Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN PERJALANAN DINAS

DALAM DAERAH

I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Untuk Memenuhi persyaratan keamanan, mutu, dan gizi perlu diwujudkan suatu
sistem pengaturan, pembinaan, pengawasan, yang efektif dibidang Keamanan, Mutu dan
Gizi pangan.Sebelumnya perlu diketahui pengertiantentang pangan, pengertian inidiatur
dalam Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan dan Pasal 1
ayat 1 Peraturan Pemerintah republikIndonesiaNomor 28 tahun 2004 tentang Keamanan,
Mutu dan Gizi pangan. Pada hakikatnya terdapat dua instrumen hukum penting yang
menjadi landasan kebijakan Peraturan Pemerintah di Indonesia, yaknipertama undang-
undang dasar 1945 sebagai sumber dari segala sumberhukum di Indonesia,
mengamanatkan bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat
adil dan makmur. Tujuan pembangunan nasional diwujudkan melalui sistem
pembangunan ekonomi yang demokratis sehingga mampu menumbuhkan dan
mengembangkan dunia yang mampu memproduksi barang dan jasa yang layak
dikonsumsi olehmasyarakat. Kedua yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun2004
tentang Keamanan, Mutu dan Gizi pangan. Lahirnya peraturan ini memberikan harapan
kepada masyarakat Indonesia untuk mendapatkan makanan atau minuman yang higienis
yang tidak merugikan masyarakat.Setiap orang yang akan memproduksi pangan untuk
diperdagangkan perlu memperhatikan ketentuan mengenai mutu dangizi pangan yang
ditetapkan. Pangan tertentu yang diperdagangkan dapat diwajibkan untuk terlebih dahulu
diperiksa dilaboratorium sebelum diedarkan. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan
kandungan gizi dalam suatu produk pangan olahan tertentu, Pemerintah berwenanguntuk
menetapkan persyaratan tentang komposisi pangan tersebut.
Pangan adalah sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah
maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi
manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang
digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan/dan atau pembuatan makanan atau
minuman. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga
yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah, mutu, keamanan dan
merata serta terjangkau. Dari sisi konsumsi adanya kemampuan setiap rumah tangga
mengakses pangan yang cukup bagi masing-masing anggotanya untuk tumbuh sehat
produktif dari waktu ke waktu, maka diperlukan sistem distribusi yang efisien dan efektif
yang dapat menjangkau ke seluruh wilayah dan ke seluruh golongan masyarakat.
Ketahanan pangan suatu wilayah tercermin dari ketersediaan pangan secara nyata,
yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Ketersediaan pangan perlu terus
dikembangkan dari waktu ke waktu untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan rumah
tangga yang terus berkembang. Penyediaan pangan diutamakan berasal dari produksi
pangan dalam negeri, cadangan pangan dan pemasukan pangan. Pemasukan pangan
hanya dilakukan apabila produksi pangan dalam negeri dan cadangan pangan tidak
mencukupi kebutuhan konsumsi penduduk dalam negeri. Salah satu upaya yang perlu
ditempuh dalam mengembangkan ketersediaan pangan pada setiap saat adalah dengan
mengembangkan cadangan pangan baik cadangan pangan pemerintah maupun cadangan
pangan masyarakat. Sesuai Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan
menyebutkan bahwa cadangan pangan nasional meliputi cadangan pangan pemerintah,
pemerintah daerah (kabupaten/kota, provinsi dan desa), sedangkan cadangan pangan
masyarakat dapat dilakukan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat dan organisasi
masyarakat baik swasta, koperasi maupun atau perorangan.
b. Landasan Hukum
1. Undang – Undang Nomor 08 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
5. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan pangan
6. Peraturan Presiden nomor 28 tahun 2004 Tentang Keamanan, mutu dan Gizi pangan
7. Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2017 tentang Strategi Nasional Perlindungan
Konsumen
8. Peraturan mneteri kesehatan Nomor 33 Tahun 2012 Tentang bahan tambahan pangan

c. Maksud Tujuan/ Tempat Tujuan


Untuk Melakukan Evaluasi Monitoring Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) Brens
Bakery Jl. Letnan Tukiran Kecamatan Manna

d. Pejabat yang ditemui


Pemilik IRTP Brens Bakery Jl. Letnan Tukiran Kecamatan Manna

II. KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN


Untuk Melakukan Evaluasi Monitoring Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) ke IRTP
Brens Bakery Jl. Letnan Tukiran Kecamatan Manna
Hasil :
 Berdasarkan PMK terbaru nomor 26 Tahun 2018 tentang pelayanan perizinan
berusaha terintegritas secara elektronik sector kesehatan bahwa Nomor Induk
Berusaha (NIB) harus menggunakan nama IRTP sebagai Pemilik /Penanggung
Jawab
 Melakukan Pembinaan kepada Pemilik IRTP untuk selalu memperhatikan
kebersihan lingkungan, karyawan dan bahan olahan produksi
 Kebersihan Tempat Produksi Masih Belum Baik

III. KESIMPULAN DAN SARAN


 Kebersihan ruang produksi harus ditingkatkan
 Kebersihan ruang penyimpanan produk ruahan sebelum dikemas harus ditingkatkan
 Tempat sampah di ruang penyimpanan produk ruahan dijauhkan dari tempat
penyimpanan
 Disarankan kepada pemilik IRTP untuk selalu memperhatikan masa berlaku izin
IRTP, masa berlaku izin IRTP selama 5 tahun Jika izin sudah habis agar langsung
memperbaruhi izin IRTP
 Disarankan kepada pemilik IRTP dan karyawan untuk menggunakan masker saat
melakukan kegiatan produksi

IV. PENUTUP
Untuk Melakukan Evaluasi Monitoring Industri Rumah Tangga Pangan IRTP Brens
Bakery Jl. Letnan Tukiran Kecamatan Manna

Manna, 01 April 2021


Yang melaksanakan Perjalanan Dinas

1. Harmani, SST.M.Kes : …………………………………


19680605 198903 2 013
2. Yesi Ervianty, SKM. MM : ………………………………...
19870905 200901 2 001
3. Piti Purnamayanti, A.Md. Farm :………………………………….
4. apt. Maghfirah Zara Rinjani, S. Farm :………………………………….

Anda mungkin juga menyukai