badan 32,41-42,99 kg; dalam dada 23,53-26,62 cm; lebar
dada 14,36- 15,74 cm; dalam ambing 13,58-17,84 cm; lingkar ambing 15,31-24,49
cm; panjang puting 7,57-12,83 cm dan lingkar metatarsus 10,78-11,72 cm.

Persamaan Regresi antara Produksi Susu dengan Ukuran-ukuran Tubuh pada


Peternakan yang Berbeda
Analisis regresi yang digunakan untuk mengetahui peubah yang paling sesuai
digunakan untuk menggambarkan hubungan antara produksi susu dengan ukuran-
ukuran tubuh, meliputi Analisis Regresi Linier Ganda dan Analisis Regresi Linier
terbaik. Penggunaan kedua analisis yang terbaik ini dimaksudkan karena modelnya
yang relatif sederhana, realistik dengan tingkat keakurasian yang tinggi dan mudah
dalam penerapannya di lapangan. Analisis Regresi dengan persentase koefisien
determinasi (R2) tertinggi atau paling mendekati 100% adalah yang diambil sebagai
model persamaan regresi untuk menggambarkan hubungan tersebut dan membuat
titik pengamatan semakin mendekati garis regresi untuk selanjutnya akan
mengurangi penyimpangan.
Faktor penduga yang digunakan dalam persamaan Regresi Linier Ganda
hanya tiga dari empat belas peubah yang diukur. Hal ini untuk mempermudah
penghitungan dan pengukuran faktor penduga di lapangan melalui penggunaan
persamaan regresi tersebut. Empat belas peubah dari ukuran tubuh yang diukur
tersebut tidak keseluruhan dianalisis Regresi Linier Ganda, hanya yang memiliki
korelasi yang nyata dengan produksi susu. Harapannya, keakuratan yang tinggi
didapatkan dari hasil persamaan yang menggunakan peubah bebas tersebut.Analisis
regresi terbaik antara produksi susu dengan ukuran-ukuran tubuh pada peternakan
yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 9.
Persamaan regresi dengan penggunaan peubah-peubah paling sesuai untuk
menduga produksi susu dan berkoefisien determinasi tinggi yaitu persamaan Linier
Ganda pada PBA (99,3%) dengan persamaan regresi adalah PS = 984 + 0,513 VAm
+0,811 VPtg – 32,2 PPtg (P<0,01). Adapun persamaan Linier sederhana pada PBA
yang menentukan adalah volume ambing yaitu PS = - 126 + 0,880 VAm. Persamaan
regresi dengan penggunaan satu peubah yang paling sesuai untuk menduga produksi
susu dan berkoefisien determinasi tinggi pada persamaan Linier yaitu pada

35
KTMRSM (98,3%) dengan persamaan regresi adalah PS = -34,5 + 0,870 VAm.
Adapun persamaan Linier Ganda yang menentukan pada KTMRSM adalah PS = -
756 + 0,501 VAm + 0,216 VPtg + 35,2 LiPtg (P<0,01). Tingkat keakurasian hasil
dugaan yang dihasilkan paling mendekati hasil sebenarnya dari seluruh percobaan
antar peubah-peubah lain yang digunakan sebagai penduga.

Tabel 9. Persamaan Regresi Hubungan antara Produksi Susu dengan Ukuran-Ukuran


Tubuh Kambing PE Betina pada Farm yang Berbeda.
n Analisis R (adj)
Farm Persamaan Regresi P
(ekor) Regresi (%)
Linier Ganda PS = - 756 + 0,501 VAm + 99,0 0,000
20 0,216 VPtg + 35,2 LiPtg
1
Linier PS = - 34.5 + 0.870 VAm 98,3 0,000
Linier Ganda PS = 611 + 0,856 VAm + 95,0 0,000
15,5 LiD + 63,1 LiPtg
2 20
Linier PS = - 157 + 0.912 VAm 92,7 0,000
Linier Ganda PS = 159 + 0,825 VAm + 95,6 0,000
20 43,7 LiD – 33,0 DAm
3
Linier PS = 61,8 + 0,769 VAm 81,0 0,000
Linier Ganda PS = 984 + 0,513 VAm + 99,3 0,000
0,811 VPtg – 13,2 Dam
4 20
Linier PS = - 126 + 0,880 VAm 96,7 0,000
Linier Ganda PS = 574 + 0,234 VAm + 96,2 0,000
20 0,453 VPtg + 32,2 PPtg
5
Linier PS = 4.1 + 0.870 VAm 77,8 0,000
Keterangan : P<0,01 = sangat nyata; VAm = volume ambing; VPtg = volume puting; LiPtg = lingkar
puting; DAm = dalam ambing; LiD = lingkar dada; R = nilai determinasi ; P = nilai
probability

Pasangan kombinasi pada persamaan Regresi Linier Ganda tidak perlu


berkaitan dengan derajat koefisien korelasi yang dimiliki masing-masing peubah bila
berdiri sendiri-sendiri (Setiadi et al., 1994). Pengkombinasian antar peubah-peubah
bebas dalam menentukan produksi susu dapat meningkatkan atau malah menurunkan
dugaan. Hal ini terkait dengan pengaruh komplementer dari pola kombinasi yang
ada.
Berdasarkan analisis pada Tabel 9 didapatkan bahwa, persamaan regresi
terbaik dengan faktor penduga produksi susu yang paling sesuai untuk KTKM
(90,0%) adalah persamaan Regresi Linier Ganda dengan kombinasi volume ambing,

36
lingkar dada dan lingkar puting (P<0,01). Penduga produksi susu terbaik dalam
persamaan Regresi Linier Ganda untuk UPTDPTM (96,2%) adalah kombinasi
volume ambing, volume puting dan panjang puting (P<0,01). Kombinasi volume
ambing, lingkar dada dan dalam ambing (P<0,01) merupakan yang paling sesuai
untuk digunakan sebagi penduga produksi susu pada KTTKSM (95,6%). Pasangan
penduga produksi yang paling sesuai untuk digunakan pada kelima peternakan dalam
persamaan Regresi Linier adalah volume ambing (P<0,01). Phalepi (2004)
menyatakan, bahwa faktor penduga produksi susu untuk ternak kambing Peranakan
Etawah pada masa laktasi ke-2 adalah kombinasi volume ambing dan volume puting
(P<0,01) dalam persamaan Regresi Linier Ganda dan ukuran volume ambing
(P<0,01) dalam persamaan Regresi Linier.
Kedua model analisis regresi yang digunakan adalah yang terbaik dari
percobaan penggunaan peubah bebas lain pada masing-masing analisis, tetapi dalam
penerapannya di lapangan untuk model Regresi Linier Ganda kurang praktis
digunakan dibanding model Regresi Linier. Hal ini disebabkan dibutuhkannya lebih
dari satu informasi data pendukung dalam menggunakan model Regresi Linier
Ganda untuk menentukan respon yang akan diduga. Menurut Setiadi et al. (1994),
salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan persamaan Regresi Linier
Ganda adalah validasi model pada ternak yang bersangkutan, karena tidak jarang
persamaan yang telah didapat kurang sesuai untuk lokasi yang berbeda. Keadaan ini
dapat dimaklumi karena keragaman penampilan ternak relatif cukup besar.
Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa dimensi ambing yang terdiri atas
volume ambing, volume puting dan lingkar puting merupakan faktor yang
mempengaruhi produksi susu, dalam hal ini dapat dijadikan sebagai faktor penduga
dalam menentukan produksi susu yang dihasilkan. Hal tersebut sejalan dengan
pernyataan Devendra dan Burns (1994), bahwa korelasi terjadi antara panjang, lebar,
keliling dan kedalaman ambing dengan hasil susu harian, termasuk volume ambing
yang sangat berkorelasi dengan hasil susu.
Lingkar dada juga menunjang sebagai bagian dari ukuran-ukuran tubuh yang
berpengaruh terhadap produksi susu. Hal yang sama juga terjadi pada penelitian
terdahulu, meski pada materi ternak yang berbeda, seperti disebutkan oleh Makin et
al. (1982). Hasil analisi regresi yang telah disebutkan sebelumnya ditunjang oleh

37
besaran koefisien determinasi (R2) pada setiap penggunaan peubah-peubah dalam
persamaan regresi dengan tingkat keakurasian yang cukup baik.
Penafsiran terhadap hasil analisis regresi ini perlu dilakukan secara hati-hati,
karena semua bentuk analisis membutuhkan pengetahuan dan pemahaman yang
cukup untuk menentukan kesimpulan. Harapannya adalah agar analisis ini dapat
dimanfaatkan sebagai pegangan dalam memilih kambing yang memiliki kemampuan
produksi susu yang baik.

38
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Produksi susu masih beragam dan masih mungkin untuk dilakukan seleksi.
Berdasarkan analisis korelasi yang dilakukan, secara umum dimensi ambing
merupakan ukuran tubuh yang memiliki tingkat keeratan hubungan yang tinggi
dengan produksi susu yang ditunjukkan dengan nilai r = 0,139-0,992 untuk
KTMRSM, r =0,086-0,965 untuk KTKM, r = 0,002-0,905 untuk KTTKSM, r =
0,021-0,984 untuk PBA dan r = 0,091-0,889 untuk UPTDPTM. Ukuran tubuh yang
memiliki hubungan erat dengan produksi susu adalah volume ambing, volume puting
dan lingkar puting. Berdasarkan hasil analisis Regresi Linier, peubah-peubah ukuran
tubuh yang dapat digunakan dalam menilai produksi susu seekor ternak kambing
mencakup volume ambing, volume puting, lingkar puting, dalam ambing dan lingkar
dada. Kisaran ukuran tubuh yang menunjukkan kisaran produksi yang tinggi adalah
1346-3126 ml untuk volume ambing, 332-1320 ml untuk volume puting dan 8,19-
11,12 cm untuk lingkar puting dengan produksi susu sebesar 1045-2635 ml.

Saran
Pemilihan kambing Peranakan Etawah ternak betina yang akan dikhususkan
untuk memproduksi susu, sebaiknya mengacu kepada ukuran besar dan kepadatan
ambing yang dimiliki oleh ternak dan bukan hanya berdasarkan penampilan luar
tubuhnya saja.

39
UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Hubungan Ukuran-ukuran Tubuh Ternak Kambing Peranakan
Etawah Betina Terhadap Produksi Susu”. Skripsi disusun sebagai salah satu syarat
untuk mendapatkan gelar Sarjana Peternakan(S.Pt) pada Program Alih Jenis,
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi
bantuan baik secara moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ir. Afton Atabany, M.Si, selaku dosen pembimbing utama yang telah menuntun
penulis mulai dari konsultasi, penentuan judul hingga terselesaikannya skripsi,
dengan meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi,
dan pengarahan kepada penulis;
2. Ir. Sri Darwati, M.Si, selaku dosen pembimbing anggota yang telah menuntun
penulis hingga terselesaikannya skripsi;
3. Prof. Dr. Ir. Toto Toharmat, M.Sc dan Dr. Ir. Rarah R.A. Maheswari, DEA
selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan berupa saran dan
kritik kepada penulis;
4. Ir. Lucia Cyrilla E. N. S. D, M.Si selaku dosen pembahas seminar yang telah
memberikan banyak masukan berupa saran dan kritik kepada penulis;
5. Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc, selaku ketua Departemen Ilmu Produksi
dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat melaksanakan
penelitian ini;
6. Zakiah Wulandari, STP, M.Si, selaku dosen pembimbing akademis, yang telah
memberikan bimbingan, saran dan nasehat kepada penulis;
7. Seluruh staf pengajar dan karyawan serta karyawati di Program Alih Jenis,
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor;

40
8. Ayahanda Dirgantara Nanang Edy Sunardi dan Ibunda Yuminah atas kasih
saying dan cintanya yang tidak pernah tergantikan, serta seluruh keluarga besar
yang telah memberikan dukungan moril, materil serta motivasinya sehingga
penulis bisa menyelesaikan seluruh rangkaian perkuliahan di Program Alih
Jenis, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan,
FakultasPeternakan, Institut Pertanian Bogor;
9. Peternak kambing PE di sekitar Tasikmalaya (bapak Aan, Zam-zam, dan bapak
Yepe serta Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tasikmalaya),
di kabupaten Banjar (bapak Yaya dan bapak Maftuhin), di kabupaten Bandung
(bapak Herry) dan kabupaten Bogor yang merelakan ternaknya untuk dijadikan
bahan penelitian dan berbagi ilmu serta pengalaman dengan penulis;
10. Rusman yang selalu mengisi kekurangan serta keluarga bahagia Bapak Alih
Jeran yang telah memberi rasa suka duka dan saling berbagi keceriaan bersama;
11. Acep Mubarok yang telah menemani penulis untuk berkeliling mengumpulkan
data penelitian serta meminjamkan rumahnya untuk tempat tinggal selama
melakukan penelitian;
12. Almira Ayu Lestari Putri yang banyak memberi doa, kasih sayang dan
motivasinya selama penulis menyelesaikan penelitian ini;
13. Para sahabat di Kelompok Pemerhati Lingkungan Angsana, Diploma IPB, yang
banyak berbagi pengalaman di alam bebas;
14. Teman-teman di Kelompok Tani Ternak Karya Mandiri Farm, atas suka
dukanya dalam menjalani usaha dan berbagi ilmu pengetahuan di bidang
peternakan;
15. Seluruh sahabat di Program Alih Jenis angkatan I yang selalu memberi keceriaan
untuk menghilangkan rasa ngantuk selama perkuliahan di malam hari;
16. Semua sahabat dan kolega yang penulis banggakan dan tidak dapat disebutkan
satu persatu
Penulis berharap laporan penelitian ini bermanfaat bagi para pembaca,
khususnya bagi penulis, baik untuk saat ini maupun untuk masa yang akan datang.

41
DAFTAR PUSTAKA

Atabany, A. 2002. Program Pendidikan Keterampilan Hidup (Life Skill). Buku


Panduan. Pelatihan Usaha Peternakan Kambing di Kelurahan Cipedak Jakarta
Selatan. Direktorat Pendidikan Masyarakat. Direktorat Jenderal Pendidikan
Luar Sekolah dan Pemuda. Departemen Pendidikan Nasional. Yayasan Peduli
Anak-anak Bangsa, Jakarta.

Atabany, A. 2001. Studi kasus produksi kambing Peranakan Etawah dan kambing
Saanen pada peternakan kambing Barokah dan PT Taurus Dairy Farm. Tesis.
Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Atabany. A, I. K Abdulgani, A. Sudono, & K. Mudikdjo. 2001. Studi kasus


produktivitas kambing Peranakan Etawah dan kambing Saanen pada
peternakan kambing perah Barokah dan PT Taurus Dairy Farm. prosiding
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Departemen Pertanian, Bogor : 256-263.

Aunuddin. 1989. Analisis Data. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat


Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.

Ardia,A. W. 2000. Analisis pendapatan usaha ternak kambing perah Peranakan


Etawah. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Ayuningsih, B. 1994. Pengaruh penggunaan bungkil biji kapuk (Ceiba petandra)


terhadap produksi dan komposisi susu kambing perah. Tesis. Program
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Blakely, J. & D. H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Edisi keenam. Terjemahan : B.


Srigandono. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Buckley, F., P. Dillion, J. Mee, R. Evans, & R. Veerkamp. 2000. Trends in Genetic
Merit for Milk Production and Reproductive Performance. Teagasc-National
Dairy Conference 2000. Paper 3.

Budiarsana, I. G. M. 2005. Performan kambing peranakan etawah (PE) di lokasi


agroekosistem yang berbeda. Prosiding Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor
: 650-659.

Budiarsana, I. G. M. Kostaman, T. & Sutama, I. K. 2007. Kajian ekonomi pada


usaha ternak kambing perah. Prosiding Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor
: 539-546.

42
Chaniago, T. D. & Hastono. 2001. Pertumbuhan pra-sapih kambing Peranakan
Etawah anak yang diberi susu pengganti. Prosiding Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen
Pertanian, Bogor : 241-246.

Devendra, C. & M. Burns. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Terjemahan.


Penerbit ITB, Bandung.

Devendra, C. 1993. Kambing dan domba di Asia. Dalam : Produksi Kambing dan
Domba di Indonesia. Editor : M. Tomaszewska, I. M. Mastika, A.
Djajanegara, S. Gardiner dan T. R. Wiradirya. Sebelas Maret University
Press, Yogyakarta.

Diem, K. & C. Lentner. 1994. Scientific Tables. 7th ed. Geigy Pharmaceuticals.
CIBA-GEIGY Corporation. New York.

Direktorat Jenderal Peternakan. 2008. Buku Statistik Peternakan. Departemen


Pertanian, Jakarta.

Direktorat Jenderal Peternakan. 2004. Mutu dan Parameter Genetik Ternak.


Departemen Pertanian, Jakarta.

Diwyanto, K. & I. Inounu. 2001. Ketersediaan teknologi dalam pengembangan


ruminansia kecil. Makalah Seminar Domba dan Kambing. Fakultas
Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Djajanegara,A., I. K. Sutama, & A. U. Panggabean. 1993. Peranan ternak kambing


dan pengembangannya. Prosiding Potensi dan Pengembangan Ternak
Kambing di Wilayah Indonesia Bagian Timur. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Small Ruminant-Collaborative Research Support Program. Dinas Peternakan
Propinsi Daerah Tingkat I, Jawa Timur, Surabaya : 131-138

Farm, Lembah Gogoniti. 2008. Ciri-ciri Kambing PE (Peranakan Etawah).


WWW.Lembahgogoniti.Com. 19 September 2010.

Frandson, R. D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi keempat. Terjemahan.


Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Gall, C. 1981. Goat Production. Academic Press Inc, New York.

Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PT Gramedia


Widya Sarana Indonesia, Jakarta.

Haryanto, B., M. Palamonia., Kuswandi, & M. Martawidjaja. 1992. Pengaruh


suplementasi energi dan protein terhadap nilai kecernaan dan pemanfaatan
pakan pada domba. Prosiding Pengolahan dan Komunikasi Hasil-hasil
Penelitian Ternak Ruminansia Kecil. Balai Penelitian Ternak. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor : 44-48.

43
Herman, R., Suwartono, & Kadarman. 1985. Pendugaan bobot kambing Peranakan
Etawah dari ukuran tubuh. Media Peternakan 10 (1) : 1-11.

Ludgate, P. J. 1989. Kumpulan Peragaan dalam Rangka Penelitian Ternak Kambing


dan Domba di Pedesaan. Cetakan kedua. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan. Departeman Pertanian, Bogor.

Makin, M., N. Kasim, & M. Munandar. 1982. Hubungan antara ukuran-ukuran tubuh
sapi perah Fries Holland dengan produksi susu. Prosiding Seminar Penelitian
Peternakan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor : 18-
29.

Markel, R. C. & Subandriyo. 1997. Sheep and Goat Production Handbook for
Southeast Asia. 3rd ed. CV Ekha Putra, Bogor.

Martawidjaja, M., Kuswandi, & B. Setiadi. 2001. Pengaruh tingkat protein ransum
terhadap penampilan kambing persilangan Boer dengan kambing Kacang
muda. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor : 228-234.

Maylinda, S & H. Basori. 2004. Parameter genetik bobot badan dan lingkar dada
pada sapi perah. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan
Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor : 170-174.

Nasution, S., F. Mahmilia., & M. Doloksaribu. 2010. Pengaruh musim terhadap


pertumbuhan kambing kacang prasapih di stasiun percobaan loka penelitian
kambing potong Sei Putih. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan
dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor : 621-
625.

Padmadewi, A. B. L. 1993. Parameter Fenotipik dan Genetik Produksi Susu dan


Reproduksi Sapi-sapi Perah di PT Taurus Dairy Farm. Skripsi. Fakultas
Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Phalepi, M. A. 2004. Performa kambing Peranakan Etawah (Studi kasus di


peternakan Pusat Pertanian dan Pedesaan Swadaya Citarasa). Skripsi.
Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sagi, R., C. Gorewit & D. B. Wilson. 1980. Premilking stimulation effects on


milking performance and oxytocin and prolactin release in cows. J. Dairy Sci,
63 :800-806.

Sehabudin, U. & A. Agustian. 2001. Performa dan perspektif pengembangan ternak


ruminansia kecil di Jawa Barat. Media Peternakan 24(1) : 119 – 126.

44
Setiadi, B & M. Martawidjaja. 1999. Peningkatan usaha kambing melalui perbaikan
mutu genetik (Persilangan Kambing PE dangan Kambing Tipe Potong) dan
lingkungan. Laporan Penelitian Tahun 1998/1999. Balai Penelitian Ternak
1999.

Setiadi, B. 1996. Pertumbuhan, Perkembangan dan Komposisi Karkas Kambing.


Wartazoa 5(1) : 12 – 16.

Setiadi, B. D. Priyanto., B. Sudaryanto, & Subandriyo. 1994. Pendugaan bobot badan


melalui pengukuran beberapa ukuran tubuh pada domba persilangan domba
Ekor Gemuk dengan pejantan Merino. Prosiding Seminar Nasional Sains dan
Teknologi Peternakan. Pengolahan dan Hasil-hasil Penelitian. Buku kedua.
Balai Penelitian Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor
: 457-462.

Silitonga, S. D. & Kuswandi. 1994. Pengaruh jumlah kelahiran terhadap produksi


susu dan pertumbuhan anak kambing kacang. Prosiding Seminar Nasional
Sains dan Teknologi Peternakan. Pengolahan dan Komunikasi Hasil-hasil
Penelitian. Buku Kedua. Balai Penelitian Ternak. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Departemen Pertanian, Bogor : 399-402.

Sodiq, A. & Z. Abidin. 2009. Meningkatkan Produksi Susu Kambing Peranakan


Etawah. Cetakan Kedua. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Sodiq, A. & M. Y. Sumaryadi. 2002. Reproductive performance of Kacang and


Peranakan Etawah Goat in Indonesia. J. Animal Production 4(2) : 52 – 59.

Steel, R. G. D. & J. H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika. Edisi ketiga.
Terjemahan : B. Sumantri. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Subandriyo, B. Setiadi, D. Priyanto, M. Rangkuti, W. K. Sejati, D. Anggraeni, R.


Sari, Hastono, & O. S. Butar-Butar. 1995. Analisis potensi kambing
Peranakan Etawah dan sumber daya di daerah sumber bibit pedesaan.
Laporan Hasil Penelitian di Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten
Purworejo. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian
dan Pengambangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor.

Subhagiana, I. W. 1998. Keadaan konsentrasi progesterone dan estradiol selama


kebuntingan, bobot lahir dan jumlah anak pada kambing Peranakan Etawah
pada tingkat produksi susu yang berbeda. Tesis. Program Pascasarjana.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Edisi keenam. Tarsito, Bandung.

Sudono, A. & I. K. Abdulgani. 2002. Budidaya Aneka Ternak Perah. Diktat Kuliah.
Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

45
Sudono, A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Ilmu Produksi Ternak. Fakultas
Peternakan IPB.

Sutama, I. K. & I. G. M. Budiarsana. 1997. Kambing Peranakan Etawah penghasil


susu sebagai sumber pertumbuhan baru sub-sektor peternakan di Indonesia.
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Balitnak, Ciawi, Bogor, pp. 156-
167.

Stemmer, A., P. Horst & A. V. Zorate. 1998. Analysis of economic viability of


specialize of milk production with dual purpose goats in small holder
management system in Malaysia. Animal Research and Development. Printed
by Maier Rotenburg. Federal Republic of Germany.

Toharmat, T. Nursasij, T. Nazilah, R. Hotimah, N. Noerzihad, N. A. Sigit., & Y.


Retnani. 2006. Sifat fisik pakan kaya serat dan pengaruhnya terhadap
konsumsi dan kecernaan nutrien ransum pada kambing. Departemen Ilmu
Nutrisi dan Teknologi Pakan. Fakultas Peternakan IPB, Bogor.

Toelihere, M. R. 1985. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa, Bandung.

Waluyo, S. 2009. Prospek Bisnis Ternak Kambing Peranakan Etawa (PE).


Lokakarya. BPP Dampit.
Widagdo, D. 2010. Untung Ganda Ternak Peranakan Etawah. Cetakan pertama.
Penerbit dan Percetakan Sahabat, Klaten.
Widyandari, RR. P. 2002. Pengaruh perangsangan ambing dengan air hangat dan air
dingin terhadap produksi susu sapi Peranakan Fries Holland. Skripsi. Fakultas
Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Widyastuti, R. 2000. Pengaruh perangsangan ambing dengan air hangat dan air
dingin terhadap produksi susu sapi Peranakan Fries Holland. Skripsi. Fakultas
Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Yusran, M. A., Mariyono, A. Musofie, & D. Pamungkas. 1994. Hubungan antara
berat badan dan skor kondisi tubuh saat beranak dengan produksi susu dalam
dua tingkat konsumsi pakan pada sapi perah di daerah dataran rendah.
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Peternakan. Pengolahan dan
Komunikasi Hasil-hasil Penelitian. Buku Kedua. Balai Penelitian Ternak.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor : 139-146.

46
LAMPIRAN

47
Lampiran 1. Nilai Korelasi antara Ukuran-ukuran Tubuh Kambing PE Betina pada Kelompok Tani Marga Rahayu “Sri Murni”
PS PT TB PB LiD Vam VPt BB DD LeD Dam LiA PPtg LiPtg
PT 0,139tn
TB 0,341 tn 0,755**
PB 0,483* 0,674** 0,931**
LiD 0,239 tn 0,737** 0,748** 0,689**
VAm 0,992** 0,158 tn 0,348 tn 0,483* 0,251 tn
VPtg 0,982** 0,120 tn 0,328 tn 0,498* 0,222 tn 0,972**
BB 0,401 tn 0,602** 0,801** 0,793** 0,651** 0,392 tn 0,385 tn
DD 0,141 tn 0,448* 0,472* 0,512* 0,740** 0,144 tn 0,150 tn 0,371 tn
LeD 0,270 tn 0,568** 0,701** 0,716** 0,787** 0,261 tn 0,245 tn 0,700** 0,544*
DAm 0,714** 0,113 tn 0,234 tn 0,229 tn 0,123 tn 0,708** 0,694** 0,325 tn -0,087 tn -0,068 tn
LiAm 0,373 tn 0,013 tn 0,050 tn 0,12 tn 0,016 tn 0,349 tn 0,392 tn -0,112 tn 0,169 tn 0,102 tn -0,109 tn
PPtg 0,917** 0,112 tn 0,297 tn 0,420 tn 0,193 tn 0,912** 0,908** 0,292 tn 0,061 tn 0,198 tn 0,685** 0,286 tn
LiPtg 0,854** 0,178 tn 0,317 tn 0,473* 0,272 tn 0,844** 0,855** 0,259 tn 0,333 tn 0,242 tn 0,453* 0,467* 0,831**
LiMtrs 0,392 tn 0,668** 0,971** 0,935** 0,692** 0,402 tn 0,375 tn 0,778** 0,406 tn 0,689** 0,245 tn 0,000 tn 0,360 tn 0,336 tn
Keterangan : P>0,05 (tn= tidak nyata); P<0,005 (*=nyata); P<0,001 (**= sangat nyata); PS (ml)= produksi susu; PT (cm)= panjang telinga; PB (cm)= panjang badan; LiD (cm)= lingkar
dada; VAm (ml)= volume ambing; VPtg (ml)= volume putting; BB (kg)= bobot badan; DD (cm)= dalam dada; LeD (cm)= lebar dada; Dam (cm)= dalam ambing; LiAm
(cm)= lingkar ambing; PPtg (cm)= panjang putting; LiPtg (cm)= lingkar putting; LiMtrs (cm)= lingkar metatarsus

48
Lampiran 2. Nilai Korelasi antara Ukuran-ukuran Tubuh Kambing PE Betina pada Kelompok Tani Pak Aan
PS PT TB PB LiD Vam VPt BB DD LeD Dam LiA PPtg LiPtg
PT -0,021tn
TB 0,253 tn 0,439 tn
PB 0,205 tn 0,233 tn 0,871**
LiD 0,820** 0,211 tn 0,613** 0,561**
VAm 0,984** -0,042 tn 0,317 tn 0,297 tn 0,844**
VPtg 0,980** 0,016 tn 0,315 tn 0,289 tn 0,821** 0,965**
BB 0,134 tn 0,303 tn 0,629** 0,745** 0,298 tn 0,181 tn 0,218 tn
DD 0,827** 0,159 tn 0,639** 0,588** 0,968** 0,843** 0,832** 0,344 tn
LeD 0,785** 0,180 tn 0,540* 0,471* 0,933** 0,778** 0,800** 0,230 tn 0,899**
DAm 0,955** -0,009 tn 0,130 tn 0,103 tn 0,769** 0,915** 0,954** 0,046 tn 0,752** 0,788**
LiAm 0,970** -0,069 tn 0,177 tn 0,207 tn 0,822** 0,969** 0,942** 0,103 tn 0,81** 0,762** 0,938**
PPtg 0,811** -0,081 tn -0,128 tn -0,215 tn 0,590** 0,732** 0,744** -0,232 tn 0,592** 0,641** 0,857** 0,813**
LiPtg 0,954** -0,017 tn 0,180 tn 0,150 tn 0,774** 0,932** 0,954** 0,074 tn 0,759** 0,773** 0,947** 0,930** 0,821**
LiMtrs 0,304 tn 0,366 tn 0,961** 0,901** 0,604** 0,374 tn 0,381 tn 0,708** 0,652** 0,521 tn 0,165 tn 0,242 tn -0,126 tn 0,223 tn
Keterangan : P>0,05 (tn= tidak nyata); P<0,005 (*=nyata); P<0,001 (**= sangat nyata); PS (ml)= produksi susu; PT (cm)= panjang telinga; PB (cm)= panjang badan; LiD (cm)= lingkar
dada; VAm (ml)= volume ambing; VPtg (ml)= volume putting; BB (kg)= bobot badan; DD (cm)= dalam dada; LeD (cm)= lebar dada; Dam (cm)= dalam ambing; LiAm
(cm)= lingkar ambing; PPtg (cm)= panjang putting; LiPtg (cm)= lingkar putting; LiMtrs (cm)= lingkar metatarsus

49
Lampiran 3. Nilai Korelasi antara Ukuran-ukuran Tubuh Kambing PE Betina pada Kelompok Tani Karsa Menak
PS PT TB PB LiD Vam VPt BB DD LeD Dam LiA PPtg LiPtg
PT -0,086 tn
TB 0,293 tn -0,383 tn
PB 0,206 tn -0,105 tn 0,706**
LiD 0,447* -0,072 tn 0,430 tn 0,338 tn
VAm 0,965** -0,060 tn 0,351 tn 0,262 tn 0,521*
VPtg 0,902** 0,139 tn 0,231 tn 0,186 tn 0,401 tn 0,911**
BB 0,151 tn -0,139 tn 0,581** 0,615** 0,067 tn 0,221 tn 0,141 tn
DD 0,340 tn -0,078 tn 0,474* 0,427 tn 0,947** 0,449* 0,282 tn 0,144 tn
LeD 0,306 tn -0,108 tn 0,336 tn 0,192 tn 0,874** 0,367 tn 0,242 tn -0,032 tn 0,828**
Dam 0,161 tn 0,468* 0,064 tn 0,282 tn 0,121 tn 0,271 tn 0,267 tn 0,285 tn 0,194 tn -0,105 tn
LiAm 0,120 tn 0,039 tn 0,271 tn 0,296 tn 0,188 tn 0,103 tn 0,100 tn 0,101 tn 0,193 tn 0,144 tn 0,381 tn
PPtg 0,159 tn -0,429 tn 0,337 tn 0,057 tn 0,053 tn 0,151 tn 0,027 tn 0,158 tn 0,071 tn 0,270 tn -0,248 tn -0,120 tn
LiPtg 0,816** 0,000** 0,129 tn 0,079 tn 0,402 tn 0,799** 0,779** -0,111 tn 0,321 tn 0,320 tn 0,303 tn 0,161 tn 0,165 tn
LiMtrs 0,361 tn -0,317 tn 0,905** 0,808** 0,543* 0,418 tn 0,288 tn 0,578** 0,561** 0,385 tn 0,144 tn 0,281 tn 0,289 tn 0,235 tn
Keterangan : P>0,05 (tn= tidak nyata); P<0,005 (*=nyata); P<0,001 (**= sangat nyata); PS (ml)= produksi susu; PT (cm)= panjang telinga; PB (cm)= panjang badan; LiD (cm)= lingkar
dada; VAm (ml)= volume ambing; VPtg (ml)= volume putting; BB (kg)= bobot badan; DD (cm)= dalam dada; LeD (cm)= lebar dada; Dam (cm)= dalam ambing; LiAm
(cm)= lingkar ambing; PPtg (cm)= panjang putting; LiPtg (cm)= lingkar putting; LiMtrs (cm)= lingkar metatarsus…… Farm 5 = Kelompok Tani Surya Medal

50
Lampiran 4. Nilai Korelasi antara Ukuran-ukuran Tubuh Kambing PE Betina pada UPTD Perbibitan Ternak Kambing PE Malaganti
PS PT TB PB LiD Vam VPt BB DD LeD Dam LiA PPtg LiPtg
PT -0,326 tn
TB -0,283 tn 0,327 tn
PB -0,145 tn 0,309 tn 0,815**
LiD 0,115 tn -0,277 tn 0,334 tn 0,250 tn
VAm 0,889** -0,123 tn -0,239 tn -0,118 tn -0,111 tn
VPtg 0,767** -0,172 tn -0,309 tn -0,204 tn -0,114 tn 0,751**
BB 0,119 tn 0,360 tn 0,282 tn 0,394 tn 0,210 tn 0,001 tn 0,015 tn
DD -0,455* -0,064 tn 0,171 tn 0,049 tn 0,665** 0,562** -0,399 tn 0,118 tn
LeD 0,211 tn -0,364 tn 0,224 tn 0,153 tn 0,799** 0,031 tn -0,076 tn 0,034 tn 0,509*
DAm 0,780** -0,430 tn -0,306 tn -0,334 tn 0,027** 0,667 tn 0,553* -0,227 tn -0,377 tn 0,314 tn
LiAm -0,091 tn -0,233 tn 0,050 tn 0,150 tn 0,41 tn -0,142 tn 0,187* 0,077 tn 0,457* 0,467* -0,120 tn
PPtg 0,847** -0,274 tn -0,078 tn 0,012 tn 0,307 tn 0,761** 0,552* 0,097 tn -0,230 tn 0,348 tn 0,603** 0,012 tn
LiPtg 0,796** -0,154 tn -0,140 tn 0,025 tn 0,123 tn 0,822** 0,592** 0,114 tn -0,288 tn 0,171 tn 0,510* 0,147 tn 0,903**
LiMtrs -0,261 tn 0,304 tn 0,916** 0,795** 0,444* -0,282 tn -0,293 tn 0,377 tn 0,214 tn 0,296 tn -0,354 tn 0,170 tn -0,071 tn -0,144 tn
Keterangan : P>0,05 (tn= tidak nyata); P<0,005 (*=nyata); P<0,001 (**= sangat nyata); PS (ml)= produksi susu; PT (cm)= panjang telinga; PB (cm)= panjang badan; LiD (cm)= lingkar dada;
VAm (ml)= volume ambing; VPtg (ml)= volume putting; BB (kg)= bobot badan; DD (cm)= dalam dada; LeD (cm)= lebar dada; Dam (cm)= dalam ambing; LiAm (cm)= lingkar
ambing; PPtg (cm)= panjang putting; LiPtg (cm)= lingkar putting; LiMtrs (cm)= lingkar metatarsus

51
Lampiran 5. Nilai Korelasi antara Ukuran-ukuran Tubuh Kambing PE Betina pada Kelompok Tani Surya Medal
PS PT TB PB LiD Vam VPt BB DD LeD Dam LiA PPtg LiPtg
PT -0,133 tn
TB 0,002 tn 0,680**
PB 0,033 tn 0,487* 0,808**
LiD 0,849** -0,021 tn 0,158 tn 0,228 tn
VAm 0,905** -0,202 tn -0,081 tn -0,014 tn 0,689**
VPtg 0,793** -0,110 tn 0,135 tn 0,054 tn 0,715** 0,806**
BB 0,286 tn 0,509* 0,667** 0,728** 0,431 tn 0,146 tn 0,164 tn
DD 0,764** 0,146 tn 0,273 tn 0,323 tn 0,918** 0,680** 0,650** 0,525*
LeD 0,754** -0,055 tn 0,110 tn 0,281 tn 0,919** 0,634** 0,566** 0,473* 0,815**
DAm 0,829** 0,139 tn 0,115 tn -0,015 tn 0,627** 0,805** 0,689** 0,336 tn 0,654** 0,497*
LiAm 0,879** -0,200 tn 0,083 tn 0,100 tn 0,774** 0,768** 0,723** 0,387 tn 0,699** 0,697** 0,776**
PPtg 0,722** -0,178 tn 0,005 tn 0,126 tn 0,539* 0,618** 0,561** 0,32 tn 0,457* 0,447* 0,578** 0,722**
LiPtg 0,480* -0,480* -0,214 tn -0,053 tn 0,472* 0,278 tn 0,297 tn 0,058 tn 0,274 tn 0,440 tn 0,211 tn 0,573** 0,569**
LiMtrs 0,068 tn 0,576** 0,922** 0,778** 0,231 tn -0,049 tn 0,134 tn 0,564** 0,295 tn 0,226 tn 0,136 tn 0,165 tn 0,026 tn -0,093 tn
Keterangan : P>0,05 (tn= tidak nyata); P<0,005 (*=nyata); P<0,001 (**= sangat nyata); PS (ml)= produksi susu; PT (cm)= panjang telinga; PB (cm)= panjang badan; LiD (cm)= lingkar
dada; VAm (ml)= volume ambing; VPtg (ml)= volume putting; BB (kg)= bobot badan; DD (cm)= dalam dada; LeD (cm)= lebar dada; Dam (cm)= dalam ambing; LiAm
(cm)= lingkar ambing; PPtg (cm)= panjang putting; LiPtg (cm)= lingkar putting; LiMtrs (cm)= lingkar metatarsus

52
Lampiran 6. Hasil Uji t Panjang Telinga pada Kelima Peternakan Kambing PE
2 T-value P-value DF Pooled StDv
Farm 1 vs Farm 2 -0,17 0,865 38 3,7017
Farm 1 vs Farm 3 4,60 0,000 38 2,9589
Farm 1 vs Farm 4 0,62 0,539 38 3,3117
Farm 1 vs Farm 5 0,81 0,422 38 3,1149
Farm 2 vs Farm 3 4,82 0,000 38 2,9536
Farm 2 vs Farm 4 0,81 0,421 38 3,3069
Farm 2 vs Farm 5 1,02 0,316 38 3,1098
Farm 3 vs Farm 4 -4,72 0,000 38 2,4471
Farm 3 vs Farm 5 -5,09 0,000 38 2,1734
Farm 4 vs Farm 5 0,18 0,858 38 2,6335

Lampiran 7. Hasil Uji t Tinggi Badan pada Kelima Peternakan Kambing PE


3 T-value P-value DF Pooled StDv
Farm 1 vs Farm 2 0,38 0,708 38 5,0323
Farm 1 vs Farm 3 4,34 0,000 38 3,9019
Farm 1 vs Farm 4 2,08 0,044 38 3,8013
Farm 1 vs Farm 5 2,13 0,040 38 4,4518
Farm 2 vs Farm 3 3,38 0,002 38 4,4478
Farm 2 vs Farm 4 1,38 0,176 38 4,3598
Farm 2 vs Farm 5 1,54 0,133 38 4,9372
Farm 3 vs Farm 4 -3,02 0,005 38 2,9848
Farm 3 vs Farm 5 -1,97 0,057 38 3,7786
Farm 4 vs Farm 5 0,43 0,669 38 3,6746

Lampiran 8. Hasil Uji t Panjang Badan pada Kelima Peternakan Kambing PE


4 T-value P-value DF Pooled StDv
Farm 1 vs Farm 2 -1,97 0,056 38 6,0091
Farm 1 vs Farm 3 3,30 0,002 38 5,0853
Farm 1 vs Farm 4 1,70 0,097 38 4,9304
Farm 1 vs Farm 5 -3,04 0,004 38 5,6193
Farm 2 vs Farm 3 5,75 0,000 38 4,9761
Farm 2 vs Farm 4 4,20 0,000 38 4,8177
Farm 2 vs Farm 5 -0,95 0,351 38 5,5207
Farm 3 vs Farm 4 -2,33 0,025 38 3,6003
Farm 3 vs Farm 5 -7,52 0,000 38 4,4977
Farm 4 vs Farm 5 -5,89 0,000 38 4,3218
Keterangan : Farm 1 = Sri Murni, Farm 2 = Aan Farm, Farm 3 =
Kelompok Tani Karsa Menak, Farm 4 = UPTD
Perbibitan Ternak Kambing PE Malaganti, Farm 5
= Kelompok Tani Surya Medal

53
Lampiran 9. Hasil Uji t Lingkar Dada pada Kelima Peternakan Kambing PE
5 T-value P-value DF Pooled StDv
Farm 1 vs Farm 2 -1,94 0,060 38 6,5355
Farm 1 vs Farm 3 5,09 0,000 38 4,6597
Farm 1 vs Farm 4 5,10 0,000 38 4,6190
Farm 1 vs Farm 5 -1,34 0,189 38 5,0855
Farm 2 vs Farm 3 6,07 0,000 38 5,9892
Farm 2 vs Farm 4 6,08 0,000 38 5,9576
Farm 2 vs Farm 5 0,92 0,361 38 6,3261
Farm 3 vs Farm 4 -0,04 0,967 38 3,8070
Farm 3 vs Farm 5 -7,00 0,000 38 4,3612
Farm 4 vs Farm 5 -7,03 0,000 38 4,3177

Lampiran 10. Hasil Uji t Volume Ambing pada Kelima Peternakan Kambing PE
6 T-value P-value DF Pooled StDv
Farm 1 vs Farm 2 -4,36 0,000 38 721,6989
Farm 1 vs Farm 3 4,16 0,000 38 394,2915
Farm 1 vs Farm 4 5,21 0,000 38 373,4292
Farm 1 vs Farm 5 2,59 0,014 38 380,8258
Farm 2 vs Farm 3 7,33 0,000 38 652,9531
Farm 2 vs Farm 4 7,95 0,000 38 640,5711
Farm 2 vs Farm 5 6,40 0,000 38 644,9111
Farm 3 vs Farm 4 1,44 0,158 38 212,0089
Farm 3 vs Farm 5 -2,92 0,006 38 224,7815
Farm 4 vs Farm 5 -5,17 0,000 38 185,7694

Lampiran 11. Hasil Uji t Volume Puting pada Kelima Peternakan Kambing PE
7 T-value P-value DF Pooled StDv
Farm 1 vs Farm 2 -2,88 0,006 38 376,5868
Farm 1 vs Farm 3 3,46 0,001 38 222,3709
Farm 1 vs Farm 4 3,25 0,002 38 208,9038
Farm 1 vs Farm 5 1,77 0,085 38 231,4198
Farm 2 vs Farm 3 5,60 0,000 38 330,9068
Farm 2 vs Farm 4 5,48 0,000 38 322,0114
Farm 2 vs Farm 5 4,43 0,000 38 337,0544
Farm 3 vs Farm 4 -0,85 0,402 38 106,4072
Farm 3 vs Farm 5 -2,47 0,018 38 145,7287
Farm 4 vs Farm 5 -2,18 0,036 38 124,2128
Keterangan : Farm 1 = Sri Murni, Farm 2 = Aan Farm, Farm 3
= Kelompok Tani Karsa Menak, Farm 4 = UPTD
Perbibitan Ternak Kambing PE Malaganti, Farm 5
= Kelompok Tani Surya Medal

54
Lampiran 12. Hasil Uji t Bobot Badan pada Kelima Peternakan Kambing PE
8 T-value P-value DF Pooled StDv
Farm 1 vs Farm 2 -10,91 0,000 38 6,6236
Farm 1 vs Farm 3 3,78 0,001 38 4,6848
Farm 1 vs Farm 4 0,75 0,457 38 4,6254
Farm 1 vs Farm 5 -3,43 0,001 38 7,3671
Farm 2 vs Farm 3 14,63 0,000 38 6,1489
Farm 2 vs Farm 4 12,41 0,000 38 6,1038
Farm 2 vs Farm 5 5,61 0,000 38 8,3747
Farm 3 vs Farm 4 -3,63 0,001 38 3,9156
Farm 3 vs Farm 5 -6,19 0,000 38 6,9434
Farm 4 vs Farm 5 -4,17 0,000 38 6,9035

Lampiran 13. Hasil Uji t Dalam Dada pada Kelima Peternakan Kambing PE
9 T-value P-value DF Pooled StDv
Farm 1 vs Farm 2 -2,18 0,035 38 1,9907
Farm 1 vs Farm 3 3,87 0,000 38 1,2657
Farm 1 vs Farm 4 2,66 0,011 38 1,3066
Farm 1 vs Farm 5 -1,00 0,325 38 1,4269
Farm 2 vs Farm 3 5,18 0,000 38 1,7858
Farm 2 vs Farm 4 4,31 0,000 38 1,8151
Farm 2 vs Farm 5 1,54 0,133 38 1,9035
Farm 3 vs Farm 4 -1,47 0,149 38 0,9662
Farm 3 vs Farm 5 -5,63 0,000 38 1,1236
Farm 4 vs Farm 5 -4,19 0,000 38 1,1695

Lampiran 14. Hasil Uji t Lebar Dada pada Kelima Peternakan Kambing PE
10 T-value P-value DF Pooled StDv
Farm 1 vs Farm 2 -2,86 0,007 38 0,7729
Farm 1 vs Farm 3 2,37 0,023 38 0,6015
Farm 1 vs Farm 4 2,12 0,040 38 0,5960
Farm 1 vs Farm 5 -2,20 0,034 38 0,6479
Farm 2 vs Farm 3 5,20 0,000 38 0,6987
Farm 2 vs Farm 4 5,01 0,000 38 0,6940
Farm 2 vs Farm 5 1,07 0,291 38 0,7390
Farm 3 vs Farm 4 -0,32 0,752 38 0,4960
Farm 3 vs Farm 5 -5,11 0,000 38 0,5572
Farm 4 vs Farm 5 -4,88 0,000 38 0,5513
Keterangan : Farm 1 = Sri Murni, Farm 2 = Aan Farm, Farm 3
= Kelompok Tani Karsa Menak, Farm 4 = UPTD
Perbibitan Ternak Kambing PE Malaganti, Farm 5
= Kelompok Tani Surya Medal

55
Lampiran 15. Hasil Uji t Dalam Ambing pada Kelima Peternakan Kambing PE
11 T-value P-value DF Pooled StDv
Farm 1 vs Farm 2 -4,41 0,000 38 2,4759
Farm 1 vs Farm 3 4,32 0,000 38 1,8310
Farm 1 vs Farm 4 5,48 0,000 38 1,6157
Farm 1 vs Farm 5 0,28 0,784 38 1,7149
Farm 2 vs Farm 3 8,16 0,000 38 2,3053
Farm 2 vs Farm 4 9,24 0,000 38 2,1383
Farm 2 vs Farm 5 5,14 0,000 38 2,2142
Farm 3 vs Farm 4 0,71 0,483 38 1,3397
Farm 3 vs Farm 5 -5,10 0,000 38 1,4577
Farm 4 vs Farm 5 -7,13 0,000 38 1,1760

Lampiran 16. Hasil Uji t Lingkar Ambing pada Kelima Peternakan Kambing PE
12 T-value P-value DF Pooled StDv
Farm 1 vs Farm 2 -3,30 0,002 38 3,9827
Farm 1 vs Farm 3 1,68 0,102 38 3,3021
Farm 1 vs Farm 4 1,73 0,093 38 3,2991
Farm 1 vs Farm 5 1,24 0,223 38 3,3190
Farm 2 vs Farm 3 7,80 0,000 38 2,3924
Farm 2 vs Farm 4 7,88 0,000 38 2,3883
Farm 2 vs Farm 5 7,13 0,000 38 2,4157
Farm 3 vs Farm 4 0,18 0,856 38 0,8637
Farm 3 vs Farm 5 -1,52 0,137 38 0,9368
Farm 4 vs Farm 5 -1,71 0,096 38 0,9262

Lampiran 17. Hasil Uji t Panjang Puting pada Kelima Peternakan Kambing PE
13 T-value P-value DF Pooled StDv
Farm 1 vs Farm 2 -4,43 0,000 38 2,4995
Farm 1 vs Farm 3 5,34 0,000 38 1,9534
Farm 1 vs Farm 4 5,24 0,000 38 1,9934
Farm 1 vs Farm 5 3,37 0,002 38 2,1582
Farm 2 vs Farm 3 12,10 0,000 38 1,7770
Farm 2 vs Farm 4 11,81 0,000 38 1,8209
Farm 2 vs Farm 5 9,17 0,000 38 2,000
Farm 3 vs Farm 4 0,00 1,000 38 0,9403
Farm 3 vs Farm 5 -2,53 0,016 38 1,2524
Farm 4 vs Farm 5 -2,41 0,021 38 1,3139
Keterangan : Farm 1 = Sri Murni, Farm 2 = Aan Farm, Farm 3
= Kelompok Tani Karsa Menak, Farm 4 = UPTD
Perbibitan Ternak Kambing PE Malaganti, Farm 5
= Kelompok Tani Surya Medal

56
Lampiran 18. Hasil Uji t Lingkar Puting pada Kelima Peternakan Kambing PE
14 T-value P-value DF Pooled StDv
Farm 1 vs Farm 2 -5,04 0,000 38 1,4757
Farm 1 vs Farm 3 3,11 0,003 38 1,1169
Farm 1 vs Farm 4 2,56 0,015 38 1,1121
Farm 1 vs Farm 5 0,90 0,372 38 1,2264
Farm 2 vs Farm 3 9,94 0,000 38 1,0972
Farm 2 vs Farm 4 9,41 0,000 38 1,0924
Farm 2 vs Farm 5 7,06 0,000 38 1,2085
Farm 3 vs Farm 4 -1,23 0,225 38 0,5130
Farm 3 vs Farm 5 -3,26 0,002 38 0,7282
Farm 4 vs Farm 5 -2,41 0,021 38 0,7209

Lampiran 19. Hasil Uji t Lingkar Metatarsus pada Kelima Peternakan Kambing PE
15 T-value P-value DF Pooled StDv
Farm 1 vs Farm 2 0,48 0,636 38 0,4970
Farm 1 vs Farm 3 4,40 0,000 38 0,3957
Farm 1 vs Farm 4 1,88 0,068 38 0,4215
Farm 1 vs Farm 5 2,57 0,014 38 0,4307
Farm 2 vs Farm 3 3,54 0,001 38 0,4242
Farm 2 vs Farm 4 1,23 0,225 38 0,4483
Farm 2 vs Farm 5 1,90 0,065 38 0,4570
Farm 3 vs Farm 4 -2,85 0,007 38 0,3325
Farm 3 vs Farm 5 -1,84 0,074 38 0,3441
Farm 4 vs Farm 5 0,85 0,402 38 0,3735

Lampiran 20. Hasil Uji t Produksi Susu pada Kelima Peternakan Kambing PE
16 T-value P-value DF Pooled StDv
Farm 1 vs Farm 2 -3,92 0,000 38 642,0361
Farm 1 vs Farm 3 4,89 0,000 38 351,2967
Farm 1 vs Farm 4 4,74 0,000 38 331,6712
Farm 1 vs Farm 5 2,55 0,015 38 332,6022
Farm 2 vs Farm 3 7,23 0,000 38 585,9349
Farm 2 vs Farm 4 7,12 0,000 38 574,3833
Farm 2 vs Farm 5 5,85 0,000 38 574,9214
Farm 3 vs Farm 4 -0,73 0,473 38 202,7687
Farm 3 vs Farm 5 -4,26 0,000 38 204,2879
Farm 4 vs Farm 5 -4,30 0,000 38 168,3152
Keterangan : Farm 1 = Sri Murni, Farm 2 = Aan Farm, Farm 3
= Kelompok Tani Karsa Menak, Farm 4 = UPTD
Perbibitan Ternak Kambing PE Malaganti, Farm 5
= Kelompok Tani Surya Medal

57
Lampiran 21. Peta Wilayah Lokasi Penelitian

Keterangan : 1 = Sri Murni, 2 = Kelompok Tani Karsa Menak, 3 = Kelompok Tani Surya Medal, 4 = Peternakan Aan, 5 = UPTD Perbibitan Ternak Kambing PE Malaganti

58

Anda mungkin juga menyukai